Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM BIOREMEDIASI SENYAWA PENCEMAR UTILIZATION OF MICROORGANISM IN BIOREMEDIATION POLLUTANT COMPOUND Ahmad Shafwan S. Pulungan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan
[email protected] Abstract Bioremediation is a process that involves living creatures in the remediation or degradation of pollutant compounds. The ability of living creatures is demonstrated by the activity of plants and microorganisms. Microorganisms have potential as bioremediation agents. The ability of bioremediation by microorganisms turned out to be done enzymatically involving enzyme activities of some types of microorganisms that work together to overhaul chains pollutant substances into compounds that are better for the environment. These enzymes, among others, oksireduktase, oxygenation, lipase and cellulase. Bioremediation process requires a long time, due to the need for the process of adaptation in a given environment. Key words. Bioremediation, Microorganisms, Enzyme, Degradation Pendahuluan
Remediasi merupakan usaha untuk meremajakan lahan tercemar menjadi lahan yang berdaya guna. Artinya bahwa lahan tersebut dapat digunakan kembali sebagai mana sebelum tercemar. Konsep remediasi dapat berupa melalui fisika kimia atau dengan biologi. Remediasi dengan menggunakan makhluk hidup dikenal sebagai bioremediasi. bioremediasi dapat diaplikasikan untuk membersihkan lahan yang terkontaminasi bahan-bahan kimia berbahaya (Cookson, 1995).
Kualitas kehidupan di bumi ini berkaitan erat dengan kualitas keseluruhan lingkungan. Sayangnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri dalam jumlah besar tidak diikuti dengan kemajuan berfikir dalam menjaga ekosistem. Kenyataanya adalah banyak limbah dibuang ke ekosistem secara langsung yang berakibat munculnya masalah serius untuk kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri di bumi. Usaha dalam meremajakan lahan-lahan tercemar yang meliputi air, udara maupun tanah merupakan bidang yang menarik. Banyak percobaan yang telah dilakukan melalui penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dalam menjadikan lahan tercemar tersebut menjadi lahan yang berdaya guna sebagaimana mestinya. Konsep tersebut saat ini dikenal sebagai remediasi.
Prinsip Bioremediasi Bioremediasi mulai dikenal awal tahun 1980, dengan mendeskripsikan menggunakan mikroorganisme dalam membersihkan tanah dan air yang terpolusi. Kata bio menunjukkan proses biologi dari organisme hidup, sedangkan kata remediasi menunjukkan pembersihan melalui degradasi lengkap,
75
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
penyerapan atau penghilangan zat kontaminan akibat aktivitas mikroorganisme. Degradasi berarti bahwa mikroorganisme menguraikan zat kontaminan ke produk alami yang tidak berbahaya seperti karbon dioksida (CO2), air (H2O), atau senyawa nontoksik lainnya yang terjadi secara alami. Bioremediasi merupakan transformasi mikroorganisme untuk mendegradasi zat kontaminan menjadi tidak berbahaya atau kurang berbahaya. Prinsipnya adalah dibantu oleh berbagai organisme seperti bakteri, jamur, ganggang, dan tanaman yang efisien dalam bioremediasi telah dilaporkan (Vidali, 2001., Leung, 2004). Proses bioremediasi bergantung kepada jenis dan aktivitas enzimatis mikroorganisme tersebut. Efektivitas hasil dari bioremediasi ditentukan juga factor tumbuh dan berkembang mikroorganisme yang digunakan dalam bioremediasi, karena mikroorganisme mempunya ciri dank has dalam pertumbuhan dan perkembangan. Biasanya untuk mengurangi dampak akibat kurang optimalnya factor tumbuh mikroorganisme maka dibuat pengkondisian tertentu atau manipulasi lingkungan tumbuh mikroorganisme, maksudnya adalah agar kerja atau aktivitas enzimatis mikroorganisme dapat optimal (Gambar 1).
dalam skala laboratorium. Keterbatasan di lingkungan alami adalah pengaruh pH, suhu, oksigen, struktur tanah, kelembaban dan tingkat nutrisi yang tepat, bioavailabilitas dan kehadiran senyawa beracun lainnya. Meskipun mikroorganisme bisa hidup dan berkembang dalam lingkungan yang ekstrim, kebanyakan dari mikroorganisme tersebut lebih memilih kondisi optimal, situasi yang sulit dicapai di luar laboratorium (Dua, 2002., Dana, 2011). Mikroorganisme yang digunakan dalam bioremediasi bisa saja merupakan mikroorganisme indigenous di tempat yang terkontaminan atau bisa diambil dari tempat lain kemudian disisipkan ke daerah yang terkontaminan. Biodegradasi senyawa kontaminan menjadi senyawa yang kurang berbahaya merupakan aktivitas dari banyak jenis mikroorganisme yang bersinergis bekerja. Ketika proses bioremediasi tersebut dilakukan dengan cara mengambil mikroorganisme dari luar daerah terkontaminan dan dimasukkan ke daerah yang terkontaminan maka istilah untuk itu disebut dengan bioaugmentasi (Vidali, 2001). Enzim Mikroorganisme Bioremediasi
Dalam
Oksireduktase Detoksifikasi senyawa kontaminan oleh berbagai jenis bakteri dan jamur melalui reaksi oksidatif yang dibantu oleh enzim oksireduktase. Mikroorganisme melepaskan energy melalui reaksi biokimia yang dibanatu oleh enzim tersebut dengan cara memotong ikatan kimia untuk membantu transfer electron dari substrat organik (donor) ke senyawa lain (akseptor). Selama reaksi oksidasi tersebut senyawa kontaminan tadi akan berubah menjadi senyawa yang tidak bersifat racun. Oksireduktase berperan dalam melakukan humifikasi dari berbagai jenis senyawa fenolik yang dihasilkan dari dekomposisi lignin dari tanah di lingkungan. Pada kasus lain, oksireduktase dapat juga mendetoksifikasi senyawa xenobiotik yang beracun, seperti
Gambar 1. Proses Bioremediasi (Chandrakant, 2011) Bioremediasi merupakan proses yang bersifat lambat. Hanya beberpa spesies mikroorganisme (bakteri dan jamur) yang telah diuji dan mampu untuk melakukan bioremediasi. Banyak strain diketahui mampu sebagai agen bioremediasi, akan tetapi hanya
76
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
penolic atau anilinic, hasil polimerisasi, copolymerisasi dengan subtract lain, atau pengikatan substansi humik (Park, 2006). Enzim mikroorganisme dapat dieksploitasi dalam dekolorisasi atau degradasi dari pemurnian (Husain, 2006). Banyak bakteri mereduksi logam radioaktif dari bentuk yang dapat larut dari bentuk yang tidak bisa larut. Selama proses pembentukan energy, bakteri mendapatkan electron dari senyawa organic dan menggunakan logam radioaktif sebagai akseptor electron terakhir. Beberapa spesies bakteri menurunkan logam radioaktif secara tidak langsung dengan bantuan electron donor intermediet. Pada akhirnya, lapisan endapan dapat terlihat sebagai hasil reaksi redoks dalam mengurangi logam tersebut. Senyawa fenolik klorin merupakan limbah yang paling banyak pada proses pembuatan kertas, akan tetapi juga merupakan limbah yang sulit untuk didegradasi dikarenakan terdapat lignin pada limbah tersebut. Banyak spesies jamur yang dianggap cocok untuk menghilangkan senyawa fenolik klorin dari lingkungan yang terkontaminasi. Aktivitas jamur terutama karena terdapatnya enzim oksidoreduktase ekstraseluler, seperti lakase, peroksidase mangan, dan lignin peroksidase, yang dibebaskan dari miselium jamur ke lingkungan disekitar pertumbuhan jamur tersebut. Filamen yang terdapat pada jamur, memungkinkan jamur dapat mencapai polutan tanah lebih efektif daripada bakteri (Rubilar, 2008). Metabolit yang dihasilkan dilaporkan pertama kali dari lakase adalah asam 3hydroxyanthranilic yang disekresi oleh Pycnoporus cinnabarinus, jamur yang mampu memproduksi lakase hanya sebagai enzim ligninolitik (Eggert, 1996). Maka, sejak itu, minat mediator alami fenolik yang berasal dari lignin untuk delignifikasi meningkat, terutama untuk aplikasi di industri bubur kertas. Dalam hal ini, baru-baru ini dilaporkan bahwa bahwa kedua asetosiringon dan syringaldehyde efisien sebagai mediator
lakase alami untuk delignifying dan pemutihan bubur kertas dari eukaliptus tanpa mengubah sifat bubur secara signifikan (Camarero, 2007).
Oksigenase Oksigenase termasuk dalam kelompok enzim oksidoreduktase. Enzim tersebut berperan dalam oksidasi dengan mentransfer oksigen dari molekul oksigen (O2) memanfaatkan FAD / NADH / NADPH sebagai kosubstrat. Oksigenase dikelompokkan menjadi dua kategori; itu monooxygenases dan dioksigenase berdasarkan jumlah atom oksigen yang digunakan untuk oksigenasi. Enzim tersebut memainkan peran kunci dalam metabolisme senyawa organik dengan meningkatkan reaktivitas atau kelarutan air atau memutuskan ikatan cincin aromatik. Oksigenase memiliki kemampuan untuk aktif dalam berbagai senyawa, termasuk pada senyawa alifatik klorin. Secara umum awalnya atom O2 masuk ke dalam molekul organic oleh oksigenase mengakibatkan pemutusan cincin aromatic. Secara historis, enzim yang paling banyak dipelajari dalam bioremediasi adalah monooksigenase atau dioksigenase dari bakteri. Sebuah studi rinci tentang peran oxygenase dalam proses biodegradasi telah banyak diteliti (Arora dkk, 2009., Fetzner dkk, 1994., Fetzner, 2003). Senyawa organic yang terhalogenisasi paling banyak diakibatkan oleh polusi lingkungan akibat penggunaan herbisida, insektisida, fungisida, plastic dan senyawa antara untuk sintesis kimia. Degradasi senyawa tersebut dapat tercapai dengan bantuan oksigenase. Oksigenase juga memediasi reaksi dehalogenasi dari senyawa metana yang terhalogenasi, etana, dan etilen dan berkaitan dengan sifat enzim yang multifungsi (Fetzner, 2003). Dioksigenase yang telah direkayasa mempunyai kemampuan untuk mendegradasi PCB, TCE dan beberapa hidrokarbon aromatic lainnya (Furukawa, 2000).
77
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
Gambar 2. Degradasi senyawa aromatic oleh monooksigenase (Arora dkk, 2010)
Gambar 3. Degradasi Senyawa Aromatik Oleh Dioksigenase (Que dkk, 1996) populasi manusia dan merupakan objek penelitian yang intensif (Bennet dkk, 2002). Beberapa organism menghasilkan dinding sel, pembungkus sel dan beberapa jenis selulase ektraseluler. Selulase ekstraseluler, hemiselulase dan pektinase terbukti dapat dihasilkan (dieskpresikan) oleh beberapa bakteri dan jamur (Adriano dkk. 2005). Selulosa adalah salah satu komponen utama dari lignoselulosa yang terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-glikosidik. Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler sehingga memberikan struktur yang larut. Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe, yaitu kristalin dan amorf. Selulase biasanya merupakan campuran dari beberapa enzim. Ada tiga kelompok utama dari selulase yang terlibat dalam proses hidrolisis (1) endoglukanase (EG, endo 1,4glucanohydrolase) yang menyerang serat selulosa yang kristalinitasnya rendah, menciptakan rantai ujung bebas; (2) exoglucanase atau cellobiohydrolase (CBH, cellobiohydrolase 1,4-bD-glukan) yang menurunkan molekul selulosa dengan menghilangkan unit selobiosa dari rantai
Lipase Lipase mendegradasi lipid yang berasal dari berbagai macam mikroorganisme, hewan maupun tumbuhan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lipase berkaitan erat dengan polutan organik yang terdapat di dalam tanah. Aktivitas lipase bertanggung jawab atas pengurangan drastis jumlah hidrokarbon dari tanah yang terkontaminasi. Konsentrasi residu hidrokarbon tanah berkorelasi negative signifikan dengan aktivitas lipase tanah dan nilai degradasi minyak oleh mikroorganisme (Margesin, 1999). Pada proses bioremediasi, enzim ini merombak lipid menjadi lipid rantai pendek dan asam lemak, yang selanjutnya akan digunakan untuk pertumbuhan bakteri (Setyati, 2012). Selulase Saat ini, selulase merupakan enzim potensial yang dapat mengkonversi sisa selulosa menjadi bahan makanan untuk memenuhi
78 76
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
ujung bebas; (3) β-glukosidase yang menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa. Selama proses hidrolisis, enzim selulase
mengubah senyawa tersebut menjadi gula, sehingga mampu difermentasi oleh ragi atau bakteri dalam produksi bioetanol.
Tabel 1. Aplikasi Beberapa Jenis Enzim Mikroorganisme No 1 2 3
Enzim Oksireduktase Oksigenase Monooksigenase
Substrat
Aplikasi
Alkena, Steroid, Asam Lemak, Senyawa Aromatik Senyawa Aromatik
Rekayasa Protein, Bioremediasi, Kimia sintetik Bioremediasi, Farmasi, Kimia Sintetik Industri makanan, kertas, industry tekstil, bioremediasi, nanoteknologi, kosmetik Industri makanan, Industri Pulp dan Kertas, bioremediasi, farmasi Produksi detergen, Industri Kertas dan Pulp Bioremediasi, Industri Pupl dan Kertas, Manufaktur
4
Dioksigenase
5
Lakkase
Paradipenol, Aminopenol, polypenol, lignin, arildiamin
6
Lignin Peroksidase
7
Lipase
Senyawa Polisiklik Aromatik dan senyawa aormatik lainnya Polutan organic
8
Selulase
Substansi Selulotik
Mekanisme Bioremediasi
berperan sebagai donor electron atau akseptor electron. Bahan organik yang terdapat dalam senyawa pencemar merupakan contoh donor electron atau disebut juga dengan substrat atau sumber energy, sedangkan oksigen dapat menjadi akseptor electron dalam kondisi aerobic dan bisa juga disebut oksidator (Tabel 2). Aktivitas bioremediasi merupakan akibat aktivitas enzim yang di berikan oleh mikroorganisme untuk mengkatalis bahanbahan kontaminan. Reaksi kimia tersebut merupakan reaksi oksidasi-reduksi (redoks) yang penting untuk menghasilkan energi bagi mikroorganisme tersebut (Gambar 4).
Pemanfaatan mikroorganisme dalam bioremediasi merupakan reaksi mikrobiologis bagi kepentingan manusia adalah pengkomposan sampah organik. Kemampuan mikroorganisme dalam menguraikan pencemar organik terurai (biodegradable organics) juga diterapkan dalam upaya pengurangan konsentrasi pencemar organik di dalam tanah dan air. Reaksi metabolisme mikroorganisme dalam merombak senyawa organik merupakan suatu reaksi redoks (reduksi-oksidasi) yang dilakukan oleh mikroorganisme. Sebagai suatu reaksi redoks, reaktan yang ada
Tabel 2. Mekanisme Perpindahan Energi Oleh Mikroorganisme Mekanisme Donor Elektron Akseptor Elektron Produk Respirasi Aerob Senyawa Organik Oksigen CO2, H2O Respirasi Anaerob Senyawa Organik NO3, SO4, Fe3+, Mn4+, N2, H2S, CH4, Logam CO2 yang tereduksi Fermentasi Senyawa Organik Senyawa organic Asam organik, Alkohol, H2 dan CO2
79 76
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
Substrat Senyawa Pencemar
Produksi Enzim
Induksi Enzim
Aktivitas Enzim dalam senyawa kimia pencemar
Enzim
Degradasi produk metabolit
Penekanan Enzim
Gambar 4. Reaksi Katalis Mikroorganisme (Ali M., 2012) Metabolisme mikroorganisme dalam bioremediasi dapat berlangsung pada kondisi aerobic yang membutuhkan oksigen sebagai akseptor electron, atau dapat juga berlangsung secara anaerobic dimana berlangsung tanpa kehadiran oksigen seperti respirasi anaerob atau fermentasi. Dalam proses bioremediasi, proses aerobik lebih banyak digunakan karena lebih efisien daripada sistem anaerobik. Efisiensi bioremediasi dipengaruhi oleh lingkungan, fisik, dan kimia (Eweis, 1998). Mikroorganisme yang mempunyai peran dalam hal merombak senyawa polutan memiliki syarat dan atau factor tumbuh yang harus diperhatikan, faktor tumbuh tersebut dapat memperngaruhi hasil dan waktu proses bioremediasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adalah temperatur, pH, ketersediaan nutrien, oksigen, dan kelembaban. Faktor fisik yang penting bagi mikroorganisme adalah ketersediaan zat pencemar sebagai sumber energi, air, dan aseptor elektron. Menurut Rosenberg dkk (1992) biodegradasi hidrokarbon petroleum membutuhkan mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim pengoksidasasi hidrokarbon petroleum, memiliki kemampuan untuk melekat pada hidrokarbon petroleum, dan bisa memproduksi emulsifier. Selain itu
8076
dibutuhkan pula air, oksigen, fosfor, dan nitrogen. Pikoli, Aditiawati, dan Astuti (2000) menyatakan bahwa isolat bakteri yang berasal dari sumur minyak bumi menghasilkan isolat bakteri pendegradasi minyak bumi. Isolat tersebut dapat dimanfaatkan untuk bioremediasi lingkungan yang terkontaminasi tumpahan atau limbah minyak bumi, baik di lingkungan air maupun di darat. Isolat bakteri pendegradasi minyak bumi umumnya merupakan pengoksidasi alkana normal karena komponen ini mendominasi kebanyakan minyak bumi. Selain itu alkana lebih larut dalam air dan terdifusi kedalam membran sel bakteri. Sedangkan bakteri pendegradasi komponen minyak bumi yang bersifat resisten, berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat. Bakteri kemoheterotof misalnya dari genus Pseudomonas memiliki kemampuan untuk menguraikan kontaminan organik. Mikroorganisme dalam Bioremediasi Setiap mikroorganisme mempunyai kemampuan berbeda dalam mendegradasi senyawa pencemar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kekhususan untuk setiap senyawa pencemar dan mikroorganisme yang mampu mendegradasinya. Konsep ini berkaitan erat dengan aktivitas metabolisme
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
yang dimiliki oleh tiap-tiap mikroorganisme
(Tabel 3).
Tabel 3. Mikroorganisme Dalam Bioremediasi Mikroorganisme Referensi Actinobacter sp Zhang, dkk. 2012 Pseudomonas sp Lima, dkk. 2009 Chlorpyrifos Aspergillus teereus JAS1 Silambarasan dkk, 2013 Trichoderma viride 2,4,6-Trichlorophenol Azotobacter GP 1 Xun, dkk. 2004 2,4-Dichlorophenoxyacetic Ralstonia eutropha (pJP4) Daane and Häggblom, 1999 acid Ralstonia eutropha JMP134 Roane dkk., 2001 Carbon tetrachloride Pseudomonas stutzeri KC Dybas dkk., 2002 Methyl tert-butyl ether Hydrogenophaga flava Streger dkk., 2002 ENV735 β-proteobacterium strain Smith dkk., 2005 PM1 BTEX B. sp. Strain JS150 Kahng dkk. 2001 B. Cepacia G4 Shields dkk., 1995 R. Pickettii PKO1 Byrne dkk, 1995 Pseudomonas putida, Hojae Shim, 2002 P. fluorescens Polychlorinated biphenyl Arthrobacter sp. B1B and Singer dkk, 2000 (soil) Ralstonia eutrophus H850 Chloroethenes Consortium that contains Lendvay dkk., 2003, Adamson Dehalococcoides dkk., 2003, Major dkk., 2002 Toluene nitrate-reducing genera Harwood, C.S dkk., 1997, Azoarcus and Thauera, iron- Meckenstock dkk., 1999 reducing Geobacter metallireducens Polutan Atrazin
Secara umum mikroorganisme dapat mengurangi bahaya senyawa pencemar dengan cara detoksifikasi (biopresipitasi), biohidromealurgi, biobleaching dan bioakumulasi. Detoksifikasi atau biopresipitasi adalah mengubah ion logam berat yang bersifat toksik menjadi senyawa yang tidak bersifat toksik, dapat dilakukan oleh Pseudomonas fluorescens dan Enterobacaer cloacae (Baldi dkk, 1990). Biohidrometalurgi pada prinsipnya mengubah ion logam yang terikat dalam senyawa yang tidak larut dalam air menjadi senyawa yang larut dalam air, contohnya pada bakteri belerang Thiobacillus ferrooxidans yang berperan dalam senyawa sulfida yang menghasilkan senyawa sulfat.
Kesimpulan Bioremediasi yang dibantu oleh mikroorganisme merupakan suatu pendekatan yang sangat baik untuk melindungi lingkungan. Peranan mikroorganisme tersebut menunjukkan kemampuannya yang mampu mendegradasi senyawa pencemar menjadi senyawa yang baik bagi lingkungan. Proses yang dilakukan merupakan aktivitas enzimatik yang membutuhkan syarat-syarat tertentu agar proses bioremediasi dapat berlangsung dengan baik. Aktivitas mikroorganisme dalam bioremediasi menunjukkan kekhasan tertentu, tidak semua senyawa pencemar mampu didegradasi oleh mikroorganisme.
81 76
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
References
Daane
LL and Häggblom MM. 1999. Earthworm egg capsules as vectors for the environmental introduction of biodegradative bacteria, Appl Environ Microbiol 65, 2376–2381. Dana. L.D., and Bauder, J.W. 2011. A General Essay on Bioremediation of Contaminated Soil,Montana State University, Bozeman, Mont, USA. Dua, M., Singh, A., Sethunathan, N., and Johri, A. 2002. Biotechnology and bioremediation: successes and limitations. Applied Microbiology and Biotechnology, vol. 59, no. 2-3, pp. 143–152. Dybas MJ, Hyndman DW, Heine R, Tiedje J, Linning K, Wiggert D, Voice T, Zhao X, Dybas L and Criddle CS. 2002. Development, operation, and longterm performance of a full-scale biocurtain utilizing bioaugmentation, Environ Sci Technol 36, 3635–3644. Eggert C, TempU, Dean JFD, et al. 1996. A fungal metabolite mediates degradation of non-phenolic lignin structures and synthetic lignin by laccase. FEBS Letters 391: 144–148. Eweis, Ergas, Chans dan Schoeder. 1998. Bioremediation Principles. Mc. Grawhill, Boston. Fetzner, S. 2003. Oxygenases without requirement for cofactors or metal ions. Applied Microbiology and Biotechnology, vol. 60, no. 3, pp. 243– 257. Fetzner, S., and F. Lingens. 1994. Bacterial dehalogenases: biochemistry, genetics, and biotechnological applications. Microbiological Reviews, vol. 58, no. 4, pp. 641–685. Furukawa K. 2000. Engineering dioxygenases for efficient degradation of environmental pollutants. Curr Opin Biotechnol 11:244–249 Harwood C.S and Gibson J. 1997. Shedding light on anaerobic benzene ring degradation: a process unique to prokaryotes, Journal of Bacteriology 179, 301– 309.
Adriano-Anaya, M., Salvador-Figueroa, M., Ocampo, J.A. and Garc´ıa-Romera, I. 2005. Plant cell-wall degrading hydrolytic enzymes of Gluconacetobacter diazotrophicus. Symbiosis, vol. 40, no. 3, pp. 151–156. Ali, M., 2012. Monograf Tinjauan Proses Bioremediasi Melalui Pengujian Tanah Tercemar Minyak. UPN Press, Surabaya. Arora, P.K., M. Kumar, A. Chauhan, G. P. Raghava, and R. K. Jain, OxDBase: a database of oxygenases involved in biodegradation, BMC Research Notes, vol. 2, article 67, 2009. Arora, P.K., Srivastava, A., and Singh, P. 2010. Application of Monooxygenases in dehalogenation, desulphurization, denitrification and hydroxylation of aromatic compounds. Journal of Bioremediation & Biodegradation, vol. 1, pp. 1–8, 2010. Baldi, F., A.M. Vaughan and Olson, G.J., 1990. Chromium (VI)- Resistant Yeast Isolated From Sewage Treatment Plant Receiving Tanneri Wastes. Applied Environment Mirobiol. 56:913-918 Bennet, J.W., Wunch, K.G and Faison, B.D. 2002. Use of Fungi Biodegradation, ASM Press,Washington, DC, USA. Bernhard-Reversat, R., and Schwartz, D. 1997. Change in lignin content during litter decomposition in tropical forest soils (Congo): comparison of exotic plantations and native stands. Comptes Rendus de l’Academie de Sciences—Serie IIa, vol. 325, no. 6, pp. 427–432. Camarero S, Ibarra D, Martínez AT, et al. 2007. Paper pulp delignification using laccase and natural mediators. Enzyme and Microbial Technology. 40: 1264–1271. Cookson, J.T. 1995. Bioremidition Engineering : Design dan Apllication . Mc Graw – Hill . Inc . New York.
82 76
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
Husain, Q. 2006. Potential applications of the oxidoreductive enzymes in the decolorization and detoxification of textile and other synthetic dyes from polluted water: a review. Critical Reviews in Biotechnology, vol. 26, no. 4, pp. 201–221. Kahng H.Y, Malinverni J.C., Majko M.M, Kukor J.J. 2001. Genetic and functional analysis of the tbc operons for catabolism of alkyland chloroaromatic compounds in Burkholderia sp. strain JS150. Appl. Environ. Microbiol. 67, 4805– 4816. Leung, M. 2004. Bioremediation: techniques for cleaning up a mess. Journal of Biotechnology, vol. 2, pp. 18–22. Lima, D., Viana, P., Andre, S., Chelinho, S., Costa, C., Riberio, R., Sousa, J.P., Fialho, A.M., Viegas, C.A. 2009. Evaluating a Bioremediation Tool For Atrazine Contaminated Soils inOpen Soil Microcosms; The Effectiveness of Bioaugmentation And Biostimulation Approaches. Chemosphere. Vol. 74(2): 187-192. Major D.W., McMaster M.L, Cox E.E, Edwards E.A, Dworatzek S.M, Hendrickson E.R, Starr M.G, Payne J.A and Buonamici L.W. 2002. Field demonstration of successful bioaugmentation to achieve dechlorination of tetrachloroethene to ethane, Environ Sci Technol 36, 5106– 5116 Margesin, R., Zimmerbauer, A., and Schinner, F. 1999. Soil lipase activity—A useful indicator of oil biodegradation, Biotechnology Techniques, vol. 13, no. 12, pp. 859–863, Meckenstock R.U., Morasch B., Wartmann R., Schink B., Annweiler, E., Michaelis, W., Richnow, H.H. 1999. 13C/12C isotope fractionation of aromatic hydrocarbons during microbial degradation. Environ. Microbiol.1, 409– 414. Park, J.W., Park, B.K., and Kim, J.E. 2006. “Remediation of soil contaminated with 2,4-dichlorophenol by treatment of minced shepherd’s purse roots,”
Archives of Environmental Contamination and Toxicology, vol. 50, no. 2, pp. 191–195. Pikoli, M.R., Aditiawati, P., Dan Andriani. D.A., 2000. Isolasi Bertahap dan Identifikasi Isolat Bakteri Termofilik Pendegradasi Minyak Bumi Dari Sumur Bangko. Proc ITB. Vol. 32 No.2. Que, L. and Ho, R.Y.N. 1996. Dioxygen activation by enzymes with mononuclear non-heme iron active sites. Chemical Reviews, vol. 96, no. 7, pp. 2607–2624. Roane TM, Josephson KL and Pepper IL. 2001. Dual-bioaugmentation strategy to enhance remediation of cocontaminated soil, Appl Environ Microbiol 67, 3208–3215 Rosenberg, E., Legman, R., Kushmaro, A., Taube., R Adler, E., dan Ron, E.Z. 1992. Petroleum Bioremediation–a multiphase Problem, Biodegradation 3 pp 337 – 350. Kluwer academic Publisher Netherland Rubilar, O., Diez, M.C. and Gianfreda, L. 2008. Transformation of chlorinated phenolic compounds by white rot fungi, Critical Reviews in Environmental Science and Technology, vol. 38, no. 4, pp. 227– 268. Setyati, W.A dan Subagyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim Ekstraseluler (proteolitik, amilolitik, lipolitik dan selulolitik) yang Berasal dari Sedimen Kawasan Mangrove. Ilmu Kelautan. Vol. 17 (3) 164-168 Shields M.S, Reagin M.J, Gerger R.R, Campbell R, Somerville C. 1995. TOM, a new aromatic degradative plasmid from Burkholderia (Pseudomonas) cepacia G4. Appl. Environ. Microbiol. 61, 1352– 1356. Smith AE, Hristova K, Wood I, Mackay DM, Lory E, Lorenzana D and Scow KM. 2005. Comparison of biostimulation versus bioaugmentation with bacterial strain PM1 for treatment of groundwater contaminated with methyl tertiary butyl ether (MTBE),
83 77
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
Environ Health Perspect 113, 317– 322. Silambarasan S., Abraham, J. 2013. Ecofriendly Method for Bioremediation of Chlorpyrifos from Agriculural Soil by Novel Fungus Aspergillus terreus JAS1. Water Air Soil Pollut. 224:1369. DOI 10.1007/s11270-012-1369-0 Singer AC, Gilbert ES, Luepromchai E and Crowley DE. 2000. Bioremediation of polychlorinated biphenylcontaminated soil using carvone and surfactant-grown bacteria, Appl Microbiol Biotechnol 54, 838–843. Vidali, M. 2001. Bioremediation. An overview. Pure and Applied Chemistry, vol. 73, no. 7, pp. 1163–1172. Williams, P.P. 1977. Metabolism of synthetic organic pesticides by anaerobic
microorganisms, Residue Reviews, vol. 66, pp. 63–135. Xun, L., Webster, CM. 2004. A monooxygenase catalyzes sequential dechlorinations of 2,4,6-trichlorophenol by oxidative and hydrolytic reactions. Journal Biol Chem. 279(8)6696-7000. Zhang, Y., Wang, Y., Wang, Z.G., Wang. X., Guo, H. S., Meng, D.F., Wong, P.K. 2012. Optimization of FermentationMedium for the Production of Atrazine Degrading Strain Acinetobacter sp. DNS32 by Statistical Analysis System. Journal of Biomedicine and Biotechnology Volume 2012, Article ID 623062, 7 pages doi:10.1155/2012/623062
84 78