PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) PADA PRODUKSI TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT
SRI MEI BUDHIANI A24070063
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
SRI MEI BUDHIANI. Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) pada Produksi
Tanaman
Tomat
Cherry
(Lycopersicon
esculentum
var.
cerasiforme) di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing oleh TRIKOESOEMANINGTYAS) Magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT. Saung Mirwan mulai Februari sampai Juni 2011. Penulis mempelajari aspek teknis dan aspek manajerial tanaman tomat cherry selama magang. Penulis berstatus sebagai karyawan harian selama 1 bulan, sebagai pendamping kepala bagian selama 2 bulan dan sebagai pendamping manajer selama 1 bulan. Magang ini bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam segi teknik budidaya, pengelolaan pasca panen dan marketing, kemampuan manajerial, memperoleh informasi seberapa jauh seluruh kegiatan budidaya sudah sesuai dengan GAP (Good Agriculture Practice) untuk komoditas tomat cherry, dan mempersiapkan kemampuan untuk menghadapi proses kerja secara nyata. PT.Saung Mirwan berada pada 54-1060 BT dan 4-60 LS dengan ketinggian 670 m diatas permukaan laut (dpl) yang berada di bawah kaki Gunung Pangarango. Lokasi PT.Saung Mirwan berada di Jalan Cikopo Selatan No. 134 Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Suhu tertinggi pada greenhouse adalah 35-36 0C pada siang hari dan suhu terendah 18-24 0C pada malam hari dengan kelembapan udara (RH) 77% pada titik tertinggi dan 66% pada titik terendah. Jenis tanah di PT. Saung Mirwan adalah tanah latosol. Total karyawan PT. Saung Mirwan sampai tanggal 15 Juni 2011 berjumlah 205 orang. Budidaya tanaman tomat cherry berada di lokasi Sukamanah mulai dari pembibitan sampai pasca panen. Benih yang digunakan pada awalnya berasal dari PT. East Weast, namun beberapa bulan terakhir benih tomat cherry diproduksi sendiri oleh PT. Saung Mirwan melalui pembenihan sendiri maupun dengan cara stek pucuk. Benih disemaikan di dalam tray dengan media arang sekam dan dipindahkan ke lapang setelah berumur 2 minggu. Jangka waktu dari pembibitan
sampai panen adalah sekitar 12-15 minggu dan biasanya akan dibongkar setelah 19 minggu. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap aspek budidaya tanaman tomat yang terkait dengan lokasi lahan pertanian, struktur lahan pertanian, lingkungan lahan pertanian (tanah dan nutrisi), pemeliharaan lahan pertanian (pembibitan, penanaman, pemupukan, teknik
irigasi, pengendalian
gulma, hama dan penyakit tanaman, pemanenan, teknik pengolahan pasca panen), manajemen pertanian (catatan dan pelatihan staf). Selain itu, juga diamati beberapa karateristik tanaman tomat yang berkaitan dengan produksi, yaitu bobot buah per tanaman dan bobot buah total setiap kali panen. PT. Saung Mirwan mengembangkan 3 kultivar
tanaman tomat cherry yaitu, Gang, Guindo dan
Sakura. Tomat cherry ditanam dengan menggunakan sistem hidroponik dengan menggunakan arang sekam pada polybag berukuran 35 x 40 cm. Pemupukan dan penyiraman dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan drip irrigation. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan pemupukan, pengajiran, penyerbukan, pemangkasan dan pewiwilan. Produksi yang paling tinggi dari 3 kultivar yang dikembangkan adalah kultivar Guindo dan Sakura (4.83 Kg/pohon) sementara varietas Gang hanya 4.01 Kg/pohon. Kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan program GAP. Kegiatan budidaya mulai dari pembibitan sampai pemasaran yang sesuai dengan program GAP hanya sekitar 23.43%, kegiatan yang telah dilakukan namun belum sesuai GAP mencapai 59.37% dan kegiatan yang sama sekali tidak dilakukan sekitar17.1%.
Kekurangan biaya produksi akibat manajemen
perusahaan yang kurang baik dan bersifat individu merupakan kendala terbesar yang sedang dihadapi saat ini sehingga sangat diperlukan perubahan sistem manajemen yang akurat untuk dapat melaksanakan penerapan GAP dan meningkatkan produksi tomat cherry.
PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) PADA PRODUKSI TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
SRI MEI BUDHIANI A24070063
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) PADA TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT
Nama
: SRI MEI BUDHIANI
NIM
: A24070063
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Trikoesoemaningtyas MSc. NIP. 19620102 199702
Mengetahui, Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Agr. NIP. 19611101 1987031 003
Tanggal :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada 31 Mei 1989 yang merupakan anak pertama dari Sayang Ginting dan Sarianta Br. Sembiring. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di ST. Xaverius No.1 Kabanjahe pada tahun 2001. Tahun 2004 Penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Kabanjahe. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan studi ke IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti beberapa organisasi selama mengikuti kegiatan akademik. Tahun 2007 sampai saat ini, penulis aktif di Permata GBKP Bogor. Penulis berperan sebagai Sekretaris Bidang Partisipasi di Permata GBKP Bogor pada periode kepengurusan 2009/2011. Penulis juga merupakan anggota dari organisasi mahasiswa daerah (OMDA) dari Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA). Penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan di dalam organisasi seperti Panitia Maper Permata GBKP Bogor (2008), Gema Nusantara (Genus) IPB (2008), Panitia Natal Permata GBKP Bogor (2008-2009) dan Panitia Leadership Camp Permata GBKP Klasis Jakarta-Bandung. Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seminar dan lokakarya. Penulis melaksanakan magang untuk skripsi selama empat bulan, Februari sampai Juni 2011 di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat serta anugerah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul “Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) pada Produksi Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas MSc. Sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan pengarahan selama pelaksanaan magang hingga penyelesaian skripsi. 2. Ir. Purwono sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan. 3. Dr. Ir. Anas D Susila dan Dr. Ir. Winarso D Widodo sebagai dosen penguji. 4. Bapak dan Mamak, kakak (Dina Ocha Br Ginting), adik (Esi Marsella Br Ginting dan Bredi Arianto Ginting) dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan-dukungan kepada penulis. 5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah mendidik penulis selama melaksanakan studi. 6. PT.
Saung
Mirwan
yang
telah
memberikan
kesempatan
untuk
melaksanakan magang dan seluruh karyawan yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. 7. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 atas, dukungan, semangat, dan kekeluargaan yang telah terjalin.
8. Keluarga besar GBKP dan Permata GBKP Runggun Bogor atas semua kekeluargaan, persahabatan dan pertumbuhan rohani selama berada di Bogor. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi berkat bagi kemuliaanNya.
Bogor, Juli 2011
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang..................................................................................................1 Tujuan ...............................................................................................................3 METODE .................................................................................................................4 Tempat dan Waktu ...........................................................................................4 Metode ..............................................................................................................4 Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................6 Analisis Data ....................................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................7 Botani ...............................................................................................................7 Syarat Tumbuh .................................................................................................8 Penerapan Budidaya Terbaik untuk Sayuran .................................................10 HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................13 A. KEADAAN UMUM..................................................................................13 B. PRESTASI KERJA DALAM KEGIATAN MAGANG ..........................23 Aspek Teknis ..................................................................................................23 ......................................................................................................... B udidaya Tomat Cherry ........................................................................23 ......................................................................................................... P ersiapan Tanam...................................................................................23 ......................................................................................................... P ersiapan Lahan ....................................................................................25 ......................................................................................................... P enanaman ............................................................................................27 ......................................................................................................... P emeliharaan.........................................................................................29 ......................................................................................................... P engendalian Hama dan Penyakit ........................................................34 ......................................................................................................... P emanenan ............................................................................................40
......................................................................................................... P engolahan Hasil ..................................................................................40 Aspek Manajerial............................................................................................42 KEGIATAN BUDIDAYA.....................................................................................47 1. Lokasi Lahan Pertanian ...............................................................................47 2. Lingkungan pertanian .................................................................................49 3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian ...............................................................53 4. Budidaya Tanaman .....................................................................................56 5. Manajemen Pertanian ..................................................................................70 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................75 Kesimpulan .....................................................................................................75 Saran ...............................................................................................................75 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................77 LAMPIRAN ...........................................................................................................89
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tabel 1. Data suhu rumah kaca Februari-Juni, 2011 .............................................13 Tabel 2. Penanaman tomat cherry selama 4 bulan .................................................18 Tabel 3. Komoditi Sayuran Buah dan Bunga PT. Saung Mirwan 2011 ................18 Tabel 4. Komoditi Sayuran Daun dan Komoditi Herb PT.Saung Mirwan 2011 ..19 Tabel 5. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Jabatan ......................21 Tabel 6. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Gender ......................22 Tabel 7. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Pendidikan ................22 Tabel 8. Komposisi Pupuk Dasar Penanaman Tomat per 1000 liter .....................28 Tabel 9. Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ..........................................29 Tabel10 Prestasi Kerja Penulis Selama 4 Bulan Magang .....................................46 Tabel 11. Kesesuaian Lokasi Lahan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP .48 Tabel 12. Kesesuaian Lingkungan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP ....49 Tabel 13. Perbandingan beberapa media hidroponik .............................................51 Tabel 14. Kesesuaian Pemeliharaan Tanaman Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP...........................................................................................53 Tabel 15. Kesesuaian Bahan Tanam PT. Saung Mirwan dengan GAP .................56 Tabel 16. Kesesuaian Penggunaan Pestisida dan Bahan Kimia PT. Saung Mirwan dengan GAP...........................................................................................58 Tabel 17. Kesesuaian Manajemen Hama dan Penyakit Tanaman PT. Saung Mirwan dengan GAP .............................................................................61 Tabel 18. Kesesuaian Penggunaan Pupuk PT. Saung MIrwan dengan GAP ........62 Tabel 19. Pemupukan selama 23 minggu ..............................................................64 Tabel 20. Kesesuaian Pemanenan PT. Saung Mirwan dengan GAP .....................65 Tabel 21. Data panen tomat cherry selama 4 bulan ...............................................65 Tabel 22. Kesesuaian Pengemasan PT. Saung Mirwan dengan GAP ...................67 Tabel 23. Kesesuaian Penyimpanan dingin PT. Saung Mirwan dengan GAP ...69 Tabel 24. Kesesuaian Manajemen Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP ....70 Tabel 25. Kesesuaian Usaha Tani PT. Saung Mirwan dengan GAP .....................71
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Jenis tanaman dan kondisi greenhouse di Lemah Neundet................................16 2. (a) Tray pembibitan tomat cherry, (b) Pembibitan tomat cherry .......................23 3. (a) Hasil stek dalam plastik, (b) Pengikatan plastik bagian atas tanaman yang distek..................................................................................................................24 4. (a) Tanaman hasil stek berumur 1 minggu dalam plastik, (b) Bibit stek yang telah berakar, (c) Bibit stek siap tanam .............................................................24 5. Pembersihan lantai semen dengan menggunakan power sprayer (steam).........25 6. Proses pemasangan mulsa pada lantai tanah ......................................................25 7. Proses pembakaran sekam untuk media hidroponik ..........................................26 8. Lahan siap tanam ...............................................................................................27 9. Proses penanaman tomat cherry secara hidroponik ...........................................28 11. Saringan pasir air irigasi ..................................................................................30 12. Proses Pengajiran pada tomat cherry ...............................................................31 13. Tanaman tomat cherry yang telah dipangkas...................................................32 15. Tunas air yang akan dibuang (diwiwil)............................................................33 16. Hama white fly .................................................................................................34 17. Hama Leafminer...............................................................................................35 18. Hama thrips ......................................................................................................36 19. Hama embun tepung. .......................................................................................36 20. Penyakit layu fusarium ....................................................................................37 21. Penyakit layu bakteri........................................................................................38 22. Penyakit busuk ujung buah ..............................................................................39 23. Proses perajangan dan pemackingan komoditi tomat dan bawang Bombay ...41 24. Sterilisasi ..........................................................................................................47 25. Lokasi luar rumah kaca yang dijadikan tempat pengomposan ........................48 26. Perbedaan tanaman yang berasal dari stek pucuk (berpenyakit) dan benih .....50 27. Sumber air di lokasi kebun Sukamanah ...........................................................52
xii
28. (a) Emiter, (b) Springkler irrigation, (c) Lahan pertanaman yang
becek
akibat sumbatnya saluran irigasi dan atap yang rusak ...................................53 29. Keadaan rumah kaca PT.Saung Mirwan ..........................................................54 30. Pencucian polibag, pembersihan lahan dengan power sprayer (steam) dan pengeringan tali ajir yang telah dicuci .............................................................55 31. Westafel yang digunakan oleh karyawan ........................................................55 32. Peralatan dalam proses budidaya .....................................................................56 33. Penyuluhan Global GAP ..................................................................................60 34. Kondisi lahan akibat pemberian pupuk yang berlebihan .................................63 35. Beberapa mesin packaging yang digunakan di PT.Saung Mirwan ..................68 36. Proses pengemasan tomat cherry .....................................................................69 37. Ruang penyimpanan dingin .............................................................................70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Peraturan Good Agriculture Practice (GAP) .....................................................80 2. Lay out Bangunan PT.Saung Mirwan, Desa Sukamanah, .................................87 3. Lay out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah ..............................88 4. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan dan Penulis di Lokasi Produksi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan .............................. Error! Bookmark not defined. 5. Skema jaringan irigasi tetes ...............................................................................89 6. Skema jaringan irigasi nutrisi pusat ...................................................................90 7. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan .............................................................91 8.Data Panen selama 4 bulan .................................................................................92
xiv
PENDAHULUAN Latar Belakang Buah tomat merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat dikenal oleh semua kalangan masyarakat. Buah ini termasuk kedalam jenis sayuran karena dimakan bersama dengan makanan utama (nasi). Tomat memiliki rasa yang manis dan menyegarkan sehingga dapat memberikan efek yang baik bagi kesehatan. Cita rasa yang khas ini menyebabkan tomat banyak digemari oleh banyak orang (Webster and Wilson, 1980). Data dari Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian menunjukkan produksi dan produktivitas tomat terus meningkat sampai tahun 2008. Tahun 2008, produksi tomat secara keseluruhan mencapai 725,937 ton dari 635,474 ton pada tahun 2007. Sementara itu, tingkat produktivitas tomat pada tahun 2007 sebesar 1.2 ton/ha juga mengalami peningkatan pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.36 ton/ha.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk,
perkembangan zaman, dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara maka kesadaran untuk mengkonsumsi sayur akan semakin meningkat untuk memenuhi konsumsi makanan dengan komposisi zat gizi yang lengkap. Sayuran merupakan salah satu komponen yang tidak dapat ditinggalkan dalam susunan zat gizi yang lengkap. Itulah sebabnya saat ini telah terjadi peningkatan konsumsi masyarakat terhadap sayuran untuk menjaga kesehatan (Berliana, 2005). Menurut pengelompokan komoditas, tomat termasuk pada kelompok sayuran seperti halnya kubis, kentang, cabai, dan sebagainya, akan tetapi pada kenyataannya konsumen rumah tangga sering mengkonsusi tomat sebagai pengganti buah-buahan seperti melon, semangka, jeruk dan sebagainya. Sebagai pengganti buah-buahan tomat yang dipilih oleh konsumen adalah jenis tomat yang berwarna merah, berdaging tebal serta air buahnya cukup banyak, yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar misalnya dicampur dengan gula. Tomat cherry memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia karena merupakan sumber vitamin A, C dan E.
2
Usaha pembudidayaan tomat cherry dilakukan didalam green house dan juga secara konvensiona.
Budidaya tomat didalam greenhouse biasanya
dilakukan dengan teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik yaitu teknik budidaya tanaman dalam media inert dengan penambahan larutan hara. Teknologi hidroponik saat ini banyak digunakan untuk memproduksi sayuran. Keuntungan penggunaan teknologi hidroponik antara lain dapat meningkatkan kualitas dan hasil, menurunkan kehilangan hara, efesien dalam penggunaan pupuk dan air, serta penanganannya yang mudah karena menggunakan sistem komputerisasi (Resh, 1998). Kebutuhan penduduk yang semakin tinggi dalam mengkonsumsi tomat menuntut adanya suatu program yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh sebab itu dikembangkan suatu program yang dapat menjamin mutu dan kualitas produk yaitu program GAP (Good Agriculture Practice) yang bertujuan untuk menjamin mutu produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Good Agriculture Practices
merupakan akreditasi dokumen normatif
untuk sertifikasi dalam pemasaran produk. Dalam pelaksanaannya, hal ini mencakup kerangka kerja untuk mencapai standar dan upaya produsen untuk memproduksi secara optimum melalui norma dalam penggunaan benih, lahan, pupuk, perlindungan tanaman, energi, air, serta meminimalisasi pengaruh negatif terhadap lingkungan, dengan menjamin kesehatan lingkungan sosialnya dan kesejahteraan pekerja. Seluruh hal ini, berhubungan dengan mutu produk yang ditawarkan. Mutu merupakan gabungan kriteria yang memberikan nilai pada suatu produk yang dapat memuaskan konsumen. Mutu ini berkaitan erat dengan kesesuaian dengan tujuan/standar produk. Dalam basis implementasi sertifikasi, GAP ini juga berkaitan erat dengan GMP (Good Manufacturing Practices) dan GHP (Good Hygine Practices). Menurut data dari Dirjen Hortikultura (2009), tujuan dari penerapan GAP diantaranya
adalah
(1)
meningkatkan
produksi
dan
produktivitas,
(2)
meningkatkan mutu hasil buah-buahan termasuk keamanan konsumsi, (3) meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing, (4) memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam, (5) mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
3
lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, (6) mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, (7) meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional dan (8) memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. Sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya saing. Good Manufacturing Practice (GMP) berkaitan dengan pengolahan pasca panen produk dalam hal keamanan pangan, ramah lingkungan dan kesejahteraan pekerja sedangkan GHP merupakan komponen horizontal antara GAP dan GMP yang memberi jaminan terhadap keamanan pangan tersebut.
Tujuan Kegiatan magang ini memiliki 2 tujuan yaitu : 1. Tujuan Utama Tujuan utama dari kegiatan magang adalah untuk memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam segi teknik budidaya, kemampuan
manajerial,
dan
mempersiapkan
kemampuan
untuk
menghadapi proses kerja secara nyata. 2. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh informasi tentang budidaya, pengelolaan pasca panen dan marketing tomat di PT Saung Mirwan.
Untuk memperoleh informasi seberapa jauh seluruh kegiatan budidaya sudah sesuai dengan GAP (Good Agriculture Practice) untuk komoditas tomat.
Untuk memperoleh kesesuaian informasi budidaya tomat di PT. Saung Mirwan
tersebut dengan program industri ramah lingkungan
METODE
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Desa Sukamanah, Pasir Muncang, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Magang dilaksanakan selama empat bulan, mulai Februari sampai Juni 2011.
