Pengelolaan Hutan Lestari PT. Riau Andalan Pulp and paper
OVERVIEW PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) adalah salah satu perusahaan produsen pulp dan kertas terbesar di dunia dengan pusat industri di Provinsi Riau. Dibangun pada tahun 1993 PT. RAPP mengelola ± 338,536 ha izin hutan berdasarkan SK IUPHHK HTI PT RAPP Nomor SK.180/MenhutII/2013. Pada tahun 2012, kapasitas produksi terpasang pabrik adalah 2.8 juta ton pulp dan 820.000 ton kertas per tahun. Tujuan operasional PT. RAPP adalah keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dengan pertimbangan pertumbuhan sosial dan lingkungan yang relevan dengan kemajuan Indonsesia sebagai negara berkembang. PT. RAPP bersama dengan perusahaan afiliasi dan mitra secara kolektif menciptakan peluang kerja bagi hampir 25.000 orang di Provinsi Riau, baik melalui peluang langsung maupun tidak langsung. Secara langsung PT. RAPP mempekerjakan sekitar 5.400 karyawan tetap di perusahaan yang beroperasi di Riau. Sebagai pioneer dalam pengelolaan hutan lestari di Indonesia, PT. RAPP sudah mengaplikasikan kebijakan pembukaan lahan tanpa bakar (No Burn Policy) sejak mulai beroperasi pada tahun 1993. Pada tahun 2005 PT. RAPP memberlakukan kebijakan sukarela Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value Policy) yang mewajibkan adanya penilaian Nilai Konservasi Tinggi pada setiap areal konsesi PT. RAPP dan mitra sebelum beroperasi. Kebijakan ini memberikan solusi praktis dan bertanggung jawab terhadap tantangan deforestasi dan degradasi. Pengelolaan hutan tanaman PT. RAPP didesain sebagai sumber yang terbarukan bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, sementara operasional pabrik kelas dunia kami menciptakan skala ekonomi dan peluang yang menguntungkan. Sebagai private company, kami tidak mengungkapkan informasi rahasia secara komersial, tetapi kami telah berupaya dalam laporan ini untuk melanjutkan kebijakan kami dan meningkatkan keterbukaan perusahaan yang relevan dengan
operasional dan praktek pengelolaan hutan yang keberlanjutan. Praktek pengelolaan hutan berkelanjutan PT. RAPP didasarkan pada prinsip-prinsip United Nations Global Compact dan ISO 26000 Panduan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility Guidance). Sejak tahun 2001 PT. RAPP telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan pada tahun 2005 menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS 18001) untuk areal operasinya dengan jaminan dari PT. SGS Indonesia. Sejak tahun 2006, hutan tanaman kami telah disertifikasi di bawah standar Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) oleh Lembaga Ekolabel Indonesia. Pada akhir 2011, PT. RAPP berhasil disertifikasi ulang di bawah standar PHTL-LEI untuk periode 2011-2016. Sejalan dengan komitmen perbaikan berkelanjutan, pada tahun 2012 kami mendapatkan serifikasi Origins and Legality of Timber (OLB) Standar untuk Perusahaan Kehutanan dengan jaminan dari Bureau Veritas. Standar OLB menjamin kepatuhan operasional PT. RAPP terhadap semua peraturan yang berlaku di Indonesia. Sejak tahun 2010, kami juga telah mendapatkan sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dari Kementerian Kehutanan dan merupakan perusahaan hutan tanaman yang pertama kali mendapatkan sertifikat tersebut di Indonesia. Selanjutnya pada bulan Oktober tahun 2014, PT. RAPP menjadi salah perusahaan kehutanan pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat Indonesian Forestry Certification Coopertaion (IFCC) dengan skema Program for the Endorsment of Forest Certification (PEFC). Seiring dengan bertumbuhnya permintaan pasar dunia untuk produk pulp dan kertas, kami akan mengambil langkah lebih lanjut untuk memastikan komitmen kami terhadap pembangunan berkelanjutan. Di negara berkembang seperti Indonesia, dengan kebutuhan besar untuk manfaat pertumbuhan ekonomi, kami percaya parktek kehutanan yang bertanggung jawab telah banyak memberikan kontribusi untuk masa depan Indonesia. Dengan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab akan memastikan kawasan hutan dapat dilestarikan,
1
penggunaan lahan dioptimalkan dan masyarakat setempat dapat berbagi manfaat pembangunan.
PRAKTEK MANAJEMEN HUTAN TANAMAN TERBAIK Penanaman Memastikan areal tanaman ditanam kembali dengan cepat sangat penting bagi pasokan kayu yang berkelanjutan dan untuk mempertahankan tutupan vegetasi. PT. RAPP mengoperasikan jaringan dari tiga central nursery pusat dan enam satelite nursery yang memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 150 juta bibit per tahun. Dari nursery ini, kami menyediakan bibit kualitas tinggi untuk areal kita sendiri, mitra dan mitra masyarakat. Penggunaan Pupuk Tanaman Dalam prosedur penanaman dan pemanenan, sisa-sisa tanaman, termasuk cabang dan kulit, yang tersisa ditinggal di lapangan untuk memaksimalkan retensi nutrisi, mengurangi erosi, dan mengurangi kebutuhan untuk pupuk buatan. Budidaya hutan tanaman membutuhkan penambahan pupuk untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara meminimalkan dampaknya pada lokasi penanaman melalui pencegahan eutrofikasi air tanah dan air permukaan. Prosedur seperti dosis dan jenis pupuk yang akan diterapkan dirumuskan oleh departemen Penelitian dan Pengembangan (RnD). Pemetaan tanah dan klasifikasi tanah telah selesai untuk semua areal tanaman. Hal ini membantu dalam menggambarkan lokasi areal tanam dan menerapkan rezim pemupukan yang spesifik. Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Pengelolaan hama dan penyakit adalah bagian penting dari menjaga produktivitas hutan tanaman. Ancaman utama untuk pohon akasia yaitu busuk akar, Ganoderma, Ceratosystis dan hama serangga (khususnya Helopeltis). Kami menggunakan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), termasuk mengembangkan kontrol biologis
dan spesies yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Kami juga mengelola hama dan penyakit melalui pemantauan dan pelaporan rutin kesehatan pohon. Bahan kimia untuk pengendalian hama dan penyakit dikelola oleh central store. Pelatihan agrokimia disediakan bagi karyawan, dan lembar MSDS tersedia di semua tempat yang ditentukan. Pemeriksaan kesehatan secara rutin juga dilakukan untuk orangorang yang berurusan dengan bahan kimia. Pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan Sejak mulai beroperasi, PT. RAPP telah menerapkan kebijakan tanpa bakar (No Burn Policy). Serat kayu merupakan bahan baku utama dalam industri pulp dan kertas sehingga tidak ada alasan komersial untuk melakukan pembakaran lahan hutan. Kami juga berkomitmen untuk menerapkan FAO (United Nations Food and Agriculture Organization) Fire Management Guideline yang mencakup pengelolaan kebakaran hutan melalui kebijakan, peraturan, prosedur, rencana dan implementasinya. Kami mempunyai Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (FDR) untuk upaya pencegahan dan melakukan patroli darat, udara dan air menggunakan citra satelit dan verifikasi lapangan langsung untuk mendeteksi dan memetakan risiko kebakaran. Selain itu, PT. RAPP juga membuat program Fire Free Village Program. Konservasi Hutan Praktek pengelolaan hutan yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga hutan yang sehat dan produktif. Praktek pengelolaan hutan PT.RAPP bertujuan untuk menjaga kuantitas dan kualitas sumber daya hutan perusahaan dengan mencapai keseimbangan produktivitas jangka panjang. Kami mematuhi semua hukum, peraturan dan persyaratan perizinan dalam pengelolaan konsesi dan memenuhi lebih dari persyaratan pemerintah untuk perlindungan hutan dan konservasi. Sebelum areal beroperasi, terlebih dahulu dilakukan delineasi makro berdasarkan data vegetasi dan lingkungan untuk mengidentifikasi
2
penggunaan lahan yang sesuai alokasi dalam konsesi. Selanjutnya, mikro-delineasi dilakukan oleh pihak ketiga yang ahli untuk membedakan area yang akan dipertahankan sebagai hutan alam dan daerah-daerah yang cocok untuk pengembangan hutan tanaman. Hal ini dilakukan berdasarkan kriteria hukum tertentu yang berfokus pada melindungi areal sensitif, fitur hidrologi, satwa liar dan budaya. Proses ini memenuhi persyaratan hukum Indonesia untuk pengembangan rencana tata guna lahan. Sebelum pengembangan konsesi dan sebagai komitmen sukarela sejak tahun 2005, PT RAPP telah melakukan penilaian Nilai Konservasi Tinggi (HCV) untuk masingmasing wilayah konsesi baru berdasarkan Toolkit untuk Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Indonesia (2008). Penilaian ini mengidentifikasi dan menggambarkan nilai keanekaragaman hayati yang penting, unsur ekosistem dan nilai-nilai sosial atau budaya yang penting dan merekomendasikan pengelolaan dan pemantauan kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilainilai tersebut. Pengelolaan Lahan Gambut yang Bertanggung Jawab Fakta bahwa operasional PT. RAPP sebagian berada di lahan gambut membawa tanggung jawab lebih dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan. Pendekatan kami untuk mengelola konsesi lahan gambut didasarkan pada "total landscape" perspektif dan penerapan ilmu pengetahuan terbaik dan terkini yang tersedia. Ini termasuk upaya untuk meminimalkan gas rumah kaca (GRK) dari gambut melalui perencanaan penggunaan lahan dengan prinsip kehati-hatian dan implementasi yang detail dan rinci terkait pengelolaan hidrologi. Melibatkan perlindungan dan penyangga sentral kubah gambut untuk menjaga terhadap dampak dari drainase. Pendekatan kami berdasarkan karakteristik hidrologi, bertujuan untuk melindungi kubah gambut, dan memastikan koneksi areal konservasi dengan koridor sempadan sungai.
KEMITRAAN DAN KETERLIBATAN MASYARAKAT Konsesi PT. RAPP sebagian besar berada di daerah terpencil dan juga berdampingan dengan beberapa desa dan masyarakat setempat. Hubungan yang positif dengan masyarakat lokal sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang kami. Kami bekerja untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat lokal yang tinggal di dekat konsesi kami. Sistem manajemen PT. RAPP memastikan bahwa proses pembangunan hutan tanaman memastikan penghormatan penuh terhadap martabat, budaya, hak asasi manusia, aspirasi dan mata pencaharian berbasis sumber daya alam masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya. Kami juga menyediakan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat dari pembangunan hutan tanaman yang sesuai dengan kultur budaya dan sesuai dengan aspirasi masyarakat Pembangunan Tanaman Kehidupan Operasi PT. RAPP menyediakan sarana yang sah untuk mendapatkan penghasilan bagi masyarakat setempat. Ini memberikan alternatif lain dibanding penebangan liar dan konversi lahan yang merusak. Dengan dukungan dari PT. RAPP, Hutan Tanaman Rakyat (HTR) telah dibentuk oleh masyarakat untuk menyediakan pasokan kayu bagi PT. RAPP. Kami menginvestasikan US$ 1.200 untuk setiap hektar lahan yang ditanam dan menciptakan ± 35 lapangan pekerjaan untuk setiap 100 hektar areal yang ditanam. Sebagai tambahan dari HTR, PT. RAPP juga mengalokasikan 5% dari areal konsesinya untuk alokasi tanaman kehidupan yang diperuntukkan untuk masyarakat untuk menanam tanaman kehidupan seperti sagu dan karet. Dialog, Kesepakatan dan Penyelesaian Konflik Penilaian Nilai Konservasi Tinggi yang dilakukan sebelum pembangunan hutan
3
tanaman termasuk memperhitungkan faktor budaya, ekonomi atau agama serta warisan arkeologi setempat. PT. RAPP beroperasi hanya pada konsesi yang telah diberi lisensi oleh Pemerintah. Namun, sengketa lahan yang sedang berlangsung memang ada. Oleh karena itu PT. RAPP mempunyai departemen khusus yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan penyelesaian sengketa tanah dengan mengedepankan prinsipprinsip Free, Prior, Inform and Consent (FPIC). Selama laporan ini dibuat sudah banyak Memorandum of Understanding (MoU) yang sudah dibuat dan disepakati dengan masyarakat. Corporate Social Responsibility PT. RAPP berkomitmen untuk prinsip pemberdayaan masyarakat dan secara aktif mendukung dan berpartisipasi dalam program-program pembangunan ekonomi dan berkelanjutan yang menciptakan kemandirian masyarakat. Strategi kemitraan masyarakat kami adalah untuk menciptakan nilai bersama, yang berarti melampaui kepatuhan hukum untuk membentuk kemitraan. Masyarakat yang bekerja sama dengan kami tersebar di 150 desa di seluruh wilayah operasional di Provinsi Riau, yang meliputi kabupaten Pelalawan, Kuantan Singingi, Siak, Kampar dan Kepulauan Meranti. Program Pengembangan Masyarakat kami memiliki tujuan-tujuan tertentu: - Pengentasan Kemisiknan - Pembangunan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan - Membangun kapasitas untuk kemitraan lokal dan koperasi - Peningkatan kualitas pendidikan - Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat - Peningkatan infrastruktur sosial
Beberapa penghargaan terkait Corporate Social Responsibility yang telah dimiliki oleh perusahaan diantaranya adalah: Corporate Partner, UNEP Champions of the Earth Awards tahun 2006, 2007 dan 2008; Penghargaan dari ASIAN CSR Award Runner-Up untuk kategori Keunggulan Lingkungan – Pengembangan HTI aspek konservasi dan masyarakat tahun 2005 Penghargaan dari ASIAN CSR Award Runner-Up untuk kategori Pengentasan Kemiskinan – Sistem Pertanian Terpadu tahun 2007 Penghargaan CSR Award Pertama – Praktek Terbaik untuk Keseluruhan Program Sosial Penghargaan Industri Hijau tahun 2013 dari Kementerian Perindustrian Mendapatkan sertifiikat Objek Vital Nasional pada tahun 2014
4
KEGIATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN Kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan merupakan program berkelanjutan yang dilakukan berdasarkan pada dokumen AMDAL, RKL-RPL, pedoman dari Lembaga Sertifikasi Independen seperti: PHPL, LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia), OLB (BV), ISO 14001 dan OHSAS 18001, IFCC, serta dokumen penelitian lingkungan lainnya seperti: Laporan Hasil Penilaian HCVF (HCVF Assesment oleh Proforest, Fakultas Kehutanan IPB, INRR dan Tropenbos Indonesia), Studi Khusus Lahan Gambut oleh CREATA-IPB, serta rekomendasi dari Tim Pakar Independen MRV Kementerian Kehutanan RI. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan hutan tanaman tersebut dikelompokkan menjadi 1). Komponen Fisik Kimia; 2). Komponen Biologi; 3) Komponen Sosial-Budaya
Gambar 2. Pengukuran curah hujan di areal lahan gambut tahun 2014
Gambar 3. Pemantauan suhu dan kelembaban di areal lahan gambut tahun 2014
Komponen Fisik Kimia Perubahan Iklim Mikro Pengukuran kondisi iklim mikro dilakukan Untuk mendukung informasi mengenai sistem peringatan dini potensi bahaya kebakaran hutan salah satunya dapat ditinjau dari nilai FDR (Fire Danger Rating) dengan memperhitungkan Suhu (SH), Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan Kelembaban Udara (RH) Gambar 1. Grafik pengukuran curah hujan di areal lahan mineral tahun 2014
Gambar 4. Pemantauan suhu dan kelembaban di areal lahan mineral tahun 2014
5
Penurunan Tingkat Kesuburan Tanah Pemantauan kesuburan tanah dilakukan secara komprehensif dimulai sejak awal pembukaan lahan hingga pemanenan kembali. Kegiatan diawali dengan survei tanah untuk menentukan Soil Management Unit (SMU), setelah itu dihasilkan rekomendasi jenis tanaman serta rezim pemupukan. Kegiatan pemantauan dilakukan setiap tiga bulan dengan pemantauan mencakup sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah.
+
Gambar 8. Hasil analisa parameter K tanah tahun 2014
Gambar 5. Hasil analisa parameter PH tanah tahun 2014
++
Gambar 9. Hasil analisa parameter Na
tanah tahun 2014
Gambar 6. Hasil analisa parameter C/N tanah tahun 2014
Gambar 10. Hasil analisa parameter Ca++ tanah tahun 2014
Gambar 7. Hasil analisa parameter CEC tanah tahun 2014
Pemadatan Tanah Kegiatan pemantauan kepadatan tanah dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan hutan tanaman terhadap tingkat kompaksi yang terjadi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pemadatan tanah adalah dengan melakukan soil ripping, dan atau membatasi jalur yang dilewati oleh buldoser jika areal tersebut
6
berdekatan dengan areal operasional, pelaksanaan aktual mikro planning dengan baik khsusnya untuk skid track alat berat di areal. Gambar 11. Tingkat Kepadatan Tanah di Hutan Alam dan hutan tanaman tahun 2014
bertujuan untuk mempertahankan tinggi muka air pada kisaran 40–90 cm untuk mengurangi laju subsidensi & pertumbuhan optimal tanaman. Pengelolaan ekohidro berdasarkan scientific base dan keilmuan serta teknologi terkini. Dari beberapa lokasi areal gambut perusahaan secara keseluruhan tinggi muka air masih berada pada kisaran yang telah ditentukan dalam SOP perusahaan. Gambar 13. Grafik pemantauan tinggi muka air di areal gambut tahun 2014
Erosi Tanah Pemantauan erosi dilakukan dengan menggunakan patok erosi berskala. Penempatan patok-patok ini berdasarkan kelas kelerengan dan kelas umur tanaman. Periode pengukuran setiap tiga bulan yang dilakukan pada hutan alam dan hutan tanaman. Hasil pengukuran selama tahun 2014 memperlihatkan bahwa penurunan tanah atau erosi sangat kecil seperti terlihat pada grafik dibawah ini. Gambar 12. Grafik erosi di areal konsesi tahun 2014
Subsidensi merupakan dampak yang sangat penting dalam rangka pengelolaan kawasan gambut. Pemantauan terhadap laju subsidensi dilakukan setiap 3 bulan sekali pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan. Hasil pemantuan peat subsidence menggunakan data akumulasi sejak dari awal pemasangan sampai dengan semester dua tahun 2014 dengan nilai peat subsidence di tanaman pokok dapat di lihat pada grafik dibawah ini : Gambar 14. Grafik pemantauan peat subsidence di areal hutan tanaman tahun 2014
Perubahan Tinggi Muka Air dan Subsidensi PT. RAPP menerapkan konsep Ekohidro dalam pengelolaan lahan gambut dengan mempertimbangkan landscape dan fungsi hidrologisnya. Salah satu kunci utama dari Ekohidro adalah water management. Water management
7
Debit dan Kualitas Air Pemantauan debit maupun kualitas air dilakukan pada semua sungai-sungai yang mempunyai cathment area terhadap kegiatan operasional perusahaan serta beberapa kanal yang alirannya (outletnya) menuju sungai. Kegiatan pemantuan dilakukan setiap dua bulan. Untuk baku mutu kualitas air sungai mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Untuk pengujian kualitas air dilakukan pada laboratorium eksternal yang telah terakreditasi seperti Laboratorium Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum. Upaya pengelolaan dampak operasional HTI terhadap debit dan kualitas air sungai dilakukan dengan: a) Mempertahankan Sempadan Sungai dan Pemasangan Signboard. b) Training dan sosialisasi c) Prosedur emergency dan penanganan tumpahan bahan bakar, pelumas dan bahan kimia d) Penyiapan spil kit dan alat perlengkapan untuk penanggulangan ceceran/tumpahan seperti saw dust, sapu serok, dll. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) Pengelolaan limbah B3 yang diterapkan selama ini dengan menggunakan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Limbah B3 yang dihasilkan berupa sisa kemasan pestisida, oli bekas, limbah perumahan (neon, baterai, aki bekas) dan limbah klinik dan limbah B3 lainnya. Kemudian limbah B3 tersebut disimpan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3. Limbah B3 tersebut kemudian dikirim melalui transporter yang kemudian ke pemusnah yang telah terdaftar dan memiliki izin.
Pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan Pemantauan kebakaran dilakukan melalui pelaksanaan patroli rutin dan monitoring melalui satelit terhadap titik-titik rawan kebakaran (hotspot). Upaya pengelolaan kebakaran hutan dan lahan dilakukan dengan: • Prosedur Pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan • Sitem Peringatan Dini bahaya kebakaran • Pencegahan dan pemadaman kebakaran lahan yang dilakukan oleh Departemen Fire & Aviation serta Forest Protection • Patroli gabungan dengan menggunakan helikopter, mobil, sepeda motor dan speed boat; • Pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA) • MoU kerjasama dengan BNPB dan Pemprov Riau untuk komitmen penanggulangan kebakaran hutan dan lahan • Membentuk fire control center yang bertujuan 1) Memastikan sistem satu komando dalam penanganan kebakaran untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan koordinasi; 2) Meminimalkan dampak dari kebakaran hutan terhadap tanaman pokok yang merupakan aset perusahaan; 3) Memantau dan membuat laporan kondisi terkini kejadian dan bahaya kebakaran dari masing-masing lokasi/sektor. Pemantauan dilakukan pada pagi dan sore hari • Program Fire Free Village, program ini meliputi pemberian penghargaan bagi desa yang tidak terjadi kebakaran, pemberdayaan ketua team desa, bantuan pembukaan lahan pertanian, peningkatan kesadaran masyarakat dan pemantauan kualitas udara.
Gambar 15. Fasilitas Pemilahan Sampah Organik – Anorganik dan B3
Gambar 16. Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan
8
Gambar 18. Hasil pemantauan Indeks Keragaman pohon (H’) di sempadan sungai
Gambar 17. Pemberian penghargaan/reward terhadap desa bebas kebakaran
Komponen Biolgi
Gambar 19. Hasil pemantauan Indeks Keragaman pohon (H’) di KPPN
Gangguan Kawasan lindung Untuk menangulangi ganguan kerusakan kawasan lindung dapat disebabkan oleh factor eksternal. seperti kegiatan illegal logging, Illegal minning, perambahan, kebakaran, angin, dan lainnya. Secara rutin dilakukan patroli konservasi yang dilakukan oleh Departement Forest Protection dan security. Patroli konservasi dapat dilakukan melalui darat, air dan udara. Frekuensi patroli dapat dilakukan setiap hari, minggu dan bulan tergantung kondisi areal. Setiap ada kejadian ganguan kawasan konservasi sesuai dengan komitmen dan prosedur akan dilaporkan kepada pihak berwajib dalam hal ini polisi dan kehutanan atau instansi terkait lainnya. Vegetasi Alam / Jenis Dilindungi Pemantauan vegetasi pada kawasan lindung dilakukan pada plot vegetasi Parameter yang diukur adalah Indeks Keragaman (H’) dari berbagai tingkat pertumbuhan. Hasil pngukuran menunjukkan indeks H' ada yang mengalami kenaikan dan ada juga penurunan sebagai bagian dari dinamika ekosistem hutan.
Kegiatan pengelolaan vegetasi dititik beratkan pada pengelolaan habitat kawasan lindung seperti Kawasan Sempadan Sungai, KPPN, ASDG, PUP, dan Bufferzone serta kawasan lindung lainnya. a) Pelaksanaan Prosedur Environmental Impact Assesment (EIA) untuk memastikan bahwa kegiatan pemanenan telah memenuhi standar-standar lingkungan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. b) Pemeliharaan batas kawasan lindung untuk menghindari kesalahan batas yang boleh ditebang sehingga dapat dihindari kerusakan saat penebangan. c) Pemasangan signboard berfungsi sebagai papan identitas suatu areal dan sebagai himbauan untuk menjaga kawasan.
9
Pemantauan Satwa Liar Pemantauan satwa liar melalui perjumpaan digunakan untuk memetakan dan mengetahui jenisjenis satwa yang terdapat di areal konsesi. Hasil pemantauan menunjukkan masih ditemuinya keberadaan jenis-jenis satwa dilindungi. Kegiatan pengelolaan satwa liar meliputi: Pemasangan papan larangan berburu, sosialisasi tentang satwa dilindungi a) Patroli pencegahan perburuan liar b) Kolaborasi pembuatan parit Gajah c) Pengelolaan Elephant Flying Squad (EFS) d) Patroli Gajah gabungan kerjasama dengan Balai Taman Nasional Tesso Nilo (BTNTN) e) Penelitian penggunaan ruang Beruang Madu (sektor Teluk Meranti) f) Training mitigasi konflik satwa liar dan manusia kerjasama dengan BBKSDA, PALS dan WWF Gambar 20. Hasil pemantauan Indeks Keragaman satwa liar di sempadan sungai
Gambar 21. Hasil pemantauan Indeks Keragaman satwa liar di KPPN
Hama dan Penyakit Tanaman Ancaman hama dan penyakit yang sering dijumpai di Tanaman Pokok akasia yaitu busuk akar, Ganoderma, Ceratosystis dan hama serangga (khususnya Helopeltis). Kegiatan pengelolaan untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman meliputi: a) Pengalokasian tata ruang sebagai sekat alami penyebaran hama dan penyakit tanaman b) Penyediaan bibit berkualitas c) Penelitian dan pengembangan teknologi pencegahan hama dan penyakit tanaman dengan cara biologi menggunakan predator alam
Komponen Sosial – Budaya Kesempatan Kerja dan Peluang Usaha Tenaga kerja meliputi karyawan dan kontraktor. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui pergerakan karyawan (keluar/masuk). Pemantauan pergerakan tenaga kerja meliputi tingkat turn over dan banyaknya kontraktor (terutama kontraktor lokal) yang menjadi mitra bisnis perusahaan. Tabel 1. Jumlah Kontraktor dan Karyawan yang Bekerja di PT. RAPP tahun 2014 Kontraktor Karyawan Estate % % Lokal Total Lokal Total Baserah 4 14 28.57 45 163 27.61 Cerenti 15 19 78.95 79 154 51.30 Langgam 3 3 100.00 74 113 65.49 Logas 22 22 100.00 137 151 90.73 Mandau 10 15 66.67 120 168 71.43 Pelalawan + 6 28 21.43 257 298 86.24 Tasik Belat Teso 15 18 83.33 147 175 84.00 Ukui 131 240 54.58 76 103 73.79 Teluk Meranti Pulau Padang Total
16 348 570
17 794 1170
94.12 43.83 48.7
98 63 1096
136 201 1662
72.06 31.34 65.9
Pemberian informasi peluang kerja dan penetapan sistem rekruitmen tenaga kerja lokal baik melalui website, pengumuman di kantor-kantor estate ataupun melalui surat perusahaan kepada kepala desa di sekitar operasional perusahaan
10
Pendidikan Kegiatan yang dilakukan adalah meliputi pemberian beasiswa, pencarian bakat, pelatihan bagi guru-guru, bantuan bangunan fisik sekolah.
Sosial Infrastruktur Kegiatan yang dilakukan adalah meliputi Terkait dengan fasilitas olahraga; seperti lapangan bola, posyandu, jalan desa, komputer dll.
Gambar 22. Bantuan Gedung Sekolah Paud
Gambar 24. Gotong Royong pembangunan masjid
bantuan PT RAPP
Kesehatan Kegiatan yang dilakukan adalah meliputi distribusi obat-obatan serta dukungan terhadap kegitan pada fasilitas kesehatan masyarakat (POSYANDU) berupa pemberian makanan tambahan, pelatihan kader posyandu, khitanan missal dll. Gambar 23. Program Kesehatan Sunatan Massal
11