NO.10
JULI 2005 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA
NAMU HONGE KOSO
NICHIREN DAIBOSATSU Oleh: Shami Josho S.Ekaputra
“Seluruh para Bodhisatva ini bertubuh keemasan dengan 32 tanda dan dilengkapi dengan kegemerlapan tiada tara, semuanya telah berdiam sebelumnya dalam ruang tidak terbatas dibawah dunia saha ini. Seluruh Bodhisatva ini ketika mendengar Sang Sakyamuni Buddha sedang berkhotbah, semua meloncat keluar dari dunia bawah.……… Diantara kelompok para Bodhisatva_itu terdapat 4 guru terkemuka. Yang pertama bernama Visishtakaritra, kedua bernama Anantakaritra, ketiga bernama Visudhakaritra, dan keempat bernama Supratishthitakaritra” (Bab.XV,Bodhisattva Muncul Dari Bumi, Saddharma Pundarika Sutra).
S
alah satu bagian Tri Ratna adalah Sangha. Sangha Nichiren Shu terdiri dari para Bhiksu / Bhiksuni, Shami/Shamini, dan Umat Biasa, yang dipimpin oleh Nichiren Shonin, sebagai Pendiri dari Nichiren Shu. Pemahaman mengenai Sangha di Nichiren Shu berbeda dengan berbagai macam sekte lainnya, jika di sekte agama Buddha lainnya, Sangha hanya terdiri dari para Bhiksu/Bhiksuni dan tidak mencakupi umat awam. Disini jelas terdapat jarak antara tingkatan para Bhiksu / Bhiksuni dan umat biasa. Nichiren Shu mempunyai konsep bahwa semua mahluk hidup, baik para Bhiksu / Bhiksuni dan umat biasa adalah sama tanpa perbedaaan, hanya tugas dan fokus penyebarluasan Dharma yang berbeda. Pada dasarnya semua orang yang percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra dan menyebarluaskan Dharma ini merupakan bagian dari Sangha. Saddharma Pundarika Sutra dibagi atas dua bagian yakni : 1. Ajaran Sementara (Shomon) dari Bab.1 -14 dan Ajaran Pokok (Honmon) Bab 15-28 2. Pembabar Dharma: Ajaran Sementara (Shomon) 1
No.10 / Juli 2005
dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni dalam sejarah, sedangkan Ajaran Pokok (Honmon) dibabarkan oleh Buddha Pokok Kekal Abadi. 3. Murid Yang Mendengarkan Dharma : Ajaran Sementara mencakupi para murid sementara (Shakke) sedangkan Ajaran Pokok mencakupi para murid pokok (Honge).
M
ereka yang melaksanakan Saddharma Pundarika Sutra pada masa akhir dharma ini adalah Murid Pokok (Honge) dari Buddha Pokok Kekal Abadi, yang telah melatih dirinya sejak 500 asamkheya kalpa koti yang tak terhingga. Pemimpin dari para Bodhisattva Honge adalah Nichiren Shonin, sebagai perwujudan kelahiran kembali dari Bodhisattva Visistakaritra, yang menerima langsung pewarisan dharma dari Buddha Pokok Sakyamuni di Gunung Gridhrakuta. Ini adalah prinsip pokok yang harus dipegang teguh dan sepenuh hati oleh seluruh umat Nichiren Shu.
N
ichiren Shonin yang lahir pada tanggal 16 pebruari 1222 di Kaminato, Chiba – Jepang, sejak berusia 15 tahun telah masuk dalam kebhiksuan di Kuil Seichoji. Setelah melalui pembelajaran selama lebih kurang 32 tahun, Beliau menemukan inti sari dari ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni, yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra (Myoho Renge Kyo). Sebagaimana yang dibabarkan dalam sutra bahwa
Sutra ini akan tersebarluaskan pada masa 500 tahun ke lima setelah kemoksaan Sang Buddha, dan Nichiren Shonin lahir pada awal masa akhir dharma. Pada tanggal 28 April 1253, Nichiren Shonin menegakkan prinsipprinsip Kebenaran Ajaran Buddha melalui Penyebutan Odaimoku “ Namu Myoho Renge Kyo” dan mendirikan Nichiren Shu. Perjuangan Beliau untuk menyebarluaskan ajaran Sesungguhnya mendapatkan begitu banyak rintangan dan penganiayaan dari para penguasa dan sekte-sekte lainnya. Jadi sungguhlah tidak berlebihan, jika kita sebagai murid beliau harus menunjukkan rasa penghormatan atas perjuangan dan pengorbananNya untuk memberikan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
N
ichiren Shonin berjuang untuk menyelamatkan negaraNya dari kehancuran akibat dari pemfitnahan dharma dan menentang dharma yang sesungguhnya. Beliau dengan welas asih menyampaikan risalah “Rissho Ankoku-ron” (Menciptakan Perdamaian dengan menegakkan Ajaran Buddha Sesungguhnya). Pada tanggal 1 April 2005 ini, Nichiren Shu seluruh dunia memulai kampanye "Rissho Ankoku-ron" selama 18 tahun yang akan berakhir pada peringatan kelahiran Nichiren Shonin ke-800, tahun 2022. Untuk itu kita perlu mendukung dan menyebarluaskan program ini diseluruh Indonesia. Pada masa akhir dharma, hanya Saddharma Pundarika Sutra yang
2
Ket.Risalah "Rissho Ankoku-ron"
mampu menyelamatkan seluruh umat manusia dari segala penderitaan dan mencapai Jalan Penerangan Agung. Nichiren Shonin sebagai pemimpin dari Bodhisattva Muncul dari Bumi, murid utama dari Buddha Pokok Sakyamuni, berjuang bersama-sama dalam kesatuan Sangha antara para bhiksu/bhiksu dan umat awam.
D
asar utama dari Sangha adala “Itai Doshin” (Berbedabeda badan, namun satu tujuan), tanpa dasar ini maka sebuah Sangha tidak akan berfungsi dengan baik dan bahkan mungkin menimbulkan kekacauan dari Sangha itu sendiri. “Itai Doshin” bukan kepada manusia atau figur tertentu dalam Sangha, tetapi “Itai Doshin” kepada Keinginan luhur dari Sang Buddha dan Nichiren Shonin yakni “Kosenrufu” mewujudkan Perdamaian Dunia dan Kebahagiaan dengan menyebarluaskan Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo”. “Itai Doshin” seperti ini adalah “Itai Doshin” yang selaras dengan Sang Buddha dan alam semesta. Seluruh anggota Sangha hendaknya menyadari hal ini, bekerjasama dan saling menghormati antar sesama umat, umat dan bhiksu/ bhiksuni. Para bhiksu / bhiksuni
No.10/ Juli 2005
bertugas untuk memberikan bimbingan untuk pencerahan pikiran dan jiwa, memberikan semangat dan ketenangan kepada umat melalui ajaran Sang Buddha, sedangkan sebaliknya umat biasa mau membantu dan bersama-sama Bhiksu / Bhiksuni menyebarluaskan Dharma ini. Ini adalah bentuk kerjasama dan “Itai Doshin” untuk mencapai tujuan yang satu. Umat awam yang sehari-harinya bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga juga berkewajiban bersama-sama menjaga kelangsungan Sangha atau susunan, dapat memberikan dana paramita yang bisa menunjang perkembangan dari Sangha itu sendiri. Dana Paramita adalah salah satu dari Enam Paramita yang dilaksanakan oleh seorang Bodhisattva. Menyumbang kepada Sangha, tidak dilihat dari ukuran besar atau kecilnya nilai materi, tetapi lebih kepada besar atau kecilnya kesungguhan hati. Jadi seberapa besar atau kecil Dana Paramita yang diberikan tergantung pada kesungguhan hati masingmasing umat, selain itu Dana Paramita tidak hanya mencakup sumbangan berupa materi saja, tetapi juga termasuk sumbangan pikiran, tenaga dan hukum. Para Bhiksu / Bhiksuni memberikan Dana Paramita berupa Hukum (Fuse Hose) dan Pikiran (Fuse Muise) sedangkan, umat awam kebanyakan memberikan sumbangan berupa materi dan tenaga (Fuse Zaise), kerjasama kedua hal ini akan menciptakan sinergi yang baik
dalam Sangha.
S
angha Nichiren Shu Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang drastis, semakin bertambahnya umat dan daerah yang harus ditangani, membuat fungsi dan tugas Sangha menjadi sangat penting, dan tentu saja kebersamaan untuk mencapai tujuan. Fungsi penyebarluasan selain menjadi tugas dan tanggungjawab para Bhiksu/ bhiskuni juga merupakan tugas dari para umat awam, karena dalam Saddharma Pundarika Sutra dikenal dengan istilah Guru Dharma. Guru Dharma adalah orang-orang mau belajar dan menyebarluaskan Sutra ini dan seluruh umat yang percaya hendaknya mendisplinkan diri dalam belajar dharma dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi warga yang baik di masyarakat dan keluarga juga berarti telah menyebarluaskan Dharma. Jadi Menyebarluaskan Dharma berarti bertingkah laku, perbuatan baik hati, pikiran dan badan berdasarkan ajaran Sang Buddha. Nilai-nilai O’daimoku harus disebarluaskan terutama dalam keluarga, masyarakat dan negara sehingga pada akhirnya kedamaian dan kebahagiaan akan tercipta. Nilainilai O’daimoku adalah Nilai-nilai maitri karuna, cinta kasih, saling hormat menghormati dan mengerti orang lain. Bagi kita menjaga hati kepercayaan adalah hal yang utama. Hati kepercayaan yang baik berarti memiliki prilaku dan perbuatan yang sesuai dengan Dharma.
3
M
engingat akan janji pada masa lampau yang jauh dan keinginan luhur dari Nichiren Shonin, maka saya dengan penuh tulus hati ingin mengambil bagian dari perjuangan untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra. Pada tanggal 26 Juni 2005, saya mengikuti Upacara "Tokudo Shiki", yaitu Upacara Pentabhisan sebagai seorang calon bhiksu (Shami), yang dilaksanakan oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata, YM.Bhiksu Tomikawa, dan YM.Bhiksu Kakimoto. Ini adalah langkah awal dan perjalanan yang panjang untuk mewujudkan kebhiksuan didalam susunan Nichiren Shu Indonesia. Upacara selanjutnya yang harus diikuti adalah "Docho" di Kuil Seichoji , Jepang dan "Shingyo Dojo" selama 35 hari di Gn.Minobu. Waktu antara Tokudo Shiki dan Docho selambatlambatnya 3 tahun, dan dari Docho sampai mengikuti "Shingyo Dojo" adalah 10 tahun. Saya menyadari tugas sebagai Shami sangat berat, oleh karena itu kerjasama antara seluruh umat merupakan sebuah keharusan untuk terwujudnya sebuah Sangha yang akan mampu membawa Jalan Pencerahan bagi seluruh umat manusia dan mahluk hidup. Marilah kita bersama-sama antara para Bhiksu/bhiksuni, Shami/Shamini dan umat awam bekerjasama dengan satu tujuan agung yakni Kosenrufu, menyebarluaskan Dharma ini keseluruh Indonesia. Marilah kita jaga Sangha ini agar Hukum ini dapat lestari dan terus membawa manfaat bagi umat manusia. Gassho.
No.10 / Juli 2005
Bimbingan Oleh:
YM.Bhiksuni Myosho Obata
(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)
BUTSUDAN (Rumah Buddha)
H
ari ini, Saya ingin memberitahukan anda mengenai Butsudan atau Rumah Buddha. Mungkin beberapa anggota sudah mengetahui hal ini. Butsudan adalah seperti rumah Buddha, dan di atas altar didirikan Dai Mandala, Sang Buddha, Nichiren Daishonin dan para jiwa leluhur kita. Butsudan juga menunjukkan kepada kita tentang Dunia Buddha. Biasanya Butsudan berbentuk kotak persegi, tetapi terdapat banyak jenis dan bentuk dari Butsudan. Tidak menjadi masalah apapun bentuknya, ukurannya atau warna dari Butsudan, yang terpenting adalah ketulusan hati kita kepada Sang Buddha dan lainnya. Kemudian, Saya ingin memberitahukan kepada anda sekalian kenapa kita harus mempunyai sebuah Butsudan. Butsudan adalah wujud dari hati kepercayaan kita. Butsudan yang ada dirumah berarti ajaran Buddha begitu dekat dengan keluarga kita. Butsudan menunjukkan kedekatan keluarga kita dengan ajaran Buddha. Sebagai tambahan, Butsudan juga menunjukkan kepada kita hubungan antara Sang Buddha, Nichiren Daishonin, dan keluarga kita, termasuk jiwa leluhur kita, dan menunjukkan Dunia Buddha yang mana termasuk dalamnya Nichiren Daishonin dan para jiwa leluhur kita. Dan, Butsudan adalah
jendela antara Dunia Buddha dan Dunia Saha. Jika kita mempunyai Butsudan dirumah, kita dapat melihat Sang Buddha, Nichiren Daishonin, dan para jiwa leluhur kita, kapan saja kita mau. Ketika duduk didepan Butsudan, kita dapat melihat orangtua kita, leluhur kita, dan jiwa nenek moyang yang tinggal didalam Dunia Buddha, dan kita dapat sepenuhnya mewujudkan welas asih dan maitri karuna dari Sang Buddha. Bagaimanapun, kita tidak hanya harus percaya ajaran Buddha tidak hanya di kuil saja tetapi juga di rumah. Sebagai wujuk kesungguhan dan penghormatan kepada ajaran Buddha, kita harus meletakkan hati kepercayaan kita kepada ajaran Buddha dalam pelaksanaan seharihari. Untuk melaksanakan hati kepercayaan kita sehari-hari, kita membutuhkan Butsudan di rumah untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha. Kemudian, saya akan menjelaskan tentang pengertian dari secangkir air bersih, cahaya lilin, dupa, dan bunga. Ketika tangan kita kotor, kita mencucinya dengan air. Air mempunyai kekuatan untuk membersihkan. Ajaran Sang Buddha mempunyai kekuatan yang sama untuk membuat pikiran kita menjadi bersih. Secangkir air berarti memuji Sang Buddha dengan air, yang mempunyai kekuatan sama, dan untuk menghilangkan 4
kekacauan dalam pikiran kita. Dan menyalakan lilin, menerangi, menghancurkan kegelapan dan membuat orang menjadi nyaman. Dapat dikatakan bahwa lilin adalah simbol dari Kebijaksanaan Sang Buddha. Ia menerangi dan menghancurkan semua penderitaan. Mempersembahkan dupa berarti memberikan keharuman kepada Sang Buddha dan juga membersihkan diri kita dengan keharumannya. Ini juga dapat dikatakan mempersembahkan dupa adalah simbol dari maitri karuna Sang Buddha. Keharuman dupa menghancurkan segala macam rintangan yang ada. Sebagai tambahan, keduanya cahaya lilin dan keharuman dari dupa menyebar bagaikan penyebaran dari ajaran Sang Buddha. Mempersembahkan bunga berarti memberikan keindahan dan perhiasan kepada Sang Buddha. Gassho.
No.10/ Juli 2005
Seri Pelajaran Mahayana
DELAPAN RUAS JALAN KEMULIAAN ( BAGIAN. II )
3. Perkataan Benar
dombanya dan menemukan hampir sebagian besar domba gembalaanya telah menjadi santapan gerombolan serigala kelaparan tersebut.
P
erkataan Benar berarti tidak dibenarkan untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar, memfitnah, mencaci-maki, mengucapkan kata-kata kasar dan kotor. Pepatah umum mengatakan, bahwa “ Kuman memasuki tubuh kita melalui mulut; bencana muncul melalui mulut juga.”
