PENGARUH BERMAIN PLAY DOUGH TERHADAP KREATIVITAS ANAK TK Laelun Hartati Herlina Siwi Widiana* Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta Abstract This research aim to know the influence playing play dough to increase creativity among kindergarten students. The subjects were students of TK ABA Purbayan Kotagede. Data collected by Figural Creativity Test. Gain score is analysed with t -test technique. The result was there is significant influence playing play dough to increase creativity among kindergarten students (t=3,211; p=0,003) . The research result shows that playing play dough effective to increase creativity among kindergarten students.
Keywords : playing play dough, creativity, kindergarten student
PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life education). Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Utomo, 2010). Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki *
Korespondensi: HP: 0817 464 116 Email:
[email protected].
Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 97
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak-anak usia empat sampai dengan enam tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Belajar Taman Kanak-Kanak (GBPKBTK, dalam Rachmawati & Kurniati, 2005). Supriadi (Rachmawati & Kurniati, 2005), mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada. Menurut Munandar kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak dan harus dikembangkan sejak dini karena pada usia tiga sampai lima tahun anak memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini, anak mudah menyerap informasi yang ada di sekitarnya. Sistem belajar sambil bermain merupakan cara terbaik yang dapat diberikan kepada anak usia tiga sampai lima tahun (Anonim, 2008) . Ada tiga ciri dominan anak kreatif, yakni spontan, memiliki rasa ingin tahu dan tertarik pada hal-hal yang baru. Ketiga ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak, artinya pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan dasar kreativitas sejak dini. Pada usia selanjutnya kreativitas anak dapat berkembang optimal atau dapat tertekan atau terhambat tergantung berbagai hal, seperti gizi, kesehatan, pengasuhan, serta lingkungan sekitar. Kewajiban orang tua sebenarnya adalah mempertahankan agar anak tetap kreatif (Anonim, 2008). Munandar (1992), menyatakan bahwa ciri-ciri kreativitas yakni memiliki keingintahuan yang besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberi banyak gagasan dan usul terhadap masalah dan bebas dalam menyatakan pendapat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap anak TK ABA Purbayan menunjukkan bahwa masih banyak anak yang kurang kreatif seperti kurangnya rasa ingin tahu dan tidak adanya keinginan untuk membuat atau menciptakan hal yang baru, dalam bermain pun masih ada terlihat anak yang kurang aktif dan kreatif serta lebih memilih untuk diam melihat teman-teman yang lain bermain. Selain itu juga berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari guru TK ABA Purbayan bahwa pada umumnya anak-anak mempunyai kreativitas yang baik namun tidak semua anak dapat dikatakan memiliki kreativitas yang baik karena masih ada juga beberapa anak yang kadang terlihat kurang kreatif yakni kurangnya rasa ingin tahu, kurang berminat terhadap halhal yang baru. Seperti ketika di kelas kurangnya rasa 98 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
ingin tahu karena hanya ada satu atau dua orang anak saja yang sering mempunyai inisiatif bertanya dan mengemukakan pendapat jika merasa belum jelas dengan tugas yang diberikan oleh gurunya, anak lebih banyak diam dan kurang aktif. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Anak dapat bereksperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, anak akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara. Kusantanti (Mariani, 2008), mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak, dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan. Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak. Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat dievaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak. Faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah dapat berfungsi sebagai pendorog dalam pengembangan kreativitas anak (Munandar, 2002) sehingga peran orang tua dan pendidik sangat penting dalam memberikan dorongan dan tuntunan bagi anak. Menurut Mulyadi (Wijayanti, 2008), yang menjadi orientasi pendidikan saat ini adalah Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 99
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
bagaimana menciptakan anak yang cerdas secara logika, matematika, dan bahasa. Orang tua tentu memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain dan bersuka cita, anak belum memikirkan tanggung jawab seperti orang dewasa, akan tetapi banyak para orang tua dan para pendidik yang belum mengerti bagaimana harusnya memberikan pengarahan dan metode dalam bermain yang baik untuk mengembangkan kreativitas yang ada pada anak-anak didik. Bermain akan mempermudah anak mengembangkan unsur-unsur kreativitas, seperti rasa ingin tahu, daya khayal/imajinasi dan mencoba hal-hal yang baru. Motivasi untuk menemukan sesuatu sebagian besar datang dari kesenangan dengan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Seperti terlihat pada fenomena atau realita yang sering dijumpai di lingkungan sekitar yakni kegemaran orang tua membelikan mainan untuk anak-anaknya yang sebenarnya mainanmainan itu kurang mendukung kreativitas anak. Menurut beberapa ahli, mainan elektronis futuris seperti mainan robot, tidak memberi manfaat secanggih penampilannya. Beberapa ahli berpendapat bahwa mainan yang tampak pintar itu sebenarnya membodohi pemainnya, menghalangi perkembangan intelektual, menghambat kreativitas, memperpendek rentang perhatian, serta mengurangi sosialisasi penggunanya (Hasan, 2010). Orang tua perlu menyadari keunikan anak sebagai individu dan sekaligus menerima kelebihan dan kekurangannya. Mengembangkan kreativitas anak, orang tua dan pendidik harus mampu menelusuri bakat dan minatnya, mendorong, menghargai dan menanamkan kepercayaan diri sekaligus terlibat dalam proses kreativitas anak karena kreativitas itu tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang genius saja. Munandar (2000), mengemukakan strategi empat P untuk pengembangan kreativitas anak yakni kreativitas dari aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Pribadi, kreativitas muncul dari interaksi keunikan pribadi anak dengan lingkungannya. Setiap anak berada dalam kadar dan bidang kreativitasnya. Pendidik hendaknya menemukan/ mengenali kekuatan dan keterbatasan anak: dalam bidang apa anak paling dapat mewujudkan bakat dan minatnya. Pendorong, anak memerlukan dorongan dari pendidik, bukan paksaan. Kreativitas tidak dapat berkembang dalam vakum. Proses, berilah kesempatan kepada 100 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
anak untuk bersibuk diri secara kreatif dalam wahana pendidikan non formal, baik didalam keluarga, di sekolah, maupun di dalam masyarakat. Produk, jika pendidik menerapkan ketiga P tersebut, produk-produk kreatif akan muncul dengan sendirinya, karena anak merasa aman, bebas, dan tertantang. Guru mengembangkan kreativitas anak dan metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasinya. Menurut Plato (Astuti, 2010), anak-anak akan lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan melalui metode bermain dan mengedepankan sisi kepraktisan. Sebagai contoh, saat mengajarkan, penambahan dan pengurangan, anak-anak akan lebih mudah menyerap inti pelajarannya apabila menggunakan buah tertentu sebagai alat bantu (Tedjasaputra, 2010). Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang dirasakan dan dipikirkan, dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas dengan bermain Play dough merupakan mainan dari lilin yang dapat diubahubah bentuknya, namun untuk membuatnya sendiri tidak menggunakan lilin tetapi dapat diganti dengan bahan lain seperti misalnya tanah liat, plastisin dan adonan kue. Permainan play dough memerlukan kelenturan motorik halus anak. Permainan ini sangat sederhana dan tidak mahal, karena dapat dibuat sendiri dari bahan yang sederhana dan mudah didapat. Bermain play dough adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak, dengan bermain play dough anak tak hanya memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak, motorik halus dan kasar anak. Permainan play dough adalah permainan yang tanpa aturan sehingga berguna untuk mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas anak. Bermain play dough dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak, sekaligus mengajarkannya tentang problem solving yang berguna untuk meningkatkan self esteemnya (Anonim, 2008). Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 101
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Gallagher (Rachmawati dan Kurniati, 2005), mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya. Smith (Khotimah, 2010) mendefinisikan kreativitas sebagai proses menggunakan pengalaman masa lalu dan menempatkan pengalaman yang terseleksi tersebut dalam bentuk yang baru, ide baru, dan hasil baru. Jenis kreativitas menurut Munandar (1999) terdiri dari dua yaitu: a.
