PEMIKIRAN DAN PERGERAKAN PAN ISLAMISME DI INDONESIA PADA AWAL ABAD KE-20 (Studi Tentang Pergerakan Khilafah Kongres Al-Islam Hindia) Abdul Somad, SS.,M.Pd.1 1 Guru Sejarah SMA Negeri 1 Ciruas. Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Serang. Hp. +6287771840660
[email protected] Abstrak Tulisan ini mengambil topik tentang wacana pemikiran dan gerakan Pan Islamisme di Indonesia pada perempat pertama abad ke-20. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana konsepsi Pan Islamisme menurut kaum muslim Indonesia dan bagaimana bentuk aksi-aksi Pan Islamisme yang pernah mereka lakukan, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Metode yang dipakai dalam penulisan tulisan ini adalah metode sejarah. Metode ini meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pemikiran dan gerakan Pan Islamisme di Indonesia dilandasi oleh kesadaran kaum muslim untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam. Di dalam negeri, keinginan itu diupayakan dalam Kongres Al-Islam Hindia Timur. Dalam kongres ini berkumpul sejumlah organisasi massa Islam. Mereka melakukan dialog keagamaan guna mencari akar-akar persamaan di antara mereka, dan memahami perbedaan masing-masing dalam soal-soal agama yang bersifat cabang. Sementara itu, di luar negeri, kaum muslim Indonesia merasa perlu melibatkan diri dalam pergerakan khilafah dan persoalan tanah suci Makkah-Madinah yang dibicarakan pada tahun 1926 lewat Kongres Islam Sedunia yang di selenggarakan di Timur Tengah. Keterlibatan mereka dalam persoalan-persoalan Dunia Islam ini sebagai bagian dari usaha kaum muslim Indonesia untuk turut aktif dalam mempersatukan umat Islam sedunia. Kata kunci : Pan Islamisme, Khilafah, Kongres Al-Islam Hindia 1. PENDAHULUAN
khalifah.
Sebagai
Sultan,
ia
memiliki
Pada mulanya, Pan Islamisme memang
kekuasaan duniawi untuk mengatur negara,
tak lepas dari figur dan kepemimpinan
dan sebagai khalifah mempunyai wewenang
khalifah. Ada kaitan erat antara ide Pan
rohani untuk mengurusi masalah agama
Islamisme dan jabatan yang disandang oleh
(Suminto, 1996:79).
Sultan Turki. Sejak abad ke-16, Sultan-Sultan
Di Indonesia, nama besar Sultan Turki
Turki telah mengangkat diri sebagai khalifah
sebagai khalifah ini sudah lama diketahui
serta pelindung Makkah-Madinah. Sejak abad
selama berabad-abad sejak masa kejayaan
ke-18 secara pelan-pelan Sultan Utsmani
pemerintahan
mulai memanfaatkan ide khalifah ini semacam
1
Nusantara.
kerajaan-kerajaan
Islam
di
Di akhir abad ke-20, nama
“Paus Islam“. Demikianlah sampai awal abad ke-20, secara turun temurun kepala negara Turki selalu menggunakan titel sultan dan
1
Kesultan Aceh ini telah membina hubungan dengan Utsmani sejak abad ke-16. Hubungan ini berlanjut terus secara serius hingga Aceh
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
khalifah tidak saja bernilai prestise di mata
Hindia pada suatu waktu melepaskan diri dari
muslim Indonesia. Hal ini dimungkinkan
tindakan Belanda (Algadri, 1996:124).
karena
Sultan
menempatkan
Akan tetapi, Perang Dunia I meletus pada
perwakilannya di Batavia. Mereka memberi
tahun 1914. Peperangan ini mempunyai
kesan pada pribumi muslim di Hindia Belanda
pengaruh yang cukup besar bagi kaum muslim
bahwa mereka masih mempunyai pelindung
di Indonesia. Turki yang menjadi sekutu
kepentingan mereka yang berbeda dengan
Jerman kalah dalam peperangan itu. Meski ia
pemerintah kolonial. Di Batavia, pendukung
telah mengeluarkan pelbagai seruan jihad bagi
gerakan Pan Islamisme Turki ini adalah
setiap muslim ke seluruh penjuru Dunia Islam.
masyarakat muslim keturunan Arab. Mereka
Dampak dari kekalahan ini, terjadi reformasi
diperjuangkan
politik di
guna
Turki
mendapat
persamaan
dalam negeri nasionalis
Turki.
Setelah
memegang
tampuk
status sejajar dengan bangsa Eropa, atau lebih
golongan
tepatnya untuk menghapuskan perbedaan-
pimpinan di Turki pada awal tahun 1920-an,
perbedaan status dalam peradilan hak dan
negeri ini lebih memusatkan perhatiannya
kewajiban diantara orang Eropa, Timur Asing,
pada kepentingan nasionalnya. Politik luar
dan pribumi. Jika tujuan ini sudah dicapai,
negeri Turki yang selama ini berorientasi pada
maka menurut pendapat para pengikut Pan
ide Pan Islamisme juga berubah arah; lebih
Islamisme. Orang-orang Islam tidak sukar lagi
mengutamakan kepentingan nasional daripada
untuk mendapatkan kedudukan yang lebih
keperluan internasional. Puncaknya, ditandai
tinggi daripada orang Eropa dan kemudian
dengan dilengserkannya Sultan Abdul Majid II
memojokkan mereka sama sekali. Lalu, Turki
dari Turki sebagai khalifah pada tanggal 3
pun berjanji akan membuat orang Islam di
Maret 1924 (Nasution, 1975:151). Pelengseran Sultan-Khalifah Abdul Majid II memang
berhadapan secara militer dengan kolonialis Belanda. Catatan paling penting yang bisa dikemukakan disini adalah bahwa Sultan Aceh, ‘Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahhar (berkuasa sejak 1537) ternyata mengakui Sultan Turki, Sulaiman al-Qanuni (berkuasa, 1520-1566), sebagai khalifah Islam. Dalam kitab Bustanus Salatin yang ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri, seorang ulama sekaligus penasehat Sultan Aceh, dilaporkan bahwa pada tahun 1565 delegasi Kesultanan Aceh yang bernama Husayn telah diterima di Istambul untuk menyampaikan pemaklumatan (pembai’atan) Sultan Aceh kepada Utsmaniyah (Azra, 1996:53). Pengakuan resmi ini menandakan bahwa Kesultanan Aceh merupakan sebuah wilayah bawahan (vassal state) Kesultanan Utsmani (Azra, 1999:79).
sangat mengejutkan. Oleh karena kekuasaan khalifah yang dijabatnya tidak saja diakui oleh bangsa Turki saja, tetapi seluruh bangsabangsa muslim di dunia, termasuk oleh kaum muslimin di Indonesia (Noer, 1996:242). Sekalipun ia berada di Turki, namun sama sekali bukanlah hak dan monopoli negara itu saja, melainkan merupakan hak dan milik seluruh umat Islam (Rais, 1985:254-255). Singkatnya, jabatan khalifah adalah milik umat Islam sedunia. Ia merupakan simbol
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
supremasi politik muslim, malah Istambul, ibu
khilafah
kota Turki, oleh Barat dianggap sebagai
kekhilafahan yang baru.
simbol Dunia Timur umumnya (Suminto, 1996:83).
bertujuan
menegakkan
Dengan meneliti fakta yang sebenarnya dari
Bagaimana sikap umat Islam Indonesia
yang
pandangan-pandangan
pemikiran
pergerakan Islam Indonesia dalam persoalan
dalam persoalan persoalan khilafah, itulah
khilafah
masalahnya. Untuk itu di Indonesia, organisasi
umumnya, tema ini punya arti yang sangat
terkemuka Sarekat Islam dan Muhammadiyah
penting, karena akan menawarkan bukti
yang bekerjasama dengan elemen pergerakan
keuniversalan Islam dalam aspek hubungan
Islam lainnya, turut merespon undangan
sosial politik keagamaan. Apalagi data-data
Kongres
Mereka
yang tersedia cukup bagi penulisan sebuah
membicarakannya dalam Kongres Al-Islam
tulisan. Oleh karena itu, penulis mencoba
Hindia III di Surabaya, 4-5 Oktober 1924.
mengungkapkan masalah ini dalam bentuk
Kongres berkala elemen pergerakan Islam itu
tulisan
membuahkan keputusan bahwa mereka akan
Pergerakan Pan Islamisme di Indonesia Pada
terlibat dalam pergerakan khilafah dengan cara
Awal Ke-20”.
Khilafah
di
Mesir.
khususnya
yang
dan
berjudul
Pan
Islamisme
“Pemikiran
dan
mengirim utusan mereka ke Kairo (Hindia Baroe, 22 Januari 1925). Tokoh paling
2. KERANGKA PEMIKIRAN
berpengaruh di Sarekat Islam, Tjokroaminoto,
Dalam tulisan ini, Pan Islamisme adalah
menyatakan bahwa selain dua kota suci
konsep yang paling utama untuk menjelaskan
Makkah-Madinah, khalifah adalah milik umat
fenomena sejarah. Secara etimologi, “Pan”
Islam sedunia. Dan hak ini pada umumnya
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang
tidak diketahui selama beratus-ratus tahun
berarti:
oleh bangsa Indonesia. Padahal keberadaan
Indonesia, 1989:640); sedangkan Islamisme
khalifah itu bukan semata-mata untuk umat
berasal dari kata “Islam” dan “Isme”. Islam
Islam di Jazirah Arab, tetapi juga bagi umat
ialah
Islam
oleh
ditegakkan oleh Nabi Muhammad (571-632
Tjokroaminoto bahwa khalifah merupakan hak
M.), dan isme berarti faham; dengan demikian
bersama sesama muslim dan bukan dominasi
Islamisme berarti faham tentang keislaman.
