PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI PSIKOLOGI KRIMINAL (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh : Nama
: Taufiq Mustakim
Nim
: 030200084
Departemen : Hukum Pidana
Ketua Departemen
Abul Khair, SH., M.Hum 131 842 853
Pembimbing I
Pembimbing II
M. Nuh, SH., M. Hum
Liza Erwina SH., M Hum
130 810 667
131 835 565
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala taufik dan rahmatNya berupa kesehatan, kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tindak Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Aspek Psikologi Kriminal”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dalam berbagai hal terutama dalam hal berupa penyajian, tata bahasa maupun materi muatannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi terciptanya perbaikan di hari mendatang. Pada kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dalam kesempatan ini sangat berterima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, MH, selaku Pembantu Dekan I. 3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II. 4. Bapak M. Husni SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III. 5. Bapak Abul Khair SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Pidana. 6. Bapak M.Nuh selaku Dosen Pembimbing I. 7. Ibu Liza Erwina SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II. 8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH, MH selaku Dosen Wali Penulis. 9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar pada Fakultas Hukum USU Medan yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
10. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta yang sangat melimpah dan selalu ada setiap saat untuk penulis yaitu Ayahanda Surip dan Ibunda Masni. 11. Kepada Abang dan Kakakku Surya, Aripian dan Firma Hafni serta Adikku Sri Anita terima kasih atas segalanya. 12. Kepada teman-temanku semua M. Anwar Tanjung, M.Ayodia Rizaldi, Wulan A. Zega, Zuliana Maro Batubara, Adra Nur Akbar, Nora Amelia, Heny Sekartati, Ahmad Azhari, Ferdiansyah, Rafida Aflah, Fitri Khadijah, Nia Avena Sari, Putri Melina Sari, Rudi Sunardi, Ayu Andanali, Abdul Muluk Lubis, Ari Sembiring, Atria, Wan Yusnizar, Chairunita, Nita, Diegi, Maria, Mimi, Petra, Fita, Saleh, Abdul dan seluruh teman-teman Stambuk 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. 13. Kepada teman-temanku Egi Soesanto, Iwan, Didi, Nanang, Andry, Didit terima kasih atas semuanya dan adik-adik stambuk 2004 Putri, Tyas, Taufik, Ruri dan Zaki. 14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis, berharap skripsi ini berguna bagi kita semua dan pihak-pihak yang membutuhkannya, terima kasih.
Medan 04 Maret 2008
Penulis Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iv ABSTRAKSI………………………………………………………………………...v BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………1 A. Latar Belakang…………………………………………………....1 B. Permasalahan……………………………………………………...4 C. Keaslian Penulisan………………………………………………...5 D. Tujuan Penulisan………………………………………………….5 E. Manfaat Penulisan………………………………………………...6 F. Tinjauan Kepustakaan……………………………………………6 G. Metode Penelitian………………………………………………..27
BAB II
MAZHAB-MAZHAB TENTANG SEBAB-SEBAB KEJAHATAN A. Mazhab-mazhab Tentang Sebab-sebab Kejahatan…………..29 1. Mazhab Sosiologi Menyelenggarakan Statistik Kriminal………..29 2. Mazhab Anthropologi…………………………………………….31 3. Mazhab Lingkungan…………………………………………..….33 4. Mazhab Bio Sosiologi……………………………………………36 5. Mazhab Agama…………………………………………………...38 B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Anak……………………………………...39 1. Faktor Intern……………………………………………………….39 2. Faktor Ekstern……………………………………………………..42
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
BAB III
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PIDANA……………………………………...47 A. Tindak Pidana Dalam KUHP…………………………………..47 1. Kejahatan Terhadap Nyawa Yang Dilakukan Dengan Sengaja…...47 2. Kejahatan Terhadap Nyawa Yang Dilakukan Dengan Tidak Sengaja…………………………………………………………… 54 B. Gejala-Gejala Pembunuhan Dalam Lingkungan Keluarga…..55 1. Keadaan atau Ciri-Ciri Keluarga Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Anak……………………………………………………..59 2. Modus Operandi Pembunuhan Terhadap Anak…………………...61
BAB IV
KASUS DAN UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN TERHADAP ANAK…………………64 A. Kasus dan Analisa Kasus……………………………………….64 1. Kasus……………………………………………………..………64 2. Analisa Kasus…………………………………………………….69 B. UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK……………………….73 1. Upaya Preventif……………………………………………………74 2. Upaya Represif…………………………………………………….77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………..81 A. Kesimpulan……...………………………………………………81 B. Saran…………………………………………………………….82
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….83 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulis yang telah dididik dan berkesempatan mendalami pengetahuan dibidang Ilmu Hukum serta mendalami pula Jurusan Hukum Pidana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Melihat bahwa dewasa ini masalah kejahatan terhadap jiwa manusia semakin meningkat, dengan demikian langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan rasa ketakutan dan ketidakamanan dimasyarakat yang sekaligus hambatan dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman dan tenteram. Sejak pertama kali manusia ada kejahatan yang pertama kali dibuat oleh manusia adalah pembunuhan (pembunuhan itu terjadi antara Kain dan Habel). Sejak peristiwa itu kejahatanpun semakin berkembang dan beranekaragam yang hampir tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia itu sendiri dan hampir terjadi diseluruh tempat didunia. Kenyataan ini dapat kita lihat bahwa ditengah-tengah berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kejahatan tersebut meingkat pula kejahatn berupa tindak pidana pembunuhan dikeluarga khususnya pembunuhan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua. Hal ini merupakan indikasi bahwa keamanan serta keselamatan jiwa manusia semakin terdesak dan terancam , untuk itu ada saat untuk mengambil langkah kebijakan dalam upaya mempertahankan eksistensi jiwa manusia yang terancam itu. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dirawat oleh orang tuanya sendiri dan penerus keluarganya dimasa yang akan datang, karena
didalamnya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak merupakan aset bangsa sebagai bagian dari generasi , anak berperan sangat strategis sebagai sukses suatu bangsa akan tetapi haruskah untuk alasan-alasan tertentu seorang anak tersebut dibunuh oleh orang tuanya? Padahal yang seharusnya terjadi bahwa orang tua berkewajiban mengurus, mengayomi anak-anaknya sampai mereka dapat mandiri sendiri. Adapun menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 hak-hak anak yaitu : Pasal 4 Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 5 Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Pasal 6 Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. Pasal 7 (1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. (2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8 Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Pasal 9 (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. (2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. Pasal 10
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. Pasal 11 Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Pasal 12 Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Pasal 13 (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: a. diskriminasi; b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan f. perlakuan salah lainnya. (2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. Pasal 14 Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. Pasal 15 Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b. pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. pelibatan dalam kerusuhan sosial; d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan e. pelibatan dalam peperangan. Pasal 16 (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. (2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. (3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Pasal 17 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk: a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. (2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. Pasal 18 Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya. Pasal 19 Setiap anak berkewajiban untuk: a. menghormati orang tua, wali, dan guru; b. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; c. mencintai tanah air, bangsa, dan negara; d. menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan e. melaksanakan etika dan akhlak yang mulia. Oleh karena itu penulis tidak terlepas dari masyarakat pada umumnya dan anggota keluarga pada khususnya, melihat dan berkesempatan untuk mengungkap tindak pidana pembunuhan yang terjadi ditengah – tengah keluarga dari sudut psikologi kriminal yang belakangan ini makin bertambah menjadi Topik pembahasan dalam
penulisan
skripsi
ini
dan
penulis
mebatasi
diri
terhadap
judul
“PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI PSIKOLOGI KRIMINAL”
B. PERMASALAHAN Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan
skripsi ini adalah
sebagai berikut : 1. Apakah factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak? Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
2. Bagaimanakah upaya-upaya penanggulangan tindak pidana
pembunuhan
terhadap anak? Permasalahan-permasalahan tersebut diatas merupakan kerangka acuan bagi penulis untuk melakukan pembahasan agar terstruktur dan sistematis
C. Keaslian Penulisan Belum ada tulisan yang mengangkat mengenai ”Pembunuhan Yang dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anak ini. Penulisan ini berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan skripsi ini, oleh karena itu skripsi ini merupakan sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan proses menemukan kebenaran ilmiah sehigga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
D. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya Tindak Pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan terhadap anak oleh orang tua.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
E. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Manfaat Secara Teoritis Yaitu penulisan ini dapat menjadi bahan kajian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya mengenai Pembunuhan terhadap anak oleh orang tuanya. Manfaat Secara Praktis Yaitu : 1. Dapat menjadi sumbangsih dan bahan masukan bagi Pemerintah khususnya kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. 2. Sebagai informasi tentang penegakan hukum terhadap pembunuhan oleh orang tua terhadap anak.
F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian anak Anak sebagai bagian generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja
dalam bidang ilmu
pengetahuan, tetapi dapat ditelaah dari sisi pandang sentralistis kehidupan. Seperti, agama, hukum dan sosiologi
yang menjadikan pengertian semakin rasional dan
aktual dalam lingkungan sosial.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pengelompokan pengertian anak, memiliki aspek yang sangat luas. Berbagai makna terhadap anak dapat diterjemahkan untuk mendekati anak secara benar menurut sistem kepentingan agama, hukum, sosial, dari masing-masing bidang. Pengertian anak dari berbagai cabang ilmu akan berbeda-beda secara substansial, fungsi, , makna dan tujuan. Sebagai contoh dalam agama Islam pengertian anak sangat berbeda dengan pengertian anak yang dikemukakan pada bidang disiplin ilmu hukum, sosial, ekonomi, politik dan hankam. Pengertian anak dalam Islam diasosiasikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang dhaif
(lemah) dan
berkedudukan mulia yang keberadaannya melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak Allah SWT. 1 Untuk meletakkan kedudukan anak dalam arti khusus dibentuk dari ketentuanketentuan nilai yang tumbuh dalam lingkungan agama, sosial, ekonomi dan politik dari suatu bangsa secara universal. Pengertian kedudukan anak tersebut terdapat pada hal-hal berikut ini :
a. Pengertian anak dari aspek religius atau agama Pandangan anak dalam pengertian religius akan dibangun sesuai dengan pandangan Islam yang mempermudah untuk melakukan kajian sesuai dengan konsepkonsep Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammmad SAW. Islam memandang pengertian anak sebagai suatu yang mulia kedudukannya. Anak memiliki atau mendapat tempat kedudukan yang istemewa dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadis. Oleh karena itu seorang anak dalam pengertian Islam harus diperlakukan secara manusiawi dan diberi pendidikan, pengajaran dan keterampilan dari akhlak nul-karimah agar anak tersebut
1
Maulana Hasan wadong, 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta, halamn 5-6. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
kelak akan bertanggung jawab dalam mensosialisasikan diri untuk
memenuhi
kebutuhan hidup dari masa depan yang kondusif. Masalah anak dalam pandangan AlQur’an
menjadi tanggungan kedua orang tua seperti ditegaskan oleh Nabi
Muhammad SAW. Kedudukan anak dalam pengertian Islam yaitu anak adalah titipan Allah SWT kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara sebagai pewaris dari ajaran Islam yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lil alamin. Pengertian ini memberikan hak atau melahirkan hak anak yang harus diakui, diyakini dan diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Pengertian anak dalam aspek sosiologis Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan anak sebagai makhluk sosial ciptaan Allah SWT yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masayarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan pada kemampuan untuk menerjemahkan ilmu dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala yang lebih rendah. Pengelompokan pengertian anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan –keterbatasan yang dimiliki oleh sang anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa.
Faktor
keterbatasan kemampuan dikarenakan anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum dewasa disebabkan Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan atau mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa.
c. Pengertian anak dalam aspek ekonomi Dalam pengertian ekonomi, status seorang anak sering dikelompokkan pada golongan yang non produktif. Jika terdapat kemampuan ekonomi yang persuasif dalam kelompok anak, kemampuan tersebut dikarenakan anak
mengalami
transformasi finansial yang disebabkan dari terjadinya interaksi dalam lingkungan keluarga
yang
berdasarkan
nilai kemanusiaan.
Kenyataan-kenyataan
dalam
masyarakat sering mengeksploitasi anak-anak melakukan kegiatan ekonomi atau kegitan produktifitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi. Kedudukan pengertian anak dalam bidang ekonomi, adalah elemen ynag mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak kedalam suatu konsep normatif , agar status
anak tidak menjadi korban dari ketidakmampuan ekonomi keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Akan tetapi kesejahteraan anak diperoleh baik dari faktor internal yang berasal dari anak itu sendiri maupun faktor eksternal dari keluarga anak itu. Kelompok pengertian anak dalam bidang ekonomi mengarah pada konsepsi kesejahteraan anak yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak yang menempatkan kedudukan kesejahteraan anak sebagai “hak asasi anak yang harus diusahakan bersama”. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam
kandungan,
perlindungan
terhadap
lingkungan
hidup
yang
dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang tidak wajar . Selanjutnya Konsepsi kesejahteraan anak yang ditetapkan oleh UU No. 4 Tahun 1979 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
tentang kesejahteraan anak termasuk didalam klasifikasi menafkahkan anak, mendidik untuk melakukan kegiatan berproduktifitas yang wajar, sehat dan tidak bertentangan dengan hak asasi anak.
d. Pengertian anak aspek Politik Eliminasi kegiatan politik semakin menjelajahi dimensi usia dari warga masyarakat. Meluasnya kehidupan politik yang semakin membangkitkan kekuatan kelompok-kelompok sosial yang berusia muda untuk berpartisipasi secara terbuka. Meskipun berbagai ketentuan Undang-Undang atau peraturan lain telah memberikan pengertiannya tentang anak sebagai wujud untuk mengukur kemampuan berpolitik. Dalam kenyataan partisipasi sosial anak dalam bidang politik, partisipasi anak semakin menunjukan tranpolitik yang kondusif. Meletakkan kedudukan anak dalam pengertian anak, sangat sulit untuk dijabarkan melalui pola ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada esensi yang mendasar pada kelompok anak yang kemudian dijadikan subjek dalam diplomasi politik. Kebijaksanaan politik muncul dengan menonjolkan suara-suara yang mengaspirasikan status anak dan cita-cita untuk memperbaiki anak-anak Indonesia dari kepentingan politik partai dari pemerintah. Partisipasi anak-anak dalam bidang politik partai sangat begitu tinggi, keterlibatan status sosial politik ini meletakkan posisi anak semakin strategis dalam kebijaksanaan bangsa dan Negara. 2 e. Pengertian anak dalam aspek hukum Pengertian anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian kedudukan anak dari pandangan sistem hukum atau disebut kedudukan dalam arti khusus sebagai 2
Ibid, halaman 9-14.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
subjek hukum. Kedudukan anak dalam artian dimaksud meliputi pengelompokan kedalam subsistem dari pengertian ebagai berikut :
1) Pengertian anak Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pengertian anak yang ditetapkan menurut UUD 1945 terdapat dalam kebijaksanaan Pasal 34 UUD 1945 yang menyebutkan : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara” Mengandung
kekhususan bagi pengelompokan anak-anak terlantar dan
kemudian dijadikan objek pembangunan, pembinaan, pemeliharaan dengan tujuan anak-anak tersebut akan dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan. Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan makna status anak dalam bidang politik karena menjadi essensi dasar kedudukan anak dalam pengertian yaitu anak adalah sebagai subjek hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk kesejahteraan anak. Pengertian anak menurut UUD 1945 dan pengertian politik melahirkan ataupun menonjolkan halhal yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan Negara. Masyarakat dan pemerintah adalah pihak yang lebih bertanggung jawab terhadap masalah sosial yuridis politik yang ada pada anak. Pengertian anak menurut UUD 1945 oleh Irma Setyowati Soemitro, SH, dijabarkan sebagai berikut : “Ketentuan undang-undang Dasar 1945 ditegaskan pengaturan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak, yang berarti makna (pengertian tentang anak) yaitu seseorang harus memperoleh hakhak yang kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
perkembangan wajar baik secara rohaniah , jasmaniah maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial”. 3 Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik sewaktu dalam kandungan maupun dilahirkan. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dengan wajar.
