ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).
Oleh : Rifan Dwi Martono NIM : (106081002483)
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi
Disusun Oleh : Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483
Dibawah bimbingan :
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP: 19692032001121003
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 197312212005012002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
Hari ini Selasa Tanggal 23 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483 dengan judul skripsi “ANALISIS
PENGARUH
HARGA
KOMODITAS
DUNIA
TERHADAP
PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 23 April 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
Hari ini Jumat Tanggal 4 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Rifan Dwi Martono NIM: 106081002483 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan Penampilan Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi
Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua
Sekretaris
Indoyama Nasarudin, SE, MAB Penguji Ahli
Arief Mufraini, Lc, M.Si Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Nama Mahasiswa
: Rifan Dwi Martono
NIM
: 106081002483
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya
Jakarta, 8 Juni 2010
Rifan Dwi Martono
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Rifan Dwi Martono
2. Alamat
: Komp. Dephan/Mabes TNI Cidodol No.31, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
II.
III.
3. TTL
: Pekalongan, 20 Maret 1988
4. Agama
: Islam
5. Status
: Belum Menikah
6. IPK terakhir
: 3.51
7. Tel
: 99430423
8. E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1. SD
: SDI Al-Falah 1 Pagi (1994-2000)
2. SMP
: SMP 48 (2000-2003)
3. SMA
: SMA 29 (2003-2006)
4. S1
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)
SEMINAR DAN PELATIHAN •
Seminar Wirausaha Mandiri tahun 2010 di Jakarta Convention Centre
•
ESQ Training Leadership tahun 2007
•
Lembaga Pendidikan&Pengembangan Profesi Terpadu Nurul Fikri tahun 2007
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI •
Wakil Ketua Remaja Islam Masjid Al-Jihad tahun 2009
•
Ketua KKS BT Purwodadi 2009
i
Abstract
The objective of this research is to analyse the effect of commodities price to Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, and Jakarta Islamic Index (JII) movement in BEI. This research use six commodity price and data used in this research are monthly from period 2005-2009. The analysis tool that used in this research is Vector Autoregression (VAR). There are two models in the analysis of the resulting model VAR, (i) impulse response function that can trace the response of one endogenous variables in the model; (ii) variance decomposition to show the relative contribution of certain endogenous variable variability. The result of Johansen cointegration test show that the commodity price and stock price indices are cointegrated. Based on the result of impulse response show that the commodities price shock with any response by each market price indices. Result of variance decomposition analysis suggest that contribution price to market price indices movements in BEI are varied. Keyword : Commodities price, Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, Jakarta Islamic Index (JII), VAR
ii
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pergerakan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan 6 harga komoditas dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari periode 2005-2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregression (VAR). Terdapat 2 model analisis yang dihasilkan dalam model VAR, (i) impulse response function yang digunakan untuk melacak dampak shock dari variabel endogen terhadap variabel lain dalam sistem VAR; (ii) variance decomposition digunakan untuk memprediksi kontribusi harian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu didalam sistem VAR. Hasil dari Johansen cointegration test menunjukan bahwa harga komoditas dan indeks harga saham terdapat hubungan kointegrasi. Berdasarkan hasil impulse response menunjukan adanya shock harga komoditas direspon secara beragam oleh masing-masing indeks harga saham. Demikian juga hasil dari analisis variance decomposition menggambarkan bahwa kontribusi dari harga komoditas juga beragam terhadap masing-masing indeks harga saham. Kata kunci : Harga komoditas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII), VAR.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil 'alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senatiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga saya dapat membuat skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jaman yang terang benderang. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini: 1. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu tercinta beserta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, do'a, dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga memotivasi saya untuk tetap semangat dalam menjalani hari-hari di bangku kuliah 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing 1 yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing dan memberikan banyak masukan serta selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof.Dr Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang banyak memberikan dukungan atas sarana dan prasarana di FEB 5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE. MAB selaku ketua jurusan manajemen dan dosen evaluasi kuantitatif, yang selalu memberikan bimbingan, semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Para staff akademik dan jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan bantuan. 7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini telah memberikan materi dan memberikan bimbingan serta motivasi. 8. Teman-teman dari Manajemen D (D-Troc Family) dan Keuangan B atas segala dukungannya
iv
9. Terima kasih juga buat tim KKS-BT purwodadi 2009 yang memberikan pengalaman berharga yang tak terlupakan 10. Terima Kasih semua temen-temen kuliah angkatan 2006 yang tak bisa disebutkan satu persatu. 11. Para staff dan pegawai di perpustakaan utama dan perpustakan fakultas sebagai tempat dalam mencari bahan-bahan dan sumber referensi bagi penulis. Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan sripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi menunjang kesempurnaan dari Tugas akhir kuliah (Skripsi) ini. Saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Mei 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup............................................................................................ i Abstract................................................................................................................. ii Abstrak ................................................................................................................ iii Kata Pengantar..................................................................................................... iv Daftar Isi .............................................................................................................. vi Daftar Tabel ......................................................................................................... ix Daftar Grafik ........................................................................................................ x Daftar Lampiran .................................................................................................. xi BAB I.
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................... 13 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 13 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 16 A. Pasar Modal ....................................................................................... 16 B. Indeks Harga Saham .......................................................................... 18 1) Indeks Harga Saham Gabungan ................................................. 18 2) Indeks LQ 45 .............................................................................. 19 3) Jakarta Islamic Index .................................................................. 21 C. Harga Komoditas ............................................................................... 22 1) Harga Minyak Mentah................................................................ 23 2) Harga Emas ................................................................................. 26 3) Harga Nikel ................................................................................ 27 4) Harga Timah ............................................................................... 28 5) Harga Batubara ........................................................................... 29 6) Harga Minyak Kelapa Sawit ...................................................... 30 D. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 30 E. Kerangka Pemikiran........................................................................... 35 F. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 37
vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 38 A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 38 B. Metode Pemilihan Sampel ................................................................. 39 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 40 D. Metode Analisis Data ......................................................................... 42 E. Operasional Variabel Penelitian......................................................... 46 BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 49 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian....................................... 49 1) Perkembangan Pasar Modal Indonesia ....................................... 49 B. Analisa Data dan Pembahasan ........................................................... 50 1) Analisis Deskriptif ...................................................................... 50 2) Analisis Pengujian Statistik ........................................................ 72 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 97 A. Kesimpulan ........................................................................................ 97 B. Implikasi Penelitian ......................................................................... 101 C. Saran ................................................................................................ 102 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 104
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Harga Minyak Mentah........................................................................ 51 Tabel 4.2 Harga Emas ......................................................................................... 53 Tabel 4.3 Harga Nikel ........................................................................................ 56 Tabel 4.4 Harga Timah ....................................................................................... 58 Tabel 4.5 Harga Batubara ................................................................................... 60 Tabel 4.6 Harga CPO ......................................................................................... 63 Tabel 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................ 65 Tabel 4.8 Indeks LQ 45 ....................................................................................... 67 Tabel 4.9 Jakarta Islamic Index (JII) ................................................................. 70 Tabel 4.10 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level ............................................... 73 Tabel 4.11 Uji Stasioneritas Data Tingkar Diferensi Pertama ........................... 74 Tabel 4.12 Uji Kointegrasi ................................................................................. 75 Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition IHSG ............................................... 79 Tabel 4.14 Nilai Impulse Response IHSG .......................................................... 81 Tabel 4.15 Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45 .................................. 85 Tabel 4.16 Nilai Impulse Response Indeks LQ 45 ............................................. 87 Tabel 4.17 Nilai Variance Decomposition JII .................................................... 90 Tabel 4.18 Nilai Impulse Response JII ............................................................... 92 Tabel 4.19 Variance Decomposition Indeks Harga Saham ................................ 95 Tabel 4.20 Respon Indeks Harga Saham ........................................................... 96
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005-2009 ........................................................ 3 Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas ............................................................. 9 Grafik 2.1 Harga Nikel ....................................................................................... 28 Gambar 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 36 Grafik 4.1 Harga Minyak Mentah Dunia ........................................................... 52 Grafik 4.2 Harga Emas Dunia ............................................................................ 54 Grafik 4.3 Harga Nikel Dunia ............................................................................. 57 Grafik 4.4 Harga Timah Dunia ........................................................................... 59 Grafik 4.5 Harga Batubara Dunia....................................................................... 62 Grafik 4.6 Harga CPO Dunia ............................................................................. 64 Grafik 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan ........................................................ 66 Grafik 4.8 Indeks LQ 45 ...................................................................................... 69 Grafik 4.9 Jakarta Islamic Index ......................................................................... 71
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya (Pananda Pasaribu, 2008:1). Hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight) bukan hanya merupakan dampak merosotnya nilai rupiah atau tingginya inflasi dan rendahnya suku bunga di suatu negara, tetapi karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Keadaan ini terjadi sebagai konsekuensi dari terbukanya pasar saham terhadap investor asing (Paulus Situmorang, 2008:7). Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilar-pilar perekonomian nasional Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap
1
perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besar-besaran (rush) oleh deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight). Tingkat suku bunga yang mencapai 70% dan depresiasi nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar AS sebesar 500% mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu. Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas sampai ke pasar modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor (Ana Oktavia, 2007:1). Gejala pemulihan kepercayaan masyarakat mulai tampak jika dilihat pada indikator ekonomi dalam bebarapa tahun terakhir. Pada September 2004, Indeks harga saham gabungan mencapai 820,1 dan sampai Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat Indeks harga saham pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan Januari 2006 – Januari 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Januari 2008 di level 2.830.263 yang diikuti juga oleh indeks lainnya seperti indeks LQ 45 yang juga mencetak rekor tertinggi pada level 615,996 (www.idx.co.id).
2
Indeks harga saham mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif (Adler Manurung, 2008:1). Perkembangan IHSG dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 1.1.
Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005 - 2009 3000 2500 2000 1500 Tabel IHSG 1.1…
1000 500 0
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt '05 '05 '05 '05 '06 '06 '06 '06 '07 '07 '07 '07 '08 '08 '08 '08 '09 '09 '09 '09 Waktu
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah Berdasarkan grafik 1.1 diatas dapat dilihat bahwa IHSG mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2008. Namun krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai Indeks harga saham sebesar 50 % dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang. Akibat terimbas krisis
3
finansial global tersebut IHSG terus mengalami penurunan, puncaknya terjadi pada awal bulan Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Hal tersebut mendorong BEI mensuspend perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di seluruh pasar hingga dibuka kembali pada tanggal 13 Oktober 2008. Tujuan suspensi tersebut adalah untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar secara lebih luas. Pada tiga bulan terakhir di tahun 2008 IHSG terus menurun yang diikuti dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal tersebut menyebabkan pada akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892 atau turun sebesar 51,17 % dari level penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826. Memasuki tahun 2009 IHSG kembali mengalami penguatan dimana pada bulan Oktober telah mencapai level 2.528,14. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya harga minyak dunia, menguatnya nilia tukar rupiah, serta sentiment regional (finance.yahoo.com). Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan harga bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing (Pananda Pasaribu, 2008:2). Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya
4
informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada Indeks harga saham (Pananda Pasaribu, 2008). Indeks harga saham merupakan bagian penting dalam pembicaraaan mengenai pasar modal, karena indeks ini merupakan indikator dari berbagai hal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi makro, ekonomi mikro, moneter dan kebijakan lainnya (Paulus Situmorang, 2008:133). Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik turunnya Indeks harga saham karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik-turunnya indeks. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Maka dari itu, perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Indeks harga saham dan seberapa besar pengaruh faktorfaktor tersebut (Budy Frensidy, 2009:3). Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks harga saham cukup beragam. Selain pergerakan variabel-variabel makro, tingkat harga komoditas dunia juga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dan iklim investasi Indonesia, dimana pengaruh dari fluktuasi harga komoditas dunia juga tidak lepas dari pasar modal sebagai tempat berinvestasi yang mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Pengaruh dari perubahan harga komoditas cukup besar dalam mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu produsen komoditas dunia. Selain itu, perusahaan-
5
perusahaan
yang
berhubungan
dengan
komoditas
mempunyai
nilai
kapitalisasi yang cukup besar pada indeks harga saham. Perubahan yang terjadi pada harga komoditas akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi indeks harga saham. Maka dari itu, merupakan hal yang menarik untuk diteliti seberapa besar pengaruh dari perubahan harga komoditas terhadap indeks harga saham. Komoditas yang paling berpengaruh saat ini adalah minyak mentah. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mendapat sorotan utama karena minyak menjadi sebuah komoditas yang penting bagi banyak pihak, sehingga menjadi isu penting bagi masyarakat, pemerintah, dan para pelaku usaha. Gejolak minyak yang terjadi akhir-akhir ini merupakan permasalahan yang menimbulkan kekhawatiran di berbagai Negara konsumen diseluruh dunia. Kenaikan harga minyak mentah menjadikan turut naiknya harga bahan bakar diseluruh dunia. Indonesia dan sejumlah Negara lain telah menaikan harga BBM yang vital bagi kehidupan dan perekonomian. Kondisi ini menjadi sangat penting karena tingginya harga minyak akan memicu kenaikan harga komoditas lain dan menimbulkan tekanan inflasi diseluruh dunia (Alfred Pakasi, 2008:143). Kenaikan harga minyak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak, kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga,
6
disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan akan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun petumbuhan ekonomi tetap berlangsung. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk di negara maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang naik tajam berasal dari Asia, khususnya China dan India (A.J Surjadi, 2006:1). Meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi harga saham pada berbagai sektor. Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh meningkatnya harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat bersifat langsung, seperti pada sektor pertambangan dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia fluktuasi harga saham-saham di sektor pertambangan baik untuk sektor pertambangan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, ataupun pertambangan logam mineral lainnya berbedabeda. Hal ini berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan pertambangan serta karakteristik spesifik dari perusahaan (Budi Santoso, 2009:6). Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan
7
menjadi
relatif
rendah.