Indonesia.
Ditegaskan
pula
bangsa tertentu (Hindia Baroe, 9 Februari
seluruh,
agama
(Kamus
monoteisme
Besar
Bahasa
(tauhid)
yang
Sementara itu, pengertian Pan Islamisme
1926). Dari dasar pemikiran inilah akhirnya
secara
Kongres Al-Islam Hindia Timur khususnya
pengertian
dan umat Islam Indonesia umumnya merasa
Departemen Agama Republik Indonesia. Pada
perlu untuk melibatkan diri dalam pergerakan
halaman 79 dan 80, dicatat bahwa Pan
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
terminologis,
penulis
Ensiklopedi
meminjam
Islam
terbitan
Islamisme memiliki tiga pengertian. Pertama,
Dalam
konteks
pendekatan
“Middle
terhadap
Range Analysis” di atas, penulis berasumsi
kolonialisme Barat dengan berbasis Islam dan
bahwa Pan Islamisme merupakan gagasan dan
umat Islam di setiap daerah koloni. Kedua,
tindakan baru di Indonesia. Sebagai suatu
alat yang digunakan Sultan Turki Utsmani
gagasan baru, tentu saja ia mengundang
Abdul Hamid II (berkuasa, 1876-1909) untuk
dinamika masyarakat muslim yang bermuara
mempertahankan
mengembangkan
pada terjadinya perubahan sosial. Dalam dunia
pengaruh kekuasaan Turki Utsmani atas Dunia
pergerakan modern Islam Indonesia pada awal
Islam. Ketiga, usaha membangkitkan kembali
abad ke-20, ide Pan Islamisme ini mula-mula
sistem
diperkenalkan
penentangan
secara
umum
dan
kekhalifahan
pasca
keruntuhan
Khilafah Utsmaniyyah pada tahun 1924.
oleh
Sarekat
Islam.
Pengembangannya dilakukan lewat Kongres
Gagasan dan tindakan baru adalah pangkal
Al-Islam Hindia Timur. Dalam Kongres ini
terjadinya perubahan sosial. Perubahan sosial
Sarekat Islam menyeru agar faksi Modern-
disini diartikan sebagai proses dimana terjadi
Tradisional dalam masyarakat Islam Indonesia
perubahan struktur dan fungsi suatu sistem
bisa bersatu dalam memajukan umat Islam
sosial.
sendiri
dengan landasan Pan Islamisme. Awalnya,
didefinisikan sebagai suatu kumpulan unit
upaya ini masih belum diterima mengingat
yang berbeda secara fungsional dan terikat
gagasan Pan Islamisme yang disarankan
dengan
Sarekat Islam belum begitu kongkrit. Namun,
Sedangkan
kerja
masalah
sistem
sama
sosial
untuk
dalam rangka
memecahkan tujuan
setelah bergulir persoalan khilafah di Dunia
bersama. Anggota atau unit-unit sistem sosial
Islam, Sarekat Islam memperoleh momen
ini bisa berupa individu, kelompok formal,
sekaligus isu yang tepat. Berbeda dengan isu-
atau
itu,
isu soal fiqih yang seringkali berbeda,
perubahan sosial dalam hal ini biasa terjadi
persoalan khilafah adalah memiliki kejelasan
melalui tiga tahapan. Pertama, tahap invensi.
hukum yang tidak diperdebatkan. Jadi pada
Pada tahap ini berlangsung proses dimana ide-
fase pergerakan khilafah hampir tidak ada
ide
dikembangkan.
penolakan dalam umat Islam di Indonesia
Kedua, tahap difusi, dimana ide-ide baru itu
ketika itu. Perubahan dapat terlihat dari
dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
antusiasme kalangan tradisional Islam dalam
Ketiga, tahap konsekuensi. Pada tahap ini
mengikuti Kongres Al-Islam Luar Biasa yang
perubahan-perubahan
dalam
diselenggarakan di Surabaya pada tahun 1924.
sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau
Bila sebelumnya hubungan antar faksi di umat
penolakan inovasi (Roger dan Schoemaker,
Islam renggang, saat itu mereka terlihat akur.
1981:16-31).
Krisis mulai terjadi setelah Kongres Khilafah
organisasi
baru
mencapai
modern.
diciptakan
dan
yang
Sementara
terjadi
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
di Mesir ditunda, sementara Kaum wahhabi
Turki oleh peserta Kongres Nasional Sarekat
mulai berkuasa di Tanah Hijaz. Dalam kasus
Islam ke-3 di Bandung tahun 1916. Insiden ini
ini, ternyata perubahan yang terjadi hanya
tentunya memberikan kecurigaan yang besar
bersifat kontak dan selektif saja. Menurut
Pemerintah kolonial Belanda mengingat Turki
Rogers dan Schoemaker, perubahan ini terjadi
waktu itu adalah pemimpin gerakan Pan
karena anggota sistem sosial terbuka pada
Islamisme dan tengah terlibat perang Dunia I
pengaruh dari luar dan menerima atau
melawan Inggris dan sekutu-sekutunya. Salah
menolak ide baru itu berdasarkan kebutuhan.
satu usaha Turki pada waktu itu adalah
Kebutuhan
adalah
menyebarkan seruan dan fatwa jihad yang
pemenuhan usulan-usulan keagamaan yang
mengatasnamakan khalifah kepada segenap
sesuai dengan keyakinan mereka
umat Islam, tak terkecuali Indonesia, yang
itu
sendiri
tak
lain
dalam hal ini mereka sebut Jawa. Dalam pada 3.
itu pada masa awal perang cukup banyak
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Usaha-Usaha Sarekat Islam dalam
konteks
yang
menggalakkan
Gerakan Pan Islamisme Dalam
selebaran
anatomi
organisasi
pergerakan Islam Indonesia, Sarekat Islam
berisi
jihad
seruan
melawan
untuk penguasa
kolonial kafir di negeri Islam (Suminto, 1996:81-82). Berikut kutipannya:
adalah salah satu organisasi politik Indonesia
“Wahai saudara seiman. Perhatikanlah
abad XX yang paling menonjol (Van Niel,
betapa negara lain menjajah dunia
1984:2). Malah boleh dikata bahwa maju
Islam. India yang luas dan berpenduduk
mundurnya posisi umat Islam di Indonesia
seratus juta orang Islam, dijajah oleh
ditentukan oleh maju mundurnya Sarekat
sekelompok kecil musuh Tuhan, orang-
Islam
ini
orang kafir Inggeris. Empat puluh juta
dimungkinkan karena organisasi ini pada
muslimin Jawa di jajah oleh Belanda.
perkembangannya dianggap sebagai satu-
Maroko, Aljazair, Tunisia, Mesir dan
satunya “partai politik” bagi orang Islam dari
Sudan, menderita dibawah cengkeraman
semua golongan,
mengingat dari sekian
musuh Tuhan dan RasulNya. Juga
jumlah organisasi Islam hanya berbasis pada
Siberia, Turkestan, Khiwa, Bukhara,
bidang garapan sosial dan pendidikan.
Kaukasus, Kureim Kazan, Ardahan,
(Noer,
Ada
1996:114).
perlu
Kuzestan, berada di bawah tekanan
adanya
penjajah musuh iman. Persia juga akan
pengaruh Turki bagi Sarekat Islam dalam
dipecah belah. Bahkan tahta khilafah
kaitannya dengan gerakan Pan Islamisme.
pun, oleh musuh-musuh Tuhan selalu
diketahui
peristiwa tentang
penting
Hal
yang
tanda-tanda
Peristiwa itu adalah dikibarkannya bendera Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
ditentang dengan segala macam cara”
Soorkati, diadakanlah Kongres Al-Islam yang
(Suminto, 1996:219).
pertama di Cirebon pada tanggal 31 Oktober-2 1922.2
Sifat pembelaan terhadap Islam pada diri
November
anggota-anggota Sarekat Islam nampak pada
merupakan
pendirian Komite Tentara Kanjeng Nabi
kongres Nasional IV Centraal Sarekat Islam di
Muhammad. Pada tanggal 9 dan 11 Januari
Surabaya tanggal 26 Oktober-2 November
1918 muncul sebuah tulisan dalam surat kabar
1922. Bagi Sarekat Islam kongres ini memiliki
di Surakarta Djawi Hisworo yang ditulis
arti penting untuk mereposisi diri dikalangan
Martodharsono
yang
massa pergerakan setelah terpecah belah.
memfitnah Nabi Muhammad sebagai seorang
Seperti dikatakan Salim, arti penting kongres
pemabuk dan pemadat. Sentimen anti Islam
tersebut
dikalangan beberapa orang Jawa begitu kuat
persatoean segala golongan orang Islam di
sehingga
dan
Djojodikoro,
Comitee
Kongres
tindak lanjut
ialah
satu
dari
usaha
Al-Islam keputusan
“mendorong
voor
Javaansch
Hindia dan ataoe orang Islam seloeroeh doenia
Nationalisme (Komite bagi
Nasionalisme
dan bantoe-berbantoe,” yang menurut Salim
Jawa, yang telah didirikan pada tahun 1914)
sama dengan Pan Islamisme (Siraishi, 1997
mengeluarkan
:326).
pamflet
yang
menekankan
bahaya fanatisme agama. Meskipun orangorang ini juga mencela gaya artikel Djawi 2
Hisworo tersebut, namun Islam seperti yang kini diajarkan oleh kaum pembaharu dianggap mereka sebagai ‘impor asing’ yang tidak disukai (Ricklefs, 1994:268). Kaum muslim di bawah komando para pemimpin Sarekat Islam menjadi sangat marah dan pada bulan Februari mereka membentuk suatu komite yang dinamakan Tentara Nabi Muhammad. Dengan berpijaknya pemikiran tokohtokoh Sarekat Islam di bawah kendali H.O.S. Tjokroaminoto
kepada
Pan
Islamisme,
anggota-anggota Sarekat Islam pendukung Pan Islamisme, terutama Haji Agus Salim dan Fahruddin,
berusaha
memanfaatkan
kesempatan emas itu dengan sebaik-baiknya.
Benda menyatakan bahwa diadakannya Kongres Al-Islam didasarkan pada keinginan mempertahankan kepemimpinan Sarekat Islam didalam gerakan Islam umumnya. Hal ini tidak disepakati Noer (1996: 143-144). Ia berpendapat bahwa peranan Sarekat Islam sebagai suatu perkembangan yang wajar saja. Pertama, tidaklah dapat diharapkan bahwa sebuah partai Islam hanya menjadi penonton dalam berbagai problema yang menimpa umat Islam. Kedua, Sarekat Islam tidak terlalu intens untuk terlibat dalam masalah-masalah yang dipertikaikan antara pihak pembaharu dan pihak tradisi, dibandingkan dengan orang-orang atau organisasi-organisasi yang membatasi diri mereka pada bidang sosial dan pendidikan. Ketiga Sarekat Islam masih mempunyai pengikut-pengikut yang lebih banyak dari organisasi-organisasi Islam manapun juga pada waktu itu. Partai itupun bersifat nasional dibandingkan organisasi Islam lainnya. Pemimpin-pemimpinnya lebih banyak memiliki pengalaman dalam masala-masalah organisasi. Bahkan yang terpenting adalah bahwa Sarekat Islam dianggap sebagai satu-satunya partai bagi semua orang Islam, baik pembaharu maupun golongan tradisi.
Bekerjasama dengan ketua Al-Irsyad, Ahmad Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
Kongres Al-Islam di Cirebon itu dipimpin
tujuan
agama.
Antara
ini
Haji Agus Salim. Selain Sarekat Islam dan
perhimpunan-perhimpunan tidak ada
Muhammadiyah, hadir pula anggota-anggota
perhubungan
Al-Irsyad. Sementara kalangan tradisi yang
antara yang satu dengan yang lain.
hadir dalam kongres dipimpin oleh Kyai Haji
Akan tetapi sebelum empat tahun
Abdul Wahhab yang berasal dari sebuah
yang lalu [maksudnya tahun 1922,
lembaga pendidikan Tasywirul Afkar di
pen.] terasalah kepada akan kita
Surabaya dan Kyai Haji Asnawi, seorang
tujuannya
ulama yang terkenal di Kudus. Pertemuan
perhimpunan buat mempersatukan dan
tersebut dimaksudkan untuk mencari isu
memperhubungkan antara yang satu
pemersatu umat Islam Indonesia dan sebagai
dengan yang lainnya. Di situ lantas
pengimbang terhadap pergerakan nasionalisme
didirikan buat yang pertama kali
sekuler. Kongres ini menyerukan kepada
kongres umum yang diberi nama
semua
Kongres Al-Islam Hindia, dalam mana
pihak
untuk
tetap
menggalang
yang
memperikatkan
ini
perhimpunan-
persatuan umat dengan satu ikatan aqidah serta
dihadiri
melancarkan
perhimpunan-perhimpunan yang telah
Pan
Islamisme
dalam
menghadapi penjajah. Dalam
ada
sebuah
tanah
Jawa
sekalian
dan
disitu
dengan
diperbincangkan beberapa perkara-
reporter surat kabar Ummul Quro yang terbit
perkara yang penting-penting; antara
di
lain ialah menguatkan ruh tolong
Makkah,
wawancara
di
wakil-wakilnya
Tjokroaminoto
menjelaskan
panjang lebar mengenai latar belakang dan
menolong
tujuan penyelenggaraan Kongres Al-Islam
diserahkan
Hindia.
diputuskannya” (Zaman Baroe, 5 Mei “Sebelum tahun 1914 di Tanah jawa tidak ada sesuatu perhimpunan yang bekerja
untuk
terdzohirlah
agama,
perhimpunan
dan
persatuan
oleh
majlis
sudah dan
1926). Dari pernyataan Tjokroaminoto di atas,
sehingga
Kongres Al-Islam kelihatannya dipandang
SI
secara strategis sebagai sebuah wadah yang
dan
perhimpunan Muhammadiyah. Ini dua
dapat
perhimpunan sudah berdiri dan sudah
organisasi pergerakan Islam yang khsusunya
tersiar
berada
cabang-cabangnya
dalam
digunakan
di
Pulau
untuk
Jawa.
menghimpun
Secara
kebanyakan dalam negeri-negeri Jawa.
pembentukannya
Kemudian lantas berdiri beberapa
pertimbangan guna mengurangi ketegangan
perhimpunan
dan bahaya perselisihan yang muncul karena
yang
lain-lain
yang
kesemuanya sama berusaha untuk
perbedaan
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
khilafiyah.
ini
taktis,
berdasarkan
Selain
itu
juga
mengusahakan tercapainya persatuan aliran
permusyawaratan rakyat yang dalam istilah
dalam Islam dengan cara mengumpulkan
Islam disebut “majelis syura“ Sebagai sub-
kelompok-kelompok
sistem
atau
organisasi-
pemerintahan,
dapat
membicarakan
kerjasama dalam berbagai persoalan agama
perkara yang berkenaan dengan keperluan
Islam.
umum atau rakyat. Parlemen yang dimaksud Tjokroaminoto ini, dalam hukum kenegaraan
dalam gerakan Islam Indonesia, tak lengkap
dan pemerintahan Islam disebut Ahlul Halli
jika tidak menganalisi gagasan Tjokroaminoto.
wal Aqdi.
Tjokroaminoto
Pan
perkara-
Islamisme
Pemikiran
pengaruh
memutuskan
ini
organisasi Islam dalam sebuah pertemuan dan
Membahas
dan
majelis
sesungguhnya
Pada kira-kira bulan September 1922,
mencakup multidimensi. Ia tidak saja paham
Tjokroaminoto mulai jelas berbicara tenatang
Islam, tetapi juga
Pan Islamisme. “Anehnya“,
ideologi-ideologi
lain
Tjokroaminoto
semisal kapitalisme dan komunisme. Dalam
merujuk pada penulis Barat dan penulis
konteks
yang
muslim Pakistan. Barangkali, ini terjadi
berlandaskan al-Qur’an meliputi persatuan
lantaran kendala bahasa yang ada pada diri
umat, kemerdekaan umat sifat pemerintahan,
Tjokroaminoto. Ia mampu berbahasa Inggris
penghidupan ekonomi, keadaan dan derajat
dan Belanda, sebaliknya rujukan yang dipakai
manusia, dan kemerdekaan yang sejati.
para ulama yang berkiblat ke Timur Tengah
Islam,
pemikirannya
Bagi Tjokroaminoto, persatuan umat
rata-rata berbahasa Arab. Sedangkan
para
bertujuan untuk melepaskan diri dari belenggu
penulis muslim India, karena di jajah Inggris,
penjajahan, dimana persatuan umat ini pada
seringkali menggunakan bahasa itu dalam
akhirnya akan didasari dan diwarnai oleh nilai-
menyebarkan
nilai Islam dan merupakan bagian dari Pan
Islamismenya. Menurut
Islamisme. Pemikiran Tjokroaminoto tentang
Pan Islamisme Tjokroaminoto, yang terutama
kemerdekaan
adanya
ia tuangkan dalam bukunya yang sangat
kebebasan yang seluas-luasnya bagi bangsa
terkenal berjudul Islam dan Sosialisme, sangat
Indonesia untuk bergerak dalam bidang politik
diilhami dan dipengaruhi oleh S. Nushir
dan ekonomi. Kebebasan ini mencakup tiga
Kidwani
hal, yaitu kemerdekaan, persamaan, dan
Socialism”. Selain itu,Tjokroaminoto juga
persaudaraan. Jika demikian halnya, maka
dipengaruhi oleh Sayid Amir Ali dalam “The
pemerintahan berdaulat yang dimiliki rakyat
Spirit of Islam”, Kwoja Kamaluddin dalam
harus demokratis. Inti dari demokrasi itu ialah
“The Ideal Prophet” serta Muhammad Ali
adanya musyawarah dimana suara rakyat
dalam
diakui
(Ridwan,1999:83).
umat
sepenuhnya
ini
berarti
melalui
majelis
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
pemikiran-pemikiran
lewat
kitabnya
Pan
Ridwan, Pemikiran
karyanya
“The
“Islam
and
Prophet”
Tjokroaminoto menulis bahwa dirinya
asing terhadap bangsa Indonesia, sebagaimana
“sebagai seorang Pan Islamis yang penuh rasa
ia tidak menyukai adanya dominasi politik
pan
oleh pemerintah kolonial terhadap wilayah dan
Islamisme
dalam darah dagingnya“
(Tjokroaminoto, 1965:99).
kedaulatan bangsa Indonesia (Amin, 1995:51).
Maksud pergerakan Pan Islamisme pada
Menurut
Tjokroaminoto,
Islam
telah
umumnya ialah menghilangkan anggapan
menggariskan persaudaraan yang benar-benar
yang
dan
harus dilakukan diantara umat Islam di negara
memajukan peri kehidupan menurut ajaran
manapun juga tanpa memandang suku bangsa,
agama Islam serta memajukan amal salih dan
ras dan kelas ekonomi. Ia menyatakan bahwa
kebaktian
rakyat
persaudaraan dalam Islam dapat melenyapkan
Indonesia….Maka oleh sebab itu, kaum
permusuhan dan melahirkan persahabatan.
Sarekat Islam suka berusaha bersama-sama
Sejarah dan ajaran Islam sering melukiskan
dengan pergerakan rakyat seluruh dunia yang
bahwa orang asing sekalipun bisa menjadi
mendekatkan maksud itu untuk kepentingan
sahabat karib yang dapat melebihi ikatan
penduduk seluruh dunia, dengan mengingat
perhubungan saudara yang berasal dari satu
syarat-syarat
daerah dan satu silsilah. Secara historis, hal
sesat
tentang
kepada
agama
Allah
yang
Islam
siantara
diadakan
oleh
Islam
(Tjokroaminoto, 1965:101).
semacam ini pernah dipraktekkan para sahabat
Tjokroaminoto jelas-jelas menginginkan
Nabi Muhammad SAW. Mereka menganggap
meginginkan satu persatuan dan kesatuan
diri mereka satu. Tidak ada perbedaan derajat
umat
(Tjokroaminoto,
dan kelas. Persamaan yang adil seperti itu
1965:70). Apabila persatuan dan kesatuan
telah menyebabkan segenap umat Islam
umat Islam sedunia itu bisa tercapai, maka
menjelma bagai sebuah badan dengan satu
tidak hanya martabat dan derajat manusia yang
nyawa (Tjokroaminoto,1963:28-30).
Islam
sedunia
beragama Islam dapat dipulihkan kembali,
Tjokroaminoto
menyebutkan
tetapi bangsa asing manapun yang masih
eksplisit
menjajah umat Islam dimana merekapun
universalisme yang terkandung dalam gerakan
berada, maka harus disadarkan untuk berfikir
Pan Islamisme. Menurutnya keuniversalitasan
apakah
dengan
Islam mendorong ruang gerak kehidupan
umat
seorang muslim tidak dibatasi oleh batas-batas
penjajagan
perikemanusiaan
dan
manusia.
Visi
antitesis
terhadap
kolonialisme.
itu
sesuai peradaban
Tjokroaminoto kultur
Tjokroamninoto
merupakan
dan
struktur
tidak
suka
eksploitasi ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dan pengusaha-pengusaha
negara,
wawasannya
secara
warna
kulit
mengenai
dan
paham
perbedaan
menyangkut tanah atau benua sekalipun, tetapi berdasar kepada ikatan agama Islam. Pada secara
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
mulanya tegas
Tjokroaminoto,
menggambarkan
belum
bagaimana
bentuk
“pemerintahan
universal”
yang
Orang-orang
Islam
pada
zamannya
dimaksud. Namun, sebagaimana dipaparkan
dahulu, bukan saja semuanya menganggap
pada sub bab selanjutnya, rupanya ia tertarik
dirinya
pada
kembali
menganggap menjadi satu. Diantara orang-
kekhalifahan. Sebagai seorang Pan Islamis,
orang Islam, tidak ada sesuatu perbedaan yang
Tjokroaminoto
bagaimanapun
gagasan
pembentukan
memandang
bahwa
Islam
sama,
tetapi
juga
mereka
semua
macamnya.
Dalam
merupakan agama lintas bangsa dan ras.
pergaulan masyarakat diantara mereka tidak
Menurutnya,
Islam
telah
ada perbedaan derajat, dan tidak ada pula
persaudaraan
yang
benar-benar
menentukan harus
dilaksanakan diantara pemeluknya di negara manapun tanpa mengenal warna kulit dan
sebab-sebab
yang
dapat
menimbulkan
perbedaan kelas (Tjokroaminoto, 1965:30). Persamaan
yang
adil,
menyebabkan
status sosial. Jika mereka dapat memulihkan
segenap umat Islam menjadi seperti satu
kembali kekuasaan dan kekuatannya, umat
badan, satu nyawa. Mengutip hadits Nabi
Islam akan dapat memerintah segenap dunia.
Tjokro menulis:
Berangkat dari pemahamannya ini akan
“Semua orang Islam itu adalah seperti
menyatakan bahwa kebangsaan orang Islam
satu badan seseorang. Apabila merasa
tidak terbatas oleh batas-batas kenegaraan,
sakit
perbedaan warna kulit, bahasa, tanah air dan
anggota badannya merasa sakit juga
benua. Dalam buku Islam dan Sosialisme, ia
dan kalau matanya sakit, segenap
menulis:
badannya pun merasa sakit juga”.
dikepalanya,
maka
seluruh
“Di tempat mana saja orang Islam
“Semua orang Islam adalah seperti
bertinggal, bagaimanapun juga jauhnya
suatu bangunan, sebagian memperkuat
dari
bagian yang lainnya, dengan cara yang
negeri
tempat
kelahirannya,
didalam negeri yang baru itu ia masih
demikian
disebut menjadi satu bahagian daripada
memperkokoh
rakyat Islam. Ditempat manapun juga,
(Tjokroaminoto, 1965:32).
orang Islam itu berkediaman, di tempat itulah
ia
harus
mencintai
itu
juga,
yang
yang
satu
lainnya”
Kekuatan suci yang terkandung didalam
dan
seruan dan anjuran tentang persamaan yang
bekerjasama untuk keperluan negari itu
diajarkan oleh al-Qur’an menyebabkan Islam
dan rakyatnya. Nasionalisme yang
menjadi satu keperluan untuk menimbulkan
semacam itulah nasionalisme Islam,
keselamatan, kesenangan dan kenikmatan.
yang menjadi dasar yang kuat bagi
Islam
sosialisme yang tersiar di seluruh muka
kepercayaan,
bumi” (Tjokroaminoto, 1963:90).
mempunyai pemerintah yang dikuasai gereja
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
tidak
menganjurkan
kepercayaan-
hak-hak
baru,
yang
tidak
atau kekuasaan priester; Islam memberikan
Dunia Islam. Sedianya dalam bulan Maret
buku undang-undang kepada rakyat, satu
1925 Kongres Khilafah akan diselenggarakan.
pokok peraturan negara kepada pemerintahan,
Akan tetapi,
yang sifatnya tidak meninggikan derajat satu
kemelut
bangsa melebihi tingginya daripada bangsa
berakibat hilangnya dukungan pemerintah
lain, tidak bersifat menyendiri-menyendiri dan
Mesir terhadap rencana pelaksanaan Kongres
tidak bersifat mengejar keperluan sendiri, dan
Khilafah. Lantaran itu, maka kongres terpaksa
Islam menguatkan serta mengesahkan firman-
diundurkan ketahun 1926.
firman Tuhan yang setelah dinyatakan lebih dahulu,
memerintahkan
supaya
tersebut
dipercayainya
ayat-ayat
(Tjokroaminoto,
1965:34).
politik yang amat
hebat
yang
Di Indonesia, persoalan khilafah ini dibahas
dalam
Kongres
Al-Islam
ke-3.
Kongres A-Islam kali ini amat berbeda dengan dua kongres sebelumnya. Kongres ini kembali
Dari penjelasan di atas dapat ditarik benang
di Mesir sendiri terjadi suatu
merah
bahwa
pemikiran
Pan
diikuti oleh ulama berbagai aliran, baik tradisional
maupun
modern.
Kongres
Islamisme di Indonesia yang dicita-citakan
diselenggarakan pada 24-26 Desemeber 1924
Tjokroaminoto
mirip
dan
di Surabaya. Tercatat bahwa peserta yang
perjuangan
Jamaluddin
al-Afghani.
hadir berjumlah 68 utusan yang terdiri atas 9
Popularitasnya ditempatkan sejajar dengan
Muhammadiyah, 29 Sarekat Islam, 4 al-
para Pan Islamis dunia Islam lainnya.
Irsyad, 6 Sub Komite Khilafah daerah, 3
dengan
gaya
Persatuan Umat Islam, B.
Reaksi
Kaum
Indonesia
Islam
perhimpunan lokal yang beraliran modernis
Persoalan
seperti Taswirul Afkar, Nahdlatul Wathan,
Pergerakan
Terhadap
dan selebihnya
Khilafah
Perserikatan Wataniyah, Ta’mirul Masajid,
Gerakan Pan Islamisme yang di lakukan
At-Ta’dibiyah
(semuanya
berasal
dari
kaum pergerakan Islam Indonesia muncul
Surabaya) dan perhimpunan lain. Jumlah
secara massal pada tahun 1924. Sebagaimana
pesertanya, kurang lebih 1000 orang.
disinggung pada bab pendahuluan, kaum
Mayoritas ulama Sunni, begitu pula yang
muslim sedunia diramaikan oleh persoalan
bermazhab Syafe’i yang notabene diadopsi
khilafah
yang
setelah
Turki
sebagian besar ulama tradisional di Indonesia,
khalifah
dalam
sepakat berdasarkan ijma mu’tabar (konsensus
al-Azhar,
Mesir,
yang masyhur), bahwa mendirikan khilafah
mengundang seluruh perwakilan umat Islam
Islam adalah fardhu kifayah3, dengan alasan
menghilangkan konstitusinya.
mencuat jabatan Ulama
sedunia untuk membahas persoalan ini. Seruan ulama Al-Azhar disampaikan ke seluruh
Fardhu adalah ketentuan hukum syari’at Islam (syara’) yang pasti (jaazim) dan berdosa jika tidak 3
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
antara lain: (1) ijma’ sahabat, sehingga mereka
Abu Bakar (berkuasa, 632-634). Waktu itu ia
mendahulukan
tidak memberi gelar kepada diri sendiri.
