PENDAHULUAN
Latar Belakang Para pemuda tani perlu mengembangkan kompetensi yang memadai, untuk memcahkan masalah-masalah sehari-hari dan kelangsungan hidup selanjutnya. Kompetensi yang memadai adalah perilaku yang menunjukkan kemampuankemampuan pemuda untuk memberikan respon yang tepat pada perubhan yang terjadi di lingkungannya agar dapat hidup layak dalam masyarakat. Respon tersebut merupakan manifestasi dari tiap-tiap tugas perkembangan alarniah dan pencapaian kapasitas menghadapi masdah dalam dinamika kehidupannya. Kemampuan menjalankan tugas-tugas perkembangan sangat terkait dengan perkembangan alamiah kehidupan pemuda yang berumur 15 sampai dengan 24 tahun. Berbagai tugas perkembangan ini memiliki konsekuensi perlunya kemampuankemampuan yang relevan, yaitu kemampuankemampuan diri atau personal dan kemampuan hubungan sosial yang bersifat umum atau generic dan kemampuan yang bersiht khusus atau spes@c sesuai kondisi yang dihadapi pemuda tani (PT). Kemampuan personal PT merujuk pada kemampuan-kemarnpuan proses intrapersonal. Kemampuan sosial merujuk pada kemampuan-kemarnpuan berinteraksi dengan individu lain dan lingkungan secara urnum. Dengan demikian kemampuan personal dan kemampuan sosial akan menjadi dasar bagi individu dalam menyikapi masalah-masalah diri sendiri, masalah dengan lingkungan, dan bagaimana individu menempatkan posisinya dalam norma yang telah terbangun di lingkungan. Kemampuan khusus PT berhubungan dengan perannya sebagai individu yang berupaya mandiri secara ekonomis. PT adalah penerus dari para petani yang saat ini ada. Terdapat fakta bahwa kondisi petani saat ini belum memiliki kualifikasi kemampuan usahatani (UT) memadai dalam menyikapi tantangan usaha pertanian yang berkembang, disamping bahwa terdapat keterbatasan kepemilikan lahan. Usahatani dan agribisnis, telah memasuki tahapan kemajuan dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan, globalisasi dan pasar bebas, kesadaran terhadap lingkumgan dan kesehatan, serta issu-issu kemanusiaan yang dikaitkan dengan produk
~ M a nTerdapat . konsekuensi logis, tingkat kemampuan usahatani sebagai bagian
dari kompetensi khusus yaitu kompetensi vokasional, diduga hampir sama atau malah
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemampuan tehnis usahatani para orang tua pemuda yang bermatapencaharian sebagai petam. Tingkat kemampuan UT pemuda erat kaitannya dengan proses sosialisasi yang diperoleh dari orang tua dan sejauhmana aspirasi pemuda terhadap UT. Kemampuan-kemampuan umum (personal dan sosial) dm khusus bersumber dari perkembangan fisik-biologis, aspirasi pribadi, dan tekanan sosial-budaya di lingkungan masing-masing dari pemuda tani melalui proses pendidikan yang dialami baik pendidikan formal, non formal, ataupun informal. Hasil dari proses belajar dan pelaksanaan tugas perkembangan sebelumnya pada masa kanak-kanak inilah yang kemudian muncul sebagai kompetensi pemuda tani. Tingkat kompetensi yang dimiiiki pemuda selanjutnya digunakan untuk bertindak dalam merespon masalah dan tantangan lingkungan yang dihadapi. Lingkungan telah berubah sangat cepat, ditunjang oleh perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah menghantarkan kecenderungan sernakin menyatunya ukuran-ukuran mutu dalam kehidupan dunia. Kondisi ini seharusnya menghantarkan kepada pemuda tani untuk senantiasa mengembangkan kemampuan menggunakan sumberdaya secara efektif, efisien dan kemampuan menetapkan pilihan-pilihan yang tepat. Implikasi dar~kondisi tersebut adalah, pemuda tani perlu mengembangkan kemarnpuan yang adamf dan efektif untuk menyikapi derasnya aliran informasi yang membawa kemudahan mengakses pengetahuan dan teknologi secara positif, dan juga kemudahan terjadinya pertukaran antar budaya yang &pat berdampak negatif pada perkembangan pemuda. Proses perkembangan kemampuan-kemampuan pemuda, berkaitan secara spesifik dan kontekstual dengan dimensi ruang dan waktu dimana pemuda berada, termasuk situasi dan kondisi pedesaan di Jawa Timur. Pada dasarnya terdapat dua kondisi yang umurnnya dijumpai d~ pedesaan, yakni terkait kondisi keterbatasan atau minimnya sarana pembelajaran dan beraktivitas untuk mengaktualisasikan diri bagi anak-anak dan para pemuda, serta masih rendahnya daya ekonomi penduduk urrtuk mengkases pelayanan-pelayanan dasar yang sangat dibutuhkan. Situasi dan kondisi faktual pedesaan dengan beberapa keterbatasan, diduga belum memberikan fasilitasi yang optimal bagi proses pengembangan kompetensi
pemuda tani pedesaan (PTP). Konsekuensinya apabila PTP tidak mampu mengembangkan kornpetensi yang dibutuhkan, maka akan membawa dampak negatif.
Dampak tersebut antara lain: ketidakmampuan mengelola diri, ketidakmampuan berinteraksi berakibat kesulitan belajar dm menyesuaikan diri, dan ketidakrnampuan beradaptasi dan mencegah perubahan-perubahan lingkungan yang sangat cepat baik yang yang memunculkan kemanfaatan maupun kerugian bagi diri PTP.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan melaksanakan
proses
belajsr
dan
beradaptasai, akan mendorong lahirnya generasi dengan kualifikasi sumberdaya manusia (SDM) yang rendah. Kualifikasi SDM yang rendah pada perkembangannya akan berdampak pada tiga hai mendasar. Pertama, SDM rendah yang berisikan ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan sosial dan bersaing dalam dunia kerja akan memunculkan kelompok margnal yang terasingkan. Keterasingan atau keterkucilan akan mernunculkan perasaan tertekan secara batin dan frustasi, sehingga berpotensi memunculkan prilaku-prilaku menyimpang. Prilaku-prilaku menyimpang pada perkembangannya inenimbulkan masalah-masalah sosial yang berintikan penyakit masyarakat (patolog sosial). Kedua, SDM yang rendah berisikan ketidakrnampuan menyesuaikan dan meningkatkan pengembangan diri dalam memunculkan gagasan-gagasan untuk beraktivitas dan berperan, berpotensi memunculkan kelompok generasi muda yang tidak aktif dan kreatif tapi lebih banyak bergantung pada orang lain. Ketergantungan hidup yang t e r n menerus akan memunculkan ketidakmandirian. Jurnlah kelompok usia produktif yang banyak menggantungkan diri pada orang lain (orang tua), akan menjadi masalah bagi masyarakat karena menimbulkan beban bagi masyarakat. Ketiga, secara khusus PTP yang tidak memilik~kemampuan spesifik bempa kemampuan tehnis pada pekerjaan UT, memunculkan ketidakmampuan memenuhi tuntutan dan tantangan UT sekarang dan di masa depan. SDM lemah menghasrikan produktivitas rendah, berdampak pada hasil dan proses produksi pertanian yang rendah, dan kemarnpuan daya saing yang rendah pula. Kondisi ini berdarnpak pada, ketidakmampuan UT untuk mencukupi kebutuhan hidup PTP sebagai pilihan mata pencaharian, dan yang lebih luas berdampak pada kecukupan dan ketahanan pangan secara nasional, serta berkonsekuensi pada stabilitas ekonomi secara makro.
Ketiga dampak diatas hakekatnya menggambarkan adanya potensi ancarnan berupa kelompok PTP yang dapat menjadi beban masyarakat, terjadinya fenomena patologi sosial, yang berujung pada masalah-masalah sosial. Pada perkembangannya, bila tidak tertangani secara tepat, maka hilangnya generasi di pedesaan secara khsusus dan Indonesia pada umumnya tidak dapat dihindari. Pada akhirnya berpotensi dapat menimbulkan beban yang suatu saat dapat menjadi masalah sosial, ekonomi, politik, hokum, dan juga daya tahan dan kemanan Negara. Tingkat keberdayaan PTP dapat diketahui dari tingkat kompetensi PTP saat
ini. Pemahaman terhadap tingkat kompetensi PTP dapat dijadikan rujukan penting, dalam menilai sejauhmana kemampuan PTP mercspon dinamika lingkungan dengan segala konsekuensinya dan dampak yang akan muncul sebagaimana telah diuraikan diatas. Berdasarkan alasan-alasan tingkat urgensi, kepentingan dan strategis inilah penelitian terhadap kompetensi pemuda tani pedesaan di Jawa Timur dilaksanakan. Masalah Peneiitian Keberagaman latar belakang PTP memberikan kontribusi selama masa perkembangan. Keberagaman ini juga mernberikan pengaruh pada proses belajar dan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan informal, pendidikan formal, ataupun pendidikan nonfonnal. Proses belajar d m pengalaman terjadi karena interaksi dalarn keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial lainnya. Perkembangan yang khas pastilah menjadikan setiap pemuda adalah unik. Keunikan ini dapat dilihat dari pencapaian-pencapaian atau perkembangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil proses belajar. Pencapaian-pencapaian selama perkembangan dan sebagai hasil perkembangan akan memiliki kontribusi tertentu pada tingkat kompetensi PTP dalam menjalankan perannya. Dalam ha1 ini termasuk PTP di Jawa Timur. Berlandaskan dasar pemikiran ini maka terdapat masalah-masalah yang perlu dijawab dalam penelitian ini, yaitu: I . Bagaimana distribusi para PTP pada sejurnlah karakteristik yang diamati?
2. Bagaimana kompetensi pemuda tani pedesaan pada masa kini? 3. Apa kompetensi yang defisit dan perlu dikembangkan pemuda tani pedesaan?
4. Sejauhmana terdapat hubungan diantara sejumlah karakteristik pemuda tani
pedesaan dengan kompetensi mereka?
Tuiaan Penelitian Pemuda adalah makhluk sosial yang belajar dari lingkungan melalui proses interaksi yang terus-menerus. Faktanya terdapat lingkungan yang memiliki keterbatasan dalam memfasilitasi perkembangan pemuda. Pada kondisi lainnya terdapat pula lingkungan yang memiliki kecukupuan (suflaen2) untuk memfasilitasi perkembangan pemuda. Pedesaan di Propinsi Jawa Timur bila dilihat sebagai suatu sistem pada umumnya merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki hubungan sangat kuat diantara anggotanya, dan hidup di wilayah geografis yang umurnnya memiliki inhstruktur yang kurang memadai. Tindakan-tindakan atau pdaku umumnya sangat diarahkan oleh norma dan adat istiadat yang masih dijaga secara ketat. Kehidupan ekonomi penduduk umurnnya lernah dan kebanyakan menggantungkan kehidupannya pada bidang pertanitin. Sebagai konsekuensinya, maka digunakan asumsi para PTP dalam perkembangannya berada pada lingkungan dengan keterbatasan sarana dm upaya fasilitasi yang kurang memadai. Disarnping itu pekerjaan pada UT yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat pedesaan, menjadikan UT pada dasarnya mudah tersosialisasikan. Bedandaskan dasar pertimbangan di atas dan merujuk masalah yang perlu dijawab dan dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan distribusi para pemuda tani pedesaan pada sejumlah
karakteristik yang diamati. 2. Mendesknpsikan kompetensi pemuda tani pedesaan pada masa ini 3.Menemukan
dm menjelaskan kompetensi yang defisit dan perlu
dikembangkan pemuda tani pedesaan. 4. Menganalisis hubungan sejumlah karakteristik Pemuda tani pedesaan dengan
kompetensi mereka.
Ke~unaanPenelitian Kondisi faktual pedesaan dengan terdapatnya bebempa keterbatasan, diduga dapat berkontribusi terhadap perkembangan PTP. Salah satu tujuan penelitian ini berusaha mengungkap apakah keterbatasan-keterbatasan ini berhubungan dengan pencapaian-pencapaian kompetensi yang dimiliki para pemuda tani.
Diharapkan penelitian ini memiliki kegunaan dalam pengembangan konsep maupun praktis bagi pihak-pihak yang terkait, terutama: 1. Pemerintah Daerah (lokal) Jawa Timur
(I) Memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
pemerintah
daerah
(Kabupaten dan Propinsi) dalam menyusun program pengembangan kepemudaan khususnya dalam menghadapi masa depannya (2) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam menyusun program pengembangan kepemudaan berbasis sumberdaya lokal dan memfwilitasi kegiatan-kegiatan keswadayaan masyarakat yang
diperuntukkan bagi
strategi
oleh
peningkatakan
kompetensi pemuda tani pedesaan (3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Propinsi dalam
memfasilitasi peluang penanganan bersama masalah penude tani pedesaan yang lebih terintegrasi dan terpadu antara kabupatedkota
yang satu dengan kabupaten/Kota yang lain 2. Pemerintah Pusat terutama Departemen dan Kementerian terkait: Kepemudaan, Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Daerah Tertihggal, Kesejahteraan, dan Keteaagakerjaan. (1) Memberikan sumbangan pemikinm bagi pernerintah Pusat dalam menyusun program pengembangan kepemudaan
(2) Memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
pemerintah
Pusat
(Depaterernen Terkait) terutama dalam menangani pemuda tani pedesaan agar dapat dilaksanakan lebih terpadu dan terkoordinasi berorientasi pada penguasaan kompetensi. (3) Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengevaluasi program-
program kepemudaan yang telah dilaksanakan, terutama terkait dengan pelaksanaan pendidikan informal, formal, dan nonformal dan dampaknya terhadap perkembangan kompetensi pemuda pedesaan. (4) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Pusat ddam
menangani peningkatan kapasitas pemuda tani pedesaan yang bekerja di sektor pertanian maupun non pertanian.
3. Perguruan Tinggi ( 1 ) Memberikan kontribusi mengenai informasi kompetensi PTP bagi para
peneliti sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pemikiran dalam mengkaji masalah kepemudaan. (2) Membenkan sumbangan pemikiran pada pengembangan ilmu penyuluhan terutarna profil kompetensi PTP yang dapat dijadikan dasar dan pendekatan dalam melakukan kegiatan pemberdayaa. melalui pendidikan non formal. 4. Pelaku Pengembangan Masyarakat
(1) Memberikan sumbangan pemikiran kepada pelaku pengembangan masyarakat dalarn melakukan pendekatan mengurangi kemiskinan dengan strategi memfasilitasi pencapaian kompetensi para pemuda. (2) Memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat merangsang
pemikiran kreatif dalam melakukan pengorganisasian masyarakat
dalarn memfksilitasi pencapaian kompetensi pemuda pedesaan. Definisi Istilah Pada penelitian ini akan diukur sejumlah karakteristik yang diduga berhubungan dengan kompetensi. Berkaitan dengan keperluan pengukuran, maka
digunakan isidah-istilah yang didefinisikan sebagai berikut: I. Pemuda Tani Pedesaan adalah individu (laki-laki dan perempuan) belum menikah, sudah bekeja mandiri atau membantu pekerjaan orang tuanya di bidang pertanian (tanaman, ternak dan perikanan), berumur 15 sarnpai 24 tahun, hidup clan tinggal dengan keluarga, tinggd sendiri, atau tinggal dengan saudaranya sebagai wali, dan berdomisili di pedesaan. 1I.Karakteristik Pemuda Tani Pedesaan adalah ciri-ciri orang atau individu yang secara demografis terkategori pemuda dan bertempat tinggal di pedesaan, serta diduga berhubungan dengan kompetensi. Ciri-ciri atau sifat-sifat yang melekat pada pemuda tani yaitu:
(1) Usia adalah jumlah tahun dari umur pemuda, dihitung dari saat
kelahiran sampai saat dilakukan penelitian dan dibulatkan dalam jumlah tahun terdekat saat ulang tahun bila terdapat selisih bulan. (2) Pendidikan formal adalah jumlah tahun lamanya pemuda mengdcuti proses belajar formal di sekolah. (3) Pendidikan non formal adalah junlah keikutsertaan pemuda dalam
proses belajar di luar sekolah formal dalam selama satu tahun berupa pelatihan, kursus, magang, sekolah lapang, dan mengaji. (4) Luas lahan usahatani adalah jumlah hamparan tanah dalam (ha) yang
diusahakan oleh pemuda tani secara mandiri atau merupakan luas lahan yang M a a t k a n oleh orang tua dalam berusahatani dimana pemuda tani membantu dalam aktivitas pemanfaatannya. (5) Aspirasi berusahatani adalah cita-cita untuk melaksanakan usahatani
yang ingin diwujudkan pada masa yang akan datang. (6) Konsumsi media adalah jumlah jam dalam sehari dari fiekuensi
responden memanfaatkan media tertentu. (7) Hubungan interpersonal adalah jumlah komunikasi bertatap muka
maupun melalui media dalam sebulan dengan isi komunikasi mengenai masalah diri sendiri, hubungan dengan orang lain, masalah pekerjaan atau masa depan yang diharapkan, yang dilakukan pemuda dengan: orang tua, anggota keluarga lainnya, Teman yang dianggap punya hubungan akrab, maupun orang yang ditokohkan. (8) Motivasi berusahatani adalah jumlah skor dari dorongan yang timbul
dari dalam diri pemuda untuk melakukan kegiatan usahatani. (9) Persepsi adalah penilaian pemuda terhadap subyek individu atau obyek
kebendaan yang ada di sekitamya atau yang berinteraksi dengan pemuda. Persepsi ini meliputi: (a) Persepsi terhadap lingkungan dam adalah jurnlah skor dari penilaian PTP terhadap kemanfaatan sarana di rumah dan kondisi fisik geografis berupa sumberdaya pesisir dan lautan, lahan tidur, dan air dimana PTP tinggal.
(b) Persepsi terhadap orang tua adalah jumlah skor dari penilaian PTP terhadap prilaku orang tua, yang meliputi indikator: (i) cara komunikasi orang tua, (ii) kepedulian memonitor, (iii) tingkat konflik orang tua, (iv) tingkat konsistensi orang tua menjalankan ibadah wajib. (c) Persepsi terhadap kelompok adalah jumlah skor dari penilaian
pemuda terhadap prilaku kelompok yang diikutinya, meliputi kelompok formal maupun informal. Meliputi indikator: (i) cara komunikasi antar anggota, (ii) cara pengambilan keputusan, (iii) kejelasan peran setiap anggota. (10) Pengalaman Usahatani adalah jumlah tahun dari lamanya PTP dalam
membantu orangtuanya berusahatani, bekerja dalarn kegatan usaha tani pa& orang lain, atau berusaha tani secara mandiri. 111. Kompetensi PTP adalah kemampuan-kemampuan yang perlu dimiliki atau
dikuasai oleh pemuda berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat hidup adaptif dalam mengatasi masalah, tuntutan, dan tantangan hidup,
serta melaksanakan perannya dengan baik.