PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MAHARATUL KALAAM DALAM PEMBELAJARAN DIKLAT BAHASA ARAB MTS DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO Oleh Kasmawati, SS ABSTRAK
“Sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu bahasa” Salah satu dari empat kemahiran berbahasa Arab adalah kemahiran berbicara menggunakan bahasa Arab atau maharatul kalaam. Keterampilan berbicara atau maharatul kalaam sudah barang tentu erat hubungannya dengan perkembangan kosakata yang diperoleh melalui kegiatan menyimak dan membaca. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembelajaran maharatul kalaam sering kali kurang menarik, kurang merangsang partisipasi peserta diklat, dan bersuasana kaku sehingga kegiatan berbicara kadang-kadang menjadi macet. Untuk itu, widyaiswara dituntut lebih kreatif dalam penyampaian materi baik dari metode pembelajaran, model-model pembelajaran maupun media pembelajaran. Salah satu media yang fungsional untuk meningkatkan maharatul kalaam adalah media gambar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teknik penerapan media gambar dalam pembelajaran diklat bahasa Arab dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa sekurangkurangnya ada enam teknik penerapan media gambar dalam pembelajaran diklat bahasa arab yaitu: menampilkan foto dalam bentuk power point, menggunakan guntingan gambar-gambar dari koran, bercerita berdasarkan gambar karya sendiri, membuat cerita berdasarkan gambar seri, menggunakan model pembelajaran picture and picture, dan menggunakan model pembelajaran example non example. Keyword : Media Gambar, Maharatul Kalaam
A. PENDAHULUAN Dalam kenyataan bahwa proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Untuk menghasilkan kualitas belajar yang optimal, maka perlu dirancang aktivitas belajar oleh peserta diklat itu sendiri ataupun melalui peran widyaiswara dan/atau bimbingan media belajar. Kegiatan belajar dapat dilaksanakan dimana saja. Oleh karena itu belajat tidak dibatasi oleh waktu, tempat, dan sumber belajar. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kaitannya dengan berbagai kehidupan bermasyarakat, munculnya berbagai inovasi guna memberikan kemudahan bagi individu dan masyarakat. Tentunya pemerintah harus berupaya mengawalinya dengan mengkritisi bagaimana cara mempelajarinya, dan sumber belajar apa yang sesuai dengan karakteristik peserta diklat (individu) dan masyakat pada umumnya. Pembelajaran dengan menggunakan aneka sumber menuntut adanya kemandirian dari peserta diklat untuk belajat sepanjang hayat. Bahasa merupakan komunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam kegiatan berbahasa seseorang dituntut untuk menguasai ketrampilan berbahasa. Keterampilan tersebut meliputi empat macam, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan hubungannya menyimak dan membaca tergolong ketrampian berbahasa yang reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk ketrampilan berbahasa yang produktif. Keterampilan berbicara atau maharatul kalaam sudah barang tentu erat hubungannya dengan perkembangan kosakata yang diperoleh melalui kegiatan menyimak dan membaca. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan adanya kecenderungan verbalisme, dan lemahnya maharatul kalaam peserta diklat, karena sebagian besar peserta diklat bahasa Arab tidak berlatar pendidikan bahasa Arab. Seperti halnya dengan bahasa asing lainnya, bahasa Arab pun memiliki kemahiran berbahasa yang disebut Maharatul lugah terdiri dari kemahiran bahasa Arab aktif dan kemahiran bahasa Arab pasif. Kemahiran bahasa Arab aktif terdiri dari maharatul kalaam (kemahiran berbicara) dan maharatul istima’ (kemahiran menyimak). Sedangkan kemahiran bahasa Arab pasif terdiri dari maharatul qira’ah (kemahiran membaca) dan maharatul kitabah (kemahiran menulis). Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal lain. Seorang guru bahasa Arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga hal, yaitu (1) pengetahuan tentang bahasa Arab, (2) kemahiran berbahasa Arab dan (3) keterampilan mengajarkan bahasa Arab. Maharatul kalaam mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Arab, sebagaimana pepatah Arab mengatakan bahwa :
“Bahasa itu adalah berbicara dan berbicara membutuhkan kebiasaan”
Dengan demikian, perlu dilakukan upaya-upaya meningkatkan kemahiran berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Salah satu usaha untuk menumbuhkan hal tersebut adalah dengan penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar. Karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus, informasi, sikap dan lain-lain juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu, media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik. Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar banyak sekali, begitu juga dalam pembelajaran Bahasa Arab juga bisa menggunakan media pembelajaran untuk memudahkan widyaiswara dan peserta diklat dalam belajar. Media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran Bahasa Arab, antara lain: komputer, rekaman CD, gambar, grafis (peta konsep), laboratorium bahasa, dan sebagainya. Media-media tersebut mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga dapat memudahkan dalam proses pembelajaran Bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa, baik bahasa arab atau bahasa inggris, penggunaan media sangat dibutuhkan agar pembelajaran tersebut tidak membosankan dan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa aktifitas pembelajaran bahasa arab kurang bervariasi dibandingkan dengan pembelajaran bahasa asing lainnya. Hal ini tidak hanya disebabkan adanya asumsi bahwa belajar bahasa arab sebagai bahasa asing untuk bisa mempergunakannya secara aktif hanya bisa dilakukan di negara arab tetapi juga penggunaan metode pembelajaran yang sudah ketinggalan dari metode pembelajaran bahasa asing lainnya. Media gambar merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan maharatul kalam dalam pembelajaran bahasa Arab. Selain itu, gambar dapat memberikan gambaran visual secara konkret tentang masalah yang digambarkannya. Dengan media gambar orang dapat mengungkapkan ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan jelas. Dengan kata lain media gambar akan lebih jelas daripada dikatakan dengann kata-kata baik yang ditulis atau diungkapkan. Selain itu media gambar juga sangat mudah untuk diperoleh dari brosur, majalah, internet atau widyaiswara maupun guru dapat membuatnya sendiri. Jadi dapat dikatakan media gambar dapat menarik perhatian peserta diklat, menumbuhkan semangat belajar, meningkatkan daya kreasi, dan pesan yang disampaikan lebih mudah untuk ditangkap. B. PEMBAHASAN a. Pengertian Maharatul kalaam dan Faktor Yang Mempengaruhinya Ketrampilan Berbicara (Maharatul Kalam) Bahasa Arab - merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa
kata serta ungkapan yang memungkinkan peserta diklat dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian peserta diklat dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, widyaiswara/pemateri hendaknya memberikan dorongan kepada peserta diklat agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah. Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan menyimak akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda. Latihan berbicara menekankan kemampuan eskpresi atau mengungkapkan ide pikiran dan pesan kepada orang lain. Sedangan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik. b. Media Gambar Media gambar dapat disebut juga media Visual, Menurut Amir Hamzah alatalat visual adalah alat-alat yang "visible" artinya dapat dilihat. Diantara alat-alat visual antara lain gambar, foto, slide, model. pembelajaran dengan media gambar (visual) adalah pembelajaran dengan media yang dapat dilihat oleh peserta diklat. Alat-alat visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata dari pada yang dapat disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan. Namun yang termasuk media gambar, penulis maksudkan dalam pembahasan ini yakni Flat opeque picture, karena gambar datar tidak tembus pandang ini mudah pengadaannya serta biasanya relatif murah. Media gambar ini dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (peserta diklat). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. c. Penerapan Media Gambar Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) melibatkan interaksi widyaiswara dan peserta diklat dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kemampuan personal widyaiswara diperlukan dalam aktivitas tersebut. Kompetensi manajerial dalam kelas selama pembelajaran membutuhkan ketrampilan, baik dalam perencanaan maupun pengelolaan kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Sering ditemukan pada saat proses pembelajaran berlangsung peserta diklat mengalami kondisi mengantuk. Sering keluar ruangan dan tidak konsentrasi pada objek pembelajaran yang disampaikan widyaiswara. Kondisi ini disebabkan oleh kejenuhan peserta diklat karena penggunaan metode, alat bantu dan media dalam penyampaian materi pembelajaran yang menyenangkan dan memberi motivasi peserta diklat dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan peraturan Kepala Lembaga Administrasi
