e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DI SD Ni Wayan Ari Septiasih1, I Gusti Ngurah Japa2, Ni Wayan Arini3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran pada siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 1 Tukadmungga. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanan, pelaksanan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan tes. Data dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase aktivitas belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SDN 1 Tukadmungga. Berdasarkan observasi aktivitas belajar, persentase ratarata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 66,36% (cukup aktif), dan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II sebesar 83,08% (aktif), Berdasarkan tes hasil belajar IPA, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 72,58% (sedang), dan persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus II sebesar 84,20% (tinggi). Berdasarkan penghitungan gains skor, kualitas peningkatan aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II sebesar 0,50 (sedang). Kualitas peningkatan hasil belajar IPA pada siklus I dan siklus II sebesar 0,42 (sedang). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN 1 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Model Pembelajaran Project Based Learning, Pembelajaran, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar IPA
Media
Video
Abstract This study aims to increase learning activity and science learning result after implementing project based learning model assisted video media to fifth grade students in academic year 2015/2016 at SDN 1 Tukadmungga. This research is a action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stage of planning, implementation, observation/evaluation, and reflection. The Data collection in this reseacrh is by doing observation and test method. The Data was analyzed with statistic descriptive analysis method. The results of this research showed that the percentage of learning activity and science learning result to fifth grade students at SDN 1 Tukadmungga was increased. Based on learning activity observation, mean percentage of learning activity at cycle I obtained 66.36% (quite active), and mean percentage of learning activity at cycle II obtained 83.08% (active). Based on science learning test relust, mean percentage of science learning
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 result at cycle I obtained 72.58% (medium), and mean percentage of science learning result at cycle II obtained 84.20% (high). Based on gains score calculation, the quality of increasing learning activity at cycle I and cycle II is 0.50 (medium). The quality of increasing science learning result at cycle I and cycle II is 0.42 (medium). Based on the research result can concluded that the implementation project based learning model assisted video media can increase learning activity and science learning result of fifth grade students at SDN 1 Tukadmungga the academic year 2015/2016. Key words: Project Based Learning Model, Video Media, Learning Activity, Science Learning Result
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Mata Pelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung, melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Melalui mata pelajaran IPA di sekolah dasar, siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang keilmuan IPA dan keterampilaan berkarya (proyek), memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah yang ada di lingkungan. “Dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah” (Susanto, 2013:168). Sikap ilmiah yang harus dimiliki siswa, yaitu sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesagesa, dan objektif terhadap fakta. Pembelajaran IPA diorientasikan pada berbagai aktivitas yang mendukung terjadinya pemahaman atas konsep, fakta, dan prosedur dalam kaitannya dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan pada pendidikan dasar tidak hanya menekankan pada kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip, tetapi aspek penemuan dari suatu konsep (Susanto, 2013). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA menjadi bermakna dan pada akhirnya menjadi proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran IPA yang menekankan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Namun, pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah dasar masih didominasi oleh
guru. Guru belum sepenuhnya melibatkan siswa dalam pembelajaran, serta belum menggunakan model dan media pembelajaran yang bervariasi (Agustiana & Tika, 2013). Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru cenderung menggunakan metode ceramah tanpa mengombinasikan dengan model pembelajaran yang inovatif. Keadaan tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran hanya terbatas pada penyampaian materi dalam buku teks, sehingga terkesan monoton. Berdasarkan hasil observasi di SDN 1 Tukadmungga, pada tanggal 19 Agustus 2015 menunjukkan bahwa: (1) guru menyampaikan materi IPA masih menggunakan metode ceramah, (2) guru tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga siswa kurang memerhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (3) siswa pasif dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, (4) Siswa kurang melakukan aktivitas belajar selama proses pembelajaran, (5) siswa tidak belajar dalam kelompok, sehingga pada saat belajar berkelompok, hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas dan siswa lain bercanda. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru kelas V di SDN 1 Tukadmungga dinyatakan bahwa: (1) proses pembelajaran di kelas masih didominasi ceramah dari guru, (2) guru mengatakan bahwa pembelajaran dengan ceramah lebih mudah diterapkan di kelas, (3) siswa jarang mau bertanya hal-hal yang belum dimengerti terkait materi yang telah diberikan, (4) ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, ada saja siswa yang bercanda dengan teman sebangkunya, 5.