1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh : BAHARUDIN YUSUP AL AMIN NIM K7406054
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
sendiri.
Pendidikan
selalu
mengalami
pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. SMP Negeri 3 Colomadu merupakan sekolah negeri yang mempunyai input atau masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beraneka ragam. Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi Mata Pelajaran IPS siswa belum semuanya sesuai dengan KKM yaitu 65. Tabel 1 : Daftar Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010 : Kelas
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
VIII G
Nilai
80
75
78
76
75
74
70
rata-rata
3
Sumber : Daftar nilai Ujian Semester Ganjil siswa kelas VIII Mata pelajaran IPS Tahun Ajaran 2009/2010
Berdasarkan Tabel 1, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII G merupakan siswa kelas VIII yang nilai 1 rata-ratanya paling rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa kelas VIII yang lain. Sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII G dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2 : Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII G SMP N 3 Colomadu pada Mata Pelajaran IPS Tahun Pelajaran 2009/2010 : Kriteria
Jumlah siswa
Persentase
Tuntas
25
62,5 %
Tidak tuntas
15
37,5 %
Jumlah
40
100 %
Sumber : Daftar nilai Semester Ganjil siswa kelas VIII G Mata pelajaran IPS Tahun Ajaran 2009/2010.
Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh kesimpulan rata-rata nilai mata pelajaran IPS kelas VIII G adalah 70 sedangkan nilai siswa yang diatas atau sama dengan 65 sebanyak 25 siswa sedangkan 15 siswa belum tuntas. Faktor yang menyebabkan ketuntasan belajar kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran. Metode mengajar guru masih secara tradisional. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan
kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada
pengajaran daripada pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Adapun penyampaian metode ceramah guru menerangkan atau menguraikan materi pelajaran secara lisan, sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat uraian dari guru. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi.
4
Namun kenyataan yang terjadi pada siswa kelas VIII G adalah sebagian besar merupakan siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan pencapaian kompetensi belajar siswa kelas VIII G paling rendah. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan model pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Selain itu juga memacu keaktifan siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (G1) dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
5
Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan mereka selidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan secara mandiri yang telah disiapkan dan teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk saling memberi kontribusi, saling tukar-menukar dan mengumpulkan ide. Setelah itu anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar. Teknik presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi, sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk mempresentasikan, mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber dan fasilitator. Di samping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: " PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
GROUP
INVESTIGATION
(GI)
SEBAGAI
UPAYA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN AJARAN 2009/2010."
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum terfokus pada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. 2. Prestasi belajar ekonomi siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan, padahal penerapan model tradisional kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM khususnya di kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu belum menyeluruh sehingga prestasi belajar kurang optimal.
C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah: 1. Subjek Penelitian Siswa kelas VIII (G) semester genap SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010. 2. Objek Penelitian Obyek penelitian ini adalah: a. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). b. Keaktifan siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu. c. Prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
7
dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah
penerapan
metode
pembelajaran
kooperatif
Group
Investigation (GI) dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIIG? 2. Bagaimanakah
penerapan
metode
pembelajaran
kooperatif
Group
Investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Peningkatan keaktifan siswa kelas VIII G dalam proses pembelajaran IPS
Bidang
Kajian
Ekonomi
melalui
penggunaan
model
pembelajaran Group Investigation (GI). 2. Peningkatan pencapaian hasil belajar IPS Bidang Kajian Ekonomi siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI).
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan
ilmu-ilmu
pendidikan
yang berhubungan
dengan
peningkatan
kompetensi belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis 1. Bagi sekolah yaitu sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. 2. Bagi guru memberikan berbagai manfaat pembelajaran kooperatif Group Investigation (G1) dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses belajar mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai, guru harus memiliki strategi-strategi tertentu. Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik-teknik penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru. ”Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis” (Muhibbin Syah, 1995: 202). ”Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik” (Roestiyah, 2001: 1). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk usaha yang bersifat sadar, disengaja, dan bertanggungjawab yang secara sistematis dan terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Salah satu metode yang perlu dikembangkan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah metode pembelajaran kooperatif.
9
”Belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran” (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 54). Metode pembelajaran 7 kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya. Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilanketrampilan tertentu (A. Suhaenah Supamo, 2001: 156). Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik tertentu, yaitu: a. Tujuan kelompok Sebagian besar metode belajar kelompok ini mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok. b. Pertanggungjawaban individu Pertanggung jawaban individu dicapai dengan dua cara pertama memperoleh skor kelompok. Cara yang kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok. c. Kesempatan untuk sukses Keunikan dalam metode belajar kelompok ini yaitu menggunakan metode scoring yang menjamin setiap siswa memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka. d. Kompetisi antar kelompok Adanya kompetisi antar kelompok berarti memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan konsep suatu materi. (Slavin, 1995: 12). Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) akan sangat terasa dampak positifnya terhadap siswa karena model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) memiliki ciri dan tujuan utama yang berbeda
10
dengan model pembe;ajaran tradisional.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a.
Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama.
b.
Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.
Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
d.
Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama, yaitu: a. Pencapaian akademik Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang materi atau bahan ajar; sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik dalam belajar. b. Penerimaan atau perbedaan Efek atau dampak yang kedua dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas terhadap orang lain yang berbeda ras, kebudayaan, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. c. Mengembangkan kemampuan sosial Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk bekerjasama (Arends, 1997: 111-112). Ada beberapa alasan yang mendasari dikembangkan pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
11
informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya juga (Nurhadi, 2004: 116). Roger dan David Johnson dalam Lie Anita (2008: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b) Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c) Tatap muka Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. d) Komunikasi antar anggota unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. e) Evaluasi proses kelompok Ealuasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru
12
agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan dari pembelajaran tradisional. Berikut ini perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Tabel 3 : Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajara Tradisional. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar tradisional Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya siswa saling membantu, dan saling yang mendominasi kelompok atau memberikan motivasi sehingga ada menggantungkan diri pada kelompok. interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitasi individual sering mengukur penguasaan materi pelajaran diabaikan sehingga tugas-tugas sering tiap anggota kelompok. Kelompok diborong oleh salah seorang anggota diberi umpan balik tentang hasil belajar kelompok, sedangkan anggota para anggotanya sehingga dapat saling kelompok yang lainnya hanya ” enakmengetahui siapa yang memerlukan enak saja” di atas keberhasilan bantuan dan siapa yang dapat temannya yang dianggap pemborong memberikan bantuan Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar biasanya homogen. dalam kemampuan akademik, Jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pemimpin kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir untuk oleh guru atau kelompok dibiarkan memberikan pengalaman memimpin untuk memilih pemimpinnya dengan bagi para anggota kelompok. cara masing-masing. Ketrampilan sosial yang diperlukan Ketrampilan sosial sering tidak dalam kerja gotong royong seperti diajarkan secara langsung kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang . lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung, guru terus memberikan intervensi sering tidak dilakukan oleh pemantauan melalui observasi dan guru pada saat belajar kelompok sedang melakukan intervensi jika terjadi berlangsung. masalah dalam kerjasama antar anggota
13
kelompok. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Sumber : (Trianto, 2007: 43-44)
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Suhaida Abdul Kadir (2002: 59) menyebutkan bahwa berbagai metode belajar kooperatif yang sedang berkembang yaitu: a) Belajar Bersama (Learning Together) oleh Johnson et al. di University of Minnesota. b) Belajar dalam Bentuk Tim Siswa (Student Team Learning) oleh Slavin et al. di Johns Hopkins University. c) Jigsaw oleh Aronson et al. di University of Texas. d) Investigasi Kelompok (Group Investigation) oleh Sharan et al. di Tel Aviv University. e) Pendekatan Berstruktur oleh Kagan di University of California, Riverside. Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan masalah (Usman H.B, 2001: 305). Langkah langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 : Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif. Fase lndikator Kegiatan Guru 1
2
3
4
Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa yang ingin dicapai dan memberi motovasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana siswa dalam kelompok- caranya membentuk kelompok belajar dan kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok belajar pada bekerja dan belajar saat mereka mengerjakan tugas-tugas.