4. Perbuatan Benar
P
Pemuda Yang Kehilangan Domba Yongmae, seorang pemuda yang menggembala domba. Pemuda ini memang terkenal iseng dan suka membuat onar dengan menceritakan hal-hal yang adakalanya tidak masuk di akal sama sekali. Pada hari pertama menggembala domba, terbetik dalam pikirannya untuk membuat onar penduduk kampungnya, maka menjelang tengah hari dengan tergopoh-gopoh dia berlari turun gunung memasuki kampungnya dengan berseru, “Tolong....tolongg ......., ada gerombolan serigala yang memangsa domba-dombaku.” Mendengar teriakan yang histeris tersebut, maka cukup banyak penduduk yang keluar dengan membawa berbagai perkakas dan berlari ke gunung bermaksud membantu Yongmae mengusir gerombolan serigala tersebut. Sesampainya di gunung, terlihat domba-domba dengan tenang masih merumput, dan menyaksikan ekspresi tersebut, Yongmae melepaskan ketawanya dengan berguling-
guling di rumput saking senangnya berhasil membohongi hampir seluruh penduduk kampungnya. Beberapa minggu kemudian, Yongmae mengulangi kembali aksinya yang dimana juga berhasil mengelabui penduduk kampungnya. Sampai suatu hari pada saat sedang menggembala, terlihatlah dengan mata kepala dia sendiri, serombongan serigala rakus muncul dari semaksemak. Dengan pucat pasi, Yongmae berlari seperti dikejar setan ke kampungnya. Sampai suaranya habis berteriak untuk meminta bantuan, tetapi penduduk kampung yang merasa sudah kapok diberlakukan oleh Yongme, tidak mempercayainya dan hanya menebis dengan mengatakan, “Yongmae...Yongmae ...mau aksi apalagi sih..., kami tak mungkin dapat Anda kelabui tiga kali. Sudah sana kembali.” Akhirnya Yongmae sambil menangis kembali ke gerombolan
5
erbuatan Benar adalah tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berjinah, dan tidak bermabukmabukan. Disamping tindakan pasif untuk menjauhi perbuatan jahat, kita juga seharusnya secara aktif melakukan perbuatan baik. Dengan melakukan perbuatan baik akan mengembangkan karakter seseorang, yaitu pengendalian diri dan kesadaran akan hak orang lain. Perbuatan menghargai makhluk hidup sekecil apapun akan menghasilkan buah karma yang baik, bukan karena kebaikan makhluk itu untuk membalas kita, tetapi karena kebaikan hati nurani kita sendiri yang sanggup menimbulkan kasih yang setulusnya. Murid Yang Menolong Semut Guru Hui-gan yang memiliki waskita mata surgawi [divyacakshu/ dibbacakkhu] merasa sedih sekali pada suatu hari karena mengetahui bahwa muridnya, Li-chang yang baru berusia 19 tahun harus meninggal satu bulan lagi karena karma buruk masa lalu yang dibuatnya. Beliau tidak menceritakan hasil penglihatannya tersebut agar tidak membuat Li-chang bersedih, melainkan menasehatkan muridnya untuk pulang ke rumah
No.10 / Juli 2005
orangtuanya, berkumpul selama 40 hari dengan alasan sudah lama sekali tidak menjenguk orangtuanya. Dengan demikian diharapkan, Lichang dapat menghabiskan hari-hari terakhirnya bersama orangtuanya. Li-chang mematuhi dan melakukan perjalanan menembus hutan yang memakan waktu cukup lama juga. Di tengah perjalanan, Li-chang menemukan satu koloni (berjumlah jutaan) semut terperangkap dalam genangan air dan berada di tengah-tengah batu yang dikelilingi oleh air banjir. Li-chang dengan sigap dan spontan mencari dahan kayu yang banyak dan dibuatkan sebagai jembatan, sehingga seluruh semut berikut telur-telur semut yang belum menetas dapat diseberangkan ke tempat yang kering oleh para semut pekerja. Sesudah menolong semutsemu itu, dia melanjutkan perjalanan lagi pulang ke rumah orangtuanya. Setelah melewati masa 40 hari sebagaimana ijin yang diperolehnya dari gurunya, Li-chang kemudian muncul di hadapan gurunya yang terkejut melihat kedatangannya tanpa kekurangan apapun. Guru Hui-gan mencoba melihat kembali dengan mata surgawinya dan mendapatkan bahwa muridnya akan hidup sampai umur 91 tahun, jadi umurnya telah diperpanjang. Guru Hui-gan menanyakan apa yang telah dilakukannya selama perjalanan dan juga menjelaskan hasil waskitanya. Li-chang hanya bisa menjawab tidak melakukan apa-apa. Guru Hui-gan mencoba melihat perjalanan muridnya ini, dan kemudian menjadi maklum bahwa muridnya telah menolong jutaan makhluk hidup dengan tulus dan penuh kasih sehingga menggetarkan para Bodhisattva yang diliputi Kasih Sayang , dimana secara tidak langsung telah memperpanjang usianya. Guru Hui-gan berucap terima kasih kepada Bodhisattva.
5. Mata Pencaharian Benar
M
ata Pencaharian Benar berkaitan dengan adanya lima jenis perdagangan yang harus dihindarkan [micchavanijja / mithayavanijya] karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, yaitu: (1) berdagang senjata yang mematikan [sattha-vanijja / sastra-vanijya] (2) berdagang makhluk hidup [sattavanijja / sattva-vanijya] (3) berdagang daging [mamsa-vanijja / mamsa vanijya] (4) berdagang minuman memabukkan [majja-vanijja / madya-vanijya] (5) berdagang racun [visa-vanijja / visa vanijya] Sering kita membaca di koran mengenai berbagai tindak peperangan yang menyebabkan musnahnya penduduk suatu kota hanya karena penggunaan senjata yang mematikan. Perdagangan makhuk hidup termasuk manusia telah menyebabkan berbagai penderitaan, belum lagi berbagai penyakit yang mudah menyerang hewan peliharaan seperti kasus sapi gila di Eropa, kasus virus burung di Hong Kong, dan kasus flu babi di Malaysia, dimana semuanya itu menimbulkan kerugian yang cukup besar hanya untuk mencegah bertambahnya korban manusia, dengan jalan mematikan secara massal hewan peliharaan tersebut, mulai dari pemberian gas beracun, dipukul, dikubur hidup-hidup, dibakar hidup-hidup dan berbagai pembasmian kejam lainnya. Kasuskasus tersebut juga menyebabkan banyak pedagang daging terpaksa gulung tikar karena tidak terdapatnya pasokan daging, dan berkurangnya niat pembeli yang takut terjangkit virus hewan peliharaan tersebut. Berbagai kejahatan sudah sering kita dengar yang ditimbulkan oleh karena seseorang itu sedang
6
mabuk minuman keras ataupun habis menegak pil, ganja, morfin yang membuat kesadaran seseorang itu menjadi rendah seperti binatang. Demikian juga berbagai kasus bunuh diri dengan meminum racun ataupun kasus kematian korban yang diracuni sering juga terpampang dalam berbagai koran harian .
6. Usaha Benar
U
saha Benar adalah suatu usaha yang dilakukan terus menerus untuk membersihkan diri dan mengembangkan kebaikan, dimana terdapat empat ruas, yaitu : (1) Untuk kejahatan yang tidak muncul, biarlah tidak muncul. (2) Untuk kejahatan yang muncul, biarlah lenyap. (3) Untuk kebaikan yang tidak muncul, biarlah muncul. (4) Untuk kebaikan yang muncul, biarlah berlanjut. Penyesalan sering datang terlambat sesudah kita menyadari perbuatan yang tidak seharusnya kita lakukan. Tidak ada penyesalan yang timbul sebelum perbuatan itu dilakukan. Manusia memang lemah karena tertutup oleh berbagai kebodohan yang tanpa disadarinya akan menyeretnya ke ruang penderitaan yang tidak akan habis disesalinya. Kasep Penjaga Kereta Kasep, seorang penjaga rel kereta api sudah lama melakukan tugasnya dan sangat disukai orang karena sikapnya yang ramah dan sopan. Namun ada satu sifat jelek Kasep yang sulit dihilangkannya, yaitu sering meminum arak untuk menghangatkan tubuhnya pada malam yang dingin.
Bersambung Ke Hal. 15
No.10/ Juli 2005
Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 2
Edited by George Tanabe.Jr, Compiled by Kyotsu Hori Terbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - Japan Diterjemahkan oleh Sidin Ekaputra,SE
TOKI NYUDO DONO GO-HENJI
"CHIBYO-SHO"
Pengantar:
D
itulis pada tanggal 26 bulan enam tahun Koan Ke-1 (1278) di Gunung Minobu, naskah asli dari surat ini, dikenal sebagai “Chibyo-sho” (Risalah Untuk Penyembuhan Penyakit), sekarang disimpan di Kuil Nakayama Hokekyoji di Propinsi Chiba. Ini ditulis untuk membalas surat dari Toki Jonin, yang menyumbangkan sebuah pakaian musim panas melalui Shijo Kingo, ketika mengunjungi Nichiren Shonin di Gunung Minobu, dan meminta Nichiren untuk melaksanakan sebuah upacara doa untuk menghilangkan wabah penyakit agar tidak tersebarluas. Dikatakan bahwa penyakit fisik dapat disembuhkan dengan obat-obatan; penyakit kejiwaan tidak dapat disembuhkan tanpa hati kepercayaan yang benar kepada Saddharma Pundarika Sutra, Nichiren menyatakan bahwa hanya melalui O'daimoku, intisari dari bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra, dapat menyelamatkan para pemfitnah Dharma Sejati, mereka yang telah memenuhi dunia ini. Secara khusus, Beliau menyatakan, ketika kita berusaha menyebarluaskan penyebutan O'daimoku pada Masa Akhir Dharma ini, kita akan dihadapkan pada kesulitan jauh lebih besar dibandingkan yang dihadapi oleh Maha Guru T’ien-t’ai dan Dengyo. Menurut Nichiren, semakin besar kesulitan yang dihadapi oleh Ia dan murid-muridNya menunjukkan bahwa munculnya secara “Nyata” ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” berlawanan dengan ajaran “Teori” yang dianut oleh T’ien-t’ai dan Dengyo, dan ini menunjukkan ajaran kebenaran dari bagian pokok. Ini merupakan keunikan dari ajaran Nichiren Buddhisme. Nichiren Shonin memasukkan penafsiran Beliau sendiri mengenai ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” “Nyata” dan menyebut penafsiran T’ien-t’ai dan Dengyo sebagai “Teori”. Berdasarkan pada “Nyata” ini sebagai penafsiran dari “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran”, Nichiren Shonin menemukan jalan untuk menyelamatkan semua umat manusia dengan cara meletakkan hati kepercayaan kepadaNya dan menyebut O'daimoku.
