KARYA ILMIAH
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA SEKTOR PERBANKAN
O L E H ARDIN DOLOK SARIBU, S.E.
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2007
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan karunianNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis telah berupaya besar untuk menyelesaikan karya ilmiah ini, namun demikian saya juga menyadari bahwa karya ilmiah ini masih belum sempurna oleh karena itu saya dengan senang hati dan menyambut baik kritik dan saran dari pembaca untuk membangun dan menyempurnakan karya ilmiah ini. Mulai dari rencana penulisan sampai hasil akhir, penulis memperoleh dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor dan pembantu rektor Universitas HKBP Nommensen 2. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi 3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Prodi Akuntansi 4. Teman-teman dosen di lingkungan Universitas HKBP Nommensen 5. Kepada kepala Perpustakaan dan pegawai perpustakaan Universitas HKBP Nommensen 6. Mahasiswa Prodi Akuntansi yang tidak dapat disebut satu persatu atas masukan dari mereka ketika penulis membahas topik pengakuan dan pengukuran pendapatan dalam materi perkuliahan.
Akhir kata kiranya tulisan sederhana ini ada manfaatnya, terutama untuk menambah kepustakaan yang membahas topik pengakuan dan pengukuran pendapatan sebagai bahan pelajaran untuk menambah ilmu pengetahuan yang dapat bernilai ilmiah.
Medan,
Agustus 2007 Penulis,
Ardin Dolok Saribu, S.E.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………….
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
iii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………
1
I. A. Latar Belakang ………………………………………………………
1
I. B. Perumusan Masalah ………………………………………………....
4
I. C. Luas dan Tujuan Penulisan …………………………………………
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….
6
II. A. Pengertian dan jenis-jenis bank ……………………………………
6
II. B. Standar Akuntansi Keuangan atas Pendapatan …………………..
10
II. C. Laporan Laba Rugi …………………………………………………
24
BAB III. ANALISA DAN EVALUASI …………………………………...
30
III. A. Analisa dan Evaluasi Pengakuan Pendapatan Pada Perusahaan Perbankan ……………………………………...
30
III. B. Analisis dan Evaluasi Laporan Laba Rugi Perusahaan ...............
35
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
37
IV. Kesimpulan …………………………………………………………….
37
IV. Saran …………………………………………………………………...
37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
I. A. Latar Belakang Suatu organisasi yang didirikan oleh pemiliknya mempunyai tujuan- tujuan tertentu. Organisasi yang bersifat mencari laba (profit oriented) mempunyai tujuan utama untuk menghasilkan laba maksimum, disamping itu ada juga organisasi yang tidak bersifat mencari laba(non profit oriented) yang tujuan utamanya bukan sekedar mencari laba tetapi memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui jasa yang diberikan. Pada organisasi yang mempunyai tujuan mencari laba, misalnya perusahaan dagang, industri dan perusahaan manufaktur selalu meningkatkan kinerjanya untuk menghasilkan laba, dimana laba ini sangat erat hubungannya dengan pendapatan. Begitu juga halnya dengan bank, pendapatan merupakan hal yang penting guna menjaga kelangsungan aktivitasnya walaupun untuk mendapatkan laba bukan tujuan utama. Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang melebihi kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Bank memperoleh dana yang sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat berupa giro, deposito, tabungan, dan sebagainya yang kemudian akan disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Sumber utama pendapatan bank adalah kredit yang disalurkan kepada masyarakat melalui pemberian kredit oleh bank
akan dapat meningkatkan laba, berupa pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan. Istilah pendapatan berhubungan dengan pertumbuhan di dalam sumber penghasilan suatu satuan usaha yang berasal dari penjualan barang jasa. Pendapatan berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur oleh beban yang dikenakan pada pelanggan, klien atau penyewa untuk barang dan jasa yang diberikan. Konsep pendapatan pada umumnya sulit dirumuskan, karena biasanya pendapatan dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis perubahan nilai tertentu dan kaidah nilai implisit atau yang diasumsikan untuk mendapatkan kapan pendapatan merupakan masalah yang menarik dalam teori akuntansi. Masalah ini tidak boleh dibatasi oleh defenisi pendapatan yang sempit, sebaiknya pendapatan harus didefenisikan secara terpisah dari masalah penilaian dan waktu. Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Hal ini dapat disebabkan karena sifat dan lamanya proses perolehan pendapatan berbeda-beda antara satu pendapatan dengan pendapatan lainnya. Pengakuan merupakan proses pencatatan secara formil suatu pos kedalam rekening laporan keuangan. Jika ada kesalahan dalam menentukan saat pengakuan pendapatan dapat mengakibatkan pendapatan terlalu rendah atau terlalu tinggi dinyatakan dalam laporan laba rugi perusahaan. Pengakuan
dan
pengukuran
pendapatan
merupakan
sarana
untuk
menghasilkan sistem informasi akuntansi yang bermanfaat dalam laporan keuangan untuk mengambil keputusan baik pengguna ekstern maupun intern. Laporan
keuangan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis.
Para
pemakai
laporan
keuangan
akan
menggunakannya
untuk
meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan sangat penting bagi para pemakai laporan keuangan, baik untuk pihak intern maupun ekstern. Dalam praktek perbankan, pengakuan pendapatan merupakan suatu hal yang sangat fundamental dan menjadi dasar utama dalam menentukan profitabilitas suatu bank. Hal ini terjadi karena kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam bentuk aktiva yang produktif. Dalam Pedoman Akuntansi Indonesia (PAI), pendapatan diakui pada saat realisasinya. Dalam akuntansi perbankan (PSAK No.31 revisi 2000), pendapatan bunga bank diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit, dan aktiva produktif lain yang nonperforming. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang nonperforming diakui pada saat pendapatan tersebut diterima. Sehingga pada saat diklasifikasikan sebagai nonperforming, bunga yang telah diakui tetapi belum tertagih harus dibatalkan. Sedangkan pendapatan selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut, misalnya pendapatan komisi dan provisi dari kegiatan yang berkaitan dengan perkreditan. Apabila kredit diselesaikan sebelum jangka waktunya, maka sisa pendapatan diakui pada saat penyelesaian kredit tersebut.
