Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
PENGARUH FAKTOR PAJAK TERHADAP KEBIJAKAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Studi Empiris pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
Carolline Ge Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya Email:
[email protected]
ABSTRACT The optimalization of company’s value will only be achieved through correct financial management function action, in which one financial decision taken will affect another’s. Financial management of completion of important decision that company has take, consist of investment decision, leverage policy, and dividend policy. All of that decision is related with tax due indication. This research is purposed to know the tax factor influence (Earning After Tax) and non tax factor (Earning Before Interest and Tax) to financial decision that consist of investment decision, leverage policy, and dividend policy. This research has a purpose to provide empirical testing about influencing from tax factor and non-tax factor to investment decision, leverage policy, and dividend policy. The sample consists of 52 manufacturing companies, which are listing in Indonesian Capital Market and selected by purposive sampling technique. Statistic method used to test on the research hypothesis is Multivariate Multiple Regression. The research showing that tax factor and non-tax factor affect investment decision, leverage policy, and dividend policy simultaneously. Partially showing that tax factor is not affect investment decision. Non tax factor affect positively to investment decision, leverage policy and dividend policy. But, tax factor negatively affect to leverage policy and dividend policy.
Keywords: tax factor, non tax factor, investment decision, leverage policy and dividend policy.
Page 1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
I. PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal di Indonesia memicu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menjadi yang terbaik. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi, sehingga diharapkan mampu melakukan fungsi manajemen yang baik, meliputi bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan agar perusahaan dapat unggul dalam persaingan yang dihadapi. Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola fungsi keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Untuk memenuhi kebutuhan dana, perusahaan dapat memperolehnya dari modal sendiri (internal) atau modal asing (eksternal). Secara umum para investor yang menanamkan modalnya dipasar modal mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Investor jangka pendek mengharapkan return dalam bentuk capital gain yaitu perubahan dari selisih harga jual dan harga beli dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan investor jangka panjang mengharapkan return dalam bentuk dividen yaitu laba perusahaan yang dibagikan kepada investor. Haruman (2007) menyatakan untuk memenuhi harapan investor tersebut, manajer keuangan berusaha memaksimumkan kesejahteraan investor dengan cara membuat berbagai keputusan dan kebijakan keuangan yaitu keputusan pendanaan (financing decision), keputusan investasi (invesment decision) dan kebijakan dividen (dividend policy). Ketiga keputusan keuangan tersebut perlu dilakukan karena keputusan tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham (Jensen & Smith, 1984 ; Fama and French, 1998 ; Gitman, 2000 ; Brigham & Erhardt, 2002 ; Van Horne & Wachowizc, 2004 ; Van Horne, 2002). Menurut Hasnawati (dalam Wijaya, 2010) manajemen keuangan menyangkut penyelesaian keputusan penting yang meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen yang tepat guna memaksimalkan nilai perusahaan. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan pemegang saham. Pertama, keputusan investasi merupakan keputusan untuk menggunakan dana dimana penggunaan dana yang tepat dapat membuat pemilik dana tersebut menjadi lebih makmur atau menjadi lebih kaya. Keputusan mengenai investasi biasanya cukup sulit karena memerlukan penilaian mengenai situasi di masa yang akan datang. Ketidakpastian masa depan disebabkan oleh perubahan teknologi, ekonomi, sosial, Page 2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
kekuatan-kekuatan persaingan dan tindakan-tindakan pemerintah. Perubahan yang terjadi terus menerus dan cepat dalam ekonomi, peraturan fiskal, intensif untuk investasi dan sebagainya telah menambah banyak ketidakpastian dalam keputusan investasi. Keputusan pengalokasian modal ke dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan dengan risiko dan hasil yang diharapkan. Sedangkan Wahyudi (2006) menyampaikan bahwa menurut signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham. Disini, investasi diproyeksikan dengan Price Earning Ratio (PER). Kedua, keputusan pendanaan merupakan keputusan untuk memilih jenis dana yang dipergunakan oleh perusahaan. Keputusan dinyatakan benar apabila dapat menurunkan biaya modal yang dipergunakan perusahaan. Dasar keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik itu sumber dana internal maupun sumber dana eksternal yang secara teori didasarkan pada dua kerangka yaitu balance theory dan pecking order theory. Bauran antara penggunaan modal sendiri dan hutang disebut sebagai struktur modal. Soliha & Taswan (2002) menyatakan semakin tinggi proporsi hutang maka akan semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil dari biaya yang ditimbulkan. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan menerbitkan (1) hutang jangka pendek berupa pinjaman dari pihak ketiga, dan (2) hutang jangka panjang seperti obligasi. Dengan menerbitkan obligasi berarti obligor mendapat penghasilan berupa bunga, dan perusahaan dibebankan pembayaran bunga. Dalam penelitian ini hutang diproksikan dalam Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (dalam Purnamasari, 2009) hampir semua perusahaan di Indonesia mendanai usahanya dengan hutang, dimana kemungkinan penjelasan resiko usaha yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut adalah kecil sehingga berani menggunakan proporsi hutang yang lebih besar, kecuali untuk jenis industri tekstil dan gelas. Ketiga, kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen adalah bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan yang menentukan berapa banyak laba yang harus dibayarkan (dividen) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali dalam perusahaan (laba ditahan). Laba ditahan itu sendiri merupakan salah satu aspek sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat adalah kebijakan yang akan membuat pemilik perusahaan menjadi lebih makmur. Perusahaan juga cenderung menentukan dividen dalam jumlah yang tidak terlalu besar supaya tidak perlu menurunkan pembayaran dividen jika laba turun dan dapat menaikkan dividen jika
Page 3
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
laba meningkat. Penentuan dividen biasanya menggunakan Deviden Payout Ratio (DPR), sehingga digunakan sebagai proksi dari perhitungan dividen. Semua keputusan keuangan diatas tidaklah lepas dari indikasi pengenaan pajak, sehingga pajak seharusnya menjadi pertimbangan yang potensial. Hal ini karena perusahaan berusaha untuk membayar beban pajak yang rendah dengan menanggung beban bunga yang tinggi, dan memunculkan penghematan pajak yang dapat digunakan untuk investasi dan pembagian deviden. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian karena : (1) adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan informasi yang jelas dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangannya kepada Bapepam dan dipublikasikan, (2) jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih banyak dibanding sektor-sektor lain, karena kemampuan analisis dalam suatu sektor diharapkan dapat menghasilkan simpulan yang dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, (3) perusahaan manufaktur mempunyai kriteria pengungkapan yang lebih sederhana dibandingkan dengan perusahaan perbankan, selain itu perusahaan perbankan cenderung mempunyai rasio hutang atas modal yang relatif sangat tinggi. Ada dua faktor yang diperhatikan dari penelitian ini yaitu faktor pajak dan faktor non pajak. Faktor pajak diproksikan kedalam laba sesudah pajak (Earning After Tax / EAT). Selanjutnya laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax / EBIT) merupakan proksi pengaruh faktor non pajak. Menurut Graham et al. (1998) penggunaan EBIT sebagai proksi non pajak berdasarkan hasil penelitian dampak pajak atas keputusan pendanaan masa lalu, dapat dihilangkan dengan menggunakan variabel before financing tax (didasarkan pada EBIT).
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.
Tinjauan Pustaka
The Trade Off Model Teori ini menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan, dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan. Teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang, dimana dalam keadaan pajak nilai perusahaan akan naik minimal dengan biaya modal minimal. Asumsi dasar yang digunakan dalam trade off adanya informasi asimetri yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu adanya informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen suatu perusahaan dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik. Page 4
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
Trade off berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost (biaya agensi) ketika hutang meningkat pada sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya dan peningkatan hutang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas tambahan hutang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan agency cost. Trade off theory ini juga dikenal sebagai balanced theory sebagai penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Pecking Order Theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961 sedangkan penamaan Pecking Order Theory dilakukan oleh Myers (1983). Dalam Pecking Order Theory manajer konsisten dengan tujuan utama perusahaan yaitu memakmurkan kekayaan pemegang saham. Pada Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan sumber pendanaan eksternal oleh perusahaan dilakukan apabila sumber internal tidak mencukupi. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan yaitu laba ditahan, hutang, hutang obligasi dan saham preferen serta yang terakhir adalah penerbitan saham biasa. Pemilihan urutan pendanaan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan oleh tingkat resiko atas keputusan untuk menggunakan pendanaan tersebut. Pemilihan ini juga dikaitkan dengan biaya atas sumber pendanaan dari mulai yang termurah hingga yang termahal. Investment Opportunity Set (IOS) Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali diperkenalkan oleh Myers (1977) yang menyatakan bahwa perusahaan merupakan kombinasi antara assets in place (tangible assets) dan investment opportunities (intangible assets). Kombinasi keduanya dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan dan nilai perusahaan. Menurut Gaver (dalam Hasnawati, 2005) IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, di mana pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan mengahasilkan return yang lebih besar. Menurut Jensen (1986) menyatakan bahwa perusahaan dengan investment opportunity yang tinggi, biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi (high growth), aktif melakukan investasi, memiliki free cash flow yang rendah. Pada perusahaan yang memiliki investment opportunity yang tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan masih aktif melakukan kegiatan investasi, maka cash Page 5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
flow yang diperoleh masih akan tetap memberikan keuntungan bila diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor/honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan (Godam, 2007). Pendapat lain dinyatakan oleh Harnanto yaitu “pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan atas penghasilan kena pajak”. Lain halnya dikemukan Arsasi tentang pajak penghasilan yaitu “pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak”. Musgrave dalam bukunya Public Finance in Theory and Practice (1984) menyebutkan tujuan kebijakan pemajakan meliputi tiga aspek yaitu (a) alokasi, (b) distribusi, dan (c) stabilisasi (Gunadi, 1997). - Earning After Tax (EAT) Pengaruh pajak penghasilan diproksikan dalam laba sesudah pajak (Earning After Tax). Earning After Tax (EAT) disebut sebagai faktor pajak karena sudah mencakup manfaat hutang sebagai pengurang beban pajak berdasarkan penelitian Modigliani Miller (dalam Purnamasari, 2009). - Earning Before Interest and Tax (EBIT) EBIT diproksikan dengan faktor non pajak berdasarkan penelitian Graham et al. (1998) yang menunjukkan bahwa dampak pajak atas keputusan pendanaan masa lalu, dapat dihilangkan dengan menggunakan variabel before financing tax (didasarkan pada EBIT). 2.
Pengembangan dan Perumusan Hipotesis
Keputusan Investasi Penghasilan dari modal merupakan salah satu objek pajak. Menurut Malkiel (dalam Opriani, 2008) yang dimaksud dengan investasi adalah: “Method of purchasing asset in order to gain profit in the form of reasonably predictable income (dividen, interest, or rentals) and/or appreciation over the long term.” Seperti yang telah dijabarkan diatas bahwa investasi adalah sejumlah hasil penanaman dana dalam jumlah tertentu yang sangat ditentukan oleh kemampuan memprediksi masa depan. Pengertian tersebut selanjutnya dipertajam oleh Sunariyah (2003): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Menurut Amling (dalam Opriani, 2008) dalam proses investasi selalu ada ketidakpastian yang dapat mereduksi nilai aset yang kita miliki yaitu resiko. Makin a.
Page 6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
besar investasi yang kita tanamkan, makin besar resiko yang akan kita hadapi. Keputusan investasi tidak dapat diobservasi secara langsung, sehingga dalam perhitungannya digunakan proksi Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio atau yang lebih sering dikenal sebagai rasio harga laba adalah suatu ukuran dari potensi pertumbuhan, stabilitas pendapatan, dan kemampuan manajemen dihitung dengan membagi harga per saham dengan pendapatan per saham. Warno (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pajak penghasilan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan investasi perusahaan. Hal senada juga dikemukakan oleh Tjai Fung Njit (2006) yang menemukan bahwa pajak penghasilan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan investasi. Menurut Tjai Fung Njit banyaknya faktor lain seperti ketersediaan sarana dan prasarana, kepastian hukum, keamanan, stabilitas ekonomi, serta tersedianya sumber daya alam dan manusia yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, hal itulah yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam melakukan investasi. Penelitian lain dilakukan oleh Hidayat (2010) dan Kholid (2006) yang menyatakan bahwa beberapa faktor non pajak seperti likuiditas dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap keputusan investasi. Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H1a :Faktor pajak (EAT) berpengaruh negatif terhadap keputusan investasi. H1b :Faktor non pajak (EBIT) berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. b.
Kebijakan Hutang Modigliani dan Miller (1958) pada artikelnya yang berjudul The Cost of Capital, Corporation Finance, and the Theory of Investment menunjukkan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, pada umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan kena pajak atau dengan kata lain disebut tax deductible. Dengan demikian, apabila ada dua laba perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama tetapi perusahaan yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Kebijakan hutang dalam perhitungannya menggunakan proksi Debt to Equity Ratio (DER). DER membandingkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini maka Page 7
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Barclay dan Smith (1995) dalam penelitiannya tidak menemukan hubungan dan pengaruh signifikan pajak (corporate tax) dengan hutang (leverage). Purnamasari (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor pajak berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan hutang. Hal yang berbeda ditemukan oleh Tirsono (2008), Sunarsih (2004), dan Graham, Lemmon, Schallheim (1997) yang menyatakan bahwa faktor pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H2a : Faktor pajak (EAT) berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. H2b : Faktor non pajak (EBIT) berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. c.
Kebijakan Dividen Miller (1977) mengemukakan bahwa investor diharuskan membayar pajak individual atas penghasilannya yang berupa dividen. Barclay et, al. (1995) berpendapat bahwa penambahan jumlah hutang disisi perusahaan akan berdampak pada menurunnya tingkat pajak, namun demikian hal ini mengabaikan posisi investor. Kondisi ini terjadi karena penggunaan hutang sebagai pendanaan mengakibatkan perusahaan tidak lagi menahan laba untuk kepentingan investasi, tetapi membagikan seluruh laba tersebut sebagai dividen. Dampaknya adalah meningkatnya equity income berupa dividen, dan mengharuskan investor untuk membayar pajak individual yang semakin tinggi. Kebijakan dividen dalam perhitungannya menggunakan proksi Devidend Payout Ratio (DPR). Kebijakan dividen merupakan penentuan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. DPR membandingkan besarnya proporsi antara dividend per share (DPS) dan earning per share (EPS). Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Chang et, al. (dalam Wikanaji, 2005) melalui penelitian empiriknya menemukan bahwa pajak individual mempengaruhi kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara simultan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Litzenberger & Ramaswamy (1982) yang mengatakan, bahwa selama dividen memiliki tarif pajak yang tinggi bagi investor dibandingkan dengan capital gain, maka tingginya dividen menjadikan tingginya expected personal tax liabilities, sehingga investor Page 8
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
mensyaratkan tingginya expected return sebelum pajak. Wikanaji (2005) dan Natalie (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pajak penghasilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Purnamasari (2009) menemukan bahwa faktor pajak berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H3a : Faktor pajak (EAT) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. H3b : Faktor non pajak (EBIT) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor pajak (Earning After Tax)
H1a
1. Keputusan investasi (Price Earning Ratio)
H2a H3a
2. Kebijakan hutang (Debt to Equity Ratio)
H1b H2b
Faktor non pajak (Earning Before Interest & Tax )
3. Kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio)
H3b
Gambar 1 Kerangka Konseptual Pengaruh Faktor Pajak terhadap Kebijakan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur
III. METODE PENELITIAN a.
Data dan Sampel Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berbentuk laporan keuangan auditan yang dipublikan oleh perusahaan manufaktur yang go public, dimana data diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 150 perusahaan. Sampel penelitian adalah 260 data keuangan yang terdiri dari 52 perusahaan manufaktur selama 5 tahun (2005-2009). Jumlah 260 data atau 52 sampel merupakan data yang tersedia untuk diteliti lebih lanjut dan hal ini selaras dengan Roscoe (dalam Purnamasari, 2009), bahwa penelitian multivariat (termasuk regresi multivariat) harus menggunakan ukuran sampel yang beberapa kali Page 9
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
lebih besar (kurang lebih 10 kali) dari jumlah variabel yang dianalisis. Pemilihan perusahaan yang layak dijadikan sebagai sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan mendasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sahamnya diperdagangkan di BEI serta selalu menyajikan informasi keuangan selama periode pengamatan, (2) Membagikan dividen minimal 3 tahun selama periode penelitian, (3) Perusahaan memiliki data jumlah hutang selama periode penelitian.
b.
Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multivariate regression dengan menggunakan software SPSS untuk pengujian data dan perumusan model. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis yang mengandung tiga variabel dependen (PER, DER, DPR) yang saling berkaitan dan dua variabel independen (EAT dan EBIT), maka penelitian ini menggunakan metode analisis Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Manova ini digunakan untuk variabel dependen yang berjumlah lebih dari satu (skala metrik) dan variabel independen yang jumlahnya dapat satu atau lebih (skala non metrik/nominal) (Ghozali, 2009:79). Apabila memasukkan variabel covariate pada variabel independennya, maka menjadi Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Untuk mengetahui besarnya koefiisen regresi antara variabel bebas EAT dan EBIT terhadap PER, DER, DPR, maka dilakukan estimasi parameter dengan persamaan sebagai berikut : KI = α + β EAT + β EBIT + ε KH = α + β EAT + β EBIT + ε KD = α + β EAT + β EBIT + ε c.
Variabel Operasional Tabel 1
VARIABEL Faktor Pajak (EAT)
PENGERTIA PERHITUNGAN N Faktor Pajak Laba setelah pajak Penghasilan perusahaan.
Faktor Non Faktor lain di luar Laba sebelum pajak Pajak pajak panghasilan. dan bunga (EBIT) Kebijakan kombinasi antara
SKALA
RUJUKAN
Rasio
Modigliani Miller (dalam Purnamasari, 2009) Graham et al. (1998)
Rasio
Kallapur dan Page 10
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
Investasi (PER)
Kebijakan Hutang (DER)
Kebijakan Dividen (DPR)
aktiva yang dimiliki (assets in place) dan Harga Saham pilihan investasi di PER = masa yang akan EPS datang dengan net present value positif Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan Total Hutang pendanaan melalui DER = hutang dengan Total Ekuitas pendanaan melalui ekuitas. keputusan untuk memanfaatkan laba yang diperoleh selama satu periode apakah akan DPS dibagikan semua DPR = atau dibagi sebagian EPS untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan.
Rasio
Trombley (dalam Wijaya, 2010).
Rasio
Fama, et al, (2000); Soliha & Taswan (2002).
Rasio
Menurut Brigham dan Gapensk (dalam Wijaya, 2010)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Descriptive Statistics Mean PER (Y1) 17,571615 DER (Y2) 1,048308 DPR (Y3) 30,053808
Std. Deviation 36,6861570 1,1180330 37,4954978
N 260 260 260
Tabel 1 memberikan gambaran mengenai: -
Dari 260 data yang diuji, pada variabel Price Earning Ratio (PER) diketahui bahwa rata-rata pergerakan kenaikan/penurunan rasio harga saham terhadap Earning Per Share (EPS) adalah 17,571615, dengan standar deviasi yang menunjukkan variasi/range yang dihasilkan sebesar 36,6861570. Hal ini disebabkan karena jumlah pembagian saham tiap perusahaan tidaklah sama tergantung dari perolehan laba Page 11
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
perusahaan tersebut, sehingga perhitungan rasio tidak merata antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. - Dari 260 data yang diuji, pada variabel Debt to Equity Ratio (DER) diketahui bahwa rata-rata pergerakan kenaikan/penurunan rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan adalah 1, 048308, dengan standar deviasi yang menunjukkan variasi/range yang dihasilkan sebesar 1,1180330. Hal ini disebabkan karena ada perusahaan yang memiliki total hutang dan ekuitas dalam jumlah yang sangat besar (dalam milyaran bahkan triliun rupiah), sehingga perhitungan rasio tidak merata antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. - Dari 260 data yang diuji, pada variabel Devidend Payout Ratio (DPR) diketahui bahwa rata-rata pergerakan kenaikan/penurunan rasio dividen terhadap Earning Per Share (EPS) adalah 30,053808, dengan standar deviasi yang menunjukkan variasi/range yang dihasilkan sebesar 37,4954978. Ini terjadi karena jumlah pembagian dividen tiap perusahaan tidak sama, tergantung dari perolehan laba setelah pajak, jumlah saham beredar, dan kebijakan pembagian dividen. Akibatnya, perhitungan rasio tidak merata antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang menjadi sampel penelitian. Tabel 2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa, b Mos t Extreme Differences
Mean Std. Deviation Abs olute Pos itive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Earning After Tax (EAT) 260 585.446,6577 1.434.100,96109 ,333 ,328 -,333 ,537 ,383
Earning Before Tax (EBT) PER DER DPR 260 260 260 260 950.515,3885 17,571615 1,048308 30,053808 2.266.540,87749 36,68616 1,1180330 37,49550 ,330 ,287 ,187 ,208 ,328 ,280 ,174 ,137 -,330 -,287 -,187 -,208 ,531 ,635 1,009 ,735 ,328 ,128 ,087 ,276
a. Tes t dis tribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai Kolmogorov Smirnov Z untuk variabel Earning After Tax sebesar 0,537 dengan tingkat signifikan 0,383, nilai Kolmogorov Smirnov Z untuk variabel Earning Before Interest and Tax sebesar 0,531 dengan tingkat signifikan 0,328, nilai Kolmogorov Smirnov Z untuk variabel Price Earning Ratio sebesar 0,635 dengan tingkat signifikan 0,128, nilai Kolmogorov Smirnov Z untuk variabel Debt to Equity Ratio sebesar 1,009 dengan tingkat signifikan 0,087 dan nilai Kolmogorov Smirnov Z untuk variabel Devident Payout Ratio sebesar 0,735 dengan tingkat signifikan 0,276, berarti hal itu menunjukkan bahwa model terdistribusi normal karena tingkat signifikansinya > 0,05. Page 12
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
Pengaruh Earning After Tax & Earning Before Interest and Tax terhadap Price Earning Ratio
Variabel Dependen PER
Parameter
Tabel 3 Koefisien Prob
Intercept EAT EBIT
17,030 1,452 10-6 6,934 10-6
,000 ,781 ,038
Keterangan
Tidak berpengaruh Berpengaruh
a. Faktor pajak (Earning After Tax) Tidak Berpengaruh terhadap Keputusan Investasi (Price Earning Ratio). Koefisien regresi Earning After Tax sebesar 1,452 10-6. Tanda positif menunjukkan bahwa Earning After Tax memiliki pengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. Dengan demikian jika terjadi peningkatan Earning After Tax sebesar satu juta rupiah (106) maka ada kenaikan terhadap Price Earning Ratio sebesar 1,452 persen, dan sebaliknya. Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Warno (2005) dan Tjai Fung (2006). Hal ini menunjukkan bahwa faktor pajak bukan faktor yang paling menentukan bagi perusahaan dalam menentukan keputusan investasi, tetapi banyak faktor lainnya yang mempengaruhi. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah suku bunga, prediksi tingkat keuntungan, prediksi mengenai kondisi ekonomi ke depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan keuntungan perusahaan (Sukirno, 2004). Keputusan investasi merupakan suatu proses jangka panjang yang senantiasa berjalan searah dengan perkembangan usaha. Keputusan investasi merupakan kondisi yang bersifat multi dimensi dan menjadi bahan pertimbangan yang perlu dipikirkan dengan hati-hati oleh para investor. Keputusan investasi bukan hanya dipertimbangkan pada awal rencana investasi, akan tetapi merupakan variabel strategis yang akan menentukan keberhasilan investasi sepanjang perusahaan berjalan. b. Faktor Non Pajak (Earning Before Interest and Tax) Berpengaruh Positif terhadap Keputusan Investasi (Price Earning Ratio). Koefisien regresi Earning Before Interest and Tax sebesar 6,934 10-6. Tanda positif menunjukkan bahwa Earning Before Interest and Tax memiliki pengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. Dengan demikian jika terjadi peningkatan Earning Before Interest and Tax sebesar satu juta rupiah (106) maka ada kenaikan terhadap Price Earning Ratio sebesar 0,69 persen, dan sebaliknya. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010) yang menyatakan bahwa beberapa faktor di luar pajak ternyata memberikan pengaruh terhadap Page 13
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
penentuan kebijakan investasi. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa dalam pasar persaingan sempurna keputusan investasi yang optimal tidak dipengaruhi oleh bagaimana investasi tersebut dibiayai. Selanjutnya Modigliani dan Miller menyatakan bahwa penentuan keputusan investasi tidak ditentukan oleh keputusan dividen. Faktor non pajak yang seringkali mempengaruhi keputusan investasi perusahaan, misalnya likuiditas yaitu saat perusahaan memiliki likuiditas yang tinggi maka perusahaan memiliki kesempatan berinvestasi yang lebih besar pada pengeluaran modal (capital expenditure) yaitu investasi pada aktiva tetap seperti tanah atau properti, bangunan, dan peralatan. Namun demikian, dengan likuiditas perusahaan yang tinggi akan sensitif terjadi konflik keagenan. Manajer lebih senang menggunakan modal internal untuk membiayai investasi karena modal internal dapat mengurangi keterlibatan pengawasan dari pemegang saham atau pihak eksternal terhadap keputusan investasi yang dibuat oleh manajer (Hidayat, 2010). Pengaruh Earning After Tax & Earning Before Interest and Tax terhadap Debt to Equity Ratio
Variabel Dependen DER
Parameter Intercept EAT EBIT
Tabel 4 Koefisien 1,071 -3,586 10-7 1,971 10-7
Prob
Keterangan
,000 ,024 ,049
Berpengaruh Berpengaruh
c. Faktor Pajak (Earning After Tax) Berpengaruh Negatif terhadap Kebijakan Hutang (Debt to Equity Ratio). Koefisien regresi Earning After Tax sebesar –3,586 10-7. Tanda negatif menunjukkan bahwa Earning After Tax memiliki pengaruh negatif terhadap Debt to Equity Ratio. Dengan demikian, jika terjadi peningkatan Earning After Tax sebesar satu juta rupiah (106) maka ada penurunan terhadap Debt to Equity Ratio sebesar 0,35 persen, dan sebaliknya. Temuan ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tirsono (2008), Sunarsih (2004), dan Graham, Lemmon, Schallheim (1997) yang menyatakan bahwa faktor pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, jika perusahaan memiliki pajak penghasilan yang tinggi maka perusahaan dapat berupaya untuk mengurangi beban pajak penghasilan tersebut dengan cara meningkatkan hutang (leverage) perusahaan. Penambahan jumlah hutang perusahaan atau dengan kata lain terjadi peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) mengakibatkan penurunan beban pajak, Page 14
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
karena adanya beban bunga atas hutang tersebut yang dapat mengurangi pembayaran pajak. Perusahaan dengan tarif pajak marjinal yang tinggi memiliki insentif lebih banyak untuk mengajukan hutang karena mendapatkan keuntungan dari pengurangan bunga atas hutang tersebut sehingga pajak yang dibayar akan menjadi lebih kecil d. Faktor Non Pajak (Earning Before Interest and Tax) Berpengaruh Positif terhadap Kebijakan Hutang (Debt to Equity Ratio). Koefisien regresi Earning Before Interest and Tax sebesar 1,971 10-7. Tanda positif menunjukkan bahwa Earning Before Interest and Tax memiliki pengaruh positif terhadap Debt to Equity Ratio. Dengan demikian, jika terjadi peningkatan Earning Before Interest and Tax sebesar satu juta rupiah (106) maka ada kenaikan terhadap Debt to Equity Ratio sebesar 0,19 persen, dan sebaliknya. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2009). Dalam hubungannya dengan keputusan pendanaan, ada faktor non pajak yang dapat mempengaruhi keputusan untuk terus menambah jumlah hutang, misalnya kecenderungan manajemen mengalihkan resiko perusahaan ke kreditor. Ini dapat terjadi saat perusahaan mengalami finansial distress, terutama saat menjelang dilikuidasi jika perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya, maka pihak kreditor hanya akan memperoleh aset perusahaan sebagai ganti rugi atas hutang perusahaan dan tidak terkait dengan kekayaan induvidu para pemegang saham. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kebijakan hutang yaitu ukuran perusahaan, dimana perusahaan besar memiliki aktivitas yang lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur. Pengaruh Earning After Tax & Earning Before Interest and Tax terhadap Devidend Payout Ratio
Variabel Dependen DPR
Parameter
Tabel 5 Koefisien
Prob
Keterangan
Intercept EAT EBIT
29,742 -3,735 10-6 1,972 10-6
,000 ,037 ,016
Berpengaruh Berpengaruh Page 15
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
e. Faktor Pajak (Earning After Tax) Berpengaruh Negatif terhadap Kebijakan Dividen (Devidend Payout Ratio). Koefisien regresi Earning After Tax sebesar –3,735 10-6. Tanda negatif menunjukkan bahwa Earning After Tax memiliki pengaruh negatif terhadap Devidend Payout Ratio. Dengan demikian, jika terjadi peningkatan Earning After Tax sebesar satu juta rupiah (106) maka ada penurunan terhadap Devidend Payout Ratio sebesar 0,37 persen, dan sebaliknya.Temuan ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wikanaji (2005) yang menyatakan bahwa faktor pajak berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hal ini berarti semakin besar jumlah pajak maka jumlah dividen yang dibagikan akan mengalami penurunan. Semakin besarnya jumlah pajak menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan yang diukur dalam bentuk laba, sehingga peningkatan laba ini digunakan sebagai laba ditahan untuk menambah modal perusahaan (investasi) dan sisanya dibagikan kepada pemilik modal sebagai dividen, dengan asumsi prosentase dividen adalah tetap setiap tahunnya (Brigham, 2001). Hal ini sesuai dengan Teori Dividen Residu (The Residual Theory of Dividend) yaitu kebijakan dividen sangat dipengaruhi oleh peluang investasi dan ketersediaan dana untuk membiayai investasi tersebut, sehingga dividen akan diberikan jika ada laba yang tersisa. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen (Lintner, dalam Brigham 2001). f. Faktor Non Pajak (Earning Before Interest and Tax) Berpengaruh Positif terhadap Kebijakan Dividen (Devidend Payout Ratio). Koefisien regresi Earning Before Interest and Tax sebesar 1,972 10-6. Tanda positif menunjukkan bahwa Earning Before Interest and Tax memiliki pengaruh positif terhadap Devidend Payout Ratio. Dengan demikian, jika terjadi peningkatan Earning Before Interest and Tax sebesar satu juta rupiah (106) maka ada kenaikan terhadap Devidend Payout Ratio sebesar 1,97 persen, dan sebaliknya. Pengaruh positif dari faktor non pajak ini terhadap kebijakan dividen mendukung temuan dari Purnamasari (2009) dan Rosdini (2009). Perusahaan cenderung membayar dividen dengan alasan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham, sehingga mereka bisa berinvestasi kembali pada perusahaan tersebut atau menjaga kredibilitas perusahaan di pasar. Beberapa faktor non pajak yang mempengaruhi jumlah pembagian dividen yaitu faktor likuiditas (free cash flow), dimana semakin rendah likuiditas perusahaan maka akan menurunkan devidend payout ratio (Purnamasari, 2009). Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Smith and Watts (dalam Rosdini, Page 16
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
2009) yang menyatakan bahwa untuk menghindari terjadinya overinvestment (free cash flow problem) manajer akan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.
V. SIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa pengujian atas ketepatan model dengan menggunakan Multivariate Regression Analysis, diketahui bahwa kedua model (EAT dan EBIT) berpengaruh terhadap keputusan pendanaan, karena persamaan tersebut telah memenuhi syarat bivariate normality. Hasil pengolahan multivariate regression analysis membuktikan bahwa faktor pajak (EAT) berpengaruh signifikan negatif terhadap keputusan pendanaan yang meliputi kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Graham et al (1998), yaitu dengan menggunakan EAT maka hubungan rasio hutang dan pajak adalah negatif. Jadi faktor pajak mempengaruhi keputusan pendanaan, dimana beban bunga dari hutang dapat digunakan untuk mengurangi pembayaran pajak. Hasil lainnya menemukan bahwa faktor pajak tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Dari pengujian juga diperoleh pembuktian bahwa faktor non pajak (EBIT) berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan pendanaan yang meliputi keputusan investasi (PER), kebijakan hutang (DER), kebijakan dividen (DPR). Jadi faktor non pajak, seperti likuiditas, ukuran perusahaan, kecenderungan mengalihkan resiko perusahaan pada kreditor, besarnya modal yang dimiliki perusahaan juga mempengaruhi pengambilan keputusan pendanaan yang mengarah pada hasil atau keuntungan pada keputusan tersebut (seperti pembagian dividen).
Page 17
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
DAFTAR PUSTAKA Arrayani., 2003, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Implikasinya terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Tekstil yang Go Publik di Indonesia, diakses tanggal 5 Januari, 2011, http://repository.usu.ac.id Arsasi, Andri., tanpa tahun, Belajar tentang Investasi, Pajak, dan Perbankan, diakses tanggal 28 Desember, 2010, http://arsasi.wordpress.com Barclay, M.J., Smith, C.W., and Watt, R.S., 1995, The Determinants of Corporate Leverage and Dividend Policies, The New Corporate Finance: Where Theory Meet Practice, International Edition, Irwin McGraw-Hill: 214-299. Barclay, M.J., and Smith, C.W., 1995, The Maturity Structure Of Corporate Debt, Jornal of Finance, June: 609-630. Bradley, M.J., Jarrel, G.A. Dankim, H. 1984, On the Existence of an Optimal Capital Structure: Theory and Evidence, Journal of Finance, July: 857878. Brigham., 2001, Analisis Pengaruh Return On Equity, Insider Ownership, Investment Opportunity Set, Firm Size, Cash Flow, & Debt Ratio terhadap Dividend Payout, diakses 30 September, 2011, http://kebijakan dividen.ac.id.pdf Fama, F. Eugene and French, R. Kenneth., 1997, Taxes, Financing Decisions, and Firm Value, diakses 31 July, 2011, http://www.jstor.org/pss/117379 Fung, Tjai., 2006, Insentif Pajak Penghasilan dan Pengaruhnya terhadap Investasi Modal Asing, diakses 15 Maret, 2011, http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2 Ghozali, Imam., 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Univesitas Diponogoro. Godam., 2007, Pengertian Arti Definisi Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21, diakses tanggal 28 Desember, 2010, http://organisasi.org/pengertian-arti-definisi Gunadi., 1997, Akuntansi Pajak, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Harnanto., 2003, Akuntansi Perpajakan, Yogyakarta: BPFE. Page 18
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
Haruman, Tendi., 2007, Pengaruh Keputusan Keuangan dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan, The 1st PPM National Conference on Management Research “Manajemen di Era Globalisasi”, diakses tanggal 2 Januari, 2011, http://www.docstoc.com /docs/48965399/ Haruman, Tendi., 2008, Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Hasnawati, Sri., 2005, Dampak Set Peluang Investasi terhadap Nilai Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta, diakses tanggal 1 April, 2011, http://journal.uii.ac.id/index. Hatta, Atika Jauhari., 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder, JAAI vol. 6 No. 2, Desember: 1-22. Hidayat, Riskin., 2010, Keputusan Investasi dan Financial Constraints: Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April. Jensen, M.C., 1986, Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate finance, and Takeovers, American Economic Review, May: 323-329. John R. Graham, Michael L. Lemmon and James S, Schallheim., 1998, “Debt, Leases, Taxes and the Endogeneity of Corporate Tax Status”, Journal of Finance 53, 131-162. Kholid, Abdul., 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEJ, diakses 5 Agustus, 2011, http://www.docstoc.com/docs/ Litzenberger, H.R and Ramaswamy, K., 1982, The Effects of Dividends on Common Stock Prices Tax Effects or Information Effects?, Jornal of Finance, May: 429-443. Markus, Muda., 2006, Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap Investasi Portofolio, diakses tanggal 20 Febuari, 2011, http://repository.univpancasila.ac.id Miller, M.H., 1977, Debt and Taxes, The Journal of Finance, Vol. 32, No. 2, May: 261-273.
Page 19
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
Modigliani, F., dan Miller, M.H., 1958, The Cost of Capital, Corporation Finance, and the Theory of Investment, American Economics Review, Vol 48, June: 261-280. Mulianti, Fitri Mega., 2010, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan, diakses 1 Agustus, 2011, http://eprints.undip.ac.id/24066/1/Fitri_Mega_Mulianti.pdf Myers, S.C. 1977, Determinant of Corporate Borrowing, diakses tanggal 23 Januari, 2011, http://citeseer.ist.psu.edu/viewdoc/ Myers, S.C., 1983, The Capital Structure Puzzle, The Journal of Finance, Vol. 39, No. 3, July: 575-590. Opriani, Mutiara., Implikasi Ekstensifikasi pengenaan Pajak Penghasilan, diakses tanggal 25 Desember, 2010, http://www.pdfchaser.com Pithaloka, Nina Diah., 2009, Pengaruh Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang: dengan Pendekatan Pecking Order Theory, diakses 1 Agustus, 2011, http://fe-akuntansi.unila.ac.id.pdf Purnamasari, Yenni., 2009, Pajak Penghasilan dan Keputusan Pendanaan, Jurnal Akuntansi Kontemporer Vol 1, No.1, Januari 2009 Rosdini, Dini., 2009, Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio, diakses1 Agustus,http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd Shuetrim, Geoffrey., Lowe, Philip., and Morling, Steve., 1993, The Determinants of Corporate Leverage: A Panel Data Analysis, Research Discussion Paper Reserve Bank of Australia. pp. 1-52. Journal of Finance 39. Soliha, Euis dan Taswan., 2002, Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September. Sugiyono., 2005, Metode penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta Sukirno., dan Bachri 2004, Survei Faktor-Faktor Non Ekonomi yang Mempengaruhi Iklim Investasi, diakses 13 Juli, 2011, http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/Boks1.pdf
Page 20
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
Sunarsih., 2004, Analisis Simultanitas Kebijakan Hutangdan Kebijakan Maturitas Hutang serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Siasat Bisnis No. 9 Vol. 1, July: 65-84. Tirsono., Analisis Faktor Pajak dan Faktor Lain yang Berpengaruh terhadap Tingkat Utang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, diakses 4 Januari, 2011, http://eprints.undip.ac.id/17970/1/Tirsono.pdf Wahyudi, Untung., dan Pawestri, Hartini Prasetyaning., 2006, Implikasi Struktur kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: dengan keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Warno., 2005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Ekspansi pada PT Perkebunan Nusantara IX Semarang, diakses tanggal 24 Desember, 2010, http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH955c.dir/ doc.pdf Wijaya, Lihan Rini., Bandi., dan Wijaya, Anas., 2010, Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto. Wikanaji, Aditya., 2005, Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur, diakses tanggal 3 Januari, 2011, http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008053010491801312358.p df.
Page 21