NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Prasyarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh AHMAD SYAUQI NIM: 107011001312
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Nama NIM Fak/Jur Judul
: Ahmad Syauqi Al Ayyubi : 107011001312 : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam : “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman ElShirazy. Setelah penulis melakukan penelitian, akhirnya bisa disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam nilai-nilai pendidikan akhlak terpuji yang ada pada novel Dalam Mihrab Cinta. Penulis kemudian membaginya menjadi 4 (empat) bagian yaitu sebagai berikut. 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah dan Rasulnya, yakni meliputi syukur, memuliakan Rasul, sabar, taubat, ikhlas, upaya meningkatkan ketakwaan dan tawakkal (berserah diri). 2. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Orang Tua, yakni meliputi berkata sopan kepada Orang Tua dan menaati perintah Orang Tua. 3. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap diri sendiri, yakni meliputi semangat menuntut ilmu, kejujuran, kemandirian, tanggung jawab dan bersikap optimis. 4. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sesama, yakni meliputi tolongmenolong, menepati janji, tawadhu (rendah hati), saling menghormati, berprasangka baik, dermawan, menebarkan salam dan musyawarah. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis), yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi karya sastra, serta metode deskriptif, yaitu metode yang membahas objek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh. Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy adalah salah satu karya sastra yang berbentuk novel, yang bisa dijadikan sebagai media dalam pendidikan akhlak. Novel tersebut menyajikan suatu cerita menarik yang sarat dengan nilai pendidikan agama dan akhlak.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabb al-„alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy” ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari sumbangsih berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Kedua orang tua penulis, H. Ma’mun Al Ayyubi dan Siti Mardiah Fauziyah yang telah berjasa dalam merawat, mendidik, dan mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang masa.
2.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. beserta para pembantu rektor dan jajarannya.
3.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Nurlena, MA, Ph.D beserta para pembantu dekan dan segenap jajarannya.
4.
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag. dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Marhamah Shaleh, Lc., MA dan segenap jajarannya.
5.
Dosen penasihat akademik penulis, Ibu Dra. Nuraini Ahmad, M. Hum dan Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Dr. H. Dimyati, MA atas saran dan bimbingan yang selama ini telah diberikan.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu dan tuntunan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Teman-teman PAI, khususnya kelas E angkatan 2007 yang telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka selama masa kuliah.
8.
Teman-teman PPKT, guru-guru dan siswa-siswi Sekolah Kharisma Bangsa, yang telah memberikan motivasi, ilmu serta pengalamannya.
9.
Bapak Mahir Martin M.Pd. selaku Direktur Lembaga Bimbingan Belajar Ocean Education beserta guru-guru, pegawai dan siswa-siswi yang selama ini memberikan semangat dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman di Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA), Himpunan Qori-Qori’ah Mahasiswa (HIQMA), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komfaktar, Abiler Dershane (PISCOM), Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat, dll yang telah menjadi bagian sejarah dalam hidup saya ketika kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima Kasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang penulis dapatkan. 11. Rekan-rekan pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) JU dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) JU yang telah berjuang bersama membangun tatanan pelajar dan pemuda ke arah yang lebih baik. 12. Guru-guru penulis dan teman-teman di Kampus Kahfi BBC Bintaro, khususnya buat Om Tubagus Wahyudi (Om B). Guru-guru penulis dan teman-teman di Kampus Umar Usman, khususnya buat Mas Ippho Santosa dan Bapak Parni Hadi yang juga memberikan semangat motivasi kepada penulis. Terima kasih atas ilmu dan pengalamannya yang luar biasa. 13. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dari Allah Swt. Aamiin. Jakarta, 25 April 2014 Penulis,
Ahmad Syauqi
DAFTAR ISI
COVER LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah………………………………………………...7 D. Perumusan Masalah ......................................................................... 7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7
BAB II
KAJIAN TEORI ................................................................................ 9 A. Konsep Pendidikan Akhlak ............................................................ 9 1. Pengertian Pendidikan Akhlak. ................................................... 9 2. Dasar Pendidikan Akhlak............................................................ 14 3. Tujuan Pendidikan Akhlak ......................................................... 16 4. Metode Pendidikan Akhlak ........................................................ 17 B. Konsep Novel ................................................................................. 20 1. Pengertian Novel ........................................................................ 20 2. Macam-macam Novel ................................................................ 22 3. Unsur-unsur Novel ..................................................................... 23 C. Hasil Penelitian Yang Relevan ……………………………….….. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 30 A. Waktu Penelitian …………………………………………………. 30 B. Sumber Penelitian ………………………………………………... 30
C. Metode penelitian …………………………………………………30 D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 31 E. Instrumen Pengumpulan Data …………………………………… 32 F. Analisis Data …………………………………………………….. 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………... 34 A. Tinjauan Eksternal ........................................................................... 34 1. Biografi Pengarang ..................................................................... 34 2. Lingkungan Sosial Budaya ......................................................... 35 3. Lingkungan Pendidikan .............................................................. 35 4. Lingkungan Ekonomi .................................................................. 36 5. Karya-Karya Pengarang .............................................................. 37 B. Tinjauan Internal ............................................................................. 37 1. Sinopsis ..................................................................................... 37 2. Tema........................................................................................... 38 3. Alur ............................................................................................ 39 4. Penokohan (akhlak terpuji dan akhlak tercela) .......................... 39 5. Latar .......................................................................................... 42 6. Sudut Pandang............................................................................ 48 C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy ................. 49 1. Akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya ...................................... 49 a. Syukur .................................................................................... 50 b. Memuliakan Rasul. ................................................................. 51 c. Sabar ....................................................................................... 53 d. Taubat ..................................................................................... 54 e. Ikhlas ...................................................................................... 55 f. Upaya Meningkatkan Ketakwaan .......................................... 57 g. Tawakkal ................................................................................ 58 2. Akhlak terhadap Orang Tua ........................................................ 60 a. Berkata Sopan Kepada Orang Tua ......................................... 60 b. Menaati Perintah Orang Tua .................................................. 62
3. Akhlak terhadap Diri Sendiri ...................................................... 63 a. Semangat Menuntut Ilmu ....................................................... 64 b. Kejujuran ................................................................................ 65 c. Kemandirian ........................................................................... 66 d. Tanggung Jawab ..................................................................... 67 e. Bersikap Optimis .................................................................... 68 4. Akhlak terhadap Sesama ............................................................. 69 a. Tolong Menolong ................................................................... 70 b. Menepati Janji ........................................................................ 71 c. Tawadhu (Rendah Hati) ......................................................... 72 d. Saling Menghormati ............................................................... 73 e. Berprasangka Baik ................................................................. 74 f. Dermawan .............................................................................. 75 g. Menebarkan Salam ................................................................. 76 h. Musyawarah ........................................................................... 77
BAB V
PENUTUP ........................................................................................... 79 A. Kesimpulan ..................................................................................... 79 B. Saran ............................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak memiliki posisi yang sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Imam Ali mengatakan bahwa “Akhlak yang baik adalah sebaik-baiknya teman”. Tanda seorang mukmin adalah akhlak yang baik. Maka dari itu, seorang guru dikatakan beriman, jika dia memiliki akhlak yang baik.1 Dilihat dari sudut agama, budaya, susila, dan juga peradaban manapun. Akhlak merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki oleh semua orang, termasuk guru sebagai pendidik. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia mempunyai peranan bagi individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya.2 Dalam ajaran Islam, persoalan pendidikan akhlak mendapatkan perhatian yang sangat besar. Rasulullah SAW adalah sosok teladan yang patut dijadikan sebagai contoh dalam kehidupan dan bisa menjadi sumber segala rujukan akhlak ummat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
هلل َكثِيرًا َ خ َر َوذَ َك َر ا ِ حسَنَۃٌ ِلمَهْ كَانَ َيرْجُو اهللَ وَالْيَوْمَ اﻵ َ ٌلَقَدْ كَانَ َلكُمْ فِي رَسُولِ اهللِ ُأسْوَۃ
“Sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab/33:21)3
1
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, (Jakarta: PT. Lentera Basri Tama, 1998), Cet. 1, h. 21 2 M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007), Cet. 1, h. 1 3 Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1995), hal.670
1
2
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari akhlak. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita tentang akhlak yang baik kepada sesama. Manusia yang tak memiliki akhlak akan berjalan cenderung menuruti hawa nafsunya. Sementara manusia yang berakhlak mulia akan selalu menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus meniru akhlak mulia Rasulullah SAW. Rasul mesti menjadi panduan beretika.4 Karena salah satu tujuan Rasulullah SAW diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Pembentukan kepribadian muslim dalam pendidikan akhlak, merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh dan berimbang. Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, adalah bentuk kepribadian yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor ajar (lingkungan), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.5 Untuk mencapai konsep ideal tersebut dibutuhkan sistem yang paripurna. Dalam hal ini, pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis. Karena pendidikan merupakan upaya untuk mengoptimalkan semua potensi manusia, yaitu dalam masalah moral (akhlak), intelektual, juga jasmani. Dalam proses pendidikan, segala potensi tersebut dibina dan diarahkan ke dalam koridor positif, melalui pembiasan-pembiasaan dan latihan-latihan.6 Pendidikan juga merupakan bimbingan terhadap peserta didik agar para peserta didik mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Peserta didik dibimbing untuk berakhlak mulia serta memiliki adat kebiasaan yang baik. Lebih dari itu, peserta didik juga menjadikan ajaran agama tersebut sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat. Apabila diamati bagaimana kondisi peserta didik dewasa ini, tampaklah adanya gejala-gejala yang menunjukan rendahnya kualitas akhlak para peserta 4
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1998),
h. 350 5
Jalaluddin. Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), cet. II, hal. 201-
202 6
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), cet. Ke-3. Hal. 4
3
didik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai kasus yang melibatkan para peserta didik, misalnya perilaku kekerasan, seks bebas, serta pemakaian obat-obatan terlarang (narkoba) dikalangan peserta didik. Sementara itu ketua Komisi Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait mengungkapkan, saat ini setidaknya terdapat sekitar 7.000 lebih anak yang mendekam di penjara. Ada empat kasus yang kebanyakan melibatkan mereka, yaitu narkotika, pelecehan seksual, pencurian dan pembunuhan. Untuk kasus pembunuhan sendiri, terdapat 12 kasus sepanjang tahun 2012.7 Hal tersebut menurut Zakiyah Daradjat, sebagai “dampak kekurangsiapan remaja dalam menerima pengaruh luar dirinya.”8 Sebab masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Di masa tersebut, lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan kejiwaan setiap remaja.9 Azyumardi Azra memandang hal tersebut merupakan pengaruh dalam bidang komunikasi massa, baik cetak maupun elektronik-kemajuan itu sangat menonjol. Tahun-tahun terakhir ini mulai disadari pengaruh buruk yang ditimbulkan televisi terhadap perkembangan jiwa anak-anak, mengingat bahwa anak-anak usia SD atau SMP pada dasarnya bersikap peniru. Seperti dikatakan Richard E Palmer, Presiden AMA, bahwa televisi pada hakikatnya telah menimbulkan masalah-masalah kesehatan mental dan lingkungan. Maka dapat disimpulkan adanya pengaruh buruk yang cukup serius terhadap remaja, dari peran media massa. Contohnya televisi sangat berpengaruh negatif, antara lain 10 : 1. Acara-acara TV dapat membuyarkan konsentrasi dan minat belajar anak. 2. Kerusakan moral anak, akibat menonton acara yang sebenarnya belum pantas untuk ia saksikan. 3. Timbul kerenggangan timbal balik antara orang tua dan anaknya. 4. Kesehatan mata anak dapat terganggu. 7
Al-Islam, Penerapan Syari’ah Islam, 2012, http://www.al-khilafah.org/2012/07/penerapansyariah-islam-selamatkan.html 8 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, hal. 81-89 9 Ibid. 10 Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999) hal. 165
4
5. Timbulnya kecendrungan untuk meniru gaya hidup mewah seperti yang sering diperlihatkan para artis televisi. Dalam masa remaja awal
seorang anak bukan hanya mengalami
ketidakstabilan perasaan dan emosi, dalam waktu bersamaan mereka mengalami masa kritis. Dalam masa kritis ini seorang anak berhadapan dengan persoalan apakah dirinya mampu memecahkan masalahnya sendiri atau tidak. Jika mapu memecahkan dengan baik, maka akan mampu pula untuk menghadapi masalah selanjutnya, hingga dewasa. Jika dirinya tidak mampu memecahkan masalahnya dalam masa ini, maka ia akan menjadi orang dewasa yang senantiasa menggantungkan diri kepada orang lain.11 Salah satu hal yang dapat mempengaruhi para remaja adalah dengan menggunakan media bahan bacaan. Meskipun hasil beberapa penelitian yang diselenggarakan oleh penerbit buku menunjukkan daya baca remaja masih tidak terlalu tinggi, tapi untuk lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan penjualan buku-buku remaja, novel-novel remaja dalam hal ini menduduki urutan teratas, dari data penjualan.12 Menyikapi fenomena ini, tampaklah bahwa buku-buku seperti novel turut memberikan pengaruh dikalangan para remaja. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jacob Sumardjo, yang mengatakan bahwa novel merupakan ragam sastra yang saat ini sedang sangat digemari oleh masyarakat, baik oleh pembaca maupun oleh sastrawan.13 Novel merupakan cerita bentuk prosa. Pada dasarnya novel selalu hadir dengan sebuah gambaran atau cermin kehidupan manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupannya. Novel juga merupakan gambaran lingkungan kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan di suatu tempat. Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan realitas yang ditampilkan oleh pengarang dari suatu keadaan tertentu.14 11
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Rineka Cipta, 1991), Cet. 2, h. 16 Terbukti dengan presentase tertinggi 21,1% hasil polling HU Kompas (Sabtu, 19 Februari 2005) adalah minat baca ke sastra 13 Jacob Sumardjo, Memahami Kesusastraan, (Bndung: Alumni, 1981), hal. 53 14 Korrie Layun Rampan, Suara Pancaran Sastra, (Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988), hal. 17 12
5
Novel dapat dijadikan sebagai salah satu media pendukung dalam pendidikan. Meski ceritanya fiktif, namun hal ini justru menjadi daya tarik bagi para pembacanya. Dengan membaca novel, pembaca biasanya akan terbawa arus cerita yang dialami oleh para tokoh dalam cerita. Dengan demikian, pesan-pesan pendidikan yang terdapat pada isi cerita secara tidak langsung akan mampu terserap oleh para pembaca dan menjadi suatu pelajaran yang dapat diteladani dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu novel yang sedang digemari dikalangan remaja saat ini adalah novel berjudul Dalam Mihrab Cinta. Novel ini ditulis oleh Habiburrahman ElShirazy atau yang biasa disebut Kang Abik. Habiburrahman El-Shirazy adalah alumnus Universitas Al-Azhar University Cairo, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadis yang kemudian menepuh program pasca dalam ilmu yang sama di The Institute for Islamic Studies in Cairo, lulus pada tahun 2012.15 Dalam novel tersebut, Habiburrahman El-Shirazy mengisahkan tentang seorang santri yang sedang menuntut ilmu di sebuah Pesantren bernama Al-Furqon di Kediri Jawa Timur. Ia rela meninggalkan kehidupannya yang cukup nyaman ketika tinggal bersama dengan keluarganya di Pekalongan. Dalam novel ini dikisahkan ia bertemu dengan Zizi puteri pemilik pesantren Al-Furqon yang pernah ditolongnya ketika dijambret di dalam sebuah gerbong kereta, yang dengan kejadian tersebut pada akhirnya membuat Syamsul dan Zizi menjadi saling kenal dan dekat. Santri tersebut bernama Syamsul Hadi. Di pesantren tersebut, Syamsul terusir karena dituduh telah mencuri akibat fitnah yang sengaja dibuat oleh sahabatnya sendiri yang bernama Burhan. Kondisi Syamsul semakin terpuruk karena keluarganya sendiri juga tidak mempercayainya, hingga akhirnya benarbenar membuat Syamsul nekat menjadi seorang pencopet. Dari sinilah konflik demi konflik mulai menghujani Syamsul. Namun ditengah kekacauan dan kegelapan hidupnya inilah Allah memberikan jalan baginya untuk bertaubat dan mempertemukannya dengan Silvie seorang gadis yang solehah. 15
Habiburrahman El-Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra, (Semarang: Basmala Press, 2004), h. 215.
6
Melalui tokoh utama pada novel ini (Syamsul Hadi), Habiburrahman ElShirazy berusaha menyuguhkan sebuah cerita yang sangat menarik dan memiliki berbagai pesan moral Islami (akhlak) kepada para pembaca, khususnya remaja. Melalui tokoh Syamsul Hadi, tercermin seorang sosok santri yang memiliki sifat akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ketika membaca novel tersebut, pembaca (remaja) dapat mengambil berbagai macam pelajaran yang dapat memberikan sebuah inspirasi dan juga renungan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada setiap kisah/kejadian pada novel tersebut dan juga mengidolakan sosok santri seperti Syamsul yang baik dan sholeh. Dengan novel ini, Habiburrahman El-Shirazy mampu memberikan contoh sosok santri yang dapat memberikan pengaruh pola pikir dan prilaku dikalangan masyarakat dan remaja pada khususnya. Oleh karena itu, pemilihan novel Dalam Mihrab Cinta sebagai objek kajian dalam skripsi ini dinilai layak dan relevan terhadap problematika pendidikan pada saat ini. Maka untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kandungan pesan moral (akhlak) dalam novel tersebut dan manfaatnya bagi para peserta didik di sekolah, dalam skripsi ini penulis akan membahas hal tersebut, dengan judul : “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung pada Novel Dalam Mihrab Cinta, Karya Habiburrahman ElShirazy”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya kemerosotan nilai akhlak pada peserta didik, yang tercermin dari kejadian seperti tawuran, pelecehan seksual, penyalahgunaan narkoba, pencurian, pembunuhan, dll. 2. Minimnya sosok teladan yang bisa dijadikan sebagai contoh dalam memiliki akhlak yang baik pada lingkungan peserta didik. 3. Minimnya media pendidikan yang bisa dijadikan sebagai alat pembelajaran alternatif terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak.
7
C. Pembatasan Masalah. Kajian dalam sebuah novel memiliki cakupan yang luas. Sebuah novel bisa dikaji dari segi nilai-nilai estetika. Ia juga mungkin dibedah dalam hal konsep etika. Ia biasa ditelaah dalam bidang gramatika bahasa. Bahkan ia juga sering diteliti tentang ideologi si penulis novel dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi si penulis novel dalam proses lahirnya novel yang bersangkutan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi kajian mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Yang dimaksud dengan akhlak pada penelitian ini adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap tersebut berdampak kepada perbuatan yang baik, maka hal itu disebut akhlak terpuji. Sedangkan jika yang lahir dalam sikap tersebut perbuatan tercela, maka hal itu disebut akhlak tercela. Adapun yang dimaksud dengan akhlak dalam skripsi ini adalah akhlak terpuji
D. Perumusan Masalah Adapun perumusan permasalahan yang akan dibahas dalan skripsi ini adalah : “Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy”.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan merupakan target yang diharapkan akan tercapai setelah melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Jika target itu tercapai, maka pekerjaan tersebut layak dikatakan berhasil. Adapun tujuan dari penulisan skripsi yang mengambil bahasan sastra ini, diantaranya adalah untuk dapat mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
8
Adapun kegunaan dari penulisan skripsi yang mengambil tema etika ini adalah untuk : 1. Secara akademis manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan suatu masukan kepada dunia pendidikan Islam tentang karya sastra yang mengandung nilai-nilai konstruktif terhadap dunia pendidikan Islam. 2. Secara praktis manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan pemahaman bahwa novel yang dikaji dalam skripsi ini layak menjadi bahan bacaan para remaja secara nasional, atau setidaknya novel ini menjadi salah satu novel yang direkomendasikan oleh guru sekolah untuk dibaca oleh para peserta didik.
9
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Secara istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”, yang artinya “memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”.1 Secara etimologi (kebahasaan), kata “pendidikan” berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata majemuk paedagogike. Kata tersebut terdiri dari dua kata, yaitu kata paes dan ago. Paes berarti anak, sedangkan ago berarti aku membimbing. Kata paedagogike ini bisa diartikan secara simbolik, yang kemudian memiliki arti sebagai perbuatan membimbing anak didik. Dalam hal ini, bimbingan menjadi kegiatan inti dalam proses pendidikan.2 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3 Sedangkan secara istilah (terminologi), terdapat beberapa definisi pendidikan yang beragam yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Di antaranya sebagai berikut :
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), Edisi IV, h. 425. 2 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 70 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2010), Cet. I, h. 2-3.
10
M. Ngalim Purwanto mendefinisikan pendidikan sebagai “segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.” Atau lebih jelas lagi, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anakanak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.4 Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, mengartikan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah usaha
kebudayaan,
berasas
peradaban,
yakni
memajukan
hidup
agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.5 Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan. Menurut Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya.6 Sementara
itu,
Ahmad
Tafsir
mendefinisikan
pendidikan
sebagai
7
“pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”. Dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati. Jelasnya pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal. Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses atau usaha dalam rangka mendidik, melatih dan transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa kepada 4
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. XVII, h. 10. 5 Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), cet. II, h. 11. 6 Zaini Muchtarom, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 5, h. 9 7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. II, h. 26-27.
11
peserta didik. Pendidikan dipandang sebagai sebuah proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu menjadi pribadi yang kamil (sempurna) secara lahir dan batin. Adapun pengertian akhlak ditinjau dari segi etimologi (kebahasaan), kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama‟ dari kata “Khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal dari kata “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannya dengan „Khaliq”, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “al-khaliq”, artinya pencipta dan “makhluq”, artinya yang diciptakan.8 Secara terminologis, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan pranata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral.9 . Kata akhlâq dapat ditemukan pemakaiannya di dalam Alquran maupun Hadis sebagaimana terlihat di bawah ini: )٤ :٨٦\ٌ (اىقي.ٌٍْعظِي َ ٍوَاَِّلَ ىَعَيَى خُُيق “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S. al-Qalam/68: 4)10 )القِ (روآ أحَد َخ ْ َإَََِّا بُعِ ْثتُ ىِأُتٌَََِ ٍَنَارًَِ اىْأ “Bahwasanya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.” (H.R. Ahmad) Dalam ajaran Islam, akhlak secara umum dibagi atas dua macam, yaitu : a. Akhlak Terpuji (Akhlak al-Karimah) Menurut M. Yatimin Abdullah, “akhlak terpuji (akhlak al-karimah) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam”. 11 Lebih lanjut, M. Yatimin 8
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Cet. I, h. 13. Ibid., h. 13 10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005), h. 564. 11 M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 12. 9
12
Abdullah menjelaskan, akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT yang dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji atau dengan kata lain, akhlakul karimah ialah mata rantai iman.12 Jika dilihat dari aspek hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mulia tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Ardani, yaitu : 1) Akhlak Kepada Allah, yang titik tolaknya adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah SWT. 2) Akhlak kepada diri sendiri, dengan cara menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiridengan sebaik-baiknya. 3) Akhlak kepada sesama manusia, dengan cara memuliakan, memberikan bantuan, pertolongan, menghargai, dan sebagainya kepada mereka.13 b.
Akhlak Tercela Menurut Beni Ahmad Saebani, akhlak tercela atau akhlak yang dibenci,
yakni disebut “akhlaq al-mazmumah” yaitu akhlak yang dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana akhlak orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orangorang munafik.14 Sedangkan M. Yatimin Abdullah berpendapat bahwa, “akhlakul mazmumah” merupakan akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam”.15 Menurut M. Yatimin Abdullah “akhlak tidak baik dapat dilihat dari tingkah laku perbuatan yang tidak elok, tidak sopan, dan gerak-gerik yang tidak menyenangkan/yidak baik. Tiang utama dari akhlak yang tidak baik adalah nafsu jahat”16 Oleh sebab itu, M. Yatimin Abdullah mendefinisikan bahwa akhlakul Mazmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak 12
Ibid., h. 40 Moh. Ardani, Akhlak tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi pekerti dalam Ibadat dan tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), Cet. II, h. 49-57 14 Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 199-200. 15 Yatimin, op.cit., h. 12. 16 Ibid., h. 55. 13
13
menyenangkan orang lain, seperti tingkah laku kejahatan, kriminal, atau perampasan hak.”17 Indikator utama dari perbuatan yang baik atau akhlak terpuji adalah : 1. Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW yang termuat di dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. 2. Perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat. 3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia. 4. Perbuatan yang menjadi bagian dari tujuan syariat Islam, yaitu memelihara agama Allah, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan. Sementara indikator perbuatan yang buruk atau akhlak tercela adalah : 1. Perbuatan yang didorong oleh hawa nafsu yang datangnya dari setan. 2. Perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran thoghut yang mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. 3. Perbuatan yang membahayakan kehidupan di dunia dan merugikan di akhirat. 4. Perbuatan yang menyimpang dari tujuan syariat Islam, yaitu merusak agama, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan. 5. Perbuatan yang menjadikan permusuhan dan kebencian. 6. Perbuatan yang menimbulkan bencana bagi kemanusiaan. 7. Perbuatan yang menjadikan kebudayaanmanusia menjadi penuh dengan keserakahan dan nafsu setan. 8. Perbuatan yang melahirkan konflik, peperangan, dan dendamyang tidak berkesudahan.18 Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak yaitu etika dan moral. Dalam skripsi ini penulis tidak akan membahas secara mendalam tentang perbedaan ketiga istilah ini, karena yang penulis maksud akhlak dalam skripsi ini adalah pengertian akhlak secara umum. Namun penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian etika dan moral. 17 18
Ibid., h. 56 Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 206
14
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Menurut Ki Hajar Dewantara etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.19 Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu mores. Kata moral merupakan bentuk jamak dari kata mos, yang berarti adat kebiasaan. Secara terminology, moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.20 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan”.21 Secara singkat, penulis dapat simpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak ialah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada peserta didik. Dengan usaha pendidik tersebut diharapkan peserta didik mampu melakukan kebiasaan-kebiasaan positif yang timbul dalam dirinya tanpa ada lagi paksaan atau tekanan dari orang lain tetapi atas dasar kesadaran, kemauan, pilihan dan keputusan yang dibuatnya.
2. Dasar Pendidikan Akhlak Dasar secara bahasa berarti “fundamen, pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan), atau asas”.22 Dikatakan bahwa dasar adalah “landasan berdirinya sesuatu yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai”.23 Demikian pula dengan dasar pendidikan akhlak, yaitu dasar yang menjadi landasan agar pendidikan akhlak bisa berfungsi sesuai arah kepada tujuan yang akan dicapai. 19
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1966), h.
138. 20
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 90 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) cet.XII, hlm.278 22 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 318. 23 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. I, h. 12. 21
15
Azyumardi Azra mengatakan, dasar pendidikan akhlak harus bersumber pada ajaran agama Islam dikarenakan pendidikan dalam Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Ia merupakan bagian padu dari aspek-aspek ajaran Islam.24 Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar pendidikan akhlak ialah Alquran dan Sunnah dikarenakan keduanya merupakan sumber hukum Islam yang mencakup seluruh kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa, Al-Qur‟an secara garis besar memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepastian akan adanya hari pembalasan, sebagai petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif, dan sebagai petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasardasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Allah dan sesamanya.25 Di antara ayat Al-Quran yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah seperti ayat di bawah ini :
ًِّْصيٰوةَ و ْأ ٍُرْ بِا ْى ََ ْعرُ ْوفِ وَأَّْ عَِِ ا ْىَُْ َنرِ وَاصْ ِبرْ عَيٰى ٍَا أَصَا َبلَ إَُِ ذِٰىلَ ٍِِْ عَز َ يٰبَُّْيَ أَقٌِِ اى .ٍّص ِعرْ خَ َدكَ ىِيَْاسِ وَﻻَ َتَْشِ فِى اْﻷَرْضِ ٍَرَحًا إَُِ اﷲَ ُموَ ٍُخْتَاهٍ فَخُ ْور َ ُ وَﻻَ ت.ِْاﻷٍُُوْر (١١-١٦ :۳١\ ُ)سورة ىقَا “Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”26 (Q.S. Luqmân/31: 17-18) Sementara itu, dasar pendidikan akhlak berikutnya adalah Sunnah. Menurut bahasa, sunnah berarti “perjalanan atau sejarah, baik atau buruk 24
Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 8. 25 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1997), Cet XXVI, h. 40. 26 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 412.
16
masih bersifat umum”. Sedangkan menurut istilah, sunnah berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi atau kepada seorang sahabat atau seorang setelahnya (tâbi‟în), baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat”.27 Mengingat kebenaran Al-Quran dan Sunnah adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan keduanya harus dilaksanakan dan apabila bertentangan harus ditinggalkan. Dengan demikian, berpegang teguh kepada keduanya akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.
3. Tujuan Pendidikan Akhlak Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok yang melakukan suatu kegiatan. Tujuan ilmu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.28 Yang dimaksud tujuan pendidikan adalah target yang ingin dicapai
suatu
proses
pendidikan.
Dengan
kata
lain,
pendidikan
dapat mempengaruhi performance manusia.29 Zakiah Daradjat mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak yaitu untuk membentuk karakter muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji. Dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan iman tersebut pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.30 Adapun tujuan pendidikan akhlak tidak lepas dari dasar yang menjadi pedoman pendidikan akhlak tersebut, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah. Dalam pedoman dasar tersebut terdapat arah tujuan yang akan dicapai yaitu terciptanya pribadi atau masyarakat yang berakhlak islam yaitu akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur‟an dan Sunnah. 27
Abdul Majid Khon, dkk., Ulumul Hadits, (Jakarta: PSW UIN Jakarta), h. 4-5. Djamaludin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), Cet. 2 (Revisi), h. 14 29 Asrorun Niam Shaleh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. 1-4, h. 78 30 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1993), h. 67-70. 28
17
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak yaitu untuk membuat peserta didik agar mampu melakukan nilai-nilai keimanan dengan baik sesuai dengan ajaran Islam yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah.
4. Metode Pendidikan Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai “cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud”.31 Sehingga dapat dipahami bahwa dalam pelaksanakan proses pembelajaran diperlukan yang namanya suatu metode yang tepat agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Oleh karena itu, pendidik harus mampu memahami dan menguasai berbagai metode dalam pendidikan. Sebab suatu metode bisa tepat untuk dipakai dalam suatu bidang pelajaran tertentu namun belum tentu tepat jika dipakai untuk bidang pelajaran yang lain. Adapun metode pendidikan akhlak adalah sebagai berikut : a. Metode Keteladanan Metode keteladanan adalah “suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan”.32 Hery Noer Aly mengatakan bahwa “pendidik akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya”.33 Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah dan paling banyak pengaruhnya
terhadap keberhasilan
penyampaian misi dakwahnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil.
31
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 1022. Syahidin, Metode Pendidikan Qurani: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Misaka Galiza,1999), Cet. I, h. 135. 33 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h. 178. 32
18
Hal ini bisa terjadi karena secara psikologis anak adalah seorang peniru, yang akan cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal. b. Metode Kisah Metode kisah merupakan metode yang sangat sederhana untuk diterapkan kepada peserta didik. Metode ini bertujuan agar para peserta didik dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus diikutinya. Sebaliknya, apabila kejadian tersebut bertentangan dengan ajaran Islam maka harus dihindari. Metode ini membutuhkan komunikasi yang aktif dan efektif. Oleh karena itu, hendaknya setiap pendidik bisa memilih bahasa yang mudah dipahami oleh setiap anak. An-Nahlâwî menjabarkan dampak penting dari pendidikan melalui kisah yaitu: Pertama, kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cerminan kesantaian dan keterlambatan sehingga dengan kisah, setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti
berbagai
situasi
kisah
tersebut
sehingga
pembaca
terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut. Kedua, interaksi kisah Qur‟ani dan Nabawi dengan diri manusia dalam keutuhan realitasnya tercermin dalam pola terpenting yang hendak ditonjolkan oleh al-Qur‟an kepada manusia di dunia dan hendak mengarahkan perhatian pada setiap pola yang selaras dengan kepentinganya. Ketiga, kisah-kisah Qur‟ani mampu membina perasaan ketuhanan melalui cara-cara berikut: 1) Mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi, rela dan lain-lain. 2) Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang menjadi akhir cerita. 3) Mengikutsertakan unsur psikis yang membawa pembaca larut dalam setting emosional cerita sehingga pembaca, dengan emosinya,
19
hidup bersama tokoh cerita. 4) Kisah Qur‟ani memiliki keistimewaan karena, melalui topik cerita, kisah dapat memuaskan pemikiran seperti pemberian sugesti, keinginan, dan keantusiasan, perenungan dan pemikiran.34 c. Metode Pembiasaan Menurut M.D. Dahlan, seperti dikutip oleh Hery Noer Aly, pembiasaan merupakan poses penanaman kebiasaan. Sedang kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya)”.35 Pembiasaan tersebut dapat dilakukan untuk membiasakan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir. Pembiasaan ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam melakukannya. Karena seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melakukannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan sesuatu yang telah dibiasakan dan akhirnya menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan akan tetap berlangsung sampai tua. d. Metode Memberi Nasihat Metode memberi nasehat bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pendidik untuk bisa mengarahkan peserta didik melalui nasehatnasehat yang bisa diambil dari berbagai kisah kebaikan yang mengandung banyak pelajaran yang bisa dipetik. Seperti menggunakan kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur‟an, kisah-kisah nabawi, maupun kisah-kisah umat terdahulu. „Abdurrahmân an-Nahlâwî, sebagaimana dikutip oleh Hery Noer Aly, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nasihat adalah “penjelasan kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat”.36 34
Abdurrahmân an-Nahlâwî, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, (Bandung: Diponegoro, 1992), Cet. II, h. 242. 35 Hery Noer Aly, op.cit., h. 134. 36 Ibid., h. 190.
20
e. Metode „Ibrah Secara sederhana, „ibrah berarti merenungkan dan memikirkan. Dalam arti umum dapat diartikan dengan “mengambil pelajaran dari setiap peristiwa”. „Abdurrahmân an-Nahlâwî mendefinisikan „ibrah sebagai “suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari dari suatu peristiwa yang disaksikan, diperhatikan, diinduksikan, ditimangtimang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu mendorongnya kepada perilaku berpikir sosial yang sesuai”.37
B. Konsep Novel 1. Pengertian Novel Istilah novel sama dengan istilah roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedang istilah roman berasal dari genre romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, Perancis,dan bagian-bagian Eropa daratan yang lain.38 Sebutan Novel dalam bahasa Inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia, berasal dari bahasa Itali Novella (yang dalam bahasa Jerman: Novelle). Secara harfiah novella berarti “sebuah barang baru yang kecil”, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa‟ (Abrams, 1981: 119). Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.39 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang 37
„Abdurrahmân an-Nahlâwî, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), Cet. II, h. 289. 38 Jacob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Penerbit Gramedia, 1986), Cet.1 h.29 39 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi , (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, , 2005), h. 9-10.
21
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”.40 Novel interaksinya
menceritakan dengan
berbagai
lingkungan,
masalah diri
kehidupan
sendiri,
serta
manusia
dalam
dengan
Tuhan.
Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan
dan
kehidupannya.
Walau
berupa
khayalan,
tidak
benar
jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.41 Di dalam dunia kesusastraan, secara garis besar mengenal tiga jenis teks sastra, yaitu teks naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog (drama).42 Salah satu ragam prosa adalah novel. Sebuah karya sastra biasanya mengandung luapan emosi penulis, termasuk novel. Setiap penulis biasanya akan menyisipkan pesan-pesan moral yang ada dalam setiap karyanya. Sehingga bagi pembaca novel, kegiatan membaca karya fiksi seperti novel berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Dengan begitu karya sastra seperti novel dapat menjadi media dalam rangka membantu proses pendidikan dan juga memberikan motivasi kepada peserta didik untuk rajin membaca.
2. Macam-macam Novel Jika dilihat dari segi mutunya, novel dibagi menjadi dua, yaitu: a. Novel Serius Novel serius atau disebut juga novel literer. Novel serius merupakan novel yang memerlukan daya konsentrasi yang tinggi dan kemauan jika ingin memahaminya.43 Novel serius di samping memberikan hiburan, juga secara implisit bertujuan memberikan pengalaman yang berharga
40
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 1079. Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 3. 42 Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. I h. 14. 43 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 18. 41
22
kepada pembaca, atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Novel
serius
biasanya
berusaha
mengungkapkan
sesuatu
yang
baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Novel ini mengambil realitas
kehidupan
sebagai
model,
kemudian
menciptakan
sebuah
“dunia baru” lewat penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Beberapa ciri novel serius ini adalah isi cerita didalamnya penuh inovasi,
segar,
dan
baru.
Selain
itu
kejadian
atau
pengalaman
yang diceritakan dalam karya sastra ini bisa dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra ini membicarakan halhal yang universal dan nyata, serta tidak membicarakan kejadian yang artifisial
(dibuat-buat)
dan
bersifat
kebetulan.
Karya
sastra
ini
mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya dalam membangun cerita.44 b. Novel Populer Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.45 Novel populer pada umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Biasanya novel ini akan cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Novel jenis ini lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati, karena novel jenis ini memang semata-mata menyampaikan cerita. Ia tidak berpretensi mengejar efek estetis, melainkan memberi hiburan langsung dari aksi ceritanya. 44 45
Widjojoko dan Endang Hidayat, op.cit., h. 44. Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 19.
23
Adapun ciri-ciri novel populer ini yaitu bertujuan sebagai hiburan sehingga cerita yang disuguhkan dengan cara yang ringan, mengasyikkan, namun tetap memiliki ketegangan, penuh aksi, warna dan humor. Tema dalam novel ini selalu hanya menceritakan kisah percintaan saja tanpa menyentuh permasalahan lain yang lebih serius. Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya bercerita yang sentimental. Selain itu, karena cerita berorientasi untuk konsumsi masa saja, maka pengarang novel populer rata-rata tunduk pada hukum cerita konvensional, sehingga jarang dijumpai usaha pembaharuan dalam novel jenis ini, sebab yang demikian itu akan ditinggalkan oleh massa pembacanya.46
3. Unsur-unsur Novel Novel mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya secara erat. Unsur-unsur pembangun sebuah novel dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering digunakan para kritikus dalam mengkaji dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.47 Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan antarunsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.48 Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari: tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. 1) Tema Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang digunakan untuk mengembangkan 46
Widjojoko dan Endang Hidayat, op.cit., h. 43. Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 23. 48 Ibid., h. 23. 47
24
cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.49 Berbagai unsur fiksi seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema. Menurut Stanton, tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh sebuah karya sastra. Maka masalahnya kemudian adalah makna khusus yang dapat dinyatakan sebagai tema atau jika makna tersebut dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub tema, atau tema-tema tambahan, makna yang manakah dan bagaimanakah yang dapat dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok novel yang bersangkutan.50 2) Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Atau lebih jelasnya, alur merupakan peristiwa-peristiwa yang disusun satu per satu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita.51 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa setiap peristiwa tidak bisa berdiri sendiri. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai cerita tersebut berakhir. Sehingga dengan demikian alur akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. 3) Penokohan Dalam Pembicaraan sebuah novel, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan
menunjuk pengertian
yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau paling tidak dalam tulisan ini 49
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 70. Robert Stanton, op.cit., h. 20 51 Ibid., h. 26. 50
25
akan dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walau memang ada diantaranya yang sinonim. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada
tokoh
cerita,
dan
pada
teknik
pengembangannya
dalam
sebuah cerita. 52 Istilah penokohan lebih luas cakupannya daripada tokoh. Sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh dalam cerita, bagaimana perwatakannya,
dan
bagaimana
penempatan
dan
pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Masalah penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita utuh.53 4) Latar Dalam Kamus Bahasa Indonesia, latar adalah: permukaan, halaman, rata, datar, dasar, sen, tempat dan waktu terjadi peristiwa dalam cerita.54 Unsur prosa yang disebut latar ini menyangkut tentang lingkungan geografi, sejarah, sosial dan bahkan kadang-kadang lingkungan politik atau latar belakang tempat kisah itu berlangsung. Latar pada sebuah novel kadang-kadang tidak berubah sepanjang ceritanya, meski kadangkala dalam beberapa novel lain berubah-rubah dan bahkan kontras satu sama lain. Robert Stanton mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.55 Latar atau yang sering disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa di mana peristiwa-peristiwa itu diceritakan.56 Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk menunjukkan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan
52
Burhan Nurgiantoro, op.cit., h. 164. Ibid., h. 166. 54 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 1206. 55 Robert Stanton, op.cit., h. 35. 56 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 216. 53
26
suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca, dengan demikian, merasa dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya. Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.57 Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata. Sedangkan latar waktu Latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap,
dan
lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas. 5) Sudut Pandang Menurut M.H. Abrams, seperti dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro, “sudut pandang menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk karya fiksi kepada pembaca”.58 Sudut pandang merupakan tempat atau posisi pencerita terhadap kisah yang dikarangnya, apakah ia berada di dalam cerita atau di luar cerita. Dengan kata lain, pengarang bebas menentukan apakah dirinya
57 58
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 227. Ibid., h. 248.
27
ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita. Secara garis besar, sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu persona pertama gaya “aku” dan persona ketiga gaya “dia”.59 Pada sudut pandang yang menggunakan persona pertama gaya “aku”, pengarang ikut terlibat dalam cerita. Sedangkan pada sudut pandang persona ketiga gaya “dia”, pengarang menjadi seseorang yang berada di luar cerita.60 b. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.61 Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Akan tetapi, unsur ini cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ini harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Pemahaman terhadap unsur ekstrinsik suatu karya akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tidak muncul dari kekosongan budaya. Bagian dalam unsur ekstrinsik yaitu keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup, serta biografi pengarang. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik berupa psikologi pengarang (proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karyanya. Serta unsur ekstrinsik yang lain, seperti pandangan hidup suatu bangsa dan sebagainya.62
59
Ibid., h. 256. Ibid., h. 256. 61 Ibid., h. 23. 62 Ibid., h. 24. 60
28
C. Hasil Penelitian Yang Relevan Sudah banyak hasil penelitian skripsi yang mengangkat novel karya Habiburrahman El-Shirazy, baik yang ada di dalam maupun di luar kampus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beberapa penelitian skripsi yang mengangkat karya Habiburrrahman El-Shirazy dan penulis ketahui yaitu : 1. “Analisis Isi Pesan Dakwah pada Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Siti Maryam, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2009. Penelitiannya dibatasi pada analisis isi pesan dakwah yang meliputi akidah, akhlak dan syariah. Persamaan penelitian Siti Maryam dengan
penelitian
penulis
terletak
pada
pengarang
yang
sama
yaitu Habiburrahman El-Shirazy dan objek novel yang dikaji. Sedangkan perbedaannya
terletak
pada
aspek
kajian,
yaitu
mengkaji
aspek
pesan dakwah. Sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji aspek pendidikan akhlak. 2. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
karya
Habiburrahman
El-Shirazy”.
Skripsi
ini
ditulis
oleh
Aep Saefulloh, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta pada tahun 2006. Penelitian ini dibatasi pada analisis unsur-unsur intrinsikekstrinsik dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel tersebut. Persamaan penelitian Aep Safulloh dengan penelitian penulis adalah pada pengarang yang sama dari obkjek yang dikaji, yaitu Habiburrahman El-Shirazy. Sedangkan perbedaannya ada pada aspek kajian dan objek kajian. Aep Saefulloh mengkaji aspek intrinsikekstrinsik dan aspek pendidikan akhlaknya saja dan objek kajiannya memakai
novel
Ayat-Ayat
Cinta,
sementara
penulis
adalah
novel
Dalam Mihrab Cinta. 3. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Arief Mahmudi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011. Penelitian ini dibatasi pada kajian nilai-nilai pendidikan
29
akhlak dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy. Persamaan penelitian Arief Mahmudi dengan penelitian penulis adalah pada pengarang dari objek kajian dan metodologinya, yaitu sama-sama mengkaji novel karya Habiburrahman El-Shirazy dan menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Persamaan lainnya adalah samasama menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan membatasi aspek penelitian pada pendidikan akhlak. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikaji dan penekanan penelitian. Penelitian Arief Mahmudi melakukan penelitian dengan objek kajian novel Ketika Cinta Bertasbih dan lebih menekankan pada satu aspek saja yaitu aspek akhlak terpuji, sedangkan penelitian penulis menggunakan objek kajian novel Dalam Mihrab Cinta dan aspek penelitiannya ditekankan pada dua aspek yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. 4. “Nilai-Nilai
Pendidikan
Akhlak
dalam
novel
Bumi
Cinta
karya
Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Ali Rif‟an, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Penelitian ini dibatasi pada kajian nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Persamaan penelitian Ali Rif‟an dengan penelitian penulis adalah pada pengarang dari objek kajian dan metodologinya, yaitu sama-sama mengkaji novel karya Habiburrahman ElShirazy dan menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Persamaan lainnya adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan membatasi aspek penelitian pada pendidikan akhlak. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikaji dan penekanan penelitian. Penelitian Ali Rif‟an melakukan penelitian dengan objek kajian novel Bumi Cinta. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat dimana kesamaan dan perbedaan dalam pengkajiannya, serta skripsi yang akan disusun ini dapat relevan dan menjadi sumber bacaan yang dapat dijadikan dasar pengetahuan atau referensi.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian Penelitian
yang
berjudul
“Nilai-Nilai
Pendidikan
Akhlak
Yang
Terkandung Pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman ElShirazy” ini dilaksanakan sejak tanggal 23 Februari 2014 digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks books yang ada di perpustakaan & internet. Terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai akhlak. Skripsi ini dilaksanakan di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Pusat Nasional di Jakarta Pusat.
B. Sumber Penelitian Sumber penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah literatur yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu menggunakan novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Sementara untuk menunjang penelitian ini, penulis juga menggunakan buku-buku atau sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara tentang pendidikan, akhlak dan teori fiksi.
C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan
pada
filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
31
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.1 Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan dipilihnya metode diskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan yang sudah ada. Adapun teknik pengumpulan data tersebut berupa : 1. Riset Kepustakaan (library research) memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya
hanya
pada
bahan-bahan
koleksi
perpustakaan
saja
tanpa memerlukan riset lapangan.2 Kajian pustaka adalah proses pendalaman, penelaahan, dan pengidentifikasian pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi, atau hasil penelitian lain) yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.3 Buku yang diriset seperti buku-buku yang terdapat di perpustakaan seperti: Dimensi-dimensi pendidikan Islam, Pengantar ilmu dan metodologi pendidikan Islam, pendidikan agama Islam, dan lain-lain. Riset ini dimaksudkan untuk mendapatkan acuan teori dalam melengkapi data yang ada. Dengan cara membaca buku-buku teks, internet,
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung: Alfabet, 2011), Cet. 14,. H. 9 2 Mestika Zed, Metodologi Penelitian kepustakaan, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2008), Cet. 1, h. 1-2 3 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. 10, h. 121
32
mempelajari literature sesuai dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Agar yang diperoleh benar-benar memiliki landasan teori dan acuan yang jelas. 2. Dokumentasi
digunakan
dalam
penelitian
sebagai
sumber
data
karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.4 Hal ini penulis menelusuri dokumen-dokumen yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta yang diperlukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Data yang diperoleh dari dokumentasi akan ditulis kedalam Bab IV gambaran hasil penelitian.
E. Instrumen Pengumpulan Data Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi, kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.5 Berupa bukti-bukti yang kongkrit seperti foto, rekaman, yang tentunya berkaitan dengan penelitian.
F. Analisis Data Analisis data adalah mengubah data mentah menjadi data yang bermakna yang mengarah pada kesimpulan.6 Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain, riset kepustakaan 4
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. 24, h.
217 5
Mahmud, Metode op.cit., h. 183 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 53 6
33
(library research) dan dokumentasi yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi-informasi yang diperoleh dari buku-buku, dan novel. Untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul maka dapat digunakan analisa kualitatif. Teknik analisa merupakan suatu cara untuk menguraikan keteranganketerangan data-data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang menelitinya, akan tetapi juga oleh orang yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data dengan riset kepustakaan (library research), dokumentasi, dan wawancara. Data riset kepustakaan (library research) berupa buku-buku perpustakaan yang berkaitan dengan buku-buku pendidikan, dan internet. Data wawancara berupa pertanyaanpertanyaan seputar novel Dalam Mihrab Cinta. Tujuannya adalah untuk mempermudah penulis skripsi dan para pembaca skripsi. 2. Reduksi Data Dalam reduksi data ini, data yang diperoleh dari riset kepustakaan (library research), dokumentasi, dan wawancara. Untuk memperoleh hasilnya difokuskan pada novel Dalam Mihrab Cinta. 3. Penyajian Data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informan yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan
kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. 4. Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan. Maksudnya hasil riset kepustakaan (library research), dokumentasi, dan wawancara disini adalah diolah sebaik mungkin sehingga menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Eksternal 1. Biografi Pengarang Habiburrahman El-Shirazy dalam pergaulan sehari-hari, dia biasa dipanggil dengan sapaan Kang Abik.1 Habiburrahman El Shirazy lahir di Semarang, pada hari Kamis tanggal 30 September 1976 dan memiliki enam bersaudara. Nama saudara kandungnya masing-masing bernama Ahmad Munif, Ahmad Mujib, Ali Imron, Faridatul Ulya, dan Muhammad Ulin Nuha.2 Habiburrahman El Shirazy menikah dengan Muyasaratun Sa‟idah dan dikaruniai dua orang putra, masing-masing bernama Muhammad Neil Author dan Muhammad Ziaul Kautsar.3 Habiburrahman El Shirazy sejak kecil dikenal telah banyak menorehkan prestasi. Beberapa prestasinya antara lain: juara II lomba menulis artikel tingkat MAN se-Surakarta pada tahun 1994, juara I lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jawa Tengah pada tahun 1994, juara I lomba pidato tingkat remaja se-eks Karesidenan Surakarta juga pada tahun 1994. Pada tahun 1994-1995, kala usianya baru menginjak 18 tahun, ia dipercaya menjadi pengisi acara syarh al-Qur‟ân di radio JPI Surakarta.4 Habiburrahman El Shirazy dikenal sebagai salah satu pengarang yang produktif. Sudah banyak karya yang telah dihasilkannya dan hampir seluruh karya-karyanya terutama dalam bentuk novel, laris terjual di pasaran. Oleh karena itu, penulis akan menceritakan kiprah dan perjalanan Habiburrahman El-Shirazy dalam lingkungan sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan karya-karya pengarang.
1
Habiburrahman El-Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra, (Semarang: Basmala Press, 2004), h.
215. 2
Anif Sirsaeba El Shirazy, Fenomena Ayat Ayat Cinta, (Jakarta: Penerbit Republika, 2007), Cet. II, h. 46. 3 Ibid. 4 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih, Jilid I, (Jakarta: Penerbit Republika, 2008), Cet. X, h. 8.
34
35
2. Lingkungan Sosial Budaya Habiburrahman El Shirazy dilahirkan di keluarga yang taat menjalani ajaran Islam, dan dilahirkan bukan dari keturunan pengarang. Ayahnya, Saerozi Noor, adalah sebagai seorang mubalig yang pernah belajar bahasa Arab dan kitab kuning di Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, langsung di bawah asuhan K.H. Muslih bin Abdurrahman. Syaikh Muslih sendiri dikenal sebagai seorang ulama kharismatik dan paling disegani di Jawa Tengah saat itu.5 Sedangkan ibunya, Siti Rodhiyah, meskipun hanya lulusan madrasah tsanawiyah, sering posonan (nyantri khusus pada bulan puasa) di beberapa pesantren di Jawa Tengah, seperti di beberapa pesantren di Kaliwungu, Kendal dan di Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan, Surakarta. Habiburrahman El Shirazy juga dibesarkan di lingkungan yang masih memegang teguh tradisi budaya Jawa. Salah satu tradisi dilingkungannya yang sampai hari ini masih dipertahankan adalah tradisi selamatan ulang tahun.6 Tentu saja dengan latar sosial budaya yang ada dalam lingkungannya, secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi pola pikirnya. Hal inilah yang menjadi salah satu unsur ekstrinsik turut mempengaruhi karya yang dihasilkan. Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El Shirazy banyak mengangkat kehidupan kaum santri dan tradisi Jawa yang kesemuanya itu tidak terlepas dari sosial budaya dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Lingkungan Pendidikan Habiburrahman El Shirazy memulai pendidikan menengahnya di Madrasah Tsanawiyah. 1 Mranggen, Demak, sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Anwar pada kota yang sama di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta dan lulus pada tahun 1995. Kemudian ia melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadis Universitas AlAzhar, Kairo, Mesir dan selesai pada tahun 1999. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya di The Institute for Islamic Studies in Cairo dan selesai 5 6
Anif Sirsaeba El Shirazy, op.cit., h. 47. Ibid., h. 73.
36
pada tahun 2001. Namun karena situasi yang sulit ia tidak sempat menulis tesis. Oleh sebab itu ia hanya mendapat gelar Pg.D. (Postgraduate Diploma) atau Diploma Pascasarjana dan bukan gelar M.A. (Master of Arts).7 Habiburrahman El Shirazy sejak kecil dikenal telah banyak menorehkan prestasi. Beberapa prestasinya antara lain: juara II lomba menulis artikel tingkat MAN se-Surakarta pada tahun 1994, juara I lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jawa Tengah pada tahun 1994, juara I lomba pidato tingkat remaja se-eks Karesidenan Surakarta juga pada tahun 1994. Pada tahun 1994-1995, kala usianya baru menginjak 18 tahun, ia dipercaya menjadi pengisi acara syarh al-Qur‟ân di radio JPI Surakarta.8 Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa lingkungan pendidikan pengarang sebagai salah satu unsur ekstrinsik yang turut mempengaruhi karya-karya yang telah dihasilkan oleh Habiburrahman El-Shirazy.
4. Lingkungan Ekonomi Habiburrahman El Shirazy selain dikenal sebagai novelis, dai, dosen dan sutradara, ternyata adalah seorang wirausahawan. Bersama adiknya, Anif Sirsaeba dan budayawan Prie GS, ia mendirikan Pesantren Basmala Indonesia yang berlokasi di Semarang. Pesantren ini memiliki visi membangun kekaryaan dan kewirausahaan. 9 Pesantren Basmala adalah salah satu bentuk wirausaha yang didirikan dan dikembangkan oleh Habiburrahman El Shirazy, adiknya Anif Sirsaeba dan budayawan Prie GS yang bertujuan untuk menghimpun karya-karya para penulis untuk diterbitkan sendiri atau dengan menjalin kemitraan bersama pihak kedua. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa lingkungan ekonomi pengarang sebagai salah satu unsur ekstrinsik yang turut mempengaruhi karya-karya yang telah dihasilkan oleh Habiburrahman El-Shirazy
7
Anif Sirsaeba El Shirazy, Fenomena Ayat Ayat Cinta…, h. 165. Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih, Jilid I, (Jakarta: Penerbit Republika, 2008), Cet. X, h. 8. 9 Lihat “Selayang Pandang tentang Ayat Ayat Cinta dan Embrio Pesantren Basmala Indonesia”, dalam Habiburrahman El Shirazy, Ayat Ayat Cinta, (Jakarta: Penerbit Republika, 2008), Cet. XXXI, h. 415. 8
37
5. Karya-Karya Pengarang Habiburrahman El-Shirazy telah menghasilkan beberapa karya sastra populer yang telah terbit antara lain : a. Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004) b. Diatas Sajadah Cinta (Basmala, 2004) c. Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005) d. Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005) e. Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007) f. Ketika Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007) g. Dalam Mihrab Cinta The Romance (Ihwah Publishing, 2010) h. Bumi Cinta (Basmala, 2010) Selain itu, Habiburrahman El-Shirazi saat ini sedang merampungkan beberapa judul novel yang belum selesai, diantaranya sebagai berikut : a. Langit Makkah Berwarna Merah b. Bidadari Bermata Bening c. Bulan Madu di Yerussalem.
B. Tinjauan Internal 1. Sinopsis Novel Dalam Mihrab Cinta ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Syamsul Hadi yang bertekad untuk menuntut ilmu di sebuah pesantren di Kediri. Syamsul Hadi tergolong anak yang pandai dan cerdas, ia siswa terbaik di sekolahnya. Terbukti selama SMA ia dikenal sebagai suhu-nya matematika dan memenangkan Olimpiade Matematika Tingkat SMA Se-Jawa Tengah. Bahkan ada dua perguruan tinggi negeri terkemuka di Semarang menawarinya beasiswa setelah ia memenangkan lomba tersebut. Namun, ia justru memilih jalur yang sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh seluruh anggota keluarganya, yaitu memilih nyantri di sebuah pondok pesantren. Ayahnya sangat kecewa dengan keputusan sang anak. Sejumlah dana sudah disiapkan jika saja ia mau kuliah mengambil jurusan matematika, akuntansi atau
38
ekonomi. Namun Syamsul melihat matematika tidak lagi menjadi tantangan bagi dirinya, ia ingin sebuah tantangan baru. Hingga akhirnya ia memilih nyantri di pondok pesantren Al Furqan, Pagu, Kediri ketimbang menuruti kehendak ayahnya yang menginginkan dirinya untuk melajutkan kuliah selepas SMA. Di pesantren, prestasi Syamsul terbilang sangat cemerlang. Ia bisa melompat kelas berkali-kali guna mengejar ketertinggalannya. Namun keinginannya untuk bisa terus menimba ilmu di pesantren harus sirna. Akibat fitnah pencurian dari teman sekamarnya, Burhan. Syamsul harus babak belur dihajar seluruh penghuni pondok dan diusir dari pondok tempatnya menimba ilmu. Ia merasa dizolimi dan tidak terima atas perlakuan tidak adil tersebut. Belum lagi hukuman takzir dari pesantren yang ia terima, rambutnya harus rela digunduli dihadapan seluruh penghuni pesantren. Dari sinilah konflik demi konflik menghujani batin Syamsul. Tentu saja hatinya sangat hancur, apalagi tekanan dan ketidakpercayaan dari pihak keluarganya. Berkali-kali ia mencoba meyakinkan keluarganya, berulang kali pula cibiran dan hinaan ia dapatkan, Hingga akhirnya ia pergi meninggalkan rumah dan keluarganya. Menurutnya apalah arti hidup ini jika keluarga sendiri sudah tidak mempercayainya. Melalui tokoh utama (Syamsul) dalam novel tersebut, Habiburrahman ElShirazy berusaha menyampaikan berbagai pesan moral islami (akhlak) kepada para pembaca, khususnya remaja. Lewat tokoh Syamsul, El-Shirazy membius para pembaca novel Dalam Mihrab Cinta dari berbagai sisi kehidupan Syamsul. Mulai dari sisi kelamnya hingga sisi kebangkitan hidupnya dari seorang pencopet menjadi seorang guru ngaji, higga akhirnya menjadi seorang da‟i muda ternama.
2.
Tema Tema yang diangkat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-
Shirazy adalah “Religi dan Percintaan”. Hal ini dapat diketahui dari karakter tokoh utamanya, yaitu Syamsul. Melalui tokoh Syamsul, novel ini menampilkan sosok Syamsul yang memiliki keinginan untuk menuntut ilmu di sebuah pesantren. Namun jalan cerita hidupnya yang penuh ujian membuat ia sempat jauh dari Allah, akan tetapi ia berhasil bertaubat dan kembali mendekatkan diri kepada Allah. Novel ini juga diselingi oleh kisah percintaan antara Syamsul dengan Silvie dan Zizi.
39
3.
Alur Alur yang digunakan oleh pengarang pada novel Dalam Mihrab Cinta adalah
alur maju atau progresif. Hal ini dapat dilihat dari kejadian-kejadian yang dikisahkan berjalan secara kronologis (sesuai dengan urutan waktu). Peristiwa pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa berikutnya.
4.
Penokohan Tokoh terpenting pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El
Shirazy adalah: a. Syamsul (Tokoh Protagonis) Nama lengkapnya adalah Syamsul Hadi. Ia adalah seorang santri di pesantren Al-Furqan Kediri. Dibesarkan dari keluarga pedagang batik di Pekalongan Jawa Tengah. Syamsul berkeinginan untuk menuntut ilmu di sebuah pesantren yang ada di Kediri. Ia tidak mau sama dengan ayahnya dan kedua kakaknya yang semuanya sukses sebagai pedagang batik. Ia ingin sukses dijalur yang berbeda. Karena itulah meskipun ayahnya tidak setuju dengan keputusannya, tetapi ia tetap nekat melangkahkan kakinya menentukan takdirnya sendiri Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Syamsul. Syamsul berharap bahwa keluarganya akan lebih memercayai penjelasannya ketimbang Pengurus Pesantren yang salah. Ia menceritakan kronologis peristiwanya sampai ia dihakimi seluruh pondok. Ia menegaskan bahwa ia terkena fitnah. Ia tidak pernah mencuri di pesantren. Namun penjelasannya itu tidak bisa diterima oleh seluruh anggota keluarganya. Ayahnya malah bertambah marah. Kedua kakak dan ibunya juga lebih percaya pada keputusan pengurus pesantren.10 b. Burhan (Tokoh Antagonis) Burhan adalah seorang santri di pesantren Al-Furqan Kediri. Ia memiliki sifat yang angkuh dan juga memiliki ketertarikan dengan wanita bernama Zizi (puteri Kiai Pesantren Al-Furqan). Ia merasa cemburu ketika teman satu kamarnya (Syamsul) dekat dengan Zizi. Sehingga akhirnya Burhan rela menjebak Syamsul 10
Habiburrahman El Shirazy, Dalam Mihrab Cinta The Romance, (Semarang: Pesantren Basmala Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 90
40
dengan memfitnahnya sebagai seorang pencuri yang telah mengambil dompet dalam lemarinya. Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Burhan. “Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan apa saja untuk menutupi kejahatannya Pak Kiai. Baiklah, saya bersumpah bahwa apa yang baru saja saya katakan benar. Jika saya berdusta maka semoga segala laknat Allah menimpa saya.”11 c. Silvie (Tokoh Protagonis) Silvie adalah anak dari Pak Heru, seorang pengusaha travel. Ia adalah kekasih Burhan yang pernah dicopet dompetnya oleh Syamsul. Ia sangat cantik, cerdas dan baik hati, namun agak keras kepala. Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Silvie. “Apa telingamu bermasalah Bung. Ayahku cukup berbicara satu kali. Tak perlu diulang. Ini cincin dustamu itu saya kembalikan! Dasar santri bajingan!” Darah muda Silvie bergolak. Ia yang biasanya berbicara lembut saat itu amarahnya meledak.12 d. Zidna Ilma (Zizi) (Tokoh Protagonis) Zidna Ilma adalah adik dari Kiai Miftah puteri pemilik pesantren Al-Furqan Kediri. Ia sangat menyukai sosok Syamsul yang baik karena telah berusaha menolongnya dari orang yang akan mencuri barang miliknya sewaktu di kereta menuju Kediri. Ia juga percaya bahwa Syamsul bukanlah seorang pencuri. Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Zidna Ilma (Zizi) “Kangmas, Zizi bebicara bukan hanya sebagai adik dan kakak sama Kakang. Tapi juga bicara pada Kakang selaku pemimpin Pesantren Al Furqon ini. Zizi yakin, Mas Syamsul bukanlah pencuri. Bukan dia yang melakukan pencurian itu”13 11
Ibid., h. 78 Ibid., h. 201 13 Ibid., h. 88 12
41
e. Nadia (Tokoh Protagonis) Nadia adalah adik perempuan Syamsul. Ia merasa iba pada kondisi yang dialami oleh Syamsul. Ia sedih ketika mengetahui kakaknya ternyata benar-benar masuk penjara karena mencuri dan tidak mau kembali pulang ke rumahnya setelah ditebus keluar dari penjara. Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Nadia. “Sudahlah, Kak. Jangan bahas itu lagi. Yang penting kakak sembuh dulu. Nadia akan rawat kakak. Kakak jangan kecil hati, selama Allah bersama kakak, maka kakak jangan takut bahwa semua manusia memusuhi kakak.”14 f. Kiai Miftah (Tokoh Protagonis) Pak Kiai Miftah adalah kakak dari Zizi (Zidna Ilma). Ia adalah pimpinan pesantren Al-Furqan Kediri. Pak Kiai Miftah merasa bersalah karena ceroboh dalam menyikapi kejadian yang menimpa Syamsul. Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Pak Bambang. “Baiklah, semuanya lebih jelas. Untuk memutuskan siapa yang sesungguhnya harus dihukum, silakan pengurus bermusyawarah. Dan sekalian tentukan hukuman yang paling bijak.” Kata Pak Kiai sambil memandang wajah para pengurus. Lalu beliau pergi.15 g. Pak Bambang (Tokoh Antagonis) Pak Bambang adalah ayah Syamsul. Pak Bambang seorang yang berwatak keras dan pemarah namun bijak. Ia tidak setuju dengan keinginan Syamsul yang ingin menuntut ilmu di Pesantren. Ia juga sangat tidak percaya terhadap musibah yang menimpa Syamsul yang difitnah sebagai pencuri. Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tokoh Pak Bambang. “Kalian ini, dasar perempuan, baru membaca surat gombal kayak gitu saja berubah. Itu hanya akting si Syamsul. Aku sudah tidak percaya lagi sama anak brengsek itu!” Jawab Pak Bambang marah.16 14
Ibid., h. 91 Ibid., h. 78 16 Ibid., h. 99
15
42
5. Latar Latar yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. a. Latar Tempat Latar tempat pada novel Dalam Mihrab Cinta secara spesifik akan dipaparkan lokasi-lokasi kejadian dalam novel tersebut, yaitu : 1. Stasiun Pekalongan Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Stasiun Pekalongan. Becak itu memasuki halaman Stasiun Pekalongan. Bangunannya nampak sudah tua. Tidak berubah sejak dibuat oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Gadis itu turun dan menyerahkan uang beberapa ribu kepada tukang becak. Ia lalu melangkah membawa barang bawaannya memasuki stasiun.17 2. Kereta Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di dalam Kereta. “Ini gerbong berapa pak?” Tanyanya pada seorang petugas kereta. Karena tergesa-gesa ia tidak sempat memerhatikan di gerbong berapa ia meloncat.18 3. Pondok Pesantren Al-Furqon (Kediri, Jawa Timur) Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Pondok Pesantren Al-Furqon. Siang itu Pesantren Al Furqon yang terletak di daerah Pagu, Kediri, Jawa Timur geger. Pengurus Bagian Keamanan menyeret seorang santri berambut gondrong yang diyakini mencuri. Para santri terus menghajar santri berambut gondrong itu. Pukulan, tamparan, tendangan, terus bertubi-tubi mengenai tubuh yang lemah itu.19 17
Ibid ., h. 1 Ibid., h. 4 19 Ibid., h. 73 18
43
4. Kamar Khusus Tamu Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Kamar Khusus Tamu. Syamsul sangat terkesan dengan sambutan Ketua Pengurus bernama Zaim itu. Ia beranjak mengikuti Zaim yang membawanya ke kamar khusus para tamu. Kamar itu cukup luas. Syamsul mengira, luasnya kira-kira lima kali delapan meter. Kamar itu ful karpet. Di atas karpet ada empat kasur busa yang tertata rapi. Di pojok kamar ada kamar mandi.20 5. Masjid Pesantren Al Furqan Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Masjid Pesantren Al-Furqon. Saat azan ashar berkumandang, Syamsul keluar dari kamar tempat ia istirahat. Ia ingin merasakan shalat berjamaah. Masjid tua itu penuh oleh para santri. Seorang lelaki muda berumur mendekati empat puluh tahun memasuki masjid. Syamsul yakin itu adalah Kiai Miftah. Seorang santri mengumandangkan iqamat. Shalat didirikan. Selesai shalat, seluruh santri mengikuti zikir yang dipimipin Kiai Miftah.21 6. Warung Mie Godog Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Warung Mie Godok. Setelah hampir satu jam berbincang-bincang dengan kakek itu, Syamsul pamit setelah membayar mie godog yang mengenyangkan perutnya. Keluar dari warung itu Syamsul melihat ke kiri dan ke kanan. Ke kiri ia kembali masuk pesantren, atau ke kanan berarti ia kembali melihat-lihat sisi lain dari kampung di sekitar pesantren.22 7. Kamar Santri Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Kamar Santri. Kamar Syamsul Nampak rapi. Memang pesantren itu mengajarkan kerapian dalam bentuk praktik. Almarhum Kiai Baejuri sangat 20
Ibid., h. 38 Ibid., h. 38 22 Ibid., h. 42 21
44
menekankan pentingnya kerapian, keteraturan dan kebersihan pada santrisantrinya.23 8. Gudang Pesantren Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Gudang Pesantren. Beberapa menit kemudian eksekusi itu selesai. Syamsul dibawa lagi ke dalam gudang. Dua orang pengurus membawa seember air dan menyuruhnya mandi. Ikatan di tangan dan di kakinya dilepas. Semua barang Syamsul telah dikemas rapi dan diletakkan di gudang.24 9. Ruang Tamu Pesantren Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Ruang Tamu Pesantren. Jam sebelas malam orangtua Syamsul datang. Kiai Miftah menemui di ruang tamu pesantren. Syamsul berikut barang-barangnya dihadirkan. Kiai didampingi pengurus pesantren menjelaskan semuanya.25 10. Kamar Syamsul Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Kamar Syamsul. Syamsul istirahat di kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Ia merintih kepada Tuhan, “Ya Allah, jika keluarga sudah tidak percaya kepadanya. Apalagi arti hidup di dunia ini.”26 11. Rumah Syamsul (Pekalongan, Jawa Tengah) Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Rumah Syamsul. Kepulangan Syamsul ke rumahnya menyebar ke seluruh Pekalongan. Kini Syamsul sudah sangat dikenal karena wajahnya sering nampak di layar televisi. Takmir Masjid Agung mengetahui perihal kepulangan seorang 23
Ibid., h. 50 Ibid., h. 80 25 Ibid., h. 80 26 Ibid., h. 90 24
45
santri, putra Pekalongan, yang kini jadi mubaligh nasional terkenal di Jakarta.27 12. Pasar Johar Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Pasar Johar. Ia mencoba untuk bersabar. ia kembali mencoba mencari kerja hari itu.kerja apa saja, yang penting bisa untuk makan. Ia pergi ke pasar Johar. Ia menawarkan diri untuk jadi buruh panggul di pasar Johar, tetapi ia ditolak. Sudah lebih dari cukup buruh panggul yang ada di pasar Johar. Ia lalu menawarkan diri menjadi kernet angkot, tidak ada yang menerimanya. Satu hari penuh ia berjalan mencari pekerjaan, yang ia dapat adalah rasa lapar, haus, dan letih. Sementara uangnya tinggal seribu rupiah28 13. Polsek Semarang (Semarang, Jawa Tengah) Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Polsek Semarang. Sejak tertangkap itu Syamsul mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu. Ia satu sel dengan dua orang narapidana yang tertangkap karena mencuri sepeda motor. Dua narapidana itu mengajaknya untuk bergabung dalam komplotannya. Ia pura-pura mengiyakan, sebab ia takut jadi bulanbulanan mereka. Ia diberi tahu trik-trik mencuri sepeda motor yang canggih. Juga trik-trik mencuri rumah orang kaya.29 14. Terminal Lebak Bulus (Jakarta Selatan) Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Terminal Lebak Bulus. Syamsul sudah tahu bahwa ia sampai di Lebak Bulus. Ia bertanya untuk mengusir keraguan kakinya melangkah. Ia baru pertama kalinya ke Jakarta. Ia sama sekali belum pernah ke Jakarta. Kalau ke Bali, malah sudah. Ia ke pulau Dewata itu saat perpisahan kelas tiga SMA.30 15. Villa Gracia (Parung Bogor, Jawa Barat) Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Villa Gracia. 27
Ibid., h. 243 Ibid., h. 104 29 Ibid., h. 108 30 Ibid., h. 119 28
46
Ia lalu memeriksa alamat yang ada di KTP gadis itu. Ia lalu melangkah keluar sambil menenteng tas ranselnya. Sekalian shalat Ashar ia hendak pinjam kendaraan pada Pak Abas. Ia ingin mencari alamat yang ada di KTP itu yang kelihatannya tidak jauh dari tempat ia tinggal. Gadis itu tinggal di Villa Gracia, Parung bagian timur. Sementara dirinya ada di Parung bagian barat.31 16. Perpustakaan STAI Daarud Dakwah Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan latar tempat di Perpustakaan STAI Daarud Dakwah. Di dalam perpustakaan ia hanya menjumpai satu orang saja yang sedang sibuk membaca sebuah kitab berbahasa Arab. Dan orang itu adalah orang yang paling ia kagumi di kampus itu. Orang itu adalah Dr. Fathul Hadi, dosen hadis merangkap dosen sejarah peradaban Islam. Dia orang yang „alim dan rendah hati.32 17. Fakultas Ekonomi UI Depok Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Fakultas Ekonomi UI Depok. Syamsul kemudian pamit. Ia langsung meluncur ke kampus UI Depok. Ia mencari Fakultas Ekonomi. Setelah ketemu ia mencari mushallanya.di mushalla itu dia menelaah apa yang disampaikan Dr. Fathul Hadi, dan membaca buku yang ditulis Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawi.33 18. Studio TVE Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar tempat di Studio TVE. Ia muncul di televisi satu pekan dua kali selama Ramadhan. Ia mempersiapkan ceramahnya dengan sungguh-sungguh. Ia ajak remaja masjid untuk menyertainya latihan. Seolah-olah ia berada di studio dan mereka sebagai audien-nya. Ia minta masukan dan kritikan. Sampai menemukan bentuk dan performa terbaik.34 31
Ibid., h. 131 Ibid., h. 152 33 Ibid., h. 191 34 Ibid., h. 216-217 32
47
b. Latar Waktu Latar waktu pada novel Dalam Mihrab Cinta ini lebih terpusat pada waktu harian, seperti pagi, siang, sore, dan malam. Berikut ini latar waktu yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
1) Latar pagi Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar waktu di pagi hari. Pagi itu ia rasakan begitu segar. Hatinya telah kembali menemukan ruhnya. Setelah menyapu halaman ia mencari sarapan. Ada penjual nasi uduk di pinggir jalan dekat masjid. Sebungkus nasi uduk, dua bakwan, dan sebungkus kolak sudah cukup untuk menyegarkan badannya. Ia sarapan dengan lahap. Setelah itu ia membaca diktat kuliahnya. Lalu mandi.35 2) Latar siang Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar waktu di siang hari. Sementara di penjara Polsek Tugu Semarang, Siang itu Syamsul baru saja menyantap jatahnya makan siang. Seorang polisi datang dan membawanya keluar. Di ruang tamu ia melihat seorang gadis berjilbab. Hatinya berdesir. Nadia. Antara gembira dan sedih terbit dalam hatinya. Gembira bertemu adiknya, sedih karena kini adiknya tahu ia benar-benar seorang kriminil.36 3) Latar sore Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar waktu di sore hari. Sore hari berikutnya, Syamsul kembali ke Perumahan Villa Gracia. Ia datang untuk dua agenda. Pertama, untuk mengajar Della dan yang kedua untuk menemui Pak Doddy berkenaan dengan ceramah pagi di stasiun swasta. Seperti biasa selesai mengajar Della Syamsul menunggu di masjid. Sebab janji dengan Pak Doddy adalah selepas shalat Isya.37 35
Ibid., h. 179 Ibid., h. 112 37 Ibid., h. 195 36
48
4) Latar Malam Berikut adalah kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang latar waktu di malam hari. Malam itu ia tidur dengan hati tenang, tanpa rasa cemas lagi. Ia yakin bahwa ia akan bisa bertahan hidup di ibukota. Bahkan ia akan membuktikan
pada
dunia,
bahwa
ia
bisa
sukses
seperti
yang
diharapkannya, meskipun harus melalui perjuangan yang panjang, dan harus melewati penderitaan yang tidak ringan.38 c. Latar Sosial Latar sosial pada novel Dalam Mihrab Cinta terdapat beragam, diantaranya yaitu kebudayaan Jawa. Latar kebudayaan Jawa dapat dilihat dari cuplikan kata-kata yang menggunakan bahasa Jawa sebagai penjelas. Berikut ini merupakan sebagian dari penggunaan latar kebudayaan Jawa. “Kangmas, suatu hari kebenaran itu pasti akan jelas. Becik ketitik olo kethoro! Sebaiknya Kangmas ingat baik-baik apa yang dikatakan Syamsul ketika dia dizalimi.”39 6. Sudut Pandang Pada novel Dalam Mihrab Cinta, pengarang menggunakan persona ketiga “dia” mahatahu (the omniscient narrator) karena pengarang mengetahui dan menceritakan segala hal yang terjadi pada tokoh, baik berupa tindakan dan ucapan nyata maupun yang berupa pikiran atau perasaan. Berikut ini narasi yang menggambarkan penggunaan sudut pandang persona ketiga “dia” mahatahu. Akhirnya ia tidak jadi pulang. Ia lebih baik langsung ke masjid saja. Sampai di masjid ia dibuatkan teh hangat oleh penjaga masjid. Ia bahkan harus menjadi imam shalat maghrib dan shalat isya‟ di masjid itu.40
38
Ibid., h. 125 Ibid., h. 89 40 Ibid., h. 129-130 39
49
C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy berbentuk deskripsi cerita, dialog antartokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam bab ini penulis akan mencoba mengggali nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kalimat dan dialog antar tokoh yang terdapat pada novel “Dalam Mihrab Cinta” sebagai hasil temuan dalam penelitian ini.
1. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sebagai titik tolak akhlak kepada Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Setiap muslim harus meyakini bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupan. Allah-lah yang mengatur alam semesta beserta isinya. Menurut Moh. Ardani, setidaknya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yaitu : - Karena Allah telah menciptakan manusia. - Karena Allah telah memberikan perlengkapan pancaindera dan anggota badan kepada manusia. - Karena Allah telah menyediakan berbagai sarana hidup bagi manusia. - Karena Allah telah memberi kemampuan kepada manusia untuk mengelola alam.41 Dalam kajian akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy mencakup tujuh hal, yaitu : Syukur, Memuliakan Rasul, Sabar, Taubat, Ikhlas, Upaya Meningkatkan Ketakwaan dan Tawakkal (Berserah Diri).
41
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), Cet. II, h. 66-67.
50
a. Syukur Syukur adalah sikap yang harus dilakukan oleh setiap manusia, karena dengan bersyukur berarti kita mengakui bahwa Allah SWT itu maha kuasa dan kepada-Nyalah kembalinya segala urusan. Manusia diperintahkan untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT bukanlah untuk kepentingan Allah SWT itu sendiri, melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Menurut Moh. Ardani, syukur adalah merasa gembira atas pemberian dan karunia-Nya, menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan, memelihara dan menggunakan karunia itu sesuai dengan kehendak-Nya.42 Syukur adalah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar atas tiga hal, yang apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu: mengakui
nikmat
dalam
batin,
membicarakannya
secara
lahir
dan
menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah SWT. Jadi syukur itu berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan. Hati untuk ma‟rifah dan mahabbah, lisan untuk memuja dan menyebut nama Allah SWT, dan anggota badan untuk menggunakan nikmatyang diterima sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.43 Konsep syukur dapat dilihat dalam Al-Qur‟an diantaranya :
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Q.S. Al-Lukman: 12)44 42
Moh. Ardani, op.cit., h. 121. Yunahar Ilyas, Kuliah Ahklak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), cet. XI, h. 50 44 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Cahaya Qur‟an, 2006), h. 412. 43
51
Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan RasulNya, salah satunya tentang sikap syukur. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel tersebut yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang syukur. Syamsul menerima kartu nama itu dengan hati diliputi rasa syukur kepada Allah SWT. Syamsul lalu melangkah ke halaman masjid dan menaiki motornya. Ia mengendarai motornya meninggalkan masjid. Pak Doddy Alfad melihat kepergian Syamsul sampai hilang dari pandangan matanya. Direktur Program sebuah stasiun TV Swasta itu tersenyum. Ia telah menemukan angsa baru yang akan menelurkan emas untuk programnya.45 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak berupa rasa syukur. Tokoh utama pada novel, yaitu Syamsul, sedang bersyukur kepada Allah SWT. Syamsul tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan sebuah kepercayaan untuk mengisi program ceramah pagi dari seorang direktur program salah satu stasiun TV Swasta yang ada di Jakarta. Begitu pula dengan Doddy Alfad (Direktur program stasiun TV Swasta) bersyukur karena telah bertemu dengan Syamsul yang ia percaya dapat membantu untuk kesuksesan program acara TV-nya.
b. Memuliakan Rasul Kecintaan merupakan konsep yang paling penting dan agung dalam Islam. Mencintai Rasulullah SAW adalah sebuah prinsip dan kewajiban dalam Islam. Setiap muslim diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menghormati,
mengagungkan, mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut:
45
Habiburrahman El Shirazy, Dalam Mihrab Cinta The Romance, (Semarang: Pesantren Basmala Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 186
52
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[574]. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Araaf/7: 157).46 Maksud dari ayat ini bermakna memuliakan Rasulullah SAW, salah satu caranya adalah dengan selalu mengamalkan hadis-hadis Rasul. Pada novel Dalam Mihrab Cinta, tampaklah Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang memuliakan Rasul. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan tentang memuliakan Rasul. Ia mengendarai motornya dengan wajah cerah. Sepanjang jalan ia tiada hentinya membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Ia sudah berazam tidak akan sekali-kali mengambil harta orang lain lagi. Ia sudah mulai mengembalikan dompet yang ia copet satu per satu. Setiap bulan minimal ia mengirim dua dompet lengkap bersama isinya. Ia menganggap itu seperti menyicil membayar hutang.47 Dalam bagian ini, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan tokoh Syamsul yang sangat mencintai Rasulullah SAW. Syamsul mengungkapkan rasa kecintaannya dengan cara tiada hentinya membaca shalawat kepada Rasulullah SAW ketika ia sedang mengendarai motornya di sepanjang jalan. Sebagai ummat beliau, hendaknya kita senantiasa selalu mengamalkan sunnah Rasul. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain terkait nilai-nilai pendidikan akhlak tentang memuliakan Rasul.
46 47
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 170. Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 180
53
Dengan tenang dan suara yang tertata serta intonasi yang terjaga ia menyampaikan kalimat demi kalimat yang menyejukkan jiwa. Syamsul menyampaikan keutamaan kalimat thayyibah dan bagaimana dahulu Rasulullah SAW mendapat rintangan yang tidak ringan saat mendakwahkannya.48 Penggalan di atas juga menunjukkan bahwa tokoh Syamsul adalah sosok yang sangat memuliakan Rasulullah SAW. Syamsul mengingatkan kepada para jamaah dalam ceramahnya tentang betapa berat rintangan yang Rasulullah SAW dapatkan ketika beliau sedang berjuang menyebarkan dakwah Islam pada saat itu. c. Sabar Sabar adalah suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihad8apinya. Namun yang perlu dicatat, tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar dalam definisi yang paling tepat adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan rida dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan.49 Konsep sabar dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an, antara lain di Surat AlBaqarah ayat 155-156. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".50 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang sabar. Sebagai gambaran,
48
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 213 Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. V, h. 10. 50 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 685. 49
54
berikut penulis tampilkan bagian pada novel tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang sabar. Ia mencoba untuk bersabar. Ia kembali mencoba mencari kerja hari itu. Kerja apa saja, yang penting bisa untuk makan. Ia pergi ke pasar Johar. Ia menawarkan diri untuk jadi buruh panggul di pasar Johar, tetapi ia ditolak. Sudah lebih dari cukup buruh panggul yang ada di pasar Johar. Ia lalu menawarkan diri menjadi kernet angkot, tidak ada yang menerimanya.51 Pada bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan konsep sabar. Pada kutipan di atas digambarkan bagaimana tokoh Syamsul yang berusaha bersikap sabar atas usaha yang di telah dilakukannya dalam mencari suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia hendaknya mampu untuk memiliki sikap sabar dalam kehidupannya. d. Taubat Taubat secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai “sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.”52 Menurut Moh. Ardani taubat adalah “Sikap yang menyesali perbiuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi (perbuatan buruk) serta melakukan perbuatan baik.”53 Manusia diperintahkan untuk bertaubat kepada Allah SWT. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut.
51
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 104 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 1718. 53 Moh. Ardani, op.cit., h. 70. 52
55
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. At-Tahrim/66:8)54 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang taubat kepada Allah SWT. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel tentang taubat kepada Allah SWT. Kata-kata Pak Broto itu menyengat hati nurani dan jiwa Syamsul. Matanya berkaca-kaca. Dadanya sudah basah oleh rasa haru luar biasa. Ia akhirnya menerima amanah itu. Dan hari itu juga ia tunaikan amanah itu seperti yang disampaikan Pak Broto. Malam harinya Syamsul menangis sejadi-jadinya kepada Allah. “Ya Allah, semua orang kini menganggapku sebagai orang baik. Engkau Maha Mengetahui bahwa hamba bukan orang baik. Ya Allah ampunilah hamba-Mu yang berlumur dosa ini ya Allah. Hamba ingin benar-benar menjadi orang yang baik, dan hanya Engkau yang bisa membuat hamba berubah menjadi orang baik. Ya Allah, saksikanlah mulai mala mini hamba bertaubat, hamba bertaubat, hamba bertaubat ya Allah. Astaghfirullahal‟adhim alladzi laailaaaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaihi.”55 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang taubat kepada Allah SWT. Tokoh utama pada novel, yaitu Syamsul, sedang bertaubat kepada Allah SWT. Syamsul memohon ampunan atas segala perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, yang telah banyak ia lakukan. Syamsul menyadari atas apa yang telah dilakukan olehnya selama saat jauh dari Allah SWT. e. Ikhlas Ikhlas bermakna niat mengharap ridha Allah SWT saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya.
54 55
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 560. Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 150
56
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhlas adalah “tulus hati (dengan hati yang bersih dan jujur).”56 Moh. Ardani mendefinisikan ikhlas sebagai “sikap yang menjauhkan diri dari riya‟ ketika mengerjakan amal baik.”57 Konsep ikhlas dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an, antara lain di Surat AlBayyinah ayat 5. ”Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas mentaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”58 (Q.S Al-Bayyinah/98: 5) Pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta,
Habiburrahman
El-Shirazy
menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang ikhlas. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang ikhlas. Seorang Ustadz yang duduk tak jauh dari Pak heru mencoba menguatkan dan menyabarkan, “Sudah, Pak Heru, tak perlu disesali lagi. Jangan terus menangis seperti itu. Ikhlaskan almarhumah….” Bukannya tambah reda, tangis Pak Heru malah semakin menjadi. Dengan terisak-isak ia menjawab, “Tapi dia mau menikah Ustadz. Dia sedang menyongsong hari bahagianya.” Ia lalu memegang tangan Syamsul,…”59 Pada bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan konsep ikhlas. Pada kutipan di atas digambarkan bagaimana seorang Ustadz yang sedang menasihati Pak Heru agar bisa mengikhlaskan kepergian dari almarhumah Silvie. Nilai pendidikan akhlak di atas hendaknya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
56
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 572. Moh. Ardani, op.cit, h. 70 58 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit.,, h. 598. 59 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 256 57
57
f. Upaya Meningkatkan Ketakwaan. Ketakwaan merupakan modal dasar dan paling besar yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Kadar ketakwaan manusia bisa berkurang dan bertambah (yazid wa yankush), oleh karena itulah harus ada upaya-upaya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dalam setiap pribadi manusia. Takwa adalah menjaga hubungan diri dengan Allah SWT, dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya. Orang yang bertakwa niscaya beriman dan taat kepada Allah St dan Rasul-Nya, memperoleh petunjuk Allah SWT dan keberhasilan dalam hidup. Orang yang bertakwa menegakkan sholat, berpuasa, tabah, dan sabar dalam penderitaan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, menjauhi riba dan bertawakal kepada Allah SWT, mengeluarkan zakat dan membagi rezeki untuk kesejahteraan orang lain, mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat benar, melarang berbuat munkar dan berlaku adil. Takwa adalah himpunan kebajikan.60 Manusia diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah SWT. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13).61 Pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta,
Habiburrahman
El-Shirazy
menampilkan nilai akhlak tentang upaya meningkatkan ketakwaan. Berikut penulis
tampilkan
bagian
pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta
yang
menggambarkan tentang upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. 60
Muchlis M. Hanafi, Spiritualis dan Akhlak, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur‟an, 2010), Cet. 1, h. 75 61 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 517.
58
Ia semakin mantap memilih pesantren sebagai jalan menuju sukses. Ia ingin menjadi yang dikehendaki baik oleh Allah. Yang kedua Sang Imam memintanya melakukan sesuatu bukan atas dasar tertantang semata. Tetapi atas dasar kecintaannya pada bidang yang ditekuninya, seraya diiringi ketulusan hati untuk mengabdi kepada Allah. Itu akan mempermudah langkahnya meraih segala yang diinginkannya. Ia genggam baik-baik pesan Sang Imam. Ia semakin tahu jalan mana yang harus ia tempuh. Restu ibu pun telah ia genggam, ia tersenyum dalam diam ia semakin mantap untuk melangkah maju. “Bismillah! Aku melangkah karena-Mu, ya Allah!” teriaknya dalam hati. Teriakan yang mantap sekali. Teriakan yang menggema hingga ke tujuh petala langit dan bumi.62 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak berupa upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Tokoh utama pada novel, yaitu Syamsul, semakin mantap memilih pesantren sebagai jalan menuju sukses. Ia ingin menjadi yang dikehendaki baik oleh Allah.
g. Tawakkal (Berserah Diri) Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berusaha semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Syarat yang terpenting ketika seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan ketentuannya kepada Allah. Manusia diperintahkan untuk bertawakkal dalam setiap usaha yang telah dilakukannya. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosadosa hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Al-Furqan/25 :58).63
62 63
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 13-14 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 365.
59
Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal. Malam itu, ketika jarum jam menunjuk angka tiga, di tempat yang berbeda tiga orang bermunajat kepada Allah. Di masjid Jami‟ Parung, Syamsul shalat tahajjud, lalu shalat istikharah dan meminta ditunjukkan jodoh yang terbaik buat dirinya, “Ya Allah sebaik-baik rencana, tetap rencana-Mulah yang terbaik. Dan sebaik-baik pilihan tetap pilihan-Mulah yang terbaik. Maka anugerahilah hamba rencana dan pilihan terbaik-Mu untuk hamba. Rabbana taqabbal minna innaka Antas Samii‟ul „Aliim wa tub „alaina innaka Antat Tawwaabur Rahiim. Aamiin.”64 Pada bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. Tokoh utama Syamsul menyerahkan urusan jodohnya kepada Allah SWT, setelah ia berusaha menentukan sendiri siapa jodohnya yang paling baik menurutnya dan juga menurut ibunya. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain terkait dengan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. “Ya Allah, jika hamba salah mengharapkan dia. Maka pupuslah harapan ini. Jika hamba benar mengharap dia dan kau meridhainya maka aku serahkan semuanya kepada rencana-Mu. Engkaulah Dzat Yang maha Kuasa dan maha Tahu. Aamiin.” Pada penggalan di atas tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman ElShirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. Dalam bagian tersebut menunjukkan bahwa Zizi sedang berdo‟a, menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT atas segala usaha yang selama ini telah ia lakukan untuk bisa mendapatkan pria yang menjadi idamanannya yaitu Syamsul Hadi. 64
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 235-236.
60
2. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Orang Tua Islam menekankan pentingnya seorang muslim untuk memiliki akhlak yang mulia terhadap orang tua. Menurut Moh. Ardani, ajaran Islam menyerukan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik kepada orang tua meskipun ia kurang menyenangkan di hati.65 Terdapat banyak sekali perintah Allah SWT di dalam Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang berbuat baik kepada orang tua, antara lain sebagai berikut : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14). 66 Kajian akhlak terhadap orang tua yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy mencakup dua hal, yaitu : Berkata Sopan kepada Orang Tua dan Menaati Perintah Orang Tua. a. Berkata Sopan kepada Orang Tua. Menjaga akhlak kepada orang tua bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan berkata sopan kepada orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan tidak menyakiti hatinya. Hal tersebut sesuai dengan perintah Allah SWT yang terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.(Q.S. Al-Isra‟/17 : 23).67
65
Moh. Ardani, op.cit., h. 81-82. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 412. 67 Ibid., h. 284
66
61
Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua. Berikut penulis tampilkan bagian yang ada pada novel Dalam Mihrab Cinta tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu berkata sopan kepada orang tua. “I….ibu!” Ucap Syamsul dengan bibir bergetar. Sang ibu juga mersakan hal yang hampir sama. Ia seperti mimpi bertemu kembali dengan anak lelakinya. “Oh, Syamsul anakku!” Syamsul langsung lari menghambur memeluk kaki ibunya. “Ibuu…ampuni Syamsul, Bu. Syamsul membuat ibu sedih dan khawatir.” Kata Syamsul sambil terisak-isak. Bu Bambang tak berkata-kata. Air matanya deras mengalir. Tangan tuanya mengusap-usap rambut Syamsul. Harusnya Syamsul yang ke Pekalongan Bu. Bukan ibu yang kesini. Maafkan Syamsul yang sudah menyusahkan ibu dan keluarga. 68 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua. Dalam kutipan di atas, ditampilkan dialog antara tokoh utama Syamsul dengan ibunya. Syamsul berkata lembut dan sopan kepada ibunya yang terlihat begitu senang dengan cara meluapkan rasa haru hingga membuat keduanya meneteskan air mata bahagia. Kajian nilai-nilai pendidikan akhlak ini sangat bagus sekali sebagai contoh dalam menghormati orang tua. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua.. “Sul, maafkan aku ya. Aku khilaf. Aku telah zalim kepadamu.” Isak Pak Bambang. “Bapak tidak salah. Syamsul yang minta maaf Pak.” Jawab Syamsul dengan dada lapang.69 Dalam penggalan di atas, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua. Pada bagian tersebut, ditunjukkan bahwa Syamsul adalah sosok yang memiliki sikap sopan dan lembut dalam berkata kepada orang tua. Kata-katanya yang sopan tidak membuat sakit hati kedua orang tuanya.
68 69
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 224 Ibid., h. 243
62
b. Menaati Perintah Orang tua. Islam menekankan kepada setiap muslim untuk menjaga akhlak kepada orang tua. Setiap anak harus menaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan keburukan bagi anakanaknya. Jadi, apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk rasa cinta yang tulus tanpa pamrih kepada anaknya. Moh. Ardani mengatakan, ajaran Islam menyerukan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, bahkan ketika orang tua dalam keadaan marah kepada anak. Allah melarang sang anak menyinggung perasaan orang tua, membalas atau mengimbangi ketidakbaikkan orang tua.70 Manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. (Q.S. Al-Isra‟/17 : 23).71 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. “Biar mantap, istikharahlah, Sul, sebelum kamu mengambil keputusan. “Pinta Bu Bambang sambil memegang tangan Syamsul. Syamsul mengangguk. Malam itu, ketika jarum jam menunjuk angka tiga, di tempat yang berbeda tiga orang bermunajat kepada Allah. Di masjid Jami‟ Parung, Syamsul shalat tahajjud, lalu shalat istikharah dan meminta ditunjukkan jodoh yang terbaik buat dirinya.72 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. 70
Moh. Ardani, op.cit., h. 81. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 284. 72 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 235 71
63
Dalam kutipan di atas, ditampilkan dialog antara tokoh utama Syamsul dengan ibunya. Syamsul sangat menaati perintah ibunya yang menyuruh ia untuk menunaikan shalat istikharah sebelum mengambil sebuah keputusan. Syamsul bersedia mengerjakan apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya sebagai bentuk taat kepada orang tua. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. Bu Bambang memanggil Nadia dan memintanya untuk membuatkan minuman. Nadia mendekat dan bertanya kepada Zizi, “Yang dingin atau panas, Mbak?” “Tak usah repot-repot, Nad, saya tidak lama. Saya Cuma mau ketemu Syamsul, mau minta tolong.”73 Dalam penggalan di atas, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. Pada bagian tersebut, ditunjukkan bahwa bahwa adik Syamsul, Nadia sangat menaati perintah ibunya. Ia diminta oleh ibunya untuk membuatkan minuman untuk Zizi yang sedang bertamu ke rumahnya. 3. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Diri Sendiri Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani maupun ruhani. Manusia memiliki kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing. Kajian akhlak terhadap diri sendiri yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy mencakup lima hal, yaitu : Semangat Menuntut Ilmu, Kejujuran, Kemandirian, Tanggung Jawab dan Bersikap Optimis.
73
Habiburrahman El Shirazy, op.cit, h. 263
64
a. Semangat Menuntut Ilmu Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Dasar perintah tentang semangat dalam menuntut ilmu dapat dikaji dari berbagai ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka (menuntut ilmu) tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S.At-Taubah : 122).74 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap diri sendiri, salah satunya adalah tentang semangat dalam menuntut ilmu. Sebagai gambaran, berikut penulis
tampilkan
bagian
pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta
yang
mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang semangat dalam menuntut ilmu. Di kampus ia menemui Dr. Fathul Hadi. Kali ini ia minta diberi kesempatan belajar khusus dengan Doktor Hadis lulusan Syiria yang rendah hati itu. “Belajar khusus apa, dan seperti apa yang kau inginkan?” Tanya Dr. Fathul Hadi. “Yang seperti di pesantren klasik. Belajar satu kitab sampai selesai dan tuntas. Lalu pindah pada kitab yang lebih tinggi tingkatannya. Begitu seterusnya. Jika Doktor berkenan, saya siap datang lebih awal ke kampus. Atau kalau perlu saya siap datang ke rumah Doktor.” Jawab Syamsul. Dr. Fathul Hadi mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kau sungguh-sungguh?” “Saya sungguh-sungguh Doktor.” “Di pesantren dulu kau sudah belajar kitab nahwu apa?” 74
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 23.
65
“Saya sudah mengkhatamkan Jurumiyyah dan Imrithi, lalu sebagian Muthatul I‟rab, dan sudah mempersiapkan diri untuk mempelajari Alfiyyah Ibnu Malik.”.75 Pada bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang semangat dalam menuntut ilmu. Tokoh Syamsul sangat menginginkan sekali untuk bisa kembali belajar kitab yang dulu pernah dipelajarinya ketika ia masih di pesantren. Syamsul sangat sungguh-sungguh mengejar ilmu yang belum sempat dipelajarinya. Ini dilakukannya sebagai bekal dalam mewujudkan cita-citanya dahulu sebelum ia masuk ke pesantren, yaitu menjadi seorang mubaligh. b. Kejujuran Islam adalah agama yang menjunjung tinggi prinsip kejujuran. Rasulullah SAW adalah seorang yang mendapat gelar al-amin‟ (orang yang dapat dipercaya) karena melandasi setiap tindakannya di atas prinsip kejujuran. Manusia diperintahkan untuk berperilaku jujur. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (A-Taubah: 119)76 Pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta,
Habiburrahman
El-Shirazy
menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang kejujuran. Sebagao gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang kejujuran. Pada bapak yang halus budi itu, ia tidak berani berdusta, “Nama saya Syamsul Pak. Lengkapnya Syamsul Hadi.”77 Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang kejujuran. 75
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 180-181.. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit.,, h. 206. 77 Habiburrahman El Shirazy,op.cit., h. 123 76
66
Namaku Adi kang. Gitu dulu Kang ya. Assalamu‟alaikum. Salam buat Pak Kiai.” Ia tidak berbohong. Nama lengkapnya Syamsul Hadi. Dia mengambil tiga huruf terakhir dari namanya yaitu Adi. Padahal ada banyak nama Adi di pesantrennya…..78 Dari dua bagian di atas tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman ElShirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang kejujuran. Dalam kutipan di atas, tokoh utama Syamsul memegang teguh prinsip kejujuran kepada semua orang dalam setiap ucapan yang ia sampaikan. c. Kemandirian Sikap mandiri merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh semua muslim yang menginginkan kemajuan. Seorang muslim tidak boleh menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Rasulullah SAW adalah contoh orang yang menjaga harga diri dan martabatnya, mengajarkan kemandirian, tidak bergantung dan menjauhi dari meninta-minta kepada orang lain. Manusia diperintahkan untuk memiliki sikap mandiri, sesuai dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”79 (Q.S Al-Jumu‟ah:10) Pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta,
Habiburrahman
El-Shirazy
menampilkan konsep tentang kemandirian. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan tentang konsep kemandirian. (….Selain mengajar Della, Syamsul mulai mendapat tawaran mengajar anak yang lain. Ia merasa bisa hidup mandiri dari uang yang halal. Saat ia merasa ada uang lebih ia langsung menabung…..).80 78
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 175 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 554.
79
67
Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain tentang kemandirian. (….Ia akan pulang jika telah sukses dan jadi orang. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa mandiri. Dan bisa berhasil….).81 Dari dua bagian di atas tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman ElShirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang kemandirian. Dalam kutipan di atas, digambarkan tokoh Syamsul yang bertekad untuk hidup mandiri dengan berusaha mencari pekerjaan yang halal dan ingin membuktikan bahwa dirinya bisa mandiri. d. Tanggung Jawab Sikap berani bertanggung jawab harus dimiliki oleh setiap manusia dalam menjalankan berbagai kehidupannya, dikarenakan setiap perbuatan yang telah diperbuat oleh manusia di muka bumi ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti. Manusia diperintahkan untuk memiliki sikap bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (Q. S Al-Muddatstsir: 38).82 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang bertanggung jawab. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu tentang tanggung jawab.
80
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 148-149 Ibid., h. 176 82 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 576
81
68
“Begini Pak Heru. Alamat tinggal saya saat ini jelas. Pak Broto tahu siapa saya. Jadi kalau saya macam-macam Bapak bisa menindak saya….83 Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain tentang tanggung jawab. “Bukannya saya menolak Bu. Sungguh saya ingin umroh. Namun Ramadhan ini saya punya tanggung jawab penuh mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan tempat saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa.”84 Dari dua bagian di atas tampak digambarkan Syamsul yang memiliki sikap tanggung jawab dengan amanah yang ia terima. Meski ditawari untuk berangkat umroh, namun ia lebih mendahulukan tanggung jawab yang sudah diterima sebelumnya. e. Bersikap Optimis Sikap optimis merupakan sikap yang sangat penting dalam mencapai sebuah kesuksesan. Tanpa sikap optimis, kita akan sangat sulit atau bahkan tidak dapat meraih kesuksesan dalam hidup kita. Seseorang yang tidak memiliki sikap optimis akan sangat mudah untuk berhenti berusaha, cenderung kurang berjuang, pesimis, skeptis, dan memandang kehidupan adalah sebagai ladang kesusahan. Sebaliknya, sikap optimis akan membangkitkan gairah hidup, semangat juang, keceriaan juga keteguhan hati. Islam sangat menganjurkan sikap optimis. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S Yusuf: 87).85
83
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 171 Ibid,. hal. 177 85 Departemen Agama Republik Indonesia, opcit., h. 246 84
69
Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy memasukkan konsep pendidikan akhlak tentang bersikap optimis. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang bersikap optimis. “Sudahlah Kak. Jangan bahas itu lagi. Yang penting kakak sembuh dulu. Nadia akan rawat kakak. Kakak jangan kecil hati, selama Allah bersama kakak, maka kakak jangan takut bahwa semua manusia memusuhi kakak.” 86 Pada bagian lain, juga terdapat gambaran lain tentang bersikap optimis. “Syamsul mengerutkan dahi. Ia sebenarnya sangat capek dan letih. Juga belum persiapan. Tapi ia teringat bahwa seorang pencopet untuk berbuat jahat saja berani nekat, masak untuk berbuat baik tidak berani nekat. Akhirnya ia menjawab, “ Baiklah Pak Yahya saya akan coba.”87 Dari dua bagian di atas tampak menunjukkan sikap optimis. Pada bagian pertama digambarkan tokoh Syamsul yang sedang dalam kondisi putus asa atas ujian yang sedang dihadapi. Nadia (adik Syamsul) mencoba untuk meneguhkan hati Syamsul agar bersikap optimis terhadap ujiannya. Pada bagian yang kedua, digambarkan tokoh Syamsul yang sedang optimis berusaha menerima permintaan Pak Yahya untuk bisa menjadi pembicara pada acara pengajian rutin dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
4. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Sesama Islam menekankan pentingnya seorang muslim untuk memiliki akhlak yang baik terhadap sesama. Hal ini bertujuan untuk melindungi manusia agar tidak saling mengorbankan haknya masing-masing, sehingga sesama manusia bisa saling menghormati, tolong menolong antara satu dengan yang lain. Kajian akhlak terhadap sesama yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy mencakup delapan hal, yaitu : Tolongmenolong, Menepati Janji, Tawadhu (Rendah Hati), Saling Menghormati, Berprasangka Baik, Dermawan, Menebarkan Salam dan Musyawarah. 86
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 91 Ibid,. hal. 183-184.
87
70
a. Tolong Menolong Islam menekankan kepada setiap muslim untuk memiliki sikap saling tolong menolong terhadap sesama. Dalam menjalani kehidupannya, manusia tentu akan banyak menghadapi berbagai macam kendala. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang sangat membutuhkan satu sama lain. Konsep tolong menolong terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain. …. … “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan….”88 (Q.S Al-Ma‟idah/5:2) Pada novel Dalam Mihrab Cinta, terdapat banyak sekali konsep pendidikan akhlak tentang tolong-menolong. Sebagai gambaran, berikut penulis
tampilkan
bagian
pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta
yang
mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu tentang tolong-menolong. “Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. ia bersihkan luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu dengan rivanol. Setelah itu ia oleskan Betadine pada beberapa luka yang terlihat masih menganga.” 89 Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tolong menolong. Dalam hati Syamsul berkata, “Saya tidak memfitnah Burhan. Saya hanya ingin menyelamatkan Silvie dari orang licik seperti Burhan. Ampuni saya jika ini salah wahai Tuhan.” Meskipun dia juga mengakui ia melakukan ini juga sedikit di dorong dendam.90 Pada kedua bagian di atas, ditunjukkan tentang sikap tolong-menolong. Pada bagian pertama, sosok Nadia yang sedang menolong kakaknya (Syamsul) membersihkan
luka-lukanya
dan
mengobatinya.
Pada
bagian
kedua,
ditampilkan sosok Syamsul yang memiliki sifat tolong-menolong karena sudah berusaha untuk menyelamatkan Silvie dari orang licik seperti Burhan. 88
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 106. Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 235 90 Ibid., h. 172 89
71
b. Menepati Janji Menepati janji merupakan salah satu bentuk akhlak mulia terhadap sesama. Menepati janji sangat penting untuk dijaga oleh setiap manusia. Dengan menepati janji maka akan ada banyak orang yang akan percaya dengan apa yang kita ucapkan. Konsep menepati janji dapat dilihat dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut.
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S Al-Baqarah/2: 177).91 Pada
novel
Dalam
Mihrab
Cinta,
Habiburrahman
El-Shirazy
menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menepati janji. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu tentang menepati janji. Syamsul langsung berjalan cepat ke arah sepeda motornya. Ia purapura sibuk. Ia nyalakan sepeda motornya. Sampai di jalan ia teringat janji dengan Pak Doddy setelah Isya‟. Ia berpikir langsung saja ke rumah Pak Doddy.92
91 92
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 177. Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 200
72
Pada bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menepati janji terhadap sesama. Dalam kutipan di atas, ditampilkan tokoh utama Syamsul yang memegang teguh janjinya ketika ia teringat akan janjinya untuk bertemu dan berkunjung ke rumah Pak Doddy.
c. Tawadhu (Rendah Hati) Tawadhu secara bahasa adalah rendah hati. Secara istilah tawadhu adalah sikap merendahkan hati, baik dihadapan Allah SWT, maupun sesama manusia. Sikap tawadhu merupakan bagian dari akhlakul karimah sehingga sikap dan perilaku manusia akan menjadi lebih baik. Manusia yang sadar akan hakikat kejadian dirinya tidak akan pernah mempunyai alasan untuk merasa lebih baik antara yang satu dan yang lainnya93. Manusia diperintahkan untuk merendahkan hati terhadap sesama dengan cara mengucapkan kata-kata yang baik dan lemah lembut. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Q.S. Al-Furqan : 63) Pada novel Dalam Mihrab Cinta, terdapat konsep nilai pendidikan akhlak tentang sikap tawadhu kepada sesama manusia. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel tentang sikap tawadhu kepada sesama manusia. Saya masih bodoh dan harus banyak belajar. Saya masih banyak dosa dan masih harus membersihkan diri. Saat ditodong Pak Yahya sesungguhnya saya merasa tidak pantas, tetapi Pak Yahya terus mendesak. Akhirnya saya ingat, bahwa banyak orang jahat itu nekat saat melakukan kejahatannya. Yang penting nekat dan berani. Lha ini untuk sebuah kebaikan, kenapa saya harus kalah dengan orang jahat. Saya terpaksa nekat. Saya nekat berdiri disini, dengan niat supaya saya mendapat kebaikan. saya nekat untuk berani berbuat baik. Menyambut 93
Multahim, Penuntun Akhlak, (Jakarta: Yudhistira, 2007), Cet. 2, h. 51
73
Ramadhan ini saya mengajak seluruh jamaah untuk nekat berbuat baik. Jika ada yang merasa pernah khilaf, marilah nekat meninggalkan keburukan itu menuju kebaikan.94 Pada bagian ini terdapat nilai akhlak tentang sikap tawadhu kepada sesama manusia. Tampak sikap tawadhu (rendah hati) Syamsul ketika ia dipercaya untuk mengisi ceramah dalam rangka menyambut bulan suci Ramadahan. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain terkait nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawadhu (rendah hati). Saya dari Pekalongan Bu. Dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dari saya dan keluarga saya. Saya termasuk orang yang terlambat kuliah. Baru tahun ini saya kuliah, karena setelah lulus SMA saya masuk pesantren. Terang Syamsul.95 Penggalan di atas juga menunjukkan bahwa Syamsul adalah sosok yang sangat tawadhu. Syamsul berkata bahwa ia berasal dari Pekalongan dan keluarganya adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa.
d. Saling Menghormati Islam memerintahkan agar umat manusia untuk memiliki sikap saling menghormati. Saling menghormati adalah salah satu sikap dasar yang paling penting sebagai identitas bagi seorang muslim dengan muslim yang lainnya. Konsep saling menghormati dapat dilihat dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolokolokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang 94 95
Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 184 Ibid., h. 176
74
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah beriman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S Al Hujurat: 11) 96 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, terdapat konsep pendidikan akhlak tentang saling menghormati. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel yang menunjukkan konsep pendidikan akhlak tentang saling menghormati. Waktu Maghrib tiba. Jamaah berdatangan. Penjaga itu yang azan dan iqamat. Saat shalat mau didirikan penjaga masjid itu mempersilahkan Syamsul jadi imam. Syamsul ragu dan tidak mau. Tapi Pak Broto yang sudah hadir memaksanya agar ia mau. Akhirnya ia pun jadi imam. Dalam hati ia berisitighfar sebelum maju dan berkata, “Ya Rabbi apakah Kau mau menerima shalat hamba-hamba-Mu yang diimami seorang pencopet?.”97 Pada bagian ini tampak terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak tentang saling menghormati terhadap sesama. Dalam kutipan di atas, ditampilkan seorang penjaga masjid yang mempersilahkan Syamsul untuk menjadi imam. e. Berprasangka Baik Berprasangka baik adalah perbuatan yang sangat terpuji, bahkan Islam menyuruh umatnya untuk memiliki sikap berprasangka baik kepada orang lain. Berprsangka baik kepada Allah sangat penting bagi diri kita untuk selalu melatih diri agar selalu berprasangka baik di setiap kejadian. Manusia diperintahkan untuk selalu berprasangka baik dan menjauhi dari berprasangka buruk. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. …. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari berprasangka buruk. Karena sebagian dari prasangka buruk itu adalah dosa…..” (Q.S. Al-Furqan : 12).98 96
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 516 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 136 98 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 517. 97
75
Pada novel Dalam Mihrab Cinta, terdapat konsep akhlak tentang berprasangka baik. Berikut bagian pada novel tentang prasangka baik. Syamsul berharap Burhan mau menjelaskan semuanya. Namun dalam hati ia bertanya-tanya, Burhan tahu kalau dirinya tertangkap kenapa tidak menjelaskan semuanya. Apa karena Burhan takut pada amarah para santri. Atau…? Ia tidak bisa banyak memprediksi. Seluruh tubuhnya terasa ngilu.99 Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berprasangka baik. “Saya yakin copet itu bukan Kak Syamsul. Itu orang lain yang mirip Kak Syamsul,” Kata Nadia.100 Pada kedua bagian di atas, menunjukkan bahwa terdapat konsep akhlak tentang berprasangka baik. Pada bagian pertama, ditampilkan Syamsul yang berprasangka baik kepada Burhan ketika ia sedang dalam kondisi kesakitan karena dihajar oleh para santri. Pada bagian kedua digambarkan bahwa Nadia berprasangka baik kepada Syamsul, Nadia yakin jika copet yang tertangkap itu bukanlah Kak Syamsul melainkan orang lain yang mirip dengan Kak Syamsul.
f. Dermawan Islam menganjurkan kepada setiap muslim untuk berlomba-lomba bersedekah dan membelanjakan hartanya untuk kebaikan. Ketika ia membelanjakan hartanya, ia percaya bahwa Allah akan menggantinya dengan anugerah dan menambah pahala atas apapun yang telah dibelanjakannya. Manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. 99
Habiburrahman El Shirazy, op.cit.,, h. 76 Ibid., h. 107
100
76
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S Al-Baqarah/2: 267).101 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, terdapat konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang sikap dermawan. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang sikap dermawan. Dik Silvie, maaf dompetnya saya pinjam agak lama. Sekali lagi maaf ya. Ini saya kembalikan tidak ada yang kurang malah uangnya saya tambahi lima puluh ribu. Anggap saja itu sedekah saya. Saya berharap dengan sedekah pada orang kaya seperti anda tetap dapat pahala. Terima kasih dompet anda telah menolong saya. Selamat menyambut puasa. 102 Pada bagian di atas ditampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang sikap dermawan. Sikap dermawan tersebut terlihat dari isi surat yang Syamsul kirimkan kepada Silvie. Syamsul menyedekahkan uang yang dimilikinya kepada Silvie dan juga memohon maaf atas dompetnya yang telah ia curi. g. Menebarkan Salam Menebarkan salam adalah salah satu contoh etika dalam Islam. Salam merupakan sunnah Nabi, sedangkan bagi yang mendengarkan wajib hukumnya untuk menjawab salam. Salam dapat merekatkan hubungan persaudaraan umat muslim di seluruh dunia. Konsep menebarkan salam terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut.
101 102
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 45 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 182
77
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Q.S An-Nuur/24: 27).103 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menebarkan salam. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menebarkan salam. “Assalamu‟alaikum.” Sapa Pak Heru. “Wa‟alaikumussalam. Ada apa Pak Heru? “Jawab Syamsul.104 Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menebarkan salam. “Saya pamit dulu Ustadz.” “Mari pak heru.” “Assalamu‟alaikum.” “Wa‟alaikumussalam.”105 Pada kedua bagian di atas, menunjukkan bahwa pada novel tersebut terdapat konsep pendidikan akhlak tentang menebarkan salam. Pada bagian pertama dan kedua ditampilkan tokoh Syamsul dengan Pak Heru yang saling yang memberikan salam dan menjawab salam antara keduanya. Hal inilah merupakan salah satu akhlak seorang muslim kepada sesama muslim lainnya. Islam mengajarkan kepada semua muslim untuk saling menebarkan salam dan saling mendoakan kepada sesama muslim.
h. Musyawarah Dalam mencari suatu keputusan alangkah baiknya keputusan itu didapat dengan cara musyawarah. Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting 103
guna
menciptakan
peraturan
didalam
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 352 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 172 105 Ibid., h. 174
104
masyarakat
manapun.
78
Musyawarah adalah perbuatan yang mirip dengan berdiskusi, yaitu bertukar pikiran atau pendapat untuk mendapatkan suatu solusi dalam sebuah permasalahan. Islam telah menganjurkan untuk bermusyawarah dalam menemukan suatu solusi dari setiap permasalahan. Hal tersebut terdapat di dalam Al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S. Asy-Syura: 38).106 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang musyawarah. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang musyawarah. “Baiklah, semuanya lebih jelas. Untuk memutuskan siapa yang sesungguhnya harus dihukum, silakan pengurus bermusyawarah. Dan sekalian tentukan hukuman yang paling bijak.” Kata Pak Kiai sambil memandang wajah patra pengurus. Lalu beliau pergi.107 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang musyawarah. Dalam kutipan di atas, ditampilkan sosok Kiai Miftah yang memerintahkan kepada para pengurus pesantren untuk bermusyawarah dalam menentukan siapa yang sesungguhnya harus dihukum.
106 107
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 487. Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 78
79
Ia sedikit kecewa. Ia lalu berjalan lagi mencari masjid. Setengah jam kemudian ia bertemu dengan masjid. Hatinya bahagia penuh harap. ia menemui pengurus takmir dan menyampaikan lamarannya untuk bisa tinggal di masjid itu.108
108
Ibid., h. 121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian yang telah penulis lakukan mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, dapat diketahui bahwa terdapat banyak sekali nilainilai pendidikan akhlak terpuji yang ada pada novel tersebut. Penulis menemukan berbagai macam nilai-nilai pendidikan akhlak terpuji, kemudian membaginya pada 4 (empat) bagian yaitu sebagai berikut. 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah dan Rasulnya, yakni meliputi syukur, memuliakan Rasul, sabar, taubat, ikhlas, upaya meningkatkan ketakwaan dan tawakkal (berserah diri). 2. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Orang Tua, yakni meliputi berkata sopan kepada Orang Tua dan menaati perintah Orang Tua. 3. Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap diri sendiri, yakni meliputi semangat menuntut ilmu, kejujuran, kemandirian, tanggung jawab dan bersikap optimis. 4.
Nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sesama, yakni meliputi tolongmenolong, menepati janji, tawadhu (rendah hati), saling menghormati, berprasangka baik, dermawan, menebarkan salam dan musyawarah.
Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy merupakan novel yang sangat bagus untuk dibaca oleh para remaja. Novel ini menceritakan tentang perjalanan kehidupan seorang santri yang cerdas dan memiliki akhlak yang baik, selain itu ia memiliki tekad dan semangat dalam menuntut ilmu. Novel ini sangat dianjurkan untuk dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya dikalangan para santri/pelajar. Melalui kisah yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta ini, semoga dapat menjadi sebuah inspirasi, motivasi dan kelak bisa diaktualisasikan dikehidupan nyata.
79
80
B. Saran Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan mampu menjadi salah satu upaya konstruktif dalam mengembangkan konsep pendidikan akhlak dimanapun termasuk di Indonesia. 1. Bagi para pembaca khususnya peserta didik di sekolah, nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy hendaknya dapat diaplikasikan dalam keseharian, baik dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam pergaulan di rumah dan lingkungan pergaulan. Novel ini bisa menjadi referensi dan sangat direkomendasikan bagi peserta didik agar dapat selalu menjaga nilai-nilai akhlak terpuji dalam pergaulan sehari-hari. 2. Bagi para pendidik di sekolah dan juga orang tua di rumah hendaknya dapat memberikan sarana edukatif yang bermanfaat dan mendidik di sekolah ataupun di rumah. Dengan peran, perhatian, serta dukungan dari lingkungan keluarga, sekolah dan pergaulan yang positif, maka perserta didik dapat lebih terjaga dari prilaku-prilaku yang negatif sehingga dapat mengaktualisasikan nilai-nilai akhlak terpuji dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. Study Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007.
Ahmadi, Abu. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Al-Islam, Penerapan Syari’ah Islam, 2012, khilafah.org/2012/07/penerapan-syariah-islam-selamatkan.html
http://www.al-
Al-Musawi, Khalil. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, Jakarta: PT. Lentera Basri Tama, 1998.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Bandung: Diponegoro.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Azra, Azyumardi. Esai-esai Intelektual Muslim dan pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
-------, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1993.
Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1998.
Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Karya Toha Putra, 1995.
Dewantara, Ki Hajar. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Taman Siswa, 1966.
Djamaludin dan Aly, Abdullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1998.
El-Shirazy, Habiburrahman. Pudarnya Pesona Cleopatra, Semarang: Basmala Press, 2004.
-------, Ketika Cinta Bertasbih, Jilid I, Jakarta: Penerbit Republika, 2008.
-------, Dalam Mihrab Cinta The Romance, Semarang: Pesantren Basmala Indonesia, 2010.
El Shirazy, Anif Sirsaeba. Fenomena Ayat Ayat Cinta, Jakarta: Penerbit Republika, 2007.
Hanafi, Muchlis M. Spiritualis dan Akhlak, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
Ilyas, Yunahar. Kuliah Ahklak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011
Jalaluddin. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002.
Khon, Abdul Majid, dkk., Ulumul Hadits, Jakarta: PSW UIN Jakarta.
Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2003
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2007.
Muchtarom, Zaini. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Multahim, Penuntun Akhlak, Jakarta: Yudhistira, 2007
Narbuko, Cholid, Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Nata, Abudin. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003.
-------, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi , (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Rampan, Korrie Layun. Suara Pancaran Sastra, Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988.
Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Shaleh, Asrorun Niam. Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Elsas, 2006.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
Stanton, Robert. Teori Fiksi., Terj. dari An Introductionto Fiction oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.1, 2007.
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, 1991.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, Bandung: Alfabet, 2011.
Sumardjo, Jakob dan K.M, Saini. Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Penerbit Gramedia, 1986.
-------, Memahami Kesusastraan, Bandung: Alumni, 1981. Syahidin, Metode Pendidikan Qurani: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Misaka Galiza,1999.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Widjojoko dan Hidayat, Endang, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: UPI Press, 2006.
Zed, Mestika. Metodologi Penelitian kepustakaan, Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2008.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1998.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Tahun
2010
tentang
Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2010.
LEMBAR UJI REFERENSI Nama
Ahmad Syauqi
NIM
1 0 7 01 0 0 1 2 1 3
Jurusan
PendidikanAgama Islam
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
Nilai-Nilai PendidikanAkhlak Yang TerkandungPadaNovel Dalam Mihrab
,
Cinta Karva HabiburrahmanEl Shirazv Dosen Pembimbing
Buku Referensi
No
AMullah, M. Yatimin AMullah Study Akhlak Dalam Perspeloif AlI
Qur'an, Jakarta:SinarGrafika Offset,2007. Azyumardi AzrZ Esai-esaiIntelektual Maslim dan pendidiknrt Islam,
2 J
Jakarta:Logos, 1999 Abu Ahmadi,Ilmu Pendidikan,Jakarta:Rineka Ciptq 1991 Abudin Nat4 Kapita Selelao Pendidikan Islam, Bandung: Angkas4
4
2003.
)
Ahmad Tafsir, Ilnu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: RemajaRosdakary41994.
6
Abudin Nata,Affitlak Tasawuf,,Jakarta:Raja Grafindo Persada 1996.
7
Abdul Majid Khon, dkk, Uumul Hadits, Jakarta:PSW UIN Jakarta.
8
Asrorun Niam Shaleh. Rearientasi PendidilconIslam. Jakarta: Elsas, 2406.
9
Abdurrahmin an-Nahl6wi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikon Islam dalam Keluarga, Sekalahdan Masyaraleat,Bandung:Diponegoro. Anif SirsaebaEl Shimzy, FenomenaAyat Ayat Cinta, Jakarta:Penerbit
l0 lt T2
Republik4 2007. Beni Ahmad Saebani,Ilmu Akhlal; Bandung:PustakaSetia"2010. Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi , (Yogyakada:
G"j"\K
UniversityPress,2005.
\d"
v t I
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
13
Aksara,2005.
t4
Depag RL AI-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang:PT Karya Toha Putra"1995
l5
Djamaludin dan AMullah Aly, Kapita Selelaa Pendidikan Islam, Bandung:PustakaSetia,1998
t6
t{abibunahman El-Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra, Semarang: BasmalaPress.2004
t7
Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih, Jilid I, Jakarta: PenerbitRepublika"2008
l8
t9 20
Habiburrahman El Shirazy, Dalam Mihrab Cinta The Romonce, Semarang:PesantrenBasmalaIndonesia2010 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta:RajawaliPers,2011 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Jacob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraon, Jakarta: PenerbitGramedia 1986 22 JacobSumardjo,MemahamiKesusastraan,Bandung:Alumni, 1981 23 Jalaluddin.Teologi Pendidikon,Jakmta:PT RajagrafindoPersada,20O2 Khalil Al-Musawi, BagaimanaMembangunKepribadian Anda, Jaktta: 2l
24
PT. LenteraBasri Tama 1998.
25
Korrie Layun Rampan, Suara Pancaran Sastra, Jakarta: Garuda Metropolitan,1988
26
Ki Hajar Dewantara,Bogian Pertams Pendidikan, Yogyakarta: Taman Siswa"1966
27
Lexy J. Moleong Metode Penelitian Knlitatif, 2007
Bandung: Rosdakarya"
28 Multahim, PenuntunArtilah Jakarta:Yudhistira, 2007
29 Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf,Jakarta:Kalam Mulia, 2003
\
t
()(Y \l-/
I
Muchlis M. Hanafi, Spiritualis dan Akhlak, Jakarta:Lajnah Pentashihan MushafAl-Qur'an,2010
!
Mahmud,MetodePenelitian Pendidikan,Bandung:PustakaSetia"201I Mestika Zed,Metodologi Penelitian kepustakaan,Jakarta:Yayasanobor Indonesia-2008 M. QuraishShihab,MernbumikanAl-Qur' an, Bandung:Mizau 1997 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf; Nilai-nilai AkhlaVBudi pekerti dalorn Ibadat donTasawuf,Jakarta:Karya Mulia" 2005 Muhammad Daud Ali,
36
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT
M. Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praldis, Bandung: RemajaRosdakary4 2006 I
3 7 Ramayulis,IImu PendidikanIslam, Jakarta:Kalam Mulia" 1994
3 8 Sudarsono,Etika Islam TentangKenakalanRemaja,Rineka Cipta l99l
L-39 40 41
42 43 M 45
Syahidin, Metode Pendidiknn Qurani: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Misaka Galiza"l999 Sugiyono, Metode PercIitisn Kuantitatif, K,ualitatif, Dan R & D, Bandung:Alfabet,20ll Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prafuik, Jakarta:RinekaCipta,2010 Stantoq Robert. Teori Fiksi., Terj. dari An Introductionto Fiction oleh Sugihasurtidan Rossi Abi Al lrsyad. Yogyakarta:PustakaPelajar,Cet.l, 2407 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantor Dasar4asar Kependidikan, Surabaya:UsahaNasional,1998 Tim PenyusunKamus Besar BahasaIndonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:PusatBahasa"2008 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2A Tahun 2403 tentang Sisdibtas dan Perataran Pemerintah Republik Indonesia Tah.m 2010
r I
i. i.
tentmngPenyelenggoraanPendidikon serta Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara,2010 W.J.S PoerwadarmtntzKamas Umuw Baha.rolrdoresia, Jakarta:Balai 46 Pustaka l99l Widjojoko dan Hidaya! Endang Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, 47 Bandung:UPI Press,2006 48 Yunaharllyas, Kiiah AhHah Yogyakarta:PustakaPelajm Offset 201I 49 7,akiyah Dandja\ I Imu Jiwa Agama, Jakafta:B ulan Bintang 2003 Zaini Muchtarom, Filsafot Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
50
2009
A
\
Zakiah Daradjat Pendidikan Islam dalem Keluarga dan Sekolah,
5l
Jakartra:Ruhama 1993 Terbukti dengan presentasetertinggi 2l,lo/o hasil polling W{J Kompas
52
(Sabq 19 Februari2005) adalahminat bacake sasta Al-Islam,
53
Penerapan Syari'ah
Islam,
2012,
http//wuqr.al-
afiah-islam-selanurth,an.hanl \ khi?afilr.otgl20| 2/ 07/ penetapan-sy
J
l
'l/
v:
t
I
I
t
a
.r .
Nomor Lampiran Perihal
: Istimewa : I (Satu)berkas : PengajuanProposalShripsi
JakartaI 0 Februari2014
I(epada yang terhormat, I(etua JurusanPendidikan Agama Islam FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan UniversitasIslam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta Assalamu'alaikumWr. Wb. Salam sejahterakami sampaikan,semoga Bapak senantiasaberada dalam lindungan Allah SWT dan selalu sukses dalam menialani aktifitas sehari-hari. Selanjutnya,saya yang bertandatangan di bawah ini :
AhmadSyauqi 107011001312 13(tigabelas) AgamaIslam Pendidikan Ihnu TarbiyahdanKeguruan
Nama NIM Semester Jurusan Fakultas
Bermaksudmengajukanskripsi denganjudul : "NILAI-NILAI AKIILAK YANG KARYA CINTA MII{RAB DALAM PADA NOVEL TERKANDUNG larnpirkan saya berilcut HABIBURRAHMAN IIL-SI-IIRAZY", Sebagaibahanpertimbangan proposalskripsi. judul skripsiini. Demikiansuratini sayasampaikan,semogaBapakberkenanmenerima Atasperhatiannya sayaucapkanterimakasih. l(assalamu'alaikumWr. Wb DosenSeminarProposalSkr:ipsi,
Pemohon
Ahmad Syauqi
NIP : 1 9 59 1 0 2109 8 6 0230 0 1
$
(v
N'
t.
/F '\ ,T
e
/
Mengetahui, DosenPenasehat Akademik
{
t\
NIP : 19521231 1984032 00i
NIM : 107011001312
r_....] ,
: LW:mj
KEMENTERTAN AGAMA UINJAKARTA
No.Dokumen : Tgl.Terbit :
FORM(FR)
F|TK-FR-AKD-08i 1 Maret 2010
l,',!fr,"*" *" sociputat 1s412 tndonesia
SURATBIMBINGAN SKRIPSI Nomor: Un.0l/F.1/KM.O1.3/.... ..../2014 Lamp. : Hal :BimbinganSkripsi
Jakarta.2l Februai 2014
Kepada Yth. Dr. H. Dimyati, MA PembimbingSkripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Assalamu' alaikum wr.w b. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis)penulisan skripsi mahasiswa:
Nama
AhmadSyauqi
NIM
1 0 7 0I10 0 1 3 l2
Jurusan
Pendidikan AgmaIslam
Semester
XIV (EmpatBelas)
JudulSkripsi :,NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
AKHLAK
YANG
TERKANDUNG PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMANEL.SHIRAZY" Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutanpada tanggal 2l Februari 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakr"rkanperubahan iedaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembim-bing menghubungiJurusanterlebih dahulu. B_imbinganskripsi ini diharapkan selesai dalam u,aktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanja'g selama6 (enam)bulan berikutnyatanpasuratperpanjangan. Atas perhatiandan kerja sarnasaudara,kami ucapkanlerima kasih. llas salamu' alaikum wr.w b. a.n.Dekan ikan Agama Islam
Tembusan: l. DekanFITK 2. Mahasiswa ybs.
| 002