PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SMA NEGERI 4 KOTA GORONTALO
Oleh Nama : ADITYA RASYID Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Perkantoran ABSTRAK Aditya Rasyid. 2013. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Program Studi S-1 Ekonomi Bisnis. Jurusan S-1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Irina Popoi, S.Pd.,M.Pd. dan Pembimbing II Hj. Irawaty Abdul, SE.,M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk katakata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Dari hasil penelitian diketahui pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo meliputi kegiatan manajemen sekolah, partisipasi masyarakat dan pakem. Kesimpulan (a) penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo meliputi manajemen sekolah, partisipasi masyarakat dan pakem. (b) Manajemen sekolah menerapkan manajemen berbasis sekolah secara terbuka, transparansi laporan keuangan dan memberitahukan segala macam biaya kepada warga sekolah. (c) Penerapan manajemen berbasis sekolah ditinjau dari partisipasi masyarakat menunjukan bahwa masyarakat memberikan dukungan dan berpartisipasi aktid dalam peroses pembangunan sekolah. (d) Penerapan manajemen berbasis sekolah ditinjau dari pakem, menunjukan bahwa guru-guru telah menggunakan metode, strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Kata Kunci: Manajemen Berbasis Sekolah
PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan dengan pengembangan sumber daya manusia khususnya di Negara kita Indonesia yang semakin menurun. Masalah utama dalam dunia pendidikan di Indonesia berkaitan dengan beberapa hal, yaitu masih rendahnya pemerataan dan rendahnya mutu pendidikan (Samtono, 2006). Isu sentral secara nasional dalam bidang pendidikan adalah rendahnya mutu tenaga kependidikan yang ada di Indonesia, pada semua tingkatan termasuk Sekolah Menengah Umum atau SMA Negeri (Harian Media Indonesia, 16 Februari 2004). Rendahnya kualitas tenaga kependidikan/guru di tingkat SMA Negeri berkaitan dengan keadaan guru yang juga memprihatinkan. Kebanyakan guru belum mempunyai kinerja yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 terutama dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bahkan sebagian guru SMA Negeri dinyatakan tidak layak mengajar 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta). Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah mengalihkan pengambilan keputusan dari pusat, kantor wilayah, dinas ke pihak sekolah. Mulyasa (2006:11) mengutip pendapat Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional dan Bank Dunia (1999) memberi pengertian Manajemen Berbasis Sekolah mmerupakan alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. 1
Manajemen Berbasis Sekolah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai dengan seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya pengalihan kewenangan pengambilan keputusan ke pihak sekolah, maka sekolah diharapkan lebih mandiri dan mampu menentukan arah pembangunan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakat. Hal ini berarti bahwa sekolah harus mampu mengembangkan program-program dalam hal untuk memperbaiki kinerja dan pengembangan guru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dalam rangka membangun kinerja guru, maka penerapan Manajemen Berbasis Sekolah diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan keberadaan guru di sekolah agar tetap survive, diharapkan peran guru terhadap peningkatan mutu belajar siswa di sekolah. Peran tersebut bukan saja dari aspek peningkatan kompetensi bidang ilmu tetapi juga menyangkut kesediaan untuk membahas atau mendiskusikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan, memberikan masukan atau usulan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. Kepedulian tersebut merupakan wujud tanggung jawab guru terhadap pendidikan dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Kinerja guru yang belum memadai secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pengembangan dan membangun kinerja guru melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo yang digunakan sepenuhnya sebagai manajemen sekolah guna meningkatkan kualitas sumber daya di sekolah. Pengembangan dan membangun kinerja guru melalui Manajemen Berbasis Sekolah merupakan faktor yang sangat menentukan pada keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Pengembangan kinerja pada dasarnya menggambarkan kemampuan profesi guru untuk untuk terus menerus melakukan upaya peningkatan kompetensi yang berkaitan dengan peran dan tugas sebagai pendidik. Belum optimalnya penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka membangunan kinerja guru mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian yang berjudul: ”Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo”. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka teridentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) belum optimal, kurangnya dukungan dana terhadap guru dalam rangka studi lanjut, guru belum optimal dalam melakukan proses pembelajaran, dan lemahnya tanggungjawab guru terhadap mutu pembelajaran di sekolah. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo?” Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: Manfaat Teoritis : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu tentang penerapan manajemen berbasis sekolah dalam membangun kinerja guru. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan atau bahan pertimbangan dan bahan tambahan bagi peneliti yang meneliti masalah-masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini. c. Dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini akan dijadikan input dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Landasan Teori
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif). Catatan: kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah meliputi: kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, konselor, tenaga administratif, orangtua siswa, tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintahan, wakil organisasi pendidikan. Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut (David, 1989): manajemen berbasis sekolah = otonomi manajemen sekolah + pengambilan keputusan partisipatif. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) telah dilembagakan di tempattempat seperti Inggris, Selandia Baru, Victoria, Australia atau di beberapa sistem sekolah yang besar di Kanada dan Amerika Serikat, dimana terdapat pengalaman sejenis selama lebih dari satu dekade. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based Management. (SBM) merupakam istilah yang baru di Negara Kesatuan Republik Indonesia seiring dengan desentralisasi pendidikan. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat (Abu Duhou, 2004:7). Pengertian Manajemen Berbasis8 Sekolah (MBS) sangat terkait dengan istilah manajemen, sedangkan pengertian manajemen menurut Kartono (1994:148) sebagai penyelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan, dengan menggunakan upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia.
Dengan manajemen memungkinkan terjadinya usaha dan kegiatan yang mengarah pada tujuan organisasi. Menurut pendapat Hasibuan (1995:3) manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/ keluwesan-keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada (Depdiknas, 2007: 12). Metode Penelitian Teknik pengumpulan data erat hubungannya dengan alat-alat atau instrumen sebagai sarana untuk memperoleh data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Teknik pengumpulan data melalui observasi yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap proses penerapan manajemen sekolah dalam membangun kinerja guru di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo yang terdiri dari: 1) Penerapan kewenangan kepala sekolah dalam pelaksanaan pengambilan keputusan. 2) Pengetahuan dan keterampilan. 3) Sistem informasi yang jelas. 4) Sistem penghargaan. b. Wawancara Wawancara merupakan instrumen utama yang digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi tentang proses pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Wawancara dilakukan terhadap kepala SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, wakil kepala sekolah di lingkungan SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, unsur guru yang dipandang berkompeten serta mengetahui tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, dan unsur siswa yang dipandang berkompeten di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Materi wawancara meliputi penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo yang terdiri dari penerapan kewenangan kepala sekolah dalam pelaksanaan pengambilan keputusan, pengetahuan dan keterampilan, Sistem Informasi yang jelas dan sistem penghargaan. c. Dokumentasi Dokumen yang dimaksud adalah dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari Bagian tata usaha SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Teknik telaah dokumen, digunakan untuk memperoleh sejumlah data dan informasi berkenaan dengan bentuk dan rumusan yang menyangkut tugas pokok dan fungsi, wewenang, tanggung jawab, sistem dan organisasi penyelenggaraan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, serta hasilhasil yang relevan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo dinilai dari 3 (tiga) pilar yakni manajemen sekolah, partisipasi masyarakat dan pakem. Sehubungan dengan hal itu, peneliti telah melakukan wawancara dengan pihak sekolah dengan memberikan 10 pertanyaan yang hasilnya akan diuraikan berikut ini.
1) Manajemen Sekolah Manajemen sekolah berkontribusi pada pencapaian pengelolaan sekolah yang transparan dan efisien dan tidak mengecilkan partisipasi anak-anak dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini manajemen sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dengan memberikan 3 (tiga) pertanyaan sebagai berikut. Bagaimana penerapan manajemen berbasis sekolah yang dilaksanakan oleh Kepala SMA Negeri 4 Kota Gorontalo? Dari hasil wawancara peneliti dikatakan bahwa:
”Semua program baik itu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, Kepala Sekolah selalu mensosialisasikan dan selalau memusyawarahkan terlebih dahulu dengan semua warga sekolah”. (1/W/KS/10.06.2013)
Apakah Kepala Sekolah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang transparan, akuntabel dan partisipatif? Berdasarkan hasil wawancara dijelaskan bahwa ”Kepala Sekolah selalu memberitahukan, menginformasikan segala macam biaya, pemasukan, bantuan kepala seluruh warga sekolah dan tida ada yang ditutup-tutupi”. (1/W/KS/10.06.2013)
Apa saja inovasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan stafnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo?
Sehubungan dengan pertanyaan di atas dijelaskan bahwa: ”Inovasi terbaru yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah saat ini adalah melaksanakan workshop penyusunan program bagi seluruf staf dewan guru dan tata usaha untuk peningkatan kinerja guru dan tata usaha” (1/W/KS/10.06.2013).
Apa brand SMA Negeri 4 Kota Gorontalo saat ini? Berdasarkan dikatakan bahwa:
hasil
wawancara
dengan
kepala
sekolah
”Brand SMA Negeri 4 Kota Gorontalo saat ini adalah membudidayakan tanaman hias yaitu Anggrek” (1/W/KS/10.06.2013).
2) Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat yaitu keterlibatan langsung orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan pemahaman dan komitmen terhadap hak-hak Anak. Adapun hal-hal yang terdapat dalam pilar partisipasi masyarakat yaitu menggali inisiatif, prakarsa, dukungan, dan kontribusi masyarakat untuk pendidikan sekolah. Untuk memperoleh data tentang partisipasi masyarakat, maka peneliti memberikan pertanyaan kepada wakil kepala sekolah selaku unsur sekolah yang berkecimpung langsung dengan masyarakat. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap perkembangan SMA Negeri 4 Kota Gorontalo? Sejalan dengan pertanyaan di atas dikatakan bahwa
”Masyarakat mendukung pembangunan SMA Negeri 4 Kota Gorontalo sehingga sekolah ini dapat berkembang seperti saat ini, lebih-lebih orang tua siswa ada yang membantu dalam bentuk keuangan (finansial), ada yang berupa bahan bangunan, tenaga maupun pikiran” (2/W/WKS/10.06.2013).
Apakah masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengembangan mutu pendidikan SMA Negeri 4 Kota Gorontalo? Dari hasil wawancara dikatakan bahwa ”Dalam upaya pengembangan mutu pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, peran masyarakat cukup baik dimana mereka juga berpartisipasi aktif seperti penyediaan sarana dan prasarana sekolah”. (2/W/WKS/10.06.2013).
Apa bentuk kontribusi masyarakat yang saat dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo? Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah dikatakan bahwa: ”Bentuk kontribusi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo selain penyediaan sarana dan prasarana sekolah, masyarakat juga melakukan kegiatan pemantauan kondisi tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan pemantauan kondisi sarana dan prasarana, kegiatan mobilisasi bantuan sarana dan prasarana sekolah, kemampuan mengkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah. Dalam bidang pengelolaan anggaran melalui komite dalam memantau kondisi anggaran pendidikan dan memobilisai dukungan terhadap anggaran pendidikan.”(2/W/WKS/10.06.2013).
3) Pakem Pakem yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan Kegiatan belajar-mengajar dan interaksi yang positif antara guru dan siswa di sekolah. Sehubungan Bagaimana konsep belajar yang meningkatkan hasil belajar siswa?
diterapkan
oleh
guru
dalam
Dari hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo dikatakan bahwa: ”Guru berusaha menggunakan berbagai metode, strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dengan tujuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa” (3/W/G/10.06.2013).
Apakah metode pembelajaran yang dilaksanakan berdampak pada peran aktif siswa dan guru? Berdasarkan hasil wawaancara dikatakan oleh guru bahwa:
”Metode pembelajaran yang dilaksanakan mempengaruhi keaktifan siswa dan guru dimana siswa lebih aktif pada setiap kegiatan belajar mengajar dan guru juga menguasai proses belajar mengajar” (3/W/G/10.06.2013).
Apakah siswa merasa nyaman dan senang dengan penerapan metode pembelajaran pakem? Dari hasil wawancara peneliti dengan guru dikatakan bahwa: ”Melalui penerapan metode pembelajaran pakem hasil belajar siswa seperti ujian harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester dan ujian nasiolan mengalami peningkatan. Pada ujian nasiolan tahun ini presentase kelulusan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo mencapai 100% atau lulus semuanya”. (3/W/G/10.06.2013). Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada kegiatan manajemen sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, melaksanakan kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo terlebih dahulu dibahas oleh kepala sekolah dengan staf dan jajarannya, masyarakat dan orang tua siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan kepala sekolah bahwa semua program baik itu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, selalu disosialisasikan dan dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan semua warga sekolah karena dalam penetapan rencana kerja sekolah harus melibatkan siswa, guru, orang tua dan masyarakat. Berbagai Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) yang sudah dimusyawarahkan dipajang pada papan informasi sehingga bisa diketahui oleh masyarakat dan dapat menambah rasa percaya masyarakat terhadap pihak sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Proses manajemen yang baik adalah manakala di dalamnya terdapat kegiatan manajerial yaitu kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai status dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan operatif yakni kegiatan yang seharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan. Dengan demikian tujuan dari manajemen sekolah adalah untuk membantu memperlancar tercapainya tujuan sekolah secara efektif dan efisien dapat dilaksanakan. Peran kepala sekolah dalam kegiatan manajemen sangat membantu memperlancar pencapaian tujuan karena tujuan manajemen sekolah secara khusus yakni agar terjadi efektifitas produksi pada setiap jenis dan jenjang pendidikan sehingga para lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan terhadap waktu, uang, serta yang lainnya dan para lulusannya dapat menyesuikan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Pada kegiatan perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersendiri. Manfaat kegiatan perencanaan diantaranya adalah untuk membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan lingkungan, membantu dalam kristalisasi kesesuaian pada masalah-masalah utama memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran, membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat, memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi, memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian organisasi, membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami, meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, dan menghemat waktu, usaha dan dana. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo meliputi manajemen sekolah, partisipasi masyarakat dan pakem.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo ditinjau dari manajemen sekolah telah melaksanakan kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Penerapan Manajemen Berbasis (MBS) di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo ditinjau dari peran masyarakat ternyata saat ini masyarakat telah berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo seperti penyediaan sarana dan prasarana sekolah. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini kualitas siswa, pihak SMA Negeri 4 Kota Gorontalo menggunakan teknik pakem pada proses pembelajaran. Saran a. Pihak Sekolah Pihak sekolah harus terus berinovasi agar dalam penerapan manajemen berbasis sekolah lebih baik lagi. Selain itu pohak sekolah dapat terus menjalin kerjasama dengan masyarakat atau pihak ketiga guna mendapatkan bantuan dana demi kelancaran pembangunan. b. Masyarakat Bagi masyarakat disarankan dapat memperhatikan perkembangan sekolah dan menjadi pengawas pembangunan sekolah khususnya dalam penganggaran. c. Guru Guru harus terus meningkatkan kualitas siswa dengan dengan berbagai inovasi proses pembelajaran yang lebih efektif sehingga minat belajar siswa dapat ditingkatkan melalui metode dan strategi belajar yang menarik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA Abu Duhou Ibtisam. 2004. School Based Management. Jakarta: Kencana. Attubani. 2008. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta: Rosyda. Candoli, 1995. Site-Based Management in Education: How to Make It Work in Your School. Lancaster: Technomic Publishing Co, xi. Chaplin. 1989. Performance. New Jersey: Prentice Hall. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat PLP. Dharma, A. 1985. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: Rajawali. Falah, Yunus. 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, dari http://www.geocities.com/guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html, diakses 4 Januari 2010. Fatah, Nanang. 2003. Konsep Manajemen berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Gibson et al. 1995. Organization: Behaviour, Structure, Processes. Homewood: Richard D. Irwin Inc. Hadi, M. Samsul dkk. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depag RI., Semarang Press. Harian Media Indonesia tanggal 16 Februari 2004. Hasibuan, Malayu. 1995. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT Gunung Agung. Higgins. 1982. Human Relation, Concept and Skills. London: Cambridge Press. Mangkunegara, Prabu Anwar. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya. Bandung: Refika Aditama. Mansoer, Hamdan. 1989. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Masaong, K. dan Ansar. 2010. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Implementasi Cetakan II. Malang: Nurul Jannah. Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. -------------. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Rosda. Poerdarminta. 1994. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto. 2002. Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press. Quible, Zane K. 2005. Administrative Office Management. New Jersey: Prentice Hall. Samtono. 2006. Implementasi Total 58 Quality Management di Sekolah. (http://www.sma 1-sltg.sch.id/modules). Diakses 2 Januari 2010. Sedarmayanti. 1995. SDM dan Produktivitas Kerja. Bandung : Ilham Jaya. Siagian, Sondang, P. 1983. Management Strategis. Jakarta : Bumi Aksara. Sudjanto, Bedjo. 2004. Mensiasati Manajemen berbasis Sekolah di Era Krisis yang berkepanjangan. Jakarta: ICW. Suharsaputra, Uhar. 2012. Pengembangan Kinerja Guru. Jakarta: Rosyda. Sulhani, Qamarozzaman. 1999. Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: UNJ. Suprapto, Ch. 1999. Kinerja. Bandung: Alfabeta. Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud. Timpe, A Dalee. 1999. Kinerja. Jakarta: Gramedia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahyusamijo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wohlstetter, P. dan Mohrman. 1994. School Based Management. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.
Yukl. 1996. Leadership in Organization (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall Inc. Zainun, Buchari. 1989. Manajemen dan Motivasi. Malang: Perpustakaan Digital UNM