Bank yang memberikan pinjaman uang (kredit) kepada rakyat dimana rakyat terlebih dahulu harus memberikan jaminan barang-barang atau jaminann lainnya kepada bank. Perusahaan ini sangat mengharapkan pendapatan dari penjualan jasa kredit tersebut. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembelian atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan yang dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Karena pendapatan ini pos yang penting maka perusahaan harus menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pendapatan tersebut, baik mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan tersebut harus sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) yaitu PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan. Untuk itulah, penulis tertarik untuk membuat suatu tulisan ilmiah yang berbentuk karya ilmiah dengan judul Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada Perusahaan Perbankan
I. B. Perumusan Masalah Menurut Moh. Nazir Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Mengingat pentingnya peranan pendapatan ini pada perusahaan, dan merupakan pendapatan yang sangat erat hubungannya dengan penentuan laba maka penulis merumuskan masalah yaitu ” Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan yang diterapkan pada Perusahaan Perbankan menyimpang dari PSAK No. 31”.
I. C. Luas dan Tujuan Penulisan Suatu masalah sangat erat hubungannya dengan masalah lain dan masalah tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya serta ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, maka luasnya penelitian hanya dibatasi pada pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan pada Perusahaan Perbankan Adapun tujuan penulisan ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan pengakuan dan pengukuran pendapatan yang diterapkan pada perusahaan perbankan terhadap PSAK No. 31.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. A. Pengertian dan Jenis-jenis Bank Istilah bank berasal dari Bahasa Italia, “banco” yaitu merupakan tempat penitipan atau penyimpanan uang, pemberi atau penyalur dan juga perantara didalam lalu lintas pembayaran. G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank politik menyatakan bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap bila dibandingkan dengan lembaga keuangan bukan bank. Disamping menyalurkan dana atau memberi pinjaman, juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian bank dapat juga memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan untuk memberikan kredit atau pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Berdasarkan jenis usahanya, bank dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat Pertama, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa ke dalam lalu lintas pembayaran. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum: a.Menghimpun Dana (Funding); b. Menyalurkan Dana (lending); c. Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (services). Dalam menghimpun dana (funding) usaha yang dilakukan bank antara lain: (a)Simpanan Giro (demand deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan; (b) Simpanan Tabungan (saving deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya; (c) Simpanan Deposito (time
deposit) merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannyapun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Dalam menyalurkan Dana (lending), bank melakukan usaha seperti: (a) Kredit Investasi, yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun; (b) Kedit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari 1 (satu) tahun; (c) Kredit Perdagangan, merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya; (d) Kredit Produktif, merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai; (e) Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misalnya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun papan. Usaha Jasa- jasa Bank Lainnya (services) yang dilakukan bank antara lain: (a)Kiriman Uang (transfer) merupakan jasa pengiriman uang lewat bank. Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama atau bank yang berlainan. Pengiriman uang juga dapat dilakukan dengan tujuan dalam kota, luar kota atau luar negeri; (b) Kliring (clearing) merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari dalam kota. Proses penagihan lewat kliring hanya memakan waktu 1 (satu) hari. Besarnya biaya penagihan tergantung dari bank yang
bersangkutan; (c) Inkaso (collection) merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri; (d) Bank Card (Kartu kredit) atau lebih populer dengan sebutan kartu kredit. Kartu ini dapat dibelanjakan di berbagai tempat perbelanjaan atau tempat-tempat hiburan. Kartu ini juga dapat digunakan untuk mengambil uang tunai di ATM-ATM yang tersebar diberbagai, tempat yang strategis. Kepada pemegang kartu kredit dikenakan biaya iuran tahunan yang besarnya tergantung dari bank yang mengeluarkan. Kedua, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha
yang
dilakukan
Bank
Perkreditan
Rakyat
(BPR)
meliputi:
(a).Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; (b). Memberikan kredit; (c). Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia; (d). Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito atau tabungan pada bentuk lain.
Disamping kegiatan-kegiatan yang tersebut dapat dilaksanakan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR), terdapat juga beberapa kegiatan-kegiatan yang merupakan larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu: (a). Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; (b). Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing; (c). Melakukan penyertaan modal; (d). Melakukan usaha pereasuransian; (e). Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud diatas.
II. B. Standar Akuntansi Keuangan Atas Pendapatan II. B. 1. Pengertian Pendapatan Akuntansi adalah aktivitas jasa yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang dapat dihasilkan adalah informasi tentang pendapatan yang diperlukan oleh berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing. Konsep pendapatan dalam hal ini merupakan konsep yang paling penting dalam kegiatanya sebagai suatu sistem informasi. Pendapatan menjadi sangat penting karena pendapatan merupakan objek atas kegiatan perusahaan. Pengertian pendapatan bermacam-macam tergantung dari sisi mana kita meninjau pengertian pendapatan tersebut. Pendapatan selalu diartikan sesuai dengan jenis usaha dari suatu perusahaan. Pada perusahaan jasa pendapatannya diperoleh dari pemberian jasa atau service, sedangkan perusahaan dagang pendapatannya adalah hasil dari penjualan barang dagangan.
