PENDIDIKAN MULTIKULTURAL MENUJU MASYARAKAT BERMARTABAT Bunyamin Dosen Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Email :
[email protected] Abstract : This research aims to reveal the depth of multicultural education. This study uses qualitative descriptive approach situational analysis. These results indicate the idea of forming system using the concept of multicultural education. , The results of this study can be applied in learning syllabus Religious Education / Akhlaq for high school / boarding school. Keywords: Education, Multicultural, Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkapkan secara mendalam tentang pendidikan multikultural. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis situasi. Hasil penelitian ini menunjukan gagasan pembentukan system pendidikan menggunakan konsep multicultural. . Hasil penelitian ini bisa diterapkan dalam silabus pembelajaran Pendidikan Agama / Akhlaq untuk siswa SMA / Pesantren. Kata kunci: Pendidikan, Multikultural,
perhatian
PENDAHULUAN Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain. Pluralitas masyarakat Indonesia merupakan fenomena yang
paradoks
jika
tidak
mendapatkan
serius
keberagaman
dalam
tersebut.
Di
mengelola satu
sisi,
keberagaman tersebut merupakan kekayaan cultural yang mengekspresikan kebesaran sebagai
sebuah
bangsa.
Di
sisi
lain,
keberagaman akan menjadi potensi yang
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
1
dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan
tantangan
dan peradaban jika tidak terwadahi dalam
pendidikan multikultur (Semiawan, 2008). upaya untuk membangun Indonesia yang
dan bernegara. Perbedadaan budaya, agama, aspirasi politik, kepentingan, visi dan misi, keyakinan dan tradisi merupakan sebuah konduksi dalam hubungan interpersonal yang kadang-kadang juga menjadi perbedaan perilaku dalam sesuatu.
Perbedaan-perbedaan
tersebut dapat memunculkan keteganganketegangan dalam relasi antar manusia dan antar budaya. Konsep multikultural tidaklah dapat
disamakan
dengan
konsep
keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikultural menekankan
keanekaragaman kebudayaan
dalam kesetaraan. Pendidikan
di
berbagai
negara
menunjukkan bahwa di seluruh dunia terdapat konflik antar-upaya meraih kemampuan yang dipersyaratkan yang sifatnya merata bagi berbagai populasi yeng berbeda dalam arti kultural ataupun sosial ekonomi. Juga di Indonesia yang masyarakatnya plural selalu ada trade-off antara kesempatan pendidikan yang merata (equal opportunity) dan hasil pendidikan
yang
sama
baiknya
(equal
outcome) yang muncul sebagai salah satu
2
menyelenggarakan
Hal yang menjadi perhatian adalah
system penyelenggaraan kehidupan berbangsa
memahami
dalam
multikultural hanya mungkin dapat terwujud apabila konsep multikultural menyebar luas dan
dipahami
pentingnya
bagi
bangsa
Indonesia, serta adanya keinginan baik pada tingkat
nasional
maupun
lokal
untuk
mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Kesamaan
pemahaman
mengenai
multikultural dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini sangatlah diperlukan (Suparlan, 2002).
Untuk itu, perlu mengkaji konsep
multikultural, karena konsep multikultural tidaklah
sama
dengan
konsep
keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan
suku
bangsa.
Konsep
multikultural menekankan kesetaraan dalam keanekaragaman kebudayaan. Konsep Multikultural Sebelum
membahas
pendidikan
multikultural terlebih dahulu membahas apa konsep
”multikultural”,
memudahkan
kita
untuk
sehingga memahami
pendidikan multikultural. Hal ini didasarkan bahwa
”kerangka
konseptual
tentang
masyarakat multikultural tidak terlalu baru di
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Indonesia, sebab prinsip Indonesia adalah
menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan-
sebagai negara ”bhinneka tunggal ika” yang
kebudayaan tersebut, melainkan mencoba
mencerminkan bahwa meskipun Indonesia
melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat
adalah
mengekspresikan
negera
sukubangsa,
terdiri
etnis
dari
dan
berbagai
agama,
tetapi
bagi
anggota-
anggotanya sendiri (Sanaky, 2003).
terintegrasi dalam keikaan, kesatuan” (Azra, 2005).
nilai
Spradely
dalam
Suparlan
(2002)
”menitikberatkan multikultural pada proses
Masyarakat
dan
negara-bangsa
transaksi pengetahuan dan pengalaman yang
Indonesia secara sederhana dapat disebut
digunakan oleh anggota masyarakat untuk
sebagai masyarakat "multikultural". Tetapi
menginterpretasikan pandangan dunia mereka
konsep
dapat
yang berbeda untuk menuju kearah kebutuhan
disamakan dengan konsep ”keanekaragaman”
kultur. Kata multikultural menjadi pengertian
secara
yang
multikultural sukubangsa
tidaklah atau
kebudayaan
sangat
luas
[multi-discursive],
sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat
tergantung dari konteks pendefinisian dan
majemuk, karena multikultural menekankan
manfaat
keanekaragaman
dalam
pendefinisian tersebut. Yang jelas dalam
Konsep multikultural mengulas
kebudayaan multikultural setiap individu
kesetaran.
kebudayaan
apa
yang
diharapkan
dari
berbagai permasalahan yang mendukung
mempunyai
ideologi,
keadilan,
meskipun latar belakang kultur masing-
penegakan hukum, kesempatan kerja dan
masing berbeda, karena sifat manusia antara
usaha, hak asasi manusia, hak budaya
lain, adalah (1) akomodatif, (2) asosiatif, (3)
komuniti dan golongan minoritas, prinsip-
adaptabel, (4) fleksibel, dan (5) kemauan
prinsip etika dan moral, tingkat serta mutu
untuk saling berbagi.
produktivitas serta berbagai konsep lainnya
keragaman kultur mengandung unsur jamak
yang lebih relevan.
