PENGANTAR
TEKNIK TRANSPORTASI JALUR PERGERAKAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
PENDAHULUAN • Jalur gerak merupakan komponen sistem transportasi yang sifatnya tetap atau diam tapi dapat digunakan untuk tempat pergerakan dari komponen sistem transportasi yang bergerak, yaitu kendaraan • Jalur pergerakan berfungsi untuk menyediakan “ruang dan landasan” bagi terjadinya suatu pergerakan transportasi agar bisa terlaksana dengan selamat dan lancar aspek bentuk dan ukuran perancangan geometrik Jalur Pergerakan
aspek daya dukung menahan beban yang bergerak
POKOK PERMASALAHAN • berhubungan dengan kapasitas atau tersedianya ruang yang cukup untuk menampung pergerakan • Terjaminnya keselamatan pergerakan • keadaan lingkungan setempat yang kondisinya sangat beragam • pembiayaan dari penyediaan fasilitas • Law enforcement
KLASIFIKASI JALUR GERAK jalur gerak yang dibangun
Berdasarkan sifat penyediaannya
jalur gerak yang tersedia secara alamiah dan
jalur gerak yang disediakan secara khusus.
Jalur Pergerakan Transportasi darat
Meliputi jalan biasa dan jalan rel Terkadang di istilahkan angkutan darat Karakteristik kedua jalur ini sangat menentukan kelancaran dan kecepatan arus yang bergerak di atasnya.
JALAN RAYA • merupakan salah satu sub komponen prasarana sistem transportasi yang paling dominan dan sering digunakan. Fungsi utama yaitu mengalirkan arus pergerakan semua alat transportasi yang menggunakannya Fungsi lainnya adalah : • untuk melayani kendaraan parkir • melayani pejalan kaki dan kendaraan tak bermotor • pengembangan wilayah dan akses ke daerah pemilikan
Undang – Undang No.38 Tahun 2004 Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
Undang – Undang No.38 Tahun 2004 • Bangunan pelengkap adalah bangunan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, misalkan jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan atas (tebing) dan saluran air. • Perlengkapan adalah bangunan yang dapat dibongkar pasang dan dipindahkan dari jalan. Tanpa bangunan jalan ini jalan masih dapat digunakan.misalnya ramburambu lalu lintas, marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, patok jalan (DMJ) serta lampu lalu lintas
KLASIFIKASI JALAN Undang – Undang No.38 Tahun 2004 Berdasarkan Sistem (Pelayanan penghubung) • Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. • Sistem jaringan jalan sekunder, sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan
Berdasarkan Peranan (Fungsi) Jalan memiliki dua fungsi utama yang sangat berbeda , yaitu : pergerakan atau mobilitas dan akses ke tata guna lahan Jalan arteri : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna Jalan kolektor : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lingkungan : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah
Berdasarkan Peruntukan • Jalan umum merupakan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas umum • Jalan khusus merupakan jalan yang tidak diperuntukkan untuk lalu lintas umum seperti jalan yang terdapat di kompleks perumahan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, jalan inspeksi (irigasi dan gas) jalan umum biasa Jalan umum jalan tol
Berdasarkan Klasifikasi teknis PP. No.43 tahun 1993
Berdasarkan Status (wewenang pembinaan) Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan
Menurut MKJI, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tipe jalan raya dibedakan atas : • Jalan perkotaan (dalam kota) ditandai dengan kegiatan yang padat (intensitas tinggi) di kiri kanan jalan dan ukuran jalan lebih lebar • Jalan antar kota (luar kota) ditandai dengan kondisi di kiri kanan jalan dengan kegiatan yang sedikit (intensitas rendah) dan ukuran jalan relatif lebih sempit.