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 kurangnya sarana buku pelajaran IPA kelas V. Berdasarkan pencatatan dokumen hasil belajar IPA siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN 1 Tukadmungga, yaitu 71. Hal itu ditunjukkan dari rata-rata nilai siswa kelas V pada mata pelajaran IPA sebesar 66,45. Dari 31 siswa, 20 orang siswa nilainya masih di bawah nilai standar yang ditetapkan sekolah. Hal ini berarti bahwa 64,52% siswa nilainya belum tuntas pada mata pelajaran IPA. Adanya permasalahan tersebut menyebabkan perlunya sebuah usaha perbaikan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang memiliki karakteristik memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya. Dengan memerhatikan kenyataan yang terjadi di sekolah dasar, maka peneliti sepakat untuk menerapkan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga melalui penelitian tindakan kelas. Masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini adalah 1. apakah penerapan learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga? 2. apakah penerapan learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga? Alasan diterapkan model pembelajaran project based learning berbantua media video pembelajaran karena model pembelajaran project based learning dapat mempermudah siswa mengakomodasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Siswa dapat mengontruksi sendiri konsep, prinsip, dan aturan menjadi pengetahuan baru. Dalam penerapannya, model pembelajaran project based learning memiliki dua aktivitas yang saling berhubungan, yaitu aktivitas siswa
yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas guru yang berusaha membimbing siswanya. “Model pembelajaran project based learning mencakup kegiatan menyelesaikan masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi, dan keterampilan membuat karya” (Sani, 2014b:226). Siswa harus fokus pada penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu mereka memahami konsep dan prinsip yang terkait dengan proyek. Tujuan model pembelajaran project based learning melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Kosasih (2014) setiap potensi yang dimiliki siswa dikembangkan melalui berbagai aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran, sehingga siswa memperoleh kebermaknaan atau manfaat yang bisa dirasakan langsung. Selain potensi siswa yang dikembangkan, kemampuan dan keterampilan, siswa juga dikembangkan, sehingga diharapkan siswa mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya dengan baik. Penerapan model pembelajaran project based learning untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA dapat dibantu dengan media video pembelajaran. Media video pembelajaran merupakan jenis media audio visual yang menyajikan pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran dalam bentuk gambar dan suara. Mahadewi, dkk (2006) menyatakan bahwa peranan media video pembelajaran adalah 1. dapat menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2. memperjelas makna bahan pengajaran, sehingga mudah dipahami siswa, 3. metode pengajaran lebih bervariasi, 4. siswa lebih banyak melakukan kegiatan. Penggunaan media video pembelajaran dapat membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA. Proses pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani, sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hamalik (2007:179) menyatakan bahwa “aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang diberikan pada pebelajar dalam situasi belajar-mengajar”. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai. Aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dapat memberikan nilai tambah untuk dapat menumbuhkembangkan pemahaman, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran merupakan perilaku siswa untuk belajar. Adanya perubahan perilaku akibat belajar disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar merupakan “perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, apektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar” (Susanto, 2013:5). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui kegiatan belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Susanto (2013) faktor-faktor hasil belajar adalah 1. faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, kesiapan dan kematangan, bakat, minat, dan kemauan belajar, 2. faktor eksternal, merupakan faktor berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar yaitu, model penyajian materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru, dan masyarakat. Berdasarkan teori-teori di atas, tujuan penelitian ini adalah 1. untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran pada siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016, 2. untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar IPA yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran pada siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016. METODE Jenis penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dipilih PTK karena penelitian ini dilaksanakan untuk melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 1 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Objek penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga. Penelitian ini dilakukan dengan pola siklus melalui empat tahapan. Setiap siklus meliputi tahap: 1. perencanaan, 2. tindakan, 3. pengamatan/evaluasi, dan 4. refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode tes. Metode yang digunakan dalam pengumpulan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga, yaitu metode observasi. Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Aspek yang diobservasi adalah aspek visual, lisan, mendengarkan, menulis, metrik, mental, dan emosional. Pengumpulan data hasil belajar IPA dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Hasil belajar siswa berupa tes individu. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda dengan menggunakan empat pilihan (options), yaitu a, b, c, dan d. Tes dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kisikisi tes. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 deskriptif. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan 1. menghitung nilai, 2. menghitung mean, 3. menghitung persentase rata-rata, 4. menghitung gains skor.
