Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
PEMERATAAN BEBAN KERJA INSPEKSI PERALATAN DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS Muhammad Dheny MJ1) dan Budi Santosa2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Untuk menjamin proses produksi di industri migas berjalan secara berkesinambungan, maka diperlukan peralatan yang handal agar tidak terjadi kerusakan peralatan secara tiba-tiba. Salah satu yang dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan pada peralatan adalah dengan membuat sistem inspeksi yang terencana. Total E&P Indonesie telah membuat sistem database untuk membantu dalam penanganan pekerjaan inspeksi, akan tetapi dalam pelaksanaannya, setiap tahunnya banyak sekali pekerjaan inspeksi yang tidak bisa dilakukan sesuai dengan perencanaan awal, hal ini tentunya mengurangi keandalan dari sistem yang ada, yang pada akhirnya akan membahayakan sistem keamanan dan proses produksi yang sedang berjalan. Penambahan tim sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan, namun sampai saat ini masih banyak pekerjaan inspeksi yang tidak bisa diselesaikan sesuai perencanaan awal, sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan pekerjaan yang semakin bertambah dari hari ke hari. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah alokasi tenaga kerja yang dilakukan manajemen perusahaan saat ini sudah optimum atau belum, yaitu dengan cara pemerataan beban kerja menggunakan metode analisa beban kerja (work load analysis). Dari hasil penelitian akan dapat diketahui alokasi penempatan karyawan yang optimum, sehingga di akhir penelitian bisa ditentukan rekomendasi untuk perencanaan pekerjaan inspeksi peralatan berikutnya. Kata kunci: inspeksi, tenaga kerja, analisa beban kerja PENDAHULUAN Total E&P Indonesie merupakan perusahaan milik Perancis yang merupakan produsen gas terbesar di Indonesia. Untuk menjamin operasinya berjalan secara berkesinambungan, Total E&P Indonesie telah membuat sistem inspeksi peralatan yang berbasis database SAP untuk meminimalisasi kerusakan yang tiba-tiba pada peralatan. Meskipun sudah menggunakan sistem inspeksi yang terencana, namun setiap tahunnya selalu ada pekerjaan inspeksi yang tidak bisa diselesaikan sesuai dengan perencanaan awal, yang pada akhirnya bisa berakibat menurunnya keandalan dari peralatan yang ada. Dari data historikal yang ada, ada indikasi terjadi alokasi tenaga kerja yang tidak seimbang, yang mengakibatkan terjadinya penumpukan pekerjaan pada suatu bagian, yang dikenal dengan istilah “bottlenecking”. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk membuat perencanaan yang lebih baik di tahun mendatang dengan menentukan alokasi optimum dari tenaga kerja yang terlibat pada pekerjaan inspeksi melalui pemerataan beban kerja dengan menggunakan metode analisa beban kerja (work analysis method). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab permasalahan “bottlenecking” yang terjadi dalam proses pekerjaan ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
inspeksi peralatan, sekaligus untuk memperbaiki kinerja pekerjaan inspeksi dengan menentukan jumlah dan alokasi tenaga kerja yang optimal dengan menggunakan metode analisa beban kerja (work analysis method).. Mengingat permasalahan ini cukup kompleks, maka dalam pembahasan dan penyelesaian masalah ini perlu adanya batasan masalah sebagai berikut: Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan departemen inspeksi, perusahaan Total E&P Indonesie untuk durasi 1 Februari 2014 – 31 Mei 2014. Inspeksi peralatan hanya dibatasi pada peralatan yang berada dibawah tanggung jawab Departemen Inspeksi, yaitu berupa peralatan statis seperti bejana tekan, pipa, struktur, dan lain-lain. Inspeksi peralatan berputar (rotating) tidak termasuk dalam penelitian ini. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Waktu kerja diasumsikan selalu normal dalam satu minggu, yaitu 5 hari kerja untuk tenaga kerja di Balikpapan, dan 7 hari kerja untuk tenaga kerja di area lapangan produksi. Jumlah tenaga kerja yang tersedia diasumsikan selalu sama untuk setiap harinya. Data kecepatan kerja setiap bagian pekerjaan tidak tergantung pada pekerjaan orang lain.
