Pengabdian Pada Masyarakat Disampaikan pada Komunitas Peduli Anak Yatim (KPAY) BELAJAR SEPANJANG HAYAT Abstrak Taty Fauzi Nidn 16021962 Belajar adalah sebuah aktivitas dalam keseluruhan hidup manusia. Sepanjang kehidupannya manusia tidak pernah berhenti untuk belajar, untuk memenuhi nalurinya sebagai mahluk yang selalu ingin mengetahui. Sejak dilahirkan manusia membawa naluri dengan segala potensinya untuk mempertahankan kehidupan. Sebagai modal dasar potensi tsb tidak akan berkembang jika tidak ada rangsangan dari luar. Selain hal tersebut dapat dipahami bahwa anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar, sejak usia dinihingga masa usia tua sepanjang daur kehidupannya. Belajar sepanjang hayat (lifelong learning) dikemukakan oleh Faure (1981)dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan, Faure menegaskan bahwa “with its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate themselves from cradle to the grave” Penjelasan tersebut menegaskan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan manusia untuk menyempurnakan dirinya melalui pendidikan, sebagaimana dijelaskan bahwa Islam agama yang pertama kali merekomendasikan gagasan pendidikan seumur hidup, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mendidik anak dari buaian hingga keliang kubur. Kata Kunci : Belajar, Sepanjang Hayat, Potensi, Pertumbuhan Latar Belakang A. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat Asas pendidikan sepanjang hayat merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan proses kontinu sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Sementara itu dalam GBHN (1978) ditegaskan bahwa” pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga pendidikan sepanjang hayat merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Secara yuridis konsepsi pendidikan sepanjang hayat dituangkan dalam TAP MPR NO. IV/MPR/1973 JO TAP MPR NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional 1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang). 2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Sejalan dengan prinsip- prinsip yang tertuang dalam GBHN pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk :
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin. 2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung sepanjang hayat. Adapun yang mendasari pemikiran pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai berikut : 1. Tinjauan ideologis : bahwa setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan sepanjang hayat untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup 2. Tinjauan Filosofis : pendidikan sepanjang hayat secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara 3. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis : pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hayat yang disebut developmen. Konsep pendidikan sepanjang hayat merupakan alat untuk mengembangkan manusia akan pentingnya belajar tanpa ada batasan usia. 4. Tinjauan ekonomis : Pendidikan sepanjang hayat dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk 5. Tinjauan sosiologis : pendidikan sepanjang hayat yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga harus sekolah 6. Tinjauan Teknologis : kemajuan zaman berbanding lurus dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologinya B. Pembahasan Syah (1997) menjelaskan bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar, asal ia tetap menyadari keberadaannya yang bersifat present continuous, on going process, atau on becoming. Persoalan akan muncul apabila manusia tidak mendisiplinkan dirinya untuk tetap belajar dan belajar. Sebagian besar manusia berhenti belajar setelah merasa dewasa. Sikap cepat merasa puas disebabkan karena pikiran yang terkungkung pada saat itu saja. Merasa cukup puas karena telah selesai sekolah atau kuliah, memiliki pekerjaan dan jabatan. Pencapaian dasar ini pula sering membuat manusia berhenti belajar, sehingga tidak lagi mengalami transformasi dalam kehidupannya, mereka tidak siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang timbul. Sebaliknya bagi mereka yang senantiasa menjadikan proses belajar merupakan bagian dari kehidupannya mereka akan senantiasa siap mengantisipasi perubahan yang timbul atau bahkan perubahan yang diperoleh mereka sebagai akibat langsung dari proses belajar yang senantiasa mereka lakukan. Konsekwensi perubahan yang terjadi akan menjadi titik awal untuk
senantiasa terus belajar (on becoming a learner ) istilah yang dipakai sering digunakan untuk selalu siap mengantisipasi perubahan yang mungkin muncul Aktivitas pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu 1) kegiatan yang terjadi pada jalur pendidikan sekolah dan 2) jalur pendidikan luar sekolah. Pada jalur pendidikan luar sekolah kegiatan pembelajaran kelompok menjadi ciri utama. Dalam perkembangannya, kegiatan pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah memperoleh dukungan dari berbagai teori pembelajaran dan dari pengalaman para praktisi di lapangan sehingga muncul kegiatan pembelajaran partisipatif. Saat ini pembelajaran partisipatif tidak saja digunakan dalam program-program pendidikan luar sekolah tetapi juga di beberapa kawasan di dunia pendidikan, dan telah diserap serta diterapkan pada program-program pendidikan sekolah. Dengan demikian pembelajaran partisipatif telah menjadi bagian dari strategi pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan di dalam proses pendidikan baik di satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah. Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dipertegas dengan menekankan peran pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif. Keterlibatan pendidik dapat meliputi dua hal penting, diantaranya, pertama, dalam penyusunan dan pengembangan program belajar serta, kedua, dalam upaya menumbuhkan kondisi supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar partisipatif. Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran, pendidik bersama peserta didik melakukan asesmen kebutuhan belajar; identifikasi sumber dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran, menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses pembelajaran, serta melaksanakan dan menilai program pembelajaran. Keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif. Ada tujuh langkah pendidik yang dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) menyusun pengalaman belajar, 6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7) melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar. Lebih jauh Syah (1997) dalam teori Bloom bahwa produk akhir proses pembelajaran baik pada setting pendidikan sekolah atau pendidikan luar sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah (domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta ranah konatif. Ranah afektif meliputi perubahan dan pembentukan sikap serta aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus- respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari lingkungan. Sedangkan ranah Kognitif adalah kecakapan yang diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. yang objektivitas, observabilitas, dan terukur bernilai guna. Fungsi keilmuan adalah menjelaskan, memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik (skills) meliputi penguasaan dan penggunaan keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons, bimbingan dalam melakukan respons, gerakan mekanik, adaptasi, dan melakukan sendiri