Pendapatan dan penghasilan merupakan dua istilah yang sering ditafsirkan dengan arti yang sama sehingga dapat mengakibatkan salah penginterprestasian informasi akuntansi yang dihasilkan. Jika dilihat dari sudut akuntansi, istilah yang diterjemahkan dari kata revenue adalah berbeda dengan penghasilan yang diterjemahkan dari kata income. Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalti dan sewa. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Defenisi ini memberikan pengertian dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima perusahaan dari operasi normalnya. Sedangkan penghasilan memberikan pengertian yang lebih luas karena menyangkut pendapatan dari operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya yang mengakibatkan adanya peningkatan kesejahteraan. Ikatan Akuntan Indonesia mengemukakan bahwa untuk memenuhi kriteria pendapatan agar dapat diakui dalam akuntansi maka pendapatan harus timbul dari transaksi agar dapat diakui dalam akuntansi maka pendapatan harus timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi yaitu: Penjualan Barang, Penjualan jasa, Penggunaan
aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga,
royalty dan
deviden M. Munandar mendefenisikan pendapatan sebagai berikut : Revenues adalah suatu pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena penambahan modal baru dari para pemilik, dan bukan pula merupakan penambahsan assets yang disebabnya karena bertambahnya Liabilities. Belkouli pada prinsipnya menspesifikasikan revenue pada: 1. Sifat komponen-komponen revenue; 2. Pengukuran revenue; 3. Waktu pengukuran revenue Berdasarkan sifat dan komponen ini maka pendapatan dapat diinterpretasikan sebagai : 1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa, 2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan; dan 3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu tetentu. Konsep pendapatan belum dapat dijelaskan secara jelas oleh pemakai akuntansi. Hal ini terjadi karena pemakai informasi laporan keuangan khusunya laporan laba/rugi yang memuat tentang pendapatan yang berguna untuk masingmasing pemakaian laporan yang berbeda-beda tergantung dari sudut mana ia memandang. Menurut Hendriksen,
Di dalam kepustakaan akuntansi ditemukan dua pendekatan terhadap konsep pendapatan . Satu diantaranya berfokus pada arus masuk aktiva sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan dan yang lainnya berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainnya.
Pendekatan pendapatan yang menekankan pada dasar terciptanya pendapatan merupakan konsep pendapatan. Konsep pendapatan tersebut adalah penciptaan barang dan jasa dalam perusahaan dalam suatu periode tertentu. Pendekatan pendapatan yang menekankan pada aktiva bagi perusahaan melihat sumber atau asal dari pendapatan itu sendiri. Pendapatan yang menekankan bahwa pendapatan ini dihasilkan dari kegiatan usaha menegaskan bahwa pendapatan itu ada karena berjalannya operasi perusahaan. Secara umum, pendapatan yang diperoleh dalam suatu kegiatan perusahaan terdiri dari : 1. Pendapatan dari hasil operasi normal perusahaan yaitu pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa merupakan hasil usaha pokok atau usaha utama yang diharapkan selalu diperoleh selama perusahaan melakukan kegiatan. 2. Pendapatan non operasi atau pendapatan diluar usaha yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan bukan dari hasil penjualan barang/jasa. Misalnya, pendapatan bunga, sewa, royalty, keuntungan penjualan aktiva tetap serta deviden.
II.B.2. Kriteria Pendapatan Pengakuan merupakan suatu proses formal dalam mencatat pengaruh keuangan dari transaksi atau peristiwa
ekonomi dan memasukkannya ke dalam
laporan keuangan sebagai suatu aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, atau elemenelemen lainnya yang meliputi penggambaran item tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlahnya, dimana jumlahnya mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Sebelum suatu item dapat diakui, ada empat kriteria yang harus dipenuhi yaitu 1. Defenisi Item atau kejadian dalam pernyataan harus memenuhi defenisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian). 2. Dapat diukur. Item atau kejadian tesebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantitaskan dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih. 3. Relevansi. Informasi mengenai item atau kejadian tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam keputusan pemakai. 4. Reliabilitas. Informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secar wajar, dapat diuji dan netral. Empat kriteria pengakuan di atas diterapkan pada semua item yang akan diakui pada laporan keuangan. Dari keempat pengakuan tersebut, relevansi dan reabilitas adalah dua karakteristik kualitatif utama dari informasi akuntansi.