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
METODE Penelitian ini secara garis besar terdiri atas enam tahap, sebagai berikut: Tahap Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Tahapan ini merupakan tahapan paling awal dalam proses penelitian ini, dengan membuat suatu perumusan masalah berdasarkan dari hasil kajian sistem yang sudah ada dalam perusahaan yang diamati. Perumusan masalah sangat penting untuk dilakukan agar penelitian yang dilakukan bisa lebih terfokus. Dari perumusan masalah yang dibuat maka bisa ditentukan tujuan dari penelitian, yaitu untuk menemukan solusi dari permasalah yang diteliti. Tahap Studi Pustaka Tahapan ini berguna untuk memberikan referensi terhadap penelitian yang dilakukan, dengan meninjau semua literatur, seperti buku, artikel, tesis, hand out, jurnal, dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan konsep analisa beban kerja (work load analysis). Tahap Pengumpulan Data Data yang akan dianalisa pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang sudah ada sebelumnya di perusahaan Total E&P Indonesie yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data tersebut, penyusun akan mengadakan pengambilan data secara langsung di lapangan produksi terkait, dengan melakukan akses melalui komputer server perusahaan. Data-data tersebut antara lain: a. Data jumlah tenaga kerja yang terlibat. b. Data jumlah pekerjaan (work order), yaitu data mingguan jumlah pekerjaan yang muncul. c. Data kecepatan produksi tenaga kerja setiap bulan, yaitu data aktual mengenai banyaknya pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja yang ada. Tahap Verifikasi Data Dalam penelitian ini, data yang diambil merupakan data softcopy yang ada di dalam komputer server perusahaan, sehinggga harus dilakukan verifikasi terlebih dahulu untuk menjamin keakuratan data. Verifikasi data dilakukan dengan cara:
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-2
Commented [J1]: Terlalu menjorok ke dalam , mungkin lbh baik dibuat sejajar dengan baris atasnya tetapi pakai penomoran a,b,…
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
a. Melakukan pengecekan ke lapangan produksi untuk mengetahui bagaimana pengambilan data tersebut dilakukan. b. Melakukan pengecekan kesesuaian antara dokumen hardcopy di lapangan produksi dengan data softcopy di komputer server perusahaan. Tahap Analisa Data Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengolah dan menganalisa data, yaitu dengan memasukkan data-data yang ada ke dalam formula-formula yang berkaitan dengan metode analisa beban kerja. Tahap Diskusi dan Pembahasan Hasil penelitian akan didiskusikan dengan tim penguji untuk pengesahan terhadap penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil diskusi dan pembahasan, diperoleh kesimpulan dan saran, sebagai masukan dan rekomendasi bagi perusahaan dan peneliti selanjutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pekerjaan inspeksi yang diteliti merupakan urutan-urutan proses mulai dari awal proses (melakukan inspeksi fisik yang dilakukan inspektur) sampai akhir proses (membuat suatu laporan rekomendasi mengenai kondisi peralatan). Proses pekerjaan inspeksi ini dilakukan secara rutin setiap hari di 6 (enam) lapangan produksi, yaitu North Processing Unit (NPU), South Processing Unit (SPU), Central Processing Unit (CPU), Central Processing Area (BKP), Bekapai Area (CPA), dan Senipah-Peciko-South Mahakam Area (SPS). Adapun struktur organisasi untuk menggambarkan tenaga kerja yang terlibat bisa dilihat pada gambar berikut: Lokasi Kerja : Kantor Balikpapan Kepala Departemen
Kepala Bagian Operasi
Koordinator Area Lapangan Produksi Utara
Koordinator Area Lapangan Produksi Selatan
