TUJUAN Mahasiswa dapat : • menjelaskan pentingnya kegiatan penelitian • membedakan metode penelitian dan metodologi penelitian • menjelaskan logika konvensional • menjelaskan logika modern • membedakan pendekatan filsafat positivistik, rasionalistik, dan phenomenologik metodologi penelitian. (c)
stefanus
Penelitian : Rumit ? Sulit ? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar.
Milik Ilmuwan ? Dalam era persaingan yang sangat ketat dalam pengembangan iptek - ekonomi - bisnis diperlukan pengambilan keputusan yang semakin ilmiah. 1. Alasan I : meningkatnya kebutuhan informasi yang berkualitas. 2. Alasan II : tersedianya teknologi dan tools yang memadai [KUNCORO,2003]. (c)
stefanus
Keterampilan meneliti sangat penting dan wajib bagi kalangan akademis guna memenuhi standar kualitas akademis yang lebih tinggi. Kompetensi dalam bidang penelitian : 1. Kemampuan membuat proposal yang sistematis, logis, aktual, relevan, dan komunikatif. 2. Kemampuan melaksanakan penelitian secara objektif, jujur, etis, dan penuh tanggung jawab. 3. Kemampuan menyusun laporan penelitian yang sistematis, logis, kontributif, dan komunikatif. 4. Kemampuan melakukan diseminasi hasil penelitian. (c)
stefanus
Metodologi Penelitian : merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian, ilmu tentang alat-alat (tools) penelitian, yang membahas konsep teoritik, kelebihan dan kelemahan berbagai metode penelitian.
(c)
Metode Penelitian : mengemukakan secara teknis metode (pen. : prosedur dan alat-alat) yang digunakan dalam penelitian [MUHAJIR,96].
stefanus
Metodologi penelitian seperti yang banyak digunakan oleh kalangan peneliti saat ini sebenarnya memiliki landasan filsafat yang pasti. Namun banyak diantaranya yang tenggelam pada berbagai teknik maupun alat penelitian tanpa menyadari mereka telah menganut filsafat ilmu tertentu [MUHAJIR,1996]. Pemahaman tentang hal ini penting terutama bila diperhadapkan dengan peneliti yang memiliki aliran filsafat lain. Selain itu juga menumbuhkan kesadaran akan kelebihan dan kekurangan suatu metode penelitian sehingga memungkinkan upaya penyempurnaannya. (c)
stefanus
Dalam filsafat, logika adalah ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran. Metodologi penelitian merupakan bagian dari logika guna memperoleh kebenaran.
LOGIKA FORMAL ARISTOTELES (tradisional kategorik) Logika ini berupaya menyusun struktur hubungan antara sejumlah proposisi. Untuk membuat generalisasi, logika Aristoteles mengaksentuasikan prinsip-prinsip relasi formal antarproposisi. Pengujian kebenaran formal dari proposisi khusus (premis minor) didasarkan pada kebenaran formal dari proposisi universal (premis mayor). Kontradiksi antarkeduanya berarti premis minor ditolak. (c)
stefanus
• Proposisi adalah pendapat tentang hubungan antarkonsep. • Konsep merupakan persepsi tentang sesuatu (kalkulus). • Kalkulus (‘batu kecil’) kecil : • Kalkulus jenis menghasilkan proposisi kategorik : sesuatu sbg. sesuatu atau bukan sesuatu, sesuatu yang spesifik termasuk dalam sesuatu yang universal. • Kalkulus probabilistik menyajikan proposisi dalam pernyataan kebenaran relatif (ada peluang benar atau salah). (c)
stefanus
LOGIKA MATEMATIK DEDUKTIF
Logika ini membangun konstruksi pembuktian kebenaran berdasarkan proposisi kategorik pada kebenaran materiel. Uji kebenaran menggunakan dalil, hukum, teori, atau proposisi universal yang lain seperti asumsi, aksioma, postulat, dan tesis. (c)
stefanus
•
Dalil : keterangan yg. dijadikan bukti atau alasan kebenaran, patokan (matematika:segi tiga sama sisi). • Hukum : patokan/ kaidah ttg. suatu kejadian (alam, dsb.). • Teori : mrpk. suatu konstruksi pernyataan yang integratif yang di dalamnya terkandung asumsi, aksioma / postulat, sejumlah tesis, dan sejumlah proposisi. (bisa dibuktikan) • Asumsi mrpk. proposisi universal yang self-evident benar dan tidak memerlukan pembuktian. (melekat pada kesimpulan) • Aksioma : pernyataan yg. dpt. diterima sbg. kebenaran (bila perlu dapat dibuktikan). Dlm. ilmu sosial disebut postulat. • Tesis mrpk. pernyataan yang telah diuji kebenarannya lewat evidensi (fakta/bukti) berdasarkan empiri atau argumentasi. Konstruksi keseluruhan pembuktian kebenaran logika matematik deduktif menggunakan silogisme: [(a
(c)
stefanus
LOGIKA MATEMATIK INDUKTIF Seperti juga deduktif pengujian kebenaran didasarkan pada kebenaran materiel guna membuat abstraksi yang terbagi menjadi logika matematik induktif kategorik dan Logika Matematik Probabilistik.
LOGIKA MATEMATIK PROBABILISTIK Metodologi penelitian kuantitatif statistik menggunakan logika matematik probabilistik.
(c)
stefanus
LOGIKA REFLEKTIF Logika Reflektif didasari proses berpikir reflektif yang mondar-mandir dari induksi ke deduksi dalam proses yang sangat cepat guna menyusun abstraksi dan atau penjabaran.
(c)
stefanus
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang empirik induktif logika Aristoteles tumbang digantikan logika yang dikembangkan Leibniz, Mill, dan Russel.
John Stuart Mill (abad 19) dengan Sistem Logikanya mengetengahkan tesisnya, bahwa : argumentasi disyaratkan berdasarkan pengalaman empirik, bukan argumentasi pikir atau konstruksi alam semesta.
(c)
Suatu pernyataan mungkin saja mendukung eksistensi faktual atau mendukung relasi, koeksistensi, keruntutan, keterhimpunan, atau kausalitas antarfakta, namun kebenarannya harus diuji berdasarkan realitas yang diamati atau berdasarkan argumentasi induktif. stefanus
Gottfried WilhelmLeibniz (abad 17) membedakan tiga kemampuan kognitif : • Indera memberi persepsi sensual tentang objek, • imajinasi menyajikan common sense yang menyajikan materi inderawi bagi matematik, sedangkan • argumentasi merupakan berfungsinya kesadaran pikir manusia.
Menurut Leibniz kebenaran perlu dibedakan menjadi kebenaran faktual dan kebenaran argumentatif. (c)
stefanus
Kebenaran faktual adalah kebenaran eksistensial yang bersifat kontigensial (keberadaannya tergantung pada hal lain). Materi kebenaran faktual diangkat dari pengamatan inderawi.
Kebenaran argumentatif bersifat generik namun independen terhadap persepsi. Empiri sensual tetap diperlukan namun sebatas pemberi rambu-rambu. Kebenaran argumentatif dicapai melalui analisis dan komparasi. (c)
stefanus
Betrand Russell (abad 20) semula adalah penganut filsafat idealisme Hegel yang menyatakan, bahwa fakta di dunia ini mempunyai hubungan satu sama lain, dan merupakan sistem yang satu, ada hukum umum yang berlaku universal, dunia merupakan sistem yang rasional. Dalam perkembangannya filsafat Russell berubah menjadi Pluralisme Ekstrim yang menyatakan dunia bukan merupakan suatu sistem yang rasional, melainkan merupakan kumpulan fakta dan kejadian.
(c)
Kejadian-kejadian itu tampaknya mengikuti hukumhukum tertentu, dan menjadi tugas ilmu untuk menemukannya, tetapi untuk menemukan hukum yang berlaku universal tampaknya tak ada harapan. stefanus
•
•
•
(c)
Ketiga perintis filsafat ilmu tersebut termasuk dalam kelompok ahli yang menggunakan alur pikir induktif yang berlawanan dengan logika Aristoteles yang menggunakan alur pikir deduktif. Namun demikian mereka memiliki perbedaan yang mendasar dan esensial. John Stuart Mill dapat digolongkan sebagai perintis bagi metodologi yang menggunakan pendekatan Positivistik. Leibniz yang mendudukkan empiri tidak sebagai penentu kebenaran argumentatif merupakan rintisan ke pendekatan Rasionalistik. Bertrand Russell yang mengakui kebenaran pluralistik menjadi pendukung pendekatan Phenomenologik.
stefanus
(c)
• Metodologi penelitian kuantitatif dengan teknik statistiknya telah mendominasi analisis penelitian sejak abad 18 hingga sekarang. Metodologi ini bersumber dari filsafat Positivisme Auguste Comte yang menolak metaphisik dan teologik. • Ilmu dapat menyajikan gambar dunia secara lebih meyakinkan didasarkan pada penelitian empirik daripada spekulasi filosofik. • Berdasarkan filsafat positivistik metode kuantitatif mulai dengan penetapan objek studi yang spesifik, dieliminasikan dari totalitas atau konteks besarnya, sehingga jelas objek studinya, kemudian disusun kerangka teori sesuai dengan objek studi spesifiknya. • Dari sini kemudian dirumuskan hipotesis atau problematiknya, instrumentasi pengumpulan datanya, teknik samplingnya, dan teknik analisisnya. stefanus
• Berdasarkan filsafat positivistik metode kuantitatif mulai dengan penetapan objek studi yang spesifik, dieliminasikan dari totalitas atau konteks besarnya, sehingga jelas objek studinya, kemudian disusun kerangka teori sesuai dengan objek studi spesifiknya. • Dari sini kemudian dirumuskan hipotesis atau problematiknya, instrumentasi pengumpulan datanya, teknik samplingnya, dan teknik analisisnya. • Selain itu juga perlu ditetapkan batas signifikansinya, teknik penyesuaiannya bila ada kekurangan / kekeliruan data, dan administrasinya. Hal ini menegaskan bahwa positivisme mengharuskan perancangan yang masak sebelum terjun ke lapangan. (c)
stefanus
Menurut positivisme ontologik (cab. Filsafat yang berhubungan dengan sifat makhluk / kenyataan), realitas dapat dipecah-pecah, dipelajari independen, dieleminasikan dari objek yang lain, dan dapat dikontrol. Konsekuensinya kerangka teori dirumuskan sespesifik mungkin dan menolak ulasan yang meluas. Dari segi epistemologik (cab. Filsafat ttg. dasar-dasar dan batas pengetahuan), positivisme menuntut pilahnya subjek peneliti dengan objek. Tujuan penelitian berlandaskan positivisme adalah untuk menyusun bangunan ilmu nomothetik (membuat hukum dari generalisasinya). Kebenaran dicari lewat hubungan kausal-linier (tidak ada sebab tanpa akibat), dan teori korespondensi (sesuatu benar bila ada korespondensi antara pernyataan verbal / matematik dengan realitas empirik khususnya empiri sensual).
Dari segi aksiologik, positivisme menuntut agar penelitian itu bebas nilai. Objektivitas yang dapat dicapai dengan mengeliminasikannya dari nilai dimaksudkan agar prediksi atau hukum yang dihasilkan dari suatu penelitian keberlakuannya bebas waktu dan tempat. Metode penelitian kualitatif yang berlandaskan positivisme juga memiliki pola pikir sama dengan kuantitatif, yakni mengejar yang terukur, teramati, yang empiri sensual, menggunakan logika matematik, dan membuat generalisasi atas rerata. Namun metode kualitatif mengakomodasi deskripsi verbal, menggantikan angka atau menggabungkan olahan statistik dengan olahan verbal. (c)
stefanus
(c)
Menurut positivisme ilmu yang valid adalah ilmu yang dibangun dari empiri, sedangkan menurut rasionalisme ilmu yang valid dibangun dari abstraksi atau simplifikasi / penyederhanaan atau idealisasi dari realitas, dan yang terbukti koheren dengan sistem logikanya. Dari sisi ontologik, positivisme lemah dalam membangun konsep teoritik karena tidak adanya payung grand-theory sehingga rendah dalam konstribusinya memunculkan teori-teori baru yang mendasar. Dilihat dari segi aksiologi, kebenaran empirik (yang sensual) dari positivistik telah mendegradasikan harkat kemanusiaan manusia. Manusia tidak hanya mampu memaknai sesuatu secara empiris sensual saja. Kemampuan pikir dan akal budi manusia dalam memaknai empiri sensual melebihi kemampuannya dalam memberi arti berdasarkan empiri sensual. stefanus
Muhajir membedakan empiri menjadi : sensual, logik,& etik. • Empiri lojik dapat dihayati kebenarannya karena ketajaman pikir manusia dalam memberi makna; • sedangkan empiri etik karena ketajaman akal budi manusia dalam memberi makna ideal. Pemberian makna terhadap indikasi empiri merupakan ciri rasionalistik. Dari segi epistemologik ada kesamaan mendasar antara positivistik dan realistik, yakni kedua-duanya berusaha memilahkan subjek dan objek penelitian. Selain itu juga produk ilmunya adalah bangunan ilmu nomothetik. (c)
stefanus
!
Generalisasi pada positivisme berpangkal dari objek spesifik dan berakhir pada hasil analisis objek spesifik pula, sedangkan rasionalisme ada 2 tahap generalisasi : 1. generalisasi dari objek atas hasil uji makna empirik, 2. pemaknaan hasil uji reflektif kerangka teoritik dengan pemaknaan indikasi empirik
!
Kelemahan positivisme dibenahi dengan menggunakan rasionalisme dalam menyusun kerangka teori dan memberikan makna penelitian, sedangkan uji empirik objek spesifiknya menggunakan positivisme. Aliran ini disebut
Postpositivisme. (c)
stefanus
Menurut Phenomenologi Edmund Husserl objek ilmu itu tidak terbatas pada yang empirik (sensual) melainkan mencakup phenomena berupa persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subjek tentang sesuatu di luar subjek, ada sesuatu yang transenden di samping yang aposteriotik. Ontologik metodologi penelitian kualitatif berlandaskan phenomenologi menuntut pendekatan holistik, melihat objek dalam satu konteks natural, bukan parsial.
(c)
Hal ini berbeda dengan positivistik yang menuntut rumusan objek sespesifik mungkin, namun lebih dekat dengan rasionalisme yang menuntut konstruksi teoritik yang lebih stefanus
Dari sisi epistemologik metodologi penelitian berdasarkan phenomenologi sepenuhnya : • menolak penggunaan kerangka teori sebagai langkah persiapan penelitian, • menuntut bersatunya subjek peneliti dengan subjek pendukung objek penelitian. Keterlibatan subjek peneliti di lapangan dan dalam penghayatan merupakan ciri utama. Tujuan penelitian berdasarkan phenomenologi adalah membangun ilmu ideografi (gambaran gagasan / pikiran dalam bentuk lambang/simbol). (c)
stefanus
Dari sisi epistemologik metodologi penelitian berdasarkan phenomenologi sepenuhnya : • menolak penggunaan kerangka teori sebagai langkah persiapan penelitian, • menuntut bersatunya subjek peneliti dengan subjek pendukung objek penelitian. Keterlibatan subjek peneliti di lapangan dan dalam penghayatan merupakan ciri utama. Tujuan penelitian berdasarkan phenomenologi adalah membangun ilmu ideografi (gambaran gagasan / pikiran dalam bentuk lambang/simbol). Ditinjau dari aksiologik ada kesamaan antara phenomenologik dengan rasionalistik karena kedua-duanya mengakui kebenaran etik, ada value-bond. Phenomenologik mengakui pula jenis empiri lain yang disebut empiri transendental. (c)
stefanus
Masih banyak pandangan filsafat lain yang mendasari suatu metodologi, namun ketiga pandangan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk memberikan pengenalan dan alternatif Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Berdasarkan filsafat ilmu yang manakah metode penelitian tersebut di atas yang paling baik? Pemilihan metode perlu didasarkan pada objek studi yang akan diteliti. *** (c)
stefanus
(c)
1. Mengapa kegiatan penelitian kini penting pada era persaingan global. Jelaskan sehubungan dengan bidang pekerjaan / studi anda. 2. Dalam buku laporan hasil penelitian/ skripsi / tesis / disertasi seharusnya yang tercantum ‘Metode Penelitian’ ataukah ‘Metodologi Penelitian’? Mengapa? 3. Berikan contoh penggunaan Logika Konvensional dan Logika Modern dalam penelitian Teknologi Informasi. 4. Manakah diantara pendekatan filsafat positivistik, rasionalistik, dan phenomenologik yang sering digunakan dalam penelitian Teknologi Informasi? Berikan alasan anda. stefanus ***