1
PEMBELAJARAN PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 11 KONDA Teaching Poetry to Grade V Students of SDN 11 Konda Suyanto, La Ode Sidu Marafad2, Haerun Ana3 1
Mahasiswa Program Magister Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Halu Oleo 2 Dosen Program Magister Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Halu Oleo 3 Dosen Program Magister Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Halu Oleo
PENDAHULUAN
Menulis puisi perlu dikenalkan kepada siswa sejak di sekolah dasar, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan berpengaruh mempertajam terhadap kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran menulis puisi. Selain penerapan model, metode dan strategi serta media yang tepat, serta yang sangat menentukan adalah peranan guru dalam proses pembelajaran. Saat menulis puisi, siswa dapat mengapresiasikan gagasan, perasaan, serta pengalamannya secara puitis. Guru dapat membantu serta membimbing siswa untuk memunculkan dan mengembangkan suatu gagasan, lalu mengorganisasikan menjadi puisi
2 sederhana. Dengan demikian, menulis puisi memerlukan beberapa kemampuan, misalnya kemampuan memunculkan suatu gagasan, kemampuan mengembangkan gagasan, mengembangkan kemampuan dalam pemilihan kata, serta mengkoorganisasikannya menjadi puisi yang bermakna. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas sebelum awal penelitian pada pembelajaran bahasa Indonesia pada SD Negeri 11 Konda di kelas V, peneliti memperoleh gambaran bahwa kondisi siswa pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dapat diketahui bahwa hasil puisi bebas siswa masih mendapat nilai di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 65. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya rendahnya kemampuan menulis puisi bebas, sehingga siswa membutuhkan waktu yang cukup lama melebihi jam pelajaran bahasa Indonesia, sehingga tugas menulis puisi dijadikan PR atau pekerjaan rumah. Selain itu, dalam pembelajaran menulis puisi, guru masih belum menggunakan metode yang inovatif dalam pembelajaran. Bahkan di dalam memberikan materi, guru tidak memberikan contoh menulis puisi atau guru tidak pernah menunjukkan hasil karya puisinya kepada siswa. Guru hanya menggunakan sebagian besar waktunya untuk menjelaskan teori menulis puisi bebas. Pada pembelajaran puisi, guru hanya meminta siswa untuk menuliskan puisi bebas dengan cara mengkhayal. Bahkan siswa tidak diperlihatkan dengan objeknya secara langsung. Hal ini dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dan bingung saat merangkai suatu kata-kata dalam menulis puisi bebas. Selain itu, siswa harus menulis dalam ruang yang sama, yaitu di kelas. Siswa sehari-hari sudah berada di kelas, sehingga siswa merasa jenuh dengan situasi yang sama. Rasa jenuh saat menulis dengan tema yang sama akan mempengaruhi daya imajinasi siswa. Hal ini akan mengakibatkan siswa merasa terbelenggu dalam berkreasi. Hal tersebut akan menghambat perkembangan pikiran siswa untuk menciptakan sebuah puisi yang indah. Selain itu minat yang rendah terhadap kegiatan menulis puisi ini, terlihat ketika guru memberikan tugas untuk menulis puisi bebas pada para siswa. Lebih dari 50% siswa mengeluh menerima tugas tersebut, dikarenakan siswa belum terbiasa menulis puisi. Bahkan penyebab lain dari kemampuan menulis puisi masih sangat rendah karena siswa masih kesulitan dalam mengekspresikan ide mereka ke dalam suatu tulisan, yaitu puisi yang indah. Salah satu penunjang keberhasilan dalam pembelajaran menulis puisi adalah pemilihan metode pembelajaran sastra yang sesuai dengan karakteristik siswa. Menurut Jabrohim (1994: 77) metode yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra antara lain: (a) membacakan, kegiatan membacakan karya sastra dapat dilakukan dengan mengambil bagian-bagian yang menarik dari karya sastra yang akan dibicarakan. Tentu saja karya sastra dibacakan dengan gaya baca yang meyakinkan sehingga dapat memancing siswa untuk membaca sendiri karya sastra tersebut; (b) meragakan, dilakukan untuk memantapkan penghayatan siswa. Dengan cara mendramatisasikan bagian-bagian tertentu yang menarik atau penting dan membuat diagram mengenai kejadian tertentu atau merekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi dalam karya sastra tersebut; (c) mengajukan pertanyaan, tanya jawab dapat dilakukan oleh guru dengan siswa atau antar siswa bertujuan untuk menarik minat siswa, memberi penguatan, mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, membimbing suatu penemuan, memancing diskusi, dan sebagainya; (d) mendiskusikan, manfaat diskusi dalam pembelajaran apresiasi sastra sangat besar. Di samping menumbuhkan apresiasi juga menumbuhkan gairah membaca karya-karya sastra, buku-buku mengenai sastra, dan sebagainya. Bahan-bahan yang didiskusikan dapat berupa unsur intrinsik, ekstrinsik, kesan umum terhadap karya sastra tersebut, dan sebagainya; dan (e) memberikan tugas, pembelajaran apresiasi sastra dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
3 Pemberian tugas dapat dikerjakan di rumah atau di sekolah dan tugas tersebut dapat berupa membaca sebagian atau seluruh karya sastra, membuat catatan mengenai karya sastra yang dibaca, didengar atau dilihat, dan kesan umum terhadap karya sastra tersebut. Penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sehingga menunjang pembelajaran apresiasi sastra. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar menulis puisi secara afektif. Siswa secara langsung diajak berinteraksi dengan objek yang akan dijadikan bahan untuk menulis puisi, sehingga proses pembelajaran menulis puisi suatu objek akan menjadi lebih jelas dan lebih nyata. Metode ini digunakan untuk merangsang daya kreasi dan imajinasi siswa agar dapat menuangkan segala ide, pikiran, maupun gagasannya ke dalam bentuk puisi. Selanjutnya, tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan pembelajaran puisi pada siswa kelas V SD Negeri 11 Konda, dan (2) Mendeskripsikan dan menjelaskan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri 11 Konda. KAJIAN PUSTAKA
Menurut Herman (2003: 44) menyatakan bahwa apresiasi puisi berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan, menulis puisi, dan menulis resensi puisi. Apresiasi puisi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya sastra yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi. Agar pembelajaran puisi mengarah pada apresiasi, hendaknya pembelajaran puisi perlu memperhatikan konsep-konsep: (1) pembelajaran puisi diupayakan tidak mengarah pada pengetahuan tentang teori puisi, (2) pembelajaran puisi harus melibatkan secara langsung pada siswa dalam proses mengapresiasi, (3) guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan sendiri kenikmatan dan kemanfaatan dari membaca puisi, dan (4) pembelajaran diarahkan pada perolehan pengalaman batin dalam diri siswa yang mereka peroleh dari proses membaca puisi, mengenali, memahami, menghayati, menilai, dan akhirnya menghargai karya sastra. Pembelajaran apresiasi sastra yang dilaksanakan selama ini monoton dan tidak menarik. Siswa hanya mengenali sekilas tentang karya-karya sastra, pengetahuan sastra, dan pengarang karya sastra. Siswa tidak diajak memahami apalagi menikmati karya sastra atau belum berapresiasi sastra (Sawali 2002). Pembelajaran apresiasi sastra merupakan kegiatan yang melibatan beberapa komponen. Komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Siswa Di lain pihak, Mujiyanto (2004: 13-15) mengemukakan pembelajaran apresiasi sastra yang berupaya mewujudkan secara konkret apresiasi sastra, siswa melaksanakan hal-hal sebagai berikut: (a) diperkenal-kan teori dan cipta sastra dalam bentuk membaca karya sastra tersebut; (b) diajak membaca dan memahami makna dan isi serta menikmati keindahan bentuk dan bahasanya; (c) diterangkan segi keindahan karya sastra dari sudut pilihan katakata yang indah, gaya bahasa yang memikat, pengungkapannya yang ekspresif, ungkapanungkapan yang konotatif dan asosiatif persajakan, pembarisan, pembaitan, tipografi yang unik artistik sedangkan kedalaman makna karya sastra bisa dilihat dari sifat dan penandapenandanya yang etis, kontemplatif, katartik, intens dan sublim; dan (d) Bersama guru mengapresiasi sastra yang bersifat intuitif, afektif, estetis, dan kreatif untuk menghayati karya sastra tersebut. Dengan penghayatan, diharapkan siswa mampu menyerap nilai-nilai didik karya sastra sehingga siswa lebih arif, lebih halus jiwanya, lebih peka perasaannya, dan lebih manusiawi.
4 Jika langkah-langkah tersebut telah dilaksanakan dengan baik berarti siswa telah mengapresiasi sastra. Bukankah lewat pembelajaran sastra yang demikian, siswa-siswa akan memiliki yang lebih baik atas cipta sastra, penghayatan yang mendalam, dan memiliki penghargaan dan rasa cipta terhadap dunia sastra. Siswa diharapkan mempunyai wawasan yang luas tentang perkembangan sastra dan sejarah sastra sehingga terangsang untuk mengembangkan berbagai imajinasi berdasarkan kata kunci atau lambang tertentu dalam karya sastra; serta tumbuh keberanian, kreatifitas, dan ketajaman pikiran serta kepekaan rasa dalam membuka tabir “kegelapan” suatu karya sastra. 2) Guru Menurut Jabrohim (1994: 73) guru apresiasi sastra yang profesional paling tidak memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) memahami benar hakikat dan tujuan pengajaran apresiasi sastra; (b) memiliki minat yang besar terhadap sastra yang ditandai dengan (1) gemar membaca karyakarya sastra; (2) selalu mengikuti perkembangan sastra; (3) gemar mengumpulkan tulisan-tulisan mengenai sastra; dan (4) gemar mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan sastra; (c) dapat mengapresiasi sastra; dan (d) menguasai metode pengajaran apresiasi sastra. Ditambahkan oleh Rahmanto (1988: 28-31) bahwa guru sastra harus mengikuti penataran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memahami serta membina minat dan bakat siswa terhadap karya sastra. Hal tersebut dilakukan agar guru sastra benar-benar melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra semaksimal mungkin sehingga menciptakan pembelajaran sastra yang menyenangkan. Dengan demikian, guru apresiasi sastra berfungsi sebagai informator, fasilitator, dan moderator yang harus mempunyai kemampuan dan keterampilan berbagai hal yang berhubungan dengan apresiasi sastra, baik pemahaman dan pengetahuan maupun pelaksanaannya. 3) Tujuan Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah menyiapkan siswa agar mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Andayani, (2004: 10) bahwa tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Tujuan pembelajaran apresiasi sastra bukan hanya mengetahui dan menguasai sastra secara teoretis saja, tetapi harus sampai ke kemampuan untuk memahami, mengerti, dan menghargai melalui kegiatan apresiasi. Selain itu, pembelajaran apresiasi sastra diharapkan agar siswa mampu menyerap nilai yang terkandung dalam karya sastra dilanjutkan dengan mengaplikasikan nilai-nilai yang baik dari suatu karya sastra tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara tentang tujuan pembelajaran apresiasi sastra tidak dapat lepas pembicaraan masalah fungsi pembelajaran apresiasi sastra itu sendiri. Adapun fungsi pembelajaran apresiasi sastra (Jabrohim 1994: 12), yaitu: (a) fungsi ideologis, merupakan fungsi utama yaitu sebagai salah satu sarana untuk pembinaan jiwa Pancasila; (b) fungsi kultural, memindah-kan milik kebudayaan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya agar dimiliki, dikembangkan, dinikmati, dan dipahami; dan (c) fungsi praktis, yaitu membekali para siswa dengan bahan-bahan yang mungkin berguna untuk hidup di tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah membentuk kepribadian dan berbudi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari sebagai hasil aplikasi nilai-nilai karya sastra yang baik serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. 4) Materi Andayani, (2004: 9) mengemukakan bahwa materi pembelajaran apresiasi sastra harus dipilih dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) diserasikan dengan umur,
5 perkembangan psikologi, kondisi emosi, dan pengetahuan siswa; (b) mengembangkan daya imajinasi, member rangsangan yang sehat kepada emosi, dan memberikan kemungkinan mengembangkan kreasi; dan (c) dapat memperkaya pengertian tentang keindahan, kehidupan, kemanusiaan, rasa khidmat kepada Tuhan. Pendapat senada dikemukakan Rahmanto (1988: 26-33) bahwa tiga aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan materi pembelajaran apresiasi sastra yang tepat. Ketiga aspek tersebut antara lain: (a) bahasa, bahasa yang digunakan disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa siswa sehingga mudah diserap dan dipahami. Selain tata bahasa dan kosa kata juga mempertimbangkan situasi dan pengertian wacana yang mencakup ungkapan dan referensi; (b) psikologi, perkembangan psikologi akan berpengaruh terhadap minat dan keengganan siswa, daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Para psikolog telah mengelompokan tingkatan perkembangan psikologis anak-anak sekolah dasar dan menengah antara lain: (1) tahap mengkhayal (8-9 tahun), imajinasi anak diisi dengan berbagai macam fantasi kekanak-kanakan; (2) tahap romantik (10-12 tahun), anak memandang dunia masih sederhana; (3) tahap realistik (13-16 tahun), anak siap dan mengikuti fakta-fakta untuk memahami masalah yang terjadi di dalam kehidupan; dan (4) tahap generalisasi (16-selanjutnya), anak menemukan dan menganalisis konsep-konsep fenomena yang terjadi dalam kehidupan; dan (c) latar belakang budaya, karyakarya yang berlatar belakang daerah yang sudah diketahui memudahkan siswa dalam memahami karyakarya tersebut. Namun, karya-karya berasal dari daerah lain perlu diperkenalkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa. Jabrohim (1994: 77) menambahkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan materi pembelajaran apresiasi sastra, yaitu materi harus valid dan menarik karena sastra terus berkembang dan sangat beragam baik bentuk maupun mutunya yang disajikan dengan persiapan yang matang jadi, materi pembelajaran apresiasi sastra harus dipilih sesuai perkembangan psikologis, umur, pengetahuan, emosi, latar belakang budaya dan kemajuan zaman sehingga menarik siswa untuk berapresiasi. 5) Metode Menurut Jabrohim (1994: 77) metode yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra antara lain: (a) membacakan, kegiatan membacakan karya sastra dapat dilakukan dengan mengambil bagian-bagian yang menarik dari karya sastra yang akan dibicarakan. Tentu saja karya sastra dibacakan dengan gaya baca yang meyakinkan sehingga dapat memancing siswa untuk membaca sendiri karya sastra tersebut; (b) meragakan, dilakukan untuk memantapkan penghayatan siswa. Dengan cara mendramatisasikan bagian-bagian tertentu yang menarik atau penting dan membuat diagram mengenai kejadian tertentu atau merekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi dalam karya sastra tersebut; (c) mengajukan pertanyaan, tanya jawab dapat dilakukan oleh guru dengan siswa atau antar siswa bertujuan untuk menarik minat siswa, memberi penguatan, mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, membimbing suatu penemuan, memancing diskusi, dan sebagainya; (d) mendiskusikan, manfaat diskusi dalam pembelajaran apresiasi sastra sangat besar. Di samping menumbuhkan apresiasi juga menumbuhkan gairah membaca karya-karya sastra, buku-buku mengenai sastra, dan sebagainya. Bahan-bahan yang didiskusikan dapat berupa unsur intrinsik, ekstrinsik, kesan umum terhadap karya sastra tersebut, dan sebagainya; dan (e) memberikan tugas, pembelajaran apresiasi sastra dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pemberian tugas dapat dikerjakan di rumah atau di sekolah dan tugas tersebut dapat berupa membaca sebagian atau seluruh karya sastra, membuat catatan mengenai karya sastra yang dibaca, didengar atau dilihat, dan kesan umum terhadap karya sastra tersebut. Penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sehingga menunjang pembelajaran apresiasi sastra.
6 6) Media Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra merupakan alat yang digunakan dalam pembelajaran sebagai pembawa isi pelajaran untuk siswa. Fungsi media untuk meningkatkan efektifitas dan efisien komunikasi proses belajar-mengajar agar siswa lebih mudah memahami bahan yang disampaikan guru. Menurut Mulyani dan Johar, (2001: 157-176) media pembelajaran apresiasi sastra dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Media visual Media visual, yaitu yang dapat dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Jenis media ini terdiri dari: 1. Media gambar diam (still pictures) dan grafis, yaitu hasil potretan dari berbagai peristiwa yang dituangkan dalam gambar-gambar, grafik, garis, katakata, simbol-simbol maupun gambaran. Misalnya: grafik, chart atau bagan, peta, diagram, poster, karikatur, komik, gambar mati dan photo. 2. Media papan, yaitu media papan sebagai bahan baku utama yang dirancang memanjang dan melebar. Misalnya: papan tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan permanen. 3. Media dengan proyeksi, yaitu media menggunakan proyektor. Misalnya: slide, film strip, opague projector, tranparansi, dan micro film dan microfische. b) Media audio. Media audio merupakan jenis media yang didengar. Misalnya: radio dan cassete tape recorder. c) Media audio-visual Media ini dapat diamati dan dapat didengar. Misalnya: televisi dan video cassette. Media ini memiliki kelebihan, yaitu memberikan informasi up to date, mengetahui kejadiankejadian di tempat lain, menjangkau jarak yang luas, mudah mengoperasionalkan, dan digunakan di semua tingkatan sekolah. d) Media asli dan orang Media ini merupakan benda sebenarnya yang membantu pengalaman nyata siswa. Misalnya: speciment, mock-up, diodrama, laboratorium di luar sekolah, community study, walking trips, field study, dikunjungi manusia sumber, special learning trips, dan model. Kelebihannya adalah memberi pengalaman yang sangat berharga yang membentuk sikap dan emosional yang positif dalam kehidupan, memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, dapat dikoleksi dan dicari. Adapun kekurangannya adalah waktu yang sangat terbatas. 7) Evaluasi Pengukuran hasil belajar siswa (evaluasi) pembelajaran apresiasi sastra menggunakan tes tersendiri. Menurut Burhan Nurgiyantor, (1987: 308-314) tes untuk keperluan pengukuran keluaran hasil belajar apresiasi sastra dibedakan ke dalam empat kategori yang disusun dari tingkatan yang sederhana ke yang lebih kompleks, yaitu: (a) Tingkat informasi, berupa tes tentang data-data dasar suatu karya sastra itu sendiri maupun data-data yang dapat dipergunakan untuk membantu menafsirkannya, misalnya tentang biografi pengarang. Data tentang pengarang berupa nama, tempat dan tanggal lahir, usia sewaktu menulis karya tersebut, pekerjaan, dan sebagainya dan data tentang karya sastra berupa judul buku, genre karya itu, kapan, di mana, kapan, tokoh-tokohnya siapa, dan sebagainya; (b) Tingkat konsep, berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data atau unsur-unsur karya tersebut diorganisasikan. Tes tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan seperti, apa saja macam unsurunsur cerita itu, apa maksud dan efek pemilihan unsur cerita itu, bagaimana hubungan antara unsur-unsur cerita itu, dan sebagainya. Pada tingkat ini, tidak hanya melibatkan kemampuan kognitif siswa melainkan tingkat analisis dan sintesis. Bentuk soal yang dipilih dapat esai atau objektif; (c) Tingkat perspektif, berkaitan dengan pandangan/pendapat siswa yang berhubungan dengan karya sastra yang dibacanya. Tes ini menyangkut hal-hal seperti, apakah
7 cerita dalam karya sastra ini bersifat tipikal, apakah hal-hal yang diceritakan itu signifikan dengan realitas kehidupan, kesimpulan apa yang dapat diambil dari cerita itu, dan sebagainya. Selain dituntut kemampuan kognitif yang lebih tinggi siswa juga dituntut tingkat aplikasi dan evaluasi, di samping ada juga unsur analisis dan sintesis. Bentuk tes yang dipilih esai atau objektif; dan (d) Tingkat apresiatif, tes ini menyangkut halhal seperti, mengapa pengarang justru memilih bentuk, kata, atau ungkapan seperti itu, apakah pengungkapan itu lebih tepat dibanding bentuk-bentuk linguistik yang lain, apa efek penyimpangan kebahasaan yang digunakan, dan lain sebagainya. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 11 Konda. Penelitian ini dilaksankan selama 3 (Tiga) bulan yaitu dimulai Maret 2016 sampai dengan Mei 2016. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dan kuantitatif (Mixed Method). Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra yang diselenggarakan di SD Negeri 11 Konda, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dari data yang telah diperoleh yang berupa konsep-konsep catatan lapangan dan permasalahannya, maka penelitian ini paling tepat adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data-data yang dikumpulkan kemudian menganalisisnya. Untuk menilai hasil kemampuan menulis puisi bebas dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data yang diperoleh berupa skor hasil kemampuan menulis puisi bebas, dan rata-rata hasil kemampuan menulis puisi bebas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Vb SD Negeri 11 Konda, Kabupaten Konawe Selatan Tahun Ajaran semester genap 2015/2016 yang berjumlah16 orang yang terdiri dari 8 siswi perempuan dan 8 siswa laki-laki. Sumber data yang akan dimanfaatkan berupa informasi yang dapat digali dari berbagai sumber data. Sumber data ini meliputi: informan, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini meliputi: (1) Wawancara dilakukan secara terbuka dan bersifat lentur untuk menggali pandangan subyek penelitian tentang hal-hal yang bermanfaat bagi peneliti, (2) Observasi dipusatkan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan tanggapan serta sikap siswa. Yang menjadi obyek pengamatan antara lain tindakan yang dilakukan guru, kata-kata yang diucapkan, materi pembelajaran yang disampaikan, penggunaan metode pembelajaran, serta penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran oleh guru. Sementara pengamatan pada siswa dilakukan dengan mengamati sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, tingkah laku siswa, cara siswa dalam mengungkapkan pendapat, penampilan siswa dalam membaca puisi di depan kelas, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pengamatan ini peneliti tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran, peneliti hanya membuat catatan untuk memperoleh informasi secara mendalam proses pembelajaran apresiasi puisi yang berlangsung. Observasi dilakukan terhadap satu subyek yaitu guru kelas V, (3) dokumentasi, dan (4) Jenis tes yang peneliti gunakan adalah jenis tes tertulis, yaitu dengan tes menulis puisi. Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis puisi bebas pada siswa. Adapun lembar penilaian kemampuan menulis puisi dikembangkan dari unsur-unsur pembangun puisi. Peneliti menggunakan pedoman penilaian menulis puisi bebas dengan menggunakan acuan buku Penilaian dalam Pengajaran Bahasa. Kisi-kisi penilaian itu dikembangkan seperti yang terdapat di bawah ini:
8 Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Tes Kemampuan Menulis Puisi No Aspek yang dinilai Skor Max 1 Kebaruan tema dan makna 22 2 Kekuatan imajinasi 22 3 Ketepatan diksi 22 4 Pendayaan pemajasan dan citraan 22 5 Respon afektif guru 12 Jumlah skor 100 Teknik analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kuantittatif, dan kualitatif (Mixed Method). Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melalui sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data collection, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Selanjutnya model interkatif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data (interactive model) Untuk lebih jelasnya model gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. b. Data Display (Penyajian Data) Di dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi. Pada tahap ini, setelah peneliti membatasi beberapa masalah yang ada, peneliti mulai melakukan penyajian data yang berupa tes menulis puisi. Tes menulis puisi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan menulis puisi bebas siswa. c. Conclusion Drawing/ verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
9 apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. di dalam hal ini, setelah peneliti melakukan pengumpulan data dengan beberapa kali pertemuan. Pengumpulan data ini didukung dengan adanya catatan lapangan yang berupa suatu catatan yang menggambarkan kondisi yang terjadi di lapangan saat proses pembelajaran berlangsung. Analisis data selanjutnya adalah data kuantitatif, yang disajikan dalam bentuk tabel dan garafik. Data yang diperoleh berupa skor hasil kemampuan menulis puisi bebas. Dalam menentukan nilai hasil kemampuan menulis puisi bebas digunakan rentang nilai antara 1 sampai dengan 100. Dihitung dengan rumus: Nilai = x 100 Lagkah selanjutnya adalah menentukan nilai rata –rata hasil belajar siswa dengan rumus : ∑
X = Dengan : = Nilai Rata-rata X Xi = Skor tiap-tiap siswa N = Jumlah siswa . HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra dalam penelitian ini dilakukan empat kali pertemuan dengan pendekatan atau metode yang berbeda. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 maret 2016, pada pukul 08.40 sampai dengan 09.55. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama, guru memulai proses pembelajaran dengan menarik perhatian siswa dalam membuka pembelajaran. Pada pertemuan pertama guru terlebih dahulu memberikan pemahaman apa yang harus dilakukan siswa. Sehingga diharapkan siswa dapat memahami pelajaran apa yang telah disampaikan guru, pembelajaran dimulai dengan guru mengajak siswa untuk berdoa bersama, namun guru belum melakukan apersepsi yaitu guru belum menanyakan pelajaran yang telah dipelajari. Setelah guru menyampaiakan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan kepada siswa bahwa pembelajaran hari ini dilakukan di luar kelas untuk mengamati obyek yang ada dilingkungan sekitar, selanjutnya guru mengajak semua siswa untuk keluar kelas secara tertib dan berkumpul di halaman sekolah, setelah murid-murid berkumpul posisi guru ada di tengah - tengah siswa dan meminta kepada semua siswa untuk mengamati obyek yang ada di lingkungan sekitar yang dijadikan obyek untuk menulis puisi. Setelah murid-murid mengamati obyek yang ada disekitar, guru meminta kepada semua murid untuk memperhatikan penjelasan guru. Kemudian guru mulai menjelaskan tentang pengertian puisi dan langkah -langkah mencipta puisi bebas, setelah itu guru memperlihatkan gambar “hutan” dan guru bersama siswa mengamati gambar hutan tersebut, dari gambar itu kemudian guru membuat sebuah puisi, kemudian guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menanyakan hal yang belum di fahami. Lalu ada beberapa murid yang bertanya kepada guru tentang apa saja yang bisa dijadikan obyek untuk membuat puisi. Gurupun menjawab pertanyaan tersebut dengan senang dan menjelaskan bahwa obyek yang bisa dijadikan untuk menulis puisi adalah apa saja yang kalian lihat yang ada di sekitar kita ini, bisa berupa pohon, halaman sekolah, bendera, perpustakaan, bunga yang ada di depan ruangan kelas dan lain lain. Setelah itu guru
10 menanyakan kembali kepada siswa kalau masih ada materi yang belum jelas, kemudian guru memberikan tugas kepada semua murid untuk mengamati obyek yang ada di lingkungan sekitar dan mencipta sebuah puisi, setelah beberapa saat kurang lebih 25 menit, guru menyampaikan kepada semua murid untuk menyerahkan hasil puisi dan mengarahkan siswa untuk masuk kembali ke dalam kelas. Kegiatan selanjutnya adalah guru mengajak kepada semua murid untuk merefeksi kembali kegiatan yang telah dilakukan, selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran, dan guru menutup pembelajaran. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan refleksi kepada siswa untuk mengecek apakah siswa sudah memahami apa yang telah mereka pelajari dengan kegiatan tanya jawab yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan ini banyak siswa yang dapat menjawab pertanyaan bersamasama dan masih banyak mengingat pelajaran yang telah dilaksanakan. Namun pada saat siswa diberi pertanyaan secara individual, terdapat beberapa siswa yang tidak bisa menjawab. Siswa yang tidak dapat menjawab tersebut adalah siswa yang kurang antusias pada awal pembelajaran sampai pada kegiatan diskusi. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat ringkasan bersama tentang pelajaran serta memberikan motivasi agar tidak lupa untuk belajar dirumah dan diikuti oleh salam penutup. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan dua, dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2016, proses penelitian dilaksanakan pukul 08.15 sampai dengan pukul 09.25. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua diawali dengan memeriksa kehadiran siswa, mempersiapkan materi pembelajaran dan jenis tugas yang dikerjakan siswa, memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya materi pembelajaran, menyampaikan kompetensi dasar, dan inidikator pencapaiannya, serta hubungannya dengan materi-materi sebelumnya, guru memberikan pertanyaan kepada siswa selanjutnya siswa merespon pertanyaan, dan guru tidak lupa memberi penguatan verbal. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaaran dan memberikan apersepsi, selanjutnya guru menampilkan media gambar berupa gunung dengan menggunakan infokus, dari gambar gunung tersebut kemudian guru bersama siswa merangkai kata untuk mencipta puisi berdasarkan gambar gunung tersebut. Setelah selesai kali ini guru menjelaskan materi tentang puisi mengenai gunung, selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum di pahami, namun tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, selanjutnya guru memperlihatkan beberapa gambar dan menginstrusikan setiap siswa untuk memilih gambar tersebut, setelah masing-masing siswa memperoleh gambar yang berbeda-beda, guru mengintrusikan kepada siswa bahwa dari gambar yang sudah dipilih tadi selanjutnya menulis sebuah puisi. Pada saat guru memberi tugas kepada siswa untuk mencipta puisi berdasarkan gambar yang telah mereka pilih guru mengawasi dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mencipta puisi, namun kesulitan yang di alami siswa sudah mulai berkurang dibanding pada pertemuan pertama, kali ini hanya satu, dan dua siswab yang mengalami kesulitan. Pada saat pembahasan mengenai materi menulis puisi telah usai maka guru menginstrusikan kepada siswa untuk mengumpulkan puisi di atas meja, selanjutnya guru tetap mengarahkan kepada siswa untuk tetap tenang dan tidak mengganggu teman yang belum selesai mengerjakan tugas yang di berikan guru. Setelah semua siswa mengumpulkam puisi, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin 21 Maret 2016, proses penelitian ini tetap di laksanakan pada pukul 08.40 sampai dengan 09.55. Pertemuan ketiga ini guru kembali berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ketiga diawali dengan memeriksa kehadiran siswa, mempersiapkan materi pembelajaran dan jenis tugas yang dikerjakan siswa, memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya materi
11 pembelajaran, menyampaikan kompetensi dasar, dan inidikator pencapaiannya, serta hubungannya dengan materi-materi sebelumnya, guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan dijawab oleh siswa yang menjawab pertanyaan, guru tidak lupa memberi penguatan verbal. Pada pertemuan kali ini materi yang dijelaskan oleh guru tentang puisi difokuskan pada gambar para sastrawan, dalam pelaksanaan pembelajaran guru memperlihatkan foto beberapa sastrawan Indonesia dari angkatan pujangga baru, angkatan 45, dan sastrawan angkatan 66, kemudian guru menunjukkan gambar Taufiq Ismail , Chairil anwar, W.S Rendra, dan menjelaskan tentang puisi karya beliau, dan guru mengambil contoh puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro, dan Aku. Kemudian guru menjelaskan dan membacakan puisi karya Chairil Anwar. Setelah selesai guru menjelaskan materi selanjutnya, guru membagi kartu kepada para siswa dan kartu tersebut terdapat foto sastrawan Indonesia dan dibalik foto tersebut terdapat judul puisi yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih foto yang berisi para sastrawan tersebut. Setelah semua murid mendapat kartu selanjutnya guru menugaskan kepada semua murid untuk mencipta puisi berdasarkan judul puisi yang telah mereka pilih . Pada saat murid mengerjakan tugas yang diberikan, guru memantau dan memperhatikan semua murid dengan tujuan siswa yang mengalami kendala dalam mencipta puisi untuk dituntun dan dibimbing. Setelah waktu pembelajaran berakhir, guru menyampaikan kepada siswa bahwa yang sudah selesai untuk mengumpul hasil kerjanya. Setelah terkumpul semua guru bersama murid menyimpulkan materi pelajaran pada hari itu. Pelaksanaan pembelajaran pada tertemuan keempat dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016 proses penelitian dilakukan pukul 08.15 sampai dengan pukul 09.25 WIT. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan keempat diawali dengan memeriksa kehadiran siswa, mempersiapkan materi pembelajaran dan jenis tugas yang dikerjakan siswa, memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya materi pembelajaran, menyampaikan kompetensi dasar, dan inidikator pencapaiannya, serta hubungannya dengan materi-materi sebelumnya, kemudian guru mengadakan apersepsi dengan cara menanyakan tentang kegiatan yang lalu dalam mencipta puisi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang tidak lain adalah mencipta puisi namun pada pertemuan kali ini berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Setelah semua murid siap untuk menerima materi pelajararan, selanjutnya guru menyampaikan langkah - langkah sebagai berikut: (1) memutarkan rekaman tentang puisi, (2) siswa mendengarkan dan menyimak rekaman tersebut, (3) hasil rekaman dibuat puisi berdasarkan pemahaman dan imajinasi siswa. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru secara seksama. Setelah selesai guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru memutarkan rekaman yang berdurasi kurang lebih 7 menit, lalu siswa diminta untuk mendengarkan dan menyimak rekaman tersebut. Siswa pun mengikuti perintah guru dengan antusias, setelah rekaman tersebut selasai kemudian ada murid yang meminta bu guru untuk memutar kembali rekaman tersebut, gurupun akhirnya memutar kembali rekaman tersebut. Setelah selesai guru menjelaskan sekilas tentang isi dari rekaman yang berisikan tentang guru yang baik. Setelah itu guru menginstruksikan kepada semua murid untuk mencipta puisi berdasarkan rekaman yang mereka dengarkan dengan menggunakan kata kata sendiri, siswa pun bergegas untuk menulis puisi sesuai dengan instruksi gurunya. Setelah waktu kurang lebih 25 menit guru menyampaikan kepada murid bagi yang sudah selesai silahkan dikumpul, siswa yang sudah selesai langsung mengumpul puisi karyanya sendiri. Setelah selesai semua guru mengambil puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Aku“ dan memberikan contoh untuk membaca puisi yang baik dan benar, setelah itu ada beberapa murid yang diminta untuk membacakan puisi karyanya sendiri di depan kelas.
12 Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran pada hari ini dan berpesan kepada siswa bahwa di rumah diharapkan latihan lagi membuat puisi sesuai yang telah diajarkan selama ini dan terakhir guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Setelah semua tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran telah selesai maka tahap selanjutnya adalah melihat hasil evaluasi siswa dalam menulis puisi. Dari hasil evaluasi pada saat pretest, diperoleh ketuntasan belajar siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 4 orang atau (25%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12 orang atau (75%). Rata- rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah 54,19. Selanjutnya hasil evaluasi pada pertemuan pertama, diperoleh ketuntasan belajar siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 7 orang atau (43,75%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 9 orang atau (56,25%). Rata- rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah 64,31, selanjutnya pada pertemuan kedua diperoleh ketuntasan belajar siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 11 orang atau (68,75%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 orang atau (31,25%). Rata- rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah 70,87. Pada pertemuan ketiga diperoleh ketuntasan belajar siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 14 orang atau (87,5%), dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 2 orang atau (12,5%). Rata- rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah 78,94. Pada pertemuan keempat kemampuan menulis puisi bebas secara keseluruhan siswa sudah mencapai ketuntasan belajar (100%), dengan rata- rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah 84,75. Nilai tersebut sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 65. Untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan I,II,III, dan IV dapat dilihat pada Gambar di bawah ini : 100.00% 100.00%
87.50%
90.00%
75.00%
80.00% 70.00%
56.25%
60.00%
43.75%
50.00% 40.00%
68.75%
31.25%
25.00%
30.00%
12.50%
20.00%
0.00%
10.00% 0.00% Pra Pembelajaran
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Pertemuan IV
Gambar 2. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan gambaran di atas menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran apresiasi sastra memberikan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam menulis puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Moody dalam Andayani, (2004: 3-4) mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra merupakan perwujudan pembinaan apresiasi sastra untuk mengembangkan rasa etis-estetis para siswa dan menumbuhkan daya kritis serta selektif
13 terhadap karya sastra. Atau dengan kata lain, pembelajaran apresiasi sastra merupakan penghargaan terhadap keberadaan cipta sastra. Belajar sastra juga belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Pembelajaran apresiasi sastra mencakup dua hal, yakni menanamkan apresiasi dan memberikan pengetahuan. Pertama, menanamkan apresiasi, berhubungan dengan sikap dan nilai, yang di dalamnya tercakup masalah penerimaan, pemberian tanggapan, dan pemberian nilai. Salah satunya dengan menghargai karya sastra dan mempunyai kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kedua, memberikan pengetahuan meliputi informasi dan konsep yang di dalamnya mencakup sejarah sastra dan teori sastra. Teori sastra dan sejarah sastra perlu disajikan sebagai modal dasar, hanya saja kadar penekanannya jangan terlalu tinggi seperti berlaku untuk pembelajaran apresiasi sastra. Pengetahuan dalam pembelajaran apresiasi sastra di sini berarti pengetahuan yang bersifat teoretis, bahkan dapat disebut sebagai penalaran (Andayani, 2004: 4-6). Pembelajaran apresiasi sastra, termasuk apresiasi puisi melibatkan kedua hal tersebut di atas, yaitu apresiasi dan pengetahuan yang mempunyai arti bahwa yang terlibat dalam proses belajar sastra adalah rasa dan rasio. Rasa adalah apabila siswa telah dapat merasakan pengalaman orang lain dalam karya sastra, telah bertambah pengalaman dan mampu mengambil manfaat dari karya tersebut sehingga ia dapat menghadapi kehidupan dengan baik, selain itu ia merasa kagum terhadap sastrawan si pembuat karya tersebut, yang mampu menyampaikan pengalaman dengan jelas dan penuh keindahan sehingga memberi nikmat kepada orang lain. Dalam hubungannya dengan rasio, siswa memiliki kemampuan untuk memahami, menyimpulkan, berpikir secara logis (masuk akal) suatu karya sastra atau dengan kata lain ia sudah dapat merasakan kenikmatan estetik. Dengan kenikmatan seperti itu, ia dapat memberi penghargaan yang layak terhadap karya sastra, dalam hal ini karya sastra berupa puisi. Menurut Jabrohim (1994: 77) metode yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra antara lain: (a) membacakan, kegiatan membacakan karya sastra dapat dilakukan dengan mengambil bagian-bagian yang menarik dari karya sastra yang akan dibicarakan. Tentu saja karya sastra dibacakan dengan gaya baca yang meyakinkan sehingga dapat memancing siswa untuk membaca sendiri karya sastra tersebut; (b) meragakan, dilakukan untuk memantapkan penghayatan siswa. Dengan cara mendramatisasikan bagian-bagian tertentu yang menarik atau penting dan membuat diagram mengenai kejadian tertentu atau merekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi dalam karya sastra tersebut; (c) mengajukan pertanyaan, tanya jawab dapat dilakukan oleh guru dengan siswa atau antar siswa bertujuan untuk menarik minat siswa, memberi penguatan, mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, membimbing suatu penemuan, memancing diskusi, dan sebagainya; (d) mendiskusikan, manfaat diskusi dalam pembelajaran apresiasi sastra sangat besar. Di samping menumbuhkan apresiasi juga menumbuhkan gairah membaca karya-karya sastra, buku-buku mengenai sastra, dan sebagainya. Bahan-bahan yang didiskusikan dapat berupa unsur intrinsik, ekstrinsik, kesan umum terhadap karya sastra tersebut, dan sebagainya; dan (e) memberikan tugas, pembelajaran apresiasi sastra dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pemberian tugas dapat dikerjakan di rumah atau di sekolah dan tugas tersebut dapat berupa membaca sebagian atau seluruh karya sastra, membuat catatan mengenai karya sastra yang dibaca, didengar atau dilihat, dan kesan umum terhadap karya sastra tersebut. Penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sehingga menunjang pembelajaran apresiasi sastra.
14 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri 11 Konda dilakukan beberapa tahap kegiatan diantaranya: (a) perencanaan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, metode, dan media, (c) pengamatan aktivitas guru dan siswa, dan (d) evaluasi. Hasil pelaksanaan pembelajaran puisi dilihat pada saat kondisi awal, siswa masih terlihat kurang antusias dalam menulis puisi, siswa masih kurang memperhatikan penjelasan dari guru, bahkan ada siswa yang mengeluh jika diminta untuk menulis puisi. Namun pada saat penerapan pembelajaran puisi pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, dan pertemuan keempat siswa terlihat lebih antusias dalam menulis puisi. 2. Kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri 11 Konda dari beberapa aspek yang dinilai kebaruan tema dan makna, kekuatan imjinasi, ketepatan diksi, pendayaan pemajasan dan citraan, dan respon afektif guru secara keseluruhan baik. Hal ini dilihat dari meningkatnya kemampuan menulis puisi pada pertemuan pertama sampai pertemuan keempat. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat menjalankan tugasnya sebagai edukator, manajer, dan supervisor yang baik dan benar serta cermat memonitor dan memastikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Kepada para guru SD Negeri 11 Konda yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa agar dapat menerapkan model pembelajaran apresiasi sasta dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan lain karena dapat meningkatkan kemapuan siswa dalam menulis puisi. 3. Perlu manajemen waktu yang baik terhadap pelaksanaan proses pembelajaran apresiasi sastra sehingga siswa benar-benar dapat memanfaatkan waktu untuk berdiskusi dan memahami materi yang dipelajari. 4. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengkolaborasikan model pembelajaran apresiasi sastra dengan model pembelajaran lain pada pokok bahasan yang sama, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran dapat didistribusi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anwar Effendi. Dkk. 1997. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta: Depdikbud. Awan Sundiawan. 2007: http://awan.wordpress.com/2007/11/28/puisi-karyasiswa-smaksos. Diakses tanggal 17 Desember, Pukul 10.15 Wita. Bahri, 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Brata.
2009. http://mbahbrata.wordpress.com/2009/06/21/apresiasi-sastra-anak/Diakses tanggal 29 September 2015, Pukul 13.15 Wita.
Djemari Mardapi. 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
15 Effendi S. Bimbingan Apresiasi Puisi . Bandung : Remaja Rosdakarya Ferrine, Laurence. 1974. Literature Structure, Sound, and Sense. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Genesse, Fred & John A. Upshur 1997. Classroom-Based Evaluation in Second Language Education. Cambridge : Cambridge . University Press. Gino . 2000. Belajar dan Pembelajarai 1. Surakarta: UNS. Hamzah. 2003. Problematika Pengajaran Sastra di Sekolah. Majalah Horizon. Kaki Langit, Juli , Edisi 79, hal. 18-19. Jabrohim (Ed). 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Janice Koch and Brooke Feingold. (2006). “Engineering a Poem: An Action Research Study” in Journal of Technology Education. Current Editor-in- Chief: James LaPorte. Volume 18, Number 1Fall 2006. Khuzaila, 2008. http://indonesiastudy.wordpress.com/2008/11/27/apresiasi-puisi Diakses tanggal 15 Februari 2016, Pukul 14.30 Wita.
artikel/
Kinayati Djojosuroto.2005. Puisi dan Pembelajaran. Jakarta: Nuansa Kennedy, X.J. 1971. An Introduction to Poetry. USA : Little Brown and Company Boston. Kunandar, 2007. Guru Profesional, Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Rajagrasin Maman S, Mahayana. 2009. Apresiasi Puisi: (http://mahayanamahadewa. com/sejumlahmasalah-dalam-apresiasi-puisi,htm.) Diakses tanggal 28 Januari 2016, Pukul 10.45 Wita. Marjorie Boulton. 1979.The Anatomy Of Poetry. USA : Unwin Brother Limited. Sanjaya, 2008. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sarwiji Suwandi. 2004. Penilaian Berbasis kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam konferensi Linguistik Tahunan Atmajaya : Tingkat Internasional, Jakarta, 24-25 Pebruari 2004. Sawali. 2002. “Otonomi Pengajaran Sastra”. http://www.sma.net.com. Diakses tanggal 23 Januari 2016, Pukul 10.15 Wita. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit CV Alfabeta. Trianto, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Cet 1. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.