PROGRAM TERAPI KREATIF SEBAGAI UPAYA PENGUATAN DIRI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI YAYASAN PELITA ILMU TEBET JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: FIQIH PRASETYA ADIAKSA 107054102506
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
PROGRAM TERAPI KREATIF SEBAGAI UPAYA PENGUATAN DIRI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI YAYASAN PELITA ILMU
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: FIQIH PRASETYA ADIAKSA NIM. 107054102506
Di Bawah Bimbingan
Ahmad Zaky, M.Si NIP: 150411158
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Depok, 25 Agustus 2011 Fiqih Prasetya Adiaksa 107054102506
ABSTRAK Fiqih Prasetya Adiaksa Program Terapi Kreatif Sebagai Upaya Penguatan Diri Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Pelita Ilmu Tebet Jakarta Selatan HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yakni, gejala atau penyakit yang dapat merusak dan melemahkan sestem kekebalan tubuh. HIV menyerang sel darah putih (limfosit) dengan cara memperbanyak diri dipermukaan limfosit dan menyerang sel ketahanan tubuh manusia yakni CD4+, dalam perkembangannya virus HIV ini di perlukan waktu kurang lebih 5 sampai 10 tahun masa inkubasi virus HIV tersebut hingga menjadi AIDS. Seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS ini disebut sebagai ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS menyebabakan ODHA menjadi kelompok yang rentan, dimana perlindungan dan akses dibatasi saat sebagian masyarakat mendengar kata-kata HIV/AIDS tersebut, hal lain adalah stigma negatif dan diskriminasi yang diberikan oleh sebagian masyarakat ataupun keluarga sehingga kebutuhan sosial, ekonomi dan kondisi psikologis dan fisik ODHA menjadi lemah. Salah satu lembaga yang peduli terhadap ODHA adalah Yayasan Pelita Ilmu (YPI). YPI berdiri pada tahun 4 Desember 1989 yang fokus kepada upaya-upaya pencegahan virus HIV/AIDS di Indonesia dan pada pertengahan Juli 1994 YPI mulai concern pada upaya pengobatan (kuratif) kepada seseoang yang terinfeksi HIV/AIDS baik itu kesehatan secara fisik, psikologis, ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan hasil dari program terapi kreatif sebagai upaya yang dapat membantu memperbaiki kondisi mental ODHA. Program terapi kreatif menyulam dan terapi menari adalah bentuk terapi perilaku yang diberikan oleh YPI sebagai upaya untuk memulihkan kondisi kepercayaan diri ODHA melalui berbagai kegiatan ataupun pemberian edukasi yang diharapkan mampu membantu ODHA untuk berkarya dan memiliki semangat hidup dengan status barunya. Penulis melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, dan dimana yang menjadi informan peneliti adalah para pengurus, serta ODHA yang berada di yayasan tersebut. Para informan kunci dipilih dengan menggunakan sampel purposif (purposive sampling). Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa; Pertama, ODHA yang mengikuti terapi menyulam dan menari pada umumnya adalah ODHA perempuan, yang bertempat di sanggar kerja YPI di Jl. Kb. Baru Tebet Jak-sel. Program terapi kreatif ini adalah pemberian bekal keterampilan dan pemberian edukasi kepada ODHA. Kedua, manfaat yang diterima dari porgram terapi kreatif ini adalah kepercayaan diri yang meningkat walaupun dengan status baru yang tersemat dalam diri ODHA, selain itu adanya income generating yang didapati oleh ODHA, hingga saat ini ada beberapa ODHA yang bekerja sebagai trainer, konselor dan aktivis di LSM yang bergerak dalam bidang HIV/AIDS.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi ini. Dengan judul Program Terapi Kreatif Sebagai Upaya Penguatan Diri Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Pelita Ilmu, yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada sang Revolusioner dunia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan apa yang telah peneliti lakukan ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai saran, bantuan dan peran serta berbagai pihak. Oleh karenanya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang secara langsung maupun tidak untuk turut membantu studi mahasiswa S1 di UIN Syarif Hidayatullah. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW
selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam ii
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang turut memotivasi dan kontribusi atas saran-sarannya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, arahan, masukan dan waktunya hingga selesainya pembuatan skripsi ini. 4. Segenap Dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan
bekal
ilmu
pengetahuan
hingga
selesainya
perkuliahan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Seluruh pihak dan staff perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mencari bahan-bahan buku yang berkaitan dengan penelitian ini. 6. Seluruh Staff dari Yayasan Pelita Ilmu dan Sanggar Kerja YPI, Mba Sundari, Mba Sri, Mba Rini, Mba Mayanti, teman-teman ODHA dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Kedua Orang tua tercinta Ayahanda Kusnedi K. Mawiredjo dan Ibunda Suswati yang selalu mendo’a kan dan memberikan dukungan dalam bentuk materi maupun imateri, serta adikku Disya Nailul Husna yang selalu menjadi pemantik api semangat peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. iii
8. Rekan-rekan Kessos angkatan 2007, M. Najib Kailani S.Sos.i, Sayid Mahatir jangan pernah lupa perjuangan kita kawan, dan Teman- teman Kessos’07 lainnya Tata, Netty, Uchi, Ayu, Tati, Lidya, Khoi, Wiwi, Teteh Fazra, Yuda “maronk”, Frendy “Dablank”, Syahril “Butun”, Saudih “Arab”, Nisa, Wulan, Resty Dwi, Jajah, Uul, Pipit & Ipit. 9. Rekan-rekan lainnya dari kessos’06, kessos’08, kessos’09 dan kessos’10 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, semangat selalu buat kalian semua dan sukses, di lain waktu kita akan bertemu dan itu pasti. 10. Achmad “Awai” Sumbulawaini SS, thanks sob atas buku bahasa arabnya, rekan-rekan Karang Taruna Unit 09 “El-Grind”, Masbro Sandy, Om Rohman, Kakanda Rizal, Ananda Omen serta rekan-rekan dalam kepengurusan periode 2010-2013 terima kasih atas gangguannya, jangan berhenti berkarya sampai kaki menginjak surga. At least, I’m Comeback! 11. Sahabat-sahabat KMPI (Komunitas Motivasi Pemuda Indonesia) kak Archan, Vijayhoo, Icha Kahirunisa, Ridwan Anom, dan lainnya yang tidak akan terlupakan. Semoga acara-acara kedepan semakin provokatif dan spektakuler. Salam Spektakuler! 12. Teman-teman yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih kawan..
iv
Akhirnya kepada Allah SWT jualah segalanya penulis serahkan, dengan harapan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dimasa mendatang, Amin. Depok, 25 Agustus 2011 Penulis Fiqih Prasetya Adiaksa NIM: 107054102056
v
DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8 1. Pembatasan Masalah...................................................... 8 2. Perumusan Masalah ....................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 9 1. Tujuan Penelitian ........................................................... 9 2. Manfaat Penelitian ......................................................... 9 a. Manfaat akademis ...................................................... 9 b. Manfaat Praktis .......................................................... 10 D. Metodologi Penelitian ........................................................ 10 1. Metode Penelitian ......................................................... 10 2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 11 3. Macam dan Sumber Data ............................................... 11 4. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 12 a. Observasi ................................................................... 12 b. Wawancara ................................................................ 12 c. Catatan Lapangan ....................................................... 13 d. Dokumentasi .............................................................. 13 5. Teknik Analisa Data ..................................................... 14 6. Teknik Penulisan Skripsi ............................................... 14 E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 14 F. Sistematika Penulisan ........................................................ 17
BAB II.
KAJIAN TEORI A. Pengertian Program Terapi Kreatif .................................... 1. Macam-macam Terapi Kreatif ....................................... 2. Tujuan Program Terapi Kreatif ...................................... B. Pengertian ODHA .............................................................. 1. Ciri-ciri ODHA positif................................................... 2. Resiko yang diterima ODHA ........................................ C. Pengertian Self-Reinforcement .......................................... 1. Macam-macam Self-Reinforcement .............................. 2. Komponen Keterampilan Penguatan Diri .....................
BAB III.
19 21 22 23 25 25 29 30 30
GAMBARAN UMUM YAYASAN PELITA ILMU (YPI) A. Profil Yayasan Pelita Imu .................................................. 34 1. Sejarah berdirinya Yayasan Pelita Ilmu .......................... 34 2. Identitas Lembaga ......................................................... 36
vi
3. Bentuk Kegiatan ............................................................ B. Tugas Pokok Yayasan Pelita Ilmu ....................................... C. Visi .................................................................................... D. Misi .................................................................................... E. Moto ................................................................................... F. Program Yayasan Pelita Ilmu ............................................. 1. Program Pencegahan HIV/AIDS ................................... 2. Konseling, Testing dan Pengobatan .............................. 3. Program Dukungan Masyarakat Untuk Odha ................ 4. Program Pengembangan dan Komunikasi ..................... G. Sarana Publikasi ................................................................ H. Kerjasama Penelitian ......................................................... I. Struktur Organisasi ............................................................ J. Mitra Kerja ........................................................................ K. Mitra Internasional ............................................................ L. Ketenagaan ........................................................................
36 37 37 38 39 39 39 43 43 44 47 47 48 49 49 51
BAB IV.
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Terapi Menyulam .............................................................. 55 B. Terapi Menari .................................................................... 73 C. Manfaat yang didapat Dari Pemberian Terapi .................... 87
BAB V.
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 92 B. Saran .................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Jumlah Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Indonesia th 2009 ...............2 2. Tabel 2: Jumlah Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Indonesia th 2010 ..............3 3. Tabel 3: Jumlah Kumulatif AIDS Berdasarkan Umur ..................................4 4. Tabel 4: Jumlah Kumulatif HIV/AIDS Menurut Faktor Resiko ...................5 5. Tabel 5: Rancangan Sumber Data Wawancara ............................................13 6. Tabel 6: Jumlah Ketenagaan di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) ..........................51 7. Tabel 7: Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Fungsional ...........................51 8. Tabel 8: Jumlah ODHA yang Berada di YPI ................................................52 9. Tabel 9: Status Ekonomi ODHA .................................................................52 10. Tabel 10: Jumlah ODHA Berdaasrkan Faktor Resiko di YPI .......................52 11. Tabel 11: Jumlah ODHA Berdasarkan Usia (thn) di YPI..............................53
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi
virus
HIV,
Virusnya
sendiri
bernama
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Seseorang yang yang telah positif terkena HIV hingga menjadi A IDS disebut sebagai Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam hal ini ada beberapa penyebab seseorang terinfeksi virus HIV hingga menjadi AIDS, hal tersebut bisa melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian sesama pecandu narkoba, berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ataupun melalui transfusi darah dan penularan dari ibu yang menyusui. Data statistik kasus HIV/AIDS di provinsi DKI Jakarta per 1 Januari sampai dengan 30 Desember 2010 beradasarkan jenis kelamin jumlah kumulatifnya sebanyak 24.131 kasus (Lk. 17.626 kasus, Pr. 6.416 kasus, tdk diketahui 89 kasus), hal ini meningkat sekitar 5.689 kasus dari data per 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus (Lk. 13.654 kasus, Pr.
2
4.701 kasus, tdk diketahui 87 kasus)1. Sedangkan dari perbandingan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS berdasarkan jumlah Provinsi di Indonesia dari tahun 2009 ke 2010 di gambarkan sebagai berikut : Tabel 1 Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan jumlah Provinsi tahun 2009 No. Provinsi AIDS AIDS/IDU Mati 1 Jawa Barat 3233 2420 588 2 Jawa Timur 3133 1002 680 3 DKI Jakarta 2811 1998 425 4 Papua 2681 2 358 5 Bali 1506 256 275 6 Kalimantan Barat 730 124 103 7 Jawa Tengah 669 146 238 8 Sumatera Utara 485 209 93 9 Riau 371 98 117 10 Kep. Riau 333 30 130 11 Sumatera Barat 293 201 75 12 Banten 275 183 51 13 DI Yogyakarta 247 120 70 14 Sumatera Selatan 219 104 38 15 Maluku 192 79 70 16 Sulawesi Utara 173 40 62 17 Jambi 165 96 50 18 Lampung 144 112 42 19 Sulawesi Selatan 143 91 62 20 NTT 138 12 25 21 Bangka Belitung 117 40 18 22 NTB 107 43 56 23 Bengkulu 85 44 18 24 Papua Barat 58 5 19 25 NAD/Aceh 36 13 9 26 Kalimantan Selatan 27 9 5 27 Sulawesi Tenggara 20 1 4 28 Kalimatan Tengah 15 6 2 1
Redaksi Yayasan Spritia, Sejarah HIV di Indonesia, artikel di akses pada 20 April 2011 dari http// www.spiritia.or.id/Stats/Statistik.php
3
29 30 31 32 33
Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Maluku Utara Gorontalo Sulawesi Barat Jumlah Total
12 11 10 3 0 18442
6 4 2 2 0 7498
6 10 8 1 0 3708
Tabel 2 Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan jumlah Provinsi pada tahun 2010 No. Provinsi AIDS AIDS/IDU Mati 1 DKI Jakarta 3995 2801 576 2 Jawa Timur 3771 1046 779 3 Jawa Barat 3728 2706 665 4 Papua 3665 3 580 5 Bali 1747 269 311 6 Kalimantan Barat 1125 197 138 7 Jawa Tengah 944 178 289 8 Sulawesi Selatan 591 265 62 9 Sumatera Utara 507 222 94 10 DI Yogyakarta 505 140 108 11 Riau 477 135 132 12 Sumatera Barat 410 268 99 13 Banten 401 247 67 14 Kep. Riau 374 31 143 15 Jambi 268 155 62 16 NTT 242 15 36 17 Sumatera Selatan 219 104 38 18 Maluku Utara 192 79 70 19 Sulawesi Utara 173 40 62 20 Lampung 144 112 42 21 NTB 142 50 69 22 Bangka Belitung 120 41 18 23 Bengkulu 131 66 29 24 Papua Barat 58 5 19 25 Kalimantan Tengah 57 14 4 26 NAD/Aceh 53 17 12 27 Kalimantan Selatan 27 9 5 28 Sulawesi Tenggara 22 1 5 29 Maluku Utara 17 5 8
4
30 31 32 33
12 6 Sulawesi Tengah 11 4 Kalimantan Timur 3 2 Gorontalo 0 0 Sulawesi Barat 24131 9233 Jumlah Total Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI Update Terakhir pada tanggal 25 Januari 2011
6 10 1 0 4539
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa kasus HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta meningkat pada tahun 2010, hal ini terlihat dari jumlah penderita AIDS yang semakin bertambah dari data per September 2009 sampai pada Desember 2010. Selain itu data jumlah di Provinsi pun meningkat dimana terpapar jelas bahwa pada saat tahun 2009 DKI Jakarta menempati urutan ketiga, namun pada 2010 kasus HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta bertambah hingga mencapai urutan pertama di Indonesia berdasarkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS menurut Provinsi. Sementara itu berdasarkan jumlah kasus HIV/AIDS menurut golongan umur dan menurut faktor resiko hingga Desember 2010 dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 berikut ini : Tabel 3 Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umur Golongan Umur AIDS AIDS/IDU <1 217 0 1-4 265 0 5-14 193 28 15-19 748 222 20-29 11438 5438 30-39 7553 2751 40-49 2268 425 50-59 628 102 >60 97 9 Tdk Diketahui 724 258 Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI
5
Tabel 4 Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS menurut faktor resiko Faktor Resiko AIDS Heteroseksual 12717 Homo-Biseksual 724 Injection Drug User (IDU) 9242 Transfusi Darah 48 Transmisi Prenatal 628 Tak Diketahui 772 Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4 di atas bahwa infeksi sebagian besar diderita oleh kelompok usia produktif (15-49), dan di Indonesia penyebab penularan HIV/AIDS itu melalui hubungan seksual secara berganti-ganti pasangan karena virus HIV tersebut bisa menular melalui cairan sperma dan cairan vagina. Sementara itu akses lainnya mempunyai resiko tertularnya virus HIV/AIDS berdasarkan tabel 4 di atas adalah melalui hubungan seksual yang di lakukan dengan sesama jenis (homoseksual), melalui transfusi darah dan infeksi terhadap bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang telah terjangkit virus HIV/AIDS. Seseorang yang telah positif mengidap HIV/AIDS dalam dirinya dinamakan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Keberadaan
ODHA
dalam
kehidupan
sehari-hari
banyak
mempunyai masalah sosial baik dengan dirinya sendiri, keluarga, tetangga, teman, lingkungan sekitar bahkan masyarakat luas. ODHA merasa berada dalam dunia ketiga dimana mereka merasa kurang dihargai dan terhina, inilah sanksi sosial yang diperlakukan oleh masyarakat terhadap seorang individu yang mengidap HIV dalam dirinya. Adapun yang banyak
6
mengidap HIV di Indonesia adalah kalangan pelajar ataupun mahasiswa hal ini sungguh miris sekali, sekelompok
generasi penerus yang
seharusnya menjadi citra bangsa telah rusak akibat sebuah proses perubahan sosial yang tidak dibarengi dengan filterisasi oleh pemerintah ataupun korban sendiri2. Hidup ODHA sendiri sarat dengan masalah-masalah sosial yang akan diterima apabila seseorang tersebut diketahui oleh masyarakat umum mengidap virus yang mematikan ini. ODHA seringkali menutup-nutupi bahwa dirinya mengidap HIV/AIDS jika mau aman, dan mereka akan berterus terang apabila memang kepada seseorang yang sudah dipercaya dapat menerima mereka dengan baik ataupun dengan orang-orang yang peduli terhadap kehidupan ODHA. Ada resiko diskriminasi di lingkungan tempat kerja, lingkungan tempat tinggal, ataupun saat dalam mendapatkan pelayanan ataupun perawatan kesehatan bahkan yang lebih menyedihkan adalah penolakan dari keluarga sendiri yang seharusnya menjadi tempat untuk berlindung. Hal ini membuat kondisi psikis seorang ODHA menjadi terganggu, belum lagi pandangan masyarakat yang merendahkan dengan penuh ketakutan yang masih kuat di sekeliling ODHA, selain itu ODHA pun sangat sulit menjaga kesehatan fisiknya yang sangat rentan terhadap suatu penyakit. Obat-obatan yang tidak tersedia ataupun tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan yang minim dan terbatas sarananya.
2
Reuben Granich, Ancaman HIV, h. 21
7
Untuk
menanggulangi
masalah
tersebut
tentulah
banyak
melibatkan banyak pihak dan peran serta masyarakat karena selain HIV/AIDS masih belum ada obatnya maka langkah yang bisa diambil adalah langkah pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif). Sebab, dengan mencegah kita bisa meminimalisir dampak-dampak lain yang bisa memperburuk kondisi ODHA. Pecegahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui aspek medis (terus mengembangkan vaksin antiretroviral atau vaksin lainnya untuk mencegah perkembang biakan virus yang tengah berkembang dalam diri seseorang). Kebijakan pemerintah dengan membuat peraturan mengenai HIV/AIDS yang berisikan tentang sosialisasi ataupun penyuluhan kepada remaja serta keikutsertaan berbagai pihak dalam pencegahan pun diharapkan mampu memutus mata rantai penyebaran virus mematikan ini. Upaya lain adalah pengobatan (kuratif), namun disini pengobatan bukan dalam hal medis melainkan memperbaiki, membangun, serta memotivasi mental ODHA yang mendapatkan perilaku yang tidak adil atas dasar stigma yang diberikan oleh masyarakat. Yayasan Pelita Ilmu (YPI) yang berlokasi di Tebet Timur Dalam, Jakarta Selatan adalah yayasan yang fokus melawan HIV/AIDS. Yayasan ini sudah banyak melaksanakan program-program yang mendukung terhadap pencegahan dan pengobatan seorang ODHA, dalam hal ini adalah terapi kreatif yang merupakan salah satu program dari YPI dalam memperbaiki ataupun membangun kondisi mental ODHA dengan
8
meyakinan kepada ODHA bahwa mereka layak hidup seperti masyarakat normal pada umumnya, dan
dapat diterima oleh keluarga lagi pada
khusunya. Pengobatan mental ODHA beserta seluk beluknya merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Sebab sampai saat ini kasus tersebut banyak dijumpai dan banyak fakta-fakta yang menarik untuk digali dan dijadikan pedoman dalam menangani berbagai macam kasus yang berhubungan dengan pelabelan terhadap ODHA. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul : “Program Terapi Kreatif Sebagai Upaya Penguatan Diri Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Yayasan Pelita Ilmu Tebet Jakarta Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Peneliti membatasi penelitian ini pada program terapi kreatif khususnya terapi menyulam dan terapi menari yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu dalam upaya penguatan diri ODHA, yang dilakukan selama interval April sampai dengan Agustus 2011. Dan penguatan diri yang dilakukan adalah bentuk penguatan non verbal kepada
ODHA
menyenangkan.
melalui
pendekatan
dengan
kegiatan
yang
9
2. Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian agar lebih terarah dan terfokus maka dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan, yakni : a. Bagaimana proses pemberian terapi kreatif sebagai salah satu bentuk upaya penguatan diri ODHA di YPI?
Bagaimana tahapan pemberian terapi menyulam kepada ODHA?
Bagaimana tahapan pemberian terapi menyulam kepada ODHA?
b. Bagaimana manfaat yang diterima dari hasil pemberian terapi menyulam dan terapi menari?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut : a. Mengetahui bagaimana tahapan-tahapan proses pemberian terapi menyulam dan terapi menari kepada ODHA untuk memperkuat kondisi mentalnya yang diberikan oleh Yayasan Pelita Ilmu (YPI). b. Mengetahui bagaimana hasil yang dicapai oleh ODHA setelah mengikuti kegiatan terapi kreatif, khususnya terapi menyulam dan menari di Yayasan Pelita Ilmu (YPI).
10
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis. Penelitian ini diharapkan digunakan sebagai informasi melalui dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada lembaga pendidikan serta dapat menambah wawasan bagi pembaca dalam memperkaya ilmu pengetahuan. b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan evaluasi yang berguna bagi pembaca, khususnya para pengurus/ohida dalam memberikan kegiatan program terapi menyulam dan menari terhadap ODHA. Serta dapat memotivasi ODHA dalam menguatkan mentalnya sehingga merasa layak untuk hidup normal dengan sesama.
D. Metodologi Penelitian 1. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kasus melalui pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini berupa
11
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif3.
2. Lokasi dan Waktu Penelitan Penelitan ini bertempat di Yayasan Pelita Ilmu, Tebet, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitan dilakukan pada bulan Mei 2011 s.d. Agustus 2011.
3. Macam dan Sumber Data Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama yakni melalui hasil wawancara yang mendalam kepada ODHA yang mengikuti terapi menyulam dan menari yakni, WD, WN dan P dan YL, selain itu peneliti juga mewawancarai Ibu Sundari sebagai trainer terapi menyulam dan sdri Ika sebagai trainer menari dan juga Ibu Sri Mayanti sebagai koordinator program di Sanggar Kerja YPI. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari buku-buku HIV/AIDS, Jurnal penelitian ODHA dan Proposal pengadaan fasilitas untuk terapi menari dan menyulam yang tentunya berhubungan dengan tulisan ini, maupun berupa arsip-arsip yayasan artikel.
3
Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2007),h.9-10.
12
4. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi Peneliti melakukan observasi atau pengamatan kepada para ODHA yang sedang melaksanakan kegiatan terapi menyulam dan menari di sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu dan di sekretariat Yayasan Pelita Ilmu. Sebelumnya melakukan observasi peneliti terlebih dahulu menjalin relasi dengan ODHA maupun pengurus YPI, sehingga timbul rasa kepercayaan dalam pemberian informasi kepada peneliti. Kegiatan ini untuk mengetahui kondisi fifik, psikologis dan sosial melalui pengamatan langsung di lapangan pada saat informan melakukan aktifitas. b. Wawancara Dalam proses wawancara yang mendalam peneliti terlebih dahulu melakukan individual approach kepada ODHA dan staff yang akan menjadi sumber data dalam pemberian terapi menyulam dan menari, dalam melakukan pendekatan kepada informan (ODHA) peneliti berpatisipasi dalam acara-acara yang dilakukan oleh pihak YPI sendiri, yakni dalam acara kumpul bocah dan setiap minggu melakukan kunjungan ke YPI dalam mempererat relasi dan melakukan pendekatan yang intens kepada sumber data.
13
Berikut sumber data yang akan diwawancarai oleh peneliti:
NO
Tabel.5 Rancangan Sumber Data Wawancara Informan Informasi yang dicari
Jumlah
1
Manajer Program
1 Orang
2
Pengurus Sanggar Perihal Proses Terapi 2 Orang Kerja YPI menyulam dan menari
3
ODHA
Program Terapi
Perihal Manfaat terapi 4 Orang menyulam dan menari dan proses terapi tersebut
c. Catatan Lapangan Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang penulis
dengar,
lihat,
alami,
dan
pikirkan
dalam
rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian4. Penulis mencatat hasil observasi mengenai apa yang telah dirasakan oleh peneliti melalui panca indera peneliti. d. Dokumentasi Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperbolehkan dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperbolehkan dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, jurnal, surat kabar, majalah, internet, modul-modul pelatihan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh peneliti.
4
Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 153
14
5. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisa data. Tujuan utama dari analisa data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antara masalah penelitian dapat dipelajari dan diuji5. Dalam hal ini peneliti menganalisa dengan menggunakan analisa deskriptif, yakni suatu metode dalam penelitian sekolompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari deskriptif sendiri adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa dibuat-buat atau didramatisasi.
6. Teknik Penelitian Skripsi Dalam penelitian skripsi ini berpedoman pada standar penelitian skripsi pada buku: “Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang peneliti teliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelum5 Prof. Drs. H. Moh. Kasiram, M.Sc, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Cetakan I, Malang: UIN-Malang Press, 2008, h.128
15
sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu : Skripsi Pertama : Dimas Harry Adhianto (101032221652)
Nama
Universitas : Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Filasafat Jurusan Sosiologi Agama. Judul
: Potret Sosial dan Keberagaman ODHA (Studi kasus ODHA di Yayasan Pelita Ilmu, Tebet, Jak-sel) Skripsi tersebut berisikan mengenai keberagaman agama, budaya
serta kondisi lingkungan sosial ODHA yang ada di yayasan pelita ilmu tersebut. Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada program terapi kreatif yang diberikan kepada ODHA sebagai upaya penguatan serta pengembangan mental ODHA. Selain itu subyek dan obyek penelitian yang berbeda judul penelitian yang tertera di atas.
Skripsi Kedua Nama
: Gilly Ditya Maharani (0524090283)
Universitas : Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Fakultas Psikologi. Judul
: Gambaran Psychological Well Being Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Pelita Ilmu, Tebet Jak-Sel.
16
Skripsi tersebut berisikan mengenai gambaran kesejahteraan psikologis (psychological Well being) orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Ohida), yang tertuang dalam perumusan masalah skripsi tersebut diatas. Selain itu pada skripsi tersebut membahas mengenai apa saja faktor pendukung dan penghambat tercapainya psychological well being ODHA . Sedangkan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada program terapi kreatif yang diberikan kepada ODHA sebagai upaya penguatan serta pengembangan mental ODHA.
Skripsi Ketiga Nama
: Lasmaria Juventia Gracia Rumapea (0724090457)
Universitas : Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Fakultas Psikologi. Judul
: Motif-Motif Sosial Pada Individu yang dinyatakan Positif HIV Skripsi tersebut berisikan mengenai Motif-motif sosial pada
individu yang dinyatakan positif HIV. Jelas perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada program terapi kreatif yang diberikan kepada ODHA sebagai upaya penguatan serta pengembangan mental ODHA. Selain itu subyek dan obyek penelitian yang berbeda judul penelitian yang tertera di atas.
17
F. Sistematika Penelitian Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penelitiannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Merupakan Pendahuluan, di dalamnya peneliti menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian skripsi.
BAB II
KAJIAN TEORI Pada bab ini mengemukakan mengenai pengertian program terapi kreatif, yang di dalamnya peneliti menjelaskan tentang pengertian HIV/AIDS, pengertian terapi kreatif dan art therapy serta pengertian penguatan diri melalui pendekatan terapi yang cakupannya dalam proses pemberian terapi kreatif terhadap ODHA.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA Pada bab ini membahas mengenai deskripsi umum Yayasan Pelita Ilmu yang di dalamnya menggambarkan dari sejarah singkat tentang berdirinya, visi, misi, motto dan tujuannya, identitas lembaga, sarana dan prasarana, struktur organisasi, pembiayaan operasioanal, dan kerja samanya dengan pihak lain terkait pemberian program terapi kreatif.
18
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN Pada bab ini menjelaskan tahapan proses pemberian terapi menyulam dan terapi menari, dengan menjelaskan hasil observasi, wawancara, dokumentasi lapangan terkait kasus yang bertujuan untuk membantu ODHA menguatkan diri mereka. BAB V
PENUTUP Merupakan bab penutup yang berisi saran dan kesimpulan dari pembahasan semua permasalahan yang ada dalam skripsi.
19
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Program Terapi Kreatif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang dijalankan1. Sedangkan secara etimologis kata program berasal dari bahasa inggris, “programe” atau “program” yang artinya acara atau rencana2. Secara harfiah kata terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit3. Sedangkan dalam ilmu psikologi, terapi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan therapy adalah suatu pelaksanaan atau pengobatan yang di tujukan kepada penyembuhan suatu kondisi patologis4. MA. Sugandi mengemukakan bahwa: “terapi merupakan proses formal interaksi antara dua belah pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong), dengan catatan bahwa interaksi itu menuju kepada perubahan/peyembuhan. Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya.”5 Dalam ensiklopedi pendidikan dijelaskan bahwa terapi adalah “cara pengobatan, cara penyembuhan, juga dalam arti kiasan seperti arti 1
h. 897
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) ed. 3 Cet. 3
2
Morrison, Media Penyiaran Strategi, Mengelola Radio dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Prakarsa) Cet. 1 h. 97 3 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Pusat Bahsa, 2008) h. 1506 4
JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press, 1981) Cet. Ke-1 h. 198 5 M.A. Subandi, Psikoterapi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). Cet. ke-1 h.9
20
situasi-situasi, masalah-masalah dimana ada kekurangan atau keasalahankesalahan, misalnya suatu terapi untuk menyembuhkan suatu masyarakat yang bobrok6. Adapun dalam bahasa arab istilah terapi sepada dengan kata اﺳﺘﺜﻒء, diambil dari akar kata syifa ﺷﻒ- ﯾﺸﻒ
- ﺷﻔﺎ
yang artinya
menyembuhkan7. Misalnya dalam Al-Qur’an yang tertuang dalam surat Yunus ayat 57:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Kreatif sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yg -- menghendaki kecerdasan – dan imajinasi8. Jadi dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa program terapi kreatif adalah rancangan kegiatan yang dilaksanakan oleh 6
h. 359.