Metode Kegiatan magang yang dilakukan berupa praktik di lapangan dengan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan perusahaan mulai dari teknik budidaya, penanganan pascapanen, serta pemasarannya. Kegiatan magang meliputi: 1. Pengumpulan data mengenai pengelolaan usaha dan kondisi umum PT. Saung Mirwan dilakukan dengan cara mendeskripsikan teknik budidaya tanaman tomat yang dilaksanakan di PT.Saung Mirwan. Data
diperoleh
melalui
wawancara
dengan
pekerja
dan
penanggung jawab perusahaan. Selain itu, data ini juga diperoleh melalui pengamatan mandiri. Informasi kondisi umum meliputi informasi sejarah dan keadaan wilayah, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan identifikasi varietas tomat yang dibudidayakan di PT. Saung Mirwan. Kegiatan identifikasi dilakukan pada minggu pertama kegiatan magang yang bertujuan untuk mengetahui keragaman tomat serta sumber bibit yang diperoleh. 2. Perbandingan kegiatan produksi tanaman tomat dengan program GAP. Kegiatan yang dilaksanakan adalah semua kegiatan yang ada di lapangan dengan mengikuti sistem kerja di PT. Saung Mirwan. Kegiatan yang dilakukan adalah seluruh kegiatan budidaya tomat meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen. Jurnal kegiatan magang yang melaporkan kegiatan yang
5
dilaksanakan serta prestasi kerja dibuat setiap hari. Data ini diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan penanggung jawab kebun yang dilengkapi dengan pengisisan kuisioner yang telah disusun. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan dengan cara pengisisan kuisisoner oleh penanggung jawab kebun serta pengamatan mandiri dengan keikutsertaan dalam diskusi kelompok. Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu ke-2 hingga minggu ke-12 pelaksanaan magang. 3. Pendamping Manajer Kebun. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan aktivitas manajer kebun dan membantu asisten serta manajer dalam mengamati hasil kegiatan di lapang dan mengevaluasinya. Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu ke-13 hingga minggu ke-16 pelaksanaan magang . 4. Pengumpulan data mengenai produksi dan teknik pasca panen tanaman tomat di PT. Saung Mirwan. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi ataupun wawancara dengan manajer dan tetap dilakukan pengisisan kuisioner yang telah disusun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui potensi usaha tanaman tomat di PT. Saung Mirwan yang dilaksanakan pada minggu ke-13 dan ke-14 magang. 5. Evaluasi hasil data primer dan sekunder yang diperoleh dilaksanakan pada minggu ke-15 dan ke-16 pelaksanaan magang.
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara dengan penanggung jawab kegiatan (key informan). Hal yang diamati adalah aspek budidaya tanaman tomat yang terkait dengan lokasi lahan pertanian, struktur lahan pertanian, lingkungan lahan pertanian (tanah dan nutrisi), pemeliharaan lahan pertanian (pembibitan, penanaman, pemupukan, teknik irigasi, pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman, pemanenan, teknik pengolahan pasca panen), manajemen pertanian (catatan dan pelatihan staf). Selain itu, juga diamati beberapa karateristik tanaman tomat yang berkaitan dengan produksi, yaitu bobot buah per tanaman dan bobot buah total setiap kali panen. Data sekunder diperoleh melalui metode observasi dari data perusahaan yang sudah ada serta berbagai lembaga yang terkait dengan kegiatan produksi perusahaan. Data juga diperoleh melalui studi pustaka budidaya tomat. Data sekunder meliputi data yang mendukung pelaksanaan teknis lapangan, antara lain kondisi lingkungan (kondisi greenhouse, suhu, kelembapan, sanitasi, kebersihan dan pencahayaan) dan kondisi umum perusahaan (sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, ketersediaan faktor produksi, dan pemasaran).
Analisis Data Hasil kegiatan magang berupa data primer maupun sekunder dengan berbagai peubah dan rekomendasi teknis yang diterapkan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Setelah produksi, kemudian mati. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2m. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu diberi ajir dari turus bambu atau turus kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal (Wilson and Walter, 1967). Klasifikasi buah tomat menurut Wilson dan Walter (1967), tomat termasuk dalam divisi spermatophyta (tanaman berbiji), subdivisi angiospermae (biji berada dalam buah), kelas dicotyledonae, ordo tubiflorae, familia solanaceae, genus lycopersicon dan spesies Lycopersicon esculentum var. cerasiforme. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh vertikal menembus kedalam tanah dan horizontal berupa akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping. Daerah perakarannya dapat mencapai 1.5 m sedangkan ujung akarnya dapat mencapai kedalaman 0.5 m pada kondisi lingkungan yang optimum. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan dapat tumbuh baik jika ditanam pada lahan yang gembur dan porous (Wilson and Walter, 1967). Batang tanaman tomat mudah patah sewaktu masih muda sedangkan setelah tua menjadi keras hampir berkayu, persegi dan seluruh permukaan batangnya berbulu halus. Tanaman tomat cherry memiliki pertumbuhan batang indeterminate, dimana pertumbuhan batangnya tidak diakhiri dengan rangkaian bunga atau buah, arah pertumbuhannya vertikal, periode panen buahnya panjang atau dapat dipanen sepanjang musim, dan habitus tanaman umumnya tinggi dan akan lemah bila tidak ditopang (Opena and Van der Vossen, 1994). Daun tomat merupakan daun majemuk yang tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman. Daun tanaman tomat cherry umumnya lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya antara 20-30 cm atau lebih. Lebar daun sekitar 15-20 cm dan biasanya tumbuh dekat ujung dahan. Tangkai
8
daun bulat panjang sekitar 7-10 cm dan tebalnya antara 0.3-0.5 cm (Opena and Van der Vossen, 1994). Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan berwarna kuning cerah. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah kuntum bunganya sekitar 30-70 buah tiap clusternya. Jumlah kelopaknya 5 berwarna hijau dan 5 buah mahkota bunganya berwarna kuning yang bagian dalam dasarnya menyatu, sedangkan bagian atasnya meruncing menyebar, seolaholah menyerupai bintang. Bagian bunga terdiri atas benang sari (stamen) dan kepala sari (anther) yang didalamnya terdapat tepung sari (pollen). Kepala sari berbentuk kubah (cone) dengan celah menghadap kebawah sedangkan posisi putik berada di bawah kubah tersebut. Tangkai sarinya pendek dan kantong sarinya memiliki 12 alur, sehingga berbentuk seperti granat. Bunga tomat menyerbuk sendiri tetapi juga mudah untuk dilakukan penyerbukan silang (Rubazky dan Yamaguchi, 1999). Buah tomat cherry berbentuk bulat dengan diameter 1.5-3 cm. Bobot buah ± 30 gr, memiliki kulit buah tipis. Kulit buah ada yang berwarna merah muda, merah, oranye atau kuning (Opena and Van der Vossen, 1994). Biji tomat dikelilingi oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk pipih dan berwarna krem muda. Biji tomat umumnya memiliki panjang 2-3 mm (Rubazky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh Tanaman tomat dapat tumbuh didataran rendah sampai dataran tinggi dengan lahan yang dapat ditanami adalah lahan bekas sawah dan lahan kering. Idealnya, tanaman tomat tumbuh di tempat yang dingin, cuaca kering dan dataran tinggi (1000-1250 m dpl), khusus untuk tomat cherry umumnya tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian diatas 700 m dpl (Suarni, 2006). Menurut Cahyono (2008), tomat yang cocok ditanam di dataran tinggi antara lain varietas Berlian, Mutiara dan Kada sedangkan untuk dataran rendah
9
adalah Intan, Ratna, LV, CLN, Zamrud, Opal dan Mirah. Selain itu, ada varietas lain yang cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, yaitu varietas GH2, GH4, Berlian dan Mutiara. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 25-300C pada siang hari dan antara 160C-200C pada malam hari. Perbedaan harian yang besar untuk siang dan malam cenderung meningkatkan pembungaan, pertumbuhan dan kualitas buah. Pembentukan buah terbaik antara suhu 180C dan 240C, pada suhu dibawah 150C dan diatas 300C pembentukan buah berlangsung buruk. Untuk pembentukan buah, suhu malam lebih kritis dari suhu siang. Tomat cherry memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dan curah hujan pada kisaran 750-1250 mm per tahun. Meskipun demikian tanaman ini tidak tahan terhadap sinar matahari yang terik dan hujan lebat (Rubazky dan Yamaguchi, 1999). Keadaan temperatur dan kelembapan yang tinggi (95%), berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat cherry. Hal ini terjadi karena kelembapan yang tinggi akan merangsang peningkatan laju transpirasi melalui stomata yang membuka lebih banyak pada kelembapan tinggi. Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat merangsang pertumbuhan organisme pengganggu tanaman. Menurut Opena and Van der Vossen (1994), tomat dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat yang mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH ideal adalah 6.0-6.5, pH terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat meyebabkan defisiensi mineral dan keracunan. Menurut Salakpetch (2005), pembagian manajemen mutu dibedakan menjadi 3 bagian. Pembagian ini didasarkan pada HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) dan ISO (International Organization for Standardization). Quality Policy (Kebijakan Mutu).Kebijakan mutu ini merupakan kebijakan yang ditujukan untuk para petani, dimana mereka harus memiliki semboyan “kami berusaha untuk memproduksi buah dan sayuran segar untuk pasar segar dan akan memberikan kepuasan kepada pelanggan”
10
Quality Objectives (Sasaran Mutu). Sasaran mutu merupakan pelanggan ataupun konsumen. Sasaran mutu ini bertujuan untuk mengembangkan syaratsyarat utama yang menjadi permintaan konsumen. Hal ini berkaitan dengan kepuasan konsumen terhadap produk yang ditawarkan yang berkaitan dengan mutu fisik, kimia, biologi dan bebas hama penyakit. Sasaran mutu ini berbeda menurut jenis komoditas yang ditawarkan, misalnya sasaran mutu durian akan berbeda dengan sasaran mutu mangga. Quality Plan (Perencanaan Mutu). HACCP merupakan analisis ataupun peraturan yang mengatur suatu kegiatan misalnya budidaya tanaman dengan pemenuhan beberapa komponen yang telah ditetapkan. HACCP membantu dalam mengidentifikasi kualitas produk yang mungkin dalam pelaksanaannya masih ada faktor-faktor kerusakan yang perlu diseleksi, dihindari atau diminimalkan.
Penerapan Budidaya Terbaik untuk Sayuran Pemilihan jenis benih dan bibit yang baik akan sangat mempengaruhi keberlanjutan dan keberhasilan dari sebuah usahatani ataupun perusahaan pertanian. Setiap
tanaman pasti memiliki kondisi iklim tertentu agar dapat
tumbuh dan berpotensi maksimal sehingga jika kondisi lahan tidak sesuai maka kita harus menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Berdasarkan cara penanamannya, tanaman sayuran dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu : 1. Tanaman yang biasanya dipindahtanamkan (kubis, brokoli, kembang kol, selada, lada, seledri, tomat, terung) 2. Tanaman yang biasanya ditanam langsung (melon, labu pahit, mentimun, buncis, kangkung, bawang merah, jagung manis) 3. Tanaman harus tanam langsung (lobak, wortel, bit) Tanaman tomat merupakan tanaman yang biasanya dipindahtanamkan sehingga membutuhkan proses pembibitan. Proses pembibitan harus dapat menciptakan kondisi yang baik terhadap tanaman yang akan ditransplantasi. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam proses pembibitan adalah perlindungan
11
terhadap hama dan hewan tingkat tinggi seperti ayam, hujan, sinar matahari yang berlebihan dan perlindungan terhadap suhu ekstrim. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah media tanam yang baik untuk pembibitan. Adapun karateristik dari media tanam yang ideal adalah memiliki kemampuan menahan air dan aerasi dengan baik. mampu menyerap nutrisi dengan baik serta bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian
di Filipina yang dilakukan oleh Holmer
(1998) dan Trugglemann (2000), pemupukan pada tanaman sayuran akan memperoleh hasil yang terbaik jika ada pengkombinasian antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos berguna untuk memperbaiki sifat fisik, bioligi dan kimia tanah sedangkan pupuk anorganik seperti urea, NPK, KCl dan sebaginya berguna sebagai sumber bahan organik yang langsung tersedia dan dapat langsung diserap oleh tanaman. Perbedaan yang mendasar yang terdapat antara pupuk organik dan pupuk anorganik sebenarnya adalah konsentrasi dan ketersediaannya pada tanaman karena pupuk organik lambat tersedia bagi tanaman (melalui proses dekomposisi) sedangkan pupuk anorganik langsung tersedia bagi tanaman. Kombinasi dari kedua jenis pupuk ini akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas dari hasil sayuran. Aplikasi pupuk ini juga harus dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal (tahap basal) dilakukan pemberian pupuk organik secara keseluruhan pada masa sebelum tanam dan pada tahp berikutnya diberikan pada 1 ataupun 2 minggu setelah tanam (tergantung kondisi dan varietas tanaman). Pemberian air ataupun irigasi pada tanaman merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam budidaya tomat ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, air dan nitrogen merupakan 2 input yang mempengaruhi produksi tomat, ketersediaan air yang tidak cukup, harga pupuk yang meningkat, pengelolan air yang baik diperlukan untuk menjaga ketersedian nitrogen di zona perakaran Penanganan pasca panen merupakan faktor yang paling penting dalam menangani mutu tanaman terlebih tanaman sayuran. Pada dasarnya, penyebab utama kehilangan hasil pada tanaman sayuran adalah layu, kuning, dan tingkat
12
respirasi yang tinggi sehingga tanaman cepat busuk. Dalam hal ini, tanaman sayuran juga merupakan tanaman yang sangat cepat kehilangan air. Hal ini akan sangat merugikan karena selain merusak penampilan produk
juga akan
menyebabkan susut bobot yang besar. Untuk itu, sebenarnya perlu dikembangkan teknik-teknik pasca panen yang dapat mengurangi kehilangan hasil pada produk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perlakuan suhu dingin ataupun modifikasi kemasan sesuai dengan produk yang dihasilkan dengan memperhatikan laju respirasi dan jenis tanaman yang dihasilkan (Kader, 2002). Standar perlindungan pekerja merupakan standar peraturan yang dibuat untuk mengurangi resiko pekerja. Hal ini berkaitan dengan keracunan pestisida dan cedera pada saat bekerja dilapangan. Peraturan standar pekerja ini harus dilaksanakan oleh seluruh orang yang terkait dengan perusahaan tersebut, baik itu pemilik, kontraktor maupun manajer. Namun, ketentuan untuk tiap tingkatan pasti berbeda. Misalnya khusus kepada pekerja aplikasi pestisida, diberikan peraturan tambahan untuk mengikuti pelatihan aplikasi pestisida sebelum mereka turun ke lapangan. Hal ini juga berkaitan dengan label petunjuk penggunaan pestisida yang terdapat pada kemasan pestisida karena efek dari penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan dapat mengakibatkan hama resisten dan akan semakin sulit untuk dikendalikan. Pengendalian hama juga dapat dilakukan dalam pengendalian penyakit, hanya saja ada beberapa komponen yang berbeda. Dalam pengendalian penyakit terdapat 3 komponen yng harus diamati yaitu : tanaman inang, lingkungan, dan patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Hal ini sering disebut dengan “segitiga penyakit”. Jika lingkungan mendukung bagi perkembangan patogen maka penyakit akan menyebar. Pengendalian penyakit ini dapat ditangani dengan beberapa cara, antara lain : penanaman varietas tahan, sanitasi (pembersihan lingkungan dari patogen) (Kuswanto, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM Lokasi Tabel 1. Data suhu rumah kaca Februari-Juni, 2011 Week 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 19 20 21 22 23
Min 20.8 20.0 19.4 19.6 24.8 22.0 24.5 24.6 23.0 22.8 21.6 20.4 20.6 21.5 19.5 21.4
Suhu (0C) Max Rata-rata 34.4 27.6 29.0 27.8 30.2 20.6 32.0 25.8 36.0 25.3 33.3 27.6 30.0 27.2 31.1 27.9 30.0 26.5 31.6 27.2 33.6 27.4 34.2 27.3 34.8 27.7 36.3 28.9 34.2 26.8 34.6 28.0
Cuaca Mendung Berawan Hujan Berawan Panas Berawan Mendung Mendung Panas Berawan Berawan Cerah Mendung Berawan Berawan Panas
Kelembapan (RH) 75.9 67.0 77.2 71.9 66.3 74.7 75.5 68.8 70.0 70.0 76.6 73.2 72.5 75.8 74.3 67.9
Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
PT.Saung Mirwan berada pada 106054’ BT dan 6041’ LS dengan ketinggian 670 m diatas permukaan laut (dpl) yang berada di bawah kaki Gunung Pangarango. Lokasi PT.Saung Mirwan berada di Jalan Cikopo Selatan No. 134 Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Sebelah utara desa Sukamanah berbatasan dengan Desa Sukamaja, sebelah timur berbatasan dengan Desa Suka Karya dan Desa Suka Galih, sebelah barat dengan Desa Jambu Luwuk dan Desa Bojong Murni di sebelah selatan. Suhu tertinggi pada rumah kaca adalah 35-36 0C pada siang hari dan suhu terendah 18-24 0C pada malam hari dengan kelembapan udara (RH) 77% pada titik tertinggi dan 66% pada titik terendah. Jenis tanah pada daerah ini adalah
14
tanah latosol. Ciri-ciri tanah latosol adalah berwarna kecokelatan, liat remah, gembur, mudah menginfiltrasi air, daya dukung air baik dan tahan erosi. Tanah seperti ini cocok untuk penanaman sayuran dengan topografi yang berbukit-buit, datar dan miring. Tabel 1 merupakan data iklim rata-rata yang diperoleh pada bulan Februari sampai Juni 2011 Luas Areal dan Tata Guna Lahan
PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan sayuran yang memiliki 3 lokasi
lahan budidaya. Lahan budidaya ini terdiri dari lahan sendiri dan lahan mitra. Beberapa lahan yang dimiliki oleh perusahaan ini berada di desa Sukamanah, Garut dan kampung Lemah Neundeut. Lahan budidaya sendiri terdapat di Sukamanah dan Lemah Neundeut sementara lahan mitra berada di Garut. 1. Desa Sukamanah, Bogor Desa Sukamanah merupakan pusat produksi PT.Saung Mirwan Lokasi ini meliputi semua kegiatan produksi, pengemasan, serta penjualan. Oleh karena itu, lokasi ini merupakan wilayah terluas dibandingkan dengan 4 lokasi lahan PT.Saung Mirwan lainnya. Selain itu, bangunan kantor, rumah pemilik, gudang pengemasan, sarana olahraga, mess karyawan, bengkel, sarana ibadah serta berbagai sarana dan prasarana penunjang lainnya juga berada di tempat ini. Luas daerah ini lebih kurang mencapai 11 ha dan 4 ha diantaranya merupakan bangunan rumah kaca. Lahan di lokasi ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu lahan luar dan lahan di dalam rumah kaca. Lahan luar ditanami dengan paria, produksi benih edamame, rukulla, dan buncis mini. Lahan dalam rumah kaca ditanami dengan berbagai jenis tanaman sayuran dan tanaman hias. Tanaman sayuran yang ditanam antara lain tomat cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme), tomat biasa (Lycopersicon esculentum var. esculentum), salanova (Lactuca sativa L.), paprika (Capsicum annuum L. cv. group Grossum), timun (Cucumis sativus L.), dan sisitho (Capsicum annuum) dengan luas lahan sekitar 0.7 ha. Komoditi tanaman hias yang dikembangkan adalah bunga krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev
15
Syn.), kastuba (Euphorbia pulcherrima) , kalandiva (Kalanchoe sp.) dan kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana). Lokasi tanaman induk krisan juga dibagi menjadi 2 bagian, yaitu induk krisan untuk produksi stek pucuk di pasar lokal seluas 0.5 ha dan induk krisan untuk produksi stek pucuk di pasar ekspor. Bunga krisan ini, juga dijual dalam bentuk krisan pot dan krisan potong. Sebagian besar tanaman dibudidayakan di dalam rumah kaca walaupun ada beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan luar. Rumah kaca ini memiliki tipe ridge an furrow. Jika dilihat tipe rumah kaca yang ada di luar negeri, tipe rumah kaca akan dibuat cukup fleksibel sehingga dapat menanam secara periodik pada 4 musim yang berbeda untuk memperoleh hasil pertanian yang optimum. Sementara di Indonesia rumah kaca dibuat agar dapat melindungi tanaman dari hujan agar pupuk yang diberikan kepada tanaman tidak tercuci oleh air hujan. Selain itu, posisi rumah kaca juga dibuat menghadap utara agar cahaya matahari yang diperoleh dapat merata sepanjang hari (Nelson, 1978) Rumah kaca terbuat dari kontruksi besi stall sehingga lebih tahan lama dibandingkan dengan kayu yang memilki umur ekonomis 25 tahun. Plastik untuk atap merupakan plastik ultraviolet (UV) 14% setebal 2 milimikron berwarna putih dan memiliki umur teknis 6-12 bulan. Namun, hal ini juga berantung pada kondisi cuaca dan iklim. Jika banyak angin dan curah hujan tinggi plastik ini akan lebih cepat robek dan rusak. Rumah kaca ini memilki ukuran standar dengan panjang 36 m dan 40 m dan lebar 12.8 m dengan 2 atap dengan lebar masing-masing 6.4 m yang dibentuk menjadi 4 bedengan. Setiap rumah kaca terdiri dari 8 bedengan dengan ketinggian dinding 3-5 m. 2. Kampung Lemah Neundet, Bogor Lahan Lemah Neundet merupakan lahan sewa kepada PTPN VII Gunung-Mas Bogor dengan luas lebih kurang 3.5 ha. Lokasi ini berada diketinggian yang lebih tinggi daripada desa Sukamanah dan terletak di sebelah tenggara desa Sukamanah yang dapat ditempuh selama 15-20
16
menit. Lahan di daerah ini digunakan untuk bangunan rumah kaca seluas 1.2 ha. Gambar 1. Merupakan gambar keadaan rumah kaca yang ada di lokasi Lemah Neundeut dan beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan.
Gambar 1. Jenis tanaman dan kondisi greenhouse di Lemah Neundet 3. Garut Luas lahan di Garut yang disewakan kepada petani sekitar 9 ha sekitar areal penanaman. Lahan ini berada di Kecammatan Cisurupan, yaitu di Desa Cisurupan, Desa Tambaklaya, Desa Cilame, Desa Barusuda, dan Desa Baluwangi. Komoditi yang dikembangkan adalah selada (Lactuca sativa L.), dengan beberapa varitas yaitu butter head, lettuce head, lettuce romance demiscus, lolorosa A, lolorosa C, radichio (Chicorium intybus), endive (Cichorium endivia L.), kol merah (Brassica oleracea L. cv. group Red Headed Cababage), seledri (Apium graveolens), dan zucchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini).
Keadaan Tanaman dan Produksi PT.Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi bunga dan sayuran. Perusahaan lokal ini banyak memproduksi komoditas ekspor yang juga bergerak dalam bidang agribisnis sebagai produsen. Pada awalnya, perusahaan ini merupakan perusahaan yang mengembangkan teknik budidaya secara hidroponik namun pada tahun 1991 diperluas lagi dengan budidaya stek tanaman hias. Budidaya tomat di PT Saung Mirwan mulai dikembangkan pada tahun 1995. Tomat dibudidayakan didalam rumah kaca dengan menggunakan media
17
arang sekam. Adapun jenis tomat yang dikembangkan adalah tomat biasa dan tomat cherry. Khusus untuk tomat cherry, kultivar yang dikembangkan adalah Sakura, Guindo dan Gang. Tomat cherry merupakan produk ekspor yang dikembangkan untuk memenuhi permintaan dari beberapa Negara. Varietas Guindo diekspor ke Spanyol sedangkan varietas Sakura diekspor ke Jepang. Penjualan di daerah lokal adalah penjualan kepada konsumen retail seperti Carrefour, Matahari (Foodmart dan Hypermart). Super Indo, Yogya, Ranch Market dan lain-lain. Tomat chery membutuhkan waktu 12-15 minggu sampai panen sejak dari pembibitan. Pembibitan hanya membutuhkan waktu 2 atau 3 minggu kemudian dipindahkan ke lapang dan biasanya dibongkar setelah 19 minggu. Saat ini, pengembangan tanaman tomat cherry tidak hanya dari benih tapi juga mulai dikembangkan melalui stek pucuk/tunas air yang diambil dari tanaman induk yang berasal dari benih. Penanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan dilakukan berdasarkan adanya permintaan dari pasar, namun terkadang apabila terdapat lahan kosong dan tidak digunakan maka ditanami dengan tanaman lain (tidak bergantung pada permintaan). Data dibawah menunjukkan bahwa penanaman tomat cherry di lokasi T (BPT) mencapai 100 % dari target tanam sedangkan pada lokasi Propagation C, penanaman hanya 97% dari target penanaman. Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan benih tomat cherry yang masih tersedia ataupun yang dapat digunakan. Oleh karena itu, mandor melakukan stek pucuk untuk memperoleh bibit agar dapat memenuhi target tanam. Dalam stek pucuk ini, tidak semua hasil stek bisa digunakan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan faktor internal lainnya sehingga tidak semua lokasi yang menjadi target penanaman dapat ditanami. Tabel 2. merupakan data penanaman tomat cherry selama 4 bulan. Pada tabel tersebut kita dapat melihat target dan realisasi tanam tomat cherry selama 4 bulan pada 2 lokasi yaitu lokasi BPT (Greenhouse lokasi T) dan BRC (Propagation lokasi C).
18
Tabel 2. Penanaman tomat cherry selama 4 bulan Week
Target tanam 240 800 480 160 688 2,368
BPT Realisasi tanam 240 800 480 160 688 2,368
%
Target tanam 800 150 950
BRC Realisasi tanam 780 144 924 462
4 5 6 7 100 8 100 9 100 10 11 12 100 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 100 Total 100 Rata474 474 100 475 rata Sumber : Bagian Produksi PT.Saung Mirwan, 2011
98 96 97
Target tanam 240 1,600 480 310 688 3,318
Total Realisasi tanam 240 1,580 480 304 688 3,292
100 99 100 98 100 99
97
175
173
99
%
%
Adapun komoditi yang saat ini diproduksi oleh Saung Mirwan dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Komoditi tersebut dibagi menjadi 4 bagian yaitu, komoditi sayuran daun, komoditi sayuran buah, komoditi herb dan komoditi bunga. Sementara untuk varietas salanova ada beberapa yang dikembangkan yaitu Baby lettuce, Butter head, Lettuce head, Lettuce romance demiscus, Lolorosa A dan C, Red Batavia, Selada keriting, Selada merah dan Selada oakleaf Tabel 3. Komoditi Sayuran Buah dan Bunga PT. Saung Mirwan 2011 No
Komoditi Sayuran Buah
1
Cabai (Capsicum annuum) Paprika (Capsicum annuum L. cv. group 2 Grossum) Timun (Cucumis sativus L. cv. group 3 Slicing Cucumber) Tomat (Lycopersicon esculentum var. 4 esculentum) Zucchini (Cucurbita pepo L. cv. group 5 Zucchini) Sumber : Bagian Umum PT. Saung Mirwan, 2011
No
Komoditi Bunga
1
Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana)
2
Kalandiva (Kalanchoe sp.)
3
Kastuba (Euphorbia pulcherrima)
4 5
Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.) Krisan tipe standar (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
19
Tabel 4. Komoditi Sayuran Daun dan Komoditi Herb PT.Saung Mirwan 2011 No
Komoditi Herb
No
1
Basil (Ocimum basilicum)
1
2
Chervil (Anthriscus cerefolium)
2
3
Chives (Allium tuberosum)
3
4
Coriander (Coriandrum sativum)
4
5
Dill (Anethum graveolens)
5
6
Kemangi (Ocimum americanum)
6
7
Oregano (Origanum vulgare subsp. hirtum)
7
8
Rosemary (Rosmarinus officinalis)
8
9
Sage (Salivia officinalis)
9
10
Seledri (Apium graveolens)
11
Summer savory (Satureja hortenis)
12
Sweet Marjoram (Origanum majorana)
Komoditi Sayuran Daun Bawang daun (Allium fistulosum) Endive (Cichorium endivia L.) Kailan baby (Brassica oleracea L. cv. Chinese Kale) Kol merah (Brassica oleracea L. cv. Red Headed Cababage) Radichio (Chicorium intybus). Rukulla (Eruca vesicaria L. subsp. Sativa) Seledri (Apium graveolens) Pakchoi baby (Brassica rapa L. cv. Pakchoi) Salanova (Lactuca sativa L.)
13 Thyme (Thymus serpyllum) Sumber : Bagian umum PT.Saung Mirwan, 2011
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT.Saung Mirwan merupakan sebuah Perseroan Terbatas yang bergerak dalam bidang budidaya dan kemitraan. PT.Saung Mirwan memiliki seorang Presiden Direktur utama yaitu Tatang Hadinata yang juga merupakan pemilik perusahaan ini. Presiden Direktur dibantu oleh 2 Wakil Direktur yaitu Wakil Direktur yang menangani bidang Penjaminan Mutu, Teknik informatika dan Riset dan Pengembangan dan Wakil Direktur yang menangani Bidang Produksi, Bidang Komersil dan Bidang Umum. Masing-masing bidang ini, dipimpin oleh seorang Manajer. Bidang produksi membawahi seluruh kegiatan produksi yang terdapat di tiga lokasi yaitu, lokasi Desa Sukamanah, Garut dan Lemah Neundet. Kegiatan produksi ini dikepalai oleh kepala bagian yaitu, Kepala Bagian untuk Pot, MUM, BCF, Benih LST, Pengemasan, MP Export, Lokal dan HPT. Kepala bagian ini membawahi Kepala Divisi yang menangani beberapa bagian yang berjumlah 15
20
orang dan masing-masing bagian akan ditangani oleh Kepala Sub Divisi. Kepala Sub Divisi ini terdiri dari 27 orang yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan budidaya di lapangan. Bidang komersial memiliki lima Divisi yaitu, Divisi Penjualan Sayur, Divisi Penjualan Bunga, Divisi
Pengadaan. Divisi Pengemasan, dan Divisi
Kemitraan. Divisi Penjualan Sayur dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian ekspor, penjualan, Pendataan dan distribusi. Divisi Penjualan Bunga memiliki dua bagian yaitu bagian penjualan dan packaging. Divisi Pengadaan dibagi menjadi dua yaitu, bagian pembelian dan administrasi. Divisi Pengemasan dibagi menjadi empat yaitu, bagian penerimaan sayur, sayuran segar, sayuran segar potong dan bagian umum sedangkan divisi Kemitraan memilki tiga bagian yaitu, bagian mitra tani, mitra beli dan bagian sortasi dan penerimaan. Bidang Umum memiliki 4 bagian yaitu, Bagian Humas, Bagian Sumberdaya Manusia, Bagian Keuangan/Akutansi, dan Bagian Teknik. Bagian Humas dibagi menjadi bidang umum dan RTK sedangkan bagian Sumberdaya Manusia memilki dua bagian yaitu, bagian personalia dan bagian pengembangan. Bagian keuangan/akutansi memiliki dua bagian yaitu, bagian keuangan dan bagian akuntansi sedangkan bagian Teknik hanya memiliki 1 bagian yaitu bagian mekanik. Standar baku untuk jam kerja karyawan dimulai pada pukul 07.30-16.00 WIB dengan satu kali istirahat selama satu jam yaitu pukul 12.00-13.00 WIB untuk hari Senin-Kamis. Hari Jumat, jam istirahat lebih panjang selama dua jam mulai dari jam 11.00-13.00 WIB kemudian dilanjutkan sampai jam 16.00 WIB. Hal ini dikarenakan pada hari Jumat staf dan karyawan laki-laki yang muslim melaksanakan sholat Jumat. Untuk hari Sabtu, jam kerja hanya setengah hari yaitu sampai pukul 13.00 WIB sedangkan untuk hari Minggu diberlakukan jam kerja lembur. Terdapat perbedaan jam kerja untuk karyawan pengemasan sayur yang bekerja setiap
hari (Senin sampai Minggu). Namun pembagian kerja ini
dilakukan dengan pemberlakuan sift kerja. Sift kerja dibagi menjadi dua yaitu sift pagi dan sift siang, sift pagi mulai bekerja pukul 07.00-12.00 WIB dengan jam
21
istirahat yang sama sedangkan sift siang mulai pukul 13.00-17.00 dan dilanjutkan pukul 20.00 sampai selesai, biasanya sampai pukul 03.00 WIB. Saat ini PT.Saung Mirwan memiliki jumlah total karyawan sebanyak 205 orang. Rincian mengenai jumlah karyawan berdasarkan jabatan, gender dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 5, 6, dan 7. Tabel 5. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Jabatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Posisi Direktur utama Direktur Manajer Kepala bagian Kepala seksi Kepala sub seksi Bulanan Harian tetap Harian lepas Total
Jumlah 1 2 6 8 15 27 72 48 26 205
Sumber : Bagian Human Resource PT.Saung Mirwan, 2011
Karyawan yang terdapat di PT. Saung Mirwan sebagian besar merupakan karyawan bulanan, karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas. Setiap karyawan ini mempunyai tugas dan tanggung jawab serta memiliki upah yang berbeda-beda. Karyawan bulanan merupakan tenaga kerja tetap yang memiliki upah dan tunjangan setiap bulan. Karyawan bulanan berhak atas tunjangan kesehatan dan pengobatan, tunjangan jabatan dan hari raya, premi atas lama pengabdian dan kehadiran serta uang makan. Karyawan bulanan terdiri dari 35.12 % dari total seluruh karyawan. Karyawan bulanan ini pada awalnya merupakan karyawan harian lepas ataupun karyawan harian tetap kemudian berdasarkan rekomendasi mandor dan lama pengabdian (≥ 5 tahun) maka karyawan ini dapat diangkat menjadi karyawan bulanan. Biasanya karyawan bulanan bekerja sebagai mandor dan karyawan di lahan budidaya namun ada juga beberapa yang bekerja di bagian pengemasan. Karyawan harian tetap (23.41%) merupakan karyawan tetap dengan gaji yang disesuaikan dengan standar gaji karyawan per hari dan karyawan ini memperoleh tunjangan. Karyawan harian lepas yang berjumlah sekitar 12.68% dari total karyawan merupakan tenaga kerja tidak tetap dan upah disesuaikan dengan gaji karyawan tetap per hari namun karyawan harian lepas ini tidak memperoleh tunjangan apapun dari perusahaan.
22
Tabel 6. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Gender No 1 2
Gender Pria Wanita Total
Jumlah 137 68 205
Sumber : Bagian Human Resource PT.Saung Mirwan, 2011
Karyawan pria yang bekerja di PT. Saung Mirwan berjumlah 2 kali lipat dari karyawan wanita. Karyawan pria biasanya bekerja sebagai karyawan bulanan, kepala seksi, kepala sub seksi dan kepala bagian. Sementara karyawan wanita biasanya bekerja sebagai staf administrasi, karyawan harian tetap dan harias lepas. Pembagian upah karyawan terdiri dari 2 jenis, yaitu upah bagi karyawan bulanan dan upah mingguan bagi karyawan harian. Pembagian upah ini didasarkan pada tingkat pendidikan, lama pengabdian, hari orang kerja, jenis kelamin, dan fungsi tanggung jawab. Tabel 7. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Pendidikan No 1 2 3 4 5
Jumlah 9 6 40 20 130 205
Pendidikan S1 D3 SLTA SLTP SD Total
Sumber : Bagian Human Resource PT.Saung Mirwan, 2011
Berdasarkan tingkat pendidikan, karyawan lulusan SD merupakan kelompok terbesar dari jumlah total karyawan yang ada di PT. Saung Mirwan. Karyawan lulusan SD biasanya bekerja sebagai karyawan harian lepas dan karyawan harian tetap. Karyawan bulanan minimal merupakan lulusan SD hingga SLTA dan untuk karyawan yang telah bekerja minimal 5 tahun dapat diangkat sebagai Kasubsi, D3 untuk posisi Kasi dan S1 untuk Kabag dan Manajer.
23
B. PRESTASI KERJA DALAM KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Budidaya Tomat Cherry Persiapan Tanam Teknik budidaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi produksi tanaman. Budidaya tomat cherry pada PT.Saung Mirwan melakukan budidaya dengan sistem hidroponik sehingga terdapat beberapa perbedaan dengan budidaya secara konvensional baik dalam pemberian pupuk, hara, pestisida dan perlakuan lainnya.
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Tray pembibitan tomat cherry, (b) Pembibitan tomat cherry Pembibitan tanaman tomat cherry dilakukan dalam tray berwarna putih dan akan dikecambahkan selama 2 atau 3 minggu (Gambar 2). Selain bibit dari pembibitan dan perkecambahan benih, dilakukan juga perbanyakan tanaman dengan stek tunas (stek pucuk). Pucuk yang diambil berasal dari tunas air (tunas adventif) yang terdapat pada tanaman tomat cherry yang tumbuh dari benih. Hal ini dilakukan karena pada saat ini PT.Saung Mirwan tidak dapat memenuhi kebutuhan benih yang dibutuhkan dilapangan. Namun bibit dari hasil stek pucuk ini juga cukup baik untuk dikembangkan, setidaknya dapat menggunakan tunas air yang seharusnya tidak digunakan lagi.
24
Gambar 3. (a) Hasil stek dalam plastik, (b) Pengikatan plastik bagian atas tanaman yang distek Setelah diambil dari batangnya, tunas-tunas air ini kemudian dipotong dan bagian bawah batang diberi suatu bahan aktif untuk menginduksi perakaran kemudian ditanam dalam pot berwarna putih. Media yang digunakan sama dengan media pembibitan yaitu arang sekam, dalam satu pot terdapat 8 sampai 9 tunas. Setelah itu pot ini dibungkus dalam plastik putih yang diikat di bagian atasnya (Gambar 3). Hal ini dilakukan untuk melindungi tanaman dari serangan berbagai hama dan menjaga kodisi tanaman tetap basah dan lembab. Plastik yang digunakan adalah plastik putih agar cahaya tetap dapat ditangkap oleh tanaman untuk membantu proses pertumbuhannya. Bibit ini akan dipindahkan ke lahan setelah berumur 2 sampai 3 minggu, setelah akarnya cukup banyak dan kuat (Gambar 4)
Gambar 4. (a) Tanaman hasil stek berumur 1 minggu dalam plastik, (b) Bibit stek yang telah berakar, (c) Bibit stek siap tanam
25
Persiapan Lahan
Gambar 5. Pembersihan lantai semen dengan menggunakan power sprayer (steam) Jika lahan bekas tanaman lain belum diberi mulsa maka akan dilakukan pemasangan mulsa terlebih dahulu. Namun, jika lantai lahan merupakan lantai semen maka akan dilakukan pembersihan menggunakan power sprayer (Gambar 5)Dalam pemasangan mulsa ini, terlebih dahulu tanah dibuat dalam beberapa guludan dengan lebar 60 cm dan lebar antar guludan untuk tempat berjalan 100 cm. Di atas guludan diletakkan batu secara berderetan dengan jarak antar batu 2025 cm. Peletakan batu ini dilakukan sebagai tempat peletakan polybag tanaman tomat nantinya. Setelah itu, seluruh lahan ditutup dengan plastik mulsa berwarna hitam atau perak (Gambar 6). Pemberian mulsa ini salah satunya bertujuan untuk mengurangi kegiatan pembersihan gulma. Selain itu, penggunaan mulsa ini juga dapat meningkatkan kebersihan kebun khususnya di sekitar tanaman.