7
No.10 / Juli 2005
Surat Balasan Kepada Tuan Toki (Risalah Untuk Penyembuhan Penyakit)
B
erdasarkan penjelasan dalam suratmu bahwa wabah penyakit telah tersebarluas. Dikatakan bahwa manusia mempunyai dua jenis penyakit. Pertama, Tubuh kita menjadi sakit. Tubuh kita terdiri dari Empat Elemen: Tanah, Air, Api dan Angin. Setiap satu dari ke Empat Elemen itu mempunyai 101 penyakit, jadi jumlah keseluruhan tubuh kita mempunyai 404 penyakit. Penyakit fisik ini tidak perlu tergantung pada Sang Buddha untuk sembuh. Tidak ada penyakit fisik yang tidak dapat diobati, apalagi oleh para dokter terkenal seperti Jisui, Rusui, Jivaka dan P’ien-ch’fieh. Kedua, Pikiran kita menjadi sakit di semua bagian. Dimulai dengan Tiga Racun; Keserakahan, Kemarahan, dan Kebodohoan, penyakit dalam pikiran kita berjumlah sebanyak 84,000. Meskipun kedua jenis mahluk surgawi dan Tiga Petapa atau Enam Guru bukan Buddhisme di India, tidak akan dapat menyembuhkan mereka, demikian juga para ahli pengobatan yang terkenal dan bijaksana dari Negeri Kuno China seperti Shen-nung dan Kaisar Kuning. Penyakit kejiwaan dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti dangkal, dalam, berat dan ringan. 84.000 permasalahan didalam pikiran orang biasa yang berada dalam Enam Dunia Rendah dalam tingkatan kemajuan spiritualitas (Neraka, Kelaparan, Binatang, Kemarahan, Manusia dan Surga / Dewa) semuanya dapat disembuhkan
dengan ajaran Hinayana, vinaya, dan para guru Sutra Agama, Hinayana” dan Sekte Hinayana seperti Kusha (Dharma Agung Rahasia), Jojitsu (Penyelesaian Kebenaran), dan Ritsu (Aturan). Bagaimanapun, ketika orang-orang Hinayana yang terbelenggu oleh ajaran Hinayana dan bermaksud melawan ajaran Mahayana Buddhisme atau mencoba untuk menjadi sama dengan negara-negara Mahayana, atau walaupun mereka tidak ingin melawan ajaran Mahayana Buddhisme, mereka (Hinayana Buddhis) dan negara mereka akan mendapatkan berbagai macam penyakit. Ketika mereka mencoba untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan mereka dengan pengertian dari ajaran Hinayana Buddhisme, mereka hanya akan menambah permasalahan mereka sebagai akibat dari penyembuhan itu. Hanya para pelaksana sutra Mahayana yang dapat menyembuhkan mereka. Demikian hal juga, ketika penganut berbagai sutra-sutra sementara Mahayana seperti Sutra Karangan Bunga (Kegonkyo), Pembabaran Sutra Dalam dan Rahasia (Gejimmitsu-kyo), Sutra Kebijaksanaan (Hannyakyo), dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi-Kyo) yang terpaku pada pendapat mereka, menganggap bahwa kepercayaan mereka sama atau lebih unggul dari Saddharma Pundarika Sutra, dan ketika para penguasa menerima mereka tanpa melihat lebih jelas lagi siapa mereka, 84.000 penyakit kejiwaan seperti
8
ke Tiga Racun pun bermunculan. Semakin kuat mereka berusaha untuk menyembuhkan penyakit itu dengan segala pengertian dan pemahaman mereka atas sutra-sutra itu, maka permasalahannya menjadi semakin besar. Meskipun mereka berusaha menyembuhkan diri dengan Saddharma Pundarika Sutra, itu tidak akan berhasil. Ini bukan karena disebabkan Sutranya tidak baik tetapi lebih disebabkan oleh manusia yang mencoba mengunakannya. Saddharma Pundarika Sutra terdiri dari dua bagian: Bagian Teori (Bagian Pertama) dan Bagian Pokok (Bagian Kedua). Perbedaaan diantara kedua bagian ini bagaikan air dan api atau langit dan bumi. Lebih besar lagi perbedaan antara sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan Saddharma Pundarika. Meskipun terdapat perbedaan antara Sutra Sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan Bagian Teori dari Saddharma Pundarika Sutra, juga terdapat beberapa persamaan diantara mereka. Sutra Sebelum Saddharma Pundarika Sutra membabarkan Delapan Ajaran (Empat Metode Ajaran dan Empat Doktrin), yang merupakan ajaran sempurna mempunyai kesamaan dengan apa yang dibabarkan dalam Bagian Teori. Konsep yang dibabarkan oleh Sang Buddha dalam Sutra Sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan Bagian Teori Saddharma Pundarika Sutra, tidaklah sepenuhya sama: Buddha dengan Badan yang lebih rendah, Badan Unggul, Badan Kebajikan dan Badan Dharma. Meskipun demikian itu semua masih membicarakan tentang Buddha yang sama, yang mencapai KeBuddhaan dibawah Pohon Bodhi di Buddhagaya pada umur 30
No.10/ Juli 2005
tahun.
Sekarang, mengenai perbedaan antara Bagian Pokok dan Bagian Teori yaitu; Buddha pembabar adalah Buddha Abadi yang telah mencapai KeBuddhaa pada Masa Lampau yang Abadi, dengan Buddha dalam sejarah yang mencapai KeBuddhaanNya dalam hidup ini di Buddhagaya. Perbedaaan diantara kedua bagian ini sangat jelas, bagaikan antara seorang laki-laki umur 100 tahun dan seorang bayi. Tidak hanya mengenai Buddha Pembabar saja tetapi juga para muridmuridnya juga berbeda bagaikan air dan api. Beberapa hal lainnya sepeti Tanah Buddha antara “Empat Tanah” yang dibabarkan dalam bagian Teori dan “Tanah Cahaya Abadi dan Suci” dalam bagian Pokok! Perbedaaan ini sangat sulit dilukiskan. Mereka yang mencampurkan kedua hal itu, Bagian Teori dan Pokok, adalah seperti orang yang tidak dapat membedakan antara api dan air. Sang Buddha telah membuat perbedaan yang jelas diantara kedua bagian itu, tetapi sejak lebih dari 2.000 tahun sejak KemoksaanNya, tidak seorangpun di India, China, Jepang dan seluruh dunia (Jambudvipa) dapat dengan jelas membedakannya. Hanya T’ien-t’ai di China dan Dengyo di Jepang sedikit melihat perbedaaan diantara mereka, tetapi mereka tidak menjelaskan secara jelas Bunga Teratai Tendai (T’ient’ai) hukum, ajaran yang penting diantara bagian Pokok dan Teori. Betapapun, sekiranya Maha Guru T’ien-t’ai dan Dengyo mengetahui hal ini dalam pikiran, mereka tidak dapat menjelaskannya dengan jelas karena: (1) Waktunya belum tiba, (2) Kemampuan orang-orang untuk memahaminya belum matang, dan (3) Mereka tidak dipercayakan oleh Sang Buddha untuk membabarkan ajaran ini.
Sekarang, kita sudah memasuki Masa Akhir Dharma, waktu ketika Maha Bodhisattva Muncul Dari Bumi seperti Bodhisattva Visistakaritra akan menyebarluaskan ajaran dari Bagian Pokok Saddharma Pundarika Sutra. Masa Akhir Dharma, adalah waktunya bagi ajaran Bagian Pokok tersebarluaskan. Sekalipun, jika orang-orang yang percaya kepada Buddhisme Hinayana, Semi Mahayana, atau Bagian Teori Saddharma Pundarika Sutra, mereka menyebarkan ajaran ini tanpa sedikit kesalahanpun juga, hal itu tidak ada gunanya sama sekali. Ini sama seperti sebuat obat musim semi tidak ada gunanya di musim gugur. Sekalipun jika dapat digunakan di musim gugur, efektifitasnya tidak terlalu berguna di musim semi dan panas. Berapa banyak manfaat yang mereka dapatkan ketika mereka, Hinayana dan Semi Mahayana Buddhisme dan para penganut Bagian Teori, akan menjadi bingung dengan perbedaan antara Hinayana dan Mahayana Buddhisme atau Sementara dan Sesungguhnya. Lebih lagi, para penguasa pada masa lampau telah menaruh kepercayaan kepada ajaran tersebut, membangun kuil untuk mereka dan menyumbang setiap bagian tanah pertanian, ini tidak hanya, tidak dapat dimaafkan tetapi juga menghancurkan dasar dari kepercayaan mereka untuk melalaikan ajaran mereka. Oleh karena itu, mereka sangat marah terhadap mereka yang mengkritik sutra mereka, dan mereka memfitnah Dharma Sejati dan menghukum pelaksana dari Saddharma Pundarika
9
Sutra
Penguasa Jepang mempunyai berbagai macam alasan untuk mempercayai para pendusta dan menghukum pelaksana Dharma Sejati. Mereka berpihak kepada mayoritas, dan tidak mampu merubah Dharma itu yang telah dianut oleh penguasa masa lalu, kebodohan mereka sendiri, dan mereka menghina pelaksana Dharma Sejati. Sebagai hasilnya, para pelindung Dharma seperti Raja Surga Brahma, Indra, Matahari dan Bulan, dan Empat Raja Langit, menghukum negara ini, menyebabkan munculnya Tiga Bencana dan Tujuh Malapetaka, yang mengerikan, yang belum pernah dilihat sebelumnya. Inilah kenapa wabah penyakit menyebar tahun lalu, tahun ini, dan jaman Shoka (1257-59). Pertanyaan: Kamu mengatakan bahwa wabah penyakit menyebar di Jepang karena negara ini menghukum pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, sehingga para dewa pelindung meninggalkan negara ini. Jika begitu, kenapa tidak hanya mereka yang tidak percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra saja tetapi murid-muridMu juga menderita atau bahkan meninggal karena bencana ini ? Jawab: Pertanyaanmu sangat rasional dan menarik, tetapi kita tidak bisa hanya melihat satu sisi saja. Kebajikan dan Kejahatan, sejak awal selalu bertentangan namun tidak dapat dipisahkan. Melihat dari cara pandangan demikian, kita melihat bahwa ajaran sutra sementara sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan dasar dari
No.10 / Juli 2005
sekte Buddhis, menyatakan bahwa Bodhisattva yang berada pada tingkatan kedua dari peringkat tertinggi (togaku: setara dengan Penerangan) mempunyai kebajikan tanpa keburukan. Bagaimanapun, berdasarkan doktrin “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” yang didasarkan pada Saddharma Pundarika Sutra, bahwa setiap pikiran kita dilengkapi dengan kebajikan dan keburukan. Meskipun Bodhisattva dari tingkatan tertinggi (myogaku: Penerangan Indah) mempunyai iblis / keburukan dalam pikiran. Dharma Sejati yang secara alami terdapat dalam pikiran kita muncul sebagai dewa pelindung Saddharma Pundarika Sutra seperti Raja Surga Brahma dan Indra, sedangkan kebodohan pokok yang secara alami ada dalam pikiran kita menjadi Raja Iblis Surga Ke-Enam. Dewa Kebajikan tidak menyukai manusia iblis, dan para iblis membenci manusia kebajikan. Pada Masa Akhir Dharma, iblis secara alami menguasai setiap bagian tanah dan batu atau rumput dan semak. Dewa kebajikan, yang melindungi para pelaksana Dharma Sejati sangat sedikit dan orang suci dan bijaksana sangat sulit ditemui. Oleh karena itu, sungguh rasional bahwa lebih banyak orang-orang yang bukan murid-murid Nichiren seperti para Buddhis Tanah Suci, para guru Shingon, Zen dan para bhiksu Ritsu yang jatuh sakit dan mati karena serangan wabah penyakit. Bagaimanapun, aku tidak tahu mengapa, tetapi lebih sedikit murid-muridKu dibanding dari sekte lain yang menderita sakit dan mati. Aku ingin tahu jika mungkin ini
karena para pengikut yang sedikit jumlahnya atau karena mempunyai hati kepercayaan yang kuat. Pertanyaan: Apakah terdapat suatu keadaan yang sama dimasa lampau, dimana wabah penyakit tersebarluas seperti hari ini di Jepang? Jawab : Sepanjang masa pemerintahan Kaisar Sujin, penguasa kesepuluh, jika dihitung dari Kaisar Jimmu; sejenis wabah penyakit menyebar dan menyebabkan lebih dari separuh populasi menderita sakit dan mati karenanya. Kaisar untuk pertama kalinya meminta setiap propinsi agar memuja kepada Dewa Amaterasu, dan bencana itu dapat diatasi. Kemudian, Dia disebut Kaisar Sujin (Memuja Dewa). Kejadian ini terjadi sebelum Buddhisme diperkenalkan ke Jepang. Tiga Kekaisaran, ke-30, 31, 32, mengalami kematian karena cacar dan wabah penyakit. Berdoa kepada para dewa tidak dapat membantu pada waktu itu. Pada masa lalu, pada masa pemerintahan ke-30, Kaisar Kimmei, Negara Korea Paekche mengirimkan kepada penguasa Jepang, tidak hanya sutra-sutra Buddhis, vinaya dan bhiksu juga sebuah rupang tembaga Buddha Sakyamuni. Soga Iname dan kelompoknya mendesak agar memuja Sang Buddha, tetapi pihak kerajaan seperti Mononobe Okoshi dan orang-orangnya menolak untuk memuja Sang Buddha, karena akan menyebab para dewa-dewi Jepang marah dan akan menghancurkan negara. Sedangkan Kaisar tidak mampu melihat dengan jernih tentang hal ini, Tiga Bencana
10
dan Tujuh Malapetaka yang pada masa lalu melanda, pun terjadi dan menyebabkan banyak orang yang mati karena wabah penyakit. Memanfaatkan situasi ini, Mononobe dan kelompoknya menyarankan agar kaisar “menghancurkan rupang Buddha itu untuk mendapatkan kebahagiaan,” dan mereka tidak hanya menjadi anti para bhiksu-bhiksuni Buddhis, tetapi juga membakar rupang tembaga Buddha Sakyamuni itu dalam kobaran api. Kuil Buddha yang dibangun oleh Soga Iname juga dibakar habis. Segera setelah itu, gerakan anti Buddhis yang dipimpin oleh Mononobe Okoshi, dengan kaisar berada disampingnya memusnahkan Buddhisme. Pemimpin Buddhis, Iname, juga meninggal karena sakit. Sesudah itu, Buddhisme mulai bangkit kembali dibawah perlindungan dari Soga Umako dan seorang putri kerajaan (seorang keponakan Umako, yang kemudian menjadi Kaisar Suiko). Ketika wabah penyakit kembali tersebar, gerakan anti Buddhis yang dipimpin oleh Mononobe Moriya menyatakan: “Tiga Kaisar telah meninggal ketika mereka memuja Sang Buddha. Ayah saya juga, mati karena penyakit. Kamu perlu tahu bahwa Pangeran Shotoku, Soga Umako, dan mereka yang mendukung Buddhisme adalah musuh dari orangtuaku. Mereka adalah musuh masyarakat.” Beberapa ribu orang termasuk Pangeran Anahobe dan Putri Yasube membentuk sebuah kelompok, tidak hanya untuk menghancurkan kuil-kuil Buddhis dan rupang, tetapi juga terlibat dalam perang sipil. Pada akhirnya Moriya kehilangan hidupnya. Setelah 35 tahun sejak Buddhisme diperkenalkan ke Jepang, Tiga Bencana dan Tujuh Malapetak datang silih berganti setiap tahunnya. Ketika Mononobe Moriya terbunuh oleh Soga Umako dan Dewa Shinto telah
No.10/ Juli 2005