Harga
minyak
yang tinggi
dinilai
hanya
menguntungkan negara-negara produsen minyak, tetapi merugikan bagi negara lain karena akan membuat harga-harga melambung sehingga pembangunan tersendat. Akan tetapi, hal ini agaknya tidak berlaku bagi bursa saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons investor pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besar-besaran. Dengan demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Sektor komoditas pertambangan dan perkebunan sangat rentan terhadap pergerakan harga minyak karena batu bara dan CPO merupakan produk substitusi emas hitam itu. Turunnya harga minyak dipastikan akan menekan harga komoditas batu bara dan CPO dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan pertambangan dan perkebunan (Reinhard Nainggolan, 2008). Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dan perkebunan dimana perusahaan yang masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang berhubungan dengan komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi earning yang didapatkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG. (Manurung, 2008:1)
8
Perusahaan-perusahaan berbasis komoditas terutama energi, mineral, pertambangan dan perkebunan mengalami masa kejayaan saat ekonomi global tengah bertumbuh karena energi yang dibutuhkan sangat besar untuk memacu pertumbuhan. Ekspektasi yang besar terhadap kebutuhan energi dan substitusinya telah mendorong kenaikan seluruh harga komoditas, seperti minyak bumi, batu bara dan minyak sawit mentah (CPO). Kenaikan hargaharga komoditas tersebut akan mendorong peningkatan laba absolut, apalagi jika perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan kapasitas produksi, sehingga cost of production akan menurun drastis. Dampak lanjutan dari peningkatan laba perusahaan adalah kenaikan estimasi earning per share dan fair value per share yang pada akhirnya akan memicu eskalasi harga pasar saham per lembar.
Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas 1600 1400 1200 1000 CPO 800
Batubara
600
Minyak
400 200 0 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt '05 '05 '05 '05 '06 '06 '06 '06 '07 '07 '07 '07 '08 '08 '08 '08 '09 '09 '09 '09
Waktu
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah Grafik 1.2 memperlihatkan pergerakan harga minyak mentah yang diikuti oleh pergerakan harga komoditas lainnya yaitu, batubara dan CPO. Dilihat
9
dari pergerakannya terlihat bahwa harga komoditas tersebut bergerak dengan arah yang sama. Apabila dibandingkan dengan pergerakan IHSG pada grafik 1.1 maka akan terlihat pola pergerakan yang sama. Hal ini menunjukan terdapat hubungan antara harga komoditas dan pergerakan IHSG, terutama harga komoditas pada sektor pertambangan dan perkebunan. IHSG tertekan cukup kuat saat indeks sektor komoditas pertambangan dan perkebunan terkoreksi. Hal itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan perkebunan yang terdiri atas saham-saham dengan kapitalisasi cukup besar, seperti Saham Bumi Resources yang memiliki kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI sebesar Rp 1.607 triliun. Total kapitalisasi pasar sektor komoditas pertambangan dan perkebunan hampir 25 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI. Sebanyak 75 persen lagi tersebar di delapan sektor lain, seperti sektor keuangan, aneka industri, dan infrastruktur. Komposisi ini menunjukkan naik turunnya harga saham di sektor pertambangan dan perkebunan akan memberikan pengaruh sebesar 25 persen terhadap pergerakan IHSG. Anjloknya indeks sektor pertambangan dan perkebunan akibat turunnya harga minyak sebenarnya juga terjadi pada bursa regional dan global. Namun, karena masing-masing sektor di bursa regional dan global itu memiliki kapitalisasi pasar yang relatif berimbang, penurunan satu dua indeks tertentu tidak lantas mengakibatkan indeks gabungan (composite index) mereka merosot tajam (Reinhard Nainggolan, 2008).
10
Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal Amerika (S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan Januari 1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menggambarkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut. Estimasi dari model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka panjang, hanya hubungan jangka pendek yang terjadi antara variabel terhadap pasar modal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor dengan perencanaan jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap kebijakan moneter pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di masa depan. Sementara itu, investor dengan perencanaan jangka panjang tidak membutuhkan perhatian lebih terhadap kebijakan pemerintah. QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia (JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan Vietnam (VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di seluruh pasar modal ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal Thailand dan Vietnam
11
(SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi menunjukan bahwa hanya sedikit variabel yang mempunyai kointegrasi, yaitu antara (JKSE, KLSE), (JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI). Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang meneliti pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam penelitian tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG dari dua sisi yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan juga komoditas, serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG serta return dari harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan adalah minyak mentah, emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah, dan juga seng. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Adapun korelasi terkuat ditunjukan oleh harga emas, perak, tembaga, serta minyak mentah. Sementara itu, hasil dari uji kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa IHSG mempengaruhi harga minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan tembaga. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukan besarnya pengaruh yang diberikan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks harga saham, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh
12
perubahan harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan JII. Penelitian ini menggunakan alat analisis VAR (Vector Autoregresion) agar hasil penelitian lebih maksimal. Selain itu, dalam penelitian ini komoditas yang
digunakan
adalah
merupakan
komoditas
unggulan
Indonesia.
Perusahaan yang menjadi produsen utama dari komoditas tersebut mempunyai nilai kapitalisasi pasar cukup besar dalam IHSG, sehingga perusahaan tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam mempengaruhi pergerakan dalam IHSG. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia. 2. Bagaimana kontribusi dari tingkat harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII). C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia. 2. Menganalisis besarnya kontribusi variabel tingkat harga komoditas dunia terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
13
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan dengan adanya penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini antara lain : 1. Bagi
peneliti,
dengan
adanya
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperdalam dan memperluas wawasan mengenai seberapa besar perubahan harga komoditas dapat mempengaruhi indeks harga saham. 2. Bagi investor dan emiten yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan keputusan apakah akan menjual, membeli, atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan perubahan-perubahan terhadap Indeks harga saham yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas. Karena kesalahan dalam menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal, akan berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat mengalami kerugian. 3. Bagi pemerintah, dengan diketahuinya dampak dari perubahan harga komoditas terhadap Indeks harga saham, maka pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan faktor-faktor tersebut sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya.
14
4. Bagi
akademisi,
penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
bahan
perbandingan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis. Karena penelitian-penelitian tersebut menggunakan ruang, metode dan waktu yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan sebagai pembelajaran.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Pasar modal Indonesia pertama kali didirikan oleh pemerintah Belanda pada awal tahun 1990-an. Bursa yang didirikan berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Namun bursa saham tersebut ditutup pada periode 1940-1952 karena timbulnya perang dunia kedua. Bursa kembali dibuka pada tahun 1952, dimana efek yang yang diperdagangkan sebagian berasal dari emisi efek terdahulu. Pemerintah mengaktifkan kembali pasar modal dengan tujuan untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dunia usaha dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Beberapa tahun kemudian pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah (Yulfasni, 2005:43). A stock market or equity market is a public market for the trading of company stock and derivatives at an agreed price; these are securities listed on a stock exchange as well as those only traded privately (Jhon Wiley, 2001:4). Pasar modal adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang diperjualbelikan. Secara lebih teliti dapat disebutkan bahwa pasar modal adalah suatu lembaga dan mekanismenya menyediakan dana-dana jangka
16
menengah dan dana jangka panjang bagi investor dunia usaha, pemerintah, dan perorangan (Pandji Anoraga, 2006:9). Paulus Situmorang (2008:3) menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal didefinisikan sebagai perdagangan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sector). Ahmad Rodoni (2008:40) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang atau dana yang jatuh tempo lebih dari satu tahun dan merupakan pasar yang konkrit. Sedangkan menurut UU. no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan suatu institusi dengan sistem yang terorganisir dengan rapi, dimana diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan swasta, dan public authorities yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Irsan Nasarudin, 2008:13). Secara umum, pasar modal mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi merupakan sebagai media untuk mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana dan pihak investor. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kemampuan untuk
17
memberikan peluang (kesempatan) kepada pemilik dana untuk memperoleh imbalan (Pandji Anoraga, 2006:14).
B. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu indikator utama pergerakan harga saham. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi (Ana Oktavia, 2007:18). Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat lima indeks, yaitu : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII), indeks individual, dan indeks sektoral. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan 3 indeks harga saham yaitu IHSG, indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk melihat respon dari indeks harga saham terhadap perubahan harga komoditas dunia : 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Rekor posisi tertinggi
18
yang pernah dicapai IHSG adalah 2.830,26 poin yang tercatat pada 9 Januari 2008 (Pandji Anoraga, 2006:102). Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal
ini
dapat
dilakukan
setelah
sistem
perdagangan
otomasi
diimplementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008:137). 2) Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui bebrapa kriteria. Indeks ini terdiri saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relatif besar. Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar, dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas (Paulus Situmorang, 2008:140). Kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah sebagai berikut: a) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan b) Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar regular. c) Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45
19
d) Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah: • Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler. • Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler • Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk perhitungan indeks LQ45 e) Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat minta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen. Indeks LQ 45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Akan tetapi untuk mendapatkan
20
data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100 (Paulus Situmorang, 2008:142). 3) Jakarta Islamic Index (JII) Menurut Ana Oktavia (2007:17) Jakarta Islamic Index atau Indeks Syariah merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti : a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan : barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Selain kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan harus sesuai dengan syariah terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu bahwa semua saham yang diterbitkan memiliki hak yang sama. Karena saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimilikinya. Namun pada
21
kenyataannya ada perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu saham biasa dan saham preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak untuk mendapatkan deviden yang sudah pasti. Tentunya hal ini bertentangan dengan aturan syariah tentang bagi hasil. Maka saham yang sesuai syariah adalah saham yang setiap pemiliknya memiliki hak yang proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilkinya (Nurul Huda, 2007:55).
C. Harga Komoditas Menurut Alfred Pakasi (2009:11), komoditas adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan konsumen. Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditi primer adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan tren harga mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh para investor. Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dimana perusahaan yang masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang berhubungan dengan barang tambang atau komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi earning yang didapatkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga saham
22
perusahaan tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG (Manurung, 2008:1). Dalam penelitian ini akan membahas apakah selama ini terdapat hubungan yang positif antara perubahan harga komoditas dengan pergerakan Indeks harga saham. Ada 6 komoditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : minyak mentah, emas, batubara nikel, timah, dan juga minyak kelapa sawit (CPO). 1) Harga Minyak Mentah Oil is a key input for manufacturing output. Surges in oil prices translate into higher manufacturing costs. Rising production costs generate cost-push inflation in the economy, taking a toll on corporate profits in a highly competitive market environment wherein corporations lose pricing power. Also, an oil price increase acts like an inflation tax on consumption, reducing the amount of disposable income for consumers. These effects reduce company wealth, lowering their dividends (Rogoff, 2006). Studying the U.S., Canadian, Japanese and U.K. stock markets, Jones and Kaul (1996), show that all the markets respond negatively to oil shocks (Mustafa, 2008:1). Perubahan pada harga minyak menjadi salah satu faktor yang memberikan kontribusi penting dalam aktifitas perekonomian global. Pada bulan Juli 2008, harga minyak mentah mencapai harga USD 145 per barel. Peningkatan harga ini menjadi pemicu meningkatnya harga komoditas lainnya sehingga menyebabkan inflasi serta perlambatan pertumbuhan
23
ekonomi global. Meningkatnya harga minyak berpotensi mempengaruhi kinerja pasar modal dengan mempengaruhi kinerja keuangan atau aliran kas dari perusahaan. Peningkatan harga minyak akan menyebabkan keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan dan ini merupakan salah
satu
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
biaya
perusahaan.
Peningkatan biaya perusahaan ini akan berimplikasi terhadap penurunan harga saham (Agusman, 2008:3). Harga suatu komoditas umumnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Namun harga minyak dunia yang mencapai puncaknya pada tahun 2008 merupakan ulah para spekulan. Naiknya minyak mentah dunia pada tahun 2008 telah membuat sebagian besar bursa dunia meningkat cukup tajam termasuk Indonesia. Umumnya pergerakan harga minyak mentah mempunyai hubungan yang searah dengan komoditas lainnya, seperti: CPO, batubara, timah, dan lainnya (Pananda, 2008:6). Kenaikan harga minyak sudah terjadi sejak 1999 dan bahkan sejak 2003 berada pada tingkat diatas $25/barrel dan terus meningkat sampai mendekati $80 barrel. Para ahli berpendapat bahwa kenaikan harga tersebut disebabkan oleh ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak : kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga, disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun pertumbuhan ekonomi tetap berlangsung. Perlu
24
dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk di negara maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang tajam berasal dari Asia, khususnya China dan India (A.J. Surjadi, 2006:1). Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan menjadi relatif rendah. Harga minyak yang tinggi dinilai hanya menguntungkan negara-negara produsen minyak, tetapi malapetaka bagi negara lain karena akan membuat harga-harga melambung sehingga pembangunan tersendat. Namun hal ini tidak berlaku bagi bursa saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons investor pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besarbesaran. Dengan demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Hal itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang terdiri atas saham-saham dengan kapitalisasi cukup besar. Saham Bumi Resources, misalnya, memiliki kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI sebesar Rp 1.607 triliun (Reinhard Nainggolan, 2008).