atau keragaman yang sarat dengan nilai-nilai
sebuah
politik,
demokrasi,
Multikultural meliputi
pemahaman,
penghargaan
dan
penilaian atas budaya seseorang dan sebuah
kemampuan
berinteraksi,
Inilah menunjukan
kearifan. Dalam
kontek
membangun
tatanan
penghormatan dan keingintahuan tentang
masyarakat dan tatanan sosial yang kokoh,
budaya etnis orang lain. Artinya, meliputi
nilai-nilai kearifan
sebuah
kebudayaan-
kearifan sosial dan kearifan budaya dapat
kebudayaan orang lain, bukan dalam arti
dijadikan sebagai tali pengikat dalam upaya
penilaian
terhadap
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
dalam hal ini adalah
3
bersosialisasi dan berinteraksi antar individu
secara individu maupun kelompok. Jadi pada
dengan individu, individu dengan kelompok
tahap ini, komitmen pada nilai-nilai tersebut
dan kelompok dengan kelompok.
tidak
Dengan
dapat
dipandang
hanya
berkaitan
nilai kearifan sosial dan kearifan budaya,
dengan eksklusivisne personal dan sosial saja
akan
berbagai
atau dengan superioritas kultural saja, tetapi
perselihan dan konflik budaya yang kurang
lebih jauh lagi dengan persoalan kemanusiaan
kondusif.
(humanness),
berusaha
mengeliminir
Tatanan
kehidupan
sosial
komitmen
dan
kohesi
masyarakat yang multikultural akan terwujud
kemanusiaan termasuk di dalamnya melalui
dalam perilaku yang saling menghormati,
toleransi,
menghargai
personal dan komunal (Azra, 2005).
perbedaan
keanekaragaman
saling
menghormati
hak-hak Ketika
kebudayaan dalam kesederajatan dan menjaga
manusia berhadapan dengan simbol-simbol,
satu dengan lainnya dalam prinsip-prinsip
nilai-nilai,
perbedaan tersebut.
dan
Untuk itu, kita harus
doktrin-doktrin,
pola
tingkah
berusaha untuk mengeliminasi potensiyang
mengungkapkan
dapat
mengidealisasikan
memunculkan
konflik,
yaitu
(1)
prinsip-prinsip
laku,
sesungguhnya
dan
sekaligus
komitmen
kepada
prasangka historis, (2) diskriminasi, dan (3)
kemanusiaan – baik personal mapun komunal
perasaan superioritas in-group feeling yang
–
berlebihan dengan menganggap inferior pihak
Multikultural dapat pula dipahami sebagai
yang lain [out-group] (Purwasito, 2003).
”kepercayaan”
Apabila ketiga hal tersebut
tidak
dan
kebudayaan
penerimaan
yang
kepada
dihasilkannya.
normalitas
keragaman.
dan
Konsep
mampu dieliminiasi oleh individu maupun
multikulturaliems seperti ini dapat dipandang
kelompok, maka konflik dan benturan antar
sebagai
individu atau kelompok yang disebabkan oleh
kewarganegaraan
perbedaan
sebagai wujud masyarakat madani.
kepentingan,
keinginan,
visi,
keyakinan dan tradisi, politik, idologi, agama
titik
tolak
dan
yang
fondasi
berkeadaban
bagi dan
Kelompok struktural dalam masyarakat
akan menjadi sesuatu legal dan lumrah dalam
multikultural dapat
interaksi sosial, karena
keringnya nilai-nilai
enam kategori, yakni: suku, ras, bahasa, status
kemanusiaan (humanis), keringnya niai-nilai
sosial, , religi, dan letak geografis. Keenam
kearifan sosial, keringnya nilai-nilai kearifan
kategori ini memiliki equitu dan equality,
budaya dan keringnya nilai-nilai kearifan
persamaan
moral dalam relasi antar sesama manusia baik
mendapatkan pembelajaran dalam kehidupan
4
dan
diidentifikasi
keadilan
hak
melalui
untuk
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
bernegara. Latar belakang inilah yang harus
Usmani atau masyarakat ”Amish” di AS.
dilakukan dengan pendekatan tertentu agar
Kelompok ini menerima keragaman, tetapi
peserta
pada
didik
tidak
dirugikan
dan
saat
yang
sama
budaya
berusaha
mendapatkan kesempatan yang sama dalam
mempertahankan
mereka
secara
pembelajaran (Semiawan, 2010).
terpisah dari masyarakat lain umumnya.
multikultural yang diartikan
Kedua, “multikultural akomodatif”,
para ahli sangat beragam antara satu dengan
masyarakat plural yang memiliki kultur
yang lainnya. Walaupun ada perbedaan, tapi
dominan,
pandangan mereka tentang multikultural pada
akomodasi-akomodasi
dasarnya adalah pandangan terhadap dunia
kebutuhan
yang
Konsep
kemudian
berbagai
membuat kultural
penyesuaian
dan
tertentu
bagi
kaum
diterjemahkan
dalam
Masyarakat
multikultural
kebudayaan
yang
merumuskan
dan
kebijakan
akomodatif
menerapkan
undang,
realitas
dan
sensitif secara kultural, dan memberikan
multikultural yang terdapat dalam kehidupan
kebebasan kepada kaum minoritas untuk
masyarakat. Multikultural dipahami sebagai
mempertahankan
pandangan dunia yang kemudian diwujudkan
kebudayaan
dalam “politics of recognition”.
Parekh,
minoritas tidak menantang kultur dominan.
1997:183-185, dalam Azra, membedakan
Model ”multikultural akomodatif” ini dapat
lima macam bentuk multikultural dan tentu
ditemukan di Inggris, Prancis, dan beberapa
saja
negara Eropa lain.
pluralitas
kelima bentuk multikultural itu tidak
“kedap air” (watertight), tetapi sebaliknya
Ketiga,
dan
undang-
menekankan tentang penerimaan terhadap keragaman,
hukum
minoritas.
dan
mereka,
mengembangkan sebaliknya
“multikultural
dapat saja tumpang tindih satu dengan lainnya
masyarakat
plural
dalam segi-segi tertentu, yaitu :
kelompok
kultural
Pertama, “multikultural isolasionis”
ketentuan-ketentuan
di
kaum
otonomis”,
mana
kelompok-
utama
berusaha
mewujudkan kesetaraan (equality) dengan
yang mengacu kepada masyarakat di mana
budaya
dominan
berbagai kelompok kultural menjalankan
kehidupan otonom dalam kerangka politik
hidup secara otonom dan terlibat dalam
yang secara kolektif dapat diterima. Concern
interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
pokok kelompok-kelompok kultural terakhir
Contoh kelompok ini, seperti masyarakat
ini adalah untuk mempertahankan cara hidup
yang ada pada sistem “millet” di Turki
mereka, yang memiliki hak yang sama
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
dan
menginginkan
5
dengan
kelompok
dominan;
“multikultural
Kelima,
mereka
menantang kelompok kultural dominan dan
kosmopolitan”,
berusaha menciptakan suatu masyarakat di
”batas-batas kultural” sama sekali untuk
mana semua kelompok dapat eksis sebagai
menciptakan sebuah masyarakat di mana
mitra sejajar. Jenis multikultural didukung
setiap
misalnya
oleh
kelompok
Quebecois
di
individu
committed
berusaha
tidak
kepada
menghapuskan
lagi
budaya
terikat
dan
tertentu
dan
Kanada, dan kelompok-kelompok Muslim
sebaliknya, secara bebas terlibat dalam
imigran di Eropa, yang menuntut untuk dapat
eksperimen-eksperimen
menerapkan syari`ah, mendidik anak-anak
sekaligus
mereka pada sekolah Islam, dan sebagainya.
kultural masing-masing. Para pendukung
Keempat, “multikultural kritikal” atau “interaktif”,
masyarakat plural di mana
interkultural
mengembangkan
dan
kehidupan
multikultural jenis ini yang sebagian besar adalah intelektual diasporik dan kelompok-
kelompok-kelompok kultural tidak terlalu
kelompok
concern dengan kehidupan kultural otonom,
kecenderungan
tetapi lebih menuntut penciptaan kultur
memandang
kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
resources yang dapat mereka pilih dan ambil
perspektif-perspektif
secara bebas.
Kelompok
budaya
distingtif dominan
mereka. tentu
liberal
yang
memiliki
postmodernist seluruh
budaya
dan sebagai
Mengacu pada pandangan dan konsep
saja
cenderung menolak tuntutan ini, dan bahkan
yang
berusaha secara paksa untuk menerapkan
multikultural mempunyai relevansi makna
budaya
dengan
dan fungsi yang tepat. Konsep multikultural
mengorbankan budaya kelompok-kelompok
menjadi penting untuk dikembangkan dan
minoritas.
Itulah
diinternalisasikan dalam proses transformasi
minoritas
menantang
dominan
mereka
kelompok-kelompok kelompok
kultur
dikemukakan
di
nilai-nilai masyarakat
atas,
konsep
dan bangsa yang
dominan, baik secara intelektual maupun
beragam ini. Sebab prinsip-prinsip dasar
politis, dengan tujuan menciptakan iklim yang
multikultural
kondusif bagi penciptaan secara bersama-
keberagaman kelompok masyarakat seperti
sama sebuah kultur kolektif baru yang egaliter
etnis, ras, budaya, gender, strata sosial,
secara genuine. Jenis multikultural, sebagai
agama, perbedaan kepentingan, keinginan,
contoh, diperjuangkan masyarakat Hitam di
visi, keyakinan dan tradisi yang akan sangat
Amerika Serikat, Inggris dan lain-lain.
membantu
6
mengakui
bagi
dan
terwujudnya
menghargai
perubahan
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
format perilaku sosial yang kondusif dan sangat
menjanjikan
ditengah
kehidupan
masyarakat dan bangsa yang majemuk. Sarana terbaik dan strategis yang digunakan untuk membangun dan mensosialisasikan konsep multikultural
agar melahirkan
perilaku sosial kondusif,
”kearifan sosial”,
”kearifan budaya” dan “kearifan moral” atau akhlak
adalah
melalui
“pendidikan
multikultural”. Program
pendidikan
bagaimanakah
yang relevan dengan kehidupan masyarakat dan
bangsa
majemuk
dengan
ini
corak
dengan
sukubangsa
dan
dalamnya?
Sebab
masyakarat
berbagai
agama
yang
ada
masing-masing
sukubangsa dan agama
di
etnis,
membawa kultur
sendiri-sendiri dan keragaman menjadikan
etnis,
masyarakat
ini tentu
dan
bangsa
Indonesia adalah masyarakat multikultural. Pengakuan akan keragamaan etnis, suku dan budaya penting ditumbuhkan pada peserta didik,
karena
para
pendiri
bangsa
ini
sesungguhnya telah menempatkan ideologi multikultural
sebagai
dasar
kehidupan
bernegara dan berkebangsaan yaitu ”Bhineka Tunggal Ika.
Dalam ideologi multikultural
perbedaan dalam kesederajatan tentu diakui dan diagungkan, baik secara individual atau kelompok maupun secara kebudayaan.
PEMBAHASAN Gagasan Pendidikan Multikultural Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia.
Dalam
sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat
yang
masih
terbelakang
(primitive). Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang.
Jadi, pendidikan yang dilakukan
suatu bangsa tentu memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan rekayasa bangsa. Sistem
pendidikan
nasional
lebih
bercirikan ”keseragaman” berlandaskan pada budaya nasional, berdiri di atas puncakpuncak
kebudayaan
daerah.
Pendidikan
diselenggarakan dengan aturan dalam konteks mayoritas yang bersaing dan berhadap dengan minoritas dan dikelola oleh pemerintah untuk meluaskan atau mempersempit hal-hal yang substansi atau penting yang menyangkut dengan lingkup dan alokasi kewenangan. Seiring
dengan
proses
desentralisasi
pendidikan yang dalam melibatkan peran serta masyarakat mengisyaratkan pengakuan terhadap manusia Indonesia dan masyarakat
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
7
setempat (konsep otonomi daerah). Ini berarti
“pendidikan nasional Indonesia” yang dapat
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
mejadi “integrating force” yang memproses,
ditinjau
menghidupkan
dari
dan
mengikat
seluruh
filosofis
harus
paradigma
baru
keragaman etnis, sukubangsa, agama dan
pendidikan menuju pada pengakuan terhadap
budaya dalam prinsip Indonesia sebagai
aspirasi masyarakat dan individu. Dengan
negara “bhinneka tunggal ika”.
sendirinya, paradigma baru dalam Undang-
Menurut Tilaar (2002),
beranjak
persepektif
dari
suatu
pendidikan
undang Sistem Pendidikan Nasional harus
multikultural berawal dari berkembangnya
mengacu
gagasan
pada
pendidikan
multikultural
dan
kesadaran
tentang
yaitu adanya kebudayaan beragam dalam
"interkulturalisme" seusai perang dunia II.
suatu masyarakat yang tetap merupakan
Kemunculan
kesatuan Bhineka Tunggal Ika.