Karakteristik Jalan Morlok (1988) membagi karakteristik jalan menjadi 3 bagian, yaitu :
• Pemisahan dan pembatasan kendaraan atas ukuran dan berat • Pembatasan kecepatan • Pengaruh kondisi lingkungan Gangguan pinggir jalan merupakan segala bentuk hambatan fisik yang mengurangi kecepatan arus lalu lintas Jenis permukaan jalan (aspal, beton atau tanah) Ragam kendaraan (ukuran berat serta jenis
Karakteristik Jalan • Tingkat pelayanan, yaitu perbandingan antara volume lalu lintas kendaraan dalam smp/jam dengan kapasitas jalan raya yang sudah ditentukan sebelumnya atau diistilahkan v/c ratio Karakteristik fisik jalan dibagi dalam dua aspek :
• • • •
Geometrik jalan, mencakup : Lengkung horisontal (belokan/tikungan) (tanjakan) Lengkung vertikal Penampang melintang Konstruksi perkerasan jalan terbagi atas : Perkerasan model lama (Telford) yang terdiri dari batu pecah (kerikil), batu blondos, pasr dan tanah dasar. Perkerasan ini banyak ditemukan pada jalan desa • Perkerasan modern yang terbagi menjadi perkerasan lentur dan perkerasan kaku. • Lapis permukaan seperti campuran aspal – beton atau konstruksi makadam.
Ruang manfaat jalan adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan dan digunakan untuk badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang milik jalan adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar manfaat jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas di masa datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan dan dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu. Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan bebas pengemudi, konstruksi jalan, dan fungsi jalan
Perencanaan persimpangan • Masalah yang terdapat di persimpangan adalah titik konflik lalu lintas yang bertemu, penyebab kemacetan akibat adanya perubahan kapasitas, tempat sering terjadinya kecelakaan, dan konsentrasi para penyeberang jalan
Perencanaan perkerasan • Perkerasan dimaksudkan untuk menahan beban lalu lintas dan menyebarkan ke tanah dasar sehingga tegangan yang terjadi masih bisa dipikul oleh tanah tersebut. • Untuk jalan terdapat 2 jenis perkerasan yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku
Perencanaan perkerasan
Perkerasan kaku
Perkerasan lentur
JALAN REL Berdasarkan UU No.13 Tahun 1992 : prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan Prasarana kereta api dapat digolongkan sebagai :
Jalur atau jalan rel Bangunan stasiun Jembatan (bangunan hikmat) Sinyal dan telekomunikasi.
Kajian teknik sipil
Klasifikasi berdasarkan Lebar sepur Lebar sepur (rail gauge) adalah jarak terpendek antara dua kepala rel yang diukur dari sisi dalamnya. Berdasarkan lebar sepur ini terdapat beberapa jenis, • Sepur standar (standard gauge), dengan lebar sepur 1435 mm • Sepur lebar (broad gauge), dengan lebar sepur > 1435 mm • Sepur sempit (narrow gauge) < 1435 mm
Klasifikasi berdasarkan kecepatan maksimum KELAS
KECEPATAN MAKSIMUM (km/jam)
I
120
II
110
III
100
IV
90
V
80
Berkaitan dengan jenis material yang digunakan antara lain, tipe rel, jenis bantalan, jenis penambat
Klasifikasi berdasarkan jumlah lajur • Single track atau jalur tunggal, yakni hanya satu jalur yang digunakan untuk melayani kereta api • Double Track atau jalur ganda, yakni dua lajur yang masing-masing jalur digunakan untuk melayani kereta api dari satu arah saja.
Klasifikasi berdasarkan kelas jalan rel KELAS JALAN REL
KAPASITAS ANGKUT LINTAS ( x 106 ton/tahun)
KEC. MAKSIMUM (km/jam)
BEBAN GANDAR MAKSIMUM (ton)
I
> 20
120
18
II
10 - 20
110
18
III
5 - 10
100
18
IV
2.5 - 5
90
18
V
< 2.5
80
18
Standar Jalan Rel
KARAKTERISTIK JALAN REL • Jalan rel dapat dibangun pada konstruksi galian maupun timbunan. Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah persawahan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pergunungan.
