PEMBERIAN PROBIOTIK PADA AKHIR PEMELIHARAAN TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN ORGAN IMUNITAS AYAM BROILER
NURKHOLIS
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pemberian Probiotik pada Akhir Pemeliharaan terhadap Persentase Karkas dan Organ Imunitas Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016
Nurkholis D24110038
ABSTRAK NURKHOLIS. Pemberian Probiotik pada Akhir Pemeliharaan terhadap Persentase Karkas dan Organ Imunitas Ayam Broiler. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan WIDYA HERMANA. Pabrik pakan menambahkan obat hewan berupa antibiotik ke dalam pakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon pemberian probiotik pada akhir pemeliharaan dalam upaya menurunkan residu antibiotik terhadap persentase karkas dan organ imunitas ayam broiler. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Peubah yang diamati adalah persentase timus, limpa dan bursa fabricius, serta persentase potongan karkas komersial. Ternak yang digunakan adalah ayam broiler strain CP 707 Arbor Arcres sebanyak 200 ekor umur 1 hari. Perlakuan yang diberikan P1= pakan A (5 minggu),P2 = pakan B (5 minggu), P3 = P1 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P4 = P2 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P5 = P1 diganti pakan basal + probiotik ( 3 hari terakhir), dan P6 = P2 diganti pakan basal + probiotik (3 hari terakhir). Hasil penelitian menunjukkan pemberian probiotik dan pakan basal pada satu minggu dan tiga hari terakhir secara nyata menurunkan bobot hidup akhir, persentase potongan komersial paha atas, paha bawah, dan punggung. Pemberian pakan basal dan probiotik menaikan persentase lemak abdominal dan menurunkan persentase timus. Kata kunci: organ imunitas, pakan komersial, potongan karkas komersial, residu antibiotik
ABSTRACT NURKHOLIS. Feeding Probiotics at the End of Rearing Periode on the Carcass Percentage and Immunity Organs of Broiler. Supervised by RITA MUTIA and WIDYA HERMANA. Feed mills add livestock drugs such as antibiotic into diets. The purpose of this study was to compare the response of feeding probiotics at the end of rearing periode in effort to reduce antibiotic residues on the carcass percentage and immunity organs of broiler. This study used a completely randomized design with 6 treatments and 3 replications. The variables measured were the thymus percentage, lymph, and bursa fabricius, and percentage of carcass commercial cuts. The research used 200 DOC broiler CP 707 strains Arbor Arcres. The treatments P1 = feed A (5 weeks), P2 = feed B (5 weeks), P3 = P1 replaced basal feed + probiotic (last 7 days), P4 = P2 replaced basal feed + probiotic (last 7 days), P5 = P1 replaced basal feed + probiotic (last 3 days), and P6 = P2 replaced basal feed + probiotic (last 3 days. The results showed that feeding probiotics and basal diet (last 7 and 3 days) significantly reduced final weight, percentage of upper thigh cuts, drum stick and back. The feeding basal diet and probiotics increased percentage of abdominal fat and decreased percentage of thymus. Keywords: antibiotic residue, carcass commercial cuts, commercial immunity organs
feed,
PEMBERIAN PROBIOTIK PADA AKHIR PEMELIHARAAN TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN ORGAN IMUNITAS BROILER
NURKHOLIS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Pemberian Probiotik pada Akhir Pemeliharaan terhadap Persentase Karkas dan Organ Imunitas Ayam Broiler”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sejak bulan September 2014 hingga Oktober 2014. Pakan komersial merupakan pakan yang banyak beredar di pasaran. Penggunaan pakan komersial lebih disukai karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak lebih cepat. Namun dalam pembuatanya, pabrik pakan biasanya menambahkan antibiotik ke dalam pakan tersebut sehingga dapat menimbulkan residu antibiotik terhadap produk ternak. Pemberian pakan basal sebagai pengganti pakan komersial yang dihentikan dalam waktu yang berbeda merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kandungan residu tersebut dengan pengukuran persentase karkas dan organ imun sebagai indikatornya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2016
Nurkholis
DAFTAR ISI PENDAHULUAN METODE Materi Bahan Ternak Kandang dan Peralatan Ransum Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Persiapan Pakan Komersial dan Basal Pemeliharaan Broiler Pelaksanaan Panen Pengukuran Persentase Potongan Komersial Karkas Pengukuran Persentase Organ Imunitas Rancangan Percobaan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Akhir, Karkas dan Lemak Abdomen Persentase Potongan Komersial Karkas Persentase Organ Imunitas SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
1 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 5 5 6 7 8 8 10 12 15 15 15 15 17 20 20
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
6 7
Kandungan nutrisi pakan komersial Komposisi dan kandungan nutrisi pakan basal Komposisi Vita Chicks dan Vita Stress Jenis dan komposisi bakteri probiotik EM-4 peternakan Pengaruh pemberian probiotik tujuh dan tiga hari terakhir terhadap bobot badan akhir, persentase karkas dan lemak abdomen ayam broiler umur lima minggu Pengaruh pemberian probiotik tujuh dan tiga hari terakhir terhadap Persentase potongan komersial karkas ayam broiler umur lima minggu Pengaruh pemberian probiotik tujuh dan tiga hari terakhir terhadap persentase organ imunitas broiler umur lima minggu
2 3 3 4
8 11 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Hasil analisis ragam timus Hasil uji duncan timus Hasil analisis ragam limpa Hasil analisis ragam bursa fabrisius Hasil analisis ragam bobot hidup Hasil uji duncan bobot akhir Hasil analisis ragam karkas Hasil analisis ragam potongan komersial dada Hasil analisis ragam potongan komersial sayap Hasil analisis ragam potongan komersial paha atas Hasil analisis ragam potongan komersial paha bawah Hasil analisis ragam potongan komersial punggung Hasil analisis ragam lemak abdomen
17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 18 19 19
1
PENDAHULUAN Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi protein hewani semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, hal itu mendorong terjadinya peningkatan pada permintaan produk peternakan. Salah satu produk peternakan yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani adalah daging ayam broiler. Daging ayam dipilih karena memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan daging kambing dan sapi, serta ayam broiler memiliki produksi lebih cepat, pertumbuhan bobot badan relatif lebih cepat, dan memiliki konversi pakan yang baik sehingga lebih mendatangkan keuntungan. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha ayam broiler. Dalam perkembanganya, untuk meningkatkan produksi ayam broiler banyak dilakukan penambahan antibiotik sebagai growth promotor yang dicampur dalam ransum ayam broiler. Menurut Waldroup et al. (2003), antibiotik dalam pakan unggas sendiri berfungsi sebagai growthh promoter atau pemicu pertumbuban ternak, mengendalikan infeksi dari bakter, sehingga dapat membantu dalam memperbaiki penampilan ternak utamanya terbebas dari infeksi penyakit yang dapat mendatangkan kerugian bagi suatu peternakan. Namun, penambahan antibiotik yang berlebih dalam pakan dapat mengakibatkan residu antibiotik pada produk ternak. Hasil penelitian Poetri (2015) menunjukkan bahwa pemberian pakan komersial yang mengandung antibiotik selama lima minggu, ditemukan residu antibiotik jenis mikrolida dan aminoglikolida pada organ hati ayam broiler. Kecemasan konsumen akan residu antibiotik yang disebabkan oleh pemberian pakan mengandung antibiotik membuat perlu adanya alternatif pengganti antibiotik sebaga growth promotor. Salah satu alternatif yang dilakukan adalah pemanfaatan probiotik. Fuller (1992) mendefinisikan probiotik adalah suplemen pakan berupa mikroba hidup, yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi ternak inang dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Syarat probiotik yang dapat digunakan adalah tidak toksik, mampu bertahan dalam suasana asam, dan dapat menekan mikroorganisme patogen. Jenis probiotik yang sudah banyak digunakan dalam peternakan adalah probiotik EM-4 yang mengandung bakteri BAL. Dengan pemberian probiotik diharapkan dapat mengantikan fungsi antibiotik sebagai growth promotor dan dapat menurunkan residu antibiotik pada produk ternak. Menurut Poetri (2015), pemberian probiotik EM-4 selama tujuh hari terakhir mengantikan pemberian antibiotik dalam pakan komersial dapat menghilangkan residu antibiotik jenis mikrolida dan aminoglikolida pada organ hati ayam broiler. Pemberian probiotik juga dapat menyeimbangkan mikroorganisme saluran pencernaan (Soeharsono 1997), sehingga diharapkan dapat meningkatkan performa ayam broiler. Selain itu, probiotik juga dapat merangsang sistem imun dan meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi (Fuller 1992), sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemberian probiotik pada akhir pemeliharaan terhadap persentase karkas dan organ imunitas ayam broiler.
