JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR BUSANA DI SMK NEGERI 8 MEDAN Armaini Rambe, Yudhistira Anggraini Prodi Pendidikan Tata Busana Jurusan PKK, FT, Unimed Email:
[email protected] [email protected] abstract The purpose of this research is to improve student learning outcomes in subjects with a fashion drawing using Model-Based Learning Portfolio. The research was conducted in SMK Negeri 8 Medan. This research is a class act that is carried out in two cycles. Subjects in this study were students of class XI Clothing 2 amounted to 36 people. Data was collected through tests, observations and questionnaires. Data was analyzed using descriptive analysis. The results of the analysis of the data obtained pre-test as early learning outcomes of students with 38.89% were completed with an average value of 56.79. Data post-test cycle I with an average value of 64.51 with 50% of students who meet the completeness. Meanwhile, the data posttest cycle II with an average value of student learning outcomes 78.81 with 83.33% of students who achieve a minimum completeness criteria (KKM). The data indicate that there is an increase in student learning outcomes of the post-test, the first cycle to post-test cycle II of 33.33%. Observations have shown an increase in the activity of students by 25%. (Cycle I 2,77,% 27.77% whereas the second cycle) with excellent assessment criteria. Keywords: Activity, Learning Outcomes, Learning Model, Drawing Fashion A. Pendahuluan Guru mempunyai peranan yang sangat menentukan, karena guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan. guru mempunyai tugas penting yaitu menentukan konsep pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah dan keadaan
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
1
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
siswa. Oleh sebab itu, guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu yang dicakup dalam suatu model pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru atau merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan taktik pembelajaran (Sanjaya,2008). Dari hasil wawancara awal pada guru bidang studi Menggambar Busana di SMK Negeri 8 Medan menyatakan bahwa di SMK Negeri 8 Medan masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau tradisional, yaitu proses pembelajaran hanya berorientasi pada memorisasi bahan-bahan pelajaran dan interaksi belajar mengajar yang berjalan secara searah. Fungsi dan peranan guru menjadi sangat dominan. Di lain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan guru. Ini menjadikan kondisi yang tidak proporsional. Guru sangat aktif, tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Selama ini siswa hanya diperlakukan sebagai obyek sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya. SMK Negeri 8 Medan merupakan Sekolah Menegah Kejuruan Pariwisata yang sudah berstandart internasional, sehingga SMK Negeri 8 Medan harus dapat menciptakan tenaga-tenaga yang siap pakai terutama di dunia industri. Hasil observasi yang dilakukan di SMK Negeri 8 Medan memiliki empat Program Keahlian, yaitu ; Tata Busana, Tata Boga, Tata Rias dan Perhotelan. Mata pelajaran Menggambar Busana merupakan salah satu mata pelajaran produktif di SMK Negeri 8 Medan Program Keahlian Tata Busana. Mata pelajaran Menggambar Busana diberikan pada siswa kelas XI Tata Busana materi pokok yang di pelajari adalah unsur-unsur gambar pada busana, prinsip-prinsip dasar busana, pelengkap busana dan busana modifikasi kebaya berdasarkan sumber ide. Pada busana modifikasi kebaya, siswa dituntut untuk membuat suatu hasil karya atau disain yang di dalamnya terdapat unsur, prinsip dan pelengkap busana. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mengajar di kelas adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa ini diukur selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Ujian semester, tugas dan juga tingkat kehadiran merupakan cara untuk
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
2
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
