Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DI KECAMATAN PONTIANAK SELATAN PADA PEMILIHAN WALIKOTA PONTIANAK TAHUN 2008 Oleh: AHMAD FAUZI NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, 2015. e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini menyoroti masalah partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Pontianak tahun 2008. Dalam pelaksanaan pemilihan tersebut, Kecamatan Pontianak Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kota Pontianak yang memiliki tingkat partisipasi politik terendah dibanding dengan Kecamatan lainnya. Berbagai pendapat menyatakan bahwa salah satu faktor tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang dipengaruhi oleh status sosial ekonominya. Bahkan tidak sedikit para ahli berpendapat bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi politiknya. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan atau tidak antara status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Pontianak Selatan. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif, jenis penelitian yaitu penelitian korelasional yang menentukan hubungan pada tiap-tiap variabel yang diteliti. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 377 responden yang tersebar di 5 Kelurahan yang ada di Kecamatan Pontianak Selatan. Analisis yang digunakan adalah analisa kualitatif dan deskriptif kuantitatif, analisis ini meliputi tabel frekuensi, tabel silang, dan dilanjutkan dengan analisis korelasi product moment dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil olah data dalam penelitian ini menyatakan bahwa status sosial ekonomi responden tergolong dalam kategori menengah keatas atau (tinggi). Sedangkan tingkat partisipasi politik responden di Kecamatan Pontianak Selatan tergolong dalam kategori rendah. Jadi kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan mengunakan rumus analisis korelasi product moment menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik responden di Kecamatan Pontianak Selatan dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Pontianak tahun 2008. Kata-kata kunci : Status Sosial Ekonomi, Partisipasi Politik, Masyarakat Pemilih (Pemilih), dan Pemilihan Kepala Daerah
1 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
ABSTRACT This study highlights the problem of public political participation in the election of the Mayor and Deputy Mayor of Pontianak in 2008. In these elections, District of South Pontianak is one of the sub-district in Pontianak City which has the political participation level of lowest compared with other sub-district. Various opinion states that one of the factors the high low levels of political participation is influenced by socio-economic status. Even some experts argue that the higher a person's socioeconomic status, the higher the level of their political participation. Thesis is intended to know whether there is a significant effect or not between socio-economic status with the people's political participation in the sub-district of South Pontianak. This research uses quantitative methods, the type of research is correlational studies that determine the relationship of each variable studied. The number of respondents in this study were 377 respondents spread in 5 villages which exists in the sub-district South Pontianak. The analysis used is descriptive qualitative and quantitative analysis, this analysis includes frequency tables, cross tables, and continued with product moment correlation analysis with a confidence level of 95%. Based on the results if the data in this study stated that the socioeconomic status of the respondents belong to the upper middle class or the (high). While the participation rate of the respondents in the District of South Pontianak classified in the low category. So the conclusions of this research is based on the results of statistical calculation using the formula of product moment correlation analysis showed that there was no effect or a significant correlation between socio-economic status of the political participation of respondents in the sub-district of South Pontianak in the election of Mayor and Deputy Mayor of Pontianak in 2008. Keywords : Socio-Economic Status, Political Participation, Community Voter (Voters) and Regional Head Election
2 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
untuk dapat diberdayakan secara maksimal
A. PENDAHULUAN
sesuai kehendak daerah yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Jadmika
1. Latar Belakang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada)
langsung
pertama
dalam (Waristo, 2003:104) mengemukakan
kali
bahwa, ”otonomi adalah suatu kondisi atau
diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
ciri untuk tidak dikintrol oleh pihak lain
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan
ataupun kekuatan luar”.
wakil kepala daerah (Gubernur, Bupati dan
Sistem pemilukada langsung lebih
Walikota) dipilih oleh Dewan Perwakilan
menjanjikan dibandingkan sistem yang telah
Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak
berlaku sebelumnya. Menurut Nurcholis
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 22
(2009:105) dengan adanya pemilihan kepala
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
daerah
yang kemudian diganti dengan Undang-
tumbuhnya kekuatan-kekuatan baru yang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pro-demokrasi di daerah. Pemilihan Kepala
Pemerintahan Daerah disertai dengan PP
Daerah sendiri merupakan rekrutmen politik
No.6/2005 tentang Pemilihan, Pengesahan
yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Kepala
daerah
Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat
bupati/wakil bupati atau walikota/wakil
melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
walikota. Aktor utama sistem pemilihan
Kepala Daerah atau yang lebih dikenal
kepala daerah adalah rakyat, parpol dan
dengan
calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut
pemilukada
langsung
(Undang-
undang otonomi daerah, hal 1 dan 440). Sistem sebelumnya
pemerintahan begitu
baik
dapat
menunjang
Gubernur/wakil
gubernur,
terlibat langsung dalam kegiatan pemilihan yang
kepala daerah.
secara
Di era otonomi daerah peranan
perlahan mulai menuju ke arah yang lebih
masyarakat menjadi sangat penting untuk
desentralistik. Perubahan pola pemerintahan
menentukan
sentralistik
daerah.
menuju
sentralistik,
diharapkan
desentralistik
yang
masa
Salah
satu
depan tolak
pembangunan ukur
untuk
ditandai adanya konsep otonomi daerah
mengukur tingkat demokrasi di era otonomi
merupakan suatu cara mempermudah proses
daerah
pengaturan pemerintahan yang ada di daerah
partisipasi
adalah
dengan
politik
melihat
tingkat
masyarakat
dalam 3
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pemilihan kepala daerah, karena partisipasi
pemilih yang menggunakan hak pilihnya
politik masyarakat akan menentukan kualitas
yang dihitung dari jumlah suara sah dan
penyelenggaraan
tidak sah sebanyak 252,322 atau sebesar
pemerintahan
dan
pembangunan di daerah.
61,46 % dari total jumlah pemilih tetap
Partisipasi politik rakyat tentu tak
sebanyak 410.500 pemilih.
lepas dari kondisi atau sistem politik yang
Rendahnya tingkat partisipasi politik
sedang berlaku. Sistem kepolitikan bangsa
masyarakat di Kecamatan Pontianak Selatan
Indonesia hingga dewasa ini telah berkali-
pada pemilihan Walikota Pontianak tahun
kali mengalami perubahan, mulai dari orde
2008 diduga dipengaruhi oleh status sosial
baru sampai pada reformasi. Pada masa Orde
ekonominya. Sebagaimana pendapat para
Baru, tingkat partisipasi politik masyarakat
ahli yang menyatakan bahwa sejumlah
dalam Pemilu selalu mencapai angka yang
penelitian menemukan bahwa individu yang
tinggi. Persentase jumlah pemilih terdaftar
mempunyai tingkat pendidikan, pendapatan
yang menggunakan hak pilihnya selalu
dan
berada diatas angka 90 persen. Namun di era
umumnya lebih berpartisipasi dibanding
reformasi tingkat partisipasi masyarakat
individu
dalam pemilihan umum secara nasional
berpenghasilan rendah dan pekerja kasar,
mengalami penurunan. Pemilu tahun 1999
yang mana hal tersebut dapat dilihat dari
merupakan awal dari penurunan tingkat
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipset
partisipasi pemilih.
dan Deustch dalam (Budiardjo, 2008:9)
Penurunan tingkat partisipasi politik
pekerjaan
yang
yang
lebih
tidak
bergengsi
berpendidikan,
menunjukan bahwa di Amerika Serikat
di era reformasi juga terjadi pada pemilihan
dalam
umum
perilaku warga negara dalam pemilihan
kepala
daerah
(pemilukada)
di
penelitianannya
umum
terjadi pada Pemilihan Walikota Pontianak
pendapatan, pendidikan dan status sosial
tahun 2008 di mana jumlah perolehan suara
merupakan faktor penting dalam proses
pada Pemilihan Walikota Pontianak tahun
partisipasi.
2008 yang dimenangkan oleh pasangan
pendapatan yang tinggi, pendidikan yang
Sutarmidji-Paryadi
tinggi, dan status sosisial yang tinggi,
tingkat
partisipasi
politik
bahwa
masyarakat
terbilang cukup rendah yakni dengan jumlah
cenderung
Dengan
suatu
kata
mempengaruhi
pola
kajian
beberapa daerah misalnya seperti yang
menunjukan
ditemukan
dengan
lain
bahwa
tingkat
tingginya
partisipasi politik masyarakat tersebut. Oleh 4
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
karena itu, banyaknya masyarakat yang tidak
dari beberapa ahli ilmuwan politik yg
menggunakan hak pilihnya di Kecamatan
menyatakan bahwa status sosial ekonomi
Pontianak Selatan pada pemilihan Walikota
seseorang
dan Wakil Walikota Pontianak tahun 2008,
partisipasi politik secara positif, dengan
adalah
kenyataan di lapangan.
menarik
untuk
diteliti
secara
dapat
mempengaruhi
tingkat
mendalam.
2.
Perumusan Masalah Perumusan
B. TINJAUAN PUSTAKA
masalah
merupakan
bagian pokok dari kegiatan penelitian,
1. Partisipasi Politik
sehingga perumusannya perlu tegas dan jelas
Konsep partisipasi politik (polytical
agar proses penelitian bisa benar-benar
participation)
terarah dan terfokus ke permasalahn yang
dipahami
jelas. Adapun yang menjadi perumusan
negara dalam proses-proses politik secara
masalah pada penelitian ini adalah, “Apakah
sukarela
terdapat pengaruh atau hubungan antara
McClosky
status sosial ekonomi terhadap rendahnya
partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
tingkat partisipasi politik masyarakat di
sukarela dari warga masyarakat melalui
Kecamatan
mana mereka mengambil bagian dalam
Pontianak
Selatan
dalam
secara
sebagai
singkat
biasanya
keikutsertaan
warga
(Pawito,
2009:222).
Menurut
dalam
(Budiardjo,
1998:2)
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
proses
pemilihan penguasa, dan secara
Pontianak tahun 2008?”.
langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Sejalan dengan pendapat McClosky,
3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dari penelitian
Surbakti
(dalam
Rahman,
2002:128)
ini yaitu untuk mengetahui Apakah terdapat
mengartikan “partisipasi politik sebagai
pengaruh atau hubungan antara status sosial
kegiatan
ekonomi
mempengaruhi
terhadap
rendahnya
tingkat
warga
negara proses
biasa
dalam
pembuatan
dan
partisipasi politik masyarakat di Kecamatan
pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam
Pontianak Selatan dalam pemilihan Walikota
ikut menentukan pemimpin pemerintahan”.
dan Wakil Walikota Pontianak tahun 2008.
Sementara Menurut Budiardjo (2009:367)
Serta untuk membuktikan kebenaran teori
“partisipasi
politik
adalah
kegiatan 5
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut
cenderung
serta secara aktif dalam kehidupan politik,
dinamakan partisipasi politik hanya terbatas
antara lain dengan jalan memilih pimpinan
pada kegiatan sukarela saja, yaitu kegiatan
negara dan secara langsung atau tidak
yang dilakukan tanpa paksaan atau tekanan
langsung,
kebijakan
dari siapapun. Akan tetapi, beberapa sarjana
pemerintah (public policy)”. Selanjutnya
yang banyak mempelajari negara-negara
dalam sumber lain menjelaskan bahwa
komunis dan berbagai negara berkembang
partisipasi politik adalah kegiatan warga
cenderung berpendapat bahwa kegiatan yang
negara yang bertindak sebagai pribadi,
tidak sukarela pun tercakup, karena sukar
dengan
sekali untuk membedakan antara kegiatan
mempengaruhi
maksud
pembuatan
untuk
keputusan
memperngaruhi oleh
pemerintah
(Hikmat 2004:55). Istilah
berpendapat
bahwa
yang
yang benar-benar sukarela dan kegiatan yang dipaksakan secara terselubung, baik oleh
partisipasi
seringkali
penguasa maupun oleh kelompok lain.
digunakan untuk memberi kesan mengambil
Huntington
dan
bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil
partisipasi
yaitu
bagian
dapat
(autonomous participation) dan partisipasi
mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut
yang dimobilisasi (mobilized participation)
menentukan
atau dikerahkan oleh pihak lain (Budiardjo,
dalam
sebuah
aktivitas
bagaimana
pelaksanaan
aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti
tersebut,
dalam
bersifat
otonom
Dari beberpa penjelasan pengertian
ikut
partisipasi politik di atas, maka dapat ditarik
menentukan perencanaan dan pelaksanaan
sebuah kesimpulan bahwa partisipasi politik
aktivitas tersebut. Syarat utama warga
adalah
negara disebut berpartisipasi dalam kegiatan
keikutsertaan seseorang atau sekelompok
berbangsa, bernegara, dan berpemerintahan
orang dalam proses politik baik itu dalam
yaitu: ada rasa kesukarelaan (tanpa paksaan),
kegiatan pemilihan maupun kegiatan lain
ada keterlibatan secara emosional, dan
yang erat hubungannya dengan politik dalam
memperoleh
rangka mempengaruhi kebijakan politik.
manfaat
artian
membedakan
1998:370).
ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas
Nelson
secara
langsung
suatu
bentuk
keterlibatan
dan
maupun tidak langsung dari keterlibatannya. Selain
itu
para
sarjana
yang
mengamati masyarakat demokrasi barat juga 6 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Huntington
Partisipasi Politik Dalam Buku Pengantar Sosiologi
dan
Nelson(1990:60)
yang
menyatakan bahwa terdapat korelasi antara
Politik, (Maran, 2007:156) Frank Linderfeld,
pembangunan
menemukan bahwa faktor utama yang
politik, dan tingkat status sosial ekonomi
mendorong orang untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Mereka yang berpendidikan
kehidupan politik adalah kepuasan finansial.
lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar, dan
Dalam studinya ia juga mengemukakan
mempunyai status pekerjaan yang lebih
bahwa status sosial ekonomi yang rendah
tinggi biasanya lebih berparisipatif daripada
menyebabkan seseorang merasa teralienasi
mereka
dari kehidupan politik, dan orang yang
berpendidikan. Selain itu ditegaskan juga
bersangkutan pun akan menjadi apatis. Hal
oleh
ini tidak terjadi dengan orang yang memiliki
mengungkapkan bahwa
kemapanan ekonomi.
memiliki status sosial dan status ekonomi
Sejalan
dengan
yang
dengan
miskin
Surbakti
partisipasi
dan
tidak
(1997:144)
yang
seseorang
yang
Frank
yang tinggi diperkirakan tidak hannya
hasil penelitian yang
memiliki pengetahuan politik, tetapi juga
dilakukan oleh Lipset dan Deustch dalam
mempunyai minat dan perhatian politik,
(Budiardjo, 2008:9) menunjukan bahwa di
serta
Amerika Serikat
penelitianannya
pemerintah. Sebaliknya masyarakat yang
dengan kajian perilaku warga negara dalam
miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan
pemilihan umum ditemukan suatu pola
mengalami
bahwa pendapatan, pendidikan dan status
tuntutan dan harapan masyarakatnya yang
sosial merupakan faktor penting dalam
akan menyebabkan timbulnya frustasi dan
proses partisipasi. Dengan kata lain tingkat
keresahan
pendapatan yang tinggi, pendidikan yang
melumpuhkan demokrasi.
Linderfeld, dari
pendapat
sosial
dalam
sikap
dan
kepercayaan
kesukaran
yang
untuk
pada
kepada
memenuhi
gilirannya
tinggi, dan status sosisial yang tinggi, cenderung
mempengaruhi
tingginya
partisipasi politik masyarakat tersebut. Dalam
konteks
mikro,
tingkat
ekonomi masyarakat akan mempengaruhi tingkat
partisipasi
politk
masyarakat
3. Hipotesis Adapun
yang
menjadi
hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (Ho) : Tidak ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap rendahnya 7
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tingkat partisipasi politik masyarakat
masyarakat di Kecamatan Pontianak Selatan
di Kecamatan Pontianak Selatan pada
yang dilihat dari aspek tingkat pendidikan,
pemilihan
jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan,
Walikota
dan
Wakil
Walikota Pontianak tahun 2008.
kemudian variabel terikat dari penelitian ini
(Ha) : Ada pengaruh yang signifikan antara
yaitu tingkat partisipasi politik masyarakat di
status sosial ekonomi rendahnya
Kecamatan
tingkat partisipasi politik masyarakat
pemilihan Walikota Pontianak tahun 2008.
di Kecamatan Pontianak Selatan pada
Teknik pengumpulan data yang digunakan
pemilihan
yakni berupa komunikasi tidak langsung
Walikota
dan
Wakil
Walikota Pontianak tahun 2008.
Pontianak
(kuesioner),
Selatan
wawancara
dalam
dan
studi
dokumenter. Sedangkan metode data
yang digunakan adalah analisis
deskriptif
C. METODE PENELITIAN
analisis Metode penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
analisis
kuantitatif, tabel
Silang,
analisis
kualitatif,
analisis
korelasi
product moment, dan analisis koefisien determinasi.
model atau jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah 67.929 orang yang tersebar di 5 Kelurahan yang ada
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
di Kecamatan Pontianak Selatan. Sedangkan jumlah sempel yang diambil berdasarkan rumus penarikan sempel maka didapat sempel sebanyak 377 orang atau sebesar
1. Hubungan Partisipasi Politik dan Status Sosial Ekonomi Partisipasi politik masyarakat
di
0,55% dari jumlah populasi sebanyak 67.929
Kecamatan Pontianak Selatan dalam proses
orang.
ini
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
ditentukan secara acak (random sampling).
Pontianak tahun 2008 dapat dilihat dari
Lokasi
keikutsertaan
Sampel
dalam
penelitian
Kecamatan
penelitian
ini
Pontianak
dilakukan Selatan.
di
Adapun
mereka
dalam
proses
pemungutan suara yang diperoleh dari hasil
variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu
penyebaran
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
responden. Berdasarkan hasil penyebaran
bebas
kuesioner menunjukan bahwa dari 377
yaitu
status
sosial
ekonomi
kuesioner
terhadap
377
8 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
responden yang datang ke TPS dan ikut
sebesar 52% atau sebanyak 148 responden
mencoblos adalah sebanyak 215 orang atau
yang
sebesar 57,03% dan sisanya 162 orang atau
sedangkan
sebesar 42,97% tidak ikut mencoblos.
ekonominya rendah yakni dari 93 responden
Kondisi ini menunjukan bahwa tingkat
tingkat partisipasinya sebesar 72% atau
partisipasi
sebanyak
masyarakat
di
Kecamatan
mengikuti
kegiatan
mereka
67
yang
pemilhan,
status
responden
yang
sosial
ikut
Pontianak Selatan dalam memberikan suara
berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan
pada
kepala daerah.
pemilihan
Walikota
dan
Wakil
Selanjutnya jika dianalisis
Walikota Pontianak tahun 2008 masih
lebih lanjut hasil dari tabel silang tersebut
tergolong cukup rendah.
dapat disimpulkan bahwa responden yang
Sedangkan status sosial ekonomi
status sosial ekonominya rendah lebih
responden di Kecamatan Pontianak Selatan
berpartisipasi yakni (72%:52%) dibanding
berada dalam kategori status sosial ekonomi
yang
menengah keatas atau (tinggi) yakni dari 377
(48%:28%). Mereka yang partisipasinya
responden sebesar 75% atau sebanyak 284
tinggi cenderung berasal dari responden
responden berstatus sosial ekonomi tinggi,
yang status sosial ekonominya rendah
dan sisanya sebesar 25% atau sebanyak 93
sebaliknya
responden
cenderung berasal dari responden yang
berstatus
sosial
ekonomi
menengah kebawah atau (rendah).
Partisipasi
Total
Ekonomi
Rendah
Tinggi
Rendah
26 (28%)
67 (72%)
93 (100%)
148
284
(52%)
(100%)
215
377
(58%)
(100%)
Tinggi
136 (48%)
Total
162 (42%)
sosial
yang
ekonominya
partisipasinya
tinggi
rendah
status sosial ekonominya tinggi. Dengan
Tabel 1 Silang Status Sosial Ekonomi dan Partisipasi Politik Dalam Pilkada Status Sosial
status
demikian dalam penelitian ini terdapat hubungan ekonomi
negatif
antara
dan partisipasi
status
sosial
politik dalam
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Sumber: Data diolah tahun 2014
Pontianak tahun 2008. Dilihat dari hasil analisis tabel silang menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi responden terhadap tingkat partisipasi politik
Dari tabel silang di atas diketahui bahwa dari 284 responden yang status sosial ekonominya tinggi tingkat partisipasinya
pada Pilkada Pontianak tahun 2008, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis lebih lanjut
dengan
mengunakan
pendekatan 9
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
korelasi product moment untuk mencari
0.100. Artinya nilai rxy hitung adalah -0.100.
pengaruh atau hubungan antara variabel
Apabila dilihat dari besarnya rxy yang
bebas (X) status sosial ekonomi dengan
diperoleh maka interprestasinya yakni antara
variabel
variabel X dan variabel Y tidak terdapat
terikat
(Y)
partisipasi
politik
responden. Sebelum melakukan perhitungan,
korelasi.
penulis terlebih dahulu telah membuat tabel persiapan
perhitungan
korelasi,
yang
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel bebas (X) terhadap
berisikan jumlah skor dari masing-masing
variabel
variabel yaitu variabel bebas (x) dan variabel
menggunakan
terikat (y).
determinasi dari hasil perhitungan korelasi
Tabel 2 Ringkasan Statistik Perhitungan Variabel Bebas (X) dengan Varabel Terikat (Y)
terikat
(Y)
maka
pendekatan
dapat koefisien
product moment di atas sebagai berikut KD = R2 x 100%. Atau -0.1002 x 100% = 1%.
Simbol Statitistik
Nilai Statistik
Hal ini berarti status sosial ekonomi
N
377
responden hanya memberikan kontribusi
∑x
3663
∑y
2438
∑x2
41066
∑y2
21500
Sedangkan sisanya sebesar 99% dipengaruhi
∑xy
23126
oleh faktor lain.
sebesar 1% terhadap partisipasi politik responden di Kecamatan Pontianak Selatan.
Berdasarkan perhitungan di atas,
rxy = rxy = rxy =
rxy =
(∑ ) }{ ∑
(
)(
)(
) (
) (
) }{(
(
rxy = rxy =
{ ∑
{(
(∑ )(∑ )
∑
)(
)(
maka dapat di jelaskan bahwa antara status (∑ ) } )
) (
)(
(
)(
sosial ekonomi memiliki korelasi atau ) }
)
pengaruh yang sangat lemah, kontribusinya hanya sebesar 1% saja terhadap partisipasi politik responden di Kecamatan Pontianak
)
Selatan. Jika menurut pendapat Sodijono (2012) bahwa korelasi tersebut diabaikan
√
rxy = -0.100
sehingga dikatakan tidak ada pengaruh
.
antara
Setelah
dilakukan
perhitungan
dengan menggunakan rumus pendekatan korelasi
produck
moment
secara
status
sosial
ekonomi
terhadap
partisipasi politik responden di Kecamatan Pontianak Selatan dalam kegiatan pemilihan kepala daerah.
keseluruhan, maka didapat hasil sebesar 10 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
2.
5% rhitung < rtabel, (-0.100 < 0.113) atau rhitung
Uji Hipotesis Uji hipotesis ini dilakukan untuk
lebih kecil daripada rtabel. Sehingga hipotesis
lebih meyakinkan akan hasil akhir dari
alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nihil
penelitian ini. Apakah terdapat pengaruh
(Ho)
atau tidak antara status sosial ekonomi
pengaruh atau hubungan yang signifikan
terhadap partisipasi politik responden di
antara
Kecamatan
dalam
partisipasi politik responden di Kecamatan
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Pontianak Selatan dalam pemilihan Walikota
Pontianak tahun 2008?.
dan Wakil Walikota Pontianak tahun 2008.
Pontianak
Langkah
Selatan
pertama
yang
diterima.
status
Artinya
sosial
tidak
ekonomi
terdapat
terhadap
harus
dilakukan yaitu mencari df (degree of freedom) atau derajat kebebasan, dengan
E. PENUTUP
rumus df = N – nr. Responden yang diteliti sebanyak 377 orang dengan demikian N=
1. Kesimpulan
377. Variabel yang penulis cari korelasinya
Setelah melakukan penelitian dengan
adalah variabel X dan Y, jadi nr = 2. Maka
judul “ Partisipasi Politik Masyarakat di
diperoleh derajat kebebasanya df = 377 – 2 =
Kecamatan
375.
Pemilihan Walikota Pontianak Tahun 2008”, Setelah diketahui df = 375 kemudian
berkonsultasi pada tabel “r” product moment
Pontianak
Selatan
pada
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1)
Status sosial ekonomi responden di
pada taraf signifikan 5% = 0.113. Jika rhitung
Kecamatan Pontianak Selatan yang
>
rtabel maka hipotesis alternatif (Ha)
dilihat berdasarkan kombinansi atau
diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.
penjumlahan skor dari masing-masing
Sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka hipotesis
indikator status sosial ekonomi yakni
alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nihil
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan
(Ho) diterima.
tingkat
pendapatan
yang
dimiliki
Hasil perhitungan menyatakan bahwa
responden maka diperoleh hasil dari
nilai rhitung = -0.100 sedangkan nilai rtabel
377 responden sebanyak 284 responden
yang tertera pada tabel “r” product moment
atau sebesar 75,33% berstatus sosial
pada taraf signifikan 5% adalah 0.113. Jadi
ekonomi
kesimpulannya adalah pada taraf signifikan
(tinggi). Sedangkan sisanya sebanyak
menengah
ke
atas
atau
11 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
93 responden atau sebesar 24,67%
a. Korelasi variabel X dengan variabel
berstatus sosial ekonomi menengah
Y dengan hasil angka sebesar -0.100
kebawah atau (rendah).
b. Koefisien determinasi dengan hasil
2) Tingkat Partisipasi politik responden di Kecamatan Pontianak Selatan yang
angka sebesar 1% c. Sedangkan
hasil
uji
hipotesis
dilihat berdasarkan penjumlahan skor
dengan berkosultasi dengan tabel
dari setiap jawaban yang diperoleh
“r” product moment
melalui penyebaran kuesioner maka
signifikan 5% hasilnya rhitung <
diperoleh hasil dari 377 responden
rtabel yaitu (-0.100<0.113). Dengan
sebanyak 215 responden atau sebesar
demikian hipotesis alternatif (Ha)
57,03% menggunakan hak suaranya
ditolak, sedangkan Hipotesis nihil
dalam kegiatan pemilihan kepala daerah
(Ho) diterima artinya tidak ada
Pontianak
Sedangkan
pengaruh
sisanya sebanyak 162 responden atau
signifikan
sebesar 42,97% tidak menggunakan hak
ekonomi terhadap partisipasi politik
suaranya dalam kegiatan pemilihan
responden di Kecamatan Pontianak
kepala daerah Pontianak tahun 2008.
Selatan dalam kegiatan pemilihan
Sehinnga dapat disimpulkan bahwa
kepala
daerah
partisipasi
2008.
Pada
tahun
2008.
politik
responden
di
atau
pada taraf
hubungan
antara
status
sosial
Pontianak penelitian
tahun ini
Kecamatan Pontianak Selatan termasuk
menunjukkan
dalam kategori rendah.
tertinggi terletak pada responden
3) Secara umum, tidak terdapat pengaruh
yang
bahwa
yang
berstatus
sosial
ekonomi
atau hubungan yang signifikan antara
rendah,
status
terendah terletak pada responden
sosial
partisipasi
ekonomi
politik
terhadap
responden
di
yang
sedangkan
partisipasi
berstatus
Kecamatan Pontianak Selatan dalam
tinggi.
Artinya
Pemilihan
tingkat
status
Walikota
dan
Wakil
sosial
partisipasi
ekonomi
semakin sosial
tinggi
ekonomi
Walikota Pontianak tahun 2008. Hal ini
reponden, tidak menjamin tingkat
terbukti
partisipasinya akan semakin tinggi.
dengan
hasil
sebagai berikut:
perhitungan
Begitu juga sebaliknya semakin rendah
status
sosial
ekonomi 12
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
responden, tidak menjamin tingkat partisipasinya akan semakin rendah.
Kemudian
berdasarkan
pendapat
Surbakti (1997:144) yang mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan
2. Implikasi Teoritik Berdasarkan beberapa teori dari para
tidak hannya memiliki pengetahuan politik,
ilmuwan
telah
tetapi juga mempunyai minat dan perhatian
dikemukakan pada bab sebelumnya maka
politik, serta sikap dan kepercayaan kepada
pada
diduga
pemerintah. Sebaliknya masyarakat yang
pada
miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan
ahli
politik
penelitian
mempengaruhi
yang
ini
yang
partisipasi
politik
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
mengalami
Pontianak
tuntutan dan harapan masyarakatnya yang
tahun
2008
di
Kecamatan
Pontianak Selatan adalah status ekonomi
yang
pendidikan,
dilihat
pekerjaan,
sosial
untuk
memenuhi
akan menyebabkan timbulnya frustasi dan
dari
tingkat
keresahan
dan
tingkat
melumpuhkan demokrasi, namun realitas di
penghasilan.
yang
pada
gilirannya
lapangan perkiraan tersebut dalam penelitian
Hasil penelitian tentang variabel yang
kesukaran
berpengaruh
partisipasi
Begitu juga dengan hasil penelitian
politik, jika dikaitkan dengan teori yang
yang dilakukan oleh Lipset dan Deustch
telah dijelaskan pada
dalam (Budiardjo, 2008:9) yang menyatakan
berdasarkan
terhadap
ini tidak terbukti.
pendapat
bab sebelumnya Linderfeld
bahwa tingkat pendapatan yang tinggi,
(dalam Maran, 2007:156) yang menyatakan
pendidikan yang tinggi, dan status sosisial
bahwa faktor utama yang mendorong orang
yang
untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik
tingginya partisipasi politik masyarakat,
adalah kepuasan finansial. Dalam studinya ia
namun pada kenyataan di lapangan dalam
juga mengemukakan bahwa status sosial
penelitian ini tidak menunjukan adanya
ekonomi
menyebabkan
hubungan atau pengaruh yang signifikan
seseorang merasa teralienasi dari kehidupan
antara status sosial ekonomi terhadap tingkat
politik, dan orang yang bersangkutan pun
partisipasi politik masyarakat. Dengan kata
akan
lain hasil penelitian tersebut tidak berlaku di
yang
menjadi
Frank
rendah
apatis,
ternyata
penelitian ini tidak terbukti.
dalam
tinggi,
cenderung
mempengaruhi
wilayah Kecamatan Pontianak Selatan. Pada penelitian
ini
menunjukkan
bahwa 13
AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
partisipasi politik tertinggi terdapat pada
ekonomi seseorang tidak dapat hanya dilihat
responden yang berstatus sosial ekonomi
berdasarkan tingkat pendidikannya saja,
rendah. Mereka yang berpendidikan rendah,
melainkan dilihat berdasarkan tiga aspek
berpenghasilan
yakni
rendah
serta
berstatus
tingkat
pendidikan,
tingkat
pekerjaan sebagai buruh dan petani justru
penghasilan dan status pekerjaan. Ditinjau
lebih berpartisipatif daripada mereka yang
dari aspek tingkat penghasilan dan status
berpendidikan tinggi, berpenghasilan tinggi
pekerjaan pendapat Huntington dan Nelson
dan berstatus pekerjaan sebagai Pengusaha,
pada penelitian ini juga tidak terbukti.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan wiraswasta.
Dalam
Dengan
responden
yang
memiliki tingkat pendapatan rendah dan
di
Kecamatan
berstatus pekerjaan sebagai buruh dan petani
adalah
pendapat
justru memiliki tingkat partisipasi yang lebih
Huntington dan Nelson (1990: 111) yang
tinggi jika dibandingkan dengan responden
menunjukkan
yang berpenghasilan tinggi dan berstatus
hasil
Pontianak
penelitian
Selatan
bahwa
yang
ini
sesuai
dengan
demikian
penelitian
orang-orang
yang
berpendidikan tinggi kurang berminat untuk
pekerjaan
sebagai
Pengusaha,
Pegawai
melibatkan diri dalam kegiatan pemilihan,
Negeri Sipil (PNS) dan wiraswasta.
termasuk memberikan suara. Tingkat-tingkat partisipasi pemilihan yang paling tinggi
3. Saran
terdapat dikalangan orang-orang yang buta
Berdasarkan hasil wawancara yang
huruf, lalu orang-orang yang berpendidikan
telah dilakukan dalam penelitian ini, ada tiga
menengah, sedangkan orang-orang yang
faktor yang memiliki pengaruh yang cukup
berpendidikan tinggi menunjukkan tingkat-
besar
tingkat partisipasi yang paling rendah.
tingkat partisipasi politik masyarakat di
Orang-orang yang berpendidikan rendah
Kecamatan Pontianak Selatan yakni faktor
menganggap bahwa hari pemilihan adalah
kesibukan sehari-hari, faktor popularitas
sebagai hari pesta sehingga mereka sangat
calon, faktor hilangnya tingkat kepercayaan
antusias mengikutinya. Namun pendapat
masyarakat
Huntington dan Nelson tersebut tidak serta
diakibatkan oleh segelintir oknum pejabat
merta mewakili secara keseluruhan aspek
pemerintah
atau indikator status sosial ekonomi, yang
cenderung
mana telah kita ketahui bahwa status sosial
pribadi daripada kepentingan rakyatnya.
dalam
mempengaruhi
terhadap
yang
rendahnya
pemerintah
tidak
mementingkan
amanah
yang
dan
kepentingan
14 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan angka partisipasi politik masyarakat, maka perlu adanya upaya efektivitas pendidikan politik bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat
di
Kecamatan
Pontianak Selatan. Untuk itu dalam hal ini peran dari partai politik sangatlah penting untuk
memberikan
pendidikan
politik
____________________. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Hikmat, Harry. 2004. Pengarusutamaan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Cipruy Huntington, Samuel P. Dan Joan Nelson. 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Rineka Cipta.
kepada seluruh masyarakat di Kecamatan Pontianak Selatan. Karena salah satu fungsi dari
partai
politik
adalah
Madjid, Nurcholis. 2009. Cita-cita Politik Islam. Jakarta; Paramadina
memberikan
pendidikan politik kepada seluruh lapisan
Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta
masyarakat tanpa terkecuali. Partai politik harus secara terstruktur memberikan edukasi politik kepada seluruh lapisan masyarakat, dengan
cara
langsung
ataupun
pendekatan-pendekatan melalui
penyuluhan-
penyuluhan agar masyarakat mengerti dan memahami akan pentingnya peranan mereka dalam berpartisipasi politik dalam setiap kegiatan pemilihan, sehingga kedepannya fenomena
penurunan
tingkat
partisipasi
Pawito, 2009. Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta, (unpublished). Rahman, Arifin. 2002. SITEM POLITIK INDONESIA: Dalam Perspektif Struktural Fungsional. Surabaya : SIC Surbakti, Ramlan. 1997. Partai, Pemilu dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tim Pustaka Art. 2007. Undang-Undang Otonomi Daerah (Terbaru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
masyarakat tidak terulang kembali pada kegiatan pemilihan berikutnya.
Waristo, Teguh Wuyono. 2003. OTONOMI DAERAH: Capacity Building dan Penguatan Demokrasi Lokal. Semarang: PUSKODAK UNDIP.
F. DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku: Budiardjo, Miriam. Prof. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 15 AHMAD FAUZI, NIM. E02109011 Program StudiI Ilmu Politik Fisip UNTAN