Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores Delta Bayu Murti1, Rusyad Adi Suriyanto2, Toetik Koesbardiati1
[email protected] Antropologi, FISIP Universitas Airlangga 2Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi FK UGM 1Departemen
Abstract Liang Bua 3 (LB/3) is one of the individuals of the human skeletal remains which are found in the Liang Bua site, Manggarai, Flores Island. Antiquity of LB/3 refers to the Neolithic transition. Condition of skeletal remains of LB/3 is not complete, though still some parts can be investigated. The aim of this study is to describe the pathological conditions in the remnants of LB/3 which can be identified on the vertebrae, the cervical 5 and 6, and lumbar 3 and 4. We applied macroscopic and pathological identification method of Ortner. The results showed the morphological anomalies in the 5th and 6th cervical vertebrae suspected osteoarthritis (OA), and lytic lesions in the 4th lumbar vertebrae allegedly as a result of myeloma. This finding is important information that osteoarthritis and myeloma has evolved in humans from the past. Understanding of these findings can complement the historical development of the disease, especially in Indonesia. This is an aspect of contribution of human paleoanthropological and paleobiological study for the purposes of science today. Keywords: Liang Bua 3, paleopathology, vertebrae, osteoarthritis, myeloma
Abstrak: Liang Bua 3 (LB/3) adalah salah satu individu dari sisa-sisa rangka manusia yang ditemukan di Situs Liang Bua, Manggarai, Pulau Flores. Antikuitas LB/3 merujuk kepada masa transisi Neolitik. Kondisi temuan rangka individu LB/3 ini tidak lengkap, meskipun demikian masih dapat diteliti beberapa bagian rangkanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi patologis pada sisa-sisa rangka individu LB/3 yang dapat diidentifikasi pada bagian vertebrae, yaitu cervical 5 dan 6, dan lumbar 3 dan 4. Kami menerapkan metode makroskopis dan identifikasi patologis dari Ortner. Hasil penelitian menunjukkan adanya anomali morfologi pada vertebrae cervical 5 dan 6 yang diduga osteoarthritis (OA), dan lesi litik pada vertebrae lumbar 4 yang diduga sebagai akibat dari myeloma. Temuan ini merupakan informasi penting bahwa osteoarthritis dan myeloma telah berkembang pada manusia dari masa yang lebih lampau. Pemahaman dari temuan ini dapat melengkapi sejarah perkembangan penyakit, khususnya di Indonesia. Ini adalah satu aspek sumbangan penelitian paleoantropologis atau paleobiologis manusia untuk kepentingan keilmuan masa kini. Kata-kata kunci: Liang Bua 3, paleopatologi, vertebrae, osteoarthritis, myeloma
D
alam perkembangan kehidupan
batu (setelah mesolitik) dengan ciri-ciri
manusia,
yang
periode
neolitik
utama
adalah
perkembangan
diyakini sebagai salah satu yang
teknologi alat batu yang telah diperhalus
paling berpengaruh. Periode neolitik
pembuatannya (polished stone tools);
dijelaskan sebagai periode akhir zaman
selain beberapa bentuk perkembangan BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 41
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
budaya
dan
ekonomi
yang
juga
pertanian,
serta
berkembangnya
berasosiasi dengan periode ini, seperti
lingkungan permukiman yang permanen
penggunaan gerabah, domestikasi hewan,
berakibat pada menurunnya kualitas
bercocok tanam, dan pola hidup menetap
kebersihan
yang kesemuanya berjalan bersamaan
mikroorganisme dan patogen penyebab
(Shaw & Jameson, 1999; Harman, 2002).
penyakit
Shaw & Jameson (1999) menambahkan
berkembang dan menginfeksi manusia.
bahwa periode neolitik merupakan titik
Interaksi yang semakin intens antar
penting kemajuan pola hidup manusia,
anggota
dan
budayanya
(sedentisme) juga berpengaruh pada
berbeda pertanggalannya di berbagai
makin mudahnya suatu jenis penyakit
daerah di dunia.
bertransmisi dari manusia ke manusia
awal
perkembangan
dan
sanitasi.
menjadi
karena
Seiring dengan majunya pola hidup
(Ortner, 2003).
pada periode neolitik, berkembang pula
Beberapa
Beragam
lebih
mudah
padatnya
populasi
penelitian
telah
permasalahan
penyakit
permasalahan hidup pada periode itu.
menunjukkan
Meningkatnya kesejahteraan hidup yang
berkaitan dengan perkembangan gaya
dipengaruhi oleh intensifikasi teknologi
hidup periode neolitik. Ubelaker (1997)
serta lahan cocok tanam, berdampak pa-
telah melakukan penelitian terhadap
da pertambahan jumlah populasi manu-
temuan
sia. Bertambahnya populasi memaksa
prasejarah-sejarah dari situs La Tolita di
manusia untuk lebih intensif dalam
Ekuador dari tiga periode
mengeksploitasi lahan hidup dan domes-
dengan antikuitas 600 SM – 400 M dan
tikasi, sehingga sampai pada tingkat di
gaya
mana lingkungan hidup menjadi tidak
Penelitiannya menemukan jenis patologis
seimbang
Larsen,
yang beragam, seperti trauma/bekas
2000). Dampak dari ketidakseimbangan
luka, patologi gigi-geligi, hyperostosis,
dan perubahan lingkungan itu adalah
peradangan
polusi,
tengkorak (intentional) sebagai dampak
(Armelagos,
pencemaran
munculnya
2003;
lingkungan,
dan
macam
jenis
berbagai
dari
hidup
rangka-rangka
transisi
tulang,
perkembangan
serta
berbeda, agrikultur.
deformasi
lingkungan
budayanya.
menjelaskan bahwa padatnya lahan kerja
penelitian yang dilakukan oleh Lubell et
sebagai
al. (1994). Fokus penelitiannya adalah
dari
intensifikasi
lainnya
dan
penyakit (Jacob, 1982a). Larsen (2000) akibat
Contoh
ke
manusia
adalah
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 42
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
temuan rangka-rangka dan gigi-geligi
Dewey
manusia dari beberapa situs di pinggiran
meskipun perkembangan gaya hidup
pantai Portugal dengan periode transisi
neolitik/agrikultural
Mesolitik – Neolitik (antikuitas 8000 –
daerah di dunia sifatnya independen,
7000 SM), dengan gaya hidup transisi ke
akan tetapi akibat yang ditimbulkan
agrikultur. Hasil analisis temuan rangka-
memiliki
rangka
perubahan/
dan
mendapati
gigi-geligi
beberapa
manusianya
jenis
patologis
seperti karies gigi dan tooth loss. Berkembangnya
(1970)
menegaskan
banyak
ini
di
bahwa berbagai
kesamaan
yaitu
ketidak-seimbangan
ekologis, peningkatan jumlah populasi, dan munculnya berbagai permasalahan
permasalahan
kesehatan atau penyakit.
kesehatan dan penyakit pada manusia di
Tulisan ini akan mendeskripsikan kondisi
periode
sebagaimana
patologis pada tulang vertebrae dari sisa
dicontohkan sebelumnya, memberikan
rangka manusia prasejarah di Situs Liang
gambaran
permasalahan-
Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur. Studi
permasalahan itu dapat diketahui dari
mengenai kondisi patologis sisa rangka
sisa-sisa
manusia
neolitik bahwa rangka
manusianya.
Jacob
dalam
konteks
(1982a) menjelaskan bahwa hal demikian
paleoantropologis
dikarenakan rangka merupakan bagian
perkembangannya di Indonesia belum
biologis
begitu banyak dilakukan. Melalui tulisan
manusia
yang
plastis
dan
ini
dalam
dinamis; rangka mampu memberikan
ini,
catatan atau rekaman mengenai proses
serupa dapat semakin berkembang. Jacob
perubahan lingkungan (alam dan budaya)
(1982b) telah pula menyatakan bahwa
yang
penelitian-penelitian paleopatologi pada
berpengaruh
pada
kehidupan
diharapkan
sejenis
arkeologis-
manusianya, baik pada tingkat individu
sisa
maupun populasi. Temuan arkeologis-
Indonesia, perlu dikembangkan untuk
paleoantropologis sisa rangka manusia
dapat lebih memahami pola adaptasi
dengan
biokultural populasi manusianya pada
berbagai
latar
belakang
daerah
di
Neolitik dunia,
di pun
rangka
penelitian-penelitian
manusia,
terutama
di
waktu dan tempat tertentu.
menunjukkan tanda-tanda patologis pada bagian
tulang-belulangnya
sebagai
dampak perubahan dan perkembangan gaya hidup (Larsen, 2000). Armelagos &
Bahan dan Metode Bahan dari penelitian ini adalah spesimen
LB/3
dari
Liang
Bua,
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 43
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 1978 sampai dengan
Situs Liang Bua adalah situs gua hunian
1989, ekskavasi yang lebih intensif dan
prasejarah. Secara geografis, situs Liang
terstruktur
Bua berada pada koordinat 8° – 10°
Penelitian Arkeologi Nasional, sebagai
Lintang Selatan dan 120° – 122° Bujur
tindak lanjut dari laporan survei dan
Timur, dengan ketinggian situs sekitar
ekskavasi yang dilakukan oleh Dr. Th.
500
laut
Verhoeven. Hasil survei dan ekskavasi
(Atmosudiro, 1994). LB/3 merupakan
yang dilakukan itu memperoleh beragam
satu dari sekitar sepuluh sisa rangka
jenis artefak (beliung persegi, gerabah,
manusia
manik-manik
meter
dari
yang
permukaan
ditemukan
oleh
Th.
dilakukan
oleh
batu),
ekofak
Pusat
(sisa
Verhoeven dari penggalian arkeologisnya
cangkang kerang dan tulang hewan), dan
di situs Liang Bua dalam kurun waktu
rangka manusia berjumlah sekitar 10
1965 (Sukadana, 1981). Selain temuan
individu. Dari uji karbon pada temuan
sisa rangka manusia, ditemukan pula
sisa
beberapa artefak seperti alat serpih batu
pertanggalan/antikuitas masa, diperoleh
(flakes), kapak batu, dan gerabah tanah-
hasil: a) 450 ± 25 BP; b) 464 ± 35 BP; c)
liat bakar; serta tulang dan gigi hewan.
580 ± 70 BP; d) 3390 ± 270 BP; e) 3830 ±
Fragmen
120 BP; f) 9830 ± 490 BP (Centrum voor
tulang
diperkirakan
dan
berasal
gigi
dari
hewan
babi
dan
arangnya,
Isotopen
untuk
mengetahui
Onderzoek,
Groningen,
mamalia kecil dari spesies Rodentia;
Nederlands;
sebuah rahang Varanus yang diduga dari
Penelitian
Arkeologi
Varanus hooijeri; sisa-sisa kulit moluska
diketahui
nomer
laut
(Atmosudiro, 1994). Skema risalah hasil
dan
darat
(contohnya
jenis
Dokumentasi
situs
Nasional,
Liang
Pusat tidak
laboratorium)
Pulmonata) yang diduga sebagai sisa-sisa
penelitian
Bua
secara
sampah makanan; dan artefak terutama
keseluruhan telah disusun pada tabel 1.
berupa flakes kecil dan sebuah siput Oliva
Sisa rangka individu LB/3 yang
dengan perforasi buatan manusia. Hasil
dapat terpreservasi dari ekskavasi Th.
temuan
tersebut
Verhoeven adalah tengkorak lengkap
mencirikan latar belakang pola hidup
dengan mandibula dan beberapa ruas
yang
pemburu-
tulang vertebrae. Jenis kelamin individu
pengumpul ke agrikultur (cocok tanam)
LB/3 ini adalah laki-laki berdasarkan
(Sukadana, 1981, 1984).
beberapa variabel penentu yang terdapat
artefak-artefak bertransisi
dari
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 44
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
pada tengkorak, seperti torus supra
kanan (secara anatomis) juga ditemukan
orbitalis, trigonum mentale, processus
perforasi dan osteopit. Tampak pula
mastoideus, dan protuberantia occipitalis
osteopit
externa.
superior yang menjorok ke arah anterior
Umur
individu
LB/3
pada
sisi
pinggiran
diperkirakan sekitar 25 – 35 tahun. Fokus
tubuh
utama penelitian ini adalah sisa tulang
ditemukan
vertebraenya. Ruas vertebrae tersisa
inferior
adalah cervical ke 5 dan 6 (C5 dan C6),
vertebrae C6, secara superior teramati
serta lumbar ke 3 dan 4 (L3 dan L4). Pada
adanya osteopit pada superior articular
sisa
tersebut,
facet sisi kanan dan kiri. Osteopit juga
terdapat pola yang dicurigai sebagai
teramati muncul pada pinggiran tubuh
patologis. Ortner (2003) menjelaskan
vertebrae C6 sisi inferior yang menjorok
bahwa kondisi patologi pada rangka
ke arah anterior. Sisi inferior tubuh
manusia
dalam
vertebrae C6 ini juga memperlihatkan
destruksi,
perforasi dengan sebaran yang cukup
ruas-ruas
vertebrae
terekspresikan
abnormalitasnya
(formasi,
densitas, ukuran, dan bentuk tulang), berkaitan dengan fungsi fisiologisnya dan faktor
spesifik
pada
tubuh
Perforasi bagian
juga
permukaan
vertebrae
C5.
Pada
banyak. Berdasarkan
deskripsi
kondisi
Untuk
patologis pada sisa rangka manusia dari
lengkap
Ortner (2003), diduga abnormalitas yang
mengenai dugaan kondisi patologi pada
teramati pada vertebrae C5 dan C6
tulang-tulang
merupakan
mendapatkan
penyebabnya.
vertebrae.
kanan
gambaran vertebra
dari
individu
pola
osteoarthritis
(OA).
LB/3, digunakan metode makroskopik
Ortner (2003) menjelaskan bahwa OA
berdasarkan
pada vertebrae secara umum sama
deskripsi
dari
Ortner
(2003).
penampakannya persendian
Hasil dan Pembahasan Cervical vertebrae (Gambar 1.).
lain.
dengan
bagian
Polanya
berupa
destruksi persendian atau penebalan tulang.
Kartilago
pada
persendian
Observasi secara makroskopis pada sisa
perlahan tergantikan oleh pola penebalan
ruas cervical vertebrae menunjukkan
tulang/bentukan tulang baru (sklerosis)
adanya pola porositas (perforasi) dan
yang tidak beraturan (irregular). Pola
penebalan tulang pada sisi superior tubuh
porositas
C5. Di bagian superior articular facet sisi
vertebrae umumnya juga muncul sebagai
pada
permukaan
tubuh
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 45
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
wujud destruksi. Osteopit umum muncul
usia muda karena persendian yang
di pinggiran persendian, kadang-kadang
abnormal, seperti akibat dari dislokasi
berukuran
dapat
sendi atau permasalahan metabolisme.
berbentuk seperti pisau atau tonjolan.
Pada banyak kasus, perkembangan OA
Degenerasi
intervertebral
cenderung lambat dan perubahan tulang
seringkali pula mempengaruhi bentuk
dimulai pada bagian kartilago (Ortner,
tubuh vertebrae. Deskripsi beberapa
2003).
cukup
besar
diskus
dan
tanda penting berkaitan dengan OA tersebut
memperkuat
dugaan
hasil
Beberapa faktor dijelaskan dapat mempegaruhi munculnya OA ini, seperti
identifikasi vertebrae C5 dan C6 individu
usia
LB/3.
(Waldron,
Waldron
(2009)
juga
telah
atau
biomekanisme 2009).
persendian
Ortner
(2003)
menegaskan bahwa OA dapat dikatakan
menjelaskan bahwa tampaknya stres
muncul
tanda
dianggap sebagai faktor pengaruh yang
pentingnya diperoleh, contohnya osteopit
paling signifikan. Stress itu berkaitan
di pinggiran tubuh vertebrae, bentukan
dengan
tulang baru di permukaan persendian,
Persendian
atau perubahan kontur persendian.
pergerakan juga tidak akan memunculkan
dengan
minimal
dua
OA merupakan salah satu patologi rangka
yang
sering
diperoleh
pada
penggunaan yang
persendian.
tidak
melakukan
OA. Dalam hal ini, usia kemudian menjadi faktor
penting
berikutnya
pada
temuan arkeologis sisa rangka manusia
berpengaruh
(Larsen, 2002; Waldron, 2009). Secara
Semakin bertambah usia, semakin sering
umum terdapat dua tipe OA, yaitu: (1) OA
pula persendian mengalami pergerakan,
primer, yang cenderung muncul pada usia
sehingga
lanjut dan dipengaruhi oleh multi faktor,
kemungkinan munculnya OA (Waldron,
seperti stres biomekanik dan trauma; dan
2009).
semakin
kemunculan
yang
besar
OA.
pula
(2) OA sekunder, yang berkembang di
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 46
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Tabel 1. Skema Risalah Hasil Penelitian Situs Liang Bua Spit/ Kedalaman tanah** 1 15 2 30
3
4 5
Temuan rangka-rangka manusia beserta artefak – ekofaknya Verhoefen* Puslit Arkenas** R I. – beliung persegi, fragmen tulang vertebrata (35 cm/S II) R VII. – fragmen tulang hewan (42 cm/S I) R V. – alat serpih, sisa tulang hewan (45 cm/S II) R II. – kapak perunggu, fragmen tulang hewan (54 cm/S I)
45
60 75
6 7
90 105
8 9 1 0
120 135 150
1 1 1 2
165
R III. – kendi, periuk, beliung persegi, fragmen tulang hewan (75 cm/S I) R IV. – kendi, periuk, beliung persegi (85 cm/S I) R VI. – manik-manik, periuk, kendi, sisa tulang hewan (85 cm/S II) Rangkarangka manusia, flakes, kapak Neolitik, gerabah, tulang/gigi hewan, moluska (90 – 110 cm)
Lapisan tanah**
Fase penghunian**
Pertanggalan**
Pertama
P e r u n d a g i a n
450 ± 25 BP
K e d u a
K e t i g a K e e m p a t
580 ± 70 BP
3390 ± 270 BP
3830 ± 120 BP t a n a m
R VIII. – kendi, periuk, serut, beliung persegi, manik-manik (157 cm/S X) Kelima
180
B e r c o c o k
464 ± 35 BP
Rangka tengkorak anak (180 cm)
R IX. – kapak paleolitik, periuk (185 cm/S X)
Keenam
Pemburu Pengumpul
9830 ± 490 BP
1 195 3 1 210 4 1 225 5 (Sumber: *Sukadana, 1970, 1981, 1984; **Atmosudiro, 1992/1993, 1994 (pertanggalan tidak diketahui nomer laboratorium))
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 47
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Gambar 1. a) Cervical 5 sisi superior, tanda panah merah menunjukkan bentukan tulang baru (penebalan) dan tanda panah kuning menunjukkan osteopit; dan b) cervical 5 sisi inferior.
Gambar 2. a) Cervical 6 sisi inferior, tampak sebaran porositas pada permukaannya; dan b) Cervical 6 sisi superior, tanda panah menunjukkan pola osteopit.
Pada individu LB/3, munculnya OA di vertebrae
C5
dan
C6
diduga
lebih
kisaran usia 25-35 tahun. Mengenai aktivitas individu
LB/3
yang
diduga
sebagai
disebabkan oleh pengaruh stres (tekanan)
penyebab munculnya OA di ruas C5 dan C6,
yang
diperkirakan
berhubungan
dengan
aktivitas
penggunaan cukup
sekitar
hariannya, dibandingkan karena faktor usia.
punggung
Hal ini karena jika dilihat dari faktor usia, di
tekanan
mana dijelaskan OA umumnya muncul pada
sampai
individu di atas usia 40 tahun (Ortner,
diduga seperti mengangkat beban berat
2003), kecil kemungkinan individu LB/3
(hewan hasil buruan atau wadah makanan)
mengalami OA karena masih berada dalam
dengan intensitas tinggi. Contoh pengaruh
(stres) ke
dominan
area
mengalami
sehingga
berpengaruh
vertebraenya.
Aktivitasnya
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 48
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
pola aktivitas yang serupa yang diduga
LB/3, yaitu L3, memperlihatkan pula pola
dialami oleh individu LB/3 itu telah diteliti
abnormalitas pada tulangnya. Abnormalitas
Molleson
pada L3 ini dibagi menjadi dua. Bagian
&
Hodgson
(2000,
dalam
Molleson 2007). Penelitian mereka pada
pertama
temuan
dari
menjorok ke arah anterior tubuh vertebrae
pemakaman di Ur, Iraq, menemukan pola
diamati dari sisi superior; perforasi (dalam
OA pada fragmen-fragmen vertebraenya.
ukuran kecil) teramati pada permukaan
Molleson & Hodgson (2000) berpendapat
superior dan inferiornya; serta perubahan
bahwa temuan OA pada fragmen vertebrae
bentuk permukaan/kontur persendian juga
dari
teramati.
sisa
sisa
rangka
rangka
manusia
manusia
Ur,
Iraq,
adalah
temuan
osteopit
yang
Pada bagian kedua, ditemukan
disebabkan oleh aktivitas hariannya yang
beberapa lubang berukuran sekitar 1-3 mm
intensif membawa beban berat di bagian
di beberapa bagian tubuh vertebrae L3, yaitu
punggung. Dugaan itu diperkuat dengan
sisi kiri, sisi kanan, dan sisi permukaan
data temuan arkeologis, serta catatan sejarah
inferior
yang dapat menggambarkan aktivitas yang
makroskopis, pinggiran dari lubang-lubang
diperkirakan memunculkan OA (Molleson,
itu terlihat bergerigi.
tubuh
vertebrae.
Secara
2007).
Lumbar
vertebrae
(Gambar
3.).
Fragmen vertebrae lainnya dari individu
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 49
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Gambar 3. a) Lumbar 3 sisi inferior, tanda panah (juga pada gambar c dan d) menunjukkan lubang yang diduga sebagai pola myeloma, dan b) Lumbar 3 sisi superior, tanda panah menunjukkan osteopit.
Temuan abnormalitas bagian pertama
karena
mengarahkan pada dugaan bahwa L3
sumsum tulangnya.
individu LB/3 ini juga mengalami OA. Ortner
(2003)
sel
darah
pada
Myeloma dapat dikatakan sebagai
bahwa
tumor tulang primer (malignant) (Morse
manusia
et al., 1974); dan hampir pada setiap
berpotensi mengalami OA, mengingat
kasusnya bersifat multipel (Ortner, 2003;
rangkaian
atas
Brothwell, 2008). Lesi awal myeloma
abnormalitas
dapat bertahan dengan pola soliter
berikutnya yang teramati pada L3 adalah
selama berbulan-bulan atau bertahun-
individu
mengalami
tahun, namun penyebaran lesi pada
(2003)
bagian lain dari jaringan rangka hampir
mendeskripsikan beberapa tanda penting
selalu terjadi. Pada vertebrae, destruksi
pada tulang sebagai pengaruh myeloma
bagian spongiosa sering mengarah pada
adalah lesi berupa lubang dengan ukuran
hancurnya vertebrae, seringkali tampak
diameter yang beragam (sekitar 1 mm
seperti pola cekungan yang dalam pada
atau lebih besar), pinggiran lesi sering
permukaan diskusnya sebagai akibat
berupa pola bergerigi (scalloped), dan
tekanan yang dialami (Ortner, 2003).
rangkaian
vertebrae
pada
tersebut
persendian.
myeloma.
menjelaskan
kandungan
LB/3
tersusun
Dugaan ini
juga
Ortner
pola sklerotik di pinggiran lubang lesi
Tumor
(ganas) umumnya
pada jarang
populasi
tidak muncul pada banyak kasus. Lesi
prasejarah
terjadi
awal dari myeloma ini biasanya muncul
(Goldstein, 1963); meskipun kemudian
di jaringan pusat rangka (axial skeletal)
diketahui perkembangannya meningkat pada periode Neolitik (Brothwell, 2008). BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 50
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Secara umum tidak diketahui dengan
diduga
jelas mengenai penyebab munculnya
bakteri/virus. Kedua bentuk patologis itu
tumor, baik yang sifatnya jinak maupun
tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
ganas.
diketahui
pengaruh gaya hidup komunitasnya yang
beberapa penyebab tumor di antaranya
bertransisi ke neolitik. Temuan-temuan
adalah sinar ultraviolet, diet, konsumsi
patologis
tembakau,
genetis,
tambahan data dan informasi mengenai
aktivitas kerja, infeksi (dengan jenis
perkembangan kehidupan manusia masa
bakteri/virus
atau
lampau di Indonesia, dengan berbagai
2008).
permasalahan kesehatannya. Dalam hal
tersebut,
ini, diperlukan kontinuitas penelitian
Di
masa
modern,
kecenderungan tertentu),
radiasi,
obat-obatan
(Brothwell,
Berdasarkan
penjelasan
muncul
ini
dapat
memberikan
dengan
diderita oleh individu LB/3, diduga
sehingga hasil identifikasi dapat lebih
terjadi
lengkap dan jelas.
faktor
infeksi
parasit/bakteri
berkaitan
dengan
subsistensinya.
Bakteri
dapat
yang
infeksi
permasalahan myeloma yang tampaknya karena
metode
karena
lebih
akurat,
Daftar Pustaka
menginfeksi dari hewan domestikasi (babi atau rodent), hewan buruan, atau dari diet yang terkontaminasi. Kesimpulan Identifikasi pada fragmen vertebrae individu
LB/3
memberikan
(C5,
C6,
petunjuk
dan
L3)
mengenai
permasalahan kesehatan yang dialami. Osteoarthritis (OA) teridentifikasi terjadi pada hampir semua sisa vertebraenya, yaitu C5, C6, dan L3. Permasalahan kesehatan lain juga teridentifikasi pada L3, yaitu myeloma. Permasalahan OA diduga muncul berkaitan dengan aktivitas harian individunya, sedangkan myeloma
Armelagos, G. J. (2003), Bioarchaeology as anthropology. Dalam Susan D. Gillespie dan Deborah Nichols (eds.). Archaeology is Anthropology. pp. 2741. Archaeological Papers of the American Anthropological Association Series, No 13. Armelagos, G. J. & Dewey, J. R. (1970), Evolutionary Response to Human Infectious Diseases. BioScience 20(5): 271-275. Atmosudiro, S. (1992/1993), Komunitas Liang Bua, Flores Barat (Tinjauan Atas Dasar Data Kubur). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Atmosudiro, S. (1994), Gerabah Prasejarah di Liang Bua, Melolo, dan Lewoleba: Tinjauan Teknologi dan Fungsinya. Disertasi. Yogyakarta: BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 51
Delta Bayu Murti, Rusyad Adi Suriyanto, Toetik Koesbardiati, “Patologi Vertebrae Individu Liang Bua 3 dari Manggarai, Pulau Flores” hal. 41-52.
Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan. Brothwell, D. R. (2008), Tumours and Tumour-like Processes. Dalam R. Pinhasi & S. Mays (eds.). Advances in Human Paleopathology. Chicester: John Wiley & Sons, Ltd.
Morse, D., Dailey, R. C., Bunn, J. (1974), Prehistoric Multiple Myeloma. Bull. N. Y. Acad. Med. Vol. 50, No. 4, pp. 447-458. Ortner, D. J. (2003), Identification of Pathological Conditions in Human Skeletal Remains. San Diego: Academic Press.
Goldstein, M. S. (1963), Human Paleopathology. Journal of the Medical Association. 55(2): 100-106.
Shaw, I. & Jameson, R. (1999), A Dictionary of Archaeology. Oxford: Blackwell Publisher Ltd.
Harman, C. (2002), A people’s history of the world. London: Bookmark.
Sukadana, A. A. (1970), Persamaan mutilasi dentisi pada kerangka-kerangka prasejarah dari Liang Bua, Lewoleba dan Melolo, serta beberapa catatan anthropologis mengenai penemuanpenemuan itu. Majalah Kedokteran Gigi Surabaya 3 : 13-30.
Jacob, T. (1982a), Pengembangan Ilmu Tentang Lingkungan Dalam Penelitian Arkeologi. B. Bioanthrop. Indon. II (3): 93-144. Jacob, T. (1982b), Prospek Penelitian Paloanthropologi di Indonesia. B. Bioanthrop. Indon. III (1): 47-55. Larsen, C. S. (2000), Bioarchaeology: Interpreting Behavior from the Human Skeleton. New York: Cambridge University Press. Larsen, C. S. (2002), Bioarchaeology: the lives and lifestyles of the past people. Journal of Archaeological Research. 10: 119 – 166. Lubell, D., Jackes, M., Schwarcz, H., Knyf, M., Meiklejohn, C. (1994), The Mesolithic-Neolithic Transition in Portugal: Isotopic and Dental Evidence of Diet. Journal of Archaeological Science. 21: 201-216. Molleson, T. (2007), A method for the study of activity related skeletal morphologies. Bioarchaeology of the Near East. 1: 5-33.
Sukadana, A. A. (1981), Peninggalan manusia di Liang Bua dan hubungannya dengan penemuan di Lewoleba dan Melolo. B. Bioanthrop. Indon. 1(2): 53-72. Sukadana, A. A. (1984), Studi Politisme dan Polimorfisme Populasi pada Beberapa Peninggalan di Nusa Tenggara Timur. Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga. Tidak dipublikasikan. Ubelaker, D. H. (1997), Skeletal Biology of Human Remains from La Tolita, Esmeraldas Province, Ecuador. Washington: Smithsonian Institution Press. Waldron, T. (2009), Paleopathology. Cambridge: Cambridge University Press.
BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 52