14
5
Evaluasi
6
Memberi penghargaan
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.
Sumber : (Trianto, 2007: 43-44) Apabila diperhatikan langkah-Iangkah model pembelajaran kooperatif pada tabel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, di antaranya: (a) Meningkatkan kemampuan siswa. (b) Meningkatkan rasa percaya diri. (c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian (d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. b) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk. c) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar (Slavin, 1995:2). Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan kondisi kelas yang kondusif dan sepenuhnya menguasai tentang metode pembelajaran kooperatif sehingga proses pelaksanaannya akan menjadi lancar dan siswa dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat bersaing secara positif.
2. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dasar-dasar model Group Investigation dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan teman-temannya dari Universitas Tel Aviv. Metode Gl ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
15
Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: 120-121). Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal. Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 67). Dalam model ini terdapat 3 konsep utama, yaitu: a) Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru. b) Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung. c) Dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta
16
saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.
Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut: a) Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok Tingkatan ini menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan. b) Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas. c) Menjalankan investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan. d) Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. e) Mempresentasikan hasil akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. f) Mengevaluasi Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif mereka. Sedangkan guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan.
17
Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2000: 51) dalam model Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam metode ini seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap: 1) Tahap pemecahan masalah 2) Tahap pengelolaan kelas 3) Tahap pemaknaan secara perorangan
3. Prestasi Belajar a.
Pengertian Prestasi Belajar Belajar merupakan kebutuhan setiap orang sebab dengan belajar seseorang
dapat memahami dan mengerti tentang suatu kemampuan sehingga kecakapan dan kepandaian yang dimiliki dapat ditingkatkan. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai kepentingan agar berhasil dalam belajar. Prestasi dapat dicapai setelah terjadi proses interaksi dengan lingkungan dalam jangka waktu tertentu. Prestasi dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sosial. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari prestasi yang dicapainya. Prestasi menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi adalah kemampuan , keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Belajar menurut Sardiman A (2004:23) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan , keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
18
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar siswa merupakan interaksi antar faktor-faktor dari dalam diri siswa dan juga faktor-faktor yang ada di luar siswa tersebut. Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu: 1). Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap materi tersebut sulit. 2). Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah. 3). Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar. 4). Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi. 5). Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar. 6). Konsep diri yang rendah. 7). Gangguan emosi. b. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu: 1) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi. 2) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi pembelajaran. 3) Tugas-tugas non akademik. 4) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitamya. 5) Lingkungan fisik (A. Suhaenah Supamo, 2001: 52-57).
c.
Indikator Prestasi Belajar Indikator prestasi belajar dapat dilihat dari tercapainya batas ketuntasan
belajar siswa yaitu dengan mendapatkan nilai diatas 65 ( KKM). Indikator ini untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Pengukuran prestasi belajar ini dilakukan menggunakan hasil tes. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, kuis, tes formatif maupun tes sumatif.
d. Fungsi Prestasi
19
”Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuantujuan pengajaran” (Nana Sudjana, 1991:3). Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b. Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. (Zainal Arifin, 1990: 3). 4. Keaktifan Belajar a. Pengertian Keaktifan Belajar Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Nana Sudjana,1991). Belajar menurut Sardiman A.M (2004:23) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Indikator Keaktifan Belajar Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Beberapa diantaranya adalah turut serta dalam memberikan pendapat atau gagasan, bertanya pada guru apabila belum memahami
20
persoalan. Proses pembelajaran ini melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan seta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Menurut Nana Sudjana (1991:61) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dalam hal : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan. 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Menurut T. Raka Joni dalam A.Tabrani Rusyan (1989:131-132) indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Adanya prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa secara eksplisit diminta, misalnya di dalam diskusi-diskusi, atau cara kerja kegiatan belajar, dan kesediaan mencari alat dan sumber. 2) Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang tengah berlangsung ditunjukkan dengan pengikatan diri pada tugas kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional, yang dapat di amati dalam bentuk terpusatnya perhatian serta pikiran siswa kepada tugas yang dihadapi, serta komitmen untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas. 3) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator. 4) Peserta didik belajar dengan pengalaman langsung (experimential learning). 5) Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar. 6) Kualitas interaksi belajar antar peserta didik, baik intelektual maupun emosional. c.
Jenis Aktivitas Belajar
21
Paul B. Dierich dalam A. Tabrani Rusyan (1989:178), menjelaskan bahwa membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan belajar siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut: 1) Visual activities. seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya. 2) Oral activities, seperti menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya 3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, laporan, tes, menyalin, dan sebagainya. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. Dalam penelitian ini kegiatan belajar sebagai aspek keaktifan siswa dibatasi: visual activities, oral activities, listening activities dan writing activities. Pembatasan ini disesuaikan dengan Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.
B. Kerangka Pemikiran 1.
Peranan Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa. Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas belum berhasil
untuk membuat siswa lebih aktif dan menunjukkan motivasi atau ketertarikan mengikuti Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. Ketiadaan variasi dalam model pembelajaran membuat proses belajar terasa menjemukan bagi sebagian siswa. Selain itu, siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Siswa yang bersikap tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi yang belum dimengerti. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi, ditunjukkan dengan
22
kurangnya antusiasme siswa dalam bertanya dan jarang terjadi diskusi kelas. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi. Proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa dilibatkan secara langsung, mulai dari perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). Dengan demikian siswa selau aktif dan selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan kompetensi siswa.
2. Peranan Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal tersebut adalah karena metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar belum melibatkan keaktifan siswa secara keseluruhan. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa yang memiliki pencapaian kompetensi belajar relatif tinggi. mereka lebih aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Sebaliknya siswa yang mempunyai pencapaian kompetensi belajar relatif rendah, mereka lebih pasif menerima pengetahuan dari guru tanpa berusaha untuk mencari informasi lebih mendalam. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) akan dapat berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu aktif dan guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. Guru mempersiapkan strategi belajar yang selalu berpusat pada siswa, melakukan
23
penilaian secara berkesinambungan dan menyeluruh didukung fasilitas sekolah yang lengkap dan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa untuk membantu memahami materi yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat mereka diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode GI diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Kondisi awal
Tindakan
Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dengan langkah-langkah sebagai berikut: § Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok penelitian. § Merencanakan investigasi di dalam kelompok. § Melaksanakan investigasi. § Menyiapkan laporan akhir. § Mempresentasikan laporan akhir. § Evaluasi pencapaian.
Kondisi Akhir
Peningkatan keaktifan siswa yang ditandai dengan pencapaian batas minimal 75% kelompok aktif dalam menjalankan investigasi kelompok, menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil kerja kelompok
Keaktifan dan Prestasi belajar rendah
Siklus I
Siklus n
Peningkatan hasil belajar 75% siswa pada tes formatif yang ditandai dengan tercapainya nilai batas tuntas keberhasilan belajar siswa yaitu: 65.
24
Gambar 1: Skema kerangka pemikiran pelaksanaan pembelajaran GI C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan: a.
Peran serta siswa dalam menjalankan invetigasi kelompok dan menyiapkan laporan akhir.
b. Keaktifan dalam presentasi hasil kerja kelompok. 2. Melakukan tanya jawab untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan: a. Pemahaman konsep siswa tentang materi yang digunakan dalam proses pembelajaran. b. Kolaborasi siswa dan guru untuk mengevaluasi proses belajar sehingga siswa mampu menguasai semua subtopik yang disajikan.
D. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian Dwi Rahayu Widyaningsih dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat IPS Ekonomi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Kelas Penjualan di SMK Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Hasil penelitian lain yang relevan adalah penelitian dari I Gusti Ngurah Japa (2008) yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu”. Setelah diterapkannya metode investigasi dalam pemecahan masalah matematika terbuka, cara belajar siswa mengalami peningkatan. Dalam belajar siswa tampak
25
aktif, kreatif, produktif, antusias, dan disiplin serta kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika juga cenderung meningkat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN . A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010, yang beralamat di Jl. Bandara Adi Sumarmo-Colomadu, Karanganyar 57177. Alasan pemilihan SMP Negeri 3 Colomadu dan kelas VIII G, karena pertama, sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Kedua, Guru yang mengajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi belum mengenal
banyak
mengenai
pembelajaran
kooperatif.