Kreativitas Figural Kreativitas figural adalah kemampuan memunculkan ideide atau gagasan baru melalui gambar yang dibuat. Kreativitas figural ini berbasiskan pada aktifitas menggambar untuk menimbulkan ide atau gagasan baru, tetapi tidak membutuhkan keahlian atau keahlian menggambar (Munandar, 1999). Kreativitas figural dapat di ukur dengan Tes Kreativitas Figural. Bentuk TKF ini berupa tes lingkaran-lingkaran yang terdiri dari 40 lingkaran. Subjek diminta untuk menciptakan gambargambar sesuai dengan yang dibayangkan oleh setiap subjek. Dasar pemikiran dari lingkaran tersebut adalah apabila subjek diberi stimulus yang sama secara berulang-ulang maka ada kecenderungan stimulus tersebut akan direspon dengan bermacam-macam jawaban atau bentuk. Lingkaran yang berjumlah 40 diberi bersama, subjek diharapkan dapat memberikan suatu ciptaan yang baru, baik secara penggabungan dari lingkaran-lingkaran tersebut maupun secara sendiri-sendiri. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes ini adalah 10 menit yang dapat diberikan secara massal (tes kelompok) maupun sendiri.
b. Kreativitas Verbal Torrance (Munandar, 1999) menjelaskan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal. Tes kreativitas verbal untuk mengungkap kreativitas dari segi
102 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
verbalnya. Terdiri dari enam subtes yang mengungkap tujuh kemampuan berpikir divergen (Munandar,1999). Keenam subtes dari tes kreativitas verbal adalah permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya (Munandar, 1999). Cara penyajian tes ini dapat dilakukan secara individual maupun klasikal. Masing-masing subjek mendapat satu rangkaian tes, setelah subjek mendapat alat tes, instruksi yang diberikan adalah mengisi identitas diri di tempat yang disediakan di halaman depan. Subjek diminta untuk memperhatikan instruksi yang diberikan tester sambil membaca instruksi yang tertulis pada subtes satu halaman satu. Berdasarkan jenis kreativitas yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas terdiri dari dua jenis kreativitas figural dan kreativitas verbal. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan berupaya mengembangkan tes kreativitas verbal dan figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun (Munandar, 2008). Jadi, dalam penelitian ini peneliti hanya membataskan pada kreativitas figural sebagai alat ukur kreativitas untuk anak TK karena tes kreativitas figural dapat dan mudah digunakan anak-anak
(siswa Taman Kanak-kanak). Munandar (1999), mengatakan ada empat aspek kreativitas berdasarkan tes kreativitas figural : a. Kelancaran (fluency) dalam berpikir atau memberi gagasan adalah kemampuan untuk dapat memberikan gagasan-gagasan dengan cepat (penekanan pada kuantitas) b. Kelenturan (flexibility) dalam berpikir atau memberi gagasan adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan yang beragam dan bebas. c. Originalitas (original) dalam berpikir atau memberi gagasangagasan yang unik dan langka untuk populasi tertentu. d.
Kemampuan mengelaborasi (elaboration) adalah kemampuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan.
Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 103
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
Supriadi (Rachmawati dan Kurniati, 2005), mengutarakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif, dan nonkognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi, sedangkan ciri nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Berdasarkan aspek kreativitas yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kreativitas adalah kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), murni (originality), dan elaborasi (elaboration).
Torrance (Safaria, 2005), mengemukakan ciri-ciri lain dari anak yang kreatif, yaitu : a. Anak tidak takut untuk berada dalam segala hal dengan orang lain. Mereka memegang teguh pendirian dan keyakinannya sekaligus berani mengungkapkannya. b. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi c. Mandiri dalam berpikir dan dalam memberikan pertimbangan. d. Memiliki semangat dan energi yang besar dalam melakukan kegiatan yang diminatinya dan tidak mudah teralihkan oleh hal lain sebelum tugasnya selesai. e. f.
g. h.
Intuitif, artinya dalam memecahkan suatu masalah anak tidak hanya berdasar pemikiran rasional, tetapi juga alam bawah sadarnya. Memiliki keuletan yang tinggi, tidak mudah putus asa, karena proses kreatif membutuhkan waktu yang lama untuk diselesaikan.
Tidak begitu saja menerima pendapat orang lain (termasuk figur otoritas) jika tidak sesuai dengan pendirian dan keyakinannya. Memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi, berani mengekspresikan dirinya dan memiliki keyakinan bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.
Sari (2005), perkembangan kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan, pertama-tama terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke berbagai bidang kehidupan lainnya seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi dan pekerjaan. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia tiga puluh dan empat puluhan, setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap menurun. Pola ini akan diikuti atau tidak sebagian besar tergantung pada pengaruh-pengaruh lingkungan yang memudahkan atau menghalangi ekspresi kreativitas. Spock (Sari, 2005), menekankan betapa pentingnya sikap awal orang tua terhadap ekspresi kreativitas anak.
104 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
Beberapa cara yang paling umum digunakan anak untuk mengekspresikan kreativitas pada berbagai usia dijelaskan oleh Hurlock (Sari, 2005), sebagai berikut: Animisme adalah kecenderungan untuk menganggap benda mati sebagai benda hidup. Anak kecil mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang terlalu minim untuk mampu membedakan antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup dan yang tidak. Pikiran animistik dimulai sekitar usia anak dua tahun, mencapai puncaknya antara empat dan lima tahun, kemudian menurun dengan cepat dan menghilang segera sesudah anak masuk sekolah.
Bermain drama, sering disebut “permainan pura-pura”, sejajar dengan pemikiran animistik. Permainan ini kehilangan daya tariknya kurang lebih pada saat anak masuk sekolah. Bila kemampuan penalaran dan pengalaman menjadikan anak mampu membedakan antara kenyataan dan khayalan, mereka kehilangan minat pada parmainan pura-pura dan mengalihkan dorongan kreatifnya pada kegiatan lainya, biasanya permainan yang konstruktif (Sari, 2005). Permaianan konstruktif, bermain konstruktif dimulai sejak awal, seringkali lebih awal dari bermain drama, tetapi permainan ini dikalahkan oleh permainan pura-pura yang lebih menyenangkan. Kemudian apabila permaianan ini kehilangan daya tariknya bagi anak, mereka mengalihkan permainan mereka ke tipe permainan kreatif. Bermain konstruktif awal sifatnya reproduktif. Anak meniru apa saja yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan bertambahnya usia, mereka kemudian menciptakan konstruksi dengan menggunakan benda dan situasi sehari-hari serta mengubahnya agar sesuai dengan khayalannya. Teman imajiner adalah orang, hewan atau benda yang diciptakan anak dalam khayalannya untuk memainkan peran seorang teman. Banyak permainan membutuhkan teman bermain, supaya menyenangkan, anak yang tidak mempunyai teman sering menciptakan seorang teman imajiner. Melamun merupakan bentuk permaian mental, dan biasanya disebut “khayalan” untuk membedakannya dari ekspresi imajinasi yang lebih terkendali (Sari, 2005). Sari, (2005), mengemukakan dusta putih, suatu ekspresi kreativitas yang umum di kalangan anak-anak kecil adalah menceritakan “dusta putih”, yang sering disebut “dongeng berlebihan”. Dusta putih adalah kebohongan yang diceritakan seorang anak yang sebenarnya mereka merasa yakin bahwa hal itu benar. Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 105
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
Penelitian ini memfokuskan pada bermain play dough yang dapat meningkatkan kreativitas anak. Play dough merupakan mainan dari lilin dan tanah liat yang dapat diubah-ubah bentuknya. Lilin mainan atau play dough juga termasuk mainan edukatif karena bisa mendorong imajinasi anak dan melatih jari-jemarinya, meski sebelumnya guru atau orang tua harus memberi contoh bagaimana menggunakannya kalau tidak, anak tidak tahu mau diapakan karena permainan ini tak terstruktur. Bermain play dough dengan plastisin atau tanah liat dapat melatih sekaligus mengembangkan kreativitas anak, sebab dengan bermain menggunakan tanah liat atau plastisin tersebut anak dapat melakukan aktivitas eksploratif dalam membuat berbagai bentuk model secara bebas dan spontan (Ismail, 2009). Tujuan dari bermain play dough adalah meningkatkan kemampuan berfikir kreatif serta melatih originalitas dalam berkarya (Rachmawati dan Kurniati, 2005). Bermain merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran pada anak usia dini. Melalui bermain dan suasana yang menyenangkan, anak pada umumnya akan lebih menyerap suatu materi pembelajaran. Melalui bermain pula anak akan melalui suatu proses kreatif yang membuat anak dapat menemukan suatu sebab atau akibat, suatu jawaban melalui eksperimen dan eksplorasi. Buhler (Khotimah, 2010), menyatakan bahwa bermain dapat memicu kreativitas, anak yang banyak bermain akan meningkat kreativitasnya. Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah dan menganggapnya sebagai tantangan yang menggairahkan, dengan demikian, diharapkan kelak anak menjadi orang dewasa yang optimis dan kreatif dalam menghadapi kendala-kendala kehidupannya. Pada usia dini, pendidikan prasekolah atau TK adalah tempat yang kondusif untuk mengembangkan kreativitas anak karena dengan program-program yang ada di lembaga prasekolah (TK) dapat mengajarkan banyak ketrampilan. Piaget, Segal, & Adcock (Khotimah, 2010), menyatakan bahwa permainan yang dapat meningkatkan kreativitas adalah permainan yang merangsang imajinasi anak. Play dough juga termasuk mainan edukatif yang dapat mendorong imajinasi anak dan melatih jari-jemari anak. Pribadi, kreativitas muncul dari interaksi anak dengan lingkungannya, dalam permainan play dough anakanak dibagi menjadi beberapa kelompok sehingga memudahkan anak untuk dapat lebih menjalin interaksi dengan lingkungannya khususnya anggota kelompoknya ketika bermain. Pendorong, ketika bermain play 106 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
dough anak memerlukan dorongan dan arahan dari pendidik atau orang tua agar anak dapat mulai bermain dengan belajar membuat bentuk dari plastisin atau tanah liat. Proses, memberi kesempatan anak untuk bersibuk diri secara kreatif, seperti dalam bermain play dough anak diberi waktu untuk dapat menuangkan kekreativitasannya dalam membuat berbagai macam bentuk yang anak inginkan. Produk, dengan pribadi, pendorong dan proses produk-produk kreatif akan muncul dengan sendirinya, ketika bermain play dough pun anak-anak akan dapat menciptakan produk-produk kreatif. Proses kreatif ketika bermain play dough hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif berdasarkan aspek-aspek kreativitas yakni, fluency (kelancaran), yaitu kemampuan menyatakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah, ketika bermain play dough dalam pemecahan masalah pertama-tama anak akan memulai dengan meremas dan mengiris plastisin atau tanah liat sebelum mulai membuat bentuk. Flexibility (keluwesan), kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa, ketika bermain play dough pertama-tama anak-anak akan dengan luwes mulai membuat bentuk-bentuk yang tidak teratur terlebih dahulu dari plastisin atau tanah liat. Originality (keaslian), kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa, dalam bermain play dough tidak jarang anak-anak akan memberikan respon dengan mulai memilin-milin, membuat bulatan, memanjang dan membuat bentuk sederhana dari plastisin atau tanah liat. Elaboration (keterperincian), kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan, dalam bermain play dough anak mulai membuat bentukbentuk tertentu dan menggabungkan plastisin atau tanah liat menjadi suatu bentuk sederhana yang diinginkan. Sensitivity (kepekaan) yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi, dalam bermain play dough ketika anak mulai memegang plastisin atau tanah liat dengan kepekaan anak akan mulai mencoba membuat bentuk tertentu (dua dimensi).
