PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG
Manuscript
OLEH :
Sri Utami G2A009102
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Sri Utami 1 , Maryam 2 , Nurrahman, 3 Abstrak Pembelajaran dengan bermain dapat menciptakan suasana menarik dan menjadi tidak membosankan bagi anak usia dini. Pembelajaran yang tidak membosankan dapat dilakukan dengan permainan peran. Pembelajaran dengan permainan peran diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bermain peran terhadap kepercayaan diri pada anak di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang. Desain penelitian ini menggunakan Control group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Khusnul Khotimah 01 Semarang kelas A1 dan kelas A2 yang berjumlah masing – masing 24 siswa sehingga berjumlah 48 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepercayaan diri pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan permainan peran. Ada perbedaan yang bermakna antara kepercayaan diri pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan permainan peran. Ada perbedaan yang signifikan antara kepercayaan diri setelah diberikan permainan peran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinyatakan bahwa metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
Kata Kunci : Anak, Bermain peran, Kepercayaan diri THE INFLUENCE OF ROLE PLAYING TO THE CONFIDENCE OF THE CHILDREN IN TK 01 KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Abstract Learning by playing can create a good atmosphere and did not make boring for young children. Learning that did not make boring can did by role playing. Learning by role playing expected to increase self-confidence in children. Research purposes to determine the effect of role playing to the self-confidence in children in TK 01 Khusnul Khotimah Semarang. This research design using the Control group pre - test post-test design. The population in this study was the all kindergarten students in TK 01 Khusnul Khotimah Semarang class A1 and class A2 , amounting respectively each 24 students that numbered 48 students. The sampling technique used is the total population. The results showed that there was no significant difference between self-confidence in the control group before and after they played a role. There was a significant difference between selfconfidence in the experimental group before and after they played a role. There is a significant difference between self-confidence after they played a role in the control group and the experimental group. Based on the result, it can e conluded that played a role method in learning can improve self confidence to children. Keywords : Child, Role Playing, Self-Confidence
1
PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan anak taman kanak-kanak (TK) mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Dalam hal ini inti kegiatan belajar anak adalah bermain. Melalui bermain inilah anak mencoba menjajaki berbagai hal menarik untuk dirinya dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu secara lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Selain itu, bermain merupakan wahana yang penting dan dibutuhkan untuk perkembangan berfikir anak (Zaman, 2008). Pembelajaran dengan bermain dapat menciptakan suasana menarik dan menjadi tidak membosankan bagi anak usia dini. Permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dengan baik faktor-faktor yang mempengaruhi dunia bermain anak. Sehingga konsep bermain bagi anak bukan penghalang meningkatkan kecerdasan, justru sebaliknya sebagai wahana dan sarana belajar (Zubair, 2008). Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak mempraktekan peran-peran yang akan dilaksanakan dalam hidup masa depannya (Santrock, 2002). Bermain peran dapat digunakan untuk mendidik anak untuk belajar tanggung jawab pada kehidupan sosial dalam kelompok kecil. Metode ini dapat digunakan oleh anak untuk mempelajari tingkah laku manusia, melalui bermain peran ini juga anak dapat mengeksplorasi perasaan mereka, menghayati persepsi dan tingkah laku orang lain serta terlibat dalam pembuatan keputusan. Bermain peran akan sejalan dengan timbulnya kemampuan anak untuk berfikir simbolik, yaitu melalui bermain peran akan tumbuh rasa percaya diri dalam diri anak dengan mengenal bentuk-bentuk emosi, menghayati diri sendiri dan orang lain serta memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya (Gunarti, 2008). Pembelajaran dengan bermain peran merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil, bertujuan mengeksploitasi beberapa
2
masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman (Prasetyo, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Siska (2011) tentang penerapan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini menemukan bahwa melalui pendidikan taman kanakkanak yang dilakukan dengan tiga siklus, dengan subjek anak-anak kelompok B TK Al-Kautsar yang berjumlah 10 anak. Dari hasil pelaksanaan dan observasi yang dilakukan, terjadi peningkatan yang cukup besar terutama pada siklus dua. Penelitian lain yang dilakukan oleh Halida (2011) tentang metode bermain peran dalam mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini (4 sampai 5 tahun) menemukan bahwa dalam melakonkan suatu peran anak dilatih untuk berbicara dengan lawan mainnya dengan memberikan keleluasaan kepada anak untuk berkreatifitas sehingga berdampak positif terhadap kemampuan berbicara pada anak. Beberapa TK di Jawa Tengah telah menerapkan bermain peran dalam proses pembelajaran, namun juga masih banyak yang belum menerapkan bermain peran dalam proses pembelajaran termasuk di TK Khusnul Khotimah Semarang. Hal ini terjadi karena kurangnya dana dan peralatan pendukung yang ada di TK tersebut kurang memadai sehingga belum memungkinkan dilakukannya permainan peran pada siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang, pada waktu istirahat anak mendapatkan kebebasan untuk berekspresi dan bermain, namun beberapa anak khusunya di TK A tidak mau bermain, cenderung menyendiri atau hanya sebagai penonton saja dan terkesan takut dan malu untuk berinteraksi dengan orang baru. Ketika peneliti mencoba mendekati anak yang suka menyendiri tersebut, peneliti mendapatkan anak yang bersangkutan lebih menutup diri dengan tidak menjawab pertanyaan dari peneliti bahkan ada yang menangis. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berniat
3
melakukan penelitian dengan judul pengaruh bermain peran terhadap kepercayaan diri pada anak di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan Control group pre-test post-test design design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai objek penelitian (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa TK Khusnul Khotimah 01 Semarang kelas A1 dan kelas A2 yang berjumlah masing – masing 24 siswa sehingga berjumlah 48 siswa pada tahun ajaran 2013/2014. Kelas A1 dijadikan sebagai kelompok intervensi dan kelas A2 dijadikan sebagai kelompok kontrol. Pemberian perlakukan berupa permainan peran kepada anak di TK Khusnul Khotimah 01 kelas A1. Berupa permainan peran yang dilakukan dua orang satu berperan sebagai dokter dan satu menjadi pasien dengan dialog sederhana. bermain peran dilakukan selama tiga hari berturut – turut dengan durasi masing – masing 15 menit
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian diketahui bahwa dari 24 responden penelitian kelompok kontrol seluruhnya berumur 4 tahun (100,0%), dan untuk kelompok eskperimen yang berumur 4 tahun sebanyak 20 orang (83,3%) dan yang berumur 5 tahun sebanyak 4 orang (16,7%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui pada kelompok kontrol yang laki-laki sebanyak 11 orang (45,8%) dan yang perempuan sebanyak 13 orang (54,2%), sementara pada kelompok intervensi yang laki-laki sebanyak 13 orang (54,2%) dan perempuan sebanyak 11 orang (45,8%).