25
2) Harga Emas Gold support a very active derivatives market. In no other commodity do producers routinely sell their output five years ahead or more. According to the Bank for International Settlements, gold derivative account for 45% of the commodity derivatives exposure of banks in the G10 countries. Gold has certain qualities which have made it synonymous with money for many generations, and these go some way to explaining the flourhising derivatives market (Anthony Neubergen, 2001:30). Logam emas mempunyai kegunaan dalam berbagai industri. Tapi penggunaan utamanya adalah sebagai perhiasan dan alat transaksi perdagangan atau mata uang, keduanya merupakan sarana lindung nilai. Emas telah digunakan sebagai mata uang sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu. Emas merupakan logam yang mempunyai nilai yang sangat tinggi di semua kebudayaan di dunia, bahkan dalam bentuk mentahnya sekalipun. Di Indonesia terdapat salah satu tambang emas terbesar di dunia, yaitu yang berada di Tembaga Pura, Papua yang dikelola oleh PT. Freeport Indonesia (Agus, 2002:339). Emas sering disebut dengan istilah “Barometer of fear”. Pada saat orang-orang cemas dengan situasi perekonomian, mereka cenderung untuk membeli emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Dua macam situasi ekonomi yang sering membuat orang cemas adalah inflasi dan deflasi. Emas telah terbukti sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang tahan baik terhadap inflasi maupun deflasi. Emas memiliki supply yang
26
terbatas dan tidak mudah didapat, sementara permintaan terhadap emas tidak pernah berkurang, akibatnya harga emas cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada kenyataan sehari-hari, harga emas tidak hanya tergantung kepada situasi permintaan dan penawaran, atau supply and demand (kebun emas.com). 3) Harga Nikel Kenaikan harga komoditas sektor pertambangan dalam beberapa tahun terakhir, ternyata tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga komoditi yang satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas memberi sentimen negatif bagi emiten saham seperti PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO). PT INCO mencatat penurunan laba bersih yang cukup signifikan hingga 87% pada triwulan I-2009 (Taufan Wiguna, 2009). Produsen utama nikel dunia adalah Rusia, Australia, Kanada, New Caledonia dan Indonesia yang secara keseluruhan mempresentasikan sekitar 65% dari total produksi dunia. Konsumsi nikel dunia sekitar 1 juta ton per tahun. Pusat konsumsi nikel dunia adalah Jepang sekitar 0,2 juta ton dan Uni Eropa sekitar 0,37 juta ton. Harga nikel mengalami fluktuasi yang cukup signifikan semenjak tahun 2006. Pada bulan Juni 2007 mencatat rekor harga nikel tertinggi. Setelah itu harga terus berfluktuasi. Akhir tahun 2009 mencatat rekor harga terendah nikel (Gambar 1).
27
Grafik 2.1. Harga nikel (Juli 2004-Juni 2009) 4) Harga Timah Ada tiga hal yang membuat harga timah dunia relatif tinggi. Pertama diakibatkan turunnya stok di London Metal Exchange (LME), kedua akibat permintaan yang meningkat. Yang ketiga, berhubungan dengan Indonesia, yaitu apabila ekspor dari Indonesia mengalami penurunan. Pasar memang mencermati berita mengenai perkembangan ekspor Indonesia, karena Indonesia kini dianggap sudah menjadi price maker harga timah dunia (Sutedjo Sujitno, 2001:6). Pemerintah terus melakukan pemantauan dan pembatasan produksi timah secara nasional setiap tahunnya supaya tidak terjadi penurunan harga yang akan memengaruhi pasar. Tingkat produksi timah Indonesia selama ini cukup kuat memengaruhi perkembangan harga di pasar
28
internasional. Bahkan, tambahnya, produksi timah Indonesia memberikan kontribusi hingga lebih dari 30% terhadap perdagangan dunia (Sutedjo Sujitno, 2001:6). 5) Harga Batubara Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak bumi, yang tak terkendali yang terjadi pada tahun lalu. Selain penggunaanya yang lebih efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah yang melimpah di dunia sehingga memberikan kemungkinan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selama kurun waktu 10 tahun, yaitu 1997-2007, produksi dan konsumsi batubara dunia telah naik lebih dari 35%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Asia Pasifik (Asia Securities, 2009). Produsen batubara dunia terbesar saat ini adalah China, USA, India, Australia, Afrika Selatan, Rusia, dan Indonesia. Sedangkan eksportir terbesar batubara dunia adalah Australia, Indonesia, Rusia. Produksi batubara China dan India lebih banyak untuk dikonsumsi sendiri di dalam negeri (Ermina Miranti, 2008:1). Kenaikan harga batubara dunia akan menguntungkan perusahaan produsen batubara dalam negeri. Selain akan meningkatkan laba perusahaan, saham-saham dari perusahaan-perusahaan pertambangan batubara akan menjadi target utama investor. Hal ini juga akan
29
memberikan pengaruh yang signifkan terhadap pergerakan IHSG karena saham-saham tersebut mempunyai nilai kapitalisasi yang besar. 6) Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO) Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 1996 mencapai 2 juta Ha dengan produksi CPO hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit direncanakan akan mencapai 7 juta Ha, dengan produksi CPO lebih dari 12 juta ton. Pada tahun tersebut Indonesia diharapkan akan menjadi Negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati relatif cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Industri kelapa sawit Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam empat puluh tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit dunia (Hanafi Sofyan, 2000:102).
D. Penelitian terdahulu Hammoudeh (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan International Arbiitrage Price Theory (APT) mengenai pengaruh harga minyak dunia terhadap return dari saham-saham di 6 sektor Saudi Index. Selain harga minyak variabel yang digunakan adalah Morgan Stanley
30
Capital Internasional Index dan US Short-term T-Bill Rate yang mewakili faktor global. Sedangkan untuk faktor domestik menggunakan tingkat suku bunga Saudi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga minyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap saham-saham dari perusahaan yang beroperasi pada sektor yang mempunyai beta yang tinggi, seperti sektor Industri, Electricity (listrik) dan Semen. Guntur Irianto (2001) yang mengadakan penelitian di Indonesia mengenai pengaruh harga emas, kurs mata uang dan bunga deposito terhadap IHSG dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dengan menggunakan data periode 1998-2000, menyimpulkan bahwa perubahan atas harga emas akan mempengaruhi IHSG secara positif. Hal tersebut karena pembelian emas oleh masyarakat bukan bermotif investasi tetapi bermotif konsumtif untuk perhiasan. Sementara itu tingkat suku bunga deposito dan kurs Rp/$ berpengaruh negatif terhadap IHSG. Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang meneliti pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam penelitian tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG dari dua sisi yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan juga komoditas, serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG serta return dari harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan adalah minyak mentah, emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah, dan juga seng. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan
31
positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Adapun korelasi terkuat ditunjukan oleh harga emas, perak, tembaga, serta minyak mentah. Sementara itu, hasil dari uji kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa IHSG mempengaruhi harga minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan tembaga. Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal Amerika
(S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan
Januari 1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menunjukan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut. Estimasi dari model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka panjang, hanya hubungan jangka pendek yang tejadi antara variabel terhadap pasar modal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor dengan perencanaan jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap kebijakan moneter pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di masa depan. Sementara itu, investor dengan perencanaan jangka panjang tidak membutuhkan perhatian lebih terhadap kebijakan pemerintah. Sementara itu, Deriantino (2008) melakukan penelitian untuk menjelaskan pengaruh dari perubahan harga minyak terhadap return saham dari 9 sektor industri di Indonesia dengan menggunakan data bulanan selama periode Januari 1996 sampai Juni 2008. Berdasarkan uji stasioneritas dan multikolinearitas menunjukkan semua variabel stasioner
32
dan
tidak
ada
masalah
multikolinearitas.
Hasil
penelitian
ini
menggambarkan bahwa perubahan harga minyak secara umum tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham industri. Selain itu, kebijakan dari pemerintah terhadap harga minyak domestik pada bulan Oktober 2005 ternyata mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham di sektor pertambangan, tetapi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada sektor perdagangan. Selanjutnya, dengan menggunakan dummy variabel dijelaskan bahwa pengaruh dari kenaikan harga minyak yang diikuti kebijakan pemerintah pada harga minyak domestik memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur. Namun, kepekaan return saham sektor ini terhadap perubahan harga minyak adalah asymmetric, penurunan dari harga minyak tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada sektor lainnya. Penemuan ini mungkin mengindikasikan bahwa walaupun kenaikan harga minyak membawa kerugian bagi investor-investor di sektor perdagangan, konsumsi, dan infrastruktur, penurunan harga minyak ternyata juga tidak membawa good signal bagi para investor. Smith (2001), melakukan penelitian terhadap hubungan diantara harga emas dan Indeks harga saham di Amerika selama periode penelitian mulai dari Januari 1991 sampai Oktober 2001. Variabel yang digunakan adalah 3 harga emas di London dan 1 harga emas di New York, bersamaan dengan 6 Index harga saham di Amerika yaitu: Dow Jones,
33
Nasdaq, NYSE Composite, S&P 500 Composite, Russell 3000, dan Wilshire 5000. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan jangka pendek diantara return emas dan return dari Indeks harga saham adalah kecil dan negatif, pada beberapa periode penelitian menunjukan hasil yang tidak signifikan. Selama periode penelitian, dijelaskan bahwa tidak hubungan kointegrasi meliputi harga emas dan Indeks harga saham Amerika. Hasil Uji Kausalitas Granger menemukan bukti bahwa terdapat hubungan kausalitas tidak searah dari return pasar modal AS terhadap return dari harga emas pada London morning fixing dan closing price. Sementara itu, untuk harga emas pada Afternoon fixing terdapat hubungan timbal balik diantara pasar emas dan pasar modal. QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia (JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan Vietnam (VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di seluruh pasar modal ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal Thailand dan Vietnam (SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa
34
terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi menunjukan bahwa hanya sedikit variabel yang mempunyai kointegrasi, yaitu antara (JKSE, KLSE), (JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI).
E. Kerangka Pemikiran Pergerakan Indeks Harga Saham dipengaruhi oleh perubahan pada harga komoditas. Adapun harga komoditas yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham di BEI adalah harga minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO. Untuk lebih memudahkan, maka proses penelitian dijabarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :
35
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Input Data
Harga Komoditas Dunia : Minyak Mentah, Emas, Nikel, Timah, Batubara, Minyak Kelapa Sawit (CPO)
IHSG, Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII)
Uji Stasioneritas data Stasioner
Tidak stasioner
Stasioner di diferensi data VAR Bentuk Model
VAR Bentuk Diferensi
Tidak Terjadi kointegrasi Ya VECM
Kesimpulan
36
F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Pergerakan harga komoditas dunia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
Ha : Pergerakan harga komoditas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah analisis pengaruh dari pergerakan harga komoditas dunia terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian adalah mulai dari bulan Januari tahun 2005 sampai dengan bulan Desember tahun 2009. Periode ini dipilih karena sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 terjadi kenaikan harga minyak dunia yang sangat signifikan daripada periode sebelumnya, hingga mulai mengalami tren penurunan setelah mencapai harga yang sangat tinggi pada bulan Juli tahun 2008. Kenaikan harga minyak tersebut juga diikuti kenaikan harga komoditas lainnya terutama dari sektor pertambangan dan perkebunan seperti, emas, perak, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO). Kenaikan harga-harga komoditas yang terjadi secara serempak tentu saja mempengaruhi Indeks harga saham, karena mayoritas dari perusahaan yang bergerak pada sektor komoditas pertambangan dan perkebunan merupakan perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar besar, sehingga fluktuasi yang terjadi pada saham-saham perusahaan ini akan mempengaruhi pergerakan Indeks harga saham.
38
Adapun beberapa kejadian yang berpengaruh terhadap Indeks harga saham diantaranya adalah semenjak tahun 2004 mulai terjadi kenaikan harga minyak dunia yang sangat signifikan. Selain itu, mulai pertengahan tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global akibat dari kasus subprime mortgage yang terjadi Amerika Serikat. Hal tersebut juga memicu pergerakan harga komoditas dunia pada saat itu, sehingga menyebabkan nilai IHSG turun sebesar 50% dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Maka dari itu merupakan hal yang menarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh dari pergerakan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Harga komoditas yang digunakan adalah harga komoditas dunia yang ada di pasar komoditas dunia yang menjadi acuan seperti di London, Malaysia, dan Australia. Adapun mata uang yang digunakan sebagai acauan dari harga komoditas tersebut adalah Dollar Amerika Serikat (USD). Hal ini dikarenakan Dollar Amerika Serikat adalah salah satu mata uang utama dunia yang digunakan oleh banyak negara dalam melakukan transaksi. Data Indeks harga saham yang digunakan adalah data bulanan yang terdapat di BEI yang mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi.
B. Metode Pemilihan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah aktifitas pergerakan Indeks harga saham yang meliputi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45,
39
Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia mulai dari Januari tahun 2005 sampai dengan Desember 2009. Sedangkan variable independennya dibatasi pada harga komoditas dunia untuk sektor pertambangan dan perkebunan. Harga komoditas dunia yang digunakan adalah data yang banyak dipublikasikan di internet. Harga minyak dunia dapat dilihat pada data yang dipublikasikan oleh OPEC sedangkan harga logam, mineral serta barang tambang lainnya dapat dilihat pada situs-situs yang menjadi acuan pasar komoditas dunia seperti di London Metal Exchange (LME). Mata uang acuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dollar Amerika Serikat (USD), hal ini dikarenakan Dollar Amerika Serikat adalah salah satu mata uang utama dunia yang digunakan oleh banyak negara dalam melakukan transaksi. Periode penelitian adalah mulai dari bulan Januari tahun 2005 sampai dengan bulan Desember 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data bulanan.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan beberapa cara yang diambil dari subyek penelitian. Menurut Prof. Dr. Suahrsimi Arikunto (2000 : 134) “ Teknik pengolahan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan. Data sekunder adalah data yang
40
dikumpulkan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi-instansi lain yang sudah dipublikasikan atau memanfaatkan data yang sudah ada (Suparmako, 1997 : 67). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Riset Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengunjungi lembagalembaga yang terkait dengan penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan (UIN, UI, BI), kemudian mengumpulkan, membaca dan memahami buku, literatur, laporan/ jurnal penelitian terdahulu, catatan perkuliahan, internet dan lain sebagainya yang berkaitan dengan topik pembahasan penulis. b. Field Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia. c. Internet Research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu pengetahuan yang terus berkembang, maka penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh selalu up to date seperti di www.idx.go.id
41
D. Metode Analisis Data 1) Uji Stasioneritas Langkah pertama pembentukan model vector autoregresion adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance, dan autocovariance pada setiap lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and variance) (Agus Widarjono, 2007). Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variable-varibel yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu (spurious regression). Metode dalam melakukan uji stasioneritas terhadap suatu data time series, atau juga sering disebut dengan unit root test, diantaranya adalah metode Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis Mackinnon untuk mengetahui derajat integritas stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel dikatakan stasioner jika nilai statistik ADF adalah lebih besar dari nilai kritis Mackinnon.
42
2) Uji Kointegrasi Jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses diferensi data, maka kita harus menguji apakah data tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegritasi. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara varibel tersebut dapat menjadi stasioner. Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegritas menggunakan metode Johansen Cointegration Test. Untuk menjelaskan uji dari Johansen maka digunakan model autoregresif dengan order p sebagai berikut :
Yt = A1Yt-1+…+ApYt-p+BXt+εt Dimana Yt adalah vector k dari variable I(1) non-stasioner, Xt adalah vector d dari variabel deterministik dan et merupakan vector inovasi. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likehood ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi sejumlah varibel dan sebaliknya, jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kirtisnya maka tidak ada kointegrasi. 3) Vector Auto Regression (VAR) Penggunaan pendekatan struktual atas permodelan persamaan simultan biasanya
menerapkan
teori
ekonomi
didalam
usahanya
untuk
mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya didalam
43
menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan dinamis antar variabel. Misalnya teorinya terlalu kompleks sehingga simplifikasi harus dibuat atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks jika hanya dijelaskan dengan teori yang ada. VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Dengan VAR kita hanya perlu memperhatikan dua hal, yang pertama adalah kita tidak perlu membedakan mana yang merupakan variabel endogen dan eksogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan seharusnya dimasukan di dalam model. Namun kita juga bisa memasukan variabel eksogen di dalam VAR, dan yang kedua adalah untuk melihat hubungan antar variabel di dalam VAR kita membutuhkan sejumlah kelambanan variabel yang ada. Kelambanan variabel ini diperlukan untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel yang lain di dalam model (Agus Widarjono, 2007). Secara umum model VAR dengan n variabel endogen bisa ditulis sebagai berikut : p
p
p
Yt = β01 +∑ βi 1Y1t-i + ∑ αi1 Y2t-1 +….+∑ ηi 1 Ynt-1 + e 1t i=1
i=1
i=1
p
p
p
(3.1)
Ynt = β01 +∑ βi 2Y1t-i + ∑ αi2 Y2t-1 +….+∑ ηi nYnt-1 + e nt (3.1) i=1 i=1 i=1 Diperlukan sebuah strategi dalam pembentuka model VAR agar tidak terjadi miss-spesifikasi di dalam pembentukannya. Karenanya estimasi model
44
VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut secara berurutan. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar sementara series non stasioner akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau VECM (Vector Error Correction Model). Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini adalah sebagai berikut : a) VAR ( Unrestricted VAR) VAR biasa atau tanpa restriksi digunakan jika data yang digunakan di dalam pembentukan VAR, stasioner di tingkat level. Variasi VAR tanpa restriksi biasanya terjadi akibat adanya perbedaan derajat integrasi variabelnya. Kedua bentuk VAR akibat adanya perbedaan derajat integritas data variabelnya ketika data yang digunakan memiliki bentuk stasioner dalam level. Sementara, jika data tidak stasioner dalam level tetapi tidak memiliki hubungan kointegrasi, maka estimasi VAR dapat dilakukan dalam bentuk difference. b) VECM (Restricted VAR) Model VECM digunakan di dalam model VAR non struktual apabila data time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukan adanya hubungan teoritis antar variabel.
45
Terdapat beberapa penggunaan VAR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Forecast Error Decomposition of Variance Merupakan prediksi kontribusi persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR. 2. Impulse Response Melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu Software yang digunakan sebagai alat bantu penelitian adalah Eviews 5.0 dan juga
program Microsoft Exel dalam membantu memudahkan
pengoperasian software yang digunakan dalam penelitian.
E. Operasional Variable Penelitian Agar setiap variabel yang terdapat di dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel yang akan diteliti, yaitu : 1) Variable Terikat (Dependent Variable) Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Pengamatan akan dapat memprediksi ataupun menerangkan variabel dalam variabel dependen beserta perubahannya yang terjadi kemudian (Uma Sekaran, 2006:116). Variabel dependen dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :
46
a. IHSG IHSG merupakan catatan semua saham sebagai komponen penghitung indeks. IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham biasa maupun saham preferen. b. Indeks LQ 45 Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi. Saham-saham yang termasuk didalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review. Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. c. Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index atau Indeks Syariah merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
47
2) Variabel Independen (Independent Variable) Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif bagi variabel dependen nantinya. Variasi dalam variabel dependen merupakan hasil dari variabel independen (Uma Sekaran, 2006:117). Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Harga komoditas dunia Menurut Alfred Pakasi (2009:11), komoditas adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan konsumen. Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditi primer adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan tren harga mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh para investor. Komoditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah komoditas pertambangan dan perkebunan yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam pergerakan Indeks Harga Saham. Komoditas tersebut adalah minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO). Harga komoditas tersebut dapat diperoleh dari data yang dipublikasikan di internet pada situs-situs yang menjadi acuan pasar komoditas dunia.
48
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1) Perkembangan Pasar Modal Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif. Pada September 2004, IHSG mencapai 820,1 dan sampai Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat IHSG pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan Januari 2006 – Januari 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Januari 2008 di level 2.830.263 (www.idx.co.id).
49
Penggabungan BEJ dan BES merupakan salah satu strategi yang telah dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia Tahun 2005-2009 dalam rangka restrukturisasi lembaga Bursa Efek. Penggabungan BEJ dan BES ini juga telah masuk sebagai salah satu program dalam Paket Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) yang telah ditetapkan pada tahun 2006. Tujuan utama dari program penggabungan ini adalah untuk menciptakan sinergi dan efisiensi dalam kegiatan di Pasar Modal. Pada tanggal 30 Oktober 2007, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB)
BEJ
dan
BES
telah
menyetujui
Rancangan
Penggabungan BEJ dan BES yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan. Selanjutnya Bursa Efek hasil penggabungan berganti nama menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang resmi beroperasi menggunakan nama baru tersebut sejak tanggal 1 November 2007.
B. Analisa dan pembahasan 1) Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan Eviews 5.0, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti yaitu terdiri dari, harga komoditas pertambangan dan perkebunan yang diwakili oleh harga minyak mentah dunia, emas, timah, nikel, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Harga Saham
50
Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Indeks (JII). Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : a. Harga komoditas dunia 1) Harga Minyak Mentah Tabel 4.1 Harga Minyak Mentah (US$/barel) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 45 63 54 92 Februari 45 60 58 95 Maret 53 62 62 104 April 52 70 67 109 Mei 49 70 67 123 Juni 54 69 71 132 Juli 58 74 77 133 Agustus 64 73 71 108 September 63 62 77 96 Oktober 59 58 82 69 November 55 59 92 49 Desember 57 62 91 33 Rata-rata/bln 55 65 72 95 Sumber : OPEC, data diolah
2009 33 31 40 42 51 62 56 63 61 67 69 66 54
Harga minyak dunia memiliki kecenderungan selalu berfluktuasi dari waktu-waktu. Harga minyak selama periode penelitian sempat mengalami trend kenaikan hingga tahun 2008 lalu menurun tajam hingga akhir periode penelitian. Meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi harga saham pada berbagai sektor. Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh meningkatnya harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat bersifat langsung dan tidak langsung pada kegiatan operasi perusahaan.
51
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa harga minyak mentah pada awal periode penelitian tercatat sebesar $45. Selama periode penelitian harga minyak mentah terus mengalami kenaikan dimana harga minyak mentah tercatat berada pada harga yang sangat tinggi pada bulan Juli tahun 2008. Rata-rata harga tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005. 140 120 100 80 60 40 20 2005
2006
2007
2008
2009
MINYAK
Grafik 4.1 Harga Minyak Mentah Dunia
Berdasarkan grafik 4.1 harga minyak mentah dunia menunjukan trend kenaikan pada awal periode penelitian yang dilakukan. Sempat mengalami penurunan yang drastis pada pada akhir tahun 2008 dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009.
52
Sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 harga minyak mentah dunia terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak, kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Sementara itu, penyebab turunnya harga minyak pada periode 2008 sampai dengan 2009 adalah akibat dampak dari krisis global yang melanda perekonomian dunia, sehingga berimbas pada anjloknya harga minyak. 2) Harga Emas Tabel 4.2 Harga Emas (US $/troy ounce) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 424 550 631 890 Februari 423 555 665 922 Maret 434 557 655 968 April 429 611 679 910 Mei 422 675 667 889 Juni 431 596 656 889 Juli 425 634 665 940 Agustus 438 633 665 839 September 456 598 713 830 Oktober 470 586 755 807 November 477 628 806 761 Desember 510 630 803 816 Rata-rata/bln 445 604 697 872 Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2009 859 943 924 890 929 946 934 949 997 1043 1127 1135 973
Emas biasanya digunakan untuk sebagai alat lindung nilai kekayaan apabila situasi perekonomian sedang menurun. Emas telah terbukti sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang tahan terhadap inflasi maupun deflasi. Emas memiliki supply yang terbatas dan tidak
53
mudah didapat, sementara permintaan terhadap emas tidak pernah berkurang, akibatnya harga emas cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa harga emas pada awal periode penelitian adalah sebesar $424. Selama periode penelitian harga emas terus mengalami trend kenaikan dan tercatat berada pada harga yang tinggi pada akhir periode penelitian yaitu sebesar $1135 yang merupakan rekor tertinggi harga emas. Rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga emas tertinggi terjadi pada bulan Desember 2009 sebesar $1218,25 dan harga terendah terjadi pada bulan Februari $411,10.
1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 2005
2006
2007
2008
2009
EMAS
Grafik 4.2 Harga Emas Dunia
54
Berdasarkan grafik 4.2 nilai harga emas menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Pada awal periode penelitian tercatat harga emas sebesar $424, harga emas terus mengalami kenaikan hingga puncaknya adalah pada akhir penelitian yang mencapai nilai $1135 yang merupakan rekor tertinggi dari harga emas. Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga emas terus mengalami peningkatan selama periode penelitian diantaranya adalah meningkatnya permintaan akan emas dan melemahnya dollar Amerika. Permintaan emas terus mengalami peningkatan setiap tahunnya karena fungsinya sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang
tahan
terhadap
gejolak
perekonomian.
Sementara
itu,
melemahnya dollar Amerika dalam beberapa tahun terakhir akibat krisis global juga berpengaruh terhadap kenaikan harga emas karena harga emas dunia pada umumnya dinilai dalam US$ maka kekuatan mata uang US$ juga sangat menentukan naik turunnya harga emas dunia.