Tenaga Ahli Inspeksi Area NPU
Tenaga Ahli Inspeksi Area SPU
Tenaga Ahli Inspeksi Area CPU
Tenaga Ahli Inspeksi Area BKP
Tenaga Ahli Inspeksi Area CPA
Tenaga Ahli Inspeksi Area SPS
Tenaga Pengawas Area NPU
Tenaga Pengawas Area SPU
Tenaga Pengawas Area CPU
Tenaga Pengawas Area BKP
Tenaga Pengawas Area CPA
Tenaga Pengawas Area SPS
Inspektur area NPU 5 tim
Inspektur area SPU 7 tim
Inspektur area CPU 3 tim
Inspektur area BKP 2 tim
Inspektur area CPA 7 tim
Inspektur area SPS 6 tim
Lokasi Kerja : Lapangan Produksi
Gambar 1 Struktur Organisasi Departemen Inspeksi
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Adapun untuk urutan proses pekerjaan inspeksi serta lokasi pekerjaan bisa dilihat pada gambar berikut: Inspektur
Inspeksi Fisik
Pengawas Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
Tenaga Ahli
Teknisi P
Pembuatan Rekomendasi
Penjadwalan Pekerjaan
Lapangan Produksi
Koordinator Persetujuan Laporan
Teknisi S Pemasukan data ke sistem
Kantor Balikpapan
Gambar 2 Lokasi dan Alokasi Pekerjaan
Data Kecepatan Produksi Data ini diperoleh dari data harian tenaga kerja inspeksi yang terlibat. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan kecepatan produksi rata-rata dan output untuk masingmasing lapangan produksi, sesuai alokasi pekerjaan pada Gambar 2 Lokasi dan Alokasi Pekerjaan. Tabel 1 Data Kecepatan Produksi Lapangan produksi (Area) BKP HDL SPS SPU NPU CPU
Input per Bulan 12 68 52 78 59 27
Kecepatan Produksi Rata-Rata per Bulan Inspektur
Tenaga Pengawas
Tenaga Ahli
23 90 22.25 83.5 85.25 32
24.75 88 103.25 73.2 75.25 34.75
16.25 45 5.25 22.25 23 27.25
Teknisi Perencanaan
Koordinator Area
66.5
66.5
72.5
72.5
Teknisi SAP
Output per Bulan
16.25 45 5.25 22.25 23 27.25
12 45 5 22 23 27
Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi kasus “bottlenecking” di bagian tenaga kerja tenaga ahli, yang mengakibatkan jumlah output tergantung pada kecepatan produksi dari tenaga ahli. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa permasalahan sebagai berikut, yaitu: 1. Kecepatan produksi yang tidak seimbang untuk tiap-tiap proses pekerjaan. 2. Jumlah beban kerja yang tidak seimbang, dimana untuk jumlah tim inspektur yang bervariasi di lapangan tidak diimbangi dengan jumlah tenaga ahli yang proporsional. Penentuan Waktu Kerja Waktu kerja untuk kantor di Balikpapan menggunakan sistem 5 hari kerja per minggu, sehingga jumlah waktu kerja normal di balikpapan adalah 252 hari kerja per tahun. Waktu kerja di lapangan produksi berjumlah 365 hari per tahun karena menggunakan sistem back-toback, sehingga di lapangan produksi tidak pernah ada kekosongan hari kerja. Penentuan Waktu Penyelesaian Pekerjaan Dari data kecepatan produksi yang diperoleh, maka kita bisa mendapatkan total waktu yang digunakan untuk menyelesaikan semua target pekerjaan dalam setahun, yaitu dengan cara membagi total beban kerja (target kerja) dengan kecepatan produksi tenaga kerja.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Penentuan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Menurut Wakui (2000), aktivitas yang dilakukan oleh tiap jabatan dalam rangka melaksanakan tugasnyam akan memberikan suatu beban kerja pada jabatan tersebut, sehingga perhitungan beban kerja (Work Load) dapat diformulasikan sebagai berikut : Total waktu aktivitas Waktu longgar Beban Kerja = (1) Total waktu tersedia Perhitungan beban kerja bisa dihitung dengan persamaan di atas. Untuk waktu longar (allowance), tidak akan dipertimbangkan lagi, karena nilai kecepatan produksi yang diperoleh sudah merupakan data aktual yang sudah mempehitungkan semua waktu longgar dan waktu non produktif. Hasil perhitungan jumlah tenaga kerja yang