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep atau ide bahwa belajar berlangsung sejak manusia dalam buaian hingga berakhirnya kehidupan di muka bumi. Secara khusus pendidikan tersebut telah dimulai dari rumah, sekolah dan masyarakat. Hakikatnya belajar adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat berlangsung secara berkesinambungan (continuing learning). Untuk memenuhi kewajiban belajar sepanjang hayat tersebut manusia dituntut agar dapat melaksanakan dan memenuhi tugas-tugas perkembangan seperti 1) menyelesaikan tugas masa kanak- kanak awal, 2) masa usia sekolah, 3) masa usia remaja, 4) masa usia dewasa awal, 5) masa usia tua. Setiap tugas usia perkembangan memberi pengaruh positif dan negative pada perkembangan selanjutnya. Agar tugas- tugas usia perkembangan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai maka setiap individu senantiasa dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Gerakan belajar sepanjang hayat telah dipublikasikan sejak tahun 1970. Momentum tersebut oleh UNESCO ditetapkan sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). Bertepatan dengan tahun 1970 berbagai isu tentang pembaharuan falsafah dan konsep tentang pendidikan. Gagasan tersebut muncul karena ketidakpuasan terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang membuat jurang pemisah kaya dan yang miskin. Tokoh sentral pendidikan sepanjang hayat Paul Lengrand dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Life Long Education. Pemikiran mengubah anggapan bahwa belajar (pendidikan) tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, pendidikan luar sekolah secara individual atau berkelompok memberi kesempatan untuk terus belajar sesuai dengan kebutuhannya pilihan minat dan hobi Konsep belajar sepanjang hayat menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar sepanjang hayat sebagai harapan baru, membawa implikasi betapa pentingya aktivitas tersebut untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan kemampuan. 1) Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama bagi orang dewasa dan orang tua dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut: Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka orang dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, ketrampilan baru dan sikap yang lain. 2) Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya. 3) Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif. Memperhatikan situasi belajar bagi orang dewasa tersebut, maka salah satu teori belajar klasik, yaitu teori psikologi belajar naturalistic atau aktualisasi diri, teori ini berpangkal dari psikologi naturalistic romantic yang dipelopori
Rousseau. Menurut teori ini belajar itu sebaiknya dilakukan secara wajar di alam bebas, bisa diterapkan pada pendidikan luar sekolah, terutama untuk belajar seumur hidup. C. Implikasi Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat pada Program-Program Pendidikan Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan tentang pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat. Menurut Guruge (2014) dalam buku “Toward Better Educational Management,” implikasi pendidikan sepanjang hayat pada program pendidikan adalah meliputi : 1. Pendidikan baca tulis fungsional : pendidikan baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat ; kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M), dan menyediakan bahanbahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut. 2. Pendidikan vokasional : program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka apprentice ship training merupakan salah satu program dalam pendidikan sepanjang hayat. Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap dilaksanakan secara kontinu. 3. Pendidikan professional : setiap profesi idealnya tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya 4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan : pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan sepanjang hayat 5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik : pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam pendidikan sepanjang hayat bagi kehidupan berbangsa, bernegara 6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang : pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian konsep pendidikan sepanjang hayat. Waktu senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan sepanjang hayat berjalan sebagaimana yang diharapkan Pendidikan sepanjang hayat bagi anak merupakan hal yang sangat penting karena anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab bagi dirinya dan orang lain. Program kegiatan yang disusundalam pendidikan sepanjang hayat meliputi kecakapan baca tulis, ketrampilan dasar yang mampu mempertinggi daya pikir anak sehingga anak terbiasa belajar berpikir kritis, memiliki daya juang pandangan hidup positif. Esensinya bahwa belajar sepanjang hayat sebagai upaya manusia untuk mengembangkan diri, mempertahankan eksistensinya dilakukan sepanjang hayat. Hanya dengan belajar manusia
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan dan memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah. Sumber : Ahmadi, Abu. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Faure, Edgar, et.al. (1981). Belajar Untuk Hidup: Dunia Pendidikan Hari Kini dan Hari Esok. (terjemahan). Jakarta : Brathara Karya Aksara. Guruge,
W.P. Toward Better Educational Management. https:// wordpress.com/.../proses-perencanaan-pendidika (diunduh tgl 28 Januari 2016P
Syah, Muhibbin. 2003. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta Tirtarahardja, Umar S. L. La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta UU Nomor 2 tahun 1989. Konsepsi manusia Indonesia Seutuhnya dan Tujuan Pendidikan Nasional (pasal 4)