• Struktur jalan rel terdiri atas dua batang baja yang dipasang sejajar dan diletakkan di atas balok melintang yang disebut dengan bantalan. Peletakkan rel baja di atas bantalan diikat dengan menggunakan penambat rel yang berfungsi untuk menjaga rel tetap pada kedudukannya.
KARAKTERISTIK JALAN REL
Rel menurut ukurannya terdiri dari R25, R33, R42, R50,R54 dan R60
KARAKTERISTIK JALAN REL • Dapat dibangun di atas permukaan tanah yang memenuhi syarat, di bawah tanah atau terowongan atatu ditinggikan (jalan rel layang). Selain itu juga dapat diletakkan pada lapisan aspal (persimpangan) maupun beton. • Sifat lalu lintas jalan rel harus terjadwal dan terkontrol dengan menggunakan sistem persinyalan atau semboyan-semboyan yang mudah dibaca. • Jika jalan rel berpotongan dengan jalan raya, maka arus lalu lintas jalan rel harus diprioritaskan terlebih dahulu dengan membangun pintu perlintasan • Untuk berpindah lajur ke lajur lain digunakan suatu konstruksi khusus yang disebut wesel yang dioperasikan baik secara otomatis maupun manual
PERENCANAAN JALAN REL • Pada prinsipnya, perencanaan geometrik jalan rel hampir sama dengan perencanan geometrik jalan raya, hanya persyaratannya atau standar perencanaan yang digunakan lebih tinggi atau lebih ketat. Hal ini disebabkan pergerakan kereta api itu sendiri yang lebih terbatas. • Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.
Perencanaan Geometrik Jalan rel • Alinemen jalan rel merupakan arah dan posisi sumbu rel yang terdiri dari bagian lurus, alinemen horisontal dan alinemen vertikal Faktor yang mempengaruhi :
• • • •
Fungsi jalan rel Keselamatan Ekonomi Aspek lingkungan
Perencanaan Persimpangan dengan jalan raya • Daerah pandangan segitiga harus bebas dari benda-benda penghalang setinggi 1,00 meter ke atas. • Sudut perpotongan perlintasan sebidang diusahakan sebesar 90⁰ dan bila tidak memungkinkan sudut perpotongan harus lebih besar dari pada 30⁰. • Kalau akan membuat perlintasan baru, jarak antara perlintasan baru dengan yang sudah ada tidak boleh kurang dari 800 mete
Perencanaan Persimpangan (Wesel) • Pemilihan wesel didasarkan pada kebutuhan pelayanan dengan memperlihatkan ketidaksediaan lahan, kecepatan, biaya pembangunan serta pemeliharaan
WESEL BIASA KANAN BAGIAN PENGARAH
BAGIAN PENERUS
a
WESEL BIASA KIRI BAGIAN PERSILANGAN
b
SKEMA WESEL
WESEL INGGRIS
c
WESEL SIMETRI
SKEMA WESEL INGGRIS
Perencanaan Tubuh jalan Rel • Secara umum jalan rel bisa berada di pedataran, perbukitan atau pegunungan. • Tubuh jalan biasa berada di daerah galian atau timbunan Perencanaan Jembatan dan Terowongan
Perencanaan Stasiun dan Emplasemen
JALUR PERGERAKAN TRANSPORTASI UDARA • Ruang angkasa penerbangan ini merupakan sub komponen prasarana transportasi yang bersifat alamiah yaitu langsung dimanfaatkan untuk ruang lalu lintas udara.
• terdiri dari 2 bagian, yaitu pergerakan di landasan pada waktu mendarat dan tinggal landas, serta jalur pergerakan di udara.