Penelitian ini mengajukan hipotesis ada pengaruh bermain play dough terhadap kreativitas anak TK. Artinya semakin sering anak bermain play dough semakin meningkat kreativitasnya.
Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 107
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
METODE Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu seluruh siswasiswi kelas B1 dan B2 Taman Kanak-kanak ABA Purbayan Kotagede Yogyakarta dengan jumlah 46 siswa. Subjek penelitian diundi untuk menentukan kelas mana yang masuk kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan desain eksperimen ulang (pretest-posttest control group design) merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan jalan melakukan pengukuran atau observasi awal sebelum perlakuan diberikan dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Latipun, 2006).
Data diperoleh dengan menggunakan metode tes kreativitas figural sebagai pretest dan postest untuk mengetahui keadaan tingkat kreativitas anak sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan dan dilakukan observasi selama berlangsungnya perlakuan bermain play dough.
HASI PENELITIAN Hasil uji normalitas menggunakan teknik statistik KolmogorovSmirnov Test (KS-Z) terhadap dua kelompok terdistribusi secara normal yaitu pada kelompok eksperimen skor KS-Z= 0,711 dengan p= 0,692 dan pada kelompok kontrol skor KS-Z= 0,707 dengan p= 0,700. Hasil uji homogenitas menggunakan levene statistic menunjukkan nilai sebesar 3,442 dengan p=0,073 (p>0,05) maka menunjukkan bahwa variansi skor kedua kelompok subjek bersifat homogen. Hasil uji hipotesis dilakukan dengan uji-t diperoleh nilai (t) sebesar 3,211 dengan (p) sebesar 0,003 (p<0,01), maka terdapat perbedaan peningkatan kreativitas yang sangat signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan bermain play dough pada kelompok eksperimen sehingga hipotesis diterima.
PEMBAHASAN Hasil penelitian yang didapat setelah dianalisis dengan independen sample t-tes menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan disini adalah peningkatan kreativitas anak yang mendapatkan permainan play dough. Hal ini membuktikan bahwa kreativitas anak dapat ditingkatkan dengan permainan play dough.
108 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
Adanya perbedaan tingkat kreativitas antara anak yang satu dengan yang lainnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi kreativitas secara lebih khusus dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu setiap anak memiliki kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengaktifkan semua kapasitas yang dimiliki sebagai upaya menjadi diri yang sepenuhnya. Faktor internal terkait dengan potensi diri, adanya kepekaan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran baru, adanya rasa ingin tahu yang dari semua sifat tersebut akan mengarahkan individu untuk melakukan tindakan kreatif. Faktor eksternal sangat erat hubungannya dengan lingkungan, karena lingkungan memberikan arti penting terhadap perkembangan kreativitas seseorang. Mulyadi, (2004), mengemukakan kreativitas anak usia sekolah tidak dapat dilepaskan dari faktor bermain. Kehidupan bermain adalah kehidupan anak-anak. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya juga kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru untuk mencapai tujuan tersebut “menumbuhkan kreativitas” dibutuhkan intensitas bermain yang baik dan berkualitas dalam merangsang imajinasi untuk mengembangkan kreativitas anak, karena proses mental yang dikembangkan sejak usia dini akan menjadi bagian menetap dari individu dan akan memberikan dampak terhadap perkembangan intelektual selanjutnya. Manfaat bermain bagi anak bukan hanya hiburan relaksasi, melainkan juga memungkinkan anak belajar, baik emosional maupun intelektual. Dari segi intelektual, bermain dapat membuat anak menyerap informasi baru kemudian memanipulasinya sehingga cocok dengan apa-apa yang telah diketahuinya. Melalui bermain seorang anak dapat mempraktekkan dan meningkatkan pemikirannya serta mengembangkan kreativitasnya (Munandar, 2000). Salah satu bentuk permainan yang meningkatkan kreativitas adalah permainan konstruktif, yaitu anak diberi kebebasan untuk mengembangkan daya imajinasinya. Jenis permainan konstruktif yang populer adalah membuat sesuatu dan menggambar. Membuat sesuatu misalnya dari lempung (permainan play dough), pasir, balok, lilin, cat, kertas dan lain sebagainya.
Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 109
Laelun Hartati & Herlina Siwi Widiana
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh bermain play dough yang sangat signifikan terhadap kreativitas anak yakni dapat dilihat dengan adanya perbedaan peningkatan kreativitas yang sangat signifikan antara anak yang diberikan perlakuan bermain play dough dengan anak yang tidak diberikan perlakuan bermain play dough. Anak yang diberikan perlakuan bermain play dough memiliki peningkatan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak yang tidak diberikan perlakuan bermain play dough. Hal ini membuktikan bahwa kreativitas anak dapat ditingkatkan melalui bermain play dough.
Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa anak yang bermain play dough memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi daripada anak yang tidak diberikan permainan apa-apa, oleh karena itu untuk meningkatkan kreativitas anak sebaiknya anak sering diberikan waktu untuk dapat bermain play dough. Bagi orang tua, pengetahuan tentang permainan play dough yang dapat meningkatkan kreativitas anak, dapat digunakan untuk melakukan pendampingan pada anak serta memotivasi anak untuk terus berkreasi dan mengembangkan kreativitas anak. Bagi sekolah, dapat menyediakan alat atau bahan untuk bermain play dough seperti tanah liat atau lilin malam agar dapat menunjang program pembelajaran dalam upaya meningkatan kreativitas anak.
Bagi peneliti selanjutnya, mengembangkan penelitian tentang kreativitas yang dipengaruhi oleh bermain play dough dengan membandingkan kreativitas anak yang diberikan permainan play dough menggunakan tanah liat dan yang menggunakan lilin malam, dengan metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Merangsang Kreativitas. http://pembelajarananak.blogspot.com/2008 / 1 2 / merangsangkreativits.html. 28 Maret 2011 Astuti, A.Y. 2010. Kumpulan Games Cerdas dan Kreatif. Jogjakarta : Pustaka Anggrek. Hasan, M. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press
110 |
Jurnal Psikologi, Vol. IV, No. 2, Desember 2011
Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK
Ismail, A. 2009. Education Games. Yogyakarta : Pro-U Media Khotimah, K. 2010. Pengaruh Bermain Konstruktif Terhadap Tingkat Kreativitas Ditinjau dari Kreativitas Afektif pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Psikologi. 01: 60-74. http://ejournal.sunanampel.ac.id/index. php/JPS/article/view/359/296. 26 April 2011
Latipun. 2006. Psikologi Eksperimen (edisi kedua). Malang: UMM Press Mariani. D. A. 2008. Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini. http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan kreativitas-anak-usia-dini/. 20 Maret 2011. Mulyadi, S. 2004. Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain). Jakarta : Papas Sinar Sinanti. Munandar, U. 2000. Kreativitas Anak dan Strategi Pengembangannya.
Jurnal Psikologi. 15: 390-394 Munandar, U. 2002. Kreativitas dan Keterbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Munandar, U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Munandar, U. 1999. Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: PT Gramedia. Munandar, U. 2008. Mengukur Tingkat Kreativitas Anak. http:// pembelajaran-anak.blogspot.com/2008/12/mengukur-tingkatkreatifitas.html Rachmawati, Y. & Kurniati, E. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.
Safaria, T. 2005. Creativity Quotient. Panduan Mencetak Anak Super Kreatif. Yogyakarta: Platinum Diglossia Media Baru. Sari, M. 2005. Peran Ruang dalam Menunjang Perkembangan Kreativitasn Anak. Jurnal Seni dan Desain. 3: 80-94 Tedjasaputra, M.S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan untuk PAUD. Jakarta : Grasindo Utomo, B. 2010. http://budiutomo79.blogspot.com/2010/05/peranpemerintah-dalam-peningkatan.html. 20 Maret 2011 Wijayanti, U. 2008. Peran Pendidikan Prasekolah Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi. 5 : 135-148.
Prestasi dan Kesejahteraan Psikologis
| 111