Gambar 6. Proses pemasangan mulsa pada lantai tanah
26
Lahan yang telah diberi mulsa tidak lagi membutuhkan kegiatan pemasangan mulsa karena mulsa yang digunakan di PT.Saung Mirwan adalah untuk dua kali musim tanam. Kegiatan yang perlu dilakukan hanya pembersihan mulsa dari kotoran-kotoran tanaman sebelumnya dan sisa arang sekam yang mungkin berjatuhan di lantai pada saat membongkar tanaman. Kegiatan ini juga dapat dilakukan dengan cara menyikat lantai untuk membersihkan lumut-lumut yang menempel pada lantai. Setelah itu akan dilakukan penyiraman dengan air bersih menggunakan power sprayer (steam). Media yang digunakan dalam penanaman tomat cherry ini adalah media arang sekam. Untuk persiapan media, dilakukan pembakaran sekam pada pukul 17.00 WIB sampai keesokan harinya pada pukul 07.00 WIB. Pembakaran ini dilakukan di tempat pembakaran sekam dengan menggunakan tungku api berupa pipa besi panjang, caranya dengan membakar kayu bakar ataupun arang di dalam pipa besi tersebut, kemudian arang sekam mentah diletakkan secara merata mengelilingi pipa besi. Api yang berasal dari pipa besi tersebut akan membakar sekam di sekelilingnya dan pada akhirnya semua sekam akan terbakar pada keesokan harinya (Gambar 7). Arang sekam yang telah terbakar terlebih dahulu disiram dengan air bersih agar tidak menjadi abu sekam. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam yaitu 5 : 2 yang artinya dari 5 karung sekam mentah dapat diperoleh 2 karung arang sekam.
Gambar 7. Proses pembakaran sekam untuk media hidroponik
27
Wadah yang digunakan untuk tanaman tomat cherry ini adalah polybag berwarna hitam berukuran 35 x 40 cm yang dapat diisi dengan 2-2.5 kg arang sekam. Untuk penanaman dilakukan pengisian polybag menggunakan arang sekam setinggi 20-25 cm. Setelah itu, polybag-polybag tersebut disusun diatas batu yang telah diatur sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan pemasangan selang irigasi untuk memberikan air
dan nutrisi tanaman berupa irigasi tetes (drip
irrigation). Penanaman
Gambar 8. Lahan siap tanam Penanaman tomat cherry dilakukan setelah 2 sampai 3 minggu benih di persemaian dan langsung ditanam pada lahan siap tanam (Gambar 8). Jika bibit berasal dari stek maka harus diperiksa keberadaannya apakah masih layak untuk ditanam atau tidak. Sebelum melakukan penanaman maka ke dalam media sekam diberikan pupuk dasar. Komposisi pupuk dasar yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 8. Pemberian pupuk dasar ini dilakukan beberapa jam sebelum penanaman ataupun maksimal 1 hari sebelum penanaman. Hal ini bertujuan agar pada saat penanaman media sekam masih basah sehingga tanaman tidak stres dan langsung dapat memperoleh hara. Sebelum pemberian pupuk dasar, biasanya arang sekam akan diberi klorin terlebih dahulu 3 hari sebelum tanam untuk membunuh bakteri yang mungkin ada di dalam arang sekam.
28
Tabel 8. Komposisi Pupuk Dasar Penanaman Tomat per 1000 liter Stok Bak A
Jenis (gr) HNO3 Ca(NO3)2 Fe 13% KH2PO4 KNO3 K2SO4 MgSO4 Mn Zn Borax
Bak B
Larutan pekat (gr) 16 1.243 7 170 339 13 554 2 1 4
Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
Gambar 9. Proses penanaman tomat cherry secara hidroponik Kegiatan
penanaman
tomat
cherry
ini
dilakukan
dengan
cara
memindahkan bibit yang ada di tray ke polybag yang telah disiram dengan pupuk dasar. Di dalam 1 polybag akan ditanam 2 bibit cherry dan disesuaikan ukurannya (Gambar 9). Sebelum pemindahan sebaiknya disiram terlebih dahulu agar arang sekam dan akar tanaman dapat dengan mudah dipindahkan dari tray. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan kayu ataupun telunjuk tangan sedalam 5-10 cm. Setelah itu bibit dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan akarnya ditutup dengan menggunakan arang sekam. Berbeda dengan bibit yang berasal dari stek. Bibit ini membutuhkan lubang tanam yang lebih dalam dan lebar karena bibit dari hasil stek ini memiliki batang yang lebih besar dan akar yang
29
lebih banyak. Biasanya 1-2 hari setelah penanaman, bibit dari stek ini mengalami stres dan layu namun untuk selanjutnya akan beradaptasi dengan lingkungannya. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan terhadap tomat cherry ini sebenarnya sama saja dengan tanaman tomat pada umumnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain, penyiraman, pemberian pupuk, pengajiran, pemangkasan, penyerbukan
dan
pewiwilan. Hanya saja untuk tomat cherry pewiwilan dilakukan lebih intensif (sampai 3 kali seminggu) karena tunas tomat cherry lebih cepat tumbuh dan berkembang sehingga apabila tidak dikendalikan akan mengganggu pertumbuhan tanaman . Untuk penyiraman dan pemberian pupuk dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan saluran irigasi berupa drip irrigation. 1. Penyiraman dan Pemupukan Penyiraman tanaman tomat cherry dilakukan setiap hari dengan menggunakan irigasi tetes. Penyiraman yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan cuaca. Jika cuaca panas dan kering maka penyiraman dilakukan sebanyak 8 kali dengan penyiraman setiap jam selama jam kerja, namun apabila cuaca mendung dan berawan maka penyiraman dapat dikurangi tergantung kondisi tanaman. Penyiraman dilakukan oleh pihak yang bertugas pada bagian nutrisi dengan komposisi yang telah ditetapkan (dapat dilihat pada Tabel 9). Tabel 9. Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter Stok Bak A
Bak B
Jenis Ca(NO3)2 (kg) Fe13% (gr) KH2PO4 (kg) KNO3 (kg) K2SO4 (kg) MgSO4 (kg) Mn (gr) Zn (gr) Borax (gr) Cu (gr) NaMo (gr)
Jumlah (gr) 29.2 175 4.6 12.3 2.4 10 46 39 77 5 3
Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
30
Pertama air dimasukkan dari pusat setelah itu akan dialirkan ke bak penampung yang berisi 3000 l. Sebelumnya, terlebih dahulu disiapkan pupuk pekat yang diaduk dengan air sebanyak 90 l untuk setiap bak (bak A dan bak B). Semua larutan akan dicampurkan dan dimasukkan kedalam bak A dan bak B (Gambar 10).
Gambar 10. Bak Irigasi Setelah itu, larutan pupuk akan masuk ke mesin supply melalui despriter/saringan pasir. Saringan pasir ini berguna untuk menyaring pupuk agar dapat dialirkan 100% ke tanaman. Pembersihan saringan ini dilakukan dengan cara memasukkan air dari bagian bawah kemudian dikuras dan air yang kotor akan keluar dan dibuang dari atas. Saringan ini dikuras sampai air yang keluar dari pipa sudah berwarna bening dan bersih. Dari saringan pasir, pupuk akan masuk ke dalam rumah kaca melalui filter (Gambar 11) yang terdiri dari 2 bagian.. Untuk pembersihan selang dan semua pipa yang digunakan dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pembersihan ini dilakukan dengan cara memasukkan asam nitrat pada sore hari kemudian pada keesokan harinya dibersihkan dan dibilas dengan menggunakan air bersih.
Gambar 10. Saringan pasir air irigasi
31
Dosis pupuk per tanaman tidak lebih dari 2 l per hari (8 kali penyiraman). Untuk tanaman muda dalam sekali penyiraman diberikan 150 cc ataupun selama 3 menit sedangkan untuk tanaman dewasa diberikan pupuk sebanyak 200 cc setiap kali penyiraman atau lebih kurang selama 5 menit.
2. Pengajiran Pengajiran merupakan pemberian tali ajir pada tanaman agar dapat tumbuh tegak dan menopang buah. Pengajiran pada tomat cherry dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 minggu di lapangan. Tali yang digunakan adalah benang kasur. Pengajiran ini dilakukan dengan cara mengikatkan tali ajir pada batang tanaman dan melilitkan tali tersebut pada cabang tanaman dari kiri ke kanan (Gambar 12). Khusus untuk tanaman tomat, bagian atas tali ajir dikaitkan pada sebuah besi yang berbentuk huruf S dan digantungkan pada kawat melintang. Besi yang berbentuk huruf S ini dibuat dari kawat dengan menggunakan tang. Tujuan pemberian besi ini untuk mempermudah penggeseran tanaman ketika ajir dinaikkan. Ajir tanaman akan dinaikkan mulai pada saat tanaman berumur 5,7,9 dan12 MST dan dilakukan penurunan tanaman pada saat seminggu sebelum panen. Penurunan tanaman ini dilakukan bersamaan dengan penaikan ajir, ketika ajir tanaman dinaikkan maka tanaman akan diturunkan kearah kanan. Tujuan penurunan tanaman ini yaitu untuk mempermudah pewiwilan dan pemangkasan tanaman . Penurunan ini akan tetap dilakukan sampai tanaman siap dibongkar
Gambar 11. Proses Pengajiran pada tomat cherry
32
3. Pemangkasan
Gambar 12. Tanaman tomat cherry yang telah dipangkas Pemangkasan dilakukan setelah ajir dinaikkan dan batang diturunkan. Tujuan dari pemangkasan ini adalah untuk membuang bagian daun yang sudah menguning dan yang terserang hama dan penyakit. Selain itu, pemangkasan ini juga bertujuan untuk menghindari pertumbuhan vegetatif yang terlalu maksimal sehingga
dapat
menghambat
pertumbuhan
generatif
tanaman
(buah).
Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting dan bagian yang dipangkas adalah dua daun atau lebih dari daun yang paling bawah dan sudah tua atau menguning (Gambar 13). Untuk pemangasan pucuk (pemotongan titik tumbuh) dilakukan 3 minggu sebelum tanaman dibongkar. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif sehingga nutrisi yang diberikan digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan buah agar mencapai ukuran yang normal. Umur ekonomis tanaman tomat cherry biasanya mencapai 24 minggu.
4. Penyerbukan Penyerbukan pada tomat cherry pada dasarnya merupakan penyerbukan sendiri. Penyerbukan ini dilakukan setiap pagi setelah cuaca cukup panas dan matahari cukup terik, biasanya dilakukan pada pukul 08.00-09.00 WIB. Penyerbukan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tomat cherry dengan menggunakan kayu pemukul (Gambar 14) yang dilapisi dengan busa agar tidak terjadi kerusakan pada batang.
33
Gambar 14. Alat penyerbuk 5. Pewiwilan Pewiwilan adalah pembuangan tunas adventif pada tanaman agar tidak menghambat pertumbuhan batang utama. Tunas adventif (Gambar 15) yang biasa disebut dengan tunas air merupakan tunas yang tumbuh pada tempat yang tidak semestinya (biasanya pada ketiak batang atau pada ujung bunga). Tunas adventif yang dibiarkan tumbuh akan dapat menghambat intersepsi cahaya matahari di sela-sela daun. Tunas ini tidak berfungsi dan juga tidak akan menghasilkan buah sehingga harus dibuang untuk mengurangi persaingan memperoleh nutrisi pada batang utama. Di PT.Saung Mirwan, tunas air ini juga digunakan sebagai bibit tanaman yang diperoleh melalui stek pucuk
Gambar 13. Tunas air yang akan dibuang (diwiwil) Pewiwilan ini dilakukan 2 atau 3 minggu setelah tanam. Biasanya pewiwilan ini dilakukan bersamaan dengan pengajiran tanaman. Pada pewiwilan
34
pertama bagian yang dibuang adalah tunas air dan daun pertama yang berada pada dasar batang. Setelah itu, pewiwilan dilakukan tergantung pada pertumbuan tanaman. Untuk tomat cherry biasanya diakukan 2-3 kali dalam seminggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan suatu faktor yang tidak dapat dihindari dari sistem budidaya tanaman. Pada PT.Saung Mirwan khususnya tanaman tomat cherry, pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi masih sangat besar yaitu dengan penyemprotan pestisida dan bahan kimia lainnya. Penyemprotan pestisida ini dilakukan secara rutin yaitu 2-3 kali dalam seminggu tergantung berat atau ringannya jenis serangan. Biasanya penyemprotan ini dilakukan pada sore hari hari yaitu pada saat suhu berada dibawah 300C dan kelembapan minimal 60%. Hal ini harus diperhatikan karena apabila penyemprotan dilakukan dalam suhu dan kelembapan yang tidak sesuai maka akan menyebabkan toksisitas pada tanaman. Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang pertumbuhan tanaman tomat cherry, antara lain : 1. White Fly (Bemisia tabaci)
Gambar 14. Hama white fly Hama ini merupakan hama yang menyerang bagian daun tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan menghasilkan embun madu sehingga daun akan terlihat keriput dan kecokelatan. Adapun gejala yang ditimbulkan dari seranga hama ini adalah adanya bercak klorosis kekuningan pada daun, daun kering dan
35
mati dan secara umum daun menjadi layu dan gugur (Gambar 16). Selain itu, juga timbul jelaga hitam pada daun dan batang. Pengendalian untuk hama jenis ini biasanya dilakukan dengan pengendalian kimia yaitu dengan cara penyemprotan insektisida dengan bahan aktif metomil 25%,
2. Leafminer (Liriomyza trifolli) Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang menyerang pada stadium larva dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bagian bawah epidermis sehingga
menyebabkan
daun
berwarna
kekuningan
(Gambar
17).
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan dengan penyemprotan pestisida dengan bahan aktif abamektin.
Gambar 15. Hama Leafminer
3. Thrips Thrips ini merupakan hama yang menyerang bagian daun muda, bunga dan buah dan berada di bawah daun. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya perubahan warna pada daun serta bagian antara tulang-tulang daun berwarna kelabu sehingga akhirnya akan terbentuk bercak kering (Gambar 18). Pengendaliannya adalah dengan penyemprotan pestisida dengan bahan aktif imidakloprid 200 gr/l
36
Gambar 16. Hama thrips 4. Penyakit embun tepung (powdery mildew) Adapun gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adanya bercak nekrotik berwarna kekuningan pada permukaan daun atas dan apabila daun dibalik maka akan terlihat tepung berwarna putih keabu-abuan (Gambar 19). Serangan ini biasanya dimulai dari daun yang tua dan menular kedaun muda. Daun yang terserang penyakit ini juga biasanya ditumbuhi oleh cendawan Peronospora
parasitica
sehingga
menghambat
fungsi
daun
untuk
berfotosintesis. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan pembuangan daun yang telah terserang dan juga dengan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif klorotalonil 500 gr/l. Menurut Rukmana (1999) pengendalian penyakit ini juga dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum tanam yaitu dengan perendaman selama 15-30 menit dengan air hangat 55-600C, menjaga kebersihan kebun, dan penyemprotan fungisida
Gambar 17. Hama embun tepung.
37
5. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) Penyakit ini biasanya akan menyerang bibit di persemaian dan tanaman dewasa. Patogen ini masuk kedalam tanaman melalui akar kemudian menyerang jaringan pembuluh sehingga tanaman akan layu dan akhirnya mati. Bagian yang terserang akan lunak dan berair tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut (Gambar 20). Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah dengan cara mencelupkan akar bibit tanaman kedalam larutan fungisida sebelum tanam (Rahmat Rukmana, 1999). Untuk pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara pemberian Previkur-N (0.3cc/l) serta diupayakan agar sirkulasi udara tetap lancar dan tidak ada air yang tergenang pada lokasi penanaman.
Gambar 18. Penyakit layu fusarium
6. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) Selama 4 bulan pengamatan, penyakit ini merupakan penyakit utama yang menyerang tanaman tomat cherry. Hal ini disebabkan karena bibit tanaman yang ditanam merupakan bibit yang berasal dari stek pucuk. Sebelum penanaman bibit tersebut tidak diberi perlakuan apapun, hanya dengan pemberian rooton dan kemudian ditanam dalam polybag. Selain itu, pada saat
38
penyetekan tanaman mengalami pelukaan sehingga bakteri sangat mudah untuk masuk ke dalam tanaman. Adanya penyakit ini juga menyebabkan penularan terhadap tanaman yang berasal dari benih sehingga PT.Saung Mirwan mengalami kerugian yang besar karena produksi tanaman yang berkurang dan tanaman harus dibongkar sebelum waktunya. Penyakit ini disebabkan oleh patogen yang menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan hara terganggu. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah tanaman layu, kuning, kerdil dan akhirnya mati (Gambar 21). Bagian yang mengalami pembusukan akibat penyakit ini mengeluarkan cairan berwarna putih seperti lendir. Jika sudah terserang, hal pertama yang harus dilakukan adalah pembuangan tanaman yang terserang kemudian dibuang sejauh mungkin agar tidak menular pada tanaman lain karena apabila sudah menyebar maka penyakit ini tidak dapat dikendalikan lagi. Selain itu, juga sering dilakukan penyemprotan bakterisida dengan bahan aktif streptomisin sulfat 20 %. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan tanaman dan lingkungan penanaman serta perlakuan pergiliran tanaman.
Gambar 19. Penyakit layu bakteri
7. Busuk ujung buah (Blossom end rot) Kerusakan
ini disebabkan oleh adanya kekurangan unsur Ca dalam
tanaman. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah adanya bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi cokelat tua (Gambar 22). Bercak tersebut menandakan jaringan yang berada dibawahnya mati sehingga
39
mengakibatkan bagian tersebut cenderung lebih cepat matang. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Menurut Untung (2000), penyakit ini sebenarnya timbul akibat defisiensi unsur K pada buah itu sendiri bukan karena kandungan kalsium dalam nutrisi. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain stress air, defisiensi kalsium, EC tinggi, ketidakseimbangan komposisi nutrisi, lingkungan yang tidak mendukung atau kombinasi dari beberapa faktor tersebut. Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat menyebabkan adanya penyakit ini karena penguapan yang sedikit akan mengakibatkan transportasi air ke daun menjadi lambat sehingga aliran kalsium melalui xylem ke jaringan buah juga berkurang. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan penyemprotan (CaNO3)2 (5-7g/l). Menurut Pantastico danVenter (1986), penyakit ini juga dapat dikurangi dengan penyemprotan CaCl2.
Gambar 20. Penyakit busuk ujung buah Selain beberapa penyakit diatas, kemungkinan penularan penyakit bisa saja terjadi pada benih tanaman sebelum ditanam. Menurut Kuswanto (2000), kemungkinan penularan penyakit pada benih dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu benih tertular penyakit pada waktu prosesing dan pengemasan benih, ketika benih berada dalam penyimpanan atau di rantai pemasaran sebelum sampai ke tangan petani dan benih tertular penyakit di tangan petani sebelum benih dipakai untuk usaha tani.
40
Pemanenan Pemanenan merupakan pengumpulan hasil tanaman yang telah sesuai dengan kriteria kematangan yang diinginkan oleh konsumen. Pemanenan yang dilakukan pada tanaman tomat cherry adalah pemanenan dengan kriteria kematangan 80%. Tomat cherry biasanya sudah dapat dipanen setelah berumur 12-15 MST. Pemanenan dilakukan setiap 2 hari sekali. Pemanenan dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00 WIB. Cara pemanenan tomat cherry adalah dengan memetik buah secara hatihati dan tetap menjaga agar buah tersebut tidak rusak atau pecah. Tomat cherry tidak memiliki produk BS, hanya dilakukan pemisahan kepada buah yang busuk dan terserang penyakit.
Pengolahan Hasil Pengolahan hasil produk yang dihasilkan dari lahan akan dilakukan diruang packing. Ruang packing di PT.Saung Mirwan terdiri dari 2 bagian yaitu, packing untuk sayuran dan packing untuk bunga (khususnya krisan). Packing sayuran terdiri dari 2 ruangan yaitu packing biasa dan packing untuk sayuran segar potong dengan suhu 40C. Ruangan ini digunakan untuk proses perajangan yang dilakukan pada beberapa komoditi misalnya tomat dan bawang Bombay. Proses pembuatan sayuran segar potong ini dimulai dari proses perajangan terlebih dahulu (Gambar 23). Perajangan dilakukan dengan mencacah produk menggunakan pisau kemudian akan dimasukkan ke dalam mesin perajangan untuk dicacah lebih kecil lagi. Setelah keluar dari mesin perajangan maka hasil rajangan akan dicuci dengan air bersih. Pencucian ini dilakukan 2 kali agar produk yang dijual nantinya merupakan produk yang benar-benar bersih. Setelah dicuci, produk ini akan dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan mesin pengeringan selama 3-5 menit. Produk yang sudah kering akan dikemas dalam plastik, masing-masing sebanyak 200 gr. Plastik yang telah terisi produk ini kemudian dimasukkan ke dalam mesin pres untuk memadatkan produk dalam
41
kemasan dan mengeluarkan semua udara yang terdapat dalam kemasan sehingga produk dapat tahan lebih lama.
Gambar 21. Proses perajangan dan pemackingan komoditi tomat dan bawang Bombay Packing krisan merupakan pengemasan produk mother plan yang akan diekspor. Tanaman yang dikemas merupakan krisan yang siap tanam dengan panjang 10-15 cm tanpa akar. Pengemasan ini dilakukan dengan mengumpulkan tanaman yang akan dikemas terlebih dahulu di dalam boks. Setelah itu, tanaman akan dikepruk (dipukul-pukul dengan tangan) untuk mengeluarkan hama trips yang sering terdapat pada tanaman. Kemudian krisan ini akan disusun dalam sebuah plastik dan setiap plastik terdapat 52 tanaman siap tanam. Setelah itu, kemasan ini akan dimasukkan kedalam boks karton dan siap untuk didistribusikan.
42
Aspek Manajerial 1. Karyawan Harian Kegiatan pelaksanaan magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT.Saung Mirwan. Satu bulan pertama, penulis bekerja sebagai karyawan harian yang bertugas di lapangan untuk membantu dan mengerjakan pekerjaan sebagai karyawan harian. Kegiatan yang dilaksanakan sebagian besar merupakan kegiatan yang berhubungan dengan budidaya tomat cherry mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pewiwilan, penyerbukan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengajiran), panen dan pasca panen. Selama bekerja sebagai karyawan harian, rata-rata jumlah jam kerja penulis adalah 6 jam kerja dari 7 jam kerja normal karyawan. Hal ini disebabkan karena penulis setiap hari melaksanakan pengamatan tersendiri mengenai topik khusus tentang GAP sebelum melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan. Karyawan harian bekerja selama 7 jam dalam sehari. Setiap karyawan diwajibkan untuk mengisi daftar hadir setiap harinya dan kepala subdivisi akan menjelaskan tugas dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan rutin setiap harinya adalah panen, pewiwilan, pemberian air dan hara tanaman dan penyemprotan pestisida. Seluruh karyawan akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan kepada Kepala subdivisi. Banyak pelajaran dan pengetahuan mengenai sistem budidaya tomat cherry yang diperoleh oleh penulis selama menjadi karyawan harian yang dibimbing oleh Kepala Divisi, Kepala Subdivisi dan para karyawan lainnya.
2. Pendamping Kepala Divisi Pendamping Kepala Divisi dilaksanakan oleh penulis selama 2 bulan yang dimulai pada bulan kedua sampai bulan ketiga kegiatan magang. Selama bekerja sebagai pendamping Kepala Divisi, penulis mempelajari dan mengerjakan tugastugas Kepala Divisi seperti pengawasan terhadap pekerjaan Kepala Sub Divisi, mengecek stok pupuk, benih, memperhatikan keadaan rumah kaca, dan bekerjasama dengan bidang pengadaan untuk menyediakan berbagai kebutuhan
43
yang diperlukan untuk kegiatan produksi. Selain itu, penulis juga mempelajari kegiatan administrasi yang dilaksanakan di kantor. Dalam priode magang yang dilaksanakan di PT.Saung Mirwan Kepala Divisi juga berperan dalam kegiatan kemitraan yang ada di Garut. Hal ini dilakukan dengan kunjungan yang dilaksanakan oleh Kasi setiap hari rabu dan kamis ke lahan produksi yang terdapat di Garut. Secara umum, tugas Kasi adalah bersama kepala bagian membuat perencanaan kegiatan budidaya, mengawasi pelaksanaannya dan melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
3. Pendamping Kepala Bagian Kegiatan sebagai pendamping kepala bagian dilaksanakan pada bulan keempat magang selama 1 bulan. Dalam kegiatan ini penulis mempelajari kegiatan manajemen untuk produksi tomat cherry melalui diskusi dengan manajer umum. Tugas manajer secara umum adalah bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan produksi hingga pemasaran komoditas yang diusahakan. Manajer juga bertanggung jawab kepada direktur dan pemilik perusahaan. PT.Saung Mirwan memiliki 3 bagian utama dalam mengatur seluruh kegiatan budidaya yang terdapat dalam perusahaan ini. Setiap bagian dipimpin oleh seorang manajer yang memiliki tugas yang berbeda-beda yakni bagian produksi, komersil dan bagian umum yang memiliki manajemen saling terkait. a. Bidang Produksi Bidang produksi merupakan salah satu bidang yang menjadi tolak ukur keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman. Hal ini disebabkan karena bagian produksi merupakan bidang yang bertugas untuk membuat perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengarahan terhadap kegiatan budidaya yang akan dilaksanakan di lahan. Kegiatan ini mencakup seluruh kebun yang dikelola oleh PT.Saung Mirwan yaitu yang berada di Sukamanah, Lemah Neundet, dan Garut. Perencanaan yang dibuat oleh bidang produksi berdasarkan data yang diperoleh dari bagian penjualan (sales). Bagian penjualan akan
44
bekerjasama dengan bidang produksi untuk menyusun program penanaman jenis tanaman yang sesuai dengan data jumlah permintaan. Bagian produksi memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan lahan, bahan tanam, dan input produksi kegiatan budidaya. Penyusunan program ini dilakukan setiap bulan, namun jika ada perubahan dapat dilakukan revisi setiap minggu pada rapat masingmasing bidang. Untuk bagian produksi rapat dilaksanakan setiap hari senin yang membahas tentang keberhasilan suatu program tanam yang telah dilaksanakan. Rapat ini akan dihadiri hanya oleh kepala divisi, kepala bagian dan manajer karena dalam rapat ini juga akan dibahas masalah interen perusahaan. Seluruh kegiatan budidaya ini akan berada dibawah pengawasan bidang produksi yang bertugas untuk melihat, mengontrol dan juga memberi pengarahan kepada karyawan jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan. b. Bagian Komersil Bagian komersil merupakan perpanjangan tangan dari hasil yang diproduksi
oleh
bagian
produksi.
Artinya,
bagian
komersil
bertanggungjawab untuk menjual produk yang telah dihasilkan dari bagian produksi. Hal ini berkaitan dengan mencari peluang pasar, melakukan promosi, pengadaan, dan mengatur distribusi untuk menyalurkan barang agar dapat sampai ke tangan konsumen dan sesuai dengan
permintaan
konsumen.
Pemenuhan
target
permintaan
konsumen ini juga dapat dipenuhi dari jalinan kemitraan dengan petani mitra yang tersebar di beberapa daerah. c. Bagian Umum Bagian umum memiliki beberapa tanggung jawab yang cukup penting dalam pengelolaan usaha di PT.Saung Mirwan. Hal-hal yang harus ditangani oleh bagian umum adalah pengelolaan keuangan, tenaga kerja, fasilitas dan properti serta penelitian yang berguna untuk pengembangan usaha. Bagian umum juga bertanggungjawab untuk
45
meningkatkan soft skill para karyawan dengan mengadakan pelatihan ataupun training. Prestasi kerja penulis selama 4 bulan magang dapat dilihat pada Tabel 10. Keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh penulis belum memenuhi standar HOK yang ditetapkan di PT. Saung Mirwan. Hal ini disebabkan karena penulis juga melakukan pengamatan untuk topik GAP 1-2 jam setiap harinya. Selain itu, penulis juga belum cukup berpengalaman dalam melakukan pekerjaan yang ada di lapangan. Namun, untuk beberapa kegiatan seperti penyemaian, pengajiran, pengisian polybag, pewiwilan, penanaman dan pemanenan, penulis dapat melakukan 80-90% dari standar yang ditetapkan. Untuk kegiatan lainnya seperti penyemprotan, penulis belum dapat mencapai prestasi kerja 50% karena penyemprotan hanya dilakukan oleh karyawan pria dan sudah berpengalaman. Sementara untuk bagian pengemasan dan pemangkasan,
penulis
hanya
mencapai
standar
50%
karena
pengemasan tomat cherry dilakukan pada malam hari pukul 20.0003.00 WIB dan kegiatan pemangkasan biasanya dilakukan oleh karyawan pria karena termasuk pekerjaan yang berat.
Tabel10 Prestasi Kerja Penulis Selama 4 Bulan Magang
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Kegiatan Penyemaian Pengisian polibag Pindah tanam Penanaman Pengajiran Pewiwilan Pemangkasan Penyemprotan Pemanenan Sortasi dan grading Pengemasan
Satuan baki polibag tray polibag polibag polibag polibag polibag polibag kg pack
Penulis Volume dalam Prestasi dalam per HOK jam 105 15 490 70 21 3 2800 400 1050 150 700 100 420 60 126 180 210 30 105 15 210 30
Karyawan Volume dalam Prestasi dalam per HOK jam 168 24 630 90 35 5 2940 420 1260 180 840 120 840 120 4200 600 280 40 126 18 420 60
Keterangan : HOK per orang dalam sehari dihitung 7 jam
KEGIATAN BUDIDAYA 1.
Lokasi Lahan Pertanian
PT.Saung Mirwan mengembangkan dua metode penanaman tanaman sayuran yaitu dengan metode konvensional dan hidroponik. Metode hidroponik merupakan penanaman tanaman pada media inert atau sering juga dikatakan penanaman tanaman pada media bukan tanah.
Gambar 22. Sterilisasi Tanaman hidroponik dibudidayakan dalam rumah kaca agar dapat mengontrol iklm mikro karena tanaman hidroponik lebih rentan terhadap hama dan penyakit daripada tanaman yang ditanam secara konvensional. Setiap pintu masuk rumah kaca dilengkapi dengan satu tempat sterilisasi sebelum memasuki rumah kaca. Tempat ini diberi larutan steril yang terdiri dari air dan bahan aktif karbonil yang dilapisi dengan kain kapas didalamnya (Gambar 24). Sebelum memasuki wilayah rumah kaca seluruh karyawan, staf dan tamu diwajibkan untuk menginjakkan kaki di tempat ini agar hama atau penyakit yang terbawa, mati dan tidak menular pada tanaman lain. Larutan ini diganti seminggu sekali agar larutan tersebut masih berfungsi dengan baik. Tomat cherry di PT.Saung Mirwan juga dibudidayakan dengan metode hidroponik, sehingga tidak dilakukan analisis tanah untuk penanamannya. Media yang digunakan adalah arang sekam dan hanya digunakan untuk sekali musim tanam. Setelah itu, arang sekam dibuang ke luar rumah kaca dan diganti dengan arang sekam yang baru untuk penanaman berikutnya.
48
Tabel 11. Kesesuaian Lokasi Lahan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP
No
Komponen pengamatan
1
Penelusuran (traceability)
2
Pencatatan (record keeping)
3
Sejarah penggunaan lahan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
Tidak dilakukan
√ √ √
Sumber : Pengamatan
Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak ada (0%) kegiatan yang berhubungan dengan lokasi lahan pertanian yang telah sesuai dengan GAP. Kegiatan yang telah dilakukan namun tidak sesuai dengan GAP sebanyak 66.7 % yaitu kegiatan penelusuran dan sejarah penggunaan lahan, sementara kegiatan yang tidak dilakukan yaitu kegiatan pencatatan (33.3%). Sejarah penggunaan lahan di PT. Saung Mirwan tidak terlalu diperhatikan. Penanaman dilakukan sesuai dengan permintaan pasar sehingga rotasi tanaman tidak teratur. Semua bekas tanaman yang telah dibongkar ataupun tanaman yang berpenyakit dikomposkan dan dijadikan pupuk dasar untuk tanaman yang dikembangkan secara konvensional. Untuk tanaman tomat, baik tanaman tomat cherry maupun jenis lainnya, sisa tanaman yang telah dibongkar ataupun tanaman yang berpenyakit dikumpulkan di lahan luar dan kemudian dikomposkan (Gambar 25). Setelah itu, kompos dijadikan sebagai pupuk dasar dalam penanaman tanaman edamame dan salanova.
Gambar 23. Lokasi luar rumah kaca yang dijadikan tempat pengomposan
49
2. Lingkungan pertanian Tabel 12. Kesesuaian Lingkungan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP
No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
Tidak dilakukan
1
Pengelolaan limbah pertanian
2
Tanah tidak terkontaminasi logam berat
√
3
Analisis tanah 3 tahun sekali
√
4
Penggunaan tanah bersih
√
5
Identifikasi sumber air
6
Analisis topografi landskap
7
Kebersihan kolam
√
8
Penggunaan air kolam
√
√
√ √
Sumber : Pengamatan
Tabel 12 menunjukkan bahwa kegiatan pemenuhan standar GAP yang berhubungan dengan lingkungan pertanian ada sebanyak 8 kegiatan. Dari 8 kegiatan tersebut terdapat satu kegiatan (12.5%) yang telah sesuai dengan GAP yaitu identifikasi sumber air. Kegiatan yang telah dilakukan namun belum sesuai standar GAP ada sebanyak 3 kegiatan (37.5%) sementara kegiatan yang benarbenar tidak dilakukan jumlahnya paling tinggi yaitu 50% ataupun 4 kegiatan. Penilaian terhadap dampak lingkungan tidak pernah dilakukan, bahkan limbah dari bagian pengemasan dibuang ke air pembuangan yang mengalir ke sumur masyarakat desa Sukamanah. Pembuangan tanaman yang berpenyakit juga tidak jauh dari area penanaman di belakang rumah kaca bahkan ada beberapa tanaman yang berpenyakit yang tidak dibuang dan terus dibiarkan berkembang walaupun menghasilkan buah yang lebih kecil (Gambar 26).
50
Gambar 24. Perbedaan tanaman yang berasal dari stek pucuk (berpenyakit) dan benih Tanah merupakan media tanam yang secara umum kita kenal. Tanah merupakan sumber bahan organik yang dapat membantu pertumbuhan tanaman pada umumnya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah usaha pertanian pasti sangat terkait dengan keadaan tanahnya. Teknologi yang semakin maju selalu akan berusaha menciptakan suatu teknik baru untuk mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu teknologi yang berkaitan dengan media tanaman adalah teknologi hidroponik yang sudah banyak dikembangkan oleh negara-negara pertanian di seluruh dunia. Banyak jenis media yang dapat digunakan antara lain air, pasir dan arang sekam. PT. Saung Mirwan mengembangkan teknologi hidroponik dengan menggunakan media arang sekam yang diperoleh melalui pembakaran sekam mentah. Media ini cukup baik digunakan untuk tanaman sayuran seperti tomat, paprika, dan selada. Dalam penerapan program GAP, dikemukakan bahwa analisis terhadap tanah pertanian harus dilakukan setiap 2 tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penyebaran hama dan penyakit serta adanya kontaminasi tanah dengan penyakit yang terbawa tanah. Perusahaan pertanian yang telah menerapkan sistem hidroponik biasanya tidak melakukan analisis tanah ini karena media yang digunakan bukan tanah. Demikian halnya dengan PT.Saung Mirwan, kegiatan ini juga tidak dillaksanakan karena penanaman tomat cherry dilakukan pada media sekam. Hal yang dilakukan hanyalah sterilisasi lahan tanam dan menjaga kebersihan media arang sekam yang digunakan. Arang sekam ini hanya digunakan dalam sekali musim tanam setelah itu akan dibuang dan tidak digunakan lagi. Perlakuan ini diharapkan dapat membantu peningkatan pertumbuhan tanaman karena media sekam merupakan media ringan yang dapat
51
menyerap air dan hara dengan cepat. Menurut Conover (1980), media ini merupakan media yang paling baik dalam menyerap air jika dibandingkan dengan media tanam hidroponik lainnya. (Tabel 13) Tabel 13. Perbandingan beberapa media hidroponik Aerasi
Kapasitas penyerapan air
Kapasitas pertukaran kation
Berat
Kompos pinus
H
M
M
M
Pasir
M
L
L
H
Serutan
H
M
M
L
Sekam padi
H
H
H
L
Ampas tebu
M
L
M
L
Jenis media
Sumber : Conover (1980)
Keterangan : H : tinggi (high) M : cukup (medium) L : rendah (low) Komponen dalam GAP menyatakan bahwa air yang diberikan kepada tanaman haruslah air yang telah teridentifikasi secara baik. Di PT.Saung Mirwan, kondisi air dapat dikatakan dalam keadaan baik karena air yang digunakan untuk tanaman merupakan air yang berasal dari sumur bor yang terdapat di lokasi pertanaman. Untuk kebun yang ada di Gadog, terdapat 2 sumber air yang berasal dari sumur bor (Gambar 27). Air ini digunakan untuk seluruh kegiatan di Saung Mirwan, baik untuk tanaman, toilet maupun untuk diminum. Pada kebun yang terdapat di Lemah Neundet, air yang digunakan berasal dari air pegunungan yang ditampung dalam sebuah kolam dengan kedalaman 4 meter. Air ini dialirkan langsung dari pegunungan sejauh 3 km. Sumber air ini juga digunakan untuk kebutuhan tanaman yang terdapat di lokasi tersebut. Kolam yang terdapat di lokasi tersebut dilapisi dengan terpal berwarna biru sehingga air yang terdapat di dalamnya tetap berada dalam kondisi yang bersih. Lokasi yang ada di Sukamanah juga memiliki kolam ikan yang diatasnya digunakan untuk koleksi anggrek dan bunga-bunga lainnya. Di dalam kolam tersebut dipelihara ikan mujair dan beberapa ikan-ikan kecil lainnya. Kolam ini
52
juga digunakan untuk mengairi sebagian kecil lahan luar yang berada dekat dengan kolam.
Gambar 25. Sumber air di lokasi kebun Sukamanah Faktor lain yang juga mendukung pemenuhan program GAP ini adalah sistem irigasi. Irigasi merupakan suatu faktor yang juga banyak berpengaruh dalam penentuan kualitas produk. Terlebih lagi, sebagian besar produk yang dikembangkan oleh PT.Saung Mirwan merupakan produk dengan penanaman secara hidroponik dimana air dan hara diberikan secara bersamaan melalui saluran irigasi dengan menggunakan sistem drip irrigation (Gambar 28.a). Penggunaan sistem irigasi ini telah dikembangkan beberapa tahun yang lalu untuk mempermudah pemberian hara pada tanaman terutama tanaman yang ditanam bukan dengan media tanah dan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah yang besar seperti tomat. Sistem irigasi yang baik dan modern tentu membutuhkan dana dan pemeliharaan yang lebih intensif. Pada awalnya, pemeliharaan sistem irigasi ini dilakukan secara rutin yaitu adanya pembersihan semua selang dan drip irigasi setiap bulan dengan menggunakan asam nitrat, namun karena adanya keterbatasan dana maka saat ini kegiatan pembersihan sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini mengakibatkan banyaknya drip dan selang yang sumbat sehingga mengakibatkan lokasi lahan menjadi banjir dan becek (Gambar 28.c). Kondisi ini juga menyulitkan karyawan untuk melakukan pemanenan dan pemeliharaan tanaman.
53
(a)
(b)
(c)
Gambar 26. (a) Emiter, (b) Springkler irrigation, (c) Lahan pertanaman yang becek akibat sumbatnya saluran irigasi dan atap yang rusak
3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian Tabel 14. Kesesuaian Pemeliharaan Tanaman Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP Kesesuaian dengan GAP No
Komponen pengamatan
Sesuai
Belum Sesuai
1
Pemeliharaan ruang penyimpanan dan pengemasan
√
2
Jadwal pembersihan gudang
√
3
Penyediaan toilet dan westafel
√
Tidak dilakukan
Sumber : Pengamatan
Kegiatan pemeliharaan pertanian ini 100% belum sesuai dengan GAP (Tabel 14) karena dari ketiga komponen yang ditetapkan, belum ada kegiatan yang dapat memenuhi standar GAP. Kegiatan dalam komponen pemeliharaan pertanian ini sebagian besar berhubungan dengan kebersihan lahan dan lingkungannya. Kebersihan lahan budidaya juga merupakan salah satu bagian yang dapat meningkatkan kualitas produk yang akan dijual. Hal ini termasuk kedalam salah satu aspek yang harus dapat dipenuhi untuk dapat memperoleh kesesuaian dengan GAP. Pada PT.Saung Mirwan, kebersihan ini masih dalam keadaan yang minim
54
karena beberapa produk pertanian seperti tomat dan paprika terkadang kualitas dan kuantitasnya berkurang akibat adanya serangan tikus yang memakan produk siap panen. Keadaan ini juga disebabkan oleh keadaan rumah kaca yang kurang mendukung karena banyak dinding rumah kaca yang sudah lapuk dan koyak sehingga tikus dan hewan lainnya dapat masuk dengan mudah. Selain itu, hewan lain seperti kucing dan kadal juga dapat masuk dengan bebas kedalam lokasi pertanaman yang mengakibatkan lokasi menjadi tidak bersih dan tidak jarang berbau kotoran hewan. Tidak hanya dinding rumah kaca, atap dari rumah kaca yang ada di lokasi ini juga sangat memprihatinkan. Banyak atap yang sudah koyak dan tidak diganti sehingga menyebabkan tanaman yang ada dibawah atap tersebut menjadi mati akibat terkena hujan dan panas terik matahari (Gambar 29). Selain itu, pipa untuk mengalirkan air hujan dari atap ke selokan juga ditumbuhi oleh banyak lumut dan tanaman sejenis pakis-pakisan (Gambar 29). Pipa ini juga banyak yang telah bocor dan tidak diperbaiki sehingga air hujan dapat masuk ke lokasi pertanaman dan menyebabkan lantai rumah kaca menjadi lembab dan tergenang air (Gambar 29). Perbaikan yang dilakukan sangat minim dan menggunakan sisa bahan yang masih ada. Kendala yang paling besar yang menghambat setiap perbaikan rumah kaca ini adalah kurangnya dana untuk mengganti setiap bagian yang telah rusak.
Gambar 27. Keadaan rumah kaca PT.Saung Mirwan Beberapa peralatan dan bahan untuk pertanian juga digunakan berulang kali, misalnya polybag dan tali ajir (Gambar 30). Setelah satu musim tanam, alatalat ini akan dicuci dan dikeringkan untuk digunakan kembali pada musim tanam berikutnya. Hal ini sangat memungkinkan penularan penyakit dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Pencucian ini dilakukan dengan menggunakan deterjen dan disikat menggunakan sobekan karung plastik. Setelah itu, akan dibilas dengan air dan dikeringkan kemudian akan digunakan kembali. Alat-alat ini akan dibuang
55
setelah tidak layak pakai, seperti polybag akan dibuang setelah sobek dan rusak sehingga tidak ada ketentuan pemakaian alat untuk berapa kali musim tanam.
Gambar 28. Pencucian polibag, pembersihan lahan dengan power sprayer (steam) dan pengeringan tali ajir yang telah dicuci Pembersihan lokasi lahan pertanian pada awalnya dilakukan setiap minggu dengan menggunakan power sprayer (steam) yang bertujuan untuk membersihkan lantai dan selokan dari lumut dan tanah yang dapat menyumbat aliran air ke selokan. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari sabtu. Namun, sekarang kegiatan ini semakin jarang dilakukan, hanya sekitar satu atau dua bulan sekali. Hal ini megakibatkan lahan pertanaman menjadi kotor dan ditumbuhi banyak lumut serta selokan juga tersumbat sehingga lahan pertanian menjadi kotor dan sulit untuk melakukan pemeliharaan dan panen.
Gambar 29. Westafel yang digunakan oleh karyawan Kebersihan juga sangat terkait erat dengan sarana dan parasarana kebersihan seperti toilet dan westafel. Di PT.Saung Mirwan sarana dan prasarana ini sudah disediakan. Setiap rumah kaca memiliki dua toilet dan berada di luar rumah kaca yang letaknya cukup jauh dari rumah kaca sehingga kontaminasi dapat dikurangi. Westafel juga disediakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja (Gambar 31). Setiap rumah kaca memiliki 4 tempat mencuci tangan, 1 berupa westafel dan 3 lainnya hanya berupa kran air yang juga
56
digunakan untuk kran penyiraman tanaman pada saat-saat tertentu dan sarana ini
berada didalam rumah kaca Gambar 30. Peralatan dalam proses budidaya Kemungkinan kontaminasi antara pupuk, pestisida, kotoran dengan makanan ataupun minuman para pegawai sangat tinggi karena karyawan juga menggunakan air yang digunakan untuk tanaman sebagai air minum. Tempat memasak air ini berada di lokasi lahan dan tempatnya berdekatan dengan westafel dan penyimpanan botol bekas pestisida. Perlengkapan yang digunakan dalam proses budidaya juga pada awalnya disediakan oleh perusahaan seperti ember, gunting, sarung tangan, bangku dan yang lainnya. Setelah kondisi semakin tidak baik, maka kebanyakan fasilitas ini disediakan sendiri oleh karyawan seperti bangku dan ember dimana kondisinya juga semakin tidak terpelihara (Gambar 32).
4. Budidaya Tanaman Tabel 15. Kesesuaian Bahan Tanam PT. Saung Mirwan dengan GAP No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
1
Bebas penyakit
√
2
Sumber jelas
√
Tidak dilakukan
Sumber : Pengamatan
Komponen penggunaan bahan tanam dalam standar GAP terdiri dari 2 komponen yaitu bahan tanam yang bebas penyakit dan bahan tanam yang berasal
57
dari sumber yang jelas. Tabel 15 menunjukkan bahwa kegiatan ini 100% belum sesuai dengan GAP. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tanam yang dipakai dalam produksi sayuran di PT.Saung Mirwan belum dapat dikatakan baik. Tanaman yang berkualitas pasti didukung oleh bahan tanam ataupun bibit yang juga berkualitas. Penggunaan bahan tanam yang baik dan bebas dari penyakit merupakan langkah awal yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik dan produksi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa setiap petani dituntut untuk menggunakan benih yang baik dan bebas dari penyakit karena akan sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan tanaman dengan hasil yang baik dari bibit yang tidak baik ataupun jelek. Dalam pemenuhan program GAP, faktor ini merupakan faktor utama dalam budidaya tanaman. Bahan tanaman yang digunakan harus benar-benar bebas dari penyakit dan berasal dari sumber yang jelas. Sumber ini akan membantu kita untuk dapat mengidentifikasi jenis tanaman dan cara pemeliharaan yang intensif. PT.Saung Mirwan, saat ini banyak menggunakan jenis tanaman yang asalnya tidak diketahui. Khususnya untuk tomat cherry, beberapa bahan tanam yang digunakan adalah tanaman yang berasal dari lahan luar yang dikecambahkan sendiri oleh mandor. Alasan penggunaan bibit ini adalah adanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bibit sehingga ketika melihat ada tanaman tomat cherry yang tumbuh baik dilahan luar maka buahnya diambil dan dijadikan benih. Mandor sendiri tidak mengetahui jenis varietas dari tomat cherry tersebut, namun setelah berbuah dan tumbuh besar, ciri-ciri dan pertumbuhan tomat ini sangat mirip dengan tomat cherry varietas Sakura. Selain itu, juga digunakan bibit yang berasal dari hasil stek pucuk. Hal ini dilakukan dengan mengambil tunas air dari tomat yang berasal dari bibit kemudian distek dan ditanam dalam pot. Dua minggu kemudian, tanaman ini telah mengeluarkan akar dan siap untuk ditanam sebagai bahan tanam. Dalam masa pertumbuhannya, tanaman ini sangat rentan terhadap virus sehingga hasilnya juga tidak sebaik tanaman yang berasal dari benih yang berkualitas. Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 15 komponen pengamatan untuk melihat kesesuaian dengan standar GAP, yang sudah sesuai dengan standar GAP
58
terdapat 4 poin (26.6%), yang tidak dilakukan terdiri dari 3 poin (19.9%), sementara yang belum sesuai terdiri dari 8 poin (53.3%). Tabel 16. Kesesuaian Penggunaan Pestisida dan Bahan Kimia PT. Saung Mirwan dengan GAP No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
Tidak dilakukan
1
Petugas pestisida memiliki sertifikat
√
2
Pestisida terdaftar dalam perencanaan awal
√
3
Aplikasi sesuai rekomendasi
√
4
Pemahaman operator
5
Pemberian label pestisida
√
6
Penyimpanan pestisida
√
7
Pembuangan wadah bekas sesuai pada label
8
Catatan penggunaan pestisida
9
Pemeliharaan alat penyemprot
√
10
Rentang waktu aplikasi
√
11
Pelatihan kepada operator
√
12
Penggunaan air larutan
√
13
Kontak langsung dengan pestisida
√
14
Penggunaan bahan kimia sesuai rekomendasi
√
15
Penyimpanan bahan kimia
√
√
√
√
Sumber : Pengamatan
Hama dan penyakit tanaman adalah suatu masalah utama pada seluruh kegiatan pertanian. Hal ini yang menyebabkan sulitnya mencapai tanaman organik yang bermutu internasional karena penanggulangan hama dan penyakit ini sudah pasti dikaitkan dengan penggunaan pestisida yang cukup tinggi. Tingginya jumlah penggunaan pestisida ini juga merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi persaingan produk dari Indonesia dengan produk organik dari luar negeri dengan kualitas yang sama ataupun lebih tinggi. Hal ini merupakan hal yang mendorong beberapa perusahaan pertanian seperti Saung Mirwan untuk memperbanyak penggunaan pestisida agar kualitas produk dapat bersaing, sehingga jangka waktu
59
antara pra-panen dan aplikasi pestisida juga tidak diperhatikan dengan fokus untuk menyaingi produk lain yang lebih baik. Dalam penerapannya, persyaratan penggunaan pestisida ini masih sangat sulit untuk dilaksanakan terlebih dalam hal menjaga kebersihannya. Di PT.Saung Mirwan penggunaan pestisida juga masih sangat tinggi dan belum sepenuhnya mengikuti petunjuk pada label kemasan. Hal ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh pihak-pihak ataupun orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pengawasan penggunaan pestisida ini. Pada dasarnya, orang-orang yang ditempatkan untuk pengawasan pestisida ini adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya dan telah memiliki sertifikat penggunaan pestisida dari berbagai pelatihan yang juga sering dilaksanakan oleh PT.Saung Mirwan (Gambar 33). Pelatihan ini mendatangkan orang-orang yang cukup berkompeten misalnya dari dosen IPB, Departemen Pertanian dan beberapa tim pengajar lainnya. Kegiatan ini cukup sering dilaksanakan walaupun tidak rutin yang dihadiri oleh mandor dari setiap rumah kaca sehingga pengetahuan yang diberikan dapat merata dan sumberdaya manusia dalam hal ini dapat dijamin. Hanya saja, dalam pelaksanaannya sering menemui berbagai kendala, salah satunya adalah minimnya fasilitas yang ada sehingga sangat sulit untuk memenuhi persyaratan penggunaan pestisida. Misalnya, dalam melakukan penyemprotan pestisida, peralatan seperti masker, sarung tangan, topi dan peralatan lainnya tidak disediakan oleh perusahaan sehingga karyawan akan memakai pakaian sehari-hari untuk bekerja di lapang. Pelatihan Global GAP untuk penggunaan pestisida telah beberapa kali dilakukan. Pelatihan ini biasanya dilaksanakan selama 2 hari, hari pertama untuk pemberian teori di ruangan sementara hari kedua pemberian materi praktik penggunaan alat dan pestisida. Pelatihan ini membahas mengenai bagaimana cara pemberian pestisida, pengetahuan mengenai bahan aktif, dosis dan penyimpanan pestisida yang ada di label. Selain itu, untuk penggunaan alat diberikan materi mengenai kalibrasi sprayer yang digunakan dalam aplikasi pestisida. Orang-orang yang diutus dalam pelatihan ini adalah para mandor dari setiap rumah kaca juga petani mitra yang ingin datang dan menambah pengetahuan mengenai pestisida. Para peserta akan diberikan sertifikat Global GAP sebagai bukti telah mengikuti pelatihan.
60
Gambar 31. Penyuluhan Global GAP Rendahnya pendapatan karyawan juga mengakibatkan hal ini menjadi diabaikan. Misalnya, untuk pembuangan wadah bekas pestisida yang seharusnya jauh dari lahan, tapi hal ini diabaikan oleh karyawan yang berpenghasilan rendah. Banyak diantara mereka yang mengumpulkan wadah bekas pestisida didalam karung dan menjualnya kembali dan digunakan untuk keperluan yang lain dan tidak ada larangan untuk hal ini. Perencanaan penggunaan pestisida ini diperbaharui setiap bulan sehingga pestisida yang digunakan tidak pernah disimpan untuk beberapa bulan ataupun tahun. Dasar dari perubahan penggunaan pestisida ini adalah dari hasil pengamatan yang dilakukan setiap hari oleh orang-orang yang bertanggung jawab dalam pengawasan pestisida. Bagian penyakit dan hama tanaman akan memberikan rekomendasi pembelian pestisida kepada bagian pengadaan kemudian bagian pengadaan akan memenuhi rekomendasi ini dan untuk penggunaannya akan diserahkan kembali kepada orang yang bertanggungjawab. Rekomendasi ini tidak harus selamanya sama dengan realisasi di lahan karena realisasi yang dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan kebutuhan yang diamati setiap harinya.
61
Tabel 17. Kesesuaian Manajemen Hama dan Penyakit Tanaman PT. Saung Mirwan dengan GAP No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
1
Berdasarkan data historis
2
Isolasi hama yang terdeteksi
√
3
Pengendalian hama terpadu
√
Tidak dilakukan
√
Sumber : Pengamatan
Tabel 17 menunjukkan bahwa manajemen hama dan penyakit tanaman telah dilakukan berdasarkan data historis berdasarkan kondisi yang ada saat ini. Kegiatan ini merupakan satu kegiatan yang telah sesuai dengan GAP (33.3%). Sementara itu, kegiatan yang telah dilaksanakan namun belum sesuai standar GAP ada sejumlah 66.7% (2 poin). Aplikasi pestisida dilakukan 3 kali dalam seminggu sementara panen dilakukan setiap hari dan khusus untuk tomat cherry panen dilakukan 2 hari sekali, sehingga sangat besar kemungkinan produk tersebut masih mengandung pestisida yang tinggi ketika didistribusikan.
Standar GAP juga menetapkan
beberapa poin dalam penggunaan pestisida walaupun sebenarnya GAP bukanlah sertifikat untuk pertanian organik namun dalam hal ini persyaratan penggunaan pestisida juga penting untuk diperhatikan. Selain penggunaan pestisida, kita juga mengenal pengendalian hama secara terpadu. Pengendalian hama secara terpadu merupakan pengendalian organisme pengganggu tanaman yang memadukan berbagai metode pengelolaan tanaman budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi dengan resiko seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan (Lubis, 2004). Hal ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida dan lebih diutamakan pada penggunaan pestisida nabati. Dengan demikian pengeluaran petani untuk membeli pestisida dapat dikurangi dan produk yang dihasilkan lebih baik dan lebih sehat. Pengendalian hama secara terpadu ini tentu terkait dengan pengendalian hama secara mekanis dimana hama dikendalikan dengan membunuh hama yang ada di tanaman. Tentu saja hal ini akan sangat sulit dilakukan jika hama yang menyerang tanaman merupakan hama yang berukuran sangat kecil
62
seperti trips ataupun tungau, dan tanaman yang dibudidayakan dalam jumlah yang besar. Di PT.Saung Mirwan, pengendalian secara mekanis ini dilakukan pada tanaman yang masih muda dan kecil. Biasanya dilakukan pada tanaman sisitho dan paprika untuk hama trips, dimana hama ini masih memungkinkan untuk dikendalikan satu per satu dengan memeriksa semua daun yang ada. Namun, setelah dewasa pengendalian hama ini dilakukan hanya dengan penggunaan pestisida. Tabel 18. Kesesuaian Penggunaan Pupuk PT. Saung MIrwan dengan GAP No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
Tidak dilakukan
1
Penggunaan pupuk kandang/kompos
√
2
Pemeliharaan alat pemupukan
√
3
Rentang waktu aplikasi
√
4
Catatan penggunaan pupuk
5
Penyimpanan pupuk
6
Pengujian nilai gizi dan kontaminasi logam berat
√
7
Lampiran analisis lab
√
√ √
Sumber : Pengamatan
Tabel 18 menunjukkan bahwa, kegiatan yang telah sesuai dengan GAP hanya sebesar 14.3% (1 poin) sementara kegiatan yang telah dilaksanakan namun belum sesuai ada sebesar 57.1% (4 poin). Kegiatan yang tidak dilakukan sama sekali adalah pengujian nilai gizi dan lampiran analisis lab (28.6%). Pemupukan merupakan pemberian hara kepada tanaman agar dapat berproduksi optimum. Jenis pupuk sangat berkaitan dengan cara aplikasinya, misalnya untuk pupuk cair harus diberikan dalam bentuk larutan yang dicampur dengan air. PT.Saung Mirwan mengembangkan teknik hidroponik dengan sistem irigasi tetes dimana pupuk dan air diberikan secara bersamaan dan melalui alat yang sama yaitu drip. Media yang digunakan merupakan media arang sekam tanpa campuran pupuk lainnya. Jika penanaman pada umumnya menggunakan tanah dengan pupuk dasar adalah pupuk kandang, maka penggunaan media arang sekam dengan teknologi hidroponik ini mengurangi pemakaian pupuk kandang
63
dan kompos yang digantikan oleh pupuk dasar yang diberikan sebelum penanaman. Penggunaan dan aplikasi pupuk ini dicatat dan direkap setiap hari oleh bagian nutrisi yang bertanggung jawab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah nutrisi yang masuk ke tanaman setiap harinya dan jika ada gejala kekurangan ataupun kelebihan nutrisi akan dapat diketahui dengan cepat.
Gambar 32. Kondisi lahan akibat pemberian pupuk yang berlebihan Pupuk yang digunakan di Saung Mirwan disediakan oleh bagian pengadaan, dimana bagian nutrisi akan memberikan rekomendasi pupuk yang ingin diberikan dan bagian pengadaan akan bekerjasama dengan bagian keuangan untuk pembelian pupuk. Setiap minggu penanggung jawab nutrisi akan mengambil barang ke bagian pengadaan dan mengambil kebutuhan pupuk untuk satu minggu. Biasanya penggunaan pupuk hanya sekitar satu paket/hari. Penggunaan pupuk ini sering sekali tidak memperhatikan kapasitas media dalam menampung larutan yang diberikan sehingga banyak pupuk yang terbuang percuma akibat media terlalu penuh. Jumlah pupuk yang diberikan kepada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 19. Irigasi dibuka dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak memperhatikan ketentuan waktu pemberian pupuk. Hal ini juga mengakibatkan lahan pertanaman jadi tergenang larutan pupuk dan sulit untuk melakukan pemeliharaan (Gambar 34). Penyimpanan pupuk berada pada bagian nutrisi untuk kebutuhan seminggu sedangkan untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama berada pada bagian pengadaan. Analisis nilai gizi dan kandungan logam berat belum pernah dilakukan terhadap tanaman hidroponik yang dikembangkan. Hal ini diakibatkan karena tingginya biaya yang diperlukan untuk analisis gizi (sekitar 3.5 juta rupiah) dan
64
tidak ada permintaan dari custumer untuk menguji analisis gizi dan logam berat tersebut. Tabel 19. Pemupukan selama 23 minggu Week
Lokasi
Jumlah tanaman
A (lt)
B(lt)
Air (lt)
1
T.3.17
634
28
28
14000
2
T.3.14
1360
60
60
15703
3
T.3.14
1660
73
73
19206
4
T.3.14
1660
69
69
17679
5
T.3.4.14.15.17
1660
66
66
16756
6
T.3.4.14.15
1660
77
77
19443
7
T.3.4.5.6.7.14.15.17
1960
90
90
23548
8
T.3.4.6.7.14.15.17
1960
93
93
47095
9
T.3.4.6.7.14.15.17
2460
97
97
24486
10
T.3.4.6.7.14.15.17
2460
110
110
27603
11
T.3.4.5.6.7.9.14.15.17
2540
124
124
31054
12
T.3.4.5.6.7.9.14.15.17
2540
124
124
31054
13
T.3.4.5.7.9.12.14.15.17
2384
165
165
41456
14
T.3.4.5.7.9.12.14.15.17
2384
170
170
40940
15
T.3.4.5.7.9.12.14.15.17
2384
182
182
45800
16
T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17
2734
188
188
47505
17
T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17
2734
178
178
44938
18
T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17
2734
180
180
45104
19
T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17
2734
190
190
47542
20
T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17
2734
213
213
51279
21
T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17
2734
210
210
52983
22
T.4.9.11.12.18.19
3000
223
223
55850
23
T.4.9.11.12.18.19
3000
223
223
55850
Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
Tabel 20 menunjukkan bahwa proses pemanenan telah dilakukan sesuai dengan standar GAP, dimana pemanenan dilakukan dengan cepat dan langsung disimpan dalam ruang pendinginan sebelum dikemas. Komponen yang telah sesuai dengan GAP sebesar 20%, sedangkan komponen yang belum sesuai GAP ada sejumlah 60% dan untuk poin yang tidak dilakukan sama sekali sebesar 20% yaitu, pengeringan permukaan produk sebelum pengemasan.
65
Tabel 20. Kesesuaian Pemanenan PT. Saung Mirwan dengan GAP No
Kesesuaian dengan GAP
Komponen pengamatan
Sesuai
Belum Sesuai
1
Proses pemanenan
2
Fasilitas pencucian
√
3
Penggunaan air bersih dalam pencucian
√
4
Kebersihan tempat pengolahan
√
5
Pengeringan permukaan produk
Tidak dilakukan
√
√
Sumber : Pengamatan
Tabel 21. Data panen tomat cherry selama 4 bulan BPT
BRC
Total
Week
Panen
Target
%panen/ target
Panen
Target
%panen/ target
Panen
Target
%panen/ target
16
99
124
80
-
-
-
99
124
80
17
93
216
43
26
-
-
119
216
55
18
227
299
76
81
22
374
308
321
96
19
147
289
51
85
150
57
232
439
53
20
150
361
42
63
142
44
213
503
42
21
144
396
36
111
167
67
255
562
45
22
112
274
41
59
80
74
171
354
48
Total
972
1,958
50
425
560
76
1,397
2,518
55
Ratarata
139
280
50
71
112
63
200
360
55
23
-
225
-
-
70
-
-
-
-
24
-
253
-
-
50
-
-
-
-
25
-
280
-
-
50
-
-
-
-
26
-
217
-
-
50
-
-
-
-
27
-
217
-
-
50
-
-
-
-
28
-
220
-
-
50
-
-
-
-
29
-
156
-
-
50
-
-
-
-
30
-
103
-
-
50
-
-
-
-
31
-
185
-
-
47
-
-
-
-
Sumber : Bagian Produksi PT.Saung Mirwan, 2011
66
Panen merupakan pengumpulan hasil tanaman yang sudah memenuhi kriteria panen. Untuk tomat cherry kriteria hasil panen yang layak jual di PT.Saung Mirwan adalah sebagai berikut : Warna : Hijau ke merah (cemolat) Bentuk
: Bulat
Berat
: 10-30 gr
Daimeter
: 2.5-3 cm
Keadaan
: a. Tidak ada kerusakan akibat serangan hama (busuk) b. Tidak memar/genjur/pecah c. Tangkai buah utuh (optimal)
Pemanenan di PT.Saung Mirwan dilakukan pada pukul 08.00 WIB sebelum matahari terik agar hasil panen tidak layu terkena matahari. Hasil panen dikumpulkan dalam boks dan diangkut dengan menggunakan mobil pengangkutan ke pengemasan. Data pemanenan tomat cherry selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 22 menunjukkan bahwa 62.5% kegiatan di pengemasan telah sesuai dengan GAP. Angka ini merupakan angka terbesar dari semua komponen yang diamati sementara kegiatan yang belum sesuai hanya sebesar 37.5%. Packaging ataupun pengemasan merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dilepaskan dari faktor produksi. Kegiatan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas dan daya simpan produk pertanian. Oleh karena itu, hal ini juga dianggap penting untuk diperhatikan dalam pemenuhan program GAP (Good Agriculture Practice). Dalam program GAP, keadaan ruangan dan mesin packaging harus bersih dan benar-benar terhindar dari sampah ataupun kotoran yang dapat menularkan penyakit pada produk. Keadaan ini juga harus didukung dengan peralatan kebersihan dan sarana yang cukup memadai. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk dalam masa penyimpanan ataupun dalam perjalanan menuju lokasi distribusi. Kegiatan pengemasan ini harus dijaga kebersihannya
67
agar produk aman untuk dikonsumsi. Sebisa mungkin produk dihindarkan dari sampah ataupun sisa-sisa gulma yang masih menempel pada produk. Tabel 22. Kesesuaian Pengemasan PT. Saung Mirwan dengan GAP Kesesuaian dengan GAP No
Komponen pengamatan
Sesuai
Belum Sesuai
1
Cuci tangan sebelum dan sesudah pengemasan
√
2
Penggunaan masker dan sarung tangan
√
3
Pembersihan mesin pengemasan
√
4
Penyimpanan dan penggunaan peti sayur
√
5
Kebersihan ruangan pengemasan
√
6
Kebersihan produk sebelum dikemas
7
Media pengemasan
√
8
Pelabelan
√
Tidak dilakukan
√
Sumber : Pengamatan
PT. Saung Mirwan merupakan perusahan sayuran yang produknya telah diekspor ke luar negeri sehingga harus benar-benar memperhatikan kualitas dan daya simpan dari produk yang dihasilkan. Untuk kegiatan packing, PT.Saung Mirwan telah memiliki beberapa mesin dan peralatan yang cukup mendukung (Gambar 35). Namun, sampai saat ini perusahaan ini masih terkendala dalam pemenuhan biaya untuk beberapa mesin dan peralatan yang seharusnya sudah dimiliki oleh perusahaan skala besar lainnya. Kendala ini sangat dirasakan beberapa tahun terakhir ini akibat adanya beberapa kasus penipuan yang dialami oleh perusahaan ini oleh salah satu perusahaan milik Belanda. Mereka menjual mesin packaging dari perusahaan yang sudah tidak diakui lagi. Produk tersebut merupakan salah satu mesin packing yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan produksi sehingga ketika pihak investor datang untuk melihat kondisi perusahaan, menjadi berpikir ulang untuk menanamkan modal dan bekerjasama dengan PT.Saung Mirwan. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat merugikan bagi pihak perusahaan sehingga perusahaan juga mendapatkan kesulitan untuk mencari investor yang rela menanamkan modal dan bekerjasama.
68
Gambar 33. Beberapa mesin packaging yang digunakan di PT.Saung Mirwan Pengemasan adalah proses terakhir sebelum tanaman didistribusikan kepada konsumen. Proses pengemasan di PT.Saung Mirwan dilakukan setelah semua barang terkumpul baik dari lahan maupun dari petani mitra. Pengemasan untuk tomat cherry dilakukan pada malam hari pukul 20.00 WIB dan dilakukan diruang packaging dengan suhu yang lebih rendah. Pengemasan ini dilakukan oleh pekerja borongan dengan jam kerja pukul 13.00-16.30 WIB dan 20.00-03.00 WIB. Pekerja yang berada dalam pengemasan tidak menggunakan sarung tangan ataupun masker. Pada umumnya pekerja hanya menggunakan kerudung (bagi pekerja wanita) untuk melindumgi kepala dari suhu dingin. Peralatan packing sangat jarang dibersihkan dimana alat-alat yang digunakan hanyalah timbangan, gunting, dan pisau. Namun, untuk ruang packing food cut peralatan packing dibersihkan setiap hari dan setiap karyawan wajib menggunakan masker, baju packing, sarung tangan dan sepatu boot. Barang ataupun produk yang dipanen pada pagi hari disimpan terlebih dahulu di ruang penyimpanan dengan suhu 40 C kemudian akan dikeluarkan pada malam hari untuk dikemas. Pengemasan untuk tomat cherry sangat sederhana yaitu hanya dengan memasukkannya ke dalam kemasan mika dengan bobot 250 gr/kemasan. Kemasan yang lain, hanya dimasukkan kedalam plastik putih biasa dengan bobot sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk kemasan dalam mika biasanya akan didistribusikan ke matahari sehingga memerlukan packing yang lebih baik. Semua kemasan ini kemudian akan diberi label berwarna hijau bertuliskan PT.Saung Mirwan (Gambar 36). Semua kemasan adalah kemasan yang masih baru dan dalam keadaan yang bersih dan layak pakai. Khusus untuk tomat cherry tidak
69
dilakukan pencucian sebelum pengemasan. Tomat cherry hanya disimpan di dalam boks dan kemudian dikemas tanpa proses pencucian dan pembersihan.
Gambar 34. Proses pengemasan tomat cherry Tabel 23. Kesesuaian Penyimpanan dingin PT. Saung Mirwan GAP No
Komponen pengamatan
1
Fasilitas penyimpanan dingin
2
Standar ruang penyimpanan
3
Kebersihan ruang dan udara
4
Es untuk pendingin
5
Pemeliharaan peralatan
dengan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
Tidak dilakukan
√ √ √ √ √
Sumber : Pengamatan
Tabel 23 menunjukkan bahwa 40% dari komponen penyimpanan dingin telah sesuai dengan GAP, sementara 60% lainnya telah dilaksanakan namun belum sesuai dengan standar GAP. Produk yang telah dipanen dari lahan tidak langsung dikemas, beberapa diantaranya disimpan terlebih dahulu dalam ruang penyimpanan dan akan dikemas pada malam harinya. Selain itu, diruang penyimpanan ini juga digunakan untuk menyimpan produk-produk dari mitra sebelum dikemas ataupun untuk stok pada hari berikutnya. Penyimpanan dalam ruang penyimpanan ini hanya dimasukkan kedalam boks dan disusun secara rapi. Tidak ada perlakuan khusus di ruang penyimpanan bahkan produk yang datang dari mitra langsung dimasukkan kedalam ruang penyimpanan dan masih menggunakan karung bekas (Gambar 37).
70
Gambar 35. Ruang penyimpanan dingin Ruang penyimpanan ini dilengkapi dengan alat pendingin ruangan dan terdapat 2 alat dalam satu ruangan. Es yang digunakan untuk pendingin merupakan air bersih yang dibuat sendiri oleh para pekerja. Air yang digunakan adalah air bersih dari kran yang juga digunakan untuk mencuci tangan dan minum pekerja. Pengecekan alat hanya dilakukan apabila ada kerusakan ataupun ada sistem yang tidak berfungsi dan tidak ada pengecekan secara rutin yang dilakukan oleh pekerja. Hal ini karena pekerjaan ini dianggap tidak perlu dan juga tidak ada pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya pengecekan ini.
5. Manajemen Pertanian Tabel 24. Kesesuaian Manajemen Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
1
Kesehatan dan keamanan pekerja
√
2
Sistem manajemen
√
3
Catatan staf
√
Tidak dilakukan
Sumber : Pengamatan
Tabel 24 menunjukkan bahwa 100% komponen manajemen pertanian belum sesuai dengan standar GAP. Hal ini terjai karena PT.Saung Mirwan tidak
71
memiliki jaminan khusus terhadap para karyawan. Jamsostek hanya dimiliki oleh beberapa karyawan tertentu dan untuk karyawan lainnya tidak memiliki jaminan apapun. Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT.Saung Mirwan juga baru diberlakukan 15 tahun terakhir. Sebelumnya, sistem manajemen hanya dipegang oleh Direktur sendiri baik mengenai penerimaan tenaga kerja maupun sistem penggajian. Sistem penggajian diberikan langsung oleh Direktur kepada karyawan dan tidak memiliki tanda bukti penerimaan gaji. Sistem yang seperti ini mengakibatkan catatan staf menjadi tidak lengkap dan karyawan yang bekerja juga tidak memiliki tanda bukti diterima bekerja sebagai karyawan, perekrutan hanya dilakukan oleh Direktur dan tidak ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar sebagai karyawan, khususnya karyawan harian. Tabel 25. Kesesuaian Usaha Tani PT. Saung Mirwan dengan GAP No
Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
1
Koordinator yang bertanggungjawab
√
2
Catatan usahatani
√
Tidak dilakukan
Sumber : Pengamatan
Tabel 25 menunjukkan bahwa poin untuk usaha tani ini 100% belum sesuai dengan GAP. PT. Saung Mirwan memiliki struktur organisasi yang cukup jelas, namun pada tahun ini karena kondisi perusahaan dalam masa yang kritis maka ada beberapa tanggung jawab yang dibebankan hanya kepada satu orang saja. Hal ini terjadi karena ada beberapa kepala bagian yang mengundurkan diri dan sebagian lainnya telah dilakukan pemutusan hubungan kerja, sehingga tidak memungkinkan untuk tetap mengikuti struktur yang lama. Keadaan diatas juga mengakibatkan catatan usaha tani menjadi tidak dapat dikoordinir sepenuhnya sehingga banyak catatan yang tidak diketahui keberadaannya. Selain itu, pengumpulan semua catatan juga tidak pernah dilakukan, catatan tentang divisi dan kondisi lahan ataupun bagian lainnya hanya dipegang oleh masing-masing divisi. Hal ini megakibatkan pengetahuan secara umum mengenai usahatani perusahaan tidak merata. Setiap divisi hanya
72
menguasai bagian masing-masing dan sama sekali tidak mengetahui kondisi dan keadaan divisi lainnya. Produksi tomat di Indonesia masih sangat kecil. Pada tahun 2009, di Indonesia rata-rata produksi tomat nasional dengan budidaya di lapang baru mencapai 15.51 ton/ha atau 21.93 ton/ha untuk pulau Jawa dan 11.80 ton/ha untuk luar Jawa (Sumber : ATAP 2009, Ditjen Hortikultura). Produksi tomat cherry yang ada di Saung Mirwan belum mencapai standar produksi tomat yang ada di Indonesia. Beberapa varietas yang dikembangkan juga merupakan varietas ekspor, yaitu Gang, Sakura dan Guindo. Untuk varietas Guindo dan Sakura produksi per pohon hanya menghasilkan tomat cherry ratarata sebanyak 4.83 kg sedangkan untuk varietas gang hanya menghasilkan 4.01 kg per pohon. Jika dikonversi dalam luas lahan per Ha dengan jarak tanam 25 x 100 cm, maka varietas Guindo dan sakura hanya sekitar 19.32 ton/ha sementara varietas gang sekitar 16.04 ton/ha. Angka ini masih berada di bawah rata-rata standar nasional sehingga dapat dikatakan bahwa produksi tomat cherry di PT.Saung Mirwan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya penggunaan bibit yang berasal dari stek pucuk yang rentan terhadap virus dan penyakit layu sehingga tanaman harus dibongkar sebelum waktunya. Selain itu, kegiatan budidaya yang belum sesuai dengan GAP juga mempengaruhi rendahnya produksi tomat yang dihasilkan. Data panen selama 4 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 8.
Saran Peningkatan Produksi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Jumlah tanaman yang ditanam untuk memproduksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan selama 4 bulan (Februari-Juni) dengan produksi rata-rata setiap kali panen 222 gr/pohon hanya sekitar 2174 tanaman dengan luasan 1280 m2 (dapat dilihat pada Lampiran 8) sementara berdasarkan perhitungan, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang diasumsikan sebanyak 50 kg/hari dibutuhkan produksi 1577 tanaman dengan luasan 1200 m2 yang siap panen setiap minggu, dengan perhitungan sebagai berikut :
73
Daya serap pasar yang dapat dimasuki untuk tomat cherry setiap hari : 50 kg/hari Rata-rata bobot buah tomat cherry sekali panen per tanaman : 222 gr/tanaman Jumlah tanaman yang diperlukan
= 50.000/222 = 225 tanaman/hari = 1577 tanaman/minggu
Asumsi Keadaan Produksi - Kehilangan saat tanam
: 20%
- Kehilangan saat panen
: 20%
- Jarak polibag tomat cherry
: 100 x 25 cm (@2 tanaman
Jumlah tanaman yang harus ditanam = 100/80 x 100/80 x 1577 = 2464, 0625 tanaman/minggu = 2464 tanaman/minggu Luas areal efektif
= (1 x 0.25) x (2464/2) = 308 m2
Luas areal total
= jumlah minggu penanaman/siklus x (luas efektif + 30% luas efektif) = 3 x (308 + 92.4 m2) = 1200 m2
Keadaan diatas menunjukkan bahwa dengan benih/bibit serta teknik budidaya yang digunakan sekarang, PT. Saung Mirwan tidak akan mampu untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Hal ini merupakan suatu kendala yang sangat menghambat peningkatan produksi dan pendapatan untuk perusahaan. Hal ini tentu membutuhkan suatu solusi agar PT. Saung mirwan dapat meningkatkan produksi dan pendapatannya. Usaha untuk meningkatkan produksi ini salah satunya dapat dilakukan dengan penerapan program GAP (Good Agriculture Practice) yang dilaksanakan dengan pemenuhan beberapa komponen GAP yang belum sesuai dengan teknik budidaya yang dilakukan, yaitu :
74
1. Lokasi Lahan Pertanian Pemenuhan
standar
ini
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
penelusuran dan memperhatikan sejarah penggunaan lahan. 2. Lingkungan Pertanian Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan pengolahan limbah, kebersihan dan penggunaan air kolam. 3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian Pemenuhan
standar
ini
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
pemeliharaan dan pembersihan ruangan penyimpanan dan gudang serta penyediaan toilet dan westafel. 4. Budidaya Tanaman Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan penggunaan bahan tanam dari sumber yang jelas, memperhatikan penggunaan dan penyimpanan pestisida dan pupuk, pemeliharaan peralatan budidaya, melaksanakan pengendalian hama terpadu, dan melakukan analisis gizi terhadap tanaman yang dibudidayakan. Selain itu, perlu juga dilakukan pencucian komoditas sebelum pengemasan, penggunaan pakaian khusus
dalam
pengemasan
dan
pemenuhan
fasilitas
untuk
penyimpanan dingin.
5. Manajemen Pertanian Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan pekerja, melakukan pencatatan lengkap terhadap produksi tanaman dan menetapkan seorang koordinator yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT. Saung Mirwan tentang penerapan Good Agriculture Practice pada produksi tanaman tomat cherry. Halhal yang dipelajari berupa aspek teknis dan aspek manajerial perusahaan yang dibimbing oleh seorang pembimbing lapang. Prestasi kerja penulis dapat dilihat pada Lampiran 4. Kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan program GAP. Kegiatan budidaya mulai dari pembibitan sampai pemasaran yang sesuai dengan program GAP hanya sekitar 23.43%, kegiatan yang telah dilakukan namun belum sesuai GAP mencapai 59.37% dan kegiatan yang sama sekali tidak dilakukan sekitar17.1%. Data tersebut menyatakan bahwa kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan GAP. Kendala terbesar yang dihadapi pada saat ini adalah kekurangan modal akibat manajemen perusahaan yang tidak jelas dan bersifat individu sehingga sangat diperlukan perubahan sistem manajemen yang akurat dan sesuai dengan sistem manajemen yang berlaku untuk perusahaan individu lainnya. Hal ini menyangkut aspek ketenagakerjaan dan sistem budidaya yang diterapkan selama ini sehingga program GAP belum bisa diterapkan.
Saran Saran yang ingin disampaikan penulis tentang budidaya tanaman yang ada di PT.Saung Mirwan khususnya tomat cherry adalah : 1. Pengelolaaan sistem ketenagakerjaan yang lebih optimal dan efektif pada semua aspek budidaya tomat cherry. 2. Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan budidaya tomat cherry. 3. Pelatihan yang lebih intensif kepada seluruh karyawan agar memiliki pengetahuan yang merata mengenai sistem budidaya.
76
4. Penggunaan bibit dari sumber yang jelas dan tidak hanya berdasarkan pengetahuan secara sempit namun memiliki dasar yang kuat. 5. Mengurangi pemakaian pestisida yang berlebihan dan dilakukan secara tepat dosis, waktu, cara, jenis dan sasaran. 6. Pengaktifan kembali semua sarana dan prasarana yang ada dan digunakan secara optimal untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Berliana, R.E. 2005. Penjadwalan Pasokan Larutan Nutrisi pada Sistem Irigasi Tetes Selada (Lactuca sativa, L.) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal. Cahyono, B. 2008. Usaha Tani Tomat dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 136 hal Kader, A.A. 2002. Postharvest Technology of Horticultutal Crops. University of California, Agricultural and Natural Resources, Publication 3311. Kusharto, Clara.M. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan Pangan. 45-54 Kuswanto, H. 2000. Benih sebagai Sumber Penyakit. Agric. 14(1): 32-36 Muchtadi, Deddy. 2001. Sayuran sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 61-71 Nelson, P.V. 1978. Greenhouse Operation and Management. Publishing Company. Inc. Virginia. USA. 518p Opena, R.T. and H.A.M. van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller, p 199-205 in: plant Recources of South-East asia 8, Vegetable. Porsea foundation. Bogor Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi Selain Kerusakan Akibat Pendinginan Bagian 2 (Tomat), hal.597-603. Dalam Er.B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Pennanganan sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyadi). Gajah Mada University Press. Resh, H.M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Pbl. Santa Barbara. 527p Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia (diterjemahkan dari : World Vegetable, penerjemah : C. Herison). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 hal. Rukmana, R. 1999. Tomat dan Cherry. Kanisisus. Yogyakarta. Salakpetch,S. 2005. Quality Managemen System : Good Agricultural Practice (GAP) for On-farm Production in Thailand. Proceeding of the International Seminar on Technology Development for Good Agricultural Practice in Asia and Oceania. Food and Fertilizer Technology Center. Japan. Vol. 37-41.
78
Suarni, S. 2006. Aplikasi Nitrobenzen pada Tomat Cherry (Lycoersicon esculentum var. cerasiforme) dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Institut PertanianBogor. Bogor Trisnawati, Y. dan A.D. Setiawan. 2002. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal Untung, O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya. Jakarta. Webster, C.C. and Wilson P.N. 1980. Agriculture in Tropics. Longman Inc. New York. 640 p Williams, C.N. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 374 Wilson, C.L. and Walter E. L. 1967. Botany. Holt, Rinehart and Winston. Inc. USA. 626p
LAMPIRAN
80
Lampiran 1. Peraturan Good Agriculture Practice (GAP) Peraturan Good Agriculture Practices (GAP) Good Agriculture Practice for Fruits and Vegetable Farming (GAP-VF) merupakan suatu standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian untuk produksi buah dan sayuran. Adapun prinsip-prinsip tersebut ditekankan pada enam bidang usaha yaitu : 1. Lokasi lahan pertanian 2. Struktur lahan pertanian 3. Lingkungan lahan pertanian 4. Pemeliharaan lahan pertanian (kesehatan dan kebersihan) 5. Teknik usaha pertanian (Teknik budidaya yang mencakup manajemen pupuk dan pestisida, hama dan penyakit dan penanganan pasca panen) 6. Manajemen pertanian (catatan dan pelatihan staf) Dasar utama dari Good Agriculture Practice ini adalah menyediakan produk yang aman dan berkualitas bagi konsumen..
Program GAP meliputi
produksi, panen dan pasca panen, penanganan buah dan sayuran serta penanganan pasca panen dalam proses pengemasan. Peraturan dan prinsip ini dapat digunakan untuk semua produk tanaman tetapi bukan sertifikasi bagi tanaman organik.
1. Lokasi Lahan pertanian Analisis tanah untuk penggunaan lahan pertanian Mengetahui sejarah penggunaan lahan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit Penilaian terhadap dampak lingkungan dan aspek teknis yang dapat dilakukan dalam usaha pencegahannya
2. Struktur Lahan Pertanian
81
Aspek budidaya. Menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan pengemasan produk. Membuang limbah, sampah dan gulma dari tempat penyimpanan dengan menggunakan tindakan yang efektif.
Menjaga sistem irigasi
Menjaga dan memelihara semua perlengkapan yang berhubungan dengan produk sayuran misalnya panen, penyimpanan dan penanganan pasca panen.
3. Lingkungan Lahan Petanian Tanah
Tanah dianalisis setiap 3 tahun sekali untuk mengetahui kontaminasi logam berat
Tanah harus dianalisis ulang setelah dilakukan pergantian sistem budidaya
Logam berat yang teridentifikasi diisolasi agar tidak kembali lagi ke tanah
Tanah yang telah lulus uji dan dinyatakan bersih tidak digunakan untuk penggunaan lain selain pertanian
Air Identifikasi sumber primer dan sekunder a Jika memungkinkan, dilakukan analisis topografi landskap dan mempelajari aspek-aspek yang dapat mempengaruhi aliran air dan pola curah hujan Kolam air yang dipergunakan untuk kegiatan pertanian (baik irigasi maupun penggunaan pestisida) harus berkualitas dan memenuhi kriteria : 1.Kolam tidak boleh berisi sampah ataupun rumput liar 2.Hewan kecuali ikan harus dijauhkan dari kolam 3.Menghindari runoff langsung ke kolam dari daerah budidaya
82
4. Pemeliharaan Pertanian
Lahan budidaya baik ruang penyimpanan maupun ruang kemasan bebas dari segala jenis hewan
Pembuatan jadwal pembersihan gudang dan area pengemasan sesuai dengan prosedur
Penyediaan toilet bagi para pekerja dan karyawan. Tempat ini sebaiknya jauh
dari sumber air dan tempat yang dapat
menyebabkan kontaminasi.
5. Budidaya Tanaman Penggunaan bahan tanam :
Bahan tanaman yang digunakan bebas dari penyakit
Bahan tanaman berasal dari sumber yang jelas
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida selama produksi sayuran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Orang yang berhak melaksanakan dan mengawasi penggunaan pestisida adalah orang-orang yang memiliki sertifikat
Pestisida yang digunakan adalah pestisida yang terdaftar dalam perencanaan awal teknik budidaya
Aplikasi pestisida (dosis, waktu dan frekwensi) sesuai dengan rekomendasi
Operator pestisida mengerti dan memahami semua aspek yang berkaitan dengan penggunaan dan aplikasi pestisida
Pestisida diberi label dan disimpan dalam di tempat yang aman.
Pembuangan wadah bekas pestisida sesuai dengan instruksi pada label
Catatan pembelian, aplikasi dan pembuangan disimpan selama produksi tanaman
83
Pemeliharaan alat aplikasi pestisida untuk memastikan bahwa peralatan dapat beroperasi pada kondisi optimum sehingga aplikasi bisa dilakukan dengan efektif untuk menghindari kebocoran pada saat penggunaan
Memperhatikan
rentang
waktu
aplikasi
pestisida
dengan
pemanenan
pelatihan tentang penggunaan pestisida yang kepada operator pestisida. Selain itu juga dilakukan pelatihan untuk pengoperasian dan pemeliharaan peralatan untuk meningkatkan keefektifan dalam penyemprotan
Tidak dianjurkan penyimpanan pestisida lebih dari satu tahun sebelum digunakan
Air yang digunakan dalam campuran aplikasi pestisida merupakan air yang berkualitas untuk menghindari kontaminasi mikroba
Penggunaan pupuk
Tidak dianjurkan penggunaan pupuk kandang mentah dan kotoran manusia dalam produksi sayuran
Penggunaan pupuk kandang harus dibatasi dan peralatan yang kontak langsung dengan pupuk kandang harus dibersihkan dengan air bertekanan tinggi sebelum digunakan di area produksi
Pengomposan pupuk kandang unggas dan bahan organik lainnya sebelum penggunaan
Kontak langsung antara pupuk alami dengan sayuran harus diperhatikan, minimal 2 minggu (14 hari) sebelum panen
Pencatatan mengenai pemupukan. Hal ini berkaitan dengan sumber bahan kompos, hasil uji mikroba pada kompos, tanggal aplikasi pupuk, jumlah, metode aplikasi serta orang yang bertanggung jawab dalam pemupukan tersebut
Pupuk disimpan terpisah dengan pestisida di tempat yang sejuk dan kering
84
Tempat penyimpanan pupuk diisolasi untuk mencegah kontaminasi terutama dari tempat pengemasan
Untuk tanaman hidroponik, dilakukan pengujian terhadap nilai gizi dan terbebas dari logam berat
Hasil analisis laboratorium dilampirkan dalam laporan pengamatan
Penggunaan bahan kimia lainnya
Penggunaan bahan kimia seperti deterjen, sanitizer berdasarkan rekomendasi
Bahan kimia ini harus disimpan secara terpisah dengan pupuk dan pestisida dan diberi label yang jelas
Manajemen pestisida dan penyakit tanaman
Manajemen hama dan penyakit dilakukan berdasarkan data historis dan kecenderungan kondisi saat ini
Hama yang terdeteksi diisolasi dan dilakukan pengamatan yang intensif dan akan dilakukan tindakan pengendalian hama terpadu (PHT)
Pemanenan
Proses
pemanenan
harus
dilakukan
dengan
cepat
untuk
meminimalisasi kerusakan
Setelah panen, produk sayuran dihindarkan dari sinar matahari secara langsung. Hal ini untuk mencegah kerusakan produk akibat kelayuan
Fasilitas pencucian harus lengkap dan berada pada kondisi yang kondusif bagi produk sayuran
Air yang digunakan dalam proses pencucian harus benar-benar bebas dari mikroba : 1. air yang digunakan untuk pencucian hanya air bersih 2. air pencucian harus sering diganti 3. penggunaan desinfektan diizinkan jika diperlukan
85
Jika klorin digunakan untuk membersihkan tempat pengolahan maka perlu diperhatikan keadaan tempat pengolahan yang bebas dari klorin selama penggunaan. Sampel harus diambil setiap jam untuk mengetahui konsentrasi klorin. Sirkulasi air juga harus dijaga dengan baik untuk meyakinkan penggunaan air bersih
Permukaan sayuran harus kering sebelum pengemasan
Pengemasan
Packers harus mencuci tangan dengan deterjen sebelum dan sesudah pengemasan
Packers tidak boleh makan, minum ataupun merokok pada saat proses pengemasan karena kemungkinan banyak bakteri yang terdapat dalam mulut yang dapat mengkontaminasi produk. Selama proses pengemasan packers harus menggunakan masker dan sarung tangan
Peralatan dan mesin packing harus dicuci dan didesinfeksi secara teratur sebelum dan sesudah packing sesuai dengan prosedur
Container atau peti yang berisi sayuran harus disimpan jauh dari penyimpanan pupuk dan pestisida
Ruangan packing harus terpisah dari toilet dan kondisi ruangan harus dijaga kebersihannya dengan ventilasi yang baik
Sayuran yang dikemas adalah sayuran yang bebas dari tanah dan harus dipastikan bahwa sayur yang dikemas dan dikirim hanya sayuran yang bersih
Penggunaan media pengemasan yang masih baru
Setiap kemasan sayuran harus diberi label yang jelas sesuai dengan peraturan pelabelan dan memiliki dokumentasi yang lengkap
Penyimpanan dingin
Fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari penyakit
Sayuran harus disimpan diruangan dingin setelah dikemas. Peralatan yang digunakan harus berada pada kondisi yang baik.
86
Penyimpanan
dalam
ruangan
sejuk
dianjurkan
pada
suhu 5-10 ° C dengan kelembaban relatif 95-99%.
Bila pendingin yang digunakan merupakan pendingin udara maka udara harus tetap dijaga tetap bersih dan bebas dari patogen
Air yang digunakan untuk membuat es sebagai pendingin harus merupakan air bersih dan bebas patogen.
Peralatan pendingin harus sering diperiksa. Pemeliharaan peralatan ini juga penting untuk menjamin keselamatan pekerja
6. Manajemen pertanian Catatan usahatani
Dalam sistem usahatani harus dipilih seorang koordinator yang akan bertanggungjawab
Pencatatan yang dilakukan harus diperbaharui setiap 2 tahun sekali. Usahatani baru yang ingin melakukan program ini harus memiliki catatan sertifikasi pertanian 3 bulan sebelum
melakukan
pendaftaran
Semua catatan analisis laboratorium harus dilampirkan
Setiap paket kemasan yang telah dihasilkan harus diberi label (nomor dan nama perusahaan, tanggal panen dan nomor sertifikasi)
Staf pelatihan
Catatan staf harus lengkap, jelas dan rapi serta dijaga keamanannya
87
Lampiran 2. Lay out Bangunan PT.Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor
88
Lampiran 3. Lay out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah Megamendung, Bogor
Greenhouse Saung Mirwan
(Luas = 40.00 X 6.40 = 256.00 m2)
89
Lampiran 4. Skema jaringan irigasi tetes
90
Lampiran 5. Skema jaringan irigasi nutrisi pusat
91
DIREKTUR UTAMA PT. SAUNG MIRWAN
QA
IT
R&D
BIDANG KOMERSIL
BIDANG PRODUKSI
BIDANG UMUM
KEBUN GADOG
DIV. PENJUALAN SAYUR
DIV. GA
KEBUN LEMAH
DIV. PENJUALAN BUNGA
DIV. HR
KEBUN CIPANAS
DIV. PENGADAAN
DIV. KEU/AK
DIV. PENGEMASAN
DIV. TEKNIK
KEBUN GARUT
DIV. KEMITRAAN Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan
92
Lampiran 7.Data Panen selama 4 bulan
Lokasi
: T.4
Tanam
: Week 3 (18 Januari 2011)
Panen
: Week 16
Varietas
: Guindo/Sakura
Jumlah tanaman
: 600 tanaman
Bongkar
: Week 21 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
Week
Kg
Jumlah
Kg/pohon
23 Maret 2011 26 Maret 2011 28 Maret 2011 30 Maret 2011
12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 21 21 22 22
0.5 1.5 3 6 5 13 12 13 14 15 14 10 11 17 6 5 8 24 13 14 15 20 9 7 9 13 4 5 4 5 12
0.5 2 5 11 16 29 41 54 66 83 97 107 118 135 141 146 154 178 191 205 220 240 249 256 265 278 282 287 291 296 308
1 0.75 0.60 0.54 0.31 0.44 0.29 1.40 0.23 0.18 0.14 0.09 0.09 0.13 0.04 0.03 0.05 0.13 0.06 0.06 0.06 0.08 0.03 0.02 0.03 0.04 0.01 0.01 0.01 0.01 0.03 6.89
01 April 2011 05 April 2011 07 April 2011 09 April 2011 11 April 2011 13 April 2011 15 April 2011 17 April 2011 19 April 2011 21 April 2011 23 April 2011 25 April 2011 27 April 2011 29 April 2011 01 Mei 2011 03 Mei 2011 05 Mei 2011 07 Mei 2011 09 Mei 2011 11 Mei 2011 13 Mei 2011 16 Mei 2011 18 Mei 2011 20 Mei 2011 23 Mei 2011 27 Mei 2011 30 Mei 2011
Bobot panen per pohon
93
Lokasi
: T.11
Tanam
: Week 12 (17 April 2011)
Panen
: Week 21
Varietas
: Gang
Jumlah tanaman
: 602
Bongkar
: Week 34 No
Tanggal
Week
Kg
Jumlah
Kg/pohon
1 2 3 4 5 6 7 8
01 Juni 2011 03 Juni 2011 04 Juni 2011 06 Juni 2011 08 Juni 2011 09 Juni 2011 11 Juni 2011 13 Juni 2011
22 23 23 23 23 23 24 24
10 6 4 10 20 19 15 19
10 16 20 30 50 69 84 103
1.00 0.38 0.2 0.33 0.40 0.27 0.17 0.18
9
15 Juni 2011
24
12
115
0.10
Bobot panen per pohon
Lokasi
: T.12
Tanam
: Week 12 (17 April 2011)
Panen
: Week 20
Varietas
:Gang
Jumlah tanaman
: 172
Bongkar
:Week 30 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tanggal 16 Mei 2011 18 Mei 2011 20 Mei 2011 23 Mei 2011 27 Mei 2011 30 Mei 2011 01 Juni 2011 03 Juni 2011 04 Juni 2011 06 Juni 2011 08 Juni 2011 10 Juni 2011 11 Juni 2011 13 Juni 2011 15 Juni 2011
Week Kg 20 13 20 4 21 7 21 11 22 7 22 13 22 6 23 6 23 7 23 6 23 6 24 15 24 15 24 15 24 10 Bobot panen/pohon
3.03
Jumlah 13 17 24 35 42 55 61 67 74 80 86 101 116 131 141
Kg/pohon 1.00 0.23 0.29 0.31 0.16 0.23 0.09 0.08 0.09 0.07 0.06 0.14 0.12 0.11 0.07 3.05
94
Lokasi
: T.5
Tanam
: Week 5 (13 Februari 2011)
Panen
: 17
Varietas
: Gang
Jumlah tanaman
: 160
Bongkar
: Week 25 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tanggal Week Kg 09 April 2011 15 5 11 April 2011 15 8 13 April 2011 15 11 15 April 2011 16 14 17 April 2011 16 11 19 April 2011 16 9 21 April 2011 16 13 23 April 2011 17 10 25 April 2011 17 6 27 April 2011 17 10 29 April 2011 18 15 01 Mei 2011 18 10 03 Mei 2011 18 15 05 Mei 2011 18 10 07 Mei 2011 19 14 09 Mei 2011 19 10 11 Mei 2011 19 10 13 Mei 2011 20 10 16 Mei 2011 20 10 18 Mei 2011 20 6 Bobot panen per pohon
Jumlah 5 13 24 38 48 57 70 80 86 96 100 110 125 135 149 159 169 179 189 195
Kg/pohon 1.00 0.61 0.45 0.36 0.22 0.15 0.18 0.12 0.06 0.10 0.15 0.09 0.12 0.07 0.09 0.06 0.05 0.05 0.05 0.03 4.01
95
Lokasi
: T.7
Tanam
: Week 9 (1 Maret 2011
Panen
: Week 19
Varietas
:Guindo
Jumlah tanaman
: 640
Bongkar
: Week 29
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tanggal Week Kg 23 April 2011 17 13 25 April 2011 17 6 27 April 2011 17 3 29 April 2011 18 3 01 Mei 2011 18 18 03 Mei 2011 18 7 05 Mei 2011 18 13 07 Mei 2011 19 9 09 Mei 2011 19 5 11 Mei 2011 19 7 13 Mei 2011 20 6 16 Mei 2011 20 8 18 Mei 2011 20 4 20 Mei 2011 21 3 23 Mei 2011 21 3 Bobot panen per pohon
Jumlah 13 19 22 25 43 50 63 72 77 84 90 98 102 105 108
Kg/pohon 1 0.31 0.13 0.12 0.41 0.14 0.2 0.12 0.06 0.08 0.06 0.08 0.03 0.02 0.02 2.78