TESIS
PEMBERIAN CONJUGATED LINOLEIC ACID MENURUNKAN BERAT BADAN DAN MENGURANGI LINGKAR PERUT LEBIH BANYAK DARIPADA PHOSPHATIDYL SERINE PADA PEREMPUAN OBESE
TRESIATY POHE
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
2
PEMBERIAN CONJUGATED LINOLEIC ACID MENURUNKAN BERAT BADAN DAN MENGURANGI LINGKAR PERUT LEBIH BANYAK DARIPADA PHOSPHATIDYL SERINE PADA PEREMPUAN OBESE
Tesis untuk memperoleh gelar magister Pada program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
TRESIATY POHE NIM : 0790761047
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDY ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 Lembar Pengesahan
3
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 23 Desember 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS Prof.dr.N.Agus Bagiada, Sp.BIOK. NIP : 194612131971071001 NIP : 194102011964091001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pasca sarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS NIP : 194612131971071001
Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP : 195902151985102001
4 Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 20 Desember 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No 1334/ UN14.4/HK/2011 Tanggal 1 Agustus 2011
Ketua
:
Anggota
:
Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS
1. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK 2. Prof. Dr.dr.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And 3. Prof. Dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, PhD 4. Dr. dr Ida Sri Iswari , Sp. MK.M.Kes.
5 UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yesus , karena Tesis ini telah dapat diselesaikan dalam rangka menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana pada Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana hanya karena anugerah dan kasih karuniaNYA Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Prof.Dr.dr.
A.A.
Raka
Sudewi,Sp.S(K)
selaku
Direktur
Pascasarjana
Universitas Udayana, Prof.Dr. Made Budiarsa, M.A selaku Asdir I dan Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, MS sekalu Asdir II yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana. 2. Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS selaku Ketua Program studi ilmu Kedokteran
Biomedik
Universitas
Udayana,
pembimbing Akademis dan
pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis. 3. Prof. Dr. N Agus Bagiada Sp.BIOK. sebagai pembimbing II yang dengan sabarnya dan sukacita telah banyak memberi bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 4. Prof. Dr. Dr. Alex Pangkahila, M.Sc.Sp.And, selaku penguji telah banyak memberi dorongan , semangat , bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini 5. Prof. Dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, PhD, selaku penguji ujian proposal juga telah memberi pengarahan dan masukan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
6 6. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, SpGK, selaku penguji ujian proposal , telah memberi sanggahan, masukan, bimbingan dan pengarahan yang berguna kepada penulis disaat ujian proposal. 7. Dr. dr Ida Sri Iswari , Sp. MK.M.Kes sebagai penguji yang dengan sabar dan sepenuh hati telah memberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini. 8. drs. I. Ketut Tunas. Msi yang dengan tekun dan sabar selalu siap memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam analisis statistik. 9. Para dosen pengajar bagian ilmu Biomedik FK Universitas Udayana , teman-teman sependidikan dan seluruh karyawan bagian ilmu Biomedik, serta semua pihak yang telah membantu selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu; penulis juga mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Sahabat-sahabat tercinta, dr Myra Ellen Sulistio, dr Lilis, dr Rita Lahirin yang telah mendorong dengan kuat dan sabar penulis untuk menyelesaikan tesis ini, serta sahabat-sahabat lainnya yang selalu mendukung, mendorong, menolong, memberi semangat, kepada penulis sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan lancar. 10. Keluarga tercinta , suami Erwin Pohe S Adm, yang penuh pengertian dan cinta ikut berpartisipasi dalam memberi dorongan , semangat , waktu , dan selalu mendukung selama studi penulis . Penulis juga sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada mereka semua.
7 ABSTRAK PEMBERIAN CONJUGATED LINOLEIC ACID MENURUNKAN BERAT BADAN DAN MENGURANGI LINGKAR PERUT LEBIH BANYAK DARIPADA PHOSPHATIDYL SERINE PADA PEREMPUAN OBESE Insidens obesitas makin bertambah dan sudah merupakan permasalahan besar bagi dunia.,baik di negara-negara yang sudah maju , maupun negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam bidang anti aging , kelebihan berat badan juga berarti menjadi tua lebih dini oleh karena penyakit-penyakit yang mengikutinya seperti sindroma metabolik, stroke, diabetes tipe2, kanker, dan tentu saja akhirnya kematian. Etiologi obesitas biasanya tidak diketahui, tetapi beberapa faktor dimasukkan sebagai penyebab obesitas antara lain faktor genetik, hormonal, seks, lingkungan, perubahan gaya hidup, dan gaya makan yang tak sehat ( overeating), kurangnya aktifitas. Penanganan obesitas biasanya diatasi dengan diet rendah kalori, latihan fisik, (atau kedua-duanya digabung), pemberian obat-obatan dan suplemensuplemen . Dalam penelitian ini Conjugated Linoleic Acid (CLA) dan Phosphatidyl( PS) yang diuji ini merupakan obat yang menurunkan berat badan.CLA bekerja sebagai antioksidan untuk menurunkan ekses akumulasi lemak tubuh. PS suatu fosfolipid dapat menaikkan kadar hormon neurotransmiter seperti serotonin, asetilkolin, dan dopamin, yang dapat menekan nafsu makan.PS juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang tinggi akibat stres yang berkepanjangan penyebab perut menjadi buncit.Penurunan kadar hormon kortisol dalam darah menurunkan akumulasi lemak viseral. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian Conjugated Linoleic Acid lebih banyak menurunkan berat badan dan mengurangi lingkar perut daripada Phosphatidyl Serine pada perempuan obese Penelitian eksperimental ini memakai pretest dan postest control group design. Enambelas wanita overweight yang dipakai sebagai sampel dibagi atas dua kelompok Kelompok pertama diberi CLA 1g 3kali /hari, dan kelompok kedua diberi PS 100mg 3 kali / hari.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok CLA terjadi penurunan berat badan 3,0± 0,76 dibanding dengan penurunan 1,13±0,64 pada kelompok PS. CLA menurunkan lingkar perut 5,50±2,23, sedangkan PS menurunkan 2,13±0,99. Hasil ini menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian CLA selama 30 hari menurunkan berat badan lebih banyak dari pada pemberian PS selama 30 hari pada perempuan obese.Berdasar atas hasil ini maka dianjurkan pada perempuan overweight / obese ,untuk mengobati dirinya dengan CLA. Kata kunci: CLA ,PS, perempuan obese ,berat badan, lingkar perut.
8
ABSTRACT ADMINISTRATION OF CONJUGATED LINOLEIC ACID , REDUCE BODY WEIGHT AND WAIST CIRCUMFERENCE MORE COMPARED TO PHOSPHATIDYL SERINE IN OBESE WOMEN.
The incidence of obesity has been showing an increase and became a world health issue. It is happening not only in developed countries but also in developing countries such as Indonesia. They have been a burden for themselves, their families and for the goverment, because their weight have been a serious threat for their health. Beside the health issue, the appearance and psychosocial issues are involved as well. In Anti Aging Medicine, being obese also means getting older faster due to diseases generated such as metabolic syndrome, stroke, type 2 diabetic, cancer, etc. Obesity can cause death besides diseases mentioned above.The Eiology of obesity is multifactorial including genetic, hormonal, sex and environmental change in people’s life style and unhealty eating habits over eating and lack of activity. The excess of energy is stored in the form of visceral and subcutaneus fat. Obesity is handled by low calorie diet, exercise or both together,. drug administration and supplement are other ways as well. Conjugated Linoleic Acid (CLA) and Phosphatidyl (PS ) used in this study are substances that work to reduce body weight. CLA also works as an antioxidant reducing drug for decreasing excess body fat accumulation. PS is Phospholipid that can increase neurotransmitter hormons like serotonin, asetylcholin and dopamin that supress appetite. PS can also lower cortisol hormon blood levels . High blood cortisol level due to long term stress situation, caused accumulation of fat deposit, especially visceral which caused bulging stomach. The decrease of blood cortisol level by PS, will automatically reduce visceral fat accumulation. The aim of this study is to proof whether oral administration of CLA 1 gram 3 times a day reduce body weight and waist circumference more compared to PS 3 times 100mg a day in obese women. . This is an experimental study using pretest post test control group design. Sixteen overweight women used as sample were divided into two groups. One group were administered 1 gr CLA 3 times a day, and the other given PS 100 mg three times a day both for 30 days. This study showed that CLA reduced body weight 3,0±0,76 compared to 1,13±0,64 by PS. This result is significantly difference (p<0,05). The same result is found in the decreasing of waist circumference. CLA reduce waist circumference 5,50 ± 2,23, while PS reduce 2,13 ± 0,99. This result is significantly difference (p<0,05). This study concluded that
9 administration of CLA for 30 days decreased body weight more, compared to administrtion of of PS for 30 days. Based on this result we recomend to obese woman to be treated with CLA. Key words: CLA, PS, obese woman, body weight, waist circumference
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
i
PRASYARAT GELAR
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. v ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... ix DAFTAR ISI
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Rumusan Masalah
4
1.3
Tujuan Penelitian
4
1.3.1.
Tujuan Umum
4
1.3.2.
Tujuan Khusus
4
1.4.
Manfaat Penelitian
5
1.4.1
Manfaat Ilmiah
...5
1.4.2.
Manfaat Praktis
....5
BAB II KAJIAN PUSTAKA............. 2.1.
6
Proses Penuaan ........................................................................................6
10 2.2.
Pengertian Obesitas
.7
2.3.
BMI (Body Mass Index) .........................................................................
7 2.4.
Menentukan Berat Badan Ideal selain IMT .........................................
10 2.5
Obesitas dan Lingkar Pinggang............................................................. 10
2.6.
Masukan dan Distribusi Kalori ............................................................
11 2.7.
Penyabab Obesitas ............................................................................... 12
2.7.1.
Faktor Genetik ..................................................................................... 12
2.7.2
Faktor Lingkungan ............................................................................... 13
2.7.3.
Asupan Kalori yang berlebih ............................................................... 13
2.7.4.
Aktifitas Fisik ...................................................................................... 13
2.7.5.
Penambahan Berat Badan oleh Kondisi Medis ................................... 13
2.7.6.
Obat-obatan yang dapat menambah berat badan ................................. 14
2.7.7.
Peranan Neurotransmitter .................................................................... 14
2.7.8.
Stres Dapat Menaikan Kadar Kortisol ................................................. 14
2.8.
Komplikasi Obesitas
.............................................................................16 2.9. Pengobatan Terhadap Obesitas ...................................... 3.
Terapi Farmakologi
18
2.10.
Lemak
19
2.10.1 Oksidasi dan Sintesis Asam Lemak
19
2.10.2 Lemak Sel
20
11 2.10.3 Lemak Coklat
20
2.10.4 Lemak Plasma dan Transportasi Lemak
21
2.10.4.1 Jalur Eksogen
22
2.10.4.2 Jalur Endogen
22
2.11
CLA (Conjugated Linoleic Acid) ..........................................................24
2.11.1 Biokimia ................................................................................................26 2.11.2 Efek Samping CLA .............................................................................. 27 2.11.3 Sumber-sumber CLA.............................................................................28 2.11.4 Cara CLA Membakar Lemak ................................................................28 2.11.5 Dukungan Ilmiah ...................................................................................30 5.6.
Keamanan ..............................................................................................31
2.12
Phosphatidyl Serine atau 1,2 diacyl sn glycerol 3 Phospho L Serine....31
2.12.1 Sintesis Phospholipid ........................................................................... 32 2.12.2 Kegunaan Phosphatidyl Serine ............................................................. 32 2.12.3 Efek Samping ........................................................................................34 2.12.4 Phosphatidyl Serine untuk Pengurangan berat badan & Lingkar Perut 34 BAB III KERANGKA BERPIKIR,KONSEP, DAN HIPOTESIS.......
35
3.1.
Kerangka Berpikir.....
35
3.2.