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan penerbangan, ruang lalu lintas udara juga dilayani oleh fasilitas alat bantu navigasi seperti : • Pusat pengendalian lalu lintas rute udara yang mengatur pergerakan pesawat yang sedang terbang di sepanjang jalur udara. • Fasilitas pengendalian ancangan terminal yang berkuasa untuk mengendalikan lalu lintas pesawat yang akan mendarat dan lepas landas pada daerah sekitar 50 mil dari bandara atau disebut daerah terminal • Menara pengendalian lalu lintas udara yang bertugas mengawasi, mengarahkan dan memantau lalu lintas di bandar udara dan di kawasan ruang angkasa di atas bandara (batas 5 mil) untuk pesawat yang akan mendarat dan lepas landas. • Stasiun pelayanan penerbangan bertugas melaporkan secara singkat kepada para penerbang selama dan sebelum terbang tentang kondisi cuaca dan penghubung pesan-pesan lainnya.
karakteristik jalan udara • Dapat langsung digunakan • Harus memperhatikan kondisi cuaca khususnya untuk keperluan lepas landas dan pendaratan pesawat seperti ketebalan awan dan hujan.
• Harus memperhatikan jalur dan ketinggian penerbangan pada rute penerbangan, misalnya ketinggian rendah khusus untuk rute penerbangan jarak pendek dan sedang serta ketinggian tinggi diperuntukkan untuk penerbangan jarak jauh. • Harus memperhatikan rambu-rambu penerbangan yang disampaikan lewat radio pengawasan ke pilot seperti menara pengawas di bandar udara.
Klasifikasi Ruang Lalu Lintas Udara Berdasarkan fungsinya ruang lalu lintas udara dikelompokkan atas : Ruang udara terkendali, yaitu ruang udara dimana penerbangan mendapatkan instruksi secara positf dari petugas menara pengendali lalu lintas udara misalnya daerah kendali aerodrom pada kondisi cuaca buruk Ruang udara tak terkendali, yaitu ruang lalu lintas yang di dalamnya hanya diberikan informasi tentang lalu lintas yang diperlukan saja dalam
arti pengawasan lebih banyak dilakukan oleh penerbang, khususnya pada kondisi udara cerah.
Jalur Pergerakan di Landasan Bandara terdiri dari sisi udara (air side) dan sisi darat (land side) Fasilitas bandara sisi udara meliputi landas pacu (runway) landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron). Landas Pacu (Runway), adalah lajur pada bandar udara yang diperkeras yang diperuntukkan bagi pesawat yang akan lepas landas dan mendarat
Jalur Pergerakan di Landasan Landas Hubung (Taxiway), adalah lintasan/jalur sebagai sarana/akses pesawat terbang dari lintasan runway menuju ke areal terminal Landas parkir (Apron), terdiri dari : • Terminal apron : tempat pesawat terbang melakukan manuver dan parkir di dekat terminal penumpang • Parking apron : tempat pesawat terbang yang parkir dalam waktu yang cukup lama • Service and hangar apron : daerah terbuka dekat hangar tempat perawatan pesawat terbang.
Jalur Pergerakan di Landasan • Untuk jalur pergerakan di udara, terdapat suatu pedoman pada saat lepas landas untuk melalui jalur “ maya” dengan ketinggian dan arah tertentu • Pemisahan jalur penerbangan itu dilakukan dalam arah vertikal, horisontal dan lateral yang harus diikuti sesuai dengan kesepakatan internasional. Misal : Pada ketinggian sampai dengan 29000 ft, jalur penerbangan harus dipisahkan secara vertikal dengan jarak 1000 ft, sedangkan di atas 29000 ft pemisahan vertikal itu adalah 2000 ft.
Kriteria Perencanaan Bandara Udara Beberapa persyaratan umum dalam mendesain runway dan taxiway adalah : • Mengadakan pemisahan antara lalu lintas yang take off dan landing. • Mengusahakan jarak taxiway sependek mungkin sehingga jarak ke terminal sedekat-dekatnya. • Mengusahakan agar pesawat yang baru saja landing bisa secepat mungkin bisa meninggalkan landasan pacu.
Kriteria Perencanaan Geometrik Taxiway, Runway dan Apron : • Rancangan induk bandar udara, dikembangkan berdasarkan ramalan atas permintaan terhadap angkutan lalu lintas udara. • Faktor yang menentukan tata letak dan orientasi landas pacu adalah pengaruh angin, pengaruh ruang udara, ruang batas halang (airspace), penyediaan lahan, pengaruh lingkungan. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap jumah landas pacu adalah analisis permintaan, kondisi angin dan lingkungan dan visibilitas menara ATC. • Panjang landasan pacu (runway) menurut Federal Aviation Administration (FAA) adalah sebagai berikut :
KODE ELEMEN I
KODE ELEMEN 2
Kode (huruf)
Kecepatan Pendekat (v knots)
Kode (nomor)
Panjang sayap (w meter)
A B C D E
v < 91 91 ≤ v < 121 121 ≤ v < 141 141 ≤ v < 166 v ≥ 166
I II III IV V VI
w < 15 15 ≤ w < 24 24 ≤ w < 36 36 ≤ v < 52 52 ≤ v < 65 65 ≤ v < 80
Sumber : AC : 150/5300 -13 Airport Design)
KODE HURUF
NOMOR KODE
A
B
C
1
18 m
18 m
23 m
2
23 m
23 m
30 m
3
30 m
30 m
30 m
45 m
4
-
-
45 m
45 m
D
E
45 m
(Sumber : Aerodrome Design Manual, 1987)
KODE HURUF
LEBAR TAXIWAY
CATATAN
TOTAL LEBAR TAXIWAY DAN BAHUNYA
A
7.5 m
B
10.5 m 15 m
wheel base < 18 m
25 m
18 m
wheel base ≥ 18 m
18 m
outer main wheel gear span < 9 m
23 m
outer main wheel gear span ≥ 9 m
C
D
E
23 m
38 m
44 m sumber : ICAO
Kriteria Perencanaan Perkerasan Menurut Sartono (1992) karakteristik pesawat terbang yang berhubungan dengan perancangan lapis keras bandara antara lain: 1) Beban pesawat, beban pesawat diperlukan untuk menentukan tebal lapis keras landing movement yang dibutuhkan. Perencanaan perkersan juga memerlukan jenis pesawat yang akan beroperasi terkait dengan kelas bandara itu sendiri. 2) Konfigurasi roda pendaratan utama pesawat. Pada umumnya konfigurasi roda pendaratanutama dirancang untuk menyerap gaya-gaya yang ditimbulkan selama melakukanpendaratan (semakin besar gaya yang ditimbulkan semakin kuat roda yangdigunakan), dan untuk menahan beban yang lebih kecil dari beban pesawat lepas landas maksimum. Dan selama pendaratan berat pesawat akan berkurang akibat terpakainya bahan bakar yang cukup besar.
Kriteria Perencanaan Perkerasan Menurut Sartono (1992) karakteristik pesawat terbang yang berhubungan dengan perancangan lapis keras bandara antara lain: 1) Beban pesawat, beban pesawat diperlukan untuk menentukan tebal lapis keras landing movement yang dibutuhkan. Perencanaan perkersan juga memerlukan jenis pesawat yang akan beroperasi terkait dengan kelas bandara itu sendiri. 2) Konfigurasi roda pendaratan utama pesawat. Pada umumnya konfigurasi roda pendaratanutama dirancang untuk menyerap gaya-gaya yang ditimbulkan selama melakukanpendaratan (semakin besar gaya yang ditimbulkan semakin kuat roda yangdigunakan), dan untuk menahan beban yang lebih kecil dari beban pesawat lepas landas maksimum. Dan selama pendaratan berat pesawat akan berkurang akibat terpakainya bahan bakar yang cukup besar.
JALUR PERGERAKAN TRANSPORTASI AIR Jalur pergerakan transportasi air terdiri dari jalur pergerakan alamiah seperti laut, sungai, danau atau berupa jalur buatan seperti kolam , kanal atau danau buatan dan lain-lain.