permusyawaratan
tentang
khalifah daripada urusan jenazah Rasulullah,
Seorang
yang pengurusannya juga merupakan hal yang
Khalifatullah, atau wakil Tuhan di bumi, tetapi
wajib;
ia menolaknya. Ia mengatakan bahwa dirinya
(2)
tidak
menyempurnakan
mungkin kewajiban,
dapat seperti
bukan
sahabat
mengusulkan
khalifatullah,
gelar
melainkan
pembelaan agama, menjaga keamanan dan
khalifaturrasul. Artinya, ia tidak menganggap
sebagainya
dirinya
melainkan
dengan
adanya
sebagai
wakil
Tuhan
di
bumi
pemerintahan; (3) adanya ayat al-Qur’an dan
(khalifatullah fil ‘ardhi), melainkan pengganti
Hadis yang menyuruh umat Islam untuk
kepemimpinan Muhammad. Gelar khalifah ini
mentaati ulil amri (para pemimpin) dan
juga digunakan oleh dua orang Khalifah Yang
adanya janji Allah swt, bahwa kaum muslimin
Empat (Khulafa al-Rasyidin: Khalifah Yang
akan dijadikan khalifah, diantaranya dalam
Terpercaya karena mendapat petunjuk), yaitu
surat an-Nur ayat 55:
Utsman bin Affan (644-656) dan Ali bin Abi
“Allah SWT telah menjanjikan kepada
Thalib (656-661). Berbeda dengan yang
orang-orang mukmin dan orang-orang
lainnya, khalifah kedua, Ummar bin Khattab
yang beramal saleh diantara kamu
(634-644) lebih menyukai untuk menggelari
bahwa mereka akan menjadi khalifah di
dirinya sebagai Amirul Mu’minin, pemimpin
muka bumi sebagaimana orang-orang
kaum beriman.
terdahulu telah menjadi khalifah, dan
Rakyat kebanyakan pada umumnya di
Allah akan mengganti ketakutan mereka
Indonesia, terutama mereka yang tinggal di
dengan keamanan” (Wadjdi, dalam
pelosok-pelosok yang jauh dipenjuru tanah air,
Seminar Khilafah Islamiyyah, 2000:21).
melihat
Gelar
khalifah4,
dalam
sejarah
khalifah
“Stambol”
[Istambul,
Utsmaniyah]
masih
kedudukan senantiasa
pemerintahan Islam, mula-mula diterima oleh
sebagai kedudukan seorang raja semua orang
dilaksanakan. Jika dipadukan dengan kata kifayah, maka hukum yang dibebankann berlaku kolektif, artinya, apabila telah ada seseorang atau sekelompok orang yang melakukannya maka gugurlah keajiban itu, begitu sebaliknya. Dalam kasus pengangkatan khalifah, pembebanannya lebih dituju kepada tokoh masyarakat (ahlul halli wal aqdi) yang dianggap berpengaruh dan sanggup bertanggung jawab mewakili mereka. 4 Secara historis, nama besar khalifah memang telah lama memiliki “daya magis” tersendiri dikalangan orang Indonesia. Dalam upaya meningkatkan legitimasi dan aura kekuasaannya, sebagai jalan lain dalam pengakuan
kepada kekhalifahan, para penguasa Islam tidak hanya menggunakan gelar sultan, tetapi juga mengklaim diri sebagai khalifatullah, khalifah Allah atau “wakil Tuhan”. Kitab undang-undang Melaka menyebutkannya sebagai “khalifat almu’minin, zhill Allah fil ardh”, artinya khalifah kaum muslimin, bayangan Tuhan di muka bumi. Perihal yang sama dilakukan juga di Aceh. Mengikuti tradisi ulama sunni dalam memberikan legitimasi kepada penguasa politik, Nuruddin arRaniri, menyebut para penguasa Aceh sebagai zhill Allah fi ‘alam, bayangan Allah di dunia (Azra, 1999:80).
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
mu’min,
yang
kekuasaannya
mungkin
khalifah di Mesir. Agus Salim menjelaskan
agaknya untuk sementara berkurang oleh
hanya Turki negeri
adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi
Ketika Turki terlibat dalam Perang Dunia II
yang masih dan tetap [dipandang] sebagai raja
tidak satupun pemimpin Islam negeri lain
dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir
membantunya. Akibatnya, ketika Turki kalah
bahwa “sultan-sultan yang belum beragama
perang, satu persatu wilayah Turki jatuh ke
mesti tunduk memberikan penghormatannya
pihak
kepada khalifah”. Kalau orang-orang seperti
sekarang (maksudnya tahun 1924), hanya
ini datang ke Makkah, mereka “mempunyai
tinggal di sekitar kawasan Balkan (tepatnya
kesan bahwa kekuasaan bukan Islam hanya
Asia Kecil), yang diperthankan mati-matian;
akan mempunyai arti bila menempatlkan
karena itu Turki merasa kecewa dan keberatan
wakilnya di Istambul (Noer, 1996:34-35).
memikul beban anggaran khilafah yang tidak
Sebagai respon atas undangan Ulama
muslim yang merdeka.
kolonialis
Barat.
Wilayah
Turki
sedikit (Haidar, 1994:55).
Mesir yang akan melaksanakan Kongres Islam
Atas dasar kesepakatan bersama, mereka
Sedunia, kaum peregarakan Islam Indonesia
mengambil keputusan “Hendak membantu
mengadakan sebuah pertemuan khusus di kota
dengan segala kekuatan budi dan tenaganya
Surabaya pada tanggal 4-5 Oktober 1924.5
semua ikhtiar yang menuju maksud akan
Umumnya
pemimpin
Indonesia
mengirimkan utusannya umat Islam di Hindia
menyambut
baik
pengangkatan
Timur, buat menghadiri kongres agama Islam
5
Islam
rencana
Maraknya dukungan nyata umat Islam terhadap pembentukan khilafah ini bisa terbaca dari sebuah cuplikan berita yang dilaporkan Bendera Islam edisi 11 Deesember 1924. Di Cianjur diberitakan tentang adanya pengumpulan masa yang dimaksudkan untuk memutuskan kesepakatan membantu pergerakan khilafah di Surabaya. Rapat akbar yang diselenggarakan pada tanggal 30 November 1924 itu dihadiri kurang lebih 3000 orang, yang diantaranya terdapat wakil-wakil organisasi pergerakan yang berada di Cianjur yaitu Sarekat Islam Cianjur, perhimpunan Ianah, Mu’awanah, dan perhimpunan Musyawaratul Ulama Cinajur. Selain itu hadir pula utusan dari Sarekat Islam Sukabumi. Rapat itu dipimpin oleh Siswo, seorang tokoh Sarekat Islam Cianjur. Setelah berlangsung pembicaraan yang membahas perihal kepentingan khilafah, kemudian diputuskan bahwa mereka akan membantu pergerakan khilafah di Surabaya dan hendak mengirimkan utusan untuk menghadiri persidangan Luar Biasa Kongres AlIslam di Surabaya dengan mengatasnamakan cabang Komite Khilafah Cianjur.
yang
akan
diadakan
membicarakan
dan
di
Kairo
memutuskan
guna perkara
khilafah Islam” (Bendera Islam, 16 Oktober 1924).
Lalu,
untuk
menindaklanjuti
kesepakatan ini dibentuk sebuah komite yang bernama “Komite Khilafah”. Setelah menukar pikiran dengan panjang lebar maka vergedaring memutuskan: “wajib
mencampuri
pergerakan
(khilafah yang, pen.) akan mengadaklan kongres di Kairo seperti yang tersebut di atas (yang akan diadakan dalam bulan Sya’ban 1343 atau bulan Maret 1925 dimuka ini), dengan seboleh-bolehnya berikhtiar supaya dari negeri kita boleh
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
dikirimkan barang 3 atau 4 orang yang
5. Hadji Noorchasan
dianggap sebagai utusannya umat Islam
6. Hadji Abdullah Hakim
di Hindia Tiimur. Buat menyampaikan
7. Hadji Abdulmannan
maksud ini maka didalam vergedaring-
8. Hadji Brahim
vergedaring itu telah diangkat satu
9. Oerip
komite
bernama
Komite
Khilafah”
10. Raden Achmad
(Bandera Islam, 16 Oktober 1924).
11. Hadji Machsoedi
Komite khilafah merupakan suatu panitia
12. Saleh bin Achmad
kerja yang didalamnya terhimpun aktivis
13. Oemar Hoobis
pergerakan pembaharuan Islam dan tradisi
14. Hadji Djahri
yang sebelumnya sering bertikai. Penyatuan dua faksi pergerakan Islam Indonesia ini
(Bendera Islam, 30 Oktober 1924). Pembentukan
Komite
Khilafah
dimungkinkan karena semuanya mendukung
Kongres
Al-Islam
pembentukan khilafah baru sebagaimana yang
dengan
usaha-usaha
tergambar dalam sidang Kongres Al-Islam III
menggalang persatuan Islam dapat dikatakan
di Surabaya. Komite ini dibentuk oleh
sebagai perumusan kembali wawasan kolektif
anggota-anggota Kongres Al-Islam Hindia
umat dalam kehidupan politik Islam. Wawasan
dan bertugas menetapkan mandat yang akan
politik Islam ini menjadi lebih kongkrit setelah
dibawa utusan serta
pers-pers
mengumpulkan biaya
perjalanan mereka.
Islam
propagandanya
Berikut ini susunan pengurus Komite
Hindia
oleh
dibandingkan
sebelumnya
mulai
untuk
meningkatkan
untuk
menerangkan
pentingnya kedudukan khilafah bagi Islam dan umat Islam. Dengan mempropagandakan arti
Khilafah: BESTUUR
DAN
LEDEN
COMITE
penting khilafah tersebut, umat dirangsang untuk lebih tegas menyatakan sikapnya.
