PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan
Disampaikan dalam Rakornas Sinergi Pusat dan Daerah untuk Mencapai Target MDGs 1,4,dan 5, Jakarta 30 Maret 2010
Millenium Development Goals (MDGs) Sebuah paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan, pendidikan, diskriminasi perempuan, kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit, dan perbaikan kualitas lingkungan. Diformulasikan di UN Millenium Summit (New York, Sept, 2000) 8 Tujuan MDGs
2
8 GOALS MDGs GOAL 1 : MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN GOAL 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA GOAL 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN GOAL 4 : MENURUNKAN KEMATIAN ANAK GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU GOAL 6 : MENGENDALIKAN HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA (TB) GOAL 7 : MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP GOAL 8 : MENGEMBANGKAN KEMITRAAN PEMBANGUNAN DI TINGKAT GLOBAL 3
STATUS PENCAPAIAN MDGs (1)
4
STATUS PENCAPAIAN MDGs (1)
5
STATUS PENCAPAIAN MDGs (2)
6
Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 1a : Proporsi penduduk dengan pendapatan di bawah 1 dollar per hari Proporsi penduduk dengan pendapatan di bawah 1dollar per hari
10,3%
5,9%
Tercapai (achieved)
Target 1c: Mengurangi ½ dari proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 Prevalensi balita gizi buruk
3,6%
5,4% (Riskesdas, 2007)
Memerlukan perhatian khusus (need special attention) melalui kerjasama lintas sektor dan peningkatan KIE
Prevalensi kekurangan gizi pada balita
18,5%
18,4% (Riskesdas, 2007)
Tercapai (achieved)
5,0%
3,9% (BPS, 2007)
Proporsi penduduk di bawah standar minimum dalam konsumsi energi
Akan tercapai (on track) 7 7
Trend Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita (1989-2007)
9 Prevalensi balita kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) menurun dari 31,0 % pada tahun 1989 menjadi 21,6 % pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 24,5 % pada tahun 2005, kemudian menurun secara dramatis menjadi 18,4% pada tahun 2007
8
9 Hal ini mengindikasikan bahwa target MDGs goal 1 terkait gizi telah tercapai (target : 18,5% pada tahun 2015)
8
Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Per Provinsi (2007) Terjadinya disparitas prevalensi kekurangan gizi antarwilayah, antarkota-desa dan antartingkat sosial ekonomi.
9 Provinsi dengan prevalensi kekurangan gizi terendah 10,9% (DI Yogyakarta) dan tertinggi 33,6 % (NTT) 9 Provinsi dengan prevalensi kekurangan gizi > 25% : NTT (33,6%), Maluku (27,8%), Sulteng (27,6%), Kalsel (26,6%), Aceh (26,5%), 9
Prevalensi balita kekurangan gizi menurut kota-desa (2007) Kota-desa
Gizi buruk
Gizi kurang
Kota
4,2
11,7
Kekurangan gizi 15,9
Desa
6,4
14,0
20,4
Indonesia
5,4
13,0
18,4
Disparitas antarkotadesa
Prevalensi balita kekurangan gizi menurut tingkat sosial ekonomi (2007) Prevalensi Status Gizi (%) Indikator Disparitas Sosial – Ekonomi
Gender •Laki-laki •Perempuan Pendapatan perkapita •Kuintil 1 •Kuintil 2 •Kuintil 3 •Kuintil 4 •Kuintil 5
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Kekura ngan Gizi
Gizi Lebih
5,8 5,0
13,3 12,7
19,1 17,7
4,6 4,0
6,7 5,7 5,2 4,7 4,1
15,4 13,8 12,9 11,8 9,6
22,1 19,5 18,1 16,5 13,7
3,9 3,6 4,2 4,6 5,9
Disparitas antartingkat sosial ekonomi
10
GOAL 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA .
Indikator
Targe t
Pencapaian
Keterangan
Target 2a: Menjamin pada 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar Angka Partisipasi di tingkat SD (APM)
100%
95,14 % (Kemendiknas, 2008)
Akan tercapai (on track)
Angka Partisipasi di tingkat SMP (APM)
100%
72,28 % (Kemendiknas, 2008)
Akan tercapai (on track)
Proporsi Murid yang bersekolah hingga kelas 5
100%
92,34 % (Kemendiknas, 2008)
Akan tercapai (on track)
Proporsi Murid yang tamat SD
100%
88,71% (Kemendiknas, 2008)
Akan tercapai (on track)
Angka Melek Huruf Usia 15 - 24
100%
99,45% (Kemendiknas, 2008)
Akan tercapai (on track)
11
GOAL 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 3a: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan tahun 2005, dan di semua jenjang sebelum 2015 Rasio siswa 100% • SD : 99,8% Akan tercapai perempuan terhadap • SLTP : 101,9% (on track) siswa laki-laki pada • SLTA : 98,9% pendidikan dasar, • PT : 107,4% menengah, dan tinggi (Susenas, 2008) Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian.
meningkat
Proporsi keterwakilan perempuan dalam parlemen.
30%
32,06% (Sakernas, 2009)
Akan tercapai (on track)
18,0 % (KPU, 2009)
Akan tercapai (on track)
12 12
GOAL 4 : MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 4a: Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup
23
34 (SDKI, 2007)
Akan tercapai (on track)
Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 kelahiran hidup
32
44 (SKDI , 2007)
Akan tercapai (on track)
Angka kematian neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)
Menurun
19 (SDKI, 2007)
Akan tercapai (on track)
Proporsi anak-anak berusia 1 tahun diimunisasi campak
Meningkat
67,0% (SDKI, 2007)
Akan tercapai (on track)
Proporsi anak usia 12-23 bulan yang telah diimunisasi campak
Meningkat
76.4% (SDKI, 2007)
Akan tercapai (on track) 13
Trend Angka Kematian neonatal, bayi dan balita Per 1.000 kelahiran hidup
Target MDGs 2015
14
Angka Kematian Bayi dan Balita per Provinsi Tahun 2007 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Per Provinsi Tahun 2007
74
72
70
59 52
46 47
50
37 39
40 30
60
58
57
60 42
46
43
39
46
43 28
25
41 41
39
35
41 36 34
35
34
30
26
26
19
INDONESIA
Papua
Irian Jaya Barat
Maluku
Maluku Utara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Banten
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Jawa Tengah
DKI Jakarta
Jawa Barat
Kepulauan Riau
Lampung
Bangka Belitung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Riau
Jambi
Sumatera Barat
Sumatera Utara
10 0
Nasional • AKB : 34 • AKBA : 44
51
46
20
NAD
Per 1.000 Kelahiran Hidup
80
Angka Nasional 34
AKB : Sumatera : 25-47 Jawa-Bali : 19-46 Nusa Tenggara: 57-72 Kalimantan : 26-58 Sulawesi : 35-74 Maluku : 51-59 Papua : 36-41 AKBA : Sumatera : 45-67 Jawa-Bali : 22-58 Nusa Tenggara: 80-92 Kalimantan : 34-75 Sulawesi : 43-96 Maluku : 74-93 Papua : 62-64 15
GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Indikator
Target
Pencapaia n
Keterangan
Target 5a : Mengurangi ¾ AKI dalam kurun waktu 1990 dan 2015 AKI per 100.000 kelahiran hidup Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih (%)
102
228 (SDKI, 2007)
Meningkat 74,87 % (Susenas, 2008)
Tidak akan tercapai (off track) Meningkat namun memerlukan perhatian khusus (need special attention) melalui penyediaan tenaga kesehatan strategis 16
Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Tahun 200 Per Provinsi
Sumber : Susenas 2008
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bervariasi antar propinsi. Provinsi dengan cakupan pertolongan persalinan di bawah angka rata-rata nasional, meliputi : Lampung, Jambi, NTB, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Papua Barat, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua, NTT, Maluku, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. 17
STRATEGI KHUSUS PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU 1. Pemenuhan ketersediaan tenaga pelayanan kesehatan strategis (dokter, bidan,
perawat) melalui penyediaan tunjangan khusus dan penyediaan beasiswa pendidikan spesialis 2. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan terutama puskesmas yang
mampu Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan RS yang mampu Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 3. Pemenuhan sumber pembiayaan bagi program dan kegiatan yang berkaitan dengan
upaya pemenuhan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) : jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), biaya operasional kesehatan (BOK) dan dana alokasi khusus (DAK) 4. Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan advokasi dan komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) 5. Peningkatan kerjasama (networking) lintas sektor, pusat-daerah, swasta dan
masyarakat 6. Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (Governance) Penguatan peraturan
perundangan (regulasi) 7. Penguatan data dan informasi 18
GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Indikator
Target
Pencapa ian
Keterangan
Target 5b: Meningkatkan akses terhadap kesehatan reproduksi Tingkat pemakaian kontrasepsi/ contraceptive prevalence rate (CPR) cara modern
Meningkat
57,4% (2007)
Akan tercapai (on track)
Tingkat kelahiran pada remaja (per 1000 perempuan usia 15-19 tahun )
Menurun
35 (2007)
Akan tercapai (on track)
Unmet need KB
Menurun
9,1% (2007)
Memerlukan perhatian khusus (need special attention) melalui peningkatan advokasi, KIE dan kualitas pelayanan KB serta perkuatan kelembagaan daerah 1919
Pelayanan Kontrasepsi (2)
Sekitar 40 % berasal dari ibu dengan tidak berpendidikan dan 77 persen berasal dari ibu dengan pendapatan yang rendah Æ tidak mendapatkan postnatal care 20
Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 6a: Mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulai menurunkan kasus baru pada tahun 2015. Prevalensi HIV dan AIDS Mengendalikan (per 100,000). penyebaran HIV dan AIDS Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
Meningkat
Persentase remaja usia 15 -24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV dan AIDS
Meningkat
0,2% (2009) • P = 10,3% • L = 18,4% • Perempuan (9,5%) • Laki-laki (14,7%) (SDKI, 2007)
Tidak akan tercapai (Off Track) Memerlukan perhatian khusus (need special attention) melalui peningkatan advokasi, KIE dan kualitas pelayanan 21 kesehatan
Grafik Jumlah Kasus HIV per Provinsi Tahun 2008
(Sumber : Depkes 2008).
Besarnya kasus berbeda antar provinsi. Dari jumlah kumulatif kasus HIV hingga akhir tahun 2008 sebesar 6.015 kasus, jumlah kasus HIV tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua Barat (26,14 kasus) dan Papua (18,41 kasus)
22
Grafik Jumlah Kasus AIDS per Provinsi Tahun 2008
(Sumber : Depkes 2008).
Besarnya kasus berbeda antar provinsi. Jika dilihat dari data kasus AIDS hingga akhir tahun 2008 yakni sebesar 16.110 kasus, jumlah kasus AIDS tertinggi dilaporkan oleh Provinsi Jawa Barat (2.888 kasus), DKI Jakarta (2.781 kasus), Jawa Timur (2.591 kasus) dan Papua (2.382 kasus). 23
Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 6c: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya kasus malaria dan penyakit lainnya (TB) tahun 2015. Prevalensi Malaria (per Mengendalika 2,83% Akan tercapai 1.000 penduduk). n penyebaran (2008) (on track) malaria melalui upaya khusus pada Prevalensi malaria di Mengendalika 0,17 penguatan Jawa dan Bali (per 1.000 n penyebaran (2008) surveilans, penduduk). malaria pengendalian faktor risiko, Prevalensi Malaria di Mengendalika 18,6 dan tatalaksana luar Jawa-Bali (per 1.000 n penyebaran (2008) kasus penduduk). malaria 24
Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 6c: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya kasus malaria dan penyakit lainnya (TB) tahun 2015. Prevalensi Mengendalika 253 Akan tercapai Tuberculosis (per n penyebaran (2008) (on track) 100.000 penduduk). kasus TB Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS. Proporsi kasus TB yang ditangani melalui DOTS.
