NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : MUHAMAT MUDHOFIR NIM: 111-12-029
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
ٗدغجٗ خٍمٚ ٍٗءرٗ ػمِٚشٚ ٕٗ٠وشَ اٌشجً د Kemuliaan seseorang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya. (HR. Ahmad dan Hakim)
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmatdanhidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kepada kedua orang tuaku bapak Abdul Khalim dan Ibu Nur Khotimah karena dengan segala limpahan kasih sayang, pengorbanan dan doanya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah swt selalu melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan kucurahan karunia kesehatan, panjang umur, diberkahi umurnya dan nantinya bisa menunaikan ibadah haji dengan keadaan sehat, selamat tidak ada halangan suatu apapun dan kembali menjadi haji yang mabrur.Amiin 2. Kepada Bapak Farid Abdullah, M. Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini. 3. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberika hikmah dan pengajaran, motifasi dan apresiai, sehingga penulis selalu bersemangat untuk terus maju dan berkembang, semoga Allah membalas segala amal dan menjadikannya ladang ilmin vii
tuntafa‟u bih yang terus mengalir dan menyebar. Sehat dan panjang umur untuk beliau semua. 4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL SMK N 2 salatiga dan Kelompok
KKN
posko
39
yang
telah
memberikanku
pengalaman hidup yang luar biasa. 5. Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua angkatan, terkhusus angkatan 2012, dan semua yang rekan yang mendukung dan memberikan kontribusi yang berarti bagi proses studi penulis selama ini. 6. Dan Semua yang telah mendo’akan aku yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyahdan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan didalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
ix
4.
Bapak Farid Abdullah, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Agus Ahmad Suadi, Lc., M.A selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
7.
Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 10 September 2016 Penulis
x
ABSTRAK Muhamat Mudhofir. 2016. 111-12-029. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam kitab Makarimul al-Akhlaq Karya Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin Relevansinya Dengan Pedidikan Islam. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H.M. Farid Abdullah, S.Pd.I.,M.Hum Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Karakter, Pendidikan Islam. Pendidikan karakter sangat penting bagi manusia untuk membentuk karakter mulia seseorang. Maraknya perilaku menyimpang seperti tawuran, mencuri, berjudi, dan tata kehidupan yang lainnya itu umumnya menunjukkan kesadaran karakter dan moral yang merosot pada masyarakat. Karenanya, perlu adanya kajian mengenai pendidikan karakter yang mampu mengurangi permasalahan tersebut. Selain itu, dalam penelitian ini akan juga merelevansikan nilai pendidikan karakter dalam kitab makarimul al-akhlaq dengan pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syikh Muhammad Bin Shalih alUtsaimin (2) Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin dengan pendidikan Islam. Peneletian ini menggunakan pendekatan Content Analisis dan termasuk penelitian pustaka (library reseach), sehingga bahan pustaka merupakan sumber data utama. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan. Dan penelitian ini dianalisis menggunakan Content Analisis yaitu analisis tentang isi pesan atau komunikasi. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: Nilai-nilai Pendidikan karakter dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq karya Syeikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin diantaranya adalah: Pertama: nilai karakter religius, bertaqwa, taat, sabar dan besyukur ditunjukkan dengan karakter dengan Allah dengan menerima hukum-hukum-Nya dengan cara melaksanakan (menerapkan) dan Menerima takdir-Nya dengan sabar dan ridha. Kedua: Nilai Karakter toleransi, komunikatif/ bersahabat, cinta damai, peduli sosial, dermawan ditujunkkan dengan karakter terhadap sesama makhluk ditunjukkan dengan berbuat baik terhadap sesama, dermawan, sikap pemaaf, kasih sayang terhadap sesama. Ketiga: Nilai karakter toleransi, komunikatif, peduli sosial, dermawan, cinta damai ditunjukkan dengan pendidikan karakter di lingkungan keluarga, dan masyarakat dengan berbakti kepada kedua orang tua, menyanyangi saudara dengan menjalin persudaraan, berbuat baik dengan dengan tetangga, bersikap baik dengan tetangga, tidak sombong, rendah diri dan menjaga kehormatan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATAPENGANTAR ...................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5 E. Metode Penelitian .......................................................................... 6 F. Penegasan Istilah ........................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 15 BAB II BIOGRAFI AL-UTSAIMIN ............................................................... 16 A. Kelahiran Al-Utsaimin ................................................................... 16 B. Pendidikan dan Guru-Guru Al- Utsaimin ...................................... 17 C. Karakter Al-Utsaimin ..................................................................... 18
xii
D. Murid-muridnya.............................................................................24 E. Corak Keilmuannya.......................................................................25 F. Teori dalam Mengajar...................................................................26 G. Menerima Penghargaan Dari Raja Faishal...................................26 H. Ditawari Jabatan Sebagai hakim Kepala......................................27 I. Karya-Karyanya............................................................................27 J. Sakit dan Wafatnya.......................................................................30 BAB III DISKRIPSI PEMIKIRAN MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ ........................................................................ 31 A. Pengertian Nilai-Nilai Dan Pendidikan Karakter .......................... 31 1. Pengertian Nilai......................................................................31 2. Pendidikan..............................................................................32 3. Karakter..................................................................................33 4. Pendidikan Karakter...............................................................34 5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter............................................37 B. DISKRPSI
KITAB
MAKARIMUL
AL-AKHLAQ
KARYA
MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN ................................... 40 1. Karakter Tehadap Allah SWT.................................................41 2. Karakter Terhadap Sesama Makhluk.....................................43 3. Karakter terhadap lingkungan................................................47
xiii
BAB IV RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA MUHAMMAD BIN SHALIH ALUTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM ............. 52
A. Analisis Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Makariul AlAkhlaq............................................................................................52 1. Analisis Nilai Pendidikan karakter Terhadap Allah.....................53 2. Analisis Nilai Pendidikan Karakter Terhadap sesama makhluk..57 3. Analisis Nilai Pendidikan Karakter di Lingkungan......................60 B. Relevansi
Nilai
Pendidikan
Karakter
Dengan
Pendidikan
Islam..............................................................................................66
BAB V PENUTUP.........................................................................................83 A. Kesimpulan.................................................................................84 B. Saran...........................................................................................85 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................87 RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga akademik dengan tugas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi,
dan
seni.
Tujuan
pendidikan
sejatinya,
tidak
hanya
mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, ketrampilan sosial, dan karakter. Oleh sebab itu, berbagai progam dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan karakter yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk memelihara yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, muatan pendidikan karakter secara spikologis mencakup dimensi moral thingking, moral feeling, dan moral action. (Darmiyati Zuhdi, 2013: 3). Dalam pendidikan Islam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah Swt. yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunnah (Hadis Nabi). Al-Qur‟an merupakan sumber utama referensi agama Islam dalam menentukan berbagai hukum. Dalam surat Al-Baqoroh ayat (1-2):
1
Artinya: Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa . Islam menyebutkan orang yang baik dan berperilaku positif itu mereka orang-orang yang bertakwa yang tidak meragukan al-Qur‟an. Allah juga menyebutkan bahwa al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya (insan kamil). (Departemen Agama, 1990:8). Manusia merupakan mahkluk yang tidak bisa berlepas diri dari pendidikan, yaitu sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. (Sukardjo dan Ukim, 2009:1). Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologisnya yang terbuka pada lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan. (Doni Koesoema, 2007:109). Kemerosotan karakter, moral, dan etika peserta didik disebabkan gagalnya pendidikan agama di sekolah. Harus diakui dalam batas tertentu, pendidikan agama memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, mulai dari
2
jumlah jam yang minim, materi pendidikan yang terlalu teoritis, sampai kependekatan pendidikan agama yang cenderung bertumpu pada aspek kognisi, dari pada afeksi dan psikomotorik peserta didik. Berhadapan dengan berbagai kendala dan masalah-masalah seperti ini, pendidikan agama kurang fungsional dalam membentuk karakter, moral, dan bahkan kepribadian peserta didik. (Al-Masnur, 2011: 165). Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Pendidikan
karakter
sendiri
bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapain karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetisi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam pelaku sehari-hari dalam masyarakat. (Novan, 2012:11). Dalam pendidikan karakter ini, segala sesuatu yang dilakukan guru harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik sebagai pembentuk watak peserta didik,
guru harus menunjukkan keteladanan. Segala hal tentang
perilaku guru hendaknya menjadi contoh peserta didik, seperti cara guru berbicara atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan cara guru dalam bersikap. Tujuannya adalah membenuk kepribadian anak agar menjadi
3
manusia yang lebih baik, warga masyarakat yang baik, dan menjadi warga negara yang baik. Alasan yang mendorong penulis, memilih judul tersebut karena karakter merupakan pilar utama (setelah Aqidah) dalam membangun sebuah tatanan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan bisa selamat, karena dalam sebuah masyarakat tidak akan bisa tegak dan kokoh, dan suatu Negara tidak akan jaya tanpa di topang oleh nilai-nilai karakter yang baik. Berbagai upaya yang dilakukan orang dalam berinteraksi atau bermu‟amalah dengan masyarakat. Hal ini membutuhkan suatu metode atau cara-cara yang bisa menjaga atau mempererat hubungan antara manusia atau yang lain. Metode atau cara tersebut kita istilahkan dengan pendidikan karakter. Karena pentingnya kedudukan karakter dalam kehidupan, maka peneliti mengambil nilai-nilai pendidikan karakter sebagai bahan penelitian. Dalam konteks penanaman dan pembinaan karakter diatas, penulis berpendapat bahwa Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dengan ilmu dan pengalamanya melalui karya-karyanya memberi bimbingan kepada segenap muslim agar menjadi individu-individu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berkarakter baik dan mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap menghadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya. Salah satu karya beliau yang patut untuk diteliti karena memuat tentang konsep atau nilai pendidikan karakter adalah kitab Makarimul Al-Akhlaq. Dari uraian di atas sebagai pijakan latar belakang masalah, penulis tertarik dan menganggap penting untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan
4
karakter dalam kitab Makarimul al- Akhlaq karya syeikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin maka judul penelitian ini adalah: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA
SYEIKH
MUHAMMAD
BIN
SHALIH
AL-UTSAIMIN
RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Ustsaimin. Rumusan masalah tersebut, dirinci sebagai berikut: 1.
Apa nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlak karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin?
2.
Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin dengan pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang digagas oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin dalam kitab Makarimul al-Akhlak. Adapun tujuan umum tersebut dirinci menjadi tujuan khusus sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlak karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin.
5
2.
Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin dengan pendidikan Islam?
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat hasil penelitian ini adalah ditinjau secara teoritis dan praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut : 1.
Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khasanah pendidikan, khususnya tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Salih al-Utsaimin.
2.
Secara praktis Harapan selanjutnya kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada: a.
Objek pendidikan, baik guru, orang tua maupun murid dalam memperdalam agama Islam. sehingga dapat dijadikan refrensi, refleksi ataupun perbandingan kajian yang dapat dipergunakan lebih lanjut dalam pengembangan pendidikan Islam.
b.
Institusi atau lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dan mudah-
6
mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
E. Metode Penelitian 1.
Jenis penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1990: 3). Dan yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran
2.
Sumber Data Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang dikategorikan sebagai berikut: a.
Sumber data primer Sumber data primer mencakup data pokok yang dijadikan objek kajian, yakni data yang menyangkut tentang pengkajian ini. Adapun sumber data tersebut adalah kitab Makarimul al-Akhlaq karya Sheikh Muhammad Salih Bin al-Ustsaimin.
b.
Sumber data sekunder Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah bukubuku yang mendukung dalam pembahasan skripsi ini yang ada di dalamnya diantaranya: 1) Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Risalatul Mu’awanah.
7
2) Imam Nawawi Al Bantani. Nashaihul Ibad. 3) Az-Zarnuji. Ta’limul muta’allim. 4) Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini. 5) Maslikhah. Ensiklopedia pendidikan 6) Doni Koesiemo. Pendidikan Karakter 7) Jalaluddin. Teologi Pendidikan 8) Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia 9) Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Perspektif Islam. 10) Buku-Buku Pendukung Lainnya. 3.
Metode pengumpulan data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan ini, penulis menggunakan penelitian keperpustakaan (Library research) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder.
b.
Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber.
c.
Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan serta diklasifikasi sesuai dengan sifatnya masin-masing dalam bentuk per bab.
4.
Metode Analisis Data Dari data yang diperoleh penulis untuk menganalisisnya digunakan metode analisis isi atau content analiysis. Menurut Wimmer dan dominik, dalam buku metodologi penelitian kulitatif karya Burhan
8
Bungin (2001:135) menjelaskan bahwa analisis isi yaitu tehnik penelitian untuk mengajari dan menganalisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan Komunikatif terhadap pesan yang nampak. Analisis ini juga bisa didefinisikan sebagai teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru shahih data dengan memperhatikan konteksnya. (Anton Bekker,dkk,1990.65).
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yg terdapat dalam judul ini antara lain: 1.
Nilai-Nilai Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercemin dalam prilaku, sikap, dan perbutan-perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai dapat diartikan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Jadi menurut penulis nilai merupakan sesuatu atau kepercayaan yang mendasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya baik dan buruk atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya.
2.
Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan
9
Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dari Bahasa Arab yaitu tarbiyah, dengan kata kerja rabba, yang artinya pengajaran. Kata pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah ta’lim, dengan kata kerjanya ’allama, yang berartipendidikan. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa ta’lim. Kata rabba yang berarti mendidik sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam bentuk kata benda, kata rabba ini digunakan juga untuk Tuhan, karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara bahkan mencipta. (Zakiyah, 1992:26). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya mengajar dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:263). Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan perserta didk melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Mansur, 2007:57). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara (Maslikhah, 2009:130).
10
b. Pengertian Karakter Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. (Musfiroh, 2008: 28). Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabi‟at, watak. (Saptono, 2002: 17). Sehingga jika seseorang berperilaku kejam, tamak atau tidak jujur, maka dikatakan berkarakter jelek, sedangkan orang yang ramah, sopan dan jujur disebut memiliki karakter yang baik. Dengan demikian, karakter sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. c. Pendidikan Karakter Prof. Suyanto dalam bukunya Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Imam Ghozali mengatakan bahwa karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi (Masnur Muslich, 2011:70). Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
11
pembentukan karakter dan akhlak mulia anak secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Melalui pendidikan karakter diharapkan anak mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Narwanti, 2011:17). Jadi dari berbagai definisi di atas menurut penulis pendidikan karakter adalah proses bimbingan oleh pendidik (guru, orang tua, masyarakat, lingkungan) kepada peserta didik baik jasmani maupun rohani yang dilakukan secara sadar dan sengaja agar terbentuk kepribadian atau perilaku yang utama sebagai manusia seutuhnya (insan kamil).
3. Nilai-Nilai pendidikan Karakter Nilai-nilai pendidikan karakter itu merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama orang lain secara lebih baik, nilai tersebut mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan. (Masnur Muslih, 2011:67)
Nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam sekitarnya. Jika nilai-nilai ini bisa direalisasikan dalam kehidupan manusia, maka akan dihasilkan manusia yang paripurna (insan 12
kamil) dan terciptalah kehidupan yang bermatabat. (Darmiyati Zuchdi, 2011:25).
4. Pendidikan Islam Islam sebagai sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Islam sebagai bentukan dari kata istislam (penyerahan diri sepenuhnya kepada ketntuan Allah), salama (kelematan), salima (kesejahteraan). Dengan demikian secara terminologis pengertian Islam tak dapat dilepaskan dari makna kata asal. Bila Islam dikaitkan dengan pendidikan maka penyusunan rumusannya setidak-tidaknya harus dapat menggambarkan ungsur makna kata-kata tersebut. (Jalaluddin,2003:70). Pendidikan Islam adalah pendekatan menyeluruh terhadap wujud manusia baik dari segi jasmani maupun rohani, baik dari kehidupan fisik maupun mental dalam melaksankan kegiatan di bumi ini.(Abdulah, 2006:48). Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Definisi yang digunakan ini hanyalah menyangkut pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang diselenggarakan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah, menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik (Tafsir, 2005:32).
13
Pendidikan Islam memberikan landasan spiritual, moral dan etik yang didasarkan pada kesatuan pandangan yang dibangun atas kepercayaan kepada Tuhan, hubungan yang baik dengan manusia dan alam sekitar. (Abudin Nata, 2013:48) 5.
Kitab Makarimul al-Akhlaq Kitab Makarimul al-Akhlaq adalah sebuah karya Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin yang disajikan untuk seorang hamba sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan islami yang dapat membawa ke arah kebaikan dan menjadikan seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut. Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi, sehingga bila dipahami dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari dapat mengantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian jiwa dan kesantunan budi pekerti dan kitab ini berisisi tentang bagaimana menyempurnakan karakter sesuai dengan syari‟at Islam, bermuamalah dengan Allah, karakter kepada sesama makhluk, disini ditunjukkan dengan pendidikan karakter toleransi, peduli sosial, tidak sombong, dermawan, menjaga harga diri, dan bermoral baik.
G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gamabaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi dengan mudah, penulis berusaha memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berkaitan yaitu sebagai berikut:
14
BAB I: Pendahuluan. Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan skripsi. BAB II: paparan data-data yang berisi tentang sejarah biografi Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin. BAB III: Deskrisi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab makarimul al-akhl aq karya muhammad bin shalih al-utsaimin BAB IV: analisis data yang meliputi tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin relevansinya dengan pendidikan Islam. BAB V: PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
15
BAB II BIOGRAFI SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN
A. Kelahiran Syeikh Muhammad Bin Al-Utsaimin Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin lahir di kota 'Unaizah, salah satu kota Al-Qashim, Pada tanggal 27 Ramadhan 1347 Hijriah. Beliau lahir dan di besarkan dalam lingkungan keluarga yang terkenal agamis dan istiqamah. Beliau menikah dengan satu seorang dan dikaruniai delapan orang anak lima laki-laki dan tiga perempuan. Kakek beliau dari pihak ibu bernama Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman al Damigh. Kepadanyalah beliau belajar, menghafalkan al-Qur-an, dan sebelum menginjak usia 15 tahun beliau telah hafal kitab tentang ushul al-fiqh yaitu “Zaad al-Mustaqniq” dan kitab tentang ilmu nahwu/bahasa yaitu “Alfiyah ibn Malik”. Beliau menguasai sastra Arab, ilmu menghitung dan menulis tulisan Arab. Tidaklah mudah pada zaman itu seorang pelajar menuntut ilmu sebagaimana saat ini yang begitu mudah fasilitasnya. Pada zaman itu, Syaikh Utsaimin belajar dengan fasilitas yang sederhana, tidak ada tempat belajar, AC, tidak ada lampu khusus untuk belajar, belajar di kamar yang terbuat dari tanah,
yang
terlihat
darinya
kandang
menceritakannya.
16
sapi,
sebagaimana
beliau
B. Pendidikan Dan Guru-Guru Syeikh Muhammad shalih Al-Utsaimin 1.
Pendidikan Dalam mencari ilmu, Syaikh Utsaimin mengikuti jejak dan teori salafus shalih. Beliau memulainya dengan menghafal Al-Qur'an saat masih kecil. Beliau membacanya di hadapan kakek dari jalur ibunya, Asy-Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Alu Damigh Rahimahullah. Kemudian beliau berguru kepada Syaikh Al-Allaamah Al-Mufassir Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di Rahimahullah yang tercatat sebagai guru pertama beliau. Kepada Syaikh Abdurrahman, beliau belajar ilmu tauhid, tafsir, hadits dan fikih. Beliau menimba ilmu dari Syaikh Abdurrahman selama kurang lebih sebelas tahun,dan beliau termasuk salah seorang muridnya yang paling menonjol. Di saat beliau mengenyam pendidikan formal di Riyadh, beliau sempat mendalami Shahih Al-Bukhari, beberapa risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian kitab-kitab fikih kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah.Sejak meninggalnya Syaikh Abdurrahman AsSa'di, beliau menjadi imam Masjid Jami' di Unaizah, mengajar di perpustakaan nasional Unaizah, di samping mengajar di Ma'had Al-Ilmi. Setelah itu, beliau aktif mengajar di fakultas syari'ah dan ushuluddin, Universitas Muhammad bin Su'ud Al-Islamiyyah cabang AlQashim. Selain mengajar, beliau juga aktif sebagai anggota Haiatu Kibari Ulama Kerajaan Saudi Arabia sampai beliau wafat. (http://www majalahislami.com.figur-ulama-ahlu-sunnah).
17
2.
Guru-Gurunya Syaikh Utsaimin belajar di kota Unaizah pada guru beliau yaitu Syaikh Abdurrahman as-Sa‟di salah seorang ulama terkemuka di daerah Najd selama 11 tahun. Beliau mengajar di Masjid Jami‟ di Unaizah pada tahun 1371 H, akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena beliau pergi ke kota Riyadh untuk belajar pada tahun 1372 H. setelah meminta izin kepada Syaikh Sa‟di guru beliau. Di sanalah nampak bahwa beliau orang yang menonjol dalam ilmu agama, dimana beliau mampu meringkas studi selama 2 tahun dalam satu tahun, sehingga beliau dapat menyelesaikan pelajaran yang seharusnya 4 tahun menjadi 2 tahun. Setelah itu, beliau ditunjuk sebagai pengajar di Ma‟had Unaizah al-Ilmi, lalu melanjutkan di Kuliah syariah di Riyadh hingga lulus. Di kota ini, beliau bertemu dan belajar pada guru beliau ke dua, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah-, Syaikh Utsaimin sangat terkesan padanya, dimana beliau berucap : “Saya terkesan pada Syaikh bin Baz akan perhatian beliau pada hadits Nabi, dan saya sangat terkesan pula pada akhlak beliau”.
C. Karakter Syeikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin 1.
Karakter seorang guru sekaligus pendidik Tidaklah hubungan Syaikh Utsaimin dengan para muridnya hanya sekedar hubungan ilmu saja. Beliau adalah sosok seorang pendidik
18
sekaligus guru, beliau kunjungi murid-muridnya, menanyakan yang tidak hadir, dan membantu mereka yang butuh pertolongan. Raja Khalid bin Abdul Aziz pernah menghadiahi pada beliau sebuah bangunan, maka beliaupun menginfakkannya untuk asrama murid-muridnya yang ditempati secara gratis, dan beliau sediakan ruang makan dan juru masaknya untuk menyediakan makanan bagi mereka. Dan beliau sediakan perpustakaan buku dan kaset. Syaikh Utsaimin benar-benar mempergunakan metode penelitian dan mencari kejelasan dalam masalah ilmu agama, dan mengajarkan yang demikian itu pada murid-muridnya serta menasehati mereka untuk mencari kejelasan dan tidak tergesa-gesa dalam permasalahan yang berhubungan dengan agama. Dan beliau sangat bersemangat untuk menanamkan kepada muridnya sikap tidak fanatik pada suatu madzhab atau suatu pendapat, dan bersikap menerima kebenaran, dimana dalil dijadikan hakim/pemutus permasalahan, sekalipun menyelisihi madzhab beliau, yaitu madzhab al-Imam Ahmad bin Hanbal. Syaikhul Islam berpendapat diperbolehkannya perempuan bepergian tanpa mahrom jika dalam keadaan aman, sedangkan Syaikh Utsaimin berpendapat sebaliknya, yaitu haram. Sebagaimana juga Syaikh Utsaimin banyak menyelisihi madzhab Hanbali dalam ratusan masalah yang ia melihat bahwa dalil menyelisihi madzhab dalam permasalahan itu.
19
2. Tidak Suka Pujian Syaikh Utsaimin menasehati murid-muridnya agar mereka tidak menjadikan perselisihan dalam masalah fikih sebagai pintu saling membenci. Pernah suatu ketika, Syaikh Utsaimin berfatwa yang menyebabkan beliau dituduh dengan suatu tuduhan. Dalam suatu majelis salah seorang muridnya bertanya tentang fatwa itu dan akibat yang ditimbulkannya, lalu Syaikh menjawab yang intinya : “Sesungguhnya manusia itu, jika mereka melihat seorang yang mashur, mereka akan menjelekkannya, serta mencelanya lantaran dengki dalam diri mereka”. Pada sore harinya, Syaikh meminta hasil rekaman ceramah yang terdapat ucapannya tadi, lalu meminta agar dihapus, dan berkata : “Perkataan saya tadi, yaitu “manusia yang mashur” tidak sepatutnya saya ucapkan, ini adalah bentuk memuji diri sendiri”. Pernah salah seorang muridnya meminta izin kepada beliau, untuk membacakan bait syair dihadapan beliau :
ض ر َ ْٕزَشِش ِ األ َ ْسِٟاسُٖ ف ُ َٛ ْٔ َ أَٚ َ ْؼمُجُُٗ فَ ْج ٌش٠ ًَ ١ْ ٌٍَّ إِ َّْ َ٘زَا اِٟب َ أ ُ َِّز٠ ِد اٌش ِ َّّش ُِ ْٕزَشِشْٛ ُٙ ك َس ْغ ُُ ُج ُّ ا ٌْ َذَٚ ا ٌْفَزْ ُخ ُِ ْٕز َ ِظ ٌشَٚ ت ٌ ُش ُِ ْشر َ ِم١ْ ا ٌْ َخَٚ لَ َوذَسَٚ ة ِ َِ ٞ ِح ثب َ َسنَ اٌجَ ِبسَٛ ص ْذ َ ِث ٌ َْٛ ب شَٙ َِّخً َِب ث١ب َٔ ِمَٙ َ َشر١ْ غ َّ ٌاَٚ ُذ١ْ ِ٠ اٌزَّأُٟ ْشر َ َج٠ ِٗ ٍِ ْرَِٕب ِث ِّثَٛ ص ْذ ظفَش َ ٍصب ٌِخ َ ُخ١ْ ش َ ُٓ َٕب ْث١ْ َِِب دَا ََ ف Artinya :Wahai Umat, sesungguhnya malam ini diiringi dengan datangnya fajar, cahayanya tersebar di permukaan bumi Kebaikan mengiringinya dan kemenangan menantinya, kebenaran akan menyebar meskipun kejahatan merajalela, dengan kebangkitan yang perjalanannya diberkahi Allah. Perjalanannya bersih, tidak ada cacat maupun kekeruhan Selama ada Syaikh Utsaimin di tengah kita dengan ulama sepertinyalah kemenangan diharapkan.
20
Lalu Syaikh Utsaimin menghentikan bacaan syair itu, dan berkata : “Saya tidak setuju atas pujian ini, karena saya tidak menyukai kebenaran diikat dengan seseorang, maknanya, bahwa jika seorang manusia meninggal dunia, terkadang orang setelahnya putus asa darinya”. Dan Syaikh Utsaimin meminta agar bait terakhir diganti dengan :
َّ ٌاَٚ ُذ١ْ ٠ِ ْ اٌزَّأُٝ ْشر َ َج٠ بَٙ ٍِ ْا ِث ِّثْٛ ُعٍَف ظفَش َ ِيَّٚ َ َج اْألْٙ َٔ ُجَٕبَٙ ْٕ َِ ََ َِبدَا Selama manhaj kita manhaj salaf Dengan semisalnyalah diharapkan kemenangan. Dan saya tambahkan : “Saya menasehati kalian dari sekarang, agar tidak menjadikan kebenaran terikat dengan seseorang”. Disamping itu, beliau juga menempatkan seseorang sesuai kedudukan mereka, menjunjung kehormatan para ulama. Dalam suatu undangan pembukaan usaha perekaman kaset yang besar, beliau menjumpai pada kaset itu tertulis nama penceramahnya dalam sampul besar, dan tatkala beliau melihat sampul kaset Syaikh al-Albani berbentuk kecil, beliau tidak menyukai dan memerintahkan mereka untuk membuat dalam ukuran besar atau membikin kecil sampul lainnya seperti sampul kaset Syaikh al-Albani. 3.
Menyembunyikan amal kebajikan Adapun dalam amal kebajikan yang beliau ikut berperan dengan hartanya, sebagian besar tidak diketahui oleh masyarakat, karena beliau sangat berusaha agar tidak diketahui sebagaimana hal ini dikatakan salah seorang muridnya. Beliau memberikan bantuan kepada siapa saja yang
21
ingin menikah dan membayar separoh maharnya jika terpenuhi syaratsyaratnya. Beliau memberikan bantuan kepada orang-orang fakir dan mereka yang membutuhkan, bersama tiga orang muridnya beliau mendirikan pondok Tahfidzul Qur‟an di kota Unaizah, membangun beberapa masjid di sejumlah tempat di negerinya, dan menginfakkan tiga juta real untuk pembuatan sumber air di Unaizah, sebagaimana juga beliau ikut andil dalam pembangunan masjid di luar negeri: seperti di Eropa, Amerika dan lainnya. 4. Menasehati pemuda Suatu ketika, Syaikh Utsaimin menunaikan umrah bersama sahabat-sahabat beliau, dan di saat kembali ke penginapan, mereka melalui sekelompok pemuda bermain sepak bola. Lalu Syaikh berhenti dan menasehati mereka agar menunaikan shalat, akan tetapi mereka malah berpaling dari beliau dan tidak mengindahkan nasehatnya. Lalu beliau meminta kepada sahabat-sahabat beliau yang menemani agar pulang terlebih dahulu ke penginapan dan meninggalkan beliau bersama para pemuda dalam keadaan sendirian dan beliau berkeinginan keras agar para pemuda itu pergi menunaikan shalat. Syaikh pun menasehati mereka, lalu salah seorang diantara mereka memaki beliau dengan kata-kata yang jelek. Akan tetapi, beliau tidak menghiraukannya dan menyambut celaan itu dengan senyuman dan sikap mengasihi. Semua ini berlangsung dan mereka tidak mengetahui siapa Syaikh yang menasehati mereka, akhirnya merekapun mau mengikuti nasehat Syaikh, dan salah seorang pemuda
22
yang mencela Syaikh tadi mengantarkan beliau ke penginapan, dan setelah sampai di penginapan pemuda itu baru tahu siapa jati diri Syaikh, lalu ia pun menangis serta meminta maaf dan Syaikh pun memaafkannya dan mengajarkan padanya cara berwudhu serta shalat, dan sejak saat itu pemuda itu menjadi seorang pemuda yang shalih taat beragama. 5. Rumah dari tanah Syaikh Utsaimin termasuk ulama yang bersikap zuhud di dunia, beliau habiskan sebagian besar kehidupannya dalam rumahnya yang terbuat dari tanah. Beliau diberi hadiah dua rumah, namun beliau lebih mengutamakan keduanya untuk asrama murid-muridnya. Beliau tidak pernah meminta upah dari hasil karya-karya beliau yang dicetak atau kaset rekaman ceramah, dan beliau menganggap hal ini sebagai suatu hal yang menghambat ilmu. Beliau berpaling dari gemerlapnya dunia, dalam seminggu beliau mengenakan satu pakaian. Beliau berjalan kaki jika pergi ke masjid dan menolak ajakan salah seorang muridnya untuk pergi ke masjid dengan mobil, dan sepanjang perjalanannya ke masjid tiada hentihentinya masyarakat baik yang tua maupan yang muda bertanya untuk meminta fatwa tentang permasalahan agama, hingga murid-murid sekolah dasar yang terletak di jalan menuju masjid berkeliling di sekitar beliau mengucapkan salam, dan beliau tidak menolak jabat tangan mereka. Dan jika berkenalan, beliau menyebut namanya langsung tanpa memberi embelembel gelar beliau. Suatu ketika ,beliau shalat di Masjidil Haram, setelah itu beliau ingin pergi ke suatu tempat, lalu beliau menyetop mobil taxi. Di
23
dalam mobil terjadilah dialog antara beliau dengan sopirnya seorang Arab dalam masalah agama. Lalu bertanyalah sopir itu : “Siapa nama anda ya Syaikh?” beliau menjawab : “Muhammad bin Utsaimin”. Mendengar hal ini, sopir itu terkejut tidak percaya dan memastikan lagi : “Anda Syaikh Muhammad bin Utsaimin?” lalu beliau membalas : “Ya, Syaikh Utsaimin”. Lalu sopir taxi itu menggelengkan kepalanya sambil meragukan ucapan beliau, dan menganggap ucapan beliau sebagai sikap terlalu berani mengaku sebagai Syaikh Utsaimin. Lalu Syaikh berkata padanya : “Kalau anda, siapa nama anda?” sopir itu menjawab : “Syaikh Abdul Aziz bin Baz”. (ia menjawab sekenanya, lantaran tidak percaya dengan jawaban Syaikh Utsaimin). Syaikh Utsaimin pun tertawa, lalu bertanya lagi : “Kamu Syaikh Abdul Aziz bin Baz?” sopir itu membalas : “Ya, sebagaimana anda (mengaku) Syaikh Utsaimin”. Demikianlah keadaan Syaikh, jika beliau diantara para ulama, beliau adalah seorang ulama terkemuka yang tidak dapat diingkari seorangpun, dan jika diantara masyarakat biasa beliau seperti mereka. (http://www. majalahislami.com.figur-ulama-ahlus-sunnah).
D. Murid-Muridnya Syaikh
Utsaimin
begitu
perhatian
kepada
murid-muridnya.
Murid-muridnya berdatangan dari berbagai penjuru dunia, karena mereka percaya terhadap keilmuan, kepandaian dalam mengajar, serta kasih
24
sayang beliau kepada murid-muridnya , seolah-olah mereka seperti anakanak beliau sendiri. Sebagai salah satu bentuk perhatiannya, beliau membangun asrama untuk mereka, yang meliputi tempat tinggal, perpustakaan yang di lengkapi dengan
kitab-kitab
dan
manuskrip
(perpustakaan
nasional).
Beliau memantau hasil belajar mereka, bahkan kadang-kadang beliau menandatangani
laporan
bulanan
menggantikan
posisi
wali
murid.
Beliau banyak memberikan nasihat kepada muridnya untuk senantiasa menaati pemerintah selama untuk ketaatan kepada Allah, juga mencintai dan mendoakan kebaikan untuknya. Beliau menegakkan syariat Allah, menggalakkan syiar-syiar Islam, serta beramal ma‟ruf nahi mungkar. E. Corak Keilmuannya Syaikh
Utsaimin
selalu
mengacu
dan
mengikuti
dalil.
Hal ini dapat terlihat dengan jelas dalam bukunya, "Syarhu Al-Mumti' 'Alaa Zaadi Al-Mustaqni ", meskipun tarjih-tarjih beliau banyak yang selaras dengan
pendapat
Syaikhul
Islam
Ibnu
Taimiyah
dan
muridnya
Rahimahullah. Tapi, terkadang juga berbeda pendapat dengan mereka berdua, sesuai dengan tuntutan dalil. Ungkapan Beliau juga cukup berharga dan patut di perhatikan adalah: "Carilah dalil sebelum kamu meyakini sesuatu: "Jangan pernah meyakini sesuatu sebelum mengetahui dalilnya, karena kamu akan tersesat. "
F. Teori Dalam Mengajar
25
Syaikh Utsaimin sangat fokus dalam menghafal matan-matan , oleh karenanya beliau mengintruksikan murid-muridnya untuk menghafal dan mengulangnya
pada
setiap
pelajaran.
Beliau
mencurahkan
segenap
kemampuannya untuk mensyarah dan mentahqiiq berbagai permasalahan, dan menjelaskan pendapat ulama yang rajih, dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Di sela-sela itu, beliau menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan murid-muridnya, barang kali ada penambahan materi, koreksi atau sanggahan. Dalam memberikan penjelasan, beliau cenderung mengunakan sistem dialog dan menggelitik murid-muridnya dengan sejumlah pertanyaan. Beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, setelah berdiskusi dengan mereka dan mendengarkan pendapat mereka.
G. Menerima Penghargaan Dari Raja Faishal Panitia Penghargaan International dari Al-Malik Faishal memutuskan untuk memberikan Penghargaan kepada yang terhormat Syaikh Muhammad bin Shalih bin Utsaimin pada tahun 1414 Hijriah, atas dedikasi dan sumbangsihnya ikut memikirkan permasalahan-permasalahan (hukum-hukum) Islam dan kaum muslimin.
H. Ditawari jabatan sebagai Qadhi (Hakim kepala) Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh Mufti kerajaan Saudi Arabia pada waktu itu menawarkan pada beliau untuk menduduki jabatan
26
hakim, bahkan telah menetapkan beliau sebagai hakim kepala di kota al-Ihsa, akan tetapi Syaikh Utsaimin mengajukan udzur tidak dapat menerima jabatan itu, dan beliau lebih mengutamakan untuk melanjutkan belajar pada guru beliau Syaikh Sa‟di. Beliau pernah berkomentar : “Saya banyak terkesan pada Syaikh Sa‟di akan cara beliau mengajar, memaparkan ilmu serta memahamkan pada murid dengan contoh dan makna. Demikian pula saya sangat terkesan akan akhlak beliau, karena Syaikh Sa‟di mempunyai akhlak mulia, berilmu serta ahli ibadah, beliau bercanda dengan anak-anak, dan tertawa bersama orang dewasa. Dan beliau – masyaa Allah – diantara orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat”. Tatkala Syaikh Sa‟di meninggal dunia pada tahun 1376 H di Unaizah, Syaikh Utsaimin menggantikannya sebagai Imam dan pengajar di Masjid Jami‟ di kota itu, disamping tugasnya yang lain yaitu mengajar di Maktabah Unaizah al-Wataniyah dan al-Ma‟had al-Ilmi”. Kemudian beliau berpindah mengajar ke fakultas Syariah dan Ushuluddin di cabang Universitas al-Imam Muhammad bin Saud di kota al-Qashim hingga beliau wafat.
I. Karya-Karya Beliau Buku-buku yag telah ditulis oleh Syaikh Utsaimin diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Talkhis Al Hamawiyah, selesai pada tanggal 8 Dzulhijah 1380 H.
2.
Tafsir Ayat Al Ahkam (belum selesai).
3.
Syarh Umdatul Ahkam (belum selesai).
27
4.
Musthalah Hadits.
5.
Al Ushul min Ilmil Ushul.
6.
Risalah fil Wudhu wal Ghusl wash Shalah.
7.
Risalah fil Kufri Tarikis Shalah.
8.
Majalisu Ar Ramadhan.
9.
Al Udhiyah wa Az Zakah.
10. Al Manhaj li Muridil Hajj wal Umrah. 11. Tashil Al Faraidh. 12. Syarh Lum‟atul I‟tiqad. 13. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah. 14. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah. 15. Al Qowaidul Mustla fi Siftillah wa Asma‟ihil Husna. 16. Risalah fi Annath Thalaq Ats Tsalats Wahidah Walau Bikalimati 17. Takhrij Ahadits Ar Raudh Al Murbi‟ 18. Risalah Al Hijab. 19. Risalah fi Ash Shalah wa Ath Thaharah li Ahlil A‟dzar. 20. Risalah fi Mawaqit Ash Shalah. 21. Risalah fi Sujud As Sahwi 22. Risalah fi Aqsamil Mudayanah. 23. Risalah fi Wujubi Zakatil Huliyyi. 24. Risalah fi Ahkamil Mayyit wa Ghuslihi (belum dicetak). 25. Tafsir Ayatil Kursi. 26. Nailul Arab min Qawaid Ibnu Rajab (belum dicetak).
28
27. Ushul wa Qowa‟id Nudhima „Alal Bahr Ar Rajaz (belum dicetak). 28. Ad Diya‟ Allami‟ Minal Hithab Al Jawami‟. 29. Al Fatawaa An Nisaa‟iyyah 30. Zad Ad Da‟iyah ilallah Azza wa Jalla. 31. Fatawa Al Hajj. 32. Al Majmu Al Kabir Min Al Fatawa. 33. Huquq Da‟at Ilaihal Fithrah wa Qarraratha Asy Syar‟iyah. 34. Al Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Muaqifuna Minhu. 35. Min Musykilat Asy Sayabab. 36. Risalah fil Al Mash „alal Khuffain. 37. Risalah fi Qashri Ash Shalah lil Mubtaisin. 38. Ushul At Tafsir. 39. Risalah Fi Ad Dima‟ Ath Tabiiyah. 40. As‟illah Muhimmah. 41. Al Ibtida‟ fi Kamali Asy Syar‟i wa Khtharil Ibtida‟. 42. Izalat As Sitar „Anil Jawab Al Mukhtar li Hidayatil Muhtar. Dan masih banyak karya-karya beliau hafidahullah ta‟ala yang lain.
J. Sakit Dan Wafatnya Syaikh Utsaimin terserang penyakitkan kerusus. Atas permintaan pihak kerajaan Saudi, beliau dibawa untuk melakukan pemeriksaan medis ke Amerika Serikat dengan pesawat khusus. Menurut keterangan orang-orang terdekat beliau, saat tim dokter menawari beliau pengobatan dengan sinar
29
laser, namun pengobatan ini dapat menyebabkan kerontokan pada rambut, lalu beliau bertanya: "Apakah jenggotku juga bisa rontok?" Pihak dokter menjelaskan bahwa hal itu sangat mungkin terjadi. Beliau berkata: "Saya tidak mau berjumpa dengan Rabbku tanpa jenggot " Beliau memutuskan untuk kembali ke Saudi Arabia, dan dirawat di rumah sakit Al-Malik Faishal. Beliau meninggalkan rumah sakit pada tanggal 9 Ramadhan menuju Masjidil Haram Mekkah untuk menyampaikan pelajaran rutinnya melalui pengeras suara. Beliau duduk di ruangan khusus di dalam Masjidil Haram, di samping pintu Al-Umrah. Dari ruangan itu, Beliau bisa menjawab setiap pertanyaandari para hadirin, hanya saja beliau tidak bisa menerima tamu yang hendak berkunjung kepada beliau. Beberapa waktu Kemudian, beliau di bawa ke rumah sakit kembali kali ini, beliau masuk ke ruang ICU. Kondisinya sempat membaik, tapi setelah itu memburuk kembali, hingga ajal menjemputnya. Beliau menghembuskan nafas terakhir kalinya pada waktu Maghrib, Rabu 15 Syawal 1421 Hijriah, di rumah sakit Al-Malik Faishal AtTakhassushi kehidupannya
Jedah. dengan
Beliau penuh
kembali makna
kesisi-Nya, selama
74
setelah tahun
(http://ghuroba.blogsome.com.syaikh-muhammad-bin –al-utsaimin).
30
menjalani 18
hari.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMU AL-AKHLAQ
A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 1.
Pengertian Nilai Nilai yaitu suatu penetapan atau kualitas suatu obyek yang menyangkut suatu jenis atau minat. Jadi nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena menyemangkat, memuaskan, menarik, menguntungkan, dan sistem keyakinan. (Bambang Darsono,1986:20). Pendapat lain menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, baik menurut standar logika (benar-salah), estetika (baikBuruk), etika (adil-tidak adil), agama (dosa, halal-haram), dan hukum (sah-tidak sah) serta menjadi acuan dan atau sistem kenyakinan diri maupun kehidupan. (Djahiri,Dkk, 1996:22-23). Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut kenyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercemin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya. (Maslikhah,2009:106).
31
Jadi menurut penulis nilai merupakan sesuatu atau kepercaan yang mendasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya baik dan buruk atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya. 2.
Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak muliia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Zahra Idris pendidikan
adalah serangkaian kegiatan
interaksi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan peserta didik secara tatap muka atau dalam menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan perserta didik seutuhnya. (Zahara Idris,1930:4). Pendidikan pada hakikatnya
usaha memanusiakan manusia.
Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dirinya dari mana berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini akan ke mana, sehingga ia menjadi lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak. (Ibnu Rusn, 2009;123). Pendidikan
dapat
diartikan
sebagai
suatu
proses
yang
disosialisasikan sebagai usaha dalam rangka membimbing anak didik terhadap perkembangan jasmani dan rohaninya untuk menjadikan bekal
32
kelak di masa depan yang mempunyai kepribadian utama, kebaikan dan kegemaran pekerja untuk kepentingan tanah air. Dalam artian dapat menjadi orang-orang yang beriman, bertakwa dan mempunyai akhlak mulia. (Mansur, 2007:328). Dari berbagai definisi di atas menurut penulis bahwa pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik. Salah satu yang dikembangkan adalah persoalan tentang akhlak, karena merupakan salah satu unsur pendidikan akhlak. 3.
Karakter Dalam kamus bahasa indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabi‟at, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:682). Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadiaan, berperilaku, bersifat, bertabi‟at, atau berwatak. Dalam tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof, Suyatno Ph.D, menjelaskan bahwa karakter adalah adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari putusan yang ia buat. Pengertian karakter menurut thomas Lickona, karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami ini dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang
33
baik, jujur menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Menurut suyatno karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan kerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Menurut Tadkiroatun Musfiroh memandang karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan. Menurut kemendiknas karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikanyang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. (Agus wibowo, 2012:33). Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka hubungan dengan Tuhan dengan diri sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan normanorma agama. 4.
Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai tersebut
34
dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius. Pendidikan karakter suatu suatu sistem penanaman nilainilai karakter kepada warga sekolah, yang mengikuti komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tidakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter itu memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral atau pendidika akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi pribadi yang baik, jika dimasyarakat menjadi warga yang baik, dan jika dalam kehidupan bernegara menjadi warga negara yang baik. Adapun kriteria yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan indonesia adalah pendidikan nilai yakni pendidikan nilai-nilai luhur yng bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. (Agus Wibowo, 2012:34). Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mampu melakukan yang baik. Tujuan pendidikan karakter adalah membantu siswa agar menjadi lebih positif dan mampu mengarahkan diri dalam pendidikan dan kehidupan,
35
dan dalam berusaha keras dalam mencapai tujuan masa depannya. tujuan ini dilakukan dengan menajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, rasa hormat atau kemuliaan. (Zubaedi, 2011:16). Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberika keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hat. (Muchlas Samani, 2003:45). Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakterkarakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempratekkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebgai anggota masyarakat dan warga negara. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen pemangku kepentingan harus dilibatkan termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian, penanganan atau pengolaan mata pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktifitas atau kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga sekolah atau lingkungan. Dengan demikian pendidikan karakter juga bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang
36
dalam menyelenggarakan pendidikannya dilandasi dengan pendidikan karakter. Dengan demikian pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral untuk berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter mulia. 5.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini terdapat unsur pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk melakukannya. Nilai-nilai pebndidikan karakter itu merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama orang lain secara lebih baik, nilai tersebut mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan. (Masnur Muslih, 2011:67)
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang disusun kemendiknas melalui
badan
penelitian
dan
pengembangan
pusat
kurikulum
(kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Diantaranya adalah: a.
Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran keoercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
37
b.
Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencrminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang yang dapat dipercaya.
c.
Toleransi,
yakni
sikap
dan
perilaku
yang
mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pebdapat, dan hal-hal lain yang yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut. d.
Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk perturan atau tata tertib yang berlaku.
e.
Kerja Keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh atau berjuang hingga titik drah penghabisan dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lainlain dengan sebaik-baiknya.
f.
Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
g.
Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoaln. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif,
38
melainkan tidak boleh melempar ugas dan tanggung jawab kepada orang lain. h.
Demokratif, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
i.
Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.
j.
Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
k.
Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan
sehingga tidak mudah menerima
tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri. l.
Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat prestasi yang lebih tinggi.
m. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
39
n.
Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
o.
Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan pada dirinya.
p.
Peduli lingkungan, yakni sikap dan tidakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
q.
Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap
orang
lain
maupun
masyarakat
yang
membutuhkannya. r.
Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan dori sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama. (Suyadi, 2013:9).
B. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Perspektif Al-Utsaimin Di dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa ditanamkan dan diterapkan pada pendidikan Islam, agar mereka mengetahui dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan. Al-Utsaimin menggambarkan karakter adalah gambaran batin yang ditetapkan seseorang. Sebagaimana karakter merupakan sebuah tabi‟at atau
40
ketetapan asli, karakter juga bisa diperoleh atau diupayakan dengan jalan berusaha. Maksudnya, bahwa sebagai seorang manusia sebagaimana telah ditetapkan padanya karakter
yang baik dan bagus, sesungguhnya juga
memungkinkan baginya untuk berperilaku dengan karakter yang baik dengan jalan berusaha dan berupaya untuk membiasakannya. (Al-Utsaimin, 1428:7). Karakter yang mulia bisa berupa sifat yang alami (yakni karunia dari Allah kepada hamba-Nya) dan berupa juga sifat yang dapat diusahakan dan diupayakan. Akan tetapi, tidak diragukan lagi bahwa sifat yang alami adalah sifat yang lebih baik dari sifat yang diusahakan. Karena karakter yang baik jika bersifat alami akan menjadi perangai dan kebiasaan seeorang. Nilai Pendidikan karakter yang ada pada kitab Makarimul Al-Akhlaq dapat penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama: karakter kepada Allah SWT. Kedua: Karakter terhadap sesama makhluk. Ketiga: Karakter terhadap lingkungan. 1.
Karakter terhadap Allah SWT a.
Taat kepada hukum Allah SWT dengan cara menerima, dan menerapkannya
شد٠ ك فال١اٌزطجٚ ز١اٌزٕفٚ يٛ اإلٔغبْ أدىبَ هللا ثبٌمجٝزٍم٠ ْأ ء خٍكٛزا عٙئب ً ِٓ أدىبَ هللا ف١ئب ً ِٓ أدىبَ هللا فئرا سد ش١ش ً سد٘ب ِغزىجشاٚب أّٙا ٌء سد٘ب ِٕىشا ً دىٛ ع،ًجٚ ِغ هللا ػض ِٕبف ٍٗ فئْ رٌه و،بٙٔب ً ثبٌؼًّ ثٚبٙ سد٘ب ِزٚ أ, بٙػٓ اٌؼًّ ث ٍ ًجٚ ٌذغٓ اٌخٍك ِغ هللا ػض Jika ia menolaknya, maka perlakuan yang demikian merupakan adab yang tidak baik terhadap Allah SWT. Entah alasan dari penolakannya karena mengingkari hukumnya atau karena memang ia
41
sombong untuk mengamalkannya, atau juga terlalu meremehkan dalam mengamalkannya. Maka, tindakan semua ini menafikan atau membatalkan karakter yang baik dalam bemuamalah dengan Allah SWT. (Al-Utsaimin, 1428:15). Dalam kitab Makarimul al-Akhlaq terdapat contoh masalah dalam shalat, tidak diragukan lagi bahwa perkara shalat pun terasa berat bagi
sebagian
orang,
terutama
bagi
orang-orang
munafik.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu „alahi wa Sallam:
صالح اٌفجشٚ صالح اٌؼشبء: ٓ١ إٌّبفمٍٝأثمً اٌصالح ػ Artinya: Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya‟ dan shalat subuh. Akan tetapi perkara sholat bagi seorang mukmin tidaklah berat, Allah berfirman:
َ ش ِؼ ٓ١ َ شحٌ إِ َّل١ َّ ٌاَٚ ص ْج ِش َّ ٌا ِثبُٕٛ١عز َ ِؼ ِ ا ٌْ َخبٍَٝػ ْ اَٚ َ ب ٌَ َى ِجَٙ َِّٔإَٚ ص َال ِح ُ َ٠ ٓ٠ِ َ ُاجؼ َ ُّٕظ َ ) اٌَّز54( ْٛ ِ ِٗ َس١ْ ٌَ ُْ ِإُٙ ََّٔأَٚ ُْ ِٙ ّ َس ِثُٛ ُْ ُِ َاللُٙ ََّْٔ أٛ )54( Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 45-46). Maka, shalat bagi mereka bukanlah perkara yang berat, akan tetapi sangat mudah dan ringan. Untuk itu Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi Wa Sallam bersabda:
اٌصالحٟ فٟٕ١جؼٍذ لشح ػٚ Telah dijadikan sebagai penyejuk mataku ketika shalat.
42
b.
Rela akan keputusan dari Allah dengan ikhlas dan sabar
ثّب لذس هللا ٌهٝ أْ رشظ: ٖ ألذاسٛدغٓ اٌخٍك ِغ هللا ٔذ ِب لذسٖ إلٌٝرؼبٚ ٗٔرؼٍُ أٔٗ عجذبٚ ٗ١ٌأْ رطّئٓ إٚ , اٌشىشٚ ب اٌذّذٙ١ٍغزذك ػ٠ دحّٛخ ِذ٠غبٚ ّخ١ٌذىّخ ػظ Berkarakter baik terhadap Allah SWT akan takdirNya maksudnya hendaknya anda rela terhadap apa yang telah Allah tetapkan bagi diri anda, dan hendaknya anda juga merasa tenang dengannya. Anda pun harus mengetahui Allah tidak akan menetapkan takdir tersebut melainkan di baliknya terhadap hikmah yang agung dan tujuan yang terpuji, yang mana dngan hikmah tersebut Allah berhak memperoleh pujian dan ucapan rasa syukur. Untuk itu Allah SWT memuji orang-orang yang sabar. Allah berfirman:
َ ُاجؼ َ اٌَّز ْٛ َ َ ٓ إِرَا أ٠ِ ِ ِٗ َس١ْ ٌَِإَِّٔب إَٚ ِا إَِّٔب ِ َّّلِلٌُٛجَخٌ لَب١ ُْ ُِ ِصُٙ ْصبثَز )644( Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".(Al-Baqarah 2:156) 2.
Karakter terhadap sesama makhluk Adapun karakter dengan sesama makhluk, telah diartikan dalam kitab Makarimul al-Akhlaq dengan definisi:
ٗغاللخ اٌجٚ ,ٜثذي إٌّذٚ ,ٜوف األر ّ Artimya: Menahan gangguan, mengerahkan bantuan, dan menampakkan keceriaan. (Al-utsaimin, 1428:21). 43
a.
Menahan gangguan
ْاء وبٛشٖ ع١ىف اإلٔغبْ أراٖ ػٓ غ٠ ْ أٜ وف األرِٕٝؼ ّٓ ف،زؼٍك ثبٌؼشض٠ ٚ أ،زؼٍك ثبٌٕفظ٠ ٚ أ، ثبٌّبيٜ٘زا األر زؼٍك٠ ٚ أ، ثبٌّبيٜاء وبْ ٘زا األرٛشٖ ع١ىف أراٖ ػٓ غ٠ ٌُ ىف أراٖ ػٓ اٌخٍك٠ ٌُ ّٓ ف،زؼٍك ثبٌؼشض٠ ٚ أ،ثبٌٕفظ ئ اٌخٍك١ عٛ٘ ً ث،ظ ثذغٓ اٌخٍك١ٍف Hendaknya seseorang menahan dirinya dari menyakiti yang lainnya, baik itu dengan harta atau dengan sesuatu yang berkaitan dengan jiwa, atau mungkin juga yang berhubungan dengan kehormatan dirinya. Untuk itu, orang yang belum mampu menahan dirinya dari menyakiti sesama, maka dia belumlah berperilaku baik, akan tetapi sebaliknya dia adalah oarang yang berperilaku buruk. (Al-Utsaimin, 1428: 22). 1) Berperilaku baik terhadap sesama
ٍٝ ػٞؼزذ٠ ٚأ، إٌبط ثأخز اٌّبيٍٝ ػٞؼزذ٠ ًإرا وبْ سج ٞؼزذ٠ ٚأ،بٔخ١ إٌبط ثبٌخٍٝ ػٞؼزذ٠ ٚأ،إٌبط ثبٌغش إٌبطٍٝ ػٞؼزذ٠ ٚ أ،خ٠اٌجٕبٚ إٌبط ثبٌعشةٍٝػ َ دغٓ اٌخٍك ِغ ْ ٘زاٛى٠ ل،ّخ١ٌّٕاٚ جخ١اٌغٚ ثبٌغت ّ ،ٖىف أرا٠ ٌُ ٗٔ أل،إٌبط Jika ada orang berbuat aniaya terhadap orang lain dengan mengambil
hartanya,
atau
dengan
menipunya,
atau
menghianatinya, atau memukulnya dan melakukan tindakan kriminal
terhadapnya,
mencelanya,
menggunjingnya,
atau
mengadu domba dengan yang lainnya, tentu saja dia belum berkarakter baik dengan sesama. Karena dia belum mampu
44
menahan dirinya dari menyakiti yang lainnya. (Al-Utsaimin, 1428:23). b.
Mengerahkan bantuan. 1) Kedermawanan
ظٕٗ ثؼط٠ ظ وّب١ٌ َاٌىشٚ .دٛاٌجٚ َأْ رجزي اٌىش ، ثزي إٌفظْٟ فٛى٠ َ ثً اٌىش،إٌبط أٔٗ ثزي اٌّبي فمػ ٍُ ثزي اٌؼٟفٚ ، ثزي اٌّبيٟفٚ ،ٖ ثزي اٌجبٟفٚ Kedermawanan dan kemurahan hati, artinya hendaklah engkau selalu mengerahkan sifat kedermawanan hati. Dan arti kedermawanan di sini bukanlah seperti yang disangka-sangka oleh sebagian orang, yaitu hanya memberikan harta saja. Akan tetapi arti sesungguhnya adalah rela memberikan jiwa, kedudukan, harta dan ilmu pengetahuan.
ٗجٛز٠ ،ُ٘غبػذ٠ ،ائج إٌبطٛ دٟمع٠ ً ٕب شخصب٠إرا سأ ٕشش٠ ،ُٙ١ٌي إٛصٌْٛ اٛؼ١غزط٠ ُ ِٓ لٙٔٛ شئٌٝ إٟف ٔصف ٘زا ً٘ ،ٓ إٌبط١جزي ِبٌٗ ث٠ ،ٓ إٌبط١ػٍّٗ ث ُ ،ٜ ألٔٗ ثزي إٌذ، ٔصفٗ ثذغٓ اٌخٍك،ُثذظ اٌخٍك؟ ٔؼ Seandainya
kita
melihat
ada
seseorang
membantu
menyelesaikan kebutuhan-kebutuhan orang lain, menolong mereka, mengurusi permasalahan-permasalahan mereka untuk bisa sampai kepada orang-orang yang mereka tidak bisa sampai kepada orang-orang tersebut, menyebarkan ilmunya kepada manusia, dan memberikan hartanya kepada mereka, apakah kita mensifati orang tersebut bahwa dia adalah orang yang mempunyai adab yang baik, tentu saja kita mensifatinya dengan
45
figur yang mempunyai karakter yang baik, karena dia telah mengerahkan sifat kedermawanannya. (Al-Utsaimin, 1428: 24). 2) Sikap pemaaf
ُ أٔه إرا: ِٓٓ ِخبٌفخ إٌبط ثخٍك دغٚ ٚظٍّذ أ ٓ١لذ اِزذح هللا اٌؼبفٚ رصفخٚ ٛ فئٔه رؼف،ه١ٌء إٟأع ػٓ إٌبط Dan di antara contoh adab pergaulan yang baik dengan sesama manusia adalah; seandainya anda dianiaya atau dipergauli dengan perlakuan yang tidak baik, maka anda mau memaafkan dan mengampuninya (jika nantinya ia meminta maaf dan mengakui kesalahannya). Karena Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah memuji orang-orang yang bersifat pemaaf terhadap sesama.
ْ ٘زاٛى٠ فمذ،ش إصالح١ْ غٛى٠ ّْىٓ أ٠ لذٛفبٌؼف ً فبٚشا ً ِؼش٠ه سجالً شش١ٍاجزشأ ػٚ ه١ٍ ػٕٝ جٞاٌز ٖفغبدٚ ٖ ششٟ فٜد ػٕٗ ٌزّبدٛ ػفٍٛ ف،اٌفغبدٚثبٌشش ،ٗـشر٠ ٘زا اٌّــمبَ أْ رــأخز ٘زا اٌشجً ثجشٟفبألفعً ف رٌه إصــالدبٟألْ ف Sikap memberi maaf terkadang tidak bisa menyelesaikan permasalahan atau tidak dapat mendamaikan. Karena bisa saja yang berbuat kesalahan dan lancang terhadap anda adalah orang jahat yang memang suadah terkenal dengan kejelekan dan suka membuat kerusakan. Seandainya anda memaafkannya, dia akan terus-menerus berbuat kejahatan dan membuat kerusakan. (AlUtsaimin, 1428: 27).
46
Maka, yang lebih utama pada kondisi seperti ini adalah hendaknya
anda
membalas
orang
tersebut
karena
kelancangannya terhadap anda, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang dapat mendamaikan. c.
Menampakkan keceriaan. 1) Rasa kasih sayang terhadap sesama
رجزةٚ ، إٌبطٍٝس ػٚرُذخً اٌغشٚ ٗجٌٛفطاللخ ا ِّٓٚ جت أششاح اٌصذس ِٕهٛرٚ ،اٌّذجخٚ ،دحٌّٛا ً ّب٠ اٌخٍك وشٌٝثب ً إْٛ ثزٌه اإلٔغبْ ِذجٛى٠ٚ مبثٍه٠ ُٙ١ٍػ Al-Utsaimin menggambarkan wajah yang ceria dapat membuat orang lain merasa gembira, bisa menimbulkan rasa kasih sayang dan rasa cinta, dan juga dapat memberikan kelapangan dada pada diri anda dan diri orang yang bertatap muka dengan anda. Dan dengannya juga seorang akan dicintai oleh rekan-rekannya, mulia dihadapan mereka. (Al-Utsaimin, 1428: 30). 3.
Karakter terhadap lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup
dan
sangat
dibutuhkan
untuk
kelangsungan
hidup.
Di
lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam lingkungan ini ada berbagai nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya:
a.
Pendidikan Karakter di lingkungan keluarga 1) Berbakti kepada orang tua
47
ظغٌٛثؼذ اٚ ،ظغٌٛػٕذ اٚ ،ًّ اٌذٟفبألَ رزؼت ف زا وبٔذ أدكٌٙٚ ،ٌٗ اٌذٌٛب أشذ ِٓ سدّخ اٙ١رشدُ صجٚ ِٓ األةٝاٌجش دزٚ إٌبط ثذغٓ اٌصذجخ Seorang ibu sangatlah lelah ketika mengandung anaknya, ketika melahirkan,dan setelah melahirkan. Dan ia pun lebih kepada buah hatinya dari pada sang ayah. Oleh karenaitu, dia adalah figur yang paling berhak memperoleh perlakuan yang baik dan kebaktian dari anaknya dari pada sang ayah.
ٓ وٕذ ل رٍّه١شا ً د١بن صغ١ث سث١ د،ُ عبثكٙفذم ّب اٌجشٙاججٛل ظشا ً فٚ ً ٌٕفغه ٔفؼب Hak mereka telah berlalu, dimana mereka berdua telah mendidikmu sewaktu masih kecil, ketika engkau dahulu belum mampu untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat ataupun yang bahaya. Maka, kewajiban dirimu sekarang adalah berbakti kepada keduanya.
ادذ ِٓ إٌبطٚ ً وٍٝٓ ثبإلجّبع ػ١اٌجش فشض ػٚ Dan berbakti kepada kedua orang tua hukumnya adalah fardu‟ain bagi setiap individu dengan ijma‟ atau kesepakatan para ulama. (Al-Utsaimin, 1428: 43).
2) Menyanyangi saudara dengan menjalin persaudaraan
، ربسن اٌــجش إٔٗ ػبقٟمبي ف٠ زاٌٙٚ ،مـطغ٠ اٌصٍخ أل ،اججخٚ َصً إٔٗ لبغغ فصٍخ األسدب٠ ٌُ ّٓ١ـمبي ف٠ٚ ي اٌجٕخٛاٌذشِبْ ِٓ دخٚ ب عجت ٌٍؼٕخٙلطؼٚ Menjalin persaudaraan tujuannya agar tidak terputus tali tersebut. Untuk itu, orang yang tidak berbakti disebut sebagai 48
orang yang durhaka, sedangkan orang yang tidak menyambung tali
persaudaraan
disebut
sebagai
seorang
pemutus.
menyambung tali persaudaraan juga wajib hukumnya, sedang memutuskannya merupakan sebab datangnya laknat dan terhalangnya seseorang untuk masuk surga.
b.
Pendidikan Karakter di lingkungan masyarakat 1) Berbuat baik dengan tetangga Berbuat baik dengan tetangga dapat menjadikan hubungan antara sesama berjalan dengan harmonis.
ُ٘لٚأدٔبُ٘ أٚ ، ُ٘ األلبسة ِٓ إٌّضي:ْشا١اٌجٚ َاإلوشاٚ ْثبإلدغب Yang dimaksud dengan tetangga di sini ialah: mereka yang rumahnya saling berdekatan dengan anda. Dan yang rumahnya paling dekat dengan anda, mereka adalah tetangga yang paling berhak mendapatkan pergaulan baik dan perilaku mulia dari anda.(Al-utasimin, 1428: 48). 2) Berperilaku baik dengan tetangga secara muthlak.
ِٓ اٌّؤعفٚ ٌٝٚ أِٛٙٓ وبْ ألشة فٚ ،ب ً وبْ اٌجبس٠أ اٌجبس أوثش ِّبٌْٝ إٛئ١غ٠ َٛ١ٌأْ ثؼط إٌبط ا ِٓ جبسٖ ثبألخزٍٝ ػٞؼزذ٠ ٖ فزجذ،ٖش١ غٌْٝ إٛئ١غ٠ ٗإصػبجٚ ٍِٗى Siapakah tetangga tersebut. Dan yang lebih dekat jaraknya, maka dia lebih utama untuk mendapat perlakuan yang baik. Dan di antara fenomena yang sangat menyedihkan dari sebagian
49
orang sekarang ini, mereka lebih banyak berbuat tidak baik dengan tetangga dari pada dengan yang lainnya. Terkadang kamu mendapatinya melampaui batas terhadap tetangganya dengan mengambil sebagian dari hak miliknya dan juga dengan mengusik ataupun mengganggunya. (Al-utsaimin, 1428: 51). 3) Tidak menyombongkan diri terhadap sesama
أٔب:يٛم١ ف،ٌٗٛشٖ ثم١ غٍٝزفبخش ػ٠ ْ أِٟٕٙ ْفبإلٔغب ً١غزط٠ رٌهٍٝإْ صاد ػٚ . أٔب اٌشجبعٟٕ أٔب اٌغ،ٌُاٌؼب ٗ١ْ ٘زا فٛى١؟ فٞ ِبرا أٔزُ ػٕذ:يٛم٠ٚ ٓ٠خش٢ اٍٝػ ،ْ ثأفؼبيٛالء رى١اٌخٚ . اٌخٍكٍٝاعزطبٌخ ػٚ ٟثغ ٗسلجزٚ ٗ سفغ سأعٟفٚ ٗٙجٚ ٟفٚ ٗز١ ِشًٟ ف٠زخب٠ . اٌغّبءٌٝ وأٔٗ إٟ ِش،إرا Manusia dilarang untuk menyombongkan dirinya terhadap yang lainnya dengan ucapan, seperti perkataan: Saya ini orang 'alim (berilmu), saya ini orang kaya, akulah sipemberani. Jika ia menambah lagi hal tersebut dengan meninggi-ninggikan martabatnya di depan orang lain dengan berkata: Apa kedudukan kalian di sisiku? Maka, dalam hal ini ia telah melampaui batas dan merasa lebih tinggi harga dirinya di hadapan makhluk yang lainnya. Adapun takabbur atau berbuat sombong biasanya dengan perbuatan. Seperti seseorang yang menyombongkan diri ketika berjalan dengan gaya jalannya, dengan wajahnya ketika ia mengangkat kepala dan lehernya, seolah-olah dirinya sudah sampai menjulang tinggi di atas langit.(Al-Utsaimin, 1428: 54).
50
4) Rendah Hati
َّ ٗ أْ إرا١ٍْ ِٓ شىش هللا ػٛى٠ ْمخ اٌـأِش أ١دمٚ ِٓ ٚ أ،بدح١ عٚ جبٖ أٚشن ِٓ ِبي أ١ غٍٝه ثفعً ػ١ٍػ ٝ دز،ً اظؼبٛ أْ رضداد رٟٕجغ٠ ٗٔ فئ،ش رٌه١ غٚ أ،ٍُػ ظغِٛ ٟاظغ فٛز٠ ٞ ألْ اٌز،ٕٝ اٌذغٓ دغٌٝف إ١رع مخ١اظغ دمٛ اٌّزٛ٘ اٌشفؼخ Bahwasannya di antara cara untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang ada pada anda suatu kelebihan dari manusia yang lainnya seperti dalam harta, kedudukan, kepimpinan, ilmu dan selainnya, maka hendakhlah anda harus bisa lebih rendah hati, sehingga anda mampu menambahkan suatu kebaikan di atas kebaikan
yang
lainnya.
Karena
orang
yang
berhasil
merendahkan hati sedang ia berada pada posisi teratas, maka itulah orang yang benar-benar rendah hati.
5) Menjaga kehormatan
جخ١ٗ ثبٌغ١ٍ ػٞؼزذ١ ف، اٌغّؼخ:شاد ثبألػشاض٠ ْذزًّ أ٠ ِبٚ ٝٔب اٌضٙشاد ث٠ ْذزًّ أ٠ٚ ،ٗب عّؼزٖٙ ثٛش٠ ٟاٌز فّٓ ِىبسَ األخالق رشن الػزذاء،َاٌىً ِذشٚ ،ٗٔٚد األػشاضٚ اٌذِبءٚ ايِٛ األٍٝػ Kehormatan disini dapat berarti nama baik atau reputasi. Seperti, seseorang berbuat aniaya terhadap sesama dengan ghibah atau menggunjingya, yang mana hal tersebut dapat memperburuk reputasinya. Dan juga dapat berarti zina dan halhal yang lebih rendah tingkatannya dari perbuatan zina. Dan semuanya adalah haram hukumnya. Sedangkan diantara karakter 51
yang baik ialah tidak berbuat aniaya dalam harta, darah dan kehormatan. (Al-utasimin, 1428: 56).
52
BAB IV RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA MUHAMMAD SHALIH ALUTSAIMIN DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Makarimul AlAkhlaq Karya Syeikh Muhammad Bin Salih Al-Utsaimin Syeikh Muhammad bin Salih A-Utsaimin dalam kitabnya membahas mengenai perilaku yang mulia dan berkarakter yang baik. Maka bagi setiap manusia untuk menjadikan jiwanya sebagai jiwa yang mulia, sehingga ia mencintai sifat kedermawan, kelembutan dan kesabaran. Dan hendaknya menyambut dengan wajah yang beseri-seri, dada yang lapang serta jiwa yang tenang, karena semuanya itu termasuk pendidikan karakter yang baik. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha sadar yang mengarahkan pada perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, mampu melakukan kebaikan
dan
menjauhi keburukan, memiliki kepribadian utuh baik kepada dirinya maupun orang lain. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter harus merata terhadap semua obyek agar tercipta kehidupan rukun dan damai. Pada kitab Makarimul Al-Akhlaq ini terdapat nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai Pendidikan karakter dalam kitab ini diantaranya adalah:
53
Pertama: Nilai karakter religius, bertaqwa, taat, sabar dan besyukur ditunjukkan dengan karakter dengan Allah dengan menerima hukum-hukumNya dengan cara melaksanakan (menerapkan) dan Menerima takdir-Nya dengan sabar dan ridha. Kedua: Nilai Karakter toleransi, komunikatif/ bersahabat, cinta damai, peduli sosial, dermawan ditujunkkan dengan karakter terhadap sesama makhluk ditunjukkan dengan berbuat baik terhadap sesama, dermawan, sikap pemaaf, kasih sayang terhadap sesama. Ketiga: Nilai karakter toleransi, komunikatif, peduli sosial, dermawan, cinta damai ditunjukkan dengan
pendidikan karakter di lingkungan keluarga, dan
masyarakat dengan berbakti kepada kedua orang tua, menyanyangi saudara dengan menjalin persudaraan, berbuat baik dengan dengan tetangga, bersikap baik dengan tetangga, tidak sombong, rendah diri dan menjaga kehormatan. Dari penjelasan tersebut bahwa nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq begitu kompleks yakni menyangkut hubungan secara vertikal (habl min Allah) dan hubungan secara horizontal (habl min alnas). Sebagaimana dalam teori mengenai ruang lingkup pendidikan karakter yang mencakup karakter dalam dimensi ketuhanan, sesama makhluk, dan kemasyarakatan, baik lingkungan, keluarga, kerabat maupun interaksi sosial yang lebih luas. 1.
Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkait Dengan Ketuhanan. Yaitu nilainilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diantaranya adalah:
54
a.
Bertakwa Bertakwa adalah tanda keimanan seseorang. Takwa adalah suatu bentuk pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya untuk melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Takwa yang berarti takut, seorang hamba yang bertaqwa jika melanggar larangan Allah akan merasa takut pada azab Allah. Orang yang beriman akan bertaqwa di manapun berada, baik ketika sendirian maupun ketika bersama orang lain. Pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa. Di antara ciri mereka yang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghoib, mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rezeki, anugrah Allah, beriman kepada alQur‟an dan kitab samawi sebelum al-Qur‟an, serta keyakinan kehidupan akhirat. (Jalaluddin, 2003:56). Oleh karena itu Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda:
خبٌكٚ بٙئخ اٌذغٕخ رّذ١ارجغ اٌغٚ ثّب١ارك هللا د ٓإٌّبط ثخٍك دغ "Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan ikutkanlah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik niscaya perbuatan yang baik tersebut akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang mulia".
55
kitab Risalatul Mu‟awanah adalah bersikap menuju jalan akhirat, yaitu taat kepada Allah SWT atas segala apa yang diperintahkan olehNya. (Al-Haddad, 2010: 15). b.
Bersyukur Bersyukur adalah sudah menjadi kewajiban manusia atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Bersyukur yang berarti memuji atau mengucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan kebaikan, diucapkan lewat lisan dan anggota tubuh lainnya melakukan amal ibadah. Semakin banyak orang bersyukur maka akan semakin besar nikmat yang diberikan. Orang yang tidak pernah bersyukur berarti telah kufur nikmat. Sesungguhnya manusia tidak akan pernah bisa menghitung berapa banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada dirinya sehingga bersyukur adalah kewajiban manusia. Bersyukur identik dengan ucapan “alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah, namun yang lebih penting dari itu adalah tidak sekedar diucapkan di lisan, tapi dihayati dalam hati atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah dan kemudian melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
c.
Rela akan keputusan dari Allah dengan ikhlas dan sabar Kita semua mengetahui bahwa takdir Allah SWT yang telah Ia tetapkan bagi makhlukNya tidak semua sesuai dengan hambaNya. Maksudnya, bahwa diantara takdir tersebut ada yang sejalan dengan
56
kemauan manusia, akan tetapi juga ada diantaranya yang tidak sejalan dengam kemauannya. Takdir Allah SWT sangat beraneka ragam karena hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya saja. Di antaranya ada yang sesuai dengan sifat manusia, maka dia pun merasa lega karena sesuai dengan tuntunan tabiatnya. Akan tetapi, diantaranya juga ada yang tidak sesuai dengan kemauannya. Apakah yang dimaksud dengan berkaraker terhadap Allah akan takdir-takdir-Nya. Termasuk rela terhadap apa yang ada maksudnya adalah rela menerima apa adanya baik sandang, pangan, maupun papan. Rela menerima dengan pembagian rizki Allah itu sudah menjadi kewajiban seorang hamba, karena pembagian rizki seseorang sudah ditetapkan oleh Allah. Tanpa ada rasa rela manusia tidak akan ada rasa kepuasan dan akan selalu merasa kurang serta tidak akan bersyukur dengan apa yang telah diberikan. d.
Setia memenuhi janji Setia memenuhi janji maksudnya adalah setia memenuhi fardu-fardhu Allah, karena sudah kewajiban seorang hamba untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya kapada Allah. Salah satu fardhu-fardhu Allah adalah shalat lima waktu yang hukumnya fardhu „ain bagi setiap hamba. Seseorang yang meninggalkan
ibadah
fardhu
mendapatkan balasan di neraka.
57
hukumnya
haram
dan
akan
2.
Nilai pendidikan Karakter terhadap sesama makhluk a.
Pentingnya adab Adab adalah suatu budi pekerti yang luhur, baik terhadap Allah, sesama manusia maupun terhadap lingkungan sekitar. Orang yang memiliki adab yang baik maka akan disenangi oleh siapa saja dan mendapatkan derajat yang mulia. Karena agama Islam diturunkan ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia. Orang yang tidak memiliki adab maka tidak memiliki ilmu, maksudnya adalah ilmu yang dimilikinya tidak bermanfaat karena ilmunya tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dalam pendindikan sekarang ini, moral para murid sedikit banyak telah mengalami kemerosotan. Para murid cenderung melupakan sopan satun teradap guru yang pada dasarnya orang tua yang harus dihormati. Boleh jika menganggap guru sebagai teman, namun sopan santun juga harus tetap dijaga. Apakah sopan jika seorang murid berbicara keras kepada gurunya, menyela pembicaraan guru dan lain sebagainya. Sungguh hal itu sangat tidak beradab. Ada baiknya murid diberi pelajaran adab terhadap guru. Agar moral yang sekarang ini telah terkikis bisa diperbaiki. Menurut Syeikh az-Zarnuji dalam kitab Adab al-alim wa-
58
Almuta‟allim dijelaskan para pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan
tidak
akan
dapat
mengambil
manfaatnya
tanpa
mau
menghormati guru. Karena ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil, mereka ketika masa mencari ilmu sangat menghormati ilmu dan gurunya, dan orang-orang yang tidak berhasil dalam menuntut ilmu karena mereka tidak mau menghormati ilmu dan gurunya. (Al-Zarnuji, tt:16). b.
Kedermawanan Rela
memberikan
jiwa,
kedudukan,
harta
dan
ilmu
pengetahuan. Menurut Hasan Basri dalam kitab Nashāihul Ibād Kedermawanan bagi orang kaya itu baik, tapi bagi orang faqir lebih baik. Dermawan adalah suatu sikap memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa mengharap imbalan atas apa yang telah diberikan. Sifat dermawan sangat penting dimiliki oleh orang kaya atau berkecukupan, karena dibalik hartanya yang berlebihan ada hak bagi orang-orang yang masih kekurangan. Lawan dari sifat dermawan adalah bakhil, jika seseorang mempunyai sifat bakhil maka akan mencelakakan dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang memiliki sifat dermawan akan mendapat derajat yang mulia baik di sisi Allah maupun di antara manusia. Lebih-lebih orang yang kurang berkecukupan atau faqir namun mau berbagi sesamanya itu jauh lebih baik dan mulia.
59
c.
Sikap pemaaf Memberi maaf adalah suatu perbuatan mulia, tapi memberi maaf akan terasa berat ketika sedang dalam keadaan marah. Marah adalah ungkapan rasa emosional terhadap orang lain karena suatu hal yang keluar dari dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan. Kadang orang yang marah tidak bisa mengontrol kemarahannya akan menyebabkan kerugian pada diri sendiri maupun orang lain serta menimbulkan dampak negatif lainnya. Nabi
Muhammad
sendiri
menyuruh
umatnya
untuk
menghindari sifat pemarah karena bisa berdampak buruk, dan Allah akan memberikan balasan yang baik pada orang yang mampu menahan marahnya. Nabi bersabda: “barang siapa menahan marahnya, maka Allah menghentikan siksa atasnya”. Dan dalam hadits lain, beliau bersabda:“Barang siapa menahan kemarahan, membentangkan kerelaan, mencurahkan jasa baik menyambung tali persaudaraan dan menunaikan amanatnya, maka Allah Azza waJalla di hari kiamat memasukkan orang itu di dalam Nur-Nya yang maha Agung”(HR. Ad-Dailamiy). d.
Rasa kasih sayang terhadap sesama Pada dasarnya sifat kasih sayang itu adalah fitrah yang dianugerahkan oleh Allah kepada semua makhluk yang bernyawa. Bukan hanya manusia saja yang diberi sifat kasih sayang oleh Allah, akan tetapi binatang pun juga deberi oleh-Nya. Bersikap saling
60
mengasihi dan menyayangi merupakan suatu kewajiban bagi seorang murid dan guru guna mencapai suatu tujuan. Guru adalah penyebab kehidupannya di alam yang baka. Dan sekiranya bukan karena pendidikan sang guru, niscaya apa yang diperoleh dari ayah akan menjerumuskannya ke dalam kebinasaan yang terus-menerus. Sedangkan apa yang diperolehnya dari guru, itulah yang akan berguna baginya untuk kehidupan ukhrawinya yang langgeng. Yang dimaksud tentunya adalah guru yang mengajarkan ilmu-ilmu akhirat, atau ilmu-ilmu duniawi untuk digunakan sebagai sarana untuk akhirat, bukan untuk dunia saja. (Al-Baqir,1996:188). Al-Utsaimin menggambarkan wajah yang ceria dapat membuat orang lain merasa gembira, bisa menimbulkan rasa kasih sayang dan rasa cinta, dan juga dapat memberikan kelapangan dada pada diri anda dan diri orang yang bertatap muka dengan anda. Dan dengannya juga seorang akan dicintai oleh rekan-rekannya, mulia dihadapan mereka. 3.
Nilai pendidikan karakter terhadap lingkungan a.
Pendidikan Karakter di lingkungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Jika dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak
61
adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak dalam keluarga. (binti maunah, 2009:97). Dalam menjalankan tugas mendidik, orang tua membimbing anak.
Anak
sebagai
manusia
yang
belum
sempurna
perkembangannya dipengaruhi dan diarahkan orang tua untuk mencapai kedewasaan. Kedewasaan dalam arti keseluruhan, yakni dewasa secara badaniah atau dewasa secara rohani. adapun tugas utama dari keluarga bagi pendidikan karakter dan pandangan hidup bagi keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain. (Indra kusuma, 1973:109). 1) Berbakti kepada orang tua Berbakti kepada ibu dan bapak yang telah bersusah payah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang, adalah termasuk suatu kewajiban bagi setiap anak. Jangan sampai seorang anak durhaka kepada keduanya, karena itu termasuk dosa yang sangat besar. Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda:
ٍٟ٘شوُ أل١أخٚ أٔبٚ ٍٗ٘شوُ أل١شوُ خ١خ "Sebaik-baik kalian adalah yang berperilaku baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku”.
62
Penerapan pendidikan karakter memerlukan kerja sama berbagai pihak dan juga memerlukan contoh pendidik, tenaga pendidikan, dan orang tua. Adanya koordinasi antara sekolah dengan orang tua merupakan langkah yang diharapkan mampu memperkuat pendidikan karakter. Jika kerja sama antara sekolah dengan orang tua sudah berjalan baik, hasilnya diharapkan akan menjadi lebih baik. (Darmayanti, 2014:40). 2) Menyanyangi saudara dengan menjalin persaudaraan
Persaudaraan adalah persahabatan yang sangat karib seperti layaknya saudara atau pertalian persahabatan yang serupa dengan pertalian saudara. Dengan kata lain, persaudaran adalah pertalian persahabatan yang sangat dekat bagaikan antara adik dan kakak seayah dan seibu. Kata persaudaraan dalam bahasa Arab biasa disebut dengan Ukhuwwah. Allah SWT berfirman dalam surat al-hujuraat ayat: 10
Artinya: orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Hakekatnya seluruh umat manusia itu adalah bersaudara, baik ditinjau dari segi agama maupun keturunan. Dan tidak
63
selayaknya bagi kita untuk saling bermusuhan, saling membenci dan saling bunuh membunuh. Tapi sebaliknya, hendaknya kita saling menghormati, saling mengasihi dan saling membantu dalam kebaikan. b.
Pendidikan Karakter di lingkungan masyarakat Masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakan adalah wadah dan wahana pendidikan, dan kehidupan manusiayang majemuk (prular: agama,suku, kegiatan kerja, tingklat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya). Manusia berada dalam dalam multi kompleks antara hubungan dan antara aksi di dalam masyarakat. Cocok dan ragam pendidikan yang dialami seorang dalam masyarakat banyak sekali, meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. (Binti Muanah, 2009:110). Al-Utsaimin menggambarkan nilai pendidikan karakter terhadap terhadap masyarakat yaitu membahas mengenai karakter dalam hubungan persahabatan dan orang-orang terdekat, kasih sayang dan saling pengertian sangat diperlukan. Karena tidak dapat dipungkiri jika sahabat dan orang-orang terdekat memiliki ikatan yang lebih kuat. Sedangkan dalam konteks pergaulan dengan
64
masyarakat luas, juga harus didasari unsur saling menghormati, disertai tetap menjaga kewaspadaan untuk dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk yang mungkin terjadi. 1) Berbuat baik dengan tetangga Berbuat baik kepada tetangga, karena tetangga adalah orang yang tinggal dekat dengan rumah kita, sebaiknya untuk berbuat baik dan bersikap dermawan kepada keluarga. Ketika dalam kesulitan maka tetanggalah yang akan membantu kita. Allah berfirman:
ِٞ ِثزَٚ غبًٔب َ ِٗ ا ِثُٛ َل رُش ِْشوَٚ ََّللا َ ِٓ ِإ ْد٠ْ ا ٌِ َذَٛ ٌْ ِثبَٚ ئ ًب١ْ ش َّ اُٚا ْػجُذَٚ ا ٌْ َج ِبسَٚ ٝ ا ٌْمُ ْش َثِٞا ٌْ َج ِبس رَٚ ٓ١ َ َّ ٌْ اَٚ َِٝ زَب١َ ٌْ اَٚ ٝا ٌْمُ ْش َث ِ غب ِو ُْ َّبُٔ ُى٠ْ َ َِب ٍََِىَذْ أَٚ ًِ ١غ ِج َّ ٌاَٚ ت ِ ص َّ ٌا ْث ِٓ اَٚ ت ِ ْٕ ت ِثب ٌْ َج ِ بد ِ ُٕا ٌْ ُج َ ت َِ ْٓ و )64( ساٛ َّ َّْ ِإ ُّ ُ ِذ٠ َّللاَ َل ً َبْ ُِ ْخز َ ًبل فَ ُخ Artinya:sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jau, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri. (QS: An-Anisa 36). 2) Tidak menyombongkan diri terhadap sesama
Adapun takabbur atau berbuat sombong biasanya dengan perbuatan. Seperti seseorang yang menyombongkan diri ketika berjalan dengan gaya jalannya, dengan wajahnya ketika ia mengangkat kepala dan lehernya, seolah-olah dirinya sudah sampai menjulang tinggi di atas langit.
65
Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.(QS. Al-Israa’:37)
3) Rendah Hati Mensyukuri nikmat Allah SWT yang ada pada anda suatu kelebihan dari manusia yang lainnya seperti dalam harta, kedudukan, kepimpinan, ilmu dan selainnya, maka hendakhlah anda harus bisa lebih rendah hati, sehingga anda mampu menambahkan suatu kebaikan di atas kebaikan yang lainnya. Karena orang yang berhasil merendahkan diri sedang ia berada pada posisi teratas, maka itulah orang yang benar-benar rendah hati. 4) Menjaga kehormatan
Iman merupakan pokok dari segala pokok, dalam diri seseorang terdapat rahasia yang harus diperjuangkan yaitu kehormatan dan harga diri. Seorang muslim harus berjuang mempertahankan dan meningkatkan harga dirinya. Tidak hanya itu, harga diri keluarga, bangsa, negara, dan agama harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Sikap progresif tumbuh dalam hati seorang muslim yang benar-benar beriman kepada Allah, mempunyai semangat tinggi
66
memperjuangkan
agamanya.
Seseorang
tidak
cukup
memperhatikan pada masanya saja, prospek masa depan harus ditata sedemekian rupa sehingga dapat menelurkan bibit-bibit muda yang unggul yang memepunyai orientasi jelas dalam membela keadilan, memperjuangkan kehormatan dan harga diri. (Setiawan, 2008:77) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pendidikan karakter dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq mempunyai target agar individu memiliki sikap dan perilaku yang baik secara lahir dan batin, terutama kepada Allah SWT, terhadap sesama makhluk dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan landasan pendidikan karakter yang tertulis dalam teori yakni secara umum membentuk kepribadian muslim yang berkarakter mulia, baik lahir maupun batin, untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Makarimul AlAkhlak Dengan pendidikan Islam Pendidikan adalah suatu tindakan (action) sebuah kebudayaan (culture) atau peradaban yang memiliki tujuan untuk memelihara kelanjutan hidup manusia. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuasaan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
67
Sehingga pendidikan Islam dapat menghasilkan ilmuan yaitu orang yang mendalami dan kemudian mengembangkan ilmunya.(S.Lestari, 2010:208) Pendidikan Islam adalah
proses mempersiapkan manusia supaya
hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya, baik dengan lisan maupun tulisan. (Ramayulis, 2004:3). Pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam mengembangkan mental anak. Hal ini dikarenakan pendidikan Islam memiliki nilai-nilai Islam yang bersumber lansung dari kitab suci Al-Qur,an dan hadits. Dengan kata lain pendidikan Islam memiliki peran yang kongkret dalam pembentukan kepribadian anak, terlebih lagi dengan pendidikan yang berkaitan dengan karakter, karena pendidikan karakter dapat menjadi tolak ukur bagi perkembangan mental seorang anak. Pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat penting, karena anak adalah salah satu anugrah dan amanah dari Allah SWT terhadap orang tuanya. Menciptakan manusia dengan berbagai bentuk, ada yang normal jasmani dan ada pula yang diciptakan dengan kekurangan seperti kecacatan fisik. Namun, Allah tidak membatasi umatnya menggunakan segala kemampuannya utuk mengembangkan akal dan nalr yang dimilikinya. Pada dasarnya lembaga pendidikan islam memiliki kelebihan dalam progam pengajarannya, yaitu selain mengajarkan pelajaran umum, lembaga pendidikan Islam membanggakan pengajaran dalam bidang keagamaan.
68
Dengan kata lain pendidikan Islam berusaha memadukan antara penngajaran umum dengan pengajaran agama. Namun, hingga sekarang ini masih banyak kalangan masyarakat yang lebih menyukai anaknya masuk ke jenjang pendidikan umum desebbkan masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pendidikan Islam. (S. Lestari,2010: 77). Tujuan pendidikan Islam merupakan salah satu tolak ukur yang harus ada dalam setiap aktifitas pendidikan Islam. Pada dasarnya, tujuan pendidikan Islam yang berkembang di indonesia bekaitan denga Undang-Undang sisdiknas tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan, bahwa bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (SISDIKNAS,2003: 19). Sedangkan menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, pendidikan agama Islam di setiap jenjangnya mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 203 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa p Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kereatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Depag RI, 2006:24).
69
Dapat
disimpulkan
bahwa
tujuan
pendidikan
Islam
adalah
membentuk peribadi anak didik menjadi manusia yang beribadah kepada Allah SWT. dengan sungguh-sungguh beribadah yang dibekali dengan keimanan, ketakwaan, ilmu pengetahuan, kemauan yang tinggi dan berakhlakul karimah, dengan melalui proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi rububiyah Tuhan yang secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengan kata lain, pendidikan Islam itu tidak lain adalah keseluruhan dari proses penciptaan serta pertumbuhan dan perkembangannya secara bertahap dan berangsur-angsur sampai dewasa dan sempurna, baik dalam aspek akal, kejiwaan maupun jasmaninya. Selanjutnya, atas dasar tugas kehalifahan, manusia sendiri bertanggung jawab untuk merealisasikan proses pendidikan Islam (yang hakekatnya proses dan fungsi rububiyah Allah) tersebut dalam dan sepanjang kehidupan nyata di muka bumi (dunia) ini. (Maksum, 1999:29). Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia sebab, di dalamnya mengandung penanaman nilai-nilai karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting
70
(tindakan moral). Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu:
1.
Tujuan Pendidikan Jasmani Pendidikan Islam memberikan perhatian terhadap tubuh manusia, bertujuan menyajikan fakta-fakta relevan kepada siswa mengenai tubuhnya. Bertujuan membantu siswa mencapai kemampuan yang menjadikannya lebih kuat dan membantunya menanamkan sikap positif terhadap tubuhnya (Abdullah, 1991:157).
2.
Tujuan Pendidikan Rohani Para ahli pendidikan menyamakan tujuan religius (ahdaf diniyyah) dengan tujuan pendidikan rohani ini (Abdullah, 1991:158). Dimensi spiritual yang dimaksudkan adalah sisi jiwa yang memiliki sifat-sifat ilahiyah (ketuhanan) dan memiliki daya untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat tuhan dalam dirinya. Pemilikan sifat-sifat Tuhan bermakna memiliki potensi-potensi luhur batin. Potensi-potensi itu melekat pada dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan aktualisasi. Dimensi manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini adalah dimensi al-ruh (Baharuddin, 2007:136).
3.
Tujuan Pendidikan Akal Secara bahasa kata aql mempunyai aneka makna. Diantaranya bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja (fi’il) „aqala bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan.
71
Karena itulah orang yang menggunakan akalnya disebut aqil yaitu orang yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya (Baharuddin, 2007:115). Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pendidikan Islam di antaranya: a.
Dengan beribadah kepada Allah dengan sunguh-sungguh seperti terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi:
Artinya:
Hai
manusia,
sembahlah
Tuhanmu
yang
telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. b.
Dengan melaksanakan hukum sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah surat Al-Baqarah ayat 179:
Artinya: dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. c.
Dengan menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadhan seperti yang terdapat dalam surat Al-baqarah ayat 183. Allah berfirman:
72
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. d.
Dengan senantiasa berada pada jalan Allah S.W.T. dan tidak boleh mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam. Seperti firman Allah S.W.T. dalam surat Al-An‟am ayat 153:
Artinya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalanjalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. e.
Proses penanaman nilai-nilai karakter jujur, yang berada dalam dalam al-Qur‟an sebagaimana termaktub dalam surat At-Taubah ayat 119 yang menyebutkan bahwa orang beriman harus jujur.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. f.
Proses penanaman nilai-nilai karakter toleransi, dan Al-Qur‟an memberikan toleransi kepada seseorang dalam beragama terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 256:
73
g.
Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Proses penanaman nilai-nilai karakter disiplin. Al-Qur‟an memerintahkan untuk senantiasa mendirikan shalat tepat waktu atau disiplin dalam menjalankan ibadah yang terdapat dalam surat AlBaqarah ayat 238:
Artinya: peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. h.
Proses penanaman nilai-nilai karakter kerja keras yaitu dengan mengerahkan seluruh tenaga untuk mencari penghidupan di muka bumi yang terdapat dalam surat Al-Mulk ayat 15:
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
74
i.
Proses penanaman nilai-nilai karakter kreatif. Dengan menciptakan perubahan menuju yang terbaik karena Allah tidak akan merubah kecuali manusia itu sendiri merubahnya. Sebagaiman terdapat dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. j.
Proses
penanaman
nilai-nilai
karakter
mandiri.
Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa individu tidak akan mendapatkan suatu beban apapun diatas kemampuannya sendiri, tetapi setiap orang akan menghadapi dan melakukan sesuai dengan kemampuannya, maka dengan itus etiap individu harus mandiri dalam menyelesaikan persoalan atau sesuatu dan tidak bergantung pada orang lain dalam surat Al-Mukminun ayat 62:
Artinya: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya. k.
Proses penanaman nilai-nilai karakter demokratis.
75
1)
Dalam menjadikan seseorang mulia terhadap hamba-Nya yaitu sesuai dengan kemauan manusia itu sendiri. Juga menilai sama hak hamba-hamba-Nya seperti terdapat dalam surat Al-Hujarat ayat 13:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal 2) Dalam pembagian harta waris terdapat nilai karakter demokratis yaitu memberikan hak yang adil bagi laki-laki dan perempuan. Seperti terdapat dalam surat An-Nisa‟ ayat 7:
Artinya: bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. l.
Proses penanaman nilai-nilai karakter rasa ingin tahu. Pada penciptaan langit dan bumi juga pergantian siang dan malam terdapat banyak
76
pelajaran bagi orang yang mempunyai rasa ingin tahu. Terdapat dalam surat Ali Imran ayat 190:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
m. Proses
penanaman
nilai-nilai
pendidikan
karakter
semangat
kebangsaan dan Cinta tanah air. Ayat yang secara ekplisit menerangkan tentang mencintai tanah air dan semangat untuk kebangsaan tidak ada, tetapi Islam mengajarkan kepada manusia agar saling mengenal dan saling bersahabat sebagaimana tertera dalam surat Al-Hujarat ayat 13:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
77
n.
Proses penanaman nilai-nilai karakter menghargai prestasi. Dalam Islam menghargai prestasi bisa dengan memberikan ganjaran terhadap prestasi yang tertmaktub dalam surat Ali Imran ayat 148:
Artinya:
karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di
dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orangorang yang berbuat kebaikan.. o.
Proses penanaman nilai-nilai karakter bersahabat, dengan indikator bermusyawah
dalam
memecahkan
suatu
masalah.
Dengan
bermusyawarah al-Qu‟an menanamkan nilai karakter bersahabat. Sebagaimana terdapat dalam surat Al-Imran ayat 159:
p.
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Proses penanaman nilai-nilai karakter cinta damai. 1) Dengan asma Allah As-Salam yaitu penebar kedamaian yang terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 23:
78
Artinya: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 2) Dengan tolong menolong dalam berbuat kebaikan yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan 79
pelanggaran. dan bertakwalah kamu Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. q.
kepada
Allah,
Proses penanaman nilai-nilai karakter gemar membaca, sebagaimana terkandung dalam surat al-A‟laq ayat 1-4. Yaitu sebagaimana Jibril mengajarkannya kepada Nabi Muhammad SAW dan juga Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. r.
Proses penanaman nilai-nilai karakter peduli lingkungan. Allah menyebutkan bahwa manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi yang terdapat dalam surat Al-A‟raf ayat 56:
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. s.
Proses penanaman nilai-nilai karakter peduli sosial. 1) Dengan menyuruh manusia untuk berbuat ma‟ruf terdapat dalam surat Ali Imran ayat 110:
80
Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. 2) Dengan berbuat baik kepada siapa saja, terutama kedua orang tua yang terdapat dalam surat An-Nisa ayat 36:
Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. t.
Proses penanaman nilai-nilai karakter bertanggung jawab. Dengan berhati-hati dalam melakukan sesuatu sebagaimana terdapat dalam surat Al-Isra ayat 36:
81
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Nilai-nilai karakter tersebut cukup komprehensif, yakni learning to live together, learning to be dan hubungan dengan Tuhan. Nilai-nilai tersebut juga merupakan rangkaian teori yang harus diterapkan agar seseorang terutama peserta didik terdorong untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Sehingga realitas membangun peserta didik yang cerdas secara intelektual dan emosional dapat tercapai guna menghadapi tantangan di masa depan. (Mansur Muslih, 2011:67). Sementara dalam pendidikan Islam dikenal pendidikan karakter sebagai tujuan utamanya. Karena bagaimanapun sistem pendidikan, pada akhirnya akan bermuara pada perubahan perilaku seseorang untuk menjadi lebih baik. Baik pendidikan akhlak maupun pendidikan karakter, bermula dari sebuah pengetahuan tentang akhlak atau karakter yang baik, kemudian dipahami lebih dalam dan diimplementasikan sebagai realisasinya. Karakteristik pendidikan Islam tersebut menjadi landasan pokok bagi pendidikan Islam. Implementasi dari karakteristik pendidikan Islam ini sangat diperlukan dalam membentuk karakter pribadi muslim yang sempurna (excellent of character). Karakter yang kuat dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan kejelasan pada baik-buruk, melalui
82
pengalaman yang membangkitkan rasa ingin yang sangat kuat, dan bukan menyibukkan diri pada tataran pengetahuan semata. (Fauzil Adhim, 2006:272). Jika anak sejak kecil sudah dibiasakan untuk mengenal karakter positif, anak akan menjadi pribadi yang tangguh, percaya diri, dan empati sehingga akan merasakan kekurangan dalam dirinya jika tidak melakukan kebiasaan baik tersebut. Proses pendidikan Islam dilalui dan dialami anak mulai dari tahap kognisi, yaitu pengetahuan dan pemahaman anak terhadap ajaran agama dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Selanjutnya adalah tahap afeksi, yaitu proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri anak melalui penghayatan dan keyakinan. Penghayatan dan keyakinan anak menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Melalui tahap afeksi akan tumbuh motivasi dalam diri anak untuk tergerak mengamalkan dan mentaati ajaran Islam (tahap psikomotorik) yang telah terinternalisasi dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. (Muhaimin, 2001:78) Disamping itu, dalam menerapkan pendidikan karakter sesuai ajaran pendidikan agama Islam yaitu dengan memberikan contoh tauladan kepada anak tentang kejujuran, kedisiplinan, ketaatan, toleransi, dan kasih sayang akan memunculkan karakter anak yang terbuka terhadap setiap masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Pembinaan karakter anak yang dilakukan dengan kasih sayang dan lemah lembut akan berdampak
83
positif bagi perkembangannya. Islam juga melarang keras membina karakter anak melalui pukulan dan amarah yang berlebihan serta kebencian. (Irwan Preyetno, 2004:487). Dari berbagai pernyataan di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa pendidikan karakter yang mencakup 18 nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang mengacu pada moral knowing, moral feeling, dan moral acting sesuai dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal.
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari serangkaian pembahasan dan beberapa paparan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Nilai-nilai Nilai-nilai Pendidikan karakter dalam kitab Makarimul AlAkhlaq karya Syeikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin diantaranya adalah: Pertama: Nilai karakter religius, bertaqwa, taat, sabar dan besyukur ditunjukkan dengan karakter dengan Allah dengan menerima hukumhukum-Nya dengan cara melaksanakan (menerapkan) dan Menerima takdir-Nya dengan sabar dan ridha. Kedua: Nilai Karakter toleransi, komunikatif/bersahabat,
cinta
damai,
peduli
sosial,
dermawan
ditujunkkan dengan karakter terhadap sesama makhluk ditunjukkan dengan berbuat baik terhadap sesama, dermawan, sikap pemaaf, kasih sayang terhadap sesama. Ketiga: Nilai karakter toleransi, komunikatif, peduli sosial, dermawan, cinta damai ditunjukkan dengan pendidikan karakter di lingkungan keluarga, dan masyarakat dengan berbakti kepada kedua orang tua, menyanyangi saudara dengan menjalin persudaraan, berbuat baik dengan dengan tetangga, bersikap baik dengan tetangga, tidak sombong, rendah diri dan menjaga kehormatan. 2.
Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dengan pendidikan Islam dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq mengandung penanaman nilai-nilai karakter yaitu
85
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral). Pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai tersebut yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang mengacu pada moral knowing, moral feeling, dan moral acting sesuai dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal.
B. Saran-saran Beberapa saran dari penulis ditujukan bagi: 1.
Bagi pendidik Dari pemaparan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab makarimul al-akhlaq di atas, diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam mengajarkan karakter pada peserta didik sehingga mampu diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2.
Bagi lembaga pendidikan Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang menyediakan fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini lembaga pendidikan dituntut agar mampu memberikan pendidikan yang berkualitas termasuk
86
memberikan pendidikan karakter kepada anak didiknya agar memiliki kepribadian yang baik dan sesuai dengan harapan masyarakat karena lembaga sekolah disebut sebagai lembaga pencetak generasi bangsa. 3.
Bagi penelitian Hasil dari analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab makrimul al-akhlaq
penulis bisa menerapkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan mempunyai karakter yang mulia.
C. Penutup Alhamdulillahirobbil‟aalamiin,
puji
syukur
penulis
panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, semangat, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyadari meskipun dalam penelitian ini sudah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik berupa tenaga maupun do‟a. semoga Allah memberkahi dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin
87
DAFTAR PUSTAKA
Az-Zarnuji. 2010. Ta’limul muta’allim. Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah. Al-Haddad, Abdullah bin Alwi. 2010. Risalatul Mu’awanah wa Al-Mudhaharah wa Al-Muwazarah li Ar-Rhaghibin min Al-Mu’minin fi Suluk Thariq AlAkhirat. Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah. Al Bantani, Imam Nawawi. 1983. Nashaihul Ibad Nasehat penghuni Dunia terjemahan Aliy as‟ad. Kudus: Menara Kudus.
Baharuddin. 2007. Paradigma Psikologi Islami Studi Tentang Psikologi Dari AlQur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bakker, Anton. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral. Semarang: CV Aneka ilmu Hadi, Sutrisno. 1990. Metologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Ibnu Rusn, Abidin. 2009. Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Irwan Prayitno Dan Datoak Rajo Bandaro Basa,. 2004. Anakku Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiatuna. Jamal Ma‟mur, Asmani. 2001. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press. Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo persabda. Koesiemo, Doni A. 2007. Pendidikan Karakter: Startegi Mendidik Anak Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Lestari, Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 88
Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit TERAS Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur, 2011, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta:Bumi Aksara. Maslikhah. 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: Stain Salatiga Press. Muchlas, Samani. 20013. Pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja Rodakarya. Nata, Abuddin. 2013. Pemikiran Pendidikan Islam dan barat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persapda. Narwanti, Sri, 2011, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, Yogyakarta:Familia. Poerwadarminta, WJ, S 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, cet ke-3. Jakarta: Ciputat Press. Pusat Bahasa Departemen Pendidikana Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Mulia Sukardjo dan Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta:PT Armas Duta Jaya. Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wahid, Ahmadi. 2004. Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Modern. Solo: kalalog Dalam Terbitan. Zakiyah, Daradjat. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 89
Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: kencana. Zuhdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori Dan Praktik. Yogyakarta: UNY Pres. http://ghuroba.blogsome.com. syaikh-muhammad-bin-shalih-al-utsaimin. http://www.majalahislami.com. figur-ulama-ahlus-sunnah.
90
No
Nama
: Muhamat Mudhofir
NIM
: 111-12-029
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Dosen P.A
: Agus Ahmad Suadi, Lc., M.A
Jenis Kegiatan
Pelaksanaan
Status
Nilai
1.
OPAK STAIN Salatiga
5-7 September 2012
Peserta
3
2.
OPAK Jurusan Tarbiyah Stain Salatiga
8-9 September 2012
Peserta
3
3.
Orientasi Dasar keislaman (ODK)
10 September 2012
Peserta
2
4.
Seminar Entrepreneurship 11 September 2012 dan perkoprasian
Peserta
2
5.
Achiement Motivation Training
12 September 2012
Peserta
2
6.
LIBRARY USER EDUCATION
13 September 2012
Peserta
2
17 Desember 2012
Peserta
2
18 Juni 2013
Peserta
4
5 Desember 2013
Peserta
4
8 November 2014
Peserta
2
Seminar ekonomi syariah penyelesaian Sengketa 7. Ekonomi Syariah dalam Perspektif Hukum positif Dan Syariah Seminar Regional 8. Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Pada Anak 9. Seminar regional Pengembangan Progam Studi Ilmu Al Qur‟an dan Tafsir Kegiatan Diklat 10. Microteaching Himpunan Mahasiswa Progam
91
Studi(HMPS) Seminar Nasional Perlindungan hukum 11. Terhadap Usaha Mikro Mengahadapi pasar Bebas Asean
2014
Peserta
8
12. PAB (Penerimaan Anggota Baru)
13-14 Desember 2014
Peserta
2
13. WORKSHOP NASIONAL Sukses Akademik, Sukses bakat dan Hidup Bermartabat dengan Karya yang diselenggarakan
16 Desember 2014
Peserta
8
14. Musabaqoh Hifdzil Qur‟an (MHQ)
8 November 2015
Peserta
2
Seminar Nasional Jendral 15. Sudirman Inspirasi Anak Bangsa
11 November 2015
Peserta
8
16. Seminar Nasional pendidikan Karakter Untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan Seminar Nasional HMJ 17. Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah 18. Seminar Nasional Kewirausahaan
17 November 2015
Peserta
8
19 November 2015
Peserta
8
30 Oktober 2015
Peserta
8
Peserta
8
Perserta
2
19
Seminar Nasional 28 April 2016 Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Nasio nalisme Worksop Inovasi 30 April 2016 Pembelajaran Pendidikan 20. Islam
92
93
94
95
Daftar Riwayat Hidup Data Pribadi Nama
: Muhamat Mudhofir
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab.Semarang, 20 September 1993
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Dusun Digelan Rt 01/Rw 04 Desa Sendang Kec.Bringin kab.Semarang
HP
: 085799424175
Latar Pendidikan
:
MI Al-Hikmah Sendang, Lulus Tahun 2006 SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Lulus Tahun 2009 SMA Negeri 1 Bringin, Lulus Tahun 2012 IAIN Salatiga, Lulus Tahun 2016 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat supaya dapat digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, 10 September 2016
Muhamat Mudhofir NIM. 111 12 029
96