4
Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Kepercayaan Diri Sebelum Diberikan Permainan Peran di TK 01 Khusnul Khotimah Semarang Kepercayaan diri Intervensi Kurang Baik Kontrol Kurang Baik
Frekuensi
Persentase
Mean ± SD
n
21 3
87,5 12,5
5,33±1,05
24
21 3
87,5 12,5
5,87 ± 0,74
24
Berdasarkan 1 diketahui bahwa rerata kepercayaan diri sebelum diberikan permainan peran pada kelompok kontrol adalah sebesar 5,87 dengan standar deviasi 0,74, sedangkan rerata kepercayaan diri pada kelompok intervensi sebesar 5,3 dengan standar deviasi 1,05. Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan kepercayaan Diri Setelah Diberikan Permainan Peran di TK 01 Khusnul Khotimah 0Semarang Kepercayaan diri Intervensi Kurang Baik Kontrol Kurang Baik
Frekuensi
Persentase
Mean ± SD
n
0 24
0,0 100,0
8,50±0,66
24
17 7
70,8 28,2
6,12 ± 0,89
24
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rerata kepercayaan diri setelah diberikan permainan peran pada kelompok kontrol adalah sebesar 6,12 dengan standar deviasi 0,89, sedangkan rerata kepercayaan diri pada kelompok intervensi sebesar 8,5 dengan standar deviasi 0,66. Tabel 3 Perbedaan kepercayaan diri responden sebelum dan sesudah diberikan permainan peran pada kelompok kontrol Kepercayaan diri
Pretest (Mean, SD)
Posttest (Mean, SD)
p value
Kontrol
5,87 ± 0,74
6,12 ± 0,89
0,063
Intervensi
5,33±1,05
8,50±0,66
0,000
5
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa perbedaan kepercayaan diri sebelum dan sesudah diberikan permainan peran pada kelompok kontrol diperoleh nilai rerata kepercayaan diri sebelumnya sebesar 5,87 dan setelahnya meningkat menjadi sebesar 6,12. Skor kepercayaan diri tersebut meningkat sebesar 0,25. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,063 (> 0.05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepercayaan diri pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan permainan peran.
Perbedaan kepercayaan diri sebelum dan sesudah diberikan permainan peran diperoleh nilai rerata kepercayaan diri sebelumnya sebesar 5,3 dan setelahnya meningkat menjadi sebesar 8,5. Skor kepercayaan diri tersebut meningkat sebesar 3,2. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.000 (< 0.05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antara kepercayaan diri pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan permainan peran.
Gambar 1 Gambar nilai kepercayaan diri pada kelompok kontrol dan intervensi 8,5
9 Nilai kepercayaan diri
8 7 6
5,87
6,12 5,33
5
Kontrol
4
eskperimen
3 2 1 0 Pre test
Post test Pengukuran
Gambar di atas menunjukkan hasil perolehan sebelum dan sesudah antara kelompok kontrol dan intervensi, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok intervensi mendapatkan peningkatan nilai rata-rata post test yang lebih sigifikan daripada kelompok kontrol.
6
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa perbedaan kepercayaan diri sebelum dan sesudah diberikan permainan peran diperoleh nilai rerata kepercayaan diri sebelumnya sebesar 5,3 dan setelahnya meningkat menjadi sebesar 8,5. Skor kepercayaan diri tersebut meningkat sebesar 3,2 poin. Berdasarkan uji statistik dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.000 (< 0.05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antara kepercayaan diri pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan permainan peran.
Kepercayaan diri pada kelompok eksperimen untuk aspek berfikir positif terbesar pada anak bersedia tampil jika diminta tampil di depan kelas, pada aspek tidak putus asa terendah pada anak tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas, aspek sikap mandiri yang terbesar pada anak mampu meletakan sepatu pada tempatnya, dan pada aspek mampu berkomunikasi dengan baik pada anak berbicara sederhana dengan kalimat sederhana.
Kepercayaan diri responden sebelum mendapatkan intervensi hampir sama, bahkan ada beberapa observasi kepercayaan diri pada indikator tidak putus asa untuk kelompok kontrol memperoleh nilai yang lebih tinggi seperti pada anak mampu mengerjakan tugasnya hingga selesai 100% dan pada kelompok intervensi sebanyak 20,83%. Observasi yang lain pada indikator berfikir positif seperti anak berani bertanya secara sederhana ditemukan sebanyak 91,67% pada kelompok intervensi dan 58,33% pada kelompok kontrol. Sementara pada observasi aspek yang lain ditemukan dengan nilai yang hampir sama.