70%
73% (2008)
Tercapai
85%
91% (2008)
Tercapai
25
Indikator
Target
Pencapaian
Keterangan
Target 7c: Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015. Proporsi • Kota : 67,7 % penduduk • Desa : 52,8% dengan air bersih perpipaan
Proporsi penduduk dengan akses sanitasi dasar 26
65,5%
• 30,8% • 9,03 %
69,3%
Tidak akan tercapai (off track) dan memerlukan upaya khusus penyediaan sarana air bersih yang melibatkan kerjasama lintas sektor dan penguatan peran daerah Tercapai (achieved)
26
Disparitas akses penduduk terhadap air bersih per provinsi tahun 2007
Sumber: Susenas, 2007 Pada tahun 2007 sebanyak 22 provinsi memiliki angka persentase akses air bersih dibawah angka persentase nasional, yaitu Kalimantan Barat (18,12%), Bengkulu (29,82%), Papua (32,2%), Kalimantan Tengah (32,39%), Riau (35,06%), Aceh (36,8%), Maluku Utara (39,96%), Sulawesi Tengah (41,19%), Lampung (41,49%), Seulawesi Barat (41,7%), Jambi (43,04%), NTT (43,41%), Gorontalo (43,99%), Papua Barat (45,97%), Banten (46,15%), Jawa Barat (46,30%), Sumatera Selatan (46,93%), Bangka Belitung (49,06%), Sumatera Barat (49,44%), Sumatera Utara (50,9%), NTB (51,13%) dan Sulawesi Selatan (51,37%) (Susenas, 2007).
27
Disparitas akses penduduk terhadap sanitasi dasar yang layak per provinsi tahun 2007
Sumber: Susenas, 2007
Akses penduduk terhadap sanitasi dasar di DKI Jakarta mencapai 64,1 persen sedangkan di Papua Barat baru mencapai 17,9 persen. Pada tahun 2007 sebanyak 20 provinsi memiliki angka persentase akses sanitasi dasar yang layak dibawah angka persentase nasional (43%), yaitu NTT (19,98%), Kalimantan Tengah (23,75%), Kalimantan Selatan (32,26%), Papua (32,35%), Sulawesi Barat (32,26%), Bengkulu (34,34%), Kalimantan Barat (35,01%), Lampung (36,54%), Papua Barat (37,90%), Aceh (38,12%), Jambi (38,12%), Sumatera Barat (39,11%), Sulawesi Tengah (39,94%), NTB (41,52%), Gorontalo (41,62%), Sulawesi Tenggara (41,69%), Maluku (41,94%), Sumatera Selatan (43,15%), Jawa Timur (46,49%), 28 dan Riau (47,23%)
Indikator
Target
Pencapaian Keterangan
Target 8a: Secara komprehensif menangani masalah utang negara berkembang melalui langkah-langkah nasional dan internasional untuk membuat termin pembayaran utang lebih masuk akal Rasio Utang Luar Akan tercapai Menurunnya 13,8% (on track) Negeri terhadap GDP utang luar negeri terhadap GDP Rasio utang terhadap Menurunnya APBN rasio utang terhadap APBN
18%
Akan tercapai (on track)
29
Arah Kebijakan dan Strategi Pencapaian Target MDGs dalam RPJMN 2010-2014
30
Arah Kebijakan Percepatan Pencapaian Target MDGs 1. Meningkatkan penanggulangan kemiskinan 2. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan 3. Meningkatkan kesetaraan gender 4. Meningkatkan akses dan kualitas kesehatan 5. Meningkatkan dukungan pendanaan 31
Arah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan dan dapat dinikmati sebanyak-banyaknya masyarakat terutama masyarakat miskin (pro-poor growth) 2. Meningkatkan kualitas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan melalui kebijakan afirmatif/keberpihakan 3. Peningkatan efektivitas penurunan kemiskinan di daerah, terutama di daerah tertinggal, terdepan dan terluar 32
Peningkatan Akses, Kualitas, dan Relevansi Pendidikan 1.
Peningkatan kualitas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang merata;
2.
Peningkatan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan menengah;
3.
Peningkatan kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi;
4.
Peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru dan tenaga kependidikan;
5.
Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan non-formal;
6.
Peningkatan minat dan budaya gemar membaca masyarakat;
7.
Peningkatan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini;
8.
Peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan; dan
9.
Pemantapan pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
33
Peningkatan Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak
1. Peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan melalui penerapan strategi PUG; dan 2. Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan anak
34
Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan 1.
Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita;
2.
Perbaikan status gizi masyarakat;
3.
Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan;
4.
Pengembangan sumber daya manusia kesehatan;
5.
Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan;
6.
Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan;
7.
Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan; dan
8.
Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier;
9.
Revitalisasi program keluarga berencana.
35
TERIMA KASIH