PROFIL SOFT SKILLS MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BOGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SITI HAMIDAH Pendidikan Teknik Boga Busana FAKULTAS TEKNIK
[email protected]
Abstrak: Profil Soft skills Mahasiswa Pendidikan Teknik Boga (PTB). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kekuatan dan kelemahan 9 soft skills mahasiswa PTB. Penelitian diskriptif ini dilaksanakan di Program Studi PTB dengan menggunakan kuesioner respon. Sampel penelitian adalah semua mahasiswa semester 6. Data dianalisis secara diskriptif kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kekuatan soft skills mahasiswa PTB secara berturut adalah: kemampuan untuk selalu belajar (72,89%), tanggung jawab (70,77%), kerja sama dalam tim (68,61%), komitmen (67,96%), kreatifitas (67,25%), disiplin (64,79%), usaha keras mencapai sukses (62,68%), pemecahan masalah (55,87%), komunikasi (49,90%). Keadaan kelemahan soft skills secara berturut: komunikasi (50,10%), pemecahan masalah (44, 13%), usaha keras mencapai sukses (37,32%), disiplin (35,21%), kreatifitas (32,75%), komitmen (32,04%), kerjasama dalam tim (31,39%), tanggung jawab (29,23%), kemampuan untuk selalu belajar (27,11%). Dapat dinyatakan bahwa keadaan profil soft skills tersebut merupakan hasil pengasuhan soft skills melalui pola pembelajaran model terpisah, terintegarsi dan komplementatif. Kata kunci: Profil ,soft skills, Mahasiswa Boga.
SOFT SKILLS PROFILE of PTB STUDENT FACULTY OF ENGINEERING, UNIVERSITY OF STATE YOGYAKARTA Siti Hamidah Culinary Education Engineering Fashion FACULTY OF ENGINEERING
[email protected]
Abstract: Soft Skills Profile Of PTB Student Faculty Of Engineering, University Of State Yogyakarta. This study aimed to obtain a picture of the strengths and weaknesses of nine soft skills in students PTB. This descriptive study carried out at PTB Program using a questionnaire response. The research sample is all students semester 6. Data was analyzed by descriptive quantitative. Research results indicate that the strength of soft skills PTB students respectively are: ability to always learn (72.89%), responsibility (70.77%), work together in teams (68.61%), commitment (67.96%), creativity (67.25%), discipline (64 , 79%), efforts to achieve success (62.68%), problem solving (55.87%), communication (49.90%). The state of weakness successive soft skills: communication (50.10%), problem solving (44, 13%), efforts to achieve success (37.32%), discipline (35.21%), creativity (32.75%), commitment (32.04% ), cooperation in teams (31.39%), responsibility (29.23%), the ability to constantly learn 1
(27.11%). It can be stated that the description of the profile soft skills, is, the nurturing soft skills through learning patterns, with a separate model, integration, and komplementatif. Keywords: Profiles, soft skills, students Boga.
PENDAHULUAN Penguasaan soft skills bagi mahasiswa Boga adalah
penting dan
sangat
dibutuhkan untuk bekerja. Kemampuan ini merupakan kunci yang menjadikan mahasiswa dapat bekerja sama sebagai anggota tim yang handal, berkomunikasi secara efektif untuk membangun kinerja,
mengatasi permasalahan kerja secara tepat,
meningkatkan produktifitas kerja yang berbasis mutu dan keunggulan,
serta
mengembangkan pola fikir yang efektif dan efisien. James dan James dalam Mitchel (2008:1) menjelaskan soft skills adalah suatu cara baru untuk menjelaskan sejumlah kemampuan atau talenta yang terlihat saat
seseorang
bekerja ditempat kerja.
Karenanya soft skills sebagai karakteristik seseorang terlihat pada perkembangan karir, dan secara jelas dibutuhkan untuk membangun kesuksesan kerja. Lebih jauh dijelaskan bahwa di abad 21 ini muncul adanya perubahan paradigma bahwa secara ketat tenaga kerja harus lebih menguasai soft skills dibandingkan hard skills (Ganzel dalam Mitchel 2008:3). Berbagai studi menjelaskan bahwa soft skills yang harus dikuasai di era abad 21 ini adalah
Kreatifitas, berfikir kritis, kolaborasi, pemecahan masalah, komunikasi,
kepemimpinan.
Siti Hamidah (2011) menemukan 14 soft skills
urgen untuk
dikembangkan dalam pembelajaran produktif: ekspresi diri/ mengembangkan potensi, menghadapi dan mengelola rasa takut/stress, kemampuan untuk selalu belajar, orientasi pada tujuan/target, pemecahan masalah, disiplin, strategi berfikir, usaha keras mencapai sukses, kreatifitas, tanggung jawab, tampil profesional. Demikian halnya kajian yang dilakukan Muchlas Samani (2009) menemukan urutan kompetensi utama yang dibutuhkan industri meliputi: jujur, disiplin, tanggungjawab, kerjasama, memecahkan masalah, dan penguasaan bidang kerja.
Spencer & Spencer (1993:159-201)
mengemukakan beberapa penguasaan generic skills yang dipandang sebagai soft skills untuk beberapa pekerja. Seorang manajer membutuhkan Impact dan influens, achivement orientation, berfikir analitis dan team dan kooperatif, seorang teknisi atau profesional membutuhkan achivement
orientation, impact & influence, inisiatif, 2
berfikir kritis, berfikir konsep. Pembantu pekerja membutuhkan impact & influence, developing other, pemahaman interpersonal. Pembelajaran soft skills dapat dilakukan melalui tiga model. 1). Model terpisah sebagai pembelajaran soft skills atau diskrit, pelaksanaannya dikemas secara khusus, tidak tercantum di dalam kurikulum. Ini diterapkan melalui program kepemimpinan, 2). Model terintegrasi
yaitu menyatu dengan hard skills artinya melekat dan terpadu
dengan program kurikuler, kurikulum yang ada atau dalam pembelajaran yang ada atau dalam proses pembelajaran. 3). Model komplementatif, implementasi soft skills ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum yang ada (Herminarto, 2008: 6-7). Penguasaan Soft skills di program studi PTB dilaksanakan melalui ketiga model tersebut. Model terpisah terjadi
saat mahasiswa baru ataupun
melalui program pembelajaran soft skills yang diselenggarakan oleh Fakultas. Model terintegrasi melalui berbagai mata kuliah praktek yang menekankan kedisiplinan dan tanggung jawab. Model komplementatif ataupun Agama. Pengalaman belajar
melalui mata kuliah komuniksi, PPKN, melalui
pola pengasuhan (nurtures) akan
menguatkan karakteristik soft skills, melalui kegiatan mengajar akan menguatkan hard skills dan melalui proses yang tidak sengaja (inadvertently) menguatkan memorinya. (Raka Joni, 2008:9). Gambaran diatas menjelaskan bahwa mahasiswa PTB seharusnya telah mampu menunjukkan kekhasan apa yang dipelajari (learning to know), didasari oleh kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi (learning to do), mampu mensikapi diri terhadap pekerjaan (learning to be), mampu membawa diri dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan keprofesionalannya (learning to live together). Penguasaan
kompetensi yang ditampilkan merupakan akumulasi dari tingkat dasar,
lanjut dan spesialis. Sehingga yang bersangkutan mampu bekerja dengan pekerjaan yang kompleks, resiko kerja tinggi dan bekerja dengan tidak menggantungkan pada orang lain. Penguasaan soft skills telah menjadi bagian dari perilaku kerja, berorintasi pada mutu dan kesempurnaan. Namun beberapa pengamatan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa masih dijumpai mahasiswa Boga
yang bekerja asal-asalan, berorientasi pada
penyelesaian tugas, belum ada rasa bangga terhadap pekerjaan bidang boga, belum ada kemauan belajar sepanjang waktu, apalagi 3
meningkatkan diri. Keadaan ini tentu
memprihatinkan karena bidang boga adalah pekerjaan profesional dengan unjuk kerja kekaryaan yang teruji oleh ruang dan waktu. Pernyataan ini semakin menegaskan perlunya evaluasi kemampuan soft skills mahasiswa PTB. Hasil evaluasi ini akan memberi gambaran profil soft skills mereka, sekaligus untuk menaksir soft skills yang dikuasai terkait dengan area pekerjaan kebogaan. Penelitian ini sekaligus berfungsi sebagai bagian dari evaluasi diri lembaga terutama terkait dengan kesiapan lulusan sebagai tenaga kerja profesional bidang boga. Soft skill, memiliki pengertian yang beragam. Ada yang menyamakan dengan generic skill, personal skill, employability skill ataupun behavioral skill. British Government menambahkan deployability skill yang dipandang sebagai karakteristik kepribadian dan bukan skill seperti self presentation, self confidence dan basic work. Pengertian lain tentang soft skills adalah kunci untuk meraih kesuksesan, termasuk didalamnya kepemimpinan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, komunikasi, kreatifitas, dan kemampuan presentasi (Kaipa, tth: 5-6). Soft skills adalah kombinasi perilaku, yang meliputi sikap dan motivasi yang menggerakkan perilaku. (Helmlinger, tth: 2). Profil
soft
skills
mahasiswa boga menggambarkan profil
soft
skills
ketenagakerjaan yang didalamnya memuat informasi kemampuan yang dikuasai mahasiswa. Dengan sendirinya merupakan gambaran keadaan kemampuan soft skills yang dilatihkan dan yang dapat dilakukan oleh para lulusan didunia kerja bidang boga. Komponen profil soft skills dapat menggunakan komponen pekerjaan
yang
mengambarkan tugas-tugas pokok suatu pekerjaan. Ada tiga bidang kerja Boga: bekerja di dapur atau bagian produksi, bekerja di pelayanan atau bagian service serta bekerja sebagai pemilik atau manajer. Ketiga bidang tersebut saling terkait, artinya bekerja di dapur tidak cukup menguasai produksi namun diperlukan kemampuan manajerial agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Mahasiswa harus dapat bekerja yang benar dan dengan cara yang benar. Demikian halnya bekerja di bidang pelayanan ataupun sebagai manager. Soft skills melekat kedalam bidang kerja, terlihat melalui unjuk kerja baik pada saat pembelajaran teori ataupun praktek. Dibutuhkan soft skills seperti: a) bekerja cekatan, rapi, bersih, aman, b) rasa bangga terhadap pekerjaan, c) kerja keras, dalam wujud mengutamakan mutu, dan kualitas, d) bekerja sama dalam tim, e) menghargai karya orang lain, f) belajar sepanjang waktu, g) bekerja efektif, efisien dan produktif 4
sebagai cerminan dari strategi berfikir, h) kreatif dan inovasi, i) kekuatan untuk berubah, j) komunikasi.
METODE Fokus penelitian diskritip ini adalah variasi penguasaan soft skills urgen bagi tenaga profesional kebogaan sekaligus sebagai guru Boga. Soft skills yang dimaksud diklasifikasikan sebagai soft skills inter-personal: kemampuan kerja sama, komunikasi, komitmen. Soft skills
intra-personal: kemampuan untuk selalu belajar, disiplin,
pemecahan masalah, kreatifitas, usaha keras mencapai sukses, dan tanggung jawab. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa Strata 1(S1) yang telah menyelesaikan beban sks mendekati 120. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa telah mengalami pengasuhan soft skills selama paling sedikit enam semester. Pengalaman belajar juga bervariasi; melalui ospek mahasiswa baru, pembelajaran di kelas baik teori ataupun praktek, tugas terstruktur. Dengan rentang waktu enam semester harapannya mahasiswa telah menguasai soft skills secara baik dan menyatu dengan pribadinya. Dikarenakan semua anggota populasi sebagai subyek penelitian maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Jumlah anggota populasi 71 mahasiswa dengan rincian S1 reguler berjumlah
33 mahasiswa dan S1 non reguler
berjumlah
38
mahasiswa. Data dikumpulkan melalui instrumen respon berupa rubrik yang mengungkap profil soft skills mahasiswa. Rubrik mengukur pencapaian performen setiap soft skills hasil pengasuhan selama pembelajaran.
Dengan rubrik
profil ini akan
tergambar kesesuaian antara keadaan soft skills yang telah dikuasai dikaitkan dengan kategori penilaian. Rubrik ini menuntut mahasiswa untuk melakukan evaluasi diri sehingga mahasiswa dapat menetapkan keadaan soft skills yang dikuasai dengan cara mencocokkan diskripsi. Rubrik soft skills sebagai instrumen respon menggunakan kategori. Mahasiswa diminta untuk mencocokkan keadaan dirinya dengan diskripsi setiap kategori. Ada enam kategori : Tidak seperti saya Sedikit mirip dengan saya Agak mendekati saya
: Menggambarkan bahwa penguasaan soft skills yang didiskripsikan belum muncul : Menggambarkan bahwa penguasaan soft skills sedikit terdiskripsikan : Menggambarkan bahwa penguasaan soft skills agak 5
Kadang-kadang seperti saya Hampir sering saya lakukan Selalu saya lakukan
mendekati dengan diskrispsi : Menggambarkan bahwa penguasaan soft skills yang didiskripsikan masih labil atau belum mantap. : Menggambarkan bahwa penguasaan soft skills hampir mendekati dengan diskripsi. : Menggambarkan bahwa penguasaan soft skills yang diskripsikan sudah menjadi bagian dari perilaku sehari-hari.
Data dianalisis secara diskriptif kuantitatif dengan klasifikasi, sesuai ketentuan yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan soft skills. Profil soft skills yang kuat manakala mahasiswa sudah mendiskripsikan penguasaannya dalam katagori hampir sering saya lakukan dan selalu saya lakukan, selain hal tersebut diklasifikasikan sebagai kelemahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran profil soft skills secara keseluruhan menjelaskan kemampuan soft skills yang telah menjadi bagian dari perilaku sehari-hari mahasiswa baik saat kegiatan pembelajaran praktek, teori ataupun saat berinteraksi kegiatan belajar di luar kelas. Gambaran penguasaan setiap soft skills dapat disajikan dalam uraian berikut: Kemampuan kerja sama dalam tim Kemampuan kerja sama dalam tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan memperhatikan potensi atau kelebihan dan kekurangan anggota kelompok. Untuk itu dibutuhkan perilaku: teman kelompok adalah tim kerja yang solid, kerja mandiri namun tetap solid dengan kelompok, menguasai pekerjaan dalam kelompok, dapat bekerja sama dengan siapa saja, memahami posisi saya dalam kerja tim, tidak sulit memberi suport kelompok untuk lebih giat dan memberi kontribusi keberhasilan kelompok. Berdasarkan kriteria katagori kekuatan soft skills, maka kekuatan tertinggi kemampuan bekerja dalam tim adalah: teman kelompok adalah tim kerja yang solid (85,92%), dapat bekerja dengan siapa saja dan memahami posisi saya dalam kerja tim (masing-masing 73,24%). Sementara yang lain: kerja mandiri namun tetap solid dengan kelompok, menguasai pekerjaan dalam kelompok, tidak sulit untuk memberi support kelompok untuk
bekerja giat,
memberi kontribusi keberhasilan kelompok berada
dibawah 67%. Melihat keadaan tersebut maka kemandirian kerja sebagai anggota tim belum terbentuk dengan baik. Artinya makna keberadaan mahasiswa sebagai anggota tim sebatas
pendukung bukan inti, apalagi 6
pemberi ide, atau inisiator.
Terlihat
mahasiswa
nyaman dengan posisi tersebut. Keadaan ini bisa jadi pengasuhan soft
skills kerja tim belum sepenuhnya dilakukan dosen secara benar.
Keterlibatan
mahasiswa hanya sebagai anggota kelompok, dimana keaktifannya masih perlu ditelusuri.
Komunikasi Kemampuan komunikasi menunjuk pada kemampuan untuk menerima atau menangkap pesan baik saat pembelajaran di kelas ataupun saat kerja diluar kelas. Untuk itu dibutuhkan perilaku: mengutamakan catatan kuliah dan lengkap, mudah menjelaskan tugas atau informasi, mudah menulis naskah atau tugas, mudah menangkap pembicaraan, menjadi pendengar yang baik, bicara sesuai dengan kebutuhan, saat praktek tidak banyak bicara. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan tertinggi: menjadi pendengar yang baik (70.42%),
disusul mudah menangkap pembicaraan
(67,61%). Selebihnya berada jauh dibawahnya: bicara sesuai dengan kebutuhan, mudah menjelaskan tugas atau informasi, mudah menulis naskah atau tugas, saat praktek tidak banyak bicara, dan mengutamakan catatan kuliah dan lengkap, antara 50,70% sampai 35,21%. Melihat keadaan kekuatan soft skills komunikasi maka dapat dinyatakan komunikasi mahasiswa Boga sangat lemah, mahasiswa lebih menguasai komunikasi pasif.
Hal ini menjadi keprihatinan karena pada dasarnya pembelajaran
adalah
komunikasi dan terjadi dalam bentuk interaksi aktif. Karenanya perlu dilakukan upaya pemberdayaan potensi komunikasi mahasiswa melalui pembelajaran yang lebih keras.
Komitmen Kemampuan komitmen merupakan kekuatan untuk mewujudkan janji
dan
kekuatan untuk mempertahankan mutu, standar kerja yang telah ditetapkan. Untuk itu dibutuhkan perilaku: kekuatan untuk menjaga kualitas kerja, kekuatan untuk mencapai hasil maksimal, kekuatan menggunakan standar kerja, kekuatan menjaga standar hasil. Berdasarkan kriteria maka kekuatan tertinggi: kekuatan untuk mencapai hasil maksimal (71,83)
dan kekuatan untuk menjaga kualitas kerja (69,01%). Selebihnya berada
dibawahnya, kekuatan mencapai standar hasil dan menggunakan standar kerja yaitu antara 66,20%-64,79%. 7
Keadaan tersebut menggambarkan bahwa komitmen mahasiswa Boga S1 lumayan bagus. Secara mandiri sebagian besar mahasiswa telah mampu menjaga komitmen kerja yang berorientasi pada kualitas dan standar. Kesadaran ini harus dipupuk dan ditingkatkan dengan pembelajaran yang menekankan standar proses dan hasil serta dengan pengasuhan yang lebih intensif.
Kemampuan untuk selalu belajar. Kemampuan untuk selalu belajar merupakan upaya selalu meningkatkan diri, berorientasi kedepan sebagai bentuk tanggap terhadap perubahan dan tanggung jawab sebagai seorang yang profesional. Untuk itu dibutuhkan perilaku: menyukai hal-hal baru dan inovasi, menyukai mencoba makanan baru, kegagalan saat praktek menjadi tantangan, kegagalan orang lain menjadi bahan pembelajaran. Berdasarkan kriteria maka kekuatan tertinggi: kegagalan orang lain menjadi bahan pembelajaran (74,65%), menyukai hal-hal baru dan inovasi serta menyukai mencoba makanan baru (masingmasing 73,24%), terakhir kegagalan praktek menjadi tantangan (70,42%). Berdasarkan kajian kekuatan terlihat bahwa sebagain besar mahasiswa Boga S1 telah mampu menjadikan dirinya pembelajar, terutama saat praktek. Karena praktek adalah implementasi teori, dalam hal ini dosen telah memberi ruang yang lebih pada pembiasaan belajar bagaimana belajar. Kemampuan ini penting dikuasai terkait dengan tantangan
lulusan, harus memiliki kekaryaan yang jelas dan diakui masyarakat
pengguna. Soft skills kemampuan untuk selalu belajar penting agar lulusan tetap dapat berkarya dan mengembangkan diri.
Disiplin. Disiplin
merupakan bentuk ketaatan pada perintah, tata aturan
ataupun
petunjuk kerja yang telah disepakati. Untuk itu diperlukan perilaku yang menunjukkan kinerja disiplin:
taat
pada SOP, pada prosedur kerja yang telah dibuat ataupun
disampaikan dosen atau bentuk ketaatan pada resep. Berdasarkan hal tersebut maka muncul tujuh perilaku yang mencerminkan kriteria disiplin: kesulitan kerja dinikmati sebagai pembelajaran, datang tepat waktu, menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan kerja, bekerja penuh kesadaran, tertib terhadap aturan kelompok, bekerja dengan baik dari awal sampai akhir, menjaga kelengkapan pakaian kerja dan alat kerja. 8
Berdasarkan kriteria maka kekuatan tertinggi: datang tepat waktu, tertib terhadap aturan kelompok, dan bekerja dengan baik dari awal sampai akhir (masing-masing 70,42%). Berada dibawahnya: menjaga kelengkapan pakaian dan alat kerja (69,01%), bekerja penuh kesadaran tanpa diawasi (63,38%), menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan kerja (60,56%), terakhir kesulitan kerja dinikmati sebagai pembelajaran (49,30%). Disiplin merupakan bentuk ketaatan pada aturan diikuti dengan kesadaran, serta nyaman terhadap aturan. Berdasarkan kajian di atas, nampak bahwa sebagian besar mahasiswa
telah dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan disiplin baik yang
menyangkut fisik seperti kehadiran dan ketaatan pada aturan, kelengkapan pakian kerja. Sedangkan masalah sanitasi dan bekerja dengan nyaman
masih harus ditingkatkan.
Namun demikian secara umum pembelajaran disiplin harus ditingkatkan. Bisa jadi komitmen dosen dalam menerapkan pola pengasuhan disiplin perlu ditelusuri. Dosen harus memiliki cara pandang dan cara pembimbingan yang relatif sama. Keadaan ini menjadi peneguhan disiplin mahasiswa.
Pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk mengatasi masalah terkait dengan tugas-tugas yang dikerjakan secara kelompok atau mandiri. Saat praktek mahasiswa berhadapan dengan pemecahan masalah
rancangan produksi, proses
produksi, dan penyajian. Juga berhadapan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berkembang dan berubah. Saat teori mahasiswa dihadapkan pada tugastugas yang menantang, melibatkan kemampuan kognitif, afektif, serta
soft skills.
Berdasarkan hal tersebut maka ada tiga perilaku soft skills pemecahan masalah: berfikir dengan baik saat mengatasi masalah, suka bekerja penuh tantangan, tidak terbebani dengan masalah. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka kekuatan tertinggi: berfikir dengan baik mengatasi masalah (67,61%), suka bekerja penuh tantangan (63,38%) dan terakhir tidak terbebani dengan masalah (36,62%). Keadaan tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar mahasiswa S1 Boga telah mampu mengatasi masalah pembelajaran dengan baik bahkan suka bekerja penuh dengan tantangan. Namun sebagian lainnya menyukai bekerja secara instan dan kurang tuntas.
9
Kreatifitas. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk menampilkan kinerja terutama saat membuat produk dengan tampilan atraktif, menarik dan unik. Berdasarkan hal tersebut maka ada empat perilaku soft skills yang mencerminkan kriteria kreatifitas: menyukai tampilan hasil kerja yang unik, memperhatikan hal-hal detail, hasil kerja yang menarik, inovasi produk. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan tertinggi: hasil kerja yang menarik (81,69%), menyukai tampilan hasil kerja yang unik (76,06%), inovasi produk (70,42%), paling jelek adalah memperhatikan hal-hal detail (40,69%). Keadaan tersebut memberi gambaran bahwa sebagian besar mahasiswa S1 Boga telah menjadikan kreatifitas sebagai bagian dari pekerjaannya. Hanya saja belum semua mahasiswa memperhatikan hal-hal detail, baik itu produk, tampilan ataupun sajian keseluruhan.
Tuntutan tampil beda
yang
memperhatikan detail kadang menjadi
kekuatan untuk maju. Oleh karena itu pembelajaran kreatifitas pada setiap praktek harus menjadi kebutuhan. Mahasiswa harus digerakkan kreatifitasnya, ketelitian, kecermatan, hasilnya sesuatu yang beda, unik dan sempurna.
Usaha keras mencapai sukses. Usaha keras mencapai sukses merupakan bentuk dari kerja keras yang berorientasi pada keberhasilan. Ini ditunjukkan dengan perilaku selalu meningkatkan diri dengan terus belajar dan tanggap terhadap kesalahan, serta kemampuan selalu berorientasi pada kesuksesan, mampu
menghasilkan produk yang sempurna.
Berdasarkan hal tersebut maka ada empat perilaku soft skills
yang mencerminkan
kriteria usaha keras mencapai sukses: kerja yang sempurna, kekurangan kerja atau kesalahan kerja saya catat dengan baik, mengatasi kesalahan kerja dengan sungguhsungguh, tidak mengulangi kesalahan yang sama. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan tertinggi: tidak mengulangi kesalahan yang sama (78,87%), dan kerja yang sempurna (73,24%). Kekuatan yang jelek: mengatasi kesalahan kerja dengan sungguhsungguh (60,56%) dan kekurangan kerja atau kesalahan kerja saya catat dengan baik (30,03%). Soft skills
usaha keras mencapai sukses penting dikuasai terkait dengan
profesionalitas lulusan. Manakala mahasiswa belum mempunyai orientasi pada keberhasilan ataupun kesuksesan maka akan mudah putus asa, mudah menyerah, 10
bekerja asal-asalan, dan terlihat kurang profesional. Oleh karena
itu intensitas
bimbingan terutama saat praktek perlu ditingkatkan. Kesempurnaan proses dan produk harus menjadi bagian dari penguasaan mahasiswa.
Tanggung Jawab Tanggung jawab menunjuk pada kesungguhan saat bekerja,
bekerja tidak
mengeluh ataupun siap bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya Ini ditunjukkan dengan perilaku taat dan patuh dalam menjalankan komitmen, standar kerja ataupun prosedur kerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut maka ada empat perilaku soft skills
yang
mencerminkan kriteria tanggung jawab: prosedur kerja sebagai
penuntun, mewujudkan komitmen yang ditetapkan, mewujudkan ketentuan kerja dari dosen, mewujudkan standar kerja dan hasil. Hasil analisis menujukkan bahwa kekuatan tertinggi: prosedur kerja sebagai penuntun (74,65%) dan mewujudkan standar kerja dan hasil (73,24%). Kekuatan dibawahnya: mewujudkan komitmen yang ditetapkan (69,01%) serta mewujudkan ketentuan kerja dari dosen (66,20%). Berdasarkan paparan diatas maka
dapat dinyatakan bahwa sebagian besar
mahasiswa telah menguasai soft skills tanggung jawab. Walaupun demikian masih diperlukan pengasuhan yang lebih efektif untuk menumbuh kembangkan soft skills tanggung jawab.
Keadaan kekuatan dan kelemahan soft skills secara keseluruhan. Profil soft skills
memberi gambaran kekuatan dan kelemahan penguasaan soft
skills mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Boga. Kekuatan soft skills terlihat manakala penguasaan soft skills telah mencapai kategori hampir mendekati dan selalu saya lakukan.
Kelemahan soft skills terlihat pada kategori kadang-kadang seperti saya
sampai tidak seperti saya. Keadaan kekuatan 9 soft skills tergambar sebagai tersebut pada Gambar 1 berikut:
11
Gambar 1. Keadaan kekuatan 9 soft skills mahasiswa Boga S1
Hasil kajian profil mahasiswa S1 PTB, ternyata belum memberi gambaran yang menggembirakan. Bila penentuan kekuatan soft skills menggunakan angka > 65% maka yang menjadi kekuatan mahasiswa secara berturut-turut adalah kemampuan untuk selalu belajar, tanggung jawab, kerja sama dalam tim, komitmen, kreatifitas. Keadaan ini menjadi indikasi adanya pembelajaran soft skills yang belum intensif. Keadaan kelemahan 9 soft skills tergambar sebagai tersebut pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Keadaan kelemahan 9 soft skills mahasiswa Boga S1
12
Hasil kajian gambar di atas dapat dinyatakan bahwa: penguasaan soft skills yang lemah atau masih perlu mendapat perhatian: komunikasi, pemecahan masalah, usaha keras mencapai sukses, dan disiplin. Karenanya pembelajaran harus meletakakkan ke empat soft skills dengan pola pengasuhan yang lebih intensif.
Makna Profil soft skills Mahasiswa Profil soft skills mahasiswa S1 pendidikan Teknik Boga baik S1 reguler maupun non reguler seharusnya memberi gambaran kekuatan soft skills yang memadai. Artinya mahasiswa yang telah mendapat pengasuhan soft skills sejak awal masuk perguruan tinggi sampai semester enam, seharusnya telah menunjukkan kekuatan kinerja dalam katagori hampir mendekati saya atau selalu saya lakukan. Namun dalam kenyataannya belum semua soft skills yang dianggap penting terkuasai dengan baik. Pemahaman profil soft skills ini penting. Harris (1977:20), profil kompetensi menggambarkan kemampuan pemahaman, keterampilan sosial, keterampilan praktek, tingkat pengetahuan dan keterampilan komunikasi (lisan, tertulis, grafik, interpersonal, dan sebagainya). Finc & Crunkilton (1989:248), profil kompetensi merupakan dokumen yang memuat daftar ranah kompetensi yang diperlukan dalam suatu pekerjaan dan sebagai dan sebagai perkiraan penguasaan yang tinggi kompetensi yang spesifik. Memahami pendapat tersebut maka ada dua hal penting bahwa profil kompetensi yaitu: a) memuat informasi tentang kompetensi kerja yang spesifik dari mahasiswa yang menggambarkan penguasaan yang baik pengetahuan, sikap, dan perilaku sosial dan keterampilan, b) kompetensi spesifik merupakan kompetensi yang mempunyai keterkaitan dengan dunia kerja. Adanya informasi tersebut memungkinkan untuk menaksir penguasaan kompetensi spesifik yang dikuasai mahasiswa. Selain itu dapat digunakan merefleksi penguasaan kompetensi yang sempurna dan dapat memberi informasi keadaan atau kekuatan dan kelemahan mahasiswa sebagai tenaga kerja. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa profil memiliki makna bagi stakeholder
dalam menaksir penguasaan kompetensi calon tenaga kerja termasuk
penguasaan soft skills mereka. lebih-lebih pada era abad 21 ini soft skills lebih penting daripada hard skills maka sudah sewajarnya pola pengasuhan soft skills lebih diintensifkan. Dosen
sebagai pemangku kepentingan harus
mengembangkan soft skills tersebut. 13
berkomitmen
untuk
Mengembangkan pembelajaran yang lebih intensif Pembelajaran soft skills membutuhkan pengalaman, artinya pengasuhan soft skills berbasis pengalaman atau virtual learning. Soft skills tidak daiajarkan secara teoritis, perlu pengalaman, kemandirian, bimbingan dan refleksi. Bergh, et all (2006) meneliti tentang pengembangan soft skills melalui guiding dan growing menjelaskan bahwa integrasi soft skills kedalam kurikulum memberi variasi pengalaman pembelajaran terutama saat berinteraksi dengan pasien. Melalui kegiatan pembelajaran yang diciptakan dosen membantu mengembangkan dan menkonstruk soft skills secara mandiri. Nealy (2005) meneliti tentang integrasi soft skills melalui pembelajaran aktif menemukan bahwa pembelajaran aktif telah menumbuhkan soft skills dan skills lainnya yang diperlukan untuk meningkatkan performa kerja di era abad 21 ini. Penelitian ini menguatkan bahwa pembelajaran soft skills menekankan pengalaman belajar yang melibatkan fisik, mental dan psychis siswa serta kemandirian belajar atau dengan kata lain pembelajaran soft skills akan berhasil manakala siswa digerakkan secara aktif untuk belajar. Pembelajaran soft skills membutuhkan strategi pembelajaran cukup bervariasi. Beberapa pola dapat dipilih dengan berbagai pertimbangan kajian, apakah
cukup
dilakukan di sekolah atau di tempat kerja, atau salah satu dari keduanya. Di sekolah apakah dengan model, portofolio, refleksi, simulasi, pembelajaran kooperatif, partisipasi siswa dalam organisasi.
Di tempat kerja
apakah dengan business partnerships,
cooperative work experience, and internships provide real-world observation (policy statement 67). Mahasiswa dapat belajar soft skill melalui komunitas teman, komunitas sekolah secara keseluruhan, komunitas tenaga kerja saat Praktek Lapangan, ataupun melalui berbagai media informasi yang cukup bervariasi. Selain itu sekolah dapat menggunakan pola pembelajaran dengan modul, kelas koordinasi, e learning, simulasi, role playing. Dengan cara ini pemaknaan soft skills akan semakin melekat dan menjadi jati diri lulusan. Karenanya manakala pembelajaran soft skills disepakati sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran hard skills maka perlu diciptakan sistem yang mampu menggerakkan semua civitas akademika peduli dan komitmen terhadap pengasuhan soft skills mahasiswa. Keadaan ini akan memberi dampak pada penguatan soft skills
14
mahasiswa. Kedepan mahasiswa S1 Semester 6 telah menguasai dengan baik soft skills urgen yang menjadi kebutuhan kerja.
PENUTUP Profil memiliki nilai penting untuk menaksir kekuatan dan kelemahan soft skills mahasiswa. Berdasarkan kajian hasil penggambaran profil soft skills maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pola pengasuhan soft skills selama ini memberi dampak pada unjuk kekuatan soft skills pada sebagian besar mahasiswa atau sekitar 65-72%: kemampuan untuk selalu belajar, tanggung jawab ,kerja sama dalam tim, komitmen, dan kreatifitas. Pola pengasuhan soft skills belum mampu menumbuhkan unjuk kerja kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, usaha keras mencapai sukses, dan disiplin. Bila ditelusuri kelemahan soft skills, hampir semuanya yang terkait dengan soft skills interpersonal. Lebih-lebih pada komunikasi diperlukan upaya yang lebih keras lagi agar nantinya mampu menggerakkan pembelajaran secara efektif. Pada dasarnya pembelajaran adalah komunikasi.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada kepada semua fihak terutama Fakultas teknik yang telah memberikan dana sehingga penelitian ini dapat selesai. Demikian juga teman-teman sejawat yang telah memberi masukan, saran. Semoga tulisan ini menjadi salah satu bahan evaluasi lembaga khususnya Prodi PTB-FT UNY.
DAFTAR PUSTAKA Bergh, et al. (2006). Medical students perceptions of their development of soft skills. Part II: the develpopment of soft skills through guiding and growing. Diambil pada tanggal 1 Agustus 2009, dari http://www.sofpj.co.za/index.php/safpj/article/viewfile/661/575 Finch,R.C & Crunkilton, R.J. (1989). Curriculum development in vocational and technical education. Massachusetts: Allyn and bacon, Inc. Herminarto Sofyan. (Agustus 2008). Pengembangan soft skills dan pembelajarannya. Makalah disajikan dalam Seminar Mencetak Guru Profesional dan Kreatif Bidang Vokasi, di Jurusan PTBB Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Helmlinger, W. (tth). Do you employee possess the right competencies?. Diambil pada tanggal 26 April 2007 dari http://hiring.inc.com/columns.html 15
Kaipa.P., & Milus.T.(2005). Soft skills are smart skills. Diambil pada tanggal 16 Oktober 2010 dari http://kaipagroup.com/article/soft skills .pdf Mitchell, W.G. (2008). Essential Soft Skills for Success in the Twenty-first Century Workforceas Perceived by Business Educators. Diambil 8 Mei 2011,dari etd.auburn.edu/etd/bitstream/handle/ 10415/1441 /mitchell-Geana_57.pdf? sequene Muchlas Samani, (2009). Bahan Perkuliahan Program Doktor Pascasarjana UNY Nealy,C. (2005). Integrating soft skills Through active learning in the management classroom. Journal of Collage teaching & learning. Vol 2 number 4. April 2005. Policy statement 67. This we believe about teaching the soft skills : human relations, self managemnt and workplace enhancement. Diambil pada tanggal 25 Juli 2008, dari www.nbea.org/curriculum/no_67.pdf Rake Joni. (2008). Alur Pikir Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Seminar PHK A 3 23 Agustus 2008. Siti Hamidah. (2011). Pengembangan model pembelajaran soft skills terintegrasi siswa SMK Prodi Keahlian Tata Boga Kompetensi Keahlian Jasa Boga. Disertasi doctor, Tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta Spencer, L.M., & Spencer, M. S., Jr. (1993). Competence at work model for superior performance. New York: John Wiley & Sons, Inc. .
16