CHILAFAAT Voerzitter
: Wondosoedirdjo
Vice
: Kijai Hadji Abdul Wahab
Secretaris
: 1. Abdul Muthalib Sangadji 2. Simoen Bd.
Penningmeester :
Sech Mohammad Aboed
Alamoedi Leden : 1. Said Idroes Almasjhoer 2. Kijai Hadji Mas Manoer 3. Hadji Hassan Gipo 4. Mansoer Jamani
Sebagaiamana yang dikemukkan oleh para ulama Mesir, dinyatakan bahwa kepetingan khilafah
adalah
menjunjung
tinggi
dan
mengangkat kekuasaan agama Islam beserta umatnya,
maupun
mempersatukan
mempersatukan dan mengumpulkan tali-tali yang mengikat orang Islam bersama (Bendera Islam, 16 Oktober 1924). Tim
kerja
komite
Khilafah
ini
melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
oleh Kongres Al-Islam luar Biasa di Surabaya,
Kongres Al-Islam Hindia. Pendapat yang sama
25-27 Desember 1924, yaitu : pertama,
juga diajukan Komite Kongres al-Islam Hindia
menetapkan
Garut yang menambahkan bahwa cukupah
mandat
utusan,
yang
kedua,
akan
menentukan
dibawa dan
ketiga,
membuat keputusan-keputusan yang dianggap
mereka memberi mandat kepada para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Kairo.
perlu untuk perkara-perkara khilafah (Bendera Islam, 16 Oktober 1924). Akan
tetapi,
Namun, usul-usul itu ditentang. Mansur Jamani mengatakan bahwa kemiskinan rakayat
kalangan
Hindia sangatlah relatif. Kalaulah dikatakan
mendukung rencana tersebut. Surat kabar
mereka miskin, mengapa “saban malam
Sedio Tomo yang dipimpin Abdul Muis
bioskop dan jaarmarket penuh”. Oleh karena
menanggapi lain. Menurutnya umat Islam
itu alasan tersebut tidak bisa dipegang.
Indonesia tidak perlu megirim delegasi ke
Apalagi
Kairo. Soal Khilafah adalah soal agama.
dibandingkan dengan harta. Agama lebih perlu
Kebutuhan
daripada harta kaum muslim. Oleh karena itu
kita
tidak
semua
sekarang soal
ekonomi,
kepentingan
agama
mengenai
kesejahteraan rakyat. Dana keuangan untuk
diperjuangkan
mengirimkan delegasi lebih baik digunakan
“sekalipun sampai jual mas dan dasinya kalau
untuk membangun ekonomi rakyat bagi
perlu“.
kesejahteraan
Muhammadiyah
(Haidar,
1994:56).
biaya
bisa
bagaimana meningkatkan kemakmuran dan
mereka
persoalan
tidak
dengan
Sementara
haruslah
habis-habisan
itu
Fachrodin
dari
mengatakan:”Sekalipun
Pertimbangan soal ekonomi ini juga sempat
dianggap nyamuk, dan orang sana biar tahu
menjadi
rupanya
dikemukakan
pendahuluan seorang
Kongres
peserta,
pada luar
Hassan
pertemuan
biasa. Ali
nyamuk
Hindia.
Islam
tidak
Salah
membeda-bedakan umat dan kepandaian; anak
Sur’ati
Hindia tidak akan kalah dengan anak Kairo
mengatakan bahwa kemajuan rakyat Mesir
dan
lain-lain
negeri
amat jauh berbeda dengan rakyat Indonesia
mempersatukan
fikiran
tentang hal apa saja. Oleh karena itu ia tidak
khalifah” (Bandera Islam, 8 Februari 1925).
setuju jika umat Islam Indonesia mengirimkan
Secara
aklamasi
buat
mengadakan
kongres
mengambil
keputusan
bisa jadi utusan dari mereka sebagai “lalat atau
pergerakan khilafah dengan cara mengirimkan
nyamuk saja”. Disamping tentunya alasan
tiga orang utusan yang harus dianggap sebagai
ongkos yang besar, yang apabila dipergunakan
wakilnya umat Islam Indonesia. Ketika itu
untuk mendirikan madrasah akan lebih baik.
merela
Sebagai
agar
Soerjopranoto (Komisaris Sarekat Islam),
mengirimkan saja mosi ke Kairo atas nama
K.H. Fachroddin (Wakil Ketua Pimpinan
mengusulkan
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
berhasil
melibatkan
untuk
utusan ke Kairo, karena menurut pendapatnya
alternatif, ia
untuk
terutama
memilih
diri
Raden
dalam
Mas
Pusat Muhammadiyah) dan Kyai Haji Abdul
Februari 1925). Dalam pada itu, Bandera
Wahhab (Perserikatan Ta’mirul Masajid).
Islam, yang merupakan surat kabar Sarekat
Diputuskan pula bahwa mereka mendukung
Islam giat menjelaskan kepada umat perihal
didirikannya sebuah majelis khilafah yang
pengertian khilafah.
berkuasa sesuai dengan hukum-hukum Islam.
“Chilafat dalam Islam ertinja pimpinan
Khalifah (kepala Majelis) yang nanti dipilih
di atas orang-orang Islam baik tentang
bertugas
perkara
doenia
maopoen
perkara
Igama
dan
mengatur
pemerintahan
dan
bersama
menjalankan
beberapa
orang
tentang
tidak
boleh
pembantunya. Dan untuk memilih khalifah ini
dipersamakan dengan ke-Pausan dalam
perlu diadakan musyawarah yang hasilnya
Igama Christen. Chilafat bererti satoe
nanti
keradjaan
dipublikasikan
guna
memperoleh
jang
merdika
dengan
pengakuan umat Islam sedunia (Hindia Baroe,
berkoeasa di atas tanah Arab dengan
8 Februari 1925).
mempoenjai kekoeatan jang tjoekoep
“Bangsa kita di Hindia dalam beratoes-
besarnja
ratoes tahun tak tahoe mementingkan
keselamatan dan keamanan di tanah
khalifah, maka kecewalah keislamannja.
Arab dan mendjaga poesat Islam itoe
Sedikit tak ada persatoean, sedikit tak
terbebas daripada segala bahaja dari
ada kemoeliaan. Senantiasa rakjat Islam
dalam negeri dani dari loear negeri.
bangsa kita tertipoe oleh pelbagai
Chalifah pada zaman doeloe haroes
kekhalifahan yang tidak dengan hak
memperlindoengi
khalifah sesoenggoehnja, jang tidak
perbantoeannja, apabila diminta oleh
mengambil poesing perkara keroesakan
lain-lain keradjaan Islam”
dan
kemoendoeran
Islam,
tidak
oentoek
memperlidoengi
dan
memberikan
(Bendera Islam, 27 Juli 1925).
sedikitpoen mengusahakan keselamatan
Chilafat itoe, hai saudarakoe, ialah
dan kemajoean Islam” (Hindia Baru, 15
pangkat kenabian dan Chalifah itoe mendjadi
Januari 1926).
Wakil
Masalah-masalah penting ini merupakan
Rasoeloellah
s.a.
w.
jang
akan
meloeloeskan hokoem Sjari’atnja,jang akan
hak bersama sesama muslim, bukan dominasi
membangoenkan
Soennahnja
bangsa tertentu. “Belum pernah kejadian
mengoempoelkan
kalimah
didalam riwayat
satu
Moeslimin jang mengoeasai akan pendesak,
Kongres Islam Sedunia, hanya baru satu kali
jaitoe moesoeh-moesoeh , dan akan mengoesai
ini. Oleh karena ini hal ada menjadi satu
akan jang keloear, jaitoe jang termasoek
kewajiban umat Islam, maka utusan perlu
golongan
sangat dikirim ke Kairo” (Hindia Baroe, 8
(Bendera islam, 22 Januari 1925).
yang mengadakan
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
orang
monafek
san orang
dan
jang orang
zindik”
Salah satu hasil keputusan Kongres Al-
f.
Biaja Medjlis terseboet haroes terpikoel
Islam Hindia di Surabaya, 27 Desember 1924
oleh oemat Islam ditiap-tiap negeri dan
adalah “Hendaklah berdiri satoe medjlis
keradjaan, dengan menoeroet kekoatannja
Chilafaat, jang melakoekan kekwasaan dan
masing-masing.
kewadjiban
chalifah
dengan
semata-mata
Seperti
tertera
di
menoeroet dan mengingat hoekoem-hoekoem
kedudukan
dan perintah-perintah Islam didalam Qoer’an
memandang bahwa tempat yang paling tepat
dan Hadits (Hindia Baroe, 8 Februari 1925).
untuk dijadikan pusat pemerintahan khilafah
khalifah,
atas, Kongres
mengenai Al-Islam
Berikut di bawah ini keputusan Komite
adalah Makkah, karena kota ini menjadi ajang
Khilafah Kongres Al-Islam tentang persoalan
pertemuan umat Islam setiap tahunnya dalam
Khilafah :
melaksanakan ibadah haji. Kelebihan kota ini
a.
Comite Chilafat menimbang haroeslah
diharapkan bukan saja dimanfaatkan untuk
dalam doenia Islam diadakan satoe
menghormati kota suci dan mengagungkan
Medjlis Chilafat jang terpimpin oleh
agama Islam, tetapi juga dimanfaatkan sebagai
satoe President, dan Presiden itoelah jang
wahana
diberi gelar Chalifah.
mengatakan bahwa kedudukan khalifah itu
Adapoen lid-lid dari Medjlis haroes
mesti di Makkah, sebab Makkah itu “soatoe
terdiri dari wakil-wakil dari Oemat Islam
negerinja orang Islam sedoenia”. Sedangkan
di masing-masing negeri dan keradjaan
apabila khilafah itu berkedudukan bukan di
jang lamanja sopeaja ditentoekan didalam
Makkah, misalnja di Turki atau di Mesir, ia
reglementnja Medjlis Chilafat.
menyangsikan jika mereka akan menganggap
Kekoeasaan Medjlis Chilafat terhadap
kekhalifahan milik umat. Ia menilai bahwa
Islam doenia, apakah haroes di beri
bangsa-bangsa tersebut akan mementingkan
kekoeasaan
oeroesan
keperluan bangsanya sendiri daripada bangsa
Agama dan doenia dengan seloeas-
lain, sekalipun sesama umat Islam. Maka oleh
loeasnja, ataukah hanja diberi kekoeasaan
karena itu, ia menegaskan “Chalifah haroes
boeat mengatoer hal oeroesan Agama
tinggal bertempat di Makkah” (Bendera Islam,
sadja.
30
Presiden Medjlis Chilafat itoe haroes
menyatakan bahwa selain dua kota suci
terpilih oleh wakil-wakil dari oemat Islam
Makkah-Madinah, khalifah adalah milik umat
jang mendjadi lidnja Medjlis terseboet.
Islam sedunia. Dan hak ini pada umumnya
Tempat kedoedoekan Chilafat terseboet
tidak diketahui selama beratus-ratus tahun
haroeslah ada di keradjaan Islam jang
oleh bangsa Indonesia. Padahal keberadaan
merdeka, jaitoe di Mekkah.
khalifah itu bukan semata-mata untuk umat
b.
c.
d.
e.
mengatoer
hal
konsolidasi
Oktober,
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
1924).
umat.
Fachruddin
Tjokroaminoto,
Islam di Jazirah Arab, tetapi juga bagi umat
perkara lainnya (Bandera Islam 22 Janurai
Islam
oleh
1925). Sebagaimana telah dijelaskan, artikel
Tjokroaminoto bahwa khalifah merupakan hak
yang ditulis redaktur Bandera Islam yang
bersama sesama muslim dan bukan dominasi
notabene aktivis Sarekat Islam menyatakan
bangsa tertentu (Hindia Baroe, 9 Februari
bahwa:
Indonesia.
Ditegaskan
pula
“ Meski perkoempoelan Islam dalam
1926). “Oleh karenanja, maka Chilafat itoe
masa ini toemboehnja sebagai jamoer,
adalah satoe perkara jang ta’boleh
tetapi beloem lagi masing-masing maoe
tidak mesti pada kaoem Moeslimin.,
bergandengan tangan, sebaliknja dengan
boekan sadja dari karena hal itoe
adanja
dinjatakan perloenja oleh perkataan-
berhoeboengan
perkataannja Qor’an jan Soetji, tetapi
kepentingan dalam dunia Islam tentang
djoega dari karena sabda Allah telah
oeroesan khalifah moelai berbesar hati
menjeboetkan, bahwa kelembekannja
bisa memboektikan segenap oemmat
Chilafat ada berarti kelembekannja
Islam soedah juga ada itoe perasaan
Igama Islam dan hal jang demikian
boeat mementingkan itoe keperloean”
itoe ada satoe tanda jang terang
(Hindia Baroe, 9 Februari 1926).
menoendjoekkan
Al-Islam dengan
dan adanja
amannja
Akan tetapi, kira-kira sebulan sesudah
doenia
kongres di Surabaya itu, diperoleh kabar dari
siap
Kairo, bahwa kongres Islam Sedunia itu
Chilafat
ditunda karena adanya perang di Jazirah Arab;
Moeslim, maka ialah sebenar-benarnja
sedangkan Mesir sangat sibuk pula dengan
bermaksoed
Islam
pemilihan umumnya.
maka
kongres terpaksa diundurkan ke lain tahun.
tiadalah orang Moeslim bisa merasa
Dalam pada itu di tahun 1924 pula, seorang
dirinja
ia
pemimpin Islam baru yang bernama Ibnu Saud
kebenarannja
mulai melangkahkan kakinya merebut tanah
kaoem
tidak
Congres
Moeslimin
[sebab]…...bahwa beroesaha
dengan
pertjaja
di barang
melembekkan
melembekkan
tjelakanja
aman,
Chilafat,
itoepoen
kepada
kalau
Lantaran itu, maka
perkataan-perkataan dalam Qor’an”
Hijaz
(Bendera Islam, 27 Juli 1925).
Hussein. Satu persatu kota-kota di wilayah itu
Mengutip
pernyataan
Prof
dari
penguasa
sebelumnya
Syarif
Vaswani
dapat dirampasnya. Ditahun 1925 boleh
dalam The Spirit and Struggle of Islam yang
dikatakan ibnu Saud berhasil mempersatukan
tulisannya dimuat secara bersambung di
Jazirah Arab dibawah satu kekuasan. Syarif
Bandera Islam, dikatakan bahwa perkara
Hussein sendiri terpaksa meninggalkan tanah
khilafah itu teramat penting dibandingkan
Hijaz dan memilih tempat pengasingannya
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
yang baru di Pulau Cyprus. Dia digantikan
mengikuti kongres, sehingga kongres di
oleh putranya Syarif Ali. Namun raja ini tidak
Bandung itu hanya memperkuat keputusan
dapat
rapat di Cinajur (Hindia Baroe, 8 dan 12
lagi
mempertahankan
kejatuhan
kerajaannya. Pertahanan yang terakhir adalah pelabuhan
Jedah.
oleh
Pada tanggal 6-7 Februari 1926 di
seterunya lebih dari setahun. Akhirnya Raja
Bandung diadakan Kongres Luar Biasa Al-
Ali terpaksa mengaku kalah dan menerima
Islam. Hindia Baroe edisi 12 Februari 1926
syarat-syarat perdamaian, lalu memilih kota
menyatakan bahwa utusan perserikatan Islam
Baghdad
baru
yang hadir berjumlah 234 dari keseluruhan
dibawah perlindungan adiknya Faisal Raja
suara yang berjumlah 255 organisasi; 21
Irak. Sebelum Jedah jatuh ke tangannya ibnu
organisasi dengan pengiriman kawat telegram
Saud telah mengundang pula para pemikir dan
yang berasal dari Jawa, Borneo (Kalimantan)
pemimpin pergerakan Islam supaya datang
dan Selebes (Sulawesi). Pihak pers yang
menghadiri kongres yang akan diadakan
meliput
ditanah Makkah untuk menentukan kedudukan
Perdamaian, Sri Djojobojo, Bendera Islam,
tanah Hijaz yang telah jatuh ke bawah
Ind. Telegraaf, Kaoem Moeda, Pait, Zaman
kekuasaannya (Hamka, 1950:93). Bersamaan
Baroe, Preanger Bode, Al-Achkaf, Hindia
dengan undangannya itu, ulama-ulama al-
Baroe, Alpena, Si Petahoenan, Het Licht, Sin
Azhar melanjutkan kongres yang teragenda
Bin, dan Bintang Islam. Sedangkan pihak
dahulu, akan membicarakan soal khilafah.
Pemerintah Hindia Belanda diwakili pejabat
menjadi
Jedah
dikepung
Februari 1926).
tempatnya
yang
Undangan dari Ibnu Saud kepada kaum
Kantor
kegiatan ini
Urusan
berasal dari Soeara
Pribumi
(Kantoor
voor
muslimin di Indonesia untuk menghadiri
Inlandsche Zaken), Komisaris Polisi dan
kongres di Makkah selanjutnya dibicarakan di
bawahannya. Massa yang menghadirinya kira-
kongres Al-Islam Keempat di Yogyakarta (21-
kira 1500 orang pada hari pertama kongres
27 Agustus 1925) dan di kongres Al-Islam
dan 2500 orang di hari kedua. Dalam kongres
Kelima di Bandung (6 Februari 1926). Kedua
itu,
kongres
golongan
sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu
pembaharu Islam. Malah sebelum kongres di
‘Alihi wa sallam, tidak sesaat pun umat Islam
Bandung
ragu-ragu
ini
didominasi
oleh
suatu rapat antara organisasi-
Tjokroaminoto
tentang
mengatakan
wajibnya
bahwa
mengangkat
organisasi pembaharu diadakan di Cianjur
seorang khalifah
pada
telah
dalam kepemimpinan. Hampir selama 1300
memutuskan untuk mengirim Tjokroaminoto
tahun lamanja kekhalifahan senantiasa hadir
dan Sarekat Islam dan Kyai Haji Mas Mansur
memimpin umat Islam dengan sedikitnya
dari
menguasai
tanggal
8-10
Muhammadiyah
Januari
ke
1926
Makkah
untuk
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
sebagai pengganti Nabi
Jazirah
Arab.
Dengan
menganalogikan umat Islam sebagai sebuah
Tjokroaminoto dan tokoh Muhammadiyah
badan, ia menyatakan jika umat Islam tidak
Kyai Haji Mas Mansur. Ikut juga H.M. Sujak
memiliki khalifah “seolah-olah badan tidak
sebagai pemimpin “Haji Organisasi Hindia”.
berkepala” (Hindia Baroe, 15 Januari 1926).
Mereka berangkat hari senin tanggal 2 Maret
Tjokroaminoto dalam sambutan kongres
1926. Bertolak menuju Makkah dengan
menjelaskan bahwa jika tidak ada khalifah,
menggunakan Kapal Rondo. Surat Kabar
ruh Islam tidak akan bisa hidup. Hal tersebut
Zaman
ditampakkan pada sejarah sepeninggal Nabi
memberitakan
Muhammad
SAW,
kabar ini menggambarkan bahwa di Kampung
sahabatnya,
gelar
sepeninggal khalifah
sahabat-
edisi
16
Maret
pemberangkatan
1926
ini.
Surat
terus
Baru, Surabaya, tempat kediaman Haji Mas
diwarisakan kepada umat Islam selanjutnya
Mansur sejak jam delapan pagi dipenuhi orang
mampu
dan
yang hendak mengantar kedua utusan. Tepat
ia
jam setengah sembilan pagi, diiringi dengan
mengatur
menghidupkan
Islam.
umat
yang
Baroe
Islam
Selanjutnya
menegaskan
bahwa jabatan
hendaknya
melalui
khalifah
musyawarah.
ini
keluarga
Ia
Pelabuhan
utusan
mereka
Tanjung
berangkat Perak
ke
dengan
mengomentari kasus yang menimpa Syarif
menggunakan auto (mobil) yang dihiasi
Hussein dan anaknya yang dengan sepihak
dengan beberapa bunga-bunga dan bendera-
mengklaim kekhalifahan dan mengakui bahwa
bendera Islam dengan diiringi berpuluh-puluh
Hijaz dan sekitarnya menjadi hak mereka.
mobil pengantarnya. Di Pelabuhan, telah ada
Padahal kenyataannya tempat itu hak dan
satu grup musik dari kepanduan Hizbul
milik umat Islam sedunia. Berlandaskan ide
Wathan, dan secara berbaris dengan membawa
ini, ia mendukung Ibnu Saud, seteru Syarif
bendera Islam yang dikibarkan, trompet dan
Hussein, dalam penguasaan Hijaz karena
tambourin
berinisiatif mengadakan musyawarah untuk
Muhammadiyah dan Al-Irsyad. Ribuan orang
mengatur dua kota suci Makkah-Madinah.
diantara massa yang diantaranya terdapat
Lebih-lebih, Ibnu Saud mengidentifikasikan
orang pengurus Muhammadiyah.
dirinya bukan sebagai pengikut Wahabi, bukan
4.
sebagai raja kepada rakyatnya dan bukan
dibunyikan
oleh
Kepanduan
KESIMPULAN Munculnya pemikiran Pan-Islamisme di
sebagai imam kepada ma’mumnya. Akan
Indonesia
tetapi, ia mengumpulkan segenap umat Islam
hubungan antara umat Islam Indonesia dan
sedunia sebagai muslim biasa (Hindia Baroe,
Timur Tengah. Hubungan tersebut mula-mula
9 Februari 1926).
dilakukan dalam rangka melaksanakan ibadah
Akhirnya diutuslah delegasi ke Makkah. Utusan
Kongres
Al-Islam
adalah
dilatarbelakangi
oleh
adanya
haji. Kira-kira sejak abad ke-17, kegiatan tersebut mengalami perkembangan. Sebagian
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
jama’ah haji memutuskan untuk menetap di
mereka membentuk forum tandingan yang
kota suci guna memperdalam ilmu-ilmu
hendak langsung mengutarakan
agama Islam. Di kota suci, para penuntut ilmu
mereka kepada penguasa Hijaz yang notabene
dan para ulama asal Indonesia berinteraksi
tidak disukai karena berfaham Wahhabi.
dengan komunitas internasional dunia Islam,
Untuk itu, mereka kemudian membentuk
yang
rasa
Komite Merembuk Hijaz. Pada perkembangan
kebersamaan, persaudaraan, dan persatuan
selanjutnya, komite ini melembaga dalam
antar sesama muslim. Perasaan-perasaan ini
sebuah organisasi bernama Nahdlatul Ulama.
semakin menguat ketika Kesultanan Turki
Sementara itu, dampak bagi hubungan antara
Utsmani mengembangkan pergerakan Pan-
Sarekat
Islamismenya di Hindia Belanda.
diperlihatkan dengan adanya pertikaian yang
berpengaruh
pada
lahirnya
Tanggapan Kongres Al-Islam Hindia terhadap persoalan
khilafah
diperlihatkan
Islam
bersumber
dari
dan
usul-usul
Muhammadiyah
persoalan
pribadi
dan
menurunnya peran Sarekat Islam dalam
dalam dua bentuk. Pertama, melibatkan diri
memimpin
dalam
Sementara di satu pihak, Muhammadiyah
pergerakan
khilafah.
Kedua,
mengirimkan utusan ke Kongres Dunia Islam.
pergerakan
Islam
Indonesia.
mengalami perkembangan yang pesat.
Keterlibatan Kongres Al-Islam Hindia dalam pergerakan khilafah dikomunikasikan dan
DAFTAR PUSTAKA
disosialisasikan
kali
Algadri, Hamid. 1984. Islam dan Keturunan
penyelenggaraan Kongres Al-Islam Hindia
Arab Dalam Pemberontakan Melawan
yang diadakan antara tahun 1924 dan 1926 di
Belanda. Bandung : Mizan.
dalam
tiga
Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung. Para
Amelz. 1952. HOS Tjokroaminoto Hidup dan
peserta kongres yang terdiri dari berbagai
Perjuangannya.
organisasi pergerakan Islam memutuskan agar
Bintang.
Jakarta
:
Bulan
kekhalifahan hendaknya dibentuk di Makkah.
Anam, Choirul. 1985. Sejarah Pertumbuhan
Delegasi yang ditunjuk adalah Oemar Said
dan Perkembangan Nahdlatul Ulama.
Tjokroaminoto dan Kyai Haji Mas Mansur.
Solo: Jatayu.
Dampak pergerakan khilafah terhadap hubungan antar kalangan moderen dan tradisi
Arnold, Thomas W. 1981. Sejarah Da’wah Islam. Jakarta: Wijaya.
pada permualaannya sangat positif, karena
Ar-Rais, Dhiya ad-Din. 1985. Islam dan
pihak tradisi bisa menghadiri kembali Kongres
Khilafah Kritik terhadap Buku Khilafah
Al-Islam Hindia di Surabaya. Akan tetapi,
dan Pemerintahan Islam 'Ali AbdurRaziq.
setelah
Terj.
kalangan
modern
mendominasi
persoalan pengiriman utusan ke Makkah,
Afif
Pustaka.
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
Muhammad.
Bandung
:
Azra,
Azyumardi.1996.
Jaringan
Ulama
Timur Tengah. Bandung: Mizan
Rogers, Everett M. dan Floyd Schoemaker. 1981. Memasyarakatkan Ide-ide Baru.
__________..(ed.). 1989. Perspektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta : Yayasan Obor.
Terj. Drs. Abdullah Hanafi. Surabaya: Usaha Nasional.
Benda, Harry J. 1980. Bulan Sabit dan
Shiraishi, Takashi.1999. Zaman Bergerak
Matahari Terbit Islam Indonesia Pada
Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926.
Zaman Pendudukan Jepang. Terj. Daniel
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Dhakidae. Jakarta : Pustaka Jaya. Dhofier,
Zamakhsyari.
Pesantren
Studi
1996.
Suminto, H. Aqib. 1996. Politik Islam Hindia Tradisi
Pandangan
Hidup
Kyai.Jakarta : LP3ES. Gonggong,
Belanda. Jakarta : LP3ES. Tjokroaminoto, H.O.S. 1963. Islam dan Sosialisme. Jakarta: Kerjasama Lembaga
Anhar.
1985.
H.O.S.
Tjokroaminoto. Jakarta: Depdikbud.
Penggali
dan
Penghimpun
Republik Indonesia.
Haidar, M. Ali. 1994. Nahdlatul Ulama dan
Bendera Islam, 16 Oktober 1924.
Islam di Indonesia Pendekatan Fikih
____________, 30 Oktober 1924.
dalam Politik. Jakarta ; Gramedia.
____________, 22 Januari 1925.
Hamka. 1950. Ajahku . Jakarta : Djajamurni.
____________, 8 Februari 1925.
Kamus
____________, 27 Juli 1925.
Besar
Bahasa
Indonesia.
1989.
Jakarta: Balai Pustaka.
____________, 12 Oktober 1925.
Korver, A.P.E. 1985. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil ?. Jakarta : Graffiti Press.
Sejarah pemikiran dan Gerakan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
1900-1942.
Jakarta:
:
LP3ES. Rais,
Amin.
dalam Panji Masyarakat.
___________,9 Januari 1925 ___________, 15 Januari 1926. ___________, 22 Januari 1926.
1996.
Cakrawala
Islam.
Bandung:Mizan.
___________, 8 Februari 1926. ___________, 9 Februari 1926.
Ricklefs, M.C. 1993. Sejarah Indonesia Moderen.
Hamka. 1959. “Said Jamaluddin Al-Afghanl”
Hindia Baroe, 7 Januari 1925
Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam Indonesia
____________, 28 Desember 1925. Bintang Islam, 1927
Nasution, Harun. 1975. Pembaruan dalam
di
Sejarah
Terj.
___________, 12 Februari 1926.
Dharmono
Rahardjo, Dawam, "Ensiklopedi Al-Qur'an :
Hardjowidjono. Yogyakarta : Gadjah
Khalifah", Ulumul Qur’an No. 1 Vol, VI
Mada University Press.
Th. 1995.
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
______________,”Islam
,
Mendayung
di
antara Dua Karang: Sosialisme dan Kapitalisme”. Prisma No. Ekstra 1984. Ridwan, Ahmad Hasan “Pan Islamisme di Indonesia:
Kajian
Atas
Pemikiran
Tjokroaminoto” dalam Al-Tadbir Vol.1, No.2, September 1999, Bandung: Pusat Pengkajian Islam dan Pranata IAIN Sunan Gunung Djati. Soeara Moehammadiyah, Th.VII, 1927. Zaman Baroe, 15 Januari 1926. ___________, 5 Mei 1926. ___________, 1 November 1926.
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015