Ketiga,
terdapat
permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII G pada Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai dengan April 2010 untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 5 : Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No
Jenis kegiatan
1
Persiapan survey awal sampai penyusunan proposal Penentuan informan, penyiapan peralatan dan instrumen
2
Nov'09
Des’09
Bulan Jan’10 Feb’10
Mar’10 Apr’10
26
3 4
Pengumpulan data Analisis data
5
Penyusunan laporan Keterangan : : minggu ke-
24
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu. Pertimbangannya adalah pertama, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu. Kedua, karena kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu belum pernah digunakan penelitian Group Investigation (GI), sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Ketiga, peneliti memiliki hubungan baik dengan guru mata pelajaran.
2. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang meliputi : a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. b. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar. c. Prestasi belajar siswa
C. Metode Penelitian Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menurut Kasihani Kasbolah (2001:11) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam
27
bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memeperbaiki dan atau meningkatkan kuantitas pembelajaran. Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian ini tidak menguji
hipotesis
secara kuantitatif,
akan
tetapi
lebih
bersifat
untuk
mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah model kemmis dan Mc Taggar dalam Kasihani Kasbolah (2001 : 63-65) yang berupa model spiral. Dalam perencanaan, kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk suatu ancang-ancang masalah.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Menurut Nana Syaodih (2006:220) ”observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. Tujuan dari observasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan
perubahan yang
diinginkan. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan hanya berperan sebagai pengamat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
2. Wawancara
28
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas terlihat dari sudut pandang yang lain. Wawancara atau interview ditujukan untuk memperoleh data dari individu dan dilaksanakan secara individual. Beberapa bentuk wawancara antara lain : a. Wawancara terstruktur adalah apabila bahan wawancara sudah dipersiapkan terlebih dahulu. b. Wawancara setengah berstruktur, adalah bentuk wawancara yang sudah disisipkan terlebih dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk menerangkan lebih jauh, namun tidak langsung pada topik bahasan, atau mungkin mengajukan topikbahasan sendiri selama wawancara berlangsung. c. Wawancara tidak berstruktur, prakarsa untuk memilih topik bahasan diambil oleh responden Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, dengan cara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Sehingga diharapkan pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya.
3. Tes Tes digunakan untuk mengambil data pada siklus I dan Siklus n yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses pembelajaran baik kognitif maupun afektif.
4. Dokumentasi Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data Data yang tersedia dari pengumpulan data perlu dianalisis, sedangkan untuk menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga
29
data yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif komparatif Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan. 2. Analisis data kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Dari informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Analisis data kualitatif Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan parameter atau teori tertentu.
F. Prosedur Pelaksanaan Tindakan 1. Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Menyiapkan perangkat pembelajaran
yang meliputi : silabus Mata
Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi dan skenario pembelajaran dengan mengggunakan model pembelajaran Group Investigation dimana siswa dapat mendengar, melihat, mendiskusikan dan menerapkan topik pembelajaran. b. Menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian.
30
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi belajar siswa dengan adanya penerapan model pembelajaran Group Investigation dan mengetahui peran serta atau keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung baik pada siklus I maupun siklus n. Tabel 6 : Tabel Indikator Ketercapaian Presentase Cara Mengukur Ketercapaian Keaktifan siswa dalam kelas yang 75% mencapai Diamati saat ditujukkan dengan indikator keaktifan pembelajaran 1) Meningkatnya Visual activities. dengan seperti membaca, memperhatikan. menggunakan 2) Meningkatnya Oral activities, lembar observasi seperti merumuskan, bertanya, oleh peneliti dan mengeluarkan pendapat, memberi dihitung dari saran. jumlah siswa 3) Meningkatnya Listening yang activities, seperti mendengarkan menampakkan uraian, mendengarkan pendapat kesungguhan siswa lain dalam diskusi dalam mengikuti 4) Meningkatnya Writing activities, Mata Pelajaran seperti merangkum IPS Bidang Kajian Ekonomi Peningkatan prestasi belajar siswa 75 % dari jumlah Dilihat dari nilai ditunjukkan dengan siswa yang siswa mencapai ulangan yang memperoleh nilai minimal 65 lebih nilai di atas batas dilaksanakan dari 75 % jumlah siswa tuntas belajar, yaitu setiap akhir 65 periode Aspek
c. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) untuk siklus I dan Siklus n adalah : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah : - Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia - Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
31
d. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran. e. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation (GI).
2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan aspek collaborative participatori antara tim peneliti sangat penting dan menonjol. Hubungan kolaborasi tersebut harus tercipta dalam suasana demokratis agar implementasi rencana tindakan dapat berjalan dalam suasana efektif dan efisien. Guru dan peneliti berkolaborasi untuk mengetahui apakah setelah tindakan dilakukan terjadi perubahan atau peningkatan sehingga diperlukan suatu gambaran tentang keadaan awal. Dari gambaran tersebut dapat ditentukan apa yang harus diubah, diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan diketahuinya keadaan awal, maka perubahan dan peningkatan dapat diikuti dari waktu ke waktu selama tindakan dilaksanakan ( Kasihani Kasbolah, 2001 : 49) Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran IPS ( Drs. Nuryono ). Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk menghasilkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran yang berupa pembelajaran menjadi lebih efektif, siswa menjadi lebih aktif dan hasil belajar meningkat. Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah implementasi model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang telah disusun oleh peneliti. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pda siklus I dan Siklus n secara rinci sebagai berikut : a. Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 orang dan sebagian 4 orang dengan cara sistem random yaitu guru membagikan simbol secara acak kepada setiap siswa dimana kesamaan simbol merupakan kesatuan pembentukan kelompok. b. Membagi materi menjadi delapan topik, kemudian materi tersebut diberikan kepada masing-masing kelompok untuk didefinisikan.
32
c. Setiap kelompok merencanakan tugas belajar dan menjalankan investigasi kelompok. d. Tiap-tiap kelompok menyiapkan laporan akhir dengan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggota mendengarkan. e. Setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil akhirnya di depan kelas, sedangkan kelompok lain dapat aktif mengevaluasi laporan tiaptiap kelompok dengan berbagai tanya jawab, kritik maupun saran.
3. Observasi Bersamaan
dengan
dilaksanakannya
tindakan
peneliti
melakukan
observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Tujuan observasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Peneliti betugas sebagai pengamat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Fokus pengamatan ditekankan pada implementasi pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan pencapaian hasil belajar siswa. Observasi yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut : a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran b. Kemampuan mengerjakan tugas c. Tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). d. Suasana kegiatan belajar mengajar.
4. Analisis dan Refleksi Kegiatan refleksi ini mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi ( diberi
33
makna) sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Interpretasi (pemaknaan) hasil observasi ini menjadi dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan. Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi guna melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi. Hasil refleksi ini akan digunakan dalam perencanaan siklus berikutnya yang lebih disempurnakan bersama pendidik (guru) dimana dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) diharapkan siswa lebih aktif berpartisipasi dan prestasi siswa meningkat. Berdasarkan pelaksanaan tahap observasi dan evaluasi sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan model pembelajaran materi pokok berikutnya ( pada Siklus n ). Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Secara skematis prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: permasalahan
Perencanaan Tindakan I Refleksi I
Pengamatan / Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan n
Pelaksanaan Tindakan n
Refleksi n
Pengamatan / Pengumpulan Data n
Siklus I Permasalahan baru hasil refleksi
Siklus n
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
34
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006) Gambar 2 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kondisi Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI). Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) terdapat beberapa permasalahan. Permasalahan yang muncul tersebut adalah kurangnya peran serta siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Kegiatan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pembelajaran. Selama KBM siswa cenderung pasif dan hanya terdapat beberapa siswa yang bertanya kepada guru dan umumnya siswa tersebut adalah siswa yang pandai (lampiran 12, catatan lapangan 1). Pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi siswa dihadapkan pada banyak konsep dan fakta, maka ada pemikiran untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi di kelas VIII G SMP N 3 Colomadu agar keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat. Pembelajaran kooperatif lebih sering menekankan peran serta siswa. Pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif GI menekankan pembelajaran pada kelompok kecil. Pada model GI siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan optimal. Dengan pembelajaran kooperatif GI siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti KBM sebab siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi dengan teman yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dalam KBM, siswa juga dapat mengeluarkan pendapatnya, dan tidak malu lagi untuk bertanya jika ada
35
materi yang belum jelas. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif mengikuti KBM mulai dari kegiatan investigasi, berdiskusi, melakukan presentasi, dan mengevaluasi hasil presentasi (lampiran 12, catatan lapangan 1). Model pembelajaran kooperatif GI memiliki beberapa kelebihan. Pertama, siswa diberi kesempatan untuk mencari sendiri informasi mengenai topik/materi pembelajaran untuk menambah wawasan siswa. Kedua, adanya kegiatan diskusi kelompok untuk bertukar pendapat/gagasan yang melibatkan peran serta seluruh siswa. Ketiga, adanya kegiatan presentasi yang akan melatih siswa untuk mengemukakan pendapat di muka umum serta menumbuhkan adanya keaktifan siswa dalam KBM (lampiran 12, catatan lapangan 1). Pada pembelajaran kooperatif GI penilaian terhadap siswa dilakukan dengan menilai keaktifan dan peran serta siswa pada waktu kegiatan investigasi kelompok dan kegiatan presentasi. Guru juga memberikan nilai kepada siswa yang bertanya atau mengajukan pendapat pada saat presentasi kelompok. Setelah KBM selesai guru memberikan penilaian dengan menggunakan tes formatif (lampiran 12&13, catatan lapangan 1, 2, 3). Kegiatan belajar mengajar sebelum adanya model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), peneliti mendapatkan beberapa temuan antara lain : a. Proses belajar mengajar di kelas masih didominasi dengan kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran yang diberikan oleh guru. b. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif, jarang sekali ada siswa yang bertanya maupun mengeluarkan pendapat tentang materi yang disampaikan. Berdasarkan temuan di atas akan berakibat pada hasil belajar yang belum optimal, sehingga perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Sebagai tindak lanjut agar hasil belajar siswa meningkat dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
36
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada Siklus I meliputi : a. Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran. Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi kelas VIII, kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti mendiskusikannya dengan guru selaku pengajar yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut. Siklus I : Pertemuan ke-1, Sabtu, 9 Januari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan : a) Sosialisasi pembelajaran kooperatif GI. b) Pembentukan kelompok : Jumlah siswa 40 anak dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. c) Pemilihan topik/materi pembelajaran oleh setiap kelompok. d) Kegiatan investigasi kelompok. e) Kegiatan presentasi disertai tanya jawab. Pertemuan ke-2, Sabtu, 16 Januari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan : a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya.
37
b) Melanjutkan kegiatan presentasi. c) Tanya jawab d) Evaluasi proses pembelajaran. Pertemuan ke-3, Sabtu, 23 Januari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan : a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya. b) Melanjutkan kegiatan presentasi. c) Tanya jawab d) Evaluasi proses pembelajaran. Pertemuan ke-4, Sabtu, 30 Januari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan: a) Mengadakan tes formatif dengan materi permintaan dan penawaran. 2) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus I adalah: Pajak. Standar Kompetensi : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia Kompetensi Dasar: - Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia 3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran. 4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). 5) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
b. Pelaksanaan Tindakan
38
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII (Drs. Nuryono). Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan rencana, maka selama guru melaksanakan tindakan peneliti melakukan pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas. Pada awal pelaksanaan tindakan diberikan suatu pengarahan tentang model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) kepada siswa. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan model pembelajaran tersebut akan dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan tersebut berupa langkah-langkah pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang meliputi
:
mengidentifikasi
topik,
merencanakan
tugas
belajar,
melaksanakan investigasi kelompok, menyusun laporan akhir dan melaksanakan presentasi di
depan kelas. Dengan adanya pengarahan
tersebut maka siswa akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), sehingga siswa dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tiap tahapan. Selain itu, guru juga memberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang dinilai selama model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dilaksanakan, yaitu: kontribusi siswa terhadap kelompoknya mulai dari mengidentifikasi topik, merencanakan tugas belajar, investigasi kelompok, dan menyiapkan laporan akhir. Aspek lain yang dinilai adalah keaktifan siswa selama presentasi berlangsung. Secara rinci langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok Pembagian kelompok dilakukan sesuai nomor urut absensi siswa agar guru lebih mudah memantaunya. Setiap kelompok berhak menentukan nama kelompoknya sendiri asalkan berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari (Pajak). Kelompok untuk penerapan model
39
pembelajaran Group Investigation (GI) terbagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Materi/topik yang didiskusikan antra lain : Kelompok I (PPh)
: Peran pajak
Kelompok II (PPn)
: Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung
Kelompok III (PBB)
: Pajak Negara dan Pajak Daerah
Kelompok IV (Bea Materai)
: Kriteria pemungutan pajak
Kelompok V (Cukai)
: Subjek dan objek pajak
Kelompok VI (PKB)
: Tarif pajak
Kelompok VII (PBBKB)
: Fungsi pajak
Kelompok VIII (BBNKB)
: Sanksi terhadap wajib pajak
2) Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan sub topik yang akan diinvestigasi dan masing-masing anggota kelompok mengumpulkan sumber-sumber untuk memecahkan masalah yang akan diidentifikasi. Setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan pemikiran terhadap investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh kelas. 3) Menjalankan investigasi Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengevaluasi, serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi dengan mengadakan tukarmenukar informasi dan mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu kesimpulan. Peran guru di sini sebagai penasehat dan membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Guru bertugas memantau pelaksanaan investigasi dari masing-masing kelompok. 4) Menyiapkan laporan akhir Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah
40
presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk membacakan laporan akhirnya kepada semua anggota sebelum akhirnya dipresentasikan di depan kelas. 5) Mempresentasikan laporan akhir Pada tahap ini setiap kelompok telah siap memberikan hasil investigasinya di depan kelas dalam bentuk presentasi secara keseluruhan. Setiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi di depan kelas untuk melaporkan hasil temuannya bersama teman satu kelompok. Kelompok lain diharapkan dapat ikut aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. 6) Mengevaluasi Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan tiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran kepada setiap kelompok setelah melakukan presentasi. Siklus I Pertemuan ke-1 (Sabtu, 9 Januari 2010) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa mengikuti KBM. Setelah itu, guru memberi pengarahan kepada siswa mengenai model pembelajaran kooperatif GI. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan model pembelajaran kooperatif GI sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas. 1) Siswa dibagi menjadi delapan kelompok sesuai nomor urut absen dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Setiap kelompok wajib memberi nama kelompoknya. Pemberian nama kelompok bebas asalkan menggunakan istilah ekonomi yang sesuai dengan materi pelajaran. Setelah kelompok terbentuk guru mempresentasikan serangkaian topik permasalahan yang akan dibahas. 2) Masing-masing kelompok memperoleh satu topik permasalahan untuk didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Setelah semua kelompok
41
memperoleh topik permasalahan tugas selanjutnya adalah melakukan investigasi atau berdiskusi dengan teman satu kelompok. Pada waktu diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang pasif, hanya diam, belum memberikan kontribusinya terhadap kelompok. Dengan kondisi seperti ini guru langsung turun tangan dengan cara terus memberikan pengarahan dan motivasi agar semua siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan investigasi. 3) Guru memberikan waktu kepada siswa selama 40 menit untuk melakukan investigasi. Setelah itu, siswa menyiapkan laporan hasil investigasi kelompok untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. 4) Tahap selanjutnya adalah kegiatan presentasi. Kelompok I (PPh) yang mendapat materi peran pajak mendapat urutan pertama untuk mempresentasikan hasil investigasinya di depan kelas. Setiap kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk melaporkan hasil temuannya. 5) Setelah itu kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat untuk mengevaluasi kegiatan presentasi dari kelompok I. Pada presentasi yang pertama siswa masih malu-malu bila diminta bertanya atau mengeluarkan pendapatnya. Hanya ada 3 siswa yang berani bertanya dan mereka adalah siswa yang pandai. Pada akhir pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi proses pembelajaran. Guru memberikan pengarahan kepada siswa agar pada pertemuan-pertemuan selanjutnya semua siswa dapat berperan aktif. Pertemuan ke-2, (Sabtu, 16 Januari 2010) Pada pertemuan ke-2, jumlah siswa yang hadir tetap 40 siswa. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumnya.
Pada
mempresentasikan
pertemuan peran
sebelumnya
pajak.
Guru
kelompok
memberikan
I
telah
beberapa
pertanyaan mengenai pengertian permintaan dan kurva permintaan
42
kepada siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan. 2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi dilanjutkan ke kelompok II sampai dengan kelompok V. Selama kegiatan
presentasi
masih
ada
beberapa
siswa
yang
tidak
memperhatikan atau terkesan acuh tak acuh. Guru yang mengetahui kondisi tersebut langsung menegur siswa yang bersangkutan. 3) Tanya jawab. Setelah perwakilan kelompok melaporkan hasil investigasinya, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau berpendapat mengenai materi yang disajikan. Pada pertemuan kedua siswa juga masih merasa malu bila diminta mengeluarkan pendapat. Siswa akan berani bertanya jika ditunjuk oleh guru. 4) Mengevaluasi
proses
pembelajaran.
Kegiatan
terakhir
untuk
mengakhiri pembelajaran adalah mengevaluasi penampilan masingmasing kelompok dalam menyajikan materi. Pertemuan ke-3, (Sabtu, 23 Januari 2010) Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-3 adalah 40. Kegiatan pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut: 1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang telah lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. 2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi dilanjutkan ke kelompok VI sampai kelompok VIII. Kegiatan presentasi pada pertemuan ke-3 sudah jauh lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan presentasi kelompok. 3) Tanya jawab. Kegiatan tanya jawab pada pertemuan ke-3 mengalami peningkatan. Rasa malu siswa berkurang. Siswa tidak perlu ditunjuk lagi oleh guru untuk mengeluarkan pendapatnya. Dengan suka rela
43
siswa mulai berani mengajukan pertanyaan/pendapat di depan temanteman. 4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tahap terakhir dari GI adalah kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. Guru memberikan saran-saran kepada siswa agar siswa lebih aktif di dalam mengikuti proses pembelajaran. Pertemuan ke-4 (Sabtu, 30 Januari 2010) Pada pertemuan ke-4 kegiatan pembelajaran diisi dengan mengadakan tes formatif untuk menguji kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran khususnya pada materi permintaan dan penawaran. Semua siswa hadir dan dapat mengikuti tes formatif. Tes formatif dilaksanakan dalam waktu 2x40 menit dengan menggunakan soal uraian. Guru memilih menggunakan soal uraian dengan tujuan untuk melatih kemampuan berpikir siswa secara logis dan sistematis. Guru menilai dengan soal uraian akan meminimalisir tingkat kecurangan siswa. Guru mengawasi jalannya ulangan dengan sikap tegas dan disiplin. Bila ada siswa yang berbuat curang, guru memberi peringatan dengan mengurangi 1 dari nilai yang diperoleh siswa. Cara tersebut ternyata efektif terbukti selama ulangan berlangsung, siswa berusaha mengerjakan soal sendiri tanpa bertanya maupun menyontek.
c. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Fokus
44
pengamatan ditekankan pada implementasi model pembelajaran kooperatif Group
Investigation
(GI)
terhadap
kualitas
pembelajaran
secara
menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam proses pembelajaran, suasana kegiatan belajar mengajar, tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), dan pencapaian hasil belajar siswa. Pada waktu kegiatan observasi berlangsung kegiatan guru adalah sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan. Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam presentasi di depan kelas. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, baik penjelasan tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) maupun penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Namun kegiatan investigasi kelompok kurang dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagian besar siswa belum dapat memberikan kontribusi bagi kelompoknya masing-masing terhadap materi yang mereka investigasi. Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang. Siswa masih malu dan merasa canggung bila mereka diminta untuk berpendapat atau bertanya baik kepada teman maupun guru. Pada saat pelaksanaan presentasi di depan kelas, siswa anggota kelompok lain masih banyak yang kurang antusias, hanya terdapat beberapa siswa saja yang aktif.
45
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif GI : 1) Visual Activities Tabel 7: Tabel Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities Siklus I
KRITERIA BS B C K KS
Keterangan
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS I 0 0 5 15 35 70 57.5 15 2.5 0
BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali
VIS UA L A C T IVIT IE S 80 60 (% ) S ebelum (% ) S iklus I
40 20 0
BS
B
C
K
KS
Gambar 3 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus I
VIS UA L A C T IVIT IE S 100% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
50% 0%
S ebelum
S iklus I
Gambar 4 : Perbandingan Persentase Visual Activities
46
Data tabel 7 pada aspek Visual Activities ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 35%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 57,5% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 15% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. 2) Oral Activities Tabel 8 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities Siklus I KRITERIA BS B C K KS
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS I 0 5 20 65 10
0 20 55 25 0
Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS:Kurang Sekali
O R A L A C T IVIT IE S 80 60 (% ) S ebelum (% ) S iklus I
40 20 0
BS
B
C
K
KS
Gambar 5 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus I
47
O R A L A C T IVIT IE S 80% 60% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
40% 20% 0%
S ebelum
S iklus I
Gambar 6 : Perbandingan Persentase Oral Activities Data tabel 8 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5 %, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 20%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 65% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 55%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya berkurang menjadi 0%.
3) Listening Activities Tabel 9 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities Siklus I KRITERIA
BS B C K KS
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS I 0 0 15 22.5 45 52.5 37.5 25 2.5 0
Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali
48
L IS T E NING A C T IVIT IE S 60 40
(% ) S ebelum (% ) S iklus I
20 0
BS
B
C
K
KS
Gambar 7 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus I
L IS T E NING A C T IVIT IE S 80% 60%
(% ) S ebelum (% ) S iklus I
40% 20% 0%
S ebelum
S iklus I
Gambar 8 : Perbandingan Persentase Listening Activities
Data tabel 9 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator
B (Baik)
persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 45%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 37,5% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 22,5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 52,5%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.
49
4) Writing Activities Tabel 10 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities Siklus I KRITERIA BS B C K KS
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS I 0 0 0 10 65 70 30 20 5 0
Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali
WR IT ING AC T IVIT IE S 80 60 40
(% ) S ebelum
20
(% ) S ik lus I
0
BS
B
C
K
KS
Gambar 9 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus I
WR IT ING A C T IVIT IE S 80% 60% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
40% 20% 0%
S ebelum
S iklus I
Gambar 10 : Perbandingan Persentase Writing Activities
Data tabel 10 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator
B (Baik)
50
persentasenya 0%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 65%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali)
belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 10%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 20% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.
d. Refleksi Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi. Setelah pertemuan ke-4 yaitu setelah dilaksanakannya tes formatif, peneliti baru dapat melakukan refleksi secara keseluruhan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif GI dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa ada perbedaan keaktifan siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif GI. Pada siklus I diperoleh hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 85%, Oral Activities 75%, Listening Activities 75% dan Writing Activities 80% tetapi apabila dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa ketercapaian indikator keaktifan sebelum penelitian dan sesudah penelitian mengalami perubahan. Dengan kata lain pada siklus I indikator yang sudah mencapai 75 % adalah Visual Activities, Oral Activities Listening activities, Writing Activities.
51
Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai
rata-rata
kelas.
Sebelum
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) rata-rata kelas adalah 70,05 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) nilai rata-rata kelas menjadi 73,45 (Lampiran 24 Hal 141). Hal ini berarti nilai rata-rata kelas setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) telah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 65. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai di atas 65 adalah 30 siswa dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Dengan kata lain pada siklus I telah tercapai indikator kinerja ketercapaian tujuan tindakan yaitu 75% siswa telah memperoleh nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan (Tabel 6 Hal 31 ). Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai berikut: 1) Pembagian tugas kelompok kurang teratur. Siswa masih saling tunjuk, terutama pada waktu akan mempresentasikan hasil investigasi kelompok. 2) Kerja sama siswa dalam kelompok masih kurang optimal, masih ada beberapa siswa yang hanya diam pada waktu diskusi kelompok. 3) Siswa masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya di depan guru dan teman-teman. 4) Siswa hanya akan bertanya kepada guru apabila guru melakukan pendekatan. Selain beberapa kelemahan di atas, hasil belajar pada siklus I dinilai masih harus dimantapkan meskipun nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar siswa dan ada 10 siswa yang nilainya masih berada di bawah 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal
52
(KKM) yang seharusnya dicapai siswa sehingga dapat dikatakan pada siklus I target sudah tercapai yaitu sebanyak 75% siswa mencapai KKM. Berdasarkan hasil refleksi tersebut untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang terjadi dan untuk lebih memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus I maka diperlukan adanya siklus berikutnya, yaitu siklus II.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) Siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada Siklus II meliputi : a. Perencanaan Tindakan 2 Proses kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada aktivitas siswa dan guru seperti pada pelaksanaan siklus I. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan guru sebagai berikut : 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi dan skenario pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut. Siklus II : Pertemuan ke-1, Sabtu, 6 Februari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan : a) Pembentukan kelompok : Jumlah siswa 40 anak dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. b) Pemilihan topik/materi pembelajaran oleh setiap kelompok. c) Kegiatan investigasi kelompok. d) Kegiatan presentasi disertai tanya jawab. e) Evaluasi proses pembelajaran. Pertemuan ke-2, Sabtu, 13 Februari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit
53
Kegiatan : a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya. b) Melanjutkan kegiatan presentasi. c) Tanya jawab d) Evaluasi proses pembelajaran. Pertemuan ke-3, Sabtu, 20 Februari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan : a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya. b) Melanjutkan kegiatan presentasi. c) Tanya jawab d) Evaluasi proses pembelajaran. Pertemuan ke-4, Sabtu, 27 Februari 2010 Alokasi waktu : 2x40 menit Kegiatan : a) Mengadakan tes formatif dengan materi pasar. a. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II adalah: Pembentukan harga pasar. Standar Kompetensi : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan permintaan dan penawaran
serta terbentuknya harga pasar b. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran.Menyiapkan lembar observasi untuk menilai penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). c. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
54
b. Pelaksanaan Tindakan 2 Tahap pelaksanaan tindakan pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II, meliputi: 1) Mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok Pada siklus II pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa sendiri. Siswa boleh memilih anggota kelompok sesuai dengan keinginannya. Kelompok untuk penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) terbagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok
beranggotakan
5
siswa.
Setiap
kelompok
berhak
menentukan nama kelompoknya sendiri asalkan berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari (Pasar). Pada siklus II pemilihan topik/materi yang akan diinvestigasi dipilih oleh siswa sendiri bersama kelompoknya dengan cara mengambil undian yang telah disediakan oleh guru. Materi/topik yang didiskusikan antara lain : Kelompok I (Cateris Paribus) : Pengertian permintaan dan
kurva
permintaan Kelompok II (Demand)
:
Faktor
yang
mempengaruhi
permintaan Kelompok III (Price)
: Pengertian penawaran dan kurva penawaran
Kelompok IV (Elastisitas)
:
Faktor
yang
mempengaruhi
penawaran Kelompok V (Supply)
: Hukum permintaan dan hukum penawaran
Kelompok VI (Quantity)
: Fungsi permintaan dan fungsi penawaran
Kelompok VII (Ekuilibrium)
:
Harga
Keseimbangan
pergeseran titik keseimbangan
dan
55
Kelompok VIII (Elastis Uniter ): Pengertian elastisitas dan macammacamnya 2) Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan sub topik yang akan diinvestigasi dan masing-masing anggota kelompok mengumpulkan sumber-sumber
untuk
memecahkan
masalah
yang
tengah
diidentifikasi. Setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan pemikiran terhadap investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh kelas. 3) Menjalankan investigasi Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengevaluasi, serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi dengan mengadakan tukarmenukar informasi dan mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu kesimpulan. Peran guru di sini sebagai penasehat dan membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Guru bertugas memantau pelaksanaan investigasi dari masing-masing kelompok. 4) Menyiapkan laporan akhir Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk membacakan laporan akhirnya kepada semua anggota sebelum akhirnya dipresentasikan di depan kelas. 5) Mempresentasikan laporan akhir Pada tahap ini setiap kelompok telah siap memberikan hasil investigasinya di depan kelas dalam bentuk presentasi secara keseluruhan. Setiap kelompok bergiliran melakukan presentasi di depan kelas untuk melaporkan hasil temuannya bersama teman satu kelompok secara urut sesuai urutan materi pembelajaran. Kelompok
56
lain diharapkan dapat ikut aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. 6) Mengevaluasi Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan tiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran kepada setiap kelompok setelah melakukan presentasi.
Siklus II Pertemuan ke-1 (Sabtu, 6 Februari 2010) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru mengecek kehadiran siswa. Siswa yang mengikuti KBM berjumlah 40 siswa. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan model pembelajaran kooperatif GI sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas. 1) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang beranggotakan 5 siswa. Pada siklus II pembagian kelompok diserahkan kepada siswa. Siswa boleh menentukan anggota kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok wajib menentukan nama kelompoknya dengan menggunakan istilah ekonomi sesuai dengan materi pelajaran. Setelah kelompok terbentuk guru mempresentasikan serangkaian topik permasalahan yang harus dibahas oleh setiap kelompok. Setiap kelompok memperoleh satu topik permasalahan. Pemilihan topik permasalahan diserahkan kepada setiap kelompok dengan memakai sistem undian. 2) Masing-masing kelompok melakukan investigasi dengan berdiskusi bersama teman satu kelompok untuk memperoleh informasi sesuai topik permasalahan. Kegiatan investigasi kelompok pada siklus II jauh lebih baik dari siklus I karena siswa mampu bekerja sama dengan baik dengan memberikan kontribusinya kepada kelompok melalui tukar pendapat antar anggota. 3) Guru memberikan waktu kepada siswa selama 40 menit untuk melakukan investigasi. Setelah itu, siswa menyiapkan laporan hasil investigasi kelompok untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.
57
4) Tahap selanjutnya adalah kegiatan presentasi. Kelompok yang mendapat urutan pertama untuk mempresentasikan hasil investigasinya adalah kelompok V (Supply) dengan materi hukum permintaan dan hukum penawaran. Setiap kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk melaporkan hasil temuannya. 5) Setelah itu kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat untuk mengevaluasi kegiatan presentasi dari kelompok V. Pada siklus II kegiatan presentasi menjadi lebih hidup. Siswa mulai terbiasa dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab. Siswa tidak lagi merasa canggung bila diminta mengeluarkan pendapatnya. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan mengevaluasi proses pembelajaran. Guru dan siswa saling memberikan saran agar pada pertemuan selanjutnya proses pembelajaran menjadi lebih baik. Pertemuan ke-2, (Sabtu, 13 Februari 2010) Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-2 adalah 40 siswa. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang telah lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. 2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi dilanjutkan ke topik permasalahan berikutnya oleh kelompok yang bersangkutan. Kelompok yang mendapat giliran presentasi adalah kelompok III (Price) dengan materi pengertian penawaran dan kurva penawaran, kelompok I (Cateris Paribus) dengan materi pengertian permintaan dan kurva permintaan, kelompok VII (Ekuilibrium) dengan materi harga keseimbangan dan pergeseran titik keseimbangan, dan kelompok IV (Elastisitas) dengan materi faktor yang mempengaruhi penawaran. 3) Tanya jawab. Setelah perwakilan kelompok melaporkan hasil investigasinya, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk
58
bertanya atau berpendapat mengenai materi yang disajikan. Kegiatan tanya jawab membuat kegiatan presentasi menjadi semakin menarik karena siswa sangat antusias mengikutinya. Siswa berebut untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sesuai materi yang disajikan teman-teman kelompok lain. 4) Mengevaluasi
proses
pembelajaran.
Kegiatan
terakhir
untuk
mengakhiri pembelajaran adalah mengevaluasi penampilan masingmasing kelompok dalam menyajikan materi. Pertemuan ke-3, (Sabtu, 20 Februari 2010) Pada pertemuan ke-3 jumlah siswa yang hadir 40 siswa karena 2 siswa. Kegiatan pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut: (1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai pengertian permintaan dan kurva permintaan kepada siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan. (2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kelompok yang mendapat giliran presentasi adalah kelompok VIII (Elastis Uniter) dengan materi pengertian elastisitas dan macam-macamnya, kelompok II (Demand) dengan materi faktor yang mempengaruhi permintaan, dan kelompok VI (Quantity) dengan materi fungsi permintaan dan fungsi penawaran. (3) Tanya jawab. Kegiatan tanya jawab mampu diikuti dengan baik oleh para siswa. Bila teman dalam satu kelompok tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, maka siswa kelompok lain yang akan membantu menjawab. Selain itu, guru memberikan penjelasan tambahan kepada siswa agar lebih memahami materi pelajaran. (4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tahap terakhir dari GI adalah kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. Guru memberikan saran-saran kepada siswa agar proses pembelajaran semakin baik sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran.
59
Pertemuan ke-4, Sabtu, 27 Februari 2010 Pada pertemuan ke-4 kegiatan pembelajaran diisi dengan mengadakan tes formatif untuk menguji kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran khususnya pada materi pasar. Pelaksanaan tes formatif pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Guru menggunakan soal uraian dan bagi siswa yang berbuat curang akan diberi sanksi berupa pegurangan skor pada nilai siswa.
c. Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun (Lampiran 3 Hal 93). Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Fokus pengamatan ditekankan pada implementasi model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam proses pembelajaran, suasana kegiatan belajar mengajar, tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), dan pencapaian hasil belajar siswa. Pada siklus II peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Siswa yang semula hanya pasif mendengarkan penjelasan dari guru dan teman telah berani bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi kepada para siswa agar dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran baik motivasi secara verbal maupun non verbal. Sebagian
besar
siswa
sudah
memberikan
kontribusi
bagi
kelompoknya masing-masing terhadap materi yang mereka investigasi. Kegiatan investigasi kelompok dilakukan dengan saling berdiskusi, bertukar pendapat/ide/gagasan antar anggota kelompok, dan saling bekerja sama dalam menyusun laporan akhir tentang materi pelajaran yang mereka
60
investigasi. Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan,
terbukti
dengan
siswa
yang
semula
tidak
berani
mengeluarkan pendapat menjadi berani bependapat. Pada saat pelaksanaan presentasi di depan kelas, siswa anggota kelompok lain ikut mengevaluasi dan bertanya tentang penyajian materi yang belum dipahami. Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif GI : 1) Visual Activities Tabel 11 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities Siklus II KRITERIA
BS B C K KS Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS SIKLUS I II 0 0 5 5 15 40 35 70 55 57.5 15 0 2.5 0 0 C : Cukup K : Kurang
KS : Kurang Sekali
VIS UA L A C T IVIT IE S 80 60
(% ) S ebelum (% ) S iklus I
40 20 0
(% ) S iklus II BS
B
C
K
KS
Gambar 11 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus II
61
VIS UA L A C T IVIT IE S 100% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
50% 0%
S ebelum S iklus I
(% ) S iklus II
(% ) S iklus II
Gambar 12 : Perbandingan Persentase Visual Activities Data tabel 11 pada aspek Visual Activities ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model
pembelajaran
kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator
B (Baik)
persentasenya 5%, untuk indikator C (Cukup)
persentasenya 35%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 57,5% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 15% dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali)
persentasenya 0%. Setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 5%, indikator B (Baik) persentasenya 40%, indikator C (Cukup) persentasenya 55%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.
62
2) Oral Activities Tabel 12 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities Siklus II KRITERIA
BS B C K KS Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS SIKLUS I II 0 0 17.5 5 20 40 20 55 42.5 65 25 0 10 0 0 C : Cukup K : Kurang
KS : Kurang Sekali
O R A L A C T IVIT IE S 80 60
(% ) S ebelum (% ) S iklus I
40 20 0
(% ) S iklus II BS
B
C
K
KS
Gambar 13 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus II
O R A L A C T IVIT IE S 100% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
50% 0%
S ebelumS iklus I
(% ) S iklus II
(% ) S iklus II
Gambar 14 : Perbandingan Persentase Oral Activities
63
Data tabel 12 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5 %, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 20%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 65 % dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 55%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali)
persentasenya berkurang menjadi 0%. Setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 17,5%, indikator B (Baik) persentasenya 40%, indikator C (Cukup) persentasenya 42,5%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.
3) Listening Activities Tabel 13 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities Siklus II KRITERIA
BS B C K KS Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS SIKLUS I II 0 0 10 15 22.5 62.5 45 52.5 27.5 37.5 25 0 2.5 0 0 C : Cukup K : Kurang
KS : Kurang Sekali
64
L IS T E NING A C T IVIT IE S 80 60
(% ) S ebelum (% ) S iklus I
40 20 0
(% ) S iklus II BS
B
C
K
KS
Gambar 15 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus II
L IS T E NING A C T IVIT IE S 100% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
50% 0%
S ebelum S iklus I
(% ) S iklus II
(% ) S iklus II
Gambar 16 : Perbandingan Persentase Listening Activities
Data tabel 13 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator
B (Baik)
persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 45%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 37,5% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 22,5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 52,5%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. Setelah menerapkan
65
model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 10%, indikator B (Baik) persentasenya 62,5%, indikator C (Cukup) persentasenya 27,5%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.
4) Writing Activities Tabel 14 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities Siklus II KRITERIA
BS B C K KS Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik
PERSENTASE (%) SEBELUM SIKLUS SIKLUS I II 0 0 7.5 0 10 72.5 65 70 20 30 20 0 5 0 0 C : Cukup K : Kurang
KS : Kurang Sekali
WR IT ING A C T IVIT IE S 80 60
(% ) S ebelum (% ) S iklus I
40 20 0
(% ) S iklus II BS
B
C
K
KS
Gambar 17 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus II
66
WR IT ING A C T IVIT IE S 100% (% ) S ebelum (% ) S iklus I
50% 0%
S ebelum S iklus I S iklus II
S iklus II
Gambar 18 : Perbandingan Persentase Writing Activities
Data tabel 14 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator
B (Baik)
persentasenya 0%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 65%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 10%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 20% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali)
persentasenya 0%. Setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 7,5%, indikator B (Baik) persentasenya 72,5%, indikator C (Cukup) persentasenya 20%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.
d. Refleksi Setelah pertemuan ke-4 yaitu setelah dilaksanakannya tes formatif, peneliti baru dapat melakukan refleksi secara keseluruhan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II lebih baik dari siklus I. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang
67
menunjukkan peningkatan persentase dari masing-masing aspek pada waktu penerapan model pembelajaran kooperatif GI (lampiran 19 Hal 131). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif GI dapat meningkatkan keaktifan siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif semua aspek, yaitu Visual Activities, Oral Activities, Listening Activities dan Writing Activities mencapai 100 %. Hal ini berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tindakan. Hasil belajar yang dicapai siswa juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Sebelum penerapan model kooperatif GI nilai rata-rata kelas hanya sebesar 70,05. Setelah penerapan model kooperatif GI nilai rata-rata siswa naik menjadi 73,45 pada siklus I dan 79,55 pada siklus II. Pada siklus II 97,5% siswa nilainya sudah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar. Kondisi ini lebih baik dari siklus I yang hanya 75% siswa yang mencapai nilai di atas 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasn Minimal (KKM) (Tabel 6 Hal 31). Setelah menganalisis dan mengolah data hasil observasi serta refleksi siklus II diperoleh kesimpulan bahwa indikator kinerja ketercapaian tujuan penelitian telah terpenuhi, yaitu hasil belajar siswa telah memenuhi batas tuntas keberhasilan belajar yang ditetapkan yaitu 65. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tindakan kelas telah berhasil sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan siklus berikutnya.
B. Pembahasan Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
68
Gambar 19 : Grafik Hasil Penelitian
Grafik di atas memberikan informasi bahwa pada siklus I diperoleh hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 85%, Oral Activities 75%, Listening Activities 75% dan Writing Activities 80%. Hal ini berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tindakan. Dari keempat aspek keaktifan siswa semua aspek keaktifan yang telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tujuan tindakan, yaitu pada aspek Visual Activities, Oral Activities, Listening Activities dan Writing Activities. Pada siklus II diperoleh hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 100%, Oral Activities 100%, Listening Activities 100% dan Writing Activities mencapai 100%. Hal ini berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian
Nilai R ata-rata K elas
tindakan.
G rafik Has il P enelitian 85 80 75 70 65
K ondisi Awal S iklus I K ondisi S iklus I S iklus II Awal
S iklus II
Gambar 20 : Grafik Prestasi Hasil Penelitian
69
Grafik di atas memberikan informasi bahwa pada nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) nilai rata-rata kelas siswa adalah 70,05 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) nilai rata-rata kelas siswa menjadi 73,45 pada siklus I dan 79,55 pada siklus II. Terjadi peningkatan
nilai
rata-rata
siswa
sebesar
3,40
dibandingkan
sebelum
diterapkannya model pembelajaran GI. Sebanyak 30 siswa (75%) mendapatkan nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 79,55 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 39 siswa (97,5%) sudah mencapai nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Adapun deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMP N 3 Colomadu. Berdasarkan hasil survey tersebut, peneliti menemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII G masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru mata pelajaran IPS untuk mencari solusi dan mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Pada siklus I peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi kelas VIII, kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Materi
yang
dibahas
adalah
Pajak.
Setelah
perangkat
siap,
peneliti
mendiskusikannya dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus I berjalan dengan lancar, siswa pun dapat ikut berperan aktif di dalam KBM. Namun, berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan yaitu siswa belum bisa bekerja sama secara optimal ketika kegiatan investigasi/diskusi
70
kelompok. Selain itu, siswa juga belum berani untuk mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman dan guru. Hasil belajar siswa pada siklus I juga masih rendah meskipun telah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar. Oleh karena itu, peneliti bersama guru mencari solusi dengan merencanakan siklus II. Materi pada siklus II adalah Pembentukan harga pasar. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus II siswa terlihat semakin aktif dan kelemahan pada siklus I sudah teratasi pada siklus II. Siswa yang sebelumnya masih terlihat malu-malu untuk mengemukakan pendapat sekarang mulai berani bertanya dan memberikan pendapatnya kepada teman ataupun guru. Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah siklus I dan siklus II diperoleh keterangan bahwa siswa merasa lebih memahami materi pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif GI. Siswa juga mengungkapkan bahwa hasil belajar mereka mengalami peningkatan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) membuat siswa memahami konsep materi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kolaborasi siswa dengan guru dalam mengevaluasi proses belajar membuat siswa mampu menguasai semua subtopik yang disajikan. Selain itu siswa aktif dalam menjalankan invetigasi kelompok, menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil kerja kelompok. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh keterangan bahwa peran serta siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi siswa kelas VIII G di SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 adalah berhasil dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Hal ini dikarenakan PTK telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan keempat tahap tersebut diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada pembelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.
71
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN 1. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa Berdasarkan hasil observasi penelitian, maka dapat diambil simpulan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini ditunjukkan adanya perubahan sikap siswa dalam pembelajaran, diantaranya adalah interaksi dan kerja sama antar siswa semakin baik serta siswa semakin mempunyai keberanian untuk mengemukakan ide dan pendapat di depan kelas. 2. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan data berupa nilai kuis sebelum dan sesudah penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa memahami konsep tentang materi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok serta bertukar informasi atau mengajarkan materi kepada temannya.
B. IMPLIKASI Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu berasal dari pihak guru maupun siswa, faktor dari pihak guru, yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa, yaitu minat belajar atau motivasi belajar siswa serta keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran . Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
70
72
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan kemampuan merealisasikan model pembelajaran GI baik maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan diterima siswa dengan baik apabila siswa juga memiliki minat yang tinggi dan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien. Penelitian ini juga memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Bagi guru mata pelajaran IPS khususnya ekonomi ataupun mata pelajaran yang lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Di samping itu dapat menjadikan siswa lebih aktif dan menghapus pandangan siswa bahwa pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan dalam mengajak siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga siswa menjadi tidak malu bertanya atau maju di depan kelas menyampaikan pendapatnya dan hasil pekerjaannya.
C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS ekonomi siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010, maka saran yang dapat diberikan sebagai sumbangan pemikiran
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan
pada
umumnya
dan
meningkatkan hasil belajar siswa SMP N 3 Colomadu pada khususnya sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikirannya pada proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.
73
b. Siswa hendaknya tidak menganggap pusat informasi adalah guru namun dapat memanfaatkan sumber belajar yang lain misalnya: buku, teman, televisi, surat kabar, internet, dan lain-lain. c. Siswa meminta kepada guru agar bisa memilih pasangan yang akrab dengannya pada saat sesi diskusi dengan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), sehingga mereka bisa nyaman dan lebih berani dalam mengemukakan pendapat satu sama lain.
2. Bagi Guru a. Guru aktif memotivasi siswa yang kurang memperhatikan dengan cara memberikan reward baik berupa anggukan, senyuman, nilai maupun benda b. Guru lebih memberikan pendekatan dan bimbingan baik secara individu maupun kelompok dengan cara memberikan nasehat dan arahan agar tercipta komunikasi antara guru dengan siswa tersebut. c. Guru membangkitkan rasa percaya diri beberapa siswa yang kurang merespon dengan cara mendekati siswa tersebut dan memberikan dorongan agar mereka berani dalam melakukan presentasi di depan kelas dan mengemukakan ide/ pendapatnya.
3. Bagi Sekolah a. Mensosialisasikan model PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton. b. Diharapkan sekolah dapat memberi kemudahan bagi guru dalam menyediakan fasilitas yang lebih menunjang dalam proses pembelajaran. c. Kepala Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru mata pelajaran untuk mengikuti pelatihan atau seminar berhubungan dengan model dan metode pembelajaran inovatif.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New Jersey: The Mc.Graw Hill Companies, Inc. A.
Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zaenal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya. I Gusti Ngurah Japa. 2008. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Terbuka Melalui Investigasi bagi Siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu. Singaraja : Lembaga Penelitian Undiksha. Joyce, Bruce.R. Weil, Marsha. Calhoun, Emily. 2000. Models of Boston: Allyn and Bacon.
Teaching.
Kagan, Spencer. 1985. “Dimension of Cooperative Classroom Structure” dalam Slavin,R.E. Learning to Cooperate, Cooperate to Learn. 72-73. London: Plenum Press. Kasihani Kasbolah E.S. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru.Malang: Universitas Malang. Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning: A Theacher’s Resource Book. New Jersey: Prentice Hall Regents. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosda Karya. Nana Sudjana. 1991. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Nurhadi . 2004. Kurikulum 2004 ( Pertanyaan dan Jawaban ). Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Roestiyah N.K 2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian). Jakarta: Rineka Cipta.
75
Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert. E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suhaida Abdul Kadir. 2002. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Tradisional Terhadap Prestasi, Atribusi Pencapaian, Konsep Kondisi Akademik dan hubungan Sosial Dalam Pendidikan Perakaunan. Malaysia: Universiti Putra Malaysia. Suharsimi Arikunto, Cepi safrudin abdul jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: CV. Rajawali Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Inovatif
Berorientasi
Usman H.B. 2001. Jurnal Ilmu Pendidikan (meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep Limit Fungsi Satu Variabel real Melalui Pembelajaran Kooperatif). Malang: Universitas Negeri Malang. Zaenal Arifin.1990.Evaluasi Instruksional.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya