NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT BALANG KESIMBAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh SATRA WIRYANOTA NIM. E1C 009 002
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
EDUCATIONAL VALUES IN THE FOLKLORE OF BALANG KESIMBAR AND ITS RELATION WITH LITERATURE LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOLS Satra Wiryanota, Cedin Atmaja, Murahim Literary Language Study Program Indonesia and Regional UNIVERSITY FKIP MATARAM Email:
[email protected] ABSTRACT The problems which is investigated in this research were (1) educational values in the folklore of Balang Kesimbar, (2) the correlation with literature learning in Junior High School. The aim of this research is to describe the educational values in the folklore of Balang Kesimbar and to create the connection between the correlation with literature learning in Junior High School. This research is a qualitative. The method which is used for data collection is literature study and taking note. The analysis method which used is descriptive analysis. The result of this research shows that (1) the educational values in the folklore of Balang Kesimbar are the value of educational of religion, moral value, and social value. Then, (2) make the correlation with literature learning in Junior High School. Basic competence which is used is appreciate the myth which is given. (3) This research can be designed as the teaching material and the guidance for the students in Junior High School because folklore can fulfill the criteria of choosing teaching material. By the presense of some aspects which have relation with literature learning in Junior High School, therefore the main goal of this research can be achieved which is suitable with something that is determinatied and which is planned in KTSP. Keywords : Educational Values, Folk, and Literature Learning
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT BALANG KESIMBAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP Satra Wiryanota, Cedin Atmaja, Murahim Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) nilai-nilai pendidikan dalam Cerita Rakyat Balang Kesimbar, (2) Hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat Balang Kesimbar dan mengkaitkan hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah studi kepustakaan dan catat. Metode analisis data digunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) nilai-nilai pendidikan cerita rakyat Balang Kesimbar terkandung nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sosial. Selanjutnya, (2) Mengaitkan hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMP. Standar Kompetensi yang digunakan adalah mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan. (3) penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar dan panduan siswa SMP karena cerita rakyat tersebut dapat memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar. Dengan adanya aspek-aspek yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMP, maka tujuan utama penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan dan ditargetkan dalam KTSP. Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan, Cerita Rakyat, dan Pembelajaran Sastra
Berdasarkan tipenya Brunvand
A. PENDAHULUAN Dalam folklor
KBBI
(2001:
adalah
319),
dalam (Rafiek 2012: 52), membagi
adat-istiadat
folklor atas tiga kelompok besar,
tradisional dan cerita rakyat yang
yaitu
diwariskan
turun-temurun,
folklore); (2) folklor sebagian lisan
tetapi tidak dibukukan. Sedangkan
(partly verbal folklore); (3) folklor
menurut
bukan lisan (nonverbal folklore).
secara
Sudjiman
(dalam
(1)
folklor
lisan
(verbal
Endraswara, 2013: 47), menerangkan
Keseluruhan jenis folklor baik
bahwa folklor (cerita rakyat) adalah
folklor lisan, folklor sebagian lisan
kisahan anonim yang tidak terikat
maupun
folklor
bukan
lisan,
pada ruang dan waktu, beredar
memiliki
fungsi
yang
sangat
secara lisan di tengah masyarakat.
penting dalam kehidupan manusia.
Danandjaya
Menurut
(dalam Endraswara,
2013:47),
menyebutkan
bahwa
(Endraswara
Bascom
dalam
2013:3),
folklor
cerita prosa rakyat merupakan satu
memiliki empat fungsi, yaitu (1)
genre folklor lisan Indonesia yang
sebagai sistem proyeksi (proyective
diceritakan secara turun menurun,
system),
bentuknya
berupa
pencermin
dongeng,
seni
mite, legenda,
tradisi,
ataupun
upacara tradisi. Menurut
yakni
angan-angan
(2012:51),
alat suatu
kolektif, (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata
Rafiek
sebagai
dan
lembaga-
lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat
folklor adalah sebagian kebudayaan
pendidikan
(pedagogical
suatu kolektif, yang tersebar dan
dan (4) sebagai alat pemaksa dan
diwariskan secara turun-temurun, di
pengawas
antara kolektif macam apa saja,
masyarakat akan selalu dipatuhi oleh
secara tradisional dalam versi yang
anggota kolektifnya.
agar
device),
norma-norma
berbeda, baik dalam bentuk lisan
Atas dasar pandangan teoritik itu,
maupun contoh yang disertai dengan
kajian ini akan mengungkap cerita
gerak isyarat atau alat pembantu
rakyat
pengingat.
Lombok provinsi Nusa Tenggara
yang berasal
dari pulau
Barat (NTB). Salah satu cerita rakyat
yang berkembang secara lisan di
rakyat Balang Kesimbar sebagai
pulau Lombok adalah cerita rakyat
materi pembelajaran.
Balang
Kesimbar.
Cerita
rakyat
Balang Kesimbar termasuk salah satu jenis folklor lisan bergenre dongeng. Selama ini cerita rakyat Balang
Kesimbar
diperhatikan
kurang
apalagi
begitu
dijadikan
sebagai materi pembelajaran sastra. Berdasarkan fenomena inilah, perlu diadakan langkah yang signifikan untuk
lebih
rakyat
Balang Kesimbar kepada
masyarakat
mengenalkan
pada
cerita
umumnya
dan
pelajar pada khususnya. Untuk menjaga kelestarian cerita rakyat Balang Kesimbar tersebut salah satu langkah yang ditempuh ialah
dengan
kepada
anak-anak
mengenalkannya didik
melalui
pendidikan formal khususnya untuk anak SMP. Selama ini, materi dalam pembelajaran sastra biasanya hanya mengangkat cerita rakyat yang sudah berkembang secara nasional tanpa memperkenalkan
secara
spesifik
cerita rakyat yang berkembang di tiap-tiap
daerah
masing-masing.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya perbaikan isi atau materi sastra, yakni dengan menambahkan cerita
B. KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian
ini
khususnya
yang
mengangkat cerita rakyat sebagai objek penelitian, hanya beberapa yang penulis temukan. Salah satunya yakni
dalam
penelitian
yang
dilakukan oleh Raudlatul Jannah (2015), dengan judul “Analisis Cerita Rakyat Asal usul Desa Batu Basong Kajian Monogenesis dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP”. Penelitian
selanjutnya,
yang
dilakukan oleh Eirzikri Rentarimasa (2015),
dengan
judul
“Nilai
Pendidikan dalam Folklor Cerita Rakyat Sumbawa Paruma Ero dan Batu Asa serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA” yang melakukan analisis terhadap unsur yang sama yakni analisis nilai-nilai pendidikan
dalam
folklor
cerita
rakyat. Akan tetapi, nilai pendidikan yang dianalisis yakni berupa nilai moral, nilai keindahan, dan nilai sosial atau kemasyarakatan.
Baiq Dwi Ayu Rosita (2013), dengan
judul
“Nilai
Pendidikan
sehingga
dapat
dibedakan
dari
kelompok-kelompok lainnya. Lore
Cerita Rakyat Lombok “Loq Sesekeq”
adalah
dan
sebagian
kebudayaannya,
Pembelajaran Sastra di SMP”. Dalam
diwariskan
secara
penelitiannya, Baiq Dwi Ayu Rosita
secara lisan atau melalui suatu
memfokuskan
contoh yang disertai gerak isyarat
Hubungannya
dengan
sub-sub
nilai
kebiasaan
pendidikan yakni nilai moral, nilai
atau
sosial, dan nilai religius.
(mnemonic device ).
Berdasarkan
di
yaitu yang
turun-temurun
pembantu
pengingat
atas,
Menurut Rafiek (2012: 50-51 ),
dalam
pengertian folklor secara keseluruhan
menganalisis unsur ekstrinsik dalam
adalah sebagian kebudayaan suatu
sebuah karya sastra yakni analisis
kolektif, tersebar dan diwariskan
nilai pendidikan dalam cerita rakyat.
secara
Akan tetapi, dari penelitian di atas
kolektif macam apa saja, secara
yang
yang
tradisional dalam versi yang berbeda,
pada
objek
baik dalam bentuk lisan maupun
ini
objek
contoh yang disertai dengan gerak
penelitiannya adalah cerita rakyat
isyarat atau alat pembantu pengingat
sasak Balang Kesimbar. Oleh karena
(mnemonic device).
itu, penelitian ini dikemas dengan
Macam-macam Folklor
terdapat
uraian
alat
folk,
kesamaan
menjadi
perbedaan
signifikan
terdapat
penelitian.
Penelitian
turun-temurun,
di
antara
judul Nilai-nilai Pendidikan dalam
Berdasarkan tipenya Brunvand
Cerita Rakyat Balang Kesimbar dan
dalam (Rafiek 2012: 52), membagi
Hubungannya dengan Pembelajaran
folklor atas tiga kelompok besar,
Sastra di SMP.
yaitu: 1. Folklor Lisan (verbal folklore)
Pengertian Folklor Secara etimologi kata “folklor”
Folklor lisan adalah folklor yang
berasal dari dua kata dasar folk
bentuknya murni lisan (Rafiek, 2012:
dan lore. Folk adalah sekelompok
53).
orang
yang
memiliki
ciri-ciri
pengenal fisik, sosial, dan budaya
2. Folklor Sebagian Lisan (partly verbal folklore)
Folklor sebagian lisan adalah
kehidupan., mengandung nilai-nilai
folklor yang bentuknya merupakan
sosial, filsafat, religi, dan sebagainya
campuran lisan dan unsur bukan
baik
lisan (Rafiek, 2012: 53).
pengungkapan kembali maupun yang
3. Folklor Bukan Lisan (nonverbal folklore) Folklor folklor
yang
bertolak
dari
mempunyai penyodoran konsep baru. Sastra tidak hanya memasuki ruang
bukan
adalah
lisan
adalah
folklor
yang
bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara
serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi
juga
nilai-nilai
manusia dalam arti total. Menilai oleh Setiadi (2006: 110)
lisan (Rafiek, 2012: 53).
dikatakan
Pengertian Nilai
menghubungkan
Menurut
Lubis
(dalam
kehidupan
sebagai
kegiatan
sesuatu
dengan
sesuatu yang lain sehingga diperoleh
Rentarimasa, 2015: 8), nilai adalah
menjadi
esensi yang melekat pada sesuatu
menyatakan sesuatu itu berguna atau
yang sangat berarti bagi kehidupan
tidak berguna, benar atau tidak benar,
manusia. Esensi itu sendiri belum
baik, atau buruk, manusiawi atau
berarti sebelum dibutuhkan manusia,
tidak manusiawi, religius atau tidak
tetapi bukan berarti adanya esensi itu
religius,
karena
adanya
suatu
keputusan
berdasarkan
yang
jenis
manusia
yang
tersebutlah nilai ada. Lasyo (dalam
Hanya
saja
Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai
tersebut
manusia merupakan landasan atau
semakin meningkat sesuai dengan
motivasi dalam segala tingkah laku
peningkatan
atau perbuatannya.
membutuhkan. kebermaknaan
esensi
daya
tangkap
dan
pemaknaan manusia itu sendiri. Sedangkan
menurut
Suyitno
Pengertian Pendidikan Menurut
Hadi
(2003:17),
(1986: 3), sastra dan tata nilai
pendidikan secara etimologis berasal
merupakan dua fenomena sosial
dari bahasa Yunani “Paedogogike”,
yang
dalam
yang terdiri atas kata “Pais” yang
hakikat mereka sebagai sesuatu yang
berarti Anak” dan kata “Ago” yang
eksistensial. Sastra sebagai produk
berarti
saling
melengkapi
“Aku
membimbing”.
Sedangkan menurut Setiadi (2006:
keterampilan sehingga akan tercipta
144), pendidikan pada hakikatnya
manusia seutuhnya.
merupakan upaya membantu peserta
Berdasarkan beberapa pendapat
didik untuk menyadari nilai-nilai
di atas dapat dirumuskan bahwa nilai
yang
pendidikan
dimilikinya
dan
berupaya
merupakan
segala
memfasilitasi mereka agar terbuka
sesuatu yang baik maupun buruk
wawasan dan perasaannya untuk
yang
memiliki dan meyakini nilai yang
manusia
lebih hakiki, lebih tahan lama, dan
proses pengubahan sikap dan tata
merupakan
laku dalam upaya mendewasakan
kebenaran
yang
berguna
diri
sebagai manusia yang beradab.
pengajaran.
mengartikan
pendidikan
sebagai
kehidupan
yang diperoleh melalui
dihormati dan diyakini secara sahih
Adler (dalam Arifin 1993: 12),
bagi
manusia
melalui
upaya
Dihubungkan
dengan
eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada
proses dimana seluruh kemampuan
pembentukan
manusia
oleh
sebagai makhluk individu, sosial,
pembiasaan yang baik untuk untuk
religius, dan berbudaya. Nilai-nilai
membantu orang lain dan dirinya
pendidikan
sendiri mencapai kebiasaan yang
berbagai hal dapat mengembangkan
baik.
(dalam
masyarakat dalam berbagai hal dapat
pendidikan
mengembangkan masyarakat dengan
usaha
berbagai dimensinya dan nilai-nilai
pengetahuan,
tersebut mutlak dihayati dan diresapi
keterampilan, dan karakter yang
manusia sebab ia mengarah pada
baik
kebaikan
dipengaruhi
Menurut
Sibarani
Endraswara,
2013:5),
adalah
seluruh
mengembangkan
warga masyarakat terutama
generasi
muda.
merupakan sistematis
usaha yang
memanusiakan memberikan
Pendidikan
pribadi
yang
dalam
dan
bertujuan
untuk
intelegensinya.
dengan
Nilai-nilai
pengetahuan
dan
tersirat
dalam
berpikir
dan
bertindak sehingga dapat memajukan
sadar
manusia
manusia
budi
pekerti
serta
pendidikan
pikiran/
dapat
ditangkap manusia melalui berbagai hal di antaranya melalui pemahaman
dan penikmatan sebuah karya sastra.
Mangunwijaya
Sastra khususnya humaniora sangat
Nurgiyantoro,
berperan
menerangkan
penting
sebagai
dalam
pentransformasian
nilai
termasuk
media
(dalam 2012:
bahwa,
326) kehadiran
sebuah
unsur religius dalam sastra adalah
nilai
setua keberadaan sastra itu sendiri.
halnya
pendidikan.
Sastra tumbuh dari sesuatu yang
Macam-macam nilai Pendidikan
bersifat religius dan pada awal mula segala sastra adalah religius. Semi
Nilai Pendidikan Religius Religi
merupakan
suatu
(1993:
21)
menyatakan,
agama
kesadaran yang menggejala secara
merupakan kunci sejarah, kita baru
mendalam dalam lubuk hati manusia
memahami jiwa suatu masyarakat
sebagai human nature. Religi tidak
bila kita memahami agamanya. Semi
hanya menyangkut segi kehidupan
(1993: 21) juga menambahkan, kita
secara
tidak
lahiriah
melainkan
juga
mengerti
hasil-hasil
menyangkut keseluruhan diri pribadi
kebudayaanya,
manusia
dalam
paham akan kepercayaan atau agama
integrasinya hubungan ke dalam
yang mengilhaminya. Religi lebih
keEsaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90).
pada
Nilai-nilai religius bertujuan untuk
manusia itu sendiri. Dari beberapa
mendidik agar manusia lebih baik
pendapat tersebut dapat disimpulkan
menurut tuntunan agama dan selalu
bahwa Nilai religius yang merupakan
ingat
nilai kerohanian tertinggi dan mutlak
secara
kepada
religius karya
yang sastra
penikmat
total
Tuhan.
Nilai-nilai
terkandung
dalam
dimaksudkan karya
agar
tersebut
mendapatkan
renungan-renungan
batin
kehidupan
dalam
hati,
kecuali
nurani,
bila
dan
kita
pribadi
serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia. Nilai Pendidikan Moral Moral merupakan sesuatu yang
yang
ingin disampaikan pengarang kepada
bersumber pada nilai-nilai agama.
pembaca, merupakan makna yang
Nilai-nilai
terkandung
religius
dalam
sastra
bersifat individual dan personal.
dalam
karya
sastra,
makna yang diisyaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema
dalam bentuk yang sederhana, tetapi
disampaikan
tidak semua tema merupaka moral
Sejalan
(Kenny dalam Nurgiyantoro, 2012:
(dalam Rentarimasa 2015:12), moral
320). Moral merupakan pandangan
diartikan sebagai ajaran baik buruk
pengarang
nilai-nilai
yang diterima mengenai perbuatan,
kebenaran dan pandangan itu yang
sikap, kewajiban dan sebagainya.
ingin disampaikan kepada pembaca.
Akhlak, budi pekerti, susila, juga
Hasbullah (2005: 194) menyatakan
diartikan sebagai kondisi mental
bahwa,
merupakan
yang membuat orang tetap berani,
kemampuan seseorang membedakan
bersemangat, bergairah, berdisiplin
antara yang baik dan yang buruk.
dari
Nilai moral yang terkandung dalam
sebagaimana
karya
perbuatan dan ajaran yang dapat
tentang
moral
sastra
bertujuan
untuk
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik
kepada
dengan
isi
pembaca.
pendapat
hati,
atau
Lubis
keadaan
terungkap
dalam
diukur dari suatu cerita. Dapat disimpulkan bahwa nilai
buruk suatu perbuatan, apa yang
pendidikan
harus dihindari, dan apa yang harus
peraturan-peraturan tingkah laku dan
dikerjakan, sehingga tercipta suatu
adat istiadat dari seorang individu
tatanan hubungan manusia dalam
dari suatu kelompok yang meliputi
masyarakat yang dianggap baik,
perilaku. Untuk karya menjunjung
serasi, dan bermanfaat bagi orang itu ,
tinggi budi pekerti dan nilai susila.
masyarakat, lingkungan, dan alam
Wujud
sekitar.
adalah: berbakti kepada orang tua,
Uzey (dalam Rosita, 2013:13) berpendapat
bahwa
nilai
moral
adalah suatu bagian dari nilai, yaitu
moral
dalam
pendidikan
Nilai Pendidikan Sosial Rosyadi (1995:80), Kata “sosial” berarti
atau buruk dari manusia. Moral
dengan
masyarakat/
merupakan
umum.
Nilai
pengarang
moral
jujur, sabar, ikhlas, dan lain-lain.
nilai yang menangani kelakuan baik
pandangan
menunjukkan
hal-hal
yang
sosial
berkenaan kepentingan merupakan
tentang nilai-nilai kebenaran dan
hikmah yang dapat diambil dari
pandangan
perilaku sosial dan tata cara hidup
itu
yang
ingin
sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi
di
sekitarnya
Pembelajaran
sastra
adalah
ada
proses, cara dan perbuatan guru
hubungannya dengan orang lain, cara
untuk mengajar dan mengajarkan
berpikir,
segala sesuatu mengenai sastra atau
dan
yang
Pengertian Pembelajaran Sastra
hubungan
sosial
bermasyarakat antar individu. Nilai
hasil
sosial yang ada dalam karya sastra
sebagai sebuah karya memiliki sifat
dapat
cerminan
universal, demikian juga dengan
yang
pemaknaan karya tersebut. Seorang
dilihat
kehidupan
dari
masyarakat
diinterpretasikan.
apresiator
Uzey (dalam Suprayogi, 2014: 7),
berpendapat
bahwa
nilai
pendidikan sosial mengacu pada pertimbangan tindakan
terhadap
benda,
mengambil
kreativitas
suatu
cara
keputusan
untuk apakah
manusia
memiliki
sastra
hak
untuk
mengulas karya dari berbagai sudut pandang
masing-masing
(Wilya,
2013: 25). Wardani (dalam Rohmadi dan Slamet
Subiyantoro,
mengemukakan
2011:67),
bahwa,
kegiatan
sesuatu yang bernilai itu memiliki
apresiasi sastra tidak hanya sekadar
kebenaran,
membaca lalu menggemari membaca
keindahan,
dan
nilai
ketuhanan. Jadi nilai pendidikan
sastra
sosial dapat disimpulkan sebagai
selanjutnya kegiatan ini diharapkan
kumpulan sikap dan perasaan yang
sampai pada tahap pemahaman karya
diwujudkan melalui perilaku yang
sastra sehingga nilai-nilai yang ingin
mempengaruhi perilaku seseorang
diungkapkan
yang memiliki nilai tersebut. Nilai
karya sastra tersebut dapat dipahami
pendidikan sosial juga merupakan
pembaca.
sikap-sikap
dan
tetapi
pada
pengarang
tahap
melalui
yang
Adapun tujuan penyajian sastra
diterima secara luas oleh masyarakat
dalam dunia pendidikan adalah untuk
dan
memperoleh
merupakan
perasaan
saja,
dasar
untuk
pengalaman
dan
merumuskan apa yang benar dan apa
pengetahuan tentang sastra. Karya
yang penting.
sastra yang dijadikan sebagai materi diharapkan mengandung nilai-nilai
yang dapat mengembangkan manusia
RPP secara rinci
Indonesia
Tujuan
proses
seutuhnya. ini
Selain
diusahakan
itu, dapat
harus dimuat
Pembelajaran,
Materi
Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
memungkinkan siswa memperoleh
Langkah-langkah
nilai-nilai
Pembelajaran, Sumber Belajar, dan
tersebut
dan
menerapkannya dalam kehidupan. Implementasi
Sastra
dalam
Penilaian (BSNP, 2006). Standar Kompetensi (SK) adalah kemampuan minimal yang harus
Pembelajaran Menurut
Kegiatan
Buku
Panduan
dapat dilakukan atau ditampilkan
Penyusunan RPP dari BNSP, dalam
siswa (Musaddat dkk, dalam Wilya,
rangka
2013: 28).
mengimplementasikan
program pembelajaran yang sudah
Indikator merupakan penanda
dituangkan di dalam silabus, guru
pencapaian kompetensi dasar yang
harus
ditandai oleh perubahan yang dapat
menyusun
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
diukur
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pengetahuan,
merupakan
guru
(Mussadat
dalam melaksanakan pembelajaran
2013:28).
pegangan
bagi
yang
mencakup dan
dkk,
sikap,
keterampilan dalam
Wilya
baik di kelas, laboratorium, dan atau
Tujuan
pembelajaran
berisi
lapangan untuk setiap Kompetensi
penguasaan
kompetensi
yang
Dasar (KD). Oleh karena itu, apa
operasional yang ditargetkan/dicapai
yang tertuang di dalam RPP memuat
dalam
hal-hal
yang langsung berkaitan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dengan aktivitas pembelajaran dalam
dirumuskan dalam bentuk pernyataan
upaya pencapaian penguasaan suatu
yang operasional dari kompetensi
Kompetensi Dasar (KD).
dasar. Apabila kompetensi dasar
Dalam menyusun RPP guru harus
mencantumkan
Kompetensi
yang
Kompetensi
Dasar
Standar memayungi
yang
akan
disusun dalam RPP-nya. Di dalam
sudah
rencana
operasional,
pelaksanaan
rumusan
tersebutlah yang dijadikan dasar dalam
merumuskan
tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
lingkungan, media, narasumber, alat,
beberapa tujuan (BSNP, 2006).
dan bahan (BSNP, 2006).
Media pembelajaran dan sumber belajar,
media
merupakan
pembelajaran
komponen
sumber
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
yang
dipakai
untuk
belajar atau peralatan fisik yang
mengumpulkan
data.
mengandung materi pembelajaran di
sajiannya dapat dituangkan dalam
lingkungan yang dapat merangsang
bentuk
siswa untuk belajar (Mussadat dkk,
vertikal.
dalam Wilya, 2013: 28).
menggunakan
matrik
Dalam
horisontal
Apabila teknik
atau
penilaian tes
tertulis
Metode dapat diartikan benar-
uraian, tes unjuk kerja, dan tugas
benar sebagai metode, tetapi dapat
rumah yang berupa proyek harus
pula diartikan sebagai model atau
disertai rubrik penilaian (BSNP,
pendekatan
2006).
pembelajaran,
bergantung
pada
karakteristik
pendekatan atau strategi yang dipilih (BSNP, 2006). Untuk
C. METODE PENELITIAN Jenis
mencapai
suatu
penelitian
penelitian
ini
deskriptif
adalah
kualitatif.
kompetensi dasar harus dicantumkan
Moleong (dalam Hidayati, 2016: 38),
langkah-langkah
deskriptif
kegiatan
setiap
kualitatif
pertemuan. Pada dasarnya, langkah-
adalah
langkah
unsur
berupa kata-kata, gambar, dan bukan
pembuka,
angka-angka. Selanjutnya data yang
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
didapatkan akan diolah dan dianalisis
Dimungkinkan
dalam
kegiatan
kegiatan
memuat
pendahuluan/
dalam
seluruh
rangkaian kegiatan (BNSP, 2006). Pemilihan
sumber
belajar
data
yang
maksudnya
bentuk
dikumpulkan
tulisan.
Menurut
moleong (dalam Hidayati, 2016: 38), penelitian kualitatif adalah upaya
mengacu pada perumusan yang ada
menyajikan
dalam silabus yang dikembangkan
perspektifnya di dalam dunia, dari
oleh satuan pendidikan. Sumber
segi konsep, perilaku, persepsi, dan
belajar mencakup sumber rujukan,
dunia
sosial,
dan
persoalan tentang manusia
yang
diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Data adalah keterangan yang
studi kepustakaan dan teknik catat.
benar dan nyata (KBBI: 2001: 239). Sedangkan (dalam
menurut
Wilya,
Djojosuroto
2013:
31),
data
Menurut Sugiyono (2012: 335), analisis
data
merupakan
proses
mencari dan menyusun
secara
merupakan hal-hal yang diketahui
sistematis data yang diperoleh dari
atau diakui, baik berupa fakta atau
hasil wawancara, catatan lapangan,
informasi.
dan
Wujud
data
dalam
dokumentasi,
dengan
cara
penelitian ini berupa kata-kata, frase,
mengorganisasikan data ke dalam
kalimat, dan wacana yang terdapat
kategori, menjabarkan ke dalam unit-
dalam cerita rakyat Balang Kesimbar.
unit, melakukan sintesa, menyusun
Sumber data primer dalam penelitian
ke dalam pola, memilih mana yang
ini adalah cerita rakyat sasak Balang
penting dan yang akan dipelajari, dan
Kesimbar
membuat
terjemahan
bahasa
kesimpulan
sehingga
Indonesia yang terdapat dalam buku
mudah dipahami oleh diri sendiri
“Bahan Ajar Muatan Lokal Gumi
maupun orang lain.
Sasak untuk Sekolah Dasar/ MI
Dalam penelitian ini digunakan
Kelas V, (Tim Penyusun: Bahrie,
teknik analisis deskriptif kualitatif.
S.Pd, H. Sudirman, S.Pd, L. Ratmaja,
deskriptif kualitatif artinya data yang
S.Pd, 2009, KSU Prima Guna)”.
dikumpulkan berupa kata-kata, dan
Sumber data sekunder adalah merupakan Sumber
sumber data
bukan angka-angka. Selanjutnya data
data
kedua.
yang didapatkan akan diolah dan
sekunder
dalam
dianalisis
dalam
bentuk
tulisan.
penelitian ini adalah data yang
Analisis deskriptif ini menggunakan
bersumber dari buku acuan yang
pendekatan
berhubungan dengan permasalahan
Siswanto
yang menjadi objek penelitian dan
Siswanto, 2013: 175), pendekatan
perangkat
pragmatik adalah pendekatan kajian
pembelajaran
pragmatik. dan
yang
Roekhan
Menurut (dalam
Kurikukulum yang ditetapkan oleh
sastra
menitikberatkan
BSNP seperti silabus dan RPP.
kajiannya terhadap peranan pembaca
dalam menerima, memahami, dan
nilai religius meskipun mereka masih
menghayati karya sastra. Pendekatan
kanak-kanak.
pragmatik inilah yang digunakan
(2) Berdoa kepada Tuhan
untuk
menganalisis
nilai-nilai
pendidikan yang terkandung pada cerita
rakyat
Balang
Kesimbar,
meliputi: nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, dan nilai pendidikan sosial.
D. PEMBAHASAN
Kutipan di atas, tokoh Balang
Nilai Pendidikan Religius Adapun
Saat inipun Balang Kesimbar mempergunakan bungkusan yang di bawanya.Sambil memohon dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bungkusan itu dilemparkan setinggi-tingginya ke udara sambil memegang benang pengikatnya dengan kuat. Dan ia pun berhasil meliwati padang kalajengking itu dengan selamat.
wujud
Kesimbar dalam cerita rakyat Balang
pendidikan
Kesimbar mencerminkan tokoh yang
religius dalam cerita rakyat Balang
selalu bermunajat kepada Tuhan atau
Kesimbar, yaitu:
berdoa memohon pertolongan Tuhan
(1) Sholat/ sembahyang
dalam mengatasi berbagai kesulitan.
“Bagaimana pendapatmu Balang, jika sehabis sembahyang isya kita berangkat bersama ke tempat pertunjukan wayang ?”, kata kawankawannya.
Berdasarkan kutipan di atas, kawan-kawan
tokoh
Balang
Kesimbar dalam cerita rakyat Balang Kesimbar menunjukkan tokoh yang disiplin dalam melaksanakan sholat. Dengan lebih mementingkan sholat atau sembahyang isya sebelum pergi menonton
wayang,
kawan-kawan
tokoh
Balang
Kesimbar
mencerminkan
bahwa
di
dalam
bathin mereka sudah tertanam nilai-
Walaupun doa yang dipanjatkan disertakan
dengan
bungkusan
yang
kakeknya,
tetapi
perantara
dibekali
oleh
sesungguhnya
bungkusan (jimat) merupakan sebuah perantara saja. (3) Bersyukur kepada Tuhan Ketika membuka mata ia merasa heran. Dan sadarlah ia akan apa yang telah terjadi. Kemudian ia memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kini ia sadar bahwa perjalanannya selalu mendapat perlindungan. Karena merasa sangat payah, ia pun beistirahat di atas pohon itu.
Dari menunjukkan
kutipan bahwa
di
atas Balang
Kesimbar mencerminkan tokoh yang selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas perlindungan yang selalu menyertainya.
tokoh
istikomah
Dengan berkah pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa Balang Kesimbarpun terangkat ke atas, menggelantung di angkasa sehingga berhasil menyebrangi padang yang berbahaya itu dengan selamat
kutipan
Dilihat dari kutipan di atas, Balang
mencerminkan
(4) Kekuasaan Tuhan
Dari
selamat. Tetapi, rintangan dan bahaya masih belum habis juga
di
atas
Istikomah. Balang
Kesimbar
teguh dan penuh keyakinan bahwa semua rintangan demi rintangan berbahaya yang ditemukan di tengah perjalanan, akan dapat diatasinya dengan selamat.
Balang
Nilai Pendidikan Moral
mengajarkan
Sikap
ditunjukkan dengan selalu berpegang
menunjukkan bahwa cerita rakyat Kesimbar
Kesimbar
bahwa kekuasaan Tuhan Yang Maha
(1) Berbakti kepada orang tua
Kuasa mutlak adanya. Kekuasaan
“Baiklah, aku memang sangat ingin menonton wayang. Tetapi berangkatlah kalian lebih dahulu. Aku akan menyelesaikan kebutuhan kakekku. Setelah itu barulah aku datang menyusul. Setelah itu Balang Kesimbar segera pulang untuk mempersiapkan kebutuhan kakeknya. Dengan cepat ia menyediakan air, menanak nasi dan mempersiapkan tempat tidur. Setelah semua siap ia pun meminta izin kepada kakeknya.”
Tuhan diperlihatkan tokoh Balang Kesimbar dalam perjalanannya yang selalu
diselamatkan
Tuhan
dari
setiap rintangan. (5) Istikomah Balang Kesimbarpun melanjutkan perjalanan yang berat ini. Semua rintangan dihadapinya dengan sabar dan tabah disertai keyakinan akan hasil perjalanan ini. Beberapa lama kemudian kembalilah Balang Kesimbar berada di tepi sebuah padang. Padang itu dipenuhi dengan ular berbisa. Semua jenis ular berbisa terdapat di dalamnya. Untuk mengatasi kesulitan baru ini, Balang Kesimbar pun melakukan perbuatan seperti yang pernah dilakukannya. Dan ia pun berhasil lolos dari mara bahaya. Rintangan demi rintangan dilaluinya dengan baik. Bahaya demi bahaya dapat diatasinya dengan
Di lihat dari kutipan di atas, tokoh
Balang
Kesimbar
mencerminkan tokoh yang berbakti kepada orang tuanya yaitu pada kakeknya sendiri. Nilai pendidikan moral berbakti kepada orang tua ditunjukkan tokoh Balang Kesimbar dengan
mengerjakan
kewajiban
menyelesaikan kebutuhan kakeknya.
rintangan demi rintangan dengan
(2) Jujur “Apakah kau yang menggambar di tembok gerbang itu?”, tanya raja.“Benar tuanku. Hambalah yang menggambar harimau itu”, jawab Balang Kesimbar dengan tenang.
Berdasarkan kutipan di atas, tokoh
Balang
Kesimbar
mencerminkan sikap jujur atau tidak berbohong.
Sikap
jujur
Kesimbar
ditunjukkan
Balang dengan
mengakui kesalahannya kepada raja bahwa ia telah mencoret-coret atau menggambar harimau di tembok
Rintangan demi rintangan dilaluinya dengan baik. Bahaya demi bahaya dapat diatasinya dengan selamat. Tetapi, rintangan dan bahaya masih belum habis juga. Dalam perjalanan selanjutnya ia melihat seorang raksasa yang amat besar.
Dilihat dari kutipan di atas, Balang
Kesimbar
mencerminkan sikap sabar dan tabah. sabar
dan
tabah
Balang
Kesimbar ditunjukkan dengan selalu tahan menghadapi rintangan demi rintangan berbahaya yang ditemukan di tengah perjalanannya tanpa putus asa. Berkat kesabarannya pun Balang Kesimbar
“Cucuku, Balang Kesimbar. Semua tugas yang dibebankan raja kepadamu, haruslah kau laksanakan sebaikbaiknya. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun sulitnya harus kau laksanakan.”
Dilihat dari kutipan di atas, nasehat Kakeknya Balang Kesimbar mencerminkan
mampu
melewati
ajaran
bertanggung
untuk
jawab.
bertanggung
jawab
dengan
kepada
(2) Sabar dan tabah
Sikap
(3) Bertanggung Jawab
kakek
gerbang.
tokoh
baik.
Balang
ajaran ditunjukkan
memberi Kesimbar
nasehat untuk
berkewajiban untuk memikul tugas yang dibebankan raja kepadanya selalu tahan menghadapi rintangan demi rintangan yang ditemukan di perjalanannya. Nilai Pendidikan Sosial (1) Menghargai orang tua-orang tua Setelah Balang Kesimbar berusia remaja ia dapat bergaul di tengah masyarakat dengan baik, disebabkan asuhan dan pendidikan yang telah diterimanya. Ia selalu menghargai orang-orang tua di desa itu. Balang Kesimbar disegani juga oleh teman sebayanya.
Dari
kutipan
di
atas
menunjukkan bahwa tokoh Balang Kesimbar mencerminkan tokoh yang
selalu menghargai orang tua-orang
ditunjukkan kakek dengan memberi
tua
nasehat kepada Balang Kesimbar
dalam
bergaul
di
tengah
masyarakat desanya.
agar berkewajiban untuk selalu setia
(2) Memberi ucapan terima kasih
kepada raja apapun perintah yang
“Nah, sekarang cobalah katakan apa keinginanmu. Akan kucarikan secepatnya”. “Terima kasih, kek. Carikanlah aku buah-buahan yang masih segar. Aku sangat ingin memakannya”.
ditugaskan.
atas
Hubungan Nilai-nilai Pendidikan Cerita Rakyat Balang Kesimar dengan Pembelajaran Sastra di SMP Cerita rakyat merupakan bahan
menunjukkan bahwa tokoh Putri
ajar sastra yang diterapkan di SMP.
mencerminkan tokoh yang selalu
Bahan
membalas kebaikan orang lain yaitu
Kurikulum
kepada kakek angkatnya, yang tak
dengan
lain ialah raksasa jahat dengan
“mengapresiasi
dongeng
mengucapkan ungkapan terima kasih
diperdengarkan”
serta
atas kebaikan kakeknya
berdasarkan aspeknya yaitu: (aspek
(3) Kesetiaan kepada raja
kognitif) mengidentifikasikan ide-ide
“Cucuku, Balang Kesimbar. Semua tugas yang dibebankan raja kepadamu, haruslah kau laksanakan sebaikbaiknya. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun sulitnya. Kita harus menunjukkan kesetiaan kepada raja yang kita cintai. Akupun tak mengetahui di tempat mana harimau semacam itu dapat ditemukan. Mungkin sekali harimau semacam itu tidak pernah ada. Kalaupun ada pasti sangat sulitlah untuk menangkapnya.”
menarik
Dari
kutipan
di
Dilihat dari kutipan di atas, nasehat Kakeknya Balang Kesimbar mencerminkan
ajaran
untuk
menunjukkan kesetiaan kepada raja. ajaran
kesetiaan
kepada
raja
ajar
ini
sesuai
KTSP
dengan
tingkat
standar
dalam
SMP
kompetensi yang indikator
dongeng
dan
menunjukkan hal-hal menarik dari dongeng,
(psikomotorik)
membacakan di depan kelas secara bergantian ide-ide menarik yang sudah dirangkai menjadi hal-hal menarik
yang
ditemukan
dalam
dongeng yang dibaca, dan (afektif) dalam
pembelajaran
diperlukan
adanya kejujuran, tanggung jawab, dan apresiatif pada aspek afektif juga para siswa harus mampu bertanya dengan
baik
dan
benar,
bisa
menyumbang ide, mampu menjadi
pendengar
yang
baik,
serta
Nilai pendidikan sosial dalam
membantu teman yang mengalami
cerita
kesulitan.
meliputi: menghargai orang-orang
Berdasarkan indikator di atas maka penerapan bahan ajar cerita rakyat
Balang
dituangkan
Kesimbar dalam
yang rencana
rakyat
Balang
Kesimbar
tua, memberi ucapan terima kasih, dan kesetiaan kepada raja. Adapun
hubungan
nilai-nilai
pendidikan
dalam
pelaksanaan pembelajaran pada kelas
Balang
Kesimbar
VII semester I dengan alokasi waktu
pembelajaran sastra di SMP yaitu:
2 x 40 menit.
Nilai-nilai terkandung
cerita
pendidikan
dalam
cerita
rakyat dengan
yang rakyat
Balang Kesimbar dapat dijadikan
E. PENUTUP 1. Simpulan
sebagai bahan ajar pembelajaran
Berdasarkan
hasil
penelitian
sastra di SMP. Karena nilai-nilai
yang telah dilakukan, dapat diambil
pendidikan tersebut dapat dikaitkan
simpulan
dengan materi pembelajaran yang
bahwa
pendidikan
dalam
nilai-nilai cerita
rakyat
Balang Kesimbar yaitu:
sudah ada dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hubungan nilai-
Nilai pendidikan religius atau
nilai pendidikan tersebut dengan
agama dalam cerita rakyat Balang
pembelajaran sastra di SMP terdapat
Kesimbar
pada pelajaran bahasa Indonesia di
sholat,
meliputi: berdoa
mengerjakan
kepada
Tuhan,
SMP kelas VII semester I, Standar
bersyukur kepada Tuhan, kekuasaan
Kompetensi (SK): Mendengarkan :
Tuhan, dan istikomah.
Mengapresiasi
Nilai pendidikan moral dalam cerita
rakyat
Balang
Kesimbar
dongeng
yang
diperdengarkan, Kompetensi Dasar (KD):
5.1
Menemukan
meliputi: berbakti kepada orang tua,
menarik
dari
jujur, sabar, dan bertanggung jawab.
diperdengarkan.
dongeng
hal-hal yang
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2013. Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jannah, Raudlatul. 2015. Analisis Cerita Rakyat Asal usul Desa Batu Basong Kajian Monogenesis dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP. Skripsi. Fkip Universitas Mataram. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi.. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rafiek, M. 2012. Teori Sastra (Kajian Teori dan Praktik).Bandung: PT. Refika Aditama. Rentarimasa, Eirzikri. 2015. Nilai Pendidikan dalam Folklor Cerita Rakyat Sumbawa Paruma Ero dan Batu Asa serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Fkip Universitas Mataram. Rosita, Baiq Dwi Ayu. 2013. Nilai Pendidikan Cerita Rakyat Lombok “Loq Sesekeq” dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP. Skripsi. Fkip Universitas Mataram. Rosyadi. 1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta: CV Dewi Sri. Semi, Atar. M. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Setiadi, Elly. M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media Publishing. Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat (Suatu Tujuan dan Sosilogis). Bandung: Alumni. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: Anindita. Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Edisi ketiga. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Wilya, Henny. 2013. Kajian Struktural dan Realitas Sosial Novel “Keluarga Cemara” karya Arswendo Atmowiloto serta Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Fkip Universitas Mataram.
LAMAN INTERNET BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta. Melalui https://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isismp.pdf diakses: Sabtu, 28 Mei 2016 14.40 WITA BSNP. 2006. PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP). Melalui (online): http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr rumiwiharsih-mpd/silabus-dan-rpp Diakses: Minggu, 29 Mei 2016 13.35 WITA Dian. 2011. Nilai-nilai Pendidikan. Melalui (online): https://griyawardani.wordpress.com/2011/05/19/nilainilai-pendidikan/ Diakses pada tanggal 22 Maret 2016 01.44 WITA Suprayogi. 2014. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Pincalang karya Idris Pasaribu. Skripsi. Fkip Universitas Lakidende. Melalui (online): http://yogieyoe.blogspot.co.id/2014/02/nilai-nilaipendidikan-dalam-novel.html Diakses pada Jumat, 20 Mei 2016 14.06 WITA