Konsep
.........................................................................................36
3.3
Hipotesis
.........................................................................................37
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................38 4.1
Rancangan Penelitian………………………………………………..….. 38
12 4.2
Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………....... 38
4.2.1. Populasi Penelitian……………………………………………………...39 4.3.
Kriteria Subyek……………………………………………………….....39
4.3.1 Kriteria Inklusi………………………………………………………..... 39 4.3.2 Kriteria Drop-Out………………………………………………….........40 4.3.3
Penentuan Besar Sampel Minimal…………………………………….. 40
4.4
Variabel Penelitian…………………………………………………….. 41
4.4.1
Identifikasi Variabel………………………………………………….... 41
4.4.2
Klasifikasi Variabel………………………………………………….....41
4.4.3
Definisi Operasional Variabel………………………………………......41
4.5
Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………... 42
4.5.1
Alat Yang Digunakan………………………………………………......42
4.5.2
Bahan Penelitian Yang Digunakan…………………………………..... 43
4.6
Prosedur Penelitian................................................................................. 43
4.7
Alur Penelitian……………………………………………………….... 44
4.8
Analisis Data…………………………………………………………... 44
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 46 5.1.
Analisa Diskriptif .................................................................................. 46
5.2
Uji Normalitas Data ............................................................................... 46
5.3
Uji Homogenitas data antar kelompok ...................................................47
5.4
Berat Badan ........................................................................................... 47
5.4.1
Uji Komparabilitas ................................................................................. 47
5.4.2
Analisis Efek Perlakuan ......................................................................... 48
5.5
Lingkar Perut …………………………………………………………..50
5.5.1
Uji Komparabilitas ……………………………………………………. 50
5.5.2
Analisis Efek Perlakuan ………………………..................................... 50
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 53 6.1
Subyek Penelitian ................................................................................... 53
6.2
Pengaruh Pemberian CLA terhadap Penurunan Berat Badan
13 dan IMT .................................................................................................. 53 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
58
7.1
Simpulan
58
7.2
Saran
58
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
65
Lampiran 1
Uji Normalitas Data
65
Lampiran 2
Uji t independent
66
Lampiran 3
Surat Persetujuan Pemberian CLA
67
Lampiran 4
Surat Persetujuan Pemberian Phosphatidyl Serine
68
14 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada tahap ini tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan. Obesitas diakui sebagai salah satu faktor resiko terhadap munculnya berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, bahkan kanker. Analisa Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menyebutkan prevalensi nasional obesitas pada penduduk berusia >15 tahun adalah 10,3% (lakilaki 13,9% dan perempuan 23,8%) sedangkan prevalensi berat badan berlebih anakanak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Depkes, 2009). Penumpukan lemak di dalam tubuh pada jaringan adiposa dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut ialah faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, makanan yang berkalori tinggi terutama yang mengandung banyak lemak yang sangat umum akhir-akhir ini, penyakit hormonal, kurang olah raga, penggunaan alkohol (Mayumi, dkk, 2007). Disamping masalah estetik dan berkurangnya rasa percaya diri, kelebihan berat badan dan kegemukan (obesitas) dengan penimbunan lemak visceral, ternyata merupakan sumber resiko
15 berbagai penyakit metabolik seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke dan dislipidemia (Mayumi, 2007.) Beberapa parameter yang mempunyai korelasi sangat erat dengan lemak dalam tubuh adalah berat badan, lingkar perut, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Flier, 2001). Kriteria obesitas bila IMT > 25 kg/m2, sedangkan untuk orang barat bila IMT > 30 kg/m2. Korelasi IMT dengan lemak tubuh sangat erat. Untuk praktisnya, pengukuran lemak subkutan digunakan lingkar pinggang (waist circumference) yang dikatakan obese jika melebihi 90 cm untuk laki-laki dan melebihi 80 cm untuk perempuan (Reksodikoputro, 2006). Ada beberapa cara untuk mengatasi overweight, seperti diantaranya adalah dengan aktivitas teratur, olahraga, diet, pengobatan dengan menggunakan obatobatan terkini atau kombinasi semuanya (Pestacello dan Van Heest, 2000). Olah raga saja tidak mencukupi sebagai satu-satunya cara untuk menurunkan berat badan. Latihan aerobik ternyata dapat mengurangi lemak abdominal (Okura, 2005). Namun olah raga memberikan manfaat kesehatan berupa peningkatan kebugaran, pengurangan berat badan dan kebugaran ( Manroe dan Thompson, 2000). Selain dengan diet dan olah raga, penurunan berat badan dapat dibantu dengan mengkonsumsi obat-obat penurun berat badan, namun penggunaan obatobat ini harus berhati-hati, berhubung adanya efek samping yang dapat mengganggu kesehatan. Contoh: Sibutramin telah ditarik dari peredaran karena menurut penelitian terbaru menunjukkan meningkatnya angka penyakit miokard infark dan stroke bila Sibutramin diberikan pada penderita obesitas dengan penyakit
16 hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner dan riwayat stroke (James, dkk, 2010). Obat penurun berat badan lain memiliki masalah efek samping yang tidak berbeda sesuai golongannya, oleh karena itu diperlukan alternatif obat atau suplemen yang dapat membantu menurunkan berat badan tanpa menimbulkan efek samping (Laine dan Goldman, 2008). Penelitian
ini menggunakan suatu
suplemen
Conjugated
Linoleic
AcidL(CLA) sebanyak 3 gr/hari yang akan dibandingkan dengan penggunaan Phospatidyl Serine (PS) 300mg/hari . CLA adalah suatu istilah yang dipakai untuk menggambarkan derivate positional atau geometrical dari asam linoleat yang mengandung ikatan ganda terkonjugasi. Lipoprotein lipase (LPL) biasanya meningkat pada obesitas dan enzim ini dapat meningkatkan penyimpanan
triglycerida dalam jaringan adiposa. LPL
menghidrolisis trigliserida menjadi glycerol dan free fatty acid. Hasil konsistensi yang didokumentasikan pada binatang dan studi invitro menambah perhatian apakah CLA juga menunjukan hasil yang sama pada manusia. Penelitian ini diadakan
untuk menginvestigasi efek CLA pada perempuan
overweight atau obese baik dalam body fat mass (BFM)
maupun LBM dan
penurunan berat badan. PS adalah suatu komponen phospholipid, yaitu derivatif lemak dimana satu asam lemak telah diganti oleh golongan phosphat dan satu oleh molekul yang mengandung beberapa Nitrogen. PS juga mempunyai efek lipolisis. Dalam
17 penelitian ini akan dibandingkan mana yang lebih memberi efek dalam hal penurunan berat badan dan lingkar perut antara CLA dan PS.
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah pemberian CLA selama 30 hari lebih menurunkan berat badan daripada pemberian PS pada perempuan obese? 2. Apakah pemberian CLA selama 30 hari lebih mengurangi lingkar perut daripada pemberian PS pada perempuan obese? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Untuk membandingkan peran dari CLA dan PS dalam menurunkan berat
badan dan lingkar perut perempuan obese. 1.3.2 Tujuan Khusus 1 Untuk mengetahui penurunan pemberian CLA menurunkan berat badan lebih banyak daripada pemberian PS. 2 Untuk mengetahui pemberian CLA lebih mengurangi lingkar perut daripada pemberian PS pada perempuan obese.
18 1.4
Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah Memberikan informasi ilmiah mengenai efek pemberian CLA terhadap berat badan perempuan obese, lingkar perut dibandingkan dengan pemberian PS. 1.4.2
Manfaat Praktis Bila pemberian CLA 1 g 3 kali sehari atau PS 100 mg 3 kali sehari terbukti menurunkan berat badan dan lingkar perut pada perempuan obese, maka dapat diinformasikan kepada masyarakat tentang manfaatnya terhadap kesehatan terutama yang berkaitan dengan berat badan dan penyakit komorbid lainnya (antara lain kanker payudara) yang juga menyebabkan penuaan dini pada perempuan obese.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Proses Penuaan Saat ini dunia medis dihadapkan dengan masalah utama yaitu bagaimana menaklukkan musuh utama umat manusia yang paling tua yaitu penuaan dan kematian. Ilmu medis baru yaitu Anti-Aging Medicine menjanjikan bagaimana meningkatkan harapan hidup menjadi lebih panjang dan bagaimana cara mencegah, menghambat dan membalik proses penuaan (Pangkahila, 2007). Telah diketahui dengan baik pada manusia, bahwa metabolisme lemak dan otot secara langsung dipengaruhi oleh interaksi antara GH, asam amino, latihan, insulin, hormon stres, protein dan lemak. Pembakaran lemak berkurang pada saat kadar insulin tinggi yaitu sesaat setelah makan
makanan
tinggi lemak atau karbohidrat. Insulin
merupakan penghambat sekresi GH, sehingga sangat penting berpuasa minimum selama 2 jam sebelum suntik GH atau sebelum tidur. Obesitas juga penghambat kuat sekresi GH (Faigin, 2000) Kelebihan lemak merupakan faktor risiko beberapa penyakit seperti DM tipe II,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan beberapa macam
kanker
(Klantz, 2000), dimana hal-hal tersebut akan mempercepat penuaan dan kematian. Selain hal hal tersebut diatas kelebihan berat badan juga membawa kerisauan bagi penderitanya karena penampilannya sehingga dapat dikatakan bahwa obesitas juga membawa beban psikologis bagi penderitanya. Oleh karena itu betapa pentingnya pencegahan, pengobatan obesitas dalam anti aging.
20 2.2 Pengertian Obesitas Obesitas adalah satu kondisi yang mudah dikenali dari tampilan fisik, dimana terdapat timbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh. Hal ini disebabkan antara lain oleh jumlah makanan yang masuk kedalam tubuh lebih besar daripada pemakaian oleh tubuh. Makanan yang berlebihan tersebut baik lemak, karbohidrat, maupun protein akan disimpan sebagai lemak di jaringan adiposa (Guyton dan Hall, 2007). Obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan akibat tertimbunnya lemak (Rimbawan, dkk, 2004). Angka normal untuk lemak adalah 12-18% berat badan pada pria dan 18-25% untuk perempuan (Ganong, 2006).
2.3 BMI (Body Mass Index). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal (Supariasa , dkk, 2002). Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966, telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks berat badan
21 (BB) / tinggi badan (TB) merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur. Nilai normal untuk indeks ini adalah 20-25 kg/m2. Massa tubuh kurus (tanpa lemak) naik hingga mendatar pada usia dekade ketiga, kemudian pada pria menurun dengan kecepatan semakin besar mengikuti pertambahan umur (Ganong, 2006). Pada perempuan, penurunan ini kecil hingga usia 50-55 tahun tetapi menjadi cepat sesudah itu. Akibatnya, kalau asupan makanan tidak dikurangi dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi obesitas. Disamping itu kecepatan metabolisme basal menurun sesuai dengan pertambahan usia (Ganong, 2006). Pada orang Asia
bila BMI ≥25, maka dinyatakan obese (Ismail dan Tan, 2000)
sedangkan BMI 18,5-22,9 dianggap normal. BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan berat dengan tinggi badan. BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. BMI =
BERAT BADAN ( Kg ) TINGGI BADAN X TINGGI BADAN ( meter )
Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih. Pada pria maupun perempuan, BMI berhubungan langsung dengan persentase lemak tubuh secara curvilinear. Hubungan BMI dan persentase Body Fat tergantung umur dan sex. Kadang-kadang dengan BMI yang sama, perempuan dan orang-orang tua lebih tinggi persentase body fat daripada pria dan orang muda.
22 Orang-orang dengan ekses adiposity dan reduced muscle mass bisa saja mempunyai mempunyai BMI yang normal (Gallagher, 2000).
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik (WHO,2000) 2
Klasifikasi
Resiko Ko-morbiditas
IMT (kg/m )
Lingkar Pinggang < 90 cm (Laki-Laki) < 80 (Perempuan)
> 90 cm (Laki-Laki) > 80 (Perempuan)
Berat Badan Kurang < 18,5
Rendah (resiko meningkat pada masalah klinis lain)
Sedang
Kisaran Normal Berat Badan Lebih
18,5 – 22,9
Sedang ≥ 23,0
meningkat
Beresiko Obes I Obes II
23,0 – 24,9 25,0 – 29,9 ≥ 30,0
Meningkat Moderat Berat
Moderat Berat Sangat Berat
Kelebihan dan Kekurangan IMT Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil turunan dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran IMT, ekonomis dan mudah didapat, sehingga biaya yang dikeluarkan relatif sedikit. Pengukuran IMT mudah dan tidak memerlukan keterampilan khusus, hanya memerlukan ketelitian dalam pengukuran. Selain itu, pengukuran IMT aman dan tidak invasif. Sensitifitas dan spesifisitas yang dihasilkan dari pengukuran IMT pada skrining obesitas anak sangat baik. Untuk pemakaian IMT sebagai skrining
23 obesitas pada orang dewasa kurang memuaskan tetapi masih dapat diterima (Daniels, 2009). IMT memiliki keterbatasan dalam subjek pengukuran yaitu tidak dapat digunakan untuk mengukur bayi usia kurang dari dua tahun, perempuan hamil dan olahragawan. Hal ini disebabkan, IMT tidak bisa membedakan antara massa lemak dengan massa otot ataupun cairan. Selain itu, IMT juga hanya bisa digunakan untuk menentukan obesitas general, bukan obesitas sentral/abdominal. IMT juga memiliki keterbatasan dalam nilai cutt of point, karena tiap ras atau etnik mempunyai karakteristik antropometri yang berbeda (Esqueda, dkk., 2004). 2.4. Menentukan berat badan ideal selain dengan IMT Selain IMT kita juga dapat menentukan berat badan ideal seseorang dengan menggunakan rumus Brocca (Azwar, 2004). Berat badan ideal BB = (tinggi badan-100) - 10%(tinggi badan-100) Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila >10% sudah obesitas ringan dan >20% sudah termasuk obesitas berat. 2.5. Obesitas dan Lingkar Pinggang Obesitas juga dapat dilihat dari pengukuran lingkar pinggang. Pada pria Asia dinyatakan obese jika lingkar pinggang ≥90 cm dan perempuan ≥80 cm (Reksodiputro, 2006). Kelebihan lemak diperut tidak proporsional terhadap total lemak tubuh adalah prediktor dari faktor resiko dan morbiditas. Pada penelitian terbukti bahwa lingkar perut yang diukur pada pertengahan antara batas terbawah rongga iga dan
24 krista iliaka lebih praktis dilakukan untuk mengetahui distribusi lemak abdomen dan predisposisi penyakit (WHO, 2000). 2.6. Masukan dan Distribusi Kalori Nilai kalori yang masuk dari makanan harus mendekati sama dengan energy yang dikeluarkan sebagai panas dan kerja kalau berat badan akan dipertahankan. Kalau masukan kalori tidak cukup, simpanan protein dan lemak tubuh dikatabolis, dan kalau masukannya berlebihan, hasilnya adalah obesitas. Disamping 2000 kkal/hari yang diperlukan untuk memenuhi kebutuahan dasar, 500-2500 kkal/hari (atau lebih) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas seharihari (Ganong, 2006). Distribusi kalori antara makanan dari karbohidarat, protein, dan lemak sebagian ditentukan oleh factor-faktor fisiologik dan sebagian oleh rasa dan pertimbangan ekonomi. Masukan protein harian sekurang-kurangnya 1g/kg BB untuk memnuhi kebutuhan 8 asam amino esensial dan asam amino lain sekarang dianggap diperlukan (Ganong, 2006). Karbohidrat adalah sumber kalori yang paling murah dan menyediakan 50% atau lebih kalori yang paling murah dan menyediakan 50% atau lebih kalori pada kebanyakan diet. Ketika menghitung kebutuhan diet, biasanya pertama kali diupayakan untuk memenuhi keperluan protein, baru kemudian membagi kalori sisanya antara lemak dan karbohidrat, tergantung pada rasa, penghasilan dan faktorfaktor lain (Ganong, 2006).
25 Lemak adalah bentuk makanan yang paling kompak karena zat makanan ini mensuplai 9,3 kkal/g. Memang, ada korelasi positif yang cukup bagus antara masukan lemak dan standar hidup dan dimasa lalu, makanan di dunia barat mengandung jumlah yang sedang sampai besar (100g/hari atau lebih). Bukti yang menunjukan bahwa rasio yang tinggi dari lemak tak jenuh/jenuh dalam diet mempunyai nilai untuk pencegahan aterosklerosis dan minat sekarang dalam mencegah obesitas dapat mengubah pernyataan ini. Oleh karena itu, asalkan keperluan asam lemak essensial dipenuhi, asupan lemak yang rendah tampak tidak membahayakan dan dianjurkan diet dengan lemak jenuh rantai rendah (Ganong, 2006) 2.7 Penyebab Obesitas Etiologi obesitas biasanya tidak diketahui, namun etiologi obesitas cenderung multifaktorial dan berhubungan terhadap beragam konstribusi dari faktor genetik, lingkunagn dan fisiologis (Sukandar, 2011) 2.7.1
Faktor genetik
Tampaknya menjadi penentu utama obesitas pada beberapa individu, sedangkan factor lingkungan lebih penting pada individu yang lain. Gen spesifik yang mengkode obesitas tidak diketahui, mungkin terdapat lebih dari satu gen yang terlibat.
26 2.7.2 Faktor lingkungan. Dalam hal ini termasuk penurunan aktivitas fisik atau kerja, suplai makanan yang berlimpah dan tersedia secara cepat, peningkatan asupan lemak, peningkatan konsumsi gula sederhana yang dimurnikan, dan penuruan sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi (Sukandar., 2011). 2.7.3. Asupan kalori yang berlebihan Merupakan suatu prasyarat untuk penambahan berat badan dan obesitas, namun apakah pertimbangan utama adalah asupan kalori total atau komposisi makronutrien masih diperdebatkan (Sukandar, 2011). 2.7.4. Aktifitas fisik Diduga memainkan peranan dalam obesitas, namun studi yang didesain untuk menguji keuntungan dari peningkatan aktivitas fisik menghasilkan hasil yang tidak konsisten. 2.7.5. Penambahan berat badan oleh kondisi medis. Penambahan berat badan dapat disebabkan oleh kondisi medis (contohnya hipotiroidisme, cushing’s syndrome, lesi hipotalamik) atau sindrom genetik (contohnya Prader Willi’s Syndrome), namun faktor-faktor ini tidak umum hingga jarang menyebabkan obesitas (Sukandar, 2011).
27 2.7.6. 0bat-obatan yang dapat menambah berat badan. Pengobatan yang diasosiasikan dengan penambahan berat badan termasuk insulin, sulfonylurea dan tiazolidindion untuk diabetes, beberapa antidepresan antipsikotik dan beberapa anti konvulsi (Sukandar , 2011) . 2.7.7.Peranan Neurotransmitter Banyak nerurotransmitter dan neuropeptida menstimulasi atau menekan jejaring selera makan dari otak, berdampak pada asupan kalori total. 2.7.8. Stres dapat menaikkan kadar kortisol. Kortisol menaikkan nafsu makan, craving terhadap gula (Epel dan Lapidus, 2001). Kortisol secara indirek juga merangsang nafsu makan dengan meregulasi zat zat kimia lainnya yang dilepaskan ketika mengalami stres yaitu CRH (Corticotrophin releasing hormon ), Leptin, dan Neuropeptida Y (NPY). Kadar NPY dan CRH yang tinggi dan kadar Leptin yang menurun ternyata merangsang nafsu makan. Kadar kortisol yang tinggi untuk waktu yang lama ikut mengambil bagian dalam akumulasi lemak abdomen dan membuat sangat sukar untuk menghilangkannya (Morris, 2005). Ini disebabkan karena konsentrasi kortisol jaringan dipengaruhi oleh ensim1-hydroxysteroid dehydrogenase type 1(11HSD1) yang dapat mengubah kortisol inaktif (11-ketosteroid) menjadi kortisol aktif (glucocortcoid aktif) Ensim ini terdapat didalam jaringan adiposa Penelitian pada lemak viseral dan lemak subkutan menyatakan bahwa lemak viseral lebih banyak mengandung ensim ini. Jadi kadar tinggi ini mengakibatkan bahwa lemak lebih
28 terakumulasi diabdomen daripada dijaringan subkutan. Juga sirkulasi darah pada abdomen lebih kaya, dan mengandung 4 kali lebih banyak reseptor kortisol. Hal ini menyebabkan akumulasi lemak kortisol dan efek pembesaran sel lemak (Morris, 2005). Central obesity dapat membawa kepada penyakit kardiovaskular, Diabetes type 2, dan penyakit-penyakit serebrovaskular. . Kadar kortisol naik sebagai respons terhadap stres. Stres dapat fisik, emosionil, kimiawi, maupun imaginatif. Segala jenis stres memproduksi gejala fisiologis yang sama. Stres dapat disebabkan karena lingkungan/environmental stres (panas, dingin), kimiawi/chemical stress (polusi obat-obatan), stres fisik/physical stress (overtraining, overexertion, trauma, infeksi dsb), stres psikologis (kekwatiran, ketakutan, dsb), stres biokimia (kekurangan nutrisi, konsumsi refined sugar yang berlebihan). Semua sumber stres yang berbeda ini sangat memberi efek aditif maupun kumulatif. Dalam hal ini PS dapat menurunkan kadar kortisol yang tinggi. (Hellhammer dkk, 2004) Setiap orang harus mengeksplorasi dan menemukan cara terbaik baginya untuk menurunkan stresnya (stress reduction). Hal ini dapat dilakukan dengan meditasi, aktivitas fisik, dsb. Tanpa stress reduction, terapi apapun akan gagal. Istirahat, bila stresnya disebabkan oleh karena everexcertion atau kesibukan kerja. Diet rendah glycemic. Diet kadar gula tinggi menaikkan kadar kortisol. Sebaliknya kenaikan kortisol memperburuk situasi sugar handling yang menyebabkan kenaikan insulin, dan akhirnya menyebabkan diabetes. Perbaikan nutrisi berguna untuk memperbaiki kadar kortisol. Oleh karena itu penting untuk
29 mengetahui apakah kadar kortisol sedang tinggi atau rendah. Bila rendah, berarti bahwa ada adrenal exhaustion. Bila tinggi berarti hasil respon yang sudah kronis dan mungkin sedang berada pada tahap adaptasi. 2.8 Komplikasi Obesitas Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. (Mayumi, 2007). Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa), tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal jantung, kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar), batu kandung empedu dan batu kandung kemih, gout dan hiperurisemia, osteoartritis, dan tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah). Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilations dan ngantuk) (Olson dan Zwillich, 2005). Sering ditemukan edema daerah tungkai dan pergelangan kaki, dislipidemia, metabolic syndrome, kelainan pada hormon reproduksi, polycystic ovary syndrom, impaired fertility, low back pain, resiko anestesi bertambah, pada maternal obesity, sering terjadi defek pada fetus. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk
30 sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Karakteristik pasien obesitas ‘resiko tinggi’(Malnick dan Knobler, 2006)
Obesitas abdominal (central obesity)
Aktifitas fisik yang rendah.
Trigliserida tinggi dan HDL rendah.
Kadar insulin puasa tinggi.
Kadar glukosa darah puasa tinggi.
Riwayat keluarga:
Diabetes.
Hipertensi.
Dislipidemia.
Penyakit jantung koroner.
2.9. Pengobatan Terhadap Obesitas Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini
31 juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat. Terapi Farmakologi. The National Task Force on The Prevention and Treatment of Obesity menyimpulkan bahwa penggunaan jangka pendek agen anoretik adalah sulit untuk dibenarkan karena penambahan kembali berat badan yang diprediksi yang muncul ketika obat dihentikan. Penggunaan jangka panjang mungkin memiliki suatu peranan untuk pasien yang tidak memiliki kontraindikasi, namun studi yang lebih jauh diperlukan sebelum penyebaran dan penggunaan rutin diimplementasikan (Sukandar dkk, 2011). Orlistat menginduksi penurunan berat badan dengan penurunan absorbsi asupan lemak, dan obat ini juga memperbaiki profil lemak, kontrol glukosa, dan penanda metabolik lainnya. Feses yang lembut, nyeri abdominal atau kolik, flatulensi, urgensi fekal, dan atau inkontinensi muncul 80% dari individu, merupakan keparahan ringan dan sedang tetapi membaik setelah 1 sampai 2 bulan terapi. Orlistat menginterferensi dengan absorpsi vitamin larut lemak dan siklosporin (Sukandar dkk, 2011). Selama enam bulan pertama penggunaan ,ternyata Sibutramin lebih efektif menurunkan berat badan daripada placebo. paling signifikan selama 6 bulan. Mulut kering, anoreksia, insomnia, konstipasi, peningkatan selera makan, pusing dan mual muncul dua hingga tiga kali lebih sering daripada plasebo (Sukandar dkk, 2011).
32 Fenteramin memiliki aktivitas stimulan
yang
kurang
kuat
dan potensi
penyalahgunaan yang lebih rendah dari amfetamin dan merupakan adjuvan efektif pada studi plasebo terkontrol. Efek samping dan interaksi dengan inhibitor monoamin memiliki implikasi dalam pemilihan pasien (Sukandar dkk, 2011).
2.10
Lemak Lemak yang secara biologis penting adalah asal-asam lemak dan derivate-
derivatnya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid dan senyawa-senyawa terkait, serta sterol. Trigliserida terdiri dari 3 asam lemak yang terikat ke gliserol. Asam-asam lemak yang terdapat dialam mengandung jumlah atom karbon genap. Asam-asam lemak ini dapat jenuh (tidak ada ikatan ganda) atau tak jenuh (terdehidrogenasi, dengan aneka jumlah ikatan ganda). Fosfolipid adalah unsur pokok membrane sel. Sterol mencakup berbagai hormon steroid dan kolesterol (Ganong, 2006). 2.10.1 Oksidasi dan Sintesis Asam Lemak. Di dalam tubuh, asam lemak dipecah menjadi asetil KoA, yang masuk ke siklus asam sitrat. Pemecahan utama terjadi di dalam mitokondria dengan oksidasi. Oksidasi asam lemak mulai dengan aktivasi asam lemak tersebut, suatu reaksi terjadi dalam dan di luar mitokondria. Asam-asam lemak rantai sedang dan pendek dapat memasuki mitokondira tanpa kesulitan, tetapi asam lemak rantai panjang harus diikat dengan karnitin dalam ikatan ester (Carnitine Transmytoil Transferase) sebelum mereka melintasi membran dalam mitokondria. Karnitin adalah -hidroksi -trimetilamonium butirat, dan disintesis di tubuh dari lisin dan metionin. Suatu translokase membawa ester asam lemak karnitin kedalam ruang
33 matriks untuk ditukar dengan karnitin bebas. Di ruang matriks, ester ini sehingga asam lemak yang telah diaktifkan tersebut siap untuk -oksidasi dan menyediakan karnitin bebas untuk ditukar lagi. oksidasi berlanjut dengan pembuangan serial dua fragmen karbon dari asam lemak tersebut. (Ganong, 2006). 2.10.2 Lemak sel Lemak di dalam sel berasal dari dua jenis utama: lemak-lemak struktural, yang merupakan bagian pokok membran dan bagian sel lain; dan lemak netral, yang disimpan di dalam sel adiposa di depot lemak. Lemak netral dimobilisasi selama terjadi kelaparan, tetapi lemak struktural terpelihara. Depot lemak jelas bervariasi ukurannya, tetapi pada orang-orang yang tidak gemuk depot ini berkisar 15% berat badan pada pria dan 21% pada perempuan. Depot ini bukanlah gumpalan yang tak dapat dirombak seperti yang dipikir sebelumnya, tetapi merupakan jaringan yang dinamis aktif yang mengalami pemecahan dan resintesis terus menerus, didalam depot-depot tersebut, glukosa dimetabolis menjadi asam lemak dan lemak netral disintesis. Lemak netral juga dipecah dan asam lemak bebas dilepaskan ke dalam sirkulasi (Murray dkk, 2009). 2.10.3 Lemak coklat Jenis lemak ketiga yang khusus adalah lemak coklat, yang merupakan sebagian kecil dari lemak total tubuh Lemak coklat, yang terdapat lebih banyak pada bayi tetapi juga terdapat pada orang dewasa, terletak diantara skapula, di tengkuk leher, disepanjang pembuluh darah besar di toraks dan abdomen, dan ditempat-tempat yang tersebar di tubuh. Di depot lemak coklat, sel lemak serta pembuluh-pembuluh darah mempunyai persarafan simpatik yang luas. Ini
34 berlawanan dengan depot lemak putih yang mungkin ada persarafan pada beberapa sel lemak tetapi persarafan simpatik utama hanya pada pembuluh darah. Disamping itu, limfosit-limfosit biasa hanya mempunyai satu tetesan besar lemak putih, sementara sel lemak coklat mengandung beberapa tetsan kecil lemak. Sel-sel lemak coklat juga mengandung banyak mitokondria, dimana terjadi proses pembentukan panas di dalam mitokondria melalui uncoupling protein 1 (UCP1) yang memampukan mitochondria untuk memecahkan ikatan oxidative phosphorilation sehingga lebih menghasilkan panas daripada ATP. Terdapat penghantar proton masuk yang menghasilkan ATP (fosforilasi oksidatif), tetapi disamping itu, ada penghantar proton kedua yang tidak menghasilkan ATP (Murray, dkk, 2009). 2.10.4 Lemak plasma dan transportasi lemak Sebagian besar lemak plasma relatif tidak larut dalam larutan air dan tidak beredar dalam bentuk bebas. Asam-asam lemak bebas (sering disebut FFA, UFA atau NEFA) terikat pada albumin, sementara kolesterol, trigliserida dan fosfolipid ditranspor dalam bentuk kompleks lipoprotein. Kompleks ini meningkatkan daya larut lemak. Ada enam keluarga lipoprotein (kilomikron, Very Low Density Lipoprotein, VLDL, Intermediate Density Lipoprotein, IDL, Low Density Lipoprotein, LDL, High Density Lipoprotein HDL), yang dikelompokan menurut besar dan kandungan lemaknya.( Mahan, Stump 2008) Kepadatan lipoprotein-lipoprotein ini (dan kecepatan endap masing-masing pada pemusingan) berbanding terbalik dengan kandungan lemaknya. Secara umum, lipoprotein terdiri dari suatu inti trigliserida dan ester kolesteril hidrofobik yang dikelilingi oleh fosfolipid dan protein. Cara
35 bagaimana berbagai lipoprotein ini tersusun kedalam jalur eksogen, yang memindahkan lemak dari usus ke hati, dan jalur endogen yang memindahkan lemak ke dan dari jaringan (Murray, dkk, 2009) 2.10.4.1 Jalur Eksogen Trigliserida & kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke dalam aliran darah. Kemudian trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Sedangkan kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati. Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah. (Murray, 2009).
2.10.4.2. Jalur Endogen
36 Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila makanan seharihari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida, trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Kemudian IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung partikel LDL. LDL ini bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, dimana pertamatama akan berikatan dengan HDL (High Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh.HDL adalah protein
anti
inflamatori,(Rakesh, et al 2008)(Chien et al , 2005) antioksidan yang mengambil kolestrol dari dinding arteri dan membawanya ke hati. ( Choi et al,2006) Itulah sebab munculnya istilah LDL-Kolesterol disebut lemak “jahat” dan HDLKolesterol disebut lemak “baik”. Sehingga rasio keduanya harus seimbang. Kilomikron membawa lemak dari usus (berasal dari makanan) dan mengirim trigliserida ke sel-sel tubuh. VLDL membawa lemak dari hati dan mengirim trigliserida ke sel-sel tubuh. LDL yang berasal dari pemecahan IDL (sebelumnya berbentuk VLDL) merupakan pengirim kolesterol yang utama ke sel-sel tubuh. HDL membawa kelebihan kolesterol dari dalam sel untuk dibuang. (Smolin dan Grosvenor, 1997).
37
2.11 CLA Linoleic Acid (LA)
didapati secara alamiah pada bunga Safflower
(Carthamus Tinctorius) dan hasil turunan dari dairy products yaitu susu dan daging mamalia. LA adalah asam lemak alami yang banyak terdapat dalam daging sapi dan dairy products. LA adalah salah satu dari dua asam lemak esensial (yang lain adalah Linolenic Acid). LA adalah suatu omega 6 fatty acid, berarti bahwa dia adalah tidak jenuh/unsaturated, dengan ikatan rangkapnya berada pada atom karbon yang ke 6 dari ujung omega molekulnya. LA terdapat dalam minyak nabati/vegetable oils, dimana variasi conjugasinya yaitu CLA, terdapat terutama di dalam daging dan produk turunannya CLA adalah suatu isomer LA menunjuk pada suatu perubahan susunan dari struktur molekulnya (konjugasi) menghasilkan suatu asam lemak dengan perubahan fungsi kimianya juga. Perubahan susunan dalam hal ini adalah terdapat ikatan rangkap pada carbon 10 dan 12 atau pada carbon 9 dan 11. Bentuk CLA yang paling banyak terdapat dalam suplemen diperoleh dari produksi minyak nabati seperti minyak sunflower atau safflower dan sering dipakai untuk penyelidikan.
CLA
memiliki
banyak
efek-efek
biologis
antara
lain
anticarcinogenesis, (Wang 2006), immune modulation, dan perubahan-perubahan dalam komposisi tubuh. CLA juga dijual bebas sebagai suplemen. Dialam isomer yang terbanyak adalah cis-9, trans-11 (c9, t11). Dalam bentuk suplemen biasanya dijual sebagai gabungan sama jumlahnya dari 2 isomer yaitu cis-9, trans-11 (c9, t11) dan trans-10, cis-12 (t10, c12). Penyelidikan terbanyak dilakukan terhadap efek-efek fisiologis CLA/pengaruhnya atas komposisi tubuh. Banyak penyelidikan
38 pada binatang telah diadakan untuk mengetahui mengenai efeknya terhadap komposisi tubuh dan walaupun hasilnya berbeda beda menurut spesies masingmasing, Suplementasi CLA pada binatang dan manusia menginduksikan resistensi insulin pada adiposit melalui produksi NFκB- dependent cytokine (Soonkyu, 2005) Beberapa suplemen yang dijual bebas antara lain Phosphacore, Slim Assure, Tonalin M.
Gambar 2.5 Carthamus Tinctorius/Safflower Safflower yang memproduksi dua jenis minyak yang berbeda: Oleic acid yang tinggi monosaturated fatty acid dan LA yang tinggi kadar polyunsaturated acid. CLA diperoleh dari proses minyak dari Safflower seed. Diantara antikarsinogen lainnya, CLA lah yang terkuat efek antikarsinogennya (Park, 2001). Bentuk cis-9, trans-11 dapat mengurangi resiko penyakit kardiovakular dan juga dapat memerangi inflamasi.
39 CLA mempunyai sifat sebagai antioksidan, anti kanker dan penyelidikanpenyelidikan pada tikus memberi hasil yang positif dalam menghambat pertumbuhan tumor pada mamae, kulit dan kolon (Amaru, dkk, 2009\
Ibu-ibu yang banyak minum susu organik dan makan produk-produk daging mempunyai kadar Rumenic acid 50 % lebih tinggi dalam susu ASInya. Beberapa penyelidikan CLA dalam diet manusia menunjukkan bahwa CLA dapat mengurangi lemak, terutama lemak abdominal. Pengurangan maksimal lemak tubuh diperoleh dengan dosis 3.4 g per hari. (Vitamin and Herb University). Bagaimanapun, beberapa ahli tidak menganjurkan untuk mengkonsumsi suplemen CLA. Suplemen CLA mengandung kadar isomer trans-10, cis-12 yang tinggi, yang dihubungkan dengan banyak efek samping. Antara lain kadar C-reactive protein yang dapat menginduksi stres oksidatif, mengurangi sensitivitas insulin dan menaikkan lipid peroxidation. (Sluijs, dkk, 2010). Sebaliknya isomer CLA cis-9, trans-11, bentuk primer CLA yang terdapat secara alamiah di dalam daging mamalia dan susunya justru telah menunjukkan melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif dengan cara menaikkan kadar glutathione
tanpa menginduksi
lipid
peroxidation. Kemungkinan bahwa observasi kenaikan marker dari lipid oxidation menjadi indikasi akan suatu efek lipolitik yang potensial. 2.11.1 Biokimia Banyak penelitian telah memakai campuran isomer dan yang terbanyak dipakai adalah isomer cis-9, trans-11 dan trans-10, cis-12. Penelitian yang terkini menyatakan bahwa kedua isomer itu memiliki efek kesehatan yang berbeda. CLA
40 adalah trans fatty acid dan cis fatty acid. Ikatan cis juga mempunyai titik lebur yang lebih rendah dan juga berguna bagi kesehatan, tidak seperti trans fatty acids yang lain, tidak berbahaya, malahan berguna. CLA adalah di conjugasi, dan di United States hubungan trans dalam satu sistem konjugasi tidak diperhitungkan sebagai minyak trans/transfats untuk tujuan peraturan-peraturan mengenai nutrisi dan label. CLA dan beberapa isomer trans dari oleic acid diproduksi oleh mikroorganisme didalam usus dari hewan pemamah biak. Non pemamah biak termasuk manusia, memproduksi isomer tertentu CLA dari trans isomers oleic acid, seperti vaccenic acid, yang dikonversi menjadi CLA oleh delta-9-desaturase (Sluijs, dkk, 2010). 2.11.2 Efek Samping CLA Pemakaian suplemen CLA pada orang overweight dapat menimbulkan resistensi insulin hal mana menaikkan resiko menderita diabetes ( Riserus, 2002). Kebanyakan suplemen mengandung campuran kedua isomer CLA isomers: cis-9, trans-11 isomer (isomer CLA dalam susu dan daging sapi) dan juga isomer trans10, cis-12 (t10c12). Isomer trans-10, cis-12 yang dihubungkan dengan banyak efek samping. Riset menunjukkan bahwa isomer trans-10, cis-12 CLA
menaikkan
kadar stress oksidatif yang jelas lebih tinggi daripada perokok berat. Tetapi kenyataannya kontroversial dan beberapa penyelidikan yang menggunakan campuran CLA cis-9, trans-11 dan trans-10, cis-12 tidak menunjukkan kenaikkan sensivitas insulin. Walaupun para peneliti masih belum yakin akan efek jangka panjang pemakaian suplemen CLA, makanan yang secara alami kaya dengan CLA seperti daging sapi, dairy foods, susu adalah lebih aman. Pada sebuah penelitian CLA trans-10, cis-12 menghasilkan kenaikan konsentrasi kolesterol empedu/biliary
41 sebesar 32% hal mana juga menaikkan kemungkinan terbentuknya batu empedu biliary. Pada tahun 2006
penelitian
Department of Agriculture mengusulkan
redistribusi CLA pada tikus, terjadi perubahan kadar docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA) pada beberapa organ. Misalnya trans-10, cis-12 CLA menurunkan kadar DHA jaringan jantung sebanyak 25%, sementara dalam ginjal kadar DHA naik, AA turun. DHA adalah asam lemak omega 3 yang penting untuk kesehatan kardiovaskular, penurunan dramatis kadar DHA dalam jaringan jantung mengakibatkan konsekuensi yang serius. Sebaliknya CLA cis-9, trans-11 tidak merubah kadar DHA dalam jantung, tapi sedikit mengurangi kadar DHA limpa. 2.11.3 Sumber-sumber CLA. Dari semua makanan, daging kangaroo mempunyai konsentrasi CLA tertinggi. Produk makanan seperti daging domba dan daging sapi yang makan rumput merupakan sumber CLA yang baik dan mengandung lebih tinggi daripada hewan yang diberi makanan yang lain. Jadi daging dan produk diary dari hewan yang diberi makanan rumput memproduksi CLA 300-500% lebih banyak CLA daripada hewan yang diberi makanan yang terdiri sebagaimana biasa yaitu diet yang terdiri dari 50% jerami, makanan ternak, dan 50% gandum. Telur juga kaya CLA dan telah nyata bahwa CLA dalam telur dapat bertahan terhadap suhu panas akibat menggoreng. Beberapa jenis jamur seperti Agaricus bisporus dan Agaricus blazei adalah sumber sayuran yang mengandung CLA.
42 2.11.4 Cara CLA bekerja
CLA campur tangan dengan Lipoprotein lipase yang membantu penyimpanan lemak dalam tubuh.
CLA membantu tubuh kita untuk menggunakan lemak yang ada bagi kebutuhan energi
CLA menambah kekenyalan jaringan otot (lean muscle tissue)
Mekanisme fisiologis pengurangan lemak tubuh (body fat), CLA menghambat penyimpanan lemak di dalam adiposit yang merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama .
CLA meningkatkan oksidasi pada otot skelet diman terjadi pembakaran lemak primer. Pemberian CLA pada manusia dapat menghasilkan penurunan lemak tubuh 9 %, dan kenaikan massa otot 2%. (Gaullier 2004).
CLA menambah Palmitoyl transferase yang membawa asam lemak rantai panjang kedalam Mitokondria untuk mengalami β oksidasi.
CLA secara significant meningkatkan total aktivitas carnitine palmitoyl transferase baik di lemak maupun otot, tetapi tidak di hati. Enzim ini membawa asam lemak rantai panjang untuk menembus membran mitochondria dimana asam lemaknya akan mengalami beta -oksidasi).(Arrrate, dkk, 2011)
CLA meningkatkan HSL ( Hormone Sensitive Lipase ) dalam adiposit pada mencit . HSL adalah suatu enzim lipase paling penting
43 yang mengkatalisa proses lipolisis
dan meregulasi penyimpanan
lemak. (Holm, 2003) HSL membatasi degradasi triacylglycerol (TAG) menjadi diacylglycerol (DAG) dan free fatty acids (FFA)
Pada 3T3 L1 adiposit, CLA mengurangi heparin releaseable lipoprotein lipase activity dan konsentrasi intraselular dari triacylglycerol dan glycerol Lipoprotein lipase (Brasaemle 2000) LPL biasanya meningkat pada obesitas dan enzim ini dapat meningkatkan penyimpanan triglycerida dalam jaringan adiposa. LPL menghidrolisis trigliserida menjadi glycerol dan free fatty acid.
2.11.5 Dukungan Ilmiah Mayoritas penyelidikan akan konsumsi diet CLA telah dilakukan pada hewan; sampai saat ini baru sekitar 50 penelitian atas manusia Beberapa penelitian mengindikasikan suatu efek anti tumor pada pemakaian CLA dengan dosis normal (1-4 gram) hampir sama dengan konsumsi rata-rata manusia bila mengkonsumsi daging dan dairy products. Keampuhan CLA sebagai anti kanker (kebanyakan isomer cis9, trans11) diperkirakan adalah akibat antioksidannya (Aldo and Lopez, 2003). Pada binatang, penambahan CLA (terutama isomer trans10-cis12) pada pakannya secara konsisten menghasilkan pengurangan lemak, tetapi penambahan massa otot
(LBM pada kelinci yang mempunyai kadar kolesterol tinggi)
dibandingkan dengan binatang kontrol (Gavino , 2000). Pada penggabungan dengan latihan fisik ternyata makin menambah penurunan berat badan pada manusia (Thom, dkk, 2001). Pada manusia dengan
44 berat badan normal terjadi pengurangan berat badan, tetapi tidak terjadi pengurangan lingkar perut. 5.6.Keamanan. Banyak penelitian telah diadakan atas manusia. Efek samping jarang terjadi dan bila terjadi, berhubungan dengan gejala gastrointestinal, sesuai dengan gejala-gejala yang ditemukan pada konsumsi minyak. Campuran Isomer CLA 50:50 (cis-9,trans11 dan trans10, cis12) sudah diakui oleh FDA sebagai Generally Recognized as Safe (GRAS) untuk konsumsi sampai 3gram sehari; atas dasar ini penelitian ini menggunakan dosis 3 g CLA / hari. (sumber??) 2.12
Phophatidyl Serine atau 1,2,-diacyl-sn-glycero-3-phospho-L-Serine(PS) PS adalah suatu komponen phospholipid, yaitu derivatif lemak dimana satu
asam lemak telah diganti oleh golongan phosphat dan satu oleh molekul yang mengandung beberapa Nitrogen. Phosphat dan grup Amino membuat bagian dari molekul itu menjadi hydrophylic. Ini menghasilkan molekul yang amphiphilic. Pada umumnya Lemak Amphiphilic merupakan unsur terbanyak dalam membran sel dengan konsentrasi tertinggi didalam myelin jaringan otak. Molekul-molekul ini membentuk phospholipid bilayer, dengan bagian kepala yang hydrophilic menghadapi sekitarnya yang aqueous (misalnya cytosol sel), dan ekor hydrophobic nya saling berhadapan. PS merupakan phospholipid terbanyak di dalam otak. PS dan beberapa phospholipid yang lain membentuk struktur dasar dari membran sel. PS meningkatkan metabolisme sel dan komunikasinya dengan mempengaruhi kekentalan membran sel. PS dapat mempengaruhi membran neuron, metabolisme
45 sel, dan specific neurotransmitters, termasuk acetylcholine, norepinephrine, serotonin, dan dopamin. Phospholipid
yang lain: ada yang mengandung diglyceride, choline.
Contoh: Lecithin, Phosphatydilcholine dalam kuning telur. Seringkali phospholipid terjadi dengan molekul-molekul lain (misalnya protein, glycolipid, kolesterol) menjadi bilayer seperti membran sel. Tipe membran seperti ini adalah partial permeabel, elastis, cair dengan protein-proteinnya yang tertanam (protein integral maupun perifer). Molekul phospholipid dapat bergerak secara lateral.
2.12.1 Sintesis Phospholipid Dalam tubuh PS dibentuk dari amino acid non esensial
L-serine,
glycerophosphat, dan 2 asam lemak. Sebagian PS dikonversi menjadi phosphatydilcholine. Terjadi dalam cytosol berdampingan dengan membran ER (Endoplasmic Reticulum) yang penuh dengan protein yang diperlukan untuk sintesis
(GPAT
dan
acyl
transferases,
phosphatase,
dan
choline
phosphotransferase) alokasi (flipase dan flopase). Pada teknologi makanan: phospholipid dapat berfungsi sebagai pengemulsi, yaitu untuk melarutkan minyak kedalam air. Derivat-derivat phospholipid phosphatidic acid, phosphatidyl glycerol, phosphatidyl ethanolamine, phosphatidyl choline, phosphatidyl, phosphatidyl serine (DLPS-NA=1,2-dimiristoyl-sn-glycero-3-phosphoserin (garam sodium)
2.12.2 Kegunaan PS
46 1. Mengurangi
stress mental efek katabolik kortisol. PS dapat memodulasi
pelepasan kortisol pada keadaan-keadaan yang membuat stres, dengan mempengaruhi
pengeluaran
Corticotropin–releasing-factor,
aktivator
hypothalamic-pituitary-adrenal axis terutama pada saat stres. 2. Mengurangi ekses kortisol secara efektif, dapat memperbaiki reseptor reseptor kortisol didalam hypothalamus feedback control aparatus sehingga dengan demikian dapat mengontrol baik kortisol yang ekses maupun yang kekurangan. 3. Memperbaiki memori kapasitas belajar pada orang tua, menolong untuk memajukan
pengertian
(cognitif),
memperbaiki
mood,
menambah
konsentrasi, menambah kewaspadaan, menolong dalam cell repair, mencegah muscle breakdown oleh karena kortisol, dapat menstimulasi respon imun, menjaga integritas sel-sel otak, menambah fungsi mental dengan
menaikkan
kadar
acetylcholine
(neurotransmitter
yang
mentransmisi pesan-pesan otak), mencegah short term memory loss, mencegah demensia senilis dan penyakit Alzheimer. 4. Pada ADHD
(Attention Deficit Hyperactive Disorder )
mengurangi
gejalanya pada anak-anak. Sering dipakai untuk therapi: memory loss, depresi, perubahan-perubahan kelakuan pada orang tua akibat penuaan otak.
47 2.12.3 Efek Samping Tidak ada efek samping yang berarti walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan nausea dan insomnia ringan. Kontraindikasi pada penderita sakit ginjal. 2.12.4 Phosphatydil Serine untuk pengurangan berat badan dan lingkar perut PS terutama baik untuk kegemukan atau obesitas yang disebabkan stres, karena PS dapat mengurangi kelebihan kortisol. Kita ketahui bahwa kelebihan kortisol dapat menyebabkan penimbunan lemak viseral yang mengakibatkan perut buncit. (lihat 2.7.8). PS empengaruhi neurotransmitters (epinephrine, acetylcholine, dopamin), berarti mengurangi nafsu makan yang tentu saja mengakibatkan pengurangan kalori yang masuk.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka berpikir Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :
LA adalah asam lemak alami yang banyak terdapat dalam daging sapi dan dairy produk. LA adalah salah satu dari dua asam lemak esensial (yang lain adalah Linolenic acid). adalah suatu LA omega 6 fatty acid, berarti bahwa dia adalah tidak jenuh / unsaturated, dengan ikatan rangkapnya berada pada atom karbon yang ke 6 dari ujung omega molekulnya. CLA adalah suatu isomer LA menunjuk pada suatu perubahan susunan dari struktur molekulnya (konjugasi) menghasilkan suatu asam lemak dengan perubahan fungsi kimianya juga. Perubahan susunan dalam hal ini adalah terdapat ikatan rangkap pada carbon 10 dan 12 atau pada carbon 9 dan 11. LA terdapat dalam minyak nabati / vegetable oils, dimana variasi conjugasinya yaitu CLA, terdapat terutama di dalam daging dan produk turunannya. Bentuk CLA yang paling banyak terdapat dalam suplemen diperoleh dari produksi
minyak nabati seperti
minyak sunflower atau safflower.
Teori: sifat anti tumor/anti-cancer CLA adalah efek antioksidannya. Teori juga mengatakan bahwa CLA mengatur produksi prostaglandine, yang berasal
49 dari
molekul-molekul asam lemak dan dihubungkan pada kenaikan sintesis
growth hormone. Peningkatan growth hormon ini dipandang berguna bagi para atlit dan dieters (orang-orang yang senang berdiet) sebagai salah satu cara untuk memajukan menambah pertumbuhan otot, kekuatan /strength dan hilangnya lemak. Beberapa jenis prostaglandine juga dapat meningkatkan sirkulasi darah ke otot dan jaringan lemak, suatu efek yang meningkatkan fungsi otot dan mobilisasi lemak adalah efek CLA yang sangat menggoda sebagai suplemen.
3.2 Kerangka Konsep. CLA dan PS
Faktor Eksogen :
Faktor Endogen :
lingkungan makanan kurangnya aktivitas
Genetik Psikologis Stres Hormonal
Perempuan obese Penurunan Berat Badan dan Lingkar Perut Gambar 3.1. Kerangka Konsep
50
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Pemberian CLA selama 30 hari dapat menurunkan berat badan lebih banyak daripada pemberian PS.
Pemberian CLA selama 30 hari
mengurangi lingkar perut lebih banyak
daripada pemberian PS pada perempuan obese.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pre-test dan post-test control group design (Pocock 2008). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut : P0 O1
P
S
O2
R P1 O3
Bagan 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : P = Populasi S = Sampel R = Random O1 dan O3 = Kondisi sebelum perlakuan P0 = Perlakuan dengan pemberian CLA 3x 1g /hari P1 = Perlakuan dengan pemberian PS, 3x100mg/hari O2 = Kondisi setelah pemberian CLA O4 = Kondisi setelah pemberian PS
O4
52 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Jakarta pada bulan November dan Desember 2010. 4.2.1.Populasi penelitian Populasi penelitian adalah sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. 1. Populasi target dalam penelitian ini adalah perempuan usia 30-50 tahun. 2. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah perempuan yang memiliki BMI (body mass index) atau indeks massa tubuh (IMT) 25kg/m2 4.3. Kriteria subjek 4.3.1. Kriteria inklusi: 1. Bersedia menjadi subjek penelitian dan menandatangani inform consent yaitu surat persetujuan kesediaan sebagai sampel. 2. Perempuan yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) atau 25 kg/m2. 3. Usia 30-50 tahun. 4. Tidak menderita penyakit komorbid. 5. Tidak sedang hamil. 6. Tidak sedang menyusui. 7. Tidak memakai kontrasepsi oral. 8. Sudah tidak minum obat obatan yang lain sejak 2 minggu.
53
4.3.2. Kriteria drop-out: 1. Sakit. 2. Tidak minum obat lebih dari 3 hari. 4.3.3. Penentuan besar sampel minimal: Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus Pocock ( 2008) :
2 2 n f , 2 1 2 Keterangan: n = jumlah sampel = tingkat kesalahan I ( =0,05) = tingkat kesalahan II ( = 0,1) Sehingga f ( ,) = 10,5 (Tabel 9.1) (Pocock, 2008)
1 = rerata berat badan sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan 2 = rerata berat badan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan
= simpangan baku kontrol
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan terhadap 4 orang perempuan diperoleh rerata berat badan sebelum perlakuan (1) = 68,23 kg dan sesudah perlakuan (2) = 64,67 kg serta Standar Deviasi (1) = 2,14 dan 2 = 2,03 (Pohe, 2010). Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan α = 0,05 dan β = 0,10.
54
Sehingga jumlah sampel adalah:
2 x (2,14)2 n =
x 10,5 (64,67– 68,23)2
= 7,59 Jadi diperoleh sampel minimal sebanyak 7,59 dan dibulatkan menjadi 8 orang per kelompok. Total sampel yang dibutuhkan dalam penelitiaan ini adalah 16 orang. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1. Identifikasi variabel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. 4.4.2 Klasifikasi Variabel 1. Variabel bebas: Pemberian CLA dengan dosis 3x1g / hari, pemberian PS dengan dosis 3 kali 100mg / hari. 2. Variabel terikat: yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini
adalah aspek yang diteliti,
yaitu penurunan berat badan dan
pengurangan lingkar perut. 4.4.3 Definisi Operasional Variabel 1. CLA adalah derivat dari LA yang mengandung ikatan rangkap. Sumber alamiah P U F A (Poly unsaturated fatty acid). Adalah suatu isomerisasi microbial dari dietary Linoleic Acid. Sediaan yang digunakan adalah capsul yang masing masing dosis 1 g. Diberikan 3 kali 1 g / hari.
55 2. PS adalah suatu komponen phospholipid, yaitu derivatif lemak dimana satu asam lemak telah diganti oleh golongan phosphat dan satu oleh molekul yang mengandung beberapa Nitrogen. Pemberiannya berupa kapsul 100 mg diberikan 3 kali / hari. 3. Lingkar perut diukur dengan menentukan dahulu arcus costae kanan dan kiri, kemudian tentukan spina Ischiadica anterior superior (SIAS) kanan dan kiri, ukur sepanjang midclavicular line kanan dan kiri, dibagi 2, dalam posisi bernafas normal menghembus
dilakukan pengukuran lingkar perut
menggunakan meteran fleksibel dengan ketepatan 10ˉ¹cm. 4. Berat badan adalah berat badan yang masuk klasifikasi obesitas, diukur dengan timbangan berat badan standar yang ditera dengan ketepatan 10ˉ²kg. Tinggi badan diukur dengan stapedometer dengan ketepatan 10ˉ¹cm. 5. Indeks massa tubuh adalah pengukuran antropometri yang paling sering digunakan yaitu dengan mengukur rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kwadrat. 4.5 .Alat dan Bahan penelitian 4.5.1. Alat yang digunakan : 1. Stapedometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan 2. Alat timbang Tanita model TBF 300 untuk mengukur berat badan. 3. Meteran fleksibel untuk mengkur lingkar perut. 4. Pengukuran menggunakan rumus Body Mass Index (BMI) untuk mengukur IMT (Index Massa Tubuh).
56 4.5.2. Bahan Penelitian yang digunakan 1. CLA kapsul oral 1 g. Nama dagang : CLA. Nama kimia : Conjugated Linoleic Acid. Produksi : Amway. 2. Phosphatydil Serine kapsul 100 mg oral Nama dagang : Memoran Nama kimia : Phospatydil Serine. Produksi : PT. Soho Industri Pharmasi. 4.6 Prosedur Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan pada 16 orang yang memenuhi kriteria inklusi. 2. Subyek dibagi dalam dua kelompok secara random. 1. Kelompok pertama : adalah kelompok perlakuan yang diberi CLA 3 x 1 g / hari (P1). 2. Kelompok kedua : merupakan kelompok perlakuan yang diberi Memoran 3 x 100 mg / hari (P2). 3. Perlakuan pada kedua kelompok dilakukan selama 30 hari. 4. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran berat badan tanpa sepatu dan memakai baju yang setipis mungkin, lingkar perut, dan indeks massa tubuh, sebagai data pretest. 5. Setelah 30 hari dilakukan pengukuran kembali, sebagai postest. 6. Data dikumpulkan.
57 4.7. Alur Penelitian
POPULASI TARGET (OBESITAS) Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Populasi Terjangkau (OBESITAS)
Sampel Terpilih PRETEST Kelompok CLA
Kelompok PS
Pemberian CLA 30 hari POST TEST
Pemberian PS 30 hari
Pengukuran : 1. Berat Badan 2. Lingkar Perrut
ANALISIS
DATA
4.8. Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis deskripsi. 2. Analisis normalitas dengan Uji Saphiro Wilk dan Uji kehomogenitas variansi dengan Levene Test.
58 3. Analisis komparasi. Data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji t-independen untuk menguji hipotesis (Hanafiah, 2003).
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Analisis Diskriptif Dalam penelitian ini dilibatkan sebanyak 16 orang sampel dengan BMI ≥ 25 kg/m2 yang berumur antara 30–50 tahun, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok P1 (CLA) dan kelompok P2 (PS). Masing-masing kelompok berjumlah 8 orang. Pembahasan ini meliputi uji normalitas dan homogenitas data, uji komparabilitas, uji efek perlakuan. 5.2 Uji Normalitas Data Data berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan lingkar perut baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data masing-masing Kelompok Kelompok Perlakuan BB CLA pre BB PS pre BMI CLA pre BMI PS pre LP CLA pre LP PS pre Selisih BB CLA Selisih BB PS Selisih BMI CLA Selisih BMI PS Selisih LP CLA Selisih LP PS
N
P
Keterangan
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
.232 .183 .466 .061 .222 .177 .093 .137 .446 .102 .201 .156
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
60 5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Data berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan lingkar perut antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun penurunannya diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Berat badan dan Kadar Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek
F
p
Keterangan
Berat Badan Pre
1,39
0,27
Homogen
BMI Pre
1,45
0,25
Homogen
Lingkar Perut Pre
0,05
0,83
Homogen
Selisih Berat Badan
0,07
0,80
Homogen
Selisih BMI
0,25
0,63
Homogen
Selisih Lingkar Perut
1,60
0,23
Homogen
5.4 Berat Badan 5.4.1 Uji Komparabilitas Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata berat badan antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
61 Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar kelompok sebelum diberikan perlakuan n
Rerata Berat Badan (kg)
SB
CLA
8
68,63
5,47
PS
8
69,38
4,53
Kelompok Subjek
t
p
0,221
0,828
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok CLA adalah 68,635,47, rerata kelompok PS adalah 69,384,53. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,221 nilai p = 0,828. Hal ini berarti bahwa rerata berat badan pada kedua kelompok adalah sama (p > 0,05). 5.4.2 Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata penurunan berat badan antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Rerata Penurunan Berat badan antar kelompok sesudah diberikan perlakuan n
Rerata Penurunan Berat badan (kg)
SB
CLA
8
3,00
0,76
PS
8
1,13
0,64
Kelompok Subjek
T
p
5,35
0,001
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan berat badan kelompok CLA adalah 3,000,76, rerata kelompok PS adalah 1,130,64. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 5,35 nilai p =
62 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata penurunan berat badan pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05).
BB (kg)
BERAT BADAN 70 60 50 40 30 20 10 0
68.6369.38 65.63 68.25
CLA 3.00 1.13 BB pre
BB post
Phosphatidyl serine
Penurunan BB
Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Pre dan Penurunan Berat Badan setelah Pemberian perlakuan
Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian CLA menurunkan berat badan lebih besar dibandingkan dengan PS.
Gambar 5.2 Grafik Berat Badan Pre dan Penurunan Berat Badan setelah Pemberian perlakuan
63 5.5 Lingkar Perut 5.5.1 Uji Komparabilitas Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lingkar perut antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar kelompok sebelum diberikan perlakuan
n
Rerata Lingkar Perut (cm)
SB
CLA
8
101,38
9,52
PS
8
102,25
8,33
Kelompok Subjek
T
p
0,196
0,848
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata lingkar perut kelompok CLA adalah 101,389,52, rerata kelompok PS adalah 102,258,33. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,196 nilai p = 0,848. Hal ini berarti bahwa rerata lingkar perut pada kedua kelompok adalah sama (p > 0,05). 5.5.2 Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata penurunan lingkar perut antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar kelompok sesudah diberikan perlakuan
64 N
Rerata Penurunan Lingkar Perut (cm)
SB
CLA
8
5,50
2,33
PS
8
2,13
0,99
Kelompok Subjek
T
P
3,77
0,002
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lingkar perut kelompok CLA adalah 5,502,33, rerata kelompok PS adalah 2,130,99. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3,77 nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata penurunan lingkar perut pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05).
lingkar perut (cm)
Lingkar Perut 120 100 80 60 40 20 0
101.38 102.2595.88 100.12
CLA 5.50 2.13 Lingkar Perut pre
Phosphatidyl serine
Lingkar Penurunan Perut post Lingkar Perut
Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Pre dan Penurunan Lingkar Perut setelah Pemberian perlakuan
Gambar 5.2 di atas menggambarkan bahwa pemberian CLA menurunkan lingkar perut lebih besar dibandingkan dengan PS
65
Gambar 5.4 Grafik Lingkar Perut Pre dan Penurunan Lingkar Perut setelah Pemberian perlakuan
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subyek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian CLA terhadap penurunan berat badan dan lingkar perut maka dilakukan penelitian pada perempuan obese dengan BMI ≥ 25 kg/cm2 yang berumur antara 30–50 tahun. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 16 orang sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok CLA dan kelompok PS. Masing-masing berjumlah 8 orang.
6.2. Pengaruh CLA terhadap Penurunan BB dan Lingkar Perut Hasil penelitian dan analisis data berat badan dan lingkar perut pada kelompok CLA peroral 3x1g/hari dan PS peroral 3x100mg/hari menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan penurunannya masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p>0,05). Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan berupa CLA peroral 3x1g/hari dan PS peroral 3x100mg/hari antara kedua kelompok menggunakan uji tindependent dan didapatkan hasil bahwa rerata berat badan kelompok CLA peroral 3x1g/hari adalah 68,635,47 dan rerata berat badan kelompok PS 3x100mg/hari
67 adalah 69,384,53; serta rerata lingkar perut kelompok CLA peroral 3x1g/hari adalah 101,389,52 dan rerata kelompok PS peroral3x100mg/hari adalah 102,258,33. Uji perbandingan pre test antara kedua kelompok menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna berat badan dan lingkar perut antara kelompok CLA 3x1g//hari dengan kelompok PS 3x100mg/hari (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa berat badan dan lingkar perut pada kedua kelompok adalah sama atau dengan kata lain kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan berat badan dan lingkar perutnya tidak berbeda (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan perlakuan berupa CLA 3x1g/hari dan PS 3x100mg/hari antara kedua kelompok menggunakan t-independent dan didapatkan hasil bahwa rerata penurunan berat badan kelompok CLA 3x1g/hari adalah 3,000,76 dan rerata kelompok PS 3x100mg/hari adalah 1,130,64; serta rerata penurunan lingkar perut kelompok CLA3x1g/hari adalah 5,502,33 dan rerata kelompok PS 3x100mg/hari adalah 2,130,99. Uji perbandingan post test antara kedua kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna penurunan berat badan antara CLA 3x1g/hari dengan kelompok PS 3x100mg/hari dan juga terdapat perbedaan penurunan lingkar perut antara kelompok CLA peroral 3x1g/hari dengan kelompok PS.peroral 3x100m/hari .Hal ini disebabkan karena mengandung ikatan ganda terkonjugasi yang dapat menurunkan lemak tubuh dan menaikkan LBM yaitu dengan menaikkan lipolisis didalam adiposit dan menambah oksidasi asam lemak baik dalam sel lemak dan sel-sel otot). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitiannya yang menyatakan bahwa mencit dengan dietary CLA
68 secara bermakna meningkatkan total aktivitas carnitine palmitoyl transferase baik di lemak maupun otot.Carnitine Palmitoyltransferase system adalah langkah penting dalam hal beta oksidasi asam lemak rantai panjang yang tidak bebas berdifusi melalui membran dalam mitichondria.Asam lemak mula-mula diaktivasi dibagian luar membran ..Asam lemak yang sudah diaktifkan akan dioksidasi didalam matrix mitochondria Demikian juga hasil penelitiannya Pariza, dkk (1997) yang mendapatkan bahwa. CLA dapat meningkatkan HSL (Hormone sensitive lipase) dalam adiposit pada mencit yang diberi CLA. HSL adalah suatu enzim lipase paling penting yang mengkatalisa proses lipolisis dan meregulasi penyimpanan lemak. HSL membatasi degradasi Triacylglycerol (TAG) menjadi Diacylglycerol (DAG) dan Free Fatty Acids (FFA). Pada 3T3 L1 adiposit, CLA mengurangi heparin releaseable
lipoprotein
lipase
activity
dan
konsentrasi
intraselular
dari
triacylglycerol dan glycerol (Park, dkk, 1997). Lipoprotein lipase biasanya meningkat pada obesitas, dan enzim ini dapat meningkatkan penyimpanan triglycerida dalam jaringan adiposa. Lipoprotein lipase atau LPL menghydrolisa Triglycerida menjadi Glycerol dan Free Fatty Acid. Karena dengan bantuan CLA aktivitas carnitine menjadi meningkat, yaitu terjadinya bertambahnya pembakaran lemak dan CLA dapat membantu mengubah lemak yang ada menjadi energi, di samping itu CLA menambah jaringan otot (lean muscle tissue), juga pada otot skelet. Mekanisme fisiologis pengurangan lemak tubuh (body fat), yaitu CLA menghambat penyimpanan lemak didalam adiposit yang merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama, juga pada otot skelet
69 yang merupakan tempat pembakaran lemak yang primer terjadi peningkatan oksidasi (Gaullier, 2004). Diet yang kaya CLA dan butter menaikkan Lipid Peroxidation, inflamatory, atau diabetic Risk markers pada pria sehat (Raff, 2005). Beberapa penelitian mengindikasikan suatu efek anti tumor pada pemakaian CLA dengan dosis normal (1-4 gram) hampir sama dengan konsumsi rata-rata manusia bila mengkonsumsi daging dan dairy products. Keampuhan CLA sebagai anti kanker (kebanyakan isomer cis9, trans11) diperkirakan adalah akibat antioksidannya. Efek positif CLA pada komposisi tubuh (kurang lemak banyak otot) telah dibuktikan pada banyak penyelidikan atas hewan (tikus, babi, ayam). Sebagai efek samping yang berguna, pemberian CLA rupanya mengurangi kadar LDL kolesterol dan trigliserida pada kelinci percobaan yang kadar kolesterolnya tinggi. Berdasarkan atas dua
penelitian yang terakhir, menunjukkan bahwa
suplementasi dengan CLA (3-4 gram/hari) memajukan pengurangan lemak tubuh (2-4 lbs. pada subyek yang overweight dalam 12 minggu) dan pengurangan lemak abdominal (sekitar 1 inci) pada pria yang gemuk.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pemberian CLA dan pemberian PS menurunkan berat badan pada perempuan obese. 2. Pemberian CLA dan pemberian PS menurunkan lingkaran perut pada perempuan obese, selama 30 hari 3. Pemberian CLA lebih banyak menurunkan berat badan dan lingkaran perut dibandingkan dengan pemberian PS pada perempuan obese . 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: Disarankan kepada orang yang obesitas yang akan atau sudah menjalani program penurunan berat badan untuk mengkonsumsi CLA atau PS sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk mempercepat proses penurunannya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Aldo R Eynard, Lopez Cristina B,2003lipids in health and disease 2003,2:6. Conjugated Linoleic Acid (CLA) versus saturated fats/cholesterol: their proportion in fatty and lean meats may affect the risk of developing cancer. Amaru D.L dan Field C.J., 2009; Conjugated Linoleic Acid Decreases mcf 7 Human Breast Cancer cell Growth and Insulin Like Growth Factor 1 receptor levels. Lipids; 44(5): 449-58 Arrate Lasa D.S. , Edurne Simon Ph.D. , Itziar Churruca Ph.D. , Alfredo FernandezQuintela Ph.D. ,Maria Teresa Macarulla Ph.D. , Maria Puy Portillo Ph.D. ,; Effects of trans-10,cis-12 CLA on liver size and fatty acid oxidation under energy restriction conditions in hamsters.Nutrition volume 27, issue 1, January 2011, pages 116-121. Azwar, A. 2004. “Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.” Dalam: Seminar Kesehatan Obesitas. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Brasaemle D., Levin D., Adler-Wailes, and Londos C. 2000. The lipolytic stimulation of 3T3-L1 adipocytes promotes the translocation of hormone sensitive lipase to the surface of lipid storage droplets. Biochim. Biophys. Acta. 1483:251-262.
Chien JY, Jemg JS, Yang PC. Crit Care Med.2005 Aug;33(8):1688-93Low serum levels of high-density lipoprotein cholesterol is a poor prognostic factor for severe sepsis. Chin S,F Liu, Storkson Y.L.Ha,and M.W., Pariza, 1992: Dietary sources of conjugated dienoic
isomers
of
linoleic
acid,
a
newly
recognized
class
of
anticarcinogens.J.Food Compo.Anal.5:185-197 Choi Yoon Seok, Suk Min Seo, Eun-Ho Choo, Yuun-Seok Koh,, Mahn Won Park, Dong Il Shin, Hun-Yun Park, Dong Bin Kim, Sung Ho Her, Jong Min Lee, Chul Soo Park, Pum-joon, Kim, Keon Woong moon, Kiiiyuk Chang, Hee Yeol Kim, Ki Dong Yo, Doo Soo jeon, Wook Sung Chung, Yon Gyu Park, Ki-Bae Seung, Catholic Universiity of Korea, Percutaneous Coronary Intervention Registry Investigators,2011,High-density lipoprotein Cholesterol as a predictor of clinical outcomes in patients achieving low-density lipoprotein cholesterol targets with statins after percutaneous coronary intervention. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei terpadu mendukung Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Litbangkes Depkes R.I. Daniels S.R., 2009; American Heart Association Childhood Obesity Research Summit Report Brigid McHugh Sanner Epel , E,R dan Lapidus, 2001; .Stress may add bite to appetite in woman: a laboratory study of Stress-induced kortisol and eating behaviour.Psychoneuroendocrinology 26:37-47
Esqueda A.L, Salinas C.A., Monroy V.O., Perez F.J., Peralta R.M., 2004; The body mass index is a less sensitive tool for detecting cases ith obesity-ssociated comorbidities in short stature subjects, Mexican Health Ministry, Mexico.: 1443-50. Faigin R., 2000. Meningkatkan Hormon secara Alami (terj.). 1 st ed. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Ganong W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (DjauhariWidjajakusumah, Pentj), Jakarta: EGC. Gallagher D, Heymsfield SB, Heo M, Jebb, SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y., 2000; Healthy percentage body fat ranges: an approach for developing guidelines based on body mass index. Am J Clin Nutr 2000; 72: 694–701. Gaullier , 2004 Am Clin.Nutr. 79(6) : 1118-1125 Gavino V. C., Gavino G., Leblanc M. J., Tuchweber B., 2000; An isomeric mixture of conjugated linoleic
acids but not pure cis-9, trans-11-octadecadienoic acid
affects body weight gain and plasma lipids in hamsters. J Nutr.;130(1):27-9. Hanafiah Hellhammer J.,Fries E.,Buss C. , Engert V. ,Rutenberg D., Hellhammer D. Effect of Soy Lecithin Phosphatidic Acid and Phosphatidylserine Complex (PAS) on the Endocrine and Psychological Responses to mental stress.Vol7:119-126 June 2004 Holm C,2003. Molecular mechanisms regulating hormone-sensitice lipase and lipolysis. Biochem. Soc. Trans. 31:1120-1124
Ikeuchi, M., Koyama, T., Takahashi, J., Yazawa, K. 2007. Effects of Astaxanthin in Obese Mice Fed a Hight-Fat Diet. Jurnal Biosci, Biotechnol, Biochem. 71(4): 893-899. Ismail M.N., Tan C.L., 2000. Prevalence of obesity in Malaysia. In: Inoue dan Zimmet (eds). The Asia–Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment. WHO(WPRO)/IASO/IOTF: Health Communications Australia, pp 10–13. James,W.P.T, Finer, N., 2001; The role of Sibutramine in weight management- towards a blueprint for a Sibutramine weight management system.International journal of obesity, volume 25: S34-S38 Klatz R.M., 2000; Ten Weeks to a Younger You. Chicago; Ill.: Sport Tech Labs Inc. Larsen TM, Toubro S, Gudmundsen O, Astrup A,2006, Conjugated Linoleic Acid supplementation for 1 y does not prevent weight or body fat regain.Am J Clin Nutr.Mar;83(3):606-12 Mayumi I., Tomoyuki K., Jiro T., Kazunaga Y., 2007; Effects of Astaxanthin in Obese Mice Fed a High –Fat DietBiosci. Biotechnol. Biochem.,; 71(4), 893-899 Malnick S.D,H, , dan Knobler H The medical complications of obesity.Oxford Journals Medicine:An International Journal of Medicine, vol 99, issue 9,Pp 565-579 Morris, K.L dan Zemel, M.B., 2005; 1,25-dihidroxyvitamin D3 modulation of adipocyte glucocrticoid function.Obesity research 13:670-677, 2005 Okura T, Nakata Y, Lee DJ, Ohkawara K, Tanaka K. Effects of aerobic exercise and obesity phenotype on abdominal fat reduction in response to weight loss. Int J Obes ( Lond) 2005; 29:1259-1266
Olson A, Zwillich C. 2005. The obesity hypoventilation syndrome. Am.J. Med 118(9) : 948-56. Park HS ,Ryu JH, Ha YJ, Park JH.Br J Nutr. 2001 Nov;86(5):549-55 Dietary Conjugated Linoleic AcidCLA) induces apoptosis of colonic mucosa in 1,2-dimethylhydrazinetreated rats: a possible mechanism of the anticarcinogenic effectby CLA. Department of Food and Nutrition , Kyung Hee University, Seoul Korea. Pestacello, L.S., Van Heest, J.L. 2000. “Physical Activity Mediates a Healthier Body Weight in the Present of Obesity.” Br. J. Sport Med, Vol.34, p.86-93 Linder, M. C. 2006. Nutrisi dan Metabolisme Lemak. In: Linder, M. C., editor. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. (Aminuudin Parakksi, Pentj.) Jakarta:UI Malnick S.D.H dan Knobler H., 2006. QJ Med edisi 99 halaman 574 Manore, M. and Thompson, J. 2000. Sport Nutrition for Health and Performance. Chaimpaign, IL: Human Kinetics. Murray, R.K., Granner D. K., Rodwell V. W. 2009. Biokimia Harper. Brham U Pendit, Pentj). Jakarta: EGC. Pangkahila W, 2007, Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Anti-Aging Medicine. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, hal: 133-144. Pariza M.W., Park Y., Cook M.E., 2001; The biologically active isomers of CLA. Prog Lipid Res.;40(4):283-98. Pocock, S.J. 2008, The size of a Clinical Trial, Clinical Trials, A Practical Approach, p 123-127.
Pohe T, 2010; Penelitian pendahuluan Pemberian peroral CLA lebih banyak menurunkan berat badan dan lingkar perut pada 4 perempuan obese dibandingkan dengan pemberian PS 3x100mg/hari selama 30 hari. Rakesh S, Bjirmohun, Sander I. Van Leuven, Johannes H M . Levels, Cornelis van,t Veer, Jan Albert Kuivenhoven, Joost C.M.Meijers, Marcel Levi, John J.P. Kastelein, Tom van der Poll, Erik S.G. Stroes 2006..American Heart Association Reksodiputro. 2006. Dukungan Nutrisi Pada Kasus Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta. Rimbawan dan Siagian 2004 Riserus Ulf, 2002 Trans fatty acids, insulin sensitivity and type 2 diabetes Food & Nutrition Research eISSN 1654-661X Sastroasmoro S., 2008. Dasar- dasar Metode Penelitian, FKUI, Jakarta Sayburn, A. 2010. Withdrawal of sibutramine leaves European doctors with just one obesity drug, BMJ; 340:c477. Sluijs Ivonne, Yvonne Plantinga, Baukje de Roos, Louise I Mennen 2010; Dietary supplementation with cis-9,trans-11 CLA and aortic stiffness in overweight and obese adults. American Society for Nutrition. Soonkyu C, Brown J.M., Provo J.N., Hopkins R., dan Mclntosh M.K., 2005; Conjugated Linoleic Acid Promotes Human Adipocyte Insulin eistance through NFkdependent Cytokine Production. Pub JBC Papers in Press, The Journal of Biological Chemistry vol 283 no 46 pp 38445-38456. Sukandar, E. Y. 2011. ISO Farmakoterapi 2. Ikatan Apoteker Indonesia, 112
Supariasa I. D. N., Bakri, B. Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta:EGC. Thom E, Wadstein J, Gudmundsen O. 2001; Conjugated Linoleic Acid Reduces Body Fat in Healthy Exercising Humans.The Journal of International Medical Resarch 2001;29:392-396. Wang Li-Shu, Huang Yi-Wen, Chan Hsiang-Lin, Sugimoto , Yasuro,Funk Julie A. , Smeaks Daniel, Hill Lawrece N, Young C Lin, 2006. Anticancer Res.2006 Mar-Apr, 26(2A):889-98, Conjugated Linoleic Acid (CLA) Modulates Prostaglandin E2 (PGE2) Signaling in Canine Mammary Cells 1Department of Veterinary Biosciences, 3OSU Comprehensive Cancer Center, 4 Department of Veterinary Preventive Medicine and 5Department of Veterinary Clinical Sciences, College of Veterinary Medicine,The Ohio State University, Columbus, OH 43210; 2University of Michigan Comprehensive Cancer Research Center, Ann Arbor, MI 48105;6The Ohio State University Shelter Medicine and Surgery Program, Columbus, OH 43210, U.S.A WHO WPR/IASO/IOTF 2000; The Asia-Pasific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment , Ilmu Penyakit Dalam UI halaman 1922. WHO, 2000. Penyakit Bawaan Makanan. Fokus Pendidikan Kesehatan. EGC. Jakarta _______ WHO’s Classification of BMI. Geneva
ampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok TB
CLA
Statistic
df
.154
PS .230 BB CLA .214 PS .180 BMI CLA .155 PS .252 LP CLA .273 Phosphatiyil Serine .277 BBpost CLA .191 PS .227 BMIpost CLA .136 PS .210 LPpost CLA .306 PS .315 Selisih BB CLA .250 PS .327 Selisih CLA .218 BMI PS .272 Selisih LP CLA .335 PS .300 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
8
.200
*
.971
8
.905
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
.200* .200* .200* .200* .143 .080 .072 .200* .200* .200* .200* .086 .079 .150 .082 .200* .083 .089 .072
.872 .890 .879 .924 .787 .888 .877 .906 .885 .950 .812 .878 .817 .849 .810 .922 .853 .669 .872
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
.159 .232 .183 .466 .061 .222 .177 .329 .210 .710 .078 .181 .143 .093 .137 .446 .102 .201 .156
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok BB
CLA
PS BMI CLA PS LP CLA PS Selisih BB CLA PS Selisih BMI CLA PS Selisih LP CLA PS
N
Mean 8
Std. Deviation
Std. Error Mean
68.6250
5.46737
2.99367
8 69.3750 8 29.0925 8 28.8262 8 1.0138E2 8 1.0225E2 8 3.0000 8 1.1250 8 1.2762 8 .4700 8 5.5000 8 2.1250
4.53360 3.17447 2.29329 9.51596 8.32809 .75593 .64087 .32780 .26817 2.32993 .99103
1.60287 1.12235 .81080 3.36440 2.94443 .26726 .22658 .11590 .09481 .82375 .35038
Lampiran 3 SURAT PERSETUJUAN PEMBERIAN CLA
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : Alamat
:
No.KTP
:
Telah memahami penjelasan yang diberikan oleh dr.Tresiaty bahwa pemberian CLA 3 gram sehari selama 30 hari, diharapkan dapat: 1.Menurunkan berat badan. 2.Menurunkan lingkar perut. 3.Menurunkan index massa tubuh. Oleh karena itu selanjutnya diharapkan dapat mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus (kencing manis), penyakit jantung, hipertensi (darah tinggi), stroke dan kanker payudara. Kepada saya, dokter menerangkan bahwa pemberian CLA dapat menimbulkan efek samping seperti mulut kering, bibir kering, dan rasa panas. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan banyak minum air. Dengan menyadari manfaat dan kemungkinan terjadinya efek samping pada diri saya, maka resiko ini akan menjadi tanggung jawab saya sendiri dan saya tidak akan menuntut dr.Tresiaty. Sepenuhnya saya mengerti dan dengan sadar menyatakan persetujuan dengan menanda tangani formulir ini tanpa tekanan dari pihak manapun. Jakarta, Dokter
Pasien
Tanda tangan & nama jelas
Tanda tangan & nama jelas
Lampiran 4 SURAT PERSETUJUAN PEMBERIAN MEMORAN (PS) Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : Alamat
:
No.KTP
:
Telah memahami penjelasan yang diberikan oleh dr.Tresiaty bahwa pemberian Memoran 300 mg sehari selama 30 hari, diharapkan dapat: 1. Menurunkan berat badan. 2. Menurunkan lingkar perut. 3. Menurunkan index massa tubuh. Oleh karena itu selanjutnya diharapkan dapat mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus (kencing manis), penyakit jantung, hipertensi (darah tinggi), stroke dan kanker payudara. Kepada saya, dokter menerangkan bahwa pemberian Memoran dapat menimbulkan efek samping seperti susah tidur,dan mual mual sedikit. Dengan menyadari manfaat dan kemungkinan terjadinya efek samping pada diri saya, maka resiko ini akan menjadi tanggung jawab saya sendiri dan saya tidak akan menuntut dr.Tresiaty. Sepenuhnya saya mengerti dan dengan sadar menyatakan persetujuan dengan menanda tangani formulir ini tanpa tekanan dari pihak manapun.
Jakarta,
Dokter
Pasien
Tanda tangan & nama jelas
Tanda tangan & nama jelas