PENGARUH IMBALAN BAGI HASIL TERHADAP SIMPANAN NASABAH (DEPOSITO MUDHARABAH) PADA BANK SYARIAH BUKOPIN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. S.y)
Oleh :
MUHAMMAD LUTFI NIM : 105046101563
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
Lembar Pernyataan:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua Sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Juli 2010
Muhammad Lutfi
i
ABSTRAKSI
Muhammad Lutfi (1051046101563), Pengaruh Imbalan Bagi Hasil terhadap Simpanan Nasabah (Deposito Mudharabah) pada Bank Syariah Bukopin. Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini bertujuan untuk melihat pengaruh imbalan bagi hasil terhadap simpanan masyarakat pada Bank Syariah Bukopin dan juga melihat apakah imbalan bagi hasil dan simpanan nasabah mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana, kemudian data diolah menggunakan spss 17.0 untuk menguji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbalan bagi hasil bulan x mempengaruhi simpanan nasabah (deposito mudharabah) pada bulan y (bulan berikutnya). Berdasarkan uji signifikansi didapatkan bahwa imbalan bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap simpanan nasabah.
ii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………..……………i ABSTRAKSI ………………………………………………………………………....ii KATA PENGANTAR ………………...……………………………………..……..iii DAFTAR ISI ………………………….…….…………………………………...….vi DAFTAR TABEL DAN GRAFIK.………...………………..………..…………....ix BAB I PENDAHULUAN...…………………………………………….……………1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..……………….1 B. Pembatasan dan Rumusan masalah …………………………………………..6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………....7 D. Kajian Pustaka ……………………………………..…………………………7 E. Hipotesis …………………………………………………..………………….8 F. Metodologi Penelitian ………………………………………………….…….8 G. Sistematika Penulisan …………………..………………..………………….15 BAB II LANDASAN TEORI …………..…………………………..……..…….…17 A. Pengertian Umum Deposito Mudhorobah ……………………..…………....17 B. Deposito pada Bank Syariah ……………………………………..………….18 C. Teori Bagi Hasil ……………………………………………………………..22
vi
1. Pengertian Umum Bagi Hasil …………………………………………...22 2. Teori Bagi Hasil pada Bank Syariah ……………………………………24 3. Prinsip Bagi Hasil menurut Syariah …………………………………….26 BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH BUKOPIN.….……………..31 A. Sejarah Singkat BSB …………...….……………………….…………..……31 B. Visi dan misi BSB. ……………………………………….………………....32 C. Budaya perusahaan …………………………………………….………..…..33 D. Struktur Organisasi ………………………………………….…………..…..34 E. Produk dan jasa BSB ……………………………………….…………….....35 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN …………...………….….…..46 A. Gambaran Umum Data ……………………………………….…….…….....46 B. Uji Asumsi Klasik …………………………………………….…….……....48 1. Uji Normalitas Data ………………………………………………….....48 2. Uji Heteroskedatisitas …………………………………………………..49 3. Uji Autokorelasi …………………………………...……………………50 C. Uji Hipotesa …………………………………………………….…………...51 1. Uji Regresi ………………..……………………………………………..51 2. Uji t ………………………………………………………...……………53
vii
3. Uji Koefisien Determinasi ……………...……………………………….55
BAB V PENUTUP …………………………………………………….…………...57 A. Kesimpulan ………..……………………………………….…………….….57 B. Saran …………………..……………………………………….……………58
viii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Gambar 1.1 kurva uji t ……………………………………………………………....14 Tabel 4.1 jumlah deposito mudhorobah dan imbalan bagi hasil….............................47 Grafik 4.1 normal p-plot ………….………………………………………………....48 Grafik 4.2 Scatter Plot ……………………………………………………………....49 Tabel 4.2 Model Summary nilai R ………………………………………………….50 Grafik 4.3 Grafik Sebaran Data Dua Variabel ………………………………………51 Tabel 4.5 Model Koefisien Regresi ……………………………………..…………..52 Tabel 4.6 Koefisien Determinasi ……………………………………………………55
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah Perkembangan perbankan syariah telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia, terbukti angka market share perbankan syariah saat ini menanjak hingga mencapai angka 2,05% dari asset perbankan nasional. Hal ini tidak lepas dari semakin bertambahnya bank-bank syariah yang bermunculan, Per September 2009 terdapat 5 Bank Umum Syariah dengan 660 Kantor cabang, 24 UUS dengan 264 Kantor Cabang dan 137 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 1 .
Dengan
semakin
banyaknya
bank
yang
bermunculan
ini,
memungkinkan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Maka, tidak salah jika perkembangan perbankan syariah mengalami kemajuan yang signifikan.
1
http/www.bi.go.id, diakses pada tanggal 07 november 2009
1
Prospek perbankan syariah yang sangat baik ini, bukan tanpa rintangan apa-apa. Walaupun dari segi pasar berpeluang besar. Tetapi ada saja kekurangan yang harus diperbaiki oleh bank syariah. Tingginya jumlah umat Islam di Indonesia merupakan peluang besar bagi bank syariah untuk meraih nasabah. Apalagi bank syariah telah membuktikan eksistensinya. Dimana bank-bank konvensional mengalami collapse di saat krisis global. Akan tetapi perbankan syariah semakin mengukuhkan legitimasinya sebagai bank yang tahan banting 2 . Hal ini diharapkan dapat memberikan rangsangan bagi masyarakat untuk lebih memilih bank syariah. Oleh karena itu, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan bank syariah untuk menarik minat masyarakat agar memilih bank syariah. Salah satu faktornya adalah perkembangan bank itu sendiri, yaitu dengan meningkatkan jumlah kantor cabang di daerah-daerah. Tercatat peningkatan jumlah kantor cabang bank umum syariah mengalami peningkatan sebesar 497 pada September 2008 menjadi 660 pada September 2009. Pada unit usaha syariah juga mengalami peningkatan sebesar 216 pada September 2008 menjadi 264 pada sepetember 2009 Seiring dengan meningkatnya jumlah kantor cabang, Dana Pihak Ketiga (DPK) seluruh Bank syariah juga mengalami peningkatan sebesar
2
Euis Amalia, Akselarasi Perbankan Syariah dan Perguruan Tinggi, Artikel Group facebook CIRTIE, 2009.
2
Rp. 36,852 milyar pada desember 2008 menjadi Rp. 45,381 milyar pada September 2009 3 . Keberhasilan bank syariah dalam menghimpun dana masyarakat sangat berkaitan dengan kemampuan bank syariah dalam menjangkau lokasi nasabahnya. Semakin banyak jumlah kantor cabang, maka jumlah masyarakat yang menyimpan dana ke bank syariahpun bertambah. Jumlah kantor cabang telah menjadi pertimbangan bagi masyarakat Indonesia yang ingin menyimpan dananya di bank syariah. Apalagi sekarang ini mobilitas masyarakat semakin cepat dan terus berkembang, sehingga masyarakat memerlukan jasa finansial yang mudah dan praktis. Faktor lain yang harus diperhatikan oleh bank syariah untuk menghimpun dana masyarakat adalah imbalan bagi hasil yang diberikan. Apabila imbalan bagi hasil yang diberikan bank syariah dapat mengimbangi bunga yang diberikan bank konvensional. Bukan tidak mungkin masyarakat lebih memilih bank syariah untuk menginventasikan uang mereka. Dalam islam sistem bagi hasillah (profit loss sharing) yang kemudian menjadi jantung dari sektor moneter perekonomian Islam, bukan bunga. Bagi hasil sebenarnya sesuai dengan iklim usaha yang memiliki kefitrahan untung dan
3
www.bi.go.id, diakses pada tanggal 07 november 2009.
3
rugi. Tidak seperti karakteristik bunga yang memaksa hasil usaha agar selalu positif. Jadi penerapan sistem bagi hasil pada hakikatnya menjaga prinsip keadilan tetap berjalan dalam perekonomian 4 . Setelah diubahnya Undang-undang No. 7 tahun 1992 dengan Undangundang No. 10 tahun 1998, memberikan sinyal positif bagi perkembangan perbankan Islam di indonesia. Undang-undang tersebut memberikan jalan bagi bank umum konvensional, yang ingin membuka unit usaha syariah ataupun membuka bank umum syariah. Salah satu bank yang mulai membuka unit usaha syariah adalah PT. Bank Bukopin. Tbk. Pada tahun 2000, melalui urusan syariah, Bank Bukopin mulai mengembangkan produk perbankan syariah yang sesuai dengan ajaran dan prinsip-prinsip islam yang beroperasi di bawah Direktorat Usaha Koperasi, Kecil dan Mikro (UKKM). Cabang Syariah pertama Bank Bukopin dibuka di Jakarta pada Desember 2001. Bank Bukopin mendapatkan ijin operasi dari Bank Indonesia dan kegiatannya diatur dalam kebijakan khusus yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia (berkaitan dengan produk dan kegiatan operasionalnya) yang merupakan bentuk pengawasan tambahan
4
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. (Jakarta. Paradigma dan Aqsha publishing, 2007), h. 261
4
sebagaimana diuraikan pada bagian “Pengawasan dan Peraturan Perbankan Indonesia” 5 . Pada Bulan Juli 2009 Unit Usaha Syariah Bukopin melakukan spin off menjadi Bank Syariah Bukopin. Proses spin off ini dimulai dari PT. Bank Persyarikatan Indonesia diakuisisi oleh PT. Bukopin Tbk. untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia 6 . Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah dengan pelayanan terbaik. Pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Usaha Syariah-nya kedalam PT Bank Syariah Bukopin.
5 6
file:///F:/ttg%20uus%20bukopin.html. Diakses pada tanggal 08 November 2009. file:///F:/bank%20syariah%20bukopin.htm, diakses pada tanggal 08 november 2009.
5
Melihat latar belakang di atas, peneliti tertarik mengambil studi kasus pada Bank Syariah Bukopin, dengan fokus permasalahan pada simpanan masyarakat. Maka dari itu, penelitian ini diberi judul “PENGARUH IMBALAN BAGI HASIL
TERHADAP
SIMPANAN
NASABAH
(DEPOSITO
MUDHOROBAH) PADA BANK SYARIAH BUKOPIN”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah Penulis memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini pada Simpanan Masyarakat yaitu simpanan yang tidak terikat yaitu, deposito mudhorobah. Dengan satu variable batasan masalah. Yaitu, variable imbalan bagi hasil adalah imbalan yang diberikan kepada simpanan dana masyarakat pada Bank Syariah Bukopin. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah imbalan bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan nasabah pada Bank Syariah Bukopin?
2.
Seberapa besar pengaruh imbalan bagi hasil terhadap simpanan nasabah?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pengaruh imbalan bagi hasil terhadap simpanan masyarakat pada Bank Syariah Bukopin.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara keduanya.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi Bank Syariah Bukopin dalam memecahkan
masalah
yang
berhubungan
dengan
simpanan
masyarakat. 2.
Sebagai syarat dalam memperoleh gelar S1 pada konsentrasi perbankan syariah jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Untuk memperkaya khasanah dunia ilmu pengetahuan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang akan datang.
D. Kajian Pustaka Surya Wijaya (2007) membahas ”Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Nisbah Bagi Hasil Deposito dan Implikasinya terhadap Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus Bank DKI Syariah)”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa suku bunga SBI tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nisbah bagi hasil
7
deposito. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara nisbah bagi hasil deposito dengan dana pihak ketiga. Zidni Robby Rodliyya (2008) membahas ”Pengaruh Jumlah Kantor Layanan Syariah terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada BNI Syariah”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa layanan syariah memberikan pengaruh yang signifikan bagi peningkatan dana pihak ketiga BNI Syariah.
E. Hipotesis Diduga ada pengaruh yang signifikan dan positif antara imbalan bagi hasil terhadap simpanan masyarakat pada Bank Syariah Bukopin.
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian a. Penelitian Kepustakaan Untuk mendapatkan landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca buku, catatan, majalah, jurnal, internet dan bacaan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
8
b. Penelitian Lapangan Sesuai dengan ruang lingkup di atas dan untuk memperoleh data tentang imbalan bagi hasil, penulis mengadakan penelitian ke pusat referensi data yang tersedia di Bank Syariah Bukopin dan atau Bank Indonesia.
2. Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
korelasi,
yakni
untuk
menemukan hubungan imbalan bagi hasil terhadap simpanan masyarakat pada Bank Syariah Bukopin.
3. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primerr berupa laporan keuangan triwulan Bank Syariah Bukopin dari Maret 2002September 2009. b. Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin 2. Statistik Bank Indonesia 3. Sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini
9
c. Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah pertama wawancara, wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara tidak terstruktur dalam artian tidak menggunakan daftar pertanyaan yang baku. Wawancara dilakukan pada tanggal 16 April 2010 bertempat di gedung Bank Syariah Bukopin Cabang Jakarta. Dalam wawancara ini penulis hanya melakukan wawancara dengan Bapak Achmad Fauzi, sebagai Account Officer Bank Syariah Bukopin Cabang Jakarta. Kedua, penelitian kepustakaan, dalam penelitian ini penulis mencari dan mengumpulkan data-data dari perpustakaan sesuai dengan objek materi yang diteliti. Dengan cara membaca, memahami, menginterpretasikan buku-buku, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik pembahasan skripsi ini. d. Definisi Variabel 1. Imbalan bagi hasil adalah imbalan yang diberikan kepada simpanan dana masyarakat pada Bank Syariah Bukopin. 2. Simpanan Nasabah yang dimaksud disini adalah dana masyarakat yang disimpan dalam wujud deposito mudhorobah pada bulan berikutnya (bulan setelah imbalan bagi hasil).