2) Pengertian Anak Menurut Hukum Perdata Pengertian anak menurut hukum Perdata dibangun dari beberapa aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai seorang subjek hukum yang tidak mampu. Aspek-aspek tersebut sebagai berikut : a) Status belum dewasa b) Hak-hak dalam Hukum Perdata Pengertian anak disini disebutkan dengan istilah “belum dewasa” dan mereka yang berada dalam pengasuhan orang tua dan perwalian. Ad.2.1 Pengertian Anak Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Pasal 330 BW berbunyi : Ayat
1: memuat batas antara belum dewasa (minderjerigheid) dengan telah dewasa (meerderjarigheid) yaitu 21 tahun kecuali : - Anak itu sudah kawin sebelum berumur 21 tahun - Pendewasaan (venia aetetis pasal 419)
Ayat
2: menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadi pada seseorang sebelum berusia 21 tahun, tidak mempunyai pengaruh terhadap status kedewasaannya.
3
Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta Halaman 16. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Ayat
3: menyebutkan bahwa seseorang yang belum dewasa yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua akan berada dibawah perwalian.
Ad 2.2 Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak secara langsung mengatur tentang masalah ukuran kapan seseorang digolongkan anak, tetapi secara tersirat tercantum dalam pasal 6 ayat (2) yang berbunyi : “Untuk melangsungkan Perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mandapat izin kedua orang tua”. Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 memuat batas minimum usia untuk dapat kawin bagi pria adalah 19 tahun, sedangkan bagi wanita adalah 16 tahun. Menurut Prof. H. Hilman Hadikusuma, SH menarik batas antara belum dewasa dan sudah dewasa tidak perlu dipermasalahkan oleh karena pada kenyataannya walaupun orang belum dewasa namun ia telah dapat melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa telah melakukan jual-beli, berdagang dan sebagainya walaupun ia belum wenang kawin. 4 Pasal 47 ayat (1) No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melakukan pernikahan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orang tuanya. Pasal 50 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 berbunyi :”Anak yang belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan
4
Ibid, halaman 18
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
perkawinan yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua berada dibawah kekuasaan wali”. Dari pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Undang-undang tersebut menentukan batas belum dewasa adalah 16 tahun dan 19 tahun.
3). Pengertian anak Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 45 KUHP menyabutkan bahwa :”Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas tahun, hakim boleh : memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya; walinya atau pemeliharannya dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada Pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 414, 417-419, 526, 531, 532 536 dan 540 dan perbuatan itu dilakukannya sebelum lalu dua tahun sesudah keputusan dahulu menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran ini atau sesuatu kejahatan; atau menghukum anak yang tersalah itu”. Jika dilihat dari bunyi pasal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa batas usia anak menurut KUHP adalah 16 tahun. Akan tetapi ketentuan tersebut tidak berlaku lagi sejak dikeluarkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa anak adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk yang masih dalam kandungan. 4) Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Perlindungan anak dalam Undang-Undang ini memiliki makna yang lebih luas dibandingkan Undang-Undang yang ada pada sekarang ini. Pengertian anak dalam Undang-Undang ini diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 point 1 : “Anak adalah
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk yang masih dalam kandungan”. Undang –Undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara, merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindungnya hak-hak anak. Upaya perlindungan anak dilaksanakan sedini mungkin yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan komprehensif Undang-Undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut : a. Non diskriminasi. b. Kepentingan yang terbaik bagi anak. c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan. d. Penghargaan terhadap pendapat anak.
5) Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Didalam Undang-Undang ini memperoleh pengertian bahwa yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Undang-Undang ini memberikan perlindungan terhadap anak, dimana dalam Pasal 68 disebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Sedangkan menurut Pasal 69 adalah sebagai berikut : (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas)
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial. (2) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan : a. izin tertulis dari orang tua atau wali b. perjanjian kerja antara pengusaha denga orang tua atau wali c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah e. keselamatan dan kesehatan kerja f. adanya hubungan kerja yang jelas g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, b, f dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya.
Pasal 71 ayat (2) menyebutkan bahwa anak dapat melakukan pekerjaan untuk bakat dan minatnya. Lebih lanjut disebutkan dalam ayat (2) nya bahwa pengusaha yang mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi syarat : a. dibawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali b. waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari c. kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental. sosial dan waktu sekolah Selanjutnya Pasal 72 mengatur bahwa dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pasal
74
menyebutkan
tentang
pelarangan
terhadap
siapapun
yang
mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk. Adapun yang dimaksud dengan pekerjaan-pekerjaan terburuk itu antara lain : a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya. b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian. c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan atau ; d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui bahwa Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 telah mengatur secara tegas dan jelas tentang hak-hak anak yang perlu dilindungi khususnya sebagai tenaga kerja anak. Akan tetapi pada kenyataannya masih juga dijumpai anak-anak yang bekerja di perusahaanperusahaan dimana hak-hak anak tersebut kurang terlindungi dan bahkan tidak ada perlindungan sama sekali. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan segera mengefektifkan pelaksanaan Undang-Undang ini dalam melindungi hak-hak anak.
2. Psikologi Kriminal sebagai Ilmu Pembantu Kriminologi a. Pengertian Psikologi dan Psikologi Kriminal
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani Psyce = jiwa dan Logos = Ilmu, secara Harfiah Psikologi = Ilmu Jiwa. Pendapat-pendapat sarjana : 1) TH. F. Hoult
Psikologi adalah Suatu disiplin yang secara sistematis
mempelajari perkembangan dan berfungsinya faktor-faktor mental dan emosional manusia. 2) Robert J. Wicks Psikologi adalah suatu ilmu tentang prikelakuan. 3) Gorden Murphy Psikologi adalah suatu ilmu yang menguraikan masalah kemauan serta motif dalam hubungannya dengan perannya mempengaruhi fikiran serta perbuatan manusia. 4) Wood Worth Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas-aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan lingkungan meliput i pengertian motoritis (berjalan, berlari) Pengertian cognitif (melihat, berfikir) dan emosional (bahagia, duka cita). 5) Edwin G. Boring Psikologi adalah Studi tentang Hakikat manusia. 5 Sedangkan Pengertian Psikologi Kriminal adalah sebagai berikut : 1) W. A. Bonger, menggolongkan Psikologi dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti Sempit yaitu mempelajari jiwa penjahat perorangan. Dalam arti luas yaitu meliputi dalam arti sempit dan jiwa segolongan penjahat, terlibatnya langsung atau tidak langsung beserta akibatakibatnya. 6
5
Joko Prakoso, SH, 1986 Peranan Psikologi dalam Pemeriksaan Tersangka pada tahap penyidikan, halaman 113 6 Chainur Arrasyid, 1988, Pengantar Psikologi Kriminal, Medan halaman 2 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
2) W. E. Noach Psikologi Kriminal adalah Ilmu Pengetahuan tentang kejahatan dan penjahat dipandang dari ilmu jiwa yaitu mengenai perorangan dan kelompok/masa (jiwa, tersangka, saksi, pembela, penuntut, hakim, kondisi psikologis,dll). 7
b. Pengertian Kriminologi Pengertian Kriminologi menurut para sarjana adalah : 1) Mr. Paul Mudigdo Mulyono Kriminologi adalah Ilmu pengetahuan yang ditunjang berbagai ilmu membahas kejahatan sebagai masalah manusia. 2) J.
Constant
Kriminologi
adalah
Pengetahuan
empiris
(berdasar
pengalaman) bertujuan menentukan faktor penyebab terjadinya kejahatan dan penjahat dengan memperhatikan faktor-faktor sosiologis, ekonomi dan individual. 3) W. A. Sauer Kriminologi yaitu Ilmu Pengetahuan mengenai sifat jahat pribadi perorangan dan bangsa-bangsa berbudaya. 4) S. Seeling Kriminolgi adalah Ajaran tentang Gejala-gejala konkrit yaitu gejala badaniah dan rohaniah mengenai kejahatan. 5) J. Michael dan M. J Adler Kriminologi adalah segenap informasi mengenai perbuatan dan sifat penjahat, lingkungan dan keadan penjahat sewaktu diperlakukan secara formal atau tidak formal oleh masyarakat.
7
Kartini kartono, 1981, Psycology abnormal, Alumni Bandung.Bandung, halaman 124 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
6) G. A. Word Kriminologi adalah pengetahuan yang diperoleh dari teori dan prraktek mengenai kejahatan dan penjahat serta reaksi kehidupan bersama atas kejahatan dan penjahat. 7) Mr. W. A. Bonger Kriminologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai kejahatan seluas-luasnya yaitu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang menyelidiki sebab-sebab dan gejala kejahatan. 8 Kejahatan atau Crime adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya. Dipandang dari sudut formil (menurut hukum) kejahatan adalah suatu perbuatan yang oleh masyarakat (Negara) diberi pidana. Kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. Kejahatan adalah perbuatan yang anti sosial, oleh Negara ditentang dengan sadar berupa pemberian penderitaan. 9
c. Kejahatan secara sosiologis, juridis dan Psikologis 1) Kejahatan secara sosiologis Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam norma, seperti norma agama, kebiasaan/adat, kesopanan, Kesusilaan dan hukum. Pelanggaran atas norma-norma tersebut dapat diberikan sanksi seperti dikucilkan, diasingkan, dicemooh oleh masyarakat.
8
Ibid, halaman125 W. A. Bonger, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, PT Pembangunan, Jakarta, halaman 25 9
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Paul Mudigdo Mulyono menyatakan kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma yang dirasa merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan. W. A. Bonger juga menyatakan kejahatan adalah perbuatan yang amoral dan asosial yang tidak dikehendaki oleh masyarakat dan harus dihukum. 10 2) Kejahatan secara Juridis Kejahatan secara juridis adalah jenis-jenis kejahatan (perbuatan-perbuatan tertentu dianggap perbuatan jahat) yang sudah definitif diatur dalam Undang-undang. Hal ini sesuai dengan asas legalitas dalam pasal 1 ayat 1 KUHP. Buku ke II mengatur tentang kejahatan dan diluar KUHP (Tindak Pidana Khusus). 3) Kejahatan secara Psikologis Kejahatan secara psikologis artinya sejauh mana pengaruh kejiwaan (psikis) dapat mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku yang menyimpang dalam masyarakat/sosial. a) Motivasi dan Kebutuhan Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. 11 Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi motivasi adalah : -
Kebutuhan pribadi
-
Tujuan dan persepsi kelompok
-
Cara dengan apa kebutuhan dan tujuan tersebut direalisasi
Whiterington menyatakan individu merasakan adanya suatu kebutuhan individu bertindak untuk memenuhi kebutuhan tadi.
10 11
Chainur Arrasyid, Op-Cit, halaman 60 George R. Terry, 1986, Azas-azas Manajemen, halaman 328
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Prof. Dauglas Mc Regor , menyatakan bahwa manusia itu merupakan makhluk yang terus menerus memiliki keinginan-keinginan segera apabila kebutuhan tertentu dipenuhi manusia. Proses tersebut tidak berhenti berkelanjutan sejak lahir hingga kematian. 12 H. Maslow mengemukakan klasifikasi kebutuhan dasar manusia antara lain : Kebutuhan Psikologis keamanan, Affeksi, Penghargaan dan aktualisasi diri. b) Struktur Personality (Struktur Kepribadian) Tingkah laku kriminil memperlihatkan sifat agresif tingkah laku dan jiwa mempunyai hubungan yang erat, maka oleh psikaonalis memegang peranan penting mengungkapkan teka-teki kejahatan (The Enigma Of crime ), contohnya oleh Lombroso mempelajari ciri-ciri biologis dan mengukur tengkorak kepala. Josepp Gall menyatakan ….”Talents and character depend on the function of the brain, and that the brain inturn, moulds the from of the skull”. Bakat dan karakter manusia itu sangat ditentukan oleh otak dan otak memberi bentuk pada tengkorak.13 Menurut Freud Jiwa manusia mempunyai daerah-daerah yang sadar dan tidak sadar. Bagian yang sadar merupakan bagian yang tipis dari irisan gunung es diatas permukaan laut. Bagian yang tidak sadar lebih luas, lebih dalam yang sukar diduga dan dihayati kecuali melakukan analisa jiwa. 14 Proses kejiwaan dibagian tak sadar mempengaruhi perasaan, fikiran dan perbuatan manusia. Kejiwaan manusia dibagi atas : 12
Ibid , Halaman 330 G. W. Bawengan, Op. Cit, halaman 90 14 Syafri yusuf, 1978, Ilmu jiwa Kepemimpinan, halaman 6. 13
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
-
Das es (id)
-
Das ich (ego)
-
Das uber ich (super ego)
Das Es adalah segala sesuatu yang terlupa yang mengendap didalamnya serta terdapat unsur-unsur kejiwaan yang dibawa bersama kelahiran. Misalnya insting atau naluri, contohnya naluri kematian (death instinct) disebut juga naluri pemusnahan. Disamping itu terdapat juga libido yaitu naluri yang bersifat konstruktif. Segala hal yang semula terdapat dalam alam sadar kemudian terlupa dan mengendap dibawah sadar seperti pengalaman hidup, oleh sebab itu perbedaan pengalaman hidup maka nampak perbedaan attitude atau sikap perangai dan karakter. Das ich atau ego merupakan inti dari dari alam sadar, pelaksanaan dari segala dorongan yang dikehendaki das Es, mempunyai prinsip realitas berhubungan dengan dunia luar, bersifat objektif sebagian berfungsi sadar berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan. Das uber ich atau super ego berfungsi moral, segala norma dan tata kehidupan yang pernah mempengaruhi Das ich atau ego membekas. Das uber ich menjalankan kontrol terhadap Das ich, bagian moral dari jiwa yang dibentuk oleh dunia luar seperti dari orang tua, lingkungan sekolah, sosial budaya, Agama dan sebagainya. Tegasnya berisi Norma-norma etika, moral dan social. Penilaian yang dilakukan contohnya memberi teguran, jangan melakukan, izin untuk melakukan, memberi pujian atau mencela. Jika pujian yang diberikan gejala mukanya merah padam atau debaran jantung yang diikuti dengan senyuman sebagai tanda perasan bangga,
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
sebaliknya jika memberi celaan menimbulkan rasa penyesalan dengan gejala wajah pucat.15 Das es, das ich dan das uber ich seharusnya berada dalam keadaan seimbang sehingga diperoleh pribadi kejiwaan yang mantap dan kuat. Das ich yang bijaksana dapat memadukan tuntutan das es dengan kemauan das uber ich, das ich yang lemah yaitu selalu tunduk pada tuntutan das es, sedangkan das ich yang kaku adalah yang selalu tuduk pada das uber ich. 3. Tindak Pidana Pembunuhan dalam KUHP KUHPidana, membuat kualifikasi atau penggolongan atas semua jenis tindak pidana kedalam “kejahatan” dan “pelanggaran”. Kejahatan diatur dalam Buku II KUHP yang memuat segala jenis-jenis kejahatan. Sedangkan pelanggaran dimuat dalam Buku III KUHP yang mengatur segala jenis pelanggaran. Selanjutnya Buku II KUHP memuat perincian tentang jenis-jenis kejahatan dan terdiri dari pasal 104 sampai dengan pasal 488 KUHP, yang terbagi dalam 30 bab. Ke-30 bab dimaksud dapat diperinci kedalam 3 jenis kepentingan hukum yang dilanggar, yakni : a. Kejahatan terhadap kepentingan negara, terdiri atas : -
kejahatan terhadap kedudukan negara (bab I,II,III, dan IV)
-
kejahatan yang berhubungan dengan kekuasaan umum (bab VIII dan XXVIII)
b. Kejahatan terhadap kepentingan masyarakat, meliputi : - kejahatan yang menimbulkan bahaya bagi keadaan (bab V, VI, dan XXIX) c. Kejahatan terhadap kepentingan perorangan terdiri atas : 15
G. W. Bawengan , Op-Cit, Halaman 96
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- kejahatan terhadap jiwa (bab XIX) - kejahatan terhadap badan (bab XV, XX, XXI) - kejahatan terhadap kemerdekaan (babXVIII) - kejahatan terhadap kehormatan (bab XIII,XIV, dan XVII) - kejahatan terhadap kekayaan orang (bab XXII, XXIII, XXIV,XXV, XXVI, XXVII, dan XXX)”. 18 Dengan demikian melihat kepada penggolongan tindak pidana di atas, maka pembunuhan dalam keluarga dapat dikualifikasikan atau digolongkan kedalam bentuk kejahatan yaitu “kejahatan terhadap jiwa”. Disamping itu pembunuhan dalam keluarga ini dapat lagi dikualifikasikan menurut macam-macam pembunuhan yaitu sebagai berikut : a. Pembunuhan biasa ;
Pembunuhan biasa diatur dalam pasal 338 KUHP yang berbunyi : Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun . Kejahatan ini mengakibatkan kematian orang lain yang disengaja, artinya “dimaksud” termasuk dalam niatnya dan pembunuhan itu harus segera dilakukan sesudah timbul maksud untuk membunuh itu tidak dengan dipikir-pikir lebih panjang. b. Pembunuhan berencana ; Pembunuhan berencana diatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Kejahatan ini dilaksanakan setelah direncanakan lebih dahulu. Direncanakan lebih dahulu maksudnya adalah bahwa antara timbulnya maksud untuk membunuh Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
dengan pelaksanaanya itu masih ada tempo bagi si pelaku untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimana pembunuhan akan dilakukan. “Tempo” ini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama, yang penting didalam tempo tersebut si pelaku dengan tenang masih dapat berpikirpikir, yang mana dalam kesempatan tersebut masih dapat dipergunakan untuk membatalkan niatnya. c. Pembunuhan anak ; Pembunuhan anak ini ada 2(dua) macam yaitu pembunuhan anak biasa (kinderdoodslag) yang diatur dalam pasal 341 KUHP yang berbunyi :
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Yang dihukum disini adalah seorang ibu baik kawin maupun tidak yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak. Pembunuhan anak ini dilakukan terdorong oleh karena rasa ketakutan akan diketahui kelahiran anak itu. Biasanya anak tersebut diperoleh karena berzinah atau hubungan kelamin yang tidak sah. Pembunuhan anak berencana (kindermoord) diatur dalampasal 342 KUHP berbunyi :
“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.
d. Pembunuhan euthanasia Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pembunuhan euthanasia diatur dalam pasal 344 KUHP yang berbunyi : Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun Permintaan untuk membunuh itu harus disebutkan dengan nyata dan sungguhsungguh. e. Pembunuhan pengguguran kandungan Pembunuhan pengguguran kandungan ini diatur dalam pasal 346 KUHP yang berbunyi : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Yang dikenakan pasal ini adalah perempuan yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau atas suruhan orang lain untuk itu.
G. Metode Penelitian Metode yang dimaksudkan adalah sebagai suatu hal yang merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal itu penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut : 1. Spesifikasi Penelitian Penelitian ini menggabungkan penelitian hukum normatif dan empiris (juridis sosiologis). Pada tahap awal penulisan penulis akan melakukan penelitian terhadap asas-asas hukum (bahan-bahan hukum seperti peraturan perundang-undangan) yang berkaitan tindak pidana pembunuhan dan anak. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Penulis juga akan mengetengahkan kasus sebagai studi kasus dalam skripsi ini. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Medan .
3. Metode Pengumpulan data Dalam skripsi ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Penelitian di perpustakaan (library research), yaitu melakukan penelitian melalui sumber-sumber bacaan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dihadapi, guna memperoleh data-data yang diperlukan yang bersifat teori-teori ilmiah baik berupa buku-buku bacaan, ketentuan perundang-undangan, karya-karya ilmiah, brosur-brosur dan harian-harian umum yang penulis lakukan dengan jalan membaca dan mengutipnya.
b. Field research (Penelitian lapangan) Penelitian di lapangan (field research), yaitu melakukan penelitian dengan cara mendatangi objek-objek permasalahan, mengadakan wawancara dan tanya jawab terhadap berbagai pihak/instansi yang oleh karena tugas dan bidangnya/kedudukannya berkaitan dengan penulisan ini. Hal mana penulis lakukan guna untuk mendapatkan ataupun mengetahui keadaan yang sebenarnya dari apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
a. Analisis Data Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Dalam penulisan ini analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif , karena dalam melakukan analisis data ini berpedoman pada tipe dan tujuan dari penulisan yang dilakukan. Dalam penelitian deskriptif maka data yang terkumpul diperoleh dari hasil penelitian langsung kelapangan, sehingga analisis data ini merupakan penjelasan terhadap penemuan dilapangan. Dari penelitian data-data tersebut diatas, penulispun dapat memenuhi pembahasan skripsi ini secara metode deduksi yaitu menarik kesimpulan dari fakta yang bersifat universal kepda fakta yang bersifat reprentatif (dari umum ke yang khusus ). Selain itu, dapat pula dilakukan secara metode induksi yaitu kesimpulan dari data yang bersifat reprensatatif kepada data yang bersifat Universal.
BAB II MAZHAB-MAZHAB TENTANG SEBAB-SEBAB KEJAHATAN A. Mazhab-mazhab Tentang Sebab-sebab Kejahatan Tanpa mempelajari sebab-sebab kejahatan sulitlah untuk mengerti mengapa suatu kejahatan telah terjadi, apalagi untuk menetukan tindakan apakah yang tepat dalam menghadapi para penjahat. Sejak lama orang mengadakan pendidikan untuk mengetahui latar belakang yang menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Dalam hal ini banyak sarjana telah mengemukakan pendapatnya. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
W. A. Bonger membagi aliran-aliran tentang sebab-sebab kejahatan sebagai berikut : 1. Mazhab Sosiologi Mazhab sosiologi yang menyelenggarakan statistik kriminal ini muncul sekitar tahun 1830 M yakni, dengan ditanda tanganinya pengertian sosiologi. Pertumbuhan ini akibat perkembangan ilmu sosial disatu pihak juga karena diadakannya statistik kriminil dilain pihak. Statistik adalah pernyataan-pernyataan kejadian yang digambarkan dengan angka-angka, juga mendorong dengan kemajuan ilmu pengetahuan sosial. Penggunaan statistik sudah banyak dipakai oleh ahli-ahli sejak abad ke 17 M. Tetapi Ad Quetelet (1796-1874) seorang bangsa Belgi ilmu pasti dan sosiologi menciptakan dasar-dasar statistik yang praktis dari kongres-kongres statistik kriminil internasional. Beliau adalah statistik kriminil yang pertama di Perancis yang pada Tahun 1826 telah mulai mengadakan statistik kriminil. A. M. Guerry (1802-1866) bangsa Perancis mempergunakan “statisque”. Di dalam salah satu bukunya beliau mengumpulkan bahan-bahan mengenai kelamin dan umur berhubungan dengan kejahatan begitu juga adanya hubungan atau korelasi antara tempat dengan kejahatan di Perancis diterangkan dalam statistik, misalnya provinsiyang terkaya terdapat banyak kejahatan terhadap hak milik. Begitu juga dibicarakannya tentang kekayaan yang tidak merata dengan kemiskinan. Ad. Quetelet sendiri memepergunakan ststistik kriminil sebagai alat dalam sosiologi kriminil dan membuktikan untuk pertama kalinya bahwa kejahatan adalah suatu hak asalnya dari keadaan masyarakat. 16
16
Sutherland-Cressey, 1955, Principle of Criminology. Edisi kelima, halaman
52. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Adanya unsur dinamis dalam kejahatan oleh Ad. Quetelet tidak diingkari bahkan diakui dengan tegas. Memang kita akui bahwa penyilidikan yang berjalan dalam beberapa tahun saja dan dimana tidak ada perubahan besar dilapangan sosial, maka terlihatlah adanya unsur yang tetap. Tetapi jika kita bandingkan dengan beberapa Negara dalam beberapa tahun, maka ternyata adanya perubahan dalam kejahatan dengan tidak melupakan bahwa sebagian besar masih dalam keadaan tetap. Antara lain tokohnya adalah L. M. Christone (1791-1848) yang mengatakan bahwa di Inggris (1814-1848) ada hubungannya antara industri dengan pertambahan kemiskinan yang mengakibatkan naiknya kejahatan. A. Von Oettingen (1827-1905) yang beraliran keagamaan menyatakan bahwa dalam waktu-waktu krisis, pencurian dan lain-lain akan meningkat terutama dilakukan oleh wanita dan anak-anak sedangkan kejahatan penyerangan akan bertambah pada keadaan makmur. 17
2. Mazhab Anthropologi Mazhab anthropologi muncul disekitar permulaan tahun 30 dan 70 abad ke-19. Antara lain pelopor mazhab ini adalah ahli pherenologi Gali dan Spurzheim walaupun pelajarannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Pelanjut teori ini antara lain H. Lauvergne (1797-1859) disamping menguraikan pendapatnya yang bersifat phrenology yang kemudian tidak benar, tetapi terdapat juga hasil penelitian yang penting mengenai kejiwaan dan masyarakat.
17
Guilford, 1954, General Psychology, halaman 18, edisi kedua, Kanada, 1952, halaman, 70. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
C. G. Carus (1789-1869) yang menyatakan adanya ciri-ciri pada tengkorak orang –orang jahat sebagai tanda-tanda yang menggambarkan bahwa jiwanya kurang sehat. P. Broca (1824-1880) mengatakan berdasarkan penyelidikan tentang tengkorak dari si penjahat, ternyata keadaannya yang tidak biasa mempunyai sifat phatologis. Pinel dan Esqueril menyatakan bahwa sakit gila menyebabkan kejahatan. J.C. Prichard (1789-1848) sejalan dengan pemikiran Esquerol tentang pelajaran monomanien penjahat “moral insanity” yakni tidak dapat membedakan antara budi pekerti yang baik dan yang jelek dengan tidak ada gangguan jiwa dikemukakan pertama olehnya. 18 P. Lucas (1805-1885) menyatakan sifat jahat pada hakikatnya sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan. Keadaan sekitarnya juga mempunyai pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A. B Morel (1809-1873) mengajarkan teori degenarasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya. kemerosotan sifat-sifat menyebabkan kejahatan. Salah seorang tokoh yang terkenal dari mashab ini adalah Cecare Lombroso (1835-1909) Lombroso berpendapat bahwa manusia yang pertama adalah penjahat sejak lahirnya (pencuri, suka memperkosa, pembunuh dan kalau perempuan adalah pelacur). 19 Disamping itu beliau berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Dikatakannya bahwa penjahat dipandang dari sudut antropologi merupakan suatu macam manusia tersendiri. 19
18
George Godwin, 1957, Criminal Man, New York, Halaman 18 W. A. Bonger. 1981, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, ghaliaIndonesia, edisi ke empat, halaman 100 20 Ibid, halaman 28 19
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi makhluk yang abnormal (penjahat dari kelahiran) Lambroso memajukan hipotesa bahwa manusia yang masih rendah peradabannya sifatnya tidak susila jadi seorang penjahat adalah suatu kejadian yang aktivistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat yang dekat tetapi didapatnya kembali dari yang lebih dahulu (yang dinamakan kemunduran dari keturunan). 20 Ia juga menyatakan bahwa para penjahat adalah orang yang mempunyai penyakit sawan. Di sekitar tahun 1830 anthropologi kriminil di Negeri Belanda mendapat perhatian dan dipelajari dengan pesat. Beberapa dokter seperti Winkler, Berends dan Aretrino mengukur tengkorak-tengkorak penjahat dan jenis orang lainnya. Dalam hal ini Berends dalam kesimpulannya menyatakan, pembunuh adalah orang sakit jiwa adalah orang sawan babi dan orang imbisil adalah cabang-cabang dari suatu pokok, dan pokok ini adalah suatu kemunduran. Pertumbuhan dari tengkorak bagian otak dan kemajuan pertumbuhan dari tengkorak bagian muka. Winkler dalan hal ini lebih berhati-hati dari lambroso dalam mengeluarkan pendapatnya. Beliau tidak menyebut tipe penjahat tapi menyatakan berhubungan dari bahan-bahan tersebut diatas, maka dengan tidak insaf hakim akan memilih orangorang yang dahinya sempit dan tulang dagunya lebar. Enricco ferri seorang murid dari lambroso mengadakan beberapa perbaikan demi kelanjutan dari ajaran-ajaran gurunya mengenai hal tersebut. Hal ini disebabkan karena ferri menyadari bahwa pelajaran-pelajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Karena itu tanpa mengubah intinya ferri mengubah bentuknya dengan mengatakan faktor lingkungan ada juga mempengaruhinya. 21
Sutherland-Cressey, Op-Cit, halaman 54.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Didalam bukunya Sosiologi Criminille ia memberikan rumusan tentang timbulnya kejahatan : a. Setiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, disatu pihak dan sosial. b. Keadaan sosial memberi bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari bakatnya yang bilogis dalam arti sosial (organis dan psikis). 21 Jadi berarti unsur individu tetap paling penting, walaupun ada faktor lain yang juga turut mempengaruhinya.
3. Mazhab Lingkungan Mazhab lingkungan terdiri dari mazhab Prancis khusus mazhab berdasarkan perekonomian lingkungan, hasil aetielogi dalam sosiologi kriminal dan keadaan sekelilingnya. Mazhab Prancis khusus adalah mazhab yang datang dari kalangan para dokter Prancis yang mengajukan tentang mazhab anthropologi Lombroso. Para dokter Prancis menganut garis-garis yang diberikan oleh J. Lamarck, E. Geoffry St Hileire dan L Pasteure
yang menekan pada arti lingkungan sebagai
sumber dari bermacam-macam sebab dari segala penyakit. Golongan ini tidak menggabung pada golongan ahli sosiologi statistik yang pada dasarnya termasuk golongan ahli teori keadaan sekeliling atau teori lingkungan dengan lingkaran pelajaran yang mengajarkan bahwa kejahatan berasal dari kelahiran. Mereka adalah dokter yang bukan ahli sosiologi, biarpun mereka mempunyai penglihatan yang tajam tentang keadan masyarakat.
22
Ibid, halaman 57.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pelopornya antara lain A. Lacasagne (1843-1924) guru besar dalam hukum kedokteran di perguruan tinggi Lyon, juga G. Tarde (1843-1924) ahli hukum dan sosiologi yang menyatakan kejahatan bukan suatu hal yang anthropologis tetapi sosilogis seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai oleh hasrat meniru antara lain bukunya “Les Dois de Limitation”. Mazhab berdasarkan perekonomian lingkungan mulai berkembang pada penghabisan abad ke-19 ketika timbul sistem baru dalam perekonomian dan kejahatan kelihatan bertambah. Teori baru dalam kemasyarakatan yang timbul pada pertengahan abad ke 19 yang pandangan masyarakatnya berdasarkan keadaan ekonomi akan mengarah kedalam kriminologi. Menurut teori ini unsur-unsur ekonomi dalam masyarakat dipandang dari sudut dinamis adalah Primair dan dipandang dari sudut statis merupakan dasarnya. Semuanya terdapat dalam ajaran K. Mark didalam bukunya “Zur kritik der Politischen Oekonomie” (1895). Tokoh pertama dari aliran ini adalah F. Turrati di dalam bukunya “Ildelito e la question sosiale” (1883) terutama mengkritik mazhab Itali dalam bagian Positif ia juga nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang mendorong kejahatan perekonomian. Juga dikatakan mengenai kejahatan terhadap orang (kejahatan penyerangan) menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia, kesengsaran membuat jiwa menjadi timbul, kebodohan dan keindahan merupakan juga sebabsebab yang mengakibatkan kejahatan yang semacam. Begitu juga keadaan tempat tinggal yang jelek merosotnya kesusilaan dan menyebabkan kejahatan kesusilaan. N. Colojanna (1847-1927) di dalam bukunya “sosiologis criminale” (1887) menyatakan juga adanya hubungan antara krisis dengan bertambahnya kejahatan Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
dengan keadaan phatologis sosial, seperti pelacuran, yang juga berasal dari adanya perekonomian, dan kejahatan politik karena ekonomi. Beliau juga menekan adanya hubungan antara sistem ekonomi dan unsur-unsur umum dalam kejahatan, yakni hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri dan oleh karyawan yang mendekatkan pada kejahatan. Untuk mencegah kejahatan adalah dengan suatu sistem ekonomi yang dapat mencapai perimbangan yang tetap dan pembagian kekayaan yang serata-ratanya. 22 Menurut W. A. Bonger adalah bahwa mereka dalam salah satu lapangan menyempurnakan teori lingkungan, yang oleh pengarang Prancis kebanyakan para dokter diterangkan dengan tidak jelas. Hasil aetiologi dalam sosiologi kriminal antara lain terlantarnya anak-anak dan sebagainya, kesengsaraan, nafsu ingin memiliki, ketagihan minuman keras, kurangnya peradaban, perang. 24 Keadaan sekelilingnya dalam hal ini ada dua pengaruh atas manusia yakni pengaruh langsung dari iklim dan pengaruh-pengaruh tidak langsung terutama tanah dengan melalui masyarakat, misalnya keharusan menyelenggarakan pengairan daerah tertentu di dunia timur mengakibatkan adanya pemerintahan diktatori. W. A. Bonger menyatakan juga pengaruh langsung dari iklim dan lain-lain atas iklim dan lain-lain atas diri mansia dengan majunya ilmu teknik dan bertambah kuasanya manusia terhadap alam menjadi berkurang. Di samping itu beliau juga mengemukakan beberpa jenis kejahatan yang dapat timbul akibat pengaruh keadaan sekelilingnya ini yaitu kejahatan ekonomi : kejahatan terhadap kelamin, kejahatan kekerasan, dan kejahatan politik. 23
Bouman, 1961, Sosiologi Pengertian dan masalah, cetakan keenam, Yayasan Kanisius, Semarang, halaman 101. 24 Chainur Arrasjid SH, Op-Cit, halaman 42. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
4. Mazhab Bio-Sosiologi Mazhab Bio-Sosiologi seperti yang dikatakan oleh E. Ferri adalah sintesa dari aliran anthropogi dan aliran keadaan lingkungan sebagai sebab kejahaatan. Rumusannya setiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat, dan keadaan fisik. Sedangkan unsur tetap yang penting menurutnya adalah individu. Pengertian individu ini unsur yang seperti dikemukakan oleh C. Lombroso. Aliran ini mendapat penganut yang banyak serta berpengaruh lama, misalnya Ad. Prins di Brussel, F. R. Von Liszt di Beerlin, G. A. Van Hamel di Amsterdam. Tetapi akhirnya Von Liszt pada saat menjelang tuanya cenderung kearah sosiologis. 25 Sehubungan dengan mazhab Bio-sosiologi ini Ferri memberikan rumusan : Tiap kejahatan = keadaan sekelilingnya ditambah bakat dengan keadaan sekelilingnya. Jadi keadaan sekelilingnya terhadap manusia selalu berpengaruh dua kali dilakukan terdiri dari dua unsur khusus yakni keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirnya sehingga pada saat melakukan perbuatan tersebut dan dengan bakatnya terdapat dalam individu. Dalam hal ini penting artinya keadaan sekelilingnya yang merupakan unsur menentukan. Dengan adanya perbaikan dari rumusan Ferri ini, dalam arti yang terbatas rumus ini dapat mengarah kearah yang benar. Dalam hal ini W. A. Bonger memajukan beberapa contoh serta penjelasan : Dua orang yang benar-benar hidup dalam keadaan yang sama mempunyai hidup yang baik untuk melakukan kejahatan dan keduanya tidak terhalang oleh rasa budi pekertinya. 25
Pada saat berbuat sesuatu yang seorang berani bertindak. Jadi,
Ibid, halaman 44.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
keberanian adalah unsur kejahatan dan ketakutan, dan ketakutan unsur dari kebaikan. Memang ini banyak terjadi mungkin satu demikian licinnya hingga mengetahui bahwa besar kemungkinannya diketahui lalu tidak berbuat. Apakah juga dapat dikatakan bahwa kepandaian adalah unsur kebaikan dan kebodohan unsur kejahatan. Memang hal ini juga terjadi tetapi juga sebaliknya tidak dapat terjadi. Dengan kata lain sifat-sifat manusia dapat menjadi pendorong untuk berbuat jahat atau dapat mencegah berbuat jahat. Di samping itu sifat tidak susila belum berkembang, jika keadaan membantunya untuk tidak melanggar Undang-Undang. Suatu Kenyataan banyak penjahat besar yang belum pernah mendapat hukuman terutama dari kalangan pejabat tinggi. W. A. Bonger ada juga mengupas tentang perbedaan individu. Individu dari suatu jenis termasuk manusia terdapat perbedaan, misalnya jika melihat suatu gerombolan manusia dengan sekejap mata sudah terlihat padanya. Dalam hal ini Ad Quetelet ahli statistik Bangsa Belgia juga telah membuat suatu pendapat yaitu semua individu dari suatu jenis berbeda dalam sifatnya.
5. Mazhab Agama W. A. Bonger mengemukakan juga dalam tulisan-tulisannya disamping mazhab-mazhab yang telah dikemukakan diatas yakni mazhab agama. 26
26
Ibid, halaman 45
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Kemudain aliran ini mengalami perubahan-perubahan dan sekarang lebih tepat dinamakan aliran neo-agama, yakni mementingkan unsur kerohanian dalam mencari sebab-sebab kejahatan. Antara lain tokoh dari aliran ini seperti A. Von Oettingen, H. Stursberg, F. A. Krauss, L. Proal dan H. Joly di Prancis dan M. Baets dari Belgi. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa jumlah orang yang beribadah berkurang maka kejahatan akan bertambah, jadi terdapat hubungan sebab akibat. 27 Terhadap aliran keagamaan Ini W. A. Bonger memberikan kritikan, yakni menganut aliran ini memajukan alasan-alasan kurang teliti. Seandainya dua keadaan tadi memang bergerak kearah yang sama dengan demikian adanya hubungan dua hal tadi dapat dimengerti tetapi hubungan sebab akibatnya belum dua-duanya dapat bergabung dari unsur yang ketiga. Berdasarkan penelitian sama sekali tidak terdapat hubungan antara kejahatan dengan kurangnya orang beribadah. Tetapi ia sependapat bahwa manusia yang patuh terhadap sanksi hukuman di akhirat, juga merupakan faktor pencegah dari perbuatan jahat.
B. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan terhadap Anak
27
W. A Bonger, Op-Cit, halaman 40-41.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
1. Faktor Intern Kehidupan masyarakat dewasa ini terutama masyarakat perkotaan diwarnai dengan persaingan-persaingan hidup. Kebutuhan hidup yang selalu bertambah dan tidak sedikit tuntutan-tuntutan serba kontradiktif sehingga semuanya ini akan merangsang tumbuhnya tingkah laku yang menyimpang (abnormal). Tingkah laku yang menyimpang ini sangat erat hubungannya dengan keadaan jiwa individu. Gangguan jiwa yang dialami ini disamping merugiakan si penderita sendiri juga merugikan orang lain sebagai anggota masyarakat karena satu sama lain hidup dalam lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu masalah gangguan jiwa ini sudah merupakan suatu hal yang serius karena telah menjadi penyebab terjadinya perbuatan kejahatan. Selanjutnya penulis akan memaparkan pembagian atau penggolongan gangguan jiwa oleh para sarjana, misalnya : a). Kartini Kartono membagi sebagai berikut : 1) Psycopat 2) Psychoneurosa (histeria, fugue, somnabulisme, physterisis, multiple personality, psychosomatisme, peptic ulcer, hypertension). 3) Psychosa fisis (alcoholic psychosa, psychosa obat bius, syphilitic psychosa, senile psychosa) dan psychosa fungsional (schizopherenia, paranoia, mania deppressip). 28 b). Dr. Zakiah Drajat mengetengahkan pembagian gangguan jiwa sebagai berikut : 1) Neurosa (gangguan jiwa) - Neurastenia
28
B. Simanjuntak SH, 1981, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni, Bandung. Halaman 66. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- Histeria : lumpuh histeria, cramp histeria, kejang histeria, mitism (hilang gangguan bicara), kedalam ini masih dapat dimasukkan amnesia (hilang ingatan), kepribadian kembar, fugue (berkelana secara tidak sadar), somnabulisme (berjalan tidur). - Psychastenia : phobia, obsessi kompulsi (repetitive colpulsive), serial compulsives, compulsive onderlinese, compulsive magic, anti sosial, compulsive kleptomani, fetishism compulsive sexuil. - Gagap bicara - Ngompol - Kepribadian psychopat - Keabnormalan sexual : onani, homo sexual, sadism. 2) Psychose (sakit jiwa) : Shizopereni, paranoia, manic depressive (mania, melancholia).
29
Untuk memahami kehidupan psikis perlu diketahui bahwa di dalam diri manusia itu terdapat lapisan kepribadian. Seorang sarjana yang bernama Sigmund Freud mencoba membahas unsurunsur intern kehidupan manusia itu. Unsur-unsur intern kehidupan jiwa manusia dinamakan Struktur Personality yang terdiri atas tiga instansi yaitu : - das es - das ich - das uber ich.
29 30
30
Ibid, halaman 66. Chainur Arrasjid SH, Op-cit. halaman 26-27.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Das es adalah alam tak sadar yang berisikan dorongan-dorongan dan keinginan atau nafsu yang meminta harus direalisir Das ich merupakan pusat seluruh perawakan jiwa dan khususnya inti daripada alam sadar. Berfungsi menyelaraskan tuntutan das es sesuai dengan norma kehidupan. Lapisan ini menyeleksi keinginan das es. Das uber ich merupakan instansi tertinggi dalam mengatur tindakan manusia serta bernilai moral. Das Uber Ich mengawasi das ich tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sehubungan dengan uraian-uraian diatas jika titik tolak peninjauan kita dasarkan pada sifat-sifat pelaku dengan memperhatikan beberapa peristiwa pembunuhan,
mereka
melakukan
perbuatan-perbuatan
pembunuhan
karena
mengalami kekalutan mental yang merupakan manifestasi berbagai kondisi kehidupan, yaitu antara lain : - Tekanan ekonomi yang sangat memprihatinkan - Tidak adanya komunikasi yang baik antara sesama anggota keluarga - Tingkat pendidikan yang relatif rendah - Lingkungan hidup yang kurang baik - Tidak ada rasa tanggung jawab antar sesama anggota Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut diatas yang diderita atau dialami oleh seseorang akan mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan berupa kesilapan tanpa disadari. Jadi terdapatnya perbuatan-perbuatan tanpa sadar yang muncul dari alam tak sadar yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyimpang maupun cenderung pada perbuatan kejahatan.
2. Faktor Ekstern Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
a. Faktor Ekonomi Didalam kehidupan manusia sehari-hari, faktor ekonomi memegang peranan penting untuk menentukan arah hidupnya. Demikian juga hubungan antara perekonomian dengan kejahatan senantiasa mendapat banyak perhatian dan selalu menjadi objek penelitian para ahli.
Plato menyatakan bahwa : “Kekayaan dan kemiskinan menjadi bahaya besar bagi jiwa orang, yang miskin sukar memenuhi kebutuhan hidupnya dan merasa rendah diri dan timbul hasrat untuk melakukan kejahatan, sebaliknya juga orang kaya hidup mewah untuk segala hiburannya”.
31
Oleh sebab itu kesenjangan kehidupan sosial ekonomi antara golongan kaya dan miskin perlu diperbaiki. Perubahan dan perbedaan dalam kesejahteraan sosial ekonomi menimbulkan banyak konflik yang mendorong orang melakukan kejahatan. Dalam masalah ini Prof. Noach menganalisa sebagai berikut bahwa perubahan kesejahteraan pada seseorang dapat berupa : 1) Sesuatu kemunduran dalam kesejahteraan 2) Sesuatu kenaikan dalam kesejahteraan.
32
Dewasa ini para ahli ekonomipun sependapat mengatakan bahwa sebab dari kejahatan itu adalah kondisi ekonomi intern dan ekstern pelaku. Maksudnya bahwa kemiskinan selalu berhubungan erat dengan situasi ekonomi kemasyarakatan dan ini secara relatif sangat mempengaruhi terhadap perkembangan kejahatan. Jadi dalam hal ini keadaan ekonomi itu bukan terbatas pada pengertian kondisi kehidupan pelaku yang sangat terdesak tetapi sering juga karena pengaruh dari korban itu sendiri.
31 32
Noach Simanjuntak SH, 1984. Kriminologi, Tarsito, Bandung, halaman 53. Ibid, halaman 54.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Penyebab terjadinya kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga dengan latar belakang faktor ekonomi menurut hemat penulis dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : 1). Tingkat pendidikan pelaku yang relatif rendah. Di dalam lingkungan sosial yang miskin kebanyakan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Dalam hal ini tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya bersamaan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas. Dengan demikian segala kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan menjadi terhambat. Cara berfikir dan bertindak untuk melakukan sesuatu perbuatan akibat daya nalar yang rendah sering irrasional akan tetapi lebih dominan dipengaruhi oleh emosi semata. 2). Lingkungan hidup (tempat tinggal) yang kurang baik Pada hakekatnya keadaan lingkungan yang kurang baik dapat digolongkan dalam dua hal yaitu : - lingkungan hidup internal (keluarga) - lingkungan hidup eksternal Pada lingkungan internal, masalah ketidak-harmonisan hubungan para anggota keluarga merupakan faktor utama yang tidak kecil pengaruhnya. Lembaga keluarga merupakan sosial kontrol yang kuat terhadap tingkah laku anggota keluarga. Penyimpangan tindakan anggota keluarga akan menjatuhkan martabat keluarga, sehingga anggota keluarga takut melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma yang hidup dalam masyarakat. Tetapi akibat pengaruh modernisasi timbul perubahan nilai pada masyarakat. Komunikasi antar anggota jadi kurang serta rasa kasih dan perhatian terhadap sesama anggota keluarga menjadi minim. Anggota keluarga kehilangan pegangan dan mengikuti jalannya sendiri. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pendidikan anak cenderung tidak terarah sehingga perkembangan jiwanyapun tidak terarah. Para pemuda/pemudi lebih suka mencari hiburan diluar lingkungan keluarga. Pergaulan bebas tidak pelak lagi dapat dihindari, hubungan sex sebelum perkawinan bukan merupakan hal baru lagi hingga membuahkan kehamilan. Dan yang lebih tragisnya untuk menghilangkan aib tersebut dilakukan pengguguran kandungan. Perkawinan pada usia muda akan menghasilkan rumah tangga yang rapuh, serta tidak tahan menghadapi problema kehidupan rumah tangga. Akibatnya sering terjadi percekcokan pasangan suami-isteri dilanjutkan dengan perbuatan kekerasan dan bahkan tidak jarang sampai terjadi pembunuhan dalam keluarga. Sedangkan pada lingkungan hidup yang tidak baik secara eksternal adalah terdapat pada daerah-daerah pemukiman yang padat, miskin dan jorok. Dimana dalam kondisi seperti ini norma adat, susila, etika dan hukum menjadi barang yang aneh dan dilupakan sama sekali, sebab mereka selalu sibuk dengan keadaan hidup yang menghimpitnya. Sifat-sifat jahat yang selalu dilihatnya di luar rumah akan terbawa-bawa ke dalam rumah sehingga dalam rumah sering terjadi pembunuhan dalam keluarga.
b. Faktor Alat-alat Media Media massa merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk menyampaikan informasi antara pemerintah dan rakyat atau antara sesama anggota masyarakat. Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan media ini tentu mempengaruhi penerimaan konsep-konsep, sikap-sikap, nilai-nilai, dan pokokpokok moral. Pada hakekatnya alat-alat media ini memiliki fungsi yang positif terhadap pengguna jasa media tersebut. Disamping dapat menerima berita-berita yang aktual, juga disajikan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat memperluas wawasan serta penyajian hiburan. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Tetapi pada saat ini alat-alat media lebih mengutamakan segi komersialnya, artinya lebih mengutamakan keuntungan yang diperoleh dari konsumennya. Untuk menarik perhatian masyarakat konsumen dalam penyajiannya alat-alat media sering menimbulkan image negatif. Sehingga dalam penulisan ini peranan media massa sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga akan penulis uraikan dalam dua bagian saja yaitu :
1). Surat kabar dan buku-buku bacaan lainnya (media cetak) Dalam hal menyediakan berita-berita tentang kejahatan, surat kabar banyak yang melupakan tanggung jawabnya. Berita-berita mengenai kejahatan misalnya pembunuhan merupakan berita menarik sebagai bahan untuk diperdagangkan sehingga berita yang demikian sering dimuat berkali-kali di surat kabar secara gamblang dan vulgar. Hal ini tentunya mempengaruhi perkembangan jiwa si pembaca baik secara langsung maupun tidak langsung. Undang-undang Nomor 11/1966 tentang Undang-undang Pokok Pers, dalam bab II tentang fungsi kewajiban dan hak Pers, di dalam pasal 2 ayat 1 dikatakan : “Pers nasional adalah alat revolusi dan merupakan massa media yang bersifat aktif, dinamis, kreatif, edukatif, informatif, dan mempunyai fungsi kemasyarakatan, pendorong dan pemupuk daya pikiran kritis dan progressif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia”. Melihat isi pasal peraturan tersebut diatas jelas bagi kita jika pihak pers sebagai salah satu alat media massa benar-benar melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan amanah pasal tersebut. Maka jelas pengaruhnya terhadap setiap pembaca adalah berfungsi edukatif.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Demikian pula halnya dengan bacaan-bacaan lainnya seperti majalah, bukubuku ilmu pengetahuan, novel-novel, dan lain sebagainya mempunyai manfaat yang besar bagi setiap pembaca sepanjang pembaca mampu menyerap segi positif dari bahan bacaan tersebut. Akan tetapi munculnya berbagai buku-buku bacaan porno dan buku-buku novel ataupun majalah yang menggambarkan tentang penganiayaan-penganiayaan dan pembunuhan, dewasa ini sudah semakin merajalela dan seolah-olah terjual bebas. Maka hal ini jelas membawa pengaruh yang tidak baik bagi pembacanya terlebihlebih mereka yang masih berusia remaja. Berbagai bentuk kejahatan seperti penganiayaan, pembunuhan dan kejahatan dengan kekerasan lainnya yang dapat ditemui dalam buku-buku bacaan tersebut bukan tidak mungkin ditiru oleh pembaca. Sehingga kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga bisa saja terjadi sebagai akibat dari buku-buku bacaan yang mengekspos segala bentuk kejahatan seperti penganiayaan dan pembunuhan tersebut secara gamblang dan vulgar.
2). Radio, televisi, video dan film (media elektronik) Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang alat-alat media komunikasi canggih seperti radio, televisi,
video
kaset dan film sangat
memepengaruhi perkembangan kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga. Hal ini dapat disebabkan oleh karena hampir setiap hari berbagai media elektronik ini menyajikan acara tontonan film yang mengandung adegan-adegan kekerasan, pembunuhan, pornografi, perang yang terlalu diekspos secara gamblang. Dengan seringnya melihat tontonan yang sedemikian rupa akan berdampak negatif terhadap kejiwaan penonton karena jiwanya akan terkontaminasi akibat sudah terbiasa melihatnya. Jadi peristiwa kekerasan yang dilihat tersebut dianggap sudah menjadi Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
keadaan yang biasa dijumpai sehari-hari, maka ketika apa yang dia lihat/tonton akan dipraktekkan pada orang-orang di lingkungannya. BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA
A. Kejahatan Terhadap Nyawa Yang dilakukan Dengan Sengaja Dari kepentingan hukum yang dilindunginya, tindak pidana merupakan jenis tindak pidana terhadap kepentingan hukum berupa “nyawa”. 33 Justru karena itulah didalam KUHP jenis tindak pidana ini berada dibawah bab tentang Kejahatankejahatn terhadap nyawa Orang. Di dalam KUHP tindak pidana pembunuhan diatur dalam Buku II bab XIX. Tindak pidana ini termasuk delik materiil, artinya untuk kesempurnaan tindak pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan akan tetapi menjadi syarat juga adanya akibat perbuatan itu. 34 Timbulnya akibat yang berupa hilangnya nyawa orang atau matinya orang dalam tindak pidana pembunuhan merupakan syarat mutlak. Sebab apabila akibat berupa hilangnya nyawa orang belum terjadi maka belum dapat dikatakan telah terjadi tindak pidana pembunuhan, yang terjadi barulah percobaan pembunuhan.
33
Dengan Istilah “Nyawa” dimaksudkan hanyalah “Nyawa” orang atau manusia, tidak termasuk nyawa hewan atau binatang. Dengan demikian tindak pidana pembunuhan merupakan jenis tindak pidana yang hanya ditujukan terhadap (nyawa) manusia. Pembunuhan terhadap Hewan atau binatang tidak termasuk dalam jenistindak pidana ini.Tongat, 2002, Hukum Pidana Materiil, Djambatan, Jakarta, Halaman 3. 34 M. Sudradjat Bassar, 1986 , Tindak-tindak Pidana tertentu di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Remaja Karya, bandung,Halaman 121-122. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
1. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja adalah sebagai berikut : a. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (doodslag, 338) b. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului denga tindak pidana lain (339) c. Pembunuhan berencana (moord, 340) d. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan (340, 342, dan 343) e. Pembunuhan atas permintaan korban (344) f. Penganjuran dan Pertolongan pada bunuh diri (345) g. Pengguguran dan pembunuhan terhadap kandungan (346-349)35
1) Pembunuhan biasa dalam bentuk Pokok Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (pembunuhan) dalam bentuk pokok, dimuat dalam pasal 338 yang rumusannya adalah : “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 Tahun.”
Apabila rumusan tersebut dirinci unsur-unsurnya, maka terdiri dari : a) Unsur obyektif : -
Perbuatan : menghilangkan nyawa;
-
Obyeknya ; nyawa orang lain.
b) Unsur subyektif : dengan sengaja
35
Adami Chazawi, 2000, Hukum Pidana II, Grafindo Persada, jakarta. Halaman 56. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 syarat yang harus dipenuhi yaitu : -
Adanya wujud perbuatan ;
-
Adanya suatu kematian;
-
Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan akibat kematian (orang lain). 36
2) Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain Pembunuhan yang dimaksudkan ini adalah sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 339 KUHP, yang berbunyi : “Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu tindak pidana lain, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksaannya, atau untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya secara melawan hukum, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau semetara waktu, paling lama 20 tahun”
Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut : a) Semua unsur pembunuhan (obyektif dan subyektif) Pasal 338; b) Unsur diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain; c) Pembunuhan itu dilakukan dengan maksud : - untuk mempersiapkan tindak pidana lain; - untuk mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain; - dalam hal tertangkap tangan ditujukan : untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana atau untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya secara melawan hukum.
36
Ibid, Halman 57.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Kejahatan pasal 339, kejahatan pokoknya adalah pembunuhan suatu bentuk khusus pembunuhan yang diperberat. Pada semua unsur yang disebutkan dalam butir b dan c itulah diletakan sifat yang memberatkan pidana dalam bentuk pembunuhan khusus ini.
3) Pembunuhan Berencana (moord) Pembunuhan dengan rencana terlebih dulu atau disingkat dengan pembunuhan berencana, adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia., diatur dalam pasal 340 yang rumusannya adalah : Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.
Rumusan tersebut terdiri dari unsur-unsur : a) Unsur subyektif : - dengan sengaja - dan dengan rencana terlebih dahulu b) Unsur Obyektif - Perbuatan menghilangkan nyawa; - Obyeknya nyawa orang lain Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti pasal 338 ditambah dengan adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu. Lebih berat ancaman pidana pada pembunuhan berencana jika dibadingkan dengan pembunuhan dalam pasal 338 maupun 339 diletakkan pada adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
4 ) Pembunuhan oleh ibu Terhadap bayinya paa saat atau tidak lama setelah dilahirkan Bentuk paembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya pada saat dan tidak lama setelah dilahirkan yang dalam praktik hukum sering disebut dengan pembunuhan bayi ada 2 macam, masing-masing dirumuskan dalam pasal 341 dan pasal 342. Pasal 341 adalah pembunuhan bayi yang dilakukan dengan tidak dengan berencana (pembunuhan bayi biasa atau kiderdoodslag), sedangkan pasal 342 pembunuhan yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu (kindermoord).
a) Pembunuhan Biasa oleh ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan. Pembunuhan biasa oleh ibu terhadap bayinya sebagaimana dimuat dalam Pasal 341, rumusannya adalah sebagai berikut: Seorang Ibu yang karena takut ketahuan melahirkan bayi pada saat bayi dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja menghilangkan nyawa anaknya dipidana karena membunuh bayinya sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun. Apabila rumusan dirinci maka terdiri dari unsur-unsur : Ad.1.1 Usur – unsur Obyektif terdiri dari : - Petindaknya
: seorang Ibu
- Perbuatannya
: menghilangkan nyawa
- Obyeknya
: nyawa bayinya
- Waktunya
: pada saat bayi dilahirkan
- Motifnya
: karena takut diketahui melahirkan
Ad. 1. 2 Unsur subyektif
37
: dengan sengaja 37
M. Sudrajat Bassar, Op-cit, Halaman 130.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
b) Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan dengan direncanakan terlebih dahulu Pembunuhan bayi berencana yang dimaksudkan diatas adalah pembunuhan bayi sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 342, yakni: Seorang ibu yang untuk melaksanakan keputusan kehendak yang telah diambilnya karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan bayi, pada saat bayi dilahirkan atau tidak lama kemudian dengan sengaja menghilangkan nyawa bayinya itu, dipidana karena pembunuhan bayinya sendiri dengan rencana dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pembunuhan bayi berencana
tersebut mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut : Ad. 1.1 Petindak
: seorang ibu
Ad. 1.2 Adanya putusan kehendak yang telah diambil sebelumnya Ad.1.3 Perbuatan
: menghilangkan nyawa
Ad.1.4 Obyek
: nyawa bayinya
Ad.1.5 Waktu
: pada saat bayi dlahirkan dan tidak lama setelah bayi dilahirkan
Ad.1.6 Karena takut akan diketahui melahirkan bayi Ad.1.7 Dengan sengaja
5) Pembunuhan atas permintaan korban Bentuk pembunuhan ini diatur dalam pasal 344, yang dirumuskan sebagai berikut: Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. Kejahatan yang dirumuskan tersebut, diatas terdiri dari unsur sebagai berikut : Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
a) Perbuatan : menghilangkan nyawa b) Obyek
: nyawa orang lain
c) Atas permintaan orang itu sendiri d) Yang jelas dengan sungguh-sungguh 38
6) Penganjuran dan pertolongan pada bunuh diri Kejahatan yang dimaksud adalah dicantumkan dalam pasal 345, yang rumusannya adalah : Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun kalau orang itu jadi bunuh diri. Apabila rumusan itu dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: a) Unsur-unsur obyektif terdiri dari unsur : ad.1 Perbuatan
: - mendorong - menolong - memberikan sarana
ad.2 Pada orang untuk bunuh diri ad.3 Orang tersebut jadi bunuh diri ad.4 Unsur subyektif : dengan sengaja. 39
7) Pengguguran dan pembunuhan kandungan Kejahatan pengguguran dan pembunuhan terhadap kandungan (doodslag op een ongeborn vrucht) diatur dalam pasal : 346, 347, 348, 349.
38 39
Ibid, Halaman 132. Adami Chazawi, Op-Cit, halaman 122.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Obyek kejahatan ini adalah kandungan yang dapat berupa sudah berbentuk makhluk yakni manusia berkaki dan bertangan serta berkepala (Voldragen vrucht) dan dapat juga belum berbentuk manusia (Onvoldrgen vrucht). Kejahatan mengenai pengguguran dan pembunuhan kandungan, jika dilihat dari subyek hukumnya dapat menjadi : a).Yang dilakukannya sendiri b) Yang dilakukannya oleh orang lain, yang dalam hal ini dibedakan menjadi 2, yaitu : - atas persetujuannya (347), dan - tanpa persetujuannya (348) 40 Ada pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain baik atas perstujuannya maupun tidak, orang lain itu adalah orang mempunyai kualitas pribadi tertentu yaitu dokter, bidan dan juru obat (349).
2. Kejahatan Terhadap Nyawa Yang Dilakukan Dengan Tidak Disengaja Kejahatan yang dilakukan tidak dengan sengaja adalah kejahatan yang dirumuskan dalam pasal 359 yang berbunyi : Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati , dipidana dengan pidana paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun. Unsur-unsur dari rumusan tersebut diatas adalah : a. adanya unsur kelalaian (kulpa) b. adanya wujud tertentu c. adanya akibat kematian orang lain
40
Ibid, Halaman 124.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
d. adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain tertentu. 41 Kalimat “menyebabkan orang lain mati” mengandung 3 unsur yakni unsur : b, c, dan d. Tiga unsur ini tidak berbeda dengan unsur perbuatan menghilangkan nyawa dari pembunuhan (338). Perbedaan dengan pembunuhan hanyalah terletak pada unsur kesalahannya, yakni pada pasal 359 ini adalah kesalahan dalam bentuk kurang hatihati (kulpa) sedangkan kesalahan dalam pembunuhan adalah kesengajaan. Perbuatan tertentu tidak terbatas wujud dan caranya, misalnya : menjatuhkan balok, menembak, memotong pohon, menjalankan mobil, yang penting dari perbuatan itu adalah orang mati. Wujud perbuatan ini dapat berupa perbuatan aktif, misalnya seperti disebut diatas tadi dan dapat juga berupa perbuatan pasif, misalnya : penjaga palang kereta api, karena tertidur ia lupa menutup palang pintu ketika kereta api lewat mengakibatkan sebuah bis ditabrak oleh kereta api dan banyak orang mati. Adapun unsur kulpa atau kurang hati-hati dalam kejahatan 359 adalah bukan ditujukan pada kurang hati-hatinya perbuatan tetapi ditujukan pada akibat. Hal ini akan lebih nyata jika dilihat dari kejadian sehari-harinya, misalnya : seorang menjatuhkan balok karena kurang hati-hati menimpa anak yang sedang bermain, membersihkan pistol, karena lupa berat sebagaimana dalam pasal 90, tetapi semua luka-luka itu menyebabkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahrian dalam waktu tertentu.
B. Gejala-gejala Pembunuhan Dalam Lingkungan Keluarga di Kotamadya Medan 41
Ibid, halaman 126
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pada dasarnya, penduduk kotamadya Medan berasal dari berbagai suku bangsa yang masing-masing mempunyai adat-istiadat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Menurut sejarahnya, kota ini pada mulanya didiami oleh penduduk asli suku Melayu Deli, dan sekitarnya didiami oleh suku Karo. Dalam masa penjajahan Belanda banyak membuka areal perkebunan di sekitar kotamadya Medan, mereka mendatangkan pekerja dari luar daerah kota Medan dan dari pulau Jawa, mereka juga mendatangkan bangsa India dan Cina, dimana sekarang keturunannya banyak mendiami kotamadya Medan. Sehingga bertambah ramailah persentuhan kebudayaan, adat istiadat, sebagai akibat dari keadaan/komposisi penduduk yang beraneka ragam. Setelah Indonesia merdeka, kotamadya Medan ditetapkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara. Maka menjadilah kota ini sebagai pusat dari seluruh kegiatan ekonomi, pendidikan dan kebudayaan di Sumatera Utara. Mulailah orangorang berdatangan dari luar kotamadya Medan untuk berdagang, bekerja serta sekolah ke Medan. Seperti halnya pada setiap pertengahan tahun, ribuan bahkan puluhan ribu para lulusan SLTA membanjiri kotamadya Medan mengadu nasib mengikuti seleksi ke Perguruan Tinggi (lewat testing SPMB) dimana bagi yang tidak berhasil lulus akan menjadi persoalan tersendiri bagi kotamadya Medan, sebab mereka umumnya enggan untuk kembali ke desa aslinya melainkan mereka tetap mempertahankan diri untuk tinggal di kota, sekalipun mereka dengan status pencari kerja (penggangur). Kenyataan ini sangat mempengaruhi
struktur sosial, ekonomi dari pada
penduduk kotamadya Medan. Oleh karena itu struktur sosial ekonomi penduduk di kotamadya Medan dapat digolongkan atas 4(empat) golongan penduduk, yaitu sebagai berikut : 1. Golongan atas 2. Golongan menegah Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
3. Golongan tidak mampu 4. Golongan gelandangan. 41 Ad.1). Golongan atas ; Yang termasuk kedalam golongan ini adalah golongan masyarakat yang berhasil memenuhi kebutuhannya bahkan dapat melebihi standar hidup baik dalam pendidikan maupun dalam tingkat ekonominya. Golongan ini banyak menduduki jabatan dalam pemerintahan ataupun perusahaan, memegang jabatan yang penting serta mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat. namun golongan atas ini sangat sedikit jumlahnya.
Ad.2). Golongan menengah ; Yang termasuk kedalam golongan ini adalah mereka yang telah memenuhi standar kehidupan yang layak baik dari segi pendidikan maupun dalam bidang ekonominya. Golongan ini terdiri dari pegawai negeri dan swasta dalam suatu perusahaan. Jumlah golongan menengah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk golongan atas.
Ad.3). Golongan tidak mampu Dalam struktur masyarakat kotamadya Medan, golongan inilah yang paling banyak didapati mendiami kotamadya Medan. Dimana golongan ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu mengalami kekurangan-kekurangan baik dari segi pendidikan maupun dari segi ekonomi. Golongan ini terdiri dari karyawan rendah, buruh-buruh pabrik maupun buruh kasar dalam suatu
41
T. Mansyurdin SH, 1981, Sosiologi Bagian Pertama, Fakultas Hukum USU Medan, halaman 71. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
proyek pembangunan, serta pedagang ekonomi lemah (pedagang kaki lima dan pedagang di pusat-pusat pasar). Golongan ini biasa disebut dengan golongan mocok-mocok.
Ad.4). Golongan gelandangan ; Yaitu mereka yang hidup tanpa tempat tinggal menetap dan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari mereka mengumpulkan barang-barang bekas.
42
Memperhatikan struktur sosial ekonomi golongan penduduk kotamadya Medan tersebut, maka jelaslah terdapat perbedaan yang cukup tinggi diantara golongan masyarakat yang satu dengan lainnya, baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal, sehingga terdapat pula perbedaan yang begitu menyolok pada tempat-tempat perbelanjaan dan hiburan dari golongan masyarakat atas dengan golongan masyarakat lainnya. Hal ini jelas menimbulkan kecemburuan sosial diantara golongan penduduk diatas, sehingga berakibat munculnya berbagai kejahatan di kotamadya Medan yang pada umumnya dimonopoli oleh golongan masyarakat tidak mampu dan golongan gelandangan. Khusus dalam kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga, pada dasarnya terjadi dilingkungan masyarakat tidak mampu, yang secara psikologis lebih sering merupakan implementasi total dari tekanan ekonomi yang selama ini mengabaikan eksistensinya dalam persaingan hidup yang ketat. Terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga pada golongan masyarakat tidak mampu di kotamadya Medan, sebenarnya dimulai dari terjadinya disharmoni keluarga. Ketika 42
ketidak-mampuan orang tua dalam menempatkan
Ibid, halaman 73
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
dirinya sebagai figur yang dihargai dan dihormati dalam keluarga, serta semakin menipisnya rasa kasih dalam keluarga merupakan gejala awal dari sebab terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan dewasa ini.
1. Keadaan atau Ciri-ciri Keluarga Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Anak
Suatu rumah tangga (keluarga) adalah kelompok yang paling kecil diantara kelompok-kelompok lain yang ada dalam masyarakat. Walaupun demikian, keluarga merupakan lingkungan yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan kelakuan seseorang. Anak-anak dari mulai dilahirkan, diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan itu.
Mereka
memperoleh
pengalaman-pengalaman
yang
dapat
membentuk
kepribadiannya. Orang tua sebagai kepala keluarga mendidik anak-anak itu agar supaya terbiasa untuk patuh pada adat istiadat dan peraturan-peraturan dalam lingkungannya dan masyarakat sekelilingnya. Dalam mendidik dan membiasakan dengan peraturanperaturan itu, kepala keluarga mempergunakan paksaan sehingga dapat menjamin akan kepatuhan anak-anaknya sehingga mereka akhirnya terbentuk sebagai pribadipribadi yang dikehendaki oleh kepala keluarga, masyarakat dan negara. Dari uraian di atas teranglah bahwa hubungan antara para anggota keluarga dalam suatu rumah tangga sangat erat sekali. Dan mungkin karena inilah maka Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
“sebagian besar penyelidikan dan pemikiran kriminologi selama waktu ini, khususnya setelah tahun 1930-an ditujukan kepada hubungan antara kenakalan anak-anak dan kejahatan berbagai macam kondisi rumah tangga dan juga cara-cara mengasuh anak”. 43
Hal ini berarti kondisi/keadaan suatu rumah tangga, sangat berpengaruh terhadap terjadinya suatu kejahatan. Sebagai contoh, apabila dalam suatu keluarga, ayah sebagai kepala keluarga tidak mempunyai pekerjaan (menganggur), maka akan timbul ketegangan-ketegangan dalam keluarga tersebut baik antara ayah dengan ibu, maupun antara anak dengan anak, ibu dengan ayah, yang sudah menjadi sebab musabab kejahatan. Disamping itu, dalam suatu keluarga yang jumlah anggotanya banyak sering berakibat tekanan ekonominya berat, apalagi kalau keadaan rumah tangga itu kurang mampu. Keadaaan berat ditambah dengan banyaknya anak sudah tentu berakibat kurangnya pengawasan terhadap anak-anak bahkan pendidikannya pun terlantar.44 Rumah tangga dengan anggota keluarga yang banyak biasanya menempati rumah yang bukan selayaknya, kecil dan ruangan-ruangannya amat sempit lagi kotor dan tidak teratur, sehingga anak-anak tidak dapat bergerak dan bermain dengan leluasa. Pertumbuhan jasmani dan rohani anak-anak itu tertekan dan tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya, sehingga timbullah kenakalan-kenakalan, dan dengan kurangnya pengawasan maka kenakalan anak tersebut akan berkembang jadi kejahatan.
43 44
R. Soesilo, 1985, Kriminologi, Politea, Bogor, halaman 44 Ibid, halaman 45.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Kenyataan-kenyataan diatas berakibat kepada kurangnya rasa kasih diantara sesama angota keluarga sehingga dalam keluarga tersebut timbul perpecahan, dan pertentangan-pertentangan yang berakibat terjadinya pembunuhan dalam keluarga. Dengan demikian, keadaan ataupun ciri-ciri keluarga pelaku tindak pembunuhan dalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Adanya tekanan ekonomi sebagai akibat pengangguran, kurangnya penghasilan orang tua (ayah) sehingga ibu terpaksa bekerja diluar rumah. b. Ketidak-serasian (disharmoni) keluarga sebagai akibat adanya sifat ”berkuasa sendiri” dari ayah ataupun ibu, iri hati, cemburu, serta terlalu banyaknya anggota keluarga. c. Karena ketiadaan orang tua, salah satu ataupun kedua-duanya karena kematian, atau perceraian dan pelarian diri. e. Kurangnya pengawasan orang tua karena sikap masa bodoh, cacat inderanya, sakit, baik jasmani maupun rohani. f. Terdapatnya anggota keluarga yang lain dalam rumah tangga yang sejak semula sudah merupakan penjahat, pemabok, imoril, dan sebagainya. g. Dan lain-lain
2. Modus Operandi Pembunuhan Dalam Keluarga Pada umumnya pelaku tindak pidana pembunuhan melakukan perbuatan menghilangkan jiwa dengan cara-cara yang sederhana. 45 Untuk melaksanakan perbuatan pembunuhan ini dilakukan dengan : a. Menggunakan alat bantu
45
M. W. Kusumah, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, halama 28. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Alat bantu yang dimaksud adalah benda-benda yang dapat melukai, membuat korban tidak berdaya, atau dapat mematikan korban seperti : 1) pisau 2) parang 3) martil 4) benda-benda keras 5) kampak Benda-benda tersebut digunakan oleh pelaku terhadap korban yang memiliki kekuatan fisik yang sama dengan atau melebihi kekuatan fisik pelaku. Sehingga alat bantu itu memiliki arti penting dalam pelaksanaan perbuatan pidana pembunuhan. b. Tanpa menggunakan alat bantu Pelaku sewaktu melakukan perbuatan pidana pembunuhan hanya menggunakan kekuatan fisiknya saja. Perbuatan tanpa menggunakan alat bantu, umumnya ditujukan terhadap korban yang tidak memiliki kekuatan fisik untuk mengadakan perlawanan, misalnya pembunuhan yang dilakukan seorang ibu terhadap anak yang baru lahir atau sesaat sesudah dilahirkan. Cara paling sering dilakukan terhadap korban ini adalah dengan cara : 1). mencekik leher sampai mati 2).membuang ketempat yang tidak memungkinkan korban dapat hidup seperti : - membuang tubuh korban ke tempat sepi - menghanyutkan korban ke sungai - membuang korban ke sungai - membuang korban ke dalam jurang
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Tindak pidana pembunuhan ditengah keluarga justru dilakukan oleh anggota keluarga itu sendiri. Dalam arti adanya ikatan/pertalian antara pelaku dengan korban yang seharusnya untuk saling melindungi, antara pelaku dan korban sudah saling kenal. Dari berbagai kasus pembunuhan yang terjadi, perlu juga diperhatikan peranan korban dalam terciptanya tindak pidana pembunuhan tersebut : “Provokasi oleh korban adalah cara perilaku lain yang membantu meningkatkan suatu interaksi kekerasan”. 46 Tindakan korban berupa perbuatan yang dapat menyinggung perasaan pelaku untuk bertindak melampiaskan emosinya, seperti pertengkaran dalam rumah tangga antar sesama anggota keluarga.
46
Ibid, halaman 29.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
BAB IV KASUS DAN ANALISA KASUS A. Kasus 1. Tindak Pidana Pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang baru dilahirkannya. Perkara no.
: 1902/Pid.B/PN.Mdn/2006
Tanggal Kejadia
: Sabtu 6 April 2006, jam 04.00 wib
Tempat Kejadian
: Jalan Mabar No. 6, Medan
Pelaku
: Wagini alias Saring, tempat lahir di Dolok Melangir, jenis kelamin perempuan, kebangsaan Indonesia, tempat tinggal di Jalan Pertahanan Gg. Sidomulyo No. 55 Kelurahan Sidorejo Medan, agama islam, pekerjaan pembantu rumah tangga.
Korban
: Anaknya sendiri yang baru dilahirkan.
Kasus Posisi Pada hari Sabtu tanggal 6 April 2006 sekira jam 04.00 wib. Di dalam kamar mandi rumah tempat terdakwa Wagini al. Saring bekerja, dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan dengan cara membuang bayi dan uri bayi ke dalam parit di depan rumah tempat terdakwa bekerja hingga tidak Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
bernyawa lagi. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa karena takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak hasil hubungan gelap dengan pacar.
Pertimbangan Hukum Berdasarkan fakta-fakta yang ada, maka dengan demikian, perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh Jaksa yaitu : Dakwaan Primer
: melanggar pasal 342 KUHPidana
Dakwaan Subsider
: melanggar pasal 341 KUHPidana
Dakwaan Subsider lagi
: melanggar pasal 181 KUHPidana
Oleh karena di dalam persidangan salah satu unsur dari pasal 342 KUHPidana tersebut yaitu “pembunuhan anak dengan direncanakan lebih dahulu” tidak dapat dibuktikan maka dakwaan Primer dikesampingkan. Selanjutnya dakwaan Subsider melanggar pasal 341 KUHPidana menurut pertimbangan majelis hakim dapat dibuktikan sepenuhnya.
Pembuktian - adanya keterangan 5 orang saksi. - adanya keterangan terdakwa.
Hal-hal yang Memberatkan - tidak ada.
Hal-hal yang Meringankan - terdakwa mengaku dengan terus terang sehingga tidak mempersulit pemeriksaan. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- terdakwa menyesali perbuatannya. - terdakwa belum pernah dihukum.
Putusan Hakim Setelah mendengar keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan mempertimbangkan semua hal-hal yang meringankan bagi terdakwa, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa terdakwa telah terbukti bersalah dan meyakinkan telah melakukan kejahatan seperti yang didakwakan kepadanya oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar pasal 341 KUHPidana yaitu: “Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak dihukum, karena makar mati terhadap anak (kinderdoodslag), dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun”. Dan oleh karena itu menghukum terdakwa dengan hukuman penjara selama 2(dua) tahun 6(enam) bulan potong masa tahanan dengan membayar ongkos perkara sebesar Rp. 500,- (lima ratus rupiah).
2. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya terhadap anaknya
Perkara no.
: 1998/Pid. B/PN. Mdn/2006
Tanggal Kejadian
: Minggu 1 Juli 2006, jam 16.00 wib.
Tempat Kejadian
: Kompleks Rumah Sakit Kusta P. Sicanang, Kecamatan Medan Kota Belawan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Pelaku
: Hermanto marpaung, tempat lahir di Bahligas Kabupaten Simalungun, jenis kelamin perempuan, kebangsaan Indonesia, tempat tinggal kompleks RS Kusta P. Sicanang Belawan, pekerjaan bertani
Korban
: anaknya sendiri
Kasus Posisi Pada hari Minggu tanggal 1 juli 2006 sekira jam 20.00 wib. Di dalam rumah terdakwa bersama korban di kompleks RS. Kusta P. Sicanang Belawan, terdakwa Hermanto marpaung dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain yaitu anaknya sendiri bernama Dengar Marpaung dengan cara memberikan minuman keras cap kambing putih (kamput) sebanyak satu botol besar kepada korban. Setelah korban mabuk dan tertidur diatas kursi lalu terdakwa mengambil kampak dan memukulkan ke kepala korban sebanyak dua kali dan memukul tangan korban dengan kampak tersebut. Selanjutnya terdakwa mengambil sepotong besi , lalu memukul tubuh korban yaitu muka, mulut, leher, dada, dan kemaluan korban sehingga meninggal dunia.
Pertimbangan Hukum Berdasarkan fakta-fakta yang ada, maka dengan demikian perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh Jaksa yaitu : Dakwaan Primer
: melanggar pasal 340 KUHP.
Dakwaan Subsider
: melanggar pasal 338 KUHP.
Dakwaan Lebih Subsider
: melanggar pasal 355 ayat (1), (2) KUHP.
Dakwaan Lebih Subsider Lagi
: melanggar pasal 351 ayat (3) KUHP.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Oleh karena di persidangan setelah mendengarkan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, visum et repertum, maka dalam tuntutan pidana dari Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa dakwaan primer, subsider, lebih subsider, dan lebih subsider lagi tidak terbukti sehingga memohon agar terdakwa dibebaskan dari dakwaan ini. Selanjutnya dakwaan lebih-lebih subsider lagi telah terbukti dengan sah dan meyakinkan. Akan tetapi menurut pertimbangan hukum Majelis Hakim memutuskan bahwa terdakwa terbukti dengan sah dan meyakinkan telah melanggar pasal 353 ayat (1), (3) KUHPidana.
Pembuktian - Adanya keterangan 5 orang saksi. - Adanya keterangan terdakwa. - Adanya keterangan surat visum et repertum dari dokter RSU Pirngadi Medan, tanggal 2 juli 2006 no. 191/VII/VR/FM/2006, yang isinya berkesimpulan menyebutkan bahwa kematian korban disebabkan oleh karena pendarahan pada kepala, patah tulang dada, pendarahan dalam rongga dada akibat rusak pasa tumpul, yang disertai dengan luka-luka robek dan luka lecet pada kepala, luka-luka memar di dada dan pada bahagian tubuh lainnya.
Hal-hal yang memberatkan - Perbuatan terdakwa menyebabkan suaminya sendiri meninggal dunia.
Hal-hal yang meringankan - Terdakwa telah lanjut usia (57) tahun dan korban ketika masih hidup sering melakukan pemukulan terhadap terdakwa. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- Adanya surat pernyataan dari masyarakat lingkungan kompleks RS. Kusta P. Sicanang Belawan, yang pada pokoknya menerangkan bahwa korban selalu membuat onar dan sering mabuk-mabukan.
Putusan Hakim Setelah mendengar keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa terdakwa telah terbukti bersalah dan meyakinkan telah melakukan kejahatan seperti yang didakwakan kepadanya oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar pasal 353 ayat (1), (3) KUHPidana yaitu : “(1) Penganiayaan yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu dihukum penjara selama-lamanya empat tahun ; (2) Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya ia dihukum penjara selamalamanya sembilan tahun”. Dan oleh karena itu menghukum terdakwa dengan hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan potong masa tahanan sementara dengan membayar ongkos perkara sebesar Rp. 500 (lima ratus rupiah).
B. Analisa kasus 1. Tindak Pidana Pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang baru dilahirkannya Tanggapan Setelah membaca dan menganalisis kasus tersebut diatas, penulis akan memberikan tanggapan yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- bahwa terhadap terdakwa dibebaskan dari dakwaan primer karena tidak terbukti dengan sah dan meyakinkan melanggar pasal 342 KUHPidana dimana unsur “pembunuhan anak dengan direncanakan lebih dahulu” tidak terbukti dalam persidangan. Dalam hal dakwaan primer ini, penulis sependapat dengan Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum sehingga terdakwa wajar dibebaskan dari dakwaan primer. - bahwa terhadap terdakwa dikenakan dakwaan subsider karena menurut pertimbangan Majelis Hakim sesuai dengan tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum telah terbukti dengan sah dan meyakinkan telah bersalah melanggar pasal 341 KUHPidana. Dalam dakwaan subsider ini, penulis juga sependapat dengan Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum karena berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap keterangan saksi-saksi dan terdakwa di persidangan telah terbukti dengan sah dan meyakinkan telah bersalah melanggar pasal 341 KUHPidana, dan unsurunsurnya telah dipenuhi yaitu : 1. Sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, dimana setelah dia melahirkan bayinya lalu memotong tali pusat dengan pisau silet kemudian terdakwa membuang bayi dan uri anak tersebut kedalam sebuah parit hingga tidak bernyawa lagi. 2. Karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak. Sesuai dengan pengakuan terdakwa sendiri, bahwa anak yang baru dilahirkannya ia bunuh dengan cara memotong tali pusat dan membuang kedalam parit karena ia malu dan takut diketahui orang bahwa ia telah melahirkan anak hasil hubungan gelapnya dengan orang lain.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
3. Bahwa bayi yang baru dilahirkan masih hidup dan belum mati. Sesuai dengan pengakuan terdakwa bahwa bayi yang baru dilahirkannya tersebut masih bergerak dan bernyawa. - bahwa terhadap terdakwa Majelis Hakim telah menjatuhkan hukuman penjara selama 2(dua) tahun 6(enam) bulan, sementara Jaksa Penuntut Umum supaya Majelis Hakim yang mengadili perkara ini memutuskan menjatuhkan pidana berupa hukuman penjara selama 4(empat) tahun dengan ketentuan dipotongkan selama ia berada dalam tahanan sementara. Dalam hal penjatuhan hukuman ini penulis kurang sependapat dengan putusan dari Majelis Hakim yang terlampau ringan dibandingkan dengan kesalahan terdakwa. Adapun alasan penulis menyatakan demikian adalah bahwa perbuatan terdakwa tersebut tidak berperikemanusiaan, karena dia tega untuk melakukan pembunuhan terhadap anak atau bayinya sendiri hanya karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak. Jadi penulis lebih sependapat dengan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum yang menuntut lebih berat dari putusan Majelis Hakim. Hal ini menurut penulis adalah wajar dan setimpal dengan perbuatan terdakwa dan lagi pula agar terdakwa mendapat cukup waktu yang lama untuk dibimbing di Lembaga Pemasyarakatan agar kelak di kemudian hari apabila ia telah bebas di masyarakat tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.
2. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya terhadap anaknya
Tanggapan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Setelah membaca dan menganalisis kasus tersebut tersebut diatas, penulis akan memberikan tanggapan yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : - bahwa terhadap terdakwa oleh Majelis Hakim telah dinyatakan terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah melanggar pasal 353 ayat (1), (3) KUHPidana (dakwaan lebih subsider lagi). Terhadap putusan Majelis Hakim ini, penulis tidak sependapat, juga terhadap tuntutan pidana dari Jaksa Penuntut Umum yang menuntut terdakwa dengan pasal 351 ayat (3) KUHPidana. - bahwa berdasarkan keterangan sanksi-sanksi, keterangan terdakwa, keterangan surat visum et repertum menurut pertimbangan penulis, kepada terdakwa adalah lebih tepat apabila dikenakan pasal 338 KUHPidana (dakwaan subsider). - bahwa alasan penulis menyatakan demikian adalah karena menurut pemeriksaan di persidangan terpenuhi semua unsur-unsur dari mpasal 338 KUHPidana yaitu : 1. Unsur barang siapa : Barang siapa dalam perkara ini adalah Dameria br. Sinaga sendiri. 2. Unsur dengan Sengaja Dari keterangan saksi-saksi serta keterangan terdakwa, dapat kita ketahui bahwa korban adalah seorang anak yang suka mabuk-mabukan, selalu membuat onar di sekitar lingkungan tempat tinggal, dan sering memukuli terdakwa dan mengancam membunuhnya. Lalu terdakwa teringat kesukaan korban minum minuman keras lalu memberikan kepada korban untuk meredakan amarahnya. Sesudah itu terdakwa pergi ke dapur dan disana terdakwa melihat kampak kayu disampingnya dan seketika itu timbul niat untuk membunuh korban lalu mendatangi korban serta memukulkan kampak kearah kepala sehingga korban jatuh tersungkur. Sesudah itu terdakwa pergi ke dapur lagi mengambil sepotong besi per, selanjutnya memukul muka, dada, Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
leher, tangan dan kemaluan korban dan baru berhenti sesudah korban tidak bergerak lagi. Dari tindakan terdakwa yang sedemikian rupa ini adalah sulit diterima akal sehat bahwa ia tidak bermaksud membunuh korban agar terdakwa terlepas dari penderitaan akibat kekejaman korban terhadapnya. 3. Unsur Menghilangkan Jiwa Orang Lain ; Jiwa orang lain yang hilang dalam perkara ini adalah jiwa korban Dengar Marpaung. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka telah terpenuhi unsurunsur dari pasal 338 KUHPidana. - bahwa terhadap terdakwa Majelis Hakim telah menjatuhkan hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan potong masa tahanan sementara. Dalam hal penjatuhan hukuman ini penulis sangat sependapat dengan Majelis Hakim karena menurut pertimbangan penulis bahwa Majelis Hakim telah memperhatikan secara teliti hal-hal yang menyebabkan mengapa terdakwa sampai melakukan pembunuhan terhadap korban yang juga suami terdakwa sendiri.
C. Upaya-upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pembunuhan Anak
Setelah
mempelajari
kriminologi
dengan
segala
segi-seginya
telah
memberikan pengertian kepada kita bahwa pada hakekatnya tujuan mempelajari pengetahuan tentang sebab musabab kejahatan itu adalah untuk memberantas kejahatan guna mencipatakan suatu masyarakat aman dan sejahtera. Sehingga timbul pertanyaan, dapatkah kejahatan itu diberantas dan dihilangkan sama sekali dari masyarakat?
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Untuk menjawab pertanyaan ini penulis akan mengemukakan pendapat Prof. Frank Tennenbaum tentang kejahatan yaitu : “Crime adalah persoalan lokal dan melekat dimana masyarakat itu ada. Manusia sepanjang kita ketahui, lahir dan hidup dalam kelompok-kelompok, tipe dan corak organisasi kemanusiaan. Dan didalam organisasi kemanusiaan ini sifat-sifat manusia tidak selalu sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah perbuatan manusia yang dinamakan kejahatan (sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki masyarakat). Namun demikian crime tersebut, kita anggap saja tidak akan dapat dihapuskan sama sekali, kecuali dalam pikiran utopis yang sebenarnya tidak akan ada”. 47 Dari pernyataan tersebut diatas jelas kita ketahui bahwa kejahatan itu tidak mungkin bisa dihilangkan sama sekali, yang mungkin adalah mengurangi atau membatasinya. Memang jelas bahwa kejahatan tidak dikehendaki oleh masyarakat, akan tetapi justru kejahatan tersebut senantiasa ada dalam masyarakat dan dilakukan oleh anggota masyarakat
juga.
Maka
para
ahli
kriminolog
hampir
sependapat
bahwa
penanggulangan terhadap kejahatan hanya dapat dilakukan secara menekan atau mengurangi berkembangya dan memperbaiki penjahat agar supaya ia dapat kembali sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam rangka itulah maka untuk menanggulangi terjadinya kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan, dapat diambil langkah-langkah penanggulangan sebagai berikut : 1. Upaya Preventif 2. Upaya Repressif 3. Upaya Reformatif
1. Upaya Preventif 47
Soedjono D. SH, 1983, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung,
halman 1. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Yang dimaksud dengan upaya preventif adalah suatu tindakan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan tersebut. Jadi tindakan ini adalah suatu perbuatan/upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan yang dilakukan jauh sebelum kejahatan itu terjadi. Metode ini dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu faktorfaktor/sebab-sebab terjadinya kejahatan tersebut. Dengan demikian upaya ini merupaka tugas masyarakat dan penegak hukum secara bersama-sama, dan metode ini dapat dilakukan dengan cara yaitu : a. Cara Abolisionistik, yaitu suatu cara atau upaya penanggulangan kejahatan dengan cara menghilangkan/mengurangi faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejahatan, atau dengan kata lain menghilangkan sebab-sebab kejahatan. b.Cara Moralistik, yaitu suatu upaya penanggulangan kejahatan dengan cara memberikan penyuluhan hukum, bimbingan agama, pembinaan mental dengan tujuan agar masyarakat tidak menjadi anggota pelanggar peraturan. c. Disamping kedua cara tersebut diatas, upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kehidupan keluarga yang harmonis yaitu dengan cara pembentukan kesadaran mutu keluarga yang menyatu diatas segala kepentingan lainnya. Menjaga kelestarian hubungan tali perkawinan sebagai hubungan yang sakral yang wajib dihormati. Sehubungan dengan itu, dengan memeperhatikan faktor-faktor penyebab terjadinya pembunuhan dalam keluarga, maka upaya preventif yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan menurut penulis dapat dilakukan dengan cara :
a. Usaha pencegahan, seperti :
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dibidang hukum kepada masyarakat, baik oleh pihak kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. - Meningkatkan pembinaan rohani/meningkatkan pelayanan agama terhadap masyarakat terutama anak-anak dan remaja. - Menjalin komunikasi yang baik sesama warga masyarakat khususnya dalam keluarga, serta menghindari terjadinya perpecahan di dalam keluarga agar kasih terhadap sesama anggota keluarga tetap tumbuh dan terpelihara dengan baik. - Menghindarkan diri dari sikap menang sendiri, egois dan sok kuasa diantara sesama anggota keluarga. - Memperketat larangan penjualan minuman keras tanpa izin dan narkotika, serta mencegah peredarannya di kotamadya Medan. - Mengadakan pembinaan ketrampilan kepada pemuda putus sekolah (pengganguran), sehingga dengan demikian mereka memiliki keterampilan dan modal untuk membuka usaha. - Menekan arus urbanisasi sekecil mungkin. - Dan lain sebagainya
b. Usaha Pengawasan, seperti : - Meningkatkan disiplin dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan diperoleh penggunaan waktu yang efektif, serta adanya kegiatan yang terarah. - Meningkatkan hubungan/komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua, sehingga orang tua dapat mengawasi semua perkembangan kejiwaan anak-anaknya. - Memperketat sensor/pengawasan terhadap iklan dan film, serta media massa lainnya yang bersifat merangsang atau mempertontonkan kejahatan-kejahatan sehingga mendorong minat orang lain untuk berbuat jahat. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
- Meningkatkan pengawasan/patroli dari pihak keamanan khususnya pada beberapa tempat yang dianggap ramai dan rawan kejahatan di kotamadya Medan. - Meningkatkan pengawasan/razia terhadap penduduk kotamadya Medan yang identitasnya tidak jelas/lengkap. 2. Upaya Represif Upaya repressif dilakukan setelah terjadinya peristiwa pidana. Seseorang yang telah melakukan tindak pidana akan menjalani proses pemeriksaan yang akhirnya akan menerima vonis dari hakim yang apabila terbukti bersalah akan dijatuhi hukuman dengan mengasingkannya dari lingkungan masyarakat ke suatu tempat yang disebut “Lembaga Pemasyarakatan”. Pemberian hukuman ini adalah merupakan suatu upaya pengekangan terhadap pelaku kejahatan agar tidak campur dengan lingkungan masyarakat guna melindungi ketentraman masyarajkat. Jadi hukuman berupa pidana adalah sesuatu yang harus ada sebagai konsekwensi logis dilakukannya kejahatan karena sudah barang tentu setiap kejahatan harus dijatuhi hukuman. Dengan demikian dijatuhkannya hukuman berupa pidana adalah merupakan maksud daripada usaha penangulangan kejahatan dengan cara repressif. Seorang pelaku akan dijatuhi hukuman berupa pidana apabila perbuatannya telah sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam pasal-pasal KUHP. Akan tetapi apabila kita perhatikan pasal-pasal dalam KUHP, tidak akan tetapi kita perhatikan pasal-pasal dalam KUHP, tidak akan kita temui satu pasalpun yang mengatur dengan tegas tentang pembunuhan dalam keluarga, pelaku hanya dapat dipertanggung-jawabkan terhadap pasal 338 KUHP. Dimana hal ini menurut penulis kurang relevan, sebab pembunuhan dalam keluarga adalah suatu bentuk pembunuhan dengan corak yang tersendiri, yaitu adanya hubungan keluarga antara pelaku dengan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
korban yang seharusnya untuk saling melindungi merupakan unsur penting yang harus diperhatikan secara tersendiri. Sehingga menurut hemat penulis, untuk berhasilnya upaya repressif ini hendaknya masalah pembunuhan dalam keluarga ini dapat diatur dengan tegas sebagai suatu yang berdiri sendiri. Dan rasa-rasanya telah tiba saatnya untuk memikirkan masalah pembunuhan dalam keluarga ini, bahkan kalau bisa merumuskannya dengan tegas dalam konsep penyusunan KUHP Nasional yang akan datang. Dengan dirumuskannya pembunuhan dalam keluarga dalam pasal-pasal KUHP, maka penanggulangan terhadap meningkatnya pembunuhan dalam keluarga di Indonesia dan di kotamadya Medan khususnya dengan cara repressif ini akan dapat lebih dirasakan manfaatnya.
3. Upaya Reformatif Pengertian upaya reformatif adalah suatu bentuk usaha untuk merubah kembali seseorang yang telah melakukan kejahatan dan kejahatan itu tidak akan terulang kembali apabila dia telah kembali ke masyarakat. Pembinaan para narapidana selama menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, maka disini Lembaga Pemasyarakatan berfungsi sebagai rumah sakit, sebagai tempat orang yang sakit. Lembaga Pemasyarakatan merehabilitasi para narapidana dengan mengobati sakit mentalnya, dan membekali mereka dengan berbagai keterampilan, sehingga apabila dia telah selesai menjalani hukumannya telah mempunyai persiapan sebagai bekal untuk kembali ke masyarakat. Upaya reformatif ini meliputi antara lain : Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
a. Pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan konsep lembaga, bahwa istilah hukuman penjara telah tergeser titik beratnya kepada pembinaan. Maka dalam Lembaga Pemasyarakatan perlu kegiatan : - pembinaan ketrampilan. - pembinaan agama dan moral. - pembinaan mental dan spiritual. - pemupukan kesegaran jasmani dan rohani. b. Pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan : - belajar di tempat latihan kerja milik industri/dinas lain (Balai Latihan Kerja) - beribadah dengan sembahyang di mesjid, gereja. - berolahraga bersama masyarakat. - pemberian pembebasan bersyarat. Dari pengetahuan yang diperoleh sebagai sebab-sebab terjadinya pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan, maka usaha-usaha reformatif yang dapat dilakukan khusus terhadap pelaku pembunuhan dalam keluarga menurut hemat penulis adalah sebagai berikut : a. Mengupayakan suatu tempat yang terpisah bagi pelaku pembunuhan dalam keluarga dengan pelaku kejahatan lainnya, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan pengalaman antara pelaku pembunuhan dengan pelaku kejahatan lainnya. b. Mengadakan pengawasan/pengamatan secara terpadu terhadap perkembangan jiwa ataupun tingkah laku dari pelaku pembunuhan dalam keluarga, khususnya yang oleh karena kelainan jiwa.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
c. Meningkatkan penyuluhan dan atau pembinaan mental kepada pelaku pembunuhan dalam keluarga yang bermanfaat bagi tumbuh dan berkembangya iman pelaku. d. Membina para pelaku dalam bidang ketrampilan yang dapat bermanfaat sebagai bekal pelaku apabila suatu saat dia kembali ke tengah masyarakat. e. Mengaktifkan para pelaku dengan berbagai bidang kegiatan seperti olah raga dan seni yang bertujuan untuk membebaskan pelaku dari derita batin yang menghantui pikirannya sebagai akibat dari perbuatannya. f. Dan lain sebagainya. Untuk tercapainya hal-hal di atas bukanlah mudah dan bukan pula hanya tanggung jawab petugas Lembaga Pemasyarakatan semata, melainkan adalah tanggung jawab semua pihak. Tanpa terkecuali masyarakat juga dan khususnya keluarga pelaku sangat besar peranannya dalam upaya penanggulangan pembunuhan dalam keluarga ini di kotamadya Medan, sebab menjadi pertanyaan adalah bagaimana sikap/reaksi penerimaan masyarakat/keluarga pelaku itu sendiri apabila kelak di kemudian hari pelaku pembunuhan dalam keluarga itu selesai menjalani masa hukumannya. Apabila masyarakat/keluarga bersikap mengucilkannya apabila telah kembali, maka semua upaya penanggulangan yang telah dikemukakan diatas akan jadi sia-sia. Dan bahkan tidaklah mustahil sikap yang demikian akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Pada akhirnya penulisan skripsi ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan yang berupa inti sari dari penguraian skripsi ini. Kesimpulan ini juga merupakan jawaban dari permasalahan-permasalahan yag diajukan pada awal penulisan skripsi ini sekaligus merupakan hasil pengujian hipotesa yang telah dilakukan dalam pembahasan materinya. Maka dari penguraian skripsi ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa disamping faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan pada umumya, maka faktor-faktor pendorong meningkatnya tindak pidana pembunuhan oleh orang tua terhadap anak dapat digolongkan atas beberapa faktor yaitu : -
Faktor intern
-
Faktor ekstern Disharmoni keluarga, ketidakmampuan orang tua dalam keluarga serta
semakin menipisnya rasa kasih dalam keluarga juga merupakan gejala awal dari sebab terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Hubungan antar keluarga dalam rumah tangga erat hubungannya dengan terjadinya tindak pembunuhan anak oleh orang tua dalam keluarga. Oleh sebab itu kriminologi dalam peranannya untuk menanggulangi terjadinya tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tua dalam keluarga dengan mengarahkan pemikiran dan penyelidikan kriminologi kepada hubungan kondisi rumah tangga dengan kejahatan. 2. Bahwa upaya-upaya yang dapat diambil dalam penanggulangan terjadinya tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tua dalam keluarga adalah sebagai berikut : - Upaya preventif. - Upaya represif.
B. Saran Adapun saran-saran yang dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut 1. Dalam rangka penyusunan konsep KUHP Nasional yang akan datang perlu dipertimbangkan penempatan tersendiri dalam pasal-pasal KUHP, tentang tindak pidana pembunuhan dalam keluarga khusunya pembunuhan orang tua kepada anaknya. 2. Di dalam rumah tangga perlu dijaga dan diperhatikan suasana kehidupan keluarga yang harmonis sehingga rasa kasih dan sayang tetap terpelihara antara orang tua dan anak 3. Hendaknya pemerintah dalam menentukan arah kebijaksanaan pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah sebagai kelompok masyarakat terbanyak di kotamadya Medan. 4. Hendaknya pemerintah dapat menertibkan dan membatasi peredaran baik film-film maupun
bacaan-bacaan
yang
mengutamakan/menyajikan
adegan-adegan
kekerasan dan kesadisan. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
5. Dalam mengatasi dan menanggulangi gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga dalam masyarakat, sudah saatnya pemerintah mendirikan klinik bimbingan psikologi yang ditangani oleh psikiater dan psikolog.
DAFTAR PUSTAKA
Arrasjid, Chainur, SH,1988, Pengantar Psikologi Kriminal, Penerbit Yani Corporation, Medan. Bassar, Sudradjat, M 1986 , Tindak-tindak Pidana tertentu di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Remaja Karya, Bandung. Bonger, WA, 1981, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, ghalia-Indonesia, edisi ke empat. Jakarta Bonger, WA, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, PT Pembangunan, Jakarta. Bouman, 1961, Sosiologi Pengertian dan masalah, cetakan keenam, Yayasan Kanisius, Semarang. Chazawi, Adami, 2000, Hukum Pidana II, Grafindo Persada, Jakarta. Godwin, Godwin, 1957, Criminal Man, New York Guilford, 1954, General Psychology, edisi kedua, Kanada. Kartini -kartono, 1981, Psycology abnormal, Alumni Bandung.Bandung. Kusumah, Mulyana, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009
Mansyurdin, T, SH, 1981, Sosiologi Bagian Pertama, Fakultas Hukum USU Medan. Noach Simanjuntak SH, 1984. Kriminologi, Tarsito, Bandung, Prakoso, Joko, SH, 1986 Peranan Psikologi dalam Pemeriksaan Tersangka pada tahap penyidikan. Simanjuntak, B,
SH, 1981, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni,
Bandung.
Soedjono D. SH, 1983, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung, Soemitro, Irma Setyowati , 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta. Soesilo, R, 1985, Kriminologi, Politea, Bogor, Sutherland-Cressey, 1955, Principle of Criminology. Edisi kelima. New York Terry, R. George.1986, Azas-azas Manajemen, Wadong, Maulana Hasan , 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta. Yusuf, Syafri,1978, Ilmu jiwa Kepemimpinan, Bandung.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008. USU Repository © 2009