55
3) Harga Nikel Tabel 4.3 Harga Nikel (US $/Metric Tons) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 14564 14661 36822 27775 Februari 15416 14975 41078 28065 Maret 16240 14926 46125 31093 April 16138 18029 49957 28777 Mei 17002 21131 51783 25657 Juni 16113 20586 41552 22563 Juli 14588 26186 33400 20107 Agustus 14962 30469 27650 19112 September 14155 29703 29548 17782 Oktober 12431 32551 31156 12145 November 12235 31892 30506 10777 Desember 13491 34401 26054 9847 Rata-rata/bln 14778 24126 37136 21141 Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2009 11563 10411 9711 11332 12763 14962 16025 19376 17405 18490 16911 17122 14672
Kenaikan harga komoditas sektor pertambangan dalam beberapa tahun terakhir, ternyata, tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga komoditi yang satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas memberi sentimen negatif bagi emiten saham seperti PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO). Dalam tabel 4.3 dapat diketahui bahwa harga nikel pada awal periode penelitian tercatat sebesar $14564. Selama periode penelitian harga nikel mencapai harga tertinggi pada bulan Mei 2007 sebesar $51783 sedangkan harga terendah terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar $9711. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2009.
56
60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 2005
2006
2007
2008
2009
NIKEL
Grafik 4.3 Harga Nikel Dunia Berdasarkan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa harga nikel sempat mengalami trend kenaikan selama periode 2005 sampai 2007 hingga mencapai level harga tertinggi yaitu pada bulan Mei 2007 sebesar $51783. Setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2007 harga nikel cenderung mengalami trend penurunan sampai menjelang akhir periode penelitian. Peningkatan harga nikel pada periode awal penelitian sampai dengan tahun 2007 mengikuti peningkatan harga komoditas lainnya terutama harga minyak mentah. Selain itu, meningkatnya
permintaan
terutama
dari
Cina
juga
turut
mempengaruhi peningkatan harga nikel. Sementara itu penurunan
57
harga nikel pada akhir periode penelitian disebabkan oleh krisis global yang melanda perekonomian dunia yang menyebabkan ditutupnya operasi tambang nikel di cekungan Sudbury, Kanada milik Vale Inco Ltd yang memberikan kontribusi pada 10% produksi nikel dunia. 4) Harga Timah
Tabel 4.4 Harga Timah (US $/Metric Tons) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 7706 7067 11332 16311 Februari 8106 7789 12890 17270 Maret 8442 7949 13787 19799 April 8134 8860 13953 21646 Mei 8099 8793 14162 23854 Juni 7604 7859 14079 22133 Juli 7181 8356 14733 22956 Agustus 7228 8437 15047 19935 September 6771 8975 14989 18307 Oktober 6415 9810 16068 14423 November 6174 10038 16661 13674 Desember 6763 11126 16245 11292 Rata-rata/bln 7385 8755 14495 18467 Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2009 11563 11075 10689 11830 13872 15009 13904 14762 14936 15037 14966 15589 13603
Ada tiga hal yang membuat harga timah dunia relatif tinggi. Pertama diakibatkan turunnya stok di London Metal Exchange (LME), kedua akibat permintaan yang meningkat. Yang ketiga, berhubungan dengan Indonesia, yaitu apabila ekspor dari Indonesia mengalami penurunan. Pasar memang mencermati berita mengenai perkembangan ekspor Indonesia, karena Indonesia kini dianggap sudah menjadi price maker harga timah dunia. 58
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa harga timah pada awal periode penelitian tercatat sebesar $7706. Selama periode penelitian harga timah terus mengalami trend kenaikan dan tercatat mencapai harga tertinggi selama periode penelitian pada bulan Mei 2008 sebesar $23854. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005.
24000
20000
16000
12000
8000
4000 2005
2006
2007
2008
2009
TIMAH
Grafik 4.4 Harga Timah Dunia Berdasarkan grafik 4.4 nilai harga timah menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian. Walaupun sempat mengalami penurunan pada akhir tahun 2008 namum kembali mengalami peningkatan pada tahun 2009. berdasarkan trend pergerakan harga
59
timah yang dapat dilihat pada grafik. Hal ini menunjukan bahwa harga timah sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia. Selain disebabkan oleh penurunan harga minyak, penurunan harga timah pada tahun 2009 juga disebabkan menipisnya stok cadangan di London Metal Exchange (LME) karena turunnya produksi timah di Indonesia dan Cina yang merupakan produsen utama dunia. 5) Harga Batubara Tabel 4.5 Harga Batubara (US $/ Metric Tons) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 57 46 55 98 Februari 53 51 57 141 Maret 55 53 59 127 April 55 57 60 132 Mei 55 56 60 143 Juni 55 56 66 171 Juli 55 57 72 193 Agustus 53 55 74 170 September 48 50 73 161 Oktober 45 47 80 116 November 41 49 91 99 Desember 41 53 98 84 Rata-rata/bln 51 53 70 136 Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2009 86 81 65 68 69 76 79 78 72 76 84 88 77
Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak bumi, yang tak terkendali yang terjadi pada tahun lalu. Selain
60
penggunaanya yang lebih efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah yang melimpah di dunia sehingga memberikan kemungkinan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selama kurun waktu 10 tahun, yaitu 1997-2007, produksi dan konsumsi batubara dunia telah naik lebih dari 35%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Asia Pasifik. Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian harga batubara adalah $57. Secara keseluruhan harga batubara terus mengalami kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Rata-rata harga batubara tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga batubara tertinggi berada pada bulan Juli tahun 2008 sebesar $193 dan nilai terendah terjadi pada bulan November tahun 2005 dengan harga $41.
61
200
160
120
80
40
0 2005
2006
2007
2008
2009
BATUBARA
Grafik 4.5 Harga Batubara Dunia Berdasarkan grafik 4.5 dapat diketahui bahwa harga batubara menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Sepanjang tahun 2005 sampai 2008 harga batubara terus meningkat dan mengalami penurunan tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa harga batubara sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia. Peningkatan harga batubara pada tahun 2008 disebabkan karena meningkatnya harga minyak mentah dunia. Peningkatan harga minyak menyebabkan permintaan batubara juga meningkat karena batubara merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak mentah. Sementara itu, penurunan harga batubara pada akhir periode penelitian disebabkan oleh kondisi perekonomian 62
dunia yang masih melemah akibat krisis global sehingga permintaan terhadap batubara juga menurun. 6) Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO) Tabel 4.6 Harga CPO (US $/Metric Tons) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 347 378 551 987 Februari 348 391 554 1110 Maret 375 383 566 1147 April 376 386 645 1083 Mei 370 395 741 1087 Juni 370 386 748 1096 Juli 370 404 764 1026 Agustus 360 434 730 792 September 370 417 745 667 Oktober 383 422 824 486 November 376 477 877 433 Desember 369 528 883 440 Rata-rata/bln 368 417 719 863 Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2009 522 529 557 693 772 691 602 687 636 637 674 728 644
Industri kelapa sawit Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam empat puluh tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit dunia. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian harga CPO adalah $347. Secara keseluruhan harga CPO terus mengalami kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Rata-rata harga CPO tertinggi terjadi di tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga CPO
63
tertinggi berada pada bulan Maret tahun 2008 sebesar $1147 dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari tahun 2005 dengan harga $347. 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 2005
2006
2007
2008
2009
CPO
Grafik 4.6 Harga CPO Dunia Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa harga CPO menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Sepanjang tahun 2005 sampai 2008 harga CPO terus meningkat dan mengalami penurunan tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa harga CPO sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia. Kenaikan harga CPO pada periode 2005 sampai 2008 disebabkan oleh kenaikan harga komoditas lainnya terutama
minyak
mentah.
Kenaikan
harga
minyak
mentah
menyebabkan meningkatkan permintaan CPO yang merupakan
64
sumber energi alternatif pengganti minyak metah. Sementara itu, penurunan harga CPO pada tahun 2009 disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia yang masih melemah akibat krisis global sehingga permintaan terhadap CPO juga menurun.
b. Indeks Harga Saham 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tabel 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 1045 1232 1757 2627 Februari 1074 1231 1741 2722 Maret 1080 1323 1831 2447 April 1030 1464 1999 2305 Mei 1088 1330 2084 2444 Juni 1122 1310 2139 2349 Juli 1182 1352 2349 2305 Agustus 1050 1431 2194 2166 September 1079 1535 2359 1833 Oktober 1066 1583 2643 1257 November 1097 1719 2688 1242 Desember 1163 1806 2746 1355 Rata-rata/bln 1090 1443 2211 2088 Sumber: BEI, data diolah
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
pertama
2009 1333 1285 1434 1723 1917 2027 2323 2342 2468 2368 2416 2534 2014
kali
diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar penghitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai dasar 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah 13 saham. Salah satu dari kegunaan IHSG yang paling penting adalah indeks ini dapat 65
digunakan untuk memantau kenaikan dan penurunan harga saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan suatu langkah awal dalam melakukan investasi pada pasar modal. Berdasarkan table 4.7 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian nilai IHSG adalah 1045. Secara keseluruhan nilai IHSG terus mengalami trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Rata-rata nilai IHSG tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Januari 2008 senilai 2830,26 dan nilai terendah terjadi pada bulan April 2005 senilai 1029,61.
2800
2400
2000
1600
1200
800 2005
2006
2007
2008
2009
IHSG
Grafik 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan
66
Berdasarkan grafik 4.7, dapat diketahui bahwa selama periode 2005-2008 nilai IHSG menunjukan trend kenaikan yang mencapai puncaknya pada Januari 2008 dimana IHSG sempat mencapai titik level 2.830,26 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah IHSG. Namun setelah itu IHSG justru mengalami penurunan akibat dari krisis global yang melanda dunia dan mulai mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009. Kenaikan ini menunjukan bahwa kinerja pasar modal indonesia yang mulai membaik setelah krisis global dan juga diprediksi karena pengaruh kenaikan harga minyak dunia. 2) Indeks LQ 45
Periode 2005 Januari 228 Februari 223 Maret 224 April 223 Mei 238 Juni 247 Juli 261 Agustus 231 September 236 Oktober 228 November 237 Desember 254 Rata-rata/bln 236 Sumber : BEI, data diolah
Tabel 4.8 Indeks LQ 45 2006 2007 272 377 270 368 293 391 325 425 294 433 290 442 299 488 318 458 336 499 346 576 377 592 393 600 318 471
2008 564 591 525 493 518 495 481 450 369 241 241 270 437
2009 263 249 283 342 373 392 454 456 484 464 476 498 395
Indeks LQ45 merupakan perwakilan lebih dari 70 persen total kapitalisasi Bursa Efek Indoensia. Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan,
67
sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham perusahaan yang tercatat dalam indeks ini dipilih secara seksama, dengan likuiditas menjadi indikator utama karena dianggap sebagai penunjuk kinerja yang solid dan mencerminkan nilai pasar sebenarnya. Begitu terpilih, saham-saham tersebut dipantau dengan ketat dan kinerja kuartalan mereka dievaluasi. Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pada awal periode penelitian nilai Indeks LQ 45 adalah 228. Secara keseluruhan nilai Indeks LQ 45 terus mengalami trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan. Rata-rata nilai Indeks LQ 45 tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana nilai Indeks LQ 45 tertinggi terjadi pada bulan Desember 2007 senilai 599,831 dan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2005 senilai 223,071.
68
700
600
500
400
300
200 2005
2006
2007
2008
2009
LQ45
Grafik 4.8 Indeks LQ 45 Berdasarkan grafik 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Indeks LQ 45 mengalami trend kenaikan selama periode 2005 sampai 2007 hingga mencapai level harga tertinggi yaitu pada bulan Desember 2007 sebesar 559,831. Setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2007 nilai Indeks LQ45 mengalami penurunan yang cukup tajam hingga mencapai level terendah pada awal tahun 2009 sebesar 262,564. Penurunan ini disebabkan krisis global yang melanda dunia serta dipengaruhi juga oleh penurunan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh penurunan harga komoditas lainnya. Indeks LQ 45 kembali mengalami kenaikan pada akhir periode penelitian yang
69
menunjukan membaiknya kondisi pasar modal Indonesia setelah mengalami krisis pada tahun 2008. 3) Jakarta Islamic Index (JII) Tabel 4.9 Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2005 2006 2007 2008 Januari 174 215 297 477 Februari 172 218 294 509 Maret 169 234 315 448 April 161 260 345 428 Mei 178 237 346 442 Juni 188 233 357 430 Juli 198 339 389 388 Agustus 178 251 368 356 September 184 263 400 286 Oktober 181 269 463 194 November 189 295 484 196 Desember 200 311 493 216 Rata-rata/bln 181 261 379 364 Sumber : BEI, data diolah
2009 214 214 237 280 307 321 385 381 402 384 398 417 328
Dalam tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai JII pada awal periode penelitian tercatat sebesar 174. Selama periode penelitian nilai JII mencapai nilai tertinggi pada bulan Februari 2008 sebesar 508,945 sedangkan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2005 sebesar 171,834. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2007 dan nilai rata-rata terendah berada pada tahun 2005.
70
600
500
400
300
200
100 2005
2006
2007
2008
2009
JII
Grafik 4.9 Jakarta Islamic Index (JII) Berdasarkan grafik 4.9, dapat diketahui bahwa selama periode 2005-2008 nilai JII menunjukan trend kenaikan yang mencapai puncaknya pada Februari 2008 dimana JII mencapai titik level 508.94. Namun setelah itu JII justru mengalami penurunan akibat dari krisis global yang melanda dunia dan mulai mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009. Kenaikan ini menunjukan bahwa kinerja pasar modal Indonesia yang mulai membaik setelah krisis global dan juga diprediksi karena pengaruh kenaikan harga minyak dunia.
71
2) Analisa Pengujian Statistik a. Uji Stasioneritas Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variabelvariabel yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu (Spurious regression). Langkah pertama pembentukan model vector autoregresion adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance, dan autocovariance pada setiap lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and variance). Pengujian stasioneritas dilakukan terhadap seluruh variabel, metode yang digunakan adalah Augmented Dickey Fuller Test. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis MacKinnon untuk mengetahui derajat integrasi stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel disebut stasioner jika nilai statistik ADF lebih besar dari nilai kritis MacKinnon.
72
Tabel 4.10 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level
Variabel
ADF Test
IHSG -1.336089 Indeks LQ 45 -1.606304 JII -1.314885 MINYAK -2.763831 EMAS 0.087513 NIKEL -1.770012 TIMAH -2.092847 BATUBARA -1.284138 CPO -1.929723 Sumber : Hasil data diolah
ADF McKinnon Critical Value (5%)
Keterangan
-2.912631 -2.912631 -2.911730 -2.912631 -2.911730 -2.912631 -2.913549 -2.911730 -2.912631
Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner
Hasil uji stasioneritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat level terhadap seluruh variabel diketahui bahwa harga minyak, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO tidak stasioner pada tingkat level. Begitu juga dengan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) yang menunjukan hasil tidak stasioner pada tingkat level. Selanjutnya terhadap data IHSG, dan harga komoditas yang belum menunjukan stasioneritas pada tingkat level dilakukan uji stasioneritas tingkat pertama.
73
Tabel 4.11 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama
Variabel
ADF Test
IHSG -5.349350 Indeks LQ 45 -5.458031 JII -7.099985 MINYAK -4.294185 EMAS -7.411014 NIKEL -4.704117 TIMAH -3.434593 BATUBARA -5.882074 CPO -4.343223 Sumber : Hasil data diolah
ADF McKinnon Critical Value (5%)
Keterangan
-2.912631 -2.912631 -2.912631 -2.912631 -2.912631 -2.912631 -2.914517 -2.912631 -2.912631
Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner
Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama terhadap seluruh variabel diketahui bahwa IHSG, Indeks LQ 45, dan JII telah stasioner pada tingkat diferensi pertama. Begitu juga dengan harga minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO menunjukan hasil stasioner pada tingkat diferensi pertama karena nilai ADF Test lebih besar dari nilai kritis McKinnon. b. Uji Kointegrasi Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan diyakini bahwa seluruh variabel tersebut sudah stasioner dan memiliki derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dari model tersebut.
74
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegrasi menggunakan metode Johansen Cointegration Test. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji Likehood Ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak terdapat kointegrasi. Tabel 4.12 Pengujian Kointegrasi Antara Harga Komoditas Dunia Terhadap Indeks Harga Saham
Komoditas
Indek
Minyak IHSG Emas Nikel LQ 45 Timah Batubara JII CPO Sumber : Hasil data diolah
Trace Statistic
Critical Value (5%)
Keterangan
556.5878
150.5585
Terdapat Kointegrasi
587.4391
146.76
Terdapat Kointegrasi
690.3841
146.76
Terdapat Kointegrasi
75
Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang dapat dilihat pada lampiran 2, hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga minyak mentah memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 2. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga emas memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 3. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga nikel memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
kedua
variabel
tersebut
saling
terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 4. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga timah memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. 5. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga batubara memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang.
76
6. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga minyak kelapa sawit (CPO) memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang. c. Pengujian VAR (Vector Autoregresion) Setelah
dilakukan
pengujian
stasioneritas
data
dengan
menggunakan metode Augmented Dickey Fuller-Test (ADF), serta selanjutnya dilakukan uji kointegrasi dengan menggunakan metode Johansen Cointegration Test, maka proses selanjutnya adalah melakukan pengujian VAR. Penggunaan pendekatan struktual atas permodelan persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi didalam usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya didalam menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan dinamis antar variabel. VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan
pendekatan
teori
dengan
tujuan
agar
mampu
menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Diperlukan sebuah strategi dalam pembentukan model VAR agar tidak terjadi miss-spesifikasi didalam pembentukannya. Karenanya estimasi model VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut
77
secara berurutan. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar sementara series non stasioner akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau Vector Error Correction Model (VECM). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa semua variabel tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner pada tingkat diferensi pertama. Sementara itu, hasil dari uji kointegrasi menyatakan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis data dengan menggunakan Vector Error Correction Model (VECM). Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
78
1) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Variance Decomposition of LOG (IHSG): LOG LOG Period S.E LOG (IHSG) (MINYAK) (EMAS) 1 0.078590 100.000000 0.000000 0.000000 2 0.127788 94.860680 0.351713 0.632151 3 0.168390 87.912620 0.914686 3.993327 4 0.204036 85.204900 0.871042 6.150337 5 0.237632 82.914380 0.642316 7.734757 6 0.267316 80.436780 0.663911 8.882129 7 0.293649 77.851620 0.905729 9.889138 8 0.315261 75.925250 1.141178 10.771740 9 0.331840 74.730570 1.347943 11.351110 10 0.344935 74.090970 1.541496 11.589800 Variance Decomposition of LOG (IHSG): Period LOG LOG LOG LOG (NIKEL) (TIMAH) (BATUBARA) (CPO) 1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.913735 0.253558 2.523865 0.464299 3 1.332714 0.146079 4.261171 1.439408 4 1.491797 0.613253 3.648457 2.020211 5 1.852635 1.829660 2.944868 2.081381 6 2.407799 3.018002 2.392478 2.198904 7 2.735998 4.134165 2.015786 2.467563 8 2.789054 4.934803 1.805241 2.632736 9 2.700912 5.477633 1.749860 2.641972 10 2.580091 5.827949 1.774562 2.595126 Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition IHSG yang dapat dilihat pada tabel 4.13, dapat dilihat bahwa kontribusi harga minyak dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.3%
79
sampai dengan 1.5%. Sedangkan pada periode kedua kontribusi dari harga batubara dalam menjelaskan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menjelaskan sebesar 2.5% dan mengalami penurunan pada akhir periode yaitu sebesar 1.7%. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu menjelaskan sebesar 0.5%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusinya mengalami peningkatan menjadi 2.6%. Pada periode kedua harga nikel dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9% dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 2.6% pada akhir periode. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak kelapa sawit dan nikel terhadap nilai IHSG adalah tidak terlalu besar. Sementara itu, kontribusi harga timah dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebesar 0.3% sampai dengan 5.8%. Kemudian, kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.6%. Sampai dengan 10 periode mendatang mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 11.59%. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari nilai IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan timah dibandingkan harga komoditas lainnya.
80
Tabel 4.14 Nilai Impulse Response Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) LOG LOG LOG (IHSG) (MINYAK) (EMAS) 0.078590 0.000000 0.000000 0.096510 0.007579 0.010160 0.097145 0.014210 0.032079 0.102682 0.010162 0.037790 0.106534 0.000297 0.042512 0.103235 -0.010569 0.044489 0.098250 -0.017510 0.046695 0.091272 -0.018794 0.046676 0.082644 -0.018711 0.042351 0.076560 -0.018701 0.035915 Response of LOG(IHSG) LOG LOG LOG (TIMAH) (BATUBARA) (CPO) 0.000000 0.000000 0.000000 -0.006435 -0.020301 0.008707 0.000124 -0.028216 0.018230 -0.014625 -0.017624 0.020806 -0.027891 -0.012003 0.018284 -0.033517 -0.006832 0.019899 -0.037527 -0.005348 0.023590 -0.036603 -0.007484 0.022111 -0.033573 -0.011519 0.017106 -0.030037 -0.013582 0.013356
LOG (NIKEL) 0.000000 0.012215 0.015122 0.015593 0.020618 0.025969 0.025272 0.020317 0.014218 0.009777
Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel 4.14, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat dari perubahan harga minyak adalah positif dan dampak positif tersebut hilang pada periode keenam. Respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat dari perubahan
81
harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat dari perubahan harga timah dan batubara adalah negatif dan permanen dalam jangka panjang. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sampai dengan periode kelima harga minyak memberikan pengaruh yang positif terhadap IHSG dan pada periode selanjutnya pengaruhnya bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang harga minyak dapat mempengaruhi pergerakan IHSG meskipun pengaruh yang diberikan negatif. Dalam jangka pendek kenaikan harga minyak akan meningkatkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan komoditas minyak. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam jangka panjang akan menyebabkan kerugian pada sektor lainnya dalam IHSG seperti sektor infrastruktur dan sektor konsumsi yang menggunakan minyak dalam proses produksinya. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deriantino (2008) melakukan penelitian untuk menjelaskan pengaruh dari perubahan harga minyak terhadap return saham dari 9 sektor industri di Indonesia yang menjelaskan bahwa pengaruh dari kenaikan harga minyak yang diikuti kebijakan
82
pemerintah pada harga minyak domestik memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga emas mempengaruhi pergerakan nilai IHSG secara positif dan permanen yang berarti bahwa ketika harga emas naik maka akan menyebabkan kenaikan pada nilai IHSG. Hal ini berlawanan dengan penelitian Graham Smith (2001) yang meneliti hubungan diantara harga emas dan Indeks harga saham di Amerika, dimana penelitian ini menunjukan bahwa hubungan diantara return emas dan return dari Indeks harga saham adalah kecil dan negatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa harga nikel dan CPO menunjukan pengaruh yang positif dan permanen terhadap pergerakan IHSG. Pengaruh positif ini disebabkan karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Sementara itu, hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa harga timah dan batubara juga mempengaruhi pergerakan
83
IHSG, meskipun pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari IHSG atau dengan kata lain nilai IHSG mengalami penurunan. Hal ini disebabkan selain diekspor ke luar negeri, konsumsi batubara dalam negeri juga cukup tinggi terutama dari sektor pembangkit tenaga listrik sehingga kenaikan pada harga batubara akan mempengaruhi industri-industri dalam negeri yang pada akhirnya akan menekan kinerja pasar modal. Hal ini berlawanan dengan penelitian dari Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return.
84
2) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada Indeks LQ 45 Tabel 4.15 Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45 Variance Decomposition of LOG (LQ 45): LOG LOG Period S.E LOG (LQ 45) (MINYAK) (EMAS) 1 0.087200 100.000000 0.000000 0.000000 2 0.143593 94.025600 0.375286 0.940554 3 0.189003 85.982970 0.810346 4.817451 4 0.228346 82.777400 0.758676 7.390121 5 0.264007 80.801810 0.567726 9.178594 6 0.293580 78.914540 0.606576 10.376330 7 0.318923 76.846050 0.878827 11.384680 8 0.340110 75.254330 1.118771 12.199310 9 0.356938 74.272320 1.281313 12.697240 10 0.370588 73.777460 1.390326 12.881620 Variance Decomposition of LOG (LQ 45): Period LOG LOG LOG LOG (NIKEL) (TIMAH) (BATUBARA) (CPO) 1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.938917 0.055399 3.188693 0.475549 3 1.266508 0.118416 5.408777 1.595528 4 1.269309 0.235269 5.260251 2.308979 5 1.447844 0.755753 4.896536 2.351741 6 1.860009 1.300143 4.522745 2.419665 7 2.160845 1.882456 4.193726 2.653423 8 2.260732 2.337207 4.026396 2.803252 9 2.229597 2.632425 4.089185 2.797917 10 2.156065 2.791097 4.259963 2.743474 Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition Indeks LQ 45 yang dapat dilihat pada tabel 4.15, dapat dilihat bahwa kontribusi harga minyak dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.4% sampai dengan 1.4%. 85
Kontribusi harga nikel, timah, dan minyak kelapa sawit (CPO) pada periode kedua dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9%, 0.05%, dan 0.5%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga nikel, timah, serta minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas Indeks LQ 45 hanya mampu menjelaskan sebesar 2.2%, 2.8%, serta 2.7%. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak mentah, nikel, timah, dan minyak kelapa sawit terhadap Indeks LQ 45 adalah tidak terlalu besar. Sementara itu, kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah sebesar 3.2%. dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 4.3% pada akhir periode. Pada periode kedua kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.9% hingga mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 12.88% pada akhir periode. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ 45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dibandingkan harga komoditas lainnya.
86
Tabel 4.16 Nilai Impulse Response Indeks LQ 45 Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ 45) LOG LOG LOG (LQ 45) (MINYAK) (EMAS) 0.087200 0.000000 0.000000 0.108550 0.008797 0.013926 0.106433 0.014563 0.039076 0.111565 0.010301 0.046178 0.114705 -0.000342 0.050439 0.108152 -0.011274 0.050456 0.100728 -0.019263 0.051345 0.094279 -0.020007 0.050318 0.087041 -0.018393 0.045446 0.081831 -0.016642 0.038912 Response of LOG(LQ 45) LOG LOG LOG (TIMAH) (BATUBARA) (CPO) 0.000000 0.000000 0.000000 -0.003380 -0.025641 0.009902 0.005557 -0.035702 0.021723 -0.008965 -0.028472 0.025179 -0.020102 -0.025886 0.020862 -0.024368 -0.022028 0.021126 -0.028180 -0.019168 0.024766 -0.028087 -0.019799 0.023320 -0.025500 -0.023501 0.017945 -0.021894 -0.025311 0.014251
LOG (NIKEL) 0.000000 0.013914 0.016088 0.014471 0.018636 0.024372 0.024387 0.020427 0.015017 0.010974
Sumber : Hasil data diolah Berdasarkan pada tabel 4.16, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga minyak adalah negatif pada periode kelima dan seterusnya. Respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga timah 87
dan batubara adalah negatif dan permanen. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pengaruh harga minyak terhadap Indeks LQ 45 adalah negatif dalam jangka panjang. Hal ini menunjukan bahwa ketika harga minyak turun nilai Indeks LQ 45 akan mengalami peningkatan. Bagi kebanyakan bursa di dunia, turunnya harga minyak dunia merupakan angin segar atau setidaknya berita positif (good news). Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan menjadi relatif rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hammoudeh (2005), mengenai pengaruh harga minyak dunia terhadap return dari saham-saham di 6 sektor Saudi Index. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga minyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap saham-saham dari perusahaan yang beroperasi pada sektor yang mempunyai beta yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga emas mempengaruhi pergerakan nilai Indeks LQ 45 secara positif dan permanen yang berarti bahwa ketika harga emas naik maka akan menyebabkan
88
kenaikan pada nilai Indeks LQ 45. Hal ini sejalan dengan penilitian dari Guntur (2001) yang menyimpulkan bahwa perubahan atas harga emas akan mempengaruhi IHSG secara positif. Sementara itu, dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa harga nikel dan CPO berpengaruh secara positif dan permanen terhadap Indeks LQ 45. Pengaruh positif ini disebabkan karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap Indeks harga saham, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan Indeks harga saham dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Indeks LQ 45 secara negatif dipengaruhi oleh harga timah dan batubara. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari Indeks LQ 45. Hal ini disebabkan selain diekspor ke luar negeri, konsumsi batubara dalam negeri juga cukup tinggi terutama dari sektor pembangkit tenaga listrik sehingga kenaikan pada harga batubara akan mempengaruhi industri-industri dalam negeri yang pada akhirnya akan menekan kinerja pasar modal. Hal ini berlawanan dengan penelitian dari
89
Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. 3) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada Jakarta Islamic Index (JII) Tabel 4.17 Nilai Variance Decomposition Jakarta Islamic Index (JII) Variance Decomposition of LOG (JII): LOG LOG Period S.E (JII) (MINYAK) 1 0.099907 100.000000 0.000000 2 0.148171 94.717340 0.000654 3 0.197854 82.541350 0.087838 4 0.242884 81.021440 0.110051 5 0.283308 78.970290 0.279719 6 0.314266 77.013360 0.596486 7 0.342827 75.303660 1.040096 8 0.365779 74.202890 1.251065 9 0.384499 73.193020 1.369137 10 0.400458 72.638620 1.398693 Variance Decomposition of LOG (JII): Period LOG LOG LOG (NIKEL) (TIMAH) (BATUBARA) 1 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.021151 0.000241 3.514656 3 0.034273 0.917800 7.307673 4 0.113129 0.825764 7.941022 5 0.162920 0.627687 9.256621 6 0.304552 0.568288 9.754614 7 0.346173 0.487888 10.285380 8 0.346365 0.428846 11.041720 9 0.324227 0.392025 11.996020 10 0.303643 0.363348 12.779250 Sumber : Hasil data diolah
LOG (EMAS) 0.000000 0.177860 6.439859 7.551160 8.542365 9.578715 10.377600 10.705460 10.829940 10.723840 LOG (CPO) 0.000000 1.568099 2.671205 2.437430 2.160402 2.183981 2.159209 2.023656 1.895633 1.792600
90
Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition JII yang dapat dilihat pada tabel 4.17, dapat dilihat bahwa kontribusi harga nikel dan timah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.02% - 0.3 % dan 0% - 0.4%. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) pada periode kedua dalam menjelaskan variabilitas JII hanya mampu menjelaskan sebesar 1.5%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas JII adalah sebesar 1.8%. Pada periode kedua harga minyak mentah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah 0.0006% dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 1.4% pada akhir periode. Hal ini menunjukan pengaruh dari harga minyak kelapa sawit dan minyak mentah (CPO) adalah tidak terlalu besar dalam mempengaruhi pergerakan nilai JII. Pada periode kedua kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.2% dan mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 10.72% hingga akhir periode. Sementara itu, pada periode kedua kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah sebesar 3.5%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas JII terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 12.8%. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ
91
45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dalam jangka panjang. Tabel 4.18 Nilai Impulse Response Jakarta Islamic Index (JII) Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(JII) LOG LOG LOG (JII) (MINYAK) (EMAS) 0.099907 0.000000 0.000000 0.103988 0.000379 -0.006249 0.107316 0.005852 0.049819 0.124439 0.005526 0.043974 0.124850 -0.012633 0.049008 0.112589 -0.019094 0.051028 0.111552 -0.025166 0.052313 0.103801 -0.021247 0.046114 0.094493 -0.018716 0.041081 0.090994 -0.014796 0.034446 Response of LOG(JII) LOG LOG LOG (TIMAH) (BATUBARA) (CPO) 0.000000 0.000000 0.000000 -0.000230 -0.027778 0.018555 -0.018953 -0.045706 0.026484 -0.011307 -0.042708 0.019805 -0.004082 -0.052393 0.017208 -0.007580 -0.046950 0.020566 -0.003487 -0.049543 0.019513 -0.000596 -0.051815 0.013031 -0.002407 -0.054421 0.009745 -0.001767 -0.052524 0.008499
LOG (NIKEL) 0.000000 0.002155 0.002962 0.007302 0.008002 0.013039 0.010299 0.007521 0.003990 0.002758
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.18, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga minyak adalah negatif pada periode kelima dan seterusnya. Respon yang diberikan
92
oleh nilai JII akibat dari perubahan harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga batubara dan timah adalah negatif dan permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen. Seperti diketahui bahwa Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks harga saham yang berisi kumpulan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic
Index (JII).
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa harga minyak mempengaruhi pergerakan JII secara negatif dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek kenaikan harga minyak akan
meningkatkan
keuntungan
dari
perusahaan-perusahaan
komoditas minyak. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan JII. Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam jangka panjang akan menyebabkan kerugian pada sektor lainnya dalam JII seperti sektor infrastruktur dan sektor konsumsi yang menggunakan minyak dalam proses produksinya. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang
93
dilakukan oleh Pananda (2008) yang menyimpulkan bahwa hubungan antara harga minyak dan IHSG adalah positif. Dari
penelitian
yang
dilakukan
ditemukan
harga
emas
memberikan pengaruh yang positif terhadap. Hal ini berarti naiknya harga emas akan meningkatkan nilai JII. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh QuangDo (2009) yang meneliti mengenai hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Sementara itu, dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa harga nikel dan CPO berpengaruh secara positif dan permanen terhadap Indeks JII. Pengaruh positif ini disebabkan karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap pergerakan JII. Hasil penelitan ini sejalan dengan penelitian dari Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap Indeks harga saham, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pergerakan Indeks harga saham dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa harga timah dan batubara juga mempengaruhi pergerakan JII
94
dalam jangka panjang, meskipun pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari JII atau dengan kata lain nilai JII mengalami penurunan. Pengaruh dari harga batubara terhadap JII paling besar diantara harga komoditas lainnya, hal ini disebabkan karena jumlah perusahaan berbasis batubara yang termasuk dalam JII cukup banyak, sehingga pengaruh yang diberikan juga besar. Hasil dari analisis variance decomposition pada setiap variabel dapat diringkas pada tabel berikut : Tabel 4.19 Variance Decompotion IHSG, Indeks LQ 45, dan JII Terhadap Perubahan Harga Komoditas Harga IHSG
LQ 45
JII
Minyak
0.4% - 1.5%
0.4% - 1.4%
0.0006 % - 1.4%
Emas
0.6% - 11.6%
0.9% - 12.9%
0.2% - 10.7%
Nikel
0.9% - 2.6%
0.9% - 2.2%
0.02% - 0.3%
Timah
0.3% - 5.8%
0.05% - 2.8%
0.0002 % - 0.4%
Batubara
2.5% – 1.8%
3.2% - 4.3%
3.5% - 12.8%
CPO
0.5% - 2.6%
0.5% - 2.7%
1.6% - 1.8%
Komoditas
95
Hasil analisis dari impulse response pada setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.20 Respon IHSG, Indeks LQ 45, dan JII Terhadap Harga Komoditas
Harga Komoditas
Respon IHSG Positif dan
Kejutan
dampaknya hilang
Minyak
pada periode keenam
Respon LQ 45
Respon JII
Negatif pada
Negatif pada
periode kelima
periode kelima
dan seterusnya
dan seterusnya
Kejutan
Positif dan
Positif dan
Positif dan
Emas
permanen
permanen
permanen
Kejutan
Positif dan
Positif dan
Positif dan
Nikel
permanen
permanen
permanen
Kejutan
Negatif dan
Negatif dan
Negatif dan
Timah
permanen
permanen
permanen
Kejutan
Negatif dan
Negatif dan
Negatif dan
Batubara
permanen
permanen
permanen
Kejutan
Positif dan
Positif dan
Positif dan
CPO
permanen
permanen
permanen
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian Johansen cointegaration test, VAR (vector autoregression), dan VECM (Vector error correction model) mengenai pengaruh dari perubahan harga komoditas dunia terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2005 sampai Desember 2009, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis variance decomposition, maka terlihat harga minyak mentah hanya mampu berkontribusi terhadap variabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0.3% sampai dengan 1.5%. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu menjelaskan sebesar 0.5% sampai dengan 2.6%. Pada periode kedua harga nikel dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9%. dan mengalami peningkatan dalam jangka panjang yaitu sebesar 2.6%. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak kelapa sawit dan nikel terhadap nilai IHSG adalah cukup besar. Sementara itu, kontribusi harga timah dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebesar 0.3%.
97
sampai dengan 5.8%. Kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah mampu menjelaskan sebesar 0.6% sampai dengan 11.59%. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari nilai IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan timah dibandingkan harga komoditas lainnya. Berdasarkan analisis variance decomposition pada Indeks LQ 45, maka terlihat harga minyak mentah hanya mampu berkontribusi terhadap variabilitas Indeks LQ 45 sebesar 0.4% sampai dengan 1.3%. Kontribusi harga nikel, timah, dan minyak kelapa sawit (CPO) pada periode kedua dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9%, 0.05%, dan 0.5%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga nikel, timah, serta minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas Indeks LQ 45 hanya mampu menjelaskan sebesar 2.2%, 2.8%, serta 2.7%. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga nikel, timah, dan CPO terhadap Indeks LQ 45 adalah tidak terlalu besar. Sementara itu, kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah sebesar 3.2% sampai dengan 4.3%. Kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah mampu menjelaskan sebesar 12.88%. dalam jangka panjang. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ 45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dibandingkan harga komoditas lainnya.
98
Berdasarkan analisis variance decomposition pada Jakarta Islamic Index (JII), maka terlihat kontribusi harga nikel dan timah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.02% dan 0.0002%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga nikel dan timah dalam menjelaskan variabilitas JII adalah sebesar 0.3 % dan 0.4%. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas JII hanya mampu menjelaskan sebesar 1.5% sampai dengan 1.8%. Pada periode kedua harga minyak mentah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah tidak mempunyai pengaruh dan mengalami peningkatan dalam jangka panjang yaitu sebesar 1.4%. Hal ini menunjukan kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak mentah adalah sangat lemah dalam mempengaruhi pergerakan nilai JII. Sementara itu, kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah sebesar 0.2%. sampai dengan 10.72%. Kontribusi harga batubara dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah mampu menjelaskan sebesar 3.5% sampai dengan 12.8%. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari nilai JII lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dibandingkan harga komoditas lainnya. 2. Berdasarkan analisis impulse response pada IHSG menunjukan bahwa adanya shock harga minyak mentah direspon negatif oleh Indeks Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka panjang. Sedangkan hasil
99
impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga emas dan nikel direspon positif dan permanen oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berdasarkan hasil analisis impulse response lainnya menunjukan bahwa adanya shock dari harga timah dan batubara direspon negatif oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara itu, hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga CPO direspon positif dan permanen oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berdasarkan analisis impulse response pada Indeks LQ 45 menunjukan bahwa adanya shock harga minyak mentah direspon negatif oleh Indeks LQ 45 dalam jangka panjang. Sedangkan hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga emas dan nikel direspon positif dan permanen oleh Indeks LQ 45. Berdasarkan hasil analisis impulse response lainnya menunjukan bahwa adanya shock dari harga timah dan batubara direspon negatif oleh Indeks LQ 45 baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara itu, hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga CPO direspon positif dan permanen oleh Indeks LQ 45. Berdasarkan analisis impulse response pada Jakarta Islamic Index (JII) menunjukan bahwa adanya shock harga minyak mentah direspon negatif oleh JII dalam jangka panjang. Sedangkan hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga emas dan nikel
100
direspon positif dan permanen oleh JII Berdasarkan hasil analisis impulse response lainnya menunjukan bahwa adanya shock dari harga timah dan batubara direspon negatif oleh JII dalam jangka panjang. Sementara itu, hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga CPO direspon positif dan permanen oleh JII.
B. Implikasi Penelitian Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, mengenai pengaruh perubahan harga komoditas dunia yang diwakili oleh minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO) terhadap pergerakan Indeks harga saham, maka diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang memiliki minat pada pasar modal : 1. Bagi lingkungan akademisi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya dibidang manajemen keuangan, khususnya dengan memperhatikan pengaruh dari perubahan harga komoditas dunia terhadap pergerakan IHSG, indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dan penyedia informasi bagi investor sehingga dalam melakukan
101
perdagangan dan transaksi di bursa dapat menjadi pertimbangan sebelum melakukan investasi di pasar modal. 3. Bagi masyarakat Penelitian bagi masyarkat secara umum diharapkan berguna sebagai salah satu pengetahuan mengenai analisis pada pasar modal Indonesia. C. Saran Sebagai peneliti, penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian harus selalu dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, karena manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu, maka untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan sebagai berikut : 1. Sebaiknya variabel penelitian diperbanyak dan tidak terbatas pada pengaruh dari perubahan harga minyak, emas, timah, nikel, batubara, dan CPO terhadap IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII). 2. Adanya keterbatasan Indeks harga saham yang digunakan sebagai objek penelitian yang hanya menggunakan 3 indeks harga saham Indonesia, yaitu IHSG, LQ 45, dan JII. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya agar menggunakan indeks harga saham lainnya atau membandingkan dengan indeks harga saham negara lain. 3. Pada penelitian ini hanya menggunakan 6 komoditas dari sektor pertambangan dan perkebunan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan komoditas dari sektor lainnya yang juga merupakan komoditas unggulan Indonesia.
102
4. Selain itu penulis juga mengakui masih banyak keterbatasan yang dimiliki. Keterbatasan itu antara lain referensi yang kurang lengkap untuk menunjang penelitian ini, sehingga masih banyak kekurangan untuk mendukung teori ataupun justifikasi masalah yang diajukan.
103
DAFTAR PUSTAKA Achenbach, George. “Gold Minning in Foreclosure Properties”, Fifth Edition, Jhon Wiley&Sons Inc, New Jersey, 2003. Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji. “Pengantar Pasar Modal”, Cetakan Kelima, Rineke Cipta, 2006. D Nachrowi, Nachrowi. “Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan”, Fakultas Ekonomi Universias Indonesia, 2006. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. “Pasar Modal Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Deriantino, Elis. “Oil Price and Industry Stock Return : Evidence from Indonesia”, Jurnal Bank Indonesia, Agustus 2008. Frensidy, Budi. “Analisis Pengaruh Aksi Jual Beli Asing, Kurs Dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta Dengan Model GARCH”, Jurnal Universitas Indonesia, 2008. Fusaro, Peter. “Energy Convergence (The Beginning of The Multi-Commodity Market”, Jhon Wiley&Sons, Canada, 2002. Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional”, Cetakan Keempat, Mitra Wacana Media, 2008. Hammoudeh, Shawkat. “Pricing Risk, Oil and Financial Facotrs in Saudi Sector Index Returns”, Journal of Saudi, 2004. Houston, Brigham. “Fundamentals of Financial Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, 2009. Huda, Nurul. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah”, Kencana Prenada Media Group, 2007. Irianto, Guntur. “Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Mata Uang, dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ”, Journal Winners, Volume 3, 2001. J. Supranto. “Ekonometri”, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. Madura, Jeff. “Financial Mangement”, Florida University Press, 1993.
104
Manurung, Haymans. “Pengaruh Komoditas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal Universitas Indonesia, 2008. Miranti, Ermina. “Prospek Industri Batubara di Indonesia”, Economic Review No. 124, 2008. Modigliani, Franco. “Fundations of Financial Markets and Institutions”, Prentice Hall Inc, Second Edition, 2000. N. Gregorian, Greg. “Commodity Trading Advisors”, Jhon Wiley&Sons Inc, New Jersey, 2004. Nasarudin, Irsan. “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, Edisi Pertama, Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, 2008. Neubergen, Anthony. “Gold Derivatives, The Market Impact”, London Busines School, Center for Public Policy Studies, 2001. Oktavia, Ana. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2007. Pakasi, Alfred. “Commodity Online Trading In Futures & Options”, PT Elex Media Komputindo Jakarta, 2008. Pasaribu, Pananda “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008. QuangDo, Giam. “Cointegration and Causality Among International Gold and ASEAN Emerging Stock Markets”, Journal of Chiangmai University, 2009. Rahmat, Matiur. “Influence Of Money Supply an Oil Price on U.S Stock Market”, North American Journal of Finance and Banking Research, Volume 2, 2008. Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori Dan Pasar Modal”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Rotemberg, Julio J. “The Excess Co-Movement of Commodity Prices”, The Economic Journal, Vol. 100, 2004. Santoso, Budi. “Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Kurs, dan IHSG Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN), 2009
105
Sekaran, Uma. “Research Methods For Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis)”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Situmorang, Paulus. “Pengantar Pasar Modal”, Mitra Wacana Media Jakarta, 2008 Smith, Graham. “The Price Of Gold and Stock Price Indices For The United States”, The Economic Journal, Vol 100, 2001. Sofyan, Dr Hanafi. “Perdagangan Berjangka dan Ekspor Indonesia”, PT Elex Media Komputindo, Edisi pertama, 2000. Sujitno, Sutejo. “Sejarah Timah Indonesia”, Edisi pertama, PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”, Edisi Kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Surjadi, AJ. “Masalah Dampak Tingginya Harga Minyak”, European Commision 2006. Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, Edisi kedua, 2007. Wiley, Jhon. “An Introduction to equity markets”, The Reuters Financial Training Series, 2001. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta, 2007. Yulfasni, Dr. “Hukum Pasar Modal”, Badan Penerbit IBLAM, 2005.
106
LAMPIRAN 1
1. Uji Stasioneritas data pada tingkat level a) Uji stasioneritas IHSG Null Hypothesis: IHSG has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.336089 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.6070
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b) Uji stasioneritas Indeks LQ 45 Null Hypothesis: LQ45 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.606304 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.4730
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c) Uji stasioneritas JII Null Hypothesis: JII has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.314885 -3.546099 -2.911730 -2.593551
0.6171
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
x
d) Uji stasioneritas harga minyak Null Hypothesis: MINYAK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.763831 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0698
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
e) Uji stasioneritas harga emas Null Hypothesis: EMAS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
0.087513 -3.546099 -2.911730 -2.593551
0.9622
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
f) Uji stasioneritas nikel Null Hypothesis: NIKEL has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.770012 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.3915
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xi
g) Uji stasioneritas timah Null Hypothesis: TIMAH has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.092847 -3.550396 -2.913549 -2.594521
0.2483
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
h) Uji stasioneritas batubara Null Hypothesis: BATUBARA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.284138 -3.546099 -2.911730 -2.593551
0.6314
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
i) Uji stasioneritas CPO Null Hypothesis: CPO has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.929723 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.3167
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xii
2. Uji Stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama a) Uji stasioneritas IHSG Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.349350 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b) Uji stasioneritas Indeks LQ 45 Null Hypothesis: D(LQ45) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.458013 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c) Uji stasioneritas JII Null Hypothesis: D(JII) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.099985 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xiii
d) Uji stasioneritas harga minyak Null Hypothesis: D(MINYAK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.294185 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0011
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
e) Uji stasioneritas harga emas Null Hypothesis: D(EMAS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.411014 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
f) Uji stasioneritas harga nikel Null Hypothesis: D(NIKEL) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.704117 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0003
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xiv
g) Uji stasioneritas harga timah Null Hypothesis: D(TIMAH) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.434593 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0137
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
h) Uji stasioneritas harga batubara Null Hypothesis: D(BATUBARA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.882074 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
i) Uji stasioneritas harga CPO Null Hypothesis: D(CPO) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.343223 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0009
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xv
LAMPIRAN 2
1) Uji kointegrasi IHSG Date: 06/03/10 Time: 15:26 Sample (adjusted): 2005M07 2009M12 Included observations: 54 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: IHSG MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
5 Percent Critical Value
1 Percent Critical Value
None ** At most 1 ** At most 2 ** At most 3 ** At most 4 ** At most 5 ** At most 6 **
0.965654 0.880821 0.829337 0.717368 0.547172 0.490226 0.267336
556.5878 374.5385 259.6737 164.1982 95.96335 53.18223 16.79765
146.76 114.90 87.31 62.99 42.44 25.32 12.25
158.49 124.75 96.58 70.05 48.45 30.45 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
2) Uji kointegrasi Indeks LQ 45 Date: 06/03/10 Time: 15:27 Sample (adjusted): 2005M07 2009M12 Included observations: 54 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: LQ45 MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
5 Percent Critical Value
1 Percent Critical Value
None ** At most 1 ** At most 2 ** At most 3 ** At most 4 ** At most 5 ** At most 6 **
0.973333 0.897807 0.831714 0.741276 0.542703 0.524791 0.268595
587.4391 391.7261 268.5578 172.3250 99.31732 57.06657 16.89054
146.76 114.90 87.31 62.99 42.44 25.32 12.25
158.49 124.75 96.58 70.05 48.45 30.45 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
xvi
3) Uji kointegrasi JII Date: 06/03/10 Time: 15:28 Sample (adjusted): 2005M07 2009M12 Included observations: 54 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: JII MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
5 Percent Critical Value
1 Percent Critical Value
None ** At most 1 ** At most 2 ** At most 3 ** At most 4 ** At most 5 ** At most 6 **
0.993417 0.921022 0.861167 0.699940 0.595502 0.483342 0.380800
690.3841 419.1295 282.0457 175.4235 110.4198 61.54389 25.88367
146.76 114.90 87.31 62.99 42.44 25.32 12.25
158.49 124.75 96.58 70.05 48.45 30.45 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
xvii
LAMPIRAN 3
1) Analisis impulse response IHSG Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LOG(IHSG) to LOG(IHSG)
Response of LOG(IHSG) to LOG(MINYAK)
Response of LOG(IHSG) to LOG(EMAS)
.12
.12
.12
.08
.08
.08
.04
.04
.04
.00
.00
.00
-.04
-.04 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-.04 1
Response of LOG(IHSG) to LOG(NIKEL)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Response of LOG(IHSG) to LOG(TIMAH) .12
.12
.08
.08
.08
.04
.04
.04
.00
.00
.00
-.04 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
Response of LOG(IHSG) to LOG(CPO)
.08
.04
.00
-.04 2
3
4
5
6
7
8
9
9
10
-.04 1
.12
1
8
Response of LOG(IHSG) to LOG(BATUBARA)
.12
-.04
2
10
xviii
8
9
10
2) Analisis impulse response Indeks LQ 45 Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LOG(LQ45) to LOG(LQ45)
Response of LOG(LQ45) to LOG(MINYAK)
Response of LOG(LQ45) to LOG(EMAS)
.12
.12
.12
.08
.08
.08
.04
.04
.04
.00
.00
.00
-.04
-.04 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-.04 1
Response of LOG(LQ45) to LOG(NIKEL)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Response of LOG(LQ45) to LOG(TIMAH) .12
.12
.08
.08
.08
.04
.04
.04
.00
.00
.00
-.04 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
Response of LOG(LQ45) to LOG(CPO)
.08
.04
.00
-.04 2
3
4
5
6
7
8
9
9
10
-.04 1
.12
1
8
Response of LOG(LQ45) to LOG(BATUBARA)
.12
-.04
2
10
xix
8
9
10
3) Analisis impulse response JII Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LOG(LQ45) to LOG(LQ45)
Response of LOG(LQ45) to LOG(MINYAK)
Response of LOG(LQ45) to LOG(EMAS)
.12
.12
.12
.08
.08
.08
.04
.04
.04
.00
.00
.00
-.04
-.04 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-.04 1
Response of LOG(LQ45) to LOG(NIKEL)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Response of LOG(LQ45) to LOG(TIMAH) .12
.12
.08
.08
.08
.04
.04
.04
.00
.00
.00
-.04 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
Response of LOG(LQ45) to LOG(CPO)
.08
.04
.00
-.04 2
3
4
5
6
7
8
9
9
10
-.04 1
.12
1
8
Response of LOG(LQ45) to LOG(BATUBARA)
.12
-.04
2
10
xx
8
9
10
Vector Error Correction Estimates Date: 06/10/10 Time: 20:19 Sample (adjusted): 2005M04 2009M12 Included observations: 57 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq:
CointEq1
LOG(IHSG(-1))
1.000000
LOG(MINYAK(-1))
-5.563516 (0.62746) [-8.86670]
LOG(EMAS(-1))
2.172757 (0.69914) [ 3.10775]
LOG(NIKEL(-1))
4.476211 (0.48304) [ 9.26684]
LOG(TIMAH(-1))
-11.28694 (1.39363) [-8.09895]
LOG(BATUBARA(-1))
7.764343 (0.92254) [ 8.41624]
LOG(CPO(-1))
2.469790 (0.98194) [ 2.51523]
C
14.14918
Vector Error Correction Estimates Date : 06/10/10 Time 20.19 Sample (adjusted): 2005M04 2009M12 Included observations: 57 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq:
CointEq1
xxi