2
METODE Materi Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial A dan B, pakan basal, Vita Chick, Vita Stress, dan probiotik EM-4 cair. Pakan basal terdiri dari jagung kuning, CGM, kungkil kedelai, tepung ikan, CPO, minyak, CaCO3, garam, dan premix. Ternak Ternak yang digunakan adalah ayam broiler CP 707 Arbor Arcres yang diproduksi oleh PT Charoen Phokphand Jaya Farm sebanyak 200 ekor dipelihara sampai 35 hari dan diambil 18 ekor dengan metode sampling untuk pengukuran peubah. Kandang dan Peralatan Kandang yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah kandang boks dengan alas sekam padi, yang berjumlah 20 buah berukuran 1.5 x 1.5 x 1 meter dengan masing-masing kandang berisi 10 ekor ayam. Setiap kandang dilengkapi dengan satu lampu 40 watt sebagai pemanas (brooder) dan penerangan, satu buah tempat pakan, serta satu buah tempat minum. Peralatan yang digunakan adalah tempat pakan (nampan dan gantung), tempat minum, tirai penutup kandang, kertas koran, lampu, baskom, ember, alat desinfektan, kertas label, termometer, bambu untuk penyekat kandang, alat tulis, pisau, cutter, pinset, gunting operasi, dan timbangan digital. Pakan Pakan yang digunakan terdiri atas pakan komersial A dan B serta pakan basal. Pakan komersial yang digunakan adalah pakan komersial yang umum digunakan oleh peternak rakyat. Kandungan nutrien pakan komersial A dan B disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan nutrien pakan komersial Komposisi Nutrien Kadar Air (%) Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Energi Metabolis (kkal kg-1) Kalsium (%) Fosfat (%) Mengandung a
(Jenis Pakan Komersial)a Komersial A Komersial B 13 12 21-23 20-22 5 4 5 4-8 2820-2920 (tidak tercantum) 0.9 0.9-1.2 0.6 0.7-1.0 Antibiotika Coccidiostat dan antibiotika
tercantum dalam label pakan komersial A dan B
3
Bahan baku pakan basal yang digunakan dalam ransum adalah jagung kuning, CGM, bungkil kedelai, tepung ikan, CPO, minyak, CaCO3, garam, dan premix. Komposisi ransum basal dan kandungan nutrien serta komposisi Vita Chick dan Vita Stress disajikan dalam Tabel 2 dan dan Tabel 3. Tabel 2 Komposisi dan kandungan nutrien pakan basal Bahan Jagung Kuning Corn Gluten Meal (CGM) Bungkil Kedelai Tepung Ikan Crude Palm Oil (CPO) CaCO3 Garam Premix Jumlah Nutrien Bahan Kering (%) Energi Metabolis (kkal.kg-1) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Lisin (%) Methionin (%) Sistin (%) Kalsium (%) Fosfor (%) a
(Ransum Basal (%))a 60.08 5.30 21.50 9.00 2.50 0.92 0.20 0.50 100 (Komposisi Nutrien)a 89.60 3177.14 20.24 2.70 2.37 1.33 0.52 0.38 0.99 0.52
hasil perhitungan menggunakan Trial and Eror
Tabel 3 Komposisi Vita Chick dan Vita Stress (Vita Chick)a Antibiotik Vitamin A 5 000 000 IU Vitamin D 500 000 IU Vitamin E 2 500 IU Vitamin K3 1g Vitamin B1 2g Vitamin B2 4g Vitamin B6 1g Vitamin B12 1 mg Vitamin C 20 g Asam nikotinat 15 g Calcium-D-pantotenat 5g Elektrolit (tidak tercantum) a b label komposisi Vita Chick label komposisi Vita Stress Komposisi
(Vita Stress)b Non-Antibiotik 6 000 000 IU 1 200 000 IU 2 500 IU 3g 2g 3g 1g 2 mg 20 g 15 g 5g 750 g
4
Tabel 4 Jenis dan komposisi bakteri probiotik EM-4 peternakan Jenis Bakteri Komposisi bakteri (CFU mL-1)a Lactobacillus casei 1.5 x 106 Saccharomyces cerevisiae 1.5 x 106 Rhosopsoudomonas palutris 1.0 x 106 a label komposisi probiotik EM-4 peternakan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas untuk pengamatan peubah dan Laboratorium Lapang Kandang C Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai Oktober 2014.
Prosedur Persiapan Pakan Komersial dan Basal Pakan dipersiapkan sebelum pemeliharaan karena pada hari pertama langsung diberi pakan perlakuan. Pakan komersial A dan B masing-masing diberikan pada perlakuan 1 dan 2 sampai berumur lima minggu, perlakuan 3 dan 4 masing-masing diberikan pakan komersial A dan B selama empat minggu, sedangkan perlakuan 5 dan 6 diberikan masing-masing pakan komersial A dan B selama 32 hari. Pakan basal diberikan sampai akhir pemeliharaan. Perlakuan 2 dan 3 masing-masing diberikan pakan basal selama satu minggu terakhir, sedangkan perlakuan 5 dan 6 masing-masing diberikan pakan basal selama tiga hari terakhir. Formulasi pakan basal dilakukan pada minggu ke-3. Bahan yang digunakan pada pakan basal yaitu jagung kuning, CGM, bungkil kedelai, tepung ikan, CPO, CaCO3, garam dan premix. Pengadukan dilakuan dengan menggunakan mesin yang bertujuan agar lebih tercampur merata. Pemeliharaan Broiler Kandang dan alat disiapkan terlebih dahulu. Masing-masing kandang diberi kode perlakuan. Broiler yang baru datang diberi air minum yang dicampurkan dengan Vita Chick yang bertujuan agar DOC tidak stress ketika dipindahkan ke dalam kandang. Setiap kandang diberi lampu 40 watt yang dinyalakan selama 24 jam sampai ayam berumur 14 hari dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 05.30, 12.30 dan 17.00 WIB. Pakan diberikan ad libitum dan dihitung setiap satu minggu sekali. Pakan komersial dan pakan basal diberikan sesuai perlakuan. Air minum diberikan ad libitum. Vita Stress diberikan setiap minggu setelah dilakukan penimbangan bobot badan agar ayam tidak stress, sedangkan probiotik EM-4 cair diberikan sebanyak 1 ml liter-1 air minum selama pemberian pakan basal. Penimbangan bobot badan setiap minggu mulai dari awal DOC masuk kandang. Sisa pakan ditimbang setiap minggu dimulai dari mingggu kedua. Tempat air minum dan tempat makan selalu dibersihkan setelah dilakukan penambahan dan
5
pergantian pakan atau minum. Selama pemeliharaan juga dicatat suhu dan kelembaban kandang. Pelaksanaan Panen Pelaksanaan panen dilakukan pada hari ke-35, sebanyak 18 ekor ayam (satu ekor dari masing-masing ulangan) dengan metode sampling diambil dan dipuasakan dari pakan dan probiotik selama kurang lebih 12 jam, setelah itu dilakukan penimbangan bobot hidup akhir kemudian dipotong. Pemuasaan sebelum pemotongan bertujuan agar memudahkan pengeluaran jeroan dan daging tidak banyak terkontaminasi kotoran. Pemotongan dilakukan pada bagaian leher dengan cara memotong esofagus, pembuluh darah vena jugularis, trakea dan arteri karotidae. Setelah dipotong ayam dibiarkan dalam kondisi kepala berada di bawah selama 2 sampai 3 menit yang bertujuan agar darah dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Ayam yang sudah dipotong selanjutnya direndam dalam air hangat selama kurang lebih 2 menit kemudian dilakukan pencabutan bulu dengan menggunakan mesin pencabut bulu. Perendaman dengan air panas bertujuan untuk mempermudah proses pencabutan bulu. Setelah itu dilakukan pengeluaran organ dalam (hati, usus, rempela, jantung) serta pemisahan organ imunitas yaitu organ timus, limpa, dan bursa fabrisius, serta dipotong bagian kepala, leher, dan ceker. Selanjutnya dapat dihitung persentase karkas yaitu dengan cara menghitung bobot karkas dibagi dengan bobot hidup dikali seratus persen dan dilakukan potongan komersial serta penimbangan bagian-bagian yang terdiri dari dada, paha, sayap dan punggung. Pengukuran Persentase Potongan Komersial Karkas Pengukuran potongan karkas dilakukan dengan cara ayam broiler dipotong, kemudian bagian-bagian karkas dipisahkan dari tubuh ayam dan ditimbang. Peubah yang diukur pada pengukuran potongan karkas adalah bobot hidup, bobot karkas, bobot dada, bobot paha atas, bobot paha bawah, bobot sayap, dan bobot punggung, Bobot hidup akhir diperoleh dengan penimbangan bobot badan ayam umur 35 hari sebelum dipotong atau disembelih (gram ekor-1), sedangkan bobot karkas diperoleh dari ayam yang telah disembelih tanpa bulu, darah, jeroan, kepala dan kaki (gram ekor-1). Bobot dada diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah scapula sampai bagian tulang dada (g). Persentase bobot dada terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: % bobot dada = bobot dada (g) x 100% bobot karkas (g) Bobot paha diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah tulang paha dan dipisahkan dengan persendian pinggul (g). Persentase bobot paha terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: % bobot paha atas = bobot paha atas (g) x 100% bobot karkas (g)
6
% bobot paha bawah = bobot paha bawah (g) x 100% bobot karkas (g) Bobot punggung diperoleh dengan cara menimbang bobot karkas yang diambil pada daerah tulang belakang sampai tulang panggul (g). Persentase bobot punggung terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: % bobot punggung = bobot punggu (g) x 100% bobot karkas (g) Bobot sayap diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah persendian antara lengan atas dengan scapula (g). Persentase bobot sayap terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: % bobot sayap = bobot sayap (g) x 100% bobot karkas (g) Lemak abdomen diambil dan ditimbang kemudian persentase lemak abdomen diperoleh dengan rumus sebagai berikut: % bobot lemak abdomen = bobot lemak abdomen x 100% bobot karkas (g) Pengukuran Persentase Organ Imunitas Organ timus terletak berdekatan dengan saraf vagus dan vena jugularis pada leher diambil dengan cara dijepit dengan pinset dan dipotong dengan menggunakan gunting operasi.
%
Gambar 1 Letak organ imunitas ayam broiler (Hewajuli dan Darmayanti 2015) Organ bursa fabrisius terletak dekat dengan kloaka sementara limpa (spleen) terletak menempel pada lambung (gizard) diambil dengan dijepit menggunakan pinset kemudian dipotong dengan gunting operasi. Setelah dipotong dilakukan penimbangan kemudian diukur persentase organ timus, bursa fabrisius dan limpa (spleen) dengan rumus sebagai berikut:
7
%bobot timus = bobot timus (g) x 100% bobot karkas (g) % bobot limpa = bobot limpa (g) x 100% bobot karkas (g) % bobot bursa fabrisius = bobot bursa fabrisius (g) x 100% bobot karkas (g)
Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan Percobaan Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan (diambil masing-masing 1 ekor setiap ulangan) yang setiap ulangan terdiri atas 10 ekor. Perlakuan Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: P1= pakan komersial A selama lima minggu P2= pakan komersial B selama lima minggu P3= pakan komersial A selama empat minggu dan tujuh hari terakhir diberikan pakan basal ditambah dengan pemberian probiotik P4= pakan komersial B selama empat minggu dan tujuh hari terakhir diberikan pakan basal ditambah dengan pemberian probiotik P5= yaitu pemberian pakan komersial A selama 31 hari dan tiga hari terakhir diberikan pakan basal ditambah dengan pemberian probiotik, dan perlakuan P6= yaitu pemberian pakan komersial B selama 31 hari dan tiga hari terakhir diberikan pakan basal ditambah dengan pemberian probiotik. Analisis Data Model matematis rancangan acak lengkap yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) adalah: Yij = µ + αi + εij Keterangan: Yij : nilai pengamatan untuk perlakuan pakan yang diberikan (P1, P2, P3, P4, P5 dan P6) ke-I dan ulangan ke-j µ : nilai rataan umum αi : pengaruh perlakuan (P1, P2, P3, P4, P5 dan P6) ke-i εij : error perlakuan (P1, P2, P3, P4, P5 dan P6) ke-i dan ulangan ke-j Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika pada analisis ANOVA didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993).
8
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Bobot hidup akhir, karkas, dada, paha, sayap, punggung dan lemak abdomen. 2. Persentase karkas, dada, paha atas, paha bawah, sayap, punggung dan lemak abdomen. 3. Bobot organ imunitas (timus, bursa fabrisius, dan limpa). 4. Persentase organ imunitas (timus, bursa fabrisius, dan limpa).
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Akhir, Karkas dan Lemak Abdomen Bobot hidup akhir hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan menghasilkan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap bobot badan akhir. Pemberian pakan komersial A (P1) menghasilkan bobot akhir yang lebih tinggi (1682.67 gram ekor-1) dibandingkan dengan pemberian pakan komersial B (P2) sebesar 1381.33 gram ekor-1. Kualitas pakan khususnya protein merupakan faktor yang mempengaruhi bobot hidup akhir. Hal ini pakan komersial A memiliki kandungan protein yang lebih tinggi (Tabel 1) sebesar 21%-23% dibandingkan dengan pakan komersial B sebesar 20%-22%. Tabel 5 Pengaruh pemberian probiotik pada tujuh dan tiga hari terakhir terhadap bobot hidup akhir, persentase karkas dan lemak abdomen broiler umur lima minggu Perlakuan
Bobot Hidup Akhir (gram kg-1)
Persentase Karkas (%)
P1 P2 P3 P4 P5 P6
1682.67±88.55a 1381.33±113.72bc 1380.00±68.77bc 1260.00±44.19d 1491.67±94.69b 1286.00±72.06c
64.27±4.64 62.25±2.16 64.51±3.58 64.56±3.58 66.53±7.50 66.08±5.40
Persentase Lemak Abdomen (%) 1.92±0.76abc 1.58±0.62bc 2.26±0.11ab 1.26±0.33c 2.55±0.34a 1.68±0.14bc
P1= pakan A (5 minggu),P2 = pakan B (5 minggu), P3 = P1 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P4 = P2 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P5 = P1 diganti pakan basal + probiotik ( 3 hari terakhir), dan P6 = P2 diganti pakan basal + probiotik (3 hari terakhir). Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Pemberian pakan komersial A lima minggu (P1) menghasilkan bobot hidup akhir yang lebih tinggi terhadap pemberian pakan basal dan probiotik EM-4 selama tujuh hari (P3) dan tiga hari (P5) terakhir, sedangkan pemberian pakan komersial B selama lima minggu (P2) memiliki bobot badan yang lebih tinggi dari pemberian pakan basal dan probiotik EM-4 cair tujuh hari terakhir (P4), serta
9
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan yang diberi pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P6). Kandungan fosfor pakan basal lebih rendah dibandingan dengan fosfot pakan komersial (Tabel 1 dan tabel 2). Menurut Abun (2008) fosfor sebagai komponen utama dari senyawa-senyawa tersebut di atas, maka secara tidak langsung mempunyai peranan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, lipid, dan metabolisme otot dan jaringan syaraf. Defisiensi atau kekurangan phosphor pada unggas dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, konversi pakan rendah, dan kandungan kalsium serta phosphor dalam tulang belakang rendah. Bentuk pakan mempengaruhi penurunan bobot badan akhir. Pakan basal yang diberikan tujuh dan tiga hari sebelum panen berbentuk mash. Menurut Jahan et al. (2006) kekurangan pemberian pakan dalam bentuk mash kurang efisien karena pakan mash mudah berdebu, tidak termakan semuanya karena meninggalkan debu-debu halus, serta mudah tercecer sehingga mengotori kandang. Jahan et al. (2006) menambahkan ayam broiler yang diberi pakan mash memiliki bobot badan lebih rendah dari pada ayam broiler yang diberikan pakan bentuk crumble. Pemberian probiotik yang terdiri atas bakteri asam laktat (BAL) seperti Lactobacillus, seharusnya dapat menyeimbangkan mikroba dalam saluran pencernaan dengan menekan bakteri patogen dimungkinkan juga tidak maksimal. Astuti et al. (2015) menyatakan bahwa probiotik tidak akan bekerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan belum sesuai. Owings et al. (1990) menambahkan beberapa penelitian tentang probiotik tidak selalu mendapatkan hasil yang positif karena tingkat dosis yang diberikan, tingkat ketahanan bakteri terhadap kondisi ekstrim dalam saluran pencernaan, dan waktu pemberian yang terlalu singkat. Bobot badan yang diberi pakan basal dan probiotik EM-4 cair tujuh hari terakhir (P3) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan yang diberikan tiga hari terakhir (P5). Pemberian pakan basal dan probiotik EM-4 cair tujuh hari terakhir (P4) memiliki bobot hidup lebih rendah dari pada P6. Hal ini karena perbedaan pemberian pakan basal yang lebih lama pada P3 dan P4. Kualitas pakan komersial A lebih baik dilihat dari segi bentuk pakan. Pakan komersial A berbentuk crumble sedangkan pakan basal berbentuk mash. Pakan bentuk crumble memiliki keuntungan lebih disukai oleh ayam karena sesuai alamiah ayam lebih menyukai pakan bentuk pecahan atau butiran. Selain itu pakan bentuk crumble tidak berdebu seperti halnya pakan mash sehingga lebih mudah dikomsumsi. Keuntungan lain dari pakan bentuk crumble lebih homogen, sedangkan pakan bentuk mash, jika percampuran pakan tidak benar, maka akan tidak homogen, dan pada saat ayam mematuk pakan tersebut bisa jadi sekali patuk kandungan nutrisi yang masuk berbeda (Jahan et al. 2006). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0.05) terhadap persentase karkas. Pemberian probiotik pada akhir pemeliharaan yaitu tujuh dan tiga hari terakhir tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap persentase karkas. Hal ini penambahan probiotik belum mampu meningkatkan persentase karkas ayam pedaging secara signifikan. Menurut Brake et al. (1993) persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur dan bobot badan. Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan bobot badan. Hal yang sama dilaporkan oleh Tillman et al. (1998) bahwa pada umumnya meningkatnya bobot badan ayam
10
diikuti oleh menurunnya kandungan lemak abdominal yang menghasilkan produksi daging yang tinggi. Hasil analisis ragam perlakuan yang diberikan menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak abdomen. Persentase lemak abdomen yang diberi pakan komersial A lima minggu (P1) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan yang diberikan pakan komersial B lima minggu (P2. Persentase lemak abdomen dipengaruhi oleh serat kasar (SK) dari pakan. Hal ini pakan komersial A (5%) memiliki serat kasar yang lebih tinggi dari pada pakan komersial B yaitu sebesar 4% (Tabel 1). Serat kasar yang berasal dari pakan setelah dikonsumsi ayam akan mengikat asam empedu sesampainya di saluran pencernaan. Kondisi terikatnya asam empedu dengan serat kasar menyebabkan fungsi empedu untuk membantu penyerapan lemak akan terhambat. Selanjutnya asam empedu yang sudah terikat oleh SK akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk feces, sehingga mengakibatkan penurunan deposisi lemak abdomen (Akhardiarto 2010). Perlakuan pemberian pakan komersial A lima minggu (P1) memiliki persentase lemak abdomen yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan yang diberi pakan basal dan probiotik tujuh hari (P3) dan tiga hari terakhir (P5), sedangkan persentase lemak abdomen perlakuan P3 tidak berbeda nyata terhadap P5. Menurut Akhardiarto (2010) lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan energi ransum yang tinggi. Pakan basal yang dibuat memiliki energi yang lebih tinggi dari pada pakan komersial. Energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan-jaringan. Salah satu bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak oleh ayam adalah bagian sekitar perut (abdomen). Perlakuan P4 dan P6 tidak berbeda nyata. Aktifitas probiotik dalam saluran pencernaan turut mempengaruhi berkurangnya pembentukan lemak abdomen. Menurut Santoso dan Sartini (2001) probiotik secara efektif dapat menurunkan aktivitas asetil KoA karboksilase yaitu enzim yang berberan dalam laju sintetis asam lemak. Fadhilah et al. (2015) menambahkan terdapat beberapa mekanisme penurunan asam lemak oleh BAL, yaitu: hasil produksi fermentasi oleh BAL menghambat sintesis kolesterol sehingga menurunkan produksi kolesterol. Mekanisme lain yaitu kemampuan bakteri asam laktat (BAL) untuk mengikat kolesterol sehingga mencegah penyerapan kolesterol kembali ke hati.
Persentase Potongan Komersial Karkas Broiler Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap persentase potongan dada dan sayap. Pemberian probiotik ke dalam air minum pada satu minggu dan tiga hari terakhir pemeliharaan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap persentase potongan dada dan sayap. Vidyani et al. (2015) menyatakan bahwa dada dan paha merupakan tempat deposisi otot daging yang utama sedangkan sayap lebih didominasi oleh pertumbuhan tulang. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan yang diberikan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap paha atas dan paha bawah. Perlakuan pakan komersial A lima minggu (P1) menghasilkan persentase potongan paha atas yang tidak nyata terhadap perlakuan pakan komersial B lima minggu (P2).
11
Perlakuan P1 memiliki persentase potongan paha atas lebih tinggi dibandingkan persentase potongan paha atas perlakuan P3, sedangkan persentase potongan paha atas yang diberi pakan komerisal B lima minggu (P2) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap P4. Persentase potongan paha atas dipengaruhi oleh bobot badan. Bentuk pakan komersial dan pakan basal juga mempengaruhi potongan paha atas. Bentuk crumble pada pakan komersial A lebih efisien dibandingkan pakan basal karena susunananya lebih homogen dari pada pakan basal. Pakan basal yang berbentuk mash, jika percampuran pakan tidak benar, maka akan tidak homogen, dan pada saat ayam mematuk pakan tersebut bisa jadi sekali patuk kandungan nutrisi yang masuk berbeda (Jahan et al. 2006). Penambahan probiotik juga memungkinkan tidak semaksimal antibiotik dalam pakan komersial A. Astuti et al. (2015) menyatakan bahwa probiotik tidak akan bekerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan belum sesuai. Persentase potongan paha atas yang diberi pakan komersial A lima minggu (P1) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P5). Persentase potongan paha atas yang diberi pakan komersial B lima minggu (P2) lebih tinggi dari pemberian pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P6), karena perbedaan bentuk pakan komersial dan pakan basal mempengaruhi hasil tersebut. Persentase potongan paha atas yang diberi pakan basal dan probiotik EM-4 cair tujuh hari terakhir (P3) lebih rendah dibandingkan yang diberikan pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P5), sebaliknya persentase potongan paha atas perlakuan P4 lebih tinggi dari P6. Lamanya pemberian pakan basal mempengaruhi hasil tersebut karena dilihat dari perbedaan bentuk pakan antara pakan komersial dan pakan basal untuk perlakuan P3 dan P5. Tabel 6 Pengaruh pemberian probiotik seminggu dan tiga hari terakhir terhadap persentase potongan karkas komersial broiler umur lima minggu Perlakuan
Dada (%)
Sayap (%)
P1 P2 P3 P4 P5 P6
34.18±1.85 33.34±0.85 34.02±1.22 34.20±174 34.68±3.78 29.70±4.22
11.77±0.96 11.95±1.90 12.76±0.55 12.56±0.47 11.51±1.03 10.19±1.13
Paha Atas Paha Bawah Punggung (%) (%) (%) 15.03±0.45a 13.33±0.80b 22.31±1.25bc 15.85±1.90a 15.21±1.13a 24.48±1.19a 12.74±0.47b 13.85±1.34ab 23.95±0.70ab 14.69±0.45a 14.25±0.90ab 21.78±0.71bc 16.06±0.73a 13.02±0.74b 20.89±0.08bc 10.97±0.28c 10.97±0.19c 20.17±1.78d
P1= pakan A (5 minggu),P2 = pakan B (5 minggu), P3 = P1 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P4 = P2 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P5 = P1 diganti pakan basal + probiotik ( 3 hari terakhir), dan P6 = P2 diganti pakan basal + probiotik (3 hari terakhir). Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Perlakuan pakan komersial A lima minggu (P1) mengasilkan persentase paha bawah yang berbeda nyata nyata terhadap perlakuan pakan komersial B lima minggu (P2). Hasil tersebut dipengaruhi oleh bobot badan P1 yang lebih besar dari P2 (Tabel 4). Selain itu, Vidyani et al. (2015) menyatakan ayam pedaging jantan mempunyai persentase bobot paha atas dan paha bawah lebih besar dibandingkan dengan betina. Perlakuan P1 memiliki persentase potongan paha bawah yang tidak berbeda nyata terhadap persentase potongan paha bawah perlakuan P3. Persentase potongan paha bawah yang diberi pakan komerisal B
12
lima minggu (P2) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan P4, Menurut Brake et al. (1993) persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur dan bobot badan. Menurut Resnawati (2004), paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung daging, sehingga perkembangannya banyak dipengaruhi oleh kandungan protein pakan. Persentase bobot potongan karkas juga ditentukan oleh jenis kelamin. Ayam pedaging jantan mempunyai persentase bobot paha atas dan paha bawah lebih besar dibandingkan dengan betina (Vidyani et al. 2015). Persentase potongan paha bawah yang diberi pakan komersial A lima minggu (P1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P5), sedangkan persentase potongan paha bawah yang diberi pakan komersial B lima minggu (P2) lebih tinggi dari pemberian pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P6). Perbedaan bentuk pakan komersial dan pakan basal mempengaruhi hasil tersebut. Persentase potongan paha bawah yang diberi pakan basal dan probiotik EM-4 cair tujuh hari terakhir (P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan yang diberikan pakan basal dan probiotik EM-4 cair tiga hari terakhir (P5), sedangkan persentase potongan paha bawah perlakuan P4 lebih tinggi dari P6. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik memberikan efek menguntungkan seperti pengurangan kemampuan mikroorganisme patogen dalam memproduksi toksin, menstimuli enzim pencernaan serta dihasilkannya vitamin dan substansi antimicrobial, sehingga meningkatkan status kesehatan inang. Sumarsih et al. (2012) menambahkan, mikroba-mikroba probiotik penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah komponen serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran percernaan ternak unggas. Keuntungan lain penggunaan probiotik adalah dapat mengurangi tekanan negatif yang diakibatkan adanya hambatan pakan (berupa anti nutrisi) pada pakan, karena probiotik mampu menstimulasi peningkatan ketersediaan zat gizi bagi induk semang. Persentase karkas dan potongan karkas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap persentase punggung. Persentase punggung yang diberi pakan komersial A tujuh hari (P1) lebih rendah dari pakan komersial B lima minggu (P2). Vidyani et al. (2015) yang menyatakan bahwa punggung lebih didominasi oleh tulang. Soeparno (2009) juga menyatakan bahwa bagian-bagian tubuh yang banyak tulang seperti sayap, kepala, punggung, leher dan kaki, persentasenya semakin menurun dengan meningkatnya umur ayam, karena bagian-bagian ini mempunyai pertumbuhan yang konstan pada ayam dewasa. Persentase punggung P1 tidak berbeda nyata dari P5, namun cenderung lebih rendah dari P3. Persentase punggung ayam broiler yang diberi pakan komersial B lima minggu (P2) lebih tinggi dari perlakuan P4 dan P6. Perlakuan P6 memiliki persentase punggung terendah disebabkan karena bobot badan yang rendah pada perlakuan P6.
Persentase Organ Imunitas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) terhadap persentase timus.
13
Persentase organ timus yang diberi pakan komersial mengandung antibiotika berkisar antara 0.123%-0.223%, sedangkan persentase organ timus yang diberi probiotik tujuh dan tiga hari terakhir berkisar antara 0.235%-0.314%. Menurut Toghyani et al. (2010), persentase organ imunitas normal berada pada kisaran 0.23%-0.38%. Hal ini menunjukkan persentase organ timus yang diberi pakan komersial A maupun pakan komersial B dibawah kisaran normal, sedangkan persentase organ timus yang diberi probiotik tujuh dan tiga hari terakhir berada pada kisaran normal. Aktifitas dominan antibiotik yang terkandung dalam pakan komersial dalam melawan bakteri patogen, menekan perkembangan organ timus. Tabel 7 Pengaruh pemberian probiotik pada seminggu dan tiga hari terakhir terhadap persentase organ imunitas broiler umur lima minggu Perlakuan
Timus (%)
Limpa (%)
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Kisaran Normal
0.123 ± 0.012 0.223 ± 0.035 0.314 ± 0.036 0.247 ± 0.070 0.255 ± 0.061 0.235 ± 0.052
0.138 ± 0.029 0.148 ± 0.008 0.213 ± 0.057 0.186 ± 0.040 0.240 ± 0.061 0.234 ± 0.078
Bursa Fabrisius (%) 0.105 ± 0.056 0.132 ± 0.007 0.105 ± 0.049 0.125 ± 0.024 0.144 ± 0.073 0.120 ± 0.048
(0.23%-0.38%)1
(0.17%-0.24%)2
(0.12%-0.29%)2
P1= pakan A (5 minggu),P2 = pakan B (5 minggu), P3 = P1 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P4 = P2 diganti pakan basal + probiotik (7 hari terakhir), P5 = P1 diganti pakan basal + probiotik ( 3 hari terakhir), dan P6 = P2 diganti pakan basal + probiotik (3 hari terakhir). 1 Toghyani et al. 2010; 2 Ramli et al. 2008.
Timus merupakan organ pematangan sel T atau limfosit T (Tizard 1988). Pemberian antibiotik secara terus menerus juga akan menimbulkan imunosupresi, yaitu melemahnya organ limfoid primer seperti timus dan bursa fabrisius dalam proses pematangan sel T dan sel B, sehingga kemampuan dalam melawan infeksi menurun (Sturkie 2000). Pemberian antibiotik secara terus menerus juga dapat mengakibatkan residu antibiotik pada produk ternak. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Poetri (2015) bahwa pemberian pakan komersial yang mengandung antibiotik selama lima minggu ditemukan residu antibiotik jenis mikrolida dan aminoglikolida. Pemberian probiotik memiliki persentase organ timus dalam kisaran normal, hal ini ayam broiler dalam kondisi yang sehat karena organ timus dapat bekerja dengan baik. Probiotik EM-4 yang terdiri dari bakteri asal laktat (BAL) dapat menekan perkembangbiakan mikroba patogen dengan menghasilkan asam laktat yang bersifat asam, sehingga pH dalam saluran pencernaan ayam broiler menjadi rendah. Bakteri merugikan seperti E. coli dan Salmonella dapat ditekan. Organ timus sendiri merupakan tempat pematangan sel T atau limfoit T. Stem cell pada sumsum tulang membentuk sel-sel yang berperan dalam sistem kekebalan. Sebagian berkembang menjadi sel myeloid (fagosit, makrofag dan mikrofag), sebagian menjadi calon sel limfoid salah satunya sel T atau limfosit T. Limfosit T atau sel T mengalami pematangan di organ timus, kemudian berpindah dari
14
bagian kortek ke medula timus, memasuki sirkulasi tubuh melalui pembuluh medula timus (Toghyani et al. 2010). Sel limfosit T biasanya bermigrasi ke kelenjar limfe perifer. Limfosit T dalam organ limfoid sekunder akan berkembang menjadi sel T helper (Th) atau T cytotoxic (Tc). Sel Th akan berinteraksi dengan antigen tertentu yang disajikan oleh antigen presenting cell (APC) melalui interaksi spesifik yaitu ikatan major histocompatibility complex II (MHC II) dan cluster designation 4 (CD 4) (Moon et al. 2007). Sel yang mempunyai marker CD 8+, CD4-, TcR- digolongkan ke dalam Tc. Sel Tc berinteraksi dengan antigen yang diproses dalam sel somatik lain dengan ikatan MHC I dan CD8 (Fung-Leung et al. 1991). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak terdapat perbedaan nyata (P>0.05) terhadap persentase limpa. Persentase organ limpa berada pada kisaran 0.138%-0.234% yang berada pada kisaran normal yang dilaporkan Ramli et al. (2008) yaitu pada kisaran 0.17%-0.24%. Pemberian probiotik EM-4 membuat organ limpa bekerja dengan normal, hal ini mengindikasikan ayam broiler dalam kondisi sehat. Pada unggas, probiotik akan menambah jumlah mikroba yang menguntungkan dan menekan mikroba yang merugikan dengan cara berkompetisi untuk hidup di dalam saluran pencernaan (Zainuddin 2008). Organ limpa merupakan organ limfoid sekunder yang berfungsi untuk pematangan kembali dan seleksi terhadap sel-sel limfoid pada saat tubuh mulai berkontak dengan antigen tertentu serta terjadi proses seleksi kelompok sel limfoid yang kompeten untuk merespon. Pulpa merah pada limpa mengandung banyak eritrosit, berperan dalam hematopoitik dan filter sirkulasi sel eritrosit sedangkan akumulasi sel limfosit banyak ditemukan pada pulpa putih. Organ limfoid sekunder tersusun dari kumpulan sel limfoid. Akumulasi jaringan limfoid menyebar sepanjang mukosa (MALT) dan tersebar secara alami sejak perkembangan embrio. Sel B dan sel T banyak ditemukan di organ limfoid MALT pada saluran pencernaan dan pernafasan dan kepala (Trenchi 2013). Hasil analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) terhadap persentase organ bursa fabrisius. Persentase bursa fabrisius berada pada kisaran 0.105%-0.144%, hal ini berada pada kisaran normal seperti yang dilaporkan Ramli et al. (2008) bahwa persentase normal bursa fabrisius berada pada kisaran 0.12%-0.29%. Pemberian probiotik membuat organ bursa fabrisius dapat bekerja secara normal, sehingga ayam dalam keadaan sehat. Bursa Fabricius mempunyai fungsi sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi sel limfosit B, kemudian sel limfosit akan masuk ke sirkulasi dan berperan untuk menerima atau memberi reaksi terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel T tidak memproduksi antibodi tetapi berfungsi dalam kekebalan berperantaraan sel. Limfosit T yang peka terhadap antigen spesifik mampu menghilangkan sel-sel yang telah terinfeksi oleh virus. Sel B yang dihasilkan oleh bursa Fabricius akan menghasilkan antibodi dan sel pengingat (sel memori). Dalam menanggapi adanya antigen, sel-sel plasma menghasilkan antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang besar molekulnya dapat membantu menghancurkan dan melumpuhkan patogen dengan jalan mengikat patogen tersebut dengan protein yang bersifat antigenik. Sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi berasal dari sel B. Sel-sel memori akan mengingat dan mengenal antigen yang pernah masuk kedalam tubuh, sehingga sistem kekebalan unggas dapat bertindak cepat(Tizard 1998).
15
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian probiotik dalam pemberian pakan basal mengasilkan bobot badan, persentase potongan komersial paha, dan punggung tidak sebaik pemberian pakan komersial yang mengandung antibiotik, tetapi ayam broiler dalam keadaan sehat. Saran Perlu dilakukannya penyuluhan tentang penggunaan antibiotik kepada peternak tentang inovasi pemeliharaan dengan menghentikan pengunaan pakan komerisal yang mengandung antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA Abon. 2008. Nutrisi Mineral Unggas. Ed ke 2. Bandung (ID). Universitas Padjajaran Press. Akhadiarto S. 2010. Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet, dan biolacta terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler. J Sains Teknol Indones. 12(1):53-59 Astuti FK, Busono W, Sjofjan O. 2015. Pengaruh penambahan probiotik cair dalam pakan terhadap penampilan produksi pada ayam pedaging. JPAL. 6(2): 99-104. Brake J, Havestein GB, Scheideler SE, Ferket PR, Rives DV. 1993. Relationship of sex, age and body weight to broiler carcass yield and offal production. Poult Sci 72:1137-1145. Fadhilah AN, Hafsan, Fatmawati N. 2015. Penurunan kadar kolesterol oleh bakteri asam laktat asal dangke secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan; 29 Jan 2015; Makasar, Indonesia. Makasar (ID): Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alaudin Makasar. hlm 174-180. Fauci B, Hauser K, Longo, Jameson. 2008. Princiciples of Internal Medicine. 17th Ed. New York (US). McGraw Hill Companies. Fuller R.1992. Probiotics. The Scientific Basis. London (UK). Chapman and Hall. Fung-Leung WP, Schilham MW, Rahemtulla A, Kündig TM, Vollenweider M, Potter J, van Ewijk W, Mak TW. 1991. CD8 is needed for development of cytotoxic T cells but not helper T cells. Cell. 65(3):443-449. Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2015. Peran sistem kekebalan non-spesifik dan spesifik pada unggas terhadap Newcastle Dsisease.Wartazoa. 25(3): 135146. Jahan MS, Asaduzzaman M, Sarkar AK. 2006. Performance og broiler feed on mash, pellet and crumble. Int J Poult Sci. 5(3):265-270. Moon JJ, Chu HH, Pepper M, McSorley SJ, Jameson SC, Kedl RM, Jenkins MK. 2007. Naive CD4+ T cell frequency varies for different epitopes and
16
predicts repertoire diversity and response magnitude. Immunity. 27(2): 203-213. Owings WJ, Reynolds DL, Hasiak RJ, Ferker R. 1990. Influence of dietary supplementation with Streptococcus faecium M-74 on broiler body weight, feed conversion, carcass characteristics and intestinal microbial colonization. Poult Sci. 69:1257-1264. Poetri LI. 2015. Kajian residu antibiotik pada paha dan hati ayam serta persentase organ dalam akibat pemberian pakan komersial dengan waktu henti yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ramli N, Suci DM, Sunarto S, Nugraheni C, Yulifah A, Sofyan A. 2008. Performa ayam broiler yang diberi ransum mengandung pottasium diformate sebagai pengganti flavomycin. Agripet. 8(1): 1-8 Resnawati H. 2004. Bobot potong karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm. 473-478. Santoso U, Sartini. 2001. Reduction of fat Accumulation in Broiler Chicken by Sauropus androgynus (katuk) leaf meal supplementation. J Anim Sci. 14(3): 346-350. Soeharsono.1997. Probiotik alternatif pengganti antibiotik. Buletin PPSKI. 9:3-5. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan V. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Press. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-1. Alihbahasa oleh B. Sumantri. Jakarta (ID). Gramedia Pustaka Utama. Sturkie PD. 2000. Avian Physiology. 15th Ed. New York (US).Spinger-Verlag. Sumarsih S, Sulistiyanto B, Sutrisno CI, Rahayu ES. 2012. Peran probiotik bakteri asam laktat terhadap produktifitas unggas. Jurnal Litbang Prov JaTeng. 10(1): 1-9. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusomo S, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Press. Tizard 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan: M. Partodiredjo. Surabaya. (ID). Airlangga University Press. Toghyani M, Tohidi M, Gheisari AA, Tabaidian SA. 2010. Performance, immunity, serum biochemical and hemotological parameters in broiler chicks fed dietary thyme as alternative for an antibiotic growth promotor. Afr J Biotechnol. 9(40): 6819-6825. Trenchi H. 2013. Immunology and disease prevention in poultry. Lohmann Information. 48(2):17-22. Vidyani NGAKR, Ariana INT, Wiyana KA. 2015. Pengaruh probiotik starbio dalam ransum komersial terhadap recehan karkas ayam broiler. J Tropic Anim Sci. 3(2): 353-365. Waldroup PW, Edgar O, Oviedo-Rondon, Fritts CA. 2003. Comparison of BioMos and antibiotic feeding program in broiler diets containing copper sulphate. Int J Poult Sci. 2(1):28-31. Zainuddin AR. 2008. Pemanfaata cendawan untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. J Litbang Pertanian 27(3):84-92.
17
Lampiran 1 Hasil analisis ragam persentase timus SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 0.059 0.012 5.295 3.106 Galat 12 0.027 0.002 Total 17 0.087 0.005 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
F 0.01 5.064
Ket S
Lampiran 2 Hasil uji duncan analisis persentase timus Perlakuan
N
P1 P2 P6 P4 P5 P3 Sig.
2 2 2 2 2 2 1.000
Subset 1 0.014
1.000
2 0.032 0.032 0.034 0.035 0.037 1.000
Lampiran 3 Hasil analisis ragam persentase limpa SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 0.023 0.005 1.900 3.106 Galat 12 0.029 0.002 Total 17 0.054 0.003 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
F 0.01 5.064
Ket TS
F 0.01 5.064
Ket TS
F 0.01 5.064
Ket SS
Lampiran 4 Hasil analisis ragam persentase bursa fabrisius SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 0.004 0.001 0.379 3.106 Galat 12 0.023 0.002 Total 17 0.054 0.002 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan Lampiran 5 Hasil analisis ragam bobot akhir SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 626975.944 125395 18.094 3.106 Galat 12 83164.556 6930.38 Total 17 710204.944 41776.7 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
18
Lampiran 6 Hasil uji duncan bobot akhir Perlakuan
N
P1 P5 P2 P3 P6 P4 Sig.
4 4 4 4 4 4
1 1444.71
Subset 2 1251.89 1675.78 1688.66
1.000
0.830
3
4
1112.08 1374.83 1697.28 0.497
2365.23 0.873
Lampiran 7 Hasil analisis ragam karkas SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 185.077 31.015 1.764 3.106 Galat 12 251.863 20.989 Total 17 468.120 27.536 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
F 0.01 5.064
Ket TS
F 0.01 5.064
Ket TS
F 0.01 5.064
Ket TS
F 0.01 5.064
Ket SS
F 0.01 5.064
Ket SS
Lampiran 8 Hasil analisis ragam potongan komersial dada SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 50.728 10.146 1.508 3.106 Galat 12 80.750 6.729 Total 17 132.205 7.777 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan Lampiran 9 Hasil analisis ragam potongan komersial sayap SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 12.594 2.519 2.124 3.106 Galat 12 14.229 1.186 Total 17 27.392 1.611 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan Lampiran 10 Hasil analisis ragam potongan komersial paha atas SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 58.847 11.798 24.307 3.106 Galat 12 5.810 0.484 Total 17 68.580 4.034 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan Lampiran 11 Hasil analisis ragam potongan komersial paha bawah SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 30.717 6.143 7.759 3.106 Galat 12 9.502 0.792 Total 17 68.580 2.408 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
19
Lampiran 12 Hasil analisis ragam potongan komersial punggung SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 42.663 8.533 7.815 3.106 Galat 12 13.102 1.092 Total 17 40.931 3.350 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
F 0.01 5.064
Ket SS
F 0.01 5.064
Ket SS
Lampiran 13 Hasil analisis ragam lemak abdomen SK DB JK KT F hitung F 0.05 Perlakuan 5 3.328 0.666 3.895 3.106 Galat 12 2.050 0.171 Total 17 5.792 0.341 S=signifikan; SS=sangat signifikan; TS=tidak signifikan
20
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nurkholis, dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 03 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak M. Sahid dan Ibu Kusiah. Penulis mulai menempuh pendidikan formal di SDN 02 Sendang Mukti, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 02 Sendang Agung, Kecamatan Sedang Agung, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2005-2008. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2008-2011. Penulis diterima di IPB melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) jalur undangan pada tahun 2011 dan diterima di Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di English Club TPB IPB sebagai anggota pada tahun 2011-2012, Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB sebagai staf Produksi pada tahun 2011-2013 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) sebagai staf divisi Bisnis dan Kemitraan. Penulis merupakan penerima beasiswa Bidik Misi periode 2011-2015. Penulis juga mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM P) sebagai anggota dengan judul Pemberian Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Performa Ambing dan Produktivitas Kambing Peranakan Etawa, yang didanai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2014. Penulis pernah menjadi ketua dalam Event Bisnis Challenge Fakultas Peternakan IPB pada tahun 2014.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Rita Mutia, M Agr selaku dosen pembimbing akademik dan juga sebagai pembimbing skripsi, serta Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, pelajaran dan motivasi yang telah diberikan. Kepada Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS selaku dosen pembahas seminar tanggal 27 November 2014 dan juga sebagai dosen penguji ujian sidang skripsi pada tanggal 9 Mei 2016. Kepada Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji ujian sidang skripsi penulis. Penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Lanjarsih dan staf Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas dan Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian ini berlangsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda M. Sahid dan Ibunda Kusiah serta keluarga yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada rekan sepenelitian dan sebimbingan (Lani dan Ridho), secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Pratiwi Wahyuningrum, S.Kom yang selalu menjadi sumber semangat bagi penulis, serta seluruh sahabat INTP 48 (Desolator) atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga atas selesainya tugas akhir ini, gelar kesarjanaan penulis dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk semua kalangan masyarakat.