10
3. Teknik Analisis Data Penulis menggunakan metode analisis statistik yang akan digunakan untuk pengolahan data adalah analisis regresi linear sederhana, yaitu suatu metode untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Metode ini juga bisa digunakan sebagai ramalan, sehingga dapat diperkirakan baik dan buruknya suatu variabel x terhadap naik turunnya suatu tingkat variabel y, begitupun sebaliknya.
Adapun regresi linear sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut: y= a + bx Dimana: y = jumlah simpanan masyarakat pada bank syariah bukopin. x= jumlah imbalan bagi hasil. a = konstanta b, = parameter yang mencerminkan variabel koefisien regresi Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dan pembuktian terhadap hipotesis menggunakan spss 17.0. 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Heteroskedatisitas
11
Uji Heteroskedatisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik Heteroskedatisitas, yaitu ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedatisitas untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedatisitas pada model regresi, dapat dilihat dari model grafik scatter plot. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit)
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedatisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas. b. Uji Autokorelasi Uji Autokeorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenihi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. 12
Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji durbin-watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, berarti terdapat autokorelasi. 2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka hipotesis nol diterima, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dL) dan (4dU), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. 2. Uji Hipotesis a. Uji t Uji t adalah pengujian koefisien regresi individual dan untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel dependent, dengan menganggap variabel lain konstan/tetap. Langkah-langkah dalam pengujian sebagai berikut : - Ho : β1 = 0 - Ha : β1 > 0 - Nilai tabel
ttabel ; tα ; n-k 13
dimana : α adalah derajat signifikansi n adalah Jumlah sampel (observasi) k adalah banyaknya parameter/koefisien regresi plus konstanta daerah kritis.
Gambar 1.1 kurva Uji t - Nilai thitung :
Ho ditolak
Ho diterima
β thitung = 1 Seβ 1
tα
Di mana : β1 Se β1
=
Koefisien regresi =
Standar error β1
- Kriteria Pengujian Jika nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.
14
Jika nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara signifikan. 3. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen Variasi
Variabel Dependent dapat dijelaskan oleh variasi
variabel-variabel independen.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I
: PENDAHULUAN Pendahuluan memuat berbagai macam pokok-pokok penelitian, yaitu: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
15
BAB II
: LANDASAN TEORI Pada bagian ini mambahas mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan yang akan diteliti. Dalam hubungan antara variabel-variabel yang digunakan.
BAB III : TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab ini memuat uraian/deskripsi/gambaran secara umum atas objek penelitian. Dan harus merujuk pada kenyataan yang ada, yang bersifat makro, yang berkaitan dengan penelitian. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisis statistik. BAB V
: PENUTUP Berisi tentang simpulan-simpulan dan saran dari hasil analisis.
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Umum Deposito Mudhorobah Definisi umum mudhorobah secara fikih, menurut Sadr adalah kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka mengembangkan usaha yang modalnya berasal dari pihak pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan persentase. Jika proyek (usaha) mendatangkan keuntungan, maka laba dibagi berdua berdasarkan kesepakatan yang terjalin antara keduanya, jika modal tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada bagi pemilik modal selain modal pokok tersebut, begitu pula dengan pengusaha tidak mendapatkan apa-apa. Jika proyek rugi yang mengakibatkan hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak ditanggung oleh pemodal 1 . Sementara makna mudhorobah dalam sistem perekonomian modern, menjadi berkembang. Pihak yang terlibat dalam kerjasama ini ada tiga 2 : (1) pihak yang menyimpan dana (depositor), (2) pihak yang membutuhkan dana atau pengusaha (debitur), (3) pihak yang mempertemukan antara keduanya (bank). 1
Kazim Sadr, The Role of Musharakah Financing in the Agricultural Bank of Iran. 1996.
2
Kazim Sadr, Hlm. 26
Hlm. 25
17
Pihak pertama, depositor inilah yang seharusnya menjadi shahibul maal sebab dia yang memiliki dana yang secara sadar akan digunakan untuk kepentingan usaha. Sementara pihak kedua, debitur, adalah mudharib-nya depositor karena dia yang menggunakan dana depositor untuk digunakan sebagai modal usaha. Sedangkan pihak ketiga, bank, adalah pihak yang menjembatani keinginan keduanya.
B. Deposito pada Bank Syariah 1. Ketentuan Umum Deposito Mudharobah Adapun ketentuan umum Deposito Mudharobah antara lain: a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, Bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan pengembangannya, termasuk didalamnya Mudharobah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening. e. Bank sebagai mudhorib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
18
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengutangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 3 2. Pertimbangan Dewan Syariah Nasional Menetapkan Deposito Mudharobah 4 a. Keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dalam bidang investasi, pada masa kini memerlukan jasa perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. b. Kegiatan deposito tidak semuanya dapat dibenarkan hukum Islam (syariah). Deposito yang mengandung unsur riba tidak dibenarkan Islam. Islam membenarkan deposito dengan sistem bagi hasil. c. DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang bentuk-bentuk Muamalah Syari’ah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan deposito pada Bank Syari’ah. Dasar penetapan deposito tersebut didasarkan pada: QS. An-Nisa (4); 29
3
Muktar Alshodiq (penyunting), Briefecase Books Edukasi Profesional Syari’ah Fatwafatwa Ekonomi Syari’ah Kontemporer, (Jakarta Renasian, 2005 M), h. 45 4 Fatwa DSN MUI No.3 tahun 2000 tentang Deposito
19
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
QS. Al-Baqoroh (2): 283
⌧ ⌧ ⌦
☺
⌧
☺
⌦
☺ ☺ ☺
20
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk deposito sebagai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat pada Bank Syariah telah di atur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentag akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut: a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana; b. Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal; c. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah; d. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah. 21
e. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam prundang-undangan yang berlaku.
C. Teori Bagi Hasil 1. Pengertian Umum Bagi Hasil (Profit Loss Sharing) Konsep bagi hasil yang digambarkan dalam buku fikih pada umumnya diasumsikan bahwa para pihak yang bekerja sama bermaksud untuk memulai atau mendirikan usaha patungan (joint venture). Ketika semua mitra usaha turut berpartisipasi sejak awal beroperasi dan tetap menjadi mitra usaha sampai usaha berakhir pada waktu semua aset dilikuidasi. Jarang sekali ditemukan konsep usaha yang terus berjalan (running businnes) ketika mitra usaha bisa datang dan pergi setiap saat tanpa memengaruhi jalannya usaha. Hal ini disebabkan buku-buku fikih islam ditulis pada waktu usaha tidak sebesar dan serumit usaha zaman sekarang, sehingga konsep running businnes tidak mendapat perhatian. Namun demikian, itu tidak berarti bahwa konsep bagi hasil tidak dapat diterapkan untuk pembiayaan suatu usaha yang sedang berjalan. Konsep bagi hasil berlandaskan pada beberapa prinsip dasar. Selama prinsip-prinsip dasar ini dipenuhi, detail dari aplikasinya akan bervariasi dari 22
waktu ke waktu. Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemilik dana maupun pengusaha. Beberapa prinsip dasar yang dikemukakan oleh usmani 5 , adalah sebagai berikut: 1. Bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi merupakan partisipasi dalam usaha. 2. Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung risiko kerugian usaha sebatas proporsi pembiayaanya. 3. Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan bersama, rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang dapat berbeda dari rasio pembiayaan yang disaratkan. 4. Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus sama dengan proporsi investasi mereka. Ciri bagi Hasil menurut Antonio Syafii 6 : 1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
5 6
M. taqi Usmani, an intoduction to islamic finance, idaratul ma’arif. Karachi. 1999. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik.
23
2. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama. 4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama. 5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan pembagian keuntungan. Dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini salah satu contohnya dapat terjadi diantara pihak bank dengan pihak nasabah. Kedua belah pihak sama-sama sepakat bahwa modal usaha yang diberikan pihak pertama akan dikelola pihak kedua secara professional dan bertanggung jawab. 2. Teori Bagi Hasil (Profit Loss Sharing) Dalam Perbankan Syari’ah Sebagaimana diketahui, bank yang beroperasi berdasarkan prinsipprinsip Islam menawarkan sistem bagi hasil kepada nasabahnya. Artinya, selain pembagian untung dan rugi sama-sama ditanggung oleh kedua belah pihak, dan juga dapat dipahami bahwa keuntungan yang akan diperoleh 24
nasabah bisa berubah-ubah, semuanya tergantung pada pendapatan atau keuntungan yang diperoleh bank syariah. Perhitungan bagi hasil di bank syariah ada dua jenis 7 ; pertama Profit/Loss Sharing, adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Kedua Revenue Sharing, adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Bank-bank syariah di Indonesia umumnya menerapkan sistem Revenue Sharing. Pola ini dapat memperkecil kerugian bagi nasabah, jika bagi hasil didasarkan pada profit sharing, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para shahibul maal akan semakin kecil. Prinsip bagi hasil dalam perbankan syari’ah menjadi prinsip utama dan terpenting, karena keuntungan (bagi hasil) merupakan imbalan atas usaha dan modal, besar-kecilnya pun tergantung kesepakatan kedua pihak. Dalam qawaid fiqhiyah (kaidah fiqh) dikatakan “algharam bil ghanam” (ada untung rugi), prinsip ini memenuhi prinsip keadilan ekonomi 8 . Dan didalam kaedah
7
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia. Konsep, Produk & Implementasi Operasional. Jakarta: Djambatan. 2003 8 Al-Omar dan Abdul Haq. Islamic Banking: Thory, Practice and Challenge. 1996
25
bisnis dikatakan bahwa setiap yang akan menghasilkan keuntungan yang besar, terkandung juga risiko yang besar (high risk, high return). Bagi pihak yang akan menjalankan prinsip ini, maka harus membuat kesepakatan di awal yang berkaitan dengan usaha yang akan dijalankan dan menetapkan nisbah (bagian) bagi hasil masing-masing pihak menurut cara pembagiannya. Usaha yang akan dijalankan merupakan usaha-usaha yang dibenarkan menurut syariah, tidak boleh ditanamkan pada usaha yang diharamkan. Yang akan dibagi hasilkan adalah keuntungan bersih dari usaha tersebut tetapi boleh juga dibuat kesepakatan diantara dua pihak jika bagi hasil diperhitungkan dari total sales. Karena yang dibagi hasilkan merupakan suatu keuntungan, maka besar kecilnya nominal keuntungan akan mengalami turun-naik, tergantung dari usaha dan kesungguhan dalam mengelola usaha tersebut. 3. Prinsip Bagi Hasil Menurut Syari’ah Prinsip bagi hasil (profit sharing), secara umum dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama 9 , yaitu al-musyarakah, almudharabah, almuzara’ah dan al-mushaqah. Walau demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan
9
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, halaman 98
26
al-muzara’ah dan al-mushaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank islam. Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Adapun yang menjadi landasan syariah akad al-musyarakah ini adalah Al-Qur’an Surat An-Nisaa ayat 12, yang artinya: “…maka mereka berserikat pada sepertiga…” Selanjutnya di dalam Al-Qur’an surat As-shaad ayat 24, dikatakan pula: “…dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh…” Sedangkan Hadits Nabi yang berkaitan dengan hal ini dari Abu Hurairah yang artinya: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya”.
27
Hadits ini menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambaNya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi penghianatan. Istilah mudharabah berasal dai kata dharb fi al-ardh – orang yang bepergian di atas bumi (yadhribuna fi al-ardh) mencari karunia Allah (alMuzammil:20). Karena pekerjaan dan perjalanannya, mudharib berhak atas sebagian keuntungan usaha. Dalam sunnah, para fukaha bersandar pada praktik mudharabah antara Nabi SAW dan Khadijah sebelum pernikahannya, ketika Nabi SAW mengadakan perjalanan dagang ke syria untuk Khadijah. Jadi, dalil hukum yang dipergunakan untuk mendukung model ini adalah alQuran dan Sunnah 10 . Secara teknis, Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha berdasarkan mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kekurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
10
Mervyn dan latifa. Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, dan Prospek. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2007
28
Landasan syari’ah yang mendasari akad ini adalah Al-Qur’an Surat AlMuzzammil ayat 20, yang artinya: “…dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah…” Sedangkan Hadits Nabi menyatakan sebagai berikut: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul muthalib jika memberikan dana kemitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau mmbeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah membolehkannya.” Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis 11 , yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Sedangkan Mudharabah Muqayyadah, atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified
mudharabah
adalah
kebalikan
dari
mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. 11
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islaamiyu wa Adillatuhu,., halaman 840. Baca
juga Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik., halaman 97.
29
Kerjasama mudharobah ini merupakan kerjasama kepercayaan penuh oleh karena itu, mudharib sebagai pihak yang diberi amanah dan dipercaya untuk mengelola usaha hendaknya dapat meneladani sifat Rasul yaitu STAF (siddiq, tabligh, amanah, fathanah). Sikap dan tingkah laku mudharib hendaknya
shiddiq
(benar,jujur),
tabligh
(komunitkatif,
keterbukaan,
transparan), amanah (tanggung jawab, dapat dipercaya, kredibilitas), dan fathanah (cerdik, bijaksana, intelektual). Tanpa dilandasi hal tersebut, tidak ada keadilan antara pemilik dana dan pengelola dana. Kejujuran, keterbukaan, amanah sangat diperlukan oleh para pengelola bank syariah, terutama yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha yang merupakan karakteristik utama bank syariah.