Negara, Nomor 8 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Widyaiswara pasal 6 ayat 2 butir a yang menyebutkan bahwa widyaiswara harus memiliki kompetensi pengelolaan pembelajaran dengan memotivasi semangat belajar peserta. Salah satu dari kompetensi pengelolaan pembelajaran adalah kemampuan widyaiswara dalam pemanfaatan media pembelajaran. Keterampilan berbicara ini dapat terwujud setelah keterampilan menyimak dan mengucapkan kosa-kata bahasa Arab. Keterampilan ini dapat berupa percakapan, diskusi, cerita atau pidato. Dalam pembelajaran kalam, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Peserta diklat harus mempunyai topik yang dibicarakan. Topik dapat berupa hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman peserta baik di lingkungan rumah, madrasah dan masyarakat. 2. Peserta diklat harus mempunyai kosa-kata yang relevan dengan topik. Agar peserta diklat dapat memiliki kosa-kata tersebut, fasilitator/widyaiswara harus berusaha mengembangkan kosa-kata mereka yaitu dengan: a) memotivasi peserta diklat untuk selalu menggunakan kosa-kata baru dalam percakapan dan tulisan b) kosa-kata yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan pengalaman mereka. c) Fasilitator/widyaiswara harus memberikan kesempatan yang seluasluasnya pada peserta diklat untuk membaca. d) Pada saat peserta diklat berbicara, fasilitator/widyaiswara harus memperhatikan kata-kata mereka dan menjelaskan kesesuaian kata tersebut dengan konteks kalimat. Pengajaran bahasa arab dengan menggunakan media gambar hendaknya mengikuti tahapan pengajaran kalam. Pengajaran kalam memiliki beberapa tahapan, sebagai berikut: 1. Dimulai dengan ungkapan-ungkapan pendek; berupa salam dan perkenalan, Selanjutnya dilakukan dalam kondisi yang senyata mungkin, agar peserta diklat benar-benar berada dalam situasi penutur aslinya. Setelah itu ungkapannya ditingkatkan menjadi lebih panjang. 2. Peserta dimotivasi untuk berkomunikasi dengan sesama peserta dalam bahasa keseharian yang pendek, kemudian secara perlahan ditingkatkan pula menjadi lebih bermakna substansial. 3. Peserta diklat diminta untuk sering melihat dan mendengar percakapan melalui media elektronik sehingga mereka terbiasa dengan lahjah dan dialek penutur aslinya. Disamping itu, fasilitator/widyaiswara ikut memberi perhatian dengan menanyakan apa yang telah ditonton atau kalau bias, meminta mereka untuk berkomentar atau melaksanakan peran yang ada dalam media tersebut. Dengan demikian dalam pembelajaran bahasa Arab Agar dapat menumbuhkan maharatul kalaam peserta diklat dan memudahkan pemahaman maka perlu digunakan media seperti media Gambar (Visual). Penerapan media gambar dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut : 1. Menampilkan Foto dalam bentuk power point. Foto termasuk kedalam media gambar pandang katagori proyeksi slide bisu. Slide tidak bersuara atau bisu terdiri atas hardware yang berupa foto
slide. Foto tersebut dibuat dalam bentuk power point dan berupa satuansatuan yang terpisah. Pembuatannya dapat dilakukan sendiri atau diperoleh dari brosur, majalah, dan internet, terutama mengenai pemotretan foto dan pemrosesan ke dalam bentuk power point. Dengan menggunakan power point, maka gambar yang ditampilkan akan lebih hidup, lebih menarik dari segi warna dan penataan gambar, bahkan dapat menampilkan gambar bergerak atau animasi bergerak. Dengan menampilkan gambar melalui power point dapat dilakukan tanya jawab sederhana dengan peserta diklat. Teknik ini dapat meningkatkan maharatu kalaam dalam pembelajaran diklat bahasa Arab MTs. Contoh gambar untuk materi :
Peserta diklat melakukan dialog sederhana sesuai gambar, misalnya :
dst... Untuk materi dapat disuguhkan gambar berikut. peserta diklat dapat melakukan dialog, misalnya:
Widyaiswara dan
dan seterusnya.
Untuk materi
dapat ditampilkan gambar berikut:
Dengan menampilkan gambar di atas peserta diminta mengungkapkan dalam kalimat-kalimat pendek perbedaan-perbedan cuaca di kawasan wilayah Makkah dan sekitarnya. 2. Menggunakan guntingan gambar-gambar dari koran Teknik ini dilakukan dengan mempersiapkan gambar yang digunting dari koran-koran. Gambar tersebut bermacam-macam. Ada gambar tokoh politik,
gambar mobil, gambar olah ragawan, gambar pasar, gambar hutan, dan lain sebagainya. Selanjutnya dibagikan gambar tesebut kepada semua peserta. Maing-masing peserta mendapat tiga buah gambar. Setelah itu, diminta setiap peserta bercerita berdasarkan gambar yang dipegangnya. Selanjutnya para peserta membuat cerita dengan menggabungkan semua gambar, sehingga dari tiga gambar yang tidak saling berkaitan tercipta sebuah cerita yang logis yang dibuat dari ketiga gambar tersebut.
3. Bercerita Berdasarkan Gambar Karya Sendiri Masih berkaitan dengan penggunaan gambar, semua peserta diklat diminta menggambar di sehelai kerta. Gambar tersebut berkaitan dengan identitas mereka masing-masing. Seperti tinggi badan, berat badan, tanggal lahir, hobby, pendidikan jumlah keluarga, suasana rumah , kantor, kendaraan, aktivitas pada saat liburan dan lain sebagainya. Gambar-gambar tersebut dapat diberi warna sesuai dengan selera masing-masing peserta. Setelah gambarnya lengkap, kemudian satu persatu peserta diklat menceritakan isi gambar tersebut di depan forum. Peserta yang lain mengamati dan memberikan penilian. 4. Membuat cerita berdasarkan gambar seri Ada enam gambar berseri yang disiapkan. Kemudia dibentuk enam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari enam orang. Selanjutnya orang anggota dari setiap kelompok ke depan. Kepada anggota kelompok tersebut ditunjukkan sebuah gambar. Setelah mengamati gambar, dia dipersilahkan kembali ketempat. Selanjutnya dipanggil anggota kelompok yang kedua untuk mengamati gambar yang kedua. Setelah mengamati gambar tersebut, dia kembali kepada kelompok semula. Demikian seterusnya hingga semua anggota kelompok melihat gambar yang sudah disiapkan. Setelah itu, diminta anggota kelompok menceritakan gambar kepada kelompoknya masing-masing dalam bahasa Arab. Selanjutnya mereka menuliskan cerita berdasarkan penjelasan dari setiap anggota kelompok tersebut. Setelah selesai, mereka memajang hasil karya mereka dan peserta lain memberikan penilaian. Pemenangnya adalah kelompok yang paling sesuai dengan gambar seri yang ada pada penulis dan yang paling sedikit kesalahannya. Contoh gambar berseri :
5. Menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah model pembelajaran picture and picture model ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Arab. Dengan menggunakan model pembelajaran tertentu maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran widyaiswara sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Langkah-langkah dalam picture and picture adalah sebagai berikut: 1. widyaiswara menyampaikan tentang kompetensi yang dicapai yaitu maharatul kalaam . Disamping itu widyaiswara juga harus menyampaikan indikator-indikator maharatul kalaam. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar . 3. Ditunjukkan/diperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi maharatul kalaam. Dalam proses penyajian materi, peserta terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan. Dalam pembelajaran bahasa Arab, peserta dapat mencerikan kronologi, jalan cerita atau maksud dari gambar yang ditunjukan. Ingatlah bahwa jika dapat di visualkan kenapa harus pakai
kata-kata. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan peserta akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 4. Menunjuk/memanggil peserta secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5. Menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut Contoh gambar :
6. Model Example Non Example Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contohcontoh.Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah:
a. disiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat LCD. c. Memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memperhatikan/ menganalisa gambar. d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. f. Kesimpulan. Contoh gambar :
C.
PENUTUP Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kami dapat menarik beberapa hal penting sebagai berikut: a. Kesimpulan Penggunaan media gambar sangat urgen dalam pembelajaran bahasa Arab, khususnya untuk maharatul kalaam. Dengan penggunaan media Gambar ini, peserta diklat diajak untuk benar-benar menguasai materi, baik secara teori maupun praktik. Karena media gambar ini lebih mengedepankan banyak latihan ketimbang sekedar penyampaian materi. Penerapan media ini dalam pembelajaran diklat bahasa arab dapat dilakukan dengan cara : 1. Menampilkan foto dalam bentuk power point 2. Menggunakan guntingan gambar-gambar dari koran. 3. Bercerita berdasarkan gambar karya sendiri.
4. Membuat cerita berdasarkan gambar seri. 5. Menggunakan model pembelajaran picture and picture 6. Menggunakan model pembelajaran example non example. b. Rekomendasi Berdasarkan dari hasil kajian tentang urgensi penggunaan media pembelajaran pada kegiatan pendidikan dan pelatihan, maka ada beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan, sebagai bahan rekomendasi bagi pihak yang terkait dalam proses belajar-mengajar, antara lain: 1. Pelaksanaan Diklat Bahasa Arab dilaksanakan setiap dua tahun sekali 2. Memberikan alokasi waktu yang proporsional ddalam pelaksanaan diklat untuk empat kemahiran berbahasa Arab 3. Melaksanakan DDTK Pemanfaatan Media dan Sumber Pembelajaran untuk guru bahasa Arab di tiga wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado 4. Khusus kepada peserta diklat : bahwa tidak ada satu pun media pembelajaran yang paling baik, yang dapat mengakomodir seluruh komptensi yang hendak dicapai. Yang paling penting adalah menggunakan media yang variatif sesuai dengan karakteristik materi, potensi dan kemampuan yang dimiliki madrasah masing-masing. Media canggih atau multimedia tidak selalu lebih baik dari media sederhana, tetapi menggunakan media sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Fuad Effendi. 2004, Metodologi Pengajaran Bahasa, Malang : Misykat Ansawir, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers Amir Hamzah Sulaeman. 1988, Media Audio-Visual, Jakarta: PT Gramedia Jakarta. Arif sadiman dkk. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Pustekkom Dikbud dan Pentas, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Azhar Arsyad, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Danim Sudarwan. 2000, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas, 2003 Media Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikdasmen. H.Asynawir, M. Basyarudin Usman. 2002. Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Pers Hamalik, Oemar. 1999, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Heri Gunawan. 2009, Strategi dan Perencanaan Pembelajaran, Bandung : Azfie Media. Mohamad Ali. 1984, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Slameto. 2003, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Sujana, Nana. 1989. penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , Bandung: Remaja Rosda Karya. -----------------------. 2005, Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nana Sudjana&Ahmad Rivai. 1991, Media Pengajaran. Bandung: C.V Sinar Baru. Perdanasari, Nancy. 2011. Pengaruh Penggunaan Gambar Seri dalam
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Mandarin di Politeknik Negeri Malang. Jurusan Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Metode PenelitianPendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya. Tim Penyusun Buku Pedoman bahasa arab Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat islam. 1976, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada IAIN, Jakarta: Proyrk Pengembangan Pendidikan Agama Islam DEPAG R.I. Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam. 1978, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam. Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidkan Agama Depag RI. Yudha puspitaningrum. 2004, Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap
Maharatul kalaam Siswa (Studi tentang Penggunaan LKS pada siswa SDN Purworejo I Kec. Sanan Kulon kab. Blitar), skripsi tidak diterbitkan.