Kepercayaan diri setelah intervensi pada aspek berfikir positif terletak semua pernyataan observasi mengalami peningkatan (100%), aspek tidak putus asa terletak pada anak bermain bersama dengan teman-temannya dengan ceria. Peningkatan kepercayaan diri berdasarkan observasi aspek kepercayaan diri meliputi anak berani melakukan percakapan dengan teman sebaya pada kelompok
7
intervensi sebesar 100% dan pada kelompok kontrol 12,5%. Observasi tentang anak berani bertanya secara sederhana ditemukan 100% pada kelompok intervensi dan 66,67% pada kelompok kontrol. Observasi tentang anak
tidak mudah
menyerah dalam mengerjakan tugas ditemukan sebanyak 58,33% pada kelompok intervensi dan 0% pada kelompok kontrol. Observasi tentang anak bermain bersama dengan teman-temannya dengan ceria ditemukan 100% pada kelompok intervensi dan 29,17% pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dinyatakan bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol.. Rata-rata peningkatan pada setiap aspek sekitar 80%.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa permainan peran memberi dampak yang positif terhadap peningkatan kepercayaan diri pada. Berdasarkan nilai rerata kepercayaan diri sebelum dan sesudah diberikan permaianan peran terjadi peningkatan sebesar 3,2 poin yang juga berarti 37,65%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siska (2011) tentang penerapan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini menemukan bahwa melalui pendidikan taman kanak-kanak yang dilakukan dengan tiga siklus, terjadi peningkatan yang cukup besar terutama pada siklus dua. Penelitian lain yang dilakukan
oleh
Halida
(2011)
tentang
metode
bermain
peran
dalam
mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini (4 sampai 5 tahun) menemukan bahwa dalam melakonkan suatu peran anak dilatih untuk berbicara dengan lawan mainnya dengan memberikan keleluasaan kepada anak untuk berkreatifitas sehingga berdampak positif terhadap kemampuan berbicara pada anak.
8
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri anak pada kelompk eskperimen dan kelompok kontrol hampir sama yaitu memiliki aspek kepercayaan diri yang relatif rendah. Setelah dilakukan intervensi ternyata kelompok eskperimen mengalami peningkatan kepercayaan diri yang cukup tinggi sementara pada kelompok konrol kepercayaan dirinya relatif tetap. Hasil penelitian ditemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepercayaan diri pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan permainan peran sementara pada kelompok intervensi ditemukan ada perbedaan yang bermakna antara kepercayaan diri sebelum dan setelah diberikan permainan peran. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi melalui metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan kepercayaan diri anakr. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada berdasarkan hasil penelitian ini yang mempengaruhi adanya perbedaan kepercayaan diri anak sebelum dan sesudah bermain peran. Peneliti menyarankan pada pihak sekolah agar bermain peran dapat dimasukan sebagai salah satu metode pembelajaran Bagi penelitian lebih lanjut, maka disarankan untuk mempertimbangkan masalah waktu bermain peran, karena dengan waktu yang tepat akan mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu tema yang digunakan dalam bermain peran sebaiknya lebih dari satu tema.
1
2.
3.
Sri Utami: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang Ns. Maryam, M.Kep. Sp. Kep. An: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Dr. Ir. Nurrahman, M.Si: Dosen Kelompok Keilmuan Teknologi Pangan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
9
KEPUSTAKAAN Gunarti, W.S. (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar AUD, Jakarta: Universitas Terbuka. Halida (2011) Metode bermain peran dalam mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini (4-5 tahun). Skripsi. Pontianak. FKIP. Universitas Tanjungpura Hidayat, A.A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika Prasetyo (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J. W. 2002. Life – Span Development Jilid I (Alih Bahasa: Juda Damanik dan Achmad Chusairi). Jakarta: Erlangga. Siska, Y. (2011). Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini. Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-565X Zaman, B. (2008). Materi Pokok Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Zubair, A. (2008). Mengenal Dunia Bermain Anak. Yogyakarta: Banyu Media. .
.
10
PERNYATAAN PERSETUJUAN MANUSCRIPT DENGAN JUDUL
PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, Oktober 2013
Pembimbing I
Ns. Maryam, M.Kep. Sp. Kep. An.
Pembimbing II
Dr. Ir. Nurrahman, M.Si.