PENGARUH INFLASI DAN BI RATE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2012 – 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh SITI ALIYAH NIM 21311029
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 i
ii
iii
iv
MOTTO DANERSEMBAHAN
MOTTO “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah, 5-8) --------------------o-----------------“Do not put off doing a job because nobody knows whether we can meet tomorrow or not” --------------------o-----------------“Learn from the past, live for the today, and plan for tomorrow”
PERSEMBAHAN Skripsi ini aku persembahkan kepada: Kedua orang tuaku, kakak dan adikku, Sahabat-sahabatku yang selalu ada dikala susah maupun senang, tiada hari yang indah tanpa kalian semua serta, Semua orang yang telah memberikan doa dan dukungan
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikun Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014” dengan baik tanpa kendala yang berarti. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, motivasi serta doa sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik, yaitu kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan membantu membimbing dalam penulisan skripsi ini.
3.
Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si., selaku Kepala Jurusan Perbankan Syariah S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4.
Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.Si., selaku dosen pembimbing atas semua waktu, arahan, bimbingan, petunjuk, saran serta kesabaran dalam proses penulisan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik.
vi
5.
Bapak Farkhani, S.Hi., M.H., selaku dosen pembimbing akademik.
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu, motivasi dan bantuan kepada penulis.
7.
Ayah dan ibu yang selalu mendoakan, memberi motivasi, mendidik dan membesarkanku hingga saat ini. Kakak dan adikku yang selalu aku sayangi. Kalian harta paling berharga yang Allah berikan untukku.
8.
Sahabatku selama lebih dari 10 tahun ini, Reny Kartikasari dan Titik Pujiwati yang selalu ada dikala senang maupun susah, selalu memberikan dukungan dan doa. Hidupku kurang berwarna tanpa kalian.
9.
Devi Nur Halimah, Siti Rodiyah, Nasrifah, Hanum Yunesha, Ikhsanudin Pandu Saputra, M. Lutfi Hakim, Arifin Achmad Irfan, terimakasih atas harihari yang telah kita lewati bersama dengan canda, tawa dan air mata, semoga jarak tidak memisahkan persahabatan kita.
10. Shiffa Fauziah dan Yudi Saputra yang telah memberikan ide, saran dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian. 11. Teman-teman Perbankan Syariah S1 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih telah memberikan warna, cerita dan pelajaran berharga. 12. Mas Sulis yang selalu aku repotkan, terimakasih atas bantuannya, Mas Reza terimakasih atas semangat dan doanya. 13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa.
vii
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 11 Januari 2016 Penulis
Siti Aliyah
viii
ABSTRAK
Aliyah, Siti. 2016. Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah (S1). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.SI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, BI rate, dan variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014. Untuk memudahkan pemecahan masalah, penelitian ini dilakukan menggunakan metode regresi linear berganda dengan bantuan SPSS versi 21. Data yang digunakan yaitu data sekunder yang terdiri dari variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh transaksi indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dari tahun 2012-2014 dan sampel diambil sejumlah 36 data dengan metode purposive sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI rate. Kata Kunci: Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII).
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7 E. Sistematika Penulisan .................................................................. 7 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9 A. Telaah Pustaka ............................................................................. 9 B. Kerangka Teori ............................................................................ 12 1. Inflasi ...................................................................................... 12 a. Pengertian Inflasi ................................................................ 12 b. Macam-macam Inflasi ........................................................ 13 c. Dampak Inflasi ................................................................... 22 d. Solusi Pengendalian Inflasi ................................................. 25 2. BI Rate .................................................................................... 27 a. Pengertian BI Rate .............................................................. 27 b. Teori Suku Bunga ............................................................... 28 c. Fungsi Suku Bunga ............................................................. 32 d. Mekanisme Penetapan BI Rate ............................................ 33 3. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ..................... 33 a. Pengertian Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) 33 b. Pengertian Harga Saham ..................................................... 35 c. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Non Syariah ............. 36 d. Macam-macam Harga Saham ............................................. 38 e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ................ 39 C. Kerangka Penelitian ..................................................................... 40 1. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ................................................................... 40 2. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ................................................................... 41 3. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 41 D. Hipotesis ..................................................................................... 42 x
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. A. Jenis Penelitian ............................................................................ B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... C. Populasi dan Sampel .................................................................... 1. Populasi .................................................................................. 2. Sampel .................................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ E. Definisi Konsep dan Operasi ....................................................... 1. Definisi Konsep ...................................................................... 2. Definisi Operasi ...................................................................... F. Instrumen Penelitian .................................................................... G. Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 1. Uji Stasioneritas ...................................................................... 2. Regresi Linear Berganda ......................................................... 3. Uji Hipotesis ........................................................................... a. Uji ttest ................................................................................. b. Uji Ftest ............................................................................... c. Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 4. Uji Asumsi Klasik ................................................................... a. Uji Multicolliearity ............................................................. b. Uji Heteroscendasticity ...................................................... c. Uji Autocorrelation ............................................................ d. Uji Normality .................................................................... H. Alat Analisis ................................................................................ BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ A. Deskripsi Obyek Penelitian .......................................................... B. Analisis Data ................................................................................ 1. Hasil Uji Stasioneritas ............................................................. a. Uji Stasioneritas Inflasi ....................................................... b. Uji Stasioneritas BI Rate ...................................................... c. Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham JII ........................... 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .................................. 3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. a. Uji ttest ................................................................................ b. Uji Ftest ............................................................................... c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 4. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................... a. Uji Multicollinearity ............................................................ b. Uji Heteroscendasticity ....................................................... c. Uji Autocorrelation ............................................................. d. Uji Normality ..................................................................... 5. Pembahasan ............................................................................. a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) .............................................................. b. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ..............................................................
xi
44 44 44 44 44 45 45 46 46 47 48 49 49 49 50 50 51 52 53 53 53 54 54 54 55 55 57 57 57 58 59 60 61 61 63 63 64 65 66 67 68 69 69 70
c. Variabel yang paling berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ...................................... BAB V PENUTUP ........................................................................................ A. Kesimpulan .................................................................................. B. Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN
xii
72 73 73 74 75
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi, BI Rate dan Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014 ........................................... Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ....................................................................... Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Inflasi........................................................ Tabel 4.3 Hasil Uji Stasioneritas BI Rate...................................................... Tabel 4.4 Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) .............................................................................................. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................. Tabel 4.6 Hasil Uji ttest .................................................................................................................................... Tabel 4.7 Hasil Uji Ftest ................................................................................................................................... Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................ Tabel 4.9 Hasil Uji Multicollinearity ............................................................ Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroscedasticity ......................................................... Tabel 4.11 Hasil Uji Autocorrelation ............................................................ Tabel 4.12 Perbaikan Uji Autocorrelation ..................................................... Tabel 4.13 Hasil Uji Normality .....................................................................
xiii
5 55 57 58 59 60 62 63 64 65 66 67 67 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6
Inflationary Gap ........................................................................ Demand-pull Inflation ............................................................... Cost Push Inflations ................................................................... Teori Klasik tentang Tingkat Bunga .......................................... Teori Keynes tentang Tingkat Bunga ......................................... Kerangka Pemikiran Teoritis .....................................................
xiv
15 16 17 29 30 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Inflasi (dalam persen) Lampiran 2. Data BI Rate (dalam persen) Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal tersebut dikemukakan oleh Tandelilin (2010: 61), karena dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan memperoleh imbalan (return). Sedangkan perusahaan sebagai pihak yang memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan proyek-proyeknya dengan alternatif pendanaan dari pasar modal, perusahaan dapat beroperasi dan mengembangkan bisnisnya dan pemerintah dapat membiayai berbagai kegiatannya sehingga meningkatkan kegiatan perekonomian negara dan kemakmuran masyarakat luas. Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 (UUPM). Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sedangkan Efek dalam UUPM Pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersil, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak kegiatan berjangka atas Efek dan derivatif Efek (Huda, 2008: 55).
1
Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Oleh sebab itu investasi di pasar modal mempunyai peranan yang cukup penting untuk dapat meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia. Banyak harapan bahwa investasi syariah di pasar modal Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Meskipun perkembangannya relatif baru dibandingkan dengan perbankan syariah maupun asuransi syariah (http://www.idx.co.id). Sejak November 2007, Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) telah mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar saham syariah yang ada di Indonesia. Dengan adanya DES maka masyarakat akan semakin mudah untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk saham syariah karena DES adalah satu-satunya rujukan tentang daftar saham syariah di Indonesia (http://www.idx.co.id). Kinerja perdagangan saham-saham syariah di Bursa Efek Indonesia dapat diwakili oleh saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Indeks ini diperkenalkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Danareksa Investment Management (DIM) pada 3 Juli 2000. Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah (Nafik, 2009: 260). Menurut Khalwaty (2000: 263) investor membeli saham perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan dikemudian hari untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya. Investasi dalam bentuk saham memberikan keuntungan berupa capital gain, dividen dan bonus. Capital gain merupakan
2
keuntungan yang diperoleh dari selisih harga antara pembelian saham dan harga yang lebih rendah daripada harga penjualannya. Dividen merupakan penghasilan yang diperoleh pemilik saham berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sedangkan bonus adalah hak tambahan atau pemasukan potensial yang diberikan kepada pemilik saham. Berinvestasi dengan membeli saham memiliki resiko yang cukup banyak, untuk meminimalisir resiko tersebut investor harus dapat menganalisis agar mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Secara garis besar terdapat dua jenis analisis yang dapat digunakan dalam investasi di pasar modal, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisis teknikal adalah metode analisis tentang pergerakan harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri di masa lalu. Dalam
analisis
fundamental,
investor
dapat
melakukan
analisis
berdasarkan indikator ekonomi. Analisis ini menyangkut faktor-faktor yang memberikan informasi tentang kondisi makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kondisi di pasar modal. Menurut Murhadi (2009: 19) secara teoritis ada beberapa variabel/ indikator makroekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham seperti Gross Domestic Product (GDP)/ Produk Domestic Bruto (PDB), interest rate/ tingkat suku bunga, inflasi, exchange rate/ nilai tukar, Oil Prices and Commodity Prices, Hedging, Business Cycle/ siklus bisnis dan lainnya.
3
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah inflasi. Inflasi sebagai suatu fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia merupakan objek kajian yang sangat menarik. Tajul Khalwaty (2000: 6) dalam bukunya Inflasi dan Solusinya mengemukakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Menurut Larissa (2014: 2) tinggi rendahnya tingkat inflasi dinilai memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap pergerakan harga saham sesuai dengan tingkat inflasi itu sendiri. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan harga saham perusahaan, sementara tingkat inflasi yang sangat rendah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban. Seperti yang dikemukakan dalam website Bank Indonesia, kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Faktor lain yang mempengaruhi harga saham adalah BI Rate. BI rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (http://www.bi.go.id). Bagi sebagian orang, suku bunga yang tinggi merupakan
4
suatu peluang investasi yang menjanjikan karena adanya kepastian pendapatan yang lebih besar. Akibatnya pasar modal akan mengalami tekanan karena masyarakat akan lebih suka menabung di bank daripada menginvestasikan dananya di pasar modal. Suku bunga pada umumnya mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham. Suku bunga yang rendah menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat, peningkatan harga saham akan mempengaruhi peningkatan indeks harga saham pula. Berikut perkembangan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) beserta inflasi dan BI Rate tahun 2012-2014: Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi, BI Rate dan Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014 Tahun Inflasi (%) BI Rate (%) IHS JII 2012 4,30 5,75 594,789 2013 8,38 7,50 585,110 2014 8,36 7,75 691,039 Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia (2014) Data dalam tabel 1.1 menunjukkan bahwa adanya fluktuasi dari tingkat inflasi dan BI Rate yang diikuti terjadinya fluktuasi pada Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2012-2014. Dapat dilihat bahwa IHS JII tahun 2012 sebesar 594,789 mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu sebesar 585,110 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 691,039. Hal ini terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
5
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 20122014”. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul yang telah diajukan di atas beserta latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014? 2. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014? 3. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan mengetahui bagaimana pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014. 2. Untuk menguji dan mengetahui bagaimana pengaruh BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014. 3. Untuk menguji dan mengetahui variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.
6
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi penulis Memberi wawasan baru yang lebih mendalam bagi penulis tentang dunia pasar modal khususnya tentang pengaruh inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). 2. Bagi IAIN Salatiga Menjadi sumber pembelajaran dan kajian lebih lanjut bagi penelitian berikutnya yang berkenaan dengan pengaruh inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). 3. Bagi praktisi Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi calon investor maupun praktisi pasar modal yang hendak berinvestasi saham di pasar modal. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan dari penelitian yang dilakukan.
7
Bab II Landasan Teori Landasan teori yang disajikan dalam penelitian ini bermaksud untuk menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan penelitian terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik penelitian, kerangka penelitian yang berisi telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis dan model penelitian yang akan diuji, serta hipotesis penelitian yang menjadi pedoman dalam analisis data. Bab III Metode Penelitian Bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi konsep dan operasi, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Analisis Data Bab ini menjabarkan tentang deskripsi obyek penelitian dan analisis data penelitian. Bab V Penutup Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian. Hatman Maqdiyah, Sri Mangesti Rahayu, Topowijono (2014) dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Indeks (JII) Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 hingga 2013. Metode pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: tingkat bunga deposito, tingkat inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), dan nilai tukar rupiah simultan pengaruhnya terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), tingkat bunga deposito secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), Produk Domestik Bruto (PDB) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
9
terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian selanjutnya berjudul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013 yang dilakukan oleh Putu Fenta Pramudya Cahya, I Wayan Suwendra, Fridayana Yudiatmaja (2015) dari Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dianalisis dengan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan yang signifikan dari nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate, ada pengaruh secara parsial yang positif dan signifikan dari nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate, dan ada pengaruh secara parsial yang negatif dan signifikan dari inflasi terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Neny Mulyani (2014) dari Universitas Terbuka melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index. Sampel penelitian adalah data Jakarta Islamic Index periode 2009-2011. Metode analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi bepengaruh positif terhadap JII, suku bunga berpengaruh negatif terhadap JII,
10
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap JII, dan PDB berpengaruh positif terhadap JII. Penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Tahun 20072012) yang dilakukan oleh Agus Suharno dan MG. Kentris Indarti (2014) dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeraitas Stikubank. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, harga minyak dunia dan harga emas dunia berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG, kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dessy dan Sujito (2012) dari Fakultas Ekonomi Universitas Semarang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2010. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG dan inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG. Penelitian yang dilakukan ini tidak sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini tidak semua faktor makroekonomi dijadikan sebagai variabel penelitian. Peneliti hanya menggunakan inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) sebagai variabel dependen. Data yang diteliti adalah data 3 tahun terakhir yang mendekati waktu penelitian yaitu dari tahun 2012-2014.
11
B. Kerangka Teori 1. Inflasi a. Pengertian Inflasi Dalam literatur ekonomi, definisi inflasi banyak ragamnya. Menurut Khalwaty (2000: 5) keanekaragaman definisi tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian tersebut melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi kita tentang inflasi. Menurut
Khalwaty (2000: 6) inflasi merupakan suatu keadaan dimana
terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan hargaharga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Menurut Nopirin (2000: 25) yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Sedangkan menurut Karim (2008: 135) inflasi merupakan kenaikan tingkat harga secara umum dari barang / komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu. Sebaliknya jika terjadi penurunan merupakan deflasi. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam periode tertentu. Kenaikan harga hanya sekali saja bukanlah termasuk inflasi.
12
b. Macam-macam Inflasi 1) Menurut Ekonom Menurut penyebabnya, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut (Karim, 2008: 138-139): a) Natural Inflation dan Human Error Inflation Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Sedangkan Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahankesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. b) Actual/ Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/ Unexpected Inflation Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. c) Demand Pull dan Cost Push Inflation Demand Pull Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan Agregatif (AD) dari barang-barang dan jasa pada suatu perekonomian. Sedangkan Cost Push Inflation terjadi karena perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregatif (AS).
13
d) Spiralling Inflation Inflasi jenis ini merupakan inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya ini terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. e) Imported Inflation dan Domestic Inflation Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan Domestic Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya. Sedangkan menurut Nopirin (2009: 28-31) macam-macam inflasi menurut sebabnya adalah sebagai berikut: a) Demand-pull Inflation Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping
menaikkan
harga
dapat
juga
menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja. Apabila kenaikan
14
permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/ melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap. Inflationary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi. Secara grafik dapatlah digambarkan sebagai berikut: Inflationary Gap
C+1 A
C + I’ B
YFE
Y1
C+1
Y
Gambar 2.1 Inflationary Gap Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan menyebabkan keseimbangan pada titik B berada di atas GNP fullemployment (YFE). Jarak A – B atau YFE – Y1 menunjukkan besarnya inflationary gap. Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut:
15
AS P
Inflationary Gap
P4
AD4
P3
AD3 P2 P1
AD2 AD1 Q1
QFE
Q
Gambar 2.2 Demand-pull Inflation Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedangkan output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. b) Cost-push Inflation Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat
16
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor diantaranya: 1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah. 2. Suatu industri yang sifatnya monopolistik, manager dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga yang lebih tinggi. 3. Kenaikan harga bahan baku industri. Biaya produksi naik, akibatnya timbul stagflasi. Yakni inflasi yang disertai dengan stagnasi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus maka timbullah cost push inflation. AS3
P
AS2 AS1
P3 P2 P1 A D Q2
Gambar 2.3
Q QFE 1
1
Cost Push Inflations
1 1 1
17
Q
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan cost-push inflation. 2) Menurut Ekonom Muslim Menurut Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (Karim (2008: 140) menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu: a) Natural Inflation Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, dimana orang tidak mempunyai kendali atasnya. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnnya PenawaranAgregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan identitas: MV = PT = Y dimana: M = jumlah uang beredar V = kecepatan peredaran uang P = tingkat harga T = jumlah barang dan jasa (kadang dipakai juga notasi Q) Y
= tingkat pendapatan nasional (GDP)
18
Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai: 1. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya T sedangkan M dan Y tetap, maka konsekuensinya P. 2. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M sehingga jika V dan T tetap maka P. Lebih jauh jika dianalisis dengan persamaan: AD = AS dan: AS = Y AD = C + I + G + (X-M) dimana: Y
=
pendapatan nasional
C
=
konsumsi
I
=
investasi
G
=
pengeluaran pemerintah
(X-M) =
net export
maka: Y = C + I + G + (X-M) Maka Natural Inflation akan dapat
dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan sebagai berikut:
19
1. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor (X) sedangkan impor (M) sehingga net export nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD). 2. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo dan boycott. b) Human Error Inflation Human Error Inflation merupakan inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Menurut penyebabpenyebabnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad Administration) Jika merujuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan mengganggu tingkat harga (P) karena para produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang telah mereka keluarkan tersebut. Dimasukkannya “biaya siluman” tersebut dalam COGS (Cost Of Good Sold). COGS akan mendorong ATC dan MC naik ke ATC2 dan MC2, sehingga harga jual pada keadaan normal profit naik dari P ke P2. Hal ini akan mengakibatkan COGS menjadi tidak merefleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga yang terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi
20
(hight cost economy). Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. 2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax) Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif (AS). 3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (Excessive Seignorage) Menurut otoritas moneter di negara-negara barat umumnya meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan bagi pemerintah (inflation tax), karena suatu tingkat pertumbuhan uang yang tinggi akan menghasilkan tingkat pajak yang lebih tinggi pula dari pajak memegang uang (tax for holding money). Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi (Karim, 2008: 142) berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelasjelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P) secara keseluruhan (inflasi). Menurut Ibn al-Maqrizi, kenaikan hargaharga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang atau nominal, sedangkan jika diukur dalam emas, maka harga-harga komoditas tersebut jarang sekali mengalami kenaikan.
21
c. Dampak Inflasi 1) Menurut Ekonom Dampak inflasi sangat luas dan beraneka ragam, diantaranya adalah sebagai berikut (Khalwaty, 2000: 53-57): a) Equity Effect Equity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan. Dampak inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian dan ada pula yang mengalami keuntungan. Yang mengalami kerugian adalah mereka yang berpenghasilan tetap karena akan mengalami penurunan nilai riil dari penghasilannya, sehingga daya belinya menjadi lemah. Yang mengalami keuntungan adalah mereka yang memperoleh kenaikan atau peningkatan pendapatan dengan tingkat persentase yang lebih besar dari tingkat inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk uang tunai. b) Efficiency Effect Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan rumah tangga perusahaan karena lemahya daya beli masyarakat, juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang selanjutnya mendorong perubahan dalam produksi beberapa barang
22
tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tertentu akan mendorong peningkatan produksi terhadap barang-barang tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola alokasi faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien. c) Output Effect Inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa produksi akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan upah atau gaji para pekerja. Kenaikan harga produksi mengakibatkan terjadinya keuntungan yang diterima produsen. Keuntungan yang telah dinikmati produsen tersebut akan mendorong produsen untuk terus meningkatkan produksinya. Jika tingkat inflasi tinggi melebihi dua digit dan berlangsung dalam jangka waktu lama maka biaya produksi akan naik pula dan akibatnya keuntungan yang telah dinikmati produsen menjadi berkurang. Karena keuntungan terus berkurang sementara biaya produksi terus bertambah, akhirnya produsen akan mengurangi produksinya sampai batas tertentu yang dianggap aman dan masih dinilai memungkinkan untuk terus melanjutkan usahanya. Jika dinilai sudah tidak menguntungkan lagi, keputusan terbaik adalah menghentikan atau mengurangi jumlah produksi. Penghentian produksi atau pengurangan produksi akan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran.
23
2) Menurut Ekonom Muslim Menurut para ekonom Islam inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena (Karim, 2008: 139): a) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali. b) Melemahnya semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat. c) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk nonprimer dan barang-barang mewah. d) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya. e) Mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi seperti: apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual, pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner, dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index) untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.
24
d. Solusi Pengendalian Inflasi Secara umum terdapat empat macam cara atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengendalikan laju pertumbuhan inflasi hingga ke tingkat yang paling rendah dan aman bagi kinerja perekonomian dan struktur ekonomi (Khalwaty, 2000: 59-71): 1) Kebijakan Moneter Bank sentral harus dapat mengatur peredaran uang giral antara lain dengan cara menentukan cadangan minimum atau Giro Wajib Minimum bagi setiap bank, melakukan kebijakan uang ketat (tide-money policy) dan tingkat diskonto (discount rate). Jika jumlah cadangan minimum dinaikkan, maka uang yang beredar akan berkurang. Demikian juga, jika tingkat bunga (discount rate) pinjaman dari Bank Sentral kepada Bank Umum dinaikkan, maka gairah Bank Umum untuk melakukan ekspansi atau meminjam uang dari Bank Sentral menjadi berkurang dan akibatnya jumlah uang yang beredar menjadi berkurang. 2) Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal akan berpengaruh terhadap permintaan agregat dan
pengeluaran
pemerintah
disamping
mempengaruhi
harga.
Pengurangan permintaan agregat pada batas wajar akan melindungi anggaran negara dari defisit, serta dapat menjadi instrumen untuk mencegah atau menekan laju pertumbuhan angka inflasi sampai pada batas yang dinilai aman.
25
Kalangan moneteris berpendapat bahwa kebijakan fiskal akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah yang selanjutnya dapat mendorong kenaikan tingkat bunga dan menekan kenaikan investasi swasta. Keadaan demikian disebut dengan istilah Crowding Out. Kenaikan pengeluaran pemerintah yang diimbangi dengan penurunan pengeluaran investasi swasta akan menghalangi kenaikan permintaan agregat. Untuk menghindari defisit anggaran belanja negara yang diakibatkan kenaikan pengeluaran belanja pemerintah, ada beberapa yang dapat dilakukan. Misalnya mencari pinjaman dari masyarakat dengan menjual obligasi di pasar modal, mencetak uang baru, menaikkan penerimaan dari sektor pajak dan utang luar negeri. Pemerintah Indonesia mengkombinasikan tiga cara, yaitu dengan menjual obligasi, melalui sektor pajak dan utang luar negeri. 3) Kebijakan Output Apabila jumlah output meningkat, maka dampaknya akan menekan laju inflasi. Untuk meningkatkan jumlah output, banyak cara yang dapat dilakukan. Misalnya dengan menurunkan tarif pajak, mengurangi berbagai pungutan yang berdampak pada ekonomi biaya tinggi (hight cost economic)
terhadap output, membebaskan atau
menurunkan tarif bea masuk terhadap barang-barang impor, melakukan retrukturisasi ekonomi, debirokratisasi perizinan, deregulasi, dan menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.
26
Dengan bertambahnya jumlah output, harga dapat ditekan menjadi lebih murah. Jumlah uang yang beredar harus sebanding dengan jumlah output. Kondisi demikian akan mencegah timbulnya inflasi atau dapat mengendalikan laju pertumbuhan inflasi. 4) Kebijakan Harga dan Indexing Kebijakan harga dan indexing dapat dilakukan dengan cara menentukan harga dasar (ceiling price) atau Harga Patokan Setempat (HPS) terhadap produk-produk tertentu. Penentuan besarnya gaji dan upah atau penentuan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) harus berdasarkan indeks harga barang-barang kebutuhan hidup yang secara berkala dilaporkan oleh Biro Pusat Statistik. Jika indeks harga atau biaya hidup mengalami kenaikan, gaji dan upah juga harus dinaikkan sebanding dengan besarnya jumlah kenaikan indeks harga atau indeks biaya hidup tersebut. Tindakan demikian dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mencegah atau mengendalikan laju pertumbuhan inflasi. Meskipun nilai nominal gaji dan upah mengalami kenaikan, namun nilai riil (intrinsik) gaji dan upah tersebut tetap dan daya beli mereka terhadap output tetap stabil. Jadi kenaikan gaji dan upah tidak mendorong peningkatan permintaan agregat.
27
2. BI Rate a. Pengertian BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (http://www.bi.go.id). b. Teori Suku Bunga Ada beberapa teori tentang suku bunga, yaitu Teori Klasik dan Teori Keynes. Teori Klasik tentang tingkat bunga adalah sebagai berikut (Nopirin, 2009: 70-72): Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/ mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga tergantung/ merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
28
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam gambar 2.4. Tabungan i1 i0
Investasi1 Investasi 0
Jumlah Rupiah yang Ditabung & Diinvestasikan
S0
Gambar 2.4 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga Keseimbangan pada tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga di atas i0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi i0. Sebaliknya, apabila tingkat bunga di bawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0. Kenaikan
efisiensi
produksi
misalnya,
akan
mengakibatkan
keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga pada tingkat bunga yang sama
29
pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya, atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini dalam gambar ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik i1. Sedangkan Keynes mempunyai pandangan yang berbeda (Nopirin, 2009: 90-93). Tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedang menurut kaum klasik, uang hanyalah mempengaruhi harga barang. Permintaan akan uang tergantung tingkat bunga. Dalam gambar 2.5 sumbu horisontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk tingkat bunga. Tingkat bunga (%)
Jumlah uang req
Liquidity preference Jumlah uang dan permintaan uang
Gambar 2.5 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga
30
Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal. Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik mereka akan menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik. Hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan datang. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik. Kedua pendekatan di atas semuanya menjelaskan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga dengan permintaan akan uang kas. Bersama dengan jumlah uang beredar yang tetap, permintaan uang ini menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga dalam keseimbangan (r eq pada gambar) apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya (jumlah uang beredar). Apabila pada suatu ketika tingkat bunga di bawah tingkat
31
keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong harganya turun, sampai ke tingkat keseimbangan yang mana masyarakat sudah puas dengan komposisi kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang). Sebaliknya, apabila
tingkat
bunga
berada di
atas keseimbangan,
masyarakat
menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga turun) sampai keseimbangan tercapai. c. Fungsi Suku Bunga Menurut Sunariyah fungsi suku bunga adalah sebagai berikut (Hasibuan, 2015: 29): 1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. 3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
32
d. Mekanisme Penetapan BI Rate 1) Jadwal Penetapan dan Penentuan Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan yaitu (http://www.bi.go.id): a)
Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya.
b)
Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam mempengaruhi inflasi.
c)
Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
2) Besar Perubahan BI Rate Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps. 3. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) a. Pengertian Indeks Harga Saham Jakarta Islamix Index (JII) Indeks harga saham adalah indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar (Tandelilin, 2010: 86). Jakarta Islamic Index adalah
33
indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah. Saham dalam JII terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan
kinerja
transaksi
di
perdagangan
bursa,
rasio-rasio
keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah sebagaimana termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no 05/DSN-MU/IV/2000 tentang jual beli saham dan fatwa no. 40 DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal, serta Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Saham yang dapat masuk ke dalam saham syariah harus memenuhi syariat yang disebutkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah, terutama pasal 8 dan pasal 10 (Nafik, 2009: 260). Kriteria yang digunakan untuk menentukan saham-saham yang masuk dalam perhitungan JII adalah: a. Kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar). b. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. c. 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. d. 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
34
Saham-saham syariah yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) terus dievaluasi dari sisi ketaatannya terhadap prinsipprinsip syariah sebagaimana tertuang dalam fatwa DSN. Apabila sahamsaham tersebut tidak lagi memenuhi prinsip-prinsip syariah, otomatis akan mengeluarkannya dari JII dan kedudukannya digantikan saham lain yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, setiap saat ada saham yang keluar dan yang masuk ke dalam JII. Evaluasi terhadap saham-saham yang masuk dalam perhitungan JII dilakukan setiap enam bulan sekali. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan terus diawasi berdasarkan data-data publik yang tersedia (Nafik, 2009: 261). b. Pengertian Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (Anoraga dan Pakarti, 2008: 54). Menurut Marsis (2013: 86) saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan,
selembar
saham
adalah
selembar
kertas
yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Menurut Marsis (2013: 87) harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Anoraga dan Pakarti (2008: 59) mengemukakan bahwa market price merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah
35
tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over the counter market). Transaksi di sini sudah tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau di mediamedia lainnya Menurut Jogiyanto (Al Kautsar, 2015: 5) harga saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga saham merupakan harga saham yang terjadi karena permintaan dan penawaran dari investor yang satu dengan investor yang lain di pasar modal. c. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Non Syariah Menurut Luthvi (2014: 18) saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Sedangkan saham non syariah adalah saham yang kegiatan usahanya tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya. Dalam website Bapepam (http://www.bapepam.go.id) disebutkan bahwa suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
36
1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. 2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut: a)
kegiatan
usaha
tidak
bertentangan
dengan
prinsip
syariah
sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha: 1. perjudian dan permainan yang tergolong judi; 2. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; 3. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; 4. bank berbasis bunga; 5. perusahaan pembiayaan berbasis bunga; 6. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional; 7. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; 8. melakukan transaksi yang 7 unsur suap (risywah);
37
b) rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan c)
rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
d. Macam-macam Harga Saham Menurut Sawidji Widoatmojo, harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Marsis, 2013: 86-87): 1) Harga normal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2) Harga perdana Harga ini merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3) Harga pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi
38
harga ini yang disebut harga sebagai harga di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham Menurut
Alwi,
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain (Marsis, 2013: 84-85): 1) Faktor internal (lingkungan mikro) a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan produk. b) Pengumuman pendanaan. c) Pengumuman badan direksi manajemen. d) Pengumuman
pengambilalihan
diversifikasi,
seperti
laporan
merger, invetasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. e) Pengumuman investasi. f) Pengumuman ketenagakerjaan. g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan.
39
2) Faktor eksternal a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements) seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading. d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. C. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka teoritis merupakan konsep dari suatu teori atau logika pengertian yang saling berhubungan diantara beberapa faktor penting pada masalah penelitian (Wijaya, 2013: 10). Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran teoritis adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e Dimana: Y = indeks harga saham JII X1 = inflasi
40
X2 = BI rate a
= konstanta
b1 = koefisien regresi inflasi b2 = koefisien regresi BI rate e
= standart error
INFLASI (X1) INDEKS HARGA SAHAM JII (Y)
BI RATE (X2)
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis D. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan kebenarannya melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar atau terbukti dan tidak terbukti setelah didukung oleh fakta-fakta dari hasil penelitian lapangan (Supardi, 2005: 69). 1. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Dalam keadaan inflasi, biaya modal dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal karena harga-harga barang-barang naik relatif cepat dan cukup tinggi. Daya beli masyarakat semakin melemah sehingga terjadi
41
kelesuan hampir di segala sektor riil. Di sektor industri penerimaan laba menurun cukup drastis, sehingga menurunkan harga saham perusahaan publik (Khalwaty, 2000: 105). Penurunan harga saham mengakibatkan menurunnya indeks harga saham. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahya dkk (2015), Dessy dan Sujito (2012) yang menyatakan inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan: H1 = Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). 2. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Jika BI rate sebagai suku bunga acuan mengalami peningkatan, maka suku bunga industri perbankan akan mengalami peningkatan juga, dan ini menarik investor untuk berinvestasi atau memindahkan investasi dari saham ke sektor perbankan. Hal ini mengakibatkan permintaan saham menjadi menurun dan penurunan permintaan saham membuat harga saham menurun, sehingga indeks harga saham juga akan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2014), Dessy dan Sujito (2012) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan: H2 = BI rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh inflasi dan BIrate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2010: 27) penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010: 23) yang mengemukakan bahwa data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) diperoleh melalui data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia melalui website (www.idx.co.id). Dan data tingkat inflasi dan BIrate diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), inflasi dan BI rate yang digunakan mulai dari tahun 2012 sampai 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Bawono (2006: 28), populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (2010: 61) yang
43
mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian iniadalahJakarta Islamic Index (JII). 2. Sampel Bawono (2006: 28), mengemukakan bahwa sampel adalah objek atau subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga di dalam menentukan sampel harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan nantinya merupakan kesimpulan dari populasi. Penelitian yang menggunakan data sekunder, jumlah sampel minimum yang dapat digunakan agar hasilnya representatif adalah 35 data. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2010: 68). Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah data indeks harga saham Jakarta Islamic Indeks (JII) akhir bulan (closing price). Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dari tahun 2012-2014 sejumlah 36 sampel data. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Pada penelitian kuantitatif dikenal beberapa metode, antara lain metode angket, wawancara,
44
observasi dan dokumentasi (Bungin, 2006: 123). Metode pengambilan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan dianalisis atau diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Teknik atau cara untuk mendapatkan data untuk penelitian adalah dari data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder ini dapat diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, data statistik maupun dari internet (Bawono, 2006 : 29-30). Sesuai dengan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder, maka teknik dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Menurut Bungin (2006: 144), metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Data historis tersebut merupakan data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia melalui website (www.idx.co.id), data tingkat inflasi dan BIrateyang diperoleh melaluiwebsite Bank Indonesia (www.bi.go.id).Pendekatan waktu yang digunakan adalah data time series. Bawono (2006: 26) mengemukakan bahwa data timeseries adalah data runtun waktu, bisa berupa data bulanan, triwulanan, semesteran ataupun tahunan. Penelitian ini menggunakan data runtun waktu bulanan. E. Definisi Konsep dan Operasi 1. Definisi Konsep Menurut Bawono (2006: 26), definisi konsep merupakan penentuan metode penelitian yang akan dilakukan apakah merupakan eksperimen atau
45
non eksperimen (observasional). Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sifatnya observasional karena penelitian ini meneliti hal yang sudah ada. 2. Definisi Operasi Definisi operasional menjelaskan mengenai definisi variabel-variabel yang akan digunakan, baik variabel dependen maupun variabel independen. Sehingga nantinya tidak menghasilkan data yang bias yang bisa membuat interpretasi data yang bias (Bawono, 2006: 27). a. Variabel Independen Menurut Sugiyono (2010: 4), variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu: 1) Inflasi Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terusmenerus dalam periode tertentu. Data tingkat inflasi diperoleh melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id) yang dipublikasikan setiap sebulan sekali. 2) BIRate BIRate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik setiap sebulan sekali.
46
b. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2010: 4). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)adalah indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah yang terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akhir bulan (closingprice) yang terdapat dalam data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan instrumen penelitian karena data yang dibutuhkan sudah tersedia pada data statistik
yang
dipublikasikan oleh PT
Bursa
Efek
Indonesia
melalui
website(www.idx.co.id), data inflasi dan BIrate melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
47
G. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data runtun waktu yang digunakan dalam penelitian sudah stasioner (Winarno, 2015). Untuk menguji stasioneritas, dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis distribusi Mac Kinnon. Nilai statistik ADF ditunjukkan oleh nilai t statistik. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. 2. Regresi Linear Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Dalam regresi berganda terdapat 3 variabel, yaitu: 1. Variabel Independen (X1), yaitu Inflasi 2. Variabel Independen (X2), yaitu BI rate 3. Variabel Dependen (Y), yaitu Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Persamaan regresi berganda untuk menguji variabel di atas dengan menggunakan rumus : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
48
Dimana: Y
=
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
X1 =
inflasi
X2 =
BI rate
a
konstanta
=
b1 =
koefisien regresi inflasi
b2 =
koefisien regresi BI rate
e
standart error
=
3. Uji Hipotesis a. Uji ttest Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendirisendiri. Langkah-langkah pengujiannya yaitu (Bawono, 2006: 89): 1) Menentukan hipotesis Ho : β1 = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho : β1≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Menentukan t tabel Untuk menentukan t tabel dengan menggunakan tingkat α 5% dan derajat kepercayaan (dk) = n – 1 – k. Di mana: n : jumlah data
49
k : jumlah variabel 3) Pengambilan keputusan Jika t hitung< t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan. Jika t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan. b. Uji Ftest Menurut Bawono (2006: 91) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen atau bebas secara bersamasama dapat mempengaruhi variabel dependen atau terikat. Langkah pengujiannya adalah: 1) Menentukan hipotesis Ho: β1,β2,....βn = 0, artinya variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho: β1,β2,....βn ≠ 0, artinya variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Menentukan F tabel Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikasi α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = (n – k). 3) Mencari F hitung dengan rumus f=
R2 / (k-1) ( 1 - R2 ) / ( n – k ) Di mana: R2 = koefisien determinasi
50
K = jumlah variabel independen n = jumlah sampel 4) Pengambilan keputusan Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Koefisien Determinasi (R2) Menurut Bawono (2006: 92) koefisien determinasi (R2) menunjukan sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi variabel dependen. Ciri-ciri nilai R2 adalah: 1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai dengan 1, atau (0 ≤ R2≤ 1). 2) Nilai 0 menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 3) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara variabel independen dengan variabel dependen.
51
4. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik merupakan tahapan yang penting dilakukan dalam proses analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala asumsi klasik diharapkan dapat dihasilkan model regresi yang handal sesuai dengan kaidah BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yang menghasilkan model regresi yang tidak bias dan handal sebagai penaksir. Uji Asumsi Klasik terdiri dari (Bawono, 2006: 115): a. Uji Multicollinearity Multicollinearity adalah situasi dimana terdapat korelasi variabelvariabel bebas diantara satu dengan lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesamanya sama dengan nol. Masalah multikoliniaritas biasanya muncul pada data timeseries yang apabila masalah ini serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter estimasi. b. Uji Heteroscedasticity Heteroscedasticity terjadi apabila varian dari variabel pengganggu tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi heteroskendastisitas adalah penaksiran tidak bias tetapi tidak efisien lagi baik dalam sampel besar maupun kecil, serta uji t-test dan F-test akan menyebabkan kesimpulan yang salah.
52
c. Uji Autocorrelation Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi ini dapat terjadi apabila suatu keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada periode lain. Jadi suatu penelitian memerlukan dilakukannya pengujian autokorelasi jika penelitiannya menggunakan data runtun waktu. d. Uji Normality Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi kita, data variabel dependen dan independen yang kita pakai apakah berdistribusi normal atau tidak. Sebuah data penelitian yang baik adalah yang datanya berdistribusi H. Alat Analisis Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS dan Eviews. SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses data-data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Eviews adalah program komputer berbasis Windows yang banyak dipakai untuk analisa statistika dan ekonometri jenis runtun waktu.
53
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012 – 2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang peneliti peroleh dari data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan data tingkat inflasi & BI rate dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel independen adalah inflasi dan BI rate. Gambaran umum data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimu Maximu Mean m m 36 3,56 8,79 5,8878 36 5,75 7,75 6,5868 36 525,05 691,13 621,1096 36
INFLASI BI RATE IHS JII Valid N (listwise)
Std. Deviation 1,73581 ,84927 46,93964
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015) Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif memperlihatkan gambaran umum sebagai berikut:
54
a. Inflasi Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan adalah 36. Nilai inflasi minimum 3,56 dan maximum 8,79. Rata-rata nilai inflasi adalah 5,8878 dengan standart deviasi 1,73581. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa standart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 1,73581 < 5,8878, hal ini menunjukkan bahwa sebaran inflasi dalam kondisi baik. b. BI Rate Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai BI rate minimum 5,75 dan maksimum 7,75. Rata-rata nilai BI rate adalah 6,5868 dengan standart deviasi 0,84927. Sebaran BI rate dalam kondisi yang baik karena dapat dilihat bahwa stndart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 0,84927 < 6,5868. c. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) minimum 525,05 dan maksimum 691,13. Rata-rata indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) adalah 621,1096 dengan standart deviasi 46,93964. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa standart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 46,93964 < 621,1096, hal ini menunjukkan bahwa sebaran indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dalam kondisi baik.
55
B. Analisis Data 1. Hasil Uji Stasioneritas Untuk menguji stasioneritas dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Hasil uji stasioneritas adalah sebagai berikut: a. Uji Stasioneritas Inflasi Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Inflasi Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.684727 -4.273277 -3.557759 -3.212361
0.0003
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INFLASI,3) Method: Least Squares Date: 04/09/16 Time: 12:27 Sample (adjusted): 2012M05 2014M12 Included observations: 32 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(INFLASI(-1),2) D(INFLASI(-1),3) C @TREND("2012M01")
-1.574847 0.348564 -0.002708 0.000170
0.277031 0.181561 0.003474 0.000161
-5.684727 1.919814 -0.779478 1.054580
0.0000 0.0651 0.4422 0.3006
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.629370 0.589660 0.008380 0.001966 109.7534 15.84901 0.000003
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016) 56
0.000191 0.013081 -6.609585 -6.426368 -6.548854 2.127427
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai absolut statistik ADF (-5.684727) lebih besar dari nilai critical values, maka data inflasi yang diamati menunjukkan stasioner. b. Uji Stasioneritas BI Rate Tabel 4.3 Hasil Uji Stasioneritas BI Rate Null Hypothesis: D(BI_RATE,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-10.65481 -4.262735 -3.552973 -3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BI_RATE,3) Method: Least Squares Date: 04/09/16 Time: 12:28 Sample (adjusted): 2012M04 2014M12 Included observations: 33 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BI_RATE(-1),2) C @TREND("2012M01")
-1.542039 0.000221 -6.38E-06
0.144727 0.000471 2.21E-05
-10.65481 0.468141 -0.288251
0.0000 0.6431 0.7751
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.791479 0.777577 0.001206 4.36E-05 176.5274 56.93508 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
57
-7.58E-05 0.002557 -10.51681 -10.38077 -10.47104 1.823541
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai absolut statistik ADF (-10.65481) lebih besar dari nilai critical values, maka data BI Rate yang diamati stasioner. c. Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tabel 4.4 Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Null Hypothesis: D(JII,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-8.080328 -4.262735 -3.552973 -3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(JII,3) Method: Least Squares Date: 04/09/16 Time: 12:29 Sample (adjusted): 2012M04 2014M12 Included observations: 33 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(JII(-1),2) C @TREND("2012M01")
-1.367337 -2518.354 122.6349
0.169218 11156.21 524.9825
-8.080328 -0.225736 0.233598
0.0000 0.8229 0.8169
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.685204 0.664218 28711.58 2.47E+10 -383.9992 32.64990 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
58
-534.3939 49548.22 23.45450 23.59054 23.50027 2.213063
Hasil output menunjukkan bahwa nilai absolut statistik ADF (8.080328) lebih besar dari nilai critical values, maka data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) yang diamati stasioner. 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Regresi ini digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua variabel). Kondisi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen dapat bersifat positif atau negatif. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model T Std. B Beta Error (Constant) 433,872 56,722 7,649 1 INFLASI -6,501 5,214 -,240 -1,247 BI RATE 34,237 10,656 ,619 3,213 a. Dependent Variable: IHS JII Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Sig. ,000 ,221 ,003
Dari hasil regresi yang didapat maka dapat dibuat persamaaan regresi berganda sebagai berikut: Y
=
a + b1 X1 + b2 X2
Y
=
433,872 - 6,501X1 + 34,237X2
Dimana: Y
=
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
59
X1 =
inflasi
X2 =
BI rate
a
konstanta
=
b1 =
koefisien regresi inflasi
b2 =
koefisien regresi BI rate
Artinya: Nilai constant (a) : 433,872, diartikan bahwa ketika variabel inflasi dan BI rate konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka variabel indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan mengalami kenaikan sebesar 433,872 dengan asumsi cateris paribus. Nilai Inflasi (X1) sebesar -6,501, diartikan bahwa jika inflasi mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan BI Rate konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan mengalami penurunan sebesar 6,501 satuan dengan asumsi cateris paribus. Nilai BI Rate (X2) sebesar 34,237, diartikan bahwa jika BI Rate mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan Inflasi konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan mengalami peningkatan sebesar 34,237 satuan dengan asumsi cateris paribus. 3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji ttest Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendirisendiri. Pengujian ini dilakukan secara parsial atau individu, dengan uji t
60
statistik untuk masing-masing variabel bebas, dengan tingkat kepercayaan tertentu (Bawono, 2006: 89). Tabel 4.6 Hasil Uji ttest
Model
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 433,872 56,722
(Constant ) 1 INFLASI -6,501 5,214 -,240 BI RATE 34,237 10,656 ,619 a. Dependent Variable: IHS JII Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
t
Sig.
7,649
,000
-1,247 3,213
,221 ,003
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai t test sebesar -1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest tidak berada di dalam daerah penolakan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest berada di dalam daerah penolakan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
61
b. Uji Ftest Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh semua variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen (Y), (Bawono, 2006: 91). Tabel 4.7 Hasil Uji Ftest ANOVAa Model
Sum of Squares 19656,409
Df
Mean Square 9828,205
Regressio 2 n 1 Residual 57460,121 33 1741,216 Total 77116,530 35 a. Dependent Variable: IHS JII b. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
F 5,644
Sig. ,008b
Dengan melihat tabel di atas, nilai F hitung = 5,644. F tabel dapat dicari dengan melihat kolom df, yaitu dengan df pembilang = 3 dan df penyebut = 34 sedangakan α : 5%, maka nilai F tabel = 2,883. Berdasarkan nilai F hitung dan F tabel, maka F hitung > F tabel, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini berarti BI rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Menurut Gujarati dalam Bawono (2006: 92) Analisis koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase
62
(%) pengaruh keseluruhan variabel independen yang digunakan (X1, X2, X3) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian ini dilakukan dengan melihat R² pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila angka koefisien determinasi (R²) semakin mendekati 1 berarti model regresi yang digunakan sudah semakin tepat sebagai model penduga terhadap variabel dependen (Y). Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Mode Adjusted R Std. Error of R R Square l Square the Estimate a 1 ,505 ,255 ,210 41,72788 a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI b. Dependent Variable: IHS JII Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015) Dari tabel di atas diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,210 yang artinya variabel independen berkontribusi mempengaruhi variabel dependen sebesar 21%, sisanya 79% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 4. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance juga matrik kolerasi untuk pengujian multikolinieritas, pengujian heteroskedastisitas menggunakan White Test, selanjutnya pengujian autokorelasi menggunakan Durbin Watson, dan pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorof-Smirnov Test. Hasil uji tersebut adalah sebagai berikut: 63
a. Uji Multicollinearity (Multikolinieritas) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi di antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainya. Dalam pengujian ini, peneliti menggunakan metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance juga matrik kolerasi. Kedua nilai VIF dan Tolerance saling berlawanan, apabila nilai tolerancenya besar maka nilai VIF nya kecil dan sebaliknya. Nilai VIF di sini tidak boleh lebih besar dari 5 (lima), jika lebih besar maka bisa dikatakan ada gejala multikolinieritas, sebaliknya jika nilai VIF nya lebih kecil dari 5 maka tidak ada gejala multikolinieritas. Demikian juga dengan nilai Tolerance nya berarti sebaliknya (Bawono, 2006: 123). Tabel 4.9 Hasil Uji Multicollinearity Coefficientsa Collinearity Statistics Model Tolerance VIF (Constant) 1 INFLASI ,607 1,646 BI RATE ,607 1,646 a. Dependent Variable: IHS JII Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015) Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai VIF masing-masing variabel lebih kecil dari 5 (lima) dan nilai tolerance tidak ada yang lebih dari angka 5, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas pada semua variabel.
64
b. Uji Heteroscedasticity (Heteroskedastisitas) Dalam pengujian ini, peneliti menggunakan metode White Test. Secara manual uji ini dilakukan dengan meregres residual kuadrat (Ui2) dengan variabel bebas dan perkalian variabel bebas. Dapatkan nilai R 2 untuk menghitung x2, di mana x2 = n*R2. Pengujiannya adalah jika x2 hitung < x2 tabel, maka hipotesis adanya heteroskedasticity dalam model ditolak (Bawono, 2006: 145). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroscedasticity
Model
R ,540a
1
Model Summary Adjusted R R Square Square ,292 ,174
Std. Error of the Estimate 1812,01619
a. Predictors: (Constant), x2.x2, x1.x1, INFLASI, x1.x2, BI RATE Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015) Dengan mengetahui nilai R2 sebesar 0,292, maka kita dapat mengetahui besarnya x2 hitung yaitu R2 * n = 0,292 * 36 = 10,512. Sedangkan besarnya x2 tabel adalah 50,9985. Karena besarnya x2 hitung < x2 tabel, maka model yang kita pakai tidak terdapat gejala penyakit heteroskedastisitas. c. Uji Autocorrelation (Autokorelasi) Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini menggunakan Uji Durbin Watson. Hasil dari pengujian adalah sebagai berikut: 65
Tabel 4.11 Hasil Uji Autocorrelation Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 ,505 ,255 ,210 41,72788 a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI b. Dependent Variable: IHS JII Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
DurbinWatson ,329
Nilai DW test nya sebesar 0,329, kemudian kita bandingkan dengan nilai tabel. Jumlah observasi = 36, jumlah variabel independen = 2, dengan asumsi derajat kepercayaan 5% maka nilai tabel d L = 1,3537 dan nilai tabel dU = 1,5872. Nilai 4 – dU = 4 - 1,5872 = 2,4128. Karena nilai DW test tidak di antara dU dan 4 – dU, bahkan lebih kecil dari dL, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala penyakit autokorelasi dalam model regrasi. Karena terdapat gejala penyakit autokeralasi, maka dilakukan teknik perbaikan dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Perbaikan Uji Autocorrelation
Mode l
R
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate
1 ,892a ,796 ,776 21,79498 a. Predictors: (Constant), IHS JII, INFLASI, BI RATE b. Dependent Variable: Ln_IHS Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
DurbinWatson 1,694
Nilai DW test nya sebesar 1,694, kemudian kita bandingkan dengan nilai tabel. Jumlah observasi = 36, jumlah variabel independen = 2, dengan
66
asumsi derajat kepercayaan 5% maka nilai tabel d L = 1,3537 dan nilai tabel dU = 1,5872. Nilai 4 – dU = 4 - 1,5872 = 2,4128. Karena nilai DW test di antara dU dan 4 – dU, maka dapat disimpulkan bahwa sekarang tidak terdapat gejala penyakit autokorelasi. d. Uji Normality (Normalitas) Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi kita, data variabel dependen dan independen yang kita pakai apakah berdistribusi normal atau tidak. Sebuah data penelitian yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal (Bawono, 2006: 174). Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorof-Smirnov Test. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant melalui pengukuran tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Data bisa dikatakan berdistribusi normal bila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka data tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Normality One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test RES_1 N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015) 67
36 ,0000000 40,51811615 ,069 ,069 -,052 ,414 ,996
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, yaitu 0,996 > 0,05. 5. Pembahasan Penelitian ini meneliti tentang pengaruh inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Dari penelitian yang telah dilakukan maka pengaruh variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai t test sebesar -1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515 dan t test tidak berada di dalam daerah penolakan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hatman Maqdiyah, Sri Mangesti Rahayu, Topowijono (2014) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Neny Mulyani (2014) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
68
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), berarti bahwa berapa besar pun perubahan variabel inflasi yang terjadi secara parsial tidak akan berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Tidak signifikannya pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tersebut disebabkan karena inflasi yang terjadi pada tahun 2012-2014 relatif stabil, sehingga masih dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu membuat orang bergairah untuk mengadakan investasi. Investor percaya bahwa keadaan inflasi tidak akan berpengaruh terhadap perubahan harga saham karena kondisi inflasi yang terjadi masih dalam batas wajar. Stabilnya inflasi membuat para investor tidak terlalu memperhatikan komponen inflasi dalam mempertimbangkan penjualan atau pembelian saham, sehingga perubahan inflasi tidak berdampak secara nyata terhadap perubahan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Tidak signifikannya pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tersebut juga bisa disebabkan karena para investor lebih banyak mempertimbangkan faktor lain seperti faktor fundamental perusahaan. b. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Dari penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa variabel BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Sehingga semakin tinggi tingkat BI rate akan
69
semakin tinggi pula indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515 dan t test berada di dalam daerah penolakan. Hipotesis yang menyatakan bahwa BI rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) maka ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Neny Mulyani (2014) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dessy dan Sujito (2012) juga menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG. BI rate berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) disebabkan karena BI rate merupakan salah satu faktor yang dominan berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi dalam bentuk saham di kalangan investor. BI rate berpengaruh positif karena apabila BI rate naik, investor tidak menjual saham yang dimilikinya dan tidak beralih menginvestasikan dananya di bank untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Hal ini karena investor percaya harga saham akan tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Hubungan positif yang terjadi antara BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) mengindikasikan bahwa tidak adanya hubungan subtitusi antara sektor perbankan dengan pasar modal. Hal ini berarti pasar modal bukan
70
merupakan subtitusi dari perbankan, akan tetapi merupakan komplementer dari perbankan. Keputusan investasi tidak hanya melibatkan faktor teknikal saja tetapi kondisi psikologis dari para investor juga ikut mempengaruhi, sehingga tidak selamanya teori yang ada dapat sesuai dengan kenyataan di pasar. c. Variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) Dari hasil uji t test nilai b1XI sebesar -6,501 dan b2X2 sebesar 34,237. Dengan demikian nilai koefisien variabel X2 lebih besar dari koefisien variabel X1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI rate. BI Rate berpengaruh paling dominan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) karena BI rate merupakan salah satu kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BI rate dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai ttest sebesar -1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515. 2. BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai ttest sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515. 3. Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI Rate. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji ttest, di mana nilai koefisien variabel X2 sebesar 34,237 lebih besar dari koefisien variabel X1 sebesar -6,501.
72
B. Saran 1. Bagi
investor
yang
menginvestasikan dana
pada
saham,
sebaiknya
mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam melakukan investasi selain variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti. 2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama disarankan menambahkan variabel penelitian dan periode waktu yang lebih panjang. 3. Bagi pemerintah harus bijak dalam mengendalikan kondisi-kondisi makro ekonomi agar perekonomian tetap stabil sehingga dapat meningkatkan gairah investasi di dalam negeri.
73
DAFTAR PUSTAKA
Al Kautsar, Odi & Atim Djazuli. 2015. “Analisis Return On Asset, Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Nilai Kurs Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Mining Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia)”. http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1836/1679. Diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.48. Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2008. “Pengantar Pasar Modal”. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: Rineka Cipta. Bawono, Anton. 2006. “Multivariate Analysis dengan SPSS”. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Bungin, Burhan. 2006. “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana. Cahya, Putu Fenta Pramudya; I Wayan Suwendra & Fridayana Yudiatmaja. 2015. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013”. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Vol. 2. http://journal.usm.ac.id. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 11.27. Dessy & Sujito. 2012. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun (2006-2010)”. Jurnal Vol. 11 No. 2 hlmn 107116. http://journal.usm.ac.id. Diakses pada 5 Juni 2015 pukul 10.37. Hasibuan, Saida & Wahyu Ario Pratomo. 2015. “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Suku Bunga SBI Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter dan Variabel Makroekonomi Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1.12. http://202.0.107.5/index.php/edk/article/view/9515. Diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 04.08. Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. 2008. “Investasi pada Pasar Modal Syariah”. Jakarta: Kencana. Karim, Adiwarman. 2008. “Ekonomi Makro Islami”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
74
Khalwaty, Tajul. 2000. “Inflasi dan Solusinya”. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Luthvi, Dani Ahmad. 2014. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Size terhadap Return Saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2009-2013”. Skripsi.http://eprints.uny.ac.id/15487/1/SKRIPSI%20DANI%20AHMAD %20LUTHVI.pdf. Diakses pada tanggal 16 Juni 2015 pukul 08.49. Maqdiyah, Hatman; Sri Mangesti Rahayu & Topowijono. 2014. “Pengaruh Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) (Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 hingga 2013)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 17 No. 2. http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 16.31. Marsis, Adi Setiawan. 2013. “Rahasia Terbesar Investasi”. Yogyakarta: Secon Hope. Mulyani, Neny. 2014. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Dosestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1. http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JBME/article/view/36/36. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 10.29. Murhadi, Werner R. 2009. “Analisis Saham Pendekatan Fundamental”. Jakarta: PT Indeks. Nafik HR, Muhammad. 2009. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Nopirin. 2000. “Ekonomi Moneter Buku II”. Yogyakarta: BPFE. Nopirin. 2009. “Ekonomi Moneter Buku I”. Yogyakarta: BPFE. Sugiharto; Dergibson Siagian; Lasmono Tri Sunaryanto & Denny S. Oetomo. 2003. “Teknik Sampling” .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suharno, Agus & MG. Kentris Indarti. 2014. “Pengaruh Faktor Fundamental Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)”. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan Vol. 3 No. 1 hal 10-21. http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe9/article/view/2874/809. Diakses pada tanggal 6 November 2015 pukul 14.54.
75
Sugiyono. 2010. “Statistika untuk Penelitian”. Bandung: CV Alfabeta. Supardi. 2005. “Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis”. Yogyakarta: UII Press. Tandelilin, Eduardus. 2010. “Portofolio dan Investasi”. Yogyakarta: Kanisius. Wijaya, Tony. 2013. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan Praktik”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Winarno, Wing Wahyu. 2015. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. http://www.bapepam.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015. http://www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015. http://www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
76
Lampiran
77
Lampiran 1. Data Inflasi (dalam persen) No.
Bulan
2012
2013
2014
1.