diperlukan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Analisa Beban Kerja T e na ga Ke rja Inspe ksi Tim Inspektur BKP Tim Inspektur HDL Tim Inspektur SPS Tim Inspektur SPU Tim Inspektur NPU Tim Inspektur CPU Jumla h T e na ga Ke rja Tenaga Pengawas BKP Tenaga Pengawas HDL Tenaga Pengawas SPS Tenaga Pengawas SPU Tenaga Pengawas NPU Tenaga Pengawas CPU Jumla h T e na ga Ke rja Tenaga Ahli BKP Tenaga Ahli HDL Tenaga Ahli SPS Tenaga Ahli SPU Tenaga Ahli NPU Tenaga Ahli CPU Jumla h T e na ga Ke rja Teknisi Perencanaan (Fame+) Area Utara Teknisi Perencanaan (Fame+) Area Selatan Jumla h T e na ga Ke rja Koordinator Tenaga Ahli Area Utara Koordinator Tenaga Ahli Area Selatan Jumla h T e na ga Ke rja Teknisi SAP BKP Teknisi SAP HDL Teknisi SAP SPS Teknisi SAP SPU Teknisi SAP NPU Teknisi SAP CPU Jumla h T e na ga Ke rja
T a rge t Be ba n Ke ce pa ta n Pe r Ke rja Produksi Bula n Se ta hun Pe r Bula n
Ke ce pa ta n Produksi Pe r T im a ta u Pe r Ora ng
T ota l W a ktu Aktivita s (Bula n)
Jumla h H a ri Ke rja D a la m Se ta hun (H a ri)
Be ba n Ke rja
12.5217391 375.652174 63.4666667 1904 168.269663 5048.08989 78.4670659 2354.01198 41.5249267 1245.7478 30.375 911.25
365 365 365 365 365 365
1.029184 5.2164384 13.830383 6.4493479 3.4130077 2.4965753
T ota l W a ktu Aktivita s (H a ri)
Aktua l Jumla h T e na ga Ke rja
H a sil Ka lkula si
2 7 6 7 5 3 30 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6
2 6 14 7 4 3 36 1 1 1 1 1 1 6 1 2 11 4 3 1 22
12 68 52 78 59 27
144 816 624 936 708 324
23 90 22.25 83.5 85.25 32
11.5 12.85714286 3.708333333 11.92857143 17.05 10.66666667
12 68 52 78 59 27
144 816 624 936 708 324
24.75 88 103.25 73.2 75.25 34.75
24.75 88 103.25 73.2 75.25 34.75
5.81818182 9.27272727 6.04358354 12.7868852 9.40863787 9.32374101
174.545455 278.181818 181.307506 383.606557 282.259136 279.71223
365 365 365 365 365 365
0.4782067 0.762142 0.4967329 1.0509769 0.7733127 0.7663349
12 68 52 78 59 27
144 816 624 936 708 324
16.25 45 5.25 22.25 23 27.25
16.25 45 5.25 22.25 23 27.25
8.86153846 18.1333333 118.857143 42.0674157 30.7826087 11.8899083
186.092308 398.933333 2614.85714 925.483146 677.217391 261.577982
252 252 252 252 252 252
0.7384615 1.5830688 10.376417 3.6725522 2.6873706 1.0380079
132
1584
66.5
66.5
23.8195489 500.210526
252
1.9849624
1
2
164
1968
72.5
72.5
27.1448276 570.041379
252
2.262069
1 2
3 5
132
1584
66.5
66.5
23.8195489 500.210526
252
1.9849624
1
2
323
3876
72.5
72.5
53.462069
1710.78621
252
6.7888342
12 68 52 78 59 27
144 816 624 936 708 324
16.25 45 5.25 22.25 23 27.25
16.25 45 5.25 22.25 23 27.25
8.86153846 186.092308 18.1333333 380.8 118.857143 2496 42.0674157 883.41573 30.7826087 646.434783 11.8899083 249.688073
252 252 252 252 252 252
0.7384615 1.5111111 9.9047619 3.505618 2.5652174 0.9908257
1 2 1 1 1 1 1 1 6
7 9 1 2 10 4 3 1 21
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat jelas sekali bahwa kondisi saat ini Departemen Inspeksi mengalami kondisi kekurangan tenaga kerja, namun perlu ada verifikasi ke lapangan produksi untuk mengetahui kondisi aktual. Dari tabel di atas, beberapa kasus perlu dikaji lebih detil, agar penelitian ini bisa memberikan hasil yang cukup presisi melalui analisa kasus berikut: Kasus Tim Inspektur Tenaga Inspektur SPS mempunyai kecepatan produksi paling rendah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan fakta bahwa jumlah Inspektur yang bekerja di SPS jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan lokasi lain. Setelah diverifikasi di lapangan, ternyata strategi di SPS menggunakan strategi pengelompokan pekerjaan, di mana bagian pekerjaan di ketinggian ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