dikalahkan oleh para Buddha, bencana dan malapetaka tibatiba berhenti. Tiga Bencana dan Tujuh Malapetaka yang terjadi setelah periode itu kebanyakan disebabkan oleh kebingungan antara ajaran sebenarnya dan palsu dari Buddhisme. Kemudian bencana dan malapateka ini hanya melanda sedikit orang, beberapa propinsi, beberapa tempat, mereka yang telah melawan kebenaran, memfitnah Dharma Sejati atau beberapa hal mengenai itu. Bagaimanapun, Tiga Bencana dan Tujah Malapetaka sejak 30 tahun ini, sama sekali tidak disebabkan oleh kegusaran dan kekacauan tetapi semata-mata karena seluruh orang di Jepang membenci Nichiren. Oleh karena itu, orangorang disetiap propinsi, negeri, daerah dan perdesaan membawa perasaan kemarahan yang belum pernah didengar pada masa lalu dan mereka menganiaya diriKu, Nichiren. Ini adalah untuk pertama kalinya bagi orang biasa, yang belum memadamkan ilusi dalam pikiran dan keinginan, dan masih membawa kebodohan yang melekat. Ketika orang-orang bodoh berdoa kepada dewa, para Buddha, dan Saddharma Pundarika Sutra untuk perlindungan, bencana yang mereka alami akan semakin bertambah. Lima Aksara dari Dharma Agung, inti dari Bagian Pokok Saddharma Pundarika Sutra, dapat berhadapan dengan bencana dan malapetaka jika seandainya seseorang menaruh hati kepercayaan kepadanya, tetapi inilah alasan kenapa Sang Buddha secara khusus mempercayakannya kepada pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Analisa terakhir, oleh karena itu, bencana dan malapetaka yang terjadi sejak periode Shoka (125759) tidak akan pernah berhenti
sebelum kebenaran diungkapkan dan kepalsuan dari Dharma Buddha dihancurkan dalam diskusi umum di masyarakat. Sepuluh Objek, Sepuluh tingkatan meditasi dibabarkan dalam Maka Shikan dari Maha Guru T’ient’ai belum pernah dilaksanakan sejak itu. Pada masa Maha Guru Miao-le dan Dengyo, sedikit orang yang melaksanakan hal itu. Karenanya tidak ada seorangpun yang melawan mereka. Maka Shikan mengatakan bahwa “Tiga Rintangan dan Empat Iblis” akan menganggu para pelaksana Buddhisme, tetapi mereka tidak akan membuat rintangan bagi yang melaksanakan sutra sementara." Mereka (Tiga Rintangan dan Empat Iblis) itu sedang terjadi pada diriKu, Nichiren, pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, satu persatu terjadi, dan “Tiga Rintangan dan Empat Iblis” ini jauh lebih kuat dibandingkan pada waktu Maha Guru T’ien-t’ai dan Dengyo. Terdapat dua cara meditasi dalam ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran”. Pertama adalah cara “Teori”, dan kedua adalah cara “Nyata”. Maha Guru T’ien-t’ai dan Dengyo melaksanakan yang pertama. Saya, Nichiren, sekarang melaksanakan yang kedua. Itu sebabnya metode pelaksanaanKu adalah yang terunggul, kesulitan menimpa diriKu begitu kerasnya. Apa yang Maha Guru T’ien-t’ai dan Dengyo sebarluaskan didasarkan pada ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” yang dibabarkan
11
dalam bagian Teori Saddharma Pundarika Sutra, sedangkan apa yang Saya, Nichiren, sebarluaskan “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” adalah didasarkan pada Bagian Pokok Saddharma Pundarika Sutra. Perbedaan diantara keduanya adalah sama seperti perbedaan antara langit dan bumi. Ingatlah hal ini, terutama pada saat hidup akan berakhir. Miliki hati kepercayaan yang mendalam dalam Saddharma Pundarika Sutra dan teruslah menyebut O'daimoku, yang merupakan cara meditasi yang benar, yang didasarkan “Nyata” ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran.” Dengan hormat, Tanggal 26 bulan enam
Nichiren (tanda tangan) Catatan: Saya telah menerima sumbanganmu, sebuah baju musim panas, yang kamu percayakan kepada Shijo Kingo untuk mengantarkan kesini. Tolong beritahukan kepada setiap orang bahwa Aku telah menerima sumbangan yang didasarkan pada catatan yang dibuat oleh Shijo Kingo. Artikel yang diberikan oleh Tuan Ota, telah diterima sesuai dengan catatan dari Tuan Toki. Mengenai aspek lain dalam surat ini, Aku telah menuliskan untuk Shijo Kingo, jadi kamu dapat meminjam dan membacanya.
No.10 / Juli 2005
CERITA TENTANG
NICHIJI SHONIN (Salah Satu Dari Enam Murid Utama Nichiren Daishonin) Oleh:YM.Bhiksu. Shoryo Tarabini
Redaksi :: Cerita ini Sambungan dari bulan lalu edisi Juni 2005.
G
agal melakukan hukuman mati kepada Nichiren Daishonin, kemudian Ia dibuang ke Pulau Sado dari tanggal 10 Oktober 1271 sampai 13 Maret 1274. Nissho Shonin yang berdiam di Kamakura dan menjaga para penganut dan murid selama gurunya dibuang ke Pulau Sado. Dibawah tekanan dan penganiayaan dari pemerintah, mereka terus berusaha mempertahankan gerakan ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Pada saat itu adalah saat yang sangat sulit bagi para murid dan penganut, mereka dijuluki kriminal dan sering mendapatkan penganiayaan dan hinaan. Hal ini terungkap dalam tulisan Nichiren Daishonin, “Onfurumai Gosho.” Beliau mengambarkan bahwa banyak murid dan pengikutnya yang tidak tahan menghadapi tekanan dari pemerintah, bahkan 99 dari 100 orang tidak dapat mempertahankan hati kepercayaannya. Nichiro Shonin dan empat orang lainnya telah ikut dipenjarakan ketika Nichiren Daishonin dibuang ke Pulau Sado. Beberapa murid dan pengikut mengambil resiko dan mempertaruhkan nyawa mereka secara diam-diam mengunjungi gurunya, di Pulau Sado, mereka antara lain Nichimyo Shonin dan Shijo Kingo. Meskipun Nichiro Shonin berada dipenjara, namun sekali waktu ia secara diam-diam
keluar dari penjara dengan cara menyakinkan sipil penjara akan niatnya dan mengunjungi guruNya di Pulau Sado (Setelah itu ia akan kembali ke Kamakura, dan kembali ke penjara lagi). Juga ketika Nichiren Daishonin mendapatkan pengampunan dari Shogun, Nichiro Shonin yang membawa sertifikat itu ke Pulau Sado dan bersama-sama kembali ke Kamakura. Selama masa yang berat itu di Pulau Sado, Nichiji Shonin menemani gurunya sejak tiba di Tsukahara dan sampai gurunya dipindahkan ke Jibutsudo di Ichinosawa, menemani dan melayani Nichiren Daishonin selama dua tahun di pengasingan, bersama dengan teman dekat dan seniornya, Nikko Shonin. Bersamasama mereka bertahan terhadap segala penderitaan, kekurangan makanan, air, obat-obatan dan resiko dibunuh oleh penduduk setempat. Selama waktu itu, bersama-sama mereka menyaksikan sebagian dari kejadian yang paling bersejarah dalam hidup Nichiren Daishonin seperti debat di Tsukahara, penulisan sebagian besar tulisan utama seperti Kaimoku Sho, Sado Gosho, Kito Sho, Kanjin Honzon Sho, Shoho Jisso Sho, Nyosetsu Shugyo Sho dan Kembutsu Mirai Ki. Mereka juga ada disana ketika gurunya, Nichiren Daishonin menulis mandala Gohonzon yang pertama yang melambangkan sepuluh dunia sebagai objek pemujaan agung. Nichiji Shonin adalah seorang sarjana Tendai dan penulis 12
Ket.Rupang Nichiji Shonin
yang aktif dan terbesar diantara para murid-murid Nichiren Daishonin. Tinggal dan melayani gurunya dengan setia dan dalam waktu yang lama, dengan latar belakang yang luas tentang doktrin Buddhisme dan filosofi Tendai, Nichiji Shonin secara penuh dapat menguasai pengajaran Nichiren Daishonin. Mungkin karena alasan ini dan pengabdiannya yang tak berhenti dan letih melayani gurunya dari tahun ke tahun, karena itu ia ditugaskan sebagai salah satu dari Enam Murid Utama Nichiren Daishonin. Contoh lain kepercayaan yang dalam Nichiren Daishonin terhadap Nichiji Shonin adalah adanya dua tulisan yang ditulis oleh Nichiji Shonin, dan telah ditandatangani
No.10/ Juli 2005
