Pemahaman Dosen02 dan Mahasiswa … 2017 Ed-Humanistics. Volume Nomor 01 Tahun PEMAHAMAN DOSEN DAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK TERHADAP SOFT SKILLS Aria Indah Susanti Dosen Universitas Kahuripan Kediri
[email protected]
Abstract The purpose of this study is to reveal and describe the understanding lecturers and students of the engineering faculty University of Kahuripan Kediri about soft skills. The research design used is quantitative descriptive, namely to uncover and describe the understanding lecturers and students of the engineering faculty of the University of Kahuripan Kediri soft skills. The samples used by researchers is saturated samples that were entirely of population as samples. The research found that: (1) In general, lecturers’ understanding to the soft skills that are in good category. This is indicated by the highest percentage of frequency distributions is 64.29%; (2) Understanding students' soft skills that are in enough category and shown by a percentage of the frequency distribution of the data that is 39.62%; (3) Lecturers’ understanding about soft skills of intrapersonal dimension is better than understanding about soft skills of interpersonal dimension; and (4) Students' understanding about soft skills on two dimensions is proportional / balanced. Key Words: understanding, soft skills, engineering Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan pemahaman dosen dan mahasiswa fakultas teknik Universitas Kahuripan Kediri terhadap soft skills. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu mengungkap dan mendeskripsikan pemahaman dosen dan mahasiswa fakultas teknik Universitas Kahuripan Kediri terhadap soft skills. Sampel yang digunakan peneliti adalah sampel jenuh yaitu populasi yang seluruhnya dijadikan sampel Temuan penelitian ini adalah: (1) Secara umum pemahaman dosen terhadap soft skills berada pada kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase tertinggi dari data distribusi frekuensi yaitu 64,29%; (2) Pemahaman mahasiswa terhadap soft skills berada pada kategori cukup dan ditunjukkan oleh persentase dari data distribusi frekuensi yaitu 39,62%; (3) Pemahaman dosen tentang soft skills dimensi intrapersonal lebih baik dari pada pemahaman dosen tentang soft skills dimensi interpersonal; dan (4) Pemahaman mahasiswa terhadap soft skills pada dua dimensi sebanding/seimbang. Kata Kunci: pemahaman, soft skills, teknik
kerjasama, kreativitas, komunikasi, dan kepemimpinan. Ismail (2010) dan Ksatria & Yorke (2003) menyatakan bahwa soft skills diakui sebagai sikap pikiran, yang dapat beradaptasi dengan situasi sekitarnya, kebutuhan individu dan kekuatan emosional dan spiritual dari setiap orang untuk menyarankan tindakan yang tepat. Soft skills adalah salah satu elemen penting dalam lingkungan kerja global dan harus dimiliki oleh lulusan dari Institut Pendidikan Tinggi (HEIs) (McQuick & Lindsay, 2005). Soft skills adalah
PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari oleh siapapun. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat, diantaranya adalah perubahan dalam kualifikasi permintaan tenaga kerja di dunia kerja yang semakin tinggi. Permintaan tenaga kerja tidak hanya menuntut kualifikasi dari segi hard skills tetapi juga menuntut segi soft skills, seperti nilai kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, disiplin, komitmen, rasa percaya diri, etika,
154
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 keterampilan di luar deskripsi pekerjaan seseorang. Soft skills dapat mencakup kepribadian, karakteristik, etika dan sikap. Selain itu, soft skills mencakup keterampilan interpersonal seperti menulis dan komunikasi verbal, penjualan dan kemampuan presentasi dan keterampilan kepemimpinan. Soft skills meliputi keterampilan manajemen waktu dan sumber daya yaitu mengatur, fokus, pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, berhubungan dengan tugas yang berlebihan serta evaluasi dan perbaikan diri dan tim (Abbas, Kadir, & Azmie, 2013: 34). Soft skills merupakan keterampilan yang berkaitan dengan pengaturan atau manajemen diri sendiri dan keterampilan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Gardner (1993) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain, kepekaan akan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), serta kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain. Sedangkan kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri, kemampuan refleksi, keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani. Penjelasan Gardner di atas menggambarkan kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan sekitar dan orang di sekitar kita. Sedangkan kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan sesorang untuk memahami dirinya sendiri dan terkait dengan diri sendiri atau pribadi. Kombinasi yang baik dan seimbang dari kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal akan membantu seseorang memenuhi salah satu tuntutan dunia kerja saat ini. Banyak penelitian yang membahas soft skills yang harus dimiliki pengusaha yaitu 98% dari mereka mengatakan keterampilan komunikasi yang penting dan 92% keterampilan kerja sama tim(Aly: 2014). Selain itu, terdapat lima soft skill
utama yang harus dimiliki teknisi profesional (professional engineers) untuk sukses dalam karir yaitu communication, creativity, adaptability, collaboration, dan leadership. Soft skills memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan teknisi (engineers) selama bekerja dan selama pengembangan karir. Wahidi menjelaskan bahwa hasil penelitian di Eropa menunjukkan kesuksesan seseorang di dunia usaha 80% ditentukan oleh soft skills -nya dan hanya 20% yang ditentukan oleh hard skills nya (Santoso, 2008). Hal ini juga dijelaskan oleh Sailah (2008: 9) bahwa yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan di lapangan kerja yaitu 80% ditentukan oleh mind set yang dimilikinya dan 20% ditentukan oleh technical skills. Namun pada kenyataannya, rasio kebutuhan soft skills dan hard skills di dunia kerja/usaha berbanding terbalik dengan pengembangannya di perguruan tinggi (Sailah, 2008: 8). Porsi soft skills yang diberikan dalam sistem pendidikan hanya sekitar 10%. Salah satu hasil penelitian menyimpulkan bahwa hard skills dan soft skills secara bersama berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan dengan tingkat pengaruh sebesar 47,8% (Widayanti, 2012: 81). Ini membuktikan bahwa baik hard skills ataupun soft skills mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja karyawan. Lebih lanjut Widayanti menjelaskan bahwa hard skills dan soft skill secara parsial berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan. Variabel hard skills mempunyai pengaruh sebesar 0,446 sementara soft skills mempunyai pengaruh sebesar 0,336. Besarnya pengaruh tersebut menjadi bukti bahwa baik hard skills ataupun soft skills sangat dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan maksimal. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan soft skill sebagai pendukung hard skill Pengembangan soft skills dapat dilakukan melalui kegiatan pengantar perkuliahan, pembelajaran afektif, penerapan strategi/metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, pemberian
155
Ed-Humanistics. Volume Nomor 01 Tahun Pemahaman Dosen02 dan Mahasiswa … 2017 tugas-tugas perkuliahan, kegiatan ekstrakurikuler dan kesiswaan, dan praktik kerja industri (Mariah, 2010; Sudjimat, 2010). Pengembangan soft skills dalam dunia pendidikan membutuhkan perubahan paradigma berfikir dan bertindak dari fokus pada hard skills saja menjadi mensinergikan antara hard skills dengan soft skills. Hal ini dapat dilakukan melalui hidden curriculum sehingga penularannya tidak terasa ada pemaksaan baik bagi dosen maupun mahasiswa (Sailah, 2008: 10). Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan soft skills adalah tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkan soft skills, banyak pendidik belum mengetahui karakteristik soft skills yang telah dimiliki oleh peserta didik dan belum adanya prosedur baku dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan pendidikan soft skills yang telah diberikan (Arnata & Surjoseputro, 2014: 2). Sebagai langkah awal, pendidik harus mampu memahami soft skills agar mampu menerapkan, mengembangkan, mengajarkan, dan mengevalusi penerapan soft skills. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelancaran dan kemudahan pengembangan soft skills didukung oleh pemahaman dosen terhadap soft skills. Pemahaman yang baik akan memudahkan dosen dalam mengimplementasikan soft skills yang ingin dikembangkan dalam proses belajar mengajar dan memudahkan dosen untuk melakukan penilaian ataupun evalusi terhadap mahasiswa. Oleh karena itu, dosen harus menemukan cara untuk meningkatkan teknik mengajar agar mampu mengintegrasikan dan mengimplementasikan soft skills di dalam pembelajaran. Selain itu, mahasiswa juga perlu memahami apa itu soft skills dan manfaatnya saat terjun ke dunia kerja sehingga mahasiswa akan mampu memahami tujuan pembelajaran terkait implementasi soft skills dan menerapkannya baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan
bahasa sendiri. Jika dosen maupun mahasiswa paham tentang soft skills maka akan mampu menginterpretasikan mana yang merupakan soft skills dan mana yang merupakan hard skills. Setelah mampu menginterpretasikan, dosen akan mampu merencakan pembelajaran yang mengintegrasikan soft skills atau mensinergikan antara hard skills dengan soft skills dan mahasiswa akan memahami tujuan pembelajaran dan menerapkannya dengan sebaik mungkin. Berdasarkan hal di atas, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui pemahaman dosen dan mahasiswa fakultas teknik Universitas Kahuripan Kediri terhadap soft skills. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan pemahaman dosen dan mahasiswa fakultas teknik Universitas Kahuripan Kediri terhadap soft skills. Pemahaman yang baik akan menuntun dan mengarahkan dosen untuk mengembangkan model dan program pengembangan soft skill yang jelas dan sistematis sesuai dengan tuntutan stakeholders. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu mengungkap dan mendeskripsikan pemahaman dosen dan mahasiswa fakultas teknik Universitas Kahuripan Kediri terhadap soft skills. Sampel yang digunakan peneliti adalah sampel jenuh. Sesuai pendapat Nasution (2003:100) mengemukakan bahwa: ”sampel jenuh adalah populasi yang seluruhnya dijadikan sampel”. Berdasarkan pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian ini mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sumber data yaitu 14 dosen dan 53 mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri adalah tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman dosen dan mahasiswa. Proses penentuan interval akan mengkuti prosedur yang disarankan Kenny (1987) yaitu (1) menentukan nilai rentang yang diperoleh dari hasil selisih nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dan (2) menentukan interval kelas yang diperoleh dari nilai rentang dibagi dengan jumlah kelas. Cara penentuan interval ini
156
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 digunakan untuk distribusi frekuensi tingkat pemahaman dosen dan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap soft skills.
Gambar 2 Tingkat Pemahaman Mahasiswa terhadap Soft Skills
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemahaman dosen terhadap soft skills berada pada kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase tertinggi dari data distribusi frekuensi yaitu 64,29%. Sedangkan untuk pemahaman mahasiswa terhadap soft skills berada pada kategori cukup dan ditunjukkan oleh persentase dari data distribusi frekuensi yaitu 39,62%. Hasil perhitungan dapat dilihat dari grafik di bawah ini.
Gambar 2 di atas menjelaskan tingkat pemahaman mahasiswa berdasarkan jumlah mahasiswa yang masuk dalam kategori baik, cukup, dan sedang. Jumlah seluruh mahasiswa teknik Universitas Kahuripan yaitu 53 orang, 20 mahasiswa masuk dalam kategori baik, 21 mahasiswa masuk dalam kategori cukup, dan 12 mahasiswa masuk dalam kategori rendah. Jika direpresetasikan ke dalam persentase maka mahasiswa yang pemahamannya masuk dalam kategori cukup sebanyak 39,62% sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum pemahaman dosen terhadap soft skills berada pada kategori cukup.
Gambar 1 Tingkat Pemahaman Dosen terhadap Soft Skills
Gambar 1 di atas menjelaskan tingkat pemahaman dosen berdasarkan jumlah dosen yang masuk dalam kategori baik, cukup, dan sedang. Jumlah seluruh dosen teknik Universitas Kahuripan Kediri yaitu 14 orang, 9 dosen masuk dalam kategori baik, 3 dosen masuk dalam kategori cukup, dan 2 dosen masuk dalam kategori rendah. Jika direpresetasikan ke dalam persentase maka dosen yang pemahamannya masuk dalam kategori baik sebanyak 64,29% sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum pemahaman dosen terhadap soft skills berada pada kategori baik.
Tabel 1 Statistik Deskriptif Pemahaman Dosen terhadap Soft Skills Dosen Jumlah Minimal Maksimal Butir Interpersonal 13 53.85 92.31 Intrapersonal 7 57.14 100 Dimensi
Ratarata 78.57 85.71
Tabel 2 Statistik Deskriptif Pemahaman Mahasiswa terhadap Soft Skills Dosen Jumlah Minimal Maksimal Butir Interpersonal 13 46.15 100 Intrapersonal 7 42.86 100 Dimensi
Ratarata 71.70 71.79
Hasil deskripsi seluruh indikator pemahaman dosen terhadap sofft skills dapat dilihat pada Tabel 1 di atas yang menjelaskan bahwa pemahaman dosen tentang soft skills dimensi intrapersonal lebih baik dari pada pemahaman dosen
157
Ed-Humanistics. Volume Nomor 01 Tahun Pemahaman Dosen02 dan Mahasiswa … 2017 tentang soft skills dimensi intrapersonal yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata dimensi intrapersonal yang lebih tinggi dari nilai rata-rata dimensi interpersonal. Sedangkan hasil deskripsi seluruh indikator pemahaman mahasiswa terhadap sofft skills dapat dilihat pada Tabel 2 yang menjelaskan bahwa nilai rata-rata pemahaman mahasiswa terhadap soft skills dimensi interpersonal hampir sama atau sebanding dengan nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap soft skills dimensi intrapersonal sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa pada dua dimensi sebanding/seimbang.
berbagai jenis metode yang sesuai dengan kebutuhan dan materi yang akan disampaikan serta tujuan yang hendak dicapai. Pada saat menentukan metode pembelajaran, yang utama adalah menentukan kemampuan apa yang akan diubah dari siswa setelah menjalani pembelajaran tersebut baik dari sisi hard skills maupun soft skills (Sailah, 2008). Pemahaman tentang apa itu soft skills dan seberapa besar penguasaan sangat ditentukan oleh seberapa aktif seseorang mengimplementasikan cara-cara menguasai soft skills seperti aktif mengikuti training soft skill, terjun dan aktif berorganisasi, ciptakan dan fokus pada visi, menjadi “student center learning”, dan berkeinginan kuat (Kuswara, 2010: 10). Peningkatan pemahaman soft skills bukan hanya sekedar dari membaca tetapi juga didukung dengan contoh dari orang-orang di sekitar dan implementasi secara langsung. Soft skills diimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari, ditularkan, dan diaplikasikan secara kontinyu. Pengembangan soft skills pada berbagai bidang juga berbeda-beda. Robles (2012) meminta sampel dari eksekutif bisnis untuk mendaftar sepuluh soft skill paling penting yang mereka inginkan pada karyawan baru. Hasilnya yaitu daftar 517 keterampilan, beberapa disebutkan lebih dari sekali. Robles mengkodekan dan menggabungkan keterampilan, sehingga dihasilkan dua puluh enam keterampilan, yang kemudian diurutan berdasarkan frekuensi. Sepuluh keterampilan pada peringkat teratas dari dua puluh enam daftar kemudian dikirim ke sampel lain dari eksekutif bisnis, yang memberikan ukuran penting. Soft skills mulai dari yang paling penting hingga yang paling tidak penting yaitu, integritas, komunikasi, sopan santun, tanggung jawab, kemampuan interpersonal, profesionalisme, sikap positif, keterampilan kerja sama tim, fleksibilitas, dan etos kerja. Metode etnografi juga telah digunakan untuk memperoleh daftar soft skill tertentu. Windels, Mallia, dan Broyles (2013) menggunakan observasi lapangan, wawancara formal, dan percakapan informal dari enam perusahaan iklan untuk mengeksplorasi soft skill penting dalam
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dosen terhadap soft skills berada pada kategori baik sedangkan pemahaman mahasiswa terhadap soft skills berada pada kategori cukup. Menurut argumentasi peneliti, pemahaman dosen berada pada kategori baik dapat disebabkan banyaknya pengalaman dosen selama terjun ke dunia kerja dan berinteraksi dengan berbagai macam orang dari berbagai kalangan dan bidang pekerjaan. Sedangkan mahasiswa masih perlu belajar lagi untuk meningkat pemahaman mereka terhadap soft skills, baik dari pengalaman, lingkungan, maupun referensi-referensi yang relevan. Pemahaman terhadap soft skills dapat dilakukan dengan mengikuti berbagai seminar tentang pengembangan soft skills, membaca buku atau artikel tentang soft skills, mengikuti pelatihan, dan kegiatan kemahasiswaan. Pemahaman yang baik akan memudahkan mahasiswa untuk menerapkan dan mengembangkan soft skills-nya. Pengembangan soft skills dapat dilakukan melalui pendidikan atau pembelajaran yaitu melalui kegiatan pengantar perkuliahan, penerapan strategi/metode pembelajaran afektif yang berpusat pada mahasiswa (student centered), pemberian tugas-tugas sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan kemahasiswaan, dan praktik kerja lapangan (Mariah, 2010; Sudjimat, 2010). Salah satu cara pengembangan soft skills melalui pembelajaran yaitu melalui penggunaan
158
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 industri periklanan. Mereka menemukan bahwa empat keterampilan yang paling berguna adalah berpikir kritis, komunikasi interpersonal, presentasi, dan keterampilan persuasi. Sedangkan lima soft skills yang harus dimiliki engineers profesional menurut Aly (2014) yaitu communication, cooperation, creativity, leadership, dan organization yang dijadikan sebagai indikator dalam instrumen penelitian ini. Utaminingsih (2011: 180) menjelaskan beberapa aktor yang berperan dalam pelaksanaan pengembangan soft skills, yaitu pimpinan sekolah (kepala dan wakil kepala), guru, siswa, Du/Di pasangan, Diknas, dan masyarakat dengan jalinan hubungan yang sinergis sesuai peran masing-masing komponen yang masih perlu ditingkatkan. Sedangkan hambatan dalam pelaksanaan pengembangan soft skills adalah utamanya pada faktor-faktor yang berpengaruh yaitu: pemahaman konsep baik dari sekolah, guru dan siswa masih lemah. Sekolah juga belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten. Paparan di atas dapat diasumsikan bahwa dosen dan mahasiswa berperan dalam pelasanaan pengembangan soft skills dan diharapkan memiliki pemahaman konsep soft skills yang baik untuk mengurangi hambatan dalam pelaksanaan pengembangan soft skills. Soft skills merupakan komplemen dari hard skills. Jenis keterampilan ini merupakan bagian dari kecerdasan intelektual seseorang, dan sering dijadikan syarat untuk memperoleh jabatan atau pekerjaan tertentu (Mulyono, 2011: 99). Penting bagi dosen untuk mampu mensinergikan antara soft skills dan hard skills agar mampu menghasilkan lulusan yang kompeten atau memiliki keseimbangan soft skills dan hard skills. Akan lebih baik lagi jika soft skills dan hard skills yang dimiliki sesuai dengan permintaan pasar kerja. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan soft skills yang baik dan memenuhi standar dalam dunia pekerjaan dapat dihasilkan dengan memulainya dari dunia pendidikan karena dunia pendidikan merupakan awal dari
suatu pembelajaran. Mulai dari kurikulum, kegiatan kemahasiswaan yang menjadi sarana pengembangan diri siswa, pelatihanpelatihan, dan buku-buku penunjang. Pemahaman yang baik terhadap soft skills dan hard skills akan memudahkan perencanaan pengembangan dan pensinergian keduanya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. (1) Secara umum pemahaman dosen terhadap soft skills berada pada kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase tertinggi dari data distribusi frekuensi yaitu 64,29%; (2) Pemahaman mahasiswa terhadap soft skills berada pada kategori cukup dan ditunjukkan oleh persentase dari data distribusi frekuensi yaitu 39,62%; (3) Pemahaman dosen tentang soft skills dimensi intrapersonal lebih baik dari pada pemahaman dosen tentang soft skills dimensi interpersonal; dan (4) Pemahaman mahasiswa terhadap soft skills pada dua dimensi sebanding/seimbang. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diberikan saran sebagai berikut. (1) Mahasiswa perlu meningkatkan pemahaman tentang soft skills; (2) Pihak universitas/fakultas dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan pemahaman tentang soft skills dengan menambah buku/referensi terkait, mengadakan atau mengikut sertakan mahasiswa dalam seminar tentang soft skills, atau mendorong mahasiswa untuk aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan atau ekstrakurikuler; (3) Dosen sebaiknya merancang soft skills yang ingin dihasilkan dalam pembelajaran dan menggunakan metode yang lebih variatif; (4) Penelitian lebih lanjut baik yang bersifat eksperimental atau non eksperimental untuk menyelidiki tentang soft skills dapat dilakukan seperti persepsi terhadap soft skills atau hal-hal yang mempengaruhi soft skills. DAFTAR PUSTAKA Abbas, R., Kadir, F. A. A., & Azmie, I. A. G. 2013. Integrating Soft Skills Assessment Through Soft Skills Workshop Program for Engineering
159
Ed-Humanistics. Volume Nomor 01 Tahun Pemahaman Dosen02 dan Mahasiswa … 2017 Students at University of Pahang: an Analysis. International Journal of Research In Social Sciences, (Online), 2 (1): 33 – 46, (https://core.ac.uk/download/files/89 0/35364876.pdf), diakses 28 Agustus 2016. Aly, M. 2014. Top 5 Must-Have Soft Skills for Professional Engineers, (Online), (https://www.linkedin.com/pulse/201 40623195942-133431655-top-5must-have-soft-skills-forprofessional-engineers), diakses 28 Agustus 2016. Curtis, D. D. 2014. International Perspectives on Generic Skills. In Gibbs, J. (Ed), Generic Skills in Vocational Education and Training: Research Readings. Adelaide: NCVER Ltd. Gardner, H. 1993. Multiple Inteligences. (Online), (http://community.um.ac.id / showthread.php?74978 - Teori kecerdasan - majemuk - howardgardner - dan -pengembangannya pada - metode – pembelajaran), diakses 28 Agustus 2016. Knight, P. T. & Yorke, M. 2003. The Society for Research Into Higher Education: Assessment, Learning and Employability. England: McGraw Hill Education. Kuswara, H. 2010. Strategi Sukses Mahasiswa Indonesia Meraih Karir Gemilang dengan Soft Skill. Cakrawala, (Online),X (1): 1-11, (http://ejournal.bsi.ac.id/assets/files/ HERI_KUSWARA-ok.pdf), diakses 20 Agustus 2016. Mariah, S. & Sugandi, M. 2010. Kesenjangan Soft Skill Lulusan SMK dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Industri. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan, (Online), 3 (1): 379-400, (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurna l/1310379400_2087-1503.pdf), diakses 26 Agustus 2016. McQuick, R. W. & Lindsay, C. 2005. The Concept of Employabilit. Journal of Urban Study, (Online), 42 (2): 197– 219, (http://strathclyde.academia.edu/Coli
nLindsay/papers/207712), diakses 26 Agustus 2016. Mulyono, I. 2011. Dari Karya Tulis Ilmiah Sampai dengan Soft Skills. Bandung: Yrama Widya. Nasution, S. 20013. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nik Ismail, N. S.2010. Soft Skills: The What, The Why, The How. Bangi: UKM Publication. Robles, M. M.2012. Executive Perceptions of the Top 10 Soft Skills Needed in Today’s Workplace. Business Communication Quarterly, 75 (4): 453–65. Santoso, Slamet. 2008. Integrasi Soft Skill Mahasiswa di Perkuliahan: Langkah Lebih Pengembangan dan Pendekatan Pendidikan di PT, (online), (http:// sla -met santoso.multiply.com.html), diakses, 20 Agustus 2016. Sailah, I. 2008. Pengembangan Soft Skill di Perguruan Tinggi. Bogor: Tim kerja pengembangan soft skill, (Online),(http://isailah.50webs.com), diakses 20 Agustus 2016. Sudjimat, D. A. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Soft Skill Melalui Pembelajaran pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FT UM. Teknologi dan Kejuruan, (Online), 33(2): 133–142, (http://journal.um.ac.id/index.php/tek nologikejuruan/article/viewFile/3049/432), diakses 29 Agustus 2016. Utaminingsih, S. 2011. Model Manajemen Pengembangan Soft Skill SMK Program Keahlian Pariwisata. Ekplanasi, (Online), 6 (2): 169 – 183, (http://www.kopertis6.or.id/journal/in dex.php/eks/article/download/88/7), diakses 20 Agustus 2016. Widayanti, R. 2012. Pengaruh Hard Skill dan Soft Skill terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Dinamika Dotcom, (Online), 3 (1): 62 – 86, (http://download.portalgaruda.org/art icle.php?article=320767&val=6545& title=PENGARUH%20HARD%20S KILL%20DAN%20SOFT%20SKIL
160
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 L%20%20TERHADAP%20KINERJ A%20KARYAWAN%20(Studi%20p ada%20PT.%20Telkom%20Kandatel %20Malang)), diakses 2 September 2016.
Windels, K., Mallia, K. L., & Broyles, S. J.S oft Skills: The Difference between Leading and Leaving the Advertising Industry?. Journal of Advertising Education, 17 (2): 17– 27.
161