yang membutuhkan alat tambahan dilaksanakan pada waktu berbeda. Akibatnya seolah-olah hanya sedikit pekerjaan yang sudah diselesaikan, karena untuk bagian tertentu memang sengaja tidak diselesaikan dengan alasan untuk efisiensi. Namun bila melihat data tahun lalu, tim Inspeksi SPS bisa memenuhi target yang diharapkan, sehingga bisa disimpulkan bahwa tim Inspeksi SPS saat ini sudah cukup dan tidak perlu lagi untuk ditambah. Kasus Tenaga Pengawas Dari data tenaga pengawas di SPU, terlihat bahwa kecepatan produksinya tidak memenuhi target, khususnya di bulan April dan Mei 2014, merujuk pada Error! Reference source not found.. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa di periode itu terjadi kekosongan karena salah satu tenaga pengawas di SPU telah mengundurkan diri dari perusahaan, sehingga untuk mengisi kekosongan, kepala bagian operasi menugaskan tenaga ahli di SPU dan NPU untuk mengisi kekosongan secara bergantian. Selama periode ini, kecepatan produksi tenaga ahli di SPU dan NPU sangat jauh menurun. Kasus Tenaga Ahli Inspeksi Untuk tenaga ahli inspeksi, yang paling menjadi sorotan adalah kecepatan produksi tim SPS yang sangat rendah, yang disebabkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan lain, yaitu sertifikasi peralatan. Untuk kasus tenaga ahli NPU dan SPU yang tidak memenuhi target, sudah dijelaskan pada kasus di atas. Penyusun merekomendasikan untuk melakukan standarisasi kemampuan tenaga ahli yang ada dengan merujuk pada tenaga ahli inspeksi di CPA, yang mempunyai kecepatan produksi paling tinggi, yaitu 45 pekerjaan (work order) per bulan. Program pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi. Selain itu juga perlu ada penggabungan beban kerja dengan kombinasi jumlah tenaga kerja yang paling optimum. Kasus Teknisi Perencanaan Dilihat dari tabel kecepatan produksi, penyusun mengalami kesulitan dalam menentukan kecepatan produksi aktual mereka, karena sejauh ini kecepatan produksi mereka tergantung pada hasil pekerjaan dari tenaga ahli inspeksi. Hal ini tentunya perlu dikaji pada peneliatian yang akan datang. Namun dari hasil wawancara, satu orang teknisi perencanaan bisa melakukan pekerjaan sebanyak 36 laporan per minggu. Kasus Koordinator Tenaga Ahli Sama seperti kasus sebelumnya di atas, bila dilihat dari tabel kecepatan produksi, penyusun mengalami kesulitan dalam menentukan kecepatan produksi aktual mereka, karena sejauh ini kecepatan produksi mereka tergantung pada hasil pekerjaan dari teknisi perencanaan. Dari wawancara yang dilakukan, dalam kurun waktu seminggu, satu orang tenaga koordinator bisa melakukan validasi sebanyak 60 laporan per minggu. Dilihat dari beban kerjanya, penyusun merekomendasikan untuk dilakukan penggabungan beban kerja. Kasus Teknisi SAP Hal yang sama terjadi untuk pekerjaan ini dimana penyusun mengalami kesulitan dalam menentukan kecepatan produksi aktual mereka, karena kecepatan produksi mereka tergantung pada hasil pekerjaan dari koordinator tenaga ahli. Saat wawancara, mereka menginformasikan bisa melakukan sampai 15 laporan per minggu. Saat ini teknisi SAP ditugaskan berdasarkan area kerja, namun bila dilakukan penggabungan pekerjaan maka kebutuhan tenaga kerja bisa berkurang. Berikut adalah tabel analisa perhitungan berdasarkan rekomendasi di atas:
Tabel 3 Analisa Beban Kerja ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
T e na ga Ke rja Inspe ksi Tim Inspektur BKP Tim Inspektur HDL Tim Inspektur SPS Tim Inspektur SPU Tim Inspektur NPU Tim Inspektur CPU Jumla h T e na ga Ke rja Tenaga Pengawas BKP Tenaga Pengawas HDL Tenaga Pengawas SPS Tenaga Pengawas SPU Tenaga Pengawas NPU Tenaga Pengawas CPU Jumla h T e na ga Ke rja Tenaga Ahli BKP Tenaga Ahli HDL Tenaga Ahli SPS Tenaga Ahli SPU Tenaga Ahli NPU Tenaga Ahli CPU Jumla h T e na ga Ke rja Teknisi Perencanaan Teknisi Perencanaan Jumla h T e na ga Ke rja Koordinator Tenaga Ahli Koordinator Tenaga Ahli Jumla h T e na ga Ke rja Teknisi SAP BKP Teknisi SAP HDL Teknisi SAP SPS Teknisi SAP SPU Teknisi SAP NPU Teknisi SAP CPU Jumla h T e na ga Ke rja
Be ba n Ke rja 1.029184 5.2164384 4.3693351 6.4493479 3.4130077 2.4965753 0.4782067 0.762142 0.4967329 1.0509769 0.7733127 0.7663349 0.2666667 1.5111111 1.1555556 1.7333333 1.3111111 0.6 0.9166667 1.1388889 0.55 1.281746 0.2 1.1333333 0.8666667 1.3 0.9833333 0.45
Aktua l Jumla h T e na ga Ke rja 2 7 6 7 5 3 30 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 6
Jumla h T ota l T e na ga Ke rja
H a sil Be ba n R e kome nda si Pe rhitunga n Ke rja Jumla h Awa l Ga bunga n T e na ga Ke rja 1 6 14 7 4 3 35 1 1 1 2 1 1 7 1 2 2 2 2 1 10 1 2 3 1 2 3 1 1 1 2 1 1 7
-
1 6 6 7 4 3 27 1 1 1 1 1 1 6
2.93333333 3.64444444
Ke te ra nga n
Tim dinayatakan cukup
Perlu perekrutan
3
Penggabungan beban kerja BKP, HDL, SPS
4
Penggabungan Beban Kerja SPU, NPU, CPU
7 2.05555556
2 2
1.83174603
2 2
4.93333333
5
Penggabungan beban kerja Penggabungan beban kerja
Penggabungan beban kerja
5
52
49
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dengan metode work load analysis, kita bisa melakukan optimisasi tenaga kerja yang ada dengan melakukan pemerataan beban kerja. Dari hasil perhitungan, jumlah tenaga kerja yang terlibat bisa dikurangi untuk mencapai keseimbangan kerja di tiap lini pekerjaan. Analisa Biaya dan Efisiensi Berikut adalah perbandingan biaya inspeksi antara sebelum dan sesudah penelitian: Tabel 4 Tabel Perbandingan Biaya Inspeksi Posisi Tim Inspektur Tenaga Pengawas Tenaga Ahli Koordinator Tenaga Ahli Teknisi Perencanaan Teknisi SAP Posisi Tenaga Inspektur Tenaga Pengawas Tenaga Ahli Koordinator Tenaga Ahli Teknisi Perencanaan Teknisi SAP
Jumlah 30 6 6 2 2 6 Total harga Jumlah 27 6 7 2 2 5 Total harga
Hari Kerja 365 365 252 252 252 252
$ $ $ $ $ $
Unit Harga 275.43 187.93 144.97 195.32 81.46 81.46
Hari Kerja 365 365 252 252 252 252
$ $ $ $ $ $
Unit Harga 275.43 187.93 144.97 195.32 81.46 81.46
Selisih Harga
$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $
Total 3,015,958.50 411,560.03 219,200.56 98,442.16 41,056.28 123,168.83 3,909,386.36 Total 2,714,362.65 411,560.03 255,733.98 98,442.16 41,056.28 102,640.70 3,623,795.80 285,590.56
catatan: asumsi $1 = Rp 11.500,-
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan analisa beban kerja, maka optimasi pekerjaan bisa dilakukan melalui pemerataan beban kerja yang bisa menghemat biaya ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
inspeksi per tahun sebesar $ 285,590.56. Sedangkan dari sisi efisiensi, dengan menggunakan persamaan berikut: Standar Waktu Pekerjaan x 100%
(2)
Efisiensi = Aktual Waktu Pekerjaan maka kita bisa menghitung perbandingan efisiensi saat kondisi sebelum dilakukan penelitian dengan kondisi setelah dilakukan penelitian. Untuk standar waktu pekerjaan, asumsi yang digunakan adalah waktu maksimum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh target, yaitu digunakan waktu 365 hari. Waktu aktual menggunakan estimasi waktu aktual terlama dalam menyelesaikan target, berdasarkan data kecepatan produksi yang ada. Kondisi awal: Kondisi berdasarkan rekomendasi: Efisiensi = (365 / 2.971) x 100% = 12% Efisiensi = (365 / 383) x 100% = 95.1% Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa dengan melakukan pemerataan beban kerja, pengurangan biaya operasional dan efisiensi waktu bisa meningkat secara signifikan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan atas pengamatan dan analisa yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Beban kerja yang tidak merata bisa menyebabkan terjadinya “bottlenecking” yang bisa mengganggu kecepatan produksi, yang pada akhirnya menghambat proses pekerjaan secara keseluruhan. 2. Pemerataan beban kerja bisa dilakukan dengan menggunakan metode analisa beban kerja. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa beban kerja untuk beberapa posisi pekerjaan sangat tidak merata. Melalui proses pemerataan beban kerja dengan cara menggabungkan pekerjaan yang sejenis, maka jumlah tenaga kerja bisa dioptimumkan agar mendapatkan kecepatan produksi yang seimbang. Berikut jumlah tenaga kerja yang direkomendasikan: a. Tenaga inspektur membutuhkan 27 tim, berkurang 3 tim dari kondisi awal yang berjumlah 30 tim. b. Tenaga ahli inspeksi membutuhkan 7 tenaga kerja, bertambah 1 orang dari kondisi awal yang berjumlah 6orang. c. Tenaga teknisi SAP membutuhkan 5 orang tenaga kerja, berkurang 1 orang dari kondisi awal yang berjumlah 6 orang. 3. Dari sisi biaya, hasil penelitian bisa memberikan rekomendasi alokasi tenaga kerja yang optimum, sehingga biaya operasional dalam setahun bisa berkurang sebesar $285,590.50, sedangkan dari sisi efisiensi waktu, efisiensi bisa ditingkatkan sampai 95.1%. Berikut ini saran untuk perbaikan perusahaan dan penelitian di masa mendatang: 1. Job deskripsi untuk semua tenaga kerja harap diperhatikan kembali agar pemerataan beban bisa diaplikasikan. 2. Pengadaaan training untuk semua tenaga kerja yang terlibat sangat penting untuk segera diaplikasikan, agar mereka mempunyai kecepatan dan kompetensi kerja yang sama. 3. Untuk penelitian berikutnya, data kecepatan produksi untuk tim SPS harus dilakukan dalam jangka waktu satu tahun untuk mendapatkan data yang akurat.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
DAFTAR PUSTAKA R.B. Chase, F.R. Jacobs, N.J. Aquilano (2006), Operations Management for Competitive Advantage, Eleventh Edition, Mc Graw Hill. Hartono (2012), Statistik Untuk Penelitian, Edisi Revisi Cetakan VI, Pustaka Pelajar. Sritomo Wignjosoebroto (2006), Pengantar Teknik dan Manajemen Industri, Edisi Pertama Cetakan Kedua, Penerbit Guna Widya. Moses Laksono Singgih, Ellyn Dewita (2008), “Analisa Beban Kerja Karyawan pada Departemen Umum dan Logistik dengan Metode Work Load Analysis di Perusahaan Percetakan”, Proceedings of 2008 National Seminar Teknoin,Yogyakarta. Daniel Straub, Jean Goyet, John D. Sørensen dan Michael H. Faber (2006), “Benefits Of Risk Based Inspection Planning For Offshore Structures”, Proceedings of OMAE’05, 25th International Conference on Offshore Mechanics and Arctic Engineering, June 4-9, 2006, Hamburg, Germany. Helmina K (2012), Analisa Beban Kerja dan Kebutuhan Verifikator Klaim Kontrak di Unit Penyelenggara Jamina Kesehatan Daerah Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012, Tesis Magister, University of Indonesia, Jakarta. Windry Novera (2010), Analisa Beban Kerja dan Kebutuhan Karyawan Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaaan, Tesis S1, Agriculture Institute of Bogor (IPB), Bogor. Wildanur Adawiyah, Anggraini Sukmawati (2013), “Analisis Beban Kerja Sumber Daya Manusia dalam Aktivitas Produksi Komoditi sayuran Selada”, Management and Organization Journal, Vol IV, No. 2, Agustus 2013. Ilyas, Yaslis (2011), Perencanaan SDM RS. Teori, Metoda dan Formula. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI, CV Usaha Prima. Wakui, Tadaaki (2000), Study on Work Load of Matron Under Shift A Special Nursing Home for The Elderly, Journal of Industrial Health, www.niih.go.jp/en/indu_hel/2000pdf/ IH38_36.pdf Herjanto, E. (2007), Manajemen Operasi, Jakarta, Grasindo.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-38-9