oleh Nichiren Daishonin, ini telah dibuktikan keasliannya yakni Ji Myohokke Monto Sho (Tanya Jawab Mengenai Hati Kepercayaan dalam Saddharma Pundarika Sutra) dan Seigu Monto Sho (Tanya Jawab antara Orang arif bijaksana dan orang bodoh). Setelah kembali dari Pulau Sado, dan mengikuti Nichiren Daishonin untuk berkunjung ke Gunung Minobu, Nichiji Shonin kembali melayani gurunya. Ia juga kemudian ikut aktif dalam menyebarluaskan ajaran Nichiren Daishonin bersama-sama teman lamanya, Nikko Shonin. Besarnya jumlah para bhiksu dan kuil yang mengalihkan hati kepercayaan kepada ajaran Nichiren Daishonin sebagai hasil dari penyebarluasan ajaran, sebuah kampanye dari sekte Tendai untuk mengusir dan mengambil alih tanah-tanah mereka yang mengikuti Nichiren Daishonin pun dimulai. Empat orang bhiksu yakni Nikko Shonin, Nichiji Shonin, Jibu-bo Kenshu dan Shoken mengirimkan sebuah petisi protes kepada KeShogunan Kamakura, yang disebut Shijukuin Moshi-jo. Bagaimanapun tekanan tidak berhenti sama sekali. Meskipun menghadapi begitu banyak tekanan, Nichiji Shonin tidak mengurangi upaya penyebarluasannya. Kemudian berkat perlindungan dari keluarga Matsuno, ia mendirikan sebuah Hokke-do (Aula Saddharma Pundarika Sutra) yang kemudian menjadi Kuil Ren’ei-ji. Jumlah para murid Nichiji Shonin juga meningkat dengan pesat termasuk Jibu-bo, Daibu-bo, Nikkyo, Nichi’en, Nittatsu, Nisshin dan lainnya. Pada tanggal 8 september 1282, Nichiren Daishonin mengalami sakit keras dan meninggalkan Gunung Minobu untuk terapi penyembuhan di sumber air panas Hitachi. Karena sakit yang semakin
parah, membuat perjalanan ke sana terpaksa ditunda dan berhenti di kediaman pengikut awam Ikegami Munenaka (Sekarang, sebelah selatan, Tokyo) istirahat dan berusaha menyembuhkan penyakitnya. Pada tanggl 18 september, Nichiren Daishonin mengetahui bahwa Ia tidak mungkin melanjutkan perjalanan dan waktu memasuki Nirvana telah dekat. Pada tanggal 25 September, Ia memanggil para murid-muridnya untuk berkumpul dan menyelesaikan ceramahnya dalam Rissho Ankokuron. Pada tanggal 8 Oktober, Ia menetapkan Enam Murid UtamaNya sebagai mereka yang bertanggungjawab atas penyebarluasan ajaranNya yakni; Nissho Shonin, Nichiro Shonin, Nikko Shonin, Niko Shonin, Nitcho Shonin dan Nichiji Shonin. Hanya berselang satu minggu dan pada pagi hari tanggal 13 Oktober, semua murid-murid dan penganut berkumpul disekitarnya dan Ia memasuki Nirvana. Didalam ruangan gurunya, mereka menempatkan Maha Mandala Gohonzon sesuai dengan yang diminta oleh Nichiren Daishonin bersamaan dengan rupang Buddha Sakyamuni berdiri yang dipersembahkan oleh Tuan Ito ketika Beliau dibuang ke semenanjung Izu pada tahun 1261. Mereka semua berkumpul dengan sejumlah murid dan penganut dan membaca sutra dan Odaimoku. Pada jam 08:00 pagi, Nichiren Daishonin meninggal dunia dan pada waktu itu sebuah bel kecil berbunyi. Juga dikatakan terjadi gempa bumi kecil ketika Nichiren Daishonin memasuki Nirvana. Beberapa hari kemudian, setelah acara kremasi selesai. Berdasarkan permintaan dari Nichiren Daishonin; Nissho Shonin, Nichiro Shonin, Nikko Shonin dan Nichiji membawa abu gurunya kembali ke Gunung Minobu. Nichiji
13
Shonin tinggal di Gunung Minobu. Pada 100 hari meninggalnya Nichiren Daishonin, sebuah upacara dilaksanakan yang dihadiri oleh seluruh murid di Kuil Kuonji. Pada waktu itu disetujui untuk melakukan penjagaan makam dari Nichiren Daishonin. Nichiji mendapat waktu jaga setiap bulan mei. Juga pada waktu itu, setiap murid mendirikan sebuah tempat tinggal mereka masing-masing ketika mereka tinggal di Gunung Minobu. Kediaman Nichiji Shonin yang kemudian hari menjadi Kuil Kubo-no-bo. Pada peringatan 7 tahun meninggalnya Nichiren Daishonin, Nichiji Shonin, Nichijo Shonin, Nichigyo Shonin dan Nichimyo Shonin bertemu untuk berdiskusi tentang permintaan seorang pemahat buddhis terkenal di Kamakura, Nippo Shonin untuk membuat rupang dari guru mereka, Nichiren. Mereka memutuskan mempercayai pemahat itu untuk mengerjakan proyek itu. Setelah selesai, maka rupang itu diabadikan di Kuil Ikegami Honmonji. Didalam rupang itu, ditaruh sebuah kotak tembaga yang berisi barang-barang peninggalan Nichiren Daishonin. Sebuah tongkat hossu yang terbuat dari rambut ibunda Nichiren Daishonin diletakkan disebelah tangan kanan rupang. Sebagaimana yang terdapat di foto, tanda tangan Nichiji Shonin juga dapat dilihat dibagian bawah rupang tersebut. 24 tahun setelah meninggalkan Pulau Sado bersama dengan guruNya, Nichiji Shonin melakukan upacara peringatan kematian ke-13, Nichiren Daishonin. Pada tahun yang sama 1295, ketika Nichiji berumur 45 tahun, Ia melakukan perjalanan untuk menyebarluaskan ajaran Saddharma Pundarika Sutra keseluruh dunia. Catatan awal tentang perjalanannya tercatat dalam Buletin Nichiren
No.10 / Juli 2005
Shu tahun 1735. Keinginannya untuk menyebarluaskan Dharma keluar negeri didasarkan pada keinginan Nichiren Daishonin untuk menyebarluaskan ajaran ini keseluruh Jepang, China dan kembali ke India. Dalam Betto Gobo Gohenji, Nichiren Daishonin menuliskan,”KeinginanKu adalah agar ke tujuh aksara “Namu Myoho Renge Kyo” dapat tersebarluaskan ke seluruh Jepang, dan tanah China…..” kemudian dalam Kangyo Hachiman Sho dikatakan, “Bulan muncul dari barat dan menuju ke arah timur. Buddhisme menyebar dari daratan Gasshi (India). Matahari terbit dari timur. Buddhisme Jepang akan kembali ke daratan Gasshi.” Atas gagasan itulah, maka Ia berkeinginan secepatnya tiba di India untuk memenuhi keinginan dari gurunya. Ia memulai perjalanannya dengan jalan kaki kearah utara daerah Ainu, Jepang bagian Timur laut, kemudian ia menaiki perahu menuju ke pantai daerah Amur. Setelah dari sini, kita tidak mengetahui lagi kemana arah perjalanannya. Terdapat sejumlah teori dan legenda yang muncul seputar perjalanan Nichiji Shonin. Ini juga termasuk bahwa beberapa kuil yang didirikannya di daerah Amur, Manchuria dan China. Bahkan baru-baru ini , para ahli sejarah telah menemukan jejak-jejak Nichiji Shonin di negeri China, termasuk Kuil Rikkaji dikota Senka, sebelah barat Beijing adalah kuil dimana Nichiji Shonin tinggal dan menyebarkan Dharma di negeri China. Namun setelah sejumlah sarjana ikut meneliti, masih terdapat keraguan besar mengenai kebenaran dari teori itu, sampai saat ini kita tidak mengetahui apa dan bagaimana serta dimana Nichiji Shonin tinggal secara pasti. Meskipun begitu, Nichiji Shonin adalah seorang individu yang unik dalam sejarah Buddhisme
Jepang, yang mana selama berabadabad banyak bhiksu berpergian ke negeri China untuk belajar Buddhisme, dan setelah kembali ke Jepang dengan membawa banyak sutra, seni budaya, tradisi dan doktrin, namun lain halnya dengan Nichiji Shonin. Lebih dari enam puluh bhiksu yang terkenal pergi ke negeri China untuk belajar Buddhisme dan memperkenalkannya ke Jepang, ini meliputi Eisai, pendiri sekte Zen di Jepang, pergi ke negeri China pada tahun 1167 dan guru Zen, Dogen pada tahun 1223. Kamakura juga mencatat bahwa para bhiksu seperti Doryu, pendiri Kuil Kenchoji dan Sogen, pendiri Kuil Enkakuji. Banyak juga para bhiksu besar dari negeri China datang ke Jepang untuk menyebarkan dan membantu perkembangan ajaran Buddha diseluruh Jepang. Pertukaran para bhiksu ini berlangsung secara pesat juga sepanjang periode Mongol dalam sejarah China (Dinasti Yuan, 1280-1368). Bahkan seorang murid Ryokan Gokurakuji, Enshu, melakukan perjalanan untuk belajar Buddhisme ke China. Berbeda dengan mereka semua, Nichiji Shonin, ia ingin memenuhi keinginan dari Nichiren Daishonin agar ajaran Saddharma Pundarika Sutra tersebarluas dan kembali ke India dan negeri China. Dengan keinginan hati seperti inilah Ia berangkat ke China. Rute normal ke negeri China pada jaman itu adalah melewati jalur pelabuhan Hakata, di Pulau Kyushu. Namun, Nichiji Shonin pertama pergi ke Hiraizumi di Propinsi Mutsu didaerah utara Pulau utama Honshu (Sekarang, daerah administratif Iwate), berhenti pertama kali di Chusonji, sebuah Kuil Tendai terkenal, untuk mengumpulkan informasi perjalanan ke China, kemudian ia meneruskan perjalanan kedaerah selanjutnya (sekarang, Yamagata, Akita dan daerah administratif Aomori). Sepanjang perjalanan itu