Klasifikasi Pergerakan Transportasi Air jalur ini dapat dibedakan atas : • Air di dalam pulau , misalnya sungai, danau • Air di luar pulau , misal laut atau samudera
Karakteristik Transportasi Air • Langsung dapat digunakan • Harus memperhatikan alur pergerakan kapal yang disebut alur pelayaran, misalnya alur pelabuhan, lokal, lautan bebas, alur pelayaran jarak pendek dan jarak jauh. • Harus memperhatikan kedalaman perairan dan endapan lumpur (sedimentasi) • Harus mempertimbangkan cuaca (angin, pasang/surut, hujan, badai dan gelombang) • Harus memperhatikan lebar alur (untuk sungai), kemungkinan terjadinya longsor. • Harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang transportasi air yang dikenal dengan perlengkapan navigasi seperti mercu suar, rambu air dan sinyal lainnya untuk keselematan pelayaran. • Sifat lalu lintas di atas air harus terjadwal, terkontrol serta tidak boleh sembarangan berhenti kecuali di pelabuhan asal dan tujuan
Karakteristik Transportasi Air • Fasilitas navigasi diperlukan di luar wilayah pelabuhan dan di dalam
pelabuhan dengan jenis yang sangat bervariasi sesuai dengan fungsi pelayarannya. • Tujuan alat bantu navigasi adalah memberikan sinyal terhadap bahaya tersembunyi, batu karang dan memberi petunjuk bimbingan agar kapal bisa berlayar aman di sepanjang pantai, sungai, danau , penyeberangan atau sewaktu kapal akan masuk ke dalam area pelabuhan, merapat, membuang jangkar dan sewaktu kapal di dalam pelabuhan.
Karakteristik Fisik Fasilitas Transportasi Air Transportasi Air • kedalaman dan lebar alur • Navigasi Lalu Lintas Air • Kanal • Dermaga dan Pelabuhan
kanal
Kriteria Perencanaan Transportasi Air PELABUHAN Faktor-faktor perencanaan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan bangunan laut antara lain : Karakteristik lapangan Karakteristik teknik lapangan adalah kondisi spesifik alam yang ada, meliputi aspekaspek : Topografi, Bathimetri, Gelombang, Angin, Pasang surut, Mekanika tanah, Ketersediaan material konstruksi Karakteristik Kapal Karakteristik kapal yang akan dilayani di pelabuhan menentukan perencanaan yang meliputi bobot kapal, panjang (LOA, length overall), lebar (B, breadth), tinggi (D, depth) dan sarat (d, draft). Tingkat Layanan Operasional Agar diperoleh hasil perencanaan yang optimal, pelabuhan perikanan harus direncanakan sesuai dengan tingkat layanan yang bisa diberikan, terutama untuk kapal pengguna jasa pelabuhan.
Kriteria Perencanaan Transportasi Air Alur Pelayaran Alur pelayaran merupakan gerbang masuk kapal menuju kolam pelabuhan. Ukuran kedalaman dan Iebarnya mempengaruhi arus lalu lintas kapal yang keluar masuk pelabuhan. H=d+G+R+P+S+K
Kriteria Perencanaan Transportasi Air Alur Pelayaran Sedangkan lebar alur kapal boleh bersimpangan maka lebar alur adalah 6-7 kali lebar kapal (Bambang Triatmojo).
Kriteria Perencanaan Transportasi Air Konstruksi Dermaga Penentuan elevasi dermaga diperhitungkan terhadap besarnya DWL (Design water Level), yaitu untuk mengantisipasi terhadap kenaikan air karena pasang air laut. Sedangkan panjang dermaga direncanakan untuk tempat bersandarnya kapal ukuran maksimal yang direncanakan. Lebar dermaga diakomodasikan untuk tempat bongkar muat kapal dan lalu lintas alat angkut (gerobak dan truk).