30
BAB III GAMBARAN UMUM BANK BUKOPIN SYARIAH
A. Sejarah Singkat Bank Bukopin Syariah Pada tahun 2000, melalui Urusan Syariah, Bank Bukopin mulai mengembangkan produk perbankan Syariah yang sesuai dengan ajaran dan prinsip-prinsip Islam yang beroperasi di bawah Direktorat Usaha Koperasi, Kecil dan Mikro (UKKM). Cabang Syariah pertama Bank Bukopin dibuka di Jakarta pada Desember 2001,saat ini Bank Bukopin mempunyai 5 kantor cabang dan 3 kantor cabang pembantu Syariah 1 dan 29 kantor layanan syariah (office channeling). Bank Bukopin mendapatkan ijin operasi dari Bank Indonesia dan kegiatannya diatur dalam kebijakan khusus yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia (berkaitan dengan produk dan kegiatan operasionalnya) yang merupakan bentuk pengawasan tambahan sebagaimana diuraikan pada bagian “Pengawasan dan Peraturan Perbankan Indonesia”. Produk-produk Bank Syariah disetujui terlebih dahulu oleh Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia sebelum di luncurkan ke pasar. Urusan Syariah menawarkan produk pembiayaan, pendanaan, dan jasajasa lain termasuk simpanan (seperti tabungan Bank Bukopin lainnya, giro dan deposito berjangka), jasa sewa beli (ijaroh mumtahiyah bit Tamlik) untuk pembelian barang-barang, jual beli (Murabahah) untuk pemilikan rumah, 1
www.bukopin.co.id, diakses pada tanngal 08 November 2009
31
kendaraan, investasi, dan barang konsumsi lainnya, dan pembiayaan dengan sistem bagi hasil (Mudharabah Musyarakah) sesuai dengan hukum Islam. Lalu pada tanggal 11 Desember 2008, dilakukan acara peresmian (Grand Launching) pembentukan Bank Syariah Bukopin. Pembentukan Bank Syariah Bukopin ini telah mendapatkan persetujuan Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008. Komposisi pemegang saham Bank Syariah Bukopin saat ini adalah sebagai berikut : PT Bank Bukopin Tbk sebesar 65,44%, PT Mega Capital Indonesia sebesar 9,46%, PT Jamsostek (Persero) sebesar 9,46%, PT Bakrie Capital Indonesia sebesar 2,16%, dan lainnya sebesar 1,57%. B. Visi dan Misi Bank Bukopin Syariah 2 1. Visi Menjadi Bank Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik 2. Misi a. Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah. b. Membentuk sumber daya insani yang profesional dan amanah. c. Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil & Menengah). d. Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder.
2
www.syariahbukopin.co.id, diakses pada tanggal 08 November 2009
32
C. Budaya Perusahaan 3 Budaya Perusahaan merupakan suatu cerminan aturan perilaku yang umum disebut dengan Kode Etik. Dalam menjalankan kegiatan usahanya serta menimbang nature bisnis yang dijalankan Bank Bukopin erat dengan unsur Trust (Kepercayaan), maka sebagai suatu organisasi, Bank Bukopin dituntut untuk memiliki suatu aturan yang mengikat seluruh jajarannya dalam bertindak sesuai dengan standar tertinggi dalam integritas profesional dan personal diseluruh aspek kegiatan perusahaan, serta mematuhi seluruh undang-undang, tata tertib, peraturan dan kebijakan Perusahaan. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Bukopin Syariah telah mengembangkan
nilai-nilai dasar yang menjadi inti dari pengembangan
budaya perusahaan Bank Bukopin Syariah yang mencakup 5 (lima) budaya perusahaan : 1. Fokus pada nasabah Memahami, mengembangkan, melayani dan memenuhi kebutuhan serta keinginan bagi pihak yang membutuhkan, baik internal maupun eksternal 2. Kerjasama Saling membantu, melakukan koordinasi dan bekerjasama sehingga menghasilkan sinergi positif 3. Disiplin 3
Ibid
33
Mematuhi setiap peraturan, ketentuan dan memenuhi komitmen baik internal maupun eksternal 4. Kompetensi Memiliki pengetahuan, ketrampilan, wawasan dan pengalaman dalam bidang tugasnya serta senantiasa meningkatkannya 5. Integritas Memiliki, menjunjung tinggi dan menjalankan nilai-nilai kejujuran, ketulusan, menghindari benturan kepentingan dan pengalahgunaan kewenangan.
D. Struktur Organisasi Direksi Bank Syariah Bukopin Direktur Utama
: Bapak Riyanto
Direktur Bisnis
: Bapak Eriandi
Direktur Pelayanan dan Consumer
: Ibu Tantri Indrawati.
Direktur Manajemen Resiko & Kepatuhan
: Djoni Edward
Dewan Komisaris : Komisaris Utama
: Ir. Harry Harmono Busiri.
Komisaris Independen
: Drs. Hajriyanto Y Thohari, MA. Prof. DR Bambang Setiaji, M.Sc.
34
Dewan Pengawas Syariah : Ketua
: Prof. DR HM Din Syamsudin, MA
Anggota
: DR H. Anwar Abbas, MA., M.Ag. H. Ikhwan Abidin, MA
E. Produk dan Jasa Bank Bukopin Syariah 4 1. Giro Wadi'ah Simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau sarana perintah pembayaran lainnya atau melalui pemindahbukuan lainnya. Akad yang digunakan adalah akad wadi’ah yad dhamanah. Wadi’ah yad dhamanah adalah yang berarti mustawda (bank) dapat memanfaatkan dana dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh muwwadi (nasabah). a. Keuntungan – keuntungan yang didapat : 1) Keamanan dana terjamin . 2) Dapat dicairkan sewaktu-waktu. 3) Dapat digunakan sebagai referensi Bank. 4) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan 5) Dapat ditarik dan disetor di seluruh outlet Bank Bukopin (Syariah & Konvensional) secara Real time on line. b. Fasilitas – fasilitas : 4
Jurnal Bank Bukopin Syariah
35
1) Buku cek atau bilyet giro. 2) Fasilitas ATM BUKOPIN Syariah. 3) Pengiriman laporan rekening koran tiap bulan dalam bentuk statement bank sesuai kebijakannya dapat memberikan bonus. c. Persyaratan dan Ketentuan : 1) Diperuntukan bagi perorangan dan badan usaha 2) Tanda pengenal
: KTP/SIM/Paspor
3) Khusus badan hukum
: SIUP, NPWP, Akta pendirian, Ijin
usaha,
dll
4) Setoran awal
:
-
Perorangan
&
Koperasi
Rp.
1.000.000,- Badan hukum Rp. 2.000.000,2. Tabungan Siaga Wadi'ah Simpanan dalam mata uang rupiah yang penyetoran dan penarikannya berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati. Akad yang digunakan adalah akad wadi’ah yad dhamanah. Wadi’ah yad-dhamanah adalah yang berarti mustawda (bank) dapat memanfaatkan dana dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh muwwadi (nasabah). a. Keuntungan – keuntungan yang didapat : 1) Keamanan dana terjamin.
36
2) Tidak dikenakan biaya administrasi bulanan. 3) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan sesuai dengan kebijakan pembiayaan. 4) Dapat ditarik dan disetor di seluruh outlet Bank Bukopin (Syariah & Konvensional) secara Real time on line. b. Fasilitas – fasilitas : 1) Mendapat fasilitas ATM yang tergabung dalam jaringan ATM Bukopin, ATM Bersama, ALTO, dan BCA/Prima dan Visa Elektron 2) Fasilitas Elekronic Banking (SMS Banking, Internet Banking, dan Phone Banking) 3) Dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan pembayaran tagihan dan auto debet (pembayaran Listrik, PAM, Telepon, Seluler, Pendidikan, Kartu Kredit dan ZIS (Zakat Infaq Shodaqoh)) 4) Bank sesuai kebijakannya dapat memberikan bonus c. Persyaratan dan ketentuan : 1) Diperuntukan bagi perorangan 2) Mengisi formulir kartu ATM 3) Tanda pengenal
: KTP/SIM/Paspor
4) Setoran awal
: Rp. 50.000,-
5) Setoran berikutnya
: min Rp. 10.000,-
6) Saldo minimum
: Rp. 35.000,-
37
7) Penarikan melalui teller : Maks Rp. 100 juta/hari (konfirmasi) 8) Penarikan melalui ATM : Maks Rp. 10 juta/hari 9) Penutupan Rekening
: Rp. 15.000
3. Tabungan Haji Simpanan untuk perorangan dalam bentuk mata uang rupiah yang mempunyai rencana menunaikan ibadah Haji atau Umroh. Akad yang digunakan adalah akad wadi’ah yad dhamanah. Wadi’ah yad dhamanah adalah yang berarti mustawda (bank) dapat memanfaatkan dana dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh muwwadi (nasabah). a. Keuntungan – keuntungan yang didapat : 1) Keamanan dana terjamin. 2) Tidak dikenakan biaya administrasi bulanan. 3) Kemudahan dalam merencanakan ibadah haji / Umroh. 4) Setoran ringan. 5) Dapat disetor di seluruh outlet Bank Bukopin (Syariah & Konvensional) secara Real time on line. b. Fasilitas – fasilitas : 1) Dana talangan 2) On-line dengan SISKOHAT 3) Kemudahan bertransaksi
38
4) Asuransi jiwa dan kecelakaan 5) Tidak dapat ditarik kecuali rekening di tutup 6) Bonus berupa gift menarik. c. Persyaratan dan Ketentuan : 1) Diperuntukan bagi perorangan 2) Tanda pengenal
: KTP/SIM/Paspor
3) Setoran awal
: Rp. 500.000,-
4) Setoran berikutnya
: min Rp. 100.000,-
5) Saldo minimum SISKOHAT : Sesuai ketentuan Departemen Agama
6) Penutupan Rekening
: Rp. 25.000
4. Deposito Mudharabah Jenis simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara deposan dengan pihak bank. Akad yang digunakan adalah akad mudharabah mutlaqah. Mudharabah mutlaqah, dimana Bank (mudharib) diberikan kuasa penuh oleh nasabah (shahibul maal) untuk menggunakan dana tersebut tanpa larangan / batasan dan mudharib wajib memberitahukan kepada shahibul maal mengenai nisbah / bagi hasil keuntungan yang diperoleh dan risiko yang timbul serta ketentuan penarikan dana sesuai dengan akadnya.
39
a. Keuntungan – keuntungan yang didapat : 1) Keamanan dana terjamin 2) Tidak dikenakan biaya administrasi bulanan 3) Sarana investasi berjangka sesuai syariah 4) Jangka waktu fleksibel 1, 3, 6, dan 12 5) Bagi hasil yang kompetitif berdasarkan nisbah yang disepakati 6) Dapat digunakan sebagai referensi bank 7) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan b. Fasilitas – fasilitas : 1) Dapat diperpanjang otomatis (Automatic Roll Over) 2) Bagi hasil dapat diambil tunai, transfer atau pemindah bukuan c. Persyaratan dan Ketentuan 1) Diperuntukan bagi perorangan dan badan usaha - Tanda pengenal (perorangan)
: KTP/SIM/Paspor
- Khusus badan hukum
: SIUP, NPWP, Akta pendirian,
Ijin
usaha. 2) Nominal minimum
: Rp. 8.000.000,-
3) Pajak bagi hasil
: 20%
4) Denda / pinalty pencairan sebelum jatuh tempo - Nominal s/d Rp. 100.000.000
: Rp. 25.000
- Nominal Rp. 100.000.001 s/d Rp. 1 M
: Rp. 50.000
40
- Nominal > Rp. 1 M
: Rp. 100.000
5. Murabahah Mobil Fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk pembelian Kendaraan roda empat sebagai kendaraan pribadi. a. Keuntungan yang didapat : 1) Proses cepat 2) Memberikan kemudahan untuk memiliki mobil 3) Kebebasan memilih jenis mobil 4) Pengembalian diangsur sesuai kemampuan b. Fasilitas - fasilitas : 1) BPKB langsung atas nama nasabah 2) Mobil dicover dengan asuransi (all risk) c. Persyaratan dan ketentuan : 1) Besar pembiayaan minimal Rp. 50 juta 2) Jangka waktu pembiayaan maksimal 5 tahun; untuk kendaraan lama maks 3 tahun 3) Agunan pembiayaan adalah mobil yang dibiayai
41
Persyaratan : No Jenis Dokumen
Umum
Karyawan
-
-
Profesional
01. Copy Identitas diri 02. Copy surat nikah 03. Copy kartu keluarga 04. Surat ijin praktek/SK Profesi 05. Memiliki rekening di Bukopin Syariah
-
Salinan rekening koran/tabungan 3 bulan 06. terakhir 07. Slip gaji asli bulan terakhir
-
08. Salinan rek. PLN/PAM/Tlp 09. Surat keterangan Perusahaan/ Copy -
-
-
-
SK Pengangkatan Pegawai 10. NPWP atau SPT PPh 21 11. Surat persetujuan pemotongan gaji *) untuk pinjaman diatas Rp. 100 juta
6. Murabahah Rumah Pembiayaan untuk pemilikan rumah tinggal, ruko, rukan, apartemen atau rumah peristirahatan (vila) baik kondisi baru maupun lama dan prioritas pembiayaan untuk kepemilikan pertama dan ditempati sendiri. a. Keuntungan yang didapat : 42
1) Proses relatif cepat 2) Tanpa biaya provisi 3) Bebas menentukan pilihan lokasi 4) Sistem pembayaran secara cicilan b. Persyaratan dan Ketentuan 1) Besar pembiayaan maks 80% dari harga jual; untuk rumah lama maks 70% dari hasil penilaian bank 2) Jangka waktu pembiayaan maksimal 10 tahun 3) Agunan pembiayaan adalah rumah yang dibiayai Persyaratan No. Jenis Dokumen
Umum
Karyawan Profesional Wiraswasta
-
-
01. Copy Identitas diri 02. Copy surat nikah 03. Copy kartu keluarga 04. Surat ijin praktek/SK Profesi
-
05. Memiliki rekening di Bukopin Syariah 06. Salinan rekening koran/tabungan 3 bulan terakhir 07. Slip gaji asli bulan terakhir
-
43
-
08. Salinan rek. PLN/PAM/Tlp 09. Surat keterangan Perusahaan/ Copy
-
-
-
-
-
-
SK Pengangkatan Pegawai 10. NPWP atau SPT PPh 21* 11. Surat persetujuan pemotongan gaji 12. Laporan neraca, Laba/rugi
-
-
-
13. Akta pendirian perusahaan
-
-
-
14. Copy SIUP, TDP
-
-
-
*) untuk pinjaman diatas Rp. 100 juta
7. Mudharabah Kerjasama antara pemilik modal dan pengelola untuk suatu usaha tertentu dengan kesepakatan bagi hasil. Akad yang digunakan adalah Mudharabah. Mudharabah adalah kerjasama antara Bank dengan nasabah, dimana pihak bank menyediakan seluruh modal dan nasabah sebagai pengelola dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati. a. Keuntungan yang didapat : 1) Usaha 100% dibiayai oleh bank 2) Dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja usaha
44
3) Sistem bagi hasil sesuai hasil proyek/usaha 4) Pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan cash-flow b. Persyaratan dan ketentuan : 1) Diperuntukan untuk Perorangan dan badan usaha Persyaratan No Jenis Dokumen
Perorangan
Badan Usaha
01. Copy Identitas diri
-
02. Copy surat nikah
-
03. Copy kartu keluarga
-
04. Copy Akta Pendirian usaha
-
05. Identitas pengurus
-
06. Legalitas usaha
-
07. Laporan keuangan 3 tahun terakhir 08. Data obyek pembiayaan 09. NPWP Salinan rekening koran/tabungan 3 10. bulan terakhir
45
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan Bank Syariah Bukopin dari Maret 2002 – September 2009. Penelitian mengenai simpanan nasabah adalah dana investasi tidak terikat yaitu deposito mudhorobah (bulan berikutnya setelah bulan imbalan bagi hasil) pada Bank Syariah Bukopin sebagai variable dependent. Sedangkan Imbalan Bagi Hasil sebagai variable Independent. Data imbalan bagi hasil adalah imbalan nasabah atas bagi hasil investasi pada Bank Syariah Bukopin. Data yang telah tersedia kemudian akan diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Keseluruhan data yang digunakan sebagai bahan penelitian di peroleh dari alamat situs internet Bank Syariah Bukopin (BSB) dan alamat situs internet Bank Indonesia (BI). Data mengenai simpanan masyarakat, dan imbalan bagi hasil. Berikut data mengenai jumlah deposito mudhorobah dan imbalan bagi hasil Maret 2002 – September 2009.
46
Tabel 4.1. Jumlah Deposito Mudhorobah dan Imbalan Bagi Hasil Bank Syariah Bukopin 1
1
periode
bagi hasil
2002.1-2002.2 2002.2-2002.3 2002.3-2002.4 2002.4-2003.1 2003.1-2003.2 2003.2-2003.3 2003.3-2003.4 2003.4-2004.1 2004.1-2004.2 2004.2-2004.3 2004.3-2004.4 2004.4-2005.1 2005.1-2005.2 2005.2-2005.3 2005.3-2005.4 2005.4-2006.1 2006.1-2006.2 2006.2-2006.3 2006.3-2006.4 2006.4-2007.1 2007.1-2007.2 2007.2-2007.3 2007.3-2007.4 2007.4-2008.1 2008.1-2008.2 2008.2-2008.3
Rp. 43.500 Rp. 44.700 Rp. 45.950 Rp. 61.860 Rp. 62.000 Rp. 49.600 Rp. 58.060 Rp. 61.410 Rp. 67.830 Rp. 50.750 Rp. 44.760 Rp. 45.600 Rp. 62.540 Rp. 59.600 Rp. 50.140 Rp. 57.040 Rp. 101.060 Rp. 73.160 Rp. 96.170 Rp. 168.050 Rp. 197.080 Rp. 189.040 Rp. 210.970 Rp. 292.290 Rp. 193.110 Rp. 173.360
Sumber situs bank indonesia
47
deposito mudharabah Rp. 5.690.000 Rp. 5.765.000 Rp. 8.415.000 Rp. 8.750.000 Rp. 6.014.560 Rp. 7.750.000 Rp. 8.350.000 Rp. 9.560.000 Rp. 6.463.000 Rp. 5.450.000 Rp. 5.673.000 Rp. 8.450.000 Rp. 7.750.000 Rp. 6.400.000 Rp. 7.065.000 Rp. 12.232.000 Rp. 10.740.000 Rp. 10.800.000 Rp. 22.506.770 Rp. 29.113.000 Rp. 27.350.000 Rp. 33.000.000 Rp. 43.429.030 Rp. 31.645.160 Rp. 24.680.830 Rp. 23.942.500
2008.3-2008.4 2008.4-2009.1 2009.1-2009.2 2009.2-2009.3
Rp. 159.210 Rp. 388.960 Rp. 359.560 Rp. 365.450
Rp. 59.454.030 Rp. 57.810.970 Rp.58.670.860 Rp. 59.370.000
B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji ini dilakukan untuk melihat apakah imbalan bagi hasil dan deposito mudhorobah memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut dalam penelitian ini digunakan grafik P-P Plot of Regression Standardized Residual sebagai berikut: Grafik 4.1
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut. Dengan
48
demikian, imbalan bagi hasil dan deposito mudhorobah telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedesitas Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data residual memiliki varian yang berbeda atau sama. Jika data residual memiliki varian berbeda (berubah-ubah), maka dapat dikatakan bahwa model regresi ini terkena gejala heterokedastisitas. Sedangkan jika residual memiliki varian yang sama (konstan), maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut telah memenuhi asumsi homokedastisitas.
Grafik 4.2
49
Dari gambar di atas terlihat bahwa titik-tik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola-pola tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model regresi ini telah bebas dari gejala heteroskedastisitas.
3. Uji Autokolerasi Uji ini dilakukan untuk melihat adanya korelasi antara satu residual observasi dengan residual observasi lainnya. Dalam penelitian ini, untuk melihat adanya gejala autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson.
Tabel 4.2.
Model Summaryb
Model 1
R .907a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.822
.816
7880.67507
Durbin-Watson 2.296
a. Predictors: (Constant), bagihasil b. Dependent Variable: deposito
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa durbin Watson memiliki nilai 2.296. nilai tersebut terletak antara dU dan 4-dU. Dimana, dU=1,489 dan 4-dU=2,511. Jadi 1,489 < 2,296 < 2,511. Dengan demikian, model regresi ini terbebas dari autokorelasi.
50
C. Uji Hipotesa Setelah melakukan uji klasik melalui uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Hasilnya menunjukkan data yang telah tersedia memenuhi standar kelayakan. Untuk selanjutnya akan dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh imbalan bagi hasil terhadap simpanan nasabah (deposito mudhorobah) dengan menggunakan uji hipotesa. Uji hipotesa ini dilakukan dengan beberapa cara: uji regresi, uji t dan koefisien determinasi.
1. Uji Regresi Dari histogram secara umum batang berada dibawah kurva normal dan dari gambar p-plot of regression standardized residual dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak (random). Sehingga data tersebut berdistribusi normal. Grafik 4.3. Grafik Sebaran Data Dua Variabel
51
Tabel 4.5
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
227.319
2283.356
bagihasil
157.971
13.878
Collinearity Statistics t
Beta
.907
Sig. .100
.921
11.383
.000
Tolerance
1.000
VIF
1.000
a. Dependent Variable: deposito
Pada output ini, dikemukakan nilai koefisien dan konstanta dari persamaan regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi sederhana yang digunakan adalah: y = a+bx dimana, y : simpanan nasabah (deposito mudhorobah) x : imbalan bagi hasil a : konstanta b : koefisien regresi Dari hasil pengolahan didapatkan model persamaan regresi sebagai berikut: y = 227.319 + 157.971 x 52
Interpretasi : 1. Nilai konstanta sebesar 227.319 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai Imbalan Bagi Hasil, maka besarnya Deposito Mudhorobah adalah sebesar Rp. 227.319 (dalam jutaan rupiah) 2. Nilai koefisien regresi x (imbalan bagi hasil) sebesar 157.971 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp. 1,00 dari imbalan bagi hasil maka nilai y (deposito mudhorobah) akan bertambah sebesar Rp. 157.971 (dalam jutaan rupiah).
2. Uji t Dari persamaan regresi yang didapatkan, akan dilakukan pengujian apakah nilai konstanta dan koefisien memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap nilai y. pengujian ini bisa dilakukan dengan dua metode, yang pertama dengan uji t yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t table dan yang kedua uji signifikansi. Menguji signifikansi koefisien b (imbalan bagi hasil) pada model regresi. Berikut adalah hipotesis yang diajukan: Ho : b = 0 (koefisien b tidak signifikan) H1 : b ≠ 0 (koefisien b signifikan).
53
Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode: 1) Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t table dimana µ1=µ2 Jika |thitung| > t tabel, maka H0 ditolak. Jika |thitung| < t tabel, maka H0 diterima. Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien imbalan bagi hasil adalah 11.383, sedangkan t tabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai α dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 28 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 30-2=28). Didapat t tabel adalah 2.05. Oleh karena t hitung > t tabel, (11.383 > 2.05), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien Imbalan Bagi Hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap Simpanan Nasabah (Deposito Mudhorobah). 2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0.05 : Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima. Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak. Dapat dilihat bahwa bilai probabilitas pada kolom sig. adalah 0.000, yang berarti bahwa probabilitas di atas 0.05 (0.000 < 0.05). dengan demikian H0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan
54
yaitu Imbalan Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Deposito Mudhorobah.
3. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model 1
R .907a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.822
.816
7880.67507
Durbin-Watson 2.296
a. Predictors: (Constant), bagihasil b. Dependent Variable: deposito
Pada tabel di atas, didapat 1 model regresi dengan nilai korelasi ( R ) sebesar 0.907, nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0.822 (82.2%). Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa sebesar 82.2% simpanan nasabah dalam bentuk depositho mudhorobah dipengaruhi oleh Imbalan Bagi hasil. Sedangkan sisanya 11.8% simpanan nasabah dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai adjusted R square sebesar 0.816 (81.6%) menunjukkan bahwa di lapangan pengaruh dari imbalan bagi 55
Hasil terhadap Simpanan Nasabah (Deposito Mudhorobah) sangat besar yaitu 81.6%. Ini menunjukkan bahwa nasabah menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito mudhorobah di Bank Syariah Bukopin, hal pertama yang mereka lihat adalah tingkat imbalan bagi hasil yang ditawarkan. .
56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pada akhir pembahasan skripsi ini, penulis akan memberikan kesimpulan-kesimpulan berkaitan dengan judul yang penulis angkat. 1. Dari hasil pengolahan didapatkan model persamaan regresi sebagai berikut: y = 227.319 + 157.971 x Interpretasi : 1. Nilai konstanta sebesar 227.319 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai Imbalan Bagi Hasil, maka besarnya Deposito Mudhorobah adalah sebesar Rp. 227.319 (dalam jutaan rupiah) 2. Nilai koefisien regresi x (imbalan bagi hasil) sebesar 157.971 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp. 1,00 dari imbalan bagi hasil maka nilai y (deposito mudhorobah) akan bertambah sebesar Rp. 157.971 (dalam jutaan rupiah). 2. Uji signifikansi b (imbalan bagi hasil), didapatkan nilai t hitung lebih besar dari t-tabel yaitu 11.383 > 2.05. Dapat disimpulkan bahwa 57
koefisien Imbalan Bagi Hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap Simpanan Nasabah (Deposito Mudhorobah).
3.
Berdasarkan uji koefisien determinasi sebesar 82.2% deposito mudhorobah dipengaruhi oleh imbalan bagi hasil. Ini menunjukkan bahwa imbalan bagi hasil sangat berperan besar dalam peningkatan jumlah simpanan nasabah dalam bentuk deposito mudhorobah.
B. SARAN 1. Bank
Syariah
Bukopin
diharapkan
dapat
terus
meningkatkan
pelayanannya dalam menjaring nasabah, misalnya dengan promosi, mengadakan seminar, agar bagi mayarakat yang belum mengenal perbankan syariah dapat lebih paham tentang bank syariah beserta aplikasi-aplikasi yang diterapkan. 2. Prodi Muamalat khususnya perbankan syariah diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan bank-bank syariah, sehingga dapat menjadi mitra dalam menempatkan mahasiswa (magang) di bank tersebut atau dapat juga sebagai jaringan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah.
58
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quarnulkarim Agus, Widarjono, “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”, Yogyakarta, Ekonisia, 2005. Alshodiq, Muktar (penyunting), Briefecase Books Edukasi Profesional Syari’ah Fatwa-fatwa Ekonomi Syari’ah Kontemporer, (Jakarta Renasian, 2005 M). Al-Omar dan Abdul Haq. Islamic Banking: Thory, Practice and Challenge. 1996. Amin, A Riawan, Bunga, Imbalan dan Bagi Hasil, dalam Majalah Hukum Nasional No.1 Tahun 2000, Jakarta. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007. Ghafur, Poter Perbankan Syariah Indonesia Terkini, Yogyakarta: Biruni press. 2007. Ghafur, Abdul. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2007. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.
Mervyn dan Latifa. Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, dan Prospek. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2007. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008. Priyanto, Dwi, Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik, Yogyakarta: Mediakom, 2008. Sadr, Kazim, The Role of Musharakah Financing in the Agricultural Bank of Iran. 1996. Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta. Paradigma dan Aqsha Publishing, 2007. Sudjana, Metoda Statistika. Edisi ke-6, Bandung: Tarsito, 2002. Sugiono, Statistik Terapan Untuk Penelitian, Bandung: 2007 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut banker Indonesia. Konsep, Produk dan Implementasi Operasional. Jakarta: Djambatan. 2003 Widayat. Riset Bisnis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: Resindo, 2005. Wawancara pribadi dengan Achmad Fauzi, Jakarta 25 Juli 2009. www.bi.go.id www.syariahbukopin.co.id www.bukopin.co.id