Pakaian Sebagai Penanda 2001
PAKAIAN SEBAGAI PENANDA:
Kajian Teoretik Tentang Fungsi dan Jenis Pakaian Dalam Konsteks Semiotika Herman Jusuf dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Abstrak Secara umum pakaian dipahami sebagai "alat" untuk melindungi tu buh atau sebagai "alat untuk memperelok penampilan". Tetapi, selain untuk memenuhi kedua fungsi tersebut,pakaian pun dapat berfungsi sebagai "alat" komunikasi yang bersifat non-verbal, karena pakaian ternyata mengandung simbol-simbol yang memiliki beragam makna. Kata Kunci: pakaian, penanda, makna, alat komunikasi, kepribadian, status sosial, stereotipe, simbol
kelompok manula, dewasa, remaja,
1. Pendahuluan
Seiring dengan perjalanan waktu, nilainilai
dan
mempengaruhi
sikap-sikap cara
yang manusia
balita, bayi, maupun kelompok laki-laki atau perempuan. Setiap
bentuk
dan
jenis
pakaian
mengalami
apapun yang mereka kenakan baik
perubahan. Sekarang ini kita telah
secara gamblang maupun samar-samar
terbiasa berpakaian dan menganggap
akan menyampaikan penanda sosial
pakaian sebagai bagian yang integral
(social signals) tentang si pemakainya.
dan diri dan kepribadian kita. Pakaian
Orang
merupakan suatu benda yang paling
karena tidak menyukai perhatian orang
akrab dengan kita. Setiap hari kita
lain tertuju pada pakaiannya, sekalipun
melakukan
tanpa
berpakaian
telah
"upacara"
rutin
yang
berpakaian
mereka
asal-asalan
sadari
telah
mengenakan pakaian. Sedikitnya dua
menunjukkan peran sosial dan kode-
kali dalam sehari seseorang melakukan
kode sosial yang dianutnya terhadap
"upacara" tersebut. Hal ini tidak hanya
budaya dimana mereka berada (Morris,
dilakukan oleh kelompok usia atau
1977 ). Menurut Morris, pakaian yang
jenis
tetapi
dikenakan oleh manusia memiliki tiga
dilakukan oleh semua kalangan, baik
fungsi mendasar, yaitu memberikan
kelamin
tertentu
saja,
kenyamanan, sopan-santun, dan pamer
1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
(display).
Seperti
diungkapkan
oleh
berkaitan
dengan
nilai
ornamental
Broby-Johansen (1968:5): "It seeks not
(ornamental values) dari pakaian yang
to pretend, but rather to display." Hal
mampu
tersebut
yang
estetik dan memenuhi kepuasan atau
diutarakan oleh Horn dan Gurel yang
kenikmatan inderawi bagi seseorang
mengemukakan empat teori tentang
yang menginginkan keindahan.
sejalan
dengan
apa
memberikan
pengalaman
fungsi pakaian bagi manusia (1981: 1934). Secara umum orang meyakini bahwa
sopan-santun
merupakan
alasan men-dasar bagi manusia dalam berpakaian,
tetapi
menyatakan merupakan
beberapa
bahwa hasil
ahli
sopan-santun
atau
akibat
dari
pakaiannya. Sopan-santun bukanlah yang
mendorong
seseorang
untuk
berpakaian. Teori lainnya menyatakan bahwa dengan menutupi tubuh dengan pakaian justru menarik perhatian orang lain
terhadap
tubuh
yang
ditutupi
tersebut, sehingga dengan demikian akan meningkatkan daya tank seksual. Teori ketiga yang dikemukakan oleh Horn dan Gurel tersebut menyatakan bahwa pakaian yang dikenakan oleh manusia
memiliki
fungsi
Gambar 1: Gaya berpakaian yang menggabungkan berbagai lambang tetapi mengkomunikasikan suatu pesan tertentu (Sketsa karya Jason Brooks, 1994
sebagai
pelindung. Menurut teori ini pakaian dipandang manusia
sebagai dan
benteng
antara
lingkungannya
yang
Kecenderungan cara berpakaian masa kini
seringkali
dianggap
mengarah
melindungi mereka dari unsur-unsur
kepada ketidakformalan (informality).
berbahaya
Anggapan
maupun
baik
yang
psikologis.
bersifat Teori
fisik
terakhir
tersebut
tidaklah
tepat,
karena pada kenyataannya yang kita
2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
hadapi
sekarang
ternyata
dari pakaian seperti yang dikemukan
keformalan (formality) dalam berpakai-
oleh Morris maupun Horn dan Gurel
an
sekali,
dapat
kita
melainkan mengalami perubahan atau
acuan
dalam
pergeseran
peraturan-peraturan
tidaklah
ialah
hilang dari
sama
keformalan
lama
jadikan
pegangan
memahami
atau
munculnya
dalam
hal
menjadi keformalan baru.
berpakaian.
Misalnya saja celana jeans dikenakan
Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia
hampir oleh semua anak muda di
seringkali menangkap kesan pertama dari
dunia. Celana jeans yang dikenakan
orang-orang yang ditemuinya untuk pertama kali
oleh
melalui
para
pemuda
di
Indonesia,
pakaian
yang
dikenakannya.
merupakan suatu keformalan, sama
Pandangan sekilas saja terhadap penampilan
halnya dengan kain batik dan dastar
seseorang akan mengkomunikasikan karakter,
yang dikenakan oleh nenek moyang
kedudukan, dan status orang tersebut di
mereka dahulu. Para pemuda tersebut
masyarakat. Proses tersebut diuraikan oleh
merasa
Allport (dalam Horn dan Gurel, 1981:158)
bebas
untuk
mengenakan
apapun sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian mereka telah berhasil menyingkirkan etiket berpakaian yang pernah mendominasi kehidupan social. Pakaian yang mereka kenakan yang sesuai dengan keinginannya tersebut merupakan seragam masa kini, sama halnya dengan pakaian yang dikenakan oleh orang tua mereka pada lima puluh
sebagai berikut: With briefest visual perception, a complex mental process is aroused, resulting within a very short time, 30 seconds perhaps, in judgment of the sex, age, size, nationality, profession and social caste of the stranger, together with some estimate of his temperament, his ascendance, friendliness, neatness, and even his trustworthiness and integrity. With no further acquaintance many impressions may be erroneous, but they show the swift totalizing nature of judgments.
tahun yang lalu. Peraturan-peraturan tertulis tentang tata cara berpakaian yang berlaku di masa silam telah terhapuskan, dan kini digantikan oleh peraturan-peraturan kini yang tidak tertulis. Teori-teori yang
II. Pakaian Sebagai Simbol Pribadi Pemakainya
Pakaian merupakan (bahasa diam' (silent
language)
yang
berkomunikasi melalui pemakaian
menyatakan tentang fungsi mendasar
3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
simbol-simbol
verbal
nonverbal.
maupun
Goffman
simbol-simbol
menyebut
semacam
itu
isyarat tentang diri, peran, dan status si
pemakai,
serta
memberikan
membantu
pernyataan
sebagai `sign-vehicles' atau 'cues'
keadaan
yang menyeleksi status yang akan
dipandang.
diterapkan kepada seseorang dan
Efek-efek simbolik yang ditimbulkan
menyatakan
oleh
tentang
cara-cara
seperti
apa
tentang
pakaian
orang
ketika
tersebut
seseorang
orang lain memperlakukan mereka.
melakukan interaksi antar manusia
Jalan
sama
pintas
visual
terhadap
tuanya
dengan
pakaian
itu
persepsi seseorang akan membuat
sendiri, tetapi baru pada sekitar abad
kita
XIX
mampu
mengkategorikan
seorang individu dan menyiapkan suatu perangkat
untuk
dipergunakan
dalam
karena
itu,
terutama
ahli
ilmu
pengetahuan
para
ahli
ilmu
sangatlah
penting
sosial
melakukan kajian tentang pakaian yang dipergunakan
melakukan interaksi berikutnya. Oleh
para
sebagai
komunikator
nonverbal.
untuk memahami makna dari simbol simbol yang disampaikan oleh pakaian agar
seseorang
dirinya impresi
mampu
sedemikian (kesan)
menunjukkan
rupa
yang
sehingga
diinginkan
dapat
diperoleh. Dalam kehidupan masyarakat urban masa kini yang bergerak dengan cepat
sebagian
besar
kontak
antar
manusia bersifat sementara, dan tidak bersifat pribadi (impersonal). Dalam situasi seperti
itu
merupakan terbentuk. lainnya
seringkali
kesan
satu-satunya Untuk
pertama
hal
keperluan
yang praktis
pakaian menjadi bagian yang
intim dan tak terpisahkan dari ruang
Gambar 2: Kartun karya Dominique Bidout yang dimuat di Le Monde, 14 Februaru 1987, Menggambarkan cara berpakaian beberapa kelompok subkultur
pandang (perceptual field) tempat orang
Banyak teori yang menjelaskan tentang
tersebut berada. Pakaian yang dikena-
perilaku pakaian secara umum; dan
kan oleh seseorang bisa menyampaikan
salah satu teori yang dipergunakan
4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
untuk
mengkaji
simbolisme
pada
menyampaikan makna simbolik kepada
pakaian dan untuk memahami aspek-
orang lain yang melihatnya. Pesan yang
aspek komunikatif dari pakaian ialah
diterima oleh orang lain tersebut tidak
"Teori
selalu
Interaksi
dasarnya
Simbolik".
Teori
Interaksi
Pada
Simbolik
berupa
pesan
termaksud.
Tingkat konsistensi antara dua pesan
menyatakan bahwa manusia hidup
merupakan
atau berada di dalam suatu lingkungan
suatu interaksi. Di dalam suatu unit
simbolik maupun fisik dan perilaku
budaya yang homogen hanya akan
manusia
terjadi
tersebut
dirangsang
oleh
ukuran
sedikit
dari
efektifitas
perbedaan
saja.
tindakan-tindakan yang juga bersifat
Meskipun demikian banyak komunikasi
simbolik dan fisik (Horn & Gurel,
silang budaya yang tidak efektif dapat
1981:160). Dengan demikian seluruh
terjadi karena pesan-pesan simboliknya
simbol
ditafsirkan secara tidak tepat.
tersebut
diperoleh
melalui
komuniaksi (interaksi) dengan orang lain. Interaksi
yang
masyarakat tergantung jejaring
menjadikan menjadi
kepada
(networks)
suatu
berfungsi
sejumlah simbol.
besar Simbol-
simbol tersebut memiliki makna yang umum atau makna yang dipahami bersama oleh suatu budaya. Meskipun sebagian
besar
simbol
tersebut
dikomuniaksikan secara verbal tetapi beberapa
di
antaranya
disalurkan
melalui penglihatan, seperti gestur, gerak (motion), dan objek. Pakaian dan hiasan tubuh lainnya merupakan objek yang dipergunakan secara simbolik oleh manuisa dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Penampilan seseorang
Gambar 2: Karena sekarang banyak orang yang dapat memperoleh simbol status yang dimiliki oleh golongan atas, maka makna simbolik dari jenis pakaian pun mengalami penyesuaian
Dalam menerapkan gagasan dasar dari Teori Interaksi Simbolik terhadap simbolisme pada pakaian, kita harus memeprtimbangkan beberapa hal: 1. Kualitas
pakaian
5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
yang
Pakaian Sebagai Penanda 2001
mengandung
stimulus
informasi
yang
disampaikan
kepada
bersifat kulutural merupakan sesuatu
akan
benar
orang
dan
sekaligus
salah
karena
stereotype selalu berdasarkan pada
lain.
fakta. stereotype dapat saja benar pada
2. Variabel-variabel
persepsi
proses
suatu waktu atau pada suatu tempat.
menentukan
Dapat juga terjadi stereotype tersebut
dalam
yang
ketepatan dari kesan (impression)
tidak
benar
jika
diterapkan
pada
yang terbentuk.
sekelompok orang. Jika benar maka hal
Konsekuensi yang timbul dari formasi
itu bukanlah stereotype tetapi fakta.
kesan (impression) dalam proses interaksi
Stereotype sering terjadi pada kesan
social.
pertama atau sebaliknya kesan yang diperoleh peratama kali sering berupa
III. Pakaian dan Kepribadian
stereotype. Kesan yang terjadi secara
Ada pepatah yang mengatakan bahwa
seketika terbentuk oleh nama, senyum,
kita tidak dapat menilai isi sebuah
jabat
buku hanya dengan melihat sampul
simbolik
depannya saja. Dengan demikian, kita
disampaikannya cocok dengangagasan
pun tidak dapat menilai seseorang
yang sudah ada di benak (preconceived
hanya
ideas)
melalui
dikenakannya,
pakaian tetapi
justru
yang hal
tangan,
lainnya.
maka
penting
itulah
stereotype
sesuatu
kemudian
yang
membentuk
disebut
Pembentukan
stereotype.
stereotype
ini
mengabaikan kenyataan bahwa setiap orang
memiliki
isyarat-isyarat
Jika
pesan
pun
stereotype
yang
dapat
diterapkan. Pakaian memegang peranan
tersebut yang sering terjadi, dan hal yang
dan
dalam
proses
tersebut.
terbentuknya
Hal
itu
telah
dibuktikan melalui kajian empirik pada awal
tahun
70-an
terhadap
para
mahasiswa di Berkeley, California.
seperangkat
karakteristik yang unik dan komplek.
Stereotype dapat juga berupa suatu
Kesalahan
penyamarataan yang berlebihan
dalam
pembentukan
stereotype merupakan kesalahan dari
(overgeneralize) terhadap suatu
penyederhanaan
gabungan berbagai unsur statistik bagi
(oversimplification).
yang
berlebihan
Stereotype
yang
peran (role) dan status-status tertentu,
6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
seperti diuraikan oleh sebuah tulisan
yang secara tradisi telah dikaitkan
yang dimuat di Nevada State Journal
dengan golongan social tertentu di
(Horn & Gruell, 1981: 162) sebagai
masyarakat. Mereka yang merupakan
berikut:
anggota sebenarnya dari strata social for
teratas mungkin saja menolak simbol-
example, the typical "head of state"
simbol tersebut karena symbol-simbol
was described as a white male, a
itu tidak lagi menandai adanya suatu
Democrat,
perbedaan. Terlebih lagi saat ini
At
a
governor's
conference,
age forty-nine,
who
has
been a soldier, is an attorney and a holder of some other public office. He would be married, the father of three children, recipient of university degree, a Protestant, and have been born in the jurisdiction
he
serves.
Probably
no
governor in the country has all twelve of those
characteristics,
but
the
description is more right than wrong.
kesempatan
untuk
memperoleh
pendidikan semakin besar sehingga memungkinkan setiap orang menjadi lebih memiliki pengetahuan untuk memanipulasi symbol-simbol tersebut. Pakaian merupakan indikator yang tepat dalam menyatakan kepribadian dan
gaya
hidup
seseorang
yang
mengenakan pakaian tertentu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kness terhadap sivitas akademika suatu universitas di Amerika ditemukan bahwa mereka yang mengenakan pakaian bergaya konservatif memiliki perhatian yang lebih besar terhadap pakaian dan lebih mementingkan simbol status daripada penampilan, jika dibandingkan dengan orang-orang Gambar 2: Pakaian merupakan cara yang paling cepat untuk menunjukkan suatu peran
yang
berpakain
bergaya
hippie.
Mereka yang berpakaian konservatif juga
cenderung
berpegang
pada
Saat ini semakin banyak orang yang
keyakinan politik dan sosial yang
mampu memperoleh simbol-simbol
konservatif
,
berbeda
7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
dengan
Pakaian Sebagai Penanda 2001
mereka dengan berpakaian bergaya
Gurel
hippie.
menyatakan :
IV. Bentuk dan Ragam Pakaian Bentuk
dan
ragam
pakaian
yang
dikenakan oleh manusia, baik oleh kaum lelaki, sangatlah banyak. Setiap bentuk
dan
jenis
pakaian
(1981:30)
pada
intinya
It is conceivable that clothing could be designed so that it would (1) provide a modest body covering, (2) accentuate and not obscure the body's physical attractions, (3) protect the body against the elements and potential mystical being, and, (4) be aesthetically satisfying to wearer and beholder.
yang
dikenakan oleh manusia mengandung makna-makna tertentu balk bagi si pemakainya maupun bagi orang lain yang melihatnya. Bentuk-bentuk dan jenis jenispakaian tertentu kemudian ada yang menjadi "milik" kelompok usia tertentu atau menjadi "milik" jenis
Selanjutnya mengenai fungsi pakaian sebagai keindahan (The Decoration Theory) mereka menyatakan sebagai berikut: Another important decorative function of clothing is that it serves to identify and distinguish people in many ways. The symbolization of clothing can indicate the wearer's status, occupation, religion, and group membership both formal and informal.
kelamin tertentu, bahkan ada juga bentuk/jenis
pakain
yang
menjadi
"milik" sebagian orang yang berorientasi seksual,
politik,
tertentu.
Pakaian
kemudian
atau
menjadi
kepercayaan
yang
dikenakan
penanda
atau
menjadi lambang bagi si pemakainya. Horn dan Gurel mengemukakan empat teori tentang fungsi pakaian bagi manusia, salah satu di antaranya ialah The Decoration Theory (1981:19 35). -
Teori tersebut terdiri dari beberapa kategori, yaitu: 1. Sexual Attraction, 2. Trophyism, 3. Terrorism, 4. Totemism,
5. Identification. Keempat teori utama yang diungkapkan
oleh
Horn
Pakaian dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi tingkatan social, ekonomi, dan martabat seseorang. Simbol status dipergunakan untuk menentukan posisi seseorang di masyarakat. Simbol status yang paling tua dapat dilihat di kalangan masyakat yang hidup pada jaman Paleolithic. Para kepala suku atau kepala sekte biasanya mengenakan pakaian tertentu sebagai penanda atau untuk menunjukkan dan membedakan statusnya. Kepangkatan merupakan bentuk lain dari status yang memerlukan pakaian untuk membedakannya seperti dapat kita lihat kelompok pekerja tertentu atau di kalangan militer.
dan
8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
increasingly towards this potentially profitable market." Sejak tahun 1950 di Barat muncul berbagai `pemujaan' (cults), kelompokkelompok anak muda yang memiliki pandangan atau latar belakang social tertentu yang berusaha menjadikan din mereka sebagai pusat perhatian dengan Gambar: Cara berpakaian dari dua kelompok usia yang berbeda ((1943) Pakaian-pakaian
yang
dikenakan
sesuai dengan fungsi tersebut di atas menjadi semacam "konvensi" yang telah disepakati bersama secara universal. Tetapi, tidak semua anggota kelompok masyarakat memiliki pandangan yang sama terhadap "konvensi" tersebut terutama
para
kaum
muda
dan
kelompok-kelompok lain yang sering dianggap
sebagai
"pemberontak".
Setelah Perang Dunia II berakhir, kaum muda mulai muncul sebagai suatu kelompok yang signifikan dan menjadi sasaran penjualan berbagai produk seperti piringan hitam, radio transistor, kemudian
kaset,
video,
minuman
ringan, juga pakaian. Seperti dikatakan oleh Yarwood (1992: 158) sebagai berikut:"Advertising has been directed
cara
mengenakan
pakaian-pakaian
yang tidak qumrah', bahkan seringkalai pakaian yang mereka kenakan tersebut tampak
dengan tata rambut dan
sepatu yang tak kalah mengejutkan. Menurut Hebdige (1991: 80) "...the succession of youth cultural styles as symbolic forms of resistance; as spectacular symptoms of a wider and more generally submerge dissent which characterized the whole post-war period."
Kelompok-kelompok tersebut
yang
kaum
kemudian
muda disebut
sebagai suatu subkultur (subculture) terdiri dari kelompok-kelompok yang menamakan diri mereka Beatnik, Eco, Grunge, Hippy, Indie, Punk, Rasta, Skinhead, Rocker, Teddy Boys. Mods, Surfer, dan lain sebagainya. Menurut Haye dan Dingwall (1996 : 3) : Post-war subculture emerged partly in response to full unemployment and increased levels of youth affluence. They were also a product of the changing social landscape in which young, often working -class youth had the confidence to adopt styles which were different from those chosen by their parents and to deviate from fashion
9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
dictates. Music, rather than art, politics or literature, was the primary fuel for post-war subcultures, and many emerged in tandem with
tampak
atau
terasa
'up to
date'.
new forms of musical expression.
adalah pakaian yang tidak pantas' dan
Sebagian pihak yang mengangap jeans berusaha
untuk
pemakaiannya,
tetapi
membatasai upaya-upaya
tersebut tidak berhasil. Daya tahan yang dimiliki oleh (sepasang pakaian' tersebut memang sangat menakjubkan. Tidak seperti bentuk atau jenis pakaian lainnya
yang
selalu
mengalami
keusangan', jeans dan T-shirt ini tetap tahan
terhadap
perubahan
jaman.
Mengenai hal tersebut Yarwood (1992 : 159) menyatakan sebagai berikut : Gambar 3: Kita semua selalu menilai seseorang berdasarkan pada penampilan
Dart sekian banyak bentuk dan jenis pakaian semuanya berfungsi sebagai penanda bagi si pemakainya, sehingga kedudukan, peran , pekerjaan atau sclera seseorang dapat dikenali dart
"It is difficult to think of a reason (or reasons) which might explain the inordinate and continued popularity of blue jeans...It is understandable that the garments, often companied by T -shirts, should be welcomed almost as the uniform... but what is very difficult to understand is the continued popularity of these garments over decades and their spread to abroad range of age and social groups to be worn for a variety of occasions."
pakaian yang dikenakannya. Tetapi
V. Penutup
meskipun demikian terdapat jenis dan
Pakaian merupakan salah satu symbol
bentuk pakaian yang universal dan
onverbal
tidak mengenal kasta' maupun jenis
mengkomunikasikan dan menyatakan
kelamin. Pakaian tersebut ialah jeans
aspek-aspek teretntu dart kepribadian,
dan
Sejak
usia, jenis kelamin, peran, status, dan
kemunculannya puluhan tahun yang
situasi. Pakaian terbukti bukan hanya
lalu hingga saat ini kedua jenis pakain
sekedar benda yang berfungsi sebagai
tersebut tetap dan masih dikenakan
penutup tubuh atau sebagai alat untuk
oleh berbagai kalangan dan tetap saja
memperelok penampilan saja. Lebih
Tshirt
(kaus
oblong).
yang
signifikan
10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
dalam
Pakaian Sebagai Penanda 2001
dart itu, pakaian , apapun bentuk,
menaikkan atau meningkatkan status
jenis, warna, dan coraknya ternyata
mereka dengan mengenakan pakaian
mampu
atau
yang tipikal dikenakan oleh kalangan
si
yang bertstatus lebih tinggi Jaman
menyampaikan
mengkomunikasikan pemakainya,
pesan
mengenai bukan
saja
sekarang
tidak
undang
fisik tetapi juga menyampaikan hal-hal
dalanm berpakaian kecuali dikalangan
yang bersifat non-fisik.
militer. Seorang yang berpabgkat sersan
dan
status
sosial
sangat
berkaitan erat dan manusia berusaha
tentunya
membatasi
undang-
menyampaikan hal-hal yang bersifat
Pakaian
yang
terdapat
tidak
boleh
seseiorang
mengenakan
pakaian jenderal
Daftar Pustaka
Broby-Johansen. 1968. Body and Clothes, An Illustrated History of Costume. London: Faber & Faber. Chenoune, Farid. 1993. A History of Men's Fashion. Paris: Flammarion. Drake, Nicholas. 1994. Fashion Illustration Today. London: Thames & Hudson. Hebdige, Dick. 1991. The Meaning of Style. London: Routledge. Horn, Marilyn J. Lois M. Gurel. 1981. The Second Skin. Boston: Houghton Mifflin Company. Morris, Desmond. 1977. Manwalking: Field Guide to Human Behavior. New York: Harry N. Abrams, Inc. Publishers. Yarwood, Doreen. 1992. Fashion In The Western World. London: B.T. Batsford.
11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Pakaian Sebagai Penanda 2001
12 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001