ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010)
Oleh NABILA H24080070
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
i
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : NABILA H24080070
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
i
RINGKASAN NABILA. H24080070. Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus di PT PLN Persero dan Anak Perusahaan) Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki tugas untuk menyediakan listrik bagi penggunaan publik dengan jumlah dan kualitas yang memadai, meningkatkan nilai perusahaan dan melaksanakan tugas pengadaan listrik untuk menunjang pembangunan, dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sebagai Perseroan Terbatas. Salah satu bentuk pelayanan yang dibuktikan oleh PT PLN Persero adalah dalam pemungutan pembayaran iuran rekening listrik di akhir bulan (pasca bayar). Sementara dalam kegiatan pembayaran listrik pasca bayar ini, masih saja terjadi penunggakan listrik oleh konsumen. Dalam menghadapi penunggakan pembayaran rekening listrik ini dibutuhkan suatu manajemen piutang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Penelitian ini memperoleh data kuantitatif dari perusahaan dan kemudian diolah serta dianalisis menggunakan metode statistik yaitu analisis penilaian kinerja piutang, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas serta analisis regresi linear berganda. Dalam penelitian ini pengukuran output menggunakan analisis dari rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Likuiditas disini diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan ratio lancar dan profitabilitas diukur dengan analisis rasio probitabilitas yang meliputi ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset) Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS versi 16.00. Selain itu, perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007. Secara bersamaan (simultan) Manajemen Piutang berpengaruh terhadap Likuiditas sebesar 37 persen dan pada profitabilitas sebesar 45 persen pada taraf nyata 10 persen. Secara parsial Rasio Perputaran Piutang (X1) berpengaruh nyata terhadap Likuiditas (Y1) namun tidak berpengaruh nyata pada Profitabilitas pada taraf nyata 10 persen, Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (X2 ) tidak berpengaruh nyata terhadap Likuditas dan Profitabilitas pada taraf 10 persen. Sementara untuk variabel LagY1 (Y1 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Likuiditas (Y1) begitupun juga Profitabilitas (Y2) pada taraf nyata 10 persen.
ii
Judul Skripsi
:
Analisis
Pengaruh
Terhadap
Manajemen
Likuiditas
Dan
Piutang
Profitabilitas
Perusahaan, (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010) Nama
:
Nabila
NIM
:
H24080070
Menyetujui, Pembimbing
(Farida Ratna Dewi, SE, MM.) NIP : 19710307 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nabila dilahirkan di Semarang, 10 Agustus 1990 sebagai putri sulung dari pasangan Alwi Alie Alaydrus dan Viviany Marjati. Penulis memulai jenjang pendidikan formal pertamanya di TK Bakti Ibu Jakarta. Kemudian Kelas satu dan dua dilanjutkan di SD Islam Al-Azhar Pusat Jakarta. Selanjutnya, kelas tiga sampai lima di SD Islam H.Istriati Baiturachman Semarang. Kelas 6 SD penulis berpindah sekolah lagi dan melanjutkan pendidikan di SD Islam Al-ikhlas Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Islam Al-ikhlas. Kemudian melanjutkan pendidikan lagi ke SMUN 46 Jakarta dan pada saat itu masuk ke dalam program studi IPA. Pada tahun 2008, penulis telah menyelesaikan pendidikan formalnya di SMA dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selanjutnya, pada tahun berikutnya penulis barulah memasuki Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dimana sebelumnya penulis harus melewati masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) terlebih dahulu. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan aktif menjadi staff finance himpunan profesi manajemen Centre of Management (COM@) IPB periode 2010-2011.
iv
KATA PENGANTAR Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Analisis Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan dengan Studi Kasus di PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010. Skripsi ini mencoba menganalisis apakah terdapat pengaruh manajemen piutang pada PT PLN (Persero) terhadap likuiditas dan profitabilitasnya. Dalam penulisan skripsi ini disadari masih banyaknya kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka penulis membutuhkan saran-saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Maret 2012
Penulis
v
UCAPAN TERIMAKASIH Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak memperoleh bantuan yang bersifat moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, di dalam tugas akhir ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos. ME selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengarahannya. 3. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan oleh penulis. 5. Orang Tua dan adikku Mohammad Haykal yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi dan do’a yang tulus. 6. Rekan-rekan satu bimbingan Ida Nurul Fitri, Anugrah Dewi, Anggara, Hidayat, Tanti Lestari dan Fuji Tyas Nastiti terimakasih untuk pendapat, kritik, saran serta dukungan dari kalian dalam pembuatan tugas akhir ini. 7. Muhammad Erfandie dan Keluarga, atas dukungan dan kehangatan keluarga kalian. 8. Kesayanganku Nurul Wulan Septianti, Shafiyyatul Ghina, Annisa Kharunia, Ira Agustina, Fiqi Syarifah, Hada Syaairillah, Wahyu Fikri Radhian, Wahyu Hidayat, dan Rangga Warsita terimakasih untuk kalian yang selalu berada disamping penulis dan membuat penulis mampu bertahan di Institut Pertanian Bogor ini. 9. Rekan-rekan Manajemen 45 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT.
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................
v
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................
vi
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR................................................................. ............
x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ........................................................................
1
Latar Belakang ............................................................... Perumusan Masalah ....................................................... Tujuan Penelitian ............................................................ Manfaat Penelitian .......................................................... Ruang Lingkup ................................................................
1 2 4 4 4
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
5
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
Teori Piutang ................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ....... Likuiditas ....................................................................... Profitabilitas .................................................................... Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas......... Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas .... Pengelolaan dan Sistem Pencatatan Kas Kecil ............... Penelitian Terdahulu .......................................................
5 5 7 7 7 7 8 10
III. METODE PENELITIAN............................................................
11
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 II.
3.1 3.2 3.3 3.4
Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... Jenis dan Sumber Data .................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................... 3.4.1 Analisis Penilaian Kinerja Piutang......................... a. Rasio Perputaran Piutang .................................... b. Periode Penagihan Rata-Rata ............................. 3.4.3 Analisis Likuiditas ................................................. a. Rasio Lancar (Current Ratio) ............................ b. Rasio Kas (Cash Ratio) ..................................... 3.4.2 Analisis Profitabilitas ............................................. a. ROE (Return On Equity) ................................... b. ROA (Return On Asset) ....................................
vii
12 12 12 12 12 12 13 13 13 13 14 14 14
3.4.4 Analisis Trend ........................................................ 3.4.5 Analisis Regresi Berganda ..................................... a. Uji Normalitas ................................................... b. Uji Multikolinearitas ......................................... c. Uji Autokorelasi ................................................ d. Uji Heteroskedastisitas ...................................... e. Uji F................................................................... f. Uji T ...................................................................
14 15 15 16 16 17 17 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
20
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13
Gambaran Umum Perusahaaan ....................................... Bisnis PLN ...................................................................... Anak Perusahaan PT PLN (Persero) dan Bidangnya ...... Penyajian laporan Keuangan Konsolidasi ....................... Prinsip Konsolidasi ......................................................... Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) ................... Sistem Informasi Pengelolaan Piutang............................ Klasifikasi Piutang Usaha ............................................... Klasifikasi Pelanggan PT PLN (Persero) ........................ Penyisihan Piutang .......................................................... Pengakuan dan Pencatatan Piutang ................................. Penerimaan Pembayaran Piutang .................................... Penilaian Kinerja Piutang di PT PLN (Persero) .............. a. Rasio Perputaran Piutang ............................................ b. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata ............................ Analisis Likuiditas .......................................................... a. Rasio Lancar ................................................................ b. Rasio Kas .................................................................... Analisis Profitabilitas ...................................................... a. ROE (Return On Equity) ............................................. b. ROA (Return On Asset) .............................................. Pengujian Hipotesis ......................................................... Analisis Regresi Berganda .............................................. 4.17.1 Pengujian Model Regresi dengan Uji F ............... 4.17.2 Pengujian Model Regresi dengan Uji T ............... Implikasi Manajerial .......................................................
19 20 21 22 22 23 24 27 28 30 31 32 33 34 38 40 41 43 45 45 49 52 55 57 57 58
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
60
1. Kesimpulan...................................................................................
60
2. Saran
.........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
62
LAMPIRAN .........................................................................................
64
4.14
4.15
4.16 4.17
4.18
viii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Halaman Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) tahun 2006-2010 berdasarkan klasifikasi pelanggan............................................. Tabel Piutang Usaha PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 Berdasarkan Klasifikasi Umurnya ............................................ Tabel Piutang Usaha PT.PLN (Persero) Tahun 2006-2010 berdasarkan Klasifikasi Pelanggan ........................................... Penyisihan Piutang Ragu-Ragu PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 ................................................................................. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero) Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang ....................... Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata ................. Analisis Likuiditas Periode Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero) Hasil Proyeksi Trend Rasio Lancar........................................... Hasil Proyeksi Trend Rasio Kas ............................................... Laporan Penyesuaian Arus Kas PT PLN (Persero) Periode 2006-2010 ................................................................................. Analisis Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun 20062010 ......................................................................................... Analisis Return On Equity/ROE PT PLN (Persero) Tahun 20062010 ......................................................................................... Hasil Proyeksi Trend Rasio ROE.............................................. Analisis Return On Asset/ROA PT PLN (Persero) Tahun 20062010 ......................................................................................... Hasil Proyeksi Trend Rasio ROA ............................................
ix
24 28 29 31 34 38 40 40 43 44 45 45 46 48 50 52
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Halaman Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 ............... Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 ................... Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Lancar PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 ........................................... Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Kas PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 ........................................... Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Equity PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 ............................. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Asset PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010.....................................................
x
13 35 39 42 44 46 49
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Halaman Neraca Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan Tahun 2006-2010 ................................................... Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara Tahun 2006 – 2010 Grafik Penilaian Kinerja Piutang PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010....................................................... Rincian Piutang Langganan (juta Rp) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2006 .............................................. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2006 .......................... Rincian Piutang Langganan (juta Rp) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2007 .............................................. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-Rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2007 .......................... Rincian Piutang Langganan (juta Rp) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2008 .............................................. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2008.......................... Hasil Perhitungan Variabel Penilaian Kinerja Piutang dengan menggunakan Microsoft Excel .................................................. Hasil Perhitungan Variabel Likuiditas dengan menggunakan Microsoft Excel ......................................................................... Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas dengan menggunakan Microsoft Excel ......................................................................... Hasil MAPE MAD MSD .......................................................... Hasil Pengolahan Regresi Linear Berganda dengan SPSS ....... Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS ................... Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS .................................................................. Uji Autokorelasi dengan menggunakan SPSS ..........................
xi
65
72 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 86 88 90
1
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Energi listrik dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu faktor
penting dalam memajukan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat modern saat ini. Semua aspek kehidupan sudah menggunakan teknologi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan kualitas, dan sebagian besar peralatan berbasis teknologi tinggi membutuhkan listrik sebagai sumber tenaga. Perkembangan kebutuhan energi listrik ini akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang mendorong peningkatan kebutuhan penyediaan tenaga listrik yang cukup besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan dan perkembangan dinamika kehidupan yang terjadi di lingkungan global, maka pembangunan disektor ketenagalistrikan perlu direncanakan secara cermat dengan perencanaan sistem ketenagalistrikan yang baik. Pembangunan tersebut juga harus mempertimbangkan likuiditas dan profitabilitas perusahaan agar tidak menimbulkan kerugian besar. Penyediaan tenaga listrik di Indonesia dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PLN (Persero) memiliki tugas untuk menyediakan listrik untuk penggunaan publik dengan jumlah dan kualitas yang memadai, meningkatkan nilai perusahaan dan melaksanakan tugas pengadaan listrik untuk menunjang pembangunan, dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sebagai perseroan terbatas. Salah satu bentuk pelayanan yang dibuktikan oleh PT PLN Persero adalah dalam pemungutan pembayaran iuran rekening listrik di akhir bulan (pasca bayar). Sementara dalam kegiatan pembayaran listrik pasca bayar ini, masih saja terjadi penunggakan listrik oleh konsumen. Tunggakan rekening listrik PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Depok yang meliputi Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Kota Depok, Cimanggis, Cibinong, Bojonggede, dan UPJ Sawangan mencapai Rp 12 miliar. Tunggakan terbanyak ada di UPJ Sawangan dan Kota Depok. 95 persen tunggakan listrik ini terjadi di perumahan rumah tangga sedangkan sisanya 5 persen penunggakan oleh
2
konsumen lain. , pelanggan PLN di Depok terdiri 600.000 rumah tangga dan lebih dari 500.000 pelanggan itu menunggak. Untuk mengatasi tunggakan tersebut PT PLN (Persero) melakukan penagihan secara berulang sampai terjadi penyegelan meteran listrik. Bagi yang sudah melakukan pelunasan dan pemasangan baru, aliran listriknya akan dihidupkan lagi. (Indopos, diakses 10 Desember 2011) Contoh lain adalah penunggakan yang terjadi di Bandung. Tunggakan listrik masyarakat pada 2011 mengalami pembengkakan hingga mencapai Rp270 miliar. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan tunggakan pada 2010 yang hanya mencapai Rp156 miliar. Tunggakan tersebut berasal dari 1.142.000 pelanggan dari total 8,9 juta pelanggan PLN DJBB. Jumlah pelanggan yang menunggak pada tahun ini lebih banyak dibandingkan jumlah pelanggan yang menunggak pada 2010 yang mencapai 1.073.000. Lebih lanjut dia menyatakan para pelanggan yang menunggak merupakan para pelanggan umum. Kemudian daerah yang paling banyak memiliki jumlah pelanggan penunggak terbanyak adalah di wilayah kerja PLN Bekasi sebanyak 141.000 pelanggan dengan nilai tunggakan
mencapai Rp79 miliar. (Inilah Jabar, diakses 30
Desember 2011) Proses tagihan dengan birokrasi yang rumit serta masalah operasional di lapang seperti rumah tangga yang melakukan penunggakan, membuktikan bahwa perusahaan membutuhkan sebuah strategi yang tepat untuk menghadapi birokrasi yang ada. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan manajemen piutang. Manajemen piutang di PT PLN Persero ini meliputi proses kontrol tagihan sampai dengan pencairan tagihan dan masuk dalam rekening perusahaan. Manajemen piutang sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan dana yang cukup dan menjaga likuiditas perusahaan, meminimumkan jumlah piutang yang terlambat tertagih serta mengantisipasi piutang tak tertagih. 1.2
Perumusan Masalah PT PLN (Persero) memiliki fungsi sosial yang besar namun sebagai
perusahaan PT PLN (Persero) tetap dituntut untuk berperilaku secara profesional guna memenuhi fungsi bisnisnya. Dengan kata lain selain fungsi sosial juga dapat memenuhi fungsi komersial. Terkait dengan pembayaran iuran rekening listrik, salah satu permasalahan yang sering terjadi dewasa ini adalah rnasih saja ada
3
beberapa pelanggan yang tidak membayar tagihan listrik tepat pada waktunya sehingga dapat merugikan pihak perusahaan, terutama pada pengelolaan likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Informasi piutang akibat penunggakan pembayaran listrik yang tercatat di kartu piutang, buku besar piutang dan jumlah piutang di dalam neraca tidak selalu sama serta diragukan keakuratannya. Banyak piutang yang ketertagihannya rendah (diragukan). Banyak piutang yang tidak diakui sebagai utang oleh pelanggan listrik. Piutang yang tersajikan di dalam neraca tidak mencerminkan bahwa piutang tersebut adalah aset likuid yang dimiliki perusahaan yang bisa diharapkan sebagai sumber kas masuk untuk mendanai operasional perusahaan. Sistem pencatatan piutang tagihan listrik terhadap jasa yang telah diberikan menggunakan metode akrual basis dimana proses pengakuan piutang terjadi dan terhitung sejak awal pemakaian tenaga listrik (pencatatan meter listrik) akan tetapi penagihannya tidak langsung ditagih kepada pelanggan melainkan dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan, sehingga hampir 100 persen penjualan yang dilakukan PT PLN merupakan penjualan kredit. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain : 1. Bagaimana gambaran manajemen piutang pada PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan ? 2. Bagaimana pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan? 3. Bagaimana pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan ?
4
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran manajemen piutang pada PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan 2. Mennganalisis pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan 3. Menganalisis pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
beberapa pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perusahaan dalam hal pengelolaan pembayaran sistem pasca bayar tagihan listrik. 2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang kaitannya dengan topik yang sama. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada
analisis manajemen piutang terhadap
likuiditas dan profitabilitas keuangan perusahaan dengan membatasi pada pengolahan data berjangka waktu 5 tahun yaitu tahun 2006-2010 yang dilakukan di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
5
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Piutang Piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari
penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal (Manullang dan Sinaga, 2005) Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Manullang dan Sinaga 2005, piutang dipakai dalam arti yang sempit, yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Piutang dapat digolongkan atas : a. Piutang usaha : Piutang usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel. b. Piutang lain-lain : Adapun piutang lain-lain merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun jasa dalam kegiatan normal perusahaan. 2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang Menurut Riyanto (2001), Faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah a. Volume Penjualan Kredit : Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat. b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit : Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya keselamatan kredit lebih diutamakan daripada profitabilitas. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya
6
2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu pembayaran barang, si pembeli akan mendapatkan potongan waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. Jadi, batas waktu pembayaran adalah 30 hari. Semakin panjang waktu pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam piutang. c. Ketentuan tentang pembatasan Kredit : Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi plafon yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit di sini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang : Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil risiko dan tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara memungut secara langsung dan memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan e. Kebiasaaan Pembayaran Pelanggan : Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka tehadap kedua alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan yang paling menguntungkan. Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discount period atau sesudahnya akan berefek terhadap besarnya investasi
7
dalam piutang. Apabila sebagian besar pelanggan membayar dalam masa discount, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas. Artinya, investasi dalam piutang semakin kecil 2.3
Likuiditas Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban uang jangka pendek. Likuiditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menyediakan
alat-alat
likuid
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sementara itu, Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi. Sugiyarso dan Winarni (2005) 2.4
Profitabilitas Profitabilitas
menunjukkan
pengaruh
gabungan
dari
likuiditas,
pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil operasi (laba). Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa perbandingan data keuangan sehinga informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab dengan analisis profitabilitas mencakup kemampuan manajemen menciptakan laba dari aktiva perusahaan, cara manajemen mendanai investasinya dan kecukupan pendapatan yang dapat diterima pemegang saham biasa dari investasi mereka. 2.5
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka makin
likuidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang dan kas. 2.6
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas Perusahaan Jika piutang dagang menunjukkan kecenderungan meningkat, periode
pengumpulan piutang meningkat, investasi dalam piutang semakin meningkat. Investasi yang semakin tinggi mengakibatkan kenaikan biaya, yang akan
8
menurunkan profitabilitas. Manajer keuangan perlu melakukan tindakan, misal memperketat kebijakan kredit. Disamping itu, kenaikan piutang yang tidak terkendali bisa mengindikasikan kondisi bisnis yang semakin buruk. Monitoring piutang dagang bisa dilakukan dengan mengawasi periode pengumpulan piutang. 2.7
Pengelolaan dan Sistem Pencatatan Kas Kecil Menurut Waluyo (2008), dana kas kecil disediakan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil. Pengelola kas kecil adalah kasir kas kecil yang bertanggungjawab terhadap pembayaran-pembayaran melalui kas kecil. Ada dua metode yang digunakan untuk mengelola kas kecil ini, yaitu metode imprest dan metode fluktuasi. a. Imprest Method Pada metode atau sistem imprest, jumlah pada akun “kas kecil” selalu tetap , yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Kasir kas kecil selalu menguangkan cek ke bank yang digunakan untuk membayar pengeluaran kecil dan setiap melakukan pembayaran, kasir kas kecil membuat bukti pengeluaran. Pencatatan pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali. b. Fluctuation Method Metode fluktuasi (fluctuation method) tidak berbeda dengan metode imprest dalam hal pembentukan dana. Namun pada metode fluktuasi, saldo uang yang dicatat pada akun kas kecil selalu berubah (tidak tetap). Fluktuasi tersebut sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat pengeluaran. Pada akhir periode tidak diperlukan lagi penyusunan ayat jurnal penyesusaian karena setiap pengeluaran kas kecil telah dilakukan pencatatan. 2.8
Penelitian Terdahulu Dhahiri Hagyar Siwi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Stabilitas Arus Kas dan Likuiditas perusahaan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
9
besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaaan manajemen piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa secara bersamaan (simultan) manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas pada PT.”X” akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X” dengan beberapa saran yang diberikan yaitu perusahaan dapat mengatasi permasalahan cashflow disini dengan memperbaiki masa tertagihnya piutang sesuai dengan standart yang telah ditentukan perusahaan yakni 30 hari perbaikan masa tertagihnya piutang dapat dilakukan dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap hari mengenai perkembangan invoice, membuat daftar monitoring tersebut sebagai bahan evaluasi dan informasi efektif dalam perencanaan strategi pencairan invoice. Dra. Yuniep Mujati Suaidah,Msi pada penelitiannya melakukan analisis pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan dengan studi kasus pada PT KALBE FARMA,TBK tahun 2002-2008. Penelitian ini menunjukkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel utang jangka pendek (X1) terhadap profitabilitas (Y1) menunjukkan nilai probabilitas (0,175) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara utang jangka pendek (X1) terhadap profitabilitas (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari a = 0,05 yaitu 0,175. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel perputaran piutang (X2) Terhadap profitabilitas (Y1) menunjukkan nilai probabilitas (0,021) < 0,05 yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara perputaran piutang (X2) terhadap profitabilitas (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih kecil dari a = 0,05 yaitu 0,021. Pengaruh utang jangka pendek (X1) dan perputaran piutang (X2) secara simultan terhadap profitabilitas pada PT Kalbe Farma, Tbk menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat secara statistik terbukti bahwa utang jangka pendek dan perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan dari uji Anova atau F test didapat angka probabilitasnya sebesar 0,035 (r < 0,05). Nilai Fhitung sebesar 6,928 dengan probabilitas sebesar 0,035 pada taraf signifikasi 95 %.
10
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian Data laporan keuangan perusahaan konsolidasi digunakan sebagai dasar
dari analisis manajemen piutang PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) membutuhkan suatu manajemen piutang untuk melakukan pengelolaan piutang yang disebabkan dari penunggakan rekening listrik. Manajemen piutang yang dilakukan meliputi pengukuran aspek output yang dapat dilihat dari pengukuran kinerja piutang. Fungsi dari pengukuran kinerja piutang ini adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran output menggunakan analisis dari rasio perputaran piutang (Account Receivable TurnOver Ratio dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Likuiditas disini diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan rasio lancar dan profitabilitas diukur dengan analisis rasio probitabilitas yang meliputi ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset) Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat perkembangan proyeksi trend menggunakan analisis trend serta melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan sistem pengendalian piutangnya dengan baik, karena akan berkaitan dengan likuiditas dan profitabilitas perusahaannya. Pemahaman lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penelitian. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT PLN Persero dan Anak Perusahaan.
Pengambilan data dilaksanakan selama 3 bulan dimulai pada bulan Desember 2011 - Febuari 2012
11
PT PLN PERSERO
Sistem Pembayaran Listrik Pasca Bayar
Manajemen Piutang
Neraca
Analisis Rasio Profitabilitas
ROE (Return on Equity)
ROA (Return on Asset)
Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan Laba Rugi
Analisis Rasio Likuiditas
Analisis Penilaian Kinerja Piutang
Rasio Perputaran Piutang
Rasio Cepat
Rasio Periode Penagihan Rata-Rata
Rasio Lancar
Rasio Kas
Analisis Regresi Berganda Analisis Trend
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji F
Rekomendasi Manajemen Piutang Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Uji T
12
3.3
Jenis dan Sumber Data Sumber yang diperoleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai objek
yang diteliti di dapat langsung dari PT PLN (Persero), untuk menunjang hasil penelitian maka peniliti menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan triwulan konsolidasi periode 20062010 dan beberapa data penunjang diperoleh dari artikel, internet serta buku-buku sebagai landasan teoritis yang berhubungan dengan penelitian. 3.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini memperoleh data langsung dari perusahaan dan kemudian
diolah serta dianalisis menggunakan metode statistik yaitu analisis penilaian kinerja piutang, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dan analisis trend dengan menggunakan minitab versi 14 serta analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007. 3.4.1
Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan
kinerja
piutang
perusahaan.
Pengukuran
yang
dipakai
adalah
dengan
menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) a. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Periode dimaksud biasanya untuk satu tahun. Walaupun demikian, untuk kepentingan analisis dapat digunakan satuan waktu berdasarkan kuartalan, bulanan dan seterusnya (Kuswadi,2008). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
( )
13
b. Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period) Salah satu hal terpenting yang harus menjadi pusat perhatian adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi pengumpulan piutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutangnya. Dengan kata lain, kemampuan penagihannya menjadi semakin kecil. Berarti, jumlah dana yang terikat pada piutang menjadi semakin besar sehingga kebutuhan modal kerja pun meningkat. (Kuswadi, 2008)
( ) 3.4.2
Analisis Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban atau utang lancarnya. Rasio-rasio likuiditas digunakan untuk mengukur sampai seberapa baik perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendeknya (utang lancar). Rasio likuiditas terdiri dari : a. Rasio Lancar Rasio lancar mengindikasikan bahwa semakin besar angka rasio ini, semakin kuat atau besar kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap rupiah utang-utang lancarnya dengan harta lancarnya. ( ) b. Rasio Kas Menurut Kuswadi (2008), Dalam rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada di dalam perusahaan maupun yang ada di Bank, termasuk Surat-Surat Berharga. ( )
14
3.4.3 Analisis Profitabilitas Ukuran atau rasio laba dengan aktiva ini digunakan untuk mengukur penggunaan sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan laba perusahaan. Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan dan menghasilgunakan aktiva dan atau modal sendiri yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang memuaskan. a. ROE (Return On Equity) Menurut Margaretha (2005) ROE merupakan perbandingan antara laba setelah biaya bunga dan pajak (laba bersih/EAT) dengan total ekuitas. ROE merupakan cara mengukur tingkat pengembalian bagi pemegang saham biasa. ( ) b. ROA (Return On Asset) Menurut Halim dan Sarwoko (2008) ROA adalah perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak dengan aktiva operasi (aktiva yang secara aktif digunakan dalam operasi perusahaan). ( ) 3.4.4 Analisis Trend Analisis Trend dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari Angka Indeks adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008): ( ) Nilai error pada analisis trend dipilih berdasarkan nilai MSD, MAD dan MAPE terkecil. Nilai MSD, MAD dan MAPE diperoleh pada program minitab 14 dengan melakukan input terhadap 4 (Empat) jenis analisis trend (Linear, Quadratic, Eksponensial Growth dan S-Curve). Semakin kecil nilai pada MSD, MAD dan MAPE memperlihatkan tingkat error yang semakin rendah.
15
3.4.5 Analisis Regresi berganda Kegunaannya uji regresi ganda yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Uji regresi ganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih (X1, X2, X3,….,Xn) dengan satu variabel terikat. Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variable kinerja piutang ; Rasio Perputaran Piutang (X1), Periode Penagihan ratarata (X2) dengan Likuiditas (Y1) dan menghubungkan juga dengan dengan Profitabilitas (Y2). Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variable terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variable bebas (X1, X2, X3,….,Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = f (X) , Y = f (X1, X2,...,Xn) Dimana :
Likuiditas
Y1 = f (X1, X2) , Y1 = a + b1X1 + b2X2
Profitabilitas Y2 = f (X1, X2) , Y2 = a + b1X1 + b2X2 Keterangan : Y1 = Likuiditas
X1 = Rasio Perputaran Piutang
Y2 = Profitabilitas
X2 = Periode Penagihan rata-rata
a = Nilai Intercept
b = Koefisien regresi
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : a. Uji Normalitas Uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat berapa cara, antara lain adalah dengan nilai skewness, histrogam dan Normal P-Plot. Nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva serta letak tersebarnya titik-titik pada Normal P-Plot adalah menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal.
16
Pengujian dengan SPSS berdasarkan pada uji Kolmogorov–Smirnov. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (α ) tertentu (Biasanya α = 0.05 atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.). Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut.
Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya α = 0.1
Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh
Jika signifikansi yang diperoleh > α , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika signifikansi yang diperoleh < α , maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Salah satu metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan inflantion factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10 (hair et al. 1992) c. Uji Autokorelasi (Durbin Watson) Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
17
Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 (untuk n < 15). d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu uji heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi. e. Uji F ANOVA atau analisis varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. (Priyatno 2009). Adapun langkahlangkah Uji F adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesis Ho : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama
tidak
berpengaruh
terhadap
variable
Likuiditas/Profitabilitas. Ha : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas. 2. Menentukan F hitung dan signifikansi 3. Menentukan F tabel F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (terlampir) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(nk) dan (k-1) dimana n adalah jumlah variable termasuk konstanta. 4. Kriteria Pengujian
Bila F Hitung < F Tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variable independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen.
Bila F Hitung > F Tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variable independen secara simultan mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen.
5. Membuat Kesimpulan.
18
f. Uji T Uji T (uji koefisien regresi secara parsial). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesis
Ho1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Likuiditas
Ha1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Likuiditas
Ho2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas
Ha2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas.
2. Menentukan t hitung dan signifikansi 3. Menentukan tabel Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variable termasuk konstanta 4. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika –t hitung< -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Berdasarkan signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.
5. Membuat kesimpulan
19
IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan
Perseroan
(Persero)
PT
Perusahaan
Listrik
Negara
(“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1961 dalam bentuk Jawatan di dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Perusahaan merupakan kelanjutan usaha beberapa perusahaan listrik Belanda yang diambilalih oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Perusahaan listrik Belanda tersebut meliputi NV ANIEM, NV SEM, NV OJEM, NV EMS, NV EMBALOM, NV GEBEO, NV OGEM dan NV WEMI. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1965, status Perusahaan berubah menjadi perusahaan yang berbadan hukum. Selanjutnya ditetapkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1970 yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972. Kemudian berdasarkan akta No. 169 tanggal 30 Juli 1994 dari Sutjipto S.H., notaris di Jakarta, status badan hukum Perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Listrik Negara disingkat PT PLN (Persero). Akta perubahan ini disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman No. C2-11.519.HT.01.01.Th.94 tanggal 1 Agustus 1994, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 13 September 1994, Tambahan No. 6731. Perusahaan Perseroan (Persero). Anggaran dasar Perusahaan terakhir diubah (i) berdasarkan akta No. 2 tanggal 1 Juli 2008 dari Lenny Janis Ishak S.H., notaris di Jakarta, dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-46951.AH.01.02 Th 2008 tanggal 1 Agustus 2008, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 92 tanggal 14 Nopember 2008, Tambahan No. 23523 (ii) berdasarkan akta No. 15 tanggal 30 Januari 2009 dari Lenny Janis Ishak S.H., notaris di Jakarta, atas perubahan pasal 10 dan 11 mengenai tugas dan wewenang direksi. Akta perubahan ini telah diterima dan dicatat di Departemen Hukum dan
20
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat No. AHUAH. 01.10-02240 tanggal 20 Maret 2009. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan memiliki 46 unit pelaksana yang tersebar di wilayah Indonesia. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jl. Trunojoyo Blok M I No. 135, Jakarta. Sesuai dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang “Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”, Pemerintah wajib memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN termasuk margin yang diharapkan kepada BUMN yang diberikan penugasan khusus. Perusahaan merupakan BUMN yang sedang melaksanakan penugasan khusus berupa penyediaan tenaga listrik bersubsidi kepada masyarakat. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan masing-masing 46.296 karyawan dan 45.000 karyawan. 4.2
Bisnis PLN PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan
Perseroan (Persero)
berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No.19/2000. Kegiatan usaha perusahaan meliputi : 1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik
yang meliputi kegiatan
pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik. 2. Menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan, Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.
21
3. Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik, Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik, Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat lunak bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga listrik, 4. Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan. 4.3
Anak Perusahaan PT PLN (Persero) dan Bidangnya 1. PT Indonesia Power (IP) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak Perusahaan PT IP adalah PT Cogindo Daya Bersama bergerak di bidang usaha cogeneration, distribute generation dan jasa operation & maintenance, PT Artha Daya Coalindo bergerak di bidang usaha trading dan jasa transportasi batubara, PT Indo Pusaka Berau dengan kegiatan usaha penyediaan listrik dari produksi PLTU Lati di Berau, Kaltim. 2. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak perusahaan PT PJB yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali Services yang berdomisili di Surabaya. 3. PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam. 4. PT Indonesia Comnets Plus (PT ICON +) bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi. 5. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PT PLN Tarakan) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Tarakan.
22
6. PT PLN Batubara PT PLN Batubara, merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha tambang batubara sebagai bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 7. PT PLN Geothermal PT PLN Geothermal adalah anak perusahaan PLN yang bidang usahanya terfokus kepada usaha penyediaan tenaga listrik terbarukan,
melalui
kegiatan
pengembangan
dan
pengoperasian
pembangkit tenaga listrik panas bumi yang ekonomis bermutu tinggi dengan keandalan yang baik. 8. PT Geo Dipa Energi (PT GDE) adalah Perusahaan patungan PLNPERTAMINA, bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik terutama yang menggunakan energi panas bumi. 9. Majapahit Holding BV Majapahit Holding BV merupakan suatu lembaga keuangan yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. 4.4
Penyajian laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan
praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah. Laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masingmasing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. 4.5
Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan
Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan dan anak perusahaan (termasuk entitas bertujuan khusus). Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investor untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila Perusahaan memiliki baik secara
23
langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50 persen hak suara. Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan. Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi. Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi. 4.6
Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik adalah pendapatan yang diperoleh
PT PLN (Persero) dari penyerahan tenaga listrik kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik. Pendapat ini diperoleh dari pelanggan sebesar nilai penjualan litsrik, yaitu jumlah pemakaian listrik dalam satu bulan dikalikan dengan tarif dasar listrik (TDL) yang berlaku untuk masing-masing golongan. Produk yang diperjualbelikan PT PLN (Persero) berupa arus listrik. Penjualan tenaga listrik merupakan penjualan yang diperoleh dari penyerahan Kwh (kilo watt hour) kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik menurut Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku. Pengukuran pendapatan penjualan tenaga listrik adalah sejumlah nilai rupiah yang harus dilunasi oleh pelanggan pada rekening yang tercetak sesuai dengan Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku,. Pengukurannya dengan mengalikan jumlah pemakaian listrik dalam satuan kwh dengan Tarif Dasar Listrik
yang
dikenakan
pelanggan
tersebut.
Sebagai
perusahaan
yang
menyediakan dan menjual tenaga listrik, maka pendapatan penjualan tenaga listrik merupakan pendapatan terbesar yang diterima oleh PT PLN (Persero). Pendapatan penjualan tenaga listrik diakui pada saat penertiban rekening listrik. Pengakuan atas pendapatan penjualan tenaga listrik dilakukan pada saat rekening listrik telah tercetak atas tenaga listrik yang telah digunakan oleh pelanggan. Penyajian pendapatan penjualan tenaga listrik sebagai bagian dari pendapatan usaha pada
24
laporan laba rugi. Menurut sumbernya, pendapatan penjualan tenaga listrik PT PLN (persero), berasal dari : a. Berasal dari cetak rekening : Pendapatan cetak rekening adalah oendapatan yang berasal dari penjualan normal tenaga listrik. b. Berasal dari Non Cetak Rekening ini misalnya adalah pendapatan tariff multi guna atau yang disebut sebagai pendapatan pesta. Pendapatan ini berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik yang biasanya pada pesta atau acara tertentu dimana keperluan Kwh-nya lebih besar dari daya yang seharusnya. c. Berasal dari Penertiban Penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) : P2TL yaitu penertiban penggunaan tenaga listrik atau juga sering disebut dengan OPAL yaitu Operasi Penertiban Aliran Listrik. Sumber ini merupakan pendapatan tenaga listrik akibat dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal. Dapat juga disebut pencurian aliran. Untuk itu masyarakat yang terbukti melakukan pemakaian listrik secara illegal akan dikenakan pembayaran ganti rugi atas tenaga listrik yang telah dipakainya. Tabel 1. Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) periode tahun 20062010 berdasarkan klasifikasi pelanggan : 2006 2007 2008 2009 2010 Umum
65.376.925
70.452.488
77.792.961
83.106.215
94.797.099
Pemerintah
2.728.538
3.027.220
3.395.280
3.671.535
4.489.597
BUMN
2.201.851
2.349.475
2.545.628
2.812.670
2.936.997
427.837
457.012
515.857
581.680
749.838
70.735.151
76.286.195
84.249.726
TNI dan Polri Jumlah
90.172.100 102.973.531
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.7
Sistem Informasi Pengelolaan Piutang Seiring dengan pertumbuhan jumlah pelanggan dan perkembangan
teknologi informasi, sistem pengelolaan piutang pelanggan di PT PLN (Persero) dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Pedoman Tata Usaha Langganan (TUL) tahun 1994 yang berbasis manual untuk terakhir kali menjadi
25
acuan penyelenggaraan administrasi pengelolaan piutang, dimana unsur ketergantungan terhadap SDM (pelaksana) sangan dominan. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, sistem Tata Usaha Langganan (TUL) 1994 mengalami metamorfosis, membentuk sistem baru berbasis teknologi informasi dalam pengelolaan piutang pelanggan yang dikenal dengan Sistem Administrasi Pengelolaan Piutang Pelanggan (SAP3), selanjutnya terakhir dikenal sebagai Sistem Informasi Piutang (SIP3). Dengan SIP3 presentasi aspek kendali manual dalam operasi pengelolaan piutang pelanggan mulai berkurang dan beralih kepada suatu sistem yang berbasis teknologi informasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat tingkat pertumbuhan pelanggan yang berbanding lurus dengan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan pelanggan. Payment Point Online Back (PPOB) merupakan salah satu generasi lanjutan dari sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan (SIP3). Salah satu ciri utama dari sistem ini adalah berkurangnya peran atau keterlibatan SDM di unit pelaksana suatu cabang dalam mengelola piutang pelanggan, terutama berkaitan dengan transaksi pembayaran dari pelanggan. Payment Point Online Back (PPOB) sistem, yaitu sistem pembayaran rekening secara tunai melalui teknologi tinggi dengan menggunakan perangkat lunak yang di desain secara khusus dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi. Perubahan ini dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi wireless seperti GPRS serta kemampuan bank-bank memberdayakan para mitranya. Server data tagihan PLN dihubungkan dengan server bank-bank. Bankbank tersebut mengembangkan aplikasi layanan pembayaran secara online dengan menggunakan EDC (Electronic Data Capture). EDC berhubungan dengan server bank melalui komunikasi saluran telepon tetap atau lewat jaringan seluler dengan teknologi GPRS. Bentuk tujuan sistem PPOB adalah peningkatan pelayanan dan pengamanan pendapatan dengan mengalihkan penerimaan pembayaran tagihan PLN langsung ke bank. Pengamanan pendapatan atau revenue protection di PT PLN (Persero) merupakan salah satu fungsi operasi dari sistem pengelolaan piutang secara administrasi
pengelolaan
piutang,
tetapi
secara
administrastif
struktural
merupakan bagian dari fungsi keuangan. Pengamatan pendapatan atau revenue
26
protection adalah bagian dari manajemen piutang pelanggan (account receivable management) yang harus dikelola dengan baik untuk menjamin kelangsungan operasional perusahaan berkaitan dengan target cash in flow yang harus dicapai. Salah satu dampak dari implementasi Payment Point Online Bank (PPOB) adalah tumbuh pesatnya payment point baru. Collecting agent sebagai mitra kerja, dapat menambah payment point dowline hanya dengan ijin tertulis dari PLN, semua infrastruktur payment point disediakan collecting agent, memungkinkan jumlah payment point tumbuh dengan cepat tanpa memerlukan biaya investasi dari PT PLN (Persero). Dengan sistem PPOB, terjadi transparansi dan akuntabilitas yang mengarah pada peningkatan kepuasan konsumen PLN, dengan begitu PLN dapat lebih berkonsentrasi pada peningkatan kinerja pelayanan ketenagalistrikan (keandalan penyaluran, mutu tegangan) dan peningkatan kualitas pasokan listrik. Dengan diberlakuknnya sistem tersebut, PLN berupaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembayaran. Kebijakan ini diambil karena banyak kendala yang dihadapi atas pembayaran dari masyarakat yang dilakukan melalui payment point konvensional. Selain masalah ketidaktepatan waktu penerimaan juga kadang ada kasus uang PLN dari masyarakat yang disalahgunakan dan tidak dibayarkan oleh kolektor. Dengan melakukan Payment Point (PP) tagihan listrik oleh mitra-mitra bank, proses bisnis PLN akan menjadi sangat efisien, dan PLN terhindar dari risiko-risiko penanganan uang kas seperti perampokan dan penggelapan. PLN
telah
melakukan
pengelompokkan
pelanggan
yang
dapat
mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. PLN juga telah memberlakukan system on line untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dan memberikan kemudahan atau nilai tambah bagi pelanggan agar dapat melunasi tagihan rekeningnya dengan memilih layanan tempat pembayaran sesuai dengan yang diinginkan secara tepat waktu, akurat, mudah dan otomatis. Pembayaran di luar wilayah perusahaan menggunakan sistem Pembayaran Rekening Listrik Fleksibel dan Otomatis
“PRAQTIS” (Online), perusahaan
melakukan perjanjian dengan Bank-bank rekanan perusahaan dan dibayarkan lewat ATM (Automatic Teller Machine), Auto Debet Rekening; Phone Banking; Internet Banking; Mobile Banking; Kartu Kredit; SMS (Short Messsage Service)
27
setelah melakukan pembayaran di bank maka pihak bank menyerahkan daftar pembayaran tagihan rekening listrik dan memberikan laporan penambahan rekening perusahaan yang terdapat di bank, selanjutnya perusahaan membuat laporan pelunasan piutang. Perusahaan rekanan tersebut (bank) bekerjasama saling
menguntungkan
dengan
PT
PLN.
Kontrak
kerjasama
tersebut
menggunakan jasa timbal balik saling menguntungkan, perusahaan rekanan mendapatkan fee atau pendapatan dari para pelanggan yang akan dibayarkan perusahaan yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4.8
Klasifikasi Piutang Usaha Klasifikasi piutang usaha perusahaan pada PT PLN (Persero) dibagi
menjadi dua yaitu menurut sumber dan umurnya. Menurut sumbernya terbagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern. a. Intern merupakan piutang yang berasal dari pihak intern perusahaan, antara lain : Pembayaran persekot kepada pegawai yang harus diperhitungkan kembali untuk keperluan kesejahteraan pegawai maupun perjalanan dinas, Piutang cicilan akibat jual beli sesuatu kepada pegawai, dan Piutang cicilan sebagai akibat tuntutan ganti rugi perusahaan kepada pegawai. b. Ekstern merupakan piutang pihak ekstern kepada perusahaan atau perorangan yang berasal dari : Penjualan tenaga listrik, Piutang cicilan biaya penyambungan , Pemasangan instalasi rumah dari listrik pedesaan, Pembayaran uang muka kepada perusahaan rekanan, Operasi penertiban aliran listrik “OPAL” yang merupakan piutang dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal (pencurian aliran listrik). Dan Piutang tarif multiguna yang berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik karena acara tertentu dimana keperluan pemakaian listrik lebih besar dari daya yang seharusnya. Sedangkan menurut umurnya juga terbagi menjadi dua : a. Jangka Pendek yaitu piutang mempunyai umur kurang dari 1 tahun. b. Jangka Panjang yaitu piutang yang mempunyai umur lebih dari satu tahun.
28
Tabel 2. Piutang Usaha PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 berdasarkan klasifikasi umurnya 2006
2007
2008
Belum Jatuh Tempo 1 s/d 90 hari
2009
2010
819.676 1.079.971 1.890.004 1.398.532 1.592.230 1.575.222 1.609.154
91 s/d 360 hari
362.543
731.497
443.257
263.410
202.504
>360 hari
424.551
407.633
298.055
238.354
313.990
Jumlah
2.677.098 2.537.662 2.333.542 2.896.662 3.205.619
Penyisihan piutang ragu-ragu Bersih
(314.973)
(370.688)
(625.222)
(341.204)
(330.451)
2.362.125 2.166.974 1.708.320 2.555.458 2.875.168
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.9
Klasifikasi Pelanggan PT PLN (Persero) Adapun Klasifikasi pelanggan dari piutang yang terdapat pada PT PLN
(Persero) ini ialah ; a. Piutang langganan - Umum Merupakan piutang yang berasal dari langganan atas penjualan tenaga listrik termasuk denda akibat keterlambatan pembayaran tagihan rekening listrik. b. Piutang langganan- Instansi Pemerintah Daerah Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik pemerintah daerah (termasuk perusahaan daerah) juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dilakukan oleh instansi pemerintah daerah. c. Piutang langganan – Instansi Pemerintah NON TNI & POLRI Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada instansi pemerintah NON TNI & POLRI, juga kepada pegawaipegawainya apabila pembayaran rekening dilakukan oleh instansi pemerintah NON TNI & POLRI tersebut (tidak termasuk pemerintah daerah) d. Piutang langganan – Instansi Pemerintah TNI & POLRI Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada kesatuan TNI & POLRI dan juga pegawai-pegawainya apabila
29
pembayaran rekening dilakukan oleh instansi atau kesatuan yang bersangkutan. e. Piutang langganan – Perusahaan Negara Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada perusahaan-perusahaan negara (Perjan, Perum, Persero, Bank, dll) juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan negara tersebut. f. Piutang macam-macam Merupakan piutang yang berasal dari rekanan perusahaan dalam suatu kontrak kerjasama yang telah ditetapkan. g. Piutang Ragu-Ragu Merupakan
piutang
yang
berasal
dari
saldo
piutang-piutang
sebelumnya yang belum dapat ditagih sehingga disisihkan kedalam penyisihan piutang ragu-ragu (tidak dapat tertagih) dan menghapus piutang ragu-ragu tersebut apabila ada ketetapan untuk menghapusnya. Tabel 3. Piutang Usaha PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 berdasarkan Klasifikasi Pelanggan 2006
2007
2008
2009
2010
1.984.207
1.973.160
1.899.417
2.347.813
2.480.606
198.949
105.684
116.023
108.997
170.014
39.398
12.698
19.439
28.988
39.619
454.544
446.120
298.663
410.864
515.380
Jumlah
2.677.098
2.537.662
2.333.542
2.896.662
3.205.619
Piutang Ragu-ragu
(314.973)
(370.688)
(625.222)
(341.204)
(330.451)
Bersih
2.362.125
2.166.974
1.708.320
2.555.458
2.875.168
Umum Pemerintah BUMN TNI dan Polri
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) Piutang usaha Perusahaan pada tahun 2006 tercatat
sebesar Rp2.677
miliar, naik 26,05% dari posisi tahun 2005. Menurut kategori pelanggan, piutang ini terdiri dari piutang umum sebesar Rp1.984,2 miliar, piutang Pemerintah sebesar Rp198,9 miliar, piutang BUMN sebesar Rp39,4 miliar dan piutang usaha TNI dan Polri sebesar Rp454,5 miliar, begitupun juga rincian piutang pada tahun-tahun berikutnya dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Rata-rata kategori piutang usaha tersebut mengalami fluktuasi, adapun kenaikan yang ada
30
disebabkan adanya penambahan jumlah pelanggan dan daya tersambung. PLN memiliki kebijakan untuk melakukan pemutusan aliran listrik jika ada keterlambatan pembayaran pada periode tertentu. Namun demikian, sesuai dengan tingkat kolektibilitas piutang, ada piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 360 hari, sehingga PLN harus menyisihkan sejumlah dana piutang ragu-ragu per 31 Desember 2006 sebesar Rp341,9 miliar begitupun juga dengan tahun-tahun berikutnya. PLN terus berupaya menyelesaikan piutang-piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 360 hari ini sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4.10
Penyisihan Piutang Piutang dalam neraca konsolidasi PT PLN (Persero) dinyatakan dalam
jumlah bersih setelah dikurangi penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Penyisihan piutang tersebut dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap keadaan masing-masing piutang pada akhir periode. Piutang dihapuskan dalam periode piutang tersebut saat piutang dipastikan tidak akan tertagih dan piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian tagihan dapat diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal. Penghapusan penyisihan piutang ragu-ragu yang dilakukan oleh PLN menggunakan metode langsung, dimana tidak ada ayat jurnal sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit piutang usaha dan mendebit beban piutang tak tertagih. Bagian Komersialisasi (unit piutang usaha) pada setiap cabang PT PLN (Persero) membuat perhitungan penyisihan piutang usaha berdasarkan kelompok unsur setiap 6 bulan sekali (per semester) dan menyisihkan piutangnya 0-3 bulan, 3-12 bulan dan diatas 12 bulan. Penyisihan piutang berdasarkan kelompok unsur pelanggan. Dibagi ke dalam 2 bagian : 1. Pihak ketiga : Pelanggan Umum 2. Pihak istimewa : BUMN Sementara untuk piutang kategori pelanggan TNI & POLRI serta Pemerintah (Departemen dan Daerah) tidak disisihkan karena perusahaan membuat nota tagihan rekening listrik dan diterima ke KD “Kantor Distribusi” di setiap daerah dan KD tersebutlah yang mempunyai kuasa untuk membuat surat
31
tagihan rekening listrik dan menagihnya untuk kategori pelanggan TNI & POLRI dan Pemerintah (Departemen dan Daerah). Setelah penentuan umur piutang pelanggan yang akan disisihkan, maka akan dibuatkan presentase penyisihan piutang pelanggan yaitu anak umur piutang 0 s/d 3 bulan , 3 s/d 12 bulan, dan diatas 12 bulan. Perusahaan menetapkan penyisihan piutang usaha (piutang pelanggan) sebesar 3% atas saldo piutang tertentu, sementara untuk penyisihan piutang tahun lalu (piutang ragu-ragu) disisihkan 50% (khusus pihak ketiga) setelah memperhitungkan uang jaminan langganan yang bersangkutan. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang dan tidak terdapat resiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha. Tabel 4. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 2006
2007
2008
2009
2010
(341.032)
(314.973)
(370.688)
(625.222)
(34.204)
Penambahan
(9.945)
(161.365)
(375.707)
(69.809)
(89.062)
Penghapusan
125.509
105.650
121.173
353.827
(99.815)
(314.973)
(370.688)
(625.222)
Saldo Awal Tahun
Saldo Akhir Tahun
(341.204) (330.451)
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.11
Pengakuan dan pencatatan piutang PT PLN (Persero) memberikan jasa tenaga listrik kepada pelanggannya
atas dasar pemakaian listrik setiap bulan, dan atas jasa tersebut menjadikan pengakuan piutang perusahaan. Pengakuan piutang terhitung pencatatan meter listrik atau sejak pertama kali listrik digunakan pada saat awal bulan pemakaian hingga akhir bulan pemakaian yang merupakan tagihan perusahaan setiap bulannya (tidak termasuk biaya pemeliharaan meter, biaya administrasi keterlambatan serta biaya penagihan). Misalnya awal bulan A (awal bulan pemakaian) perusahaan memberikan jasa aliran listrik hingga akhir bulan A (akhir bulan pemakaian) maka pada awal bulan kedua perusahaan melakukan penagihan atas jasa yang telah diberikan. Pencatatan pemakaian listrik dilakukan oleh Petugas Pembaca Meter “CATER” ditempat pelanggan dengan cara manual dan komputerisasi / Portable Data Entry (PDE), hasil pembacaan meter diperlukan dan dikoreksi untuk memastikan bahwa datanya telah sesuai atau benar, hasil
32
pembacaan meter yang telah diverifikasi dan diproses menjadi data pemakaian Kwh (Kilo Watt per Hour). Proses pencatatan tagihan tersebut menggunakan sistem komputer CISRISI (Customer Informasi Riset Sistem Informasi) yang digunakan untuk mencatat pemakaian listrik, menghitung dan menghimpun tagihan listrik para pelanggan sehingga dapat mempermudah proses penagihan dan pembayarannya. Sistem pencatatan piutang tagihan listrik terhadap jasa yang telah diberikan tersebut menggunakan metode akrual basis dimana proses pengakuan piutang terjadi dan terhitung sejak awal pemakaian tenaga listrik (pencatatan meter listrik) tetapi penagihannya tidak langsung ditagih kepada pelanggan dan dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan. 4.12
Penerimaan Pembayaran Piutang Pada awal bulan telah dihimpun dan dilaporkan serta dokumen bukti
pembayaran tagihan rekening listrik siap dicetak, maka pelanggan dapat melakukan pembayaran piutang bulan Januari pada awal bulan Febuari. Perusahaan menerima pembayaran piutang atas jasa yang telah diberikan selama satu bulan dengan menyediakan tempat dan cara pembayarannya, hal tersebut ditujukan untuk memudahkan para pelanggannya membayar tagihan rekening listrik yang berada di wilayah perusahaan maupun diluar wilayah perusahaan dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan rekanan. Pembayaran rekening listrik wilayah perusahaan dapat dilakukan diloket-loket pembayaran (payment point) yang telah disediakan perusahaan. Batas pembayaran tagihan listrik disetiap cabang PT PLN (Persero) dibagi ke dalam 3 siklus (periode) per tanggal, yakni : 1. Siklus 1 (1-10 hari) 2. Siklus 2 (5-15 hari) 3. Siklus 3 (10-20 hari) Ketiga siklus tersebut ditujukan agar menghindari terjadinya loket pembayaran yang terlalu penuh oleh para pelanggan dan juga agar pelanggan pun nyaman dan aman dalam pembayaran.
33
Bila pelanggan melakukan pembayaran melebihi batas pembayaran (siklus) yang telah ditetapkan, maka dalam waktu dua bulan kedepan pelanggan tersebut akan dikirim surat pemutusan sementara oleh PT PLN (Persero) bila pelanggan belum melunasi tagihan listriknya. Perusahaan akan memberikan jangka waktu 3 (tiga) bulan dan apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut konsumen belum juga membayar tagihan tersebut, maka perusahaan akan mencabut aliran listriknya dan akan menyebabkan piutang yang macet. Setelah aliran listriknya di cabut, maka PT PLN akan melakukan pencatatan untuk mendata konsumen yang belum membayar tagihannya, dan setelah di catat PT PLN akan menghapuskan piutang macet untuk menjadi piutang tak tertagih. Piutang tak tertagih disini maksudnya adalah Piutang pelanggan yang tidak dilunasi oleh Penanggung Hutang karena sukar ditagih atau diragukan pembayarannya serta telah dilaksanakan pemutusan rampung aliran tenaga listrik. Penyambungan kembali tenaga aliran listrik dilakukan apabila pelanggan sudah melunasi tagihan rekening listriknya ditambah dengan Biaya Keterlambatan (BK) sebesar 10% dari total tagihan dengan pengakuan sebagai pendapatan lain-lain. Apabila dalam jangka waktu dua bulan sejak tanggal pemutusan sementara pelanggan masih belum juga melunasi tunggakannya, maka PT (PLN) Persero berhak melakukan pemutusan rampung berupa penghentian penyambungan aliran tenaga listrik dengan mengambil seluruh instalasi milik perusahaan. Jika pelanggan menginginkan penyambungan kembali, maka diperlukan sebagai permintaan penyambungan baru dan pelanggan harus membayar biaya pasang kembali “paskem” sebesar Rp100.000,- serta melunasi seluruh kewajibannya terdahulu yang masih belum dibayar 4.13
Penilaian Kinerja Piutang di PT PLN (Persero) Analisis penilaian kinerja piutang ini digunakan untuk menilai tingkat
kinerja dari pengelolaan piutang PT PLN (Persero). Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Rasio Perputaran Piutang menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan piutangnya dalam satu periode. Semakin tinggi
34
rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti terjadi over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Ketidakefektifan dalam melakukan penagihan akan berpengaruh terhadap periode penagihan rata-rata. Analisis yang sering digunakan untuk melakukan pemantauan adalah analisis rasio penagihan rata-rata. Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suatu piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih. Rasio
perputaran
piutang
berbanding
terbalik
dengan
periode
penagihannya. Apabila masa penagihannya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai yang tinggi. Begitupun juga sebaliknya. Adapun ringkasan penilaian kinerja piutang PT PLN selama 5 periode disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 5. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero) Komponen 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata Rasio Perputaran Piutang 32,34 30,57 41,02 37,72 36,95 35,72 Periode penagihan Rata-Rata 11,29 11,94 8,90 9,68 13,29 11,02 Sumber : laporan keuangan diolah a. Rasio Perputaran Piutang Berdasarkan perkembangan rasio perputaran piutang PT PLN (Persero) dari tahun 2006-2010 dalam setiap periode triwulan memiliki kecenderungan meningkat. Rasio perputaran piutang periode 2006-2010 berfluktuasi setiap tahunnya pada kisaran 35 kali. Pada tahun 2006 diperoleh perhitungan rasio ratarata perputaran piutang pada pada triwulan IV tahun 2006 sebesar 32,34 kali. Hal ini berarti dalam tahun 2006 perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 32 kali. Peningkatan rasio perputaran piutang disebabkan oleh peningkatan pada akun penjualan tenaga listrik. Penjualan listrik meningkat 11,84% dari tahun 2005 menjadi Rp70.735,1 miliar di tahun 2006. Peningkatan penjualan yang terjadi diiringi dengan peningkatan piutang sebesar 26,06% menjadi Rp2.362,1 miliar.
35
Trend Analysis Plot for Rasio Perputaran Piutang (kali) Growth Curve Model Yt = 14.1576 * (1.02904**t)
Rasio Perputaran Piutang (kali)
45
Variable Actual Fits Forecasts
40 35
Accuracy Measures MAPE 51,368 MAD 8,749 MSD 106,246
30 25 20 15 10 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
Gambar 2. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Putaran piutang pada triwulan IV tahun 2007 merupakan angka rasio terkecil jika dibandingkan dengan triwulan IV periode 2006-2010, hal ini menunjukkan terjadi penurunan efisisensi penagihan pada tahun 2007. Meskipun penjualan listrik meningkat 7,85 persen dari tahun 2006 menjadi Rp76.286,2 miliar di tahun 2007, akan tetapi peningkatan penjualan yang terjadi pada tahun 2007 tidak diiringi dengan peningkatan piutang. Piutang usaha pada tahun 2007 turun sebesar 8,26 persen menjadi Rp2.166,1 miiliar, Akibatnya perputaran piutang mengalami penurunan menjadi 30,57 kali.. Pada triwulan IV berikutnya terjadi penurunan rasio perputaran dari 41,02 ditahun 2008 menjadi 37,72 kali di tahun 2009 dan 36,95 kali di tahun 2010. Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada kuartal IV tahun 2008 PT PLN didera krisis, namun PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan banyaknya pertambahan pelanggan mencapai 1.510.357 pelanggan sehingga jumlah pelanggan pada tahun 2008 meningkat menjadi 38.844.086 pelanggan atau 4,05% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 37.333.729 pelanggan. Pertambahan jumlah pelanggan tentu
36
saja mengakibatkan terjadinya pertumbuhan penjualan energi listrik, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penjualan energi listrik sebesar 6,41% yaitu dari 121,24 TWh di tahun 2007 menjadi sebesar 129,01 TWh di tahun 2008. Selanjutnya peningkatan penjualan tenaga listrik ini berpengaruh pada peningkatan rasio perputaran piutang pada triwulan IV tahun 2008. Tahun 2008 merupakan perjalanan yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero), namun merupakan landasan yang kuat bagi perusahaan untuk menatap ke depan dengan penuh optimisme untuk menciptakan nilai maksimal bagi pemegang saham, investor dan pelanggan. Meskipun terus didera krisis, PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan pertumbuhan penjualan energi listrik sebesar 6,4% dibanding tahun sebelumnya meskipun di tahun ini terjadi krisis global. Hal ini menyebabkan rasio perputaran piutang di tahun 2008 cenderung meningkat. Tahun 2009 juga merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero) namun berkat usaha keras dan kerja cerdas seluruh jajaran manajemen, hasil yang didapat sangat menggembirakan. Tantangan utama tahun 2009 adalah kekurangan pasokan tenaga listrik di hampir seluruh wilayah Indonesia yang umumnya diakibatkan oleh keterlambatan penyelesaian proyek-proyek 10.000 MW dan IPP terkendala. Kekurangan pasokan ini mengakibatkan pemadaman di berbagai daerah dan penurunan tingkat pelayanan perusahaan kepada pelanggan. Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik tersebut, misalnya melalui pengaturan jadwal pemeliharaan pembangkit, sewa pembangkit tambahan, pemanfaatan kelebihan pasokan listrik yang dimiliki masyarakat (excess power), relokasi mesin pembangkit dan pelaksanaan demand side management. Lewat berbagai upaya tersebut, PLN telah berhasil untuk tetap memenuhi kebutuhan pertumbuhan permintaan tenaga listrik dengan mencapai tingkat penjualan tenaga listrik 4,31% lebih tinggi dari tahun 2008. Walaupun dalam pelaksanaan tugasnya PLN dihadapkan pada kendalakendala seperti yang dijelaskan di atas namun PLN tetap dapat menjaga angka penjualan dan piutang usahanya sehingga penurunan rasio perputaran piutang tidak terlalu signifikan.
37
Tantangan lain di tahun 2009 yang juga dihadapi adalah terbitnya UU Kelistrikan No. 30 tahun 2009 yang memposisikan PLN bukan lagi menjadi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti yang diatur dalam Undangundang sebelumnya. Sesuai dengan UU.30/2009, sangat dimungkinkan pihak lain selain PLN untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang penyediaan tenaga listrik. Walaupun demikian, PLN masih tetap optimis bahwa prospek usaha di bidang ketenagalistrikan masih berpeluang luas untuk berkembang secara pesat mengingat rasio elektrifikasi (perbandingan antara jumlah pelanggan listrik sektor rumah tangga terhadap total rumah tangga di Indonesia) tahun 2009 baru mencapai 63,75% dan konsumsi listrik masih akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan masyarakat. Tantangan-tantangan di tahun 2009 ini menyebabkan penurunan produksi yang akan berdampak terhadap penurunan penjualan dan berpengaruh terhadap penurunan rasio perputaran piutang dari tahun 2008 sebesar 8,05 % menjadi 38 kali di tahun 2009. Program yang telah dicanangkan untuk menghadapi tahun 2010 adalah tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan daya listrik dengan membangun fasilitas tenaga listrik, melakukan pembelian tenaga listrik dari swasta, meningkatkan pelayanan, meningkatkan efisiensi serta mengurangi beban finansial perusahaan dan membuat orientasi perusahaan menjadi lebih komersial. Menghadapi masa yang akan datang, manajemen beserta seluruh jajarannya bertekad untuk meningkatkan kinerja operasional dan keuangan sehingga dapat mencapai puncak keemasan pada tahun 2012 sebagai perusahaan yang sehat, mandiri dan tumbuh berkembang. Pada Tahun 2010 terjadi penurunan yang tidak terlalu besar pada Rasio Perputaran Piutang. Rasio turun hanya 0,77% dari rasio ditahun sebelumnya. Dengan melihat hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2010 penagihan piutang kepada pelanggan cenderung stabil. Pada tahun 2010, ada dua aplikasi utama yang dibangun yaitu AP2T (Aplikasi Pengawasan Piutang Terpusat) dan P2APST (Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat). AP2T merupakan langkah nyata PLN dalam mereduksi banyaknya aplikasi pelayanan pelanggan yang ada di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Dalam tahun 2010 ini diharapkan hanya AP2T satu-satunya aplikasi Tata Usaha
38
Langganan di PLN. Melalui langkah ini, maka akan tercipta sentralisasi informasi dan standarisasi proses bisnis PT PLN. P2APST merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam rangka mendukung kemudahan dan kenyamanan pelanggan prabayar. Pada intinya sistem ini melayani permintaan pelanggan yang akan membeli pulsa listrik. Sistem P2APST telah diaplikasikan melalui kerja sama dengan berbagai bank nasional maupun swasta di seluruh Indonesia, memanfaatkan seluruh jaringan ATM bank-bank tersebut. Pemusatan sistem P2APST juga mengharuskan dikumpulkannya Data Piutang Pelanggan (DPP) pada satu tempat, sehingga pihak Switching Company tidak perlu lagi mengakses DPP yang ada di Distribusi, melainkan akan langsung mengakses DPP pada data center pusat yang menampung DPP dari kelima area Distribusi. Dengan adanya program tersebut terjadi pengurangan pada jumlah piutang yang dikarenakan terjadi peralihan pelanggan yang menggunakan listrik prabayar, meskipun pengurangan tersebut belum terlalu signifikan karena pada tahun 2010 ini jumlah pelanggan yang menggunakan pembayaran prabayar baru mencapai 10 persen. Proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang Tahun Periode Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 2011 Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September Tahun yang berakhir pada 31 Desember
Peramalan 25,8257 kali 26,5756 kali 27,3473 kali 28,1414 kali
Kecenderungan pada proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan listrik pra-bayar, dan konsumen beralih dari pemakaian listrik pasca bayar ke pemakaian listrik pra bayar. Sehingga akan mengurangi jumlah piutang yang akan berdampak pada semakin tingginya perputaran piutang yang terjadi. b. Periode penagihan rata-rata Dari hasil periode penagihan rata-rata per triwulan yang semakin kecil jumlah harinya dalam satu periode tahun menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi pada piutang selama satu tahun diikuti dengan proses penagihan yang baik.
39
Rata-rata periode pengumpulan piutang perusahaan pada akhir tahun atau triwulan ke IV selama kurang lebih 5 tahun adalah 11 hari. Perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas piutang yang belum dibayar oleh pelanggan dalam waktu kurang lebih 11 hari. Dari hasil perhitungan membuktikan pengelolaan piutang pada PLN telah sesuai dengan rata-rata standart yang ada. Rata-rata dari rasio periode penagihan rata-rata yang sebesar 11 hari telah menggambarkan perputaran piutang yang baik, 11 hari ini mengindikasikan PT PLN membutuhkan waktu 11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang. Hal ini sesuai dengan waktu pembayaran piutang yang dalam satu bulan dibagi menjadi 3 kali siklus pembayaran. Sehingga dalam 1 siklus dibutuhkan waktu 911 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang. Trend Analysis Plot for Periode Penagihan (hari) Growth Curve Model Yt = 25.7813 * (0.971781**t)
Variable Actual Fits Forecasts
Periode Penagihan (hari)
50
40
Accuracy Measures MA PE 45,547 MA D 9,926 MSD 173,566
30
20
10 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
Gambar 3 . Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan RataRata PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010. PLN
telah
melakukan
pengelompokkan
pelanggan
yang
dapat
mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. Prosedur pengumpulan piutang (penagihan) PLN ini menggunakan metode imprest dengan melakukan pengklasifikasian dari pelanggan-pelanggan yang tidak dapat membayar rekening listriknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Bila antara sasaran (target) dengan realisasi masih lebih rendah, maka manajemen untuk periode selanjutnya
40
harus melakukan improvement dari realisasi tersebut agar dapat mencapai sasaran atau target dalam pencapaian Collecting Period (COP). Sebagaimana diterapkan dalam proyek dan rencana kerja unit untuk kinerja. Akuntansi unit harus sering melakukan kordinasi dengan pengawasan kredit (Administrasi Pelayanan Pelanggan) untuk dapat mengakuntabilitas dari penyajian saldo piutang listrik yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Berikut data mengenai penilaian dan rincian piutang selama 5 periode yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Proyeksi trend Rasio Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata Tahun 2011
Periode
Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September Tahun yang berakhir pada 31 Desember
Peramalan
14,1332 hari 13,7344 hari 13,3468 hari 12,9702 hari
Kecenderungan pada proyeksi trend Periode Penagihan Rata-Rata pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Hal ini seiring dengan proyeksi trend kenaikan rasio perputaran piutang yang akan diiringi dengan penurunan jumlah hari dalam melakukan penagihan. 4.14
Analisis Likuiditas Analisis Likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancarnya yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat Likuiditas PT PLN Persero menggunakan rasio lancar dan rasio kas. Ringkasan perkembangan rasio likuiditas selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 8. Analisis Likuiditas Periode Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero) KOMPONEN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Rasio Lancar 104,05% 107,29% 76,44% 98,12% 81,60% 93,50% Rasio Kas 46,82% 40,45% 15,71% 34,59% 35,64% 34,64% Rasio Likuiditas 75,44% 73,87% 46,08% 66,36% 58,62% 64,07% Sumber : laporan keuangan diolah
41
Rata-rata Rasio Likuiditas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 64,07 persen, dimana nilai tersebut hasil bagi setelah kedua rasio, rasio lancar dan rasio kas dijumlahkan. Meliputi rasio lancar 93,50 persen dan rasio kas sebesar 34,64 persen. Nilai rasio lima tahun terakhir yang sebesar 64.07 ini menggambarkan kemampuan PT PLN (Persero) untuk setiap Rp100,00 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan aset lancarnya sebesar Rp64,07. Dari Rasio Likuiditas terlihat perusahaan tidak cukup likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan angka rasio likuiditas ini berada dibawah 200 persen. Nilai 200 persen mengacu pada aturan umum yang biasa dipakai, jika rasio likuiditas 2:1 atau lebih baik lagi maka perusahaan cukup baik secara keuangan, sementara rasio dibawah 2:1 menujukkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 ini menunjukkan bahwa tersedia asset lancar Rp2 untuk setiap Rp1 kewajiban lancar atau jika dipandang dari sudut lain, nilai asset lancar pada saat likuidasi dapat turun hampir sebesar 50 persen dan perusahaan masih dapat melunasi kewajiban lancar. Sumber likuiditas PT PLN (Persero) terutama diperoleh dari arus kas masuk aktivitas usaha dan pendanaan. Perusahaan dan anak perusahaan telah membentuk kerangka kerja manajemen risiko likuiditas yang sesuai untuk pengelolaan dana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan persyaratan likuiditas manajemen. Perusahaan dan anak perusahaan mengatur risiko likuiditas dengan mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan fasilitas cadangan pinjaman, dengan terus memantau perkiraan dan arus kas aktual, dan mencocokkan profil jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban. a. Rasio Lancar (Current Ratio) Likuiditas Perusahaan pada penelitian ini dinilai dengan rasio lancar. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya dengan aset lancarnya. Semakin tinggi nilai rasio lancar maka likuiditas perusahaan semakin baik. Dari hasil perhitungan, rata-rata rasio lancar PT PLN (Persero) adalah 93,50 persen yang artinya bahwa setiap Rp100,kewajiban lancar dijamin dengan Rp93,50 aset lancarnya. Besarnya aset lancar pada perusahaan disebabkan oleh jumlah kas dan setara kas, piutang subsidi dan persediaan sebesar 14,53 persen dari total keseluruhan presentase aset lancar .
42
Trend Analysis Plot for Rasio Lancar (%) Quadratic Trend Model Yt = 87.1227 + 2.19867*t - 0.0904609*t**2
140
Variable A ctual Fits Forecasts
Rasio Lancar (%)
130 120
A ccuracy Measures MA PE 14,315 MA D MSD
110
13,690 287,048
100 90 80 70 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
Gambar 4. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Lancar PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Jumlah aset lancar pada setiap triwulan mengalami fluktuasi, rata-rata terjadi kenaikan pada triwulan III dan penurunan di triwulan IV. Pada tahun 2006 dan 2007 jumlah aset lancar masih berada pada kisaran angka yang lebih besar dari pada jumlah kewajiban lancar dan kewajiban lancar tersebut yang sebagian besar berupa hutang dapat dibayar dengan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah aset lancar berada dibawah jumlah kewajiban lancarnya sehingga nilai aset lancar pada tahun ini dibawah 100 persen.
Rasio Lancar terkecil terjadi pada tahun 2008 hal ini disebabkan karena pada bulan September 2008, terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang membawa dampak terjadinya krisis keuangan secara global, termasuk di negara Indonesia dan PT PLN (Persero). Pengaruh dari krisis ini mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US Dollar. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas pada triwulan IV tahun 2008 dan tingginya tingkat suku bunga serta kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula penurunan harga saham dan pengetatan penyediaan kredit PT PLN (Persero). Pada tahun 2009 kondisi ekonomi mulai relatif stabil pada triwulan III yang ditandai dengan berkurangnya fluktuasi kurs mata uang asing dengan nilai Rupiah cenderung menguat sehingga rasio likuiditas PT PLN (Persero) pun
43
menunjukkan perubahan ke angka yang lebih besar. Tahun 2010 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 81,6 %, menurun dari posisi 98,12 % di tahun 2009. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Proyeksi trend Rasio Lancar PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 9 : Tabel 9. Hasil Proyeksi Trend Rasio Lancar PT PLN (Persero) Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 93,4 % 91,7 % 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 89,8 % Tahun yang berakhir pada 31 Desember 87,8 % Kecenderungan pada proyeksi trend rasio lancar pada empat (4) periode ke depan adalah menurun dalam satu periode, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 trend rasio lancar mengalami kenaikan sebesar 6,18 persen. b. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas ini merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar tepat pada waktunya. perusahaan belum cukup memiliki kas untuk memenuhi kewajibannya. Nilai rata-rata rasio kas perusahaan adalah 34,64 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- kewajiban lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 34,64 uang kas dan bank. Dalam hal ini perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya dengan kas, meskipun sebagian besar pemasukan aset lancar perusahaan berasal dari kas dan bank. Perkembangan indikator rasio kas pada triwulan IV dalam lima periode terakhir cenderung menurun dan kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2009, ini berarti pada tahun 2009 terjadi peningkatan nilai kas dan bank yang tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah kewajiban lancar yang sepadan. Perusahaan pada tahun 2009 mengalami peningkatan dalam kemampuannya membayar kewajiban lancarnya sebesar 34,59 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 15,71 persen.
44
Trend Analysis Plot for Rasio Kas (%) Growth Curve Model Yt = 31.9893 * (1.00066**t)
70
Variable Actual Fits Forecasts
Rasio Kas (%)
60
Accuracy Measures MA PE 28,903 MA D 9,300 MSD 139,670
50 40 30 20 10 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
Gambar 5. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Kas PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan arus kas dari aktivitas pendanaan yaitu hasil emisi obligasi dan perolehan hutang bank. Peningkatan ini sesuai dengan prioritas jangka pendek perusahaan yaitu mengatasi kekurangan pasokan listrik untuk mengurangi pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas, dan meningkatkan kemampuan pendanaan jangka pendek. Akibat adanya tiga kegiatan dalam perusahaan, yaitu kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan terdapat jumlah penyesuaian pada ketiga kegiatan ini yang dapat dilihat pada tabel 10. Proyeksi trend Rasio Kas PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 10. Hasil Proyeksi Trend Rasio Kas PT PLN (Persero) Tahun Periode Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September Tahun yang berakhir pada 31 Desember
Peramalan 32,43 % 32,45 % 32,47 % 32,49 %
45
Kecenderungan pada proyeksi trend rasio kas pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Namun penurun yang terjadi tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tabel 11. Laporan Penyesuaian Arus Kas PT PLN (Persero) Periode 20062010 Tahun
Uraian Penyesuaian Aktivitas Operasi Penyesuaian Aktivitas Investasi Penyesuaian Aktivitas pendanaan Kenaikan Bersih Kas dan Setara Kas KAS & SETARA KAS AWAL TAHUN rekening dibatasi penggunaannya KAS & SETARA KAS AKHIR TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
6838882 -5285440
16890143 20759837
7780481 21952056
5898187 30566969
22969258 30720965
7998939
7192056
4268420
31324351
14425309
9552381
3322362
-9903155
6655569
6673602
5361749
12968420
16290782
6387627
13043196
-1945710
0
0
0
0
12968420
16290782
6387627
13043196
19716798
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.15
Analisis Profitabilitas Rasio Profitabilitas perusahaan dinyatakan dalam Return on Equity/ROE
(perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas) dan Return on Asset/ROA (perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total harta). Ringkasan perkembangan rasio profitabilitas selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 12. Analisis Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun 2006-2010 KOMPONEN ROE ROA Rasio Profitabilitas
2006 -2,90% -0,44% -1,67%
2007 -4,14% -1,13% -2,64%
2008 -9,69% -4,19% -6,94%
2009 7,33% 3,66% 5,50%
2010 Rata-Rata 6,74% -1,24% 3,08% 0,00% 4,91% -0,62%
Sumber : laporan keuangan diolah a. Return On Equity (ROE) ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan laba bagi para pemegang saham atas modal yang telah ditanamkan oleh para pemegang saham tersebut. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian
46
dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut. Trend Analysis Plot for ROE (%)
Quadratic Trend Model Yt = -0.800008 - 0.644635*t + 0.0549537*t**2 Variable A ctual Fits Forecasts
15 10
A ccuracy Measures MA PE 92,8737 MA D 2,1197 MSD 8,2967
ROE (%)
5 0 -5 -10 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
Gambar 6. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Equity PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Tabel 13. Analisis Return on Equity/ROE PT PLN (Persero) Tahun 20062010 Tahun
laba bersih (dalam jutaan rupiah)
2005
(4.920.595)
2006
total ekuitas (dalam jutaan rupiah)
ROE (%)
perubahan laba bersih
perubahan ekuitas
perubahan ROE
139.753.678
-3,52%
-
-
-
(4.057.843)
139.837.946
-2,90%
↑ 17,53%
↑ 0,06 %
↑ 0,62%
2007
(5.645.107)
136.412.740
-4,14%
↓ 39,12 %
↓ 2,45 %
↓ 1,24 %
2008
(12.303.716)
126.986.567
-9,69%
↓ 117,95%
↓ 6,91%
↓ 5,55%
2009
10.355.679
141.196.085
7,33%
↑ 184,17%
↑ 11,19 %
↑ 17,02%
2010
10.086.686
149.585.568
6,74%
↓ 2,6 %
↑ 5,94 %
↓ 0,59 %
Sumber : laporan keuangan diolah Berdasarkan tabel 13 analisis Return On Equity (ROE), dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT PLN Persero sejak tahun 2006 hingga 2010 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2006, ROE PT PLN (Persero) mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 17,53%. Hal
47
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROE sebesar 0,62% dari tahun 2005. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan pada jumlah pelanggan dan penjualan serta adanya realisasi subsidi pemerintah pada triwulan III tahun 2008 yang jumlahnya dua kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang merupakan kompensasi atas penugasan kepada PT PLN (Persero) untuk melaksanakan kewajiban layanan masyarakat (Public Sercive Obligation / PSO) mengacu pada UU No. 19 Tahun 2003 sebesar Rp 78,6 trilyun, cukup meyakinkan Perusahaan dalam menjalankan roda usaha. Besarnya realisasi subsidi tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan sebesar Rp 86,0 trilyun, sebagai akibat dari turunnya harga BBM dan hasil kontribusi Perusahaan dalam menekan biaya usaha melalui program penekanan susut, Gasifikasi PLTGU Muara Tawar, MFO–nisasi dan peningkatan pendapatan melalui penerapan tarif nonsubsidi untuk daya lebih besar dari 6.600 VA. Program penekanan biaya usaha tersebut telah memberikan kontribusi setara Rp 4,6 trilyun yang terdiri dari program MFO-nisasi setara Rp 0,5 trilyun, program percepatan gasifikasi setara Rp 1,2 trilyun dan program penekanan susut jaringan setara Rp 0,9 trilyun serta penerapan tarif non subsidi ≥ 6.600 VA sebesar Rp1,98 trilyun. Pertumbuhan penjualan tenaga listrik dan subsidi pemerintah yang telah disebutkan sebelumnya menyebabkan perusahaan mendapatkan Laba Operasi sebesar Rp 3,6 trilyun atau 42,34 % lebih tinggi dibanding tahun 2007. Namun demikian, akibat dari adanya rugi selisih kurs (non cash) sebesar Rp 9,3 trilyun, menyebabkan jumlah perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp 12,3 trilyun. Jumlah Ekuitas pada akhir tahun 2008 adalah sebesar Rp 126.986.567 juta. Jumlah tersebut menurun sebesar 6,9% dari tahun sebelumnya, yaitu Rp 136.412.740 juta. Penurunan tersebut terutama disebabkan kerugian dalam periode berjalan. Hal ini tentu saja mempengaruhi ROE. Tingkat ROE tertinggi dan mencapai angka positif hanya terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,33%, sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar -9,69%. Perubahan yang signifikan ini terjadi pada triwulan I tahun 2009 dan terus mengalami kenaikan pada triwulan II, III dan IV di tahun yang sama. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,33% dari -
48
9,69% di tahun 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 17,02%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan ekuitas terutama pada peningkatan saldo laba pada triwulan I dan tambahan modal disetor pada triwulan II, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan laba bersih pada triwulan IV yaitu sebesar 184,17 persen dari perusahaan mengalami rugi sebesar Rp12.303,7 Miliar di tahun 2008 menjadi menghasilkan laba bersih sebesar Rp10.355,7 Miliar di tahun 2009. Kenaikan yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh keberhasilan perusahaan dalam menekan biaya usaha menjadi sebesar Rp 138,28 miliar yang lebih rendah 16 persen dibanding tahun 2008 meskipun disertai dengan penurunan pendapatan usaha sebagai akibat dari penurunan subsidi listrik pemerintah. Nilai negatif ROE yang terjadi pada periode sebelum triwulan I tahun 2009 terutama disebabkan oleh timbulnya kerugian perusahaan sehubungan dengan meningkatnya rugi selisih kurs. Perusahaan telah berhasil memperoleh laba bersih tahun 2010 sebesar Rp10,086 triliun mendekati laba bersih pada tahun 2009. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan tenaga listrik sebesar 14,2 % (pada tahun 2009 hanya sebesar 4,31%) yang menghasilkan total pendapatan sebesar Rp162,3 triliun sedang total biaya sebesar Rp149,1T (pada tahun 2009 sebesar Rp135,2 triliun). Proyeksi trend Rasio Return On Equity PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 14. Hasil Proyeksi Trend Rasio ROE PT PLN (Persero) Tahun Periode Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September Tahun yang berakhir pada 31 Desember
Peramalan 10,12 % 11, 92 % 13, 84 % 15,89 %
Kecenderungan pada proyeksi trend ROE pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROE tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada rata-rata total ekuitas yang diimbangi terhadap perolehan laba setelah pajak PT PLN (Persero).
49
a. Return On Asset (ROA) ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan terhadap total asset yang dimiliki. ROA merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan, Rasio ini sering digunakan manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aset tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tesebut. Trend Analysis Plot for ROA (%) Linear Trend Model Yt = -1.96174 + 0.220964*t
4
Variable Actual Fits Forecasts
3 2
Accuracy Measures MAPE 165,972 MAD 1,063 MSD 2,104
ROA (%)
1 0 -1 -2 -3 -4 -5 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
Gambar 7. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Asset PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Gambar 7 menjelaskan mengenai nilai ROA perusahaan pada periode 2006-2010. Pada tahun 2006 ke 2008 ROA terus mengalami penurunan kemudian pada tahun 2008 ke 2009 mengalami kenaikan dan mencapai puncaknya di tahun
50
2009. Pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi namun masih di angka positif seperti pada tahun 2009. Tabel 15. Return on Asset/ROA PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 Tahun
laba bersih sebelum pajak (dalam jutaan rupiah)
total asset (dalam jutaan rupiah)
perubahan laba bersih sebelum pajak
perubahan total asset
perubahan ROA
2005
(2.174.559)
220.842.735
-0,98%
-
-
-
2006
(1.085.335)
247.917.818
-0,44%
↑ 50,09%
↑ 12,26%
↑ 0,55%
2007 2008
(3.098.066)
273.479.935
-1,13%
↓185,45%
↑ 10,31%
↓ 0,70%
(12.191.168)
290.718.943
-4,19%
↓293,51%
↑ 6,30%
↓ 3,06%
2009
12.203.347
333.713.076
3,66%
↑ 100,10%
↑ 14,79%
↑ 7,85%
2010
11.399.860
369.560.490
3,08%
↓ 6,59%
↑ 10,74%
↓ 0,57%
ROA (%)
Sumber : laporan keuangan diolah Pada tahun 2006 nilai ROA yang dicapai adalah -0,44 persen. Nilai ini di didapat dari perbandingan rugi sebelum pajak sebesar Rp1.085,3 Milyar juta dengan jumlah aset sebesar Rp247.917,8 Milyar. Pada tahun 2007 nilai ROA
sebesar -1,13%. Nilai ini mengalami
penurunan sebesar 0,7 persen. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya jumlah laba sebelum pajak sebesar Rp2.012,7 Miliar dari rugi sebesar Rp1.085,3 Miliar menjadi rugi sebesar Rp3.098 Miliar, penurunan laba bersih ini disebabkan oleh semakin negatifnya jumlah beban lain-lain Rp583,7 Miliar menjadi Rp5.634,8 Miliar selain itu peningkatan pada jumlah aktiva juga menyebabkan nilai ROA berkurang. Pada tahun 2008 nilai aset sebesar Rp290.718,9 Miliar. Nilai ini meningkat sebesar 6,30 persen. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya jumlah aset lancar serta aset tidak lancar. Penurunan jumlah laba bersih diikuti dengan meningkatnya jumlah aset menyebabkan nilai ROA menjadi turun. Jumlah Aset Perusahaan pada akhir tahun 2009 sebesar Rp 333.713 Miliar, jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,79% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 290.718,9 Miliar. Pada tahun 2009 Perusahaan telah menerima subsidi bagi pelanggan sebesar Rp 53,72 triliun yang lebih berarti rendah 32 persen dibandingkan tahun 2008. Penurunan jumlah subsidi tidak diiringi dengan penurunan EBIT. EBIT tahun 2009 sebesar Rp 12,20 triliun mengalami kenaikan sebesar 177,22% dibanding tahun 2008. Dengan EBIT
51
sebesar Rp 12,20 triliun dan EBIT margin sebesar 16,10% menggambarkan bahwa PT PLN (Persero) telah mampu menghasilkan pendapatan. Pada tahun 2010 nilai ROA sebesar 3,08 persen. Nilai ini mengalami sedikit penurunan sebesar 0,57 persen. Penurunan yang kurang dari 1 persen ini disebabkan karena menurunnya laba bersih sebesar 6,59 persen. Standar yang digunakan dalam pengukuran rasio ROA biasanya dibandingkan dengan tingkat suku bunga umum yang berlaku pada saat tahun analisis rasio dilakukan. Jika nilai rasio lebih besar dari tingkat suku bunga maka akan lebih menarik bagi investor, sedangkan jika nilai rasio lebih kecil maka investor lebih akan menanamkan modalnya kepada bank. Berdasarkan data Bank Indonsia tingkat suku bunga rata-rata pada tahun 2006 hingga 2010 adalah sebesar 8,55 Persen. Melihat hasil analisis rasio ROA pada tahun 2006 hingga 2011 yang terlihat pada tabel. Nilai rata-rata rasio yang diperoleh PLN berada jauh dibawah tingkat suku bunga Bank indonesia, maka nilai tersebut berada dibawah tingkat suku bunga. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan belum memiliki nilai pengembalian yang cukup menarik bagi investor. Masalah dalam pencapaian kemampuan dalam menghasilkan laba dengan Return on Operating Assets before Corporate Tax (ROA) disebabkan adanya kecenderungan Penolakan terhadap Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). TDL tidak pernah mengalami penyesuaian sejak tahun 2003. Sesuai dengan undangundang yang menyatakan bahwa tarif dasar listrik (TDL) harus ditetapkan melalui Keputusan Presiden maka Perusahaan tidak memiliki keleluasaan dan kewenangan untuk menetapkan tarif dasar listrik sesuai dengan beban operasi perusahaan yang mengikuti dinamika harga pasar terutama untuk pengadaan energi primer. Dalam hal fluktuasi harga pasar yang mengakibatkan peningkatan beban operasi dan biaya investasi, sedangkan di sisi lain perusahaan tidak serta merta dapat menaikkan TDL dapat berakibat pada penurunan kemampuan keuangan perusahaan. Untuk mencegah penurunan kemampuan keuangan yang lebih drastis maka Perusahan telah mengajukan usulan kenaikan tarif dasar listrik kepada Pemerintah. Adapun upaya-upaya yang dilakukan PT PLN (Persero) untuk menanggulangi hal diatas diantaranya meminta subsidi kepada Pemerintah yang
52
disesuaikan dengan kenaikan beban operasi, meminta proteksi atau keberpihakan Pemerintah berupa perbaikan regulasi untuk harga pembelian energi primer yang dilakukan oleh perusahaan untuk kepentingan pembangkit listrik seperti batubara, gas, dan BBM dan melakukan diversifikasi energi atau komposisi energi untuk pembangkit-pembangkit milik PT PLN (Persero) dan perluasan jaringan transmisi sehingga dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik (BPP) listrik. Walaupun perlu dicatat, program ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Proyeksi trend Rasio Return On Asset PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 16. Hasil Proyeksi Trend Rasio ROA PT PLN (Persero) Tahun Periode Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September Tahun yang berakhir pada 31 Desember
Peramalan 2,53 % 2,72 % 2,92 % 3,11%
Kecenderungan pada proyeksi trend ROA pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROA tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada rata-rata total aset yang diimbangi terhadap perolehan laba sebelum pajak PT PLN (Persero). 4.16
Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dari manajemen piutang terhadap
likuiditas dan profitabilitas digunakan analisis regresi linear berganda. Perhitungan data dilakukan dengan SPSS windows versi 16.00. Model regresi berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi-asumsi klasik. Berikut ini merupakan pengujian hipotesis antara variabel Kinerja Piutang dengan Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas. a.
Uji Normalitas Hasil dari Output SPSS Normal P-Plot masing-masing dari variabel
Penilaian kinerja piutang (X1) dan Periode Penagihan Rata-Rata (X2) terhadap Likuiditas (Y1) dan Profitabilitas (Y2) menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data pada variabel
53
yang mempengaruhi variabel Likuiditas dapat dikatakan normal. Pada hasil uji Lilliefors dan Kolmogorov-Smirnov diperoleh taraf signifikansi adalah 0,656 < 0,1 untuk variabel yang mempengaruhi likuiditas dan 0,996 < 0,1 untuk variabel yang mempengaruhi profitabilitas. Dengan demikian, data residual berdistribusi normal, pada taraf signifikansi 0,1. b.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas pada penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan
inflation factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10. Melihat koefisien korelasi antar peubah X, semuanya memiliki korelasi di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak
terjadi
multikolinearitas.
Hasil
perhitungan
nilai
tolerance
juga
menunjukkan tidak ada peubah X (independen) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar peubah yang melebihi 95%. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. c.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi spearman’s rho dan melihat pola titik-titik pada grafik regresi. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan tekhnik uji koefisien korelasi Spearman’s rho yaitu mengorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Dari hasil output dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05. Karena signifikansi lebih besar daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Hal ini juga didukung dengan melihat pola titik-titik pada
54
grafik regresi Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari grafik scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED) terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil output SPSS memberikan koefisien parameter untuk variable independen (X) tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplots. d.
Uji Autokorelasi Deteksi autokorelasi umumnya dilakukan dengan uji statistik Durbin-
Watson dengan menggunakan formula sebagai berikut. ∑
( ∑
) ( )
Uji Durbin – Wason (DW test) Hipotesis: H0 : Tidak ada autokorelasi (r=0) H1 : Ada autokorelasi (r ≠0) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi: Hipotesis nol Keputusan Tidak ada autokorelasi positif Tolak No decision Tidak ada autokorelasi negative Tolak No decision Tidak ada autokorelasi, positif / negatif Tidak ditolak
Jika 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4-dl < d < 4 4-du ≤ d ≤ 4-dl du < d < 4-du
DW = 1,810 Dl = 0,774 Du = 1,410 DW Dl Du 4-Du 4-Dl 1,81 0,774 1,41 2,59 3,226 (Du < DW < 4-Du ) Nilai DW untuk Likuiditas 1,810 dan untuk Profitabilitas 1,694 lebih besar dari Du dan kurang dari 4-Du maka dapat disimpulkan bahwa Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif.
55
4.17
Analisis Regresi Berganda Dari hasil perhitungan menggunakan analisis regresi linear berganda
diketahui besarnya Koefisien Determinan pada model Likuiditas (R) adalah 0,370 artinya kontribusi keragaman yang mampu dijelaskan oleh Rasio Perputaran Piutang (X1) dan Periode Penagihan Rata-rata (X2) terhadap Likuiditas (Y1) sebesar 37% dan sisanya 63% dijelaskan oleh faktor lain. Dan besarnya Koefisien Determinasi pada model Profitabilitas (R) adalah 0,450 artinya kontribusi keragaman yang mampu dijelaskan oleh Rasio Perputaran Piutang (X1) dan Periode Penagihan Rata-Rata (X2) terhadap Profitabilitas (Y2) sebesar 45 % dan sisanya 55% dijelaskan oleh faktor lain. Analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas ini menunjukkan bahwa persamaan regresi berganda diperoleh sebagai berikut : Likuiditas :
Y1 = 0,719 - 0,011X1 - 0,008X2 + 0,532 Lag Y1
Profitabilitas : Y2 = 0,043 - 0,001X1 + 0,000X2 + 0,736 Lag Y2 Interpretasi dari hasil persamaan model Likuiditas di atas sebagai berikut :
Nilai konstanta (a) sebesar 0,719 dengan asumsi variabel Rasio Perputaran Piutang dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata pada PT PLN (Persero) adalah tetap maka rata-rata likuiditas pada PT PLN adalah sebesar 0,719.
Nilai koefisien variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) sebesar 0,011. Artinya jika terjadi kenaikan variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) sebesar satu satuan, menyebabkan Penurunan rata-rata likuiditas pada PT PLN sebesar 0,011 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) pada PT PLN adalah tetap atau konstan.
Nilai koefisien variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) sebesar 0,008. Artinya jika terjadi kenaikan variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) sebesar satu satuan, menyebabkan penurunan rata-rata likuiditas pada PT PLN (Persero) sebesar 0,008 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) pada PT PLN adalah tetap atau konstan.
56
Nilai koefisien variabel Lag dari Rasio Likuiditas sebesar 0,532. Artinya kenaikan likuiditas pada tahun sebelum t (t-1) sebesar satu satuan akan menaikkan rata-rata likuiditas pada tahun berjalan (tahun t) sebesar 0,532 satuan.
Interpretasi dari hasil persamaan model Profitabilitas di atas sebagai berikut:
Nilai konstanta (a) sebesar 0,043 dengan asumsi variabel Rasio Perputaran Piutang dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata pada PT PLN (Persero) adalah tetap maka rata-rata Profitabilitas pada PT PLN adalah sebesar 0,043
Nilai koefisien variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) sebesar 0,001. Artinya jika terjadi kenaikan variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) sebesar satu satuan, menyebabkan penurunan rata-rata Profitabilitas pada PT PLN sebesar 0,001 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) pada PT PLN adalah tetap atau konstan.
Nilai koefisien variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) sebesar 0,000. Artinya jika terjadi perubahan variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata Profitabilitas pada PT PLN (Persero) sebesar 0,000 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) pada PT PLN adalah tetap atau konstan.
Nilai koefisien variabel Lag dari Rasio Profitabilitas sebesar 0,736. Artinya kenaikan likuiditas pada tahun sebelum t (t-1) sebesar satu satuan akan menaikkan rata-rata profitabilitas pada tahun berjalan (tahun t) sebesar 0,736 satuan. Adapun penambahan variabel Lag pada kedua variabel dependent Y1 dan
Y2 disebabkan karena uji statistik pada regresi berganda hanya dapat melihat pengaruh dalam satu satuan waktu. Sementara untuk melihat pengaruh penilaian kinerja piutang pada rasio likuiditas pada tahun t, harus melihat pada tahun sebelumnya (t-1).
57
4.17.1 Pengujian Model Regresi dengan Uji F Untuk mengetahui pengaruh dari manajemen piutang terhadap likuditas dan profitabilitas dapat digunakan dengan uji F berdasarkan hipotesis berikut : Hipotesis nol yang hendak diuji adalah : H0 : Model tidak signifikan H1 : Model signifikan Pedoman yang digunakan untuk menerima dan menolak hipotesis adalah Tolak H0 jika Sig. < 0.1. Hasil perhitungan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa pada model likuiditas dan profitabilitas tingkat signifikansi nilai < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan Ho diterima, Secara bersamaan (simultan) manajemen piutang berpengaruh terhadap Likuiditas pada PT.PLN (Persero) begitupun juga dengan Profitabilitas pada taraf nyata 10 persen. 4.17.2 Pengujian Model Regresi dengan Uji T Interpretasi dari hasil persamaan regresi dari model Likuiditas yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen terhadap Likuiditas adalah sebagai berikut :
Nilai signifikan (0.10) ≤ alpha 10% maka tolak H0, artinya X1 berpengaruh nyata terhadap Y1 pada taraf 10%.
Nilai signifikan (0.13) > alpha 10% maka terima H0, artinya X2 tidak berpengaruh nyata terhadap Y1 pada taraf 10%.
Nilai signifikan (0.02) < alpha 10% maka tolak H0, artinya LagY1 (Y1 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Y1 pada taraf 10%. Interpretasi dari hasil persamaan regresi dari model yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh manajemen terhadap Likuiditas adalah sebagai berikut :
Nilai signifikan (0.386) > alpha 10% maka terima H0, artinya X1 tidak berpengaruh nyata terhadap Y2 pada taraf 10%.
Nilai signifikan (0.634) > alpha 10% maka terima H0, artinya X2 tidak berpengaruh nyata terhadap Y2 pada taraf 10%.
Nilai signifikan (0.003) < alpha 10% maka tolak H0, artinya LagY2 (Y2 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Y2 pada taraf 10%.
58
4.18
Implikasi Manajerial Piutang PT PLN (Persero) ada dalam lampiran Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) No.348.K/010/DIR/2007, yaitu Piutang PLN adalah hak tagih PLN yang mewajibkan penanggung hutang untuk melunasi kewajibannya atas tagihan PLN”. Penanggung Hutang sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 300/KMK.01/2002 adalah “Orang atau badan yang berhutang menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun, termasuk badan atau orang yang menjamin seluruh hutang Penanggung Hutang. Dalam penelitian ini presentase piutang usaha dalam aset lancar memang tidak terlalu besar sehingga pengaruhnya ke likuiditaspun kurang besar yaitu sebesar 37 persen dan 55 persen ke profitabilitas. Presentase terbesar pada Aset Lancar dihasilkan dari akun Kas & Bank dan Piutang Subsidi. Dari hasil perhitungan didapat hasil peningkatan pada penilaian kinerja piutang malah akan menurunkan likuiditas hal ini dikarenakan pada laporan keuangan tidak terdapat pola pada jumlah piutang dan komponen lainnya yang mempengaruhi likuiditas. Jumlah kenaikan piutang tiap tahun tidak diikuti dengan kenaikan pada komponen yang menggambarkan likuiditas, begitupun juga sebaliknya sehingga ketika dilakukan uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh didapatkan suatu hubungan yang berlawanan dengan teori yang ada yang menyebutkan bahwa makin cepat suatu piutang berputar, maka makin likuidlah piutang itu. PT PLN Persero adalah Badan Usaha Milik Negara yang sebagian besar keuangannya ditopang oleh Subsidi dari Pemerintah, hal ini tentu saja mempengaruhi kondisi keuangan PT PLN (Persero) terutama pada likuiditas dan profitabilitas, Subsidi Listrik pada PT PLN (Persero) dihitung dari selisih negatif antara harga jual tenaga listrik rata-rata (Rp/kWh) dari masing-masing golongan tarif dikurangi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik (Rp/kWh) pada tegangan di masing-masing golongan tarif dikalikan volume penjualan (kWh) untuk setiap golongan tarif. Dengan kata lain karena biaya pokok penyediaan lebih besar dari harga jual maka PLN memerlukan subsidi dari pemerintah. Dari hasil proyeksi trend piutang di dapat suatu kesimpulan yang positif bahwa kebijakan peralihan dari pembayaran listrik pasca bayar ke listrik pra bayar akan meningkatkan rasio perputaran piutang dan penagihan rata-rata yang rendah.
59
Keunggulan lain dari pembayaran ini meliputi : Tidak adanya pemakaian minimal dalam listrik prabayar/pulsa, biaya penyambungan menjadi lebih murah, tidak ada pemutusan atau pembongkaran, tidak ada pulsa kadaluarsa dan pulsa digunakan oleh pelanggan lain, tidak ada kesalahan dalam pencatatan meter. Dengan keunggulan yang ada tersebut, merupakan sebuah strategi yang tepat bagi PLN melakukan kebijakan listrik pra bayar untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan karena piutang. Sesuai dengan prioritas jangka pendek PT PLN (Persero) yaitu mengatasi kekurangan pasokan listrik untuk mengurangi pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas dan meningkatkan kemampuan pendanaan jangka pendek maka untuk mengatasi tantangan saat ini, upaya yang terkoordinasi sangant diperlukan melalui efisiensi internal PLN untuk menurunkan biaya pokok produksi, tarif dan marjin yang berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan PLN dalam mencari sumber pendanaan dan tindakan lain pemerintah seperti suntikan modal, debt-equity swap dan Domestic Market Obligation (DMO).
60
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. PT PLN memiliki Sistem Informasi Piutang (SIP3). Dengan SIP3 presentasi aspek kendali manual dalam operasi pengelolaan piutang pelanggan mulai berkurang dan beralih kepada suatu sistem yang berbasis teknologi informasi. Payment Point Online Back (PPOB) merupakan salah satu generasi lanjutan dari sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan (SIP3). Payment Point Online Back (PPOB) sistem mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi wireless seperti GPRS serta kemampuan bank-bank memberdayakan para mitranya. Server data tagihan PLN dihubungkan dengan server bank-bank. Bank-bank tersebut mengembangkan aplikasi layanan pembayaran secara online dengan menggunakan EDC (Electronic Data Capture). 2. Pengujian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan adalah sebesar 37% dan sisanya 63% dijelaskan oleh faktor lain. Pengujian secara parsial menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio perputaran piutang terhadap likuiditas, namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara periode penagihan rata-rata dengan likuiditas, melalui uji terhadap rasio-rasio keuangan. 3. Pengujian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan sebesar 45 % dan sisanya 55% dijelaskan oleh faktor lain. Pengujian secara parsial menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio perputaran piutang terhadap profitabilitas begitupun juga dengan periode penagihan rata-rata, melalui uji terhadap rasiorasio keuangan.
61
B.
Saran
1. PT PLN lebih meningkatkan pengelolaan piutang listrik dengan lebih teliti dalam pencatatan dan verifikasi transaksi piutang usaha baik dilakukan secara triwulan maupun secara tahunan yang diterima dari setiap cabang, ranting maupun rayon. Sehingga perputaran piutang akan lebih cepat. 2. PLN sebaiknya dapat meningkatkan pelayanan pembayaran rekening listrik antara lain dengan cara memperbanyak lagi tempat pembayaran rekening listrik (Payment Point) sehingga dapat meminimalisir piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih. Layanan online PLN diharapkan dapat mempermudah pelanggan
untuk
melakukan
meningkatkan pendapatan.
pembayaran
via
perbankan
sekaligus
62
DAFTAR PUSTAKA
Halim, AS. 2008. Manajemen Keuangan : Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. http://www.inilahjabar.com/read/detail/1812691/tunggakan-listrik-membengkakjadi-rp270-miliar. Tunggakan Listrik Membengkak Jadi Rp 270 Miliar. Diakses 30 Desember 2011 http://www.indopos.co.id/index.php/arsip-berita-jakarta-raya/54-urban-city/3501tunggakan-listrik-pln-depok-rp-12-miliar.html. Tunggakan Listrik PLN Depok Rp 12 Miliar. Diakses 10 Desember 2011 Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Keown, A.J. 2010. Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 2. PT. Indeks. Jakarta. _________. 2005. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip Dasar dan Aplikasi Terjemahan. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. _________. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (terjemahan). Salemba Empat. Jakarta. Kuswadi, 2008. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Elex Media Komputindo. Jakarta Manullang, M dan Sinaga,D. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Andi. Yogyakarta. Margaretha, F. 2005. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Priyatno, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Andi. Yogyakarta PT PLN. 2010. Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan. (http://www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements%20 2010.pdf diakses 30 Desember 2011) ______. 2009. Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan AnakPerusahaan. (http://www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements% 202009.pdf/ diakses 30 Desember 2011) ______. 2008. Laporan Keuangan Tahunan PT.PLN dan Anak Perusahaan. (http://www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements% 202008.pdf diakses 30 Desember 2011) ______. 2007. Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan.
63
(http://www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements% 202007.pdf diakses 30 Desember 2011) ______. 2006. Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan. (http://www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements% 202006.pdf diakses 30 Desember 2011) ______. 2005. Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan. (http://www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements% 202005.pdf diakses 30 Desember 2011) Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. Santoso, S. 2009. Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan Minitab dan SPSS. PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. Jakarta Siwi, DH. 2010. Analisis Pengaruh Mnajemen Piutang Terhadap Stabilitas Arus Kas Dan Likuiditas Perusahaan ( Studi Kasus di PT. ”X” ). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Suaidah, Y.M. 2011. Analisis Pengaruh Utang Jangka Pendek dan Peputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada PT KALBE FARMA, TBK Tahun 2002-2008). Tesis Universitas Komputer. Bandung. Sugiono, A. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Gramedia Widiasarana, Jakarta. Sugiyarso G dan Winarni F. 2005. Manajemen Keuangan : Pemahaman Laporan keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, serta Pengukuran Kinerja Perusahaan. Media Pressindo. Yogyakarta Waluyo. 2008. Akuntansi Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan Tahun 2006 – 2010 NERACA KONSOLIDASI PT PLN DAN ANAK PERUSAHAAN TAHUN 2006-2010 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan rupiah) 2006 I
II
2007 III
IV
I
II
2008 III
IV
I
II
III
IV
ASET ASET TIDAK LANCAR Aset tetap
1.76E+08
1.77E+08
1.78E+08
2E+08
1.99E+08
1.96E+08
1.95E+08
1.99E+08
1.97E+08
1.95E+08
1.93E+08
1.97E+08
Pekerjaan dalam pelaksanaan
19792767
17613699
17877756
11286322
11282691
12744929
13751314
23430262
25777028
33127225
41978353
53120352
154942
138442
402444
570269
573620
591457
599089
617937
617444
694660
733690
781842
818568
526644
8435
8369
14453
64946
57939
63908
66238
44869
44942
48755
50626
8767
Aset tidak digunakan dalam operasi
2187631
2160056
2117867
1335055
974548
884654
896594
886815
884573
688357
793095
1331105
Piutang pihak hubungan istimewa
1050547
981703
712853
1012848
1230403
1805457
1343328
1340478
1381364
1255543
1793831
1756932
1585765
2010916
1258003
3105254
4544493
3838119
4714372
3710788
4745696
3772237
4346227
4313731
Properti investasi Investasi jangka panjang Aset pajak tangguhan
138442
Aset Biaya ditangguhkan
Rekening bank dan deposito berjangka dibatasi penggunaannya Klaim biaya untuk mengembalikan uang pajak Aset tidak lancar lain
2217670
2646819
2781258
1317407
1331000
3993771
6966287
1257244
2966729
1224531
1475542
1432627
Jumlah Aset tidak lancar
2.03E+08
2.03E+08
2.03E+08
2.19E+08
2.19E+08
2.2E+08
2.23E+08
2.3E+08
2.34E+08
2.36E+08
2.45E+08
2.6E+08
66
Lanjutan Lampiran 1 ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek
8527102
12038167
10989526
12968420
16925944
23451528
12417011
16290782
10059515
23333652
13108909
6387627
901752
267861
1057828
981855
1061980
2033479
10261392
7214609
8782451
1623361
1156069
5207014
Piutang usaha
2043414
2195092
2149320
2362125
2594928
2699630
2519585
2166974
2463027
1957980
2086487
1708320
piutang subsidi listrik
8806526
13243275
13315060
7261209
11162298
10060648
20556762
9823175
22819474
19343639
24326451
7294364
piutang lain-lain
191294
399142
749521
196021
208347
202581
333438
173534
349601
340208
258752
473030
3727419
3930455
4178681
4188361
4650302
4658654
5205119
6774205
7400696
8342574
11284399
9091138
Pajak dibayar dimuka
365888
191858
381991
191074
193335
212832
191168
45184
87169
247960
218406
129924
Biaya dibayar dimuka dan uang muka
700380
581644
1063143
672208
702667
1184495
948814
724523
1270564
1231385
1464063
784213
Jumlah aset lancar
25263775
32847494
33885070
28821273
37499801
44503847
52433289
43212986
53232497
56420759
53903536
31075630
JUMLAH ASET
2.28E+08
2.36E+08
2.37E+08
2.48E+08
2.56E+08
2.65E+08
2.75E+08
2.73E+08
2.87E+08
2.93E+08
2.99E+08
2.91E+08
Persediaan
Piutang pihak berelasi
67
Lanjutan Lampiran 1
2009 I
II
2010 III
IV
I
III
IV
2.08E+08
2.08E+08
2.11E+08
84560078
92844113
1.07E+08
138442
145020
145020
818171 8960
825781 6840
844699 8738
919869 11278
1021434
1037388
734278
770449
1299503
1684286
1595600
836999
516294
551817
4463226
3210105
3653087
2860067
3352479
2407587
1841109 2.73E+08
2637166 2.8E+08
3669502 2.97E+08
5100307 3.01E+08
2900170 3.01E+08
4957852 3.11E+08
1590501 3.24E+08
10593388 3330007 2290455 4609587 558374 8733917 169085 1175515
9379740 2558143 2368156 7305725 633697 8593820 216566 1205491
14588481 1261522 2349431 12423885 597228 9363668 374547 1542917
13043196 1715844 2555458 8580474 478570 9721258 236375 668318
17217658 3360192 2937046 20080049 597843 7848687 441328 754778
23058720 4462963 2069729 14677824 399408 7845790 741174 824941
18783973 4888918 3264573 19810561 1054124 8387103 865111 1082826
31460328 3E+08
32261338 3.05E+08
42501679 3.23E+08
36999493 3.34E+08
53237581 3.54E+08
54080549 3.55E+08
58137189 3.69E+08
19716798 828739 2875168 9358747 801901 9927314 550880 826907 256740 45143194 3.7E+08
ASET ASET TIDAK LANCAR Aset tetap
1.96E+08
1.97E+08
1.95E+08
2.08E+08
2.06E+08
Pekerjaan dalam pelaksanaan
62530876
66896757
75065464
78482316
82749275
Properti investasi
138442
138442
138422
138442
138422
Investasi jangka panjang Aset pajak tangguhan Aset Biaya ditangguhkan Aset tidak digunakan dalam operasi
526978 9564
727519 10047
737395 10048
832827 8059
1345400
722860
850720
Piutang pihak hubungan istimewa
1635526
1683966
1460306
Rekening bank dan deposito berjangka dibatasi penggunaannya
5176928
3787588
Klaim biaya untuk mengembalikan uang pajak Aset tidak lancar lain Jumlah Aset tidak lancar
1482401 2.68E+08
ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha piutang subsidi listrik piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka dan uang muka Piutang pihak berelasi Jumlah aset lancar JUMLAH ASET
II
68
Lanjutan Lampiran 1 KEWAJIBAN DAN EKUITAS EKUITAS Modal saham
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
46107154
Tambahan modal disetor selisih penilaian kembali aset tetap
24064398
24597920
25087400
25868016
26018533
26275491
26519079
28087917
28431719
28769284
29181539
30965460
77640588
77640558
77640558
77640558
77640558
77640558
77640558
77640558
77640558
77640558
59915695
59915695
59915695
59915695
59915695
59915695
59915695
59915695
59915695
59915695
1894149 68607844
1894149 71926777
1894149 76584113
1894149 71587626
1894149 72438750
1894149 72531325
1894149 73106324
1894149 77232733
1894149 78571556
1894149 78263014
1894149
1894149
57000409
48019804
Jumlah Ekuitas KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
141014140
138228699
134060843
139837946
139137339
139301722
138970311
136412740
135417719
136063826
134183251
126986567
Pendapatan ditangguhkan
5969338
6032581
6148757
6252377
6357826
6515426
6717148
6916376
7143999
7322893
7468612
7556638
Uang Jaminan Langganan Kewajiban pajak tangguhan bersih Kewajiban jangka panjang setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun
3874492
3960942
4059761
4128328
4172296
4272551
4327233
4669320
5152529
5265079
5847605
6213831
6467261
7426583
7571971
7936699
8309799
4440923
9182935
9463383
9742509
5401137
12826451
12846916
13386094
12418581
12705538
12485304
12910895
13775538
14644204
15031420
15817196
18929074
3989200
3989201
3830804
selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya
Penerusan pinjaman Hutang kepada Pemerintah
8847457
Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah
8273883
3830804
3672408
3672408
3525512
3525512
3378615
3378615
3231719
3231719
13230361
13541363
12915779
13854223
13641679
15152497
14241902
14056053
18563764
20504
23504
23426
8500
30000
7482858
10192011
Hutang obligasi
2091279
4477703
4477085
12775257
12877074
21761010
24907622
25454093
25080849
25125532
25434122
28508458
Hutang listrik swasta
6820115
6954799
6418743
6677417
6714961
6632640
6693443
6825445
6679066
6609993
6609993
7754912
91110
61146
59112
132560
133167
69214
163949
155290
170396
75467
186179
97932
11028989
11530269
12179007
11590277
11952436
12244302
12619015
12398984
12559576
12630047
13102420
12968866
Hutang pihak hubungan istimewa Kewajiban imbalan kerja Hutang lain-lain
707857
509751
576406
417959
438397
635877
469441
220117
368000
358522
547555
226594
Hutang biaya proyek
370666
1169212
1234649
1480459
1116490
604776
934683
566101
786020
373193
53617102
57746351
58837679
80381467
81277431
89745986
95432963
96790941
99823977
99793496
927075 10987137 0
1373698 12307868 6
Jumlah kewajiban tidak lancar
69
Lanjutan Lampiran 1 2009
2010
I
II
III
IV
I
II
III
IV
46107154 31120506
46107154 31498578
46107154 31977934
46107154 34819299
46107154 35155726
46107154 35170122
46107154 35611200
46107154 37122096
1894149 46809726
1894149 53541295
1894149 56366693
1894149 58375483
1894149 61251458
8248328 54168050
8248328 59323240
8248328 58107990
1.26E+08
1.33E+08
1.36E+08
1.41E+08
1.44E+08
1.44E+08
1.49E+08
1.5E+08
7684931 5503577 8488504
7958167 5703685 8795778
8108214 5828740 8770171
8297478 5961009 9397962
8439142
8598526 6192207 9548838
8995003 6311109 9777138
10126136
19759119 3084823 18059971 14533031 31956477 8197543 71092 13034555 212924 1810642 1.32E+08
19856015 3084823 15698111 17178801 29276893 7154260 50235 13443265 320041 3347258 1.32E+08
20019454 2937926 15876323 18733369 35445756 6773632 68540 13800565 611980 5298704 1.42E+08
19111614 2937926 14363539 23705248 46246024 6494843 187210 13902579 138776 4064956 1.55E+08
19913494 2791030 13798781 26308028 48201549 6297925 229626 14164632 198280
19498991 2791030 13843702 29210270 48046845 6194407 224377 14859279 195753 2832610 1.62E+08
20062889 2644134 14408360 35153466 50423822 6085972 215568 15408350 251629 6071507 1.76E+08
22803597 2016668 14166649 36400362 46656045 6049046
KEWAJIBAN DAN EKUITAS EKUITAS Modal saham Tambahan modal disetor selisih penilaian kembali aset tetap selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan Saldo laba Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya Kepentingan non pengendali Jumlah Ekuitas KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Pendapatan ditangguhkan Uang Jaminan Langganan Kewajiban pajak tangguhan - bersih Kewajiban jangka panjang - setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan pinjaman Hutang kepada Pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa Kewajiban imbalan kerja Hutang lain-lain Hutang biaya proyek Jumlah kewajiban tidak lancar
9536180
1.5E+08
9979393
16358885 98395 1.65E+08
70
Lanjutan Lampiran 1 2006 Hutang usaha Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga Hutang pajak Biaya masih harus dibayar
2007
2008
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
68416 24798490 3138008 847584
120004 29774189 3367845 1622416
141344 33978179 2887675 2411190
229064 18056485 1031529 1293259
213637 25880861 1195717 1802196
150011 27477535 1485366 877817
209329 32378598 1680239 1840715
228602 30223180 1309752 2076024
113324 41710042 881701 2890814
171652 47836876 1243271 1674510
476811 43971949 1087042 2627705
354634 23538716 685784 3489396
2011401 316793
2416577 316793
1604324 316793
2007533 316793 757283
1828112 316793 775084
1802268 316793 359996
1381269 305293 388837
1894497 305293 858508
1487036 293793 953586
1904621 293793 456048
1297568 293793 947804
2287600 293793 1344518
4267
9700
14505
12245
14277
922973
2508315
122367
13254 600000 149495
18986
146110
13982 600000 376322
6838
140909
15874 600000 731612
116785
159404
120751
160025
125936
194708
1145016
904177
1236032
1278434
1258519
1332363
1336167
1284001
1344731
1309092
1416039
1398355
Kewajiban jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan Pinjaman Hutang kepada pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa kewajiban imbalan kerja Hutang perolehan aset tetap Hutang lain-lain hutang jaminan langganan hutang biaya proyek Jumlah Kewajiban lancar
1171147
1541111
1328944
1380539
1486236
1247777
1343776
1918007
1775380
1622748
1309072
4557871
33642031
40218922
44041353
27698405
35747459
35812675
40987846
40276254
51583403
56686913
54476692
40653690
Jumlah Kewajiban
87259133
97965273
1.03E+08
1.08E+08
1.17E+08
1.26E+08
1.36E+08
1.37E+08
1.51E+08
1.56E+08
1.64E+08
1.64E+08
JUMLAH EKUITAS DAN KEWAJIBAN
2.28E+08
2.36E+08
2.37E+08
2.48E+08
2.56E+08
2.65E+08
2.75E+08
2.73E+08
2.87E+08
2.93E+08
2.99E+08
2.91E+08
71
Lanjutan Lampiran 1 2009
2010
I
II
III
IV
I
II
III
IV
404723 26787018 568261 4596156
497322 21506475 737666 3760970
366747 26484905 845914 4623764
568269 14506739 557007 4531162
538321 25731700 659011 5027401
613182 21380907 940694 4121899
433315 18929761 1000545 3380564
425173 12227842 905656 5162055
1784983 293793 1308030 2509235
2081568 293793 1224564 1839673
1539084 293793 1238465 1844567
2082552 293793 1210483 1842542
1640883 293793 1162888 1840304
2052405 293793 1264771 1838253
1575995 293793 1316358 1420401
159339
186382
136617
175656
131871
174013
132369
1511535
1514998
1554798
1566829
1607633
1687907
1741254
2088093 293793 1408607 3343493 4045950 176607 282319 1438655
14483290
13766278
48851114
43990633
12917857 6544422 4059224 55319746
Hutang usaha Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga Hutang pajak Biaya masih harus dibayar Kewajiban jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan Pinjaman Hutang kepada pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa kewajiban imbalan kerja Hutang perolehan aset tetap Hutang lain-lain hutang jaminan langganan hutang biaya proyek Jumlah Kewajiban lancar
1576971
6341597
5363697
10372795
41500044
39985008
44292351
37707827
12357540 6063826 2592490 59647661
Jumlah Kewajiban
1.74E+08
1.72E+08
1.87E+08
1.93E+08
2.1E+08
2.11E+08
2.2E+08
2.2E+08
3E+08
3.05E+08
3.23E+08
3.34E+08
3.54E+08
3.55E+08
3.69E+08
3.7E+08
JUMLAH EKUITAS DAN KEWAJIBAN
72
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara Tahun 2006 – 2010 LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI PT PLN DAN ANAK PERUSAHAAN (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan rupiah) 2006
2007
2008
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Penjualan tenaga listrik subsidi listrik dari pemerintah penyambungan pelanggan lain-lain lain-lain jumlah pendapatan usaha BEBAN USAHA
16838059 5146212 122449 126276 22232996
34279612 13132025 240406 143859 47795902
52151406 19837705 359633 312887 72661631
70735151 32909148 479991 602246 1.05E+08
18120851 6775461 131119 176211 25203642
37234196 14403930 263793 330473 52232392
56572872 26744024 399173 460955 84177024
76286195 36604751 535269 616472 1.14E+08
19954269 14901430 151493 210022 35217214
41017245 37788042 299488 387807 79492582
62398567 65517290 444463 588414 1.29E+08
84249726 78577390 589622 791772 1.64E+08
bahan bakar dan pelumas pembelian tenaga listrik Pemeliharaan Kepegawaian penyusutan lain-lain Jumlah Beban Usaha LABA USAHA/LABA OPERASI PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Penghasilan bunga Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Beban bunga dan keuangan - bersih
12876430 3691180 982388 1355090 2504655 715528 22125271 107725
29458485 7238568 2244810 3000820 4924662 1676634 48543979 -748077
46584558 11278986 3599794 5242366 7319955 2501556 76527215 -3865584
63401080 14845421 6629065 6719746 10150985 3481853 1.05E+08 -501614
13714596 4088627 1122100 1585489 2656369 861170 24028351 1175291
29426346 7747267 2839050 3523630 5315143 1740100 50591536 1640856
47271580 12260345 4541658 5732133 7989395 2611675 80406786 3770238
65559977 16946723 7269142 7064316 10716237 3949560 1.12E+08 2536732
22861303 4920227 1375559 1550148 2723354 868868 34299459 917755
52625560 9469173 3337572 3488907 5455353 2012973 76389538 3103044
89543772 14666465 5189340 6028297 8196634 3281667 1.27E+08 2042559
1.08E+08 20742905 7619854 8344224 11372849 4735081 1.61E+08 3610759
112581 -823266 2367039
235687 1501028 -1849601
328949 1384289 -3119613
591712 1762948 -4350579
175713 -1181250 -570108
287724 286538 -2025511
563461 -321755 -3218948
530218 -4817015 -857908
168098 -920803 -1037565
301609 -214008 -2605829
437381 -793605 -3520644
465400 -9295731 -6738465
-42772 1613582 1721307 -669381 1051926
-136498 -249384 -997461 -1269547 -2267008
-87027 -1493402 -5358986 -1565357 -6924343
1863754 -451556 -583721 -1085335 -2972508 -4057843
-35454 -1611099 -435808 -415316 -851124
49227 -1402022 238834 -1182533 -943699
-329789 -3307031 463207 -1981905 -1518698
-490093 -5634798 -3098066 -2547041 -5645107
159961 -1630309 -712554 -626269 -1338823
-329147 -2847375 255669 -1285950 -1030281
285651 -3591217 -1548658 -1774452 -3323110
-233131 -15801927 -12191168 -112548 -12303716
22815 22815
49186 49186
150179 150179
-41813 -88009
-18460 -18460
-20486 -20486
-32938 -32938
-122435 -122435
-29037 -29037
-22345 -22345
-72074 -72074
-266850 -266850
PENDAPATAN USAHA
Bunga atas hutang pajak selisih penilaian kembali aktiva tetap ditanggung pemerintah lain-lain - bersih Penghasilan beban lain-lain bersih LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK LABA BERSIH DARI AKTIVITAS NORMAL LABA PER SAHAM DASAR termasuk pos luar biasa tidak termasuk pos luar biasa
73
Lanjutan Lampiran 2 PENDAPATAN USAHA Penjualan tenaga listrik subsidi listrik dari pemerintah penyambungan pelanggan lain-lain lain-lain jumlah pendapatan usaha
20894442 9500461 161252 174084 30730239
43493935 24674265 326810 370059 68865069
66483968 38789557 487988 483133 1.06E+08
90172100 53719818 651716 678510 1.45E+08
23654408 11499575 178910 128708 35461601
49070489 27538170 355704 262286 77226649
76508582 41895166 543862 390426 1.19E+08
1.03E+08 58108418 760837 532508 1.62E+08
16405360 6350475 1376253 1624338 2765935 878060 29400421
34306889 13007706 3290202 4509873 5722487 1975198 62812355
54634823 19286427 5251590 6608468 8561412 2665026 97007746
76235072 25447786 7964512 9758314 11834746 4035539 1.35E+08
20370776 5939878 1477717 1907729 2932614 756943 33385657
41477339 12210821 3747801 4877792 6179176 1721065 70213994
61300437 18324299 6055800 8245480 9329451 3006457 1.06E+08
84190727 25217765 9900622 12954417 12558537 4286003 1.49E+08
LABA USAHA/LABA OPERASI
1329818
6052714
9236900
9946175
2075944
7012655
13076112
13267223
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Penghasilan bunga Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Beban bunga dan keuangan - bersih
97345 -1310577 -1468279
318845 2685599 -3143939
264215 4022504 -4857339
366731 7577712 -5941882
109619 2051986 -1162337
287092 1958871 -3374715
445447 2133562 -4261375
753181 2237943 -6010896
387599 -2293912 -964094 -245984 -1210078
713606 574111 6626825 -1105334 5521491
837611 266991 9503891 -1157001 8346890
254611 2257172 12203347 -1847668 10355679
121125 1120393 3196337 -320352 2875985
842553 -286199 6726456 -579710 6146746
845901 -836465 12239647 -937711 11301936
1152409 -1867363 11399860 -1313174 10086686
-26245 -26245
119753 119753
181032 181032
224600 224600
62375 62375
133314 133314
245123 245123
218766 218766
BEBAN USAHA bahan bakar dan pelumas pembelian tenaga listrik Pemeliharaan Kepegawaian penyusutan lain-lain Jumlah Beban Usaha
Bunga atas hutang pajak selisih penilaian kembali aktiva tetap ditanggung pemerintah lain-lain - bersih Penghasilan beban lain-lain bersih LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK LABA BERSIH DARI AKTIVITAS NORMAL LABA PER SAHAM DASAR termasuk pos luar biasa tidak termasuk pos luar biasa
74
Lampiran 3. Rincian Piutang Langganan (juta Rp.) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2006 Satuan PLN/Provinsi
Non ABRI
Umum
ABRI
Wil. Nanggroe Aceh Darussalam
68.698,65
1.845,02
Wil. Sumatera Utara
40.907,73
199,20
Wil. Sumatera Barat
5.798,33
1.098,42
11,52
Wil. Riau
21.700,93
39,76
189,90
492,35
334,93
22.757,88
Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu
30.423,01
2.271,70
206,33
497,18
139,76
33.537,99
3.729,47
426,62
12,43
5,95
0,17
4.174,63
Wil. Lampung
19.560,18
1.501,95
38,23
212,29
84,84
21.397,49
Wil. Kalimantan Barat
16.774,06
750,60
65,54
387,28
106,29
18.083,76
Wil. Kalsel dan Kalteng
8.693,80
1.083,07
56,02
73,51
2,17
9.908,57
Wil. Kalimantan Timur
6.471,85
123,43
53,90
358,27
111,24
7.118,69
Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo
8.136,79
58,54
68,90
183,98
190,80
8.639,02
Wil. Sulsel dan Sultra
10.985,88
2.365,46
1.836,70
595,72
-
15.783,76
Wil. Maluku dan Maluku Utara
36.827,54
2.077,40
3.567,77 4.027,84 2.011,08
48.511,63
Wil. Papua
8.221,83
1.608,32
400,87
326,92
124,04
10.681,98
Dist. Bali
9.092,95
786,00
16,34
507,76
0,20
10.403,25
Wil. Nusa Tenggara Barat
1.890,88
327,38
-
23,61
-
2.241,88
267,42
462,98
7,18
115,29
-
852,88
105.676,81
183,58
67,87
348,58
7.302,87
144,88
128,74
772,87
Wil. Bangka Belitung
Wil. Nusa Tenggara Timur PT PLN Batam PT PLN Tarakan LUAR JAWA
411.160,99 17.354,34
Dist. Jawa Timur
37.481,30
3.888,10
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta
65.558,00
413,74
Dist. Jawa Barat dan Banten
166.180,50
972,34
Dist. Jaya Raya & Tanggerang
Pemda
BUMN
Jumlah
836,96 8.695,73 2.965,17
83.041,52
475,93 1.113,66
103,26
42.799,77
57,63 19.229,01
26.194,91
401,80 106.678,64 58,53
8.407,89
8.041,11 18.796,41 25.863,29 481.216,14 34,99
4,65
48,02
41.457,06
59,49 15.607,29
83,81
81.722,34
274,77
20,19 167.972,68
142.576,79
1.963,98 15.049,17 6.026,57
206,34 165.822,86
JAWA
411.796,60
7.238,17 15.668,53 21.913,28
358,37 456.974,94
PLN Pusat
439.219,89 425.559,19 116.960,38
INDONESIA
524,88
-
- 981.739,46
1.262.177,48 450.151,70 140.670,03 40.709,68 26.221,66 1.919.930,5
Keterangan : Jumlah piutang pada neraca keuangan merupakan jumlah piutang berdasarkan klasifikasi pelanggan dan klasifikasi umur piutang, sedangkan jumlah piutang pada tabel diatas merupakan piutang yang diklasifikasikan berdasarkan satuan provinsi yang tidak menghitung penyisihan piutang.
75
Lampiran 4. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-Rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2006 Satuan PLN/Provinsi
Piutang (hari)
Penjualan (juta Rp.)
Periode Penagihan Rata-Rata
Wil. Nanggroe Aceh Darussalam
83.041,52
459.999,61
65,89
Wil. Sumatera Utara
42.799,77
2.975.105,07
5,25
Wil. Sumatera Barat
26.194,91
1.005.364,19
9,51
Wil. Riau
22.757,88
1.064.270,83
7,80
Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu
33.537,99
1.616.544,11
7,57
4.174,63
185.652,90
8,21
Wil. Lampung
21.397,49
912.767,07
8,56
Wil. Kalimantan Barat
18.083,76
535.832,94
12,32
Wil. Kalsel dan Kalteng
9.908,57
860.183,52
4,20
Wil. Kalimantan Timur
7.118,69
880.873,39
2,95
Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo
8.639,02
671.921,84
4,69
Wil. Sulsel dan Sultra
15.783,76
1.463.055,28
3,94
Wil. Maluku dan Maluku Utara
48.511,63
195.891,24
90,39
Wil. Papua
10.681,98
314.601,37
12,39
Dist. Bali
10.403,25
1.458.024,67
2,60
2.241,88
292.006,07
2,80
852,88
179.698,58
1,73
106.678,64
866.492,85
44,94
8.407,89
123.819,48
24,79
481.216,14
16.062.105,01
10,94
Dist. Jawa Timur
41.457,06
11.254.397,69
1,34
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta
81.722,34
7.203.862,00
4,14
Dist. Jawa Barat dan Banten
167.972,68
18.151.498,78
3,38
Dist. Jaya Raya & Tanggerang
165.822,86
17.624.220,57
3,43
1.438.714,40
54.673.045,76
9,60
981.739,46
439.219,89
-
1.919.930,54
70.735.150,77
9,9
Wil. Bangka Belitung
Wil. Nusa Tenggara Barat Wil. Nusa Tenggara Timur PT PLN Batam PT PLN Tarakan LUAR JAWA
JAWA PLN Pusat*) INDONESIA
76
Lampiran 5. Rincian Piutang Langganan (juta Rp.) Berdasarkan Klasfikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2007 Satuan PLN/Provinsi Wil. Nanggroe Aceh Darussalam
Umum
Non ABRI
ABRI
Pemda
BUMN
Jumlah
111.891,08
1.143,58
623,57 8.939,28 4.485,87
Wil. Sumatera Utara
38.764,36
1.208,62
302,68 1.972,00
Wil. Sumatera Barat
2.239,21
54,72
17,63
Wil. Riau
10.454,89
3,11
Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu
32.092,57
127.083,39
29,14
42.276,80
18,97
0,04
2.330,57
159,49
224,19
19,08
10.860,76
248,87
293,38
364,06 1.512,79
34.511,68
3.107,32
4,98
13,32
30,58
1,20
3.157,39
Wil. Lampung
21.814,71
15,21
87,96
325,65
120,67
22.364,20
Wil. Kalimantan Barat
13.731,37
3,27
43,82
581,55
25,79
14.385,81
Wil. Kalsel dan Kalteng
8.989,56
1,48
111,46
154,06
10,81
9.267,37
Wil. Kalimantan Timur
6.745,03
185,01
12,25
295,59
27,66
7.265,54
Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo
1.745,75
0,10
55,60
53,40
8,97
1.863,82
Wil. Sulsel dan Sultra
14.643,25
437,27
962,38
435,93
233,21
16.712,05
Wil. Maluku dan Maluku Utara
32.675,28
3.858,46 4.173,79 5.323,05 3.323,03
49.353,60
Wil. Bangka Belitung
Wil. Papua
7.883,42
-
39,20
350,23
27,46
8.300,32
Dist. Bali
7.937,46
-
37,78
40,82
0,32
8.016,38
Wil. Nusa Tenggara Barat
3.308,27
-
-
27,03
-
3.335,30
-
-
-
263,99
-
263,99
111.165,94
422,32
87,08
338,45
365,94
112.379,73
7.906,87
154,16
138,93
779,83
76,18
9.055,97
7.741,16 7.160,30 20.518,67 10.268,18
482.784,66
Wil. Nusa Tenggara Timur PT PLN Batam PT PLN Tarakan LUAR JAWA
437.096,34 -
-
-
-
-
-
Dist. Jawa Timur
31.393,72
83,97
22,47
5,97
43,02
31.549,14
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta
24.430,28
5,10
95,47 11.415,71
16,95
35.963,52
Dist. Jawa Barat dan Banten
220.379,83
203,21
231,36 13.170,37
27,32
234.012,08
Dist. Jaya Raya & Tanggerang
141.964,26
2.207,58 1.429,33 5.524,92
40,95
151.167,05
JAWA
418.168,09
2.499,86 1.778,64 30.116,97
128,23
452.691,79
PLN Pusat
464.552,06 355.000,76 26.950,01
-
846.502,82
INDONESIA
-
1.319.816,49 365.241,78 35.888,94 50.635,64 10.396,42 1.781.979,27
77
Lampiran 6. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2007 Satuan PLN/Provinsi Wil. Nanggroe Aceh Darussalam
Piutang (hari)
Penjualan (juta Rp.)
Periode Penagihan Rata-Rata
127.083,39
550.481,09
84,26
Wil. Sumatera Utara
42.276,80
3.177.314,12
4,86
Wil. Sumatera Barat
2.330,57
1.036.963,39
0,82
Wil. Riau
10.860,76
1.176.547,23
3,37
Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu
34.511,68
1.844.706,56
6,83
3.157,39
206.744,59
5,57
Wil. Lampung
22.364,20
1.031.106,64
7,92
Wil. Kalimantan Barat
14.385,81
575.822,53
9,12
Wil. Kalsel dan Kalteng
9.267,37
953.829,30
3,55
Wil. Kalimantan Timur
7.265,54
934.226,27
2,84
Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo
1.863,82
711.458,02
0,96
Wil. Sulsel dan Sultra
16.712,05
1.666.471,43
3,66
Wil. Maluku dan Maluku Utara
49.353,60
228.182,44
78,95
Wil. Papua
8.300,32
354.587,91
8,54
Dist. Bali
8.016,38
1.653.528,97
1,77
Wil. Nusa Tenggara Barat
3.335,30
338.325,34
3,60
263,99
204.718,57
0,47
112.379,73
972.439,48
42,18
9.055,97
134.115,21
24,65
482.784,66
17.751.569,09
9,93
Dist. Jawa Timur
31.549,14
12.104.525,61
0,95
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta
35.963,52
7.977.886,57
1,65
Dist. Jawa Barat dan Banten
234.012,08
19.344.280,34
4,42
Dist. Jaya Raya & Tanggerang
151.167,05
19.079.331,66
2,89
JAWA
452.691,79
58.506.024,18
2,82
INDONESIA*)
935.476,45
76.286.194,75
4,48
Wil. Bangka Belitung
Wil. Nusa Tenggara Timur PT PLN Batam PT PLN Tarakan LUAR JAWA
78
Lampiran 7. Rincian Piutang Langganan (juta Rp.) Berdasarkan Klasfikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2008 Satuan PLN/Provinsi
Umum
Non ABRI
ABRI
Pemda
BUMN
Jumlah
2.378,63
163.142,96
Wil. Nanggroe Aceh Darussalam
150.119,63
791,42
967,59 8.885,69
Wil. Sumatera Utara
20.808,48
355,20
529,40
728,43
28,49
22.450,01
Wil. Sumatera Barat
7.734,77
14,44
95,63
23,40
38,38
7.906,62
11.970,66
209,16
198,83
323,07
28,23
12.729,95
Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu
1.324,52
-
-
-
-
1.324,52
Wil. Bangka Belitung
2.010,02
17,91
9,76
12,54
0,02
2.050,25
Wil. Lampung
14.382,47
30,12
57,67
169,72
89,16
14.729,14
Wil. Kalimantan Barat
14.264,74
293,59
79,73
293,25
-
14.931,32
Wil. Kalsel dan Kalteng
4.853,35
52,64
224,57
177,58
123,43
5.431,57
Wil. Kalimantan Timur
2.229,04
0,16
15,30
102,31
0,46
2.347,27
Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo
-
-
-
-
-
-
Wil. Sulsel dan Sultra
12.071,50
-
706,41
368,17
336,57
13.482,65
Wil. Maluku dan Maluku Utara
57.915,08
4.881,65
6.173,13
656,18
5.653,65
75.279,69
Wil. Papua
9.577,17
0,29
100,01 1.849,71
36,37
11.563,55
Dist. Bali
8.792,29
-
184,63
81,94
3,17
9.062,03
Wil. Nusa Tenggara Barat
1.563,50
0,19
-
5,08
-
1.568,76
-
-
-
590,00
840,97
1.430,97
135.146,31
959,91
282,05
590,37
629,50
137.608,14
7.821,04
139,09
152,50
861,78
72,84
9.047,25
462.584,56
7.745,77
9.777,23
15.719,2 10.259,88 0
506.086,64
Dist. Jawa Timur
31.949,02
-
439,54
105,70
78,31
32.572,56
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta
26.191,67
0,27
59,14
924,31
21,61
27.197,00
Dist. Jawa Barat dan Banten
140.269,69
127,05
387,00
26.349,7 4
418,60
167.552,09
Dist. Jaya Raya & Tanggerang
153.307,90
3.034,85
3.129,72
14.503,5 1
23,14
173.999,12
JAWA
351.718,27
3.162,18
4.015,40
41.883,2 5
541,67
401.320,77
PLN Pusat
371.825,23 286.005,49 33.109,14
-
-
690.939,86
Wil. Riau
Wil. Nusa Tenggara Timur PT PLN Batam PT PLN Tarakan LUAR JAWA
INDONESIA
1.186.128,07 296.913,43 46.901,77
57.602,4 10.801,55 1.598.347,27 5
79
Lampiran 8. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2008 Satuan PLN/Provinsi Wil. Nanggroe Aceh Darussalam
Piutang (hari)
Penjualan (juta Rp.)
Periode Penagihan Rata-Rata
163.142,96
688.685,53
86,46
Wil. Sumatera Utara
22.450,01
3.617.952,48
2,26
Wil. Sumatera Barat
7.906,62
1.148.756,72
2,51
12.729,95
1.347.156,26
3,45
Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu
1.324,52
2.186.834,53
0,22
Wil. Bangka Belitung
2.050,25
237.550,42
3,15
Wil. Lampung
14.729,14
1.258.504,01
4,27
Wil. Kalimantan Barat
14.931,32
667.465,51
8,17
Wil. Kalsel dan Kalteng
5.431,57
1.045.439,49
1,90
Wil. Kalimantan Timur
2.347,27
1.054.900,08
0,81
-
818.022,49
-
Wil. Sulsel dan Sultra
13.482,65
1.848.366,68
2,66
Wil. Maluku dan Maluku Utara
75.279,69
267.793,17
102,61
Wil. Papua
11.563,55
419.619,23
10,06
Dist. Bali
9.062,03
1.933.902,24
1,71
Wil. Nusa Tenggara Barat
1.568,76
396.086,69
1,45
Wil. Nusa Tenggara Timur
1.430,97
230.157,59
2,27
137.608,14
1.180.638,93
42,54
9.047,25
127.417,36
25,92
506.086,64
20.475.249,42
9,02
Dist. Jawa Timur
32.572,56
13.196.833,60
0,90
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta
27.197,00
8.769.737,88
1,13
Dist. Jawa Barat dan Banten
167.552,09
20.765.711,26
2,95
Dist. Jaya Raya & Tanggerang
173.999,12
21.151.362,90
3,00
JAWA
401.320,77
63.883.645,63
2,29
-
67.241,42
-
690.939,86
285.608,55
-
-
462.019,05
-
1.598.347,27
84.249.725,97
6,92
Wil. Riau
Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo
PT PLN Batam PT PLN Tarakan LUAR JAWA
PT Indonesia Power PLN Pusat*) Koreksi Pendapatan *) INDONESIA
80
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Variabel Penilaian Kinerja Piutang dengan menggunakan Microsoft Excel Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Penjualan (a) Rp 16,838,059 Rp 34,279,612 Rp 52,151,406 Rp 70,735,151 Rp 18,120,851 Rp 37,234,196 Rp 56,572,872 Rp 76,286,195 Rp 19,954,269 Rp 41,017,245 Rp 62,398,567 Rp 84,249,726 Rp 20,894,442 Rp 43,493,935 Rp 66,483,968 Rp 90,172,100 Rp 23,654,408 Rp 49,070,489 Rp 76,508,582 Rp 102,973,531
Piutang (b) Rp 2,187,488 Rp 2,187,488 Rp 2,187,488 Rp 2,187,488 Rp 2,495,279 Rp 2,495,279 Rp 2,495,279 Rp 2,495,279 Rp 2,053,954 Rp 2,053,954 Rp 2,053,954 Rp 2,053,954 Rp 2,390,875 Rp 2,390,875 Rp 2,390,875 Rp 2,390,875 Rp 2,786,629 Rp 2,786,629 Rp 2,786,629 Rp 2,786,629
ARTO (a x b) 7.70 15.67 23.84 32.34 7.26 14.92 22.67 30.57 9.72 19.97 30.38 41.02 8.74 18.19 27.81 37.72 8.49 17.61 27.46 36.95
Piutang (c) Rp 2,187,488 Rp 2,187,488 Rp 2,187,488 Rp 2,187,488 Rp 2,495,279 Rp 2,495,279 Rp 2,495,279 Rp 2,495,279 Rp 2,053,954 Rp 2,053,954 Rp 2,053,954 Rp 2,053,954 Rp 2,390,875 Rp 2,390,875 Rp 2,390,875 Rp 2,390,875 Rp 2,786,629 Rp 2,786,629 Rp 2,786,629 Rp 2,786,629
Penjualan Harian (d) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
46,132 93,917 142,881 193,795 49,646 102,011 154,994 209,003 54,669 112,376 170,955 230,821 57,245 119,161 182,148 247,047 64,807 134,440 209,613 282,119
ACP (c x d) 47.42 23.29 15.31 11.29 50.26 24.46 16.10 11.94 37.57 18.28 12.01 8.90 41.77 20.06 13.13 9.68 43.00 20.73 13.29 9.88
Keterangan : ARTO Account Receivable Turnover/Rasio Perputaran Piutang;ACP Average Collection Period/Periode Penagihan
81
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Variabel Likuiditas dengan menggunakan Microsoft Excel Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Triwulan
Aset Lancar (e)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Rp25,263,775 Rp32,847,494 Rp33,885,070 Rp28,821,273 Rp37,499,801 Rp44,503,847 Rp52,433,289 Rp43,212,986 Rp53,232,497 Rp56,420,759 Rp53,903,536 Rp31,075,630 Rp31,460,328 Rp32,261,338 Rp42,501,679 Rp36,999,493 Rp53,237,581 Rp54,080,549 Rp58,137,189 Rp45,143,194
Rasio Lancar Kewajiban Lancar ( e x f) (f) Rp33,642,031 75.10% Rp40,218,922 81.67% Rp44,041,353 76.94% Rp27,698,405 104.05% Rp35,747,459 104.90% Rp35,812,675 124.27% Rp40,987,846 127.92% Rp40,276,254 107.29% Rp51,583,403 103.20% Rp56,686,913 99.53% Rp54,476,692 98.95% Rp40,653,690 76.44% Rp41,500,044 75.81% Rp39,985,008 80.68% Rp44,292,351 95.96% Rp37,707,827 98.12% Rp59,647,661 89.25% Rp48,851,114 110.70% Rp43,990,633 132.16% Rp55,319,746 81.60%
Kas & Setara Kas (g) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8,527,102 12,038,167 10,989,526 12,968,420 16,925,944 23,451,528 12,417,011 16,290,782 10,059,515 23,333,652 13,108,909 6,387,627 10,593,388 9,379,740 14,588,481 13,043,196 17,217,658 23,058,720 18,783,973 19,716,798
Kewajiban Lancar (h) Rp 33,642,031 Rp 40,218,922 Rp 44,041,353 Rp 27,698,405 Rp 35,747,459 Rp 35,812,675 Rp 40,987,846 Rp 40,276,254 Rp 51,583,403 Rp 56,686,913 Rp 54,476,692 Rp 40,653,690 Rp 41,500,044 Rp 39,985,008 Rp 44,292,351 Rp 37,707,827 Rp 59,647,661 Rp 48,851,114 Rp 43,990,633 Rp 55,319,746
Rasio Kas (g x h) 25.35% 29.93% 24.95% 46.82% 47.35% 65.48% 30.29% 40.45% 19.50% 41.16% 24.06% 15.71% 25.53% 23.46% 32.94% 34.59% 28.87% 47.20% 42.70% 35.64%
82
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas dengan menggunakan Microsoft Excel Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Laba Bersih (i) Rp1,051,926 (Rp2,267,008) (Rp6,924,343) (Rp4,057,843) (Rp851,124) (Rp943,699) (Rp1,518,698) (Rp5,645,107) (Rp1,338,823) (Rp1,030,281) (Rp3,323,110) (Rp12,303,716) (Rp1,210,078) Rp5,521,491 Rp8,346,890 Rp10,355,679 Rp2,875,985 Rp6,146,746 Rp11,301,936 Rp10,086,686
Total Ekuitas (j) Rp141,014,140 Rp138,228,699 Rp134,060,843 Rp139,837,946 Rp139,137,339 Rp139,301,722 Rp138,970,311 Rp136,412,740 Rp135,417,719 Rp136,063,826 Rp134,183,251 Rp126,986,567 Rp125,931,535 Rp133,041,176 Rp136,345,930 Rp141,196,085 Rp144,408,487 Rp143,693,654 Rp149,289,922 Rp149,585,568
ROE (i x j) 0.75% -1.64% -5.17% -2.90% -0.61% -0.68% -1.09% -4.14% -0.99% -0.76% -2.48% -9.69% -0.96% 4.15% 6.12% 7.33% 1.99% 4.28% 7.57% 6.74%
EBIT (k) Rp1,721,307 (Rp997,461) (Rp5,358,986) (Rp1,085,335) (Rp435,808) Rp238,834 Rp463,207 (Rp3,098,066) (Rp712,554) Rp255,669 (Rp1,548,658) (Rp12,191,168) (Rp964,094) Rp6,626,825 Rp9,503,891 Rp12,203,347 Rp3,196,337 Rp6,726,456 Rp12,239,647 Rp11,399,860
Total Aset (l) Rp228,273,243 Rp236,193,972 Rp236,939,874 Rp247,917,818 Rp256,162,229 Rp264,860,383 Rp275,391,120 Rp273,479,935 Rp286,825,102 Rp292,544,235 Rp298,531,316 Rp290,718,943 Rp299,828,766 Rp304,893,516 Rp322,911,598 Rp333,713,076 Rp353,934,794 Rp354,581,602 Rp369,089,502 Rp369,560,490
ROA (k x l) 0.75% -0.42% -2.26% -0.44% -0.17% 0.09% 0.17% -1.13% -0.25% 0.09% -0.52% -4.19% -0.32% 2.17% 2.94% 3.66% 0.90% 1.90% 3.32% 3.08%
83
Lampiran 12. Hasil MAPE MAD MSD Peramalan dilakukan dengan Empat metode yang berbeda yaitu Linear, Quadratic, Eksponensial Growth dan S-Curve. Hasil pengolahan data dipilih berdasarkan tingkat akurasi pengukuran tertinggi atau dengan tingkat kesalahan terendah dan terbanyak pada setiap model yang dipilih (Santoso, 2009). Berikut adalah besar pengukuran MAPE, MAD, dan MSD dari keempat model peramalan :
MAPE MAD MSD
MAPE MAD MSD
MAPE MAD MSD
MAPE MAD MSD
MAPE MAD MSD
MAPE MAD MSD
RASIO PERPUTARAN PIUTANG Linear Quadratic Eksponensial 57,3500 57,1912 51,368 Growth 8,5472 8,5472 8,749 99,3897 99,1394 106,246 PERIODE PENAGIHAN RATA-RATA Linear Quadratic Eksponensial 56,328 56,136 45,547 Growth 10,623 10,585 9,926 164,434 163,070 173,566 RASIO LANCAR Linear Quadratic Eksponensial 15,0552 14,3145 14,9111 Growth 0,1431 0,1369 0,1439 0,0294 0,0287 0,0296 RASIO KAS Linear Quadratic Eksponensial 31,2897 30,3370 28,9032 Growth 0,0951 0,0935 0,0930 0,0136 0,0133 0,0140 RETURN ON EQUITY Linear Quadratic Eksponensial 119,281 97,5971 Error Growth 0,025 0,0219 Error 0,001 0,0008 Error RETURN ON ASSET Linear Quadratic Eksponensial 164,507 173,193 Error Growth 0,011 0,010 Error 0,000 0,000 Error
S-Curve Error Error Error S-Curve Error Error Error S-Curve Error Error Error S-Curve Error Error Error S-Curve 150,096 0,055 0,012 S-Curve Error Error Error
84
Lampiran 13. Hasil Pengolahan Regresi Linear Berganda dengan menggunakan SPSS Pengaruh antara variabel Penilaian Kinerja Piutang terhadap Likuiditas Regression Y1 Model Summaryb Model
R
Adjusted R Square
R Square
1 .608a .370 a. Predictors: (Constant), Lag Y1, X1, X2 b. Dependent Variable: Y1
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.244
.11603
1.810
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
.119
3
.040
Residual
.202
15
.013
Total .320 a. Predictors: (Constant), LagY1, X1,X2 b. Dependent Variable: Y1
F
Sig.
2.935
.067a
18
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics T
Sig. Tolerance VIF
.719
.256
2.813
.013
X1
-.011
.006
-.833 -1.749
.101
.185 5.397
X2
-.008
.005
-.748 -1.581
.135
.188 5.330
.532
.202
.548 2.634
.019
.971 1.030
Lag Y1
a. Dependent Variabel : Y1
85
Lanjutan Lampiran 13 Pengaruh antara variabel Penilaian Kinerja Piutang terhadap Profitabilitas Regression Y2 Model Summaryb Model
R
Adjusted R Square
R Square a
1 .673 .453 a. Predictors: (Constant), LagY2, X2, X1 b. Dependent Variable: Y2
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.344
.02695
1.694
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
.009
3
.003
Residual
.011
15
.001
Total .020 a. Predictors: (Constant), Lag Y2, X2, X1 b. Dependent Variable: Y2
Sig.
4.142
.025a
18
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
.043
.055
X1
-.001
.001
X2
.000
.001
Lag Y2 .736 a. Dependent Variable: Y2
.212
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
.781
.447
-.393
-.893
.386
.188 5.323
-.213
-.485
.634
.190 5.271
.696 3.472
.003
.908 1.101
86
Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS
Analisis Normal P-Plot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Likuiditas Periode Tahun 2006-2010
Analisis Normal P-Plot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Pofitabilitas Periode Tahun 2006-2010
87
Lanjutan lampiran 14 Analisis Npar Test pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Likuiditas Periode Tahun 2006-2010 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Unstandardized Residual 19 .0000000 .10591618 .168 .168 -.103 .733 .656
Analisis Npar Test pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Profitabilitas Periode Tahun 2006-2010 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Unstandardized Residual 19 .0000000 .02460585 .093 .077 -.093 .407 .996
88
Lampiran 15. Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS Uji Multikolinearitas pada variabel yang mempengaruhi Likuiditas pada PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Collinearity Statistics Tolerance VIF .185 5.397 .188 5.330 .971 1.030 Uji Multikolinearitas pada variabel yang mempengaruhi Profitabilitas PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 Collinearity Statistics Tolerance VIF .188 5.323 .190 5.271 .908 1.101
Uji Heteroskedastisitas pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Likuiditas PT PLN (Persero) Periode Tahun 2006-2010 Model
1
(Constant) x1 x2 lagy1
Unstandardized Coefficients B Std. Error .103 .119 .000 .003 .000 .002 .013 .094
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
.866 -.122 -.254 .134
-.073 -.151 .035
.400 .905 .803 .895
Uji Heteroskedastisitas pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun 2006-2010 Model
1
(Constant) x1 x2 lagy2
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.007 .026 .001 .001 .000 .001 .017 .101
Standardized Coefficients Beta .674 .439 .043
t
Sig.
-.254 1.207 .790 .170
.803 .246 .442 .868
89
Lanjutan lampiran 15
Analisis Scatterplot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Likuiditas Periode Tahun 2006-2010
Analisis Scatterplot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Profitabilitas Periode Tahun 2006-2010
90
Lampiran 16. Uji Autokorelasi dengan menggunakan SPSS Nilai Durbin Watson pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Likuiditas PT PLN (Persero) periode Tahun 2006-2010
Model 1
R .608a
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the R Square Square Estimate Durbin-Watson .370 .244 .11603 1.810
Nilai Durbin Watson pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Profitabilitas PT PLN (Persero) periode Tahun 2006-2010
Model 1
R .673a
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the R Square Square Estimate Durbin-Watson .453 .344 .02695 1.694