menentukan nilai dari hasil belajar. Rendahnya hasil belajar dapat dilihat dari nilai rata-rata dengan nilai yang telah disepakati oleh guru dan pihak sekolah melalui rapat dewan guru. Metode yang selama ini yang diterapkan adalah metode ceramah, demonstrasi dan pemberian tugas. Namun metode ini masih dirasakan belum mampu mendukung keberhasilan siswa dalam memperoleh mencapai taraf ketuntasan belajar yang diharapkan terutama ketika menggambar busana. Kelemahan ini sangat dirasakan ketika kemampuan siswa Menggambar Busana modifikasi kebaya berdasarkan sumber ide. Nilai akhir siswa menunjukkan hasil yang tidak memuaskan karena 15,6% siswa gagal dalam mata pelajaran Menggambar Busana. Rata-rata perolehan nilai mata pelajaran Menggambar Busana siswa kelas XI Tata Busana SMK 8 Medan satu tahun terakhir berturut-turut nilai taraf ketuntasan belajar < 6,5 (kurang), 7,00 – 7,90 ( cukup), 8,00 – 8,90 ( baik), 9,00 – 10 ( sangat baik) adalah 215.6% , 65.6% , 18.75% dan 0%. Penilaian hasil belajar tersebut masih belum optimal, karena pencapaian hasil belajar diharapkan memperoleh rata-rata 8,00 keatas atau dengan kategori baik. Pencapaian hasil belajar belum optimal karena selama ini mata pelajaran menggambar busana hanya disampaikan dengan model konvensional atau tradisional. Guru menyampaikan materi yang banyak dan teoritis sementara siswa hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan guru tanpa adanya aplikasi dari materi yang telah diberikan ke dalam disain atau bentuk sebenarnya. Menggambar Busana merupakan pelajaran yang membutuhkan keterampilan dan pemahaman yang serius oleh peserta didik, apalagi jika dikaitkan dengan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang ada dalam pelajaran tersebut. Sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan atau dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena penggunaan sistem pembelajaran yang yang kurang tepat yaitu peserta didik hanya diberi pengetahuan secara konvensional, sedangkan peserta didik membutuhkan konsep - konsep yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, Karena belajar Menggambar yang diberikan tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami dan dilatih keterampilan menggambarnya oleh peserta didik yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar menggambar busana akan lebih
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
3
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
bermakna jika peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya mengetahui secara lisan saja. Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu bentuk perubahan pola pikir peserta didik, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik untuk memahami teori secara mendalam melalui proses belajar praktikempirik. Model pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antarpeserta didik, antarsekolah, dan antaranggota masyarakat. Model pembelajaran berbasis portofolio ini diharapkan bisa menjadi pilihan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif serta membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk berkarya dengan menggunakan konsep dan keilmuan yang telah dimiliki. Dengan model pembelajaran berbasis portofolio, maka di harapkan siswa dapat lebih kreatif dalam menciptakan suatu karya karena memberikan keleluasaan kepada siswa selaku peserta didik untuk mencari dan mengumpulkan infomasi dari berbagai sumber terhadap mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) pada program keahlian menggambar busana dan dibuat dalam bentuk portofolio yang dimaksudkan untuk terjadinya keseimbangan pembelajaran antara teori dan praktek. Atas dasar kenyataan tersebut maka pembelajaran menggambar busana perlu menggunakan model pembelajaran yang inovatif, yakni model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru bertindak sebagai director of learning, yakni pihak yang mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar. Salah satu model pembelajaran yang mampu mengembangkan hal-hal tersebut adalah model pembelajaran berbasis fortofolio. Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran menggambar busana dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio pada materi pokok busana modifikasi kebaya di kelas XI Tata Busana 2 SMK Negeri 8 Medan TA. 2010/2011.
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
4
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
B. Kajian Pustaka 1. Model Pembelajaran Portofolio Menurut Fajar (2004), Portofolio berasal dari bahasa Inggris ‘portfolio’ yang artinya dokumen/surat-surat.dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. The Term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system (Arends, 1997). Dari pengertian tersebut kita dapat mengambil makna bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya dan sistem pengelolaannya. Portofolio diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis maupun adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik, Portofolio adalah bundel, yakni kumpulan/dokumentasi hasil pekerjaan siswa yang disimpan pada satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran siswa baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Portofolio seringkali disandingkan dengan pembelajaran maka dikenal dengan pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning, sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio based assesment) (Budimansyah, 2002). Model pembelajaran portofolio merupakan suatu bentuk dari praktik belajar Menggambar Busana, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Metode pembelajaran portofolio merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan kegiatan belajar siswa untuk aktif dan kreatif. Dalam hal ini siswa harus peka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dan ikut serta berusaha untuk mencari dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dengan cara-cara yang positif . Langkah-langkah metode pembelajaran portofolio, menurut Center For Civic Education (dalam Depdiknas, 2004), yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat 2. Memilih masalah untuk dikaji d kelas
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
5
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
3. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang dikaji didalam kelas 4. Membuat portofolio 5. Penyajian portofolio (Show Case) Bentuk portofolio dalam penelitian ini adalah berupa bundel, yakni kumpulan/dokumentasi hasil pekerjaan siswa yang disimpan pada satu bundel. Adapun isi dari bundel tersebut adalah: 1) Sumber Ide, berisi tentang gagas awal siswa untuk menciptakan suatu disain busana 2) Style, berisi tentang gaya busana yang akan dijadikan acuan untuk membuat suatu disain busana 3) Gagas warna, berisi tentang warna – warna yang akan di gunakan dalam pembuatan disan busana 4) Olah bahan, berisi tentang gambar-gambar olah bahan yang akan digunakan untuk membuat disain busana 5) Aksesoris, berisi tentang aksesoris yang sesuai dengan disain busana. 6) Disain utama, yaitu disain yang menjadi disain unggulan atau disain yang paling utama 7) Disain alternatif, yaitu disain cadangan Sumber ide, style, gagas warna, olah bahan, aksesoris, disain utama dan disain alternatif di buat dalam satu bundel portofolio. 2. Hasil Belajar Mata Pelajaran Menggambar Busana Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Hal ini karena melibatkan seluruh aspek mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam Menggambar Busana, segi kognitif dinilai dari tes diagnostik, berupa pilihan ganda yang sebelumnya materi telah dipelajari sebelumnya. Segi afektif, penilaian dilakukan dari sikap atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Segi psikomotorik, penilaian dilakukan dengan hasil karya berupa portofolio dan berupa tes dan kemampuan menggambar busana, pembuatan konsep disain dan pembuatan portofolio. Disain busana adalah rancangan model busana yang berupa gambar dengan mempergunakan unsur garis, bentuk, siluet, ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan menjadi busana. Disain busana terbagi 2 yaitu disain struktur dan disain dekoratif. Disain struktur adalah disain yang menunjukkan bagaimana konstruksi busana tersebut, bagaimana setiap bagian menyatu, bagaimana busana tersebut pas
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
6
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
dibadan dan bagaimana membuka dan menutup busana tersebut. Sedangkan disain dekoratif adalah disain yang menunjukkan pada nilai estetika busana dan dapat menunjang penampilan sipemakainya (lebih berfungsi untuk hiasan) dan tidak mempengaruhi pasnya (fit). Secara garis besar sumber ide dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) Sumber ide dari pakaian penduduk dunia atau pakaian daerah Indonesia; (2) Sumber ide dari benda-benda alam seperti bentuk dan warna dari tumbuh-tumbuhan, binatang, gelombang laut, bentuk awan dan bentuk-bentuk geometris; dan (3) Sumber ide dari peristiwa Nasional maupun Internasional misalnya: pakaian olahraga dari peristiwa Asian Games, ide pakaian upacara 17 Agustusan dll. Semua yang ada di sekitar kita, suatu peristiwa atau benda-benda dapat dipakai sebagai sumber ide untuk menciptakan desain busana (Chodijah & Wisri, 1982). Apabila mengambil salah satu sumber ide tersebut tidak perlu secara keseluruhan, melainkan dapat diambil pada bagian-bagian tertentu yang dianggap menarik atau memiliki kekhususan atau keistimewaan, misalnya warnanya, kemudian dikembangkan menjadi sesuatu yang diinginkan. Pendapat yang serupa dikemukakan Kamil (l986) bahwa untuk penciptaan desain yang baru dapat digunakan beberapa sumber, antara lain : (1) Sumber Sejarah dan Penduduk Asli; (2) Sumber dari Alam; (3) Sumber dari Pakaian Kerja. Akhirnya dapatlah dipahami bahwa kedua ahli di atas sependapat, apapun yang ada di alam ini termasuk kejadian alam bahkan sebuah lagu dapat menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan desain baru. Kebaya modifikasi berdasarkan sumber ide Indonesia memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya, dengan keanekaragaman suku bangsa yang ada dan masing-masing memiliki adat istiadat sendiri, membuat karya budaya Indonesia menjadi beragam. Salah satunya adalah kebaya, yang telah menjadi Busana Nasional. Menurut Danang (2008), kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung., batik atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni. Kebaya modifikasi adalah blus berlengan panjang yang dipakai sebelah luar kain atau sarung yang menutupi sebagian dari badan. Panjangnya sekitar panggul samapai lutut. Kebaya modifikasi dapat dibuat dari bahan katun yang berbunga atau polos, sutra, brokat, lace bahan sintetis, lurik dan organdi atau seluruh pinggirnya dihias
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
7
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
renda (Danang, 2008). Selanjutnya Kabarinews (1998), modifiakasi kebaya dilakukan pada leher, dibawah leher, dan lengan. Kebaya modifikasi biasa dipadu padankan dengan beberapa model celana dan rok. Dengan demikian kebaya modifikasi merupakan kebaya yang lebih modern, dengan meningkatkan kreasi melalui bahan, payet dan teknik jahit yang tinggi, sehingga menghasilkan kreasi kebaya yang mutakhir. Walaupun bentuk kebaya sudah dimodifikasi namun bentuknya tetap menunjukkan bahwa kebaya adalah busana tradisional khas Indonesia C. Metodologi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 8 Medan kelas XI Tata Busana 2 tahun ajaran 2010/2011. Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Januari 2011. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Tata Busana 2 SMK Negeri 8 Medan yang berjumlah 36 orang. Disain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Research). Pemilihan tindakan ini didasari oleh upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang berlangsung dalam tahapan siklus yang bermula dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan kembali pada perencanaan untuk tindakan. Prosedur tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah di desain dalam faktor yang telah diselidiki. Untuk dapat melihat kemampuan siswa dalam materi, sebelum dilaksanakan kegiatan belajar mengajar maka siswa diberikan tes hasil belajar (tes awal) dalam observasi awal. Teknik pengumpulan data dalam penlitian ini yaitu berupa tes, observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang selalu dipergunakan guru untuk mengevaluasi hasil belajar menggambar busana yaitu berupa pilihan berganda dan test kemampuan menggambar. Pemberian tes diberikan sebanyak 2 kali, yaitu tes diagnostik I pada siklus I dan tes diagnostik II pada siklus II. Selain itu pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Observasi dilakukan untuk mencermati kegiatan sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio. Pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan untuk menggali persepsi responden terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di sekolah. Wawancara juga digunakan untuk mengecek data lain yang sudah lebih dahulu
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
8
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
diperoleh. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara langsung sebelum dilaksanakannya siklus I, untuk mengetahui kesulitankesulitan belajar siswa dalam mempelajari kompetensi busana modifikasi kebaya dengan guru program keahlian menggambar busana dan di akhir siklus I, dilakukan pula wawancara dengan siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat portofolio. Wawancara yang di lakukan di fokuskan pada hasil kerja siswa. Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa laporan dalam bentuk portofolio, silabus, arsip data, penilaian dan sumber lainnya yang relevan. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes dan laporan hasil karya siswa. Tes terkait data hasil belajar dan laporan hasil karya siswa berupa portofolio siswa. D. Hasil Penelitian Data hasil penelitian terdiri dari hasil pretes, kemudian ditambah dengan nilai post tes untuk setiap siklus. Pretes dilakukan dalam bentuk tes diagnostic berupa pilihan ganda dan test kemampuan menggambar. Hasil pretes berfungsi untuk melihat kemampuan pengetahuan dan kemampuan mendesain awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan konsep desain busana, ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat konsep desain. sedangkan post test dilakukan dalam bentuk tes diagnostik berupa pilihan ganda dan tes kemampuan mendesain busana yang selanjutnya penilaian juga dilakukan pada portofolio siswa. Post tes dilakukan untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis portofolio pada mata pelajaran menggambar busana pada kelas XI SMK 8 Tata Busana 2. Adapun hasil perolehan nilai dan persentase siswa adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Busana Keterangan Tuntas Tidak Tuntas
Pretest 14 22
% 38,89 61,11
Jumlah Siswa Siklus I % Siklus II % 18 50 30 83,33 18 50 6 16,67
Dari tabel diatas menyatakan bahwa hasil perolehan nilai tes hasil belajar siswa meningkat dari post tes I dengan jumlah siswa yang tuntas 18 atau 50% dari jumlah seluruh siswa dan pada siklus II
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
9
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
meningkat menjadi 30 siswa atau 83,33% dari jumlah seluruh siswa. Peningkatan hasil belajar terjadi sebesar 12 orang atau 33,33%. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Observasi dilakukan tiap pertemuan dan diakumulasikan untuk setiap siklusnya. Berikut ini adalah skor rata-rata hasil observasi siswa oleh observer selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tabel.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Rentang Kriteria Siklus I Penilaian Penilaian Jumlah % Siswa 9 – 14 Tidak Baik 20 55,55 20 – 15 Cukup Baik 8 22,22 21 – 26 Baik 7 19,44 27 – 32 Sangat Baik 1 2,77
Siklus II Jumlah % Siswa 1 2,77 2 5,55 23 63,88 10 27,77
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa. Pada siklus I siswa yang melakukan aktivitas sangat baik sebanyak 1 orang atau 2,77% dan siswa yang melakukan aktivitas baik sebanyak 7 orang atau 19,44% sedangkan pada siklus II, siswa yang melakukan aktivitas sangat baik sebanyak 10 orang atau 27,77% dan siswa yang melakukan aktivitas baik sebayak 23 orang. Peningkatan aktivitas siswa dengan kriteria sangat baik sebesar 9 orang atau 25% dan peningkatan aktivitas siswa dengan kriteria baik sebesar 16 orang atau 44,44% Siklus I 1. Perencanaan (Planning) Pada siklus I untuk tahap perencanaan ini adalah menyusun rencana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa Maka untuk mengetahui hasil belajar yang telah diberikan, siswa diberi tes hasil belajar yang disusun sebanyak 40 soal berbentuk tes pilihan ganda dan tes kemampuan menggambar busana. Sebelum diberikan tes hasil belajar pada akhir pembelajaran berlangsung, siswa diberikan waktu untuk membuat disain busana berdasarkan sumber ide yang berbentuk menjadi satu portofolio, yang isinya mencakup tentang gagas awal, gagas bentuk, warna, aksesories, disain utama dan disain alternatif.
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
10
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Hal ini bertujuan untuk mengetahui masalah dari siswa, peneliti juga melakukan observasi pada siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 2. Pelaksanaan (Action).
Pada siklus I, dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dan setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pembelajaran. Pertemuan pertama diawali dengan tes awal (pretes) pengetahuan dan uji kemampuan menggambar busana yang dilakukan sebelum materi pokok diajarkan yaitu menggambar kebaya modifikasi berdasarkan sumber ide, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa pada materi tersebut. Hasil persentase nilai pretes siswa yang tuntas adalah 38,88% dengan jumlah siswa 14 orang. Pada tahap berikutnya siswa diberi penjelasan tentang materi pokok bahasan yang pada pertemuan pertama yaitu pengertian kebaya modifikasi dan belajar menggambar kebaya modifiasi dengan menerapkan unsur dan prinsip-prinsi desain. Setelah itu siswa diberikan tugas menggambar busana kebaya modifikasi sesuai dengan ide masing-masing siswa. Tugas ini dapat mengukur kemampuan siswa dalam menggambar busana. Setelah tugas dikerjakan dalam jangka waktu yang diberikan guru, siswa secara bersama membahas hasil tugas. Kemudian dilakukan presentase, dimana setiap siswa diminta menjelaskan sumber ide apa yang digunakan dalam rancangannya dengan singkat. Nilai yang diperoleh siswa akan diakumulasikan untuk menambah nilai mereka sebagai nilai harian. Selanjutnya guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk membuat suatu portofolio yang di dalam terdapat gagas awal yang menjadi sumber ide dalam pembuatan desain busana, style yang menjadi gaya dalam suatu desain, warna yang menjadi sumber warna yang akan diaplikasikan dalam suatu desain busana, gagas bentuk yang menjadi patokan bentuk desain busana yang akan dibuat oleh siswa dan aksesoris yang digunakan untuk pelengkap desain busana yang telah dibuat. Pada dua kali pertemuan dalam siklus I dilakukan pembuatan portofolio. Masing-masing siswa mepersiapkan alat dan bahan seperti karton, gunting, lem, majalah2 yang berkaitan dengan fashion, kemudian membuat suatu portofolio yang nantinya akan menjadi patokan dalam setiap desain kebaya modifikasi yang akan dibuat.
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
11
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Siswa menggambar desain utama dan alternatif kebaya modifikasi sesuai dengan ide yang telah dibuat dalam portofolio. Kemudian desain utama dan alternatif juga dimasukkan kedalam portofolio yang telah dibuat sebagai patokan sumber ide dalam pembuatan desain busana kebaya modifikasi. Setelah itu dilaksanakan post test. Post tes dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan serta kemampuan siswa dalam menggambar desain busana. Pada posttest I hasil belajar siswa yang tuntas meningkat menjadi 50% dimana nilai ini meningkat dari hasil pretes yang dilakukan diawal pertemuan. 3. Pengamatan (Observasi) Pengamat (observer) selama pembelajaran berlangsung mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Observasi (pengamatan) dilakukan mulai dari awal pelaksanaan sampai berakhirnya tindakan yang berupa pengajaran melalui model pembelajaran berbasis portofolio sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok menggambar kebaya modifikasi menurut sumber ide. Hasil observasi aktivitas siswa juga tergolong baik meskipun ada beberapa aspek yang masih dibawah standar yaitu hanya satu orang yang sangat baik dalam aktivitasnya. Data hasil observasi aktivitas siswa terdapat 20 orang (55,55%) siswa untuk kriteria tidak tuntas, 8 orang (22,22%) siswa untuk kriteria cukup baik, 7 orang (19,44%) siswa untuk kriteria baik dan 1 orang (2,77%) untuk kriteria sangat baik. Hal ini berarti bahwa aktivitas belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan sehingga guru akan melanjutkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis portofolio. 4. Refleksi (Reflection) Hasil analisis data diperoleh dari nilai pretes, nilai post tes dan lembar observasi. Berdasarkan analisis data tersebut diketahui bahwa antara pretes dan post tes terjadi perubahan. Pada saat pretes jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 14 orang (38,89%) dengan rata-rata 59,58 sedangkan pada saat postes jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 18 orang (50%) dengan rata-rata 66,38. Perolehan ini belum memenuhi kriteria katuntasan secara klasikal yaitu 70% siswa harus memperoleh nilai ≥70, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
12
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Selain itu hasil refleksi dari tim pengamat dan guru masih ditemukan permasalahan pada siklus I yaitu: 1. Siswa kurang serius mendengarkan penjelasan guru 2. Siswa belum terbiasa atau belum paham membuat portofolio 3. Siswa kurang mempersiapkan bahan untuk membuat portofolio sehingga dalam penyelesaian portofolio masih terdapat bahan yang kurang seperti majalah-majalah fashion. 4. Siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru 5. Siswa tidak membaca materi ajar yang akan diajarkan untuk pertemuan berikutnya 6. Guru kekurangan waktu saat memberikan materi menggambar busana kebaya modifikasi Berdasarkan hasil tes belajar dan hasil observasi dapat dikemukakan beberapa upaya perbaikan sebagai hasil refleksi dari kegiatan siklus I diantaranya: 1) Perlu peningkatan kualitas pembelajaran dalam bentuk evaluasi guru dan penelitian berupa revisi RPP , 2) Perlu perbaikan proses pembelajaran yang menyangkut pencapaian indikator pembelajaran. Indikator dapat di lihat dari kompetensi siswa, 3) Perlu perbaikan dalam aktivitas belajar siswa Siklus II 1. Perencanaan (Planning) Hasil perolehan nilai siswa setelah diadakan refleksi pada siklus I masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara klasikal yaitu 70%, Sementara siswa harus memperoleh nilai ≥70. Hasil observasi juga masih jauh dari yang diharapkan. Dalam siklus II dirancang untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I. Apabila siklus II belum mencapai kriteria ketuntasan maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Berdasarkan permasalahan yang ada dari siklus I maka pada siklus II peneliti dan guru menggambar busana melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Pada pertemuan II diambil langkahlangkah sebagai berikut: 1. Melaksanakan KMB (Kegiatan Belajar Mengajar) sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan baik 2. Bekerja sama dengan tim pengamat pembimbing siswa dalam KMB 3. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
13
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
4. Guru selalu memberikan penjelasan kepada siswa-siswa yang belum memahami materi atau pembuatan portofolio 5. Memberikan motivasi kepada siswa agar menyelesaikan portofolio dengan ide dan kreatifitas diri sendiri. Pada akhir kegiatan mengajar selesai, maka siswa diberi tes hasil belajar yang disusun sebanyak 40 soal pilihan ganda dan menggambar kebaya modifikasi sesuai dengan sumber ide masing-masing siswa. 2. Pelaksanaan (Action) Pada siklus II ini dilaksanakan masih dengan menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio. Disini guru lebih memilih cara menjelaskan materi yang ringan tapi dapat dimengerti oleh siswa. Guru lebih banyak memberikan contoh-contoh portofolio yang dibuat untuk satu desain tertentu dan lebih banyak melatih siswa untuk menggambar kebaya modifikasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa untuk mengerjakaan tugas yang diberikan dan memotivasi siswa untuk beraktivitas untuk memecahkan kesulitan yang ditemukan dalam proses belajar mengajar. Kemudian siswa membuat desain utama dan desain alternatif kebaya modifikasi berdasarkan sumber ide yang telah di buat dalam portofolio setiap siswa. Untuk siklus II post tes dibuat pada pertemuan kedua, post tes dibuat untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dan peningkatan kemampuan siswa setelah diterapkan modelpembelajaran berbasis portofolio. Pada siklus II ini diperoleh peningkatan hasil dari nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus I yaitu 66,38 menjadi 77,36 dan dari ketuntasan hasil belajar 50% (18 orang) yang telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimal meningkatkan menjadi 83,33% (30 orang). Hasil ketuntasan siswa sebesar 83,33% merupakan nilai yang telah melebihi nilai ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu apabila 70% siswa telah mencapai nilai minimal 70 maka proses belajar mengajar dikatakan berhasil. 3. Pengamatan (Observasi) Seperti pada siklus sebelumnya, pada siklus ini pengamatan juga dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa terlihat lebih meningkat. Siswa lebih terbuka mengemukakan masalah yang dihadapi dan yang kurang dipahami selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran siklus II lebih banyak
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
14
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
menyelesaikan portofolio desain busana kebaya modifikasi berdasarkan sumber ide. Pada siklus II, data hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan 1 orang (2,77%) siswa untuk kriteria tidak tuntas, 2 orang (5,55%) siswa untuk kriteria cukup baik, 23 orang (63,88%) siswa untuk kriteria baik dan 10 orang (27,77%) siswa untuk kriteria sangat baik. . Refleksi (Reflection) Hasil refleksi peneliti dan tim pengamat setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II dan post test II, diperoleh adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Tata Busana 2 di SMK Negeri 8 Medan pada materi pokok menggambar busana kebaya modifikasi dengan model pembelajaran berbasis portofolio, dengan persentase peningkatan dari post test I (50%). Pada post test II tercapai peningkatan ketuntasan belajar secara klasical mencapai 83,33%. Dan juga sekaligus menandakan bahwa tidak perlu lagi di laksanakan perbaikan pembelajaran. Hasil pengamatan keseluruhan dari proded penelitian pada siklus I dan siklus II didapat beberapa kekurangan serta kelebihan yaitu: 1) Aktifitas siswa secara keseluruhan sudah terlihat baik, tetapi masih ada siswa yang kurang mengeluarkan pendapat dan bertanya. 2) Pada siklus II mencapai 83,33% ini berarti siswa telah aktif dalam pembelajaran dan hanya sebagian kecil yang tidak aktif, 3) Kondisi pembelajaran berjalan aktif sehingga siswa sangat senang dalam berkreasi E. Penutup Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Penggunaan model pembelajaran berbasis portofolio berdasarkan penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, 2) Penggunaan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi menggambar busana kebaya modifikasi. Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan beberapa hal, sebagai berikut: 1) Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model pembelajran berbasis portofolio sebagai satu alternatif yang digunakan didalam mata pelajaran menggambar busana untuk meningkatkan pemahaman, motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa. 2) Guru juga harus lebih memperhatikan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. 3) Diharapkan model pembelajaran berbasis
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
15
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
portofolio dapat digunakan pada materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran berbasis portofolio. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Budimansyah, Dasim.2002. Model Pembelajaran dan Penelitian Portofolio.Bandung: PT.Genesindo Chodiyah & Wisri A. Mamdy. (l982), Disain Busana, Jakarta, Dikmenjur Depdikbud Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Kamil, Sri Ardiati. (1986), Fashion Design, Jakarta, CV Baru Mangkoesaputra, Arif. 2004. Model Pembelajaran Portofolio Sebuah Tinjauan Kritis, Arif
[email protected]. (10 April 2007) Roesbani, (1984). Pengetahuan Pakaian Busana Untuk SMKK, Petra Jaya : Jakarta Sanjaya. 2006. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah Production. Sardiman, A.M. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Baja Grasindo Cipta. Sipahelut, Atisah, (1991), Dasar – Dasar Desain, Depdikbud : Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sutikno, M. Sobry. 2004. Menuju Pendidikan yang Bermutu. Mataram : NTP
Penerapan Model … (Armaini Rambe, , 1:16)
16