14
ia menyebarkan ajaran Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo”. Ia berhasil mendirikan banyak sekali kuil-kuil dalam daerah ini, seperti Kuil Hourei’in di Kuroishi dan Rengeji di kota Aomori. Dikatakan juga bahwa ia kemudian berpergian ke pelabuhan Tosa di semenanjung Tsugaru dan menyeberang ke Tsugaru di Ezo (Hokkaido) dimana, ia telah mendirikan Kuil Myou’ouji di Ishizaki dalam kota Hakodate, Kuil Hokkeji di Matsumae, dan Kuil Myokenji di daerah Todohokke. Nichiji Shonin secara intensif menyebarluaskan ajaran kepada para penduduk asli Ainu, yang kemudian membantu ia menyeberang lautan Jepang utara ke daerah Manchuria. Sepanjang perjalanan itu Nichiji Shonin telah bertemu dengan banyak orang dan bahaya. Bahkan pada waktu itu di Jepang, berpergian seperti itu akan banyak melewati daerah tidak berpenghuni, dan menghadapi bahaya perampok dijalanan. Sungguh sebuah hal yang berat, dimana kita harus bepergian ke negera yang tidak dikenal dan dengan bahasa yang tidak kita kenal pula. Namun, Nichiji Shonin adalah seorang individu yang berani, mempunyai keinginan yang kuat untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Ia mengatakan dalam tulisannya bahwa ia tidak mempunyai rasa takut akan bahaya apapun, sekali ia telah mengenakan jubah Buddha, dan bahkan berkeinginan mengorbankan hidupnya untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra. Nichiji Shonin tidak hanya dikatakan sebagai misionaris Buddha pertama yang meninggalkan Jepang untuk menyebarkan ajaran bagi Nichiren Shu tetapi juga bagi seluruh sekte di negeri Jepang. Kita hendaknya mempunyai hati dan semangat yang sama seperti Nichiji Shonin. Keinginan yang luas dan bersemangat untuk
No.10/ Juli 2005
menyebarluaskan ajaran Nichiren Shu Buddhisme, untuk menjawab keinginan dari Nichiren Daishonin. Nichiren Daishonin mengatakan dalam surat Itten Shikai Kai Ki Myoho atau “Seluruh umat manusia di empat penjuru dunia harus kembali ke Hukum gaib “Myoho Renge Kyo.” Mengambil semangat dari Nichiji Shonin, marilah kita semuanya melakukan penyebarluasan Dharma “Odaimoku” kepada seluruh teman, keluarga dan orang lain, sehingga setiap orang dapat mencapai Penerangan dan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, menciptakan Tanah Buddha yang damai dan suci. Gassho.
2. 3.
4.
5. 6.
7.
Daftar Pustaka 1.
Densetsu to Shijitsu no Hazama de - Mankou no Arano ni Kieta Nichiren-so, Nichiji no Jiseki wo Megurru Tabi no Hatashite kara, Goino Sadao, Nippon oyobi Nipponjin, no.1586, pp.7787, 1987.4
Sambungan dari Hal. 6 tetap masih sadar dan tidak perlu khawatir. Pada suatu malam, hujan turun dengan lebatnya, dan kereta api agak terlambat dari jadwalnya. Untuk menghilangkan kekesalannya menunggu, Kasep mulai mengeluarkan botol araknya sampai, tanpa disadarinya, telah hampir dihabiskannya setengah botol minuman arak tersebut. Walaupun telah ditegur oleh Kepala Peron , tapi Kasep tetap meyakinkan bahwa dia masih sadar dan tidak perlu khawatir. Tiba-tiba muncullah suara kereta api dari dua arah yang berlawanan, rel harus segera diarahkan. Kepala peron dengan panik segera menuju arah belakang untuk menutup palang kendaraan
8.
9.
A Dictionary of Buddhist Terms and Concepts, NSIC, Tokyo, 1983 Kaigai Dendo no So - Nichiji Shonin, Matsumura Jugon, Shobo no.57, Nichiren Shu Shimbun-Sha, January 1993 Manual of Nichiren Buddhism, Senchu Murano, Nichiren Shu Headquarters, Tokyo, 1995 Nichiji Shonin-Den no Shuhen, Hara Kensho, Shobo no.57, Nichiren Shu Shimbun-Sha, January 1993. Nichiji Shonin no Kaigai Dendo - Senka Shutsdo Ihin to Sono Kagakuteki Nenpyo Sokutei, Mitomo Ryojun, Osaki Gakuho, pp.97-118, Rissho University, Tokyo, 1994.3 Nichiji Shonin no MokoToko wo Kangaeru, Nakao Takashi, Shobo no.57, Nichiren Shu Shimbun-Sha, January 1993. Nichiji Shonin no Tairikutoko- Senka Shutsudo Ibutsu wo Chushin toshite, Maejima Shinji, Seibun-do Shinkosha, Tokyo, 1983 Nichiji Shonin Senka Ibutsu no Gaiyo,
umum agar tidak melewati jalur kereta api, dan meminta Kasep untuk melakukan tugasnya mengarahkan rel yang di depan. Kasep sambil tertawa berkata, “Tenang saja Pak, tidak perlu tergopoh-gopoh.” Kepala Peron menegaskan kembali agar segera memperhatikan pekerjaannya, dan akhirnya dengan perlahan Kasep mulai bangkit dan menuju tempatnya bekerja. Kepala Peron dengan cepat berlari ke arah belakang, sedangkan Kasep masih tenang berjalan dan bermaksud meneguk lagi seteguk arak untuk menghangatkan badannya sambil kemudian mengenakan jas hujannya. Dengan santai dia memegang lampu petromak dan berjalan menyusuri rel kereta, namun baru melangkah tiba-tiba terdengar suara pluit kedatangan kereta api. Kasep mulai tergopoh15
10. 11. 12. 13. 14.
15.
16.
17.
Saijo Gisho, Nichiren Shu Shimbun Report, Tokyo Nichiji Shonin to Eiteiji, Nozawa Yoshimi, Shobo no.57, Nichiren Shu Shimbun-Sha, January 1993. Nichiren Jiten, Miyazaki Eishu, Tokyo-do Shuppan, Tokyo, 1978 Nichiren Shonin no Ayumareta Michi, Ichikawa Chiko, Suishobo, Tokyo, 1981 Nichiren to Sono Deshi, Miyazaki Eishu, Heirakuji Shoten, Kyoto, 1997 Nippon Bukkyo no Tairiku Shishutsu, Shimada Gyokei, Nichiren Shu Kyoho, Tokyo, Februa, 1940. Sado Rekishi Bunka Shirizu II: Nichiren Shonin to Sado, Tanaka Keiichi, Nakamura Shoten, Tokyo, 1971 Takanabe Nitto to Tairikuzan Suijoin, Fuijoka Kentaro, Fukuoka Ken Chiki-shi Kenkyu-jo: Kenshi Dayori, No. 110, 2000.7 Interview with Rev. Gisho Saijo, a researcher and expert on the history of Nichiji Shonin, Nichiren Shu Shimbun, Tokyo, October 2001
gopoh berlari ke depan dengan sekuat tenaga, namun semuanya sudah terlambat. Kedua kereta api tersebut saling menghantam gerbong masing-masing seperti dua naga yang sedang bertarung. Berbagai jeritan dan isakan penumpang terdengar histeris bercampur benturan suara keras yang memekakkan telinga. Sesudah bencana tersebut berakhir, Kasep tidak berhasil ditemukan. Tetapi pada malam berikutnya, orang-orang melihat Kasep duduk di pinggiran kereta api sambil memegang petromak dalam keadaan tidak sadar, sambil melambaikan petromaknya dan berteriak, “Kenapa tidak saya lakukan,.....kenapa tidak saya lakukan, ......kenapa...................”
BERSAMBUNG
No.10 / Juli 2005
Tiga Badan Sang Buddha Oleh:YM.Bhiksu Shokai Kanai (Kepala Bhiksu Kuil Nichiren Shu Buddhist LA – USA)
B
ukan hanya terdapat seorang Buddha Sakyamuni saja, tetapi terdapat banyak Buddha lainnya, seperti Buddha Amitabha, dan Dainichi. Buddha Amitabha dipuja disekte Jodo-shu Betsuin, Nishi-Hongwanji Betsuin, dan Higashi Honganji Betsuin. Kamu tahu hari kelahiran Buddha Amitabha? Saya adalah seorang bhiksu tetapi saya tidak tahu tanggal kelahirannya. Di Kuil Koyasan, anggota yang memuja Buddha Dainichi atau Maha Vairocana Buddha. Apakah mereka tahu tanggal hari kelahiran dari Buddha Vairocana? Saya pikir mereka tidak mengetahuinya. Saya yakin kalian semua juga tidak ada yang tