1
PENGARUH model problem based learning TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA kelas VIII PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME PRISMA TEGAK DAN LIMAS (SUATU PENELITIAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII MTs. BAHRUL ULUM BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO) Riska Labdulla Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Bahrul Ulum Batudaa Pantai Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 67 orang dan tersebar dalam 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Dari populasi ini diambil 2 kelas secara acak. Kemudian, dipilih lagi secara acak untuk menentukan kelas yang akan diberikan perlakuan. Berdasarkan hasil random, kelas VIIIA terpilih sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing sedangkan kelas VIIIB sebagai kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar. Tes diberikan kepada siswa yang berada di kelas eksperimen dan kontrol. Data hasil belajar kemudian di analisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan melalui tabel dengan mempresentasekan rata-rata, dan analisis inferensial dilakukan dengan menggunakan uji t untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Kata Kunci : Problem Based Learning
I.
PENDAHULUAN Salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam bidang ilmu
pengetahuan adalah Matematika. Disiplin ilmu ini sering digunakan dalam semua disiplin ilmu yang ada. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama bahkan paling
2
banyak digunakan dalam bidang teknologi dan sains. Sehingga tidak heran jika salah satu tokoh matematikawan yang menyebut dirinya sebagai pangeran para matematikawan Carl Friederich Gauss mengatakan bahwa ”mathematics is queen of the science” matematika merupakan ratu ilmu pengetahuan. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subyek dalam pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri. Khusus untuk mata pelajaran matematika, selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya. Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut
3
terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana siswa/mahasiswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk illstructured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan
oleh
siswa
atau
guru),
kemudian
siswa
memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
4
II.
METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di MTs Bahrul Ulum Batudaa Pantai pada
Semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan (Mei, Juni, Juli) mulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan rancangan Posttest-Only Control Group Desain (Sugiyono.2009: 112), dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 Desain Penelitian Kelas
Perlakuan
Post Tes
Kelas Eksperimen
X1
O1
Kelas Kontrol
X2
O2
Keterangan : X1 adalah pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning X2 adalah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. O1 adalah tes akhir (post test) untuk kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning O2 adalah tes akhir (post test) untuk kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional
3.3. Variabel Penelitian Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono.2010:3). Variabel yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah :
5
1. Variabel Independen (Bebas) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berupa perlakuan pembelajaran. Untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning dan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional. 2. Variabel Kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen dapat diketahui secara pasti. Variabel kontrol dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: a) Guru yang mengajar Kelas eksperimen dan kelas kontrol diajar oleh guru yang sama yaitu oleh peneliti sendiri. b) Materi yang diajarkan Kelas
eksperimen
maupun
kelas
kontrol
memperoleh
materi
pembelajaran yang sama. c) Waktu. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mandapat alokasi waktu yang sama. d) Tes hasil belajar Kelas eksperimen maupun kelas kontrol memperoleh tes hasil belajar yang sama yaitu soal yang sudah di validasi.
3. Variabel Dependen (Terikat) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan volume prisma tegakdan limas untuk siswa kelas VIII MTs . Variabel ini berupa tes hasil belajar yang di peroleh siswa.
6
Sesuai dengan teknik sampel ini, maka peneliti melakukan pengambilan sampel dengan cara mengundi, tiga dari dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel. Dari hasil undian diperoleh kelas VIIIA dan VIIIB sebagai sampel dari penelitian ini. Dari dua kelas ini dipilih lagi secara random kelas yang akan diajar dengan menggunakan model problem based learning dan kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil random, kelas VIIIA terpilih sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model problem based learning sedangkan kelas VIIIB sebagai kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Instrumen yang dimaksud adalah tes hasil belajar dalam bentuk essay. Instrumen pengukuran hasil belajar disusun berdasarkan definisi konseptual hasil belajar dan dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi tes hasil belajar (dalam lampiran 5) yang memuat indikator hasil belajar. Selain tes hasil belajar, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan lembar pengamatan aktifitas siswa dala pembelajaran. Lembar pengamatan ini digunakan untuk melihat gambaran proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Sumber data tersebut adalah seluruh siswa yang menjadi sampel. Data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar sesudah pembelajaran (post test). Sebelum instrument ini digunakan maka diteliti dulu kualitasnya melalui uji coba.Kualitas instrumen ditunjukan oleh kesahihan (validitas) dan keterandalannya (reliabilitas) dalam mengungkapkan apa yang di ukur. Untuk
7
mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan maka perlu dilakukan uji kelayakan instrumen tes sebagai berikut : a)
Uji Validitas Tes Suatu soal dikatakan valid apabila soal itu dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Adapun untuk pengujian validitas butir soal digunakan formulai korelasi product moment dari pearson, yaitu korelasi antara skor butir tes dengan skor total tes. Rumus yang digunakan adalah:
rxy
N x
N xy x y 2
x N y 2 y 2
2
(Arikunto.2006: 170) Dimana:
r
xy
koefisien korelasi product moment
x Jumlah skor untuk setiap item y Jumlah skor total untu keseluruhan item N Jumlah responden
b) Uji Reliabilitas Tes Reliabilitas merupakan ketepatan suatu test apabila dilakukan kepada subjek yang sama.Pengujian reliabilitas tes menggunakan teknik korelasi alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut:
r1 1
k 1 k 1
t
b 2
2
8
Dimana : r1
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya soal
t2
2 b
= Jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total
Sedangkan untuk mencari varians butir dan varians total menggunakan rumus varians sebagai berikut :
b2
x2
x
2
N
t2
N
Y
Y
2
2
N
N
Dimana : X = Butir Soal Y = Total Butir Soal
(Arikunto, 2006:184)
Klasifikasi besarnya koefisien reliabilitas berdasarkan patokan menurut Guilford dalam Sulistiawati ( 2009: 70) adalah sebagai berikut. 0,00 < r11 ≤ 0,20
: tingkat reliabilitas sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40
: tingkat reliabilitas rendah
0,40 < r11 ≤ 0,70
: tingkat reliabilitas sedang
0,70 < r11 ≤ 0,90
: tingkat reliabilitas tinggi
0,90 < r11 ≤ 1,00
: tingkat reliabilitas sangat tinggi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Menurut Sugiyono
(2009:
207),
tujuan
dari
statistik
deskriptif
adalah
untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
9
adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis data deskriptif digunakan untuk menyajikan data dalam besaran-besaran statistik seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai yang paling banyak muncul (modus), simpangan baku (standar deviasi), dan menggambarkannya dalam bentuk tabel distribusi ferkuensi dan histogram. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam besaran statistik yaitu rata-rata, median, modus, standar deviasi, tabel distribusi frekuensi dan divisualisasikan dalam bentuk histogram. Selain itu, analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan tentang aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran dan data aktifitas siswa dalam pembelajaran yang dilakukan pengamat tiap pertemuan. Dimana pembelajaran dikatakan efektif jika kemampuan guru yang tercapai minimal baik. Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk menguji kesamaan rata-rata dari beberapa varians. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan dua kelas maka untuk menguji kesamaan dua varians digunakan uji F. Rumus statistik yang digunakan adalah :
F
var ians terbesar var ians terkecil
Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut : H 0 1 2 2
H1 1 2 2
2
2
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika Fhitung Fhitung
Ftabel dan H0 ditolak jika
Ftabel
Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilliefors (Sudjana 2004:466) dengan prosedur sebagai berikut :
10
1. Pengamatan X1,X2,…..¸Xn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2, ….,Zn dengan menggunakan rumus Z1
Xi X s
Dimana : X = rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus
X
X
i
n
S = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus S2
(X
i
X )2
n 1
2. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F Zi PZ Zi Misalnya; untuk Z = 0,2 maka F(0,2) - P(Z 0,2) = P(- ~ < Z 0) + P (0 < Z < 0,2) - 0,5000 + 0,0793 = 0,5793 Selanjutnya dihitung profosi
Z1 , Z 2 ,......., Z n yang lebih kecil atau sama dengan Z i Jika proporsi ini dinyatakan oleh S( Z i ), maka : S (Z i )
Banyaknya Z1 , Z 2 ,..., Z n yang Z i n
3. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 4. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut yang disebut dengan Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut : H0
: Data berdistribusi normal
H1
: Data tidak berdistribusi normal
11
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika L0 Ltabel dan tolak H0 jika
L0 Ltabel pada taraf nyata yang dipilih. Uji statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah independent t-test, yakni menggunakan uji satu pihak dengan rumus sebagai berikut : x1 x 2
t s
1 1 n1 n2
dengan (n1 1) s1 (n 2 1) s 2 n1 n 2 2 2
s2
2
(Sudjana, 2002: 239)
Keterangan t x1 x2 n1 n2
= = = = =
Nilai hitung untuk uji t Nilai rata-rata kelas ekperimen Nilai rata-rata kelas kontrol Jumlah anggota sampel kelas eksperimen Jumlah anggota sampel kelas kontrol
s2
= Varians sampel
s1 s2
= Standar deviasi kelas eksperimen = Standar deviasi kelas kontrol
Menentukan taraf signifikan, yang dalam penelitian ini dipilh 0,05 dengan dk = (n1 + n2 - 2) dan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika t hitung t1 maka H0 diterima dan tolak H0 jika t mempunyai
harga-harga
lain.
(Sudjana, 2002: 243)
12
Hipotesis penelitian yang dinyatakan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut : H0: µ1 ≤ µ2
Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model Berbasis Masalah lebih rendah dibanding dengan hasil belajar siswa yang diajar secara konvensional.
H1: µ1 > µ2
Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model Berbasis Masalah lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang diajar secara konvensional
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan
tersebut, terlebih dahulu peneliti menyiapkan instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data yakni tes hasil belajar siswa pada materi Balok. Sebelum digunakan instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah test tersebut valid dan layak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Adapun hasil validasi dari 2orang dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan 1 orang guru mata pelajaran matematika di MTs. Bahrul Ulum Batudaa Pantai menyatakan bahwa instrumen tersebut baik dan layak dijadikan sebagai test hasil belajar pada penelitian ini. Untuk memperkuat pernyataan dari para validator tersebut, peneliti menjadikan hasil belajar kelas eksperimen sebagai hasil uji coba post-test dengan tujuan untuk membuktikan bahwa soal tersebut valid atau tidak.
13
Setelah melakukan pengujian validitas dengan menggunakan rumus r product moment dan reliabilitas, terbukti bahwa soal tersebut berstatus valid. Untuk pengujian validitas tes, Dengan taraf nyata α = 0,05 dan n = 23 serta dengan kriteria interval kepercayaan 95% maka harga : r (0,05) (23) =
daftar
=r
(α) (n)
=r
0,413. dari hasil hitungan di peroleh bahwa rdaftar = 0,413< rhitung =
0,865 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa test reliabel artinya dapat digunakan sebagai pengumpul data pada penelitian ini. Ketika diketahui bahwa test yang akan digunakan sudah cukup valid dan reliabel, selanjutnya adalah pelaksanaan perlakuan pada kedua sampel. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi balok yang diajar dengan menggunakan model problem based learning dengan yang diajar tanpa menggunakan model problem based learning atau konvensional. Setelah kelas kontrol dan kelas eksperimen mendapat perlakuan, guru memberikan post-test. Pemberian post-test ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning yaitu pada kelas eksperimen dengan
siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan model problem based learning pada kelas kontrol. Dari hasil test hasil belajar yang didapat diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen X 1 60,2273 dan untuk kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh adalah
X 2 40,8182 . Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning hasil belajarnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan tanpa menggunakan model problem based learning. Selanjutnya akan dilakukan pengujian normalitas terhadap data test hasil belajar yang didapat. Untuk melakukan pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors. Untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Lo = 0,1341.. untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 22 diperoleh Ldaftar = 0,173, dapat dilihat bahwa Lo < Ldaftar . Karena Lo < Ldaftar , maka HO diterima. Dengan demikian hasil post-test untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Pada kelas kontrol, dari data test hasil belajar diperoleh nilai Lo = 0,1732, sedangkan untuk taraf nyata α
14
= 0,05 dengan n = 31 diperoleh
Ldaftar = 0,173. karena Lo < Ldaftar , dengan
demikian kelas kontrol juga berdistribusi normal. Karena kedua sampel berdistribusi normal, maka uji statistik dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (uji kesamaan dua rata-rata), dengan taraf nyata α = 0,05 dan karena berdasarkan uji F kedua sampel memiliki varians yang homogen maka digunaka
Adapun
hipotesis yang akan diuji adalah terima Ho jika t1 1
2
( )
t t1 1 . Berdasarkan 2
perhitungan yang dilakukan diperoleh thitung = Hasil pengujian menunjukkan bahwa sehingga dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan
diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model problem based learning dengan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model problem based learning. Salah satu yang menyebabkan rata-rata skor di dua kelas tersebut berbeda adalah model pembelajaran yang digunakan. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol, sebab adanya penggunaan model problem based learning yang mana siswa menemukan sendiri, merangkum dan mengeluarkan pendapat dan itu dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan hasil belajarnya meningkat.
IV.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model model problem based learning dengan yang
15
diajar tanpa menggunakan model problem based learning atau pembelajaran konvensional, luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. 2.
Model Problem Based Learning dapat digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut: 1.
Model Problem Based Learning dapat memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada siswa untuk melatih keterampilan mereka dalam pemahaman sendiri materi.
2.
Keberhasilan Model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika khususnya luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas, maka diharapkan pada para guru agar dapat mengadopsi dan menguji coba pada materi lainnya.
3.
Diharapkan kepada pihak sekolah, hendaknya dapat memediasi atau memfasilitasi sehingga penggunaan model pembelajaran pada setiap proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
4.
Perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai model pembelajaran problem based learning untuk materi-materi lain, khususnya materi yang memiliki karakteristik yang sama dengan materi luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas.
16
DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Krisna.
2010.
Belajar
Perubahan
Perilaku.
diakses
dari
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2010/07/22/belajar-perubahan-perilaku/. Tgl: 02 juni 2011. Kurniasih, Ari Woro. 2005. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kecakapan Matematika Siswa Pendidikan Dasar Kelas VII Sebagai Implementasi KBK. Semarang: UNS Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja
Rosdakarya. Purwantoro, Eko. 2005. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas II-C Smp Negeri 22 Semarang. Semarang: UNS Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan profesional Guru. Bandung: Rajawali Pers. Siagian, Sondang dkk. 1995. Teori motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Surabaya: Pustaka Belajar Uno, B. Hamzah dkk. 2006. Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Uno, B. Hamzah dkk. 2008. Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo: Nurul jannah.
17
Warpala, I Wayan Sukra. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional .diakses dari:
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-
konvensional/. Diakses tanggal: 02 juni 2011