e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA Ni Ketut Alit Aryani1, Ni Wayan Arini2, Ketut Pudjawan3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi/evaluasi, dan tahap refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal yang berjumlah 13 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman. Data keterampilan membaca pemahaman siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa pada siklus I sebesar 73,08, tergolong pada kategori “sedang” dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 61,54%, tergolong pada kategori “tidak tuntas”. Pada tindakan siklus II nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa mengalami peningkatan menjadi 81,15, tergolong pada kategori “tinggi” dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 84,62%, tergolong pada kategori “tuntas”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Membaca permainan bahasa.
pemahaman,
Teams
Games
Tournament
(TGT),
Abstract This study aimed at improving reading comprehension skill of fourth grade students in SD Negeri 3 Banjar Tegal, Buleleng District , Buleleng regency in the academic year 2015/2016 through the implementation of Teams Games Tournament (TGT) learning model supported by completing story language games. This research was a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consisted of four stages, namely the planning, action, observation / evaluation and reflection. The subjects of the study were fourth grade students of SD Negeri 3 Banjar Tegal which consisted of 13 people. The object of this study was the reading comprehension skill. The data of students' reading comprehension skill were collected through test method. The collected data were analyzed by quantitative descriptive analysis. The results of data analysis showed that the average value of reading comprehension skill of students in the first cycle was 73.08 which belonged to “moderate” category. The learning completeness percentage was 61.54% which belonged to “not complete" category. In the second cycle of the average value of reading comprehension skills of students increased into 81.15 which belonged to “high" category. The learning completeness percentage was 84.62% which
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 belonged to"complete" category. Based on these study, it can be concluded that the application of Teams Games Tournament (TGT) learning model with completing story language games can improve students' reading comprehension skill of fourth class in SD Negeri 3 Banjar Tegal, Buleleng District , Buleleng regency in the academic year 2015/2016. Key words: reading comprehension, Teams Games Tournament (TGT), language game.
PENDAHULUAN Perubahan paradigma dalam pendidikan pada dasarnya adalah melakukan tindakan yang berbeda berdasarkan pola pikir yang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Pendidikan menjadi kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat. Namun kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan permasalahan-permasalahan pendidikan. Sanjaya (2009) menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi pendidikan saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran karena proses pembelajaran di sekolah diarahkan untuk mengingat informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran seperti itu menyebabkan pengembangan potensi, karakter, dan kemampuan berpikir siswa seperti kemampuan pemecahan masalah, pemikiran kreatif dan inovatif belum optimal. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa SD adalah keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD). Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD dan harus segera dikuasai oleh para siswa SD karena keterampilan ini berkaitan langsung dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku-buku pelajaran, dan sumber-sumber belajar tertulis. Akibatnya kemajuan belajar siswa juga lamban jika dibandingkan dengan siswa-siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan selama kegiatan PPL-Real terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia, ditemukan beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa Kelas IV di SD Negeri 3 Banjar Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016 sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran belum optimal. Pembelajaran justru tidak diorientasikan pada aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran terkesan membosankan. Kedua, jarang dilakukan kegiatan yang memotivasi siswa untuk belajar seperti diselipkan kegiatan permainan dalam proses pembelajar. Guru cenderung enggan melaksanakan kegiatan permainan dalam proses pembelajaran karena menganggap hanya akan menyita banyak waktu sehingga materi tidak akan terselesaikan. Ketiga, hasil pemantauan di kelas selama proses pembelajaran nampak kefasihan dalam membaca kurang lancar, pelafalan, dan intonasi dalam membaca belum tepat. Hal itu menunjukkan siswa kurang memiliki minat dalam membaca. Hasil observasi yang telah dilakukan diperkuat dengan hasil wawancara bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tanggal 11 Januari 2015. Beliau mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan yang 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
beliau hadapi selama mengajar Bahasa Indonesia adalah kurangnya kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi bacaan. Selain itu, siswa cenderung pasif dan cepat merasa bosan dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa juga kesulitan dalam menjelaskan kembali isi baacan yang telah mereka pelajari. Siswa sulit berkonsentrasi, mereka lebih suka mencorat-coret buku, atau bercanda dengan teman sebangkunya.
Keadaan ini mengakibatkan rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa. Rendahnya kemampuan membaca siswa terlihat dari hasil pencatatan dokumen yang diperoleh dari guru Bahasa Indonesia. Pencatatan dokumen tersebut berupa nilai hasil ulangan harian bahasa Indonesia pada materi membaca yang disajikan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1. Nilai Keterampilan Membaca Semester Ganjil Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016 Aspek Keterampilan Membaca
Siswa kelas IV
Nilai Rata-Rata Tertinggi Nilai Rata-Rata Terendah Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa belum tuntas
82,00 52,00 5 8
Berasarkan Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa siswa yang belum tuntas dalam keterampilan membaca lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tuntas. Hal itu juga menunjukkan ketuntasan klasikal siswa masih di bawah ketentuan yaitu baru mencapai 46,15%. Untuk mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman di SD salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur peminan. Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan yang sehat dan keterlibatan belajar. Menurut Slavin (2010) kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut: 1) Model TGT dapat menambah rasa tanggung jawab perorangan siswa
dalam individu dan tim, 2) Permaianan akademik dalam pembelajaran melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, 3) Peserta didik akan menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena guru akan memberikan suatu penghargaan, 4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat yang akan dilaksanakan dalam sebuah permainan. Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Menurut Sugiarsih (2010) permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa yang tidak dikenali sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuat sampai mampu melakukan. Melalui bermain anak juga berkesempatan untuk mengambangkan kemampuan nalarnya, karena melalui permainan anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Dengan demikian seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yang nantinya dijadikan landasan dasar pengetahuannya dalam proses belajar berikutnya di kemudian hari. Kelebihan permainan bahasa melengkapi cerita adalah sebagai berikut. 1) Siswa lebih aktif dalam berpikir dan mengolah sendiri informasi yang diberikan dengan kadar proses mental yang lebih tinggi. 2) Kegiatan belajar lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada siswa. 3) Pembentukan semangat kebersamaan, kerja sama, dan saling menghargai pendapat sesama anggota dalam kelompok. 4) Siswa lebih dikenalkan pada kompetisi yang sehat dalam mencapai tujuan. 5) Menambah tingkat penghargaan pada diri siswa maupun kelompok. 6) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 7) Dapat menghindarkan cara belajar tradisional, yaitu cara belajar yang memusatkan guru sebagai sumber belajar. 8) Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga tahan lama dalam ingatan. Berdasarkan teori-teori di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV di SD Negeri 3 Banjar Tegal melalui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi tindakan, dan refleksi tindakan. Siklus tersebut dapat digambarakan sebagai berikut. Gambar 1. Siklus Penelitian Refleksi
Perencana
awal
an tindakan I SiklusI
Refleksi I Pelaksana an tindakan I
Observasi/Eva luasi I
Perencanaan tindakan II
Pelaksana an tindakan II Siklus II
Refleksi II
Observasi/Eval uasi II
Rekomend asi (Sumber: Diadaptasi dari Kemmis dan Taggart dalam Sukardi, 2003)
Tahap tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut. 1) Kegiatan refleksi awal, kegiatan ini dilakukan guna untuk mengidentifikasi suatu masalah serta keluhan-keluhan yang dialami siswa maupun guru di SD Negeri 3 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 3 Banjar Tegal, permasalahan yang terjadi adalah rendahnya keterampilan membaca pemahaman kelas IV. Hal ini disebabkan karena: a) Proses pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered), sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran belum optimal. b) Jarang dilakukan kegiatan yang memotivasi siswa, seperti diselipkan kegiatan permainan dalam proses pembelajaran. c)
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (classroom action research), bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV di SD Negeri 3 Banjar Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal yang berjumlah 13 orang siswa. Dipilihnya siswa kelas IV sebagai subjek penelitian karena siswa inilah yang mengalami masalah dalam keterampilan membaca pemahaman. Objek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman siswa.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Kefasihan dalam membaca kurang lancar, pelafalan, dan intonasi dalam membaca belum tepat. 2) Tahap Perencanaan, beberapa persiapan yang dilaksanakan dalam perencanaan adalah a) Bersama guru menganalisis silabus tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dipelajari siswa pada pelaksanaan tindakan. b) Bersama guru menjabarkan materi pembelajaran menjadi sub-sub materi. c) Bersama guru merumuskan indikator hasil belajar. d) Bersama guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan sintaks TGT untuk pokok bahasan yang telah ditentukan. e) Bersama guru merancang instrumen perangkat pembelajaran seperti tes akhir siklus, dan format penilaian. f) Bersama guru menentukan cerita-cerita yang menarik yang diberikan kepada siswa sebagai bahan permaianan. g) Bersama guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 orang. h) Bersama guru menyiapkan pembahasan jawaban semua tes yang akan digunakan dalam penilaian pada proses pembelajaran. i) Bersama guru melaksanakan kegiatan sosialisai dan pengenalan terhadap rencana penerapan model pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita serta menyampaikan materi yang akan di bahas pada masingmasing siklus. 3) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti akan mengadakan perkenalan dengan siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal yang menjadi subjek penelitian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dan peneliti berinteraksi dalam proses pembelajaran, Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan secara berkolaborasi antara peneliti dengan guru kelas. Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yaitu 3 kali kegiatan pembelajaran dan 1 kali kegiatan evaluasi. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan RPP yang telah disusun. Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament
yang sudah dikombinasikan dengan permainan bahasa melengkapi cerita yang akan diterapkan, yaitu sebagai berikut. a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama guru. b) Membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Teams Games Tournament berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita. c) Membimbing siswa yang kurang mampu mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament. d) Melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran. 4) Observasi/Evaluasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung sampai pembelajaran tersebut berakhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang pengelolaan kelas dan kekurangan yang mungkin terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Observasi dilaksanakan dengan mencatat kendala-kendala dan masalah-masalah yang dialami pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari kegiatan observasi ini merupakan dasar dilakukannya refleksi. Selanjutnya pada akhir siklus akan dilakukan evaluasi tes keterampilan membaca pemahaman. Berbentuk evaluasi berupa tes pilihan ganda yang disesuakani dengan materi yang telah diajarkan, hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar kemampuan membaca pemahamansiswa setelah melalui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melangkapi cerita. 5) Refleksi dilaksanakan untuk mengkaji hasil tindakan mengenai keterampilan membaca pemahaman. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada dasarnya pelaksaan silkus II dilaksanakan tahapan kegiatan yang 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
sama dengan siklus I, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan disesuaikan dengan perbaikan dari hasil refleksi siklus I. kemudian, observasi dari tindakan tersebut direfleksi secara keseluruhan terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus II untuk menganalisis dan membuat suatu kesimpulan terhadap pelaksanaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV di SD Negeri 3 Banjar Tegal.
lainnya mendapat nilai di bawah KKM. Dari data tersebut didapatkan ketuntasan belajar klasikal keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 2 Banjar Tegal pada siklus I, yaitu mencapai 61,54% pada kategori “tidak tuntas” sedangkan kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah mencapai ketuntasan 80% dari jumlah siswa. Oleh karena itu, tindakan pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sehingga perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan tindakan siklus I, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut. a) Siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita, karena sebelumnya siswa lebih sering belajar menggunakan model konvensional. Saat diperkenalkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) beberapa siswa masih terlihat kebingungan. b) Siswa kurang disiplin dalam kegiatan kerjasama kelompok dan beberapa siswa masih terlihat pasif dalam kegiatan diskusi kelompok. c) Siswa masih ragu-ragu ketika mengemukakan pendapatnya, bertanya kepada guru, serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru karena takut salah. d) Siswa belum mampu menyimpulkan pembelajaran dengan baik Selain beberapa kendala yang ditemui selama pelaksanaan tindakan siklus I, terdapat beberapa kelebihan setelah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (tgt) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita, yaitu sebagai berikut. a) Siswa menjadi lebih antusias dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena mereka diajak bermain sambil belajar. Selain itu, dengan adanya pemberian reward mereka menjadi terpacu untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan pada saat kegiatan tournament. b) Setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi keterampilan membaca pemahaman siswa. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam satu minggu diajarkan dalam 2 kali pertemuan yang dilaksanakan setiap hari Selasa dan Rabu, setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Data hasil belajar keterampilan membaca pemahaman siswa dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda (objektif). Tes terdiri dari 20 soal dengan penskoran apabila benar akan mendapat skor 1 di setiap soal dan apabila salah atau tidak menjawab akan mendapatkan skor 0. Berdasarkan data hasil belajar pada siklus I, menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa secara keseluruhan adalah 73,08. Nilai rata-rata tersebut memang telah memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu 70, tetapi belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang harus dicapai minimal adalah 80. Dari 13 orang siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal, 8 orang siswa sudah memenuhi target KKM yang ditentukan sekolah, sedangkan 5 siswa 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
untuk mewakili kelompoknya dalam tournament, sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran karena mereka dituntut untuk maju mewakili kelompoknya dalam tournament. Kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan acuan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Hasil observasi berupa kendala-kendala tersebut kemudian didiskusikan dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV untuk dicarikan solusinya. Adapun solusi yang didapatkan dalam rangka memperbaiki kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut. a) Siswa diberikan penjelasan tentang bagaimana proses pembelajaran yang menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita, sehingga saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah tidak lagi merasa kebingungan. b) Siswa diberikan motivasi agar tidak pasif dalam proses diskusi kelompok dan guru juga memberi penjelasan bahwa semua anggota kelompok akan mendapatkan giliran untuk maju ke meja tournament dan mengikuti games yang telah disiapkan oleh guru. Jika mereka tidak ikut diskusi otomatis mereka tidak akan bisa menjawab pertanyaan pada saat games berlangsung. c) Siswa diberikan motivasi oleh guru agar rasa percaya diri dan keberanian mereka akan meningkat dalam mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru, dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. d) Siswa diberikan bimbingan dalam menyimpulkan dengan memberikan pertanyaan arahan. Hal ini dilakukan sampai siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep yang telah dipelajari. Refleksi yang telah dilaksanakan tersebut kemudian digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan pada siklus II. Refleksi siklus I diharapkan akan mampu memeperbaiki proses pembelajaran pada siklus II dan mampu mencapai target kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Penelitian lalu dilanjutkan ke siklus II. Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus II, menunjukkan bahwa hasil belajar
yang diperoleh siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu untuk rata-rata hasil belajar minimal 80 dan ketuntasan klasikal minimal 80% dari keseluruhan siswa. Data di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar keterampilan membaca pemahaman siswa secara keseluruhan adalah 81,15. Nilai rata-rata tersebut telah memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu 70. Selanjutnya dari13 orang siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal, 11 orang siswa sudah memenuhi target KKM yang ditentukan sekolah, hanya 2 siswa saja yang mendapat nilai di bawah KKM. Sehingga dari data tersebut didapatkan presentase ketuntasan belajar klasikal keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal pada siklus II, yaitu mencapai 84,62% pada kategori “Tuntas”. Oleh karena itu, hasil belajar keterampilan membaca pemahaman siswa di kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal setelah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita pada siklus II telah berhasil mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama dilaksanakan tindakan pada siklus II, kendala yang dihadapi pada siklus I sudah dapat diatasi pada pelaksanaan siklus II. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa, serta pembelajaran berlangsung dengan baik. Adapun temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. a) Secara umum, pelaksanaan tindakan siklus II sudah dapat berjalan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah direncanakn siswa terlihat sudah mulai terbiasa belajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita. Sehingga hasil belajar ketarampilan membaca pemahaman siswa yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. b) Pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa terlihat lebih disiplin dalam kerjasama kelompok, selain itu siswa menjadi lebih fokus dalam pembelajaran. c) Siswa mulai 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
lebih berani serta lebih percaya diri baik dalam mengemukakan pendapat, bertanya serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. d) Pada pelaksanaan tindakan siklus II siswa sudah mampu menyimpulkan pembelajaran dengan baik dengan bimbingan guru. Berdasarkan refleksi dari siklus II, penerapan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV di SD Negeri 3 Banjar Tegal. Hal ini berarti bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dinyatakan berhasil dan siklus tidak dilanjutkan kembali. Hasil evaluasi peningkatan keterampilan membaca pemahaman selama dua siklus sudah berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Untuk itu, peningkatan persentase ketuntasan belajar keterampilan membaca pemahaman siswa dengan metode tes pada siklus I dan siklus II ditampilkan dalam grafik polygon berikut ini.
Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan temuan mengenai hasil belajar keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV semester genap SD Negeri 3 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016. Pembahasan ini menyangkut tentang hasil belajar keterampilan membaca pemahaman. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II setalah pemerapan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengakapi cerita. Adanya peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut. Pertama, penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang telah dilaksanakan dapat menimbulkan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa dalam memecahkan masalah, berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa diajak untuk memahami materi pelajaran melalui sebuah permainan yang menyenagkan. Temuan dalam penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Veloo dan Chairhany (2013) yang berjudul fostering students’ attitudes and achievement in probability using Teams-Games-Tournaments yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menciptakan lingkungan belajar yang aktif dalam memecahkan latihan, dan diskusi antara siswa. Dengan demikian, proses belajar dapat berlangsung dengan baik karena siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari dan siswapun dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Suasana belajar yang menyenangkan dan tumbuhnya semangat belajar siswa ini diakibatkan oleh adanya kegiatan tournament akademik yang
Keterampilan Membaca Pemahaman 100,00% 80,00% 60,00% PKB
40,00% 20,00% 0,00% Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Grafik Polygin Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Keterampilan Membaca Pemahaman Tiap Siklus Pembahasan
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
memacu siswa untuk bersaing secara sehat dalam menjawab kuis-kuis yang diberikan oleh guru. Setiap siswa akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk mewakili kelompoknya dalam mengikuti tournament sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2008: 163) bahwa Teams Games Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, para siswa akan berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memenangkan permaianan dan semua siswa ikut berperan aktif dalam tournament. Siswa yang telah berhasil menjawab kuis yang diberikan oleh guru akan mendapatkan poin dan reward dari guru. Dengan kegiatan tournament yang menyenangkan makan akan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, dapat membantu siswa untuk lebih santai namun tetap fokus dalam memahami materi pelajaran yang dibahas. Kedua, penggunaan media permaianan bahasa melengkapi cerita dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan keaktifan dan rasa ingin tahu siswa. Karena melalui sebuah permainan siswa dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarsih (2010) menyatakan “permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa yang tidak dikenali sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuat sampai mampu melakukan”. Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Salah satu permainan bahasa yaitu melengkapi cerita sebagai salah satu alat pembelajaran yang berupa kartu yang berisi kata yang digunakan dalam upaya meningkatkan mutu hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca. Ketiga, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok memberi pengaruh yang baik dalam memahami materi yang diajarakan. Siswa tidak lagi membeda-
bedakan temannya. Mereka sudah mampu bekerja sama dengan baik untuk bersaing memenangkan tournament. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang meningkat setelah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Temuan dalam penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salam, dkk (2015) yang berjudul Effects of using Teams Games Tournaments (TGT) Cooperative Technique for Learning Mathematics in Secondary Schools of Bangladesh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelompok eksperimen telah mengalami peningkatan hasil belajar matematika dibandingkan kelompok kontrol. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah siswa aktif bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran. Faktor yang terakhir adalah pemberian penghargaan atau reward. Suatu penghargaan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Reward yang diberikan dapat berupa tepuk tangan, pujian, ataupun pemberian hadiah khusus. Dalam penelitian ini, siswa diberikan penghargaan ketika mereka bisa menjawab kuis yang diberikan oleh guru berupa kertas warna yang berbentuk love atau kupu-kupu. Selain itu reward juga diberikan ketika siswa mau bertanya dan mengemukakan pendapat berupa tepuk tangan ataupun pujian. Hal ini dapat menjadikan siswa lebih percaya diri untuk menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Dengan pemberian reward yang demikian, dapat menciptakan suasana belajar yang menumbuhkan semangat belajar siswa dan tentunya siswa menjadi lebih antusias mengikuti proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Sanjaya (dalam Abimanyu, 2008), yang mengungkapkan bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan dengan baik oleh seseorang dapat diberi penguatan positif berupa penghargaan. Tujuannya adalah agar tingkah laku tersebut kembali dilakukan dan agar seseorang termotivasi untuk mencapai tingkah laku puncak yang diharapkan. 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Sehingga, mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
dan menerapkan suatu model pembelajaran yang dirasa tepat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Penggunaan media pembelajaran seperti permainan bahasa juga disarankan agar dapat membantu proses belajar mengajar sehingga memiliki kebermaknaan yang lebih kepada siswa. (3) Pengelola sekolah utamanya bagi kepala sekolah disarankan mampu membina dan mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di sekolah dasar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. (4) Bagi peneliti sebagai calon tenaga pendidik disarankan disarankan mampu menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan baik, sehingga ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan, pengalaman, dan kemampuan mengembangkan untuk meningkatkan hasil be;ajar keterampilan membaca pemahaman siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan permainan bahasa melengkapi cerita dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV di SD Negeri 3 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan pada data hasil belajar keterampilan membaca pemahaman yang diperoleh setelah dilaksanakan pemberian tindakan pada siklus I. Pada siklus I ratarata hasil belajar keterampilan membaca pemahaman siswa adalah 73,08 tergolong pada kategori ”sedang” dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 61,54% tergolong pada kategori “tidak tuntas”. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I belum mampu memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditentukan sehingga harus dilanjutkan ke siklus II. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, diperoleh rata-rata hasil belajar keterampilan membaca pemahaman siswa adalah 81,15 tergolong pada kategori ”tinggi” dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 84,62% tergolong pada kategori “tuntas”. Dari data tersebut telah diketahui adanya peningkatan hasil belajar keterampilan membaca pemahaman dari siklus I sampai siklus II dan telah memenuhi kriteria keberhasilan pelaksanaan penelitian ini. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Siswa agar mampu belajar mandiri, mengeksplorasi diri sendiri, mampu berpikir kreatif dan agar meningkatkan keaktifannya lagi dalam pembelajaran, sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil belajar dan lebih banyak menemukan dan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru. (2) Guru di SD agar lebih berinovasi dalam pembelajaran baik di kelas maupun lingkungan lainnya dengan cara memilih
DAFTAR PUSTAKA Salam, A., Hossain, A., & Rahman, S. 2015. Effects of using Teams Games Tournaments (TGT) Cooperative Technique for Learning Mathematics in Secondary Schools of Bangladesh. Tersedia pada: http://www.mojet.net/frontend/articl es/pdf/v03i03/v03i03-04.pdf. Diakses pada 11 Januari 2016. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.2008. Kencana Prenada Media Grup. Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning (Teori Riset dan Praktek). Terjemahan Narulita Yusron. Cooperative Learning: Theory,research, and practice. 2008. Bandung: Nusa Media. ----------. 2010. Cooperative Learning (Teori Riset dan Praktek). Edisi 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Terbaru Terjemahan Narulita Yusron. Cooperative Learning: Theory,research, and practice. 2010. Bandung: Nusa Media Sugiarsih, S. 2010. “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Makalah disajikan dalam Pengabdian pada Masyarakat di SD Negeri Bayat Klaten, September 2010. Sukardi, 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa Veloo, A. & Chairhany, S. 2013. Fostering students’ attitudes and achievement in probability using teams-games-tournaments. Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/S1877042813032552. Diakses pada 11 Januari 2016.
11