"interkulturalisme" ini selain terkait dengan
Demikian
kebutuhan pembelajaran individu
berada
perkembangan
gagasan
dan
politik
kesadaran internasional
dalam perbedaan realitas sosio-historis, sosio-
menyangkut
ekonomis,
sosio-psikologis.
kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-
Artinya akan dihadirkan populasi sasaran
lain, juga karena meningkatnya pluralitas di
beragam dalam konteks sistem pendidikan
negara-negara Barat sendiri sebagai akibat
dan persekolahan (Semiawan, 2002).
dari peningkatan migrasi dari negara-negara
suku-bangsa,
Tampaknya
sistem
pendidikan
kita
HAM,
kemerdekaan
dari
baru merdeka ke Amerika dan Eropa.
masih harus dikelola dengan baik, konsisten,
Mengenai
fokus
pendidikan
kuat secara nasional yang berdasar pada
multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa
konsep keragaman atau kebhinnekaan atau
dalam program pendidikan multikultural,
multikultural. Sementara sampai sekarang,
fokus tidak lagi diarahkan semata-mata
sistem pendidikan nasional kita tetap hanya
kepada kelompok rasial, agama dan kultural
bercirikan ”keseragaman” yang berlandaskan
domain atau mainstream. Fokus seperti ini
pada budaya nasional dan bukan berfokus
pernah menjadi tekanan pada pendidikan
pada
interkultural yang menekankan peningkatan
konsep
Sementara
pendidikan realitas
multikultural.
Indonesia
yang
pemahaman dan toleransi individu-individu
multikultural dengan berbagai masalah dalam
yang
era reformasi, terlihat adanya kebutuhan
terhadap budaya mainstream yang dominan,
mendesak untuk merekonstruksi kembali
yang pada akhirnya menyebabkan orang-
8
berasal
dari
kelompok
minoritas
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
orang dari kelompok minoritas terintegrasi ke
dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh
dalam masyarakat mainstream. Pendidikan
ia
multikultural sebenarnya merupakan sikap
pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan
"peduli" dan mau mengerti (difference), atau
dan
"politics of recognition" politik pengakuan
masyarakat multikultural. Dalam konteks
terhadap
deskriftif ini, maka kurikulum pendidikan
orang-orang
dari
kelompok
juga
mencakup
strategi-strategi
pengertian
tentang
pendidikan
dalam
multikultural mestilah mencakup subjek-
minoritas. pendidikan
subjek seperti: toleransi; tema-tema tentang
multikultural melihat masyarakat secara lebih
perbedaan ethno-kultural dan agama: bahaya
luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa
diskriminasi:
sikap "indiference" dan "Non-recognition"
mediasi: HAM; demokratis dan pluralitas;
tidak hanya berakar dari ketimpangan struktur
kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain
rasial,
yang relevan.
Dalam
konteks
tetapi
itu,
paradigma
pendidikan
penyelesaian
konflik
dan
subjek-subjek
Dalam konteks teoritis, belajar dari
kemiskinan,
model-model pendidikan multikultural yang
penindasan dan keterbelakangan kelompok-
pernah ada dan sedang dikembangkan oleh
kelompok minoritas dalam berbagai bidang:
negara-negara maju, dikenal lima pendekatan,
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain
yaitu:
sebagainya. Paradigma seperti ini
perbedaan-perbedaan
multikultural mengenai
mencakup ketidakadilan,
akan
Pertama,
pendidikan
mengenai
kebudayaan
atau
mendorong tumbuhnya kajian-kajian tentang
multikultural. Kedua, pendidikan mengenai
'ethnic studies" untuk kemudian menemukan
perbedaan-perbedaan
tempatnya dalam kurikulum pendidikan sejak
pemahaman kebudayaan. Ketiga, pendidikan
dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
bagi
Tujuan inti dari pembahasan tentang subjek
pendidikan dwi-budaya. Kelima, pendidikan
ini adalah untuk mencapai pemberdayaan
multikultural
(empowerment)
manusia.
bagi
kelompok-kelompok
minoritas dan disadventaged.
pluralisme
kebudayaan kebudayaan.
sebagai
atau
Keempat
pengalaman
moral
Pendidikan merupakan lapangan yang
Istilah "pendidikan multikultural" dapat
sentral dalam upaya menerjemahkan gagasan
digunakan baik pada tingkat deskriftif dan
multikullturalisme yang menjadi kenyataan
normatif, yang menggambarkan isu-isu dan
dalam perilaku kehidupan masyarakat dan
masalah-masalah pendidikan yang berkaitan
bangsa Indonesia. Pada posisi ini, pendidikan
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
9
multikultur memegang peranan kunci, sebab
dikenal. Malah pendidikan dijadikan sebagai
pendidikan
sentral
alat politik untuk melanggengkan kekuasaan
dan
yang memonopoli sistem pendidikan untuk
dalam
merupakan
upaya
lapangan
menerjemahkan
gagasan
kelompok
menjadi
pendidikan multikulturak merupakan gejala
kenyataan dalam perilaku. Tetapi ”perlu
baru di dalam pergaulan umat manusia yang
diketahui,
pendekatan
mendambakan persamaan hak, termasuk hak
multikultur relatif baru dianggap sesuai bagi
untuk mendapatkan pendidikan yang sama
masyarakat
heterogen,
untuk semua orang, ”Education for All”
terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi
(Tilaar, 2002).. Merupakan kenyataan yang
yang
tak dapat
mensosialisasikan multikullturalisme,
sehingga
bahwa
gagasan
Indonesia
baru
yang
dilakukan.
Pendidikan
tertentu.
Dengan
kata
lain
ditolak bahwa negara-bangsa
multikultural yang akan dikembangkan di
Indonesia terdiri dari berbagai kelompok
Indonesia sejalan pengembangan demokrasi
etnis, budaya, agama dan lain-lain sehingga
yang dijalankan sebagai counter terhadap
negara-bangsa Indonesia secara sederhana
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.
dapat
Apabila hal itu dilaksanakan dengan tidak
multikultural. Tetapi pada pihak lain, realitas
berhati-hati justru akan menjerumuskan kita
multikultural tersebut berhadapan dengan
ke dalam perpecahan nasional
kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi
disebut
sebagai
masyarakat
Kebutuhan dan urgensi pendidikan
kembali kebudayaan nasional Indonesia yang
multikultural demokratis setidaknya dalam
dapat menjadi "integrating force" yang
tiga dasawarsa terakhir dirasakan semakin
mengikat seluruh keragaman etnis dan budaya
mendesak bagi negara-negara multikultural
tersebut.
lainnya, termasuk Indonesia. Bagi Indonesia,
Kesadaran tentang multikultur, sudah
hal ini semakin dirasakan terutama pada masa
muncul sejak negara Republik Indonesia
reformasi, otonomi dan desentralisasi yang
terbentuk. Tetapi konsep ini tidak terwujud
sekarang ini sedang dijalankan, dan juga
pada masa Orde Baru. Kesadaran tersebut
diiringi dengan berbagai konflik yang terjadi.
dipendam atas nama kesatuan, persatuan dan
Pendidikan
multikultural
merupakan
stabilitas negara kesatuan. Kemudian muncul mono-kulturalisme
fenomena yang relatif baru di dalam dunia
paham
pendidikan. Sebelum Perang Dunia II boleh
tekanan utama. Alhasil, dapat dikatakan
dikatakan pendidikan multikultural belum
sampai saat ini, bahwa wawasan multikultural
10
yang
menjadi
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
bangsa Indonesia masih sangat rendah.
menyangkut peran Jerpang pada Perang
Rendahnya
Dunia II di Asia.
wawasan
multikultural,
Dengan kenyataan ini, maka dapat
menyebabkan berbagai kekisruan etnis yang merebak dibanyak tempat di wilayah Negara
dikatakan
Kesatauan
yang
multikultural tidak sekedar merevisi materi
merupakan bagian dari krisis multi dimensi
pembelajaran tetapi melakukan reformasi
yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia
dalam
sejak pertengahan tahun 1997. Konflik dan
Contoh, affirmative action dalam seleksi
benturan antar kelompok yang memiliki
siswa sampai rekrutmen pengajar di Amerika
perbedaan kepentingan, visi, keyakinan dan
adalah salah satu strategi untuk membuat
tradisi, seolah-oleh telah menjadi sesuatu
perbaikan ketimpangan struktural terhadap
lugel dan lumrah di era reformasi ini.
kelompok
Republik
Indonesia
Pendidikan di Indonesia maupun di
bahwa
sistem
model
pembelajaran
minoritas.
mewujudkan
pendidikan
itu
Maka
model-model
sendiri.
untuk tersebut,
negara-negara lain menunjukkan keragaman
pendidikan multikultural di Indonesia perlu
tujuan yang menerapkan strategi dan sarana
memakai kombinasi model yang ada, agar
yang
mencapainya.
seperti yang diajukan Gorski, pendidikan
Penambahan informasi tentang keragaman
multikultural dapat mencakup tiga hal jenis
budaya
pendidikan
transformasi, yakni: (1) transformasi diri, (2)
multikultural yang mencakup revisi atau
transformasi sekolah dan proses belajar
materi pembelajaran, termasuk revisi buku-
mengajar, dan (3) transformasi masyarakat (el
buku teks. Di beberapa negara, reperti di
Ma’hady, 2004).
dipakai
untuk
merupakan
model
Amerika Serikat, revisi sistem pembelajaran
Untuk menyusun konsep pendidikan
merupakan strategi yang dianggap paling
multikultural dalam tatanan masyarakat yang
penting dalam reformasi pendidikan dan
penuh permasalahan antara kelompok, etnis,
kurikulum.
sejarah
sukubangsa dan agama bukan mengandung
Amerika dari perspektif yang lebih beragam
dan merupakan tantangan yang tidak ringan.
meruapakan suatu agenda pendidikan yang
Pendidikan multikultural tidak berarti sebatas
diperjuangkan intelektual, aktivis dan praktisi
merayakan keragaman
pendidikan di negera itu.
belaka. Apalagi tatanan masyarakat yang ada
kemanusiaan
Penulisan
melakukan
kembali
Jepang aktivis advokasi
serius
untuk merevisi buku sejarah, terutama yang
dan kebersamaan
masih penuh diskriminasi yang bersifat rasis dan
etnis.
Dapat
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
dipertanyakan
apakah
11
dalam
menyamakan kebudayaan dengan kelompok
mengalami
etnik adalah sama. Artinya, tidak perlu lagi
diskriminasi atau penindasan karena warna
mengasosiasikan kebudayaan semata-mata
kulitnya atau perbedaannya dari budaya yang
dengan
dominan tersebut? Contoh lain yang dapat
sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara
disaksikan sekarang ini yaitu di Poso,
tradisional para pendidik mengasosiasikan
kehidupan
kebudayaan
mungkin
meminta
kehidupan
siswa
yang
sehari-hari
anak-anak
sehari-harinya
kelompok-kelompok
hanya
dengan
etnik
kelompok-
dihadapkan pada sistuasi konflik etnis dan
kelompok sosial yang relatif self sufficient,
agama
(SARA)
ketimbang dengan sejumlah orang yang
Dengan
kondisi
yang
berkepanjangan.
demikian,
pendidikan
secara terus menerus dan berulang-ulang
multikultural lebih tepat diarahkan sebagai
terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih
advokasi untuk menciptakan masyarakat yang
kegiatan.
toleran dan bebas toleransi.
multikultural,
Berdasarkan beberapa pendidikan
konteks
pendekatan
pendidikan
ini
diharapkan
hal
tersebut,
terdpat
dapat mengilhami para penyusun program-
pendekatan
dalam
proses
program
multikultural
diantisipasi, yaitu : terbatas
Dalam
pada
yang
perlu
Pertama, tidak lagi
menyamakan
pandangan
pendidikan
melenyapkan
multikultural
kecenderungan
untuk
memandang
anak didik secara stereotip menurut identitas etnik
mereka
dan
akan
meningkatkan
pendidikan (education) dengan persekolahan
eksplorasi pemahaman yang lebih besar
[schooling] atau pendidikan multikultural
mengenai
dengan program-program sekolah formal.
kalangan anak didik dari berbagai kelompok
Tetapi
etnik.
pendidikan
kebudayaan
dapat
transmisi
Ketiga,
dan
karena
perbedaan
di
pengembangan
membebaskan
kompetensi dalam suatu "kebudayaan baru"
pendidik dari asumsi bahwa tanggung jawab
biasanya membutuhkan interaksi inisiatif
primer
kompetensi
dengan orang-orang yang sudah memiliki
kebudayaan di kalangan anak didik semata-
kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas
mata berada di tangan mereka (el Ma’hady,
bahwa
2004). Tapi justru tanggung jawab tersebut
sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik
juga menjadi tanggungjawab pihak lain yang
adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan
terkait dengan pembelajaran informal di luar
multikultural.
sekolah. Kedua, menghindari pandangan yang
memperluas
12
yang
sebagai
kesamaan
mengembangkan
uapaya-upaya
untuk
mendukung
Mempertahankan solidarits
kelompok
dan adalah
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan
kelompok sosial dengan suatu tantangan
baru. Pendidikan bagi pluralisme budaya dan
budaya atau tradisi tertentu.
pendidikan
penumbuhan dan pengembangan “social and
disamakan
multikultural
dapat
logis.
Keempat,
multikultural
meningkatkan
secara
pendidikan
tidak
cultural
capital”
pendidikan
Maka
melalui
kewargaan
untuk
pendidikan,
(civic
education)
kompetensi dalam beberapa kebudayaan.
menjadi sebuah keharusan.
Pertanyaannya, kebudayaan mana yang akan
demokrasi, sekali lagi, tak bisa dicapai secara
diadopsi ditentukan oleh situasi? Kelima,
trial and error atau diperlakukan secara taken
kemungkinan bahwa pendidikan [baik dalam
for
maupun
diprogramkan
luar
sekolah]
meningkatkan
granted;
sebaliknya secara
Keadaban dan
justru
konseptual
harus dan
dalam
komprehensif pada setiap jenjang pendidikan,
beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini
dan pada setiap lembaga pendidikan, baik
kemudian akan menjauhkan kita dari konsep
formal,
dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan
Melalui Civic Education dapat ditumbuhkan
non-pribumi. Dikotomi semacam ini bersifat
tidak hanya pemahaman lebih benar tentang
membatasi
sepenuhnya
demokrasi, HAM, pluralitas, dan respek dan
kebudayaan.
toleransi di antara berbagai komunitas, tetapi
Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan
juga pengalaman berdemokrasi keadaban dan
multikultural sebagai pengalaman normal
multikultur (Azra, 2005).
manusia. Kesadaran ini mengandung makna
pendidikan multikultural diharapkan dapat
bahwa pendidikan multikultural berpotensi
mendukung pengembangan demokratis yang
untuk
mulai
kesadaran
tentang
individu
mengekspresikan
kompetensi
untuk
diversitas
menghindari
dikotomi
dan
non-formal,
tumbuh
di
maupun
informal.
Maka dengan
tengah
masyarakat
mengembangkan apresiasi yang lebih baik
Indonesia yang multi etnis, sukubangsa,
melalui kompetensi kebudayaan yang ada
budaya, agama untuk menuju masyarakat
pada diri anak didik.
madani Indonesia atau Indonesia baru yang
Dalam konteks ke-Indonesia-an dan
dicita-citakan.
kebhinekaan, kelima pendekatan tersebut haruslah
diselaraskan
dengan
kondisi
masyarakat Indonesia. Sebab masyarakat adalah kumpulan manusia atau individuindividu
yang
terjewantahkan
dalam
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
13
Pendidikan
Multikultural
Menuju
pembaharuan
pelaksanaan
demokrasi.
Masyarakat Indonesia yang Beradab dan
Pendidikan menurut Delors (1999) bertugas
Bermartabat
mengatasi berbagai ketegangan yang muncul,
Dalam menghadapi banyak tantangan di
terutama pada masyarakat global saat ini,
masa depan, manusia melihat pendidikan
yaitu :
sebagai aset yang sangat diperlukan dalam
1. Ketegangan antara global dan lokal: orang
upaya untuk mencapai cita-cita perdamaian,
membutuhkan
kebebasan dan keadilan sosial. Pendidikan
menjadi warga dunia tanpa kehilangan
memiliki
dalam
akar dan sambil terus memainkan peran
pengembangan pribadi dan sosial (Delors,
aktif dalam kehidupan bangsa mereka dan
1999).
komunitas lokal mereka.
peran
Model
mendasar
pendidikan
menunjukkan
di
keragaman
Indonesia
tujuan
yang
menerapkan strategi dan sarana yang dipakai untuk mencapainya. Pengalaman pendidikan masa lalu telah menghasilkan suatu suasana kehidupan bangsa yang tidak sesuai dengan cita-cita UUD 1945. sektor
pendidikan
Katakan saja, pada telah
tercipta
dan
”menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang tertekan, tidak kritis, bertindak dan berpikir
dalam
acuan
suatu
struktur
kekuasaan yang hanya mengabdi kepada kepentingan
sekelompok
kecil
rakyat
Indonesia” (Tilaar, 2002) yang dirasakan sampai sekarang ini. Pendidikan membuat
dapat
membantu
untuk
dunia yang lebih baik, dengan
pengertian
14
yang
berkelanjutan,
antara
masyarakat
saling dan
antara
universal
dan
individual: kultur terus menjadi global, tetapi hanya sebagian. Kita tidak bisa mengabaikan
harapan-harapan maupun
resiko globalisasi, tidak sedikit yang merupakan
risiko dengan melupakan
keunikan karakter yang dimiliki manusia secra individual. 3. Ketegangan antara tradisi dan modernitas, yang merupakan bagian dari
masalah
yang sama. 4. Ketegangan antara pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek. 5. Ketegangan
memberikan kontribusi kepada pembangunan manusia
2. Ketegangan
secara bertahap untuk
antara
kebutuhan
untuk
berkompetisi dan kesetaraan kesempatan. 6. Ketegangan antara ekspansi pengetahuan yang luar biasa untuk
dan kapasitas manusia
mengasimilasinya.
Sejak
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
meningkatnya tekanan pada kurikulum,
yang menghargai adanya perbedaan pendapat.
setiap strategi reformasi harus melibatkan
Memberi tempat dan penghargaan perbedaan
pembuatan pilihan, menekankan
pendapat serta mendahulukan kepentingan
pada
fitur pendidikan dasar yang mengajarkan
bangsa
murid bagaimana memperbaiki kehidupan
kelompok dan golongan. Ketiga, masyarakat
mereka melalui pengetahuan, melalui
yang menghargai hak-hak asasi manusia,
percobaan dan melalui pengembangan
mulai dari hak untuk mengeluarkan pendapat,
untuk memelihara budaya mereka.
berkumpul, berserikat, hak atas kehidupan
7. Ketegangan antara spiritual dan material. Dunia sering merindkan, sesuatu yang ideal dan nilai-nilai yang
akan dijaga
“moral”. Dengan demikian tugas mulia pendidikan
adalah
mendorong
setiap
orang, bertindak sesuai dengan tradisi dan keyakinan
mereka
dan
menghormati
penuh pluralisme, Untuk mengatasi ketegangan tersebut diperlukan konsep pendidikan ”alternatif” yang mampu menjawab perubahan yang terjadi di masyarakat.
Pendidikan nasional
perlu direformasi untuk mewujudkan visi baru masyarakat Indonesia. tampaknya
memerlukan
Bangsa ini pendidikan
”alternatif” yang sesuai dengan konsep masyarakat
yang
dicita-citakan,
yaitu:
Pertama, masyarakat beriman dan bertaqwa, memiliki pemahaman mendalam akan agama serta
hidup
berdampingan
dan
saling
menghargai perbedaan agama masing-masing. Kedua, masyarakat demokratis dan beradab
di
atas
kepentingan
individu,
yang layak, hak memilih agama, hak atas pendidikan dan pengajaran, serta hak untuk memperoleh pelayanan dan perlindungan hukum yang adil. Keempat, masyarakat tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum. Kelima, masyarakat yang kreatif, mandiri dan percaya diri. Masyarakat yang memiliki orientasi kuat pada penguasaan ilmu pengatahuan
dan
teknologi.
Keenam,
masyarakat
yang
memiliki
semangat
kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan
dengan
dengan semangat
bangsa-bangsa lain
kemanusiaan universal
(Sanaky, 2003). Maka, untuk mengantisipasi perubahan menuju masyarakat Indonesia yang beradab dan
bermartabat,
diperlukan
terobosan
pemikiran tentang suatu konsep pendidikan yang
fungsinya
dapat
memberdayakan
manusia dan masyarakat dengan perbedaan yang dimiliki. tersebut
Artinya, konsep pendidikan
berhadapan
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
dengan
kebutuhan
15
Untuk mewujudkan konsep tersebut di
mendesak untuk merekonstruksi kembali “kebudayaan nasional Indonesia” yang terdiri
atas,
dari keragaman etnis dan budaya tersebut.
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
Untuk itu, konsep pendidikan multikultural
pembentukan masyarakat Indonesia ditengah
(multicultural education) sebagai jawaban
”kebihnnekaan”
yang
betul-betul
untuk pendidikan masyarakat yang beradab
Oleha
itu,
”disain
dan
pendidikan
bermartabat,
sebab
pendidikan
konsep
pendidikan
karena
multikultural,
kurikulum
multikultural,
”mestilah
multikultural melihat masyarakat secara luas
mencakup
dari keperbedaan yang dimiliki.
toleransi, tema-tema tentang perbedaan ethno-
Sebab
subjek-subjek
aktual.
seperti
seperti;
”pandangan dasar bahwa sikap ”indifference”
kultural, suku bangsa,
dan ”non-recognition” tidak hanya berakar
diskriminasi, penyelesaian konflik, HAM,
dari ketimpangan struktural rasial, etnis dan
demokrasi
sukubangsa saja, tapi paradigma pendidikan
universal dan subjek-subjek lain yang relevan
multikultural
(Azra,
mengenai
mancakup
subjek-subjek
ketidakadilan,
kemiskinan,
dan
2004).
kurikulum
agama, bahaya
pluralitas, Untuk
dan
kemanusian
itu,
perumusan
implementasi
pendidikan
penindasan dan keterbelakangan kelompok-
multikultural untuk masyarakat Indonesia,
kelompok minoritas dalam berbagai bidang
dibutuhkan
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain-
menyangkut dengan persoalan strategi yang
lain (Azra, 2004).
akan ditempuh, misalnya apakah kurikulum
Paradigma pendidikan
pembahasan
tersebut
masyarakat yang beradab dan bermartabat
terpisah,
yaitu masyarakat beriman, demokratis dan
curriculum), terpadu (integrated curriculum)
beradab, berbudaya, menghargai hak asasi
atau
manusia, masyarakat tertib dan sadar hukum,
(correlated curriculum) (Nasution, 1990).
ini
pada
gilirannya
berdiri
matapelajaran
sendiri
menghubungkan
(separated
atau
korelasi
Dengan demikian, peran pendidikan
kreatif, mandiri dan percaya diri, sehinggan seperti
”bentuk
yang
multikultural ini sejalan dengan paradigma
”paradigma
dalam
serius
multikultural
diperlukan
untuk
mendorong tumbuhnya kajian-kajian tentang
mempersiapkan individu dan masyarakat
”ethnic
sehingga memiliki kemampuan dan motivasi
studies”,
untuk
kemudian
menemukan tempatnya di dalam kurikulum
serta
pendidikan sejak dari tingkat dasar sampai ke
aktualisasi dan institusionalisasi masyarakat
tingkat pendidikan tinggi (Azra, 2004).
Indonesia,
16
berpartisivasi yang
secara
aktif
mempunyai
dalam identitas
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Pendidikan
masyarakat, (3) Mengembangkan kompetensi
perlu merumuskan suatu visi pendidikan yang
akademik untuk menganalisis dan membuat
baru
dan
keputusan yang cerdas [inteleligent decisions]
yang
tentang isu-isu dan masalah keseharian [real-
berdasarkan budaya Indonesia. yaitu
membangun
masyarakat
madani
manusia
Indonesia
mempunyai identitas, berdasarkan budaya
life problems]
Indonesia” (Tilaar, 2002), dan visi pendidikan
demokratisasi atau inkuri dialogis [dialogical
yang baru ini adalah pendidikan multikultura.
inquiry]. (4) Membantu mngkonseptualisasi
Tetapi, konsep pendidikan multikultural tidak
dan mengaspirasikan sebuah masyarakat yang
berarti hanya sebatas ”merayakan keragaman”
lebih
belaka, tetapi pendidikan multikultural lebih
persamaan derajat,
tepat diarahkan sebagai advokasi untuk
mampu
menciptakan masyarakat yang toleran dan
kesopanan dan toleransi terhadap satu sama
bebas
manusia dalam suatu masyarakat yang tertib
toleransi”,
menuju
masyarakat
baik,
melalui sebuah proses
demokratis
dan
memiliki
(5) Pendidikan yang
mengembangkan
kompetensi
dan teratur. (6) Pendidikan yang mampu
Indonesia yang beradab.
mengembangkan kompetensi untuk mandiri dan mampu mengatur diri sendiri
Model Pembelajaran
tanpa
yang
campur tangan pihak lain. (7) Pendidikan
dikembangkan dan akan diarahkan pada
yang mampu mengembangkan kompetensi
pencapaian kompetensi-kompetensi menuju
agar dapat bebas dari paksaan, ancaman dan
masyarakat
kekerasan.
Model
sebagai
pembelajaran
Indonesia yang beradab, yaitu
berikut:
(1)
Mengembangkan
Delors
(1997)
mengatakan
bahwa
kompetensi akademik standar (standard and
penekanan lebih besar pada salah satu dari
basic academik skills) tentang nilai-nilai
empat pilar dasar pendidikan: learning to live
persatuan
together,
dan
kesatuan,
peradaban,
dengan
mengembangkan
demokrasi, keadilan, kebebasan, persamaan
pemahaman pada orang lain, sejarah, tradisi
derajat
dan nilai spiritual mereka,
dan
keragaman
sang agama
menghargai dan
Mengembangkan kompetensi
dalam
budaya.
(2)
sosial
agar
dapat menumbuhkan pemahaman [a better understanding]
tentang
latar
belakang
budaya sendiri dan budaya lain dalam
atas dasar ini,
menciptakan semangat baru yang, dipandu oleh pengakuan saling ketergantungan Visi
pendidikan yang
mendasari
semangat baru, dengan tidak menga-baikan
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
17
tiga pilar pendidikan lainnya merupakan basis
KESIMPULAN
untuk belajar hidup bersama. Pertama adalah learning to know. Mengingat perubahan yang sangat
cepat
akibat
kemajuan
ilmu
pengetahuan, ekonomi dan sosial, penekanan harus
pada
pendidikan
menggabungkan umum
kemungkinan
yang
bekerja
secukupnya luas
dengan
mendalam
pada
sejumlah mata pelajaran yang dipilih. Kedua, learning
to
do.
Secara
lebih
umum,
memerlukan akuisisi
kompetensi
memungkinkan
untuk
orang
yang
berurusan
dengan berbagai situasi, dan untuk bekerja dalam tim. Ketiga, learning to be.
Gagasan
pendidikan
multikultural
merupakan suatu pendidikan alternatif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh dalam masyarakat yang sangat pluralis. Konsep pendidikan multikultural harus berusaha memfasilitasi proses pembelajaran yang
menghargai
keragaman
etnis
dan
perbedaan, persamaan hak, toleransi dan sikap terbuka. Mengembangkan kompetensi untuk mampu mandiri dan mengatur diri sendiri tanpa campur tangan pihak lain, bebas dari paksaan, ancaman dan kekerasan sebagai ciri
dasar
masyarakat
yang
beradab
berdasarkan pada 4 pilar pendidikan.
18
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi, 2005, Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikultural Indonesia. http://kongres.budpar.go.id/agenda
/precongress/makalah/abstrak/58%20
azyumardi%20azra.htm, diakses, Senin, 14 Februari 2011. Delors, J. Learning: The Treasure Within, Unesco, 1998. el-Ma’hady, Muhaemin, 2004, Multikultural dan Pendidikan Multikultural [Sebuah Kajian Awal], From: http://artikel.us/muhaemin6-04.html, diakses Senin, 14 Februari 2011. Nasution, S, 1990, Asas-asas Kurikulum, Bandung : Jammars. Puwasito, Andrik, 2003, Komunikasi Multikultural, Surakarta : Muhammadiyah Unuversity Press. Sanaky, Hujair AH. 2003, Paradigma Pendidikan Islam: Mambangun Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insania Press. Semiawan Conny R.
2002, Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini, Jakarta, PT.
Prenhallindo. ------------------------------ 2008. 2008. Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PRENADA MEDIA GROUP. -------------------------------- 2010. Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT. Indeks. Suparlan, Parsudi, 2002, Menuju Masyarakat Indonesia Yang Multikultural, Makalah, Disajikan pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-3, Membangun Kembali “Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika”, Menuju Masyarakat Multikultural, Universitas
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
19
Udayana, Denpasar, Bali, 16-19 Juli 2002, From: http://www.scripps.ohiou.edu/news/ cmdd/ artikel ps.htm, diakses, Senin, 14 Februari 2011. Tilaar, H. A. R, 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta : Grasindo.
20
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016