7
Soedarda Doerbakawadja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), cet. ke-2
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 731. 8 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) ed. 3 Cet. 3 h. 760.
21
suatu institusi untuk mencapai tujuan dengan cara menyembuhkan atau mengobati seseorang dalam kondisi sakit atau patologis hingga orang tersebut dapat mememiliki kemampuan dan daya cipta dan mandiri. Hal ini seperti dikutip dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Mayanti. Sebagai berikut9: “terapi kreatif itu adalah untuk mengobati kondisi psikologis ataupun mental ODHA dengan pemberian pelatihan ataupun keterampilan, contohnya itu ada terapi menyulam, membuat kue, menari, mejahit dan lain-lain.” Dengan demikian terapi kreatif ini merupakan salah satu upaya dukungan terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam bentuk pemberian keterampilan sehingga menguatkan mental ODHA tersebut.
1. Macam-macam Terapi Kreatif Adapun macam-macam terapi kreatif ini dalam proposal yang dikeluarkan oleh YPI dan pernah di testimonikan di Kolombo, Sri Lanka pada 2007 oleh salah seorang ODHA. Terapi kreatif ini dibagi menjadi:
Terapi menyulam Terapi menyulam ini dilaksanakan di sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu yang bertempat di Kebon Baru, Tebet. Terapi menyulam ini dimaksudkan untuk memberi keterampilan kepada ODHA lewat karya-karya handmade yang diberikan oleh trainer di Yayasan Pelita Ilmu.
9
Wawancara dilakukan oleh Ibu Sri Mayanti pada tanggal 30 Mei 2011
22
Terapi menari Terapi ini bertempat di sanggar kerja YPI, terapi ini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri ODHA yang depresi akan status baru yang menyemat pada diri mereka.
Terapi pengobatan alternatif Terapi ini bekerjasama dengan yayasan Taman Sringganis (akupuntur), di mana ODHA diberikan pelatihan mengenai titik syaraf bagian tubuh individu yang sakit, hal ini di proyeksikan untuk membentuk ODHA lebih aware satu sama lain sehingga terjalin sikap saling empati dalam diri ODHA.
Terapi menjahit Terapi ini dilaksanakan di sekretariat YPI di Tebet Jakarta selatan, terapi ini dikoordinir oleh salah seorang ODHA yang sudah lama bergabung di Yayasan Pelita Ilmu (YPI), terapi ini diharapkan dapat membangun kemandirian ODHA, yang diajarkan dalam terapi ini adalah memotong pola yang sudah digambar dan kemudian dijahit.
2. Tujuan Program Terapi Kreatif Tujuan program terapi kreatif ini adalah sebagai bentuk dukungan kepada ODHA melaui kegiatan yang bersifat kesenian. Dalam membuat keterampilan ini, yang bertujuan untuk menciptakan sebuah karya untuk menjadikan ODHA lebih bermanfaat dan penuh
23
dengan kemandirian, sehingga ODHA merasa dirinya berguna dan tidak berbeda dengan individu normal pada umumnya10. Dalam hal ini pengurus (OHIDA) berada dalam satu lingkungan interaksi dengan diri ODHA sebagai bentuk dukungan sebaya kepada ODHA. Jadi, dapat disimpulkan bahwa program terapi kreatif di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) adalah bentuk dukungan kepada ODHA dalam membantu memperbaiki kondisi psikologis dan mental ODHA menjadi lebih mandiri dan memiliki daya cipta, melalui terapi-terapi yang diberikan oleh pengurus.
B. Pengertian ODHA Seseorang yang yang telah positif terkena HIV hingga menjadi AIDS disebut sebagai Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), HIV sendiri adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus yakni virus yang merusak sistem imun (kekebalan tubuh) manusia. HIV sendiri merusak sel darah putih (sel T CD4) manusia, seorang ODHA yang sudah terjangkit virus tersebut secara fisik Nampak normal karena tidak ada gejala fisik yang berubah, namun lambat laun seiring dengan berkembangnya virus dalam diri ODHA kekebalan tubuhnya akan menjadi menurun dan menjadi rentan terhadap suatu penyakit11. Untuk mengetahui seseorang telah positif tertular virus HIV atau tidaknya adalah dengan melalui tes
10
Tim Dukungan Sebaya ODHA Yayasn Pelita Ilmu. Proposal Terapi Kreatif: Bentuk Dukungan Kepada ODHA. (Jakarta:YPI Press,2007) hl. 5 11 Baskoro Adi Prayitno, Bagaimana HIV Mengalahkan Sistem KEkebalan Tubuh (Sebuah analisis kritis terhadap artikel Nowark yang berjudul ‘how HIV Defeat The Immune System) hl. 7
24
darah yang termasuk bagian dari VCT (Voluntary Counselling and Testing) atau yang dalam bahasa indonesia disebut dengan KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tahapan-tahapan VCT/KTS adalah sebagai berikut12:
Konseling Pra tes HIV Konseling Pra tes HIV akan memberikan penjelasan mengenai; proses VCT/KTS, Informasi tentang HIV dan AIDS dan keuntungan melakukan tes HIV.
Tes HIV Tes HIV untuk mengetahui status HIV nya dan dilakukan melalui proses pengambilan darah.
Konseling Pasca Tes HIV Hasil tes HIV diberikan kepada klien melalui konseling tatap muka pada saat konseling.
Untuk mengetahui seseorang tertular virus HIV atau tidak perlulah diadakan tes terlebih dahulu, tes tersebut bernama VCT/KTS yang sesuai dengan sifatnya tanpa ada paksaan (sukarela) dan konfidensial yakni, apapun hasil yang akan diterima oleh klien tertular ataupun tidak hasilnya harus langsung diberikan kepada yang bersangkutan secara langsung. Seorang yang positif tertular virus HIV (ODHA) mempunyai ciri sebagai berikut13:
12 13
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS. hl. 27 Ibid. hl. 22
25
1. Ciri-ciri seorang ODHA positif
Tidak ada tanda-tanda khusus pada orang yang tertular HIV.
Penampilan fisik seseorang bukan jaminan bebas dari HIV, jika perilakunya beresiko.
Semua orang bisa kena HIV dan AIDS tanpa membedabedakan jenis kelamin, usia, suku agama, ras, pendidikan, pekerjaan, dll.
Sebelum HIV berubah menjadi AIDS (umumnya dalam waktu 5-10 tahun), orang yang tertular HIV tampak sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV.
Meskipun tampak sehat dan merasa sehat, orang yang tertular HIV dapat menularkan HIV kepada orang lain. Jelaslah bahwa seseorang yang positif tertular HIV (ODHA)
tidak mempunyai perbedaan kondisi fisik pada orang normal umumnya. Namun, disini akan baru terlihat dampaknya secara jelas setelah 5-10 tahun masa inkubasi virus tersebut dalam diri ODHA. Hal tersebut adalah kondisi fisik yang mudah lelah dan rentan terhadap berbagai macam penyakit.
2. Resiko yang diterima ODHA Resiko fisik yang menjadi konsekuensi seorang ODHA adalah masalah pada kondisi kesehatan mereka, dalam hal ini dijelaskan melalui tahapan Fase-fase HIV menjadi AIDS yang memerlukan
26
waktu 5 sampai dengan 10 tahun dengan perkembangan yang tidak bisa dilihat oleh mata, namun hal ini sangat berpengaruh kepada kondisi fisik ODHA yang didalam tubuhnya sudah terdapat virus tersebut. Berikut adalah proses HIV menjadi AIDS dalam tubuh ODHA.
Fase pertama Pada fase ini adalah periode jendela, yakni HIV masuk kedalam tubuh manusia, tidak ada tanda-tanda khusus, orang yang tertular HIV akan tetap sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV. Perode jendela ini adalah masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh manusia sampai terbentuknya antibodi (penangkal penyakit) terhadap HIV dalam darah. Periode ini biasanya antara 8-12 minggu. Meskipun tanpa gejala namun sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Fase kedua Ini adalah fase HIV positif tanpa gejala, umumnya selama 3-10 tahun, tergantung stamina tubuh, dalam fase ini HIV tengah berkembang biak dalam tubuh namun tidak ada tanda-tanda khusus, bila dilakukan tes darah untuk HIV antibodi sudah terdeteksi karena telah terbentuk antibodi terhadap HIV dalam darah atau disebut HIV positif.
27
Fase ketiga Fase ini dikatakan sebagai fase gejala yang diikuti dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh, dan muncul gejala-gejala penyakit akibat infeksi HIV. Contohnya : pembengkakan kelenjar getah bening pada seluruh tubuh, flu dan diare secara terus menerus, dll.
Fase keempat Fase keempat ini sudah dikatakan dengan AIDS karena kondisi tubuh sudah sangat lemah dan mulai gejala-gejala oportunistik (infeksi yang muncul karena sistem kekebalan tubuh lemah). Contonhnya ialah; infeksi paru (TBC), infeksi jamur pada mulut (sariawan yang parah), kanker kulit (sarkoma kaposi), dll14. Jika dilihat dari penjabaran di atas seorang ODHA baru
nampak jelas mengidap HIV/AIDS adalah pada fase keempat yakni dimana fase tersebut sudah mulai melemahkan kondisi ODHA, dan disinilah ODHA sudah mulai mendapat perawatan khusus secara medis. Resiko lain yang umumnya diterima oleh ODHA adalah perlakuan yang tidak sewajarnya yang diberikan oleh masyarakat luas seperti diskriminasi dan stigmatisasi. Bahkan media pun kerap kali turut memarjinalkan posisi seorang ODHA yang sedang 14
Ibid. hl. 23
28
diberitakan dengan tidak ada rasa empati dan dukungan kepada ODHA, antara lain : a.
Diskriminasi Memperlakukan orang secara berbeda-beda dan tanpa alasan
yang tidak relevan, misalnya diskriminasi terhadap ras, gender, agama dan politik. Dalam kasus pemberitaan ODHA, media sering melakukan pembedaan atas seseorang menurut kehendaknya sendiri. Misalnya orang jahat (ODHA) versus orang baik-baik, orang bermoral versus orang tidak bermoral, perempuan pekerja seks versus perempuan baik. b.
Kekerasan Pada kasus pemberitaan terhadap seorang pekerja seks yang
kebetulan seorang ODHA misalnya, media melakukan kekerasan karena telah mengekspose pekerja seks tersebut tanpa meminta izin sehingga membuat orang tersebut menjadi di kucilkan oleh masyarakat lingkungannya setelah pemberitaan tersebut. c.
Stigmatisasi Proses pelabelan (stereotip) yang dilakukan kepada orang lain
ini sering dilakukan oleh media ketika memberitakan tentang pekerja seks dan HIV/AIDS misalnya pekerja seks adalah seorang yang tidak baik karena menyebarkan penyakit HIV/AIDS, untuk itu meraka harus dijauhi.
29
d.
Sensasional Dalam pemberitaan kasus HIV/AIDS, seringkali judul berita
menampilkan sesuatu yang bombastis, dan cenderung dibesarbesarkan tidak sesuai dengan realitas sebenarnya. e.
Eksploitasi Ketika
media
menggunakan
judul
untuk
kepentingan
publisitas, proses yang dilakukan media selanjutnya adalah melakukan eksploitasi yang mereka jual (Julianto, 1996; Siahaan, 1997; Stanley, 2002)15. Dalam kehidupan ODHA banyak resiko yang umumnya diderita oleh ODHA selain kebutuhan untuk mengobati kondisi fisiknya adalah kondisi mental serta psikologis yang diterima oleh ODHA, hal tersebut antara lain diskriminasi, ekspolitasi, serta pelabelan yang membuat ODHA tidak leluasa dalam menjalani kehidupan sosialnya.
C. Pengertian Penguatan Diri (Self-Reinforcement) Berbicara mengenai Self-Reinforcement (Penguatan Diri) dalam diri manusia erat kaitannya dengan ilmu psikologi yang membahas mengenai berbagai aspek dalam diri manusia salah satunya adalah kepribadian yang berhubungan dengan penguatan diri. Istilah penguatan sendiri dikenal dalam ilmu psikologi, terutama psikologi belajar dengan tokohnya Albert Bandura dengan teori belajar sosial.
15
Wawan Rusmawan.2004.Kiprah remaja Menanggulangi HIV. Cimahi, Jawa Barat, hl. 4
30
1. Macam-macam Penguatan Diri Menurut Uzer usman mengemukakan dua macam pemberian penguatan, yaitu verbal dan non verbal. Kedua macam pengutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penguatan verbal Penguatan ini biasanya diungkapkan dengan menggunakan katakata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. 2. Penguatan nonverbal Pengutan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan, senyuman, acungan jempol wajah cerah dan masih banyak yang lainya. b) Penguatan pendekatan. c) Penguatan dengan sentuhan. 2. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Diri Beberapa kompenen yang perlu dipahami yang dilakukan agar pengurus dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis adalah16: a. Penguatan Verbal berisi berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja ODHA. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yakni:
16
Siti kusrini, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPl 1) Berorientasi Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007), hlm. 107-111
31
1. Kata-kata, seperti: bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan sebagainya. 2. Kalimat, seperti: pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi penjelasan bagus sekali dan sebagainya. b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan (gestural) Penguatan berupa gerak badan dan mimik muka antara lain: senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan dan sebagainya, seringkali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Verbal “pekerjaanmu baik sekali”, pada saat itu ohida menganggukkan kepalanya. c.. Penguatan dengan sentuhan Teknik ini penggunaannya perlu menggunakan pertimbangan latar belakang klien, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Dalam penggunaan penguatan ini, beberapa prilaku yang dapat dilakukan antara lain: menepuk pundak atau bahu, serta menjabat tangan. e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan pada cara ini klien diajak untuk mengikuti kegiatan yang disenanginya, hal ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan bentuk dukungan secara moril terhadap klien, sehingga klien menjadi lebih nyaman dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penguatan berasal dari kata dasar kuat yang berarti mempunyai banyak tenaga, sedangkan penguatan adalah proses, cara, perbuatan untuk menguati atau menguatkan17. Dalam kamus lengkap psikologi, self-reinforcement sendiri berarti penguatan 17
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Pusat Bahsa, 2008) h. 765
32
suatu reaksi, dengan jalan menambah satu peningkatan kekuatan kebiasaan18. Dengan demikian jika dikaji lebih jauh mengenai hubungan antara self-reinforcement ODHA dengan apa yang dijelaskan oleh Bandura bahwa penguatan tersebut penting dalam membentuk suatu kepribadian dalam tingkah laku maupun mentalnya. Hal tersebut dilakukan dengan media yang berupa terapi dalam bentuk pemberian keterampilan yang akan memotivasi dan menumbuhkan rasa kepercayaan diri yang kuat terhadap mental seorang ODHA. Selain itu dalam psikologi umum penguatan diri tidak terlepas dari apa yang disebut dengan pengembangan diri (Self-Development). Seperti yang diketahui bahwa hal tersebut terkait dengan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan sikap mental yang melatar belakanginya. Dalam kamus lengkap psikologi pengembangan diri adalah pertumbuhan potensial dan kemampuan seseorang19. Sedangkan menurut terminologi adalah aktivitas mengajari diri sendiri hal-hal yang baik, yang berpotensi mendorong diri kita untuk beraktualisasi sepenuh-penuhnya20. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan masalah yang dialami ODHA terkait mental seorang ODHA yang rentan akibat cap negatif (diskriminasi) oleh lingkungan sekitarnya tentulah diperlukan aktivitas penguatan yang berdampak kepada kesehatan mental ODHA yang
18
JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press, 1981) Cet. Ke-1 h. 426 19 JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press, 1981) Cet. Ke-1 h. 451 20 Hery Wibowo, Psikologi Untuk Pengembangan Diri: Sebuah Kajian Aplikasi dari Ilmu Psikologi Untuk Optimalisasi Pengembangan Diri (Bandung: Widya Padjajaran, 2010) Cet. Ke-1 h. 12
33
seharusnya berkeadaan sejahtera dalam aspek fisik, mental, dan sosial secara penuh21. Namun, pada realitanya berbanding terbalik dimana akibat dari stigma negatif yang diberikan oleh lingkungan sekitar banyak ODHA yang kondisi mentalnya lemah. Untuk itu diperlukan berupa aktivitas penguatan untuk mengembangkan diri dalam memperbaiki kondisi mental yang sehat.
21
Dalam MIF Baihaqi. Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan (Jakarta:Refika Aditama) h. 17
34
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Yayasan Pelita Ilmu (YPI) 1. Sejarah Berdirinya YPI1 Yayasan Pelita Ilmu (YPI) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang didirikan pada tanggal 4 Desember 1989 di Jakarta atas prakarsa dua orang dokter dan seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat,
berdasarkan
pada
kepedulian
mereka
terhadap
permasalahan kesehatan di Indonesia. Tujuan utama YPI adalah berpatisipasi
aktif
dalam
mengembangkan
dan
meningkatkan
pengetahuan dan taraf hidup masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. Saat ini YPI menekankan kegiatannya dalam usaha pendidikan/pencegahan dam pelayanan (care) terhadap HIV/AIDS. YPI memiliki beberapa program yaitu program pencegahan, program dukungan masyarakat untuk ODHA, pusat penelitian keterampilan hidup dan klinik konsultasi dan tes HIV serta program pendidikan bagi anak-anak putus sekolah. Dengan makin maraknya pengguna narkoba melalui pengguna jarum suntik yang tidak steril, rentan menularkan HIV/AIDS. Oleh karena itu YPI memberikan perhatian khusus pada para pengguna narkoba. Sampai saat ini, YPI telah bekerjasama dengan berbagai lembaga pemerintah, Lembaga 1
Website Yayasan Pelita Ilmu. Sejarah Berdirinya YPI. Artikel diakses Pada 20 April 2011 melalui www.YPI.org
35
Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga donor. Kerjasama dilakukan dalam bentuk yang berbeda-beda namun selalu bertujuan untuk menanggulangi HIV/AIDS dan masalah-masalah yang terkait dengan HIV/AIDS di Indonesia. Salah satu contoh kerjasama yang pernah dilakukan adalah program Rumah Gaul. Rumah Gaul adalah tempat berkumpul bagi remaja (anak gaul) Blok M. Disini para remaja mendapatkan bantuan, dapat berkonsultasi atau sekedar menjalin persahabatan. Semua ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi upaya pencegahan HIV/AIDS, Narkoba, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan kesehatan reproduksi. Program ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik antara YPI dengan LEVI’S dan PCI. Adapun sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu yang beralamat di Jl. Kebon Baru IV No. 16 Jakarta Selatan tidak hanya berfungsi sebagai kantor namun digunakan sebagai tempat tinggal bagi para penderita HIV/AIDS yang tidak diterima oleh masyarakat. Kegiatan di sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu adalah melakukan bimbingan atau konseling kepada para penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan pengetahuan yag lebih mendalam tentang virus ini. Di sanggar kerja ini mereka diberikan semacam pelatihan di sanggar kerja YPI sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Ika Rosdiana:
36
“memang benar, disanggar kerja ini para ODHA kita berikan pelatihan bagi mereka yang ingin bekerja tapi, belum memiliki keterampilan kerja”.2 Fungsi yayasan sendiri selain sebagai tempat bimbingan, seminar, dan juga pertemuan rutin setiap minggunya, dalam pertemuan rutin tersebut para ODHA diberikan beberapa bekal pelatihan ataupun keterampilan yang hasilnya akan dipasarkan untuk menambah penghasilan ODHA tersebut.
2. Identitas Lembaga3 Nama Lembaga
: Yayasan Pelita Ilmu
Tahun Berdiri
: 4 Desember 1989
Alamat Lembaga
: Jalan Tebet Timur Dalam VIII/Q No. 6 Tebet, Jakarta Selatan 12820
No. Kontak
: 021-8311577/8354691
Fax
: 021-8311577
Website
: www.ypi.or.id
Email
:
[email protected]
3. Bentuk Kegiatan a. Program Peduli Kespro di Sekolah (Kesehatan Reproduksi) b. Pendampingan Remaja Mall/Anak Gaul c. Pendampingan Anak/Anak yang dilacurkan 2 3
Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2011, pkl. 11.47 Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
37
d. Layanan Informasi Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS e. Layanan Informasi Narkoba f. Klinik Remaja g. Klinik Keluarga Mandiri h. Klinik Sahabat Keluarga i. Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT) j. Penanganan Narkoba dan HIV/AIDS berbasis Masyarakat k. Panti Uji dan Konsultasi Awanama l. Layanan Rumah Singgah ODHA m. Kelompok Persahabatan ODHA n. Pendampingan ODHA di Rumah Sakit dan Keluarga o. Pos Desa YPI Parung, Karawang dan Indramayu p. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat q. Program Siaran Radio r. Penerbitan Majalah Dwi Bulanan HIV/AIDS “Support"
B. TUGAS POKOK YAYASAN PELITA ILMU Meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.
C. VISI4 YPI merupakan salah satu LSM peduli AIDS yang terkemuka di Asia Pasifik, menyelenggarakan pendidikan penyuluhan, konseling, 4
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
38
dukungan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang berkualitas tinggi serta berorientasi kepada kepentingan dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015 mampu menjalankan upaya kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dengan semangat kemandirian.
D. MISI5 Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan informasi, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan narkoba yang berkesinambungan. Meningkatkan kemandirian dan partisipasi anak, remaja, perempuan serta
pasangannya
dalam
penanggulangan
masalah
kesehatan
program
dukungan
reproduksi, narkoba dan HIV/AIDS. Menyelenggarakan
dan
mengembangkan
masyarakat untuk ODHA . Mengembangkan jejaring dan promosi dengan berbagai lembaga (pemerintah, LSM dan swasta) baik dalam maupun luar negeri. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan Formal dan Informal. Mengembangkan kegiatan sosial melalui penyediaan sekolah dan sarana layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat. Mengembangkan unit usaha untuk keberlanjutan program dan mendirikan lembaga pendidikan yang berorientasi pada bidang kesehatan. 5
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
39
E. MOTO6 Tak Henti Berdedikasi Dengan Semangat Kemandirian
F. PROGRAM YPI7 1. Program Pencegahan HIV/AIDS a. Penyuluhan HIV/AIDS bagi masyarakat umum Sasaran program ini adalah kalangan remaja, mahasiswa, guru, dosen, pembina anak jalanan, karyawan swasta, pegawai pemerintah,
tenaga
medis,
seniman,
pekerja
sosial,
penyelenggaraan jenazah, tokoh agama, wartawan, tokoh olahraga, waria, pengemudi ojek dll. Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
untuk
menunjang
program ini diantaranya adalah : -
Penyuluhan
-
Konser musik peduli AIDS
-
Mengadakan stand informasi HIV/AIDS ditempat umum
-
Dialog AIDS ditempat reksreasi, dll Penanggung jawab program ini ada tiga orang. Mereka
tersebar dibeberapa kota, mereka adalah Abdul Rachman (Karawang), Kristiyanti (Indramayu), Sundari (Kebon Baru).
6 7
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010 Arsip Pribadi Yayasan Pelita Ilmu, Tebet Jakarta Selatan.
40
b. Propas (Program Peduli AIDS di Sekolah) Sasaran dari program ini antara lain adalah siswa/i SLTP, SLTA, remaja dan guru. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk menunjang program ini antara lain: -
Pelatihan kesehatan remaja dan pendidik sebaya
-
Bincang-bincang tentang AIDS bersama rekan-rekan sebaya
-
Mengadakan diskusi mengenai Narkoba, HIV/AIDS dan Kespro
-
Mengadakan penyuluhan tentang Narkoba, HIV/AIDS dan Kespro
Penanggung jawab dari program ini adalah: Siti Hapsari (Bukit Duri). c. Pencegahan Narkoba, HIV/AIDS dan pelayanan kesehatan bagi anak dan anak yang dilacurkan Sasaran dari program ini adalah anak yang menjadi jaringan penyebaran narkoba, anak yang dilacurkan, yaitu anak-anak yang berusia
kurang
dari
18
tahun
(menurut
konvensi
anak
internasional). Adapun bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut : -
Penjangkauan dan pendampingan
-
Pendirian Base Camp dan Drop-in Center
-
Kegiatan layanan informasi AIDS
-
Konseling dan rujukan, serta layanan kesehatan
41
-
Peyuluhan dan diskusi grup
Penanggung jawab kagiatan ini adalah Henny Yusriani (Kebon Singkong): 021-98131070 d. Pendampingan bagi remaja ditempat umum Sasaran dari program ini adalah anak gaul di mal-mal Jakarta, usia 10-24 tahun. Bentuk kegiatannya adalah : -
Memberikan penyuluhan, penjangkauan dan pendampingan tentang permasalahan kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan narkoba
-
Pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi manusia, infeksi menular seksual, HIV/AIDS dan NAPZA
-
Konsultasi (curhat) bagi anak gaul (Remaja)
-
Penyediaan KIE bagi anak gaul
-
Rujukan untuk konseling dan tes HIV/AIDS, IMS dan NAPZA
-
Mengadakan pertemuan rutin antar anak gaul
-
Membuat modul pelatihan Peer Educator anak gaul
-
Menyediakan pusat layanan untuk remaja
Penanggung jawabnya adalah Enny Zuliatie. e. Program penanganan Narkoba dan HIV/AIDS berbasis masyarakat Sasaran dari program ini adalah masyarkat pada umumnya tanpa terkecuali. Bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut : -
Penjangkauan ke masyarakat (pecandu narkoba)
42
-
Mengembangkan pendidik sebaya (peer group) diantara pecandu narkoba
-
Layanan kesehatan (detoksifikasi, kesehatan dasar, dukungan ODHA: pemberian ARV, obat infeksi oportunistik)
-
Layanan tes HIV bagi klien yang setelah mendapat konseling lalu memutuskan untuk diuji darahnya di laboratorium
-
Penyuluhan dan pelatihan tentang narkoba
-
Pertemuan dengan tokoh masyarakat
-
Temu bulanan pecandu dan ODHA pecandu
-
Pemberian life skill untuk pecandu narkoba
Penanggung jawab adalah Pungky Djoko (YPI Kampung Bali) : 021-3923544 f. Program penanggulangan narkoba berfokus anak dan remaja Sasaran dari program ini adalah remaja usia 7-17 tahun yang terlibat dalam penyalahgunaan dan perdagangan narkoba. Kegiatan yang dilakukan antara lain: -
Pengembangan layanan base camp sebagai pusat kegiatan remaja, serta pengembangan materi KIE
-
Penjangkauan dan pengorganisasian anak dan remaja
Penanggung jawab Henny Yusriani (YPI Kebon Singkong). g. Program PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission) Ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil yang positif HIV ke bayi yang akan dilahirkan.
43
Periode program yang telah dilaksanakan adalah dari tahun 1999 sd 2001 dan periode tahun 2003 sd 2006. Kegiatan yang dilakukan antara lain VCT, layanan kesehatan bagi ibu hamil, pemberian susu formula serta dukungan untuk ODHA.
2. Konseling, Testing dan Pengobatan Program
konseling,
tes
HIV
dan
layanan
kesehatan
mempunyai sasaran diantaranya adalah Tenaga medis, paramedis, staf rumah sakit, guru, dosen dan masyarakat umum. Adapun kegiatannya adalah : -
Memberikan layanan konseling seputar HIV/AIDS, baik melalui telepon maupun datang langsung ke klinik VCT yang tersedia untuk bertatap muka dengan konselornya.
-
Layanan tes HIV bagi klien yang telah mendapay konseling pra tes dan sebelum penyerahan hasil lab yang deberikan saat konseling pasca tes.
-
Pengiriman konselor YPI untuk menjadi tenaga pelatih dalam beberapa pelatihan di Jakarta maupun di luar Jakarta.
3. Program Dukungan Masyarakat untuk ODHA Kegiatan dan layanan dipusatkan pada sebuah rumah yang dinamakan sanggar kerja YPI, fungsi utama dari sanggar kerja ini adalah sebagai model perawatan ODHA di rumah, berfungsi sebagai
44
persinggahan bagi ODHA yang membutuhkan. Seperti yang telah dikutip dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Mayanti , sebagai berikut: “ODHA dapat juga singgah untuk bermalam beberapa hari disini (sanggar kerja), apabila ODHA tersebut berasal dari luar jakarta, ataupun untuk ODHA yang sedang mengalami masalah dengan keluarganya, kita terima kok mereka disini8”. Kegiatan dukungan masyarakat untuk ODHA ini meliputi, sebagai berikut: -
Layanan sahabat
-
Kelompok persahabatan ODHA
-
Layanan tim ahli
-
Penyuluhan kepada keluarga
-
Kenjungan kerumah ODHA
-
Menjaga ODHA dirawat dirumah sakit
-
Advokasi kepada ODHA
-
Kerja mandiri untuk ODHA
-
Terapi kreatif
-
Layanan obat
4. Program Pengembangan dan Komunikasi a. Pusat kegiatan belajar masyarakat, lokasi kegiatan ini berada di Griya Ilmu (Training and Learning Center) Pos Desa YPI Jl. H.
8
Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 30 Mei 2011
45
Miing, Rt.14/03 (Rawa Bangsa) Putat Nutug, Ciseeng, Parung. Dengan beberapa kegiatan yakni: PADU (Pendidikan Anak Dini Usia) Kejar Paket A (SD) Kejar Paket B (SMP) Kejar Paket C (SMA) Kursus dan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Tata Busana Kursus dan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Tata Rias Kursus dan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Tata Boga Peternakan Ikan Pertanian Obat tradisional Penyewaan tempat pendidikan dan pelatihan b. Program siaran radio Sasarannya adalah remaja dan masyarakat umum, dengan materi siaran meliputi narkoba, kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual ataupun HIV/AIDS. c. YPI Press Pada tanggal 9 Septemeber 2009, didirikan YPI press, lembaga ini merupakan lembaga otonom dalam Yayasan Pelita Ilmu yang memiliki tujuan menerbitkan buku-buku dan majalah mengenai masalah-masalah kesehatan, pendidikan, kesetaraan jender serta masalah sosial.
46
Penerbitan in dikelompokkan dalam beberapa kategori diantaranya, kesehatan keluarga, seri pengalaman LSM, dan Komunikasi, Informasi & Edukasi (KIE). Beberapa buku yang telah dierbitkan adalah:
Membidik AIDS: Ikhitiar memahami ODHA
Nuansa ODHA
Mari Tanya Dokter (Matador)
Sekolah di Yayasan Pelita Ilmu
Pedoman Pelatihan Keterampilan Hidup
Narkoba di Sekolah
Renungan dari Osaka
Mengenal terapi Antiretroviral
d. Pengelolaan Website YPI Berisi mengenai Narkoba, kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta berita aktual lainnya yang berkaitan dengan HIV/AIDS e. Penerbitan Majalah Majalah/Jurnal yang diterbitkan :
SUPPORT
Warta Propas
Buletin Melati
Terampil
47
f. Layanan Perpustakaan Layanan perpustakaan ini buka dari hari Senin-Jum’at, pukul 09.00-16.00 wib. Koleksi perpustakaan ini meliputi buku, majalah, hasil penelitian, skripsi, tesis, makalah, film/video dan lain-lain.
G. SARANA PUBLIKASI a.
Laporan penelitian unggulan yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk program dan masyarakat dalam lima tahun terakhir :
Efektifitas Berita dan Informasi tentang HIV/AIDS di Majalah Warta Propas terhadap Relawan Majalah Warta Propas.
Peran
Staf
Rumah
Gaul
dalam
Menanggulangi
Penyalahgunaan, Napza di Kalangan Remaja di Rumah Gaul YPI.
Dinamika Prostitusi pada Gigolo Remaja dan Dampaknya terhadap Kesehatan Reproduksi.
Peranan Petugas Outreach Rumah Gaul YPI dalam Upaya Penanggulngan Napza pada Usia 13-21 Tahun di Wilayah Blok M.
H. KERJASAMA PENELITIAN9 Dalam Negeri :
Luar Negeri :
a. Pokdisus AIDS FKUI-RSCM a. Ford Foundation 9
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
48
b. Pemda DKI Jakarta
b. World Population Foundation
c. Dinas Sosial DKI Jakarta
c. Terre Des Hommes
d. BKKBN
d. Save the Children
e. Departemen Kesehatan
e. Family Health International –Asia
f. Depdiknas
f. Becton Dickinson
I. STRUKTUR ORGANISASI10 Ketua
: DR. dr. Toha Muhaimin, M.Sc
Wakil Ketua
: Husein Habsyi, SKM, MH.Comm
Sekretaris
: Usep Solehidin, SKM, MTI
Bendahara
: Enny Zuliatie, S.Sos, Mkes
Seksi-seksi : Pencegahan
: Sri Wahyuningsih, SKM
Dukungan untuk ODHA
: Dra. Retno Windrati, MSc
Konseling dan Tes HIV
: Dra. Siti Chasanah Machdi, Msi
Pelatihan
: Dr. Prajna Paramitha, Sp.P
Manager Program
: Kustin Kharbiati, SIP Ir. Ahmad Helmi Wardiyono M. Firdaus, SS Widiyatna, S.Pd
SDM : 73 Staf, 103 Relawan, 17 Konselor VCT, 22 Relawan Pendamping ODHA.
10
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
49
J. MITRA KERJA11
Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra)
Kemeterian Kesehatan
Kementerian Pendidikan Nasional
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Sosial
Kementerian Agama
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Badan Narkotika Nasional (BNN)
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi
Komisi Penanggulangan AIDS Kota/Kabupaten
Masyarakat Peduli AIDS Indonesia
Lembaga Profesi (IDI, IAKMI, dll)
LSM Nasional (YKB, YMI, YAI, dll)
K. MITRA INTERNASIONAL
USAID
Ford Foundation
Global Found
11
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
50
World Bank
WHO
Aus AID
British Council
Save The Children
World Population Fund
Medicine San Frontiers
Terre des Hommes
Becton Dickinson
Levi’s Strauss
ILO
UNICEF
UNFPA
UNAIDS
Plan International
UNDP
The British International School
51
L. KETENAGAAN a. Jumlah tenaga berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 6 Ketenagaan Yayasan Pelita Ilmu Jenjang Pendidikan
Jumlah
Di Bawah D3
30
D3
7
S1
18
S2
4
Jumlah
59 Sumber: Arsip YPI
b. Jumlah tenaga berdasarkan jenjang fungsional Tabel 7 Kelompok Keahlian
Jumlah
Administrator Kesehatan
2
Dokter
5
Peneliti
5
Penyuluh Kesehatan
20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat
10
Pustakawan
1
Tenaga Perawatan
1
Jumlah Sumber : Majalah Suppot YPI
44
52
c. Jumlah ODHA yang berada di YPI Tabel 8 No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Pria
1587
2
Wanita
347
Jumlah Total
1934
Sumber : Arsip YPI
Status Ekonomi ODHA di YPI Tabel 9 No
Status Ekonomi
Jumlah
1
Rendah
606
2
Menengah
959
3
Tinggi
369
Jumlah Total
1934
Sumber : Arsip YPI
Jumlah ODHA berdasarkan Faktor Resiko di YPI Tabel 10 No
Faktor Resiko
Jumlah
1
Narkoba suntik (IDU)
1307
2
Heteroseksual
538
3
Homoseksual
47
4
Ibu ke bayi
42
53
5
Hemofilia
1
Jumlah
1934
Sumber : Arsip YPI
Jumlah ODHA berdasarkan Usia(thn) di YPI Tabel 11 No
Usia (thn)
Jumlah
1
1-19 tahun
156
2
20-29 tahun
1169
3
30-39 tahun
489
4
>49 tahun
120
Jumlah
1934
Sumber :Arsip YPI Data tersebut diatas diperoleh dari arsip YPI dari tahun 1994 sampai dengan 31 April 2011.
54
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA Pada Bab ini peneliti membahas mengenai tahapan-tahapan proses pemberian terapi menyulam dan menari kepada ODHAyang merupakan salah satu program dukungan sebaya yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu di Sanggar Kerja Yayasan Pelita Ilmu (YPI), mulai dari tahapan penelitian, tahap assesmen, tahap intervensi dan tahapan terminasi serta hasil yang dicapai oleh ODHA setelah mengikuti terapi tersebut, serta hasil yang didapat setelah mengikuti terapi tersebut. Dan penguatan diri yang akan dikaji adalah penguatan diri melalui penguatan verbal dan non verbal. Dalam hal ini dengan peneliti menggambungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, format catatan lapangan beserta hasil dokumentasi maupun hasil dari wawancara dengan teori-teori yang telah dijelaskan didalam bab II. Dari penelitian tersebut, peneliti menemukan beberapa hal mengenai tahapan proses pemberian terapi kreatif yang dilakukan kepada YPI sebagai usaha penguatan diri orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Sebelumnya peneliti akan membahas mengenai terapi menyulam dan terapi menari yang diikuti masing-masing 4 orang ODHA yang sudah lama bergabung bersama Yayasan Pelita Ilmu (YPI) serta dianggap mengetahui kondisi YPI tersebut.
55
A. Terapi Menyulam Terapi menyulam ini dilakukan pada minggu kedua dan ketiga setiap bulannya, dalam terapi ini diikuti oleh 4 orang ODHA dan seorang ohida
sebagai therapist dan trainer. Tujuan dari terapi
menyulam ini adalah
selain membantu ODHA meningkatkan
kepercayaan diri dan mengembangkan potensinya, namun juga dalam hal peningkatan pendapatan ODHA perempuan yang mayoritasnya adalah single parent, hal ini seperti di ungkapkan oleh Ibu Sundari berikut ini: “pada terapi menyulam ini para ODHA diberikan keterampilan untuk membuat aksesoris-aksesoris handmade dan hasilnya nanti dipasarkan setiap ada acara untuk menambah penghasilan mereka.pada terapi ini konsep penguatan ini dilakukan dengan cara melakukan kegiatan yang menyenangkan dan disukai oleh ODHA.”1 Berikut adalah tabel peserta terapi menyulam yang dilakukan oleh YPI: No
Nama Peserta Terapi Menyulam
1
Informan WD
Sundari
2
Informan WN
Sundari
3
Suci (bukan nama sebenarnya)
Sundari
4
Indah (bukan nama sebenarnya)
Sundari
Sumber : Arsip YPI
1
Trainer
Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 11 Juli 2011
56
Pada terapi menyulam ini informan WD dan Informan WN menjadi sumber data yang kasusnya akan menjabarkan tahapan proses pemberian terapi menyulam di YPI dalam menguatkan mental dan kemandirian ODHA. Sebelumnya peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu latar belakang Informan WD dan Informan WN.
1. Informan WD & Riwayatnya Usia
: 32 tahun
Pekerjaan
: Konselor Adiksi di UPT Puskesmas Kecamatan
Pendidikan
: SMA
Gambaran Fisik : Tinggi badan sekitar 170 cm dan berat 60 Kg, dengan wajah agak bulat, rambut panjang dan berperawakan seperti layaknya laki-laki “tomboi”, berkulit putih dan agak gemuk, hal ini terlihat jelas karena terdapat lipatan di bawah dagunya. Struktur gigi yang tanggal dibagian depan. Secara umum kondisi fisik informan termasuk dalam tipe normal functioning, yakni kondisi fisik yang secara keseluruhan berfungsi dengan baik dan tidak ada gangguan2. Gambarang Psikis: tenang dan terlihat cuek dengan kondisi sekitar3.
2 3
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011 Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
57
a. Riwayat ODHA latar belakang informan “WD” ini terkena HIV/AIDS adalah pada tahun 1994 informan mulai menjadi pecandu putaw, WD terindikasi terkena virus tersebut dengan akses jarum suntik yang dipakai secara bergantian dengan suaminya yang juga terkena HIV/AIDS pada tahun 2004, menurut pengakuan informan dirinya adalah seorang pecandu putaw, “gw kena hiv/aids itu gara-gara pemakaian jarum suntik gantian ma suami gw, tapi sekarang laki gw udah almarhum dari 2004.”4 Menurut pengakuannya, pada tahun 1994 itu WD tidak mengetahui mengenai konsekuensi jika seorang pecandu yang memakai jarum suntik secara bergantian akan menyebabkan terjangkit virus HIV. Hal ini menurut pengakuannya masih kurang informasi terkait HIV/AIDS di Indonesia, yang informan tahu hanya sebatas penyakit yang tertular hanya dari perilaku seks sejenis (homoseksual), ataupun kepada orang yang berganti-ganti pasangan (heteroseksual). Informan sendiri menjadi pecandu putaw pada tahun 1994 setelah mengenal mantan suaminya. Dan sekitar tahun 2000 informan WD tidak memakai lagi karena dalam kondisi hamil, “Kalau gw tahun 2000 sudah gak jadi pemakai lagi, karena waktu itu gw hamil, tp suami gw masih jadi pemakai, dia bener-bener berhenti pas tahun 2002, dan tahun 2003 gw punya
4
Wawancara dengan informan WD pada tanggal 11 Juli 2011
58
anak kedua semenjak itu suami gw berhenti candu putawnya dan beralih ke ganja-ganja aja”. 5 Jadi menurut informan seseorang yang dahulunya pecandu tidak langsung dapat berhenti total untuk lepas dari kecanduannya, namun ada peralihan jenis Napza yang akan dikonsumsinya, dalam hal ini contohnya almarhum suami dari informan WD ini beralih ke ganja, WD yang saat ini berusia 32 tahun mempunyai 2 orang anak yang keduanya negatif terkena virus HIV. WD sendiri mengetahui keadaan bahwa dirinya positif HIV/AIDS pada tahun 2005 setelah 1 tahun suaminya meninggal dunia, setelah melewati beberapa pengobatan terkait kesehatan yang mulai menurun. Sebelum suaminya meninggal, salah satu dokter dirumah sakit pernah menganjurkan untuk berhenti memberikan ASI (Air Susu Ibu) kepada anaknya yang masih menyusui. Dengan alasan HIV itu bisa tertular dengan asupan ASI kepada anak yang sedang menyusui. Setelah suaminya meninggal, sekitar bulan Februari 2005 WD mulai men-stop ASI kepada anaknya. Namun, informan WD mengaku meriang dan beberapa kali pergi kerumah sakit dan mendapat perawatan, informan divonis mempunyai gejala TB. “rata-rata seorang Ibu setelah anaknya di sapi, mengalami masa stagnan yang bisa menimbulkan kondisi badan
5
Wawancara dengan informan WD pada tanggal 11 Juli 2011
59
sang ibu meriang, nah habis lepas ASI sampai seterusnya itu gw sakit.”6 Sampai akhirnya menurut pengakuannya beberapa kali masuk ke rumash sakit akhirnya WD di vonis mengidap TB, dan akhirnya kondisi sudah benar-benar menurun WD pun sakit walaupun sudah mendapatkan perawatan di RS. Dharmais hasilnya masih sama dan tidak ada perubahan yang signifikan. Setelah itu WD dibawa pulang kembali oleh keluarganya karena salah satu keluarga WD akan menikah. Namun,
syaratnya
adalah WD setiap 2 minggu sekali harus kontrol ke Rumah Sakit. Awal WD bertemu dengan YPI adalah pada saat kondisi WD menurun dan akhirnya di rawat di RSCM, YPI tengah mengadakan kegiatan layanan sahabat yakni, homevisit hospital. Yaitu kunjungan kerumah sakit kepada pasien-pasien yang tekena HIV?AIDS sebagai bentuk dukungan. “kebetulan lagi diruang isolasi, nah dari situ kenal YPI, kan di YPI ada kunjungan kerumah-rumah atau kerumah sakit, dulu gw lagi di RSCM ada 10 hari. Kondisi gw kurus banget, terus ada Mba Sundari dan teman-tamannya dateng, mereka bertiga deh tuh, gw kasih kartu nama. Kasih dukungan juga ke gw,nanya keadaan gw gimana, CD4 nya berapa. ngehibur gw disana.”7 Jadi, dalam kasus yang pertama WD mengetahui dirinya terkena HIV pada tahun 2005 satu tahun setelah suaminya 6
Wawancara dengan informan WD pada tanggal 11 Juli 2011
7
Wawancara dengan informan WD pada tanggal 11 Juli 2011
60
meninggal dunia,WD terkena HIV/AIDS melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian, menurut pengakuannya WD menjadi pecandu sejak tahun 1994 rentang waktu kurang 9 tahun WD mengalami kondisi yang buruk dalam kesehatannya sampai akhirnya divonis mengidap HIV/AIDS. Saat ini WD bekerja sebagai konselor adiksi di Puskesmas untuk menghidupi kedua anaknya.
2. Informan WN & Riwayatnya Usia
: 34 tahun
Pekerjaan
: Ojeg
Gambaran Fisik : kondisi badan kurus, dengan bola mata selalu
yang
nampak besar, kulit sawo matang dan
rambut lurus8. Gambaran Psikis : walaupun sebagai mantan pecandu WN terlihat cukup responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti9. a. Riwayat ODHA Latar belakang perilaku informan WN yang pada akhirnya menjerumuskan pada Putaw, dimulai pada saat SMP informan sudah mulai mencoba-coba memakai pil BK dan ganja yang bisa di dapat dalam harga Rp. 2.500,- per 5 butir pil 8 9
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011 Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
61
BK dan Rp. 3.000,- untuk sekitar 1 lembar yang telah dikeringkan, cara mendapatkannya adalah dengan membeli secara diam-diam kepada seorang janda yang menjualnya dirumahnya. Dalam hal ini informan mengakui untuk dapat mendapatkan uangnya dalam membeli barang tersebut adalah dengan mengumpulkan uang sekolahnya sendiri dan sesekali mengambil uang dicelengan ibunya dan kemudian diganti kembali olehnya. “waktu SMP saya udah mulai pil BK dan ganja mas, itu karena ada temen yang kasih tau, abis nyobain itu pil rasanya enak, badan enteng jadi saya ikut-ikutan, belinya itu dirumah janda yang depannya dibuat warung kelontong tapi kalau mau beli langsung masuk aja kedalem rumahnya, waktu itu harganya pil BK Rp. 2.500,- per 5 butir dan Rp. 3.000,-.”10 Informan terinfeksi virus HIV pada tahun 2007 akses utamanya adalah penggunaan jarum suntik secara bergantian bagi sesama pecandu Putaw, awal pemakaiannya adalah saat kelas 2 SMK, pada waktu itu WN berkumpul bareng dengan temannya untuk pertama kali mencoba Putaw. “dari kelas 2 SMK saya udah pakai Putaw, jadi pertama kali itu temen-temen saya beli paketan, saya gak tau berapa harganya, nah gak taunya yang biasa belinya tiga, ini jadi beli 4, saya dikasih 1 deh tuh, akhirnya saya coba dan pada akhirnya terus sampe tahun 2000, saya berhenti karena pertama mau nikah sama pacar saya, disisi lain pada tahun itu saya pernah ditangkep sama polisi.”11
10 11
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
62
WN yang mengaku lulusan SMK ini sebelumnya pernah bekerja sebagai penarik bajaj di kawasan tempat tinggalnya, menteng dalam Jakarta pusat. Selama menjadi pecandu WN pernah melakukan aksi penodongan di angkutan umum selama kurang lebih 2 tahun. “Waktu itu saya pernah ngerampok juga di angkutan umum untuk nyari duit bakal beli Putaw, saya janjian saya temen saya naik angkot jurusan mana, dari 3 orang 1 didepan dan 2 dibelakang tuh, korbannya saya lihat dia orang ada nih, yaudah saat sepi kita pepet ke pojok, modusnya sendiri kita pura-pura ngelabrak korban, kaya dia yang nabrak ade saya, atau dia yang malak ade saya, pokoknya kita pojokin sampe kita minta kasih tau KTP nya, sambil ngancem pakai beceng juga kita waktu itu buat bikin takut aja, hehehe kalau nyakitin kita mah gak berani, saat korban ngeluarin KTP baru kita rampas, supir angkot pun gak berani kalau kita lagi kaya gitu. Saya kurang lebih 2 tahun ngelakuin hal itu diangkutan umum, tapi selama 2 tahun gak sering, 2 tahun itu bisa dihitunglah, 2 sampai 3 kali, kalo kita udah kepepet banget baru deh.”12 Informan sendiri menjadi pecandu Putaw sejak tahun 1997 sampai dengan 2000, menurut pengakuannya tujuh tahun kemudian baru terlihat gejala bahwa informan terkena HIV setelah menikah dan itu pun pada saat sang istri masuk rumah sakit dan yang terindikasi awal adalah istri WN. “iya, saya tahu klo saya terkena HIV/AIDS itu dari pas istri saya masuk rumah sakit, terus di ambil darah, nah hasilnya positif, tapi saya cuek aja, saya fikir urusan kematian itu ada ditangan Allah, gitu aja saya mah.”13 Informan yang mempunyai 2 orang anak dari istrinya mengaku bahwa kedua anaknya negatif virus HIV. 12 13
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 4 Agustus 2011 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
63
“Alhamdulillah banget dua anak saya negatif virus HIV, jadi pas tahu itu istri saya shock banget klo dia kena HIV dan gak dikasih izin oleh dokter untuk nyusuin, dan waktu itu pun saya juga divonis terinfeksi HIV juga, nah udah gitu karena saya masa bodo apa itu HIV, balik lagi klo urusan maut ada di tangan Allah jadi saya ngerasa biasa aja, tapi istri saya kelihatannya shock tuh soalnya saya bukannya support, atau cari tau jenis penyakit apa HIV itu gimana obatnya, tapi sayanya cuek-cuek aja, akhirnya pelan-pelan saya cari-cari info nah ketemu lah YPI ini, itu sekitar pertengahan tahun 2004.”14 Menurut pengakuan informan kondisi sosialnya tidak cukup terganggu akibat statusnya sebagai ODHA karena yang bersangkutan memutuskan untuk menutup status ODHAnya di lingkungan
tempat
tinggalnya
karena
takut
akan
keberlangsungan sosialisasi anaknya. Selain itu WN dan istrinya hanya membuka status kepada keluarga terdekatnya. “untuk status saya, saya gak buka di lingkungan tempat tinggal rumah, kenapa? Karena saya takut kalo nanti ada yang tahu anak-anak saya yang jadi korban, diolok-olok temen sebayanya atau dicap negatif sama tetangga itu yang saya jaga. Kalau untuk keluarga sendiri waktu buka status saya ODHA pun gak mudah mas, jadi saya minta tolong sama kakak perempuan saya yang kebetulan anak pertama. Jadi, dulu kakak itu saya kasih buku-buku tentang HIV dan saya suruh baca, 1 bulan kemudian saya kasih lagi buku HIV yang agak tebelan, baru deh selang beberapa hari saya omongin semuanya, kalau saya HIV dan minta persetujuan apakah saya buka status di keluarga atau enggak.”15 WN yang saat ini bekerja sebagai tukang ojek dan menjadi surveyor di sebuah LSM yang bergerak dalam bidang pencegahan HIV/AIDS, mampu untuk memenuhi kondisi
14 15
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
64
ekonomi keluarganya terutama anak-anaknya yang negatif dari virus HIV/AIDS tersebut. WN ODHA laki-laki yang terinfeksi virus HIV karena menjadi pecandu putaw sebelumnya tidak mengetahui kondisi seorang pecandu putaw yang share jarum suntik bisa terkena HIV/AIDS, WN pun mengetahui saat istrinya yang masuk rumah sakit dan diperiksa darah dan ternyata terkena dari hubungan seksual dengan WN yang notabene seorang mantan pecandu putaw. Dari keempat sumber data yang peneliti wawancarai seputar latar belakang mereka terinfeksi HIV dan bagaimana dengan status barunya sebagai ODHA, serta terkait erat dengan pemberian program terapi kreatif yang diberikan YPI sebagai dukungan kepada ODHA. Berikut adalah penjabaran mengenai proses pemberian terapi kreatif dan manfaat yang telah ODHA terima setelah mengikuti terapi kreatif tersebut.
3. Proses Pemberian Terapi Menyulam Berdasarkan hasil temuan lapangan yang didapatkan oleh peneliti mengenai tahapan pemberian terapi menyulam ada beberapa yang perlu dicermati terkait pemberian program baik dalam tahapan penelitian, assesmen, intervensi dan terminasi.
65
a. Tahapan Penelitian (study phase) Dalam pengamatan dan studi dokumentasi yang telah dilakukan oleh peneliti perihal tahapan penelitian (study phase) dalam kegiatan tersebut adalah. Seperti yang telah diungkapakan Ibu Sri Mayanti, bahwa: “Pada tahap awal ini kami pasti memberikan beberapa pertanyaan mengenai latar belakang ternifeksi HIV perilaku resikonya apa, apakah pecandu ataupun seorang freesex hal inibertujuan untuk mebentuk relasi kepada ODHA yang datang kesini. ODHA yang ada di YPI ini berasal dari rujukan beberapa rumah sakit, dari RSCM, Fatmawati, RSPI, dan RSPAD atau dari teman-teman LSM lain, yang sebelumnya telah datang ke klinik YPI untuk mendapatkan perhatian ataupun informasi HIV.”16 Hal ini juga diungkapkan oleh informan WN “penerimaan awal di YPI itu saya mencari informasi HIV di internet dan dari teman-teman karena istri saya ternyata positif HIV/AIDS dan infeksi itu ditularkan melalui hubungan intim dengan saya mas, awalnya saya diminta menceritakan mengenai latar belakang saya sebagai pecandu.”17 Sama halnya yang diungkapkan oleh informan WD “awalnya gw lagi di RSCM, dateng orang-orang dari YPI kasih kartu nama dan no telepon, selanjutnya saat gw udah agak mendingan gw ke YPI, lalu mengisi identitas gitu dan dikonseling deh tuh..”18 Dari hasil temuan diatas bahwa tahapan awal study phase ini ODHA di YPI dilaksanakan melalui pendekatan individu
dahulu untuk mengetahui faktor resiko individu
terinfeksi HIV/AIDS hal ini adalah penanganan pertama untuk 16
Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 18 Wawancara dengan informan WD pada tanggal 13 Juli 2011 17
66
melindungi ODHA dari depresi19. Pada tahap inilah ODHA untuk pertama kali menjalin hubungan dengan Ohida. b. Tahap Pengkajian (Assesment Phase) Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti
setidaknya
memberikan
gambaran
mengenai
penggalian kebutuhan ODHA yang dilakukan di YPI. Pada proses assesmen kebutuhan ODHA di YPI dalam hal informasi dan pengobatan baik secara fisik maupun psikologis, pengurus berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada ODHA berdasarkan kebutuhan yang diperlukan. Hal tersebut dijelaskan dalam petikan wawancara dengan ibu Sri Mayanti berikut ini, “Kalau untuk prosesnya sendiri itu memberikan pelayanan konseling secara kontinuitas untuk memnggali kebutuhan yang diperlukan oleh ODHA, pada saat ditemukan kesamaan antara ODHA WD dan WN mengenai masalah mata pencaharian mereka oleh sebab itu disini diberikan alternative terapi menyulam sebagai upaya untuk menguatkan diri mereka dalam hal pendapatan.”20 Sama halnya yang dikatakan oleh Ibu Sundari, berikut ini, “untuk hal ini kita berikan konseling dukungan untuk memahami kebutuhan-kebutuhan yang ODHA perlukan, banyak hal seperti pengobatan ARV, rujukan, Gizi untuk Anakanaknya selain terapi menyulam yang menjadi alternative utama ini.”21 19 20 21
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011 Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 27 Juli 2011
67
Begitupun dengan statment Informan WN, adalah, “dalam hal prosesnya ini lebih menekankan kepada penggalian kebutuhan, dan kebutuhan saya adalah masalah pendapatan, kadang saya narik ojeg fisik saya gak kuat kalau terlalu lama.hal ini menjadi masalah buat saya, karena saya menghidupi 3 anak.”22 Sama halnya dengan statement Informan WD, “sekarang gw sih jadi konselor adiksi di Puskesmas, tapi untukmenghidupi dua anak itu berat banget buat gw, jadi gw ikut terapi ini sebagai alternatif jika nanti hasilnya bisa dipasarkan itu kan lumayan banget.”23 Proses assesmen ini sendiri pada dasarnya adalah penggalian
kebutuhan
yang
dilakukan
Ohida
dalam
memberikan pelayanan kepada ODHA di Yayasan Pelita Ilmu (YPI). Prosesnya sendiri berdasarkan hasil wawancara di atas dengan mengadakan konseling dukungan yang berkelanjutan pada tiap minggunya, tepatnya setiap 2 minggu disaaat ada pertemuan Obrass, kumpul bocah dan terapi menyulam24. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Informan WD dan WN masuk kedalam peserta terapi menyulam karena latar belakang masalah yang sama yakni pendapatan sehari-hari. c. Tahap Intervensi Dalam pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
jenis
terapi
ini
pada
dasarnya
dikembangkan
berdasarkan kebutuhan dari ODHA sebagai seorang klien. 22 23 24
Wawancara dengan Informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan informan WD pada tanggal 11 Juli 2011
Obsevasi pada tanggal 11 juli
68
Dalam prosesnya terapi yang dikembangkan melakukan proses diskusi untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahan masalah, seperti hasil wawancara yang disampaikan oleh Ibu Sundari berikut ini, “setelah melakukan assesmen untuk mengetahui kebutuhan klien, ohida mengelompokkan dan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan ODHA, jenisnya itu, ada menyulam dan membuat aksesoris dan yang membantu untuk menjadi tutor disini ada mahasiswa yang sedang magang, relawan, pengurus ataupun kami undang dari LSM lain.”25 Hal sama seperti yang telah diungkapkan informan WD, bahwa: “pada terapi ini setelah gw berempat diberikan konseling dukungan dan materi untuk lebih memotivasi gw, selanjutnya gw diajarkan untuk membuat sulaman dari benang wool yang pertama itu membentuk pita HIV, disini prosesnya sendiri menurut gw bener-bener membantu kemandirian.”26 Sama halnya yang diungkapkan oleh informan WN “iya, terapi ini jatohnya itu kita dilatih untuk membuat aksesoris sulaman, latihan nari juga ada. Jadi yang ditanamkan yang paling utama itu bahwa kita ini ODHA, bisa kok menghasilkan sesuatu, dan kita juga bukan individu yang istilahnya tinggal nunggu meninggalnya aja gitu mas. Tapi ya gitu karena kebanyakan yang ikut terapi dan yang bergabung disini adalah ODHA perempuan, saya suka canggung mas, kadang datangnya itu jarang pas ada terapi. Jadi saya gak optimal untuk ikut nih terapi.”27 Jadi, dari gambaran hasil temuan diatas dapat dikatakan bahwa jenis program terapi kreatif yang dilaksanakan oleh YPI adalah berupa pemberian keterampilan kepada para ODHA, 25
Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 5 Juli 2011 Wawancara dengan informan YL pada tanggal 13 Juli 2011 27 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 26
69
untuk lebih mandiri dan kuat secara mental bahwa ODHA layaknya orang normal dan tidak ada pebedaan sedikit pun. Namun, disini terjadi perbedaan hasil dimana informan WN menjadi agak tidak nyaman karena umumnya ODHA yang bergabung di YPI adalah ODHA perempuan, dan Informan WN tergabung dalam kelompok terapi yang mayoritas perempuan. Selain itu, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa ODHA diikut sertakan dalam kegiatan yang bersifat terbuka, contohnya saat ada penyuluhan di Kecamatan se-Kota Depok yang bekerja sama dengan Dinkes Depok, YPI menurunkan beberapa ODHA sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sundari, bahwa: “nanti penyuluhan di Depok para ODHA jadi narasumber, ataupun mendampingi staff YPI, hal ini tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada ODHA juga, bahwa mereka juga dilibatkan dalam acara-acara yang sifatnya umum seperti ini, kan banyak sebagian masyarakat yang beranggapan kalau ODHA itu fisiknya lemah.”28 Hal
ini
dibenarkan
oleh
Informan
WN,
dalam
pengakuannya sebagai berikut, “iya waktu ada penyuluhan HIV/AIDS di Depok bulan lalu, saya dan beberapa temen-temen ODHA diminta oleh YPI menjadi narasumber untuk penyuluhan kepada remaja tentang 28
Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 5 Juli 2011
70
HIV/AIDS dan juga testimoni sebagai ODHA, saya berceritera saat saya pakai narkoba sampai pada akhirnya saya terinfeksi HIV/AIDS ini.”29 Jadi, dalam menguatkan diri dan mental ODHA tidak hanya melakukan konseling dukungan dan terapi menyulam sebagai proses intervensi, di sini ODHA juga dilibatkan dalam kegiatan
yang
bersifat
umum
yang
bertujuan
untuk
memperbaiki kepercayaan diri ODHA dalam hal sosialisasi diri di masyarakat. Jika diambil kesimpulan setelah pada tahap awal YPI memberikan konseling dukungan, advokasi, bantuan nutrisi dan layanan kesehatan untuk memulihkan kondisi psikologis ODHA. d. Tahap Terminasi Pada tahapan ini peneliti mendapatkan gambaran dari manfaat suatu program dalam sebuah organisasi adalah tercapainya suatu tujuan ataupun target yang diharapkan dari adanya program tersebut. Di sini dari hasil temuan yang didapati oleh peneliti terkait proses terminasi pada program terapi kreatif ini meliputi beberapa aspek terkait pemberdayaan ODHA di YPI, antara lain aspek ekonomi, psikologis, dan sosial. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Sri Mayanti yang mengungkapkan, bahwa: 29
Wawancara dengan WN pada tanggal 4 Agustus 2011
71
“Dalam hal ekonomi ini terkait pendapatan atau penghasilan keluarga, jadi apa yag telah kita ajarkan mengenai keterampilan membuat aksesoris diharapkan ODHA dapat memasarkan hasil karya mereka. Dari sosialnya sendiri dalam hal penguatan diri, yang kami tekankan itu mereka kami rangkul, kita libatkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat terbuka atau umum, selain bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri disisi lain kami juga bangun kondisi psikologisnya dengan melibatkan ODHA untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan status yang baru.”30 Dalam penelitian yang peneliti lakukan mengenai tujuan program terapi kreatif yang berfokus pada ekonomi ODHA tidaklah berjalan dengan mulus. Hal ini dibenarkan oleh infoman WN yang menyatakan bahwa; “untuk pemasarannya masih belum luas, karena kita buat aksesoris ataupun handmade lainnya, dijualnya hanya kalau ada acara-acara tertentu aja, tidak setiap hari ada barang yang terjual, kita memang masih bingung dalam hal pemasarannya.”31 Untuk hal ini YPI melakukan berbagai pembenahan salah satunya dengan adanya bantuan pinjaman modal kepada ODHA untuk mengambangkan
usahanya, seperti
yang
dijelaskan oleh Ibu Sundari berikut ini, “ada peminjaman modal untuk pengembangan usaha mereka, tapi hal itu tidak berjalan mulus, karena dari saat kita melakukan survey lapangan, usahanya ada yan berjalan dengan baik ada pula yang tidak berhasil, hal ini dikarenakan manajemen pengelolaan modalnya masih kurang dikuasai oleh ODHAnya, dari sekitar 10 ODHA yang kita kasih pinjaman yang besarnya mencapai Rp. 1.200.000,- hanya 5% nya saja pinjaman yang kembali.”32
30
Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 Wawancara dengan Informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 32 Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 28 Juli 2011 31
72
Dalam hal psikologis dan sosial ODHA sebagai penerima manfaat dari program terapi menyulam bisa dibilang cukup baik dibandingkan dengan perbaikan kondisi ekonomi atau income generating yang bersifat kewirausahaan, hal tersebut seperti petikan wawancara dengan Ibu Sri Mayanti berikut ini: “Kalau saya kasih contoh kongkretnya, jika digambarkan itu ODHA yang datang kesini diibaratkan dengan gelas yang masih kosong karena status barunya sebagai ODHA. Kemudian mereka gabung dengan kita, mereka kita berikan konseling, motivasi, kita ikutkan dalam pelatihan-pelathan yang bekerjasama dengan LSM lain, ataupun share dengan ODHA lain pada akhirnya mereka secara bertahap mereka dapat membangun kepercayaan dirinya. Alhamdulillah sekarang ada ODHA yang menjadi trainer, konselor adiksi puskesmas, ataupun evaluator di PKBI.”33 Hal ini dibenarkan oleh informan WD, bahwa “sekarang gw jadi konselor adiksi di UPT puskesmas tanah abang dan di Salemba, hal ini gw peroleh dari manfaat aktif di YPI dan mngikuti kegiatan disana, salah satunya terapi menyulam, gw pernah jadi narasumber di Kolombo, Sri Langka pada 2007 untuk menjelaskan bagaimana program terapi kreatif ini membangun psikologis dan kondisi ODHA dengan statusnya yang baru.”34 Dalam hal income generating ODHA yang telah mengikuti terapi kreatif ini tidaklah berjalan dengan baik, YPI sendiri pernah memberikan pinjaman modal untuk namun hanya beberapa ODHA yang mampu mengambalikan modal pinjaman tersebut, hal itu disebabkan karena buruknya sistem 33 34
Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 Wawancara dengan Informan WD pada tanggal 5 Juli 2011
73
manajemen keuangan dalam mengatur modal usaha yang telah diberikan oleh YPI. Tahap terminasi ini adalah proses pemutusan relasi yang dilakukan oleh ohida kepada ODHA atas dasar tercapainya kebutuhan ataupun tecapainya tujuan yang diharapkan oleh kedua belah pihak. hal ini terbukti dengan adanya beberapa ODHA yang bekerja sebagai konselor adiksi di beberapa puskesmas di Jakarta, evaluator di sebuah LSM ataupun dikembalikan ke keluarganya (rujukan)
sebagai
bentuk disengagement antara Ohida dan ODHA. Dari proses tahapan pemberian terapi menyulam di atas di dapati beberapa temuan yakni, hasil yang berbeda dari dua informan yang dijadikan sumber data oleh peneliti, di sini proses terapi menyulam informan WN didapati tidak berjalan optimal karena mayoritas ODHA perempuan yang tergabung dalam kelompok terapinya, hal ini di siasati dengan diikutsertakannya
informan
WN
sebagai
narasumber
penyuluhan di Depok. Namun, hal tersebut tidaklah berjalan secara berlanjut karena kerjasama Dinkes Depok dan YPI hanya beberapa waktu saja. Penguatan diri yang dilakukan pada terapi menyulam ini adalah penguatan non verbal dengan pendekatan kegiatan yang menyenangkan, yakni terapi
74
menyulam dan kegiatan sebagai pembicara pada penyuluhan HIV/AIDS. Perbedaan pencapaian hasil adalah bentuk tidak optimalnya teknis pada saat pemberian terapi menyulam karena mayoritas di huni oleh ODHA perempuan, sedangkan WN merasa tidak fokus dalam berkomunikasi satu sama lain karena perbedaan tersebut.
B. Terapi Menari Sama halnya dengan terapi menyulam terapi ini dilakukan pada minggu pertama dan keempat setiap bulannya, dalam terapi ini diikuti oleh 4 orang ODHA dan seorang ohida sebagai therapist dan trainer. Penguatan yang dilakukan dalam terapi ini sama halnya dengan terapi menyulam yakni penguatan diri non verbal dengan pendekatan kegiatan yang menyenangkan. Tujuan dari terapi ini adalah membantu ODHA
meningkatkan
kepercayaan
diri
dan
mengembangkan
potensinya, namun juga dalam hal peningkatan pendapatan ODHA. Hal ini seperti di ungkapkan oleh Sdr. Ika berikut ini: “pada terapi ini para ODHA diberikan keterampilan menari yang betujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri ODHA yang tengah dilanda depresi, kita bantu dengan kegiatan-kegiatan bersifat massiv sehingga ODHA tidak memandang rendah diri mereka sendiri.”35
35
Wawancara dengan Sdri. Ika pada tanggal 11 Juli 2011
75
Berikut adalah tabel peserta terapi menyulam yang dilakukan oleh YPI: No
Nama Peserta Terapi Menari
Trainer
1
Informan P
Ika
2
Informan YL
Ika
3
Dian (bukan nama sebenarnya)
Ika
4
Desta (bukan nama sebenarnya)
Ika
Sumber : Arsip YPI Pada terapi menari ini informan P dan Informan YL menjadi sumber data yang
kasusnya akan menjabarkan tahapan proses
pemberian terapi menari di YPI dalam meningkatkan kepercayaan diri ODHA. Sebelumnya peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu latar belakang Informan P dan Informan YL.
1. Informan P & Riwayatnya Usia
: 33 tahun
Pekerjaan
: Trainer Dance For Life
Pendidikan
: SMEA
Gambaran Fisik
: Kulit sawo matang, berwajah bulat, tinggi sekitar
160 cm, berpakaian agak sedikit
glamour. Berperwakan gemuk dan pendek36.
36
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
76
Gambaran Psikis
: Informan terlihat cuek dan saklek dari segi bicaranya dan terdapat tahi
lalat di
dagunya37. a. Riwayat ODHA Informan P merupakan single parent dengan mempunyai 1 anak
yang
negatif
dari
virus
HIV/AIDS,
menurut
pengakuannya informan terkena HIV dari suaminya yang pecandu narkoba. Informan “P” mengetahui bahwa suaminya adalah mantan pecandu Putaw, P pernah memergoki suaminya sedang memakai barang tersebut. “udah tahu, orang pernah mergokin dia lagi make gitu, sampai yang ribut gitu, terus dipatah-patahin jarumnya, saya buang-buangin aja.”38 P menikah dengan suaminya setelah percaya suaminya berhenti sebagai pecandu setelah 5 tahun, lalu menikah pada tahun 2000 Setelah menikah dan mempunyai anak 1, setelah itu pada tahun 2007 sang suami lebih sering sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia setelah diketahui positif HIV. Menurut pengakuan informan kronologis semenjak 2006 sampai 2007 kondisi suaminya sudah mulai menurun drastis sampai akhirnya meninggal dunia. “nah tahun 2007 drop lagi, malah makin parah kondisinya makin buruk sampe yang gak bisa ngapa-ngapain, gak bisa makan, apa-apa ditempat tidur, itu belum tahu 37 38
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011 Wawancara dengan informan WD pada tanggal 13 Juli 2011
77
sakitnya apa karena diagnosa awal di-rontgen ada TB nya, tapi gak ada perbaikan setelah terapi TB selama 1 tahun setengah, akhirnya tahun 2007 bulan April ada dokter konseling di RS. Koja ditanya deh tuh latar belakangnya dan suami saya di tes darah juga, dan dikasih tahu bahwa suami saya terkena HIV, nah HIV itu tertular bisa lewat hubungan seksual, akhirnya saya dianjurkan tes darah untuk meyakinkan hasil diagnosa juga dan hasilnya positif.”39 Untuk informasi HIV sendiri P merasa sangat awam, dan tidak mengetahui HIV itu apa. Seperti tidak percaya dengan hasilnya karena menurutnya HIV itu hanya dapat diderita oleh orang-orang yang suka berhubungan seks secara ganti-ganti pasangan, seperti PSK ataupun homoseksual. “waktu itu saya awam banget HIV itu apa, yang saya tahu HIV itu diderita oleh PSK-PSK yang gitu deh, atau lakilaki yang suka “jajan” atau pun yang suka hubungan sesama jenis, sama sekali gak tahu kalau mantan junkies bisa kena HIV, bener-bener gak kefikiran kesitu.”40 Setelah hasil test darah tersebut Informan P juga harus menerima kenyataan bahwa dirinya positif HIV. Dan menurut pengakuannya kondisinya sangat rapuh pada saat itu. Pada saat suami dirawat kurang lebih 2 bulan kondisi ekonomi keluarga P tidak stabil, bahkan P sempat menjadi buruh di wilayah KBN cakung, Jakarta Timur. “semenjak suami sakit juga gak ada pemasukan sama sekali, saya sampe kerja sampai larut malem, jadi buruh pabrik borongan di KBN cakung itu saya ikut-ikut orang.”41
39 40 41
Wawancara dengan informan P pada tanggal 28 Juli 2011 Wawancara dengan informan P pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan informan P pada tanggal 28 Juli 2011
78
Untuk statusnya sebagai ODHA hingga saat ini yang bersangkutan masih menutupinya dimata masyarakat. Informan P mulai mencari informasi terkait HIV setelah dirinya mengetahui bahwa P positif HIV. Pertemuan dengan YPI bermula pada tahun 2004 melalui rekomendasi dokter di RS. Koja, Jakarta Utara. “saya kenal YPI dari dokter di Rs. Koja, kebetulan beliau mempunyai teman yang praktek di klinik YPI, jadi saya dirujuk kesana, di Rs. Koja itu kan belum ada perawatan untuk ODHA, bahkan ARV belum masuk kesana, jadi saya di rujuk lagi, saya juga bingung saat itu saya masih ODHA baru, saya bingung atas status baru saya, jadi saya diminta lagi untuk ke kebon baru, dimana tempat ada kelompok dukungan ODHA.”42 Saat ini untuk memenuhi kebutuhannya dan anaknya sambil mengikuti terapi kreatif di YPI informan mengikuti pelatihan konseling di FKM Universitas Indonesia, dan sekarang P menjadi seorang trainer dancing di LSM Syair yan bekerjasama dengan YPI. Menurut penuturannya menjadi trainer di dance for life adalah buah dari kegiatan yang telah diberikan oleh YPI, dimana setelah mengikuti kegiatan terapi kreatif informan P sering diikut sertakan dalam beberapa kegiatan yang dapat membantu
kondisi
psikologis
dan
sosialnya
sehingga
kepercayaan dirinya segera timbul. “iya inilah karena saya di YPI aktif, dilihat saya punya kemampuan dan pekerja keras lalu saya diikutsertakan pada 42
Wawancara dengan informan P pada tanggal 13 Juli 2011
79
pelatihan yang diadakan oleh Red Zebra yang dari Afrika pada tahun kemarin, untuk masalah penghasilan emang gak gede sih tapi lumayan buat anak-anak, incomenya itu sekitar Rp. 500.000,- per bulan.”43 Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan yakni, P adalah seorang single parent yang mempunyai satu orang anak yang tidak terinfeksi HIV/AIDS meskipun dirinya dan almarhum suaminya positif HIV/AIDS. P sendiri terkena HIV/AIDS pada tahun 2007 dari hubungan seksual dengan suaminya yang memang seorang mantan pecandu putaw, kondisi ekonomi rumah tangga P sempat menurun saat suaminya masuk rumah sakit dan pada akhirnya meninggal. Pada saat itu P sempat menjadi seorang buruh pabrik untuk menafkahi keluarganya, setelah suami meninggal P bersama ibunya membuka warung nasi di rumahnya sampai saat ini dan akhirnya P direkomendasikan oleh YPI untuk menjadi trainer dance for life yang bertujuan untuk kampanye penyuluhan HIV/AIDS di kalangan pelajar seluruh Indonesia.
2. Informan YL & Riwayatnya
43
Usia
: 37 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMEA
Wawancara dengan informan P pada tanggal 28 Juli 2011
80
Gambaran Fisik
: Kondisi Normal, dengan kulit sawo matang dan
rambut ikal, terlihat nampak lesu dan
kurus44. Gambaran Psikis
: ramah dan cukup terbuka kepada orang yang baru dikenalnya45.
a. Riwayat ODHA YL adalah seorang Ibu single parent yang mempunyai tiga orang anak, dan ketiganya negatif HIV. YL terkena HIV dari suaminya yang mantan pecandu. YL tidak mengetahui bahwa sang suami adalah seorang pecandu. “aku enggak tahu, jadi aku nikah udah 6 tahun sama dia enggak tahu kalau dia pernah pakai narkoba, tahu-tahunya itu dia itu ngedrop dan sakit, akhirnya tes darah pas itu ketahuan kalau dia HIV.”46 Dalam perjalanan hidupnya informan adalah lulusan SMEA di Jakarta pada tahun 1993 dan setelah lulus sempat bekerja di beberapa toko, pernah menjadi SPG dan sebagai buruh di pabrik, informan mengenal almarhum suaminya berawal saat pulang keja suka digoda oleh almarhum suaminya bersama teman-temannya. Berawal dari hal tersebut informan mengaku tidak lama kemudian
mengenal dan
menjadi
dekat, setelah lama
berpacaran selama 3 tahun pada 1998 mereka memutuskan 44
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
45
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011 Wawancara dengan informan YL pada tanggal 28 Juli 2011
46
81
untuk menikah. Pada saat pacaran YL tidak mengetahui sama sekali perilaku calon suaminya yang ternyata seorang pecandu karena kondisi suaminya di mata YL adalah pria yang baik. Dan akhirnya walaupun calon suami YL tidak mempunyai pekerjaan tetap keduanya tetap memutuskan untuk menikah. Menurut
pengakuan
informan
keluarganya
tidak
menyetujui pernikahannya, karena berbagai alasan, salah satunya adalah latar belakang keluarga suami dan pekerjaan suaminya. “kalau masalah latar belakang suami yang pecandu sih keluargaku belum tahu, saya aja tahunya setelah 6 tahun menikah tapi klo untuk latar belakang keluarga suamiku sih iya, itu yang jadi alasan dan karena saat itu juga suamiku belum ada penghasilan, sedangkan aku bekerja di pabrik.”47 Pada tahun 2003 saat kondisi YL positif HIV, YL mendapat perlakuan diskriminasi dari keluarga suaminya, menurut pengakuannya kurang lebih 1 tahun YL mendapat perlakuan yang tidak diinginkannya tersebut, selain itu dari keluarganya sendiri pun YL juga mendapat perlakuan yang berbeda semenjak YL memutuskan menikah tanpa restu orang tua dan terlebih lagi dirinya positif HIV yang tertular dari suaminya. “iya jujur aku dulu dapet perlakuan diskriminasi dari keluarga mertuaku saat mereka tahu aku positif HIV, padahal aku kena dari anaknya, bentuk diskriminasinya itu saat aku
47
Wawancara dengan informan YL pada tanggal 13 Juli 2011
82
masak, saudara-saudara suamiku gak ada yang mau makan masakan aku.”48 Mendapatkan perilaku diskriminasi terhadap dirinya dari keluarga mertua keluarga kandungnya membuat YL merasa tertekan dan depresi, namun hal yang sebaliknya pun terjadi saat sang suami meninggal dunia akibat infeksi virus HIV/AIDS
tersebut
ada
salah
seorang
salah
seorang
tetangganya malah memberikan dukungan kepada dirinya yang tengah rapuh. “aku bersyukur ada tetangga yang support aku walaupun keluargaku sendiri dan keluarga mertua sikapnya negatif terhadapku, beruntung aku tinggal di lingkungan yang bener-bener peduli sama aku.”49 Awal informan mengetahui YPI ini adalah dari lembaga yang bertempat di Jatinegara, informan dirujuk ke YPI karena ada program PMTCT yang diperuntukan khusus ibu yang tengah mengadung. “kalau di lembaga yang di Jatinegara hanya program pengobatannya saja, oleh karena itu saya dirujuk ke YPI untuk mendapatkan program PMTCT.”50 PMTCT adalah program pencegahan penularan HIV dari ibu ke Bayi, pada saat itu YL telah mengetahui bahwa dirinya positif HIV dan ingin memperkecil kemungkinan tertularnya virus tersebut ke anaknya.
48
Wawancara dengan informan YL pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 50 Wawancara dengan informan YL pada tanggal 28 Juli 2011 49
83
Pada tahun 2008 YL menikah lagi dengan seseorang yang juga positif HIV/AIDS, untuk memperbaiki kondisi ekonominya suami YL bekerja sebagai merchandiser di salah satu perusahaan telekomunikasi nasional.
3. Proses Pemberian Terapi Menari a. Tahapan Penelitian (study phase) Dalam pengamatan dan studi dokumentasi yang telah dilakukan oleh peneliti perihal tahapan penelitian (study phase) dalam kegiatan tersebut adalah bentuk konseling pertama kali yang dilakukan oleh pengurus/ohida yang akan menangani ODHA di YPI. Seperti yang telah diungkapakan Sdri Ika, bahwa: “awalnya kami menggali informasi seputar keseharian ODHA yang akan bergabung di YPI, dari sini kami mulai melakukan pendekatan secara individu dengan memberikan rasa aman kepada ODHA sehingga ODHA dapat secara gamblang cerita seputar hidupnya.”51 Hal ini juga diungkapkan oleh informan P “penerimaan awal di YPI itu welcome yah, jadi dulu saya dirujuk dai RS. Koja, Jakut. ke klinik YPI di Bukit duri, lalu saya dikonseling. Mereka menananyakan latar belakang saya kenapa menjadi ODHA. Respon mereka yang kekeluargaan saat berkomunikasi membuat saya nyaman untuk memilih YPI dalam mencari informasi dan pengobatan ARV saya.”52
51 52
Wawancara dengan Sdri. Ika pada tanggal 27 Juli 2011 Wawancara dengan informan P pada tanggal 13 Juli 2011
84
Sama halnya yang diungkapkan oleh informan YL “perlakuan diskriminasi yang aku terima dari keluarga suamiku itu membuat aku depresi, udah aku ditinggal suami (meninggal), eh aku malah di jauhin dikeluarga, beruntung ada tetangga yang support kepadaku yang memberitahu YPI ini, pertemuan pertama kali ,mereka menanyakan dengan rinci kenapa aku bisa terinfreksi HIV ini.”53 Dari hasil temuan diatas bahwa tahapan awal study phase ini ODHA di YPI dilaksanakan melalui pendekatan individu
dahulu untuk mengetahui faktor resiko individu
terinfeksi HIV/AIDS hal ini adalah penanganan pertama untuk melindungi ODHA dari depresi54. b. Tahap Pengkajian (Assesment Phase) Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti
setidaknya
memberikan
gambaran
mengenai
penggalian kebutuhan ODHA khususnya terapi menari yang dilakukan di YPI. Hal tersebut dijelaskan dalam petikan wawancara dengan ibu Sri Mayanti berikut ini, “Kalau untuk prosesnya sendiri itu memberikan pelayanan konseling secara kontinuitas untuk menggali kebutuhan yang diperlukan oleh ODHA, pada kasus ini karena banyak ODHA yang depresi karena ‘status baru’ mereka yang membuat mereka menutup diri mereka dari lingkungan luar.”55 Sama halnya yang dikatakan oleh Ibu Sundari, berikut ini, “Untuk hal ini kita berikan konseling 53
Wawancara dengan informan WD pada tanggal 13 Juli 2011 Observasi pada tanggal 55 Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 54
dukungan untuk
85
memahami kebutuhan-kebutuhan yang ODHA perlukan, banyak hal seperti pengobatan ARV, rujukan, Gizi untuk Anakanaknya selain terapi kreatif ini.”56 Begitupun dengan statment Informan YL, adalah, “dalam hal prosesnya ini lebih menekankan kepada penggalian kebutuhan, potensi ataupun bakat ODHA bisa dibilang pemberdayaan ODHA juga, dimana menurutku didalamnya terdapat pemberian edukasi, keterampilan yang melibatkan ODHA, ohida ataupun komunitas lain yang peduli kepada ODHA.”57 Proses assesmen ini sendiri pada dasarnya adalah penggalian
kebutuhan
yang
dilakukan
Ohida
dalam
memberikan pelayanan kepada ODHA di Yayasan Pelita Ilmu (YPI). Pada proses ini didapati kesamaan permasalahan beberapa ODHA yakni sikap menutup diri dari dunia luar, tidak percaya diri dan kurang bersosialisasi. Kesamaan permasalahan seperti ini yang melatarbelakangi adanya terapi menari di YPI ini c. Tahap Intervensi Dalam pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
jenis
terapi
ini
pada
dasarnya
dikembangkan
berdasarkan kebutuhan dari ODHA sebagai seorang klien. Dalam prosesnya terapi yang dikembangkan melakukan proses diskusi untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahan masalah, seperti yang telah diungkapakan informan YL,
56 57
Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 27 Juli 2011 Wawancara dengan Informan YL pada tanggal 28 Juli 2011
86
bahwa: “Terapi ini intinya menguatkan mental para ODHA, dengan pelatihan menari ini aku nantinya akan diikutsertakan dalam kampanye-kampanye penanggulangan HIV/AIDS, khususnya melalui tari-tarian, disini aku belajar modern dance dan tradisional yaitu tari jaipong.”58 Hal ini juga diungkapkan oleh informan P “terapi ini memunculkan kembali kepercayaan diri ODHA, dengan terapi ini saya merasa rileks, ternyata dengan mengikuti ini saya berfikir tadinya badan saya akan lemah namun ini tidak terjadi.pada saat saya menari modern dance dengan musilk yang cepat saya tidak merasakan lelah bahkan justru lebih bersemangat, karena baru pertama kali saya seperti ini.”59 Hal ini sependapat dengan petikan wawancara yang disampaikan Sdri. Ika “pada proses intervensi ini saya selaku instruktur mencoba meyakinkan kepada para ODHA bahwa apa yang akan kita jalani tidak berakibat pada kondisi fisik, namun justru menyehatkan badan. Dalam hal ini saya juga meminta kepada Prof. Djubairi untuk memberikan arahan agar tidak terlalu menguras fisik dalam menari.”60 Jadi, dari gambaran hasil temuan diatas dapat dikatakan bahwa jenis program terapi menari yang dilaksanakan oleh YPI adalah berupa pelatiahan menari daerah yakni jaipong dan modern dance, untuk lebih mandiri dan kuat secara mental bahwa ODHA layaknya orang normal dan tidak ada pebedaan sedikit pun dan berani beraktualisasi dengan lingkungan luar dan lingkungan yang telah mendiskrimnasinya. 58
Wawancara dengan informan YL pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan informan P pada tanggal 13 Juli 2011 60 Wawancara dengan Sdri. Ika pada tanggal 13 Juli 2011 59
87
Dukungan positif dari Ohida sebagai Caseworker akan dapat membantu berkembangnya kemampuan menentukan pilihan yang akan di alami oleh ODHA. Hal ini sejalan dengan prinsip dari Art Therapy sebagai prosedur desain untuk menguhubungkan individu dengan kondisi lingkungannya, sehingga individu (ODHA) tersebut menjadi mandiri atas dasar pilihan alternatif pemecahan masalah yang mereka pilih. d. Tahap Terminasi Di sini dari hasil temuan yang didapati oleh peneliti terkait proses terminasi pada program terapi menari ini meliputi beberapa aspek terkait pengembalian kepercayaan diri ODHA di YPI dalam hal psikologis, dan sosial. Hal ini dibenarkan oleh infoman YL yang menyatakan bahwa; “untuk program terapinya kan memang lebih kearah selain penguatan diri dalam aspek sosial dan psikologis ODHA, namun hal tersebut berjalan lancar, hanya psikologis dan sosial yang terbangun,.”61 Tahap terminasi ini adalah proses pemutusan relasi yang dilakukan oleh ohida kepada ODHA atas dasar tercapainya kebutuhan ataupun tecapainya tujuan yang diharapkan oleh kedua belah pihak. hal ini terbukti dengan adanya beberapa ODHA yang bekerja sebagai konselor adiksi di beberapa puskesmas di Jakarta, evaluator di sebuah LSM
61
Wawancara dengan Informan YL pada tanggal 13 Juli 2011
88
ataupun dikembalikan ke keluarganya (rujukan)
sebagai
bentuk disengagement antara Ohida dan ODHA. Dalam hal ini peneliti mendapati bahwa informan YL dikembalikan lagi ke keluarganya dan informan P didaulat menjadi instruktur dance untuk memimpin rekan-rekannya dalam mengkampanyekan HIV/AIDS. Seperti dalam petikan wawancara dengan informan P berikut ini: “setelah mengikuti terapi menari, saya terkadang share dengan instrukutur mengenai materi menari, dan senam pernafasan untuk merileks-kan kondisi fisik kita, oh iya mas, belum lama ini juga saya diberikan kesempatan untuk memimpin temen-temen ODHA yang lain untuk mengkampanyekan penanggulangan HIV/AIDS melalui taritarian. Alhamdulillah dari sini saya dapat menafkahi 1 anak saya dan saya pun telah mempunyai kekasih untuk pendamping hidup saya nantinya, insyaallah.”62 Hal ini juga diungkapkan oleh informan YL, “aku dikembalikan ke keluarga karena setelah mengikuti banyak kegiatan kampanye, relasiku terbangun dan akhirnya belum lama ini menikah dengan ODHA dari LSM lain, ya jikalau aku masih menutup diri mungkin hingga saat ini aku belum menikah dan bingung giamana menghidupi anakku, sekarang aku diminta jaga anak-anak, suamiku yang bekerja.”63 Pada tahap terminasi ini hasil yang didapati oleh informan YL dan P sesuai dengan yang diharapkan, mereka dapat kembali beraktifitas tanpa ada ketergantungan kepada ohida. YL di kembalikan kepada keluarganya, dan P menjadi
62 63
Wawancara dengan Informan P pada tanggal 13 Juli 2011 Wawancara dengan Informan YL pada tanggal 13 Juli 2011
89
salah seorang trainer Dance for life yang bekerjasama dengan LSM internasional untuk memerangi HIV/AIDS. Penguatan diri melalui kegiatan menyenangkan yang dilakukan dalam terapi menari ini berhasil karena kedua klien mendapatkan kepercayaan diri dan sesuai dengan yang diharapkan, dimana P dan YL terbukti mampu memperbaiki kondisi sosial nya dengan mampu menjalin relasi dengan lawan jenis. Khususnya P ia meneruskan menjadi seorang trainer di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) yang bekerjasama dengan LSM asing.
C. Manfaat yang Didapat Dari Pemberian Terapi Adapun hasil yang didapati dari pemberian terapi mnyulam dan menari yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu kepada ODHA meliputi
aspek
sosial,
psikologis
dan
ekonomi
yang
dapat
memperbaiki kondisi ODHA sehingga lebih baik dari sebelumnya. 1. Dukungan Sosial Dalam memulihkan kondisi sosial ODHA YPI memberikan beberapa kegiatan yakni konseling dukungan secara rutin pada setiap pertemuan, adapun pengurus juga melibatkan ODHA sebagai narasumber ataupun pembicara pada acara-acara yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Adapun dampak yang terlihat dari bentuk dukungan sosial antara lain:
90
a. ODHA menjadi lebih berani dalam beraktualisasi dengan lingkungan yang baru walaupun dengan status ODHA64; b. Dapat dipercaya jika diberikan tanggung jawab65; c. Sikap menjadi lebih kooperatif dan terbuka dengan orang lain66; d. Mudah dalam bekerjasama satu sama lain67; e. Mampu membangun kembali rumah tangga baru dengan sesama ODHA68.
2. Dukungan Psikologis Dalam dukungan psikologis yang diberikan oleh YPI, meliputi konseling dukungan, perlindungan ataupun advokasi, bantuan nutrisi untuk anak-anak ODHA yang terinfeksi HIV, memberikan akses rujukan dan bantuan obat ARV. Pemberian keterampilan dan edukasi pada program terapi menyulam. Adapun dampak yang terlihat dari bentuk dukungan psikologis antara lain: a.
ODHA menjadi lebih percaya diri;
b. Lebih memiliki semangat hidup; c. Lebih tenang dan bijak dalam menjalani hidupnya;
64
Hasil observasi pada tanggal 11 Juli 2011 Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 5 Juli 2011 66 Hasil observasi pada tanggal 15 Juni 2011 67 Hasil observasi pada tanggal 15 Juni 2011 68 Wawancara dengan informan YL pada tanggal 13 Juli 2011 65
91
3. Dukungan Ekonomi Dalam dukungan ekonomi YPI memberikan pinjaman bergulir berupa bantuan modal yang berjumlah 1,2 Juta kepada ODHA yang mengikuti program terapi menyulam, dalam peminjaman modal ini hanya ODHA yang dinilai aktif dan sudah lama di YPI yang diberikan pinjaman69. Adapun dampak dari hasil pinjaman dan pemberian program terapi menyulam dalam hal dukungan ekonomi adalah sebagai berikut: a. Dalam pengembangan modal usaha, tidak semua berhasil dalam
mengembangkan
usahanya,
hal
ini
dikarenakan
kemampuan manajemen yang kurang dari diri ODHA70; b. Kurangnya link pemasaran, karena dalam prosesnya penjualan hanya dilakukan jikalau ada momen tertentu atau acara tertentu71; c. Beberapa ODHA direkomendasikan untuk konselor adiksi dan trainer yang bekerjasama dengan puskesmas dan LSM lain72.
69
Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 5 Juli 2011 Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 5 Juli 2011 71 Wawancara dengan informan WN pada tanggal 4 Agustus 2011 72 Wawancara dengan informan WD pada tanggal 13 Juli 2011 70
92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang mengacu pada beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara umum program terapi kreatif yang dilakukan oleh YPI cukup segnifikan dalam membangun kepercayaan diri ODHA. Terapi tersebut melakukan penguatan diri dengan penguatan non verbal melalui pendekatan kegiatan yang menyenangkan yaitu: a. Terapi menyulam Terapi ini diikuti oleh 4 ODHA, sampel pada terapi ini adalah WD dan WN, teradapat hasil yang berbeda dalam pencapaian hasil akhir, WD dinilai cukup mampu mengikuti kegiatan tersebut, terbukti dengan dipercayannya WD menjadi pembicara pada pertemuan ODHA se-asia pasifik di Sri Lanka, sedangkan WN yang mempunyai masalah dengan sosialisasi kelompok terapi lebih diarahkan ke dalam kegiatan yang bersifat massiv dan tebuka.
93
b. Terapi menari Sama halnya dengan terapi menyulam, terapi ini diikuti oleh 4 orang ODHA yang semuanya berjenis kelamin wanita, hasil akhir yang dicapai cukup memuaskan karena P dan YL mampu kembali menjalin kerjasama bahkan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Khususnya YL menikah kembali dengan seorang ODHA yang telah bekerja sebagai merchanidiser disalah satu perusahaan asing. Sedangkan P berhasil menjadi pionir dari Yayasan Pelita Ilmu untuk mengkampanyekan penanggulangan HIV/AIDS melalui Dancing yang bekerjasama dengan LSM asing. 2. Hasil yang didapat ODHA setelah mengikuti terapi ini beragam, diantaranya ada yang dikembalikan ke keluarganya sebagai rujukan selanjutnya, selain itu ada yang menjadi trainer dance dan konselor adiksi di puskesmas yang menjadi mitra kerja YPI. B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran-saran yang akan disampaikan kepada Yayasan Pelita Ilmu, Tebet, Jakarta Selatan. Saran-saran tersebut antara lain adalah: 1. Perlu adanya tindak lanjut dari pemberian terapi menyulam khususnya dalam hal peningkatan ekonomi, selain pemberian pinjaman modal, YPI dapat bekerja sama dengan pihak lain guna memasarkan hasil karya para
94
ODHA. Sedangkan untuk terapi menari bisa diperdalam melalui kagiatankagiatan senam yoga untuk merilekskan kondisi fisik ODHA. 2. Untuk ODHA lebih proaktif lagi dalam mengikuti kegiatan yang diberikan ataupun yang diadakan oleh pihak YPI. Menyediakan sarana dan prasarana untuk anak-anak yang telah positif HIV/AIDS baik itu ruang bermain ataupun ruang belajar. 3. Meng-update secara berkala mengenai informasi di web YPI, karena untuk menciptakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung ataupun ODHA yang akan mencari informasi tentang HIV/AIDS di YPI. 4. Menjalankan kembali harian SUPPORT yang telah vaccum beberapa bulan. Dalam hal ini harian tersebut dapat menjadi sebuah wadah ataupun pengembangan keterampilan ODHA khususnya dalam bidang media informasi.
84
DAFTAR PUSAKA Buku: Baskoro Adi Prayitno, Bagaimana HIV Mengalahkan Sistem Kekebalan Tubuh (Sebuah Analisis Kritis terhadap artikel Nowak yang berjudul 'how HIV Defeat The Immune System) Bungin,Burhan 2005.Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media group Chaplin, JP. Penerjemah Kartini Psikologi.Jakarta: Rajawali Press
Kartono.
1981.
Kamus
Lengkap
Doerbakawadja, Soedarda. 1981. Ensiklopedi Pendidikan.Jakarta: PT. Gunung Agung Kasiram, Moh.2008. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Cetakan I, Malang: UIN-Malang Press Kulkul media HIV/AIDS dan Narkoba. Meretas Potret HIV dan AIDS di Bali. Edisi November 2008: KPA Provinsi Bali. Megasari, Pengaruh Program Sekolahku Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Penderita Kanker “Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta) Moleong, Lexy J.2007Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya Morrison, Media Penyiaran Strategi, Mengelola Radio dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Prakarsa) Cet. 1 h. Solihin, M. 2004. Terapi Sufistik. Bandung: CV. Pustaka Setia Subandi, M.A. 2001. Psikoterapi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Syafruddin Amir, HIV AIDS dalam Solusi Islam, Bandung: Idea Publishing Tim Penyusun, 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, Jakarta: Balai Pustaka Tim Penyusun. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI.Jakarta: Pusat Bahsa Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar.2008.Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara Warson Munawir, Ahmad.2002. Kamus Arab Indonesia Al Munawir.Surabaya: Pustaka Progresif
85
Wibowo, Hery. 2010. Psikologi Untuk Pengembangan Diri: Sebuah Kajian Aplikasi dari Ilmu Psikologi Untuk Optimalisasi Pengembangan Diri. Bandung: Widya Padjajaran Internet: http://www.tulane.edu http//spirita.or.id www.cicak.or.id http://www.YPI.or.id http// www.spiritia.or.id/Stats/Statistik.php
Pedoman Wawancara Informan Subyek
:
Usia
:
Pendidikan
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Topik
:
Hari/tgl
:
Tempat
:
No
Pertanyaan
1.
Ceritakan mengenai kronologis . latar belakang mas/mba menjadi seorang odha?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut? Kini setelah tahu, bagaimana perasaan mas/mba sendiri?
3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti apa?
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Jawaban
5.
Bagaimana respon keluarga dan masyarakat saat mengetahui kondisi mas/mba yang terinfeksi HIV/AIDS?apakah mas/mba sudah berani open status di lingkungan?
6.
Kapan mas/mba menikah? Dan berapa jumlah anak mas/mba, apakah anak mas/mba terinfeksi?
7.
Untuk penanganan kesehatan mas/mba ini, mba/mas itu dapat informasi tentang YPI dari mana?
8.
Tahun berapa mas/mba mulai bergabung dengan YPI ini?
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
apa tahapan 10. Seperti penerimaan awal yang diberikan YPI pada waktu itu kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus? 11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba? 12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu terapi kreatif, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut? 13. Apa alasan mas/mba mengikuti kegiatan terapi kreatif tersebut? 14. Dalam terapi kreatif ini, hal apa yang diberikan oleh pendamping (ohida) kepada
mas/mba? 15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam memberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus? pemberian 16. Selain keterampilan, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan? kirakira sudah berapa lama mas/mba mengikuti terapi kreatif ini? mas/mba sendiri 17. Tujuan mengikuti terapi ini apa sih? 18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini? 19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek
:P
Usia
: 32 tahun
Pendidikan
: SMK
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Trainer Dance for life
Topik
: Proses pemberian dan hasil terapi kreatif
Hari/tgl
: Kamis, 28 Juli 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang odha?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
Latar belakang dulu terinfeksi dari suami pada tahun 2007 dari suami yang mantan pecandu, setelah tujuh tahun saya menikah. Saya tahu suami saya seorang pecandu jadi dulu saya juga pernah mergokin saya buang-buangin aja jarumnya; kenapa saya juga mau dinikahin karena sama pecandu, ya waktu itu namanya anak muda kan ya, suami saya juga udah berhenti pas niat mau nikahin saya, memang gak langsung berhenti tapi bertahap berhenti jadi pecandunya; saya tahu terinfeksi itu pada tahun 2007, jadi pada tahun 2006 sampai awal 2007 suami saya jatuh sakit bolak balik kerumah sakit katanya tipes tapi ternyata ada TB nya, 1bulan setengah terapi TB tapi gak ada perubahan begitu aja malah makin buruk kondisinya, akhirnya april 2007 dikonseling di rumah sakit koja, terus tes darah akhirnya ketahuan positif. Saya juga dipanggil ke ruangan dokter, dan dijelaskan kalau latar belakang suami saya yang mantan pecandu itu menyebabkan terinfeksi HIV, dan HIV sendiri bisa menular melalui hubungan seksual; dan ibu yang tengah menyusui, saat itu saya diminta untuk melakukan tes darah, dan anak saya juga. Dan hasilnya saya positif anak saya negatif, saya shock banget saya kena HIV, udah gitu suami saya juga meninggal. Kondisi psikologis bener-bener depresi waktu itu mas.
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti
Saya gak tahu sama sekali soal penularan HIV sendiri, yang saya tahu kalau HIV/AIDS itu hanya tertular dari hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan kaya PSK atau yang homoseksual, sama sekali gak tahu kalau mantan pecandu bisa terkena HIV.ya saat saya tahu, saya depresi. Suami saya meninggal, saya positif HIV bener-bener saat itu deh. Kalau inget gak punya anak udah coba bunuh diri kali mas. Karena Kini setelah tahu, bagaimana waktu itu saya dirujuk ke klinik YPI oleh salah satu perasaan mas/mba sendiri? dokter di RS. Koja saya dapet konseling deh tuh, saya ikut gabung sama teman-teman odha di YPI, akhirnya saya juga bersyukur ternyata banyak diantaranya yang anaknya tertular HIV. Setelah suami saya meninggal say alebih rutin cari informasi gak Cuma dari YPI tapi LSM-LSM lain saya cari tahu giamana penanganannya, penyebarannya seperti apa. Keadaan ekonomi keluarga saat suami saya masih sehat mah terjamin mas, suami saya bekerja sebagai maintenance di bengkel ternama, samapai suatu saat dia ditawarin untuk keluar negeri tapi gak mau karena ada medical check-up, mungkin karena takut kali ya ketahuan mantan pecandu, berhentilah suami saya, itu
apa?
pas sebelum sakit tuh. Gak lama berhenti suami saya sakit sampai akhirnya meninggal saya pernah ikut orang jadi buruh kerja borongan di KBN cakung. Setelah suami meninggal itu saya sama ibu saya bikin usaha makanan, tiap pagi saya sama ibu saya jualan nasi uduk dirumah.
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Berbalik 180º Depresi mas, saya sempet gak mau ketemu sama siapa-siapa dulu sampe saya benerbener ngerasa siap nerima semuanya, pelan-pelan setelah gabung di YPI ikut terapi kreatif, dapet konseling dukungan saya mulai berani buat sosialisasi lagi, pernah saya testimoni di acara empat mata, cerita tentang kehidupan saya yang berstatus odha. Tapi untuk sekarang saya sudah berani untuk berhubungan dengan orang lain, saya punya seseorang yang bisa dibilang pacar mas, yah masih calon untuk gantiin ayahnya anak saya nanti.
5.
Bagaimana respon keluarga dan masyarakat saat mengetahui kondisi mas/mba yang terinfeksi HIV/AIDS?apakah mas/mba sudah berani open status di lingkungan?
Saya masih close status karena alasan keluarga besar saya, ayah saya kan agamis pula, jadi kalau saya open status dilingkungan gak enak nantinya sama keluarga saya, saat suami saya meninggal aja gak ada yang tahu, tahu-tahu saya udah sendiri. Kalau keluarga memang saat di konseling itu sudah dikasih tahu, bahwa saya juga terinfeksi, respon mereka sih biasa saja Cuma memang lebih merhatiin saya lagi, kalau di keluarga juga ada kakak saya yang terkena HIV namun beliau gak mau terbuka. Sudah 3 tahun gak bisa apa-apa sekarang.
6.
Kapan mas/mba menikah? Dan berapa jumlah anak mas/mba, apakah anak mas/mba terinfeksi?
Saya menikah tahun 2000, mempunyai anak 1 saat ini berumur 9 tahun, pada 200 saya ketahuan terinfeksi oleh virus HIV ini. Dan alhamdulillah anak saya negatif.
7.
Untuk penanganan kesehatan mas/mba ini, mba/mas itu dapat informasi tentang YPI dari mana?
saya kenal YPI dari dokter di Rs. Koja, kebetulan beliau mempunyai teman yang praktek di klinik YPI, jadi saya dirujuk kesana, di Rs. Koja itu kan belum ada perawatan untuk odha, bahkan ARV belum masuk kesana, jadi saya di rujuk lagi, saya juga bingung saat itu saya masih odha baru, saya bingung atas status baru saya, jadi saya diminta lagi untuk ke kebon baru, dimana tempat ada kelompok dukungan odha.
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Pada tahun 2004 bergabung dengan YPI ini?
9.
Apa alasan mba/mas memilih Buat saya YPI merupakan rumah kedua ya, tadi mas YPI? bagaimana kondisi lihat sendiri saya dateng masuk ya masuk aja, mau
psikologis waktu itu?
mas/mba
pada makan tinggal ambil aja. Memang di YPI ini welcome sekali, jadi saya merasa nyaman kalau lagi datang kesini juga. Dulu itu dianjurkan juga saya ke YPI dulu karena ada TOP support nya, jadi kelompok dukungan odha-odha seperti saya.
apa tahapan 10. Seperti penerimaan awal yang diberikan YPI pada waktu itu kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus?
Kalau di YPI lain dari yang lain, jangan disebutkan LSM lain ya, kalau di YPI itu seperti rumah kedua saya merasa nyaman. Kalau di klinik YPI itu respon mereka itu juga udah kaya keluarga. Syarat-syarat khusus gak ada, tapi kalau di klinik itu ada riwayat saya, identitas saya ada juga.
11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba?
Ada, tahun lalu sehabis lebaran banget itu saya ditelfon diikutsertakan sebagai salah satu trainer bersama red zebra yang dari afrika itu, LSM yang juga fokus ke masalah AIDS pada remaja. Saya menjadi trainer dance itu untuk anak-anak remaja di daerah sekaligus penyuluhan soal HIV/AIDS.
12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu terapi kreatif, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut?
Prosesnya itu pemberian bekal keterampilan membuat aksesoris, disamping itu juga ada pembekalan oleh pengurus-pengurus ataupun ohida disini kepada kami para odha.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti Yang awalnya tadi yah, karena saya seorang single kegiatan terapi kreatif tersebut? parent, gak punya pekerjaan saya mencari kesibukan deh disini sekaligus ketemu teman-teman odha lainnya juga, kita share perlahan kondisi mental saya kuat lagi, ditambah perhatian dari YPI lagi kepada saya yang odha ini menjadikan saya gak berjalan sendiri. Tapi banyak yang mendukung saya terutama di luar lingkungan kelaurga. 14. Dalam terapi kreatif ini, hal apa yang diberikan oleh pendamping (ohida) kepada mas/mba?
Banyak hal mas, dari pembekalan diri dengan motivasi-motivasi, ada pemberian keterampilan, ada juga tentang kesehatan saya, bagaimana cara mengatur konsumsi ARV saat memasuki bulan puasa.
15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam meberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Tidak ada perbedaan, mereka tidak menganggap kita odha itu yang saya rasakan, hanya awal-awal saja mereka menanyakan latar belakang saya terinfeksi HIV, nah kesini-sininya gak pernah nyinggungnyinggung status, paling mereka(ohida) menanyakan keadaan kesehatan, gimana ARV nya CD4 nya berapa. Kita ketawa bareng makan bareng gak ada kok.
pemberian 16. Selain keterampilan, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan?kirakira sudah berapa lama mas/mba mengikuti terapi kreatif ini?
Selain keterampilan membuat aksesoris atau hiasanhiasan kecil, membuat kue nanti hasilnya kita jual, lumayan hasilnya buat kas kita kalau-kalau ada odha yang kenapa-kenapa. Perhatian mereka pun intens, kan mereka tahu kalau saya perokok sampai sekarang pun masih, saya dinasihatin terus sampai saya jera saya gak negrokok didepan teman-teman ohida, dan frekuensi rokok saya pun sekarang agak berkurang yang tadinya 1 bugkus dalam satu hari, bisa hanya 1 hari setengah aja. Saya ikut terapi sejak 2008 di YPI ini.
mas/mba sendiri Perhatian mas, itu semenjak suami saya meninggal 17. Tujuan berasa sepinya mas, tadinya saya ada tempat cerita mengikuti terapi ini apa sih? share saat ini gak ada, saya sempet nulis di buku diary cerita-cerita saya yang panjang-panjang. Selain itu juga berbagi pengalaman hidup sama teman-teman odha yang lain. 18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini?
Ada, kalau dari sosialnya alhamdulillah saya sekarang berhubungan khusus dengan seorang laki-laki, iya walaupun dia belum tahu status saya namun pelanpelan saya bisa kasih tahu, psikologisnya sendiri saya menjadi lebih percaya diri dari sebelumnya, sempet saya gak berani nyekolahin anak saya, karena dalam fikiran saya, saya AIDS sebentar lagi juga mati. Heemm,, bener-bener deh mas kalau waktu itu depresinya gimana, ekonominya saya jadi konselor adiksi di puskesmas juga sama seperti WD disamping itu saya juga aktif sebagai trainer di Dance For life.
19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Respon keluarga sih lebih perhatian sekarang apalagi saya single parent, ekonomi saya juga diperhatiin sama keluarga saya, terus kesehatan saya sama anak saya seperti itu.
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek
: YL
Usia
: 37 tahun
Pendidikan
: SMEA
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Topik
: Proses pemberian dan hasil terapi kreatif
Hari/tgl
: Kamis, 28 Juli 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang odha?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
Terinfeksi tahun 2003, karena tertular dari suami yang pecandu, jadi aku nikah udah 6 tahun jadi gak tahu kalau dulu dia pernah pakai narkoba, dirumah itu gak pernah kelihatan makai, saat pacaran pun aku kan cukup lama kan 3 tahun itu aku gak tahu, jadi setelah suami sakit cukup lama waktu itu 1 bulan, akhirnya aku bawa kerumah sakit. Saat sakit itu tes darah dan suami aku pun mengakui kalau memang dia dulunya itu seorang pecandu. Waktu itu aku juga ngerasa dibohongin sama suami aku, tapi aku mau marahmarah atahu ngomel juga kondisi suami aku saat itu lagi bener-bener drop, aku kecewa juga sebenernya. Aku juga jadi terinfeksi virus HIV ini; kalau masalah latar belakang suami yang pecandu sih keluargaku belum tahu, aku aja tahunya setelah 6 tahun menikah tapi klo untuk latar belakang keluarga suamiku sih iya, itu yang jadi alasan dan karena saat itu juga suamiku belum ada penghasilan, sedangkan aku bekerja di pabrik.
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
Bener-bener gak tahu mas, aku tahu nya yah pas suami aku positif HIV ini baru aku aktif cari-cari info di LSM kebetulan akunya sendiri juga terinfeksi, jadi jaga-jaga diri juga kan. Dulu itu aku kecewa juga sama suami aku, aku terinfeksi HIV ini, sekarang aku udah mulai bagkit lagi. Sedih sih masih Cuma alhamdulillahnya anak aku negatif HIV semua.
Kini setelah tahu, bagaimana perasaan mas/mba sendiri? 3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti apa?
Keadaan ekonomi saat aku sebelum menikah itu kan , aku yang bekerja sampai saat aku menikah pun aku masih bekerja, hamil anak pertama aku mulai gak kerja waktu itu, suami aku memang gak punya pekerjaan pada waktu itu, uang dikirimin sama orang tua suami aku tiap bulan.
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Waktu itu aku depresi, apalagi aku dapet diskriminasi dari keluarga suamiku, dari situ aku ngerasa gak berguna aja dalam hidup, untungnya ada tetanggaku yang peduli, jadi dia yang nemenin aku cari informasi HIV, cari LSM ketemu lah yang di Jatinegara, namun pada akhirnyaaku dirujuk keYPI ini.
5.
Bagaimana respon dan masyarakat mengetahui kondisi yang HIV/AIDS?apakah
Waktu dulu aku dapet perlakuan diskriminasi dari keluarga mertuaku saat mereka tahu aku positif HIV, padahal aku kena dari anaknya, bentuk diskriminasinya itu saat aku masak, saudara-saudara suamiku gak ada yang mau makan masakan aku.
keluarga saat mas/mba terinfeksi mas/mba
sudah berani open status di Tapiaku bersyukur ada tetangga yang support aku lingkungan? walaupun keluargaku sendiri dan keluarga mertua sikapnya negatif terhadapku, beruntung aku tinggal di lingkungan yang bener-bener peduli sama aku, dari kelaurga itu waktu aku mau menikah sama suami aku memang gak direstui, karena latar belakang keluarga suamiku itu, ditambah lagi suamiku saat itu tidak bekerja, tapi kami tetep memutuskan untuk menikah karena namanya cinta mas. 6.
Kapan mas/mba menikah? Dan Aku menikah itu tahun 1998, setelah lulus SMEA berapa jumlah anak mas/mba, tahun 1993 aku bekerja di SPG, di Pabrik. Anak aku 2 apakah anak mas/mba dan dua-duanya itu negatif HIV. terinfeksi?
7.
Untuk penanganan kesehatan kalau di lembaga yang di Jatinegara hanya program mas/mba ini, mba/mas itu pengobatannya saja, oleh karena itu aku dirujuk ke dapat informasi tentang YPI YPI untuk mendapatkan program PMTCT. dari mana?
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Aku dari tahun 2004 sudah bergabung sama YPI ini, bergabung dengan YPI ini? setelah 1 tahun aku tahu kalau positif, aku memuutuskan untuk rutin datang ke YPI, karena ada program dukungan sebayanya juga disini.
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
Saat itu aku yang awam soal HIV masih mencari informasi mengenai HIV/AIDS ini, dan di YPI ini aku menemukannya, mulai dari penanganan kesehatan secara fisik sampai psikologisnya di sini ada.
apa tahapan Tahap awal aku diberikan konseling untuk 10. Seperti penerimaan awal yang mengetahui latar belakang gimana aku positif HIV diberikan YPI pada waktu itu ini. kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus? 11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba?
Aku diberikan konseling dukungan secara rutin karena memang kondisi psikologis aku waktu itu sedang depresi berat. aku gak mau keluar rumah, anak juga gak ke urus pada waktu itu. Kegiatan lain itu terapi kreatif dan pendampingan-pendampingan kepada odha baru dan aku pernah ikut juga home visit hospital, untuk mendukung seseorang yang baru divonis HIV, saat itu saya mengunjungi WD di RSCM bareng-bareng sama Mba Sundari.
12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu terapi kreatif, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan
Iya aku ikut dari tahun 2004, Kalau disini itu kan program terapi itu yang dibuat sesuai dengan kebutuhan kita sebagai odha, untuk pemulihan kondisi psikologis pelan-pelan kepercayaan diri kita dibangun lewat motivasi-motivasi ataupun pemberian keterampilan yang hasilnya bisa dijual. Kita lebih
tersebut?
pede kalau ternyata odha bisa menghasilkan dan bahkan karyanya bisa lebih baik dari manusia normal.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti Cari tempat untuk berbagi ya mas, karena aku kan kegiatan terapi kreatif tersebut? sendiri, sama keluarga juga jauh, sama keluarga mertua masih suka didiskriminasi jadinya aku ke YPI, disini ada dukungan sebaya, ada konseling yang paling tidak sedikit bisa memulihkan kondisi psikologis aku. 14. Dalam terapi kreatif ini, hal apa yang diberikan oleh pendamping (ohida) kepada mas/mba?
Motivasi mas banyak diberikan pada saat konseling, kumpul-kumpul sama odha, karena kan perbedannya hanya ada virus dan enggaknya saja dengan orang normal.
15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam meberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Mereka para ohida proaktif mas sama odha, kebutuhan apa yang odha perlukan diusahakan oleh mereka, salah satunya rutin setiap minggu keempat ada acara dukungan nutrisi, yaitu pemberian susu, ataupun keperluan gizi untuk anak-anak yang positif HIV/AIDS.
pemberian 16. Selain keterampilan, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan?kirakira sudah berapa lama mas/mba mengikuti terapi kreatif ini?
Dari tahun 2004 yah terus sampai 2009, karena 2009 aku hamil ngurusin anak, baru aktif lai akhir-akhir ini mas, selain keterampilan aku pernah mengikuti terapi menari, membuat kue, ataupun belajar pengobatan alternatif (akupuntur).
mas/mba sendiri Karena aku single parent, pekerjaan tidak ada, jadi 17. Tujuan pemasukan kangak ada mas, jadi aku ikut itu mengikuti terapi ini apa sih? maksudnya untuk nambah penghasilan juga, karena karya-karya yang aku buat itu kan dijual, aku bisa jual langsung ke orang-orang terdekat, atau dititipin. Selain itu juga aku kan dapet pinjaman modal dariYPI, aku gunain untuk buka usaha kecil-kecilan dirumah, tapi yah gak semulus yang dibayangkan mas, hehe usahaku tersndat-sendat, kadang makanan yang dijual dimakan sendiri, jadi perputaran modalnya gak ada. 18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini?
Manfaat ekonomi aku fikir kalau aku lebih bisa mengatur keuangan saat diberikan pinjaman usahaku bisa maju mas, dari sini aku juga bisa bersosialisasi lagi dengan lawan jenis, alhasilaku tahun 2008 menikah lagi, hhehe. Yang aku rasakan sekarang cukup bahagia, karena untuk menghidupi anak-anak aku suami aku yang sekarang bekerja sebagai
merchandiser di salah satu perusahaan telekomunikasi nasional. 19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Respon keluarga semakin baik, kan saat aku gak direstuin aku nikah, aku coba hubungin kelaurga aku lagi, alhamdulillah walaupun masih agak sedikit cuek tapi aku suka ditanyain perihal kesehatanku, kan aku juga kasih tahu kalau anak-anakku itu kan negatif. Kalau lingkungan aku masih close status mas, masih belum berani karena aku fikir penyuluhan tentang informasi HIV masih kurang.
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek
: WD
Usia
: 33 tahun
Pendidikan
: SMK
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Konselor Adiksi Puskesmas Tn. Abang
Topik
: Proses pemberian dan hasil terapi kreatif
Hari/tgl
: Kamis, 28 Juli 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang odha?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
gw kena hiv/aids itu gara-gara pemakaian jarum suntik gantian ma suami gw, tapi sekarang laki gw udah almarhum dari 2004, Kalau gw tahun 2000 sudah gak jadi pemakai lagi, karena waktu itu gw hamil, tp suami gw masih jadi pemakai, dia benerbener berhenti pas tahun 2002, dan tahun 2003 gw punya anak kedua semenjak itu suami gw berhenti candu putawnya dan beralih ke ganja-ganja aja. Tahun 2005 1 tahun setelah suami gw meninggal gw sakit, cukup lama itu bolak-balik masuk rumah sakit akhirnya gw divonis kena TB, dan itu jadi gejala awal udah ada virus HIV dalam tubuh gw, udah gitu gw sadar selama gw hamil sampai melahirkan itu, gw sariawan gak sembuh-sembuh, udah kering, nanti ada lagi ditempat lain sampai bentuknya pun gede banget sariawannya, itu juga mungkin jadi gejala awal gw HIV. Gw jadi pecandu saat kenal suami gw tahun 1994, lulus SMK waktu itu. kita berdua make bareng, share jarum suntik bareng, pedaw juga barengbareng. Nah dari situ ge ngerasa sama suami gw cocok kan, sampai akhirnya kita nikah.
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
Tahun 1994 sama sekali gak tahu apa itu HIV/AIDS sendiri, yang gw tahu itu HIV t\itu kan dulu digambarin dengan tengkorak yang berdarah-darah. Dan yang ge tahu juga HIV biasanya hanya diderita sama orang-orang homo, atau PSK yang suka berhbungan seks dengan banyak laki-laki.
3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti apa?
Keadaan ekonomi gak terlalu terpengaruh yah kan gw dari dulu itu dibantu sama keluarga, baik keluarga gw maupun keluarga suami gw, walaupun suami gw udah kerja waktu itu.
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Kondisi psikologis gw gak terlalu cemas, justru gw cemasnya karena ga punya TB bukan HIV, jujur aja kalau masalah HIV/AIDS gw gak ngerti apa-apa, nah kalau TB, itu ge takut kenapa-kenapa paru-paru gw. Sosialnya juga gw pas sakit gak bisa keman-mana drop mpe badan gw kurus karena TB juga yang gw
Dulu sih cuek yah namun setelah kondisi semakin Kini setelah tahu, bagaimana drop, badan juga kurus kering gw baru deh nyadar lama-lama gw bisa mati kalau kaya gini, akhirnya gw perasaan mas/mba sendiri? minta tolong cariin info sama nyokap gw, dan kebetulan tim odha dari YPI jengukin gw di RSCM kaya semacem kasih dukungan buat gw.
punya, pokoknya dari sosialisasi keluar gak bisa keman-mana gw, hanya di tempat tidur doang. 5.
Bagaimana respon keluarga dan masyarakat saat mengetahui kondisi mas/mba yang terinfeksi HIV/AIDS?apakah mas/mba sudah berani open status di lingkungan?
6.
Kapan mas/mba menikah? Dan Gw nikah kan tahun 1996, anak gw sekarang ada 2 berapa jumlah anak mas/mba, alhamdulillah dua-duanya itu negatif. apakah anak mas/mba terinfeksi?
7.
Untuk penanganan kesehatan mas/mba ini, mba/mas itu dapat informasi tentang YPI dari mana?
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Tahun 2006 setelah sekitar 1 tahun sakit-sakitan sampe kondisi kurus bener, gw gabung ke YPI sering bergabung dengan YPI ini? ke klinik YPI supaya dapet konseling dan diskusi ARV juga.
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
Pada dasarnya perhatian mereka yang pertama dateng ke RSCM jenguk gw, berawal dari situ gw ngerasa ada yah gitu orang lain yang gak kenal dateng kasih dukungan ngajak bergabung juga, disamping itu kan gw masih gak ngerti apa itu HIV, gw cari informasi ke YPI nya jadinya.
apa tahapan 10. Seperti penerimaan awal yang diberikan YPI pada waktu itu kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus?
Penerimaannya biasa aja, mungkin karena gw awalnya dikunjungin waktu dirumah sakit kali yah, setelah agak mendingan dah bisa bangun, gw ke klinik YPI dapet konseling, ditanya-tanya latar belakang gw HIV itu kenapa. Syarat khususnya harus HIV dulu baru dapet konseling.hehehe
11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba?
Kegiatan terapi kreatif yang gw ikutin, dan gw pernah persentasi di Kolombo, Sri Lanka untuk mendeskripsikan kegiatan terapi ini dan hasil-hasil yang duah gw bawa; waktu itu acara dari LSM-LSM dalam dan luar negeri yang bekerja sama dalam pencegahan HIV/AIDS dan odha, dari YPI ada gw sama teman gw yang jadi perwakilan.
dilingkungan rumah gw gak open status karena kan gak enak sama keluarga, kalau dikeluarga responnya itu juga tanggap, karena sebelumnya ada 4 orang sepupu gw terkena HIV/AIDS juga, jadi mungkin keluarga lebih punya persiapan dan dari penanganannya bisa saling share juga.
Dari YPI itu karena dulu mba Sundari dan YL itu ngunjungin gw di RSCM kasih dukungan buat gw, ditanya CD4 gw berapa, padahal gw gak ngerti, sampai akhirnya gw dikasih kartu nama dan alamat YPI juga. Kontak kami berlanjut mba sundari dan 2 orang teman odha dateng juga kerumah gw jengukin dan kasih dukungan buat gw.
12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu terapi kreatif, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut?
Iya gw ikut kok kegiatan itu, prosesnya kita diberikan pelatihan keterampilan yang diberikan oleh mahasiswa yang sedang magang atau penelitian, dari pengurusnya sendiri juga.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti gunanya selain untuk nambah kepercayaan diri, kegiatan terapi kreatif tersebut? nambah penghasilan juga kali ya, kan kebanyakan odhanya itu gak bekerja. Mereka takut statusnya ketahuan jadi gak bekerja, atau ada pula yang orang tua tunggal, suaminya meninggal kaya gw. 14. Dalam terapi kreatif ini, hal Ya itu pelatihan keterampilan kaya membuat apa yang diberikan oleh aksesoris, membuat kue, menari juga pernah. pendamping (ohida) kepada mas/mba? 15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam meberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Mereka peduli banget sama kita (odha), kalau perlakuan khusus ya gak ada sama aja semua disini, gw juga gak berasa kaya seorang odha lama-lama karena mereka juga menghargai perasaan gw.
pemberian 16. Selain keterampilan, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan?kirakira sudah berapa lama mas/mba mengikuti terapi kreatif ini?
Gw ikut terapi dari 2006 kalau gak salah, yah selain ada pelatihan keterampilan, YPI mengajak kita ke acara-acara diluar yang sifatnya umum, kemarin juga pernah jadi narasumber waktu penyuluhan di Sawangan Depok.
mas/mba sendiri Tempat kedua gw selain dirumah kali yah, di sini bisa 17. Tujuan kumpul, tuker pikiran sesama odha, karena mengikuti terapi ini apa sih? kebanyakan nasibnya kaya gw yang single parent juga. 18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini?
Hasilnya sekarang gw jadi konselor adiksi di puskesmas untuk program metadon dan HR (Harm Reduction), berawal dari aktif di YPI juga, ikut terapi kreatif, punya banyak teman dan jaringan juga.
19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba
Keluarga pastinya lebih memperhatikan dong, anak gw dua, gak punya suami juga gw udah gak ada. Dari kesehatan mereka lebih perhatian dari sebelumnya. Kalau untuk lingkungan sekitar norma-normal aja karena gw juga kan close status jadi jangan ada yang
sendiri?
tahu deh, cukup keluarga aja dulu.
Transkip Wawancara Nama Informan Topik Wawancara Tempat Wawancara Hari/tgl Wawancara No
1
Pertanyaan
: Ibu Sri Mayanti/ Manajer Program Sanggar Kerja YPI : Proses dan manfaat program pemberian terapi kreatif : Ruang kerja Ibu Sri Mayanti, Kbn. Baru, Jak-Sel : Rabu, 27 Juli 2011 Jawaban
Bagaimana proses tahapan awal odha Penerimaannya, kami tidak mempersulit di Yayasan Pelita Ilmu, bentuk teman-teman odha yang mau bergabung perekrutannya seperti apa? disini, artinya dia jelas positif HIV. Pada tahap awal ini kami pasti memberikan beberapa pertanyaan mengenai latar belakang terinfeksi HIV perilaku resikonya apa, apakah pecandu ataupun seorang freesex hal inibertujuan untuk mebentuk relasi kepada ODHA yang datang kesini. ODHA yang ada di YPI ini berasal dari rujukan beberapa rumah sakit, dari RSCM, Fatmawati, RSPI, dan RSPAD atau dari teman-teman LSM lain, yang sebelumnya telah datang ke klinik YPI untuk mendapatkan perhatian ataupun informasi HIV. Kalau untuk prosesnya sendiri itu memberikan pelayanan konseling secara kontinuitas untuk menggali kebutuhan yang diperlukan oleh ODHA, pada kasus ini karena banyak ODHA yang depresi karena ‘status baru’ mereka yang membuat mereka menutup diri mereka dari lingkungan luar. Perekrutannya, kalau disini kami tidak seterusnya jemput bola, ada odha yang datang kesini, biasanya dari rujukan beberapa rumah sakit, dari RSCM, Fatmawati, RSPI, dan RSPAD atau dari teman-teman LSM lain. Kami juga mengadakan kunjungan rumah sakit untuk sekiranya men-support pasien HIV, dari sana banyak odha yang datang setelah kami melakukan kunjungan rumah sakit tersebut.
2
Apakah ada SOP pelayanan/perawatan Secara tertulis kami tidak ada, kami hanya mengkombinasikan ataupun mengadaptasi odha disini? bentuk pelayanan sosial yang menjadi acuan bagi kelompok dukungan odha. Tapi kalau ada odha yang ingin menginap kami ada bentuk pernyataan ataupun kriterianya.
Dalam hal pelayanan sendiri kami juga melibatkan odha yang terdahulu/sudah lama di YPI untuk menjadi buddies services atau pendamping bagi odha baru, hal ini pun hanya berdasarkan kesediaan apakah mau aktif dalam kegiatan YPI dan itu pun tidak secara tertulis.
3
Adakah kriteria khusus terhadap odha Kami mengadakan program ini berdasarkan yang akan menerima program terapi kebutuhan mereka bukan atas dasar kemauan dari pengurus sendiri, kami tidak mau kreatif ini? membuat suatu aktifitas tapi temen-temen odha itu tidak merespon. Kriteria secara khusus kami tidak ada, artinya kalau dia mau, dan tidak neko-neko kami pasti fasilitasin baik materi maupun immateri.
4
Siapakah sasaran khusus ini?
program
terapi Kalau sasaran dari program ini, cenderung pada odha perempuan karena sebagian besar odha perempuan banyak yang single parent, jadi, kami berikan program terapi ini untuk mengedukasi dalam hal keterampilan dan secara perlahan kami bangun kembali pribadi mereka sehingga menjadi lebih kuat dan percaya diri. Namun kami juga tidak menutup kesempatan apabila ada odha lakilaki yang mau ikut kegiatan ini. Kalau untuk odha laki-lakinya kami alihkan ke kegiatan lain, ada pendampingan odha dirumah sakit ataupun pendampingan odha dirumah. Ataupun layanan buddies.
5
Apa yang melatarbelakangi adanya Yang melatarbelakangi adanya program terapi kreatif ini, berawal dari berdirinya Top program terapi kreatif ini? Support pada tahun 2004, jadi pada saat mereka kumpul-kumpul tercetuslah program tersebut, atau biasa kami sebut pertemuan perempuan. Awalnya mungkin hanya ingin kumpul dan share sesama teman odha, bagibagi pengalaman dari yang senasib dan sepenanggungan. Awalnya begitu sih. Namun berlanjut karena kebanyakan odha perempuan, single parent dan dalam kondisi finansial terganggu, jadi kami bermaksud memberdayakan odha tersebut lewat terapi ini. Yang kita utamakan itu psikologis, sosial dan ekonomi odha.
6
Bagaimana proses pemberian program Kalau untuk prosesnya sendiri itu terapi kreatif ini kepada odha? memberikan pelayanan konseling secara kontinuitas untuk memnggali kebutuhan yang diperlukan oleh ODHA, pada saat ditemukan kesamaan antara ODHA WD dan WN mengenai masalah mata pencaharian mereka oleh sebab itu disini diberikan alternative terapi menyulam sebagai upaya untuk menguatkan diri mereka dalam hal pendapatan.
7
Jenis keterampilan apa saja yang Jenisnya itu bertahap, pernah ada salah saeorang mahasiswa China dan Nigeria yang diberikan dalam terapi kreatif ini? magang disini mereka mengajarkan langsung bahasa inggris kepada para odha, adapun dalam pemberian keterampilannya kami mengadakan kegiatan dancing, menyulam, membuat aksesoris yang nantinya akan dipasarkan ataupun dipamerkan dalam setiap acara yang diselenggarakan YPI ataupun pihak lain terkait pemberdayaan odha.
8
Hal apa saja yang ditanamkan dalam pemberian terapi kreatif ini yang selain keterampilan terkait penguatan diri, mental odha tersebut?
Disisi lain selain kami memberikan pelatihan kreatifitas dan edukasi, kami juga memberikan dukungan psikososial hal tersebut sangat-sangat penting karena mereka saat mengetahui kondisinya sebagai odha sangatlah rentan dan sensitif, jadi kami berikan dukungan moril untuk bisa bersosialisi kembali. Dengan upaya tersebut kami membangkitkan kepercayaan diri mereka (odha). Konseling dukungannya yang kami kuatkan. Kita juga melibatkan odha untuk ikut menjadi narasumber ataupun pembicara dalam acara penyuluhan ataupun pencegahan HIV/AIDS.
9
Kategori Program Terapi Kreatif?
Program terapi kreatif ini termasuk kedalam program jangka panjang, program ini adalah rutinitas disini. Sejak 2004 program ini sudah ada. Hal ini adalah salah satu bentuk dukungan terhadap odha yang YPI lakukan.
10
Adakah kerjasama dengan pihak lain, baik itu penyaluran odha ke dunia kerja maupun pihak lain yang turut membantu berjalannya terapi kreatif ini, seperti apa bentuk kerjasama tersebut?
Kerja sama dalam bentuk penyaluran kerja odha kami belum ada link untuk bekerja sama. Namun, kami bekerjasama dengan ibuibu PKK (BKOW) yang diketuai oleh ibu Fauzi Bowo untuk pelatihan salon dan public speaking dan kerjasama dengan lainnya pun terkait peningkatan income generating itu kami bekerjasama dengan FISIP UI. Mereka
yang memfasilitasi kita dalam hal pemasaran produk-produk odha.
11
Apakah tujuan yang diharapkan dari pemberian program terapi kreatif ini, dalam hal ekonomi, sosial dan psikologis odha?
Dalam hal ekonomi ini terkait pendapatan atau penghasilan keluarga, jadi apa yag telah kita ajarkan mengenai keterampilan membuat aksesoris diharapkan odha dapat memasarkan hasil karya mereka. Dari sosialnya sendiri dalam hal penguatan diri, yang kami tekankan itu mereka kami rangkul, kita libatkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat terbuka atau umum, selain bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri disisi lain kami juga bangun kondisi psikologisnya dengan melibatkan odha untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan status yang “baru”.
12
Manfaat/hasil apa saja yang akan Kalau saya kasih contoh kongkretnya, jika diterima oleh odha setelah mengikuti digambarkan itu odha yang datang kesini diibaratkan dengan gelas yang masih kosong terapi ini? karena status barunya sebagai odha. Kemudian mereka gabung dengan kita, mereka kita berikan konseling, motivasi, kita ikutkan dalam pelatihan-pelathan yang bekerjasama dengan LSM lain, ataupun share dengan odha lain pada akhirnya mereka secara bertahap mereka dapat membangun kepercayaan dirinya. Alhamdulillah sekarang ada odha yang menjadi trainer, konselor adiksi puskesmas, ataupun evaluator di PKBI.
13
Jikalau masih ada odha yang dianggap rentan dalam hal mental atau psikologisnya setelah mengikuti terapi ini, hal apakah yang dilakukan oleh para ohida?
Saya kira masih ada, banyak faktor yang menyebabkan odha dikatakan masih rentan, ada 2 faktor yakni, faktor internal dan eksternal, kalau dari internalnya sendiri, maaf ya, pemhaman seorang odha mengenai HIV/AIDS sendiri masih kurang. Katakanlah pengetahuannya minim, nah kami yang agakagak ribet nih. Jadi kami udah berbicara panjang ebar mengenai harapan kami itu seperti apa, namun mereka menangkapnya itu berbeda persepsi. Untuk seperti ini kami sebagai pengurus mencoba pelan-pelan untuk menjelaskan kembali terkait harapan ataupun informasi yang kami berikan. Kalau dari faktor eksternalnya sendiri, kami ambil contoh dari lingkungan keluargnya,
ada seorang odha yang tinggal dengan orangtua yang dapat dikatakan sudah sepuh, ataupun cuek. Ya kembali lagi kami sebagai pengurus mencoba memberikan pengetahuan-pengetahuan ataupun pendampingan kepada odha tersebut, sampai odha dapat dikatakan dalam kondisi fisik sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
14
Adakah proses evaluasi ataupun monitoring setelah melakukan terapi ini sehingga pengurus mengetahui kondisi odha telah lebih baik dari sebelumnya?
Kita monitoring, jadi bentuknya saat ada pertemuan rutin tiap minggu itu. Kita melihat persentase kedatangan juga, siapa-siapa yang tidak hadir kami tanyakan alasannya kenapa tidak hadir, dan biasanya kami berikan konseling dukungan pada pertemuan mingguan itu. Kalau dari evaluasinya sendiri lebih kearah program dukungannya yang kami nilai, apakah sudah cukup memfasilitasi odha dan dari kebutuhan odhanya sendiri yang kami gali.
15
Dalam hal ekonomi, psikologis dan sosial, hal apakah yang paling menonjol dalam hasil pemberian terapi ini?
Kalau bisa saya jabarkan itu, kita mengetahui kalau odha itu adalah sebuah status baru dari seorang individu, dimana terdapat virus HIV dalam diri orang itu sehingga menyebabkan kondisi kesehatannya rentan terhadap penyakit. Dalam hal ekonomi ini terkait pendapatan atau penghasilan keluarga, jadi apa yag telah kita ajarkan mengenai keterampilan membuat aksesoris diharapkan ODHA dapat memasarkan hasil karya mereka. Dari sosialnya sendiri dalam hal penguatan diri, yang kami tekankan itu mereka kami rangkul, kita libatkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat terbuka atau umum, selain bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri disisi lain kami juga bangun kondisi psikologisnya dengan melibatkan ODHA untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan status yang baru.
Transkip Wawancara Nama Informan Topik Wawancara Tempat Wawancara Hari/tgl Wawancara No
: Ibu Ika Rosdiana/ Staff Layanan Sahabat : Proses Dan Manfaat Program Pemberian Terapi Menari : Ruang Kerja Die-J, Kbn. Baru, Jak-Sel : Rabu, 27 Juli 2011
1
Pertanyaan Bagaimana proses tahapan awal odha di Yayasan Pelita Ilmu, bentuk perekrutannya seperti apa?
2
Apakah ada SOP pelayanan/perawatan odha disini?
3
Adakah kriteria khusus terhadap odha yang akan menerima program terapi kreatif ini?
4
Siapakah sasaran program terapi khusus ini?
Jawaban Penerimaan di YPI sendiri awalnya melalui beberapa program yah, ada program kunjungan rumah sakit. Program PMTCT juga ada. Tapi kebanyakan yang masuk ke kita itu melaui rujukan rumah sakit, dan kita juga punya klinik YPI yang juga memberikan layanan dan informasi terkait HIV/AIDS disana ada dokter konselingnya juga. Awalnya kami menggali informasi seputar keseharian ODHA yang akan bergabung di YPI, dari sini kami mulai melakukan pendekatan secara individu dengan memberikan rasa aman kepada ODHA sehingga ODHA dapat secara gamblang cerita seputar hidupnya. Untuk pelayanannya sendiri secara tertulis tidak ada, tapi kita memang menyediakan shelter untuk odha apabila odha tersebut tidak diterima oleh keluarganya, sementara tinggal disini dulu, lalu keluarganya kita kunjungi, kita berikan informasi terkait HIV/AIDS yang bertujuan untuk mengubah mindset dari keluarganya. Untuk odha yang mau sementara tinggal disini itu sebelumnya pasti kita adakan konseling terlebih dahulu, untuk mengetahui latar belakang mengapa terinfeksi HIV. Kriteria khusus tidak ada, kita welcome terhadap sesama odha untuk mengikuti program ini, kembali lagi program ini diberikan terkait kebutuhan odha sendiri untuk menumbuhkan kepercayaan diri sekaligus mengisi kekosongan waktu luang, untuk itu kita pergunakan sebagai program terapi kreatif. Sasarannya ya odha, namun memang kebanyakan odha perempuan, kita gak menutup tempat kepada odha yang lakilakinya juga. Tapi, memang biasanya odha laki-laki kita alihkan ke program kegiatan
5
Apa yang melatarbelakangi adanya program terapi kreatif ini?
6
Bagaimana proses pemberian program terapi kreatif ini kepada odha?
7
Jenis keterampilan apa saja yang diberikan dalam terapi kreatif ini?
8
Hal apa saja yang ditanamkan dalam pemberian terapi kreatif ini yang selain keterampilan terkait penguatan diri, dan mental odha tersebut?
9
Kategori Program Terapi Kreatif?
10
Adakah kerjasama dengan pihak lain, baik itu penyaluran odha ke dunia kerja maupun pihak lain yang turut membantu berjalannya terapi kreatif ini, seperti apa bentuk kerjasama tersebut?
11
Apakah tujuan yang diharapkan dari pemberian program terapi kreatif ini, dalam hal ekonomi, sosial dan psikologis odha?
lain. Semacam pendamping rumah sakit atau buddies services. Awalnya itu dari terbentuknya TOP Support pada tahun 2004 yang melatarbelakangi adaya kegiatan program terapi kreatif. Pada proses intervensi ini saya selaku instruktur mencoba meyakinkan kepada para ODHA bahwa apa yang akan kita jalani tidak berakibat pada kondisi fisik, namun justru menyehatkan badan. Dalam hal ini saya juga meminta kepada Prof. Djubairi untuk memberikan arahan agar tidak terlalu menguras fisik dalam menari. Pada terapi ini para ODHA diberikan keterampilan menari yang betujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri ODHA yang tengah dilanda depresi, kita bantu dengan kegiatan-kegiatan bersifat massiv sehingga ODHA tidak memandang rendah diri mereka sendiri. Gini kan, kebanyakan temen-temen odha yang baru status odha nya kan ngedrop. Sebelumnya diberikan layanan konseling dukungan sesama ohida, ataupun antara odha dan odha. Jadi kita disini posisinya kita share masalah kesehatan, masalah keluarga juga. Jadi ada juga konselor yang dateng dalam kegiatan tersebut. Program Terapi kreatif ini termasuk kedalam program jangka panjang, seperti yang tadi dibilang, kebanyakan odha yang baru tahu status itu ngdrop, depresi, pastinya terapi kreatif ini tetap kita teruskan dalam memulihkan kondisi psikologisnya terlebih dahulu. Dari pihak lain ada, tapi hanya dalam konteks pemberian terapi, kita kerjasama dengan Meneg PP waktu ada acara obrass Mei lalu, kita menjadi partner dengan salah satu stasiun Radio untuk sounding acara kita tersebut. Kerjasama dengan LSM lain. Dari institusi pendidikan kaya FISIP UI, kalau kerjasama dengan perusahaan untuk penyaluran kerja kayaknya kita belum pernah ada. Diadakan program terapi ini dalam hal ekonomi adalah terciptanya penghasilan kepada para odha, untuk psikologis terapi ini diharapkan membantu memulihkan kondisi psikologis odha yang drop melalui kelompok
12
Manfaat apa saja yang akan diterima oleh odha setelah mengikuti terapi ini?
13
Jikalau masih ada odha yang dianggap rentan dalam hal mental atau psikologisnya setelah mengikuti terapi ini, hal apakah yang dilakukan oleh para ohida?
14
Adakah proses evaluasi ataupun monitoring setelah melakukan terapi ini sehingga pengurus mengetahui kondisi odha telah lebih baik dari sebelumnya? Dalam hal Ekonomi, psikologis dan sosial, hal apakah yang paling menonjol dalam hasil pemberian terapi ini?
15
dukungan sesma teman-teman odha. Nah setelah itu secara tidak langsung kan berdampak pada kondisi sosialnya, mungkin yang tadinya takut untuk open status dikeluarga atau dianak-anaknya mereka (odha) lebih berani untuk membuka dirinya, bahkan untuk lingkungan masyarakatnya. Manfaatnya itu dari program ini dapat mengembangkan potensi, sharing berbagi pengalaman sama teman-teman odha. Banyak pula yang odha telah berhasil setelah mengikuti program ini, paling tidak kondisi psikologisnya pulih. Mereka berani tampil di depan orang banyak dengan membawa status odhanya. Ada yang menjadi konselor, traine, ada pula odha yang menjadi narasumber di Sri Langka, terkait hasil-hasil terapi kreatif ini. Diberikan motivasi kembali, jadi sebenernya selain untuk ajang pemberian keterampilan, terapi kreatif tersebut telah membentuk sebuah kelompok dukungan dengan latar belakang penderita HIV/AIDS. Dari hal tersebut kita bisa saling mendukung, memberikan konseling kepada odha yang masih belum pulih mentalnya. Ataupun perlindungan apabila odha tersebut tidak diterima dikeluarganya. Monitoring dilakukan untuk mengetahui kondisi odha, adakah yang masih rentan ataupun dilakukan untuk mengetahui perkembangan usaha yang telah dijalaninya. Ketiganya kita bangun secara berkesinambungan. Mulai dar psikologis melalui konseling, lalu diikuti oleh keikutsertaan para odha dalam kegiatan yang bersifat umum, lalu dalam terapi kreatif kita bangun ekonominya dengan melakukan pelatihan keterampilan dan edukasi.
Transkip Wawancara Nama Informan Topik Wawancara Tempat Wawancara Hari/tgl Wawancara No
: Ibu Sundari/ Koordinator Layanan Sahabat YPI : Proses dan manfaat program pemberian terapi menyulam : Ruang Perpustakaan YPI, Kbn. Baru, Jak-Sel : Kamis, 4 Agustus 2011
Pertanyaan
Jawaban
1
Bagaimana proses tahapan awal odha Untuk penerimaannya, secara formal kita di Yayasan Pelita Ilmu, bentuk minta data diri atau identitas odha, keluarganya. Jadi biar kami tahu ststusnya perekrutannya seperti apa? yang jelas. Nanti ada form yang harus diisi. Setelah itu kami konseling mengenai latar belakang kehidupannya bagaimana terkena virus HIV tersebut. Kalau dari perekrutannya kami melakukan program PMTCT, home visit hospital. Tapi kebanyakan dari rujukan rumah sakit, biasanya dari Pokdisus RSCM, RSPI, Puskesmas, RSPAD, RS. Persahabatan
2
Apakah ada SOP pelayanan/perawatan Tidak ada secara khusus, tapi kami sesuai dengan kebutuhan odha disini, apa yang odha disini? mereka butuhkan, dalam hal ini kami juga melibatkan beberapa odha yang dikatakan cukup lama untuk dukungan sebaya.
3
Adakah kriteria khusus terhadap odha Untuk kriteria khusus ya mereka harus yang akan menerima program terapi positif dong, program ini kami gali sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka tidak kreatif ini? hanya ingin sekedar share ataupun konseling dukungan namun ada hal yang dilakukan, dalam hal ini adalah bentuk pelatihan kreatifitas.
4
Siapakah sasaran khusus ini?
5
Apa yang melatarbelakangi adanya Waktu itu kami cari tahu kebutuhan para odha pada saat berkumpul dan berdiskusi, program terapi ini? karena kebanyakan odha perempuan, single parent karena suaminya meninggal atau sakit. Akhirnya pada tahun 2004, kami dirikan TOP (Tim Odha Perempuan) Support setelah itu kami adakan program terapi kreatif ini yang bertujuan menggali potensi
program
terapi Sasaran program terapi kreatif ini odha perempuan kebanyakan, untuk odha lakilakinya ada juga yang ikut membantu, namun ada juga yang kami alihkan dalam kegiatan pendampingan, ataupun buddies services.
dan kepercayaan diri odha.
6
Bagaimana proses pemberian program pada terapi menyulam ini para ODHA diberikan keterampilan untuk membuat terapi kreatif ini kepada odha? aksesoris-aksesoris handmade dan hasilnya nanti dipasarkan setiap ada acara untuk menambah penghasilan mereka.pada terapi ini konsep penguatan ini dilakukan dengan cara melakukan kegiatan yang menyenangkan dan disukai oleh ODHA. Untuk hal ini kita berikan konseling dukungan untuk memahami kebutuhankebutuhan yang ODHA perlukan, banyak hal seperti pengobatan ARV, rujukan, Gizi untuk Anak-anaknya selain terapi menyulam yang menjadi alternative utama ini. setelah melakukan assesmen untuk mengetahui kebutuhan klien, ohida mengelompokkan dan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan ODHA, jenisnya itu, ada menyulam dan membuat aksesoris dan yang membantu untuk menjadi tutor disini ada mahasiswa yang sedang magang, relawan, pengurus ataupun kami undang dari LSM lain.
7
Jenis keterampilan apa saja yang Jenisnya itu, ada menjahit, menari, membuat aksesoris dan yang membantu untuk menjadi diberikan dalam terapi kreatif ini? tutor disini ada mahasiswa yang sedang magang, relawan, pengurus ataupun kami undang dari LSM lain.
8
Hal apa saja yang ditanamkan dalam pemberian terapi kreatif ini yang selain keterampilan terkait penguatan diri, mental odha tersebut?
Banyak hal, pada saat kami memberikan pelatihan ataupun keterampilan, kami adakan dulu diskusi ataupun sharing, selain itu kami berikan motivasi-motivasi ataupun pandangan dari tokoh-tokoh YPI ataupun seorang yang kompeten dibidangnya untuk memberikan motivasi/pelatihan. Dalam pemberian terapi kreatif ini pun kami merasakan saat para odha bisa atau berhasil membuat sesuatu kepercayaan diri mereka perlahan mulai tumbuh. ada jhuga peminjaman modal untuk pengembangan usaha mereka, tapi hal itu tidak berjalan mulus, karena dari saat kita melakukan survey lapangan, usahanya ada yan berjalan dengan baik ada pula yang tidak berhasil, hal ini dikarenakan manajemen pengelolaan modalnya masih kurang dikuasai oleh ODHAnya, dari sekitar 10 ODHA yang kita
kasih pinjaman yang besarnya mencapai Rp. 1.200.000,- hanya 5% nya saja pinjaman yang kembali.
9
Kategori Program Terapi ini?
Jangka panjang untuk program terapi kreatif ini. Namun , memang saat ini vaccum dahulu tapi nanti sehabis lebaran kami aktifkan kembali. Dilain pihak bentuk-bentuk dukungan sebaya masih kami adakan setiap minggu dan setiap bulannya, begitupun dengan dukungan nutrisi bagi anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS.
10
Adakah kerjasama dengan pihak lain, baik itu penyaluran odha ke dunia kerja maupun pihak lain yang turut membantu berjalannya terapi kreatif ini, seperti apa bentuk kerjasama tersebut?
Kerjasama dengan pihak lain banyak, tapi kalau untuk penyaluran ketempat kerja kami sampai saat ini belum ada, dalam terapi kreatif ini kami bekerjasama dengan Meneg PP dalam hal bantuan dana, ataupun acara Obrass, tempo hari pernah mndatangkan perwakilan dari Meneg PP terkait pemberdayaan odha perempuan di YPI. dengan FISIP UI dalam bentuk pelatihan manajemen kewirausahaan, kerjasama dengan Taman Sringganis untuk pengobatan alternatif (Akupuntur), dan mahasiswa/i yang sedang magang atau mengadakan penelitian disini. Terkadang kami minta untuk menjadi narasumber ataupun pembicara sebelun acara pertemuan rutin bulanan dimulai.
11
Apakah tujuan yang diharapkan dari pemberian program terapi kreatif ini, dalam hal ekonomi, sosial dan psikologis odha?
Dilihat dari latarbelakang odha yang kebanyakan berada dalam kelas ekonomi yang kurang beruntung, anak terinfeksi, ditinggal suami, ataupun single parent. Kami mencoba melakukan peningkatan pendapatan dengan pemberian modal pinjaman bergulir untuk odha sehingga diharapkan odha dapat berkembang, untuk hal ini yang pertama kami lakukan adalah pemulihan kondisi sosial ataupun psikologis para odha, dalam hal psikologis kita berikan dukungan konseling, untuk sosialnya kami ikutsertakan dalam kegiatan yang bersifat umum sehingga mereka merasa tidak dibedakan walau mempunyai status yang baru.
12
Manfaat/hasil apa saja yang akan Ehmmm untuk hasil relatif yah, kategori diterima oleh odha setelah mengikuti kesuksesan orang berbeda-beda, namun hasilnya itu dari beberapa odha yang sudah terapi ini? bisa memenuhi kebutuhannya, mereka tidak ketergantungan lagi dengan YPI. beberapa
odha yang bekerja sebagai konselor adiksi di beberapa puskesmas di Jakarta yang bekerja sama dengan yayasan lain dalam program HR (Harm Reduction), ada odha yang kami rekomendasikan menjadi trainer dance for life, ada yang kami rekrut sebagai staff juga disini. Yang kami harapkan seperti ini. Mereka bisa berdiri sendiri.
13
Jikalau masih ada odha yang dianggap rentan dalam hal mental atau psikologisnya setelah mengikuti terapi ini, hal apakah yang dilakukan oleh para ohida?
Jika ada hal tersebut kami masih berikan pendampingan dan advokasi, serta kami bantu berikan akses seperti layanan kesehatan, rujukan dan lain-lain, pokoknya tetap kami bantu selama kami masih bisa bantu.
14
Adakah proses evaluasi ataupun monitoring setelah melakukan terapi ini sehingga pengurus mengetahui kondisi odha telah lebih baik dari sebelumnya?
Ada, bentuk monitoring ke lapangan, apakah kondisinya membaik atau tidak, untuk terapinya sendiri kami pernah berikan modal usaha dan pinjaman bergulir serta kami juga turun untuk memantau apakah usahanya berhasil atau tidak, evaluasinya pun kami berikan saran ataupun kami berikan alternatif pilihan yang dapat digunakan odha untuk memulai kembali berwirausaha.
15
Dalam hal ekonomi, psikologis dan sosial, hal apakah yang paling menonjol dalam hasil pemberian terapi ini?
Saling berkaitan erat, dan saling berhubungan. Untuk pertama kali yaa kami bangun psikologisnya dong, kan itu jadi modal awal untuk menguatkan diri mereka melalui konseling. Untuk sosialnya kami ikutsertakan dalam kegiatan yang bersifat umum.
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek Usia Pendidikan Agama Pekerjaan Topik Hari/tgl Tempat
: YL : 37 tahun : SMEA : Islam : Ibu Rumah Tangga : Proses pemberian dan hasil Terapi Menari : Kamis, 28 Juli 2011 : Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang ODHA?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
Terinfeksi tahun 2003, karena tertular dari suami yang pecandu, jadi aku nikah udah 6 tahun jadi gak tahu kalau dulu dia pernah pakai narkoba, dirumah itu gak pernah kelihatan makai, saat pacaran pun aku kan cukup lama kan 3 tahun itu aku gak tahu, jadi setelah suami sakit cukup lama waktu itu 1 bulan, akhirnya aku bawa kerumah sakit. Saat sakit itu tes darah dan suami aku pun mengakui kalau memang dia dulunya itu seorang pecandu. Waktu itu aku juga ngerasa dibohongin sama suami aku, tapi aku mau marahmarah atahu ngomel juga kondisi suami aku saat itu lagi bener-bener drop, aku kecewa juga sebenernya. Aku juga jadi terinfeksi virus HIV ini; kalau masalah latar belakang suami yang pecandu sih keluargaku belum tahu, aku aja tahunya setelah 6 tahun menikah tapi klo untuk latar belakang keluarga suamiku sih iya, itu yang jadi alasan dan karena saat itu juga suamiku belum ada penghasilan, sedangkan aku bekerja di pabrik.
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
Bener-bener gak tahu mas, aku tahu nya yah pas suami aku positif HIV ini baru aku aktif cari-cari info di LSM kebetulan akunya sendiri juga terinfeksi, jadi jaga-jaga diri juga kan. Dulu itu aku kecewa juga sama suami aku, aku terinfeksi HIV ini, sekarang aku udah mulai bagkit lagi. Sedih sih masih Cuma alhamdulillahnya anak aku negatif HIV semua.
Kini setelah tahu, bagaimana perasaan mas/mba sendiri? 3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti apa?
Keadaan ekonomi saat aku sebelum menikah itu kan , aku yang bekerja sampai saat aku menikah pun aku masih bekerja, hamil anak pertama aku mulai gak kerja waktu itu, suami aku memang gak punya pekerjaan pada waktu itu, uang dikirimin sama orang tua suami aku tiap bulan.
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Waktu itu aku depresi, apalagi aku dapet diskriminasi dari keluarga suamiku, perlakuan diskriminasi yang aku terima dari keluarga suamiku itu membuat aku depresi, udah aku ditinggal suami (meninggal), eh aku malah di jauhin dikeluarga, beruntung ada tetangga yang support kepadaku yang memberitahu YPI ini, pertemuan pertama kali ,mereka menanyakan dengan rinci kenapa aku bisa terinfreksi HIV ini.
5.
Bagaimana respon keluarga dan masyarakat saat mengetahui kondisi mas/mba yang terinfeksi HIV/AIDS?apakah mas/mba sudah berani open status di lingkungan?
Aku dapat perlakuan diskriminasi dari keluarga mertuaku saat mereka tahu aku positif HIV, padahal aku kena dari anaknya, bentuk diskriminasinya itu saat aku masak, saudara-saudara suamiku gak ada yang mau makan masakan aku. beruntung aku tinggal di lingkungan yang bener-bener peduli sama aku, dari keluarga itu waktu aku mau menikah sama suami aku memang gak direstui, karena latar belakang keluarga suamiku itu, ditambah lagi suamiku saat itu tidak bekerja, tapi kami tetep memutuskan untuk menikah karena namanya cinta mas.
6.
Kapan mas/mba menikah? Dan Aku menikah itu tahun 1998, setelah lulus SMEA berapa jumlah anak mas/mba, tahun 1993 aku bekerja di SPG, di Pabrik. Anak aku 2 apakah anak mas/mba dan dua-duanya itu negatif HIV. terinfeksi?
7.
Untuk penanganan kesehatan kalau di lembaga yang di Jatinegara hanya program mas/mba ini, mba/mas itu pengobatannya saja, oleh karena itu aku dirujuk ke dapat informasi tentang YPI YPI untuk mendapatkan program PMTCT. dari mana?
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Aku dari tahun 2004 sudah bergabung sama YPI ini, setelah 1 tahun aku tahu kalau positif, aku bergabung dengan YPI ini? memuutuskan untuk rutin datang ke YPI, karena ada program dukungan sebayanya juga disini.
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
Saat itu aku yang awam soal HIV masih mencari informasi mengenai HIV/AIDS ini, dan di YPI ini aku menemukannya, mulai dari penanganan kesehatan secara fisik sampai psikologisnya di sini ada.
apa tahapan 10. Seperti penerimaan awal yang diberikan YPI pada waktu itu kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus?
Tahap awal aku diberikan konseling untuk mengetahui latar belakang gimana aku positif HIV ini. dalam hal prosesnya ini lebih menekankan kepada penggalian kebutuhan, potensi ataupun bakat ODHA bisa dibilang pemberdayaan ODHA juga, dimana menurutku didalamnya terdapat pemberian edukasi, keterampilan yang melibatkan ODHA, ohida ataupun komunitas lain yang peduli kepada ODHA.
11. Setelah proses awal, adakah Aku diberikan konseling dukungan secara rutin kegiatan ataupun acara yang karena memang kondisi psikologis aku waktu itu
melibatkan mas/mba? Bentuk sedang depresi berat. aku gak mau keluar rumah, anak kegiatan seperti apa ya juga gak ke urus pada waktu itu. Kegiatan itu Terapi Menari dan pendampingan-pendampingan kepada mas/mba? ODHA baru dan aku pernah ikut juga home visit hospital, untuk mendukung seseorang yang baru divonis HIV, saat itu saya mengunjungi WD di RSCM bareng-bareng sama Mba Sundari. 12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu Terapi Menari, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut?
Iya aku ikut dari tahun 2004, Kalau disini itu kan program terapi itu yang dibuat sesuai dengan kebutuhan kita sebagai ODHA, untuk pemulihan kondisi psikologis. Terapi ini intinya menguatkan mental para ODHA, dengan pelatihan menari ini aku nantinya akan diikutsertakan dalam kampanyekampanye penanggulangan HIV/AIDS, khususnya melalui tari-tarian, disini aku belajar modern dance dan tradisional yaitu tari jaipong.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti Cari tempat untuk berbagi ya mas, karena aku kan kegiatan Terapi Menari sendiri, sama keluarga juga jauh, sama keluarga mertua masih suka didiskriminasi jadinya aku ke YPI, tersebut? disini ada dukungan sebaya, ada konseling yang paling tidak sedikit bisa memulihkan kondisi psikologis aku. 14. Dalam Terapi Menari ini, hal apa yang diberikan oleh pendamping (ohida) kepada mas/mba?
Motivasi mas banyak diberikan pada saat konseling, kumpul-kumpul sama ODHA, karena kan perbedannya hanya ada virus dan enggaknya saja dengan orang normal.
15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam meberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Mereka para ohida proaktif mas sama ODHA, kebutuhan apa yang ODHA perlukan diusahakan oleh mereka, salah satunya rutin setiap minggu keempat ada acara dukungan nutrisi, yaitu pemberian susu, ataupun keperluan gizi untuk anak-anak yang positif HIV/AIDS.
16. Selain pemberian terapi ini, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan?kira-kira sudah berapa lama mas/mba mengikuti Terapi Menari ini?
Dari tahun 2004 yah terus sampai 2009, karena 2009 aku hamil ngurusin anak, baru aktif lai akhir-akhir ini mas, aku mengikuti terapi menari, ataupun belajar pengobatan alternatif (akupuntur).
mas/mba sendiri Tujuanku itu untuk membantu supaya bisa kembaliin 17. Tujuan kondisiku yang bener-bener nutup diri waktu itu, mengikuti terapi ini apa sih? walaupun sesama ODHA aku masih tertutup juga karena belum siap sama statusku ini mas.
18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini?
Untuk program terapinya kan memang lebih kearah selain penguatan diri dalam aspek sosial dan psikologis ODHA, namun hal tersebut berjalan lancar, hanya psikologis dan sosial yang terbangun. aku dikembalikan ke keluarga karena setelah mengikuti banyak kegiatan kampanye, relasiku terbangun dan akhirnya belum lama ini menikah dengan ODHA dari LSM lain, ya jikalau aku masih menutup diri mungkin hingga saat ini aku belum menikah dan bingung giamana menghidupi anakku, sekarang aku diminta jaga anak-anak, suamiku yang bekerja.
19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Respon keluarga semakin baik, kan saat aku gak direstuin aku nikah, aku coba hubungin kelaurga aku lagi, alhamdulillah walaupun masih agak sedikit cuek tapi aku suka ditanyain perihal kesehatanku, kan aku juga kasih tahu kalau anak-anakku itu kan negatif. Kalau lingkungan aku masih close status mas, masih belum berani karena aku fikir penyuluhan tentang informasi HIV masih kurang.
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek Usia Pendidikan Agama Pekerjaan Topik Hari/tgl Tempat
:P : 32 tahun : SMK : Islam : Trainer Dance for Life : Tahapan Proses & Hasil Terapi Menari : Kamis, 28 Juli 2011 : Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang ODHA?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
Latar belakang dulu terinfeksi dari suami pada tahun 2007 dari suami yang mantan pecandu, setelah tujuh tahun saya menikah. Saya tahu suami saya seorang pecandu jadi dulu saya juga pernah mergokin saya buang-buangin aja jarumnya; kenapa saya juga mau dinikahin karena sama pecandu, ya waktu itu namanya anak muda kan ya, suami saya juga udah berhenti pas niat mau nikahin saya, memang gak langsung berhenti tapi bertahap berhenti jadi pecandunya; saya tahu terinfeksi itu pada tahun 2007, jadi pada tahun 2006 sampai awal 2007 suami saya jatuh sakit bolak balik kerumah sakit katanya tipes tapi ternyata ada TB nya, 1bulan setengah terapi TB tapi gak ada perubahan begitu aja malah makin buruk kondisinya, akhirnya april 2007 dikonseling di rumah sakit koja, terus tes darah akhirnya ketahuan positif. Saya juga dipanggil ke ruangan dokter, dan dijelaskan kalau latar belakang suami saya yang mantan pecandu itu menyebabkan terinfeksi HIV, dan HIV sendiri bisa menular melalui hubungan seksual; dan ibu yang tengah menyusui, saat itu saya diminta untuk melakukan tes darah, dan anak saya juga. Dan hasilnya saya positif anak saya negatif, saya shock banget saya kena HIV, udah gitu suami saya juga meninggal. Kondisi psikologis bener-bener depresi waktu itu mas.
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
Saya gak tahu sama sekali soal penularan HIV sendiri, yang saya tahu kalau HIV/AIDS itu hanya tertular dari hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan kaya PSK atau yang homoseksual, sama sekali gak tahu kalau mantan pecandu bisa terkena HIV.ya saat saya tahu, saya depresi. Suami saya meninggal, saya positif HIV bener-bener saat itu deh. Kalau inget gak punya anak udah coba bunuh diri kali mas. Karena waktu itu Kini setelah tahu, bagaimana saya dirujuk ke klinik YPI oleh salah satu dokter di
perasaan mas/mba sendiri?
RS. Koja saya dapet konseling deh tuh, saya ikut gabung sama teman-teman ODHA di YPI, akhirnya saya juga bersyukur ternyata banyak diantaranya yang anaknya tertular HIV. Setelah suami saya meninggal say alebih rutin cari informasi gak Cuma dari YPI tapi LSM-LSM lain saya cari tahu giamana penanganannya, penyebarannya seperti apa.
3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti apa?
Keadaan ekonomi keluarga saat suami saya masih sehat mah terjamin mas, suami saya bekerja sebagai maintenance di bengkel ternama, sampai suatu saat dia ditawarin untuk keluar negeri tapi gak mau karena ada medical check-up, mungkin karena takut kali ya ketahuan mantan pecandu, berhentilah suami saya, itu pas sebelum sakit tuh. Gak lama berhenti suami saya sakit sampai akhirnya meninggal saya pernah ikut orang jadi buruh kerja borongan di KBN cakung. Setelah suami meninggal itu saya sama ibu saya bikin usaha makanan, tiap pagi saya sama ibu saya jualan nasi uduk dirumah.
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Berbalik 180º Depresi mas, saya sempet gak mau ketemu sama siapa-siapa dulu sampai saya benerbener ngerasa siap nerima semuanya, pelan-pelan setelah gabung di YPI ikut Terapi Menari, dapet konseling dukungan saya mulai berani buat sosialisasi lagi, pernah saya testimoni di acara empat mata, cerita tentang kehidupan saya yang berstatus ODHA. Tapi untuk sekarang saya sudah berani untuk berhubungan dengan orang lain, saya punya seseorang yang bisa dibilang pacar mas, yah masih calon untuk gantiin ayahnya anak saya nanti.
5.
Bagaimana respon dan masyarakat mengetahui kondisi yang HIV/AIDS?apakah sudah berani open lingkungan?
keluarga saat mas/mba terinfeksi mas/mba status di
Saya masih close status karena alasan keluarga besar saya, ayah saya kan agamis pula, jadi kalau saya open status dilingkungan gak enak nantinya sama keluarga saya, saat suami saya meninggal aja gak ada yang tahu, tahu-tahu saya udah sendiri. Kalau keluarga memang saat di konseling itu sudah dikasih tahu, bahwa saya juga terinfeksi, respon mereka sih biasa saja Cuma memang lebih merhatiin saya lagi, kalau di keluarga juga ada kakak saya yang terkena HIV namun beliau gak mau terbuka. Sudah 3 tahun gak bisa apa-apa sekarang.
6.
Kapan mas/mba menikah? Dan berapa jumlah anak mas/mba, apakah anak mas/mba terinfeksi?
Saya menikah tahun 2000, mempunyai anak 1 saat ini berumur 9 tahun, pada 200 saya ketahuan terinfeksi oleh virus HIV ini. Dan alhamdulillah anak saya negatif.
saya kenal YPI dari dokter di Rs. Koja, kebetulan beliau mempunyai teman yang praktek di klinik YPI, jadi saya dirujuk kesana, di Rs. Koja itu kan belum ada perawatan untuk ODHA, bahkan ARV belum masuk kesana, jadi saya di rujuk lagi, saya juga bingung saat itu saya masih ODHA baru, saya bingung atas status baru saya, jadi saya diminta lagi untuk ke kebon baru, dimana tempat ada kelompok dukungan ODHA.
7.
Untuk penanganan kesehatan mas/mba ini, mba/mas itu dapat informasi tentang YPI dari mana?
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Pada tahun 2004 bergabung dengan YPI ini?
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
Buat saya YPI merupakan rumah kedua ya, tadi mas lihat sendiri saya dateng masuk ya masuk aja, mau makan tinggal ambil aja. Memang di YPI ini welcome sekali, jadi saya merasa nyaman kalau lagi datang kesini juga. Dulu itu dianjurkan juga saya ke YPI dulu karena ada TOP support nya, jadi kelompok dukungan ODHA-ODHA seperti saya.
10. Seperti apa tahapan penerimaan awal yang diberikan YPI pada waktu itu kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus?
Kalau di YPI lain dari yang lain, jangan disebutkan LSM lain ya, kalau di YPI itu seperti rumah kedua saya merasa nyaman. Kalau di klinik YPI itu respon mereka itu juga udah kaya keluarga. Syarat-syarat khusus gak ada, tapi kalau di klinik itu ada riwayat saya, identitas saya ada juga.
11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba?
Ada, tahun lalu sehabis lebaran banget itu saya ditelfon diikutsertakan sebagai salah satu trainer bersama red zebra yang dari afrika itu, LSM yang juga fokus ke masalah AIDS pada remaja. Saya menjadi trainer dance itu untuk anak-anak remaja di daerah sekaligus penyuluhan soal HIV/AIDS.
12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu Terapi Menari, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut?
Terapi ini memunculkan kembali kepercayaan diri ODHA, dengan terapi ini saya merasa rileks, ternyata dengan mengikuti ini saya berfikir tadinya badan saya akan lemah namun ini tidak terjadi.pada saat saya menari modern dance dengan musilk yang cepat saya tidak merasakan lelah bahkan justru lebih bersemangat, karena baru pertama kali saya seperti ini.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti Yang awalnya tadi yah, karena saya seorang single kegiatan Terapi Menari parent, gak punya pekerjaan saya mencari kesibukan deh disini sekaligus ketemu teman-teman ODHA tersebut? lainnya juga, kita share perlahan kondisi mental saya kuat lagi, ditambah perhatian dari YPI lagi kepada saya yang ODHA ini menjadikan saya gak berjalan sendiri. Tapi banyak yang mendukung saya terutama di luar lingkungan kelaurga.
14. Dalam Terapi Menari ini, hal apa yang diberikan oleh pendamping (ohida) kepada mas/mba?
Banyak hal mas, dari pembekalan diri dengan motivasi-motivasi, ada pemberian keterampilan menari, ada juga tentang kesehatan saya, bagaimana cara mengatur konsumsi ARV saat memasuki bulan puasa.
15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam meberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Tidak ada perbedaan, mereka tidak menganggap kita ODHA itu yang saya rasakan, hanya awal-awal saja mereka menanyakan latar belakang saya terinfeksi HIV, nah kesini-sininya gak pernah nyinggungnyinggung status, paling mereka(ohida) menanyakan keadaan kesehatan, gimana ARV nya CD4 nya berapa. Kita ketawa bareng makan bareng gak ada kok.
16. Selain pemberian terapi ini , hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan?kira-kira sudah berapa lama mas/mba mengikuti Terapi Menari ini?
Selain ,menari saya membantu membuat hiasan-hiasan kecil, membuat kue nanti hasilnya kita jual, lumayan hasilnya buat kas kita kalau-kalau ada ODHA yang kenapa-kenapa. Perhatian mereka pun intens, kan mereka tahu kalau saya perokok sampai sekarang pun masih, saya dinasihatin terus sampai saya jera saya gak negrokok didepan teman-teman ohida, dan frekuensi rokok saya pun sekarang agak berkurang yang tadinya 1 bugkus dalam satu hari, bisa hanya 1 hari setengah aja. Saya ikut terapi sejak 2008 di YPI ini.
mas/mba sendiri Perhatian mas, itu semenjak suami saya meninggal 17. Tujuan berasa sepinya mas, tadinya saya ada tempat cerita mengikuti terapi ini apa sih? share saat ini gak ada, saya sempet nulis di buku diary cerita-cerita saya yang panjang-panjang. Selain itu juga berbagi pengalaman hidup sama teman-teman ODHA yang lain. 18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini?
Setelah mengikuti terapi menari, saya terkadang share dengan instrukutur mengenai materi menari, dan senam pernafasan untuk merileks-kan kondisi fisik kita, oh iya mas, belum lama ini juga saya diberikan kesempatan untuk memimpin temen-temen ODHA yang lain untuk mengkampanyekan penanggulangan HIV/AIDS melalui tari-tarian. Alhamdulillah dari sini saya dapat menafkahi 1 anak saya dan saya pun telah mempunyai kekasih untuk pendamping hidup saya nantinya, insyaallah.
19. Setelah mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Respon keluarga sih lebih perhatian sekarang apalagi saya single parent, ekonomi saya juga diperhatiin sama keluarga saya, terus kesehatan saya sama anak saya seperti itu.
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek Usia Pendidikan Agama Pekerjaan Topik Hari/tgl Tempat
: WN : 37 tahun : SMK : Islam : Penarik Bajaj, aktifis di LSM : Tahapan Proses & Manfaat Terapi Menyulam : Kamis, 4 Agustus 2011 : Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang ODHA?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
Saya pakai jarum suntik pada tahun 1997 pas saya sekolah SMK, saya berhenti itu tahun 2000 akhir, karena saya menikah dan pernah ketahan sama polisi juga. Jadi salah target 1 hari saya dibebasin. Awalnya dari teman-teman, kebetulan ditempat saya komunitasnya lain-lain, ada yang pil BK, Ganja, Nokip (Miras), jarum suntik, ada putaw melalui drugs; saya lihat katanya “lebih fly dari yang lain”, akhirnya nyoba deh tuh ada kali 1 bulan nyoba ngedrugs kan blm jarum suntik, untuk jarum suntiknya saya sempet ketipu juga sama teman kebawa arus, waktu itu karena setting-annya harusnya buat 3 orang saya itu kan lagi dikamar ada 4 orang sama saya, jadi sama teman disetting 4, jadi teman saya udah pada gitting semua akhirnya saya disuruh coba-coba, gak taunya lebih enak lagi, yaudah saya terusin deh tuh,hehe. SMP itu saya juga udah nyobain pil BK sama Ganja, karena dirumah ada BD ya saya ma teman-teman beli pil BK, harganya kan Rp. 2.500,-/5 butir deh tuh, uangnya saya dapet kadang urunan sama teman, kadang saya ambil dicelengan ibu saya, tapi nanti saya ganti lagi dengan jumlah yang sama, atau lagi dapet orang lebih dari orang tua, saya beli deh tuh. Dari 9 bersaudara abang pertama itu minum, abang kedua itu minum sama nyimeng (ganja), nah kalau saya, saya cobain semuanya sama putawnya juga, ponakan itu ada yang minum aja, atau ganja doang, kalau boti saya yang ngontrol untuk boti dan putaw saya yang kasih tau, pernah bareng kita nyimeng sama putaw ya saya yang kontrol dosisnya. Untuk SMK saya buat dapetin uang itu ya pernah ngebetak orang di angkutan umum selama 2 tahun deh tuh dari 1997 sampe 1999 itu juga gak rutin kalau lagi bener-bener sakau butuh barang uang gak ada, baru ma teman-
teman kita nekat aja dah. Jadi dari tahun 1997 itu sampai tahun-tahun menjelang 2000 itu saya sering banget share jarum itu, yang penting mah waktu itu nikmat pedawnya itu. Kalau untuk nyoba-nyoba nge-seks tapi hanya 1 kali aja pas lulus SMK saya kerja jadi crew kreatif gitu. 2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
Tahu sih tahu, tapi tahunya cuma dari seks bebas doang, gak tau kalau dari gantian jarum suntik bisa kena HIV/AIDS; yah kalau saya kan tahu nya itu pas istri saya ikut program PMTCT di puskesmas disana periksa darah nah, ketahuan kalau istri saya positif HIV, jujur aja waktu itu saya masih cuek aja apa itu HIV, tapi pelan-pelan saya cari tahu info nya gimana cara penularannya, perawatan sama pngobatannya;
Kini setelah tahu, bagaimana Perasaan saya ya yang awalnya cuek saat sekarang perasaan mas/mba sendiri? pun ya gak terlalu cemas, alhamdulillah saya udah tahu penanganan HIV/AIDS saya sama istri saya juga udah minum ARV, jadi tinggal gimana saya nyambung hidup saya dengan kondisi seperti ini demi anak-anak saya aja mas. 3.
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS ini, apakah ada perubahan?perubahan seperti apa?
Keadaan ekonomi ya pernah turun jugalah mas, tapi saya kan semenjak menikah saya narik bajaj, dan sekarang saya akftif di LSM juga, di YPI juga kadang ada panggilan untuk jadi pendamping ODHA, saya juga ngojek sekarang buat ngangkat ekonomi saya punya keluarga mas.
4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Hhehe awalnya saya kan cuek mas, jadi secara psikologis saya gak ngerasa drop cuma emang istri saya yang down waktu itu, saya cuek karena pengetahuan tentang HIV masih minim juga kali yah, disamping itu saya punya pandangan namanya urusan kematian mah ada ditangan Allah. Kalau sosial alhamdulillah enggak terganggu, karena memang saya close status saya kalau sama tetangga dan lingkungan kerja.
5.
Bagaimana respon keluarga dan masyarakat saat mengetahui kondisi mas/mba yang terinfeksi HIV/AIDS?apakah mas/mba sudah berani open status di lingkungan?
Untuk ngaku sama keluarga saya deketin kakak saya yang perempuan, karena saya anggap beliau itu hubungan sama orang tua saya bagus, pertama saya kasih buku-buku saku tentang HIV terus lama-lama nanya maksudnya apa, saya jujur deh tuh kalau saya sama istri saya udah positif, spontan kakak saya nangis akhirnya saya balikin lagi ke kakak saya sebaiknya saya gimana ke orang tua, akhirnya kakak saya yang ngomong ke orang tua, dan saat itu respon orang tua pun lebih dekat lagi sama saya, lebih diperhatiin keluarga saya; kalau lingkungan saya
belum berani, karena menurut saya di tempat tinggal saya masih awam tentang HIV, takutnya saya open status yang kena imbasnya anak-anak saya mas, makanya saya belum berani untuk open. 6.
Kapan mas/mba menikah? Dan berapa jumlah anak mas/mba, apakah anak mas/mba terinfeksi?
Saya menikah pada tahun 2000 dan itu saya menikah dengan istri saya yang negatif, jadi beliau saya wariskan HIV mas, hehehe. Anak saya jumlahnya 2 orang dengan istri saya alhamdulillah anak saya keduanya negatif. Tahun 2007 itu ketawan positif HIV, saat istri saya ikut program PMTCT.
7.
Untuk penanganan kesehatan mas/mba ini, mba/mas itu dapat informasi tentang YPI dari mana?
Saya dapat info YPI itu kan berawal dari istri saya ikut program PMTCT di puskesmas trus VCT ternyata hasilnya positif, lalu saya cari-cari info ke teman-teman ke internet akhirnya ketemu lah YPI ini.
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Sejak tahun 2007 saya bergabung dengan YPI. bergabung dengan YPI ini?
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
Alasannya yaitu karena istri saya positif HIV, saya cari tempat penanganannya, kebetulan YPI ini memang tergolong aktif dan lengkap dari informasiseputar HIV-nya, kan mereka juga punya klinik di Bukit duri, disana selain penanganan istri saya dan saya dikonseling, dari situ deh pandangan saya yang tadinya cuek jadi mulai terbuka untuk lebih peka dan sadar lagi atas apa yang kami jalanin ini.
apa tahapan 10. Seperti penerimaan awal yang diberikan YPI pada waktu itu kepada mas/mba? Adakah syarat-syarat khusus?
Penerimaan awal di YPI itu saya mencari informasi HIV di internet dan dari teman-teman karena istri saya ternyata positif HIV/AIDS dan infeksi itu ditularkan melalui hubungan intim dengan saya mas, awalnya saya diminta menceritakan mengenai latar belakang saya sebagai pecandu. Penerimaan awal di YPI itu saya mencari informasi HIV di internet dan dari teman-teman karena istri saya ternyata positif HIV/AIDS dan infeksi itu ditularkan melalui hubungan intim dengan saya mas, awalnya saya diminta menceritakan mengenai latar belakang saya sebagai pecandu.
11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba?
Saya diikutkan berbagai kegiatan mas, terapi menyulam saya ikut, buddies services atau pendampingan dan pelatihan-pelatihan semua ODHA yang aktif pun turut ikut juga. Dimana waktu itu ada penyuluhan HIV/AIDS di Depok bulan lalu, saya dan beberapa temen-temen ODHA diminta oleh YPI menjadi narasumber untuk penyuluhan kepada remaja tentang HIV/AIDS dan juga testimoni sebagai ODHA, saya berceritera saat saya pakai narkoba
sampai pada akhirnya saya terinfeksi HIV/AIDS ini. 12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu Terapi Menyulam, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut?
Iya, saya ikut mas, prosesnya ya yang waktu itu mas lihat, kita para ODHA diberikan terapi ini jatohnya itu kita dilatih untuk membuat aksesoris sulaman, latihan nari juga ada. Jadi yang ditanamkan yang paling utama itu bahwa kita ini ODHA, bisa kok menghasilkan sesuatu, dan kita juga bukan individu yang istilahnya tinggal nunggu meninggalnya aja gitu mas. Tapi ya gitu karena kebanyakan yang ikut terapi dan yang bergabung disini adalah ODHA perempuan, saya suka canggung mas, kadang datangnya itu jarang pas ada terapi. Jadi saya gak optimal untuk ikut nih terapi.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti Ya itu tadi mas, sebelumnya ada acara konseling, kegiatan Terapi Menyulam diskusi, share, bisa kumpul ketemu sama yang lain; bisa jadi tempat untuk menyegarkan pikiran saya juga tersebut? ikut terapi ini, ada juga acara obrass itu saya rutin sama istri saya ikut tiap bulannya. 14. Dalam Terapi Menyulam ini, hal apa yang diberikan oleh pendamping (ohida) kepada mas/mba?
Banyak mas, pandangan hidup, motivasi yang bisa bikin saya berubah yang tadinya cuek jadi bisa lebih merasakan satu sama lain; selain itu juga keterampilan yang diberikan bisa kita jual kalau ada acara, lumayan hasilnya kita kumpulin.
15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam memberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Mereka mendukung sekali mas kalau kita punya ide; teman-teman ohida juga banyak meberikan ilmu, kita berbagi pengalaman; perlakuan khusus ya gak ada, kebanyakan kita yang ODHA daripada ohidanya.
pemberian 16. Selain keterampilan, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan? kirakira sudah berapa lama mas/mba mengikuti Terapi Menyulam ini?
Saya ikut terapi dari akhir 2007 sampai sekarang, tapi ya kadang-kadang kan saya sekarang narik bajaj sama jemput anak sekolah mas; Dampak positif nya banyak mas, saya diajarin berbagi disini dengan ODHAODHA yan lain yang tadinya saya cuek pelan-pelan saya terbuka matanya, gitu deh mas saya jadi tambah semangat.
mas/mba sendiri Tujuannya sih simpel mas, kalau ekonomi itu siapa 17. Tujuan tau bisa nambah penghasilan dengan keterampilan mengikuti terapi ini apa sih? yang saya miliki, udah gitu bikin rileks kalau sehabis narik bajaj, bisa bagi-bagi ilmu sama yang lain. 18. Adakah manfaat atau hasil yang didapat oleh mas/mba itu apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial
Untuk pemasarannya masih belum luas, karena kita buat aksesoris ataupun handmade lainnya, dijualnya hanya kalau ada acara-acara tertentu aja, tidak setiap hari ada barang yang terjual, kita memang masih
yang mas/mba sekarang ini?
rasakan bingung dalam hal pemasarannya. masalahnya karya kita kan belum ada link pemasarannya, tapi alhamdulillah istri saya dapat pinjaman modal dari YPI, jadi saya gunain bikin warung aja, psikologis sama sosialnya itu ehmm, saya jadi lebih tenang, lebih percaya diri lagi.
19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Respon dari luar sih biasa aja, kan saya masih close, tapi kalau keluarga memang udah perhatian sejak kakak saya ngasih tahu kalau saya HIV, tapi gini mas kalau emang yang saya rasain untuk bergaul dengan seseorang yang negatif yang istilah katanya lebih mapan saya gak ngerasa canggung mas.
Transkip Hasil Wawancara Informan Subyek Usia Pendidikan Agama Pekerjaan Topik Hari/tgl Tempat
: WD : 33 tahun : SMK : Islam : Konselor Adiksi Puskesmas Tn. Abang : Proses pemberian dan hasil Terapi Menyulam : Kamis, 28 Juli 2011 : Ruang Perpustakaan Sanggar Kerja YPI, Kebon Baru. Jak-Sel
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Ceritakan mengenai kronologis latar belakang mas/mba menjadi seorang ODHA?jika mas/mba pemakai narkoba, bagaimana awal mengenal narkoba tersebut? Ataukah karena hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan?
gw kena hiv/aids itu gara-gara pemakaian jarum suntik gantian ma suami gw, tapi sekarang laki gw udah almarhum dari 2004, Kalau gw tahun 2000 sudah gak jadi pemakai lagi, karena waktu itu gw hamil, tp suami gw masih jadi pemakai, dia benerbener berhenti pas tahun 2002, dan tahun 2003 gw punya anak kedua semenjak itu suami gw berhenti candu putawnya dan beralih ke ganja-ganja aja. Tahun 2005 1 tahun setelah suami gw meninggal gw sakit, cukup lama itu bolak-balik masuk rumah sakit akhirnya gw divonis kena TB, dan itu jadi gejala awal udah ada virus HIV dalam tubuh gw, udah gitu gw sadar selama gw hamil sampai melahirkan itu, gw sariawan gak sembuh-sembuh, udah kering, nanti ada lagi ditempat lain sampai bentuknya pun gede banget sariawannya, itu juga mungkin jadi gejala awal gw HIV. Gw jadi pecandu saat kenal suami gw tahun 1994, lulus SMK waktu itu. kita berdua make bareng, share jarum suntik bareng, pedaw juga barengbareng. Nah dari situ ge ngerasa sama suami gw cocok kan, sampai akhirnya kita nikah.
2.
Sebelum terinfeksi, apakah mas/mba mengetahui apa itu HIV/AIDS, baik penularannya, dampaknya maupun cara pengobatannya?bisa tolong ceritain yang mas/mba ketahui tentang HIV/AIDS tersebut?
Tahun 1994 sama sekali gak tahu apa itu HIV/AIDS sendiri, yang gw tahu itu HIV t\itu kan dulu digambarin dengan tengkorak yang berdarah-darah. Dan yang ge tahu juga HIV biasanya hanya diderita sama orang-orang homo, atau PSK yang suka berhbungan seks dengan banyak laki-laki.
Dulu sih cuek yah namun setelah kondisi semakin Kini setelah tahu, bagaimana drop, badan juga kurus kering gw baru deh nyadar lama-lama gw bisa mati kalau kaya gini, akhirnya gw perasaan mas/mba sendiri? minta tolong cariin info sama nyokap gw, dan kebetulan tim ODHA dari YPI jengukin gw di RSCM kaya semacem kasih dukungan buat gw. 3.
Bagaimana keadaan ekonomi Keadaan ekonomi gak terlalu terpengaruh yah kan gw keluarga sebelum dan setelah dari dulu itu dibantu sama keluarga, baik keluarga gw
mas/mba terinfeksi HIV/AIDS maupun keluarga suami gw, walaupun suami gw udah ini, apakah ada kerja waktu itu. perubahan?perubahan seperti apa? 4.
Bagaimana keadaan sosial dan psikologis mas/mba sebelum dan setelah mas/mba terinfeksi HIV/AIDS?
Kondisi psikologis gw gak terlalu cemas, justru gw cemasnya karena ga punya TB bukan HIV, jujur aja kalau masalah HIV/AIDS gw gak ngerti apa-apa, nah kalau TB, itu ge takut kenapa-kenapa paru-paru gw. Sosialnya juga gw pas sakit gak bisa keman-mana drop mpe badan gw kurus karena TB juga yang gw punya, pokoknya dari sosialisasi keluar gak bisa keman-mana gw, hanya di tempat tidur doang.
5.
Bagaimana respon keluarga dan masyarakat saat mengetahui kondisi mas/mba yang terinfeksi HIV/AIDS?apakah mas/mba sudah berani open status di lingkungan?
dilingkungan rumah gw gak open status karena kan gak enak sama keluarga, kalau dikeluarga responnya itu juga tanggap, karena sebelumnya ada 4 orang sepupu gw terkena HIV/AIDS juga, jadi mungkin keluarga lebih punya persiapan dan dari penanganannya bisa saling share juga.
6.
Kapan mas/mba menikah? Dan Gw nikah kan tahun 1996, anak gw sekarang ada 2 berapa jumlah anak mas/mba, alhamdulillah dua-duanya itu negatif. apakah anak mas/mba terinfeksi?
7.
Untuk penanganan kesehatan mas/mba ini, mba/mas itu dapat informasi tentang YPI dari mana?
8.
Tahun berapa mas/mba mulai Tahun 2006 setelah sekitar 1 tahun sakit-sakitan sampe kondisi kurus bener, gw gabung ke YPI sering bergabung dengan YPI ini? ke klinik YPI supaya dapet konseling dan diskusi ARV juga.
9.
Apa alasan mba/mas memilih YPI? bagaimana kondisi psikologis mas/mba pada waktu itu?
Dari YPI itu karena dulu mba Sundari dan YL itu ngunjungin gw di RSCM kasih dukungan buat gw, ditanya CD4 gw berapa, padahal gw gak ngerti, sampai akhirnya gw dikasih kartu nama dan alamat YPI juga. Kontak kami berlanjut mba sundari dan 2 orang teman ODHA dateng juga kerumah gw jengukin dan kasih dukungan buat gw.
Pada dasarnya perhatian mereka yang pertama dateng ke RSCM jenguk gw, berawal dari situ gw ngerasa ada yah gitu orang lain yang gak kenal dateng kasih dukungan ngajak bergabung juga, disamping itu kan gw masih gak ngerti apa itu HIV, gw cari informasi ke YPI nya jadinya.
apa tahapan Awalnya gw lagi di RSCM, dateng orang-orang dari 10. Seperti penerimaan awal yang YPI kasih kartu nama dan no telepon, selanjutnya saat diberikan YPI pada waktu itu gw udah agak mendingan gw ke YPI, lalu mengisi kepada mas/mba? Adakah
syarat-syarat khusus?
identitas gitu dan dikonseling deh tuh.
11. Setelah proses awal, adakah kegiatan ataupun acara yang melibatkan mas/mba? Bentuk kegiatan seperti apa ya mas/mba?
Kegiatan Terapi Menyulam yang gw ikutin, dan gw pernah persentasi di Kolombo, Sri Lanka untuk mendeskripsikan kegiatan terapi ini dan hasil-hasil yang duah gw bawa; waktu itu acara dari LSM-LSM dalam dan luar negeri yang bekerja sama dalam pencegahan HIV/AIDS dan ODHA, dari YPI ada gw sama teman gw yang jadi perwakilan.
12. Untuk program dukungan sebaya di YPI sendiri, ada salah satunya yaitu Terapi Menyulam, apakah mas/mba mengikuti kegiatan ini? Bagaimana proses kegiatan tersebut?
Pada terapi ini setelah gw berempat diberikan konseling dukungan dan materi untuk lebih memotivasi gw, selanjutnya gw diajarkan untuk membuat sulaman dari benang wool yang pertama itu membentuk pita HIV, disini prosesnya sendiri menurut gw bener-bener membantu kemandirian.
13. Apa alasan mas/mba mengikuti Gunanya selain untuk nambah kepercayaan diri, kegiatan Terapi Menyulam nambah penghasilan juga kali ya, kan kebanyakan ODHAnya itu gak bekerja. Mereka takut statusnya tersebut? ketahuan jadi gak bekerja, atau ada pula yang orang tua tunggal, suaminya meninggal kaya gw. 14. Dalam Terapi Menyulam ini, Ya itu pelatihan keterampilan kaya membuat hal apa yang diberikan oleh aksesoris, membuat kue, menari juga pernah. pendamping (ohida) kepada mas/mba? 15. Bagaimana sikap para tutor ataupun ohida dalam meberikan dukungan kepada mas/mba? Adakah perlakuan khusus?
Mereka peduli banget sama kita (ODHA), kalau perlakuan khusus ya gak ada sama aja semua disini, gw juga gak berasa kaya seorang ODHA lama-lama karena mereka juga menghargai perasaan gw.
pemberian 16. Selain keterampilan, hal apa saja yang diberikan kepada mas/mba yang bisa dijadikan bekal, atau memberikan dampak positif yang mas/mba rasakan?kirakira sudah berapa lama mas/mba mengikuti Terapi Menyulam ini?
Gw ikut terapi dari 2006 kalau gak salah, yah selain ada pelatihan keterampilan, YPI mengajak kita ke acara-acara diluar yang sifatnya umum, kemarin juga pernah jadi narasumber waktu penyuluhan di Sawangan Depok.
mas/mba sendiri Tempat kedua gw selain dirumah kali yah, di sini bisa 17. Tujuan kumpul, tuker pikiran sesama ODHA, karena mengikuti terapi ini apa sih? kebanyakan nasibnya kaya gw yang single parent juga. 18. Adakah manfaat atau hasil Sekarang gw jadi konselor adiksi di UPT puskesmas yang didapat oleh mas/mba itu tanah abang dan di Salemba, hal ini gw peroleh dari
apa saja? Yaa dari aspek ekonomi, psikologis dan sosial yang mas/mba rasakan sekarang ini?
manfaat aktif di YPI dan mngikuti kegiatan disana, salah satunya terapi menyulam, gw pernah jadi narasumber di Kolombo, Sri Langka pada 2007 untuk menjelaskan bagaimana program Terapi Menyulam ini membangun psikologis dan kondisi ODHA dengan statusnya yang baru.
19. Setelah mas/mba mengikuti terapi ini, bagaimana respon kondisi lingkungan sekitar, terutama keluarga mas/mba sendiri?
Keluarga pastinya lebih memperhatikan dong, anak gw dua, gak punya suami juga gw udah gak ada. Dari kesehatan mereka lebih perhatian dari sebelumnya. Kalau untuk lingkungan sekitar norma-normal aja karena gw juga kan close status jadi jangan ada yang tahu deh, cukup keluarga aja dulu.
FORMAT CATATAN LAPANGAN
Fokus Penelitian Nama Observer Tempat Observasi Hari dan Tanggal Waktu Unit Analisis Nama Individu Jenis Kelamin Orang – orang yang telibat
Deskripsi Latar
: Keikutsertaan Odha di Lingkungan : Fiqih Prasetya Adiaksa : Aula Kecamatan Sawangan, Kota Depok : Senin, 11 Juli 2011 : 09:00 s/d 12:13 : Individu : WD : Wanita : Remaja Karang Taruna se-Kecamatan Sawangan, Dr. Hendy, Ibu Niken, Ibu Sundari, dan staff Kecamatan Sawangan.
:
Latar Aula kecamatan Sawangan terletak di bagian samping kanan kantor kecamatan dengan lebar sekitar 20x15m², ditiap-tiap sudut terdapat tiang penyangga berdiameter kurang lebih 50cm dan jumlahnya mancapai 9 buah yang di cat putih terang dan mengelilingi tempat tersebut. Lantai aula yang merupakan keramik putih dan ditutupi oleh karpet berwarna biru, ditempat tersebut disediakan 3 buah meja dan 2 kursi yang berfungsi untuk meletakkan infokus dan whiteboard. Langit-langit dibuat seperti mengeruncing keatas dengan 4 buah lampu gantung yang berwarna putih terang. Di sekeliling aula terdapat selokan yang berfungsi sebagai tempat saluran air hujan, dan di sebelah kanan terdapat mushalla ar-rawdah (mushalla kec. Sawangan).
Simbol dan Singkatan : WD : Informan WD Bp : Bpk. Camat IS : Ibu Sundari -_: tatapan kosong ?? : menuggu / : menulis ^ : meletakkan <> : meja o\ : menunduk i : bolpoint ^-^ : mengerutkan dahi {I} : snack
St × dr II h Fr { o-o ¥ ^^ +_+
: Staf Kecamatan : menyampaikan : dr. Hendy : berdiri : duduk : form absen : infokus : spd. Motor : rambut : mengambil : mengecilkan mata : senyum
Pr @ ? -> /II\ } y_y
_< ()
: Peserta : serius : bertanya : gelisah : datang : aula : whiteboard : lelah : menunjuk : saku : melihat : mengelilingi
Drk ++ )( >^ ©
: meminum : memberikan : menjelaskan : mendengarkan : memegang : wajah
[] # O µ ∞ Y
: air mineral : brosur : bersuara keras : microphone : membasuh : menjawab
++> ± £ " ® $
: maju kedepan : print out : menelfon : menghela nafas : sapu tangan : tertawa
Catatan Lapangan : IS->??WD..IS£WD?. ISh??/II\.. Pr->/II\/Fr..Prh().dr&St^{}<>..WD->y_y¥oo..Wdo\¥?IS..IS<-<>St...WD-><>St.WD^^iU.WD^_^+_+/Fr..WD>_/II\h..dr.St.Pr.()/II\..Pr->/II\..Pr.h.()dr.St.WD&IS..Bp.->/II\..Bph..dr++Opr {WD&IS@>_++Pr.IS++Pr.WD()# Pr)(WD,WD++O..WDO@++Pr..Pr+_+_->-^ µ++Pr,dr,St..WD"∞©®...WD µIS..IS++Pr)(..Pr?IS&dr,Pr?WD, WD@ Ypr.. WD$Ypr..WD>^Pr..Pr ..St->/II\St±Pr..Pr..<-/II\. Deskripsi Lapangan : Pada pukul 09:00 WIB sebagian staff kecamatan Sawangan bersiap-siap dan merapikan karpet yang akan digunakan untuk penyuluhan HIV/AIDS di kecamatan tersebut, beberapa rekan-rekan anggota karang taruna sudah mulai berkumpul disamping aula menunggu panitia untuk memulai acara yang telah diagendakan sebelumnya pada pukul 09:00, setelah itu staff kecamatan mulai menyiapkan tempat registrasi peserta dan dan menatap snack untuk peserta. Tidak lama berselang ibu Sundari datang dari arah dalam kantor kecamatan dengan wajah yang gelisah menunggu kedatangan WD yang telah janjian pukul 09:00. Beberapa saat kemudian Ibu Sundari menelfon WD menanyakan perihal keberadaan WD, karena sebentar lagi acara akan dimulai. Sambil menunggu dimulainya acara dan Ibu Sundari duduk disamping aula. Beberapa saat kemudian beberapa peserta yang berdatangan untuk mengisi form absen dan kemudian mengambil tempat duduk agak mengelilingi Dr. Hendy dan staff lain yang tengah menyiapkan infokus dan papan whiteboard diatas meja untuk dipakai sebagai layarnya. Pukul 09:27 WD datang dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Merah, dengan wajah yang nampak lelah dan rambut terurai, lalu WD menyapa Ibu Sundari. “Belum mulai kan mba acaranya?”. Tanya WD kepada Ibu Sundari dengan sedikit menunduk dan mengikat rambutnya yang terurai. “Belum, kamu isi buku absen dulu sana!”. Jawab Ibu Sundari seraya menunjuk ke arah meja registrasi.
Lalu WD segera mengisi buku absen dengan mengambil bolpoint dari sakunya, kemudian dengan mengerutkan dahi dan mata yang agak sedikit dikecilkan WD menatap form absen yang akan diisi. “ini tiga kali tanda tangan ya mba?”, Tanya WD kepada petugas registrasi. “iya, mba. Tiga kali tanda tangan disini.” Jawab petugas registrasi sambil menunjukan kolom isian tanda tangan dan memberikan snack kepada WD. “oh, makasih ya mba.” Balas WD dengan sedikit senyum yang tidak menatap ke arah wajah petugas tersebut. Setelah WD dan Ibu Sundari masuk ke aula dan duduk tepat persis disamping Dr. Hendy dan Ibu Niken yang akan membuka acara terlebih dahulu. Sesaat kemudian rekan-rekan karang taruna yang sedari tadi berkumpul mengelilingi aula masuk kedalam aula dan duduk lesehan mengelilingi narasumber. Tidak lama kemudian Ibu Niken membuka acara dan mengatur posisi tempat duduk aga lebih terlihat nyaman, rekan-rekan karang taruna yang masih dibelakang pindah kearah sebelah kiri WD dan Ibu Sundari yang memang masih kosong. Sesaat kemudian Bapak Camat Sawangan masuk dan memberikan sambutan sekaligus membuka acara, pada hari ini terlihat antusias para rekan-rekan karang taruna yang memang bersemangat mengikuti kegiatan penyuluhan HIV/AIDS dengan dihadiri oleh sekitar 37 orang rekan-rekan karang taruna yang berasal ditiap-tiap kelurahan yang berada di wilayah kecamatan Sawangan. Hari semakin terik dan matahari terasa menghangatkan suasana pada acara penyuluhan HIV/AIDS yang dipimpin langsung oleh dr. Hendy, setelah itu dr. Hendy segera melanjutkan dengan memberikan materi melalui gambaran visual yang dipantulkan oleh kamera infokus kepada seluruh peserta penyuluhan, termasuk Ibu Sundari dan WD yang akan menjadi pembicara pada sesi kedua dalam acara tersebut. Bahasa dr. Hendy yang tidak kaku dan mudah dimengerti membuat kami semua larut dalam suasana santai dengan materi mengenai cara penularan virus HIV dan apa itu AIDS. Ibu Sundari dan WD terlihat serius menyimak apa yang sedang disampaikan oleh dr. Hendy, WD yang serius sesekali meminum air mineral yang telah dibawanya pada saat mendengarkan materi yang diberikan. WD terlihat tersenyum lepas dan masuk kedalam suasana saat dr. Hendy sesekali menyisipkan celotehan saat memberikan materi. Kurang lebih 45 menit dr. Hendy memberikan materi pertama lalu disambung
dengan Ibu Sundari dan WD yang akan memberikan materi mengenai kalompok dukungan sebaya, WD dan Ibu Sundari maju kedepan sehingga terlihat oleh peserta yang lain, lalu WD dengan santai dan ramah berkeliling memberikan Brosur Yayasan Pelita Ilmu (YPI) kepada para peserta. Pada sesi kedua ini Ibu Sundari menyampaikan mengenai penanganan yang diberikan oleh YPI kepada odha dan apa saja yang dilakukan oleh YPI dalam melindungi dan dukungan kepada odha. Setelah Ibu Sundari memberikan materi tentang kelompok dukungan disambung oleh WD yang membenarkan perihal pelayanan dan dukungan yang diberikan oleh YPI dalam membantu odha memulihkan kondisi psikologisnya saat mengetahui kondisi barunya sebagai odha, selanjutnya WD mengaku bahwa dirinya adalah seorang odha, WD dengan percaya diri dan berani dan suara yang keras mencoba meyakini kepada peserta yang lain bahwa dirinya adalah orang dengan HIV/AIDS (Odha). Sejenak suasana menjadi hening karena peserta bertanya-tanya dan seolah tidak yakin atas apa yang sedang mereka dengar, “ada yang percaya gak kalau gue ini odha?”, aku WD, suasana hening sejenak beberapa peserta terlihat saling pandang, “serius gue ini HIV lho, gak nyangka yah?”. Jelas WD dengan raut muka yang serius dan suara lebih kencang serta tangan kanan mengarah ke dadanya. Tidak lama setelah itu WD kembali menjelaskan tanpa ragu bagaimana WD menjadi seorang odha. Dengan gagang microphone yang dia pegang dengan tangan kanannya dan sesekali menghela nafas panjang mengatur nafasnya, dan diselingi dengan membasuh keringatnya dengan sapu tangan dengan tangan kirinya, setelah suasana kembali hangat WD pun mulai membuka sesi tanya jawab perihal HIV, ataupun kehidupannya. Setelah itu kembali disambung oleh Ibu Sundari yang menjelaskan mengenai pencegahan HIV/AIDS kepada Ibu hamil, hal tersebut berkaitan dengan program PMTCT di Yayasan Pelita Ilmu (YPI). Setelah itu sesi tanya jawab kembali dibuka oleh Ibu Sundari, banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai penularan HIV, obat yang diberikan untuk penderita HIV dan beberapa gejala yang diderita oleh odha. Secara bergantian Ibu Sundari, WD dan dr. Hendy menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta, sesekali WD menambahkan penjelasan yang memang diketahuinya. Saat WD membantu menjelaskan kepada peserta mengenai cara penularan HIV/AIDS, WD terlihat santai dan lepas saat menjawab mengenai akses utama penularan HIV/AIDS apakah bisa melalui keringat saat bersentuhan tangan ataupun melalui air liur pada saat
berciuman, tanpa ragu dan dengan tersenyum WD mencoba menjawab dengan memegang tangan kanan peserta dengan tangan kirinya dan mengajak berdiskusi peserta yang menanyakan hal tersebut. Tidak lama kemudian seseorang staff kecamatan masuk dan membagikan print out materi yang telah dijelaskan diawal kepada peserta. Tidak lama kemudian adzan zuhur berkumandang dan panitia segera menutup penyuluhan tersebut. Intepretasi Peneliti
:
WD terlihat lepas pada saat membantu menjelaskan mengenai akses utama dalam penularan HIV/AIDS; WD tidak canggung saat mengakui bahwa dirinya adalah seorang odha; WD merasa nyaman saat mengetahui respon dari para peserta setelah dia mengakui bahwa dirinya odha; Kesimpulan
:
Kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan diatas adalah bahwa WD merasa nyaman saat mengaku bahwa dirinya adalah seorang odha, WD secara jelas dan membenarkan ucapannya bahwa HIV/AIDS ini tidak menular melalui keringat ataupun berjabat tangan.
Hasil Observasi Informan
Nama
: WD
Jenis Kelamin
: Perempuan
Hari dan tanggal
: Rabu, 13 Juli 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan YPI kbn. baru
Waktu
: Pkl. 11:00 s/d 13:00
1.
Penampilan diri Informan WD memiliki rambut panjang yang ikal dan begelombang diujungnya, mempunyai badan dengan perawakan tinggi besar, berat badan sekitar 65kg dan tinggi badan 170cm, WD mempunyai struktur gigi yang merenggang dibagian depan kedua giginya.
2.
Cara bicara Cara bicara WD sangatlah terbuka kepada peneliti, saat ada kata-kata yang vulgar atau tidak baku WD lansung mengutarakannya. Informan terlihat cuek dan berkelitkelit dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
3.
Gerakan tubuh Gerakan tubuh informan tenang, pandangan mata pun fokus kepada peneliti yang sedang mengutarakan pertanyaan kepadanya. Sesekali WD memutar bangkunya kebelakang untuk mengambil air minum yang di tempatkan tepat dibelakang menjanya.
4.
Ekspresi Emosi WD terlihat datar-datar saja saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Informan lebih asyik menjawab pertanyaan sambil mengunyah makanan ringan (biskuit) yag dibawanya.
5.
Ekspresi raut wajah Ekspresi raut wajah informan cenderung biasa saja, namun saat bercerita mengenai kronologis alm. Suaminya yang meninggal dan divonis HIV, dengan nada tinggi seraya membentak WD mengerutkan dahinya.
6.
Perilaku Informan dilingkungan Perilaku informan dilingkungan termasuk ramah dan supel, saat tiba di YPI yang bersangkutan langsung menuju ruangan Ibu Sundari untuk sejenak bertegur sapa dan menanyakan kabar, walaupun WD seorang yang cuek namun tetap menyempatkan diri berpamitan kepada anggota YPI dan odha yang lain.
Hasil Observasi Informan
Nama
:P
Jenis Kelamin
: Perempuan
Hari dan tanggal
: Kamis, 28 Juli 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan YPI kbn. baru
Waktu
: Pkl. 12:10 s/d 13:39
1.
Penampilan diri Informan P memiliki tinggi badan 160cm dengan perawakan gemuk dan rambut panjang terurai. P memiliki tahi lalat diwajahnya dan bentuk wajah yang bulat dengan warna kulit kuning langsat.
2.
Cara bicara Cara bicara P saklek dan jelas tanpa ada basa-basi ataupun permulaan, P langsung kepada inti jawaban yang akan dia utarakan kepada peneliti.
3.
Gerakan tubuh Informan tergolong seseorang yang cepat bosan dalam suasana formal, P selalu bergerak memutar kursinya saat akan menjawab pertanyaan dari peneliti, sesekali P duduk bersila dikursinya.
4.
Ekspresi Emosi P pintar memainkan emosinya, saat P menjawab hal yang agak sedikit pribadi P menunduk dan berbinar matanya.
5.
Ekspresi raut wajah Ekspresi raut wajah informan saat menjawab pertanyaan atau ada pertanyaan yang kurang jelas dengan mengerutkan dahi dan agak sedikit mencondongkan kepalanya kedepan.
6.
Perilaku Informan dilingkungan Informan termasuk seseorang yang ramah, sewaktu P baru tiba di YPI, P terlihat membaur dengan teman-temannya dan menanyakan temannya yang tidak hadir.
Hasil Observasi Informan
Nama
: YL
Jenis Kelamin
: Perempuan
Hari dan tanggal
: Kamis, 28 Juli 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan YPI kbn. baru
Waktu
: Pkl. 14:15 s/d 15:50
1.
Penampilan diri Informan Informan YL mempunyai bentuk tubuh yang kurus, dan bibir yang tampak selalu mengering, wanita berkulit sawo matang ini mempunyai ramput ikal dan nampak tidak rapi, tinggi badan sekitar 163 cm dan berat badan 45 kg.
2.
Cara bicara Cara bicara YL jelas dan terarah atas setiap apa yang ditanyakan oleh peneliti. Saat YL berbicara mengenai masa lalunya yang kelam informan YL mengecilkan suaranya, dan apabila berceritera mengenai kesusksesannya YL mengaluarkan suara yang lantang dan penuh dengan percaya diri.
3.
Gerakan tubuh YL adalah saeorang yang tenang dan mempunyai konsentrasi yang cukup tinggi, hal ini dengan cepatnya YL merespon pertanyaan. Saat menjawab pertanyaan YL sesekali memegangi bibirnya yang mengering dan merapikan uraian rambutnya.
4.
Ekspresi Emosi Ekspresi emosi YL terlihat saat YL menjawab berbagai pertanyaan mengenai masa lalunya, dengan nada yang cukup lantang saat YL mencoba meyakini peneliti dalam menjawab.
5.
Ekspresi raut wajah Dalam hal ini ekspresi raut wajah YL tidak terlalu terlihat karena YL lebih menundukkan kepalanya saat menjawab hal-hal yang intim atapun hal yang bersifat pribadi.
6.
Perilaku Informan dilingkungan Informan adalah seorang yang tidak mudah terbuka dengan orang lain yang belum lama dilihatnya, saat ada seseorang yang baru masuk ke YPI informan tidak mencoba menegur tapi hanya memandanginya dengan tatapan yang serius..
Hasil Observasi Informan
Nama
: WN
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Hari dan tanggal
: Kamis, 4 Agustus 2011
Tempat
: Ruang Perpustakaan YPI kbn. baru
Waktu
: Pkl. 11:00 s/d 12:27
1. Penampilan diri Informan Bertinggi badan sekitar 165cm berperawakan kurus dan berkulit sawo matang, dandanannya terlihat selalu rapi dan sopan meskipun bekerja sebagai penarik bajaj. 2.
Cara bicara Cara bicara WN kurang cukup terarah, namun terkadang masih ada hal yang masih enggan untuk dijawab, hal ini lebih peneliti perdalam dengan mengulang pertanyaan ataupun meyakinkan informan.
3.
Gerakan tubuh Gerakan tubuh WN saat menjawab sesekali WN hanya menganggukan kepala dan tersenyum sebelum menjawab.
4.
Ekspresi Emosi WN kurang pintar dalammemainan emosi, karena cenderung terlalu serius dan kaku saat menjawab pertanyaan dari peneliti.
5.
Ekspresi raut wajah Ekspresi raut wajah informan terlihat serius, saat melontarkan senyum pun hanya sesaat. Setelah itu apabila ada pertanyaan yang kurang jelas informan mengerutkan dahi dan agak sedikit mengangkat kepalanya.
6.
Perilaku Informan dilingkungan Informan lebih cenderung pendiam saat bertemu dengan teman-temannya, terlihat serius walau dalam suasana yang santai.