PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN SHALAT TERHADAP KEAKTIFAN SISWA MENGIKUTI KEGIATAN PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs NU TASYWIQUT THULLAB SALAFIYAH (TBS) KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : Su’udi Syukur Amin NIM : 131310001272 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015
ABSTRAK
Su’udi Syukur Amin (NIM : 131310001272) Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Shalat Terhadap Keaktifan Siswa Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Fiqih Di MTs NU Tasywiqut Thullab Salafiyah (TBS) Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kedisiplinan shalat (variabel X) terhadap keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti kegiatan pembelajaran materi Fiqih di MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 (variabel Y). 2) Untuk mengetahui sejauh mana taraf signifikansi tingkat kedisiplinan shalat siswa (variabel X) dan keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran materi Fiqih (variabel Y). 3) Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh kedisiplinan shalat siswa (variabel X) terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran Fiqih (variabel Y) di MTs NU TBS Kudus. Penelitian ini menggunakan metode filed Research dengan tehnik korelasi sederhana. Subyek penelitian sebanyak 66 responden, menggunakan teknik populasi, pengumpulan data menggunakan metode kuasioner untuk memperoleh data kedisiplinan shalat siswa dan keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih. Instrumen-instrumen tersebut sebelum digunakan untuk memperoleh data yang obyektif, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reabilitas. Data penelitian yang telah terkumpul dengan menggunakan tehnik analisis statistic deskriptif dan statistik inferensial. Pengujian Hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan dapat disimpulkan ada “korelasi tinggi sekali” dengan nilai koefisien sebesar 0,97 termasuk dalam kriteria 0.91 – 1.00 yang artinya ada pengaruh sangat kuat antara tingkat kedisiplinan shalat siswa pada keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat bahwa melalui analisis data kuantitatif product moment, didapatkan hasil pengolahan data lebih besar dari r tabel yaitu ro = 0,97 > 0,317 pada taraf signifikan 1% ( taraf kepercayaan 99%) pada N 65. Dan pada taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) untuk responden berjumlah N = 65 didapat pada tabel adalah 0,244, sedangkan ro = 0,97, yang berarti ro lebih besar dari rtabel (ro rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5 % ada korelasi yang positif antara kedua variabel sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti ada pengaruh yang positif antara tingkat kedisiplinan shalat siswa pada keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar mata kuliah Jurusan dan Program Studi di Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara terutama memberi dorongan kepada mahasiswa agar senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi secara lebih memadai. Kata Kunci : Kedisiplinan Shalat, Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran Fiqih ii
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag.
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks Hal
: Naskah Skripsi a.n. Sdra. Su’udi Syukur Amin Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: Su’udi Syukur Amin
NIM
: 131310001272
Judul
:
KORELASI
KEDISIPLINAN
KEDISIPLINAN
SISWA
SHALAT
TERHADAP
MENGIKUTI
KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR FIQIH DI MTS NU TASYWIQUTH THULLAB
SALAFIYAH
(TBS)
KUDUS
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015. Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadikan maklum Wassamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Jepara,
Juli 2015
Pembimbing
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag.
iii
Motto ﻗﻠﻰ
انّ اﻟﺼّﻠﻮة ﺗﻨﮭﻰ ﻋﻦ اﻟﻔﺤﺸﺎء واﻟﻤﻨﻜﺮﻗﻠﻰ وﻟﺬﻛﺮ ﷲ اﻛﺒﺮ.... (٤٥ : )اﻟﻌﻨﻜﺒﻮت.وﷲ ﯾﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﻨﻌﻮن
“…. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. *
*
Al-Qur'an, Surat Al-Ankabut Ayat 45, Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah AlQur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1989, hlm. 635.
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini aku persembahkan Kepada : Ayahanda dan Ibunda (Sukoharto dan Rusminah) tercinta yang telah
berjuang keras dengan penuh kesabaran untuk mendidik dan membesarkanku serta mencurahkan seluruh hidupnya, kasih sayangya, pengorbanannya, cintanya hanya untuk keberhasilanku yang siang dan malam senantiasa hadir dengan segala do’anya menyertaiku Keluarga dan Kakak-kakakku tersayang yang telah mewarnai hari-hari
indah dalam kebersamaan, memberikan cinta kasih, semangat dan kekuatan, baik moril maupun materiil. Para pendidik dan pembimbing yang senantiasa memberi petunjuk dan
saran serta menyalurkan ilmunya kepadaku. Para sahabat-sahabatku (Arlisna Nur Fadlila, Hartadi, Ahsin Akhlaqi,
dan Jumono) yang telah memberikan motivasi dan inspirasi dalam penyusunan skripsi. Teman-teman Kelas E Reguler 2 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Almamater Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara tercinta. Dan tak lupa pembaca budiman sekalian.
vi
KATA PENGANTAR Puji Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Ta’ala, atas limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya. Sholawat serta salam keharibaan Nabi Muhammad SAW penyampai risalah yang membawa Rahmat bagi seluruh alam semesta. Skripsi berjudul : “Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Shalat Terhadap Keaktifan Siswa Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Fiqih Di MTs NU Tasywiqut Thullab Salafiyah (TBS) Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”, ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I (SI) pada Fakultas Tarbiyah Universitas Agama Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam penyusunan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saransaran dari berbagi pihak, sehingga penyusunan ini dapat terealisasikan. Untuk itu disampaikan terima kasih kepada : 1. Rektor UNISNU Jepara Prof. Dr. H. Muhtarom, HM. yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara Drs. H. Akhirin Ali M.Ag yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penulisan skripsi. 3. Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag. Selaku pembimbing yang dengan susah payah meluangkan waktu, pikiran, serta tenaganya demi penyelesaian skripsi ini. 4. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara yang telah mendidik dan mengarahkan kepada penulis dalam menekuni ilmu-ilmu keislaman. 5. Bapak Drs. KH. Hasan Bisyri MS selaku Kepala MTs NU TBS Kudus dan bapak Arif Musta'in, M.PdI. selaku Waka Kurikulum MTs NU TBS Kudus yang telah membantu dan memudahkan penyusunan skripsi. 6. Ayah dan Ibuku tersayang yang senantiasa memberikan do’a restu, perhatian dan semangatnya dalam menyusun skripsi. 7. Kakak-kakakku dan sahabat-sahabatku semua terima kasih atas do’a dan bantuannya
vii
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan di sini, yang berpartisipasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas jasa dan budi baik mereka, semoga Allah SWT membalas dengan imbalan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan kedepan. Akhirnya, penulis mengharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan umumya bagi segenap pembaca yang arif dan budiman.
Jepara, 08 Juli 2015. Penulis
SU’UDI SYUKUR AMIN NIM : 131310001272
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... . i HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................. vii HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ ix HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................................ xii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... xiii TRANSSLITERASI ARAB LATIN ................................................................. xiv BAB I
:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C. Manfaat Penelitian ................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ..................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................. 9
BAB II
: LANDASAN TEORI A. Kedisiplinan 1. Pengertian Kedisiplinan ..................................................... 11 2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kedisiplinan ................ 13 3. Disiplin Dalam Shalat ........................................................ 15 B. Shalat 1. Pengertian Shalat................................................................ 17 2. Dasar Hukum Kewajiban Shalat ........................................ 18 3. Shalat Yang Baik................................................................ 20 C. Keaktifan
ix
1. Pengertian Keaktifan.......................................................... 24 2. Macam-Macam Bentuk Keaktifan ..................................... 24 D. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran .................................................... 28 2. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................................... 31 3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran .............................................. 31 E. Fiqih 1. Pengertian Fiqih ................................................................. 32 2. Tujuan Bidang Studi Fiqih ................................................. 34 3. Fungsi Bidang Studi Fiqih ................................................. 34 4. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqih ................................... 35 F. Hubungan dan Pengaruhnya .................................................... 36 G. Kajian Penelitian Yang Relevan .............................................. 37 H. Pengujian Hipotesis ................................................................. 38 BAB III : METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................. 40 B. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................. 40 C. Variabel Penelitian ................................................................ 42 D. Metode Penelitian ................................................................. 43 E. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ................... 43 F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 49 G. Teknik Analisis Data ............................................................. 51 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....…..….............................. 55 1. Sejarah Berdirinya MTs NU TBS Kudus ...................... 55 2. Struktur Organisasi MTs NU TBS Kudus .....................
61
3. Data Guru, Siswa, Sarana dan Prasarana .......................
62
B. Analisa Data Tingkat Kedisiplinan Shalat ...........................
65
C. Analisa Data Keaktifan Siswa .............................................. 71 D. Pengujian Hipotesis .............................................................. 76 E. Pembahasan Hasil Penelitian ...............................................
x
82
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 85 B. Saran – Saran ........................................................................... 86 C. Penutup ..................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP.
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12
Halaman Data populasi penelitian siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015 ............................................................ 44 Daftar Nama-Nama Siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus Yang Dijadikan Sampel Penelitian ......................................................... 45 Data Sampel Penelitian Kelas VIII MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015 ...................................................................... 48 Struktur Organisasi MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015 ...................................................................................... 61 Data Keadaan Guru di MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 ...................................................................................... 62 Data Keadaan Siswa di MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015M .................................................................................. 64 Sarana dan Prasarana di MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 M ................................................................................. 65 Data Hasil Jawaban dan Nilai Angket Variabel X (Tingkat Kedisiplinan Shalat)....................................................................... 65 Distribusi Frekuensi Tingkat Kedisiplinban Shalat....................... 68 Interval Kategori Angket Tentang Tingkat Kedisiplinan Shalat Siswa Kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 20142015................................................................................................ 70 Data Hasil Jawaban dan Nilai Angket Variabel Y (Keaktifan Siswa) ............................................................................................ 71 Distribusi Frekuensi Keaktifan Siswa ........................................... 74
Tabel 13
Interval Kategori Angket Tentang Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran Fiqih Di Kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014-2015 ...................................................................... 76
Tabel 14
Peta Korelasi Variabel X (Tingkat Kedisiplinan Shalat Siswa) dan Variabel Y (Keaktifan Siswa Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Fiqih) di Kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 ....................................................................
Tabel 15
Penafsiran Interpretasi Product Moment...............................................
xii
77 82
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan rujukan.
Jepara, 08 Juli 2015 Deklarator,
SU’UDI SYUKUR AMIN NIM : 131310001272
xiii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988 A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ
Alif
-
Tidak dilambangkan
Ba’
B
-
Ta’
t
-
Sa
s
S dengan titik di atas
Jim
Ja
-
Ha’
h
h dengan titik di bawah
Kha’
kh
-
Dal
d
-
Zal
ż
z dengan titik di atas
Ra’
r
-
Za’
z
-
Sin
s
-
Syin
sy
-
Sad
s
s dengan titik di bawah
Dad
d
d dengan titik di bawah
T
T
t dengan titik di bawah
Za’
z
z dengan titik di bawah
ع
‘Ain
‘
Koma tunggal)
غ ف ق ك
Gain
g
-
Fa’
f
-
Qof
q
-
Kaf
k
-
xiv
Keterangan
terbalik
(apostrof
ل م ن و ھ
Lam
l
-
Mim
m
-
Nun
n
-
Waw
w
-
Ha’
h
-
ء
Hamzah
׳
Apostrof lurus miring (tidak untuk awal kata)
ي ة ة...
Ya’
y
-
Ta’ Marbutah
h
Dibaca ah ketika mawquf
Ta’ Marbutah
t/h
Dibaca ah/at ketika mauquf
B. Vokal Pendek Arab
Latin
Keterangan
-
A
Bunyi fathah pendek
-
I
Bunyi kasrah pendek
-
U
Bunyi dammah pendek
Contoh
ﻗﺎل ﺳﻠﻢ اﺣﺪ
C. Vokal Panjang Arab
Latin
Keterangan
ﺎ ﻲ/ﻰ ﻮ
Â
Bunyi fathah panjang
Î
Bunyi kasrah panjang
Ŭ
Bunyi dammah panjang
Contoh
ن ﻛﺎ ﺑﻨﻲ ﻧﻮ ﻛﻮ
D. Diftong Arab
Latin
Keterangan
Contoh
ﻮ ﻲ
Aw
Bunyi fathah diikuti waw
Ai
Bunyi fathah diikuti ya
ﻣﻮز ﻛﯿﺪ
xv
E. Pembauran kata sandang tertentu Arab
Latin
ﻟﻖ ا
al-Qa
ﻟﺶ ا
Keterangan Bunyi al Qomariyyah Bunyi
Sy-Sya
al
syamsiyyah
dengan / (el) diganti huruf
Contoh
ﻟﻘﻤﺮ ا ﻟﺸﻤﺴﯿﺔ ا
berikutnya
ﻟﻢ وا/ ﻟﺖ وا
Bunyi al-Qomariyyah / al Wal - Mu /
syamsiyyah diawali huruf
wat-Ta
hidup, maka tidak terbaca mandiri
xvi
ﻣﻠﺔ ﻟﻤﻌﺎ وا ﻟﺘﺮﺑﯿﺔ وا
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Jin adalah makhluk halus yang memiliki alamnya yang berbeda dengan alam manusia, tetapi dibebani kewajiban keagamaan serupa dengan kewajiban yang dibebankan kepada manusia.1 Dan manusia hendaknya berlari menuju kepada Allah SWT untuk berlindung memperoleh rahmat-Nya. Bahkan untuk mewujudkan tujuan penciptaan-Nya, Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali kepada diri-Nya. Allah tidak menciptakan mereka melainkan agar kesudahan semua aktivitas mereka adalah ibadah kepada Allah SWT.2 Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al– Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :
(56: ) اﻟﺬارﻳﺎت “Dan tidak aku ciptakan dari golongan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS. Al-Dzariyat : 56) Ibadah dilakukan untuk memenuhi kehendak Allah, sedangkan bentuk dan cara pelaksanaanya sepenuhnya dilakukan sesuai dengan
1
M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Lubab Makna Tujuan dan Pelajaran Dari Surah-Surah Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), Cet. 1, hlm, 61. 2 Ibid, hlm, 60.
1
2
kehendak Allah, petunjuk Allah, dan penjelasan yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.3 Ibadah kepada Allah SWT harus tertuju kepada Allah semata-mata tidak kepada selain-Nya. Menjadikan tujuan hidup sebagai ibadah, bukan berarti menjadikan fokus kegiatan adalah ibadah murni, seperti shalat dan puasa atau mengucapkan/membaca aneka dzikir sehingga menyita semua waktu, tetapi ibadah dimaksud adalah menjadikan semua aktivitas apapun bentuknya sejalan dengan tuntunan Allah, tidak bertentengan dengan tuntunan agama Allah dan dilakukan demi karena Allah.4 Setiap ibadah sebagaimana yang berlaku pada setiap yang diperintahkan Allah mengandung maksud
tersendiri dan di dalam
pelaksanaanya terdapat hikmah.5 Contohnya ibadah shalat, adapun hikmah dari shalat itu sendiri banyak dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an diantaranya ialah, menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar seperti yang tertulis dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang berbunyi :
(45: ) أﻟﻌﻨﻜﺒﻮت
3
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. 3, hlm, 13. 4 M. Quraish Shihab, loc.cit. 5 Amir Syarifuddin, op.cit, hlm. 19.
3
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut : 45).6 Kepribadian
seseorang
senantiasa
perlu
dibentuk
sepanjang
hayatnya, dan pembentukannya bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Shalat merupakan kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulan-bulan atau kegiatan amalan tahunan ( shalat Idul Fitri dan Idul Adha ) dapat sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan disiplin, taat waktu, bekerja keras, mencintai kebersihan, senantiasa berkata yang baik, memebentuk pribadi Allahu Akbar.7 Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan pembelajaran ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.8 Selanjutnya siswa yang merupakan bagian dari sebuah unsur pendidikan juga merupakan lingkup kecil dari komunitas manusia yang hidup dalam komunitas alam yang teratur, terarah, tertata aturan serta norma-norma 6
Ibid., hlm. 23. Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), Cet. 5, hlm. 91. 8 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), Cet. 5, hlm. 41. 7
4
yang mengikatnya dan dengan adat istiadat yang telah ada, juga beribadah layaknya seorang hamba yang melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah dan juga sebagai makhluk religi yaitu menyembah pada Allah atau melaksanakan ibadah dalam arti sempit yaitu shalat lima waktu. Shalat yang menyimpan makna dan mengandung hikmah di dalamnya apakah juga berpengaruh pada suatu proses pendidikan dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa yang juga sekaligus sebagai manusia yang melakukan shalat itu sendiri. Karena satu orang manusia dalam hal ini adalah siswa yang melakukan dua aktivitas sekaligus yaitu shalat dan kegiatan pembelajaran tentunya akan ada hubungan antar kedua aktivittas tersebut bagi pelakunya itu sendiri, di sinilah Peneliti ingin membuktikan hepotesis tersebut. Berdasarkan masalah di atas, maka penulis mengangkat ke dalam sebuah judul skripsi tentang “Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Shalat Terhadap Keaktifan Siswa Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Fiqih Di MTs NU Tasywiqut Thullab Salafiyah (TBS) Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.9 Untuk itu dalam hal ini penulis akan menetengahkan rumusan masalah yang menjadi sasaran penelitian sebagai berikut: 9
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009) Cet. 2, hlm. 27.
5
1. Bagaimana tingkat kedisiplinan shalat siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus ? 2. Bagaimana keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Fiqih di MTs NU TBS Kudus ? 3. Adakah pengaruh tingkat kedisiplinan shalat terhadap keaktifan siswa mengikuti pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus ? C. Manfaat Penelitian Sementara itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat yang diantaranya adalah : 1.
Manfaat Teoritis a. Untuk memberikan informasi tentang pengaruh tingkat kedisiplinan shalat
terhadap
keaktifan
siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran pada mata pelajaran fiqih khususnya setingkat Tsanawiyah. b. Memberikan kontribusi pembuktian terhadap teori-teori yang sudah ada. 2.
Manfaat Praktis a. Sebagai masukan teruntuk madrasah dan pendidik mengenai pengaruh tingkat kedisiplinan shalat terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya ini dibidang studi mata pelajaran fiqih pada madrasah Tsanawiyah. b. Agar dapat memberikan sumbangan positif teruntuk keluarga siswa dalam penanaman kedisiplinan shalat.
6
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai, yang dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti apa tujuan penelitian itu sesungguhnya.10 Adapun dilihat dari rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat kedisiplinan shalat terhadap
keaktifan
siswa
kelas
VIII dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran Fiqih di MTs NU TBS Kudus. 2. Untuk mengetahui sejauh mana taraf signifikansi tingkat kedisiplinan shalat siswa dan keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti kegiatan pembelajaran materi Fiqih. 3. Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh tingkat kedisiplinan shalat siswa terhadap keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Fiqih di MTs NU TBS Kudus. E. Penegasan Istilah Dalam penelitian ini, untuk menghindari berbagai macam penafsiran terhadap judul yang penulis ajukan maka perlu sekali penjelasan dan pembatasan terhadap masing-masing istilah variabel yang menjadi indikasi dalam penelitian ini. 1. Pengaruh 10
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009) Cet. 2, hlm. 30.
7
Adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. 11 Jadi yang dimaksud dengan pengaruh di sini adalah daya yang timbul dari kedisiplinan shalat siswa yang dapat mempengaruhi keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Fiqih di MTs NU TBS Kudus. 2. Kedisiplinan Shalat Kedisiplinan berasal dari dasar “disiplin” artinya latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib, atau dalam arti kedua ketaatan dan kepatuhan pada aturan dan tata tertib.12 Shalat adalah berarti do’a menurut bahasa, kemudian yang dimaksud di sini adalah ibadah yang tersusun dari berbagai perbuatan dan ucapan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan dua salam yang telah ditentukan oleh syara’.13 3. Keaktifan Berasal dari kata dasar “aktif” yang berarti giat atau dinamis. Sedangkan “keaktifan” adalah kegiatan atau kesibukan.14 4. Pembelajaran
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 747. 12 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2011), Cet. 10, hlm. 296. 13 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru, 2002), hlm. 64. 14 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. op.cit, hal. 19
8
Pembelajaran adalah
proses,
cara,
menjadikan
orang
atau
makhluk hidup belajar.15 Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya.16 Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa hasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.17 F. Sistematika Penulisan Skripsi Sitematika penyusunan skripsi penulis bagi dalam beberapa bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menyangkut tentang : a) Latar Belakang Masalah b) Rumusan Masalah
15
W.J.S. Poerwodarminto, op.cit, hlm, 14. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet. 5.hlm. 2. 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013 ), Cet. 18, hlm. 87. 16
9
c) Manfaat Penelitian d) Penegasan Istilah e) Sistematika Penulisan Skripsi BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Pada bab ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan landasan teori yang meliputi : a) Deskripsi Teori b) Kajian Penelitian Yang Relevan c) Pengujian Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan membahas tentang : a) Tujuan Penelitian b) Waktu Dan Tempat Penelitian c) Variabel Penelitian d) Metode Penelitian e) Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel f) Teknik Pengumpulan Data g) Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas masalah :
10
a) Deskripsi Data Hasil Penelitian b) Pengujian Hipotesis c) Pembahasan Hasil Penelitian d) Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP Adalah penutup dimana penulis mencoba mengambil kesimpulan dari studi ini, memberikan saran sebagai alternatif pemecahan masalah serta penutup sebagai ucapan syukur Alhamdulillah dan lampiran akan melengkapi skripsi ini sebagai bagian akhir laporan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kedisiplinan 1. Pengertian Kedisiplinan Kedisiplinan berasal dari kata disiplin dan mendapat konfiks kean menurut bahasa disiplin mempunyai arti taat tertib atau ketaatan (kepatuhan) pada peraturan (tata tertib), bidang studi yang memilki objek, sistim dan metode tertentu.1 Kedisiplinan adalah sebagai adanya kesediaan untuk memenuhi peraturan peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturanperaturan dan larangan tersebut.2 Ditinjau dari sudut pandang agama, bahwa disiplin sebagai sejenis perilaku taat dan patuh yang sangat terpuji. Kepatuhan tersebut merupakan keikutsertaan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan hal-hal yang terpuji dan tidak melanggar larangan Allah SWT. 3 Ketaatan tersebut dilakukan secara sadar, ikhlas, lahir dan batin, sehingga
timbul
rasa
malu
untuk
melanggarnya.
Dan
apabila
melanggarnya akan terkena sanksi, baik sanksi terhadap sesama manusia 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 237. Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1995), hlm. 142. 3 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 88. 2
11
12
maupun sanksi dari Tuhan. Oleh karena itu ada rasa takut untuk melanggar peraturan dan norma yang berlaku tersebut, sehingga seseorang akan selalu bersikap disiplin untuk tidak meninggalkan peraturan yang ada. Dalam konteks pendidikan agama ada beberapa hal yang sangat berkaitan dengan disiplin, sebagai berikut : 1. Shalat lima waktu dalam waktu-waktu tertentu, tidak boleh sebelum atau sesudahnya. Jadi di sini seseorang dilatih berdisiplin menepati waktu. 2. Puasa dalam bulan ramadhan yaitu menahan makan dan minum dari semenjak sebelum terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Di sini seseorang dilatih untuk melatih ketahanan jasmani dan rohani atau apa yang disebut dalam istilah Inggris strong wili atau kemauan yang keras. 3. Selain dari pada shalat fardhu dan puasa wajib ada berbagai shalat sunat dan puasa sunat yang kalau diteliti bisa membentuk disiplin yang kuat pada seseorang. 4. Lebih luas lagi adalah konsep amanah. Amanah berarti pemberianpemberian
Tuhan
kepada
manusia
termasuk
kekayaan,
ilmu
pengetahuan, kekuasaan dan lain-lain, haruslah dianggap sebagai tanggung jawab yang besar. Sekurang-kurangnya amanah itu mempunyai dua makna, pertama kesanggupan manusia mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Tuhan, tetapi harus dengan tanggung jawab yang besar. Ilmu, kekuasaan, kecerdasan dan lain-lain adalah amanah yang tidak boleh
13
disalahgunakan. Sebab kalau manusia menyalahgunakan pemberian itu, maka manusia akan membinasakan diri sendiri. Makna yang kedua adalah cara pengurusan sumber-sumber kekayaan yang ada di bumi ini, yaitu bagaimana memakmurkan lingkungan ini untuk kebahagiaan manusia sendiri.4 Dengan demikian dapat disimpulkan kedisiplinan merupakan sesuatu yang terletak di dalam hati dan jiwa seseorang, yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan oleh peraturan dan norma yang berlaku. Kepatuhan tersebut akan terjadi apabila aturan-aturan yang berlaku sesuai suara hati individu. Dengan kata lain aturan-aturan tersebut dirasakan adil oleh pihak yang menjalaninya, sehingga perilaku patuh akan timbul dengan sendirinya. 2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kedisiplinan Suatu perbuatan tidak akan lepas dari sebab terjadinya maupun faktor-faktor yang membentuk atau yang mempengaruhi perbuatan tersebut, demikian juga dengan kedisiplinan juga tidak lepas dari faktorfaktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah sebagai berikut : a. Keluarga. Bagaimanapun juga keluarga adalah komponen pertama dan utama dalam pembentuk sekaligus sebagai faktor yang mempengaruhi 4
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hlm. 401.
14
kedisiplinan anak, sebab keluarga adalah tempat pertama kali interaksi anak terhadap orang tua dan saudara dan juga tempat mendapat pengalaman dari interaksi tersebut. Keluarga merupakan ajang dimana sifat-sifat kepribadian anak terbentuk mulai pertama, maka dapatlah dengan tegas kami katakan, bahwa keluarga adalah sebagai alam pendidikan pertama.5 Sikap dan tingkah laku yang baik tidak akan dipahami anak tanpa melalui pengalaman langsung yang dicontohkan dari orang tua, dan seisi keluarga merupakan andil yang utama dalam membimbing dan menanamkan kepribadian yang moralis yang juga mempengaruhi kedisiplinan. b. Sekolah Faktor yang kedua adalah sekolah dimana sebagian waktu hidup bagi anak-anak ataupun remaja berkecimpung disana mau tidak mau suasana kehidupan dan sikapnya serta kepribadiannya akan terpengaruhi. Dalam hal ini, yang akan menjadi cermin pertama adalah para pendidik baru orang lain mungkin teman-temannya, para karyawan dan bacaan-bacaannya.6 Dalam sekolah anak akan meniru apa yang dikatakan dan dilakukan oleh guru, hendaknya pendidik mampu memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Dalam hal ini siswa sangat membutuhkan
hlm. 178.
5
Drs. Ahmadi, dan Dra. Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
6
Sugeng Priyadarminto, op. cit., hlm. 51-52.
15
suri tauladan yang dilihatnya langsung dari setiap guru yang mendidiknya sehingga merasa pasti dengan apa yang dipelajarinya. 7 Keluarga maupun lingkungan sekolah adalah kedua hal yang sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak (kedisiplinan). Orang tua dan guru merupakan pimpinan dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka dan cara hidup untuk menuju kehidupan yang berguna dan bahagia. 3. Disiplin Dalam Shalat Mengenai disiplin dalam shalat, penulis terlebih dahulu mengembalikan pada ta’rif disiplin secara sederhana yaitu sikap dan perbuatan yang mentaati segala tata tertib atau aturan-aturan yang telah ditentukan. Bila dikaitkan dengan shalat, bahwa shalat yang terdiri dari syarat, rukun batalnya salat serta waktu shalat sehari semalam lima waktu adalah merupakan komponen lahiriyah, maka disiplin dalam shalat berarti memenuhi atau mentaati segala syarat-syarat shalat, rukun shalat, memenuhi waktu shalat atau menjalankan shalat sehari semalam lima kali yakni dzuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh dan juga harus menjauhi atau meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkan atau merusak shalat. Bila semua itu sudah dijalankan atau sudah dipenuhi maka itu berarti disiplin dalam shalat (komponen lahiriyah) sudah dipenuhi. Disiplin shalat merupakan pendidikan positif menjadikan manusia dan masyarakatnya hidup teratur. Setiap orang yang betul-betul 7
Abdurrohman Annahlawy, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1996), hlm. 336.
16
menjalankan agama tidak bisa kena penyakit neurosis atau gangguangangguan badan disebabkan penyakit saraf. Maka shalat menjadi penawar paling mujarab bagi kesehatan jiwa, rohani dan fisik manusia. Dan memberikan ketenangan batin manusia.8 Shalat yang terdiri dari dua komponen yaitu komponen lahiriyah dan komponen bathiniah atau ruh (jiwa). Syarat, rukun dan batalnya shalat serta waktu shalat lima waktu itu barangkali merupakan komponen lahiriyah yang keseluruhannya telah diatur dalam kitab fiqih. Di atas adalah disiplin lahiriyah shalat, kemudian komponen kedua adalah ruh (jiwa) shalat dalam arti disini adalah kekhusyu’an dalam shalat itu sendiri juga harus dipenuhi. Telah disinggung di atas bahwa khusyu’ adalah menyengaja ikhlas dan tunduk lahir batin dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahir, serta memenuhinya dengan kehadirat hati, kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan dan bentuk/sikap lahir itu. Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa disiplin dalam shalat adalah memenuhi atau mentaati peraturan dan tata tertib shalat yang terdiri dari syarat shalat, rukun shalat, memenuhi waktu shalat lima kali dalam sehari semalam, menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat serta khusyu’ didalam shalat.
8
Nasruddin Razak, op. cit., hlm. 182.
17
B. Shalat 1. Pengertian Shalat Secara
etimologi
(bahasa)
shalat
artinya
do’a.
Menurut
terminologi, yang dimaksud dengan shalat adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat yang telah ditentukan”.9 Adapaun ta’rif yang melengkapi arti, hakekat dan jiwa shalat adalah berhadapan hati atau jiwa kepada Allah SWT, hadap yang menimbulkan rasa kebesarannya, mendapatkan rasa takut dengan penuh khusyu’ dan ikhlas dalam beberapa perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.10 Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa shalat adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah SWT menurut syarat-syarat tertentu. Pengertian ini barulah merupakan pengertian ditinjau dari sudut lahiriyah saja yakni shalat merupakan perbuatan yang dapat dilihat dan didengar, padahal yang disyari’atkan bukan hanya lahiriyah saja melainkan mempunyai dimensi lain yaitu ruh (jiwa) shalat.
9
Ahmad Bin Husain, Fathul Qorib Al Majid, (Semarang: CV. Toha Putra t.th), hlm. 11.
10
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 64.
18
2. Dasar Hukum Kewajiban Shalat Untuk merancang suatu bangunan agar dapat berdiri dengan kuat, tegak serta kokoh, dibutuhkan suatu fondamen atau dasar yang kuat agar tidak cepat rusak. Begitu juga dengan shalat harus mempunyai dasar pijakan yang mantap demi tegaknya bangunan shalat, karena shalat merupakan tiang agama dan kewajiban hamba Allah yang sudah mukallaf, yang dimana shalat sebagai penjaga iman sesorang. Dasar tersebut bertumpu dari ajaran agama itu sendiri yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Maka dasar kewajiban untuk menjalankan shalat bagi setiap mukmin adalah sebagaimana dalam firman-firman Allah yang berbunyi:
“maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa), sesungguhnya shalat itu fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nisa: 103)11
“Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaha: 14)12
11
Departemen Agama Syifa’,1989), hlm. 138. 12
Ibid. hlm. 477
RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy-
19
“Dirikanlah shalat (mulai) dari matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh sesunguhnya shalat itu disaksikan oleh malaikat”. (QS. Al-Isro’: 78)13 Dan disamping ayat-ayat di atas tersebut, di dalam Al-Hadist juga disebutkan :
ﺑﲏ اﻷﺳﻼم ﻋﻠﻰ ﲬﺲ ﺷﻬﺎدة أن ﻻ أﻟﻪ إﻻ اﷲ وأﺷﻬﺪ أن ﳏﻤﺪ رﺳﻮل اﷲ وإﻗﺎم ، اﻟﱰﻣـﺬى، ﻣﺴـﻠﻢ،اﻟﺼﻼة وإﺗﺎء اﻟﺰﻛﺎة وﺣﺞ اﻟﺒﻴﺖ وﺻـﻮم رﻣﻀـﺎن )رواﻩ اﻟﺒﺨـﺎرى ( ﻋﻦ إﺑﻦ ﻋﻤﺮ،اﻟﻨﺴﺎئ "Islam dibangun atas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rosul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah (Makkah)dan puasa Romadlon”. (Diriwayatkan Imam Bukhori, Muslim, Attirmidzi, Annasa’I dari Ibnu Umar).14 Berdasarkan ayat dan hadits di atas sudah jelas, bahwa shalat merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang Islam, karena shalat termasuk salah satu rukun Islam yang lima dan juga termasuk sendinya yang utama. Di dalam Islam shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah atau amalan apapun. Tidak ada perintah ibadah lain yang lebih ditonjolkan oleh Al-Qur’an melebihi shalat. Di dalam AlQur’an terdapat beberapa kata yang menyatakan kewajiban menjalankan
13
Yayasasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Departemen Agama RI, 1989), hlm. 436. 14 Al-Hadits, Al-Jami’us Shoghir, (Bandung: Syirkatun Ma’arif, t.th), hlm.126.
20
shalat dengan menggunakan berbagai gaya bahasa pengungkapan. Kadang dengan ungkapan yang tegas, kadangkala dengan memberikan pujian kepada orang yang mengerjakan shalat dan
mencela bagi siapa yang
meninggalkan shalat. 3. Shalat Yang Baik Shalat yang baik adalah shalat yang dilakukan dengan khusyu' dan sesuai dengan syarat dan rukunnya, juga disertai nilai-nilai yang hakiki dan ruh dari kandungan shalat itu sendiri. Pelaksanaan ibadah shalat yang demikian akan menjadi sangat efektif untuk mendidik dan melatih manusia, bukan hanya dari segi lahirnya saja melainkan sampai segi batinnya juga. Dalam ajaran Islam, ibadah shalat menjadikan manusia sehat tubuh dan melatih manusia untuk membiasakan dan suci dari kotoran atau najis yang ada di tubuh atau pakaian kita. Shalat mempunyai fungsi dan relevansi bagi kehidupan manusia. Itu semua dapat dicapai apabila didasarkan pada kedewasaan dan kesadaran rohaniyah yang tinggi. Hal ini memerlukan pembiasaan dan latihan sejak usia anak-anak. Kedewasaan itu sendiri sebagai proses tenaga budi dan tenaga kejiwaan sebagai alat tambahan dalam taraf kedewasaan dan kesadaran rohaniah yang tinggi (luhur) haruslah disertai dengan pengertian yang mendalam, sehingga apa yang dipikirkannya, dipilihnya
21
dan dilakukannya semua berdasarkan keinsafan manusia itu sendiri dengan penuh tanggung jawab.15 Melakukan ibadah shalat atau ibadah yang lain bagi umat Islam bukan hanya merupakan kewajiban melainkan sebagai munajad kepada Allah. Oleh karena itu kita harus melaksanakannya dengan sungguhsungguh agar ibadah kita diterima oleh Allah. Sedang kriteria ibadah shalat yang baik dan dapat diterima oleh Allah selain memenuhi syarat dan rukun juga harus memenuhi dua hal yaitu khudlu' beserta khusyu' dan membuahkan amal kebaikan. Khudlu' ialah patuh dan berdisiplin dalam mengikuti semua gerakan-gerakan jasmani Rasulullah dalam shalat. Sedang khusyu' berarti mengakui kekuasaan Tuhan dan tunduk kepadaNya. Orang yang khusyu' dalam shalatnya ialah orang yang tidak mengetahui siapa yang shalat di sebelah kanan dan kirinya.16 Mendirikan shalat pada hakekatnya adalah bukan hanya gerakangerakan lahiriyah saja, shalat adalah perbuatan yang mencakup ekspresi tiga aspek eksistensi manusia yaitu fisik, akal dan hati yang semuanya berpartisipasi dalam perbuatan shalat. Fisik memegang peranan penting dalam berdiri, membungkuk untuk rukuk dan sujud, lidah bertugas mengucapkan bacaan tasbih, akal berperan dalam tafakur dan merenung serta memahami apa yang di ucapkan, hati ambil bagian dalam khusyu’, 15
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma'arif, 1981), hlm. 80. 16
Ma'sum, Pegangan Hidup Mukmin, (Surabaya: Bintang Pelajar, 1980), hlm. 129.
22
merasa takut, penyesalan dan juga merasakan nikmatnya salat. Ini sesuai dengan definisi khusyu’ sendiri yaitu khusyu’ adalah : Tunduk dan tawadlu’ serta ketenangan dalam segala anggota kepada Allah.17 Dengan demikian mewujudkan khusyu’ dalam shalat adalah sesuatu yang sangat penting dan diperlukan dan sesungguhnya tidak ada harga shalat yang tidak khusyu’ sebagaimana firman Allah :
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqoroh: 45).18 Ayat di atas menunjukkan bahwa dirasakan berat bagi orangorang yang tidak khusyu’ dalam shalat, jadi jelas betapa berartinya kekhusyu’an dalam shalat tersebut. Dan Allah juga mengkaitkan kemenangan orang mukmin yang khusyu’ di dalam shalatnya :
“Sesunguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orangorang yang khusyu’ dalam sembahyangnya”. (QS. Al-Mu’minun: 1-2).19 Dari uraian di atas bahwa kekhusyu’an shalat merupakan suatu hal yang sangat berperan sekali dalam shalat, artinya hal yang amat penting didalam komponen shalat itu sendiri, karena khusyu’ itu adalah
17
Tengku Muhammad Hasbi Assiddiqy, op. cit., hlm. 25. Yayasasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, op. cit, hlm. 16. 19 Ibid, hlm. 526. 18
23
salah satu komponen shalat setelah komponen badan, lidah dan fikiran yang semuanya berperan aktif dalam proses ibadah shalat. Jadi supaya shalat kita bisa khusyu' dibutuhkan seperangkat dlohir dan batin serta gerakan-gerakan yang ikhlas. Pada saat seseorang melakukan ibadah shalat, hati dan pikiran kita haruslah tertuju pada Allah, seakan-akan kita berhadapan dengan Allah. Dengan demikian shalat yang baik adalah apabila tindakan lahir dan batin tertuju pada Allah. Jadi ketika shalat haruslah dalam keadaan sadar dan tidak boleh dalam keadaan mabuk, baik mabuk karena angan-angan dan kecemasan, terlalu cinta ataupun mabuk karena minum-minuman keras.20 Ketika shalat tidak boleh dalam keadaan lalai (lupa). Karena lupa adalah orang yang tidak merasa bahagia dalam melaksanakan shalat tepat pada waktunya, juga tidak menyesal apabila waktunya telah lewat. Mereka ini tidak pernah mampu melihat kebajikan dalam mengerjakan shalat dan dosa apabila meninggalkan shalat.21 Dengan demikian shalat yang baik adalah : a. Khudlu' dan khusyu'. b. Menyatu padukan perangkat lahir dan batin. c. Melakukan shalat dengan mengikuti ketentuan syara'. d. Tidak dalam keadaan mabuk (dalam keadaan sadar). e. Atas dasar ketetapan hati dan tidak lengah dan tidak lalai. 20
Al Ghazali, Menangkap Kedalaman Rohaniah Peribadatan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hlm. 13. 21
Ibid, hlm. 44.
24
C. Keaktifan 1. Pengertian Keaktifan Yang dimaksud keaktifan adalah keadaan siswa yang selalu giat dan bersiap diri baik psikis maupun fisik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. 2. Macam-Macam Bentuk Keaktifan a. Keaktifan dalam bentuk psikis Menurut teori kognitif adalah belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Bentuk keaktifan psikis diantaranya meliputi: 1. Keaktifan Indra Di dalam kelas atau dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar hendaknya berusaha mendayagunakan alat indra dengan sebaik- baiknya, seperti penglihatan dan pendengaran. 2. Keaktifan Akal Seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir.
22
Dalam melakukan
kegiatan belajar, akal harus selalu aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah seperti : menimbang- nimbang, menyusun pendapat dan mengambil suatu kesimpulan.
22
Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 98.
25
3. Keaktifan Ingatan Pada waktu belajar, siswa harus aktif dalam menerima bahan
pelajaran
yang
disampaikan
guru
dan
berusaha
menyimpannya dalam otak, kemudian mampu mengutarakannya kembali. 4. Keaktifan Emosi Bagi seorang siswa hendanya senantiasa mencintai apa yang akan dan telah dipelajari. 23 b. Keaktifan siswa dalam bentuk fisik Ketika dalam kegiatan belajar dengan hukum Law of Exercise nya yang artinya bahwa belajar memerlukan latihan-latihan. Dengan prinsip keaktifan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.24 Bentuk keaktifan fisik diantaranya meliputi: 1. Mencatat Membuat catatan akan berpengaruh dalam membaca. Catatan yang kurang jelas antara materi satu dengan lainnya akan menimbulkan keengganan dalam membaca. Didalam membuat catatan sebaiknya diambil intisarinya. Mencatat yang dimaksudkan dalam belajar yaitu; dalam memcatat seseorang menyadari akan kebutuhannya.25 Dengan demikian. Catatan tidak hanya sekedar fakta melainkan juga merupakan materi yang dibutuhkan untuk hlm. 75. 45.
23
Sriyono dkk, Teknik Belajar Mengajar Menurut CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
24
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 1999), hlm
25
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 127.
26
dipahami dan dimanfaatkan sebagai informasi bagi perkembangan wawasan otak dalam berfikir. 2. Membaca. Membaca merupakan alat belajar mendominasi dalam kegiatan belajar. Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai dalam belajar adalah metode survey (meninjau), question (mengajuakan pertanyaan), Read (membaca), Recite (menghafal), Write (menulis) dan Refiew (mengulang kembali).26 Agar siswa dalam membaca efisien, perlu adnya cara atau kebiasaan yang baik. Kebiasaan membaca yang baik yaitu dengan memperhatikan kesehatan membaca, terjadwal, membuat catatan, memanfaatkan perpustakaan, membaca sampai menguasai bahan dan didukung adanya konsentrasi penuh. 3. Mendengarkan Untuk menanamkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu ditimbulkan minat sehingga terangsang dalam mengikuti pelajaran. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan.27 Kegiatan yang diminati seseoarang akan memperhatikan secara kontinu disertai rasa senang. Oleh karena itu minat besar pengaruhnuya terhadap belajar. Apabila bahan pelajaran
26 27
Ibid, hlm 85-86. Selameto, op. cit, hlm. 69.
27
tidak menarik siswa maka dalam belajar tidak terdapat usaha yang maksimal. 4. Bertanya Pada Guru. Dalam belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan dan ketekunan untuk menangkap fakta dan ide-ide yang disampaikan guru.28 Jadi Kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respon pada suatu pelajaran merupakan faktor penting dalam proses kegiatan belajar. 5. Latihan atau Praktik Seorang yang melaksanakan kegiatan dengan berlatih tentu mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek dalam dirinya. Dalam berlatih akan terjadi interaksi antara subyek dengan lingkungan.29 Dan hasil dari praktik tersebut dapat berupa pengalaman yang dapat mengubah diri seseoarang yang melakukan aktifitas belajar dengan latihan dan lingkungan yang mendukung. Bedasarkan teori gesalt tentang Isightfull Learning Teory. Belajar pada hakekatnya merupakan hasil dari proses interaksi antara diri individu dengan lingkungan sekitarnya. Belajar tidak hanya semta-mata sebagai suatu stimulus, tetapi lebih daripada itu dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami yang disebut dengan learning by process. Jadi hasil belajar dapat diperoleh siswa bila mereka melakukannya dengan 28 29
Sardiman, A.M. op. cit, hlm. 41. Abu ahmadi, op. cit, hlm. 130.
28
keaktifan yang tinggi, baik dalam memahami dan berbuat sesuai dengan apa yang mereka pelajari.30 Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud aktifitas belajar adalah aktifitas yang bersifat psikis maupun fisik. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus terkait. Sebagai contoh seseoarang sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak keserasian antara aktifitas psikis dengan fisik. Kalau demikian maka belajar itu tidak akan optimal. Dengan demikian jelas bahwa aktifitas itu dalam arti luas bahwa baik yang bersifat psikis maupun fisik. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang optimal. D. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Pembelajaran berasal dari kata didaktik yang dalam bahasa yunani yakni didasko. Akar kata tersebut diambil dari kata diskem yang berarti pengajaran yaitu suatu pemberatan atau aktivitas yang dapat menimbulkan kecakapan baru pada orang lain. Menurut terminologi pembelajaran dikatakan sebagai upaya menanamkan pengetahuan kepada seseorang dengan singkat dan pasti. Pembelajaran juga disebut sebagai 30
M. Basyiruddin Utsman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 26.
29
suatu ilmu yang membicarakan atau memberikan prinsip-prinsip dalam menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai atau dimiliki siswa yang menerimanya.31 Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan bagi peserta didik. Pada satu sisi, belajar yang dialami pembelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar juga berupa perkembangan mental yang didorong oleh tindak pendidikan atau pembelajaran. Dan dari sisi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindak mendidik atau kegiatan mengajar.32 Oleh karena itu, pembelajaran dapat didefinisikan sebagai hubungan antara pihak pengajar (guru) dan pihak yang diajar (siswa) sehingga terjadi suasana dimana pihak siswa aktif belajar dan pihak guru aktif mengajar.33 Dalam arti lain pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.34 Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku.35
31
Thoifury. dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Kudus: STAIN Kudus, 2003), hlm. 186. Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm. 69. 33 Iskandar W, Kumpulan Pikiran dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 37. 34 Sudjana, op.cit, hlm. 4. 35 M. Basyiruddin Ustman, op, cit, hlm. 55. 32
30
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan pembelajaran adalah suatu kegiatan mengorganisasi atau mengatur anak didik sebaik-baiknya supaya menguasai materi ilmu pengetahuan dalam proses belajar sehingga membentuk kepribadian seutuhnya melalui interaksi pembelajaran. Artinya suatu proses pembinaan dan pengaturan anak didik oleh guru dalam proses pembelajarannya didalam sekolah supaya terbentuk kepribadian siswa seutuhnya. Selanjutnya yang dimaksudkan kegiatan pembelajaran didalam penelitian disini adalah proses kegiatan pembelajaran yang diadakan dalam sekolah dari awal sampai akhir sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan diprogramkan. Mengapa demikian, karena kegiatan pembelajar adalah kegiatan inti dalam pendidikan, segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.36 Artinya yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan dan dilaksanakan oleh sekolah yang penulis teliti. 2. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai tentunya antara satu lembaga dengan lembaga lain mengalami perbedaan. Namun perlu diketahui bahwa pada dasarnya tujuan belajar adalah untuk menuju perubahan yang berbentuk pengetahuan dan 36
Drs.Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 18.
31
keterampilan, sedang tujuan yang lain atau sampingannya adalah untuk mencapai agar siswa mampu berfikir kritis dan kreatif dan dapat menerima pandapat dari orang lain. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari belajar adalah: a. Belajar bertujuan mengadakan perubahan-perubahan di dalam diri siswa. b. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari buruk menjadi baik. c. Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif. d. Belajar dapat menambah keterampilan. e. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dari berbagai bidang ilmu.37 3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Sebagaimana
penulis
sampaikan
dalam
pembahasan
sebelumnya yaitu bahwa pembelajaran adalah adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan dan guru yang mengajar, maka prinsip-prinsip pembelajaran adalah kesatuan dari prinsip belajar dan prinsip mengajar yang antara lain adalah : a. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya intelektual tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya. b. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungannya.
37
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 49-51.
32
c. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa lengkap dengan segala aspek-aspeknya. d. Belajar adalah perkembangan ke arah deferensiasi yang lebih luas. e. Belajar memerlukan kemauan, dan motivasi yang memberi dorongan dalam menggerakkan seluruh organisme. f. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. g. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.38 h. Memperhatikan kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan siswa. i. Membangkitkan gairah siswa. j. Menumbuhkan bakat dan sikap siswa yang baik. k. Mengatur proses belajar-mengajar dengan baik. l.
Memperhatikan perubahan kecenderungan yang mempengaruhi proses mengajar.
m. Menciptakan
hubungan
manusiawi
dalam
proses
belajar-
mengajar.39 E. Fiqih 1. Pengertian Fiqih Secara etimologi fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti “mengerti atau faham.” Di sini memberikan pengertian kepahaman dalam hukum syari’at yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Jadi, ilmu fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari 38 39
Sardiman A.M., op. cit., hlm. 31-32 Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 22-23.
33
syari’at yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.”40 Secara istilah, fiqih adalah salah satu mata pelajaran di Madrasah Tsanawiyah yang mempelajari bermacam-macam syari’at atau hukum Islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia baik yang bersifat individu maupun berbentuk sosial.41 Jadi jelas bahwa yang disebut fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari syari’at yang bersifat amaliyah atau perbuatan yang diperoleh dari dalil hukum yang terinci. Dengan ilmu itu, siswa diarahkan untuk mengenal, memahami, dan selanjutnya mengamalkan syari’at Islam yang telah diterima tersebut. Mata pelajaran Fiqih adalah salah satu mata pelajaran kelompok pendidikan agama yang berciri khas Islam pada Madrasah Tsanawiyah yang dikembangkan melalui usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam baik berupa ajaran ibadah maupun mu'amalah melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan atau latihan sebagai bekal dalam melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
40
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 11.
41
Ibid., hal. 18.
34
2. Tujuan Bidang Studi Fiqih Tujuan
dari
pembelajaran
bidang
studi
fiqih
Madrasah
Tsanawiyah yaitu:42 a. Untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. b. Sebagai pedoman hidup bagi kehidupan pribadi dan sosial. c. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam. d. Disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. 3. Fungsi Bidang Studi Fiqih Fungsi
dari
pembelajaran
bidang
studi
fiqih
Madrasah
Tsanawiyah yaitu: a. Untuk penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
42
Depag RI, Buku Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Standar Kompetensi, (Jakarta: Depag RI, 2005), Cet, 2., hlm. 46.
35
c. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga. d. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah. e. Perbaikan kesalahan-kasalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam lingkungan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. f. Pembekalan peserta didik untuk mendalami fiqih atau hukum islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.43 4. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqih Ruang
lingkupnya
meliputi
keserasian,
keselarasan,
dan
keseimbangan antarahubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesama
manusia,
manusia
dengan
alam
(selain
manusia)
dan
lingkungannya. Dan fokus fiqih kepada tiga hal yaitu fiqih ibadah, fiqih muamalah, fiqih jinayah. Berdasarkan uraian di atas ruang lingkup fiqih Madrasah Tsanawiyah secara garis besar diklasifikasikan kedalam dua bagian yaitu: a. Hubungan Vertikal yaitu hubungan manusia dengan Sang Pencipta alam semesta (hablu maallah atau ibadah). Ruang lingkupnya meliputi ketentuan-ketentuan tentang thaharah, shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, jinayah, dan sebagainya.
43
Ibid.
36
b. Hubungan Horizontal yakni hubungan manusia dengan makhluk. Ruang lingkupnya meliputi ketentuan-ketentuan tentang muamalah dan sisyasah (politik dan ketatanegaraan).44 F. Hubungan Dan Pengaruh Antara Tingkat Kedisiplinan Shalat Terhadap Keaktifan Siswa Disadari bahwa mutu pendidikan berawal dari pengelolaan sekolah yang kompreensif. Modal utama dalam upaya pengembangan sekolah adalah penerapan disiplin yang konsisten. Dalam mempelajari ilmu agama di sekolah khususnya dalam hal ini materi fiqih siswa memerlukan keaktifan di dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa menjadi terlibat langsung dan memiliki rasa tanggung jawab di dalam kegiatan pembelajaran serta diharapkan siswa lebih mudah menyerap ilmu yang diajarkan dan sebagai proses tindak lanjut siswa untuk mengamalkan atau mempraktikkan keilmuannya dalam kehidupan seharihari. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mungkin diantaranya adalah sikap keagamaannya dalam hal ini lebih sepesifik pada prilaku shalatnya. Kegiatan pembelajaran dapat menunjukkan hasil yang optimal ketika kedisiplinan siswa diterapkan, kedisiplinan shalat siswa menjadi bagian sikap perilaku diri siswa agar tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.
44
Ibid., hlm. 47
37
Bila
shalat
yang
dijalankan
dengan
kesungguhan
artinya
menjalankan salat dengan memenuhi serta mentaati segala peraturanperaturan dalam shalat yaitu memenuhi syarat-syarat shalat, rukun shalat, memenuhi waktu shalat dengan menjalankan shalat lima waktu dan menjauhi segala hal-hal yang dapat merusak atau membatalkan shalat serta menjalankan shalat dengan khusyu’, maka tidak diragukan lagi shalat itu akan berimplikasi atau berdampak bagi pelakunya. Shalat yang notabene adalah tuntunan syar’i dan sebagai rukun Islam yang wajib dijalankan oleh setiap muslim sudah sepantasnya mengandung hikmah. Disini penulis akan menggali apakah shalat yang jalankan oleh siswa dapat berpengaruh pada keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajarnya, karena siswa mempunyai dua tugas ganda yaitu menjalankan shalat sebagai perintah agama dan menjalankan kegiatan belajar mengajar sebagai wahana menuntut ilmu. G. Kajian Penelitian Yang Relevan Dalam kajian pustaka ini terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan dengan penulisan skripsi sebagai bahan perbandingan, penulis akan mengkaji beberapa penelitian terdahulu untuk menghindari kesamaan obyek dalam penelitian.
Sudah pernah ditulis dalam sebuah skripsi yang berjudul “Studi Korelasi Antara Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam dengan Disiplin Beribadah Siswa Kelas II di “MTs NU Demak” Tahun Pelajaran 2003/2004”, yang diajukan oleh mahasiswi STAIN Kudus Iffa Nurul Azza Farida, NIM : 102429.
38
Skripsi yang berjudul “Studi Korelasi Intensitas Ibadah Shalat Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di MA An Nur Daren Nalumsari Tahun Pelajaran 2003/2004”, yang angkat ke dalam penelitian oleh mahasiswa STAIN Kudus yang bernama Nur Cholis NIM: 199 111. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Hasil Belajar Fiqih Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Fardhu Siswa MTs Darul Huda Karanggondang Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009”, yang diajukan mahasiswi INISNU Jepara yang bernama Musta’liyah Nim: T. 227 300. Skripsi berjudul “Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran Fiqih Terhadap Pelaksanaan Shalat Kelas VIII di MTs Nu Ma’rifatul Ulum Mijen Kaliwungu Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012”, dengan mahasiswi INISNU yang bernama Noor Saidah NIM: 228 370. Skripsi dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan Keagamaan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Al Qur’an Hadits Siswa MI Miftahul Huda KedungLeper Bangsri Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010”, mahasiswi INISNU yang bernama Ni’matul Aliyah NIM: B 225 220. Skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Kemampuan Praktek Ibadah Shalat Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa MI Miftahul Huda Ngasem Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011”, dengan mahasiswi INISNU yang bernama Indrawati NIM: 227 170. H. Pengajuan Hipotesis Suatu penelitian sudah barang tentu mempunyai masalah yang menarik
untuk
diteliti
guna
memperoleh
jawaban
sementara
dari
39
permasalahan tersebut, sehingga diperlukan adanya dugaan sementara yang disebut hipotesis. Hipotesa berasal dari kata “hypo” yang artinya dibawah dan “thesa”myang artinya kebenaran. Hipotesis dapat diartikan sebagai “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai melalui data yang terkumpul”.45 Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat kedisiplinan shalat siswa terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015”.
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), Cet. XIII, hlm. 71
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai, yang dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti apa tujuan penelitian itu sesungguhnya.1 Adapun dilihat dari rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat kedisiplinan shalat terhadap
keaktifan
siswa
kelas
VIII dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran materi Fiqih di MTs NU TBS Kudus. 2. Untuk mengetahui sejauh mana taraf signifikansi tingkat kedisiplinan shalat siswa dan keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran materi Fiqih. 3. Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh tingkat kedisiplinan shalat siswa terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran Fiqih di MTs NU TBS Kudus. B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
1
Ibid., hlm. 30.
40
41
Dalam hal ini penulis melaksanakan riset atau penelitian terhitung mulai tanggal : 22 Maret – 22 April 2015. 2. Tempat Penelitian Penulis mengadakan penelitian ini di Madrasah Tsanawiyah NU Tasywiqut Thullab Salafiyah (TBS) Kudus beralamatkan di Kelurahan Kajeksan, Kecamatan Kota Kabupaten Kudus, tepatnya di jalan KH. Turaichan Adjhuri No. 23 Kudus 59314. Madrasah yang berdiri di lingkungan padat penduduk ini menempati area seluas 2930 M2 dengan rincian sebagai berikut: a. Batasan-batasan lokasi MTs NU TBS Kudus adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Umum 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Perumahan Warga 3. Sebelah Utara berbatasan dengan PonPes MAK NU TBS Kudus 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Warga b. Luas tanah meliputi : 1. Di wilayah desa Kajeksan
: 1690 m2
2. Di wilayah Bejen
: 380 m2
3. Di wilayah desa Langgar Dalem
: 860 m2
Letak MTs NU TBS Kudus termasuk berada di kawasan lingkungan pondok pesantren. Tercatat ada delapan pondok pesantren yang menampung para santri yang mayoritas para pelajar. Sehingga tidak
42
mengherankan apabila suasana agamis mewarnai kehidupan Kelurahan Kajeksan dan sekitarnya.2 C. Variabel Penelitian Kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan, faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah-ubah.3 Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudan ditarik kesimpulannya.4 Adapun varibel dan indikator penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Varibel Bebas (variabel pengaruh) atau variabel X yaitu tingkat kedisiplinan shalat dengan indikator yaitu : a. Disiplin dalam menjalankan shalat tepat pada waktunya. b. Disiplin dalam menjalankan aturan-aturan shalat yang terdiri dari syarat sahnya shalat, fardlunya shalat, rukun salat serta menjauhi batalnya shalat. c. Disiplin dalam kekhusyu’an melaksanakan shalat. 2. Variabel Terikat (variabel terpengaruh) atau variabel Y yaitu keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran materi fiqih dengan indikator yaitu: a. Aktif dalam menghadiri kegiatan pembelajaran materi fiqih. b. Aktif dalam mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran materi fiqih. 2
Observasi Peneliti di MTs NU TBS Kudus, pada tanggal 22 Maret 2015. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 ), hlm. 36. 4 Sugiyono, op.cit, hlm. 61. 3
43
c. Aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan Guru dalam mengikuti pembelajaran fiqih. D. Metode Penelitian Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.5 Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.6 Karena itu, dalam penelitian ini penulis harus mengetahui dan memahami metode yang digunakan yang sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan, yakni jenis penelitian yang penulis lakukan adalah masuk pada jenis penelitian field research (penelitian lapangan). Sedangkan pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan metode kuantitatif, yaitu data-data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic.7 E. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalsasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
5
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit,hlm. 41. Sugiyono, op.cit. hlm. 3. 7 Ibid., hlm. 13. 6
44
kesimpulannya.8 Yang dimaksud dengan populasi disini adalah keseluruhan subyek penelitian.9 Berdasarkan konsep tersebut
maka dalam
penelitian ini
populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus yang jumlahnya adalah 442 siswa, jadi populasi dalam penelitian ini adalah 442 siswa dengan rincian : Tabel 1. Data Populasi Penelitian No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
VIII A
44
2.
VIII B
44
3.
VIII C
44
4.
VIII D
44
5.
VIII E
44
6.
VIII F
44
7.
VIII G
44
8.
VIII H
44
9.
VIII I
44
10.
VIII J Jumlah
46 442
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.10 Menurut Sutrisno Hadi bahwa sampel merupakan sebagian yang diambil populasi yang dijadikan sebagai
8
Ibid., hlm. 117. Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 173. 10 Sugiyono, op.cit,. hlm. 118. 9
45
sasaran dari penelitian .11 Dengan kata lain sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.12 Berikut adalah daftar nama-nama sampel penelitian : Tabel 2. Daftar Nama-Nama Siswa Yang Dijadikan Sampel Penelitian No. Nama Siswa Kelas
70.
1.
Ahmad Zein Abid Muhabbab
VIII A
2.
Ahmad Alaik Maulani
VIII A
3.
Asadurrahman Mujtaba Alhamidy
VIII A
4.
Isnanda Osama Islamudin
VIII A
5.
Ishlahud Dimam
VIII A
6.
Alfiyan Izza Maulana Idris
VIII A
7.
Amanu Choirie Anwar
VIII A
8.
Ahmad Ahadun Naja
VIII B
9.
Ahmad Iqbal Miftakhul Rizqi
VIII B
10.
Achmad Rizqi Fahmi Laduniyyi
VIII B
11.
Irza Maulana Al'arif
VIII B
12.
Amirul Wildan
VIII B
13.
Andri Setiawan
VIII B
14.
Annas Lutfi Ikromsyah
VIII B
15.
Ahmad Afandi Lutfiansyah
VIII C
16.
Ahmad Ulul Amri
VIII C
17.
Achmad Chaqiqi
VIII C
18.
Ahmad Syabirul Asror
VIII C
19.
Ahmad Mu'tashim Billah
VIII C
20.
Ahmad Najibur Rohman
VIII C
21.
Esa Fadhlika
VIII C
11
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,Jilid I , (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.
12
Suharismi Arikunto, op.cit, hlm. 174.
46
No.
Nama Siswa
Kelas
22.
Ahmad Adi Prasetyo
VIII D
23.
Ahmad Royyan Mubarok
VIII D
24.
Ahmad Syifaul Umam
VIII D
25.
Ataka Zahrul Anam
VIII D
26.
Archana Harridz Abdallah
VIII D
27.
Ageng Izzulhaq
VIII D
28.
Ikmal Luthfil Khitam
VIII D
29.
Ahmad Ghifari
VIII E
30.
Ahmad Yusril Yazid
VIII E
31.
Elvin Farihusy Syakur
VIII E
32.
Alessandro Dejon Maulana
VIII E
33.
Ulul Ilmi
VIII E
34.
Eko Bagus Nur Saputra
VIII E
35.
Tafuzu Dhiyaul Haq
VIII E
36.
Ahmad Jauhari Umar
VIII F
37.
Ahmad Abdus Shofa
VIII F
38.
Ahmad Muhyiddin Baihaqi
VIII F
39.
Ahmad Nizar
VIII F
40.
Ahmad Nilna Mubarok
VIII F
41.
Adam Faizul Firdaus
VIII F
42.
Agus Kurniawan
VIII F
43.
Ahmad Reza Mantofani
VIII G
44.
Ahmad Sutrisno Wibowo
VIII G
45.
Ahmad Fuadi Anwar
VIII G
46.
Ahmad Farhan
VIII G
47.
Ahmad Falach
VIII G
48.
Ahmad Mukhlasin Adi Saputra
VIII G
49.
Adam Fuad Halba
VIII G
50.
Ahmad Ihsan Alwi
VIII H
47
No.
Nama Siswa
Kelas
51.
Ahmad Malik Al Jabbar
VIII H
52.
Akhmad Mirza
VIII H
53.
Aditya Bayu Yulianto
VIII H
54.
Ariq Asfa
VIII H
55.
Ashob Al Haddadi
VIII H
56.
Imam Syaifudin
VIII H
57.
Achmad Achsan Achwalana
VIII I
58.
Ahmad Rizqy Fauzi
VIII I
59.
Ahmad Mushoffa
VIII I
60.
Ahmad Najih Zakky
VIII I
61.
Ahmad Wahyu Amri
VIII I
62.
Ahmad Ashfal Maula
VIII J
63.
Ahmad Almansur
VIII J
64.
Achlis Agung Kurniawan
VIII J
65.
Abi Ubaidillah Wachid
VIII J
66.
Ajie Satya Al 'Abid
VIII J
3. Teknik Pengambilan Sampel Dengan jumlah tersebut yang menjadi sampel dalam penelitian adalah 66 siswa, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.13
13
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, ( Jakarta: LP3S, 2011 ) Cet. 4, hlm. 156.
48
Jumlah sampel tersebut berpijak pada pendapat Suharsimi Arikunto: “Bila subyek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua,
sehingga
penelitianya
merupakan
penelitian
populasi,
selanjutnya bila subyek lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10%15% atau 20%-25% atau lebih”.14 Karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka diambil sampel 15% dari populasi yang berjumlah 442. Dalam penelitian ini, menggunakan sampel sebesar 15% x 442 = 66 siswa dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3. Data Sampel Penelitian Kelas
Populasi
Sampel
VIII A
44
7
VIII B
44
7
VIII C
44
7
VIII D
44
7
VIII E
44
7
VIII F
44
7
VIII G
44
7
VIII H
44
7
VIII I
44
5
VIII J
46
5
Jumlah
442
66
Cara mengambilnya dengan cara nama responden atau nomor absen, dimulai dari kelas VIII A sampai kelas VIII J ditulis semua, kemudian diambil secara acak dari tiap-tiap kelas, dan akan mewakili sampel dari tiap-tiap kelas tersebut. 14
Suharismi Arikunto, op.cit, hlm. 120.
49
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Angket (Kuesioner) Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.15 Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.16 Adapun yang menjadi responden adalah siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Metode Observasi Observasi merupakan sesuatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.17 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang diamati secara langsung seperti letak geografis sekolah, keadaan sarana prasarana, dan kegiatan pembelajaran di kelas VIII MTs NU TBS Kudus. 3. Metode Dokumentasi Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
15
Sugiyono, op.cit, hlm. 199. Sharismi Arikunto, op.cit, hlm. 194. 17 Sugiyono, op.cit, hlm. 203. 16
50
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.18 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen,19 yaitu peta, data-data tentang struktur organisasi sekolah dan data guru dan siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus. 4. Metode Interview/Wawancara Metode interview/wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.20 Metode ini penulis tujukan pada : a. Dewan guru untuk memeperoleh informasi tentang kedisiplinan salat dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran materi fiqih. b. Siswa-siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus untuk memperoleh informasi serta data tentang kedisiplinan shalat dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dalam materi fiqih. c. Tata Usaha untuk memeperoleh informasi dan data tentang MTs NU TBS Kudus itu sendiri.
18
Sudjarwo dan Basrowi, op.cit, hlm. 161. Ibid,. 20 S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008). Cet. 10, hlm. 113. 19
51
G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.21 Kemudian langkah selanjutnya adalah mengubah data-data tersebut ke dalam bentuk angka-angka. Metode ini menggunakan statistic yang merupakan alat bagi peneliti untuk mengorganisasikan dan menafsirkan angka-angka yang diperoleh dari pengukuran terhadap variabel. Sedangkan yang dimaksud dengan statistic adalah Data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan, peristiwa atau gejala tertentu.22 Adapun analisis dalam data ini akan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1. Analisis Pendahuluan Pada tahap ini dilakukan penelitian hasil angket tentang tingkat kedisiplinan shalat siswa terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran materi fiqih yang diperoleh selama penelitian, yaitu pemberian bobot nilai pada setiap pilihan jawaban dari responden, yakni dengan mengubah data yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif dengan kriteria sebagai berikut: a) Untuk jawaban A dengan skor nilai 4 b) Untuk jawaban B dengan skor nilai 3 c) Untuk jawaban C dengan skor nilai 2 d) Untuk jawaban D dengan skor nilai 1
21
Sugiyono, op.cit, hlm. 207. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 2. 22
52
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini merupakan jenis analisis yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapun teknik-tekniknya dari hasil analisis pendahuluan data yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis lanjut dengan menggunakan statistic. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Membuat tabel penolong untuk menghitung persamaan regresi dan korelasi sederhana. 2. Menghitung harga a dan b dengan rumus sebagai berikut :
a:
b:
( Y )( X 2 ) ( X )( XY ) N . X 2 ( X ) 2
N ( XY ) ( X )( Y ) N . X 2 ( X ) 2
3. Menyususn persamaan regresi Setelah harga a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linier sederhana disusun dengan menggunakan rumus :
Y 1 a bx Keterangan : Y¹ = subyek dalam variabel dependen a
= harga Y bila X = 0 (harga konstanta)
b
= Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
53
= Subyek pada variabel inependen yang mempunyai nilai
X
tertentu. 4. Mencari nilai korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment : rxy
N X
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
23
Keterangan : r xy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y xy : Jumlah perkalian variabel x dan y x
: Variabel independent
y
: Variabel dependen
: Sigma (jumlah keseluruhan)
N
: Jumlah sampel
Analisis uji hipotesis selanjutnya dengan menggunakan rumus regresi sebagai berikut : Freg =
R
2
(N m I) m (I R 2 )
24
Keterangan: Freg = F regresi R2 = Koefisien determinasi N
= Jumlah sampel yang diteliti
m
= Jumlah prediktor
23
Subana, et. al., Statistik Pendidikan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2005), Cet. 2.
24
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: CV Alfa Beta, 2004), hlm. 259.
Hlm. 148.
54
I
= Konstan
3. Analisis Lanjut Analisis lanjut adalah merupakan jawaban atas dasar benar dan tidaknya hipotesis yang diajukan. Dari uji hipotesis dengan rumus regresi di atas, maka akan diketahui pengaruh tingkat kedisiplinan shalat terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Tehnik pengujiannya dengan taraf signifikan 5 % dan 1 %. Jika Freg lebih besar dari Ftabel berarti signifikan atau diterima. Jika Freg lebih kecil dari Ftabel berarti tidak signifikan atau ditolak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs NU TBS Kudus Madarasah NU TBS Kudus lahir pada zaman penjajahan Belanda. Lokasinya berada di lingkungan masyarakat muslim yang sangat memegang teguh tradisi sekaligus sangat kuat memegang ajaran Islam, tidak jauh dari pusat penyebaran Islam pertama di Kudus yang dilakukan oleh salah seorang Walisongo, yaitu Syekh Ja'far Shodiq yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus, dengan peninggalannya yang termasyur yaitu Menara Kudus dan Masjidil Aqsho Kudus. Kurang lebih 600 meter dari Masjid tersebut, MTs NU TBS Kudus ini berada atau lebih tepatnya di Desa Baletengahan Langgardalem Kota Kudus, yang pada perkembangannya, saat ini berlokasi di tiga desa yaitu: Baletengahan, Nanggungan dan Kajeksan yang semuanya berada di dalam wilayah Kecamatan Kota.1 Semula Madrasah NU TBS Kudus didirikan oleh dua orang Ulama' yang cukup di kenal di Kudus, yaitu: 1. KH. Ahmad Hadziq 2. KH. Abdul Muhith (alumnus Perguruan Tinggi Al-Azhar Kairo, Mesir) Madrasah ini beliau dirikan pada tanggal 7 Jumadal Akhirah 1340 H/21 Nopember 1928 M dengan nama semula adalah Madrasah 1
Dokumentasi MTs NU TBS Kudus Profil Madrasah 2011-2012, Data dikutip pada tanggal 01 April 2015.
55
56 Tasywiquth Thullab dengan singkatan TB yang artinya "Gandrungnya Para Pelajar". Nama ini diambil dari nama pondok yang digunakan untuk belajar pada saat itu. Semula madrasah ini memang hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran dengan referensi kitab kuning, sehingga lebih tepat apabila disebut sebagai Madrasah Diniyah.2 Pada tahun 1935, tokoh muda alumni Perguruan Tinggi Saudi Arabia, yaitu KH. Abdul Jalil (Ahli Falak Nasional) sekaligus menantu KH. Nur Chudrin masuk sebagai pengurus Madrasah TBS. Oleh beliau nama Tasywiquth Thullab ditambah nama school, sehingga menjadi Madrasah Tasywiquth Thullab School, dengan singkatan TBS. Latar Belakang penambahan nama ini karena adanya kecurigaan dari Pemerintah Kolonial Belanda terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu, agar Pemerintah Kolonial Belanda tidak mencurigai sekolah ini, maka namanya ditambah School, yang notabene berasal dari Bahasa Inggris. Dengan penambahan ini terbukti bahwa madrasah TBS dianggap sebagai madrasah yang akomodatif, sehingga sepanjang sejarahnya tidak pernah ditutup.3 Perubahan nama lembaga juga diikuti pula oleh kebijakan kurikulum. Dengan berganti nama, maka madrasah TBS juga dimasukkan pelajaran-pelajaran umum dengan maksud agar para siswa nantinya menguasai berbagai ilmu sehingga berani menghadapi penjajah, sekaligus mampu menjadi pemimpin agama dan bangsanya. Akibat dari perubahan kebijakan, yaitu masuknya mata pelajaran umum, ada sebagian pimpinan 2
Ibid., Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1979), hlm. 252. 3
57 madrasah yang tidak setuju, termasuk di dalamnya adalah Kyai Muhith. Kyai Muhith kemudian mengundurkan diri dari Madrasah TBS dan mendirikan Madrasah Ma'ahidu al-Diniyah al-lslamiyah al-Jawiyah tahun 1938 di Krapyak Kabupaten Kudus. Perubahan kebijakan ini sekaligus menandai pergantian pimpinan Madrasah TBS dari K.H. Muhith kepada K.H. Abd al-Djalil. Pemakaian nama Tasywiquth Thullab School ini berlangsung sampai tahun 1965. Pada saat berlangsung pertemuan mutakhorrijin (alumni) TBS pada tahun 1965, bertempat di Gedung Ramayana Kudus (sekarang menjadi Pertokoan Pujasera Taman Bujana), muncul gagasan agar penambahan nama “school” diganti dengan kata yang lain, karena nama itu dianggap sudah tidak relevan lagi, pada akhirnya diganti dengan kata Salafiyah. Sehingga nama Madrasah Tasywiquth Thullab School dirubah menjadi Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah dengan singkatan tetap TBS.4 Pergantian nama School menjadi Salafiyah karena dianggap masih berbau Belanda, sehingga para Pengurus Madrasah menghadap Penasehat Madrasah untuk minta saran perubahan nama school tersebut. Oleh K.H. Turaichan Adjuhri nama school diganti Salafiyyah sehingga namanya menjadi Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah, karena nama NU TBS sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas.5 Keadaan madrasah pada tahap awal masih sangat sederhana. Jumlah ruang kelas pada saat pertama kali berdiri hanya 2 kelas dengan jumlah peserta didik 40 orang. Di samping itu juga didirikan Taman 4 5
Ibid, hlm. 254. Ibid,.
58 Kanak-kanak dengan jumlah peserta didik 50 anak. Tempat belajarnya pun mengalami beberapa kali perpindahan. Pertama kali tempat belajar adalah di Pondok Balaitengahan. Peserta didik kelas I masuk pagi hari, dengan pengajar, K.H. Turaichan Adjhuri, Kyai Muslihan, dan Ustadz Muhdi. Sementara kelas II masuk siang, dengan pengajar khusus Kyai Muhith. Mata pelajaran yang diberikan adalah Fiqih, Tauhid, Imla' dan Lugoh. Setelah kelas dua ditambah mata pelajaran Hisab (matematika). Setelah bulan Syawwal 1347 H. perkembangan madrasah NU TBS meningkat pesat, sehingga pondok Balaitengahan sudah tidak dapat menampung peserta didik lagi. Oleh karena itu pengurus mulai memikirkan pembangunan gedung baru. Sebelum gedung baru dapat ditempati, untuk sementara, kegiatan belajar-mengajar dipindahkan ke rumah H. Mukti Langgar Dalem dan sebagian ditempatkan di masjid Balaitengahan.6 Pada mulanya jenjang pendidikan di madrasah TBS adalah 6 tingkat: Qism al-Awwal sampai Qism al-Sadis. Meskipun hanya enam tingkat, namun siswa kelas 4 pada waktu itu sudah diberi mata pelajaran Falak. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, maka dibentuklah Lembaga Pengurus Madrasah NU TBS Kudus. Dan pada tahun 1992, karena kepentingan akreditasi, Madrasah TBS bernaung di bawah Yayasan Arwaniyyah yang sekarang berubah menjadi Badan Pelaksana Nahdlatul Ulama' Arwaniyyah7 dengan alasan: 6 7
Dokumen MTs NU TBS Kudus Profil Madrasah 2011-2012, loc.cit,. Ibid,.
59 1. Mempermudah proses akreditasi 2. Yayasan tersebut di bawah kendali salah seorang sesepuh madrasah TBS yaitu KH. Arwani Amin Sa'id. 3. Visi dan misi Yayasan Arwaniyah sejalan dengan Madrasah TBS Kudus. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, maka pada tahun 1951 berdirilah Madrasah Tsanawiyah (MTs) TBS Kudus. 8 Keberadaan MTs NU TBS menjadi semakin diakui, baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah, setelah mendapat pengakuan melalui penilaian/akreditasi madrasah. Sesuai dengan Keputusan Kakanwil Depag No. DIAKUI : Nomor
:
B/Wk/5.c/Pgm/Ts/189/93,
DISAMAKAN
Nomor
:
Kw.114/4/PP.03.2/624.19.13/2005, TERAKREDITASI A Desember 2008 dan TERAKREDITASI A 24 Oktober 2012. Sekarang ini Madrasah TBS termasuk dalam pembinaan LP Ma'arif NU Kudus, sehingga secara kelembagaan madrasah ini mempunyai hubungan koordinasi dengan Jam'iyah Nahdhatul Ulama. Oleh karena itu, di antara mata pelajaran yang disampaikan kepada para siswa, disamping ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, juga diberikan dasardasar ke-NU-an dan pelajaran Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja).9 Sejak berdiri tahun 1928 sampai tahun 1935 masih merupakan madrasah diniyah murni, sehingga muatan kurikulum diajarkan semuanya
Kudus Kudus
8
Wawancara dengan Drs. KH. Hasan Bisyri MS. selaku Kepalas Sekolah MTs NU TBS
9
Wawancara dengan Drs. KH. Hasan Bisyri MS. selaku Kepalas Sekolah MTs NU TBS
60 adalah mata pelajaran agama. Seperti: Tauhid, Fiqih, Imla', Bahasa Arab (Lugah), Nahwu, Sharaf, Mutaolaah, serta Hisab. Komposisi mata pelajaran memang sama dengan madrasah pada umumnya, akan tetapi penekanan pada mata pelajaran agama tetap menjadi prioritas, tanpa mengurangi esensi dari isi mata pelajaran yang ada. Caranya adalah dengan memadatkan jam mata pelajaran umum, khususnya ilmu-ilmu sosial. Misalnya yang semestinya empat jam perminggu dipadatkan menjadi dua jam, sehingga sisa waktu dapat dipakai untuk menambah pelajaran agama. Kebijakan seperti ini masih dilaksanakan sampai saat ini. Kendatipun secara formal kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kurikulum nasional, baik kurikulum tahun 1976, kurikulum tahun 1984 dan yang disempurnakan, kurikulum tahun 1994 maupun kurikulum 2004, dan KTSP. Namun, pelajaran agama tetap menjadi prioritas utama. Kemudian di dalam merespon SKB 3 Menteri, pengurus/sesepuh TBS dan pimpinan madrasah (kepala madrasah dan guru-guru) terdapat perbedaan. Perbedaan itu antara lain: a. Dalam hal bantuan/subsidi keuangan dari pemerintah, oleh K.H. Ma'mun tidak boleh diterima (ditolak), sedangkan bantuan guru (guru negeri yang diperbantukan dapat diterima. Pada waktu itu ada tiga guru (PNS) yang diperbantukan di madrasah TBS. Satu di antaranya adalah Drs. Muslich, Kepala Madrasah Aliyah TBS Kudus tahun 1978-1985. b. Dalam bidang kurikulum (mata pelajaran), oleh K.H. Ma'mun tidak boleh dirubah sesuai dengan tuntutan SKB 3 Menteri, misalnya
61 pelajaran matematika dan biologi masih dipertahankan dengan nama aljabar dan ilmu hayat. Di antara alasan yang dikemukanan oleh sesepuh adalah karena nama-nama ilmu tersebut tidak dikenal dalam ajaran Islam. Penekanan terhadap pembelajaran agama ini sekaligus juga untuk menjaga kredibilitas dan keutuhan madrasah, sebagai suatu lembaga pendidikan yang sudah dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga untuk memperdalam ilmu-ilmu agama. c. Kemudian untuk menambah jam pelajaran agama, pimpinan madrasah mengambil kebijakan percepatan penjurusan.10 2. Struktur Organisasi MTs NU TBS Kudus Berikut
adalah
struktur
organisasi
Madrasah
Tsanawiyah
Nahdlatul Ulama’ (NU) Tasywiqut Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, tahun pelajaran 2014/2015 M.11 Tabel 4. Struktur Organisasi MTs NU TBS Kudus NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 10 11
JABATAN Kepala Madrasah Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Humas & Sarpras Guru dan BK Kelas 7 Guru dan BK Kelas 8 Guru dan BK Kelas 9 Guru BK Guru BK Ka. TU TU TU TU TU
NAMA Drs. H. Hasan Bisyri MS Arif Musta'in, M.PdI. H. Ahmad Muttaqin H. Noor Habib, S.Pd.I Baidlowi Muhammad Abdurrohman Ahmad Irkham, S.Pd.I Muhammad Jamalludin Muhammad Jamilludin M. Silmi Siskandar Farid Setiawan Ahsin Yasroni M. Yusuf
Ibid., Hasil Observasi Di MTs NU TNS Kudus Pada 01 April 2015.
62 NO. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
JABATAN Pustakawan Pustakawan Pustakawan Petugas Kebersihan Petugas Kebersihan Petugas Keamanan Petugas Koperasi Petugas Koperasi
NAMA Abdul Muiz, A.Md Husnul Wafa Mochammad Ulil Absor, A.Md. Sutrimo Ali Muhsin Arfiyanto Hasan Haris
3. Data Guru, Siswa, Sarana Dan Prasarana MTs NU TBS Kudus a. Data Guru Hasil dokumentasi yang penulis peroleh dari pihak sekolah diketahui tenaga kependidikan adalah sebagai berikut:12 Tabel 5. Keadaan Guru MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 M. NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 12
Ibid,.
NAMA Drs. H. Hasan Bisyri MS Arif Musta'in, M.PdI. H. Ahmad Muttaqin Noor Habib, S.Pd.I KH. Abdul Bashir KH. Mahmudi KH. Abdullah Hafidh Drs. H. M. Yahya Bahruddin, BA H. A. Hamdi Asmu'i, LC Drs. H. Sutomo Drs. Hamzah H. M. Sa'dullah Ahmad Syafi'i, A.Md. H. Nashihin H. Amin Yasin Shomadi Zainuri S.Ag. Silahuddin, M.SI. Abdul Fattah, S.Ag. M.Pd.I H. Musyaffa' Durri
JABATAN Kepala Madrasah Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Wk Humas&Sarpras Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
63 NO. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
NAMA Moh. Zamroni, S.Ag. Waluyo, S.Pd.I Budi Tjahjadi, S.Pt. Umronuddin, S.Pd.I Abdul Halim Baidlowi H. Himam 'Awaly, LC Rofiq Setiawan,S.Pd. Muhammad Abdurrohman Muhaimin, A.Md. Yusron Syarafi, S.Pd.T. Ahmad Irkham, S.Pd.I H. Moh. Atiq BA. Mokhammad Fahmi S.Pd. M. Sirril Wafa, S.Pd.I Hariyono, S.Pd Yuniar Fahmi, S.Pd Muhammad Danial Fitrian Fathul Hakim, S.Pd. Abdus Shomad, S.Pd.I Azhar Lathif Mohammad In'amullah, S.Pd.I Abdul Kholiq Saiful Anam, S.Pd. Miftahul Falah, S.Pd. Ahmad Mudhofar Ahmad Ma'ruf Maghfur, S.H.I Eko Wahyudi, S.Pd. Muhammad Jamalludin Muhammad Jamilludin Faisol Arijuddin, S.Pd.I Slamet Anwari Muhammad Turmudzi, S.Pd. Faisal Rohman, S.Pd. Ra'iq Nadhmi, S.H.I Muhammad Bisyri Mahda Haidar Rahman M. Silmi Siskandar Farid Setiawan Ahsin Yasroni M. Yusuf
JABATAN Guru Guru Guru Guru Guru Guru dan BK Kelas 7 Guru Guru Guru dan BK Kelas 8 Guru Guru Guru dan BK Kelas 9 Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru BK Guru BK Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Ka. TU TU TU TU TU
64 NO. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. b.
NAMA Abdul Muiz, A.Md Husnul Wafa Mochammad Ulil Absor, A.Md. Sutrimo Ali Muhsin Arfiyanto Hasan Haris
JABATAN Pustakawan Pustakawan Pustakawan Petugas Kebersihan Petugas Kebersihan Petugas Keamanan Petugas Koperasi Petugas Koperasi
Data Siswa Seiring berjalannya waktu MTs NU TBS Kudus mengalami peningkatan dalam jumlah siswa dan kelas dengan uraian seperti di bawah ini:13 Tabel 6. Keadaan Siswa MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 M.
Kelas
7A
7B
7C
7D
7E
7F
7G
7H
7I
7J
7K
JML
Jumlah
48
48
48
48
48
50
50
48
49
48
48
533
Kelas
8A
8B
8C
8D
8E
8F
8G
8H
8I
8J
Jumlah
44
44
44
44
44
44
44
44
44
46
Kelas
9A
9B
9C
9D
9E
9F
9G
9H
9I
9J
Jumlah
40
40
40
40
40
40
40
40
40
45
442
405
JUMLAH TOTAL 1380 c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu pendukung atau sarana pendukung terjadinya kegiatan pembelajaran. Dan mutlak diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Pada tabel berikut ini akan disajikan secara garis besar sarana dan prasarana yang ada di MTs NU TBS Kudus. 13
Ibid,.
65 Tabel 7. Sarana dan Prasarana di MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 M. No.
Jenis Ruang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Ruang Teori/Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Bahasa Laboratorium Komputer Laboratorium Multimedia Ruang Perpustakaan Ruang Serba Guna/Aula Ruang UKS Koperasi/Toko Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang OSIS Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki Gudang Ruang Ibadah Asrama Siswa
Keterangan Jumlah Luas (m2) 31 1984 1 64 1 64 1 64 1 64 1 80 2 384 1 40 1 28 1 64 1 64 2 128 1 64 1 64 3 9 37 111 1 64 1 64 1 576
B. Analisa Data Tingkat Kedisiplinan Shalat 1. Data Angket Variabel X ( Tingkat Kedisiplinan Shalat) Data angket variabel X (tingkat kedisiplinan shalat) siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 diperoleh dari hasil jawaban angket 66 responden adalah sebagai berikut: Tabel 8. Data Hasil Jawaban dan Nilai Angket Variabel X (Tingkat Kedisiplinan Shalat) No. 1.
Jawaban
Bobot Nilai
A
B
C
D
4
3
2
1
10
8
2
-
40
24
4
-
Jumlah 68
66 2.
15
4
1
-
60
12
2
-
74
3.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
4.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
5.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
6.
18
2
-
-
72
6
-
-
78
7.
14
4
2
56
12
4
-
72
8.
10
10
-
-
40
30
-
-
70
9.
13
4
3
-
52
12
6
-
70
10.
16
2
2
-
64
6
4
-
74
11.
9
7
4
-
36
21
8
-
65
12.
6
9
5
-
24
27
10
-
61
13.
7
8
5
-
28
24
10
-
62
14.
10
6
4
-
40
18
8
-
66
15.
8
2
10
-
32
6
20
-
58
16.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
17.
9
3
8
-
36
9
16
-
61
18.
13
3
4
-
52
9
8
-
69
19.
10
6
4
-
40
18
8
-
66
20.
7
6
7
-
28
18
14
-
60
21.
11
7
2
-
44
21
4
-
69
22.
15
5
-
-
60
15
-
-
75
23.
11
6
3
-
44
18
6
-
68
24.
17
2
1
-
68
6
2
-
76
25.
5
8
7
-
20
24
14
-
58
26.
10
7
3
-
40
21
6
-
67
27.
8
7
5
-
32
21
10
-
63
28.
9
6
5
-
36
18
10
-
64
29.
9
5
6
-
36
15
12
-
63
30.
4
9
6
1
16
27
12
1
56
31.
8
5
7
-
32
15
14
-
61
32.
6
7
7
-
24
21
14
-
59
67 No.
Jawaban
Bobot Nilai
Jumlah
A
B
C
D
4
3
2
1
33.
9
2
9
-
36
6
18
-
60
34.
15
4
1
-
60
12
2
-
74
35.
6
5
9
-
24
15
18
-
57
36.
8
5
7
-
32
15
14
-
61
37.
6
6
8
-
24
18
16
-
58
38.
10
4
6
-
40
12
12
-
64
39.
14
5
1
-
56
15
2
-
73
40.
10
4
6
-
40
12
12
-
64
41.
7
7
6
--
28
21
12
-
61
42.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
43.
15
5
-
-
60
15
-
-
75
44.
10
10
-
-
40
30
-
-
70
45.
10
4
6
-
40
12
12
-
64
46.
17
3
-
-
68
9
-
-
77
47.
13
2
5
-
52
6
10
-
68
48.
9
5
6
-
36
15
12
-
63
49.
14
2
4
-
56
6
8
-
70
50.
9
7
4
-
36
21
8
-
65
51.
11
8
1
-
44
24
2
-
70
52.
18
1
1
-
72
3
2
-
77
53.
13
6
1
-
52
18
2
-
72
54.
16
4
-
-
64
12
-
-
76
55.
8
7
5
-
32
21
10
-
63
56.
7
6
7
-
28
18
14
-
60
57.
11
8
1
-
44
24
2
-
70
58.
9
7
4
-
36
21
8
-
65
59.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
60.
15
5
-
-
60
15
-
-
75
61.
13
6
1
-
52
18
2
-
72
68 No.
Jawaban
Bobot Nilai
Jumlah
A
B
C
D
4
3
2
1
62.
8
8
4
-
32
24
8
-
64
63.
8
9
3
-
32
27
6
-
65
64.
8
12
-
-
32
36
-
-
68
65.
9
5
6
-
36
15
12
-
63
66.
10
3
7
-
40
9
14
-
63
Jumlah Total
4411
Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui rata-rata (mean) dari variabel tingkat kedisiplinan shalat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat Kedisiplinban Shalat Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
f(x)
56
1
1.5
56
57
1
1.5
57
58
3
4.5
174
59
1
1.5
59
60
3
4.5
180
61
5
7.5
305
62
1
1.5
62
63
6
9.0
378
64
5
7.5
320
65
7
10.5
455
66
2
3.0
132
67
1
1.5
67
68
4
6.0
272
69
2
3.0
138
69 Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
f(x)
70
6
9.0
420
72
6
9.0
432
73
1
1.5
73
74
3
4.5
222
75
3
4.5
225
76
2
3.0
152
77
2
3.0
154
78
1
1.5
78
Jumlah Total
66
100%
4411
Setelah melihat tabel di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata (mean) dari variabel X (tingkat kedisiplinan shalat) dengan menggunakan rumus : Mx = =
x N
4411 = 66,83 dibulatkan menjadi 67. 66
Keterangan: Mx
: Mean yang kita cari
x
: Jumlah dari scor (nilai-nilai) yang ada
N
: Jumlah sampel Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-
masing responden menjawab tentang angket keidsiplinan shalat siswa, untuk dijadikan sebagai data yang kemudian hasilnya direkapitulasi dan dihitung dengan menggunakan teknik interval, untuk menentukan interval kategori. Adapun untuk menentukan interval kategori adalah sebagai berikut:
70 1. Menentukan H (skor tertinggi) dan L (skor terendah) H = Jumlah item x skor jawaban tertinggi (A = 4) = 20 x 4 = 80 L = Jumlah item x skor jawaban terendah (D = 1) = 20 x 1 = 20 2. Menentukan range (R) menggunakan rumus sebagai berikut: R=H–L+1 Keterangan= R : Range, H : Skor tertinggi, L : Skor terendah Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui sebagai berikut: R=H–L+1 = 80 – 20 + 1 = 61 3. Menentukan interval (i) menggunakan rumus sebagai berikut: ί =
R K
Keterangan = ( ί : Interval ), ( R : Range ), (K: Jumlah kelas interval (4)) Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui sebagai berikut: ί =
61 = 15,25 dibulatkan menjadi = 15 4
Dengan demikian dapat ditentukan interval kategorinya sebagai berikut: Tabel 10. Interval Kategori Angket Tentang Tingkat Kedisiplinan Shalat Siswa Kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014-2015
71 Interval
Kategori
Frekuensi
66-80
Sangat baik
33 orang
51-65
Baik
33 orang
36-50
Sedang
-
20-35
Rendah
-
Jumlah
66 orang
Dari tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata (mean) 67 dari tingkat kedisiplinan shalat siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus menunjukkan kategori sangat baik yaitu masuk interval 66-80 sebanyak 33 orang. C. Analisa Data Keaktifan Siswa Data angket variabel Y (keaktifan siswa) mengikuti pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 juga diperoleh dari hasil jawaban angket 66 responden. Berikut adalah hasil jawaban angket keaktifan siswa (variabel Y) di kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Tabel 11. Data Hasil Jawaban dan Nilai Angket Variabel Y (Keaktifan Siswa) No.
Jawaban
Nilai
Jumlah
A
B
C
D
4
3
2
1
1.
10
8
2
-
40
24
4
-
68
2.
15
4
1
-
60
12
2
-
74
3.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
4.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
5.
13
6
1
-
52
18
2
-
72
6.
20
-
-
-
80
-
-
-
80
7.
14
4
2
-
56
12
4
-
72
8.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
72 No.
Jawaban
Nilai
Jumlah
A
B
C
D
4
3
2
1
9.
12
6
2
-
48
18
4
-
70
10.
17
2
1
-
68
6
2
-
76
11.
11
6
3
-
44
18
6
-
68
12.
8
5
7
-
32
15
14
-
61
13.
8
9
3
-
32
27
6
-
65
14.
11
7
2
-
44
21
4
-
69
15.
9
2
9
-
36
6
18
-
60
16.
11
6
3
-
44
18
6
-
68
17.
10
3
7
-
40
9
14
-
63
18.
14
1
5
-
56
3
10
-
69
19.
9
9
2
-
36
27
4
-
67
20.
10
2
8
-
40
6
16
-
62
21.
14
1
5
-
56
3
10
-
69
22.
15
5
-
-
60
15
-
-
75
23.
12
4
4
-
48
12
8
-
68
24.
17
2
1
-
68
6
2
-
76
25.
8
3
9
-
32
9
18
-
59
26.
10
7
3
-
40
21
6
-
67
27.
10
3
7
-
40
9
14
-
63
28.
9
6
5
-
36
18
10
-
64
29.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
30.
9
2
7
2
36
6
14
2
58
31.
8
5
7
-
32
15
14
-
61
32.
8
3
9
-
32
9
18
-
59
33.
9
7
4
-
36
21
8
-
65
34.
16
4
-
-
64
12
-
-
76
35.
10
-
10
-
40
-
20
-
60
36.
10
1
9
-
40
3
18
-
61
37.
10
-
10
-
40
-
20
-
60
73 No.
Jawaban
Nilai
Jumlah
A
B
C
D
4
3
2
1
38.
10
4
6
-
40
12
12
-
64
39.
15
3
2
-
60
9
4
-
73
40.
10
4
6
-
40
12
12
-
64
41.
10
1
9
-
40
3
18
-
61
42.
14
6
-
-
56
18
-
-
74
43.
16
-
4
-
64
-
8
-
72
44.
14
5
1
-
56
15
2
-
73
45.
12
-
8
-
48
-
16
-
64
46.
18
2
-
-
72
6
-
-
78
47.
11
7
2
-
44
21
4
-
69
48.
10
3
7
-
40
9
14
-
63
49.
11
9
-
-
44
27
-
-
71
50.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
51.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
52.
18
1
1
-
72
3
2
-
77
53.
12
8
-
-
48
24
-
-
72
54.
17
2
1
-
68
6
2
-
76
55.
9
7
4
-
36
21
8
-
65
56.
9
2
9
-
36
6
18
-
60
57.
15
-
5
-
60
-
10
-
70
58.
12
1
7
-
48
3
14
-
65
59.
12
1
7
-
48
3
14
-
65
60.
15
5
-
-
60
15
-
-
75
61.
15
2
3
-
60
6
6
-
72
62.
10
4
6
-
40
12
12
-
64
63.
12
1
7
-
48
3
14
-
65
64.
14
-
6
-
56
-
12
-
68
65.
12
1
7
-
48
3
14
-
65
66.
10
5
5
-
40
15
10
-
65
74 Jumlah Total
4466
Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui rata-rata (mean) dari variabel keaktifan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 12. Distribusi Frekuensi Keaktifan Siswa Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
f(x)
58
1
1.5
58
59
2
3.0
118
60
4
6.0
240
61
4
6.0
244
62
1
1.5
62
63
3
4.5
189
64
5
7.5
320
65
11
16.5
715
67
2
3.0
134
68
5
7.5
340
69
4
6.0
276
70
2
3.0
140
71
1
1.5
71
72
8
12.0
576
73
2
3.0
146
74
2
3.0
148
75
2
3.0
150
76
4
6.0
304
77
1
1.5
77
78
1
1.5
78
80
1
1.5
80
Jumlah Total
66
100%
4466
75 Setelah melihat tabel di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata (mean) dari variabel Y dengan menggunakan rumus : Σy N
My = =
4466 = 67,66 dibulatkan menjadi 68 66
Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masingmasing responden menjawab tentang angket keaktifan siswa, untuk dijadikan sebagai data yang kemudian hasilnya direkapitulasi dan dihitung dengan menggunakan teknik interval, untuk menentukan interval kategori. Adapun untuk menentukan interval kategori adalah sebagai berikut: 1. Menentukan H (skor tertinggi) dan L (skor terendah) H = Jumlah item x skor jawaban tertinggi (A = 4) = 20 x 4 = 80 L = Jumlah item x skor jawaban terendah (D = 1) = 20 x 1 = 20 2. Menentukan range (R) menggunakan rumus sebagai berikut: R=H–L+1 Keterangan= R : Range, H : Skor tertinggi, L : Skor terendah Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui sebagai berikut: R=H–L+1 = 80 – 20 + 1 = 61 3. Menentukan interval (i) menggunakan rumus sebagai berikut: ί =
R K
76 Keterangan = ( ί : Interval ), ( R : Range ), (K: Jumlah kelas interval (4) Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui sebagai berikut: ί =
61 = 15,25 dibulatkan menjadi = 15 4
Dengan demikian dapat ditentukan interval kategorinya sebagai berikut: Tabel 13. Interval Kategori Angket Tentang Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran Fiqih Di Kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014-2015 Interval
Kategori
Frekuensi
66-80
Sangat baik
35 orang
51-65
Baik
31 orang
36-50
Sedang
-
20-35
Rendah
-
Jumlah
66 orang
Dari tabel di atas pada diketahui nilai rata-rata (mean) 68 dari keaktifan siswa mengikuti pembelajaran bidang studi fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus menunjukkan kategori sangat baik yaitu masuk interval 66-80 sebanyak 35 orang. D. Pengujian Hipotesis Dalam analisis uji hipotesis ini mengadakan perhitungan terbaik dahulu, melalui tabel distribusi frekuensi. Setelah diketahui nilai masingmasing variabel maka selanjutnya memasukkan ke dalam tabel koefisien antara variabel X dan variabel Y.
77 Tabel 14. Peta Korelasi Variabel X (Tingkat Kedisiplinan Shalat) dan Variabel Y (Keaktifan Siswa Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Fiqih) di Kelas VIII MTs NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 No.
X
Y
X2
Y2
XY
1.
68
68
4624
4624
4624
2.
74
74
5476
5476
5476
3.
65
65
4225
4225
4225
4.
72
72
5184
5184
5184
5.
72
72
5184
5184
5184
6.
78
80
6084
6400
6240
7.
72
72
5184
5184
5184
8.
70
72
4900
5184
5040
9.
70
70
4900
4900
4900
10.
74
76
5476
5776
5624
11.
65
68
4225
4624
4420
12.
61
61
3721
3721
3721
13.
62
65
3844
4225
4030
14.
66
69
4356
4761
4554
15.
58
60
3364
3600
3480
16.
65
68
4225
4624
4420
17.
61
63
3721
3969
3843
18.
69
69
4761
4761
4761
19.
66
67
4356
4489
4422
20.
60
62
3600
3844
3720
21.
69
69
4761
4761
4761
22.
75
75
5625
5625
5625
23.
68
68
4624
4624
4624
24.
76
76
5776
5776
5776
25.
58
59
3364
3481
3422
26.
67
67
4489
4489
4489
27.
63
63
3969
3969
3969
78 No.
X
Y
X2
Y2
XY
28.
64
64
4096
4096
4096
29.
63
65
3969
4225
4095
30.
56
58
3136
3364
3248
31.
61
61
3721
3721
3721
32.
59
59
3481
3481
3481
33.
60
65
3600
4225
3900
34.
74
76
5476
5776
5624
35.
57
60
3249
3600
3420
36.
61
61
3721
3721
3721
37.
58
60
3364
3600
3480
38.
64
64
4096
4096
4096
39.
73
73
5329
5329
5329
40.
64
64
4096
4096
4096
41.
61
61
3721
3721
3721
42.
72
74
5184
5476
5328
43.
75
72
5625
5625
5625
44.
70
73
4900
5329
5110
45.
64
64
4096
4096
4096
46.
77
78
5929
6084
6006
47.
68
69
4624
4761
4692
48.
63
63
3969
3969
3969
49.
70
71
4900
5041
4970
50.
65
65
4225
4225
4225
51.
70
72
4900
5184
5040
52.
77
77
5929
5929
5929
53.
72
72
4225
4225
4225
54.
76
76
5776
5776
5776
55.
63
65
3969
4225
4095
56.
60
60
3600
3600
3600
57.
70
70
4900
4900
4900
79 No.
X
Y
X2
Y2
XY
58.
65
65
4225
4225
4225
59.
65
65
4225
4225
4225
60.
75
75
5625
5625
5625
61.
72
72
5184
5184
5184
62.
64
64
4096
4096
4096
63.
65
65
4225
4225
4225
64.
68
68
4624
4624
4624
65.
63
65
3969
4225
4095
66.
63
65
3969
4225
4095
Jml.
X= 4411
Y= 4466
X2 = 295966 Y2 = 303630
Dari tabel di atas jadi dapat diketahui: N
= 66
X
= 4411
Y
= 4466
X2 = 295966 Y2 = 303630 XY = 299726 1. Mencari skor deviasi X2
= X2 –
( x) 2 N
= 295966 –
( 4411) 66
= 295966 –
19456921 66
= 295966 – 294801.8333 = 1164.1667
XY= 299726
80 Y2
= Y2 –
( y)2 N
= 303630 –
(4466) 66
= 303630 –
19945156 66
= 303630 – 302199.3333 = 1430.6667 XY = XY –
( X)( Y) N
= 299726 –
(4411)(4466) 66
= 299726 –
19699526 66
= 299726 – 298477.6667 = 1248.3333 2. Mencari persamaan garis regresi Y = â + bX a) Mencari â (Y intercept)
â
=
( Y)( X 2 ) ( X)( XY) n . X 2 ( X) 2
=
(4466)(295966) (4411)(299726) 66.295966 (4411) 2
=
1321784156 1322091386 19533756 19456921
=
307230 76835
= 4.0 b) Mencari b (koefisien regresi)
81 b
=
n .( XY) ( X)( Y) n . X 2 ( X) 2
=
66.299726 ( 4411)(4466) 66.295966 ( 4411) 2
=
19781916 19699526 19533756 19456921
=
82390 76835
= 1.072297781 Setelah harga a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linier sederhana disusun dengan menggunakan rumus : Y= a + bX adalah: Y = a + bX = 4.0 + 1.07X 3. Mencari nilai korelasi antara nilai pengaruh kedisiplinan shalat dengan keaktifan siswa, dengan menggunakan rumus : rxy
N X
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
=
66 x 299726 – (4411) (4466) {66 x 295966 – (4411)2}{66 x 303630 – (4466)2}
=
19781916 – 19699526 {19533756 – 19456921}{ 20039580 – 19945156 }
=
82390 (76835) (94424)
=
82390 7255068040
=
82390 85176.68719
= 0,967 = 0,97
82 4. Setelah diketahui nilai masing-masing variabel, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan ke dalam rumus regresi.
Ry ( x ) =
b XY Y2
=
(1.072297781)(1248.3333) 1430.6667
=
1338 .585028 1430 .6667
=
0.935637229
= 0,967283459 = 0,97 Freg
R 2 (N m 1) = m(1 R 2 ) =
0,935637229(66 1 1) 1(1 0,935637229)
=
59.88078266 0,064362771
= 93.03636517 = 93.04 E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan penafsiran besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan interpretasi sebagai berikut : Tabel 15. Penafsiran Interpretasi14 Besarnya “r” Product Moment 0,00 – 0,20
14
Interprestasi Antara variabel X dan variabel Y memang ada korelasi tetapi sangat lemah (dianggap korelasi)
Hartono, Statistik Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm, 78.
83 0,21 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau tinggi
0,41 – 0,70 0,71 – 0,90 0,91 – 1,00
Dari kriteria tersebut di atas, maka koefisien korelasi yang didapat adalah sebesar 0.97 dan berada dalam kriteria 0.91-1.00 berarti dalam kategori sangat kuat atau tinggi. Adapun dalam tabel nilai korelasi product moment dengan N=65 adalah sebagai berikut: 1. Pada taraf signifikan 5% rtabel = 0.244 dan ro = 0.97 (ro>rtabel) 2. Pada taraf signifikan 1% rtabel = 0.317 dan ro = 0.97 (ro>rtabel) Setelah diperoleh koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, maka dihubungkan antara Fh (Fhitung) dan Ft (Ftabel) baik untuk taraf signifikansi 5 % maupun 1 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran tabel Fregresi. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa taraf signifikansi 5 % dan 1 % dengan df (derajat feedom) atau derajat kebebasan: N – nr, dengan keterangan sebagai berikut: N : Jumlah kasus nr : Jumlah variabel Dengan demikian df
= N – nr = 66 – 2 = 64
84 Setelah hasil Freg dikonsultasikan pada tabel nilai “F” ternyata df tidak ada dalam tabel, maka menggunakan df terdekat yaitu 65. Dengan df 65 diperoleh probality (taraf signifikan) 5 % dan 1 % adalah sebagai berikut: Untuk taraf signifikan 5 % = Ft = 4 Untuk taraf signifikan 1 % = Ft = 7,04 Dengan N sebesar 65 diperoleh “F” tabel (Ft) taraf signifikan 5 % sebesar 4, sedangkan pada tafaf signifikan 1 % sebesar 7,04. Ternyata Fhitung yang besarnya 93.04 adalah lebih besar dari Ftabel karena Fh lebih besar dari Ft, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Untuk
melakukan
interpretasi
lebih
lanjut
penulis
membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Fhitung 93.04 lebih besar dari Ftabel baik taraf signifikan 5 % = 4 maupun pada taraf signifikan 1 % = 7,04. Sedangkan untuk mencari nilai koefisien determinasi antara variabel X dan variabel Y maka digunakan rumus sebagai berikut: D = (r2) x 100% = (0,97)2 x 100% = 0,9409 x 100% = 94.09% Sehingga variabel X ada hubungan nilai sebesar 94.09% dan sisanya ada variabel lain, seperti X 94.09%
Y
Hal ini berarti yang penulis ajukan dapat diterima, yaitu “ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kedisiplinan shalat terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015”.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh serta hasil analisis dari penelitian yang dilaksanakan pada bab III dan bab IV, dan sesuai dengan pokok masalah yang penulis rumuskan akan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa : 1. Tingkat kedisiplinan shalat siswa kelas VIII MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015 termasuk dalam kategori baik, ini dapat dilihat dari hasil nilai angket menunjukkan interval kategori sangat baik, dengan nilai interval antara 66-80 yaitu sebanyak 33 orang atau responden. 2. Pada keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus tahun pelajaran 2014/2015 termasuk dalam kategori sangat baik, ini dapat dilihat dari hasil nilai angket menunjukkan interval kategori sangat baik, dengan nilai interval antara 66-80 yaitu sebanyak 35 orang atau responden. 3. Berdasarkan analisa kuantitatif, tingkat kedisiplinan shalat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran fiqih di kelas VIII MTs NU TBS Kudus. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian secara empiris yang menunjukkan nilai Freg sebesar 93.04 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5 % sebesar 4 dan pada taraf signifikan 1 % sebesar 7,04. Jadi ternyata nilai Freg lebih besar dari Ftabel yang ada pada tabel regresi, baik taraf signifikan 5 % maupun pada taraf
85
٨٦
signifikan 1 %. Maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. B. Saran-Saran Setelah penulis membuat kesimpulan di atas, bahwa ada pengaruh tingkat kedisiplinan shalat terhadap keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan taraf signifikansi pengaruhnya adalah 94.09%, serta taraf tingkat kedisiplinan shalat maupun taraf keaktifan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tergolong sangat tinggi, maka peneliti mencoba memberi saran supaya hasil penelitian ini bisa diterapkan dan coba diteruskan, karena mengingat sangat pentingnya kedisiplinan shalat bagi anak dalam pendidikan agama Islam serta pentingnya keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi kemajuan sekolah maupun bagi masa depan siswa itu sendiri. Disamping itu penulis juga mencoba memberi saran yang bersifat praktis supaya kedisiplinan shalat dan keaktifan mengikuti kegiatan belajar mengajar bisa dapat lebih baik yaitu adalah sebagai berikut : 1. Kepada Kepala Sekolah Hendaknya selalu memperhatian faktor-faktor yang mendukung kedisiplinan shalat dan keaktifan siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan lebih meningkatkan kerjasama baik dengan dewan guru, wali kelas serta wali murid supaya tujuan pendidikan dapat tecapai dengan maksimal. 2. Kepada Dewan guru
٨٧
Sebaiknya guru tidak hanya memberikan materi-materi keagamaan saja, tetapi haruslah memberika suri tauladan serta lebih memperhatikan keadaan serta perkembangan anak secara menyeluruh sehingga tujuan menjadikan siswa insane kamil dapat tercapai. 3. Kepada Orang Tua Hendaknya orang tua juga membantu program-program yang direncanakan
sekolahan
memperhatikan
serta
disamping
mengawasi
secara
terus
menerus
tetap
perkembangan
anaknya
secara
semaksimal
mungkin
untuk
menyeluruh. 4. Kepada Siswa Sebaiknya
siswa
berusaha
mengindahkan segala tata tertib sekolah, fatwa-fatwa para dewan guru serta ajaran agama supaya kedisiplinan shalat dan keaktifan di kelas lebih maksimal. C. Penutup Dengan mengucap Alhamdulillah Wa Syukrulillah, akhirnya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini adalah jauh dari kesempurnaan yang ada sebab penulis sadar atas keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik serta saran yang konstruktif dari pembaca sekalian penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini dan juga bagi penulis pribadi guna kesempurnaan tulisan-tulisan di masa mendatang.
٨٨
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini benmanfaat bagi kita semua, amien. Dan hanya kepada Allah SWT kami berserah diri dan mohon petunjuk.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Bin Husain, Fathul Qorib Al Majid, Semarang: CV. Toha Putra t.th,. Ahmadi, Abu., Psikologi Belajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995. Ahmadi, dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Al Ghazali, Menangkap Kedalaman Rohaniah Peribadatan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1989. Al-Hadits, Al-Jami’us Shoghir, Bandung: Syirkatun Ma’arif, t.th,. Annahlawy, Abdurrohman., Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro, 1996. Ash-Shiddieqy, Hasby, Muhammad., Pedoman Shalat, Jakarta: Bulan Bintang, 1994. Daien, Indra, Kusuma, Amier., Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1995. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Daradjat, Zakiyah., Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. Departemen Agama RI, Buku Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Standar Kompetensi, Jakarta: Depag RI, 2005. _____, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Asy-Syifa’,1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Renika Cipta, 1999. Djamarah, Syaiful, Bahr., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Djamarah, Syaiful, Bahri dan Zain, Aswan., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013, Cet. 5. Dokumen MTs NU TBS Profil Madrasah 2011-2012. Hadi, Sutrisno., Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000. Haryanto, Sentot, Psikologi Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007, Cet. 5. Karim, Syafi’i., Fiqih Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Langgulung, Hasan., Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986. M, A, Sardiman., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Marimba, D, Ahmad., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma'arif, 1981. Ma'sum, Pegangan Hidup Mukmin, Surabaya: Bintang Pelajar, 1980. Nasution, S., Metode Research Penelitian Ilmiah, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008, Cet. 10. Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1995. Poerwadarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2011, Cet. 10. Shihab, Quraish,M.,Tafsir AL-Lubab Makna Tujuan dan Pelajaran Dari SurahSurah Al-Qur’an, Tangerang: Lentera Hati, 2012, Cet. 1. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian., Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3S, 2011, Cet. 4. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3S, 2011, Cet. 4. Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, Cet. 5. Somantri, Ating dan Muhidin, Sambas, Ali, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, Babdung : CV Pustaka Setia, 2006. Sriyono dkk, Teknik Belajar Mengajar Menurut CBSA, Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Subana dkk, Statistik Pendidikan, Bandung : CV Pustaka Setia, 2005, Cet. 2. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Sudijono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013. Sudjarwo dan Basrowi, Manajemen Penelitian Sosial, Bandung : CV Mandar Maju, 2009, Cet. 1.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”,Bandung: alfabeta, 2008. Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet. 14. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, Cet. 18. Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Cet. 3. Thoifury. dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Kudus: STAIN Kudus, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, Nomor 4 Tahun 2009, Tentang Peraturan Perundang-Undangan Sisdiknas,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo., Setiady, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009. Utsman, Basyiruddin, M., Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. W, Iskandar., Kumpulan Pikiran dalam Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1982. Yunus, Mahmud., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1979.
SOAL ANGKET KEAKTIFAN PEMBELAJARAN FIQIH
Nama : Kelas :
I. Petunjuk Pengisian 1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu huruf a, b, c, dan d yang dianggap benar ! 2. Kerjakan sejujur – jujurnya tanpa dipengaruhi siapapun. 3. Jawaban anda tidak ada kaitannya dengan nilai
II. Soal 1. Apakah anda selalu memperhatikan materi pelajaran fiqih dari guru ? a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
2. Apabila ketika guru menjelaskan materi pelajaran fiqih bagaimana sikap anda ? a. mendengarkan dan memahaminya b. mendengarkan apabila penyampaianya menarik c. malas mendengarkan pelajaran d. tidak mau mendengarkan pelajaran 3. Apakah anda selalu belajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pelajaran fiqih di sekolah ? a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
4. Apakah adik selalu membaca buku-buku pelajaran yang ada kaitannya dengan mata pelajaran fiqih ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah.
5. Apakah anda selalu mencatat hal-hal penting dari yang disampaikan oleh guru ? a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
6. Apakah anda selalu membaca ulang pelajaran fiqih yang telah diajarkan ? a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
7. Apakah penjelasan dari guru pelajaran fiqih dapat anda pahami dengan baik ? a. ya
c. belum paham
b. setengah-setengah
d. tidak paham
8. Apakah anda pernah mengalami kesulitan saat mengikuti proses pembelajaran mapel fiqih ? a. tidak pernah
c. kadang-kadang
b. pernah
d. selalu
9. Apakah yang anda lakukan apabila penjelasan guru merupakan suatu hal yang penting ? a. mencatat meski tidak diperintah
c. mendengarkan saja
b. mencatat bila diperintah
d. biasa saja
10. Apabila guru memberi tugas mencatat bagaimaa tindakan anda ?
a. mencatat meski tidak ditunggu guru b. pinjam catatan teman dan ditulis di rumah c. menfoto copy bila tidak lupa d. dibiarkan saja 11. Apakah semua hasil catatan dapat anda pahami ? a. selalu
c. setengah-setengah
b. biasa saja
d. tidak pernah
12. Dalam proses pembelajaran fiqih apakah para guru sering mengadakan diskusi ? a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
13. Apakah semua siswa aktif dalam diskusi tersebut ? a. aktif
c. kadang-kadang
b. biasa saja
d. tidak pernah
14. Apakah anda senang dengan diadakan diskusi ? a. senang
c. kurang senang
b. biasa saja
d. tidak senang
15. Apakah semua siswa aktif dalam mengungkapkan pendapat ? a. ya
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
16. Apakah semua siswa diwajibkan untuk mengungkapkan pendapat ? a. ya
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
17. Apakah bapak guru dalam menyampaikan pelajaran Fiqih selalu menggunakan peragaan atau praktek ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
18. Apakah anda selalu mempraktekkan ulang setelah di rumah ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
c. Tidak pernah
19. Apakah dalam mempraktekkan anda selalu memenuhi semua persyaratan atau peraturan yang telah ada ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
20. Apakah anda dalam mempraktekkan ulang di rumah merasa kesulitan/bingung ? a. Tidak pernah
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Selalu
DAFTAR ANGKET PENELITIAN KEDISIPLINAN SHALAT
Nama : Kelas :
I. Petunjuk Pengisian 1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu huruf a, b, c, dan d yang dianggap benar ! 2. Kerjakan sejujur – jujurnya tanpa dipengaruhi siapapun. 3. Jawaban anda tidak ada kaitannya dengan nilai
II. Soal 1. Apabila terdengar suara adzan shalat, apa yang anda lakukan ? a. Mengambil air wudlu dan ikut shalat berjamaah b. Mengambil air wudlu tapi tidak ikut berjamaah c. Bermain dulu kemudian tetap mengambil air wudlu d. Acuh tak acuh dan tetap bermain 2. Apakah anda selalu berusaha melaksanakan shalat dengan tepat waktu ? a. Ya, selalu tepat waktu
c. Kadang-kadang tepat waktu
b. Sering tepat waktu
d. Tidak pernah tepat waktu
3. Dalam sehari semalam biasanya waktu shalat yang anda kerjakan adalah ? a. Semua waktu shalat
c. Magrib, Isyak, dan Subuh
b. Maghrib, Isyak, Subuh dan Dzuhur d. Maghrib saja
4. Bila anda mengerjakan shalat apakah anda selalu ? a. Menghadap sajadah dan fiikiran tenang b. Mengahdap sajadah dan fikiran kemana-mana c. Mengahdap sajadah dan fikiran kemana-mana dan melihat kanan kiri d. Tetap shalat dan tidak mengahadap sajadah 5. Apakah anda selalu memakai pakaian yang suci dan bersih bila sedang shalat ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Ketika anda shalat dan ditengah-tengah anda kentut, maka anda ? a. Berhenti shalat dan wudlu lagi b. Berhenti shalat dan shalat kembali tanpa wudlu c. Tetap meneruskan shalat sampai selesai d. Berhenti shalat dan tidak shalat lagi 7. Biasanya ketika anda shalat itu selalu ada’an (pada waktunya) atau qodlo’an (tidak pada waktunya) ? a. Ada’an
c. Kadang-kadang kedua-duanya
b. Qodlo’an
d. Tidak kedua-duanya
8. Ketika shalat gerakan anda dalam rukuk, sujud dan gerakan lain adalah ? a. Khusyu’dan tenang
c. Biasa
b. Pelan-pelan
d. Cepat dan Tergesa-gesa
9. Bagaimanakah anda membaca bacaan shalat itu ? a. Tartil, Pelan dan secara utuh
c. Sedang dan Utuh
b. Pelan dan tidak utuh
d. Cepat dan Kurang
10. Apakah anda selalu mengerjakan gerakan gerakan salat dengan utuh ? a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
11. Dalam mengerjakan shalat apakah anda selalu berwudlu dan menghadap kiblat ? a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
12. Di dalam shalat apakah anda memikirkan pekerjaan di luar ? a. Tidak pernah
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Selalu
13. Apakah anda pernah meninggalkan shalat walau hanya sekali dalam sehari semalam ? a. Tidak pernah
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Selalu
14. Apakah anda pernah mengerjakan shalat di akhir waktu ? a. Tidak Pernah
c. Sering
b. Kadang-Kadang
d. Selalu
15. Apakah anda pernah kesiangan dalam mengerjakan shalat subuh ? a. Tidak pernah
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Selalu
16. Apakah anda pernah berjamaah shalat 5 waktu di masjid ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
17. Apakah di dalam shalat berjamaah anda pernah berada di barisan Shof pertama ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
18. Apakah anda pernah lupa melaksanakan shalat fardhu hingga waktunya habis ? a. Tidak Pernah
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Selalu
19. Apakah anda pernah sengaja tidak melaksanakan shalat fardhu ? a. Tidak Pernah
c. Sering
b. Kadang-Kadang
d. Selalu
20. Apakah anda pernah melaksanakan shalat-shalat sunnah ? a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Lengkap
: SU’UDI SYUKUR AMIN
Tempat/ Tgl. Lahir
: Kudus, 12 Desmber 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa / Suku
: Indonesia / Jawa
Alamat
: Dk. Kalilopo RT. 01 RW. 04 Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
JENJANG PENDIDIKAN 1. MI NU AL HUDA 01 Padurenan Lulus Tahun 2004. 2. MTs TBS Kudus Kudus Lulus Tahun 2007. 3. MA TBS Kudus Kudus Lulus Tahun 2010. 4. Mahasisiwa Jurusan Tarbiyah INISNU Jepara Angkatan Tahun 2011. Demikian daftar riwayat pendidikan penulis yang dibuat sesuai dengan data sebenarnya dan semoga menjadi keterangan lebih jelas.
Kudus, 08 Juli 2015 Penulis,
SU’UDI SYUKUR AMIN NIM : 131310001272
SURAT KETERANGAN Nomor : 05/MRF/MTs-TBS/VII/2015 Yang bertanda tangan di bawah ini , Kepala MI NU Mustafidin Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus menerangkan dengan sesungguhnya bahwa : Nama
:
Su’udi Syukur Amin
NIM
:
131310001272
NIRM
:
10/X/1721/3171
Program Studi
:
Pendidikan Agama Islam
Fakultas
:
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Tempat, Tgl Lahir :
Kudus, 12 Desember 1991
Alamat
:
Dusun Kalilopo RT 01/RW 04 Gebog Kudus
Keterangan
:
Bahwa
orang
tersebut
di atas benar - benar telah
mengadakan Penelitian pendidikan di MTs NU Kudus dari tanggal 22 Maret s/d 22 April 2015 guna penulisan Skripsi yang berjudul : PENGARUH KEDISIPLINAN SHALAT TERHADAP KEAKTIFAN
SISWA
MENGIKUTI
KEGIATAN
PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs NU TBS KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Demikian bagi yang berkepentingan harap maklum. Kudus, Juli 2015 Kepala MTs NU TBS Kudus
Drs. KH. Hasan Bisyri MS