OBAT KUMUR SEBAGAI PERIODONTAL MEDIKAMEN
KELOMPOK 5 : Dwi Marena Putri
(201211171)
Alifia Afina
(201211178)
Marsha Frieda
(201211172)
Dita Mustika
(201211179)
Nadilla Izzati
(201211173)
Nurul Harnisa
(201211180)
Diva Choirunnisa
(201211174)
Vikana Rauf
(201211181)
Rifqi Adi
(201211175)
Elke Vanissa F
(201211182)
KELAS C FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF DR MOESTOPO JAKARTA 2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… ……
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2 1.3 Tujuan …………………………………………………………....................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obat Kumur …………………………………………………………. 3 2.2 Fungsi Obat Kumur ………………………………………………………….. 3 2.3 Jenis – Jenis Obat Kumur ……………………………………………………. 4 Povidone Iodine ……………………………………………………………… 4 Chlorhexidine ………………………………………………………………..
6
Zinc Chloride dan Alkohol ……………………………………………… … 12 Hidrogen Peroksida …………………………………………………………. 14 BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………18 DAFTAR PUSTAKA …………………………………… ……………………………. 19
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut mengandung berbagai macam komunitas bakteri yang berlimpah dan kompleks. Berbagai macam mikroflora ini secara normal menghuni bagian-bagian atau permukaan yang berbeda dari rongga mulut. Bakteri terakumulasi baik pada jaringan lunak maupun keras dalam suatu bentuk lapisan yang sering disebut sebagai plak (Roger, 2008). Plak adalah suatu lapisan tipis yang lengket, lunak, dan tidak berwarna. Plak terdiri dari kumpulan bakteri yang terdapat pada permukaan gigi dan gusi. Jika tidak dihilangkan secara teratur dengan menjaga pola kebersihan mulut, plak dapat dengan mudah menyebabkan terjadinya lubang pada gigi (karies) serta masalah-masalah periodontal lainnya, seperti gingivitis dan periodontitis kronis. Menjaga kebersihan gigi dengan mengurangi akumulasi plak dan karang gigi dapat mencegah terjadinya gigi berlubang, gingivitis, dan penyakit gusi lainnya. Penyakit gusi yang berat menyebabkan setidaknya 30% kejadian lepasnya gigi pada orang dewasa Cara yang paling dikenal untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut selama ini adalah dengan menggosok gigi. Namun untuk beberapa kasus, terutama kasus penyakit gigi dan gusi, penggunaan obat kumur sangat diperlukan. Menggosok gigi saja kurang efektif untuk mengurangi akumulasi plak penyebab gangguan pada gigi dan gusi. Berkumur dengan obat kumur dapat menghilangkan bakteri di sela-sela gigi yang tidak terjangkau oleh sikat gigi. Mekanisme kerja obat kumur adalah membersihkan rongga mulut secara mekanik dan kimiawi. Sifat antibakteri obat kumur terutama ditentukan oleh bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Bahan-bahan aktif dalam obat kumur memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai obat kumur sebagai periodontal medikamen
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat kumur? 2. Apa manfaat dari penggunaan obat kumur ? 3. Apa saja jenis obat kumur yang dapat digunakan sebagai periodontal medikamen? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan obat kumur 2. Untuk dapat mengetahui manfaat dari penggunaan obat kumur 4. Untuk dapat mengetahui jenis – jenis obat kumur yang dapat digunakan sebagai periodontal medikamen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obat Kumur Obat kumur (gargarisma/gargle) menurut FI III adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Menurut Backer (1990), obat kumur adalah larutan yang biasanya mengandung bahan penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang pemakainnya dengan berkumur. 2.2 Fungsi Obat Kumur 2.2.1
Berdasarkan penggunaanya Menurut Saragin dan Gershon (1972), secara garis besar, obat kumur dalam penggunaanya dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Sebagai kosmetik, hanya membersihkan, menyegarkan, atau menghilangkan bau mulut. 2. Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva, pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan 3. Sebagai kosmetik dan terapeutik
2.2.2
Berdasarkan komposisinya Berdasarkan komposisinya, Saragin dan Gershon (1972) menggolongkan obat kumur dalam berbagai jenis, yaitu; 1. Obat kumur untuk kosmetik; terdiri atas air (dan boasanya alcohol), flavor, dan
zat
pewarna.
Biasanya
mengandung
surfaktan
dengan
tujuan
meningkatkan kelarutan minyak atsiri 2. Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan atau bakteri yang biasanya terdapat dalam jumlah besar dalam saluran nafas. Komponen
antiseptic dari obat kumur ini memegang peranan utama untuk mencapai tujuan tersebut. 3. Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud member efek langsung pada mukosa mulut, juga mengurangi flokulasi dan presipitasi protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis 4. Obat kumur yang pekat yang penggunaannya perlu diencerkan terlebih dahulu. 5. Obat kumur untuk terapeutik, diformulasikan untuk meringankan infeksi, mencegah karies gigi dan untuk meringankan kondisi patologis pada mulut, gigi atau tenggorokan. 2.3 Jenis – Jenis Obat Kumur
1. POVIDONE IODINE (BETADINE GARGLE) Tahun 1955, povidone iodine mulai diperdagangkaan setelah banyak diminati sebagai desinfektan. Merupakan antiseptik eksternal dengan spektrum mikrobisidal untuk pencegahan atau perawatan pada infeksi topikal yang berhubungan dengan operasi, luka sayat, lecet, mengurangi iritasi mukosa ringan. Struktur Povidone Iodine Unsur Iodium merupakan suatu germisid efektif. Mekanismenya tidak diketahui dengan jelas. Larutan iodium 1:20.000 membunuh bakteri dalam 1 menit dan spora dalam 15 menit. Iodium yang digabungkan dengan polivinil pirolidon menghasilkan suatu kompleks iodofor. Povidone iodine terdiri dari polyvinylpyrrolidone (povidone, PVP) dan elemen iodine sekitar 1% iodine.
PVP-I
adalah
suatu
yang dapat larut
dalam
dingin,
alcohol,
ethyl
bahan air
isopropyl alcohol, polyethylene glycol, dan glycerol. Lebih stabil bila dibandingkan dengan larutan iodine tincture atau larutan lugol Fungsi Povidone Iodine Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik, mampu membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Selain sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis (inflamasi di gusi) dan tukak mulut (sariawan). Indikasi
Adanya abses akibat infeksi, sariawan, bau mulut, nafas tak segar, infeksi yang disertai
dengan rasa nyeri seperti pada faringitis. Mengobati infeksi jamur pada mulut, tonsilitis, stomatitis (radang rongga mulut),
gingivitis (radang gusi), peradangan pada mulut dan faring. Untuk pasien bakterisida, virusida, protozoasida, sporisida, yeastisida, pada kebersihan mulut sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut.
Kontra Indikasi Tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Tidak digunakan untuk orang-orang yang alergi terhadap yodium, tidak digunakan untuk ibu hamil dan juga menyusui. Efek Samping Iritasi iodosyncratic mucosal dan reaksi hipersensitif. Absorpsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping sistemik seperti metabolik asidosis, gangguan fungsi renal dan hypernatremia, memberikan pewarnaan yang tidak baik pada gigi geligi maupun gigi
tiruan atau restorasi lainnya. Gangguan indra perasa, terbentuknya tar-tar didalam gigi, iritasi pada mulut dan lidah, erosi mukosa, retensi sodium, kelenjar membesar pada kedua sisi wajah atau leher, serta ulkus atau luka dimulut.
Cara Kerja & Cara Pakai Povidone Iodine Aktifitas antimikroba povidone iodine dikarenakan kemampuan oksidasi kuat dari iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda, dan juga lemak bebas tidak jenuh. Hal ini menyebabkan povidone iodine mampu merusak protein dan DNA mikroba. Kemampuan
povidone iodine dalam hal infalamasi adalah menghambat interleukin-1 beta (IL-1β) dan interleukin -8 (IL-8). Cara Pakai : a. Larutkan atau encerkan dengan volume yang sama dengan air, kumur atau bilas hingga 10 ml selama 30 detik tanpa ditelan, b. Ulangi sampai 4 kali sehari, sampai 14 hari berturut-turut, atau seperti yang dianjurkan dokter.
Betadine
Septadine
2. CHLORHEXIDINE Chlorhexidine adalah suatu antiseptik yang termasuk golongan bisbiguanide yang umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya. Chlorhexidine banyak digunakan para ahli kesehatan gigi baik sebagai pembersih
maupun pengobatan penyakit gigi. Chlorhexidine efektif melawan berbagai macam mikroorganisme, misalnya bakteri Gram positif dan Gram negative. Salah satu mekanisme yang dapat menjelaskan efektivitas kerja chlorhexidine adalah adanya ikatan atau interaksi antara muatan positif chlorhexidine dengan muatan negatif partikel fosfat dinding bakteri, yang memungkinkan penetrasi molekul chlorhexidine ke dalam tubuh bakteri dan menimbulkan efek toksik.Chlorhexidine memiliki sifat bakterisid dan bakteriostatik, baik untuk bakteri Gram positif maupun Gram negatif, meskipun kurang begitu efektif untuk beberapa kuman Gram negatif. Chlorhexidine juga memperlihatkan aktivitas terhadap sarung virus, meskipun data mengenai hal ini masih terbatas. Mekanisme kerja chlorhexidine adalah dengan merusak membran sel, bukan karena inaktivasi ATP-ase seperti yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu efek samping chlorhexidine adalah dapat meningkatkan bau mulut. Konsentrasi Chlorhexidine Beberapa penelitian menunjukkan bahwa chlorhexidine dengan konsentrasi 0,1%0,2% efektif terhadap gingivitis. Penelitian menunjukkan bahwa berkumur dengan chlorhexidine 0,2% dua kali sehari sebanyak 10 ml dapat menurunkan skor plak sebesar 85% dan skor perdarahan sebesar 77% pada hari ke-7 (Prijantojo dan Lelyati 1992 cit. Rosmelita 2003), sedangkan penelitian Alberto dkk, (1991) menemukan bahwa chlorhexidine 0,12% efektif menekan jumlah bakteri aerob dan an-aerob fakultatif dalam mulut sampai 97%. Klorhexidin glukonat yang dipakai sebagai dental gel, obat kumur, bahan pembersih gigi tiruan. Sebagai dental gel dipakai konsentrasi 1% sedangkan sebagai obat kumur dipakai konsentrasi 0,2%. Klorhexidin merupakan derivat bis-biquanite yang efektif dan mempunyai spektrum luas, bekerja cepat dan toksisitasnya rendah.9 Bahan ini digunakan dalam bentuk yang bervariasi, misalnya klorhexidin asetat atau glukonat yang merupakan antiseptik yang bersifat bakterisidal atau bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Selain itu klorhexidin juga menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak aktif melawan spora bakteri pada suhu kamar. Kelebihan utama
chlorhexidine dibandingkan dengan obat kumur kebanyakan lainnya adalah perlekatannya dengan substansi (jaringan rongga mulut). Ikatannya baik dengan jaringan lunak maupun keras pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine bertahan dalam jangka waktu yang lama setelah digunakan. Jumlah bakteri dalam saliva secara perlahan berkurang mencapai antara 10-20% dibandingkan jumlah awal sebelum pemakaian dan tetap bertahan selama 7 hingga 12 jam. Peranan Chlorhexidine 1. Peranan chlorhexidine dalam menghambat plak Penelitian Loe dan Schiott dalam Prijantojo (1996) pada golongan Arthus, menyatakan bahwa chlorhexidine dapat menghambat pertumbuhan plak dan mencegah gingivitis. Pembentukan plak dapat dicegah dengan berkumur larutan chlorhexidine gluconate 0,12%, namun pengaruh chlorhexidine terhadap plak subgingiva berkurang jika dibandingkan pengaruh chlorhexidine terhadap plak supragingiva. Mekanisme penghambatan pembentukan plak oleh chlorhexidine adalah sebagai berikut : a. Mengikat kelompok asam anionik dari glikoprotein saliva sehingga pembentukan pelikel akuid terhambat. Hal ini menghambat kolonisasi bakteri plak. b. Mengikat plasma polisakarida yang menyelubungi bakteri atau langsung berikatan dengan dinding sel bakteri. Ikatan dengan lapisan polisakarida yang menyelubungi bakteri akan menghambat absorbsi bakteri ke permukaan gigi atau pelikel akuid. Sebaliknya ikatan clorhexidine langsung dengan sel bakteri menyebabkan perubahan struktur permukaannya yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya membran sitoplasma bakteri. c. Mengendapkan faktor aglutinasi asam dalam saliva dan menggantikan kalsium yang berperan merekatkan bakteri membentuk massa plak. 2. Peranan chlorhexidine dalam menghambat Streptococcus mutans Chlorhexidine telah terbukti dapat mengikat bakteri, hal ini dimungkinkan karena adanya interaksi antara muatan positif dari molekul chlorhexidine dan dinding sel yang bermuatan negatif. Interaksi ini akan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri yang menyebabkan membran sel ruptur, terjadinya kebocoran sitoplasma, penetrasi ke dalam sitoplasma, dan pada akhirnya menyebabkan kematian pada mikroorganisme.
Keuntungan dan kerugian penggunaan Chlorhexidine Kelebihan utama chlorhexidine dibandingkan dengan obat kumur lainnya adalah perlekatannya dengan substansi (jaringan rongga mulut). Ikatan yang baik dengan jaringan lunak maupun keras pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine bertahan dalam jangka waktu yang lama setelah digunakan. Jumlah bakteri dalam saliva secara perlahan berkurang mencapai antara 10-20% dibandingkan jumlah awal sebelum pemakaian dan tetap bertahan selama 7 hingga 12 jam. Produk berbahan dasar chlorhexidine biasanya digunakan untuk melawan dan mencegah penyakit pada gingiva, misalnya gingivitis. Chlorhexidine ternyata tidak terbukti mengurangi kalkulus subginggival dan pada beberapa penelitian justru meningkatkan deposit. Jika dikombinasikan dengan xylitol, akan terjadi efek sinergis antara keduanya, sehingga efektivitas anti plak chlorhexidine meningkat. Pada pH fisiologis chlorhexidine mengikat bakteri di permukaan rongga mulut, dapat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung konsentrasinya. Chlorhexidine memiliki sifat bakteriostatik pada konsentrasi antara 432 ug/ ml. Konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan efek bakterisid, karena terjadinya presipitasi protein sitoplasma. Efek bakterisid kurang penting dibandingkan
dengan
efek
bakteriostatik.
Hambatan
pertumbuhan
plak
oleh
chlorhexidine dihubungkan dengan sifat chlorhexidine untuk membentuk ikatan dengan komponen pada permukaan gigi.
Indikasi Menurut Singh dan Surender (2007) indikasi penggunaan chlorexidine, adalah : a. Gingivitis b. Lesi intra oral c. Denture stomatitis
d. Acute aphtous ulcer. e. Periodontitis f. Menghambat pembentukan plak g. Mencegah karies h. Mencegah terjadinya osteitis alveolar pasca pencabutan molar ketiga yang impaksi Kontraindikasi Penggunaan chlorhexidine chlorhexidine.
adalah
pasien
memiliki
hipersensitifitas
terhadap
Efek Samping Salah satu efek samping dari penggunaan chlorhexidine adalah dapat meningkatkan bau mulut. Chlorhexidine dinonaktifkan oleh komponen anionik, termasuk surfaktan anionik yang biasa digunakan pada pasta gigi dan obat kumur. Karena alasan inilah obat kumur chlorhexidine sebaiknya digunakan minimal 30 menit setelah penggunaan produk mulut yang lain. Untuk mendapatkan efek terbaik, makanan, minuman, dan rokok harus dihindari minimal satu jam setelah penggunaan obat kumur (Denton, 2001). Efek negatif yang paling banyak dikeluhkan oleh pasien pengguna chlorhexidine adalah munculnya noda pada gigi, mulut dan mukosa pipi setelah 2 minggu pemakaian. Selain itu, berkumur dengan menggunakan chlorhexidine juga dapat menimbulkan iritasi pada mukosa mulut, sensasi terbakar, dan perubahan persepsi rasa
Efek samping yang juga dapat ditimbulkan oleh penggunaan chlorhexidine dalam jangka waktu yang lama, diantaranya adalah : a. Taste alteration b. Staining / pewarnaan pada gigi, lidah dan restorasi c. Iritasi mukosa d. Deskuamasi mukosa e. Contact dermatitis
f. Photosensitivity g. Transient parotitis Cara Pemakaian dan Penggunaan Chlorhexidine dinetralisasi oleh pasta gigi, terutama yang mengandung sodium lauryl sulfate dan sodium monofluorophosphat. Meskipun data masih terbatas, untuk memaksimalkan efektivitas chlorhexidine disarankan memberi jarak 30 menit sampai dua jam antara waktu menyikat gigi dan berkumur Menurut Greenstein, dkk (1986) bentuk bahan antiplak yang dikembangkan saat ini adalah bervariasi. Untuk tujuan kontrol plak supragingival, bahan antiplak yang digunakan bisa berbentuk cairan atau pasta. Sedangkan untuk tujuan kontrol plak subgingival, bentuk bahan antiplak yang digunakan pada umumnya adalah berupa cairan atau jel. Cara pemakaian chlorhexidine bervariasi tergantung bentuk sediaannya terdapat beberapa cara penggunaan chlorexidine, diantaranya : 1. Chlorexhidine yang dikemas dalam bentuk obat kumur. Obat kumur dapat dibedakan atas : a. Obat kumur biasa Merupakan obat kumur yang biasa digunakan setelah menyikat gigi pada kesempatan lain yang tidak bersamaan dengan watu penyikatan gigi. b. Obat kumur pra-penyikatan Merupakan obat kumur yang penggunaannya sesaat sebelum menyikat gigi (prebrushing rinse). Dasar pemikiran bagi penggunaan obat kumur pra-penyikatan adalah untuk melonggarkan perlekatan plak sehingga lebih mudah tersingkirkan pada waktu penyikatan gigi. Mengenai manfaat obat kumur pra-penyikatan, tampak masih kontroversial namun demikian ada kesan bahwa hasil penelitian mengenai efektivitas obat kumur pra-penyikatan adalah lebih disebabkan perbedaan aktivitas bahan deterjen yang digunakan dalam melonggarkan perlekatan plak. (Gambar 2.2)
2. Disemprotkan Bahan yang digunakan dikemas dalam bentuk bahan semprot (spray). Bahan antiplak berupa semprotan ini dikembangkan dengan pertimbangan agar bahan anti plak lebih mudah mencapai semua daerah di rongga mulut, terutama bagi mereka yang karena keadaan fisiknya tidak dapat berkumur dengan baik. (Gambar 2.3)
3. Diirigasikan ke daerah subgingival. Untuk mengirigasikan bahan anti plak berupa cairan ke darerah subgingival dipergunakan alat irigasi mulai alat yang sederhana, berupa alat suntik biasa yang jarumnya dibengkokkan dan ujungnya ditumpulkan, baik atau layak untuk irigasi khususnya yang diproduksi oleh pabrik. Irigasi subgingival tidak saja dilakukan oleh dokter gigi di klinik tetapi juga bisa dilakukan pasien sehari-hari di rumah. Dasar pemikiran bagi irigasi subgingival adalah bahwa cara berkumur atau semprotan tidak efektif mencapai subgingival. Pada kasus periodontitis justru mikroorganisme subgingival yang harus disingkirkan dalam rangka mengontrol inflamasi yang terjadi masih terus dilakukan penelitian, namun ada kesan sementara bahwa irigasi subgingival ini akan sangat bermanfaat bagi perawatan periodontal. (Gambar 2.4)
3. ZINC CHLORIDE dan ALKOHOL Zinc chloride dan alcohol adalah salah satu contoh zat Astringent yang ada dalam obat kumur. Zat astringent (zat penciut) adalah zat yang menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan dan juga dapat menyebabkan prespitasi dan pengendapan protein dinding sel bakteri. Bahan ini juga dapat memberikan rasa yang menyenangkan bagi pengguna, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat. Alcohol Alkohol merupakan bagian komposisi obat kumur yang berfungsi sebagai astringents (zat penciut) dengan tujuan untuk memicu kontraksi pembuluh darah yang dapat mengurangi bengkak pada jaringan.Pada umumnya obat kumur mengandung 5-25 % alkohol. Alkohol sendiri dimasukkan ke dalam obat kumur untuk beberapa pertimbangan. Menurut Quirynen dkk (2005) Alkohol dimasukkan dalam obat kumur dengan pertimbangan sifatsifat alkohol tersebut, diantaranya adalah alkohol sendiri merupakan antiseptik dan dapat menstabilkan ramuan-ramuan aktif dalam obat kumur. Alkohol juga dapat memperpanjang masa simpan dari obat kumur dan mencegah pencemaran dari mikroorganisme, serta melarutkan bahan-bahan pemberi rasa. Efek samping alkohol sebagai komposisi dalam obat kumur Alkohol dalam obat kumur dapat menyebabkan mulut kering, mengurangi produksi air liur yang akan memperparah bau mulut dan menyebabkan seseorang menjadi lebih beresiko terkena kerusakan gigi (Ramfjord, 2002).Telah diketahui bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol, merokok, dan kejadian kanker orofaring. Oleh sebab itu, peningkatan frekuensi penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol diduga juga meningkatkan resiko terjadinya kanker. Menurut Witt dkk, dengan adanya alkohol sebagai kandungan dari obat kumur, akan membatasi
penggunaan obat kumur tersebut untuk golongan-golongan tertentu, antara lain anak-anak, ibu hamil/menyusui, pasien dengan serostomia, dan golongan-golongan yang menganut keyakinan religius tertentu.2 Eldridge dkk (1998) menyatakan bahwa orang-orang dengan mukositis, pasien-pasien yang mengalami irradiasi kepala dan leher dan gangguan sistem imunitas tidak disarankan menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol. Pada Januari 2009, Dental Journal of Australia mempublikasikan suatu laporan yang menyatakan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kanker mulut. Namun pernyataan ini dibantah oleh Yinka Ebo of Canccer Research, UK yang menyatakan bahwa belum ada cukup fakta untuk menyimpulkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol meningkatkan resiko terjadinya kanker mulut. Penelitian lain menyatakan bahwa resiko terkena kanker meningkat 5 kali lebih besar pada pengguna obat kumur yang tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok, serta lebih besar pada mereka yang merokok dan mengkonsumsi alkohol (Farah et al., 2009). Penelitian yang sama juga menunjukkan efek buruk obat kumur beralkohol yaitu terjadinya erosi gigi dan resiko keracunan pada anak-anak.
4. HIDROGEN PEROKSIDA Nama Generik : Hidrogen peroksida, Nama Kimia : Hidrogen peroksida Sifat Fisikokimia Larutan Hidrogen peroksida (30%). Larutan jernih, tidak berwarna mengandung 29-32% b/b H2O2. Bersifat asam terhadap kertas lakmus. Terurai perlahan-lahan dan dipengaruhi oleh cahaya. Terurai jika kontak dengan bahan organik yang dapat teroksidasi dan dengan logam tertentu serta jika dibiarkan menjadi basa. Dapat mengandung bahan penstabil atau pengawet yang sesuai. Kelas Terapi Telinga, Hidung, Tenggorokan, & Obat kumur
Dosis Pemberian Obat Antiseptik mulut : encerkan 15 ml larutan 6% dengan setengah gelas air hangat atau gunakan larutan 1,5% sebanyak 10 ml untuk iritasi mulut atau gusi ringan dikumurkumur setidaknya 1 menit atau 2-3 menit, digunakan 2-4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur atau menurut petunjuk dokter. Larutan topikal oral ini hanya untuk pemakaian luar, ditak boleh ditelan. Anak-anak dibawah 12 tahun, penggunaan harus dibawah pengawasan orang dewasa. Penggunaannya pada anak dibawah 2 tahun harus dikonsultasikan dengan dokter. Farmakologi Aktivitas antibakterinya lemah dan efektif melawan virus, termasuk HIV. Juga mempunyai kerja hemostastik ringan. Kerja antiseptiknya tergantung pada lepasnya oksigen nascent yang merupakan pengoksidasi kuat yang dapat menghancurkan mikroorganisme dan secara kimia dipengaruhi oleh bahan-bahan organik. Ketika larutan hidrogen peroksida kontak dengan jaringan yang mengandung enzim katalase, larutan akan melepaskan oksigen yang mempunyai efek antibakteri,.efek anti bakteriya terjadi selama masih ada oksigen yang dilepaskan dan berlangsung singkat.Sebagai tambahan, efek antimikroba akibat pelepasan oksigen berkurang dengan adanya bahan-bahan organik. Efek mekanis karena efek effervescence mungkin lebih bermanfaat untuk membersihkan luka dibanding efek antimikrobanya.Efek anti bakteriya terjadi selama masih ada oksigen yang dilepaskan dan berlangsung singkat.Sebagai tambahan, efek antimikroba akibat pelepasan oksigen berkurang dengan adanya bahan-bahan organik. Efek mekanis karena efek effervescence mungkin lebih bermanfaat untuk membersihkan luka dibanding efek antimikrobanya. Stabilitas Penyimpanan Larutan topikal hidrogen peroksida terurai selama penyimpanan atau pada saat dikocok berulang-ulang. Juga terurai jika terpapar cahaya atau jika kontak dengan bahanbahan pengoksidasi atau pereduksi, dan terurai dengan cepat jika dipanaskan. Larutan ini hendaknya disimpan pada wadah terutup rapat tidak tembus cahaya pada suhu 15-30 derajat celcius. Untuk memastikan stabilitas yang lebih baik, permukaan bagian dalam wadahnya harus halus. Larutan yang tidak mengandung pengawet atau zat penstabil harus
disimpan pada suhu dibawah 15 derajat. Terlindung dari cahaya. Disimpan dalam botol dengan sumbat kaca, kedap udara, terlindung dari cahaya. Untuk diencerkan sampai 3% Kontra Indikasi Sebagai obat kumur, tidak dianjurkan pada pasien yang kritis. 2. Luka lebar dan dalam. Efek Samping Efek samping yang sering terjadi: Pembuluh darah : Berbahaya jika hidrogen peroksida disuntikkan atau dimasukkan ke dalam rongga tubuh tertutup dimana oksigen yang dilepaskan tidak bisa keluar dengan bebas. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya embolisme oksigen dan emfisema lokal Saluran cerna: Cuci kolon dengan larutan ini dapat menimbulkan embolisme gas, ruptur kolon, proctitis, ulseratif kolitis dan gangren usus halus (intestin) Dermatologis: Larutan kuat hidrogen peroksida menimbulkan iritasi ‘terbakar’ pada kulit dan membran mukosa dengan eschar putih, tetapi rasa sakit hilang dalam waktu kira-kira 1 jam. Mulut : Pemakaian hidrogen peroksida sebagai pencuci mulut terus menerus dapat menyebabkan hipertrofi reversibel dari papillae lidah. Bentuk Sediaan Cairan konsentrat : 30%, botol 1000 mL. Untuk diencerkan menjadi larutan 3%. Peringatan Larutan 35% (food grade) tidak boleh digunakan untuk obat.Jangan pernah menggunakan larutan berpotensi kuat tanpa diencerkan sesuai anjuran untuk tujuan pengobat. Larutan pekat (20-30%) mengiritasi kulit dengan kuat atau membran mukosa dan harus ditangani dengan hati-hati. 2. Jika sampai tertelan dapat mengakibatkan iritasi dan tukak pada lambung. Obat kumur kadang mengandung zat antiseptik misalnya hidrogen peroksida. Pemakaian hidrogen peroksida dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya black hairy tongue yaitu papila lidah memanjang dan membentuk lapisan coklat. Cairan kumur yang mengandung zat pengoksidasi (oxydizing agent) seperti hidrogen peroksida, berguna dalam pengobatan gingivitis ulseratif akut (infeksi Vincent) karena organisme yang terlibat bersifat anaerobik. Zat ini juga bekerja membersihkan karena terjadi busa ketika bersentuhan dengan sisa makanan dalam mulut. Natrium perborat serupa efeknya dengan hidrogen peroksida. Sebagai Salah Satu Bahan Oksigenisasi
Salah satu bahan oksigenasi yang paling banyak digunakan adalah larutan hidrogen peroksida (perhidrol/H2O2) 3%. Pada saat ini di Indonesia belum ada dipasarkan obat kumur dari bahan oksigenasi yang dipatenkan. Hidrogen peroksida (H202) merupakan antiseptik karena dapat melepaskan oksigen sebagai zat aktif. Sebagai obat kumur biasanya dipakai konsentrasi 3%. Pemakaian hidrogen peroksida sebagai obat kumur dapat mencegah/menghambat pertumbuhan bakteri plak. Hambatan ini dimungkinkan karena oksigen yang dilepaskan oleh hidrogen peroksida akan mengoksidasi protein kuman sehingga enzim kuman sebagai penyebab gingivitis menjadi tidak aktif. Hampir 50% mikroorganisme
anaerob
terdapat
pada
ginggivitis
dan
sangat
sensitif
terhadap
oksigen. Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur 3 kali sehari selama 2 minggu dapat menurunkan pembentukan plak sebanyak 50% dan menurunkan indeks radang gingiva sebanyak 22%. Pemakaian hidrogen peroksida 1% selama 5 hari juga dapat mengurangi terjadinya radang gingiva dan menghambat pembentukan plak. Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur selama 4 hari menunjukkan penurunan indeks plak sebanyak 34% dan mengurangi terjadinya radang gingiva. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hidrogen peroksida sangat membantu kontrol plak secara mekanis
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA 1. Niedner R. Cytotoxicity and sensitization of povidone iodine and other frequently used anti infective agents. Dermatology (Serial on Internet) 1997 (cited 2010 Dec 27); 195 (2) : 89–92. 2. Reimer K, Schreier H, Erdos G, Konig B, Fleischer W. Molecular effects of a microbicidal substance on relevant microorganisms:electron microscopic and biochemical studies on povidone iodine. Zentralbl Hyg Umweltmed (Serial on Internet) 1998(cited 2010 Dec 10); 200 (5-6): 423-34 3. Noronha C, Almeida A. Local burn treatment-topical antimicrobial agents. Annals of burns and fire disasters (Serial on Internet) 2000(cited 2010 Dec 15);
4. San FC, Chien HL, Shu WC. Povidone iodine application induces corneal cell death through fixation. British Journal of Ophtalmology (Serial on Internet) 2011(cited 2011 Feb 14); 95: 277-83. 5. http://www.situsobat.com/2014/01/betadine-obat-kumur-100-ml.html 6. http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/SKRIPSI12.pdf 7. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-10.pdf 8. http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf 9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25049/Chapter %20II.pdf;jsessionid=2DDA51C995D90F72481BF1B614AADCA2?sequence=4 10. https://www.scribd.com/doc/119455118/obat-kumur 11. http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf 12. Martindale : The Complete Drug Reference 35th edition 2.AHFS 2008, elect.version 3. eMIMS Australia, 2003 2006/2007 p.91 4. BNF 54th edition, elect.version. 5. DOEN 2008, hal.39, 68. ( dikutip dari http://www.informasiobat.com/hidrogen%20peroksida ) 13. https://perigigiberbagi.wordpress.com/2012/05/27/obat-kumur-seberapa-besar-efeksampingnya/ 14. http://www.scribd.com/doc/74884189 15. http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-12-telinga-hidung-dan-tenggorok-123-obat-yangbekerja-pada-tenggorok/1234-cairan-kumur