PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015
Pengarah
:
Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Penanggung jawab
:
H. E. Agus Ismail, S.Sos., M.Pd. Kepala UPTB Pusat Data dan Analisa Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Editor
:
Dr. Hj. Widhy Kurniatun, ST., M.Si. Heny Rahmawati, A.Ks.,MP. Andhy Purwoko, S.Kom., M.Si.
Penulis
:
Ferdian Gumiwa, S.Pi. Ayu Dian Vita R.D, S.Ip.
Narasumber
:
Dr. Yanuar Renea Shinta Amida, SE., MM. Banu Muhhamad, SE., M.S.E. Bramastyo Bontas P., M.E.
Sumber Data
:
Bank Indonesia Organisasi Perangkat Provinsi Jawa Barat
Daerah
(OPD)
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
1
Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga buku “Profil Indikator Makro Finansial Tahun 2015” dapat diselesaikan. Profil Indikator Makro Finansial Tahun 2015 ini merupakan salah satu bentuk publikasi Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (Pusdalisbang), Bappeda Provinsi Jawa Barat.
Profil Indikator Makro Finansial Tahun 2015 merupakan publikasi pertama yang diterbitkan UPTB Pusdalisbang untuk memberikan informasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas perkembangan sektor perbankan dalam kaitannya dengan perekonomian Jawa Barat. Publikasi ini menyajikan perkembangan umum perbankan, kinerja bank umum konvensional, kinerja bank umum syariah, kinerja bank asing dan campuran, kinerja bank perkreditan rakyat di Jawa Barat serta ketahanan korporasi, UMKM dan Rumah tangga di Jawa Barat.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan publikasi ini. Perbaikan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku profil ini dimasa yang akan datang. Semoga Allah AWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan publikasi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para stakeholder pembangunan Jawa Barat. Bandung,
Desember 2015
PUSDALISBANG
BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
H.E.Agus Ismail, S.Sos, M.Pd
Prof.Dr.Ir.Deny Juanda Puradimaja,DEA
Kepala,
Kepala,
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
2
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................... 3 Daftar Isi .................................................................................................. 5 Daftar Grafik........................................................................................... 6 Daftar Istilah .......................................................................................... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF..................................................................... 8 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 9 A. Latar Belakang ........................................................................ 9 B. Maksud dan Tujuan.............................................................10 C. Ruang Lingkup ......................................................................10 D. Data Penunjang.....................................................................11 BAB 2 STRUKTUR PERBANKAN DI JAWA BARAT ...................10 BAB 3 BANK UMUM KONVENSIONAL ..........................................16 A. Pendanaan dan Risiko Likuiditas ..................................16 Perhimpunan Dana Ketiga .............................................................. 16 Risiko Likuiditas................................................................................... 17 B. Perkembangan Kredit dan Risikonya ..........................22 BAB 4 BANK UMUM SYARIAH.........................................................32 BAB 5 BANK PERKREDITAN RAKYAT, KETAHANAN KORPORASI, UMKM DAN RUMAH TANGGA...............................37 A. Bank Perkreditan Rakyat .................................................37 B. Ketahanan Korporasi, UMKM dan Rumah Tangga ..39
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
3
Daftar Grafik
Grafik 2.1 Aset Perbankan Konvensional .............................................. 15 Grafik 3.1 Perkembangan DPK Perbankan Konvensional per Jenis ................................................................................................................................ 21 Gambar 3.2 Grafik DPK Perbankan Konvensional 2011-2014...... 22 Grafik 3.3 Kredit Bank Konvensional 2011-2014............................... 25 Grafik 3.4 LDR dan NPL Bank Konvensional......................................... 29 Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit 2011-2013 ...............30 Grafik 4.1 Aset Perbankan Syariah........................................................... 31 Grafik 4.2 DPK Perbankan Syariah 2011-2014.................................... 33 Grafik 4.3 Pembiayaan Bank Syariah 2011-2014 ............................... 35 Grafik 4.4 FDR dan NPF Bank Syariah ..................................................... 36 Grafik 5.1 Perkembangan aset BPR dan DPK serta Kredit BPR .... 38 Grafik 5.1 Kredit Menurut Sektoral 2011-2013 .................................. 39 Grafik 5.2 Kredit Menurut Jenis 2011-2013 ......................................... 41 Grafik 5.3 NPL Kredit UMKM....................................................................... 42 Grafik 5.4. NPL Kredit Konsumsi 2011-2013........................................ 43
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
4
Daftar Istilah CAR
:
DPK
:
FDR
:
LDR
:
NPF
:
NPL
:
Yoy
:
Kewajiban penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang digunakan dalam perhitungan tingkat kesehatan bank Dana Pihak Ketiga
Financing to Deposit Ratio adalah rasio anara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Istilah FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan bank konvensional menggunakan istilah LDR
Loan to Deposit Ratio. Rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Dalam hal ini mencerminkan fungsi intermediasi perbankan.
Non Performing Financing. Risiko Dana Bermasalah. Digunakan untuk bank Syariah, sedangkan bank konvensional menggunakan istilah NPL
Non Performing Loan. Risiko Dana Bermasalah Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
5
RINGKASAN EKSEKUTIF Kinerja perbankan menunjukkan perkembangan yang
cukup kondusif baik dari sisi risiko kredit, likuiditas, dan risiko
pasar yang mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dilihat dari pengamatan periode antara 2010-2014. Seiring
dengan
bauran
kebijakan
moneter
dan
makroprudensial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi nasional, kinerja sektor perbankan di Jawa Barat
masih
cukup
kondusif.
Hal
ini
tercermin
dari
pertumbuhan aset perbankan konvensional, syariah, maupun BPR.
Pada aspek simpanan, total Dana Pihak Ketiga (DPK)
juga terlihat meningkat tiap tahunnya secara umum. Kondisi
tersebut juga disertai dengan rasio LDR yang cukup baik atau sejalan dengan ekspansi laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Dari aspek stabilitas sistem keuangan juga tercatat
kondisi yang membaik dari periode sebelumnya yang tercermin
dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang memiliki tren menurun.
Adapun ketahanan korporasi, UMKM dan rumah tangga
juga tercatat cukup kondusif. Hal ini terlihat pada NPL nya yang stabil dan tingkat pertumbuhan kredit yang terus meningkat.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan kebijakan makroekonomi adalah
menciptakan
pertumbuhan
ekonomi
yang
tinggi
serta
berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut adalah dengan meningkatkan stok modal yang tinggi. Permodalan yang tinggi akan mendorong meningkatnya investasi (Pembentukan
Modal Tetap Bruto/Gross Fixed Capital Formation) yang tinggi pula. Hal ini dianggap penting dikarenakan investasi memiliki
efek multiplier yang akan berdampak pada peningkatan
pendapatan sektor rumah tangga produksi (firms), dan rumah tangga konsumsi (households) melalui peningkatan jumlah lapangan pekerjaan yang terbentuk.
Sektor perbankan adalah institusi yang memegang
peranan penting dalam pengumpulan dana masyarakat, baik dari dalam negeri, maupun luar negeri. Selanjutnya, perbankan dapat memainkan peran sebagai intermediator keuangan,
dimana dana masyarakat yang terkumpul dapat disalurkan ke dalam bentuk-bentuk investasi perbankan berupa, salah satunya, kredit. Mengingat upaya pembentukan stok modal yang tinggi, guna meningkatkan Pembentukan Modal Tetap Bruto
yang tinggi, maka peranan kredit akan sangat penting, utamanya adalah kredit investasi dan kredit modal kerja. Di lain pihak, jenis kredit lain yang disalurkan sektor perbankan, yaitu kredit
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
7
konsumsi dapat memberikan informasi atas proksi pola konsumsi masyarakat.
Berkaitan dengan hal-hal diatas, maka pemetaan atas
profil perbankan dan sistem pembayaran, utamanya pada Provinsi Jawa Barat akan sangat diperlukan untuk memberikan
informasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas sejauh mana perkembangan sektor ini dalam kaitannya dengan perekonomian Jawa Barat secara umum.
B. Maksud dan Tujuan
Pembuatan profil indikator makrofinansial Provinsi
Jawa Barat ini ditujukan untuk memberikan informasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas perkembangan sektor perbankan dalam kaitannya dengan perekonomian Provinsi
Jawa Barat. Di lain pihak, profil ini diharapkan dapat
memberikan sinyal positif bagi calon investor untuk dapat menginvestasikan dananya pada sektor perbankan di Provinsi Jawa Barat.
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup atas hal-hal yang akan disampaikan pada
profil perbankan dan sistem pembayaran Provinsi Jawa Barat yang dipantau dalam frekuensi triwulanan ini adalah sebagai berikut:
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
8
1. 2.
Perkembangan umum perbankan di Jawa Barat:
Kinerja Bank Umum Konvensional di Jawa Barat: a.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga,
c.
Resiko Kredit (Non Performing Loan),
b. d.
Penyaluran Kredit,
Perkembangan Kredit UMKM,
3.
Kinerja Bank Umum Syariah di Jawa Barat.
5.
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Barat.
4. 6.
Kinerja Bank Asing dan Campuran di Jawa Barat. Ketahanan Sektor Korporasi, UMKM dan Rumah Tangga
D. Data Penunjang
Data penunjang kegiatan ini bersumber dari Bank
Indonesia untuk Provinsi Jawa Barat serta beberapa data tambahan dari OPD Daerah Jawa Barat.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
9
BAB 2 STRUKTUR PERBANKAN DI JAWA BARAT Pada tahun 2010, kondisi perekonomian yang cukup
baik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan
kinerja perbankan Jawa Barat. Penyaluran kredit tumbuh lebih tinggi pada periode laporan dengan risiko kredit yang terjaga. Kinerja
yang
baik
ini
didukung
risiko
likuiditas
dengan
meningkatnya
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) terutama deposito. Sementara
itu,
cenderung
membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Khusus BPR Jawa Barat, kinerja penyaluran kredit yang baik pada periode laporan juga didukung dengan upaya efisiensi serta terjaganya risiko baik likuiditas maupun kredit.
Pada tahun 2011, kinerja perbankan Jawa Barat
mengalami
Perkembangan
yang
membaik
sebagaimana
tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit serta turunnya
risiko kredit.
Pertumbuhan penyaluran
kredit
meningkat menjadi 22,23% sementara risiko kredit atau non performing loans (NPL) hanya sebesar 2,38%. Realisasi kredit tersebut
menyebabkan
intermediasi
perbankan
yang
diindikasikan oleh Loan-to-Deposit Ratio (LDR) masih cukup
baik, yakni mencapai 76,91%. Sementara itu, perkembangan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Barat sedikit melambat dibandingkan sebelumnya.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
10
Aset perbankan di Jawa Barat pada periode laporan
tumbuh sebesar 18,15% (yoy). Hingga akhir tahun 2011, aset
perbankan di wilayah Jawa Barat mencapai Rp 278,38triliun meningkat
dibandingkan
tahun
2010
yang
sebesar
Rp235,61triliun. Meski demikian, dari sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan aset pada tahun 2011 melambat dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 29,51%.
Kinerja perbankan Jawa Barat pada tahun 2012,
mengalami perkembangan positif sebagaimana tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit serta turunnya risiko kredit. Pertumbuhan
penyaluran
kredit
meningkat
sebesar
27,04%(yoy) menjadi 203,35 triliun, sementara risiko kredit
atau non performing loan (NPL) hanya sebesar 2,42%. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 17,56% menjadi 244,71
triliun. Dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi diiringi dengan pertumbuhan DPK yang sedikit lebih
rendah, maka pada tahun 2012 kinerja intermediasi perbankan Jawa Barat meningkat dari 82,37% menjadi 83,10%.
Aset perbankan di Jawa Barat pada periode laporan
tumbuh sebesar 20,23% (yoy). Hingga akhir tahun 2012, aset perbankan di wilayah Jawa Barat mencapai Rp334,69 triliun
meningkat dibandingkan akhir tahun 2011 yang sebesar Rp278,39 triliun. Dari sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan aset pada tahun 2012 tumbuh meningkat 20,23%.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
11
Perkembangan pada tahun 2013, seiring dengan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi nasional, kinerja sektor
perbankan di Jawa Barat masih cukup kondusif. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan aset perbankan konvensional yang tumbuh sebesar 13,0% (yoy) dan pertumbuhan kredit yang
mencapai 21,5% (yoy). Kondisi tersebut juga disertai dengan rasio LDR yang cukup baik mencapai 88,4% atau sejalan dengan
ekspansi laju perumbuhan kredit cukup tinggi, namun tingkat
riskio kredit (NPL) mengalami perbaikan dari 2,7% pada triwulan III menjadai 2,5% di triwulan IV 2013. Aset
perlambatan.
perbankan Hingga
di
akhir
Jawa
triwulan
Barat IV
menunjukkan
2013
pertumbuhan aset perbankan konvensional di
tercatat
Jawa Barat
sebesar 13,0% (yoy) melambat dibandingka triwulan III 2013
yang tumbuh sebesar 18,3% (yoy). Aset perbankan syariah juga melambat sebesar 19,5% dari Rp27,5 triliun pada triwulan III 2013 menjadi Rp29,3 triliun.
Perlambatan pertumbuhan aset di Jawa Barat didorong
oleh melambatnya penyaluran kredit perbankan konvensional
darn pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Perbankan konvensional hingga triwulan IV 2013 telah menyalurkan kredit sebesar Rp247,1 triliun atau tumbuh 21,5%
(yoy). Sementara itu, jumlah pembiayaan yang telah disalurkan perbankan syariah pada triwulan IV 2013 mencapai Rp20,6
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
12
triliun atau tumbuh 37,2% (yoy). Perlambatan tersebut seiring
dengan kebijakan moneter Bank Indonesia dalam rangka
menjaga stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan.
Secara keseluruhan tahun 2014, perbankan Jawa Barat
menunjukkan kinerja yang tidak setinggi tahun sebelumnya yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aset, dan kredit yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014
total aset perbankan Jawa Barat tercatat sebesar Rp420,8 triliun dengan
pertumbuhan
11,3%
(yoy)
yang
melambat
dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat tumbuh 13,0% (yoy).
Indikator
perbankan
lainnya
seperti
kredit
pun
menunjukkan perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit pada tahun 2014 adalah 13,1% (yoy)
sementara tahun 2013 dapat tumbuh sebesar 21,5% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan moneter yang cenderung ketat pada tahun 2014.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
13
Grafik 2.1 Aset Perbankan Konvensional
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja perbankan Jawa Barat pada triwulan IV 2014
secara umum masih menunjukkan kondisi yang relatif baik tercermin dari peningkatan aset dan kualitas kredit yang terjaga
dalam batas atau level aman. Pada aspek simpanan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum konvensional
maupun syariah di Jawa Barat tercatat sebesar Rp332,5 triliun sedikit melambat dari sebesar 11,8% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi sebesar 10,6% (yoy) pada triwulan IV 2014.
Sementara itu dari aspek pembiayaan, total kredit dan
pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional dan syariah pada periode laporan adalah Rp305,2 triliun dengan pertumbuhan 13,6& (yoy) yang sedikit melambat dibandingkan triwulan III 2014 dengan pertumbuhan 14,5% (yoy).
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
14
kondisi
Dari aspek stabilitas sistem keuangan juga tercatat yang
membaik
dibandingkan
dengan
periode
sebelumnya yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau NPL yang menurun pada periode laporan. Ketahanan sektor korporasi juga meningkat yang tercermin dari rasio kredit
bermasalah yang menurun khususnya pada sektor-sektor utama
seperti sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
15
BAB 3 BANK UMUM KONVENSIONAL Berdasarkan data Bank Indonesia, pada akhir triwulan
IV 2014, total aset bank umum konvensional mencapai Rp420,8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,3% (yoy). A. Pendanaan dan Risiko Likuiditas Perhimpunan Dana Ketiga
Perhimpunan DPK oleh perbankan umum konvensional
di Jawa Barat pada triwulan IV-2010 tumbuh lebih tinggi dari 26,0% menjadi 33,6% atau mencapai RP178,05 triliun.
Kenaikan pertumbuhan terutama pada jenis deposito dan giro sedangkan tabungan cendering stabil. Beberapa bank di Jawa
Barat menyebutkan bahwa meningkatnya pertumbuhan DPK akibat suku bunga yang kompetitif, khususnya deposito.