Donal E.Kieso, et.al., mengemukakan bahwa, prinsip pendapatan (revenue recognition principle) menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui. Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapatkan hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. Pendapatan diakui setelah kriteria itu dipenuhi. Masalah akuntansinya adalah menentukan kapan kriteria-kriteria itu dipenuhi untuk berbagai jenis transaksi yang menghasilkan pendapatan. Kedua kriteria ini biasanya dipenuhi pada titik penjualan (point of sale) yang sering kali terjadi ketika barang diantar atau ketika pelayanan diberikan kepada pelanggan. Biasanya aktiva dan pendapatan diakui secara bersamaan. Dengan demikian penjualan persediaan menghasilkan peningkatan kas atau piutang dagang sekaligus peningkatan dalan pendapatan penjualan. Ketika kriteria pengakuan pendapatan sepenuhnya dipenuhi, pendapatan diakui dan hutang berkurang. Sebagai aturan umum, pendapatan yang diakui lebih dini dalam proses menghasilkan laba dipandang sebagai informasi yang sangat relevan. Sebaliknya,
ketika pencatatan pendapatan ditunda hal ini sering kali diakibatkan oleh pertimbangan mengenai reliabilitas informasi pendapatan pada tahap-tahap sebelumnya diproses menghasilkan laba. Dasar penjualan untuk pengakuan pendapatan dibenarkan jika harga pokok diketahui dengan pasti, penukaran telah diakhiri dengan pengiriman barang sehingga diperoleh pengetahuan yang objektif tentang cost yang terjadi, dan dalam arti realisasi penjualan merupakan arti krusial. Namun dalam arti tertentu dimungkinkan untuk melakukan penyimpangan mengenai pengakuan pendapatan dari yang telah disebabkan. Pengecualian yang diperkenankan adalah: Pendapatan diakui pada saat produksi selesai; Pendapatan diakui secara proporsional selama tahap produksi; Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima;dan Pendapatan dari penjualan konsinyasi. Pada saat produksi selesai, dapat dilakukan apabila nilai pasar dapat ditentukan dengan pasti dan tidak diberlakukan beban pemasaran yang berarti harga pokok produksi sulit ditentukan dan satuan-satuan persediaan dapat saling menggantikan satu sama yang lainnya. Untuk pendapatan yang diakui secara proporsional selama tahap produksi, biasanya dijumpai dalam usaha kontraktor yang mengerjakan proyek yang pada umumnya memerlukan lebih dari satu periode. Pendapatan yang diakui pada saat pembayaran diterima dilakukan apabila terdapat ketidakpastian yang besar mengenai kolektibilitas piutang yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Sedangkan pendapatan yang diterima dari penjualan konsinyiasi , pendapatan diakui pada saat penjualan telah diakui oleh consignee. Setelah pendapatan diakui pada akhir suatu periode akuntansi tertentu, barulah kemudian laba
bisa diketahui dengan cara mengurangkan pendapatan tersebut dengan biaya-biaya yang timbul selama masa suatu periode tersebut. Demikian halnya dengan perbankan. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam bentuk aktiva produktif. Ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan (earning assets) yaitu: kredit yang diberikan, suratsurat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Dari keempat aktiva produktif ini, sumber dana terbesar adalah berasal dari kredit yang diberikan. Taswan mengemukakan bahwa: Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefenisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Karena kredit merupakan komponen aktiva terbesar dari seluruh aktiva yang dimiliki suatu bank, maka resiko yang dihadapi oleh suatu bank sangat besar karena sangat mengandalkan aktiva dalam bentuk kredit ini. Kemungkinan dikembalikannya kredit yang diberikan harus dipantau terus melalui penilaian kolektibilitasnya. Kelancaran pengembalian kredit baik angsuran maupun sekaligus merupakan salah satu cara penilaian. Juga kelancaran bunga secara efektif termasuk angsuran kredit merupakan bagian penting dalam menentukan tingkat kelancaran dari kredit tersebut. Menurut surat edaran Bank Indonesia No.23/12/BPPP Tanggal 21 Februari 1991,
kredit berdasarkan kolektibilitasnya dapat dibedakan menjadi Kredit Lancar,Tidak Lancar, Diragukan, dan Macet. Kredit lancar, yaitu (1) suatu kredit yang tidak memiliki tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau cerukan karena penarikan bunga. (2) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga tersebut belum melampaui 1 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan dan belum melampaui 3 bulan bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dan belum melampaui 6 bulan yang masa angsurannya 4 bulan. Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang telah mengalami tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 1 bulan dan melampaui 2 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan, dan melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dan melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 6 bulan. Kredit diragukan, yaitu (1) kredit yang tidak memenuhi kredit lancar dan kurang lancar, (2) Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurangkurangnya 75% dari utang debitur, atau (3) kredit masih bisa diselamatkan namum agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari utang debitur. Kredit macet, yaitu (1) Kredit yang tidak memenuhi kredit lancar, kurang lancar dan diragukan, (2) Dalam jangka 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit. (3) Kredit tersebut telah diserahkan ke pengadilan negeri atau Badan Usaha Piutang Negara (BPUN) atau telah diajukan
permohonan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit. Dari keadaan diatas secara umum akan dapat diketahui bagaimana keadaan nasabah atau si debitur. Hal ini sangat berpengaruh untuk kelancaran pengembalian kredit, dan perecanaan kredit yang akan disusun untuk tahun usaha yang akan datang.
II.B.3. Pengakuan, Pengukuran dan Pencatatan atas Pendapatan Pengakuan adalah proses pencatatan secara formil atau penyatuan secara formil suatu pos kedalam rekening dan laporan keuangan suatu perusahaan. Seperti kita ketahui, sumber utama pendapatan adalah kredit yang disalurkan kepada masyarakat karena pemberian kredit oleh bank akan dapat meningkatkan laba, berupa pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihal lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Secara umum ada dua dasar pengakuan pendapatan, yaitu : 1. Accrual Basis 2. Cash Basis Pada accrual basis, pendapatan diakui pada periode terjadinya transaksi pendapatan. Jadi dalam suatu transaksi penjualan atau penyerahan barang dan jasa yang dilakukan walupun kas belum diterima, maka transaksi tersebut sudah dicatat dan diakui sebagi pendapatan perusahaan. Cash Basis atau dasar tunai adalah apabila
pendapatan dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti dengan penggunaan dasar tunai pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Pendapatan diakui setelah kas diterima (pembayaran telah dilaksanakan). Pendapatan bank lazimnya dicatat berdasarkan metode akrual, dimana akan dibukukan sebagai pendapatan pada saat jatuh waktu bukunya pada saat uang diterima. PSAK No. 31 mengatur mengenai pengakuan pendapatan bank. Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan bank merupakan hal yang fundamental dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat rentabilitas (keuntungan) suatu bank. Kegiatan utama bank adalah memupuk dan yang pada umumnya adalah berbunga dan menanamkan dalam aktiva produktif. Seperti pada industri lainnya, selalu terdapat kemungkinan perolehan waktu antara perolehan pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Oleh karena itu, pengkaitan (matching) antara pendapatan dan beban bank tidak mudah dilakukan, sehingga dalam pengakuan pendapatan perlu diperhatikan sifat dari keunikan usaha bank tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa, seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit. Kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga. Penerimaan dari kredit non performing diakui untuk melunasi bunga terlebih dahulu. Akan tetapi, untuk kredit non performing yang digolongkan
diragukan dan macet, penerimaan ini digunakan terlebih dahulu untuk mengurangi pokok kredit karena kemungkinan ketertagihan sangat rendah. Pengakuan pendapatan pada dasarnya adalah secara akrual basis kecuali untuk aktiva produktif yang digolongkan sebagai non performing loans diakui secara cash basis. Pengakuan pendapatan secara akrual mengakibatkan pertambahan pendapatan bank pada saat jatuh waktu bunga. Sedangkan pengakuan pendapatan secara cash basis menyebabkan bertambahnya rekening administrasi tunggakan bunga pada saat jatuh waktu pembayaran bunga dan pendapatan akan bertambah pada saat uang benar-benar telah diterima oleh bank dari nasabah non performing tersebut. Secara skematis kedua pengakuan pendapatan dapat dijabarkan dalam gambar akuntansi berikut ini: Gambar 1 Skema pengakuan pendapatan secara accrual basis PENGAKUAN PENDAPATAN SECARA ACCRUAL BASIS Pendapatan Bunga Bunga Debitur Y.M.H diterima (a) X
x Pada saat jatuh bunga
Pengakuan Pendapatan ini untuk seluruh Aktiva Produktif Performing
X Kas Pada saat Penerimaan Bunga
x
Sedangkan
untuk
pengakuan
pendapatan
secara
Cash
Basis
dapat
digambarkan dalam gambar 2 berikut ini: Gambar 2 Skema pengakuan pendapatan secara cash basis PENGAKUAN PENDAPATAN SECARA CASH BASIS Pendapatan Bunga Kas X
Rek.Adm-Tunggakan Bunga x
Pada Saat Jatuh bunga
x
Pada Saat Penerimaan bunga
Pengakuan secara cash basis ini hanya untuk aktiva Produktif NonPerforming
Pendapatan dalam bank terdiri dari beberapa komponen seperti pendapatan bunga, pendapatan provisi kredit, pendapatan komisi, dan pendapatan lainnya sebagai akibat dari transaksi bank baik yang merupkan kegiatan utama ataupun bukan. 1. Pendapatan Bunga Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.31 menyatakan bahwa: pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aset produktif lain yang non performing. Pendapatan bunga dari kredit dan asset produktif lain yang non performing diakui pada saat pendapatan tersebut diterima.
Lapoliwa mengemukakan bahwa: pendapatan bunga dari aktiva produktif non performing, tidak diakui sebagai pendapatan periode berjalan sejak aktiva tersebut dinyatakan non performing. Dengan demikian, bank tidak perlu melakukan penyesuaian terhadap pendapatan bunga yang telah diakui sebelum aktiva produktif tersebut dinyatakan non performing. Bunga dari aktiva non performing yang tidak diakui sebagai pendapatan akan dicatat dalam rekening administrasi karena merupakan peristiwa kontinjensi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam terjadi pelunasan yang berkaitan dengan aktiva produktif yang non-performing, pelunasan tunggakan bunga tersebut terlebih dahulu diperlakukan sebagai pelunasan tunggakan pokoknya. Contoh, apabila pendapatan bunga debitur performing selama bulan Juli dihitung sebesar Rp. 100.000.000,- sedangkan debitur non performing sebesar Rp. 23.000.000,- akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut: Accrual Basis Piutang punga Pendapatan bunga
100.000.000 100.000.000
Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berukut ini: Kas Piutang Bunga
100.000.000 100.000.000
Cash Basis Rekening Administrasi Rupiah-Tunggakan Bunga
23.000.000
Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berukut ini: Kas Pendapatan bunga
23.000.000 23.000.000
2. Pendapatan Provisi dan Komisi Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Biasanya provisi kredit langsung dibayarkan oleh nasabah yang bersangkutan. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa, pendapatan selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan komisi dan provisi diakui selama jangka waktu kredit atau komitmen kredit tersebut. Apabila kredit atau komitmen kredit diselesaikan sebelum jangka waktunya maka sisa pendapatan diakui pada saat penyelesaian kredit atau komitmen tersebut. Indra Bastian dan Suhardjono menegaskan bahwa,...pendapatan provisi dan komisi yang diterima pada saat realisasi kredit akan dibukukan sebagai pendapatan diterima dimuka, selanjutnya setiap hari akan dilakukan amortisasi pendapatan di muka tersebut. Komisi dan provisi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan namun terkait dalam jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan atau diamortisasi secara sistematis selama jangka waktunya. Provisi kredit ini akan dialokasikan menjadi pendapatan dan akan
disajikan dalam laporan laba rugi bulanan. Contoh, Bank Omega menyetujui kredit dengan PT. CVD sebesar Rp. 200.000.000 selama jangka waktu 5 tahun. Provisi kredit ditetapkan sebesar 0,6% dari pagu kredit. Maka ayat jurnal untuk mecatat transaksi ini adalah: Kas
1.200.000 Provisi kredit diterima dimuka
1.200.000
Transaksi ini akan dialokasikan setiap bulan selama lima tahun mendatang, dimana provisi kredit ini akan dialokasikan menjadi pendapatan dan akan disajikan dalam laporan laba-rugi bulanan. Alokasi pendapatan pada bulan pertama dilakukan dengan cara sebagai berikut: Alokasi Bulan 1 = 1/60 x Rp. 1.200.000 = Rp. 20.000 Maka ayat jurnal yang dibuat adalah: Provisi kredit diterima dimuka Pendapatan provisi kredit
20.000 20.000
3. Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan operasional lainnya ini merupakan gabungan dari pendapatan yang lain yang tidak material untuk disajikan dalam pos tersendiri. Jenis-jenis pendapatan operasional lainnya antara lain adalah penerimaan deviden dari anak perusahaan, pendapatan dari administrasi penggantian buku tabungan dan penutupan tabungan, penerimaan angsuran bunga pinjaman yang telah dihapusbukukan, kelebihan kas, dan lain-lain. Pendapatan ini diakui pada saat kas benar-benar diterima (cash basis).
4. Pendapatan Non-Operasional Pendapatan non-operasional adalah pendapatan yang timbul dari aktivitas diluar kegiatan utama bank, seperti pendapatan dari penjualan aktiva tetap, penyewaan fasilitas gedung, pembayaran denda dan sebagainya. Pendapatan ini harus diakui sebagai pendapatan pada periode berjalan.
II.C. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi
merupakan salah satu
laporan keuangan
yang
menggambarkan posisi hasil usaha suatu perusahaan dalam jangka waktu/periode tertentu. Komponen laba rugi terdiri atas pendapatan dan beban. Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 31 menyatakan bahwa, bank menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step), yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lain. Dengan kata lain laporan laba rugi harus membedakan antar unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non-operasional. Di dalam proses pencatatannya, bank harus menetapkan kebijakan pengakuan atas pendapatan dan beban sehingga menjadi pedoman baku bagi penerapan kebijakan akuntansi secara konsisten. Dalam penyajiannya laporan laba rugi harus diurutkan mulai dari pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank, dilanjutkan dengan pendapatan atau beban dari kegiatan lain atau dengan kata lain laporan laba rugi berasal dari kegiatan operasional kemudian baru pendapatan dan beban dari kegiatan non
operasional. Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.31 menegaskan bahwa urutan penyajian laporan laba rugi adalah sebagai berikut:
Pendapatan bunga,
Beban bunga, Pendapatan komisi, Beban provisi dan komisi, Keuntungan atau kerugian penjialan efek, Keuntungan atau kerugian investasi efek, Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing, Pendapatan devidan, Pendapatan operasional lainnya, Beban penyisihan kerugian kredit dan asset produktif lainnya, Beban administrasi umum, dan Beban operasional lain.
Pada rekening pendapatan bunga, rekening ini digunakan untuk menampung semua pendapatan dari hasil bunga, provisi dan komisi kredit baik dari pinjaman yang diberikan maupun penanaman yang dilakukan seperti giro, simpanan berjangka, obligasi dan surat pengakuan hutang lainnya; Untuk rekening beban bunga yang biasanya disebut biaya bunga, menampung semua biaya bunga dan sejenisnya yang berkaitan dengan usaha bank; Pendapatan komisi digunakan untuk menampung semua pendapatan provisi dan komisi yang dipungut/diterima dari kegiatan yang berkaitan dengan perkreditan; Rekening beban provisi dan komisi dalam laporan laba rugi bank menampung setiap komisi dan provisi yang dikeluarkan bank untuk mendapatkan dana; Keuntungan/kerugian penjualan efek, rekening ini menampung semua keuntungan/kerugian dari penjualan aktiva dan inventaris; Keuntungan/kerugian transaksi
valuta
asing
merupakan
rekening
yang
menampung
besarnya
keuntungan/kerugian dari pembayaran piutang atau htang dalam mata uang asing,
sehingga muncul perbedan kurs; Pendapatan Deviden yaitu pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan dari anak perusahaan; Pendapatan operasional lainnya merupakan rekening yang digunakan untuk menampung pendapatan operasional lainnya, misalnya karena transaksi devisa dan bunga yang diterima dari bank-bank diluar negeri; Semua beban penyisihan kerugian kredit dan asset produktif lainnya ditampung dalam rekening ini. Aktiva produktif adalah aktiva yang dikuasai bank untuk kepentingan memperoleh pendapatan utama usaha bank. Penyisihan timbul akibat kolektibilitas aktiva produktif yang semakin menurun (tidak sehat); Beban administrasi dan umum adalah rekening yang menampung semua biaya yang bersifat umum dan biaya untuk kepentingamn administrasi bank; dan Beban operasional lain merupakan rekening yang menampung semua beban operasional bank yang tidak dapat digolongkan dalam rekening sebelumnya. Pengguna laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relevan, objektivitas, keandalan, tepat waktu dan dapat dibandingkan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna juga membutuhkan informasi yang lebih baik tentang karakteristik khusus operasi bank. Meskipun bank merupakan objek pengawasan dan pengawasan bank mempunyai kewenangan peraturan untuk tidak menyediakan informasi tertentu bagi masyarakat, tetapi dibutuhkan pengungkapan yang menyeluruh dan memadai agar laporan keuangan bank sesuai dengan kebutuhan pengguna, dalam batasan yang layak untuk dipenuhi manajemen.
Pengakuan pendapatan dalam laporan laba rugi dilakukan apabila kenaikan manfaat ekonomi dimasa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan nilainya dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan saat pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban. Sedangkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi dilakukan apabila penurunan manfaat ekonomi dimasa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan nilainya dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan saat pengakuan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungannya langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Dengan demikian harus dikaitkan antara pengakuan beban dengan pengakuan pendapatan secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Jenis-jenis pendapatan utama dari operasi suatu bank, antar lain pendapatan bunga, pendapatan komisi dan provisi, serta pendapatan lainnya. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar para pengguna dapat menilai kinerja bank. Disamping itu, pendapatan dan beban bunga harus diungkapkan secara terpisah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi dan alasan perubahan nilai bersih bunga. Disamping itu laporan laba rugi sangat berguna untuk menyediakan informasi kepada investor dan kreditur untuk meramalkan jumlah, waktu dan melaporkan ketidakpastian dari arus kas masa depan , membantu investor
untuk menilai nilai ekonomi perusahaan dan kreditur untuk menentukan probabilitas dari pembayaran kembali klaimnya terhadap perusahaan. Berikut ini adalah laporan laba rugi Bank BRI per 31 Desember 2003 yang diambil dari situs Web Bank Indonesia: ww.bi.go.id. sebagai berikut; Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO),TBK JL.JEND SUDIRMAN KAV 44-46 JAKARTA Telp.021-2510244,2510254 Per Desember 2003 (dalam jutaan rupiah) Pos-pos Periode Des 2003 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga 1.1 Hasil bunga 14.811.089 a. Rupiah 14.400.719 b. Valuta Asing 410.370 1.2 Provisi dan Komisi 258.167 a. Rupiah 254.563 b. Valuta Asing 3.604 Jumlah Pendapatan Bunga 15.069.256 Beban Bunga 2.1 Beban Bunga 7.042.276 a. Rupiah 6.803.408 b. Valuta Asing 238.868 2.2 Komisi dan Provisi 225 Jumlah Beban Bunga 7.042.501 Pendapatan Bunga Bersih 8.026.755 Pendapatan Operasional Lainnya 3.1 Pendapatan Provisi, Komisi, Fee 288.116 3.2 Pendapatan Transaksi Valuta Asing 91.845 3.3 Pendapatan Kenaikan Nilai Surat Berharga 216.950 3.4 Pendapatan Lainnya 341.625 Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya 938.539 Beban (Pendapatan) Penghapusan Aktiva Produktif 259.889 Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi (154.211) Beban Operasional Lainnya 6.1 Beban Administrasi dan Umum 1.290.185 6.2 Beban Personalia 3.783.047 6.3 Beban Penurunan Nilai Surat Berharga 26.572 6.4 Beban Transaksi Valas 128.169 6.5 Beban Lainnya 401.576 Total Beban Operasional Lainnya 5.629.549
LABA (RUGI) OPERASIONAL PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional Pendapatan (Beban) Non Operasional Pendapatan (Beban) Luar Biasa LABA/RUGI SEBELUM PAJAK PENGHASILAN Taksiran Pajak Penghasilan LABA/RUGI TAHUN BERJALAN
3.230.067 412.283 6.649 405.634 3.635.701 (1.133.266) 2.502.435
BAB III ANALISIS HASIL PENELITIAN
IV.A. Analisa dan Evaluasi Pengakuan Pendapatan Pada Perusahaan Perbankan Dalam memberikan kreditur kepada si debitur, bahwa dalam hal ini perbankan dituntut untuk dapat mengambil suatu kebijakan. Adapun kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong meningkatnya pendapatan bunga, serta bank tidak terjebak pada banyaknya jumlah kredit yang tidak tertagih. Setiap pengambilan suatu kebijakan kredit, bank hendaknya memperhatikan siapa yang patut mendapatkan kredit, berapa jumlah kredit serta metode pembayaran kredit. Perbankan menjalankan kebijakan tersebut, hal ini dapat dilihat bahwa bank dalam memberikan kredit harus meneliti terlebih dahulu siapa orang yang akan memperoleh kredit, apa jenis usahanya, berapa jumlah kredit serta bagaimana metode pembayaran tersebut. Selain itu perbankan juga menilai jumlah jaminan yang disediakan oleh debitur. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi agar jumlah kredit yang diberikan tidak lebih besar dari jumlah agunan yang diterima oleh bank. Selain melakukan penilaian terhadap debitur untuk memperoleh fasilitas kredit bank juga harus membedakan kredit yang akan diberikan. Dalam membedakan kredit tersebut, perbankan harus menggolongkan kredit tersebut berdasarkan kolektibilitasnya.
Penggolongan
ini
dilakukan
dengan
melihat
dan
mempertimbangkan batas waktu. Penggolongan kredit tersebut adalah kredit lancar,
kurang lancar, diragukan dan kredit macet. Suatu kredit digolongkan lancar apabila nasabah yang bersangkutan tidak pernah melakukan penunggakan atau membayar kewajibannya dalam bentuk bunga atau pinjaman pokok tepat pada waktunya. Suatu kredit digolongkan kurang lancar apabila nasabah yang bersangkutan sudah menunggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman selama 2 sampai 3 bulan. Untuk kredit yang digolongkan diragukan, apabila nasabah / debitur yang bersangkutan tidak melunasi pinjaman serta bunga telah 3 bulan dan belum melampau 6 bulan. Kredit yang digolongkan macet dilakukan apabila nasabah yang bersangkutan tidak melunasi pinjamannya lebih dari 6 bulan atau tidak mampu lagi melunasi kewajibannya baik bunga atau pokok pinjaman. Menurut Surat edaran Bank Indonesia No. 23/12/BPPP Tanggal 28 Februari 1991, kredit berdasarkan kolektibilitasnya dapat dibedakan menjadi “kredir lancar, kurang lancar, diragukan dan kredit macet”. Kredit lancar yaitu (1) suatu kredit yang tidak memiliki tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau cerukan karena penarikan bunga. (2) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga tersebut belum melampaui 1 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan dan belum melampaui 3 bulan bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dan belum melampaui 6 bulan yang masa angsurannya 4 bulan. Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang telah mengalami tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 1 bulan dan melampaui 2 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan, dan melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dan
melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 4 bulan. Kredit diragukan, yaitu (1) kredit yang tidak memenuhi kredit lancar dan kurang lancar, (2) Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurangkurangnya 75% dari utang debitur, atau (3) kredit masih bisa diselamatkan namum agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari utang debitur. Kredit macet, yaitu (1) Kredit yang tidak memenuhi kredit lancar, kurang lancar dan diragukan, (2) Dalam jangka 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit. (3) Kredit tersebut telah diserahkan ke pengadilan negeri atau Badan Usaha Piutang Negara (BPUN) atau telah diajukan permohonan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit. Penggolongan kredit yang dibuat oleh perbankan memiliki batas waktu yang terlalu menurun. Hal ini nampak jelas dalam kredit lancar dimana perbankan hanya mengakui kredit lancar untuk debitur yang pembayarannya lancar setiap bulannya dan apabila sudah terjadi tunggakan baik satu sampai dua bulan, oleh perbankan langsung mengakuinya sebagai kredit kurang lancar. Batas waktu yang terlalu menurun ini mengakibatkan banyaknya debitur dari perbankan diakui sebagai kredit yang kurang lancar. Semakin menurunnya kolektibilitas perkreditan maka semakin besar persentase debitur yang kurang lancar atau diragukan yang diperhitungkan. Sedangkan menurut surat edaran bank indonesia, seharusnya tunggakan selama 1 dan 2 bulan yang dilakukan oleh kelima debitur tersebut masih diklasifikasikan dalam kredit lancar karena tunggakannya belum melampaui batas waktu untuk
diklasifikasikan dalam kredit lancar yaitu selama 3 bulan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa pada dasarnya pendapatan bunga kredit dari kolektibilitas lancar (performing) diakui secara accrual basis, sedangkan pendapatan bunga kredit dari dari kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet (non performing) diakui pada saat kas diterima/penyelesaian (cash basis). Hal ini mengidentifikasi bahwa pendapatan yang terjadi dan yang diterima oleh perbankan seharusnya masih diakui secara accrual basis bukan secara cash basis. Sehingga pada saat jatuh tempo perbankan harus melakukan pencatatan dengan mendebetkan piutang bunga dan mengkreditkan pendapatan bunga sebesar jumlah bunga yang tertunggak. Dan pada saat pembayaran, piutang tersebut akan dinihilkan dengan mendebetkan kas dan mengkreditkan piutang bunga. Seharusnya perbankan harus mencatatkan tunggakan tersebut dengan mendebetkan Rekening Administratif-Tunggakan Bunga sebesar jumlah bunga yang menunggak. Sedangkan pencatatan pada akhir periode, pencatatan yang dilakukan oleh perbankan salah, karena mengakui adanya piutang dan pendapatan bunga. Sementara tunggakan yang terjadi telah diklasifikasikan dalam kredit dengan kolektibilitas kurang lancar dan seharusnya dicatatkan secara cash basis bukan accrual basis, yakni dengan mendebetkan Rekening Administratif-Tunggakan bunga sebesar jumlah yang menunggkak. Sedangkan untuk transaksi pada saat pembayaran pencatatan yang dilakukan oleh perbankan dilakukan dengan konsep accrual basis. Sementara sebelumnya sudah dinyatakan bahwa kredit tersebut adalah kredit dengan kolektibilitas kurang
lancar dan seharusnya diakui secara cash basis dengan (1) mengkreditkan kembali Rekening Administratif-Tunggakan bunga dan (2) mencatatkan penerimaaan pembayaran tunggakan dengan mendebetkan Kas sebesar angsuran pokok ditambah bunga dan mengkreditkan angsuran pinjaman yang diberikan dan pendapatan bunga. Perlakuan bunga kredit akan dilihat dari kualitas kredit yang memberikan bunga. Bila kredit tergolong lancar, maka bank bisa menerapkan accrual basis. Dengan demikian bunga yang belum jatuh tempo bisa dicatatkan sebagai piutang bunga pada saat pelaporan keuangan dilakukan. Namun bagi kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan dan macet) maka bank akan memperlakukan pendapatan bunga berdasarkan cash basis. Maka untuk mencatatkan pengakuan bunga yang belum dibayar debitur, bank akan mencatatkan dalam rekening administratif. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengakuan pendapatan bunga perbankan tidak konsisten, dimana sebelumnya dinyatakan bahwa pendapatan bunga dari kolektibilitas performing dan non performing diakui secara cash basis. Namun pada saat pencatatan akhir periode perbankan mengakui adanya piutang dan pendapatan bunga yang seharusnya itu dapat dicatatkan apabila bank mengakui pendapatannya secara accrual basis.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.A. Kesimpulan Tujuan penulisan ini adalah untuk lebih mengetahui bagaimana pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dilakukan perbankan. Dari hasil analisis dan evaluasi data dan dihubungkan dengan teoritis maka dapat dibuat kesimpulan bahwa: 1. Batas waktu yang dibuat perbankan dalam menggolongkan kreditnya terlalu menurun, sehingga mengakibatkan semakin besarnya jumlah debitur yang kurang lancar dan diragukan. 2. Pada awalnya pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh perbankan adalah pengakuan secara cash basis tetapi pada akhir periodenya yakni pada saat penyesuaian perbankan mengakui pendapatan bunga tersebut secara accrual basis, sehingga hal ini mengakibatkan bertambahnya jumlah pendapatan dan piutang bunga yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laba dan pajak yang akan dibayarkan.
IV.B. Saran Setelah penulis mengumpulkan data, mencatat dan melakukan analisa terhadap pengakuan dan pengukuran pendapatan pada perusahaan perbankan, maka ada saran-saran yang diberikan yaitu:
1. Untuk menghindari semakin meningkatnya jumlah debitur yang kurang lancar, sebaiknya batas waktu yang digunakan perbankan dalam mengklasifikasikan kredit berdasarkan kolektibilitas tersebut harus sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No. 23/12/BPPP tanggal 21 Februari 1991 yang menyatakan bahwa batas waktu digolongkan untuk kredit lancar apabila penunggakannya masih 1-3 bulan, kredit kurang lancar apabila penunggakannya 3-6 bulan, kredit diragukan apabila penunggakannya telah melampaui 6 bulan dan kredit macet apabila sejak 21 bulan telah dikategorikan dalam kredit diragukan belum dilakukan pembayaran. 2. Sebaiknya perbankan harus selalu konsisten dalam penerapan dasar pangakuan pendapatan yang telah ditetapkan sejak awal agar tidak mengakibatkan bertambahnya jumlah pendapatan dan piutang bunga pada perbankan tersebut.