PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BELU DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN KELUARGA TANI PADA SISTEM USAHATANI LAHAN KERING Yohanes Leki Seran dan Onike T. Lailogo BPTP NTT ABSTRAK Kegiatan budidaya kacang hijau Belu yang dilakukan selama ini walaupun masih secara tradisional, namun telah menunjukkan upaya masyarakat mempertahankan keanekaragaman hayati komoditas ini, baik variabilitas dan keunikan gen, maupun spesies. Komoditas kacang hijau Belu merupakan salah satu aset sumberdaya plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan diusahakan pada setiap sistem usahatani petani serta dioptimalkan pemanfaatnya demi kesejahteraan dan mendukung perekonomian keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Melestarikan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu, (2) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu untuk menyediakan bahan pangan, dan (3) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu sebagai sumber pendapatan. Penelitian dilaksanakan di Kawasan Besikama pada musim kemarau 2004. Penelitian ini merupakan penelitian sistem usahatani yang melibatkan 5 kelompok tani di 5 Desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Klon-klon kacang hijau Belu dilestarikan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensinya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghasil uang tunai. Selain itu, pertumbuhan dan produktivitas klon-klon tanaman yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan. Sedangkan kontribusi klon-klon tanaman yang diusahakan dalam sistem usahatani memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi petani dalam upaya melestarikan dan memanfaatkan komoditas tersebut. Kata Kunci : Plasma Nutfah, Kacang Hijau Belu, Ekonomi PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang hijau masuk ke Kabupaten Belu sekitar tahun 1700 oleh Pedagang dari Cina. Komoditas ini dikembangkan di Perkampungan Cina di daerah Weluli sebagai sumber bahan baku Tauge dan Kecap (Missie Werk Op Timor). Keberadaannya sangat sesuai dengan kondisi agroklimat dan agroekologi di wilayah tersebut sehingga dapat berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok pedesaan di Kabupaten Belu. Penyebaran dan perkembangan kacang hijau di Kabupaten Belu telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Kawasan Besikama merupakan daerah sentra produksinya bahkan secara spesifik telah teradaptasi dengan kondisi agroekologi, sosial dan budaya masyarakat di kawasan tersebut. Olehnya komoditas tersebut terus dikembangkan secara turun temurun hingga saat ini. Pada awal penyebarannya, Kawasan Besikama dikuasai oleh sebuah kerajaan yang disebut Kerajaan Wehali. Wilayah kerajaan ini menjadi daerah sentra produksi kacang hijau maka oleh masyarakat di kawasan ini mengabadikan nama Kerajaan Wehali melalui pemberian nama “Fore Wehali” bagi tanaman kacang hijau yang diintroduksikan oleh Pedagang Cina. Kacang hijau Belu sebagai salah satu komoditas dari keragaman hayati yang terdapat di Kabupaten Belu. Keragaman hayati komoditas ini merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh masyarakat. Eksistensinya sebagai aset daerah memberikan peranan yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat setempat. Peranan yang melekat pada komoditas ini sangat beragam yang ditandai oleh multi fungsi yang dimiliki baik sebagai sumber pangan, sumber pendapatan, sumber pakan ternak maupun sebagai penyubur tanah, bahkan secara sosial komoditas ini dipergunakan juga dalam seremonial tertentu. Peran penting komoditas kacang hijau dalam kehidupan sosial kemasyarakatan telah memberikan suatu status khusus bagi kacang hijau sehingga komoditas ini selalu dan selalu diusahakan pada musimnya. Kegiatan budidaya yang dilakukan pada sistem usahatani kacang hijau yang walaupun masih dilakukan secara tradisional, telah menunjukkan upaya masyarakat mempertahankan keanekaragaman
hayati komoditas ini, baik variabilitas maupun keunikan gen, spesies dan ekosistem. Keanekaragaman gen atau yang disebut juga plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap kelompok makhluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Dengan demikian plasma nutfah adalah aset yang sangat penting karena merupakan bahan mentah dalam program pemuliaan untuk merakit jenis-jenis unggul yang sangat penting dalam penyediaan/pemenuhan kebutuhan manusia (Sastrapradja, 1992). Deskripsi ini menggambarkan komoditas kacang hijau merupakan salah satu aset sumberdaya plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan diusahakan pada setiap sistem usahatani petani serta dioptimalkan pemanfaatannya demi kesejahteraan dan mendukung perekonomian keluarga dari setiap masyarakat yang melestarikannya. Tujuan Tujuan yang dicapai dalam kegiatan ini adalah : 1) Melestarikan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu 2) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu untuk menyediakan bahan pangan 3) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu sebagai sumber pendapatan. METODOLOGI Penetapan Lokasi dan Waktu Lokasi Penelitian ditetapkan “secara sengaja” berdasarkan kebiasaan masyarakat untuk menempatkan sistem usahatani kacang hijau Belu pada bagian integral dari keseluruhan pengelolaan sistem usahatani setahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka penetapan lokasi penelitian yakni ditetapkan berdasarkan hamparan-hamparan pertanian yang selalu diusahakan kacang hijau Belu. Olehnya ditetapkan hamparan Biris yakni Desa Webriamata dan Weulun, hamparan Aitoi yakni Desa Alkani, hamparan Naimana dan hamparan Umanen Lawalu. Kegiatan ini telah dilaksanakan di Kabupaten Belu pada Tahun Anggaran 2004. Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian sistem usahatani yang menggunakan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu sebagai materi pokok penelitian. Pada penelitian dilakukan perbandingan keragaan tanaman kacang hijau yang berbeda klon-klon tanamannya. Materi yang dikaji adalah tanaman kacang hijau Belu yang berhipokotil ungu dan tanaman yang berhipokotil putih. Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode pendekatan “on farm research client oriented” (OFCOAR), yaitu suatu pendekatan penelitian yang berorientasi kepada pengguna (Merrill Sand, 1989 dalam Sumarno, 1997). Kajian ini menggunakan model pendekatan partisipatif, sehingga petani bersama peneliti dan penyuluh berdiskusi untuk menentukan model usahatani berdasarkan keinginan dan kemampuan petani (farmer circumstance). Selama penelitian berlangsung selalu adanya komunikasi yang mendiskusikan berbagai persoalan yang berhubungan dengan pelestarian dan pengelolaan tanaman kacang hijau dan mencari alternatif pemecahannya. Penentuan petani Kooperator. Petani kooperator ditetapkan secara purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria yang diterapkan yakni : (1) Petani dan kelompok tani yang dipilih harus berada pada kodisi lahan satu hamparan. (2) Petani dan kelompok tani tersebut selalu mengusahakan tanaman kacang hijau Belu dalam sistem usahataninya setiap tahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka ditetapkan beberapa kelompok tani yang anggotanya memenuhi persyaratan tersebut di atas. Kelompok tani yang terpilih adalah seperti pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah petani kooperator pada setiap kelompok Tani. No Nama Kelompok Tani Jumlah Petani 1 Kelompok Tani Weulun 28 2 Kelompok Tani Derok Morin 36
3 4 5
Kelompok Tani Sehati Kelompok Tani Oan Kiak Kelompok Tani Mane Matak Jumlah
43 33 28 168
Jenis Dan Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan secara berkala disesuaikan dengan jenis kegiatan dalam usahatani. Data yang dikumpulkan dapat meliputi data keragaan tanaman dan data keragaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu. Pengumpulan data dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Pencacatan dilakukan secara berkala disesuaikan dengan jenis kegiatan dalam usahatani setahun seperti : pada tahap persiapan lahan dan tanam, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen serta pemasaran. Wawancara dan pengamatan langsung digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relavan dengan kegiatan usahatani. Data dan informasi yang dikumpulkan selama satu musim tanam meliputi : Sumberdaya : jenis sumberdaya plasma nutfah yang digunakan, jumlah curahan tenaga kerja berdasarkan jenis kegiatan dalam usahatani, sumberdaya lahan dan jumlah kelompok tani Sarana Produksi : benih (Varietas), pupuk dan pestisida Manajemen Usahatani : pola tanam, persiapan lahan, manajemen tenaga kerja , dan teknologi budidaya (varietas, cara tanam, jumlah benih, alat tanam, alat penyiang, alat perontok, mutu benih, pengendalian gulma, pupuk (frekuensi, dosis, umur), pengendalian hama dan penyakit). Panen dan Pasca Panen : umur panen, cara panen dan cara merontok Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka seperangkat alat analisis yang akan diterapkan yakni : (1) Analisis statistik sederhana seperti analisis tabel frekwensi, Uji beda hasil antar teknologi yang dikaji, (Gomez and Gomez, 1983), (2) Analisis finansial digunakan untuk mengevaluasi keragaan finansial teknologi yang dikaji, (3) Analisis ekonomi terhadap pengembangan sistem usahtani kacang hijau Belu. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik sumberdaya Status penguasaan lahan oleh petani kooperator bagi pengelolaan sistem usahatani kacang hijau Belu sangat bervariasi antara satu petani dengan petani lainnya. Rata-rata penguasan lahan oleh petano kooperator pada setiap kelompok tani adalah seperti pada tabel 2. Tabel 2. Penguasan lahan yang dikelola bagi sistem Usahatani Kacang Hijau Belu No Nama Kelompok Tani Rara-rata Luas Lahan/petani (ha) 1 Kelompok Tani Weulun 0,71 2 Kelompok Tani Derok Morin 0,56 3 Kelompok Tani Sehati 0,47 4 Kelompok Tani Oan Kiak 0,61 5 Kelompok Tani Mane Matak 0.71 Rata-rata 0,61 Pada tabel 2 menunujukkan bahwa luas penguasaan lahan yang dimanfaatkan bagi pengelolaan sistem usahatani kacang hijau Belu hanya mencapai 0.71/ha sedangkan rata rata secara keseluruhan hanya mencapai 0.61 ha/petani. Kacang Hijau Belu Sebagai Sumber Plasma Nutfah Masyarakat di Kabupaten Belu mengusahakan kacang hijau sebagai bagian dari pengelolaan sistem usahatani yang dikembangkan. Kacang hijau tersebut telah beradaptasi dengan kondisi
agroekologi dan sosial budaya masyarakat. Masyarakat mengembangkan beragam jenis kacang hijau. Dari jenis-jenis yang dikembangkan ini telah dirilis satu jenis sebagai varietas unggul. Keragaman beberapa jenis kacang hijau ini sangat berperan dalam kehidupan kamasyarakat baik sebagai sumber bahan pangan, sumber pendapatan dan pakan ternak serta penyubur tanah. Moeljopawiro., et al 2003 mengemukakan bahwa pada masa mendatang keanekaragaman hayati akan memegang peran yang penting dalam pembangunan, mengingat kebutuhan bahan hayati untuk pangan, pakan, kosmetika, obat dan pembentukan varietas, strain/galur maupun rumpun baru tanaman semakin meningkat. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan IPTEK dunia dan potensi sumber daya genetik belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Hambatan yang terasa, masih rendahnya kepedulian dan tingkat pemahaman para pelaku pengelolaan sumberdaya genetik Indonesia. Akibatnya ialah kurang efektif dan efisiennya pengelolaan termasuk pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya genetik atau plasma nutfah. Keadaan seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut, dan untuk mengatasinya diperlukan upaya peningkatan kepedulian dan kemampuan dalam pemahaman dan pengelolaan plasma nutfah. Kacang Hijau Belu merupakan salah satu sumber plasma nutfah yang ada di Nusa Tenggara Timur. Beberapa klon tanaman kacang hijau Belu yang merupakan sumberdaya plasma nutfah yakni (1) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta berbiji kusam, (2) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning serta berbiji kusam (3) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta berbiji hitam (4) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning dan berbiji kuning (5) kacang hijau yang berhipokotil putih dan berpolong hitam serta berbiji kusam. Semua sumberdaya plasma nutfah ini sangat adaptif terhadap kondisi kekeringan seperti Nusa Tenggara Timur. Moeljopawiro et al. 2003, mengemukakan bahwa plasma nutfah telah dimanfaatkan oleh manusia secara turun – temurun, tetapi keberadaannya belum dipahami secara mendalam dan upaya pelestariannyapun kurang mendapat perhatian. Kalau keadaan ini terus berlanjut maka plasma nutfah akan punah, yang tentu saja akan berdampak negatif terhadap kehidupan makhluk di bumi. Namun kenyataannya plasma nutfah kacang hijau Belu telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak ratusan tahun silam baik sebagai sumber gizi keluarga, sumber pakan ternak, penyubur tanah maupun sumber pendapatan masyarakat di Kabupaten Belu, serta memiliki kontribusi yang cukup berarti bagi perekonomian daerah. Pada sisi lain dalam berbagai upaya Instansi terkait telah mencurahkan perhatian dan kepeduliaan serta kemampuannya dalam pemahaman dan pengelolaan sumberdaya plasma nutfah Kacang Hijau Belu agar dapat menjadi salah satu sumber plama nutfah yang dilestarikan dan dilindungi. Hal tersebut dilakukan melalui perjuangan instansi terkait untuk merilis Kacang Hijau Varietas Belu sebagai varietas unggul. Dengan demikian kekayaan genetik (plasma nutfah) ini dapat terlindungi, menjadi aset atau milik daerah serta terus dikembangkan dalam skala luas untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah. Pelestarian Sumberdaya Plasma Nutfah Kacang Hijau Belu. Aktivitas masyarakat untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah adalah konservasi. Konservasi tersebut secara garis besar terdiri dari konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Kesediaan yang lestari dari plasma nutfah secara ex-situ dilakukan antara lain dengan upaya rejuvenasi atau pembaharuan viabilitasnya, sedangkan untuk memperluas keragaman dapat dilakukan dengan eksplorasi. Keberadaan kacang hijau Belu dipertahankan untuk menjaga keberlanjutan sumber plasma nutfah tersebut. Upaya pelestarian terhadap sumberdaya plasma nutfah kacang hijau dapat dilakukan pula di tingkat petani. Berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikan keberadaan plasma kacang hijau dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tahapan, kegiatan dan indikator pelestarian sumberdaya plasma nutfah kacang Hijau Belu Tahapan Pelestarian Lokasi budidaya Jenis yang dibudidayakan
Kegiatan Indikator Dikembangkan di lahan Diusahakan secara rutin setiap tahun kering Identifikasi klon-klon yang a. Kacang hijau yang berhipokotil diusahakan petani ungu dan berpolong hitam serta berbiji kusam b. Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning serta berbiji kusam c. Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta
berbiji hitam Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning dan berbiji kuning e. Kacang hijau yang berhipokotil putih dan berpolong hitam serta berbiji kusam. Diseleksi dari tanaman yang Tanaman yang subur dan berpolong sehat banyak Menyortir benih Kacang hijau yang berbiji besar dan utuh Diberikan perlakuan pada Benih yang rusak pada saat tanam benih yang disimpan berkurang Diseleksi atau disortir untuk Benih bernas yang terseleksi dan mengeluarkan benih yang daya tumbuh tinggi rusak Tanaman yang memiliki Panen serempak pertumbuhan yang sama Mengalokasikan hasil untuk Benih selalu tersedia dan di jual, konsumsi dan dialokasikan untuk musim tanam cadangan benih. tahun berikutnya d.
Sumber benih Kualitas benih Perlakuan terhadap benih Saat tanam Panen Alokasi hasil
Pada tabel 3 dapat diperoleh gambaran bahwa masyarakat secara tradisional telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan keberlanjutan jenis-jenis kacang hijau yang terdapat di wilayah tersebut. Selain itu dapat dilihat bahwa (1) Petani menjadikan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau sebagai salah satu komponen penting dalam pengelolaan sistem usahatani petani. (2) Menjaga keberlanjutannya melalui budidaya secara rutin dan mempertahankan ketersediaan sumber benih yang layak. Dalam konteks ini masyarakat di Kawasan Besikama selalu melakukan upaya budidaya tanaman tersebut pada setiap tahun. Benih yang dialokasikan untuk penanaman tahun berikutnya disisihkan dari hasil panen sebelumnya. Masyarakat memiliki kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan benih kacang hijau. Dengan demikian pelestarian sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu lebih mengarah pada upaya konservasi secara in-situ. Olehnya jenis-jenis kacang hijau Belu diberi kesempatan dikembangkan dan bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitatnya yang asli. Pelestarian plasma nutfah bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Pemanfaatan plasma nutfah bisa secara langsung atau melalui proses pemuliaan. Pemanfaatan secara langsung sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu kala oleh para petani dengan cara hanya memilih tanaman-tanaman yang mereka anggap baik untuk ditanam pada musim berikutnya; dalam hal ini sudah terkait unsur seleksi, (Somantri dkk, 2003). Pemanfaatan Sumberdaya Plasma Nutfah Kacang Hijau Belu. Pelestarian dapat berlangsung secara berkelanjutan apabila upaya pelestarian tersebut dibaringi dengan pemanfaatannya bagi pemenuhan kebutuhan hidup pengelolanya. Kajian pemanfaatan sekaligus pelestariannya dilakukan di kawasan Besikama dengan melibatkan beberapa kelompok tani. Setiap kelompok disarankan untuk menggunakan salah satu klon kacang hijau Belu. Keterlibatan kelompok dalam memilih jenis klon tanaman kacang hijau, pertumbuhan dan produktivitasnya adalah seperti pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah kelompok, jenis klon tanaman, produktivitas dan alokasi hasil tanaman kacang hijau Nama Kelompok Tani
luas lahan (ha)
Klon Tanaman Kacang Hijau
Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm)
Produktivitas (kg/ha)
Produksi yang dijual (%)
Kelompok Tani Weulun
20
Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta berbiji kusam
61.28
756.25
68,43
Kelompok
20
Kacang hijau yang
66.70
746.75
78,51
Tani Derok Morin
berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta berbiji kusam
Kelompok Tani Sehati
20
Kacang hijau yang berhipokotil putih dan berpolong hitam serta berbiji kusam
65.42
748.25
79,69
Kelompok Tani Oan Kiak
20
Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta berbiji kusam
73,36
760.75
77,16
Kelompok Tani Mane Matak
20
Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong hitam serta berbiji kusam
61,92
756.25
68,43
Rata-rata
20
65,736
753,65
74,44
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan kacang hijau Belu baik berhipokotil ungu maupun yang berhipokotil putih yakni 65,81 cm bagi kacang hijau berhipokotil ungu sedangkan kacang hijau berhipokotil putih setinggi 65,41cm. Dari data ini menunjukkan bahwa antara kedua jenis klon ini tidak terdapat perbedaan yang sangat menyolok. Sedangkan tingkat produktivitas dari masing-masing klon adalah 748,25 kg/ha cm bagi kacang hijau berhipokotil putih sedangkan kacang hijau berhipokotil ungu sebanyak 75500 kg/ha. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman penghasil uang maka produktivitas yang diperoleh ini sebagian besar dialokasikan untuk dijual guna mendapatkan tambahan penghasilan dan hanya sebagian kecil yang dialokasikan untuk konsumsi dan benih musim tanam berikutnya. Dari tabel tersebut pula dapat dilihat bahwa preferensi masyarakat lebih kuat untuk mengembangkan hanya dua klon tanaman kacang hijau. Hal ini sangat erat kaitannya dengan preferensi pasar yang lebih mengutamakan biji kacang hijau yang kusam dalam perdagangan. Dengan demikian ketiga klon lainnya sangat terbatas budidayanya. Kacang Hijau Belu Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya Kacang Hijau Belu telah menjadi bagian yang integral dalam sistem usahatani yang dilaksanakan petani. Komoditas ini telah diusahakan sejak ratusan tahun silam dan selalu dibudidayakan setiap tahunnya. Kebiasaan mengusahakan kacang hijau Belu telah terpola dengan baik pada sistem usahatani yang dikembangkan oleh petani. Komoditas ini selalu diusahakan petani atau ditanam pada awal musim kemarau yakni bulan Mei-Juni, (Murdolelono dkk., 1997) baik secara monokultur maupun tumpangsari dengan tanaman jagung. Bagi masyarakat di daerah sentra produksi, komoditas ini merupakan komoditas utama dalam pengelolaan sistem usahatani sehingga petani akan merasa kehilangan jika komoditas tersebut tidak diusahakan. Kacang hijau Belu telah menyatu dalam tatanan sosial dan budaya masyarakat setempat. Hal ini ditandai dengan pemberian nama lokal yang sudah secara turun temurun digunakan. Nama lokal yang sebutan bagi kacang hijau ini adalah Fore Wehali. Kacang Hijau Lokal Belu Ditinjau Aspek Ekonomi Aspek ekonomi merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melestarikan dan sekaligus memafaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang Hijau Pelestarian dan pemanfaatannya dikembangkan secara bersamaan dengan pola tanam tertentu pada sistem usahatani yang dikembangkan masyarakat. Kacang Hijau Belu merupakan salah satu sumberdaya plasma nutfah yang berpontesi ekonomi dalam meningkatkan pendapatan petani. Pemanfaatan plasma nutfah secara ekonomi akan menjadi faktor pendorong bagi petani untuk tetap melestarikannya. Pada musim panen para tengkulak datang untuk membeli, menampung dan kemudian memasarkan di tempat lain baik pasar lokal maupun antar pulau, bahkan ada peluang besar untuk memasarkan ke negara tetangga Republica Democratic Timor Leste yang letaknya relatif dekat atau berbatasan langsung dengan Kabupaten Belu. Keragaan ekonomi tanaman kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa total biaya sarana produksi pertanian yang dikeluarkan oleh petani per satuan luas lahan pada kedua jenis klon tanaman kacang hijau dapat mencapai Rp 512.500/ha. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proses produksi usahatani kacang hijau sebanyak 44,86 HOK dengan total biaya tenaga kerja sebesar Rp 224. 286/ha. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam sistem usahatani kacang hijau sebesar Rp 736,786/ha. Pengeluaran biaya selama pengelolaan sistem usahatani kacang hijau dapat mendatangkan produktivitas sebesar 748,25 kg/ha bagi kacang hijau berhipokotil putih sedangkan kacang hijau berhipokotil ungu sebanyak 755,00 kg/ha. Dengan tingkat produktivitas ini dan tingkat harga penjualan tingkat petani sebesar Rp 3.000/kg maka petani mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2.268.750/ha bagi tanaman kacang hijau klon berhipokotil ungu. Sedangkan kacang hijau klon berhipokotil putih mampu menghasikan pendapatan sebesar Rp 2.244.750/ha Tabel 5. Analisis Ekonomi Usahatani Kacang Hijau, MK 2004. Klon berhipokotil N0. Uraian Klon berhipokotil Putih Ungu A. SARANA PRODUKSI 512.500 512.500 B. TENAGA KERJA (HOK) * 224.286 224.286 Total Biaya Produksi (Rp) 736.786 736.786 C. PRODUKSI (kg/ha) 756.25 748.25 2 Harga (Rp/kg) 3.000 3.000 3 Penerimaan (Rp/ha) 2.268.750 2.244.750 4 Keuntungan (Rp/ha) 1.531.964 1.507.964 5 R/C Ratio 3.08 3,05 Keterangan : * Biaya yang diperhitungkan Dari analisis R/C Ratio menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio usahatani kacang hijau lokal Belu yang dihasilkan lebih besar dari 1 yakni 3.08 bagi Klon berhipokotil ungu dan 3,05 bagi yang berhipokotil putih. Implikasi dari nilai R/C Ratio tersebut adalah setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam mengusahakan kacang hijau maka mampu menghasilkan uang tunai sebesar Rp 3,08 dan Rp 3,05. Nilai R/C Ratio yang dihasilkan lebih besar dari satu maka usahatani tersebut secara ekonomi layak untuk dikembangkan.
SIMPULAN Berdasarkan pada deskripsi diatas maka dapat dimpulkan bahwa : 1. Klon-klon kacang hijau Belu dilestarikan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensinya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghasil uang tunai. 2. Pertumbuhan dan produktivitas klon-klon tanaman yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan. 3. Klon-klon tanaman yang diusahakan dalam sistem usahatani memberikan penerimaan yang cukup berarti bagi petani dalam upaya melestarikan dan memanfaatkan komoditas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Gomes K. A. and Arturo A. Gomes. 1983. Statistical Prosedures for Agricultural Research.. Second Edition. The International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines Kadariah. 1988. Evaluasi proyek Analisa Ekonomi. LPFE-UI, Jakarta. Moeljopawiro, S., Husni Kasim, Hermanto. 2003. Pemahaman Plasma Nutfah bagi Para Guru SMU Bidang Biologi. Warta Plasma Nutfah Indonesia. No. 13. Tahun 2003.
Moeljopawiro Sugiono. 2007. Paradigma Baru Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Untuk Pembangunan Pertanian. http://www.indoplasma.or.id/artikel/artikel_2007_paradigma_pemanfaatan_SDG.htm Murdolelono, B., T.S. Panjaitan, I.K. Lidjang, dan Subandi, 1997. Perakitan dan evaluasi sistem usahatani spesifik lokasi di Kawasan Besikama, Kabupaten Belu, NTT. Prodising Seminar Regional HasilHasil Penelitian Pertanian Berbasis Perikanan, Peternakan dan Sistem Usahatani Kawasan Timur Indonesia, di Kupang 28-30 Juli 1997. Kerjasama BPTP Naibonat dengan DPIF-NT Australia. Hal. 975-1003. Somantri Ida Hanarida, M. Hasanah, H. Kurniawan. Teknik Konservasi Ex-Situ, Rejuvenasi, Karakterisasi, Evaluasi, Dokumentasi, dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Sumarno, 1997. Penelitian Adaptif di lahan petani dengan orientasi pengguna (PAOP). BPTP Karangploso. Sutrisno dan T. Sudiaty Silitonga. 2004. Pengelolaan Plasma Nutfah Nabati Dan Jasad Renik (Tumbuhan Dan Tanaman) Sebagai Aset dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia. Makalah disampaikan pada “Apresiasi Pengelolaan Plasma Nutfah bagi Peneliti”, Bogor, 22-24 September 2004