dengan rencana pelaksanan pembelajaran. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah 1. guru sulit melakukan pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar. Hal ini dikarenakan siswa yang berkemampuan lebih tidak mau dikelompokkan dengan siswa yang berkemampuan kurang. Selain itu, siswa juga cendrung hanya berkelompok dengan teman sebangku, 2. siswa belum terbiasa dalam mengerjakan proyek secara berkelompok. Hal ini terlihat dari dalam 1 kelompok siswa, hanya 1 sampai 2 orang yang terlihat tekun mengerjakan tugas, sementara siswa yang lain hanya mengandalkan temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan, 3. pada saat pengerjaan proyek beberapa kelompok kurang displin. Hal ini disebabkan oleh kekurang hati-hatian siswa membaca petunjuk yang ada pada LKS, sehingga siswa masih mengunggu instruksi dari guru akibatnya, proses pengerjaan proyek melebihi batas waktu, 4. belum ada pemberian reward kepada siswa yang aktif. Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka perbaikan tindakan yang dilakukan adalah 1. mengatur komposisi kelompok secara heterogen, baik dari jenis kelamin maupun kemampuan siswa, 2. guru mendekati dan memberikan perhatian pada setiap kelompok agar bisa bekerja bersama dalam berdiskusi, 3. memberikan penekanan kepada siswa untuk membaca petunjuk pada LKS, memberikan batas waktu dalam pengerjaan proyek, dan memberikan peringatan atau teguran kepada kelompok yang mengerjakan proyek melebihi batas waktu, 4. guru memberikan reward nonverbal, berupa tepuk tangan atau hadiah kepada siswa yang aktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan 3 kali pertemuan. Hasil penelitian aktivitas belajar setiap petemuan pada siklus I disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Data aktivitas belajar tiap petemuan pada siklus I Pertemuan Rata-rata Pertemuan I Petemuan II Pertemuan III
34,55 44,48 48,52
Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 42,52. Persentase tingkat aktivitas belajar pada siklus I adalah 66,44%. Selanjutnya, persentase ini dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat aktivitas belajar pada siklus I berada pada rentangan 65 ≤ M < 75 dengan kategori cukup aktif. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga pada siklus I adalah 14,52. Persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus I adalah 72,58%. Selanjutnya, persentase ini dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus I berada pada rentangan 65 ≤ M < 75 dengan kategori sedang. Setelah selesai tindakan siklus I, peneliti mengadakan refleksi dengan mengkaji hasil, hal-hal yang memperlancar dan kendala-kendala yang dihadapi. Hal-hal yang memperlancar, dalam pelaksanaan tindakan adalah siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, siswa merasa senang dan antusias mengikuti proses pembelajaran, siswa mengamati media video pembelajaran dengan baik, siswa memiliki kesempatan yang sama dalam melakukan aktivitas belajar, dan guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai
Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil refelsksi pelaksanaan tindakan siklus I, maka tindakan pada siklus II mengalami beberapa perubahan. Berdasarkan perubahan-perubahan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II, hasil penelitian aktivitas belajar setiap pertemuan pada siklus II disajikan pada tabel 2. 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tabel 2. Data aktivitas belajar tiap pertemuan pada siklus II Pertemuan Rata-rata Pertemuan I Petemuan II Pertemuan III
pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang direncanakan, sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar dapat meningkat, (2) siswa tidak lagi membeda-bedakan teman dalam memilih kelompok, (3) siswa lebih aktif dalam bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Dalam 1 kelompok seluruh siswa mngerjakan proyek sehingga proyek dapat dikerjakan dengan baik, (4) siswa dapat mengerjakan proyek dengan membaca petunjuk yang ada pada LKS dan dapat menyelesaikan proyek tepat waktu, (5) adanya interaksi siswa dan siswa dan antara siswa dan guru lebih meningkat. Hal ini terlihat pada saat melakukan kegiatan proyek. Selain dengan memberikan bimbingan, guru juga memberikan arahan bahwa kegiatan proyek yang dilakukan berkaitan dengan kejadian alam yang terjadi di lingkungan. Interaksi siswa dalam kelompok lebih kondusif. Berdasarkan refleksi dari siklus II, penerapan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga secara signifikan. Hal ini berarti aktivitas belajar dan hasil belajar telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya, sehingga penelitian dihentikan. Untuk mengetahui persentase dan kualitas peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmingga yang signifikan dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
53,13 53,16 53,23
Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah 53,17. Persentase tingkat aktivitas belajar pada siklus II adalah 83,08%. Selanjutnya, persentase ini dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat aktivitas belajar pada siklus II berada pada rentangan 80 ≤ M < 90 dengan kategori aktif. Kualitas peningkatan keberhasilan aktivitas belajar pada siklus I dengan siklus II sebesar 0,50. Tindakan yang diberikan berhasil karena peningkatan hasil belajar mencapai predikat sedang. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 16,84. Persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus II adalah 84,20%. Selanjutnya, persentase ini dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus II berada pada rentangan 80 ≤ M < 90 dengan kategori tinggi. Kualitas peningkatan keberhasilan hasil belajar IPA pada siklus II dengan siklus II sebesar 0,42. Tindakan yang diberikan berhasil karena peningkatan hasil belajar mencapai predikat sedang. Temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II adalah (1) secara umum, proses
Tabel 3 Ringkasan Persentase Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar IPA Pesentase Kategori Tahap Aktivitas Hasil Belajar IPA Aktivitas Belajar Hasil Belajar IPA Belajar Siklus I 66,36% 72,58% Cukup Aktif Sedang Siklus II 83,08% 84,20% Aktif Tinggi Tabel 4 Ringkasan Kualitas Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar IPA Kriteria Peningkatan Predikat Perbandingan Aktivitas Hasil Belajar Aktivitas Belajar Hasil Belajar IPA Belajar IPA Siklus I dan 0,50 0,42 Sedang Sedang Siklus II 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Pembahasan Aktivitas Belajar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II. Pada awal kegiatan, siswa mengamati video pembelajaran dengan memerhatikan, mengamati, mendengarkan, dan mencatat hal-hal yang penting yang terdapat dalam video pembalajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Penggunaan media video pembelajaran dapat menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan minat dalam belajar. Selain itu, siswa bersungguh-sungguh dalam mengamati media video pembelajaran, berani bertanya, dan mengemukakan pendapat sesuai dengan video pembelajaran yang diamati, sehingga penggunaan media video pembelajaran dapat membantu siswa untuk terlibat secara fisik dan emosional dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan peranan media video pembelajaran yang dinyatakan oleh Mahadewi, dkk (2006:7) bahwa “tayangan audio visual yang disajikan melalui video pembelajaran merangsang siswa untuk memerhatikan video dengan seksama, karena membutuhkan keterlibatan fisik dan emosional siswa, sehingga siswa lebih berminat untuk mengikuti proses pembelajaran”. Dengan demikian, penggunaan media video pembelajaran dapat membantu siswa belajar melakukan berbagai aktivitas yang terdapat dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran project based learning, memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif melakukan berbagai aktivitas belajar. Aktivitas yang dilakukan siswa, yaitu memilih proyek, merencanakan proyek, melakukan percobaan, diskusi kelompok, membuat laporan, dan mempersentasikan laporan. Aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi siswa. Potensi yang dimiliki siswa dapat lebih aktif dan teroptimalkan karena tidak hanya potensi intelektual yang dikembangkan, tetapi juga fisik, emosi, dan sosial, sehingga dapat
mendorong siswa melakukan berbagai aktivitas selama proses pembelajaran. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Kosasih (2014) yang menyatakan pembelajaran project based learning memfokuskan pada aktivitas siswa dalam pengumpulan informasi, setiap potensi yang dimiliki siswa dapat dikembangkan melalui berbagai aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Suasana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning memunculkan interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, mendorong siswa melakukan berbagai aktivitas belajar. Interaksi tersebut mendukung kelancaran proses pembelajaran. Siswa menunjukkan antusias yang tinggi dalam proses pembelajaran. Antusias siswa ditunjukkan dengan bersungguh-sungguh melakukan berbagai aktivitas belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Guru hanya memfasilitasi siswa agar aktif melakukan berbagai aktivitas belajar. Keaktifan ini memunculkan keberanian siswa untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan memberikan saran, sehingga interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran dapat mengubah perilaku siswa. Siswa yang awalnya tidak berani melakukan beberapa aktivitas menjadi lebih berani untuk melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Burton (dalam Rusman, 2015:14) yang menyatakan “perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya”. Dengan demikian, siswa dapat melakukan berbagai aktivitas melalui interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa yang aktif melakukan aktivitas belajar diberikan reward secara verbal dan nonverbal. Siswa antusias dan merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa aktif melakukan berbagai aktivitas belajar. Reward yang diberikan dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, dan kebermaknaan dapat menarik perhatian siswa, sehingga dapat 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 meningkatkan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Dalam situasi tersebut, setiap siswa terangsang dan termotivasi untuk belajar melakukan berbagai aktivitas. Motivasi ini, memunculkan perilaku yang produktif selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku yang produktif dapat mengaktifkan siswa melakukan berbagai aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku produktif yang dibina dengan baik dapat muncul kembali pada setiap proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyasa (2008) yang menyatakan bahwa pemberian reward secara verbal dan nonverbal bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan aktivitas belajar, serta membina perilaku yang produktif. Dengan demikian, pemberian reward dapat memunculkan respon siswa selama proses pembelajaran dan dapat mengulang kembali respon tersebut.
terkait dengan materi pelajaran. Kegiatan mengamati video pembelajaran dapat memudahkan siswa mengumpulkan informasi terkait dengan materi yang akan dipelajari, sehingga dapat membantu siswa belajar dengan baik. Selain itu, siswa mudah memahami materi yang dipelajari. Penggunaan media video pembelajaran tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga konsep yang abstrak menjadi konkret. Siswa dapat mengamati peristiwa yang sudah terjadi pada waktu lampau dan peristiwa yang terjadi pada saat ini. Siswa juga dapat mengamati benda-benda atau peristiwa secara langsung, sehingga siswa tidak perlu membayangkan benda-benda atau peristiwa yang berkaitan dengan materi pelajaran. Media video pembelajaran dapat membantu siswa memperjelas suatu konsep dan dapat memahami materi pelajaran, sehingga konsep yang diterima siswa tidak terlalu abstrak yang menyebabkan salah tafsir bagi siswa dalam pemaknaannya. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Mahadewi, dkk (2006:7) yang menyatakan bahwa “suatu konsep yang abstrak atau tidak bisa dihadirkan ke kelas secara langsung, dapat diatasi melalui sajian media video pembelajaran sehingga konsep yang diterima siswa menjadi jelas dan mudah dipahami siswa”. Dengan demikian, siswa dapat belajar dari mengamati media video pembelajaran dan membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Penerapan model pembelajaran project based learning, siswa diajak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa merancang proyek yang akan dikerjakan. Dalam merencanakan proyek, siswa memilih proyek yang akan dikerjakan. Berdasarkan proyek pilihanya, siswa menentukan sendiri rancangan proyek dan menyiapkan alat dan bahan yang berkaitan dengan proyek. Kegiatan merancang proyek dapat membantu siswa mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kegiatan belajar berbasis proyek yang dilakukan oleh siswa sendiri, lebih cepat dimengerti siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang diberikan secara ceramah terkait materi pelajaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan
Hasil Belajar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga dari siklus I ke siklus II. Pada awal kegiatan, siswa mengamati video pembelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran. Ketika video pembelajaran diputar, siswa tertarik untuk mengamati video pembelajaran. Dengan sajian materi melalui video pembelajaran, siswa mengamati, memperhatikan, membaca, dan mencatat hal-hal penting yang terdapat pada video pembelajaran. Melalui kegiatan mengamati siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Kegiatan mengamati merupakan salah satu cara untuk membantu siswa belajar. Untuk itu, bimbingan guru sangat diperlukan, sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Albert Bandura (dalam Sani, 2014a:35) yang menyatakan bahwa “peseta didik belajar melalui pengalaman atau berdasarkan apa yang mereka amati”. Siswa dapat belajar dari mengamati video pembelajaran yang 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 bahan dan pengalaman kerja, mendorong siswa melaksanakan proyek dan memotivasi siswa agar tetap semangat melaksanakan proyek. Kegiatan belajar berbasis proyek dapat membantu siswa memahami materi yang dipelajari, sehingga siswa dapat memaknai materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jollife (dalam Rusman, 2015) yang menyatakan bahwa siswa aktif mencari konsep yang yang mudah dipahami melalui kegiatan belajar berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan siswa melalui kegiatan merencanakan proyek dan melaksanakan penelitian. Siswa secara otonomi membangun pengetahuan yang mereka miliki sendiri. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kamayani (2014) yang menyatakan bahwa keberhasilan penelitian disebabkan oleh pembelajaran project based learning yang berpusat pada siswa dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat siswa menjadi lebih otonomi, sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran siswa diberikan kesempatan melakukan percobaan atau investigasi mengenai materi yang dipelajari. Siswa dapat melakukan percobaan sesuai dengan proyek yang ditentukan secara berkelompok. Pada siklus I siswa masih mengunggu instruksi dalam melakukan percobaan, sedangkan pada siklus II siswa dapat melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS. Percobaan atau investigasi yang dilakukan siswa, dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Dengan melakukan percobaan siswa tidak membayangkan contoh-contoh dari materi yang dipelajari. Siswa mendapatkan pengetahuan berupa fakta, sehingga memudahkan siswa membentuk informasi menjadi pengetahuan. Belajar melalui percobaan atau investigasi dapat membantu siswa menerapkan pengetahuan yang dimiliki, sehingga siswa memperoleh
kebermaknaan atau manfaat yang bisa dirasakan secara langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cooper (dalam Rusman, 2015) yang menyatakan bahwa peserta didik menginterpretasikan informasi sesuai dengan realitas personal dan belajar melalui percobaan atau investigasi, observasi, proses, dan membentuk informasi menjadi pengetahuan. Melalui kegiatan percobaan atau investigasi siswa aktif mengkontruksi pengetahuannya. Dengan demikian, kegiatan percobaan atau investigasi dapat membatu siswa belajar untuk membangun pemahamannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) yang menyatakan bahwa keberhasilan penelitian yang dilakukan disebabkan adanya pemberian kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkan kegiatan interaksi dan tanggung jawab siswa dalam kegiatan berkelompok menyelesaikan tugas proyek, melalui percobaan-percobaan yang juga berkaitan dengan materi yang dipelajari. Selain itu, proses pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa (student center), siswa juga menjadi aktif baik dalam individu maupun kelompok. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara membentuk kelompok belajar, mulai dari mendiskusikan materi, melakukan proyek, dan membuat laporan proyek. Pada siklus I kelompok yang dibentuk tidak heterogen sehingga diskusi kelompok tidak berjalan dengan baik. Hal ini berdampak pada pembuatan laporan proyek, hanya beberapa siswa yang mengerjakan laporan proyek dalam 1 kelompok. Pada siklus II kelompok dibentuk secara heterogen sehingga diskusi kelompok berjalan lancar. Setiap anggota kelompok dapat mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembuatan laporan proyek, seluruh anggota kelompok dapat mengerjakan laporan dengan baik. Setiap siswa memiliki karakteristik sendirisendiri yang berbeda satu dengan yang lain, sehingga harus dikolaborasikan dalam satu kelompok. Menurut Davies (dalam Rusman, 2015:37) “setiap siswa belajar menurut temponya sendiri dan untuk setiap kelompok umur variasi kecepatan belajar”. Kesadaran siswa satu dengan siswa lain berbeda akan membantu siswa 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri, sehingga siswa perlu belajar secara berkelompok. Siswa belajar secara berkelompok dapat bertanggung jawab dalam mengumpulkan dan mengelola informasi, sehingga siswa mudah untuk memahami materi. Selain itu, siswa juga dapat berbagi pengetahuan yang dimiliki dengan siswa yang lain. Hal ini dapat membantu siswa memecahkan masalah yang terjadi selama proses pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran project based learning yang dinyatakan oleh Abidin (2014) bahwa siswa secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, siswa dapat belajar secara berkelompok untuk mencapai tujuan bersama, sehingga dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki. Kegiatan pembelajaran project based learning memberikan kesempatan kepada siswa mempersentasikan laporan secara berkelompok. Siswa mempresentasikan laporan dengan sistematis, percaya diri, suara terdengar jelas. Siswa yang tidak persentasi dapat mendengarkan persentasi dengan baik. Kegiatan mempersentasikan laporan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk dapat menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif. Kegiatan seperti itu, dapat mendorong siswa untuk mengambil informasi bagi siswa yang mendengarkan persentasi, dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki bagi siswa yang melakukan persentasi, sehingga siswa dapat mengkontruksi informasi secara mandiri. Selain itu, melalui kegiatan persentasi siswa dapat menunjukkan tingkat penguasaannya terhadap materi yang dipelajari dan keterampilan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan Abidin (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran project based learning melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki serta meningkatkan keterampilan komunikasi. Dengan demikian, siswa
belajar untuk membangun pemahamannya melalui kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dalam hal ini yang aktif mengelola informasi adalah siswa, sehingga siswa memiliki kebermaknaan terhadap materi yang dipelajari. Situasi pembelajaran yang terjadi di kelas menunjukkan berbagai aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Kelas didominasi oleh siswa untuk melakukan berbagai aktivitas belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar, seperti membaca buku, memperhatikan penjelasan guru, mendengarkan persentasi kelompok lain, tanya-jawab, mengemukakan pendapat, memberikan saran, mengamati media video pembelajaran, dan mengikuti setiap tahap proses pembelajaran. Kegiatan belajar yang tidak berpusat pada guru dan siswa sungguh-sungguh melakukan aktivitas belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam situasi seperti itu, siswa dituntut untuk dapat mengumpulkan, mengolah, dan menyampaikan informasi terkait dengan materi yang dipelajari. Siswa dapat menumbuhkembangkan pemahanan terhadap konsep yang dipelajari. Guru menciptakan pembelajaran yang konkret melalui aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Aktivitas belajar ini membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan belajar baru. Dengan pengetahuan dan keterampilan belajar baru yang diperoleh siswa dapat memahami materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhana (2014) menyatakan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah bagi peserta didik untuk menumbuhkembangkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dengan demikian, siswa belajar melalui aktivitas belajar untuk membangun pemahaman terhadap konsep yang dipelajari. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dengan adanya peningkatan aktivitas belajar secara klasikal yang dilakukan dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 66,37% berada pada kategori cukup aktif. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II sebesar 83,08% dengan kategori aktif. Kualitas peningkatan aktivitas belajar siklus I ke siklus II sebesar 0,50 dengan predikat sedang. Hal ini berarti tindakan yang diberikan sudah berhasil. 2. Penerapan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar IPA secara klasikal yang dilakukan dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 72,58% berada pada kategori sedang. Persentase rata-rata hasil belajar IPA pada siklus II sebesar 84,03% dengan kategori tinggi. Kualitas peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 0,44 dengan predikat sedang. Hal ini berarti bahwa tindakan yang diberikan sudah berhasil. Berdasarkan simpulan di atas, maka disampaikan saran kepada siswa agar berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Guru SD hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran project based learning berbantuan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA sebagai suatu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Kepala sekolah, hendaknya berupaya meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa, sehingga dapat bersaing dalam kompetensi antarsekolah. Peneliti lain agar meneliti aspek lain yang diduga memiliki konstribusi terhadap konsep, teori, dan model-model pembelajaran di sekolah dasar.
Agustiana, I Gusti Ayu Tri dan I Wayan Tika. 2013. Konsep Dasar IPA Aspek Fisika dan Kimia. Yogjakarta: Ombak. Dewi, Ni Kt Nik Sandi. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Proyek Based Learning) terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD N 8 Banyuning”. Tersedia pada: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.ph p/JJPGSD/article/viewFile/674/548. Diakses, 06 Januari 2016. Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pegembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kamayani, I.A. Diah. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Berbantuan Media Tiga Dimensi Terhadap Hasil Belajar IPA di SD Gugus IX Kecamatan Buleleng”. Tersedia pada: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.ph p/JJPGSD/article/viewFile/800/673. Diakses, 06 Januari 2016. Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. Mahadewi, Luh Putu Putrini, dkk. 2006. Media Video Pembelajaran. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sani, Ridwan Abdullah. 2014a. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta PT Bumi Aksara. -------. 2014b. Inovasi Pembelajaran. Jakarta PT Bumi Aksara. Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama. 11