Januari
3,65
4,57
8,22
2.
Februari
3,56
5,31
7,75
3.
Maret
3,97
5,90
7,32
4.
April
4,50
5,57
7,25
5.
Mei
4,45
5,47
7,32
6.
Juni
4,53
5,90
6,70
7.
Juli
4,56
8,61
4,53
8.
Agustus
4,58
8,79
3,99
9.
September
4,31
8,40
4,53
10.
Oktober
4,61
8,32
4,83
11.
November
4,32
8,37
6,23
12.
Desember
4,30
8,38
8,36
78
Lampiran 2. Data BI Rate (dalam persen) No.
Bulan
2012
2013
2014
1.
Januari
6,00
5,75
7,50
2.
Februari
5,75
5,75
7,50
3.
Maret
5,75
5,75
7,50
4.
April
5,75
5,75
7,50
5.
Mei
5,75
5,75
7,50
6.
Juni
5,75
6,00
7,50
7.
Juli
5,75
6,50
7,50
Agustus
5,75
9.
September
5,75
7,25
7,50
10.
Oktober
5,75
7,25
7,50
November
5,75
7,50
Desember
5,75
7,50
8.
11.
12.
79
6,50 7,00
7,50
7,50 7,75 7,75
Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) No.
Bulan
2012
2013
2014
1.
Januari
562,535
604,610
602,873
2.
Februari
566,754
645,219
626,864
3.
Maret
584,060
660,337
640,411
4.
April
575,088
682,691
647,674
5.
Mei
525,052
676,583
656,830
6.
Juni
544,190
660,165
654,999
7.
Juli
573,731
623,747
690,396
8.
Agustus
569,935
592,002
691,132
9.
September
600,840
585,593
687,619
10. Oktober
619,270
615,706
670,443
11. November
588,776
579,868
683,015
12. Desember
594,789
585,110
691,039
80
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Bulan Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agu-12 Sep-12 Okt-12 Nov-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agu-13 Sep-13 Okt-13 Nov-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agu-14 Sep-14 Okt-14 Nov-14 Des-14
Inflasi 0,0365 0,0356 0,0397 0,0450 0,0445 0,0453 0,0456 0,0458 0,0431 0,0461 0,0432 0,0430 0,0457 0,0531 0,0590 0,0557 0,0547 0,0590 0,0861 0,0879 0,0840 0,0832 0,0837 0,0838 0,0822 0,0775 0,0732 0,0725 0,0732 0,0670 0,0453 0,0399 0,0453 0,0483 0,0623 0,0836
81
BI Rate 0,0600 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0575 0,0600 0,0650 0,0675 0,0725 0,0725 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,0750 0,07625 0,0775
IHS JII 562,535 566,754 584,060 575,088 525,052 544,190 573,731 569,935 600,840 619,270 588,776 594,789 604,610 645,219 660,337 682,691 676,583 660,165 623,747 592,002 585,593 615,706 579,868 585,110 602,873 626,864 640,411 647,674 656,830 654,999 690,396 691,132 687,619 670,443 683,015 691,039
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data a. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INFLASI
36
3,56
8,79
5,8878
1,73581
BI RATE
36
5,75
7,75
6,5868
,84927
IHS JII
36
525,05
691,13
621,1096
46,93964
Valid N (listwise)
36
b. Hasil Uji Multicollinearity a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficient
t
Sig.
Collinearity Statistics
s B (Constant)
Std. Error
433,872
56,722
1 INFLASI
-6,501
5,214
BI RATE
34,237
10,656
Beta
Tolerance 7,649
,000
-,240
-1,247
,221
,607
1,646
,619
3,213
,003
,607
1,646
a. Dependent Variable: IHS JII
c. Hasil Uji Heteroscedasticity Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
a
,540
,292
,174
Std. Error of the Estimate 1812,01619
a. Predictors: (Constant), x2.x2, x1.x1, INFLASI, x1.x2, BI RATE
82
VIF
d. Hasil Uji Autocorrelation b
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square ,505
1
a
,255
Durbin-Watson
Estimate
,210
41,72788
,329
a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI b. Dependent Variable: IHS JII
e. Perbaikan Uji Autocorrelation b
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
a
1
,892
,796
Std. Error of the Estimate
,776
21,79498
a. Predictors: (Constant), IHS JII, INFLASI, BI RATE b. Dependent Variable: Ln_IHS
f. Hasil Uji Normality One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test RES_1 N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
36 Mean Std. Deviation
,0000000 40,51811615
Absolute
,069
Positive
,069
Negative
-,052
Kolmogorov-Smirnov Z
,414
Asymp. Sig. (2-tailed)
,996
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
83
Durbin-Watson
1,694
g. Hasil Uji Regresi Berganda a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficient
T
Sig.
s B
Std.
Beta
Error (Constant) 1
433,872
56,722
INFLASI
-6,501
5,214
BI RATE
34,237
10,656
7,649
,000
-,240
-1,247
,221
,619
3,213
,003
a. Dependent Variable: IHS JII
h. Hasil Uji ttest a
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
433,872
56,722
INFLASI
-6,501
5,214
BI RATE
34,237
10,656
Beta 7,649
,000
-,240
-1,247
,221
,619
3,213
,003
a. Dependent Variable: IHS JII
i. Hasil Uji Ftest ANOVAa Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
19656,409
2
9828,205
Residual
57460,121
33
1741,216
Total
77116,530
35
a. Dependent Variable: IHS JII b. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
84
F 5,644
Sig. ,008b
j. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) b
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square 1
a
,505
,255
,210
Estimate 41,72788
a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI b. Dependent Variable: IHS JII
k. Hasil Uji Stasioneritas Inflasi Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.684727 -4.273277 -3.557759 -3.212361
0.0003
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INFLASI,3) Method: Least Squares Date: 04/09/16 Time: 12:27 Sample (adjusted): 2012M05 2014M12 Included observations: 32 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(INFLASI(-1),2) D(INFLASI(-1),3) C @TREND("2012M01")
-1.574847 0.348564 -0.002708 0.000170
0.277031 0.181561 0.003474 0.000161
-5.684727 1.919814 -0.779478 1.054580
0.0000 0.0651 0.4422 0.3006
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.629370 0.589660 0.008380 0.001966 109.7534 15.84901 0.000003
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
85
0.000191 0.013081 -6.609585 -6.426368 -6.548854 2.127427
l. Hasil Uji Stasioneritas BI Rate Null Hypothesis: D(BI_RATE,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-10.65481 -4.262735 -3.552973 -3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BI_RATE,3) Method: Least Squares Date: 04/09/16 Time: 12:28 Sample (adjusted): 2012M04 2014M12 Included observations: 33 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BI_RATE(-1),2) C @TREND("2012M01")
-1.542039 0.000221 -6.38E-06
0.144727 0.000471 2.21E-05
-10.65481 0.468141 -0.288251
0.0000 0.6431 0.7751
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.791479 0.777577 0.001206 4.36E-05 176.5274 56.93508 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
86
-7.58E-05 0.002557 -10.51681 -10.38077 -10.47104 1.823541
m. Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham JII Null Hypothesis: D(JII,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-8.080328 -4.262735 -3.552973 -3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(JII,3) Method: Least Squares Date: 04/09/16 Time: 12:29 Sample (adjusted): 2012M04 2014M12 Included observations: 33 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(JII(-1),2) C @TREND("2012M01")
-1.367337 -2518.354 122.6349
0.169218 11156.21 524.9825
-8.080328 -0.225736 0.233598
0.0000 0.8229 0.8169
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.685204 0.664218 28711.58 2.47E+10 -383.9992 32.64990 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
87
-534.3939 49548.22 23.45450 23.59054 23.50027 2.213063
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI Nama NIM Tempat, Tgl Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat
: : : : : :
Siti Aliyah 21311029 Salatiga, 01 Mei 1992 Perempuan Islam Bejirejo, RT: 03 RW: 03, Desa Kalibeji, Kec. Tuntang, Kab. Semarang
IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah Pekerjaan Nama Ibu Pekerjaan Alamat
: : : : :
Solikin Karyawan PDAM Salatiga Sayem Ibu Rumah Tangga Bejirejo, RT: 03 RW: 03, Desa Kalibeji, Kec. Tuntang, Kab. Semarang
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4.
SD N Kalibeji 2, lulus tahun 2004 SMP N 2 Salatiga, lulus tahun 2007 SMK N 1 Salatiga, lulus tahun 2010 IAIN Salatiga Jurusan S1 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, angkatan 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya. Salatiga, 11 Januari 2016 Yang membuat,
Siti Aliyah NIM. 21311029
88