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah dan
bank swasta nasional mendominasi penghimpunan DPK di Jawa
Barat, yakni masing-masing dengan pangsa sebesar 51% dan 47%. Di sisi lain, bank swasta asing hanya menghimpun 2% dari
total DPK Jawa Barat. Naiknya pertumbuhan DPK perbankan
Jawa Barat terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi
DPK Bank milik pemerintah yang pada akhir triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 38,6%. Sementara itu pada tahun 2010
terdapat 1 buah bank asing berubah menajdi bank umum syariah sehingga total DPK bank asing turun cukup drastis.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
16
Sementara
itu
berdasarkan
jenis
valutanya,
pertumbuhan DPK rupiah meningkat cukup tinggi, yakni 36% menjadi Rp162 triliun. Di sisi lain DPK valas relatif melambat
yakni dari 12,6% menjadi 11,6% atau Rp16 triliun. Perlambatan
DPK valas diperkirakan semata-mata akibat apresiasi nilai tukar
rupiah yang lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Risiko Likuiditas Perbankan Jawa Barat diperkirakan masih dapat
menjaga likuiditasnya sebagaimana tercermin dari angka
undisbursed loans dan rasio LDR. Pada triwulan IV-2010, rasio
LDR cenderung menurun, yakni dari 75,7% menjadi 73,6% pada periode laporan. Sementara itu angka undisbursed loans bank umum konvensional masih relatif stabil yakni 7,7% pada triwulan III-2010 menjadi 6,7%.
Penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional di
Jawa Barat pada triwulan IV-2011 menjadi Rp208,15 triliun atau
tumbuh
melambat
sebesar
16,9%.
Perlambatan
pertumbuhan DPK disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan deposito (pangsa deposito terhadap total DPK adalah 38%, yang
sebesar 8% menjadi Rp78,08 triliun yang diduga akibat
penurunan suku bunga deposito. Di lain pihak, produk giro
maupun tabungan perbankan konvensional tumbuh cukup tinggi, yakni masing- masing sebesar 25,5% dan 21,9%.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
17
Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank
pemerintah dan bank swasta nasional masih menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 52% dan 46% .
Penghimpun dana oleh kedua jenis bank tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan, yakni masing-masing sebesar 18,4% dan 15,3%. Di lain pihak, setelah mengalami kontraksi pada
tahun sebelumnya, pertumbuhan penghimpunan dana bank swasta asing (proporsi penghimpunan dana bank swasta asing di Jawa Barat sebesar 2%) meningkat menjadi 15,8%. Sementara
itu,
berdasarkan
jenis
valutanya,
perlambatan total DPK didorong oleh kinerja DPK rupiah yang melambat. Pada triwulan IV-2011, DPK rupiah tumbuh
melambat 17,9% menjadi sebesar Rp191,2 triliun sedangkan
DPK valas tumbuh stabil pada periode laporan, yakni sebesar 6,43% menjadi Rp17 triliun. Kinerja ini masih lebih rendah
dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya dimana DPK rupiah tumbuh sebesar 36,2%. Meski demikian, tidak ada perubahan pangsa DPK menurut jenis valutanya, DPK rupiah masih mendominasi penghimpunan dana di Jawa Barat dengan pangsa sebesar 92%.
Penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional di
Jawa Barat pada triwulan IV-2012 menjadi Rp244,71 triliun atau tumbuh sebesar 17,56%. Berdasarkan produknya, produk tabungan dan deposito masih menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 43% dan 37%.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
18
Pertumbuhan tabungan mengalami perlambatan yakni dari
20,60% menjadi 17,09%, produk giro juga melambat dari
26,46% menjadi 19,70%, sementara deposito meningkat dari 10.12% menjadi 17,03%.
Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank
pemerintah dan bank swasta nasional masih menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 54% dan 44%. Di sisi lain, bank swasta asing hanya menghimpun 2% dari total
DPK Jawa Barat. Meningkatnya pertumbuhan DPK perbankan
Jawa Barat terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi
DPK bank milik pemerintah yang pada akhir triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 23,70% atau mencapai Rp132,80 triliun.
Sementara itu kelompok bank swasta nasional mengalami perlambatan, yakni dari 12,12% menjadi 10,94%, bank swasta asing juga melambat dari 17,17% menjadi 12,81%.
Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, DPK rupiah
masih mendominasi penghimpunan dana di Jawa Barat dengan pangsa masih relatif stabil, yakni 92%. Pertumbuhan DPK rupiah melambat dari 18,46% menjadi 17,47%, sebaliknya DPK
valas meningkat cukup tinggi, yakni 7,11% menjadi Rp18,61 triliun.
Pada triwulan IV-2013, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun oleh perbankan konvensional dan perbankan syariah di Jawa Barat meskipun melambat tetapi masih mengalami pertumbuhan yang positif. DPK perbankan konvensional
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
19
meningkat dari Rp270,8 triliun menjadi Rp279,4 triliun pada
triwulan IV 2013. Secara tahunan DPK Jawa Barat pada triwulan IV 2013 tumbuh 14,2% (yoy) atau melambat dibandingakn
triwulan III 2013 yang tumbuh 18,1% (yoy). Di sektor
perbankan syariah juga mengalami serupa, meskipun DPK
meningkat namun tumbuh melambat dari 33,9% (yoy) pada triwulan III 2013 mejadi 19,5% (yoy) pada triwulan IV 2013. Grafik 3.1 Perkembangan DPK Perbankan Konvensional per Jenis
Sumber: Bank Indonesia Komposisi
perbankan
pada
triwulan
IV
2013
didominasi oleh jenis tabungan (44%). Sedangkan sisi valuta, DPK didominasi oleh rupiah. DPK jenis tabungan terus
mengalami tren peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan tunia masyarakat sejak tahun 2011. Sebaliknya pada
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
20
periode yang sama, tren pangsa DPK jenis deposito cenderung menurun dan sampai dengan triwulan IV 2013 mencapai 37%. Dilihat dari jatuh temponya, deposito dengan jangka waktu satu
bulan memiliki pangsa terbesar, yaitu 18,2% atau sebesar
Rp50,89 triliun. Sedangkan untuk deposito dengan jatuh tempo 3 bulan pangsa pasarnya sebesar 9,4% dengan nominal
mencapai Rp26,27 triliun. Sisanya dengan pangsa 8,4% merupakan deposito dengan jatuh tempo 6 bulan ke atas.
Berikut ini adalah gambaran dari perkembangan Dana
Pihak Ketiga dari tahun 2011-2014 dalam bentuk grafik.
Gambar 3.2 Grafik DPK Perbankan Konvensional 2011-2014
Sumber: Bank Indonesia
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
21
Pada akhir triwulan IV 2014, total simpanan atau Dana
Pihak Ketiga yang dapat dikumpulkan bank umum konvensional di Jawa Barat mencapai Rp309,1 triliun.
B. Perkembangan Kredit dan Risikonya Pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank umum
konvensional pada triwulan laporan mencapai 27,6% lebih
tinggi dari periode sebelumnya bahkan melebih target
penyaluran kredit nasional . Dengan angka pertumbuhan
tersebut, maka outstanding kredit menjadi sebesar Rp130,97 triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit
investasi dan modal kerja tumbuh lebih tinggi dari periode
sebelumnya, yakni masing-masing dari 36,3% menjadi 40,1% serta 24,4% menjadi 29,8%. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi sedikit menurun dari 23,3%
menjadi 22,5% karena kebijakan perbankan yang menahan penyaluran untuk menjaga tingkat kualitas kredit.
Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar ditujukan
sektor PHR dan perindustrian masing-masing mencapai 21% dan 16% dari total penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit
sektor PHR cenderung stabil pada periode laporan, sementara
sektor industri pengolahan cenderung meningkat, yakni dari 23% menjadi 32%. Di sisi lain, pada tahun 2010 sektor
pertanian masih turun meski pada triwulan IV-2010 kredit ke sektor pertanian relatif meningkat. Berdasarkan hasil survei
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
22
perbankan BI Bandung, turunnya penyaluran kredit perbankan terutama disebabkan oleh anomali cuaca.
Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, penyaluran
kredit terbesar masih dilakukan oleh bank pemerintah, yakni
sebesar 61% atau sebesar Rp79,3 triliun pada periode laporan.
Namun demikian, perkembangan pertumbuhan kredit bank
pemerintah cenderung menurun, sementara bank swasta nasional meningkat cukup signifikan . Kinerja penyaluran kredit
oleh bank swasta nasional yang cukup baik berpotensi untuk
meningkat mengingat masih relatif kecilnya porsi kredit bank swasta nasional (37%) dibandingkan jumlah dana yang dihimpun (47%).
Dari 26 kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat,
penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di Kota Bandung
adalah yang terbesar, yakni mencapai 46%. Kredit yang
disalurkan oleh perbankan di Kota Bandung mayoritas diperuntukkan sektor PHR serta industri pengolahan. Menurut
angka pertumbuhannya, penyaluran bank berkantor di Kota Bekasi adalah yang tertinggi yakni sebesar 47% yang sebagian
besar ditujukan untuk sektor industri pengolahan. Hal ini mengingat daerah tersebut merupakan salah satu pusat pertumbuhan industri di Jawa Barat.
Khusus untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), penyaluran kredit perbankan Jawa Barat meningkat, yakni dari Rp37,7triliun menjadi Rp39,1 triliun. Sementara itu,
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
23
pangsa kredit UMKM masih relatif stabil, yakni 29,9%.
Peningkatan kredit UMKM terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan kredit kepada Usaha Menengah dibandingkan periode
sebelumnya. Di sisi lain, berdasarkan jenis penggunaannya baik
kredit investasi maupun konsumsi masih memiliki kontribusi
yang sama dengan nilai kredit pada periode laporan, masingmasing sebesar Rp5,9 triliun dan Rp33,1 triliun
Penyaluran kredit oleh bank umum konvensional di
Jawa Barat pada triwulan IV-2011 mencapai Rp160,08 triliun atau tumbuh 22,23%. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu yang sebesar 21,73%. Meski
demikian, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,62%, pertumbuhan kredit perbankan Jawa Barat mengalami perlambatan. Berdasarkan
jenis
penggunaannya,
naiknya
pertumbuhan kredit pada periode laporan disebabkan oleh
pertumbuhan kredit konsumsi yang naik 23,1% akibat
gencarnya pemberian kredit kendaraan bermotor ataupun
pembelanjaan melalui kartu kredit. Sementara itu, pertumbuhan
kredit investasi serta modal kerja sedikit melambat, yakni masing-masing sebesar 32,1% dan 19,0%. Meski demikian,
proporsi kredit menurut jenis penggunaannya masih sama dari
periode lalu, yakni modal kerja 45%, dan konsumsi sebesar 43% dari total kredit.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
24
Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar terjadi
pada sektor pertanian yang tumbuh 40,8% setelah pada akhir tahun lalu mengalami kontraksi. Sementara itu, pada periode
laporan sektor pengangkutan mengalami kontraksi sebesar 0,3%. Sektor PHR yang merupakan sektor terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Jawa Barat (pangsa sebesar 20% dari total kredit) tumbuh sebesar 22,3% atau sedikit
meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya . Berikut ini adalah Kredit Bank Konvensional 2011-2014.
Grafik 3.3 Kredit Bank Konvensional 2011-2014
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, hanya
pertumbuhan penyaluran kredit bank swasta nasional yang stabil, yakni sebesar 24,5% Sementara itu, kredit yang disalurkan oleh bank pemerintah dan swasta asing meningkat
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
25
masing-masing menjadi 21,5% dan 4,8% (bank pemerintah adalah kelompok bank dengan pangsa terbesar, yakni 61%).
Dari 26 kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat,
penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di Kota Bandung
adalah yang terbesar, yakni mencapai 42,89%. Menurut angka pertumbuhannya, penyaluran kredit oleh bank yang berkantor
di Kabupaten Bekasi adalah yang tertinggi yakni 57,18% yang
sebagian besar ditujukan untuk sektor industri pengolahan. Hal
ini mengingat daerah tersebut merupakan salah satu pusat pertumbuhan industri di Jawa Barat.
Khusus untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), penyaluran kredit perbankan Jawa Barat pada periode
laporan meningkat menjadi Rp50,82 triliun. Sementara itu,
pangsa kredit UMKM relatif stabil pada 31,75%. Berdasarkan skala usahanya, terjadi penurunan pangsa kredit pada usaha mikro, yakni dari 10,43% menjadi 9,55% sementara pangsa kredit usaha kecil dan menengah naik menjadi 16,23% dan 25,03%
Jika dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya,
kinerja intermediasi perbankan Jawa Barat lebih baik, yakni dari 73,56% menjadi 76,91%. Membaiknya rasio LDR terutama disebabkan
oleh
besarnya
perlambatan
DPK
sementara
pertumbuhan kredit meski sedikit menurun masih berada pada
level yang cukup tinggi. Meski demikian, perkembangan intermediasi perbankan Jawa Barat masih lebih rendah
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
26
dibandingkan nasional yang pada periode laporan mencapai
89,23% atau jauh melebihi level yang didorong oleh Bank Indonesia.
Risiko kredit perbankan di Jawa Barat pada triwulan IV-
2011 turun drastis dari 3,09% pada triwulan III-2011 menjadi 2,38%. Selain itu, risiko kredit UMKM juga turun dari 5,23%
menjadi 4,11%. Turunnya risiko kredit disebabkan oleh tingkat kehati-hatian
perekonomian.
perbankan
serta
membaiknya
prospek
Suku bunga kredit maupun deposito bank umum
konvensional di wilayah Jawa Barat berada pada tren
penurunan. Hal inilah yang diduga menjadi salah satu penyebab
melambatnya pertumbuhan aset maupun DPK. Penyebaran antara suku bunga deposito dan kredit pada periode laporan
diindikasikan menyempit akibat lebih besarnya penurunan suku bunga kredit. Perkembangan suku bunga kredit menunjukkan
hal yang membaik dimana seluruh kredit jenis penggunaan mengalami tren penurunan suku bunga. Sementara itu, suku
bunga kredit investasi adalah yang terendah pada periode laporan, yakni sebesar 12,63% sedangkan suku bunga kredit konsumsi masih menjadi yang tertinggi, yakni sebesar 13,78% .
Penyaluran kredit oleh bank umum konvensional di
Jawa Barat pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 27,04% atau mencapai Rp203,36 triliun. Dari sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan kredit pada tahun 2012 tumbuh meningkat
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
27
dibanding dengan tahun 2011 yang mencapai 22,22%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit masih
didominasi kredit modal kerja (KMK) yang memiliki pangsa sebesar 45% dengan angka pertumbuhan sebesar 26,58% atau mencapai Rp91,34 triliun. Sementara itu Kredit investasi (KI) tumbuh
sedikit melambat dari 38,36% menjadi 37,92%,
sedangkan kredit konsumsi terjadi perlambatan pertumbuhan namun masih relatif stabil di level 24,49%. Berdasarkan
kelompok
bank,
kelompok
Bank
Pemerintah yang memiliki pangsa 60% mencapai outstanding kredit sebesar Rp91,34 triliun dari total kredit perbankan sebesar Rp203,36 triliun atau tumbuh sebesar 28,01%, Bank
Swasta Asing mengalami pertumbuhan cukup tinggi dari
23,57% menjadi 36,64%, sedangkan Bank Swasta Nasional mengalami perlambatan dari 26,57% menjadi 25,01%
Penyaluran kredit di Jawa Barat, didominasi oleh bank
yang berkantor di Kota Bandung, yakni mencapai 46,39%. Berdasarkan angka pertumbuhannya, penyaluran kredit oleh
bank yang berkantor di Kabupaten Bekasi adalah yang tertinggi yakni 100,50%.
Pangsa
kredit kepada
Usaha
Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) perbankan Jawa Barat pada periode laporan
sebesar 28,96% dengan penyaluran kredit UMKM mencapai Rp58,89 triliun. Peningkatan kredit UMKM tersebut terjadi pada semua skala usaha, usaha mikro mencapai Rp13,79 triliun,
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
28
usaha kecil Rp18,55 triliun dan usaha menengah sebesar
Rp26.55 triliun. Sementara itu, apabila dilihat dari angka pertumbuhannya
terjadi pertumbuhan penyaluran kredit
UMKM dari 9,96% pada triwulan III-2012 menjadi 15,89% pada triwulan IV-2012.
Fungsi intermediasi perbankan Jawa Barat semakin
membaik yang tercermin pada peningkatan, Loan-to-deposit ratio (LDR) perbankan pada triwulan IV-2012 yang mencapai 83,10%. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit khususnya kredit ke sektor produktif yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK.
Grafik 3.4 LDR dan NPL Bank Konvensional
Sumber: Bank Indonesia
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
29
Pada periode laporan, risiko kredit perbankan di Jawa
Barat yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap
total kredit yang diberikan atau Non Performing Loans (NPL) terus menunjukkan tren yang menurun. NPL bank umum
konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2012 sebesar 2,42%. Selain itu, risiko kredit UMKM juga turun dari 4,58% menjadi 3,90%.
Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit 2011-2013
Sumber: Bank Indonesia
Suku bunga kredit bank umum konvensional di wilayah
Jawa Barat berada pada tren menurun, sedangkan suku bunga deposito menunjukkan adanya peningkatan. Penyebaran antara suku bunga deposito dan kredit pada periode laporan
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
30
diindikasikan menyempit akibat lebih besarnya penurunan suku
bunga kredit. Perkembangan suku bunga kredit menunjukkan hal yang membaik dimana seluruh jenis kredit mengalami tren
penurunan suku bunga. Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja adalah yang terendah pada periode laporan, yakni sebesar
12,20% sedangkan suku bunga kredit konsumsi masih menjadi yang tertinggi, yakni sebesar 13,62%.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
31
BAB 4 BANK UMUM SYARIAH Secara nominal total aset bank umum syariah
meningkat Rp33,4 triliun pada akhir laporan di tahun 2014. Berikut ini adalah gambaran umumnya.
Grafik 4.1 Aset Perbankan Syariah
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan IV-2010 perbankan umum syariah di
Jawa Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Perubahan status salah satu bank umum konvensional menjadi
syariah menyebabkan baik penghimpunan dana maupun
pembiayaan tumbuh sangat tinggi menjadi sekitar 2 kali lipat sehingga masing-masing menjadi sebesar Rp9,85 triliun dan
Rp7,81 triliun. Laju pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan diduga menyebabkan
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
32
meningkatnya biaya dana bank umum syariah sebagaimana yang terjadi dengan bank umum konvensional. Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan kredit menyebabkan
Financing to Deposit Ratio (FDR) sedikit turun dari 85,7% menjadi 83,5%. Perbankan umum syariah menyebutkan bahwa
FDR masih dijaga dilevel yang cukup tinggi meski sedikit menahan penyaluran pembiayaan karena menunggu kepastian
kondisi perekonomian ke depan serta menjaga kualitas
pembiayaan. Berikut ini adalah DPK Perbankan Syariah 20112014
Grafik 4.2 DPK Perbankan Syariah 2011-2014
Sumber: Bank Indonesia
Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari
perbankan syariah di Jawa Barat rasio Non Performing Financing
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
33
(NPF) cenderung turun, yakni dari 3,3% menjadi 2,6% pada periode laporan. Evaluasi sepanjang tahun 2010 menunjukkan bahwa risiko kredit cenderung membaik dan pada akhir tahun telah tercapai rekor nilai NPF yang baru.
Kinerja intermediasi perbankan syariah
pada periode laporan sedikit turun dari
97,69% menjadi 91,72%.
Menurunnya
intermediasi perbankan
syariah disebabkan oleh penyaluran
pembiayaan yang sedikit melambat,
yakni tumbuh 53,36%
(yoy) menjadi
Rp11,97 triliun . Sementara
itu, penghimpunan
dana tumbuh sebesar
43,02% menjadi Rp13,05 triliun pada
periode laporan. Dengan
perkembangan tersebut, maka aset perbankan syariah menjadi 6,31% dari aset bank umum,
penghimpunan dana merupakan 8,61%, dan penyaluran pembiayaan sebesar 5,75%.
Meski penyaluran pembiayaan melambat, namun rasio
Non Performing Financing (NPF) meningkat dari 2,28% pada
triwulan III-2011 menjadi 2,68% pada triwulan IV-2011. Namun demikian, realisasi risiko pembiayaan tersebut masih pada level yang rendah .
Kinerja intermediasi perbankan syariah pada periode
laporan sedikit turun dari 98,81% menjadi 95,34%. Sementara
itu, penyaluran pembiayaan sedikit meningkat, yakni tumbuh 41,15% (yoy) menjadi Rp16,90 triliun. Disisi lain,penghimpunan dana mengalami perlambatan dari 38,21% menjadi 35,79 %.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
34
Grafik 4.3 Pembiayaan Bank Syariah 2011-2014
Sumber: Bank Indonesia
Meski intermediasi perbankan syariah sedikit turun,
namun rasio Non Performing Financing (NPF) menunjukkan tren yang menurun. NPF bank perbankan syariah di Jawa Barat
triwulan IV-2012 sebesar 2,35% lebih rendah dibandingkan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,50%. Sedangkan pada tahun 2013, baik NPF maupn FDR cenderung meningkat.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
35
Syariah
Berikut ini adalah perkembangan FDR dan NPF Bank Grafik 4.4 FDR dan NPF Bank Syariah
Sumber: Bank Indonesia
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
36
BAB 5 BANK PERKREDITAN RAKYAT, KETAHANAN KORPORASI, UMKM DAN RUMAH TANGGA
A. Bank Perkreditan Rakyat Kinerja BPR Jawa Barat membaik pada periode laporan
sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan
kredit, perbaikan efisiensi, serta terjaganya risiko. Pada periode laporan, pertumbuhan kredit naik dari 18,94% menjadi 21,10%.
Meski demikian, aset BPR Konvensional tumbuh melambat dari
19,81% menjadi 19,71% atau Rp8,48 triliun pada triwulan IV2010. Sementara, pertumbuhan DPK turun dari 20,41% menjadi 18,90% atau sebesar Rp6,06 triliun. Kondisi ini terutama disebabkan
oleh
terpacunya
meningkatkan nilai LDRnya.
BPR
Konvensional
untuk
Selain itu, pada triwulan IV-2010 BPR Jawa Barat
semakin berupaya untuk meningkatkan akses pembiayaannya kepada masyarakat. Hal ini sebagaimana diindikasikan dengan
penambahan kantor cabang sebanyak 558 unit menjadi 563
unit. Dari aspek efisiensi, kinerja BPR Jawa Barat berada dalam tren
perbaikan.
Pada
triwulan
IV-2010
BOPO
(Beban
Operasional – Pendapatan Operasional) BPR Jawa Barat membaik dari 74,5% menjadi 73,4%.
Berdasarkan risiko yang dihadapi perbankan, BPR Jawa
Barat memiliki ketahanan permodalan yang cukup baik, sebagaimana indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) yang
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
37
sebesar 21,4%. Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans) mengalami perbaikan, yakni dari 8,13% pada triwulan
III-2010 menjadi 7,28% pada periode laporan. Selain itu likuiditas masih cukup baik sebagaimana terjaganya indikator LDR BPR Jawa Barat.
Kinerja intermediasi BPR Jawa Barat sedikit melambat,
hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit
sementara DPK meningkat pada periode laporan. Pertumbuhan kredit melambat dari 23,1% pada triwulan III-2011 menjadi 20,1%. Sementara, pertumbuhan DPK meningkat dari 12,0%
menjadi 13,2%. Meningkatnya pertumbuhan DPK menyebabkan aset BPR di Jawa Barat tumbuh 15,03% menjadi Rp9,76 triliun. Kinerja BPR tersebut masih lebih rendah dibandingkan akhir tahun lalu.
Kinerja efisiensi BPR Jawa Barat sedikit membaik
tercermin dari rasio BOPO (Beban Operasional – Pendapatan Operasional) menjadi 85,8% pada periode laporan. Sementara
itu, meski jumlah BPR berkurang menjadi 321 namun jumlah kantor cabang BPR meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, yakni dari 543 unit menjadi 564 unit
Berdasarkan risiko yang dihadapi, BPR Jawa Barat
memiliki ketahanan permodalan yang cukup baik, sebagaimana
indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) yang meningkat dari 20,29% pada triwulan III- 2011 menjadi 20,45%. Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans) masih terjaga, yakni
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
38
menjadi 6,46% pada periode laporan. Ke depan, NPL BPR Jawa Barat diperkirakan masih akan terus menurun.
Penyaluran kredit oleh BPR Jawa Barat pada triwulan
IV-2012 mencapai Rp7.87 triliun atau tumbuh melambat dari
14,91% menjadi 12,23%. Pertumbuhan penghimpunan dana milik pihak ketiga (DPK) tumbuh melambat dari 15,12%
menjadi 12,84%. Sementara itu, aset BPR tumbuh melambat 15,29% menjadi Rp12,07 triliun Rasio
Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional (BOPO) BPR Jawa Barat pada triwulan IV-2012 sebesar 84,57%. Sementara itu, jumlah kantor BPR di Jawa
Barat sampai dengan Desember 2012 adalah sebanyak 588 kantor cabang atau bertambah 8 unit kantor cabang baru selama triwulan IV-2012.
Grafik 5.1 Perkembangan aset BPR dan DPK serta Kredit BPR
Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan kecukupan modal, indikator CAR (Capital
Adequacy Ratio) BPR Jawa Barat mengalami sedikat
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
39
peningkatan menjadi 20,36%. Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans) BPR mencapai 6.36%.
B. Ketahanan Korporasi, UMKM dan Rumah Tangga Sementara itu kondisi ketahanan sektor korporasi
melalui kinerja kredit sektoral di Jawa Barat masih cukup kondusif dalam mendorong perekeonomian. Hal ini tercermin dari
kredit
yang
disalurkan
terhadap
sektor
utama
perekonomian Jawa Barat meliputi sektor perdagangan, hotel
dan restoran (PHR), sektor perindustrian, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian yang masih tumbuh positif.
Grafik 5.1 Kredit Menurut Sektoral 2011-2013
Sumber: Bank Indonesia
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
40
Penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Barat
relatif kondusif. Peningkatan kredit UMKM terjadi pada semua skala usaha. Usaha mikro meningkat menjadi Rp17,2 triliun,
usaha kecil Rp20,3 triliun dan usaha menengah sebesar Rp30,1 triliun
Grafik 5.2 Kredit Menurut Jenis 2011-2013
Sumber: Bank Indonesia.
Secara keseluruhan, risiko kredit UMKM Jawa Barat
yang tercermin dari NPL relatif stabil pada triwulan laporan yakni sebesar 4,2% sama dengan NPL triwulan III 2013. Hal ini
menggambarkan bahwa ketahanan sektor UMKM dari sisi keuangan masih terjaga dengan baik.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
41
Grafik 5.3 NPL Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia
Sampai dengan triwulan IV 2013, kredit konsumsi di
Jawa Barat meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2013
yaitu Rp101,1 triliun. Kualitas kredit konsumsi juga masih terjaga di level yang kondusif tercermin dari rasio NPL yang
pada triwulan III 2013 dan triwulan IV 2013 masih pada kisaran 2,0%. Secara umum, dari tahun 2011 kredit masyarakat meningkat.
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
42
Grafik 5.4. NPL Kredit Konsumsi 2011-2013
Sumber: Bank Indonesia
Pusdalisbang Bappeda Jawa Barat 2015
43