Ika Mariska,Sri Hutami,datIMia Kosmiatin Balai PenalitianBioteknologiTanamanpangan(BALrrBIO), Bogor
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDABULUAN Indonesia selalu mengimpor kedelai (Gycine max L. Merr.). setiap tahunnya karelIa kebutul1an masyarakat yang tinggi dan tidak sejalan dengan produksi nasional. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkanproduktivitas tanaman kedelai yang masih rendall adalall dengan memanfaatkanlal1anbermasalah(marginal)antaralain lahan masam. Tanall ffi£'lSam di Indonesia cukup luas yaitu 101.519 hektar (Sudjadi, 1984) yang meliputi tanah Podzolik, Organosol, Latosol dan Aluvial hidromorf. Kendala utanla dalam peInanfaatantanah masam adalah kandungan alumunium yang tinggi denganreaksitanahmasamsekitar3,5 -5, ketersediaan unsurharalainnya yangrendah(antaralain N, P,K, Ca, Mg dan Mo) dan menurunnya aktivitas beberapa mikroorganisme penting. Dengan dernikian tanah
masaIn yang banyak mengandnng aluminium dapat menjadi racnn bagi pertumbuhan tanaman (Rao, Zeigler,VeradaDSarkarnng,1993). Dalam upaya perbaikan tanaman kedelai nntuk meningkatkan sifat toleransi terhadap AI maka kultur in
vitro digunakan sebagaiteknologi pilihan yang dapat memberikanharapan.Ahloowalia (1986) menyatakan bahwa cara tersebut bergnna hila dapat menambah komponenvariasi yang tidak ditemukandi alam sefta mengubahsifat dari kultivar yang ada menjadi lebih baik. Dengan mengknlturkanset atau rnassasel yang bersifat embrionik pada media yang mengandnng metabolit dari patogen (filtrat) atau senyawa toksik yang dapatmenimbulkanstress(Al, PEG) memberikan peluang diperolelmyavarietas barn yang tahan, baik faktor biotik maupnn abiotik (Van den Bulk, 1991). Metode tersebutdikenal dengannama seleksi in vitro daD telah banyak dimanfaatkannntnk meningkatkan --
225
RisalahPertemuanIlmiahPenelitiandan Pengembangan AplikaS/" lsofopdanRadiaSl; 21X)t
sifat ketallanan berbagai tanaman (StaIVarek daD Rains, 1984; Ahloowalia, 1986). Seleksi in vitro merupakan salah satu metode dari variasi somaklonal, namun cara tersebut lebih efektif dan efisien karena perubahan lebih terarah kepada penyaringan sifat yang diinginkan. Pada berbagai tanaman seleksi in vitro telah terbukti dapat menghasilkan varietas barn yang tahan penyakit dan sifat tersebut diwariskan pada keturunannya. Mutasi atau perubahan karakter yang diwariskan dapat terbentuk pada rase sel bebas maupun kalus pada tahap kultur in vitro atau pada eksplan karena adanya sel-sel bermutan pada jaringan tertentu. Perubahan genetik dalam kultur in vitro dapat disebabkan karena adanya perubahan jumlah dan struktur kromosom, endomitosis atau endoreduplikasi (AhIoowalia, 1986; Evans dan Sharp, 1986). Daud (1996) menyatakan bahwa mutasi spontan pada sel somatik berkisar 0.2 -3%. Keragaman tersebut dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen baik fisik maupun kimiawi. Beberapa tanaman basil seleksi in vitro yang meningkat ketahanannya dan sifat tersebut diwariskan pada tunmannya antara lain pada tomat, alfalfa, seledri dan pisang (Van den Bulk, 1991) serta gladiol (Remotti, Loffler dan Doting, 1995). Seleksi in vitro untuk mendapatkan sel-sel tanaman yang tahan terhadap alumunium antara lain telah dibuktikan pada tanaman tomat dan kentang (StaIVarek dan Rains, 1984) dan sorgum (Smith. Bhaskaran dan Schertz, 1983). Massa sel umumnya digunakan dalam seleksi in vitro dan masalah utama yang sering dijumpai adalah sistem regenerasinya. Ojima dan amra (1982) telah mendapatkan sel tanaman wortel yang tenggang terhadap alumunium namun kalusnya tidak berhasil diregenerasikan. Mariska, Hutami, Kosmiatin, Husni, Adil dan Supriyati (1999) telah berhasil mendapatkan metode embriogenesis somatik pada beberapa varietas kedelai dengan keberhasilan yang relatif lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan genotipa barn yang toleran terlmdap lahan masam dilakukan seleksi in vitro terhadap massa sel embrionik dengan AI dan pH rendah.
BAHAN DAN METODE 1. Produksi Kalus Embrionik. Bahan tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah embrio zigotik muda dari varietas yang dapat beregenerasi melalui jalur embriogenesis somatik dan2 varietas yang toleran terlmdap kemasarnan tanah yaitu Slamet dan Sindoro yang digunakan sebagai kontrol (Mariska Hutami, Kosmiatin, Husni, Adil dan Supriyati, 1999; Sopandie, Jusuf, Supriyatno dan Hanum, 1996; daD Jusuf, Sopandie daD Suharsono, 1999). Embrio zigotik muda diisolasi dari polong muda 12 -20 hari setelah penyerbukan. Sebelum ditanam embrio zigotik terlebih dahulu diradiasi dengan sinar ga1IUlladosis 0 daD 400 fad. Embrio zigotik muda dikulturkan pada media semi solid MS (Murashige daD Skoog, 1962) dengan vitamin B5, daD diperkaya dengan zat pengatur tumbuh 2,4-D konsentrasi tinggi serta dikombinasi dengan -
226
beberapaasam amino, sukrosa dan gel rite sebagai pemadat.Metode yang wgunakan untuk induksi kalus embriogenik berdasarkan basil penelitian Mariska Hutami, Kosmiatin,Husni, Adil dan Supriyati(1999). 2. Pengkulturan Massa Set Embrionik pada Media yang Mengandung AICIJ daD pH Rendah (seleksi in vitro). Seleksi rnassa sel embriogenik dilakukan dengan mengkulturkannya pada media seleksidengantahapanyangberbeda.Seleksidilakukan dengan carn mengkulturkan rnassa sel embriogenik pada formulasi media yang sarna Wltuk induksi kalus tetapi dengan pH rendah (4) dan mengandWlg komponen seleksi AICI3.6HzOpada beberapa tarnf konsentrasi(0 -500 ppm). Untuk memWlculkansifat toksisitasdari AI dan memunculkanmutan-mutanbaru maka media MS dimodifikasi dengan ~NO3=2400 mg/i, CaClz.2HzO=15mg/i, KHzPO4=13mg/i dan Fe yang digunakan(FeSO4.7HzO28 mg/i) tidak dichelat oleh EDTA. Massa sel yang tetap hidup dan dapat beregenerasimembentuk embrio somatik kemudian disubkulturpada media yang bebaskomponen seleksi tetapidenganformulasimediayang sarnadenganmedia awal (Wltuk prosespemulihandan regenerasimelalui jalur embriogenesis somatik). Untuk tahap pendewasaan akhir dan perkecambahan(pembentukan benih somatik) maka struktur embrio sornatik di subkultur pada media dengan penambahansitokinin (kinetin atauzeatin)konsentrasirendah(0,1 mg/i). Benih somatik yang berhasil diregenerasikan dari sel yang toleran AI dan pH rendah kemudian diaklimatisasiatau diperbanyakterlebih dahulu secara in vitro wltuk kegiatanselanjutnya. Tahapanseleksisampaipengujianbenih somatik yang berasal dari seleksi in vitro dapat dilihat pada gambarI. 3. Aklimatisasi. Untuk tahap aklimatisasi digwlakan media tanah yang dicampur dengan kompos dengan perbandingan 1:1 (:t 1 kg/pot). Setiap benih somatik yang dihasilkan dari media seleksi walaupun berasal dc'lri perlakuan AI yang sarna dianggap sebagai nomor barn yang berbeda dalam sam popuIasi. Planlet dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian dicelup kan dalanllarntan Benlate 0.1 g/I. Penyungkupan penuh dilakukan selama 2 minggu, kemudian dilakukan adaptasi dengan membuka sungkup di malam hari. Adaptasi dilakukan selama 2 minggu. Setelah satu bulan, bibit dipindal1kan ke pot yang lebih besar (:t 10 kg/pot) dengan medium tanah Latosol dengan kadar AItukar 0.236 m.e. dan pH 4.45 serta pemupukan NPK 0.5 g/pot untuk pertanaman kedelai sampai berproduksi. Tanaman dipanen pada wnur:t 90 hari. Parameter yang diamati pada seleksi in vitro adalah jumlah eksplan yang membentuk embrio somatik, jumlah embrio somatik yang terbentuk dari setiap eksp!an, jumlah embrio somatik dewasa yang terbentuk pada media seleksi dan jumlah benih somatik yang dihasilkan dari setiap perlakuan seleksi. Pada saat aklimatiSc'1siparameter yang diamati adalah jumlah benih somatik yang hidup, jumlah polong dari setiap nomor daD penampakanvisual tanaman.
R/:salah Pertemuan IlmiahPenelitiandin Pengembangan AplikasilsotopdanRadiaSl;2lXJ1
BASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua varietasyang dicobakanmampumembentuklnassasel embriogenik dan struktur embrio somatik (Tabel I). Walaupun demikian varietas Wilis lebih banyak membentukstruktur globular dibandingkanSlametdan Sindoro. Secarn visual eksplan varietas Wilis membentuk kalus yang besar diikuti oleh varietas Sindoro. Varietas Slametumumnyahanyamembentuk kalus yang kecil sehingga pada beberapa eksplan terlihat adanya pembentukanstruktur embrio somatik yang langsung. Tabel 1. Regenernsi Eksplan Embrio Zigotik Muda yang membentuk Struktur Embrio Somatik (globular)
Keterangan : fad = Radiasi dengan sinar gamma
Perlakuan radiasi pada varietas Wilis dan Sindoro meningkatkan daya regenerasi hampir 2 kali lebih tinggi dalam membentuk struktur embrio somatik. Berbeda dengan varietas Slamet, radiasi menyebabkan penunman kemampuan daya regenerasi bahkan embrio zigotik yang diradiasi setelah dikulturkan warnanya berubah menjadi hitam pada seluruh jaringannya. Pertwnbuhan kalus yang cepat terutama pada varietas Wilis menyebabkan penurunan kemampuan beregenerasi bahkan embrio somatik yang sudah terbentuk akhimya tertutup oleh kalus. Dengan radiasi, walaupun pertumbuhan kalus yang cepat menjadi terhambat, tetapi kumpulan sel embrioniknya lebih mampu membentuk struktur embrio somatik. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya penurunan kemampuan sekumpulan sel pada daerah embrionik yang dapat menyebabkan meningkatnya aktifitas sekumpulan sellainnya (Ichikawa dan Ikosima, 1967). Massa sel embrionik yang telah membentuk struktur globular kemudian diseleksi dengan AI pada beberapa taraf konsentrasi dari 100 saInpai dengan 500 ppm. Semakin meningkat konsentrasi AI semakin menurun struktur embrio somatik dewasa yang dapat terbentuk (Tabel 2). Penunman kemampuan ini terdapat baik pada jaringan yang tidak diradiasi maupun yang diradiasi. Untuk varietas Slamet terutama yang tidak diradiasi peningkatan konsentrasi AI tidak terlalu menekan daya regenerasi. Keadaan yang sangatberbeda dengan varietas Wilis, kondisi stres karena AI
menyebabkan kernampuan tumbuh dan berkembangnya sel-sel somatik menunm. Demikian pula pada sel tembakau yang telall diseleksi dengan Al sulit beregenerasi (YamaIlloto, Sanae, Chieh, 000, Monibu and Matsumoto, 1994). Walaupun dernikian pada semua konsentrasi Al yang dicobakan semua varietas tetap dapat membentuk struktur embrio somatik dewasa. Menurut Taylor (1995) kondisi ini menunjukkan adanya sifat ketahanan pada tingkat sel. Demikian pula menurut Rath (1996) bahwa hanya sel yang toleran yang mampu hidup bila diinkubasi pada media seleksi. Seleksi pada tingkat sel mernpakan teknologi potensial untuk menghasilkan genotipe barn yang adaptif terhadap cekaman kekeringan (Adkins, Kunanuvatchaidah clan Godwin, 1995; Bertin, Kinet clan Boucharmont, 1995). Adanya pernbahan sifat genetik pada kultur in vitro telah ditemukan sejak 30 tahun yang lalu (Mitra dan Steward, 1961; Larkin dan Scrowcroft, 1981). PelUngkatan konsentrasi AI menurunkan kemampuan regenerasi melalui jalur embriogenesis somatik sejalan dengan hasil penelitian seleksi in vitro pada padi (Van Sint Jan, Macedo, Kinet dan Bouhartllont, 1997) Pemberian kondisi stress dengan konsentrasi AI yang tinggi menguntungkan karena dapat menurunkanjulnlah tanaman yang hams diseleksi secara in vivo yang mernpakan tahap seleksi berikutnya yang tetap hams dilakukan. Pada media seleksi jumlah struktur torpedo yang dihasilkatl dari varietas Wilis yang diradiasi paling banyak (185) dibandingkan varietas lainnya. Varietas Sindoro yang tidak diradiasi menghasilkan struktur embrio somatik paling sedikit (37) diikuti Slamet yang diradiasi yaitu sebanyak 45. Setelah seleksi dengan Al dan pH rendah maka pada tallap selanjutnya setiap struktur embrio somatik dewasa disubkultur pada media perkecambahan. Tidak semua struktur torpedo dapat berkembang membentuk benih somatik (Tabel 3). Varietas Wilis yang diradiasi tetap dapat menghasilkan benih somatik paling banyak yaitu 72 dibandingkan varietas lainnya. Benih somatik paling sedikit berasal dari Wilis tanpa radiasi yaitu 16 diikuti oleh Sindoro yang diradiasi sebanyak 18. Dari penampakan visual biakan terlihat bahwa benih somatik varietas Slamet tidak tumbuh secara normal bahkan terlihat pertumbuhannya berhenti tidak dapat membentuk tunas dan daun. Keadaan yang sangat berbeda dengan varietas Wilis dan Sindoro. Dengan demikian untuk varietas Slamet belum ada benih somatik yang dapat diaklimatisasi di rurnah kaca (TabeI4). Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa benih somatik yang berasal dari varietas Wilis dan Sindoro barn dapat diaklirnatisasi sebanyak 39 dan yang berhasil ditumbullkan sampai berprodUksi kurang dari 50 %. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada tanaman kedelai yang sering menjadi masalah apabila diregenerasikan melalui jalur embriogenesis somatik adalah pembentukan benih somatik yang tidak normal dan keberhasilan yang rendah dalam tahap aklimatisasi. Dari semua tanaman yang tumbuh baik di rurnah kaca terdapat keragaman yang tinggi baik pada rase vegetatif 227
.M.,
Risalah?ettemvanIlmiahPenelitiandanPengembangan ApIikasiIsalopdanRadias~ 200 1
maupun generatif. Tanalnan yang sudall dapat berproduksisebanyak12 denganjumlah polong yang bervariasi.Tanamanyang berasaldari varietasSindoro radiasi 400 fad pH 4 daD basil seleksidenganAI 300 ppm, tinggi tanamannyasedang dan sangat pendek tetapi polong yang dibasi1kansangatbanyak yaitu 86 dan82. Untuk tanamandenganradiasidan pH 4 polong yang dihasilkan lebih banyakyang mempunyaibiji dua dibandingkanpolong berbiji satudantiga (Gambar2.). Biji yangtelah dan akan dihasilkandari tanaman asal se1eksiin vitro untltk tahapselanjutnyaakan diuji pactatanah masamdengankandunganAI yang tinggi dan pH rendah.
KESIMPULAN Massa set embriogenikyang terseleksidengan AI dan pH rendalldari semuavarietasyang dicobakan dapatdiregenemsimembentukembriosomatik. Pactamedia seleksivarietasWilis menghasilkan struktur embrio somatik yang lebih banyak dibandingkan Sindoro dan Slamet terutama dengan mdiasi dapatmenyebabkanlaju regenemsiyangtinggi. Struktur embrio somatik yang terbentuk dari massa sel yang terseleksidari varietas Siametpaling sedikit dan benih somatikyang terbentuktidak normal (tidak tumbuh secamsempurna) Pertumbuhandan produksipolong dari tanaman basil seleksiin vitro beragam,jumlah polongterbanyak pactaSindoro (rad, pH4 dan md, AI 300ppm).
Ichikawa, S. and I. Ikoshima. 1967. A development study of diploid oats by means of radiation inducedsomaticmutation.Rad.Bot. 7: 205-215. Jusuf,M., D. Sopandiedan Suharsono.1999.Molecular biology of soybean tolerance to aluminium stress.Gradu.1te TeamResearch,URGE. DGHE. Larkin, P. J. and W. R. Scrowcroft. 1981. Sornaclonal variant, a novel source of variability from cell culture improvement. Theoritical Applied Genetic.60: 197-214. Mariska, I., S. Hutarni,M. Kosmiatin, A. Husni, W. H. Adil dan Y. Supriyati. 1999. Embriogenesis soInatik beberapa varietas kedelai. Laporan Hasii Penelitian.BALITBIO. Bogor. Mitra, I, and F. Steward. 1961. Growth induced in culture of Hap/opappus graci/lis. II. The behaviourof the nucleus.Amer. J. Bot. 48: 358368. Murashige, T. & F. Skoog, 1962. Physiol. Plant 15:473-497. Ojima, K. and K. Olura. 1982. Characterizationand regenerationof aluminium tolerant variant from carrot cell culture. lap. Ann. Plant Tissue Culture,Tokyo. Rao,
DAFTARPUSTAKA
R. A. Zeigler, R. Vera and S. Sarkarung. 1993. Selection and breeding for acid soil tolerancein crops.Bio. Sci. 43: 454-465.
Adkins, S. W., R. Kunanuvatchaidahand I. D. Godwin. 1995. Somacional variation in rice. Drought toleranceand other agronomiccharacters.Aust. J. Bot. 43: 201-209.
Ratl1,I. 1996. Selectionof plants for resistanceagainst phytotoxis, agricultural chemicals and antimetabolites using in vitro techniques. ProsidingLitbang Kedelai p.l-lO.
Ahloowalia, B. S. 1986. Limitation to tile use of somaclonalvariation in crop improvement.In J. Semal (Ed.). Somaclonal variation and crop improvement.Martinus Nijhoff Publ. Dordrecht.
Remotti,P. C., H. J. M. Loffler and L. Vloten-Doting. 1995. Selectionof ceillines and regenerationof plants resistantto fusaric acid from Gladiolus x grandi florus cv. "Peter Pears" (belum dipublikasi).
p.15-27. Bertin, P. J., M. Kinet and J. Bouchannont. 1995. Heritable chilling toleranceimprovementin rice through somaclonal variation and cell line selection.Aust. J. Bot. 214: 91-105.
Smith, R. H., S. Bhaskaranand K. Schertz. 1983. Sorghum plant regeneration from aluminium selectionmedia.Plant Cell Rep. 2: 129-132.
Daud, M. E. 1996. Tissue culture and the selectionof resistance to pathogens. AImual Review of Phytopathology.24: 159-186.
Sopandie,D., M. Jusuf,Supriyatnodan Hanum. 1996. Fisiologi dan genetik daya adaptasi kedelai terhadapcekamankekeringan. pH rendah dan aluminium tinggi. Laporan Akhir RUT. Dewan RisetNasional.
Evans, D. A. and W. R. Sharp.1986. Somaclonaland gametoclonal.In V. A. Evans, W. R. Sharpand P. V. Ammirato (Eds.). Hand book of plant cell culture. Vol 4 Mc. Millan Publ. Co. New York
Stavarek, S. J. and D. W. Rains. 1984. The developmentof tolerancecells to mineral stress. Hort. Sci. 19: 377-382.
p.87-132.
228
RisalahPertemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan I'\OII~asilsalop dan Radiasi. 2(x)1
Sudjadi, M. 1984. Problem soil in IndonesiamId their management In L. Pricharda (Ed.). Ecology Food and Fertility Tech. Center for Asia and Pasific Region.Taiwan. Taylor, G. J. 1995. Overcoming bariers to understandingtile cellular basis of aluminium resistance.Plantand Soil. 171:89-103 Van den Bulk, R. W. 1991. Application of cell and tissue culture and in vitro selectionfor disease resistancebreeding -a review. Euphytica 56 : 269-285.
Van Sint Ja.,., V., C. Costade Macedo,J. M. Kinet and J. Bouhannont. 1997. Selection of AI-resistant plants fron a sensitive rice cultivar, using somaclonalvariation, in vitro and hydroponic cultures.Euphytica97: 303-310. Yamamoto, Y., R. Sanae, yi-Chieh, K. Ono, K. Monibu and H. Matswnoto. 1994.Quantitative estilnation of aluminiwn toxicity in cultured tobacco cells. Corelation between aluminiwn uptakeand growth inhibitor. Plant Cell Physiol. 35(40):575-583.
229
Risalah
Pertemuan
Ilmiah
Penelitian
dan
Pengembangan
Aplikasi
Isotop
dan
RadiaSl;
2fXJ1
Tabel4. AklimatisasiBenih Somatikdan ProduksiPolongdari Nomor-nomorBarn Hasil Seleksiin vitro Jumlahbenih somatikyang diaklimatisasi
Perlakuan (ppm)
No
I.~
Kontrol
1 1 3
AI 100 AI 200 AI 300 AI 400 AI 500 Rad pH 4 Rad AI loa Rad AI 200 Rad AI 300
1 1 1 3 3 3 2
Rad AI SOC!
4 2
Rad AI 400
".~
Kontrol
2
AlIOO Rad pH 4 Rad AllOO Rad Al300
1 5 1 2
Rad AI 400
3
Total -LKeterangan
Gambar
230
'39
I
AI Rad pH4 T (biji 3,2,1,0) Rad Rad AI
= = = = =
JUmlahbenih somatikyang hidup dan bemroduksi 0 0 0 I 0 0 0 0
Jumlah polong -0
0 0 2(-,1,1,-) 0 0 0 0
I
24 (-,18,1,5) 72(22,45,5,0) 31(7,18,4,1) 43 (8,24,10,1) 20(3,9,6,2) 3 (-,3.-,0)
~ 1 2
0 0
0 0
1 1
86 (16,55,8,7) 65 (9,38.16.2) 82 (2,12,64,4) 31(3,19,5,4)
2
3.5 (2,11,16,6)
I~
--
Visual tanaman
T (biji 3,2,1,0)
Mati sebelu-mberbunga Mati sebelum berbunga Mati sebelum berbunga Pendek «30 cm), polong kurang sekali Mati sebelum berbunga Mati sebelum berbunga Mati sebelum berbunga Mati sebelum berbunga Pendek «30 cm) polong kurang lebat Tinggi «50cm), polong lebat
f'endek«30 cm), polong agaklebat Pendek«30 cm), polongkurang lebat Mati sebelum berbunga Mati sebelum berbunga Sedang (31-50 cm), polong lebat Pendek «30 cm), polong lebat Sangat pendek «15 cm) polong sangat lebat
Sedang (31-50), polong kurang lebat
_494037,254,7',321
diseleksi dengan AI CI].6H2O radiasi 400 fad dengan media seleksi pH4 Total polong (berbiji 3,2,I,tidak berbiji) radiasi sinar gamma 400 fad Radiasi 400 fad dengan media seleksi pH4 daD AI CI].6H2O
Tahapanseleksiin vitro Wltukmeningkatkan ketahananterhadapAI padabeberapavarietaskedelai
Risalah
Pel1emllan
Ilmiah
Penelilian
dan
Pengembangan
Aplikasi
Isolop
dan
Radiasi,
2(x)1
Gambar 2. Keragmnan kedelai varietas Sindoro basil radiasi, seleksi pH 4 daD Al 100
231
RisalahPertemuanIlmiahPeneliliandan Pengembangan Aph:kasi ISOIOp danRadiaSl; 2tXJI
DISKUSI FAUZIY AH HARAHAP Benih somatik dari varietas selamet memperlihatkankeabnormalandibandingvarietasyang lain. Apa yang menyebabkanhat ini ? apakah ada pengarnhkesensitifan genotipe terhadapinfasi radiasi atauada hal-hallain yang teljadi ? Apakah tanaman-tanamanyang berpolong banyak sudahdiuji kestabilangenetiknya?
IKAMARISKA MempelajaritoleransiterhadapAI + pH rendah. JOKOPURNOMO
Varietas slametsensitipterlmdapvarietaskarena embrio zigote setelahwawoluagemenjadikecoklatan. Saat ini sudah ditanam ditanah masamasal Gajrug menghasilkanbasilyang sarna
Mengapadipakai media di rumah kaca tanah+ hlUlIUS(1 : 1), bukan tanah masam saja jadi menggambarkan responkedelai tersebutterhadapkadar AI dalam tanah secaralangSlUlg,bukan media tanah buatan. Apakah ada data AI dari tanah pada media tanahdan humus karenaAI yang diberikanbisa diikat oleh hmnus menjadi Al yang tidak aktif, sehinggaAI sebagian sudah dinetralkan oleh humus kalau ada bandingkankadar AI padamedia dengankadar AI dan lain-lainmediatanah+ humus?
LILIK HARSANTI
IKA MARISKA
IKA MARISKA
Faktor-faktor apa yang rnenyebabkansb1Ucrur Untuk awal penanamanmemakaitanah+ humus ernbriovarietasslalnetyang terseleksijUlnlahnyapaling barn awltuk Flnya dipakai tUlaIl masam asal Gajrng sedikitdan benih sornatikyang terbentuktidak normal? kalau dipakai langsung pada tallap plantlet dikllawatirkanterjadi kematianyang tinggi. IKA MARISKA ARWIN Faktor genetik yang lebih menentukanmengapa varietas slamet daya regeneratifnyalebih rendahatau Kedele varietas Siamet daD Sindoro adalah ada faktor fisiologis hanya sepertimorfisiologis beban merupakanvarietasyang tenggang terhadapcekaman induk, lingkunganfisik bahaninduk,jenis eksplanyang Al (Soeranto,UniversitasSoedirman),Mengapadalam digunakanatauperunutmediayang belumtepat. penelitian ini digunakanvarietas kedele yang rentan terhc'ldap pengaruh AI, dapat diyakini bahwa MASRIZAL peningkatantoleransi terhadappengaruh AI bukanlah sifatyang sudahadapactavarietaskedeletersebut? Sebagaimanakita ketahuivarietasslametadalah lebih toleran terhadaplahanmasamdaripadaWilis atau IKA MARISKA Sundoro Apa kemungkinan faktor penyebabvarietas Slamet menunjukan penampilan yang lebih buruk Varietas Slametdan Sindoro digW1akafisebagai daripadayang lain dalampenelitianini ? kontrol (yang toleran), sedangkan Varietas Wilis digunakan sebagai kontrol (yang peka) keduanya IKA MARISKA dicobadilapang/rumahkaca. Daya regenernsi yang rendah pada varietas Slamet karena faktor genetik yang dominan/.berpengaruh, walaupun dicoba formulasi mediayang sarnadenganvarietaslainnyahasilnyatetap tidak baik. Disarnping itu mungkin sajakarenakondisi fisiologis ppn indek, lingkungan fisik phn indek,jenis eksplan yang digunakan. Atau fonnulasi media yang belurntepat.
SOERANTOHUMAN Apakah efeksomaklonalVariatinjuga dipelajari dari penelitiantersebut? Galur mutan yang dihasilkan, apakah yakin dari basil somaklonal atau iradiasi ? Korelasiantaralab trials andfield trials? IKA MARISKA
KOMARUDDIN IDRIS Apakah penelitian mempelajari toleransi terhadapAl atau terhadappH rendah,karenatoleransi terhadap AI berbeda dengan toleransi terhadap kemasamanrendah.PadatanahmasamAI Iebihpenting sebagaifaktor pembatas,sedangkanpadatanahgambut (pH rendah)asamorganiksebagaifaktor pembatas? ~
232
Dari basil analisa statistik yang tidak disajikan pada kesempatanini menunjukkanadanya pengaruh dari perlakuanin Vitro. Dari basil pengujian statistik ada pengaruh interaksi dari somaklonal dan radiasi. Terdapatkorelasipositif antara seleksiin Vitro dengan pengujiandi rurnahkaca.