ARTIKEL ILMIAH
PENERAPAN METODE PENEMUAN BERBASIS MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SAINS SISWA KELAS IV SDN NO.162/IX PANCA MULYA
Diajukan Oleh:
KISWORO DWI ARIYANTO NIM A1D111178
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
1
PENERAPAN METODE PENEMUAN BERBASIS MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SAINS SISWA KELAS IV SDN NO.162/IX PANCA MULYA
Kisworo Dwi Ariyanto Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Jambi
[email protected]
ABSTRAK Based on observations in SDN No. 162 / IX Panca Mulya which makes the students become inactive, that is not the number of instructional model used by the teacher, and the lack of use of learning media, so that teachers more often use traditional teaching approach, which makes students less interested or even cause saturation for students to Learn the material taught by the teacher. In other words the students only accept the knowledge transferred or submitted by the teacher by not involving the students directly. This study aims to determine the use of discovery methods and in maximize the image media to increase student learning interest in learning Science class IV SDN 162 / IX Panca Mulya. This research is a Classroom Action Reasearch study, with its main characteristic is repetitive action and its main method is self-reflection that improves learning. Based on the background of the problem, then in this study the focus point of the research is how the application of discovery methods and the use of visual media in improving the learning activity of Science in fourth grade students of SD No.162 / IX Panca Mulya. The results of the study showed an increase in the activity of learning grade IV SDN. 162 / IX Panca Mulya. In the first cycle of the 1st meeting with the number of students 22 students and the average score of 49.05% (less ctreteria), on the first cycle of the second meeting with 22 students and the average score of 63.41% (sufficient criteria) Then with the teacher doing the improvement can increase activity to become average score 68,18% (enough criterion) at cycle II of meeting 1 with student number 22 student and more increase again at second meeting in cycle II with average 79 , 92% (good criterion) with the number of students 22 students, this indicates that the learning conducted by the teacher has also improved. This is driven by the presentation of appropriate materials, methods and media usage. Researchers can conclude that the use of discovery methods based on visual media can improve students' learning activity on learning Science. With the increase in learning effectiveness, will have an impact on student achievement and knowledge. Keywords : Discovery Method, Visual Media, Activity Learning, SCIENCE
2
memberikan suatu cara berfikir sebagai
PENDAHULUAN Pendidikan pondasi
yang
merupakan paling
dasar
suatu
struktur
untuk
(Rustaman, 2011: 1.1-1.2).
membangun suatu negara. Suatu negara
pengetahuan
Tujuan
yang
pembelajaran
utuh
Sains
di
yang maju dapat dilihat dari sudut
sekolah dasar antara lain: pertama, siswa
perkembangan
Untuk
mampu memahami konsep-konsep Sains
meningkatkan pendidikan tersebut, siswa
dan katerkaitanya dalam kehidupan sehari-
dituntut untuk mampu lebih aktif dalam
hari,
melaksanakan
ketrampilan proses untuk mengembangkan
pendidikannya.
proses
pembelajaran.
kedua
agar
siswa
Dengan pendidikan, kebutuhan manusia
pengetahuan,
tentang perubahan dan perkembangan
sekitar;
dapat di penuhi, sehingga memiliki potensi
menggunakan teknologi sederhana yang
pada masing-masing individu.
berguna untuk memecahkan suatu masalah
Pendidikan yang berkualitas harus mampu
meningkatkan
sehingga
yang
potensi
bersangkutan
gagasan
memiliki
ketiga,
tentang
agar
siswa
alam mampu
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
siswa
hari, dan yang keempat agar siswa
mampu
mengenal
dan
memupuk
rasa
cinta
menghadapi dan memecahkan problema
terhadap alam sekitar sehingga menyadari
kehidupan yang dihadapinya. Dalam hal
kebesaran dan keagungan Tuhan Yang
ini guru harus memiliki pengetahuan yang
Maha Esa.
sangat luas untuk mengetahui model
Tujuan
tersebut
dapat
belajar, kondisi siswa dan bagaimana cara
melalui
melakukan pembelajaran yang efektif dan
sampai penarikan kesimpulan sehingga
bermakna di dalam kelas. Pendidik yang
dapat membentuk siswa menjadi pribadi
menguasai
kompetensi
kritis dan ilmiah.
berpengaruh
besar
dasar
terhadap
akan
keaktifan
Sains dalam kurikulum berbasis kopetensi
Sains merupakan suatu proses yang pengetahuan.
mengamati
Secara khusus fungsi dan tujuan
siswa dalam proses belajar didalam kelas.
menghasilkan
kegiatan-kegiatan
dicapai
(Depdiknas,
2006:2)
adalah:
“menanamkan keyakinan kepada Tuhan
Proses
tersebut bergantung pada proses observasi
Yang
yang cermat terhadap fenomena pada
ketrampilan,
teori-teori temuan untuk memaknai hasil
mempersiapkan
observasi tersebut. Sains juga merupakan
Negara yang paham sains dan teknologi,
kebutuhan yang dicari manusia karena
dan menguasai konsep Sains untuk bekal 3
Maha
Esa, sikap
mengembangkan dan
siswa
nilai
menjadi
ilmiah, warga
hidup di masyarakat dan melanjutkan
dengan tidak melibatkan siswa secara
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.
langsung.
Berdasarkan hasil observasi di
Hal ini berdampak pada kurang
SDN No. 162/IX Panca Mulya, dan juga
aktifnya siswa dalam proses pembelajaran,
pernyataan guru kelas IV ibu Ety Yasura,
terutama pada pembelajaran Sains. Hal ini
S.Pd yang juga sebagai kolaborator dalam
juga akan berpengaruh pada prestasi siswa.
penelitian ini, didalam pembelajaran sains
Untuk itu diperlukan metode inovatif
beberapa masalah yang dihadapi selama
yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa
proses
Tidak
dalam belajar sains serta dapat merangsang
banyaknya model pembelajaran yang di
kreatifitas siswa dalam berpikir sehingga
terapkan oleh guru, guru lebih
tidak terjadi kebosanan atau kejenuhan
pembelajaran,
menggunakan
seperti:
pendekatan
sering
pengajaran
selama proses pembelajaran.
tradisional, yang membuat siswa kurang tertarik
atau
mengoptimalkan
proses
menimbulkan
pembelajaran yang lebih aktif diharapkan
kejenuhan bagi siswa untuk mempelajari
guru dapat menggunakan model atau
materi yang di ajarkan oleh guru. Hal ini
metode
terlihat dari sikap siswa yang enggan
menimbulkan
menerima pelajaran dengan menyibukkan
proses belajar, salah satunya menggunakan
diri dengan aktivitas sendiri seperti dengan
model pembelajaran Bruner yaitu metode
mencoret-coret kertas, ribut di kelas,
belajar penemuan. Ada dua jenis metode
mengganggu teman lainnya yang sedang
penemuan, yaitu metode penemuan murni
belajar. Kurang aktifnya siswa dalam
dan metode penemuan terbimbing. Metode
proses pembelajaran juga sebagai salah
penemuan yang akan di terapkan oleh
satu masalah
yang di hadapi
guru,
peneliti pada siswa SD adalah metode
dikarenakan
kurang
maksimalnya
penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan
penggunaan
bahkan
Untuk
media
pembelajaran
dan
pembelajaran keaktifan
yang
dapat
siswa
dalam
siswa SD masih memerlukan bantuan dan
bahkan terkadang tidak ada media yang di
bimbingan
guru
gunakan oleh guru. Dalam hal ini siswa
penemuan murni.
sebelum
menjadi
hanya diberikan penjabaran materi sains
Metode ini tidak menuntut siswa
lalu diadakan latihan untuk menguji
untuk secara penuh mendengarkan materi
tingkat pemahaman siswa. Dengan kata
yang diajarkan guru, tetapi siswa dituntut
lain siswa hanya menerima ilmu yang
seolah-olah menjadi seorang penemu yang
ditransfer atau disampaikan oleh guru
kreatif dan inovatif 4
untuk
menemukan
sesuatu, sehingga siswa bisa mengeksplor
Media
pembelajaran
digunakan
kemampuan yang dimiliki tanpa dibatasi
untuk memudahkan dalam penyampaian
dengan tetap berada dibawah bimbingan
materi kepada peserta didik. Peserta didik
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
akan terbantu dalam memahami materi
yang
yang komplek. Pemanfaatan media juga
diharapkan.
Denganmetode
ini,
diharapkan siswa dapat berperan secara
berperan
besar
dalam
aktif dan terlibat langsung sehingga siswa
pengalaman belajar pesertadidik. Belajar
dapat menemukan sesuatu yang belum
merupakan
diketahuinya melalui bimbingan dari guru.
dengan orang lain, media, atau dengan
Menurut Jerome Bruner (Cooney, davis, 1975:138):
lingkungannya (Arsyad, 2005:1). Indikasi
interaksi
memberikan
antara
seseorang
adanya perubahan afektif, kognitif, dan
“Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek, dan lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi, sebelum pesertadidik sadar akan pengertian, guru tidak akan menjelaskan dengan kata-kata. Atau dengan kata lain metode penemuan adalah suatu metode dimanadalam proses belajar mengajar guru memperkenankan kepada pesertadidiknya untuk menemukan sendiri informasi, yang secara tradisional diberitahukan atau diceramahkan saja”.
psikomotor rmerupakan ciri pesertadidik telah belajar dari apa yang diterimanya. Media pembelajaran akan berperan besar dalam mengkomunikasikan pesan yang
disampaikan
guru.
Media
pembelajaran yang digunakan umumnya untuk tingkat sekolah dasar adalah media visual karena pesertadidik akan lebih mudah
memahami
yang
disampaikan
dengan melihat gambar, poster, foto, dan Untuk membantu siswa dalam
alat peraga. Metode pembelajaran dan
memahami materi yang disampaikan oleh
media pembelajaran akan menentukan
guru,
kualitas
maka
dibutuhkan
media
suatu
proses
pembelajaran.
pembelajaran untuk mempermudah proses
Penggunaan media pembelajaran akan
pemahaman siswa. Media pembelajaran
bergantung pada metode pembelajaran
merupakan suatu perantara yang dapat
yang dipergunakanoleh guru.
digunakan sehingga materi yang diajarkan dapat
dipahami
siswa
dan
Proses
tujuan
menggunakan
pembelajaran media
yang
dengan dapat
pembelajaran pun bisa dicapai. Pemilihan
menciptakan suasana belajar siswa aktif
media pembelajaran sangat berpengaruh
dan
terhadap
kemampuan berfikir dan lebih memberikan
suksesnya
kegiatan
belajar
mengajar.
kreatif
serta
mengembangkan
ruang kepada siswa untuk mengalami, 5
mencoba, merasakan serta menemukan
maksimal,
sendiri apa yang dipelajari tentang Sains.
belajar siswa pada pembelajaran Sains
Untuk mengatasi masalah tersebut,
maka
diharapkan
prestasi
dapat meningkat secara maksimal.
maka diperlukan upaya pembelajaran yang berdasarkan
pada
teori
belajar
konstruktivisme.
Menurut
konstruktivisme
keberhasilan
METODE PENELITIAN
pandangan
Penelitian ini merupakan penelitian
belajar
tindakan
kelas
(Classroom
Action
bergantung bukan hanya pada lingkungan
Reasearch), dengan cirri utama adalah
atau kondisi belajar, tetapi juga pada
adanya
pengetahuan
metode utamanya adalah refleksi diri yang
awal
siswa.
Belajar
tindakan
melibatkan pembetukan “makna” oleh
bertujuan
siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat
pembelajaran.
dan
dengar
(Rustaman,
Implementasi
dari
konstruktivisme
di
2011:
yang
berulang
untuk
dan
memperbaiki
2.6).
Penelitian ini akan dilaksanakan
pandangan
selama satu bulan di SDN No. 162/IX
sekolah
ialah
Panca Mulya mulai dari tanggal 26 April
pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan
2016 sampai 25 Mei 2016. Subjek
secara utuh dari pikiran guru kesiswa,
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
namun secara aktif dibangun oleh siswa
No. 162/IX Panca Mulya dengan jumlah
sendiri melalui pengalaman nyata. Lebih
22 siswa orang siswa, yang terdiri 7 orang
lanjut dikemukakan bahwa pembelajaran
siswa laki-laki dan 15 orang siswa
dan
perempuan.
prespektif
konstruktivisme
mengandung empat kegiatan inti, yaitu: (1) berkaitan
dengan
pengetahuan siswa;
(2)
awal
prakonsepsi (prior
nyata
melibatkan
interaksi
interaction); kepekaan
dan
terhadap
dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus
kegiatan
social
terdiri
(3)
lingkungan
dari
perencanaan,
(social
empat
tahapan
pelaksanaan
yaitu:
tindakan,
observasi dan refleksi.
terbentuknya
menerapkan
Penelitian
knowledge)
Observasi atau pengamatan adalah
(sense
suatu teknik yang dilakukan dengan cara
making). (Rustaman, 2011: 2.7). Dengan
adalah
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
(experience);
(4)
ini
atau
mengandung
pengalaman
Penelitian
mengamati metode
pencatatannya
secara
teliti
secara
serta
sistematis.
penemuan terbimbing serta penggunaan
Pengamatan dilaksanakan selama proses
media
pembelajaran
pembelajaran
visualsecara 6
di
kelas
dengan
Tabel 3.2 Lembar observasi kegiatan siswa
menggunakan lembar observasi meliputi: 1) Situasi kegiatan pembelajaran (proses).
No
Nama Siswa
Indikator yang diamati 1
2) keaktifan belajar siswa.
2
3
4
5
Jumlah skor
Persentase perindividu
6
1
Lembar observasi siswa dan guru
2 3 4 5 Jumlah Persentase %
terlihat pada table dibawah ini: Table 3.1 Lembar kegiatan observasi guru
Sumber; (Sani, 2013: 222)
Nilai No
Indikator
Deskriptor
Tahapan pembelajaran penemuan terbimbing
Guru memaparkan topik yang akan di kaji, tujuan belajar, motivasi, an memberikan penjelasan ringkar Guru mengajukan permasalahan atau merancang percobaan yang terkait engan topik yang di kaji Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/ivesti gasi Guru membimbing peserta didik dalam mengontruksi konsep berdasarkan hasil investigasi
1
1
2
3
4
Keterangan : 1. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas 2. Siswa terlibat dalam pemecahan masalah 3. Siswa aktif bertanya apabila tidak mengetahui persoalan yang dihadapi 4. Siswa berusaha mencari informasi untuk memecahkan masalah 5. Siswa melaksanakan diskusi kelompok 6. Keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas
5
yang sulit
Hasil bentuk
observasi
data
kekurangan
masukan dan
ini merupakan untuk
kelebihan
melihat didalam
kegiatan pembelajaran, apabila terdapat kekurangan
perlu
ditindaklanjuti
sedangkan hasil belajar yang baik perlu dipertahankan.
Untuk
menentukan
langkah-langkah perbandingan pada proses pembelajaran siklus berikutnya menjadi lebih baik sehingga tercipta suasana belajar
yang
aktif,
kreatif
dan
menyenangkan.
Sumber; (Sani, 2013: 222) Keterangan: 5 = Sangat Baik 4 = Cukup Baik 3 = Baik 2 = Sedang 1 = Kurang Baik
Data kegiatan guru yang diperoleh dari lembar observasi akan diolah dan dianalisis dari seluruh indikator dalam satu
pertemuan,
berikut: 7
dirumuskan
sebagai
Kategori
Keaktifan belajar siswa =
Jumlah skor yang perolehan
Hasil keaktifan belajar siswa kemudian x 100
jumlah skor maksimum
dikategorikan seperti tampak pada tabel berikut :
Selanjutnya
setelah
Table 3.4 kriteria penilaian
diketahui No. 1 2 3 4 5
presentase jumlah skor aktivitas guru perindikator makan dapat dianalisis ratarata jumlah presentase aktivitas guru terhadap indikator dalam satu siklus, dirumuskan sebagai berikut: Rata-rata presentase aktivitas guru seluruh siswa
Tahap
Jumlah skor seluruh presentase
selanjutnya
yaitu
pengelolaan data tentang kegiatan siswa
= Jumlah indikator yang ditentukan
dalam proses pembelajaran yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa. Data
Kemudian data diinterprestasikan dengan
diolah dan dianalisa dengan berpedoman
kriteria:
pada rumus yang dimodifikasi Trianto
Table 3.3 kriteria penilian No. 1 2 3 4 5
Presentase Kategori Kegiatan Guru 81% - 100% Baik Sekali (BS) 61% - 80% Baik (B) 41% - 60% Cukup (C) 21% - 40% Kurang (K) 0% - 20% Sangat Kurang (SK) ( Sumber: Arikunto 2006:17 )
Presentase Kategori Kegiatan Guru 81% - 100% Baik Sekali (BS) 61% - 80% Baik (B) 41% - 60% Cukup (C) 21% - 40% Kurang (K) 0% - 20% Sangat Kurang (SK) ( Sumber: Arikunto 2006:17 )
(2007: 52) yaitu: Jumlah skor yang diperoleh
Persentase skor kegiatan siswa perindikator
=
x 100 Jumlah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keaktifan skor perolehan belajar siswa = x 100 skor maksimum
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu melalui kegiatan PTK
Setelah presentase skor kegiatan siswa
menggunakan pendekatan pembelajaran
perindikator
kooperatif
diketahui,
maka
tahap
dengan
motode
penemuan
selanjutnya yaitu menganalisis rata-rata
berbasis media visual. Setelah dilakukan
presentase kegiatan siswa dari seluruh
penelitian dalam meningkatkan keaktifan
indikator dengan rumus sebagai berikut:
belajar siswa pada metode pembelajaran
Rata-rata presentase skor aktivasi tahap seluruh siswa
penemuan
Jumlah skor seluruh presentase
dan
menggunakan
= Jumlah siswa
di media
bantu visual
dengan dalam
pembelajaran sains materi energi di kelas 8
IV SD Negeri No. 162/IX Panca Mulya.
dalam hubungannya dengan keaktifan
Hasil skor rata-rata keaktifan sklus I
belajar menunjukan bahwa pesan-pesan
mencapai 68,18% (cukup), pada kegiatan
visual
guru mendapatkan skor pada siklus I 80%
terhadap
(baik),
Ketrampilan
kemudian
peneliti
melakuan
memberikan
pengaruh
tinggi
belajar
siswa.
prestasi
memahami
dapat
pada siklus I sebelum melanjutkan ke
menerima dan menyampaikan pesan-pesan
siklus berikutnya. Dengan adanya refleksi
visual, mencakup membaca visual secara
peneliti melakukan perbaikan pada siklus
tepat, membaca makna yang terkandung
II
siswa
didalamnya, menghubungkan unsur-unsur
meningkat dengan skor rata-rata 79,92%
isi pesan visual dengan pesan verbal atau
(baik),
sebaliknya, serta mampu menghayati nilai-
pada
keaktifan
kegiatan
belajar
guru
dalam
menerapkan indikator metode penemuan
sebagai
visual
refleksi mencari kekurangan yang terjadi
sehingga
diartikan
media
kemampuan
nilai keindahan visualisasi.
mendapat skor 100% (sangat baik).
Secara
Hasil penelitian tersebut sesuai
penemuan
keseluruhan
berbasis
media
metode visual
dengan teori yang dikemukakan foleh
menciptakan suasana pembelajaran yang
Faizi
efektik, dan aktif, siswa terlibat lebih aktif
(2013:
94-95)
bahwa
dengan
menggunakan metode penemuan akan
dan
membuat siswa lebih aktif dalam belajar
kelompoknya terlibat bersama berusama
yang berperan untuk menemukan suatu
memecahkan
konsep dengan bimbingan guru yang
Dari hasil penelitian ini mulai dari siklus I
teratur. Dimana pemikiran siswa untuk
smpai siklus II, bahwa dengan menerapka
menemukan
melalui
metode penemuan berbasis media visual
konsep bimbingan guru secara teratur yang
pada pembelajaran Sains materi energy
pada aktifitasnya siswa akan memperileh
dan kegunaanya di kelas IV SD Negeri
konsep tersebut secara jelas dan lebih
No.162/IX Panca Mulya dapat mengatasi
bermakna.
yang
masalah dan kendala dalam pembelajaran,
diperoleh akan membekas lebih lama
peneliti harus tetap mengawasi siswa dan
dalam ingatan jika dibandingkan dengan
membentuk
memperoleh
hetrogen serta pendekatan dan penggunaan
konsep
Selain
konsep
haruslah
itu,
konsep
secara
langsung
lebih
mandiri,
massalah
kelompok
siswa
bersama
bersama-sama.
belajar
secara
melalui metode ceramah. Selain itu teori
model-model
dan
lain yang dikemukakan oleh Sudjana
pembelajaran
dalam
(2001) tentang penggunaan media visual
mengajar, sehingga hal tersebut dapat 9
media-media proses
belajar
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
pada siklus I pertemuan ke-1 dan rata-rata
siswa. Berdasarkan dari hali pengamatan
skor 63,41% (kriteria cukup) pada siklus I
siklus
dapat
pertemuan ke-2, kemudian dengan guru
dihentikan karena keaktifan belajar siswa
melakukan perbaikan dapat meningkat
telah mencapai target yang di tetapkan.
keaktifan menjadi rata-rata skor 68,18%
Berdasarkan
yang
(kriteria cukup) pada siklus II pertemuan
meningkat pada siklus I sampai siklus II.
ke-1 dan lebih meningkat lagi pada
Dengan
pertemuan ke-2 pada siklus II dengan rata-
II
ini,
maka
tindakan
keaktifan
demikian
belajar
hipotesis
dalam
penelitian ini penerapan metode penemuan
rata skor 79,92% (kriteria baik).
berbasis media visual dapat meningkatkan
Keberhasilan
penerapan
metode
keaktifan belajar siswa pada pembelajaran
penemuan berbasis media visual sebagai
Sains pada siswa kelas IV SD Negeri
salah satu upaya untuk meningkatkan
No.162/IX Panca Mulya terjawab, dimana
keaktifan belajar Sains pada materi energi
dengan menggunakan metode penemuan
dan kegunaanya di kelas IV SDN 162/IX
berbasis media visual dapat meningkatkan
Panca Mulya dapat digunakan menjadi
keaktifan belajar siswa.
dasar bagi peneliti untuk memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru : Guru dapat menerapkan metode penemuan
SIMPULAN DAN SARAN Setelah
dilakukan
penelitian
berbasis media visual sebagai metode
mengenai Meningkatkan Keaktifan Belajar
pembelajaran
dan
media
Siswa
menyampaikan
materi
mata
dengan
Menggunakan
Metode
dalam pelajaran
Penemuan berbasis Media Visual dalam
Sains yang membutuhkan pemahaman
Pembelajaran Sains di Kelas IV di SDN
yang baik untuk siswa kelas IV SDN
162/IX Panca Mulya dapat disimpulkan
162/IX Panca Mulya. (2) Bagi Kepala
bahwa:
sekolah : Melakukan pembinaan kepada
Dengan
menggunakan
metode
guru untuk menggunakan motode yang
penemuan berbasis media visual dapat
variatif
meningkatkan keaktifan belajar siswa
terbimbingdan
dalam pembelajaran Sains di kelas IV
penyampaian
SDN 162/IX Panca Mulya. Keaktifan
menarik dalam suatu pembelajaran seperti
siswa
metode
media visual, sehingga akan menciptakan
penemuan berbasis media visual mencapai
pembelajaran aktif dan menyenangakan
melalui
penerapan
rata-rata skor 49,05% (kriteria kurang) 10
misalnya
model
media materi
penemuan
sebagai dan
agar
sarana lebih
Faizi. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksata Pada Murid. Yogyakarta: DIVA Pers. Hamalik. 2005.Kurikuludan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Markaban. 2006. Model pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penetaran guru Matematika. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Pratiwi. N. Dyas. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA dengan Pendekatan Inkuiri Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Karanganyar Ngemplak Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta Rustaman . 2011. Materidan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sapriati, dkk. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana. 2001. Media Pembelajaran (Pembuatannya dan Penggunaannya). Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sudjana dan Rivai (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjana. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Susilana. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wardana dan Wihardit. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
guna mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. PUSTAKA RUJUKAN Arifin. Risna. 2014. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing berbantu Alat Peraga Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 20 Kota Bengkulu. Universitas Bengkulu Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Yogjakarta: Diva Press Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Garafindo Persada. BNSP. 2006. Model KTSP dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya. Cahyo. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cooney, Davis. 1975. Dynamics Of teaching Secondary School Mathematics. U.S.A: Houghton Mifflin Company. Daryanto. 1993. Media Visual, (Online), Vol. 2,No. 1, http://drusminto.blogspot.co.id/201 1/06/pengertian-media-visual.html, (diakses 12 Februari 2016). Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Diani, Dewi. 2013. Jenis-Jenis Media Kekurangan dan Kelebihannya, (Online), Vol. 1, No. 2, http://dianidewi.blogspot.co.id/201 3/06/jenis-jenis-kekurangandan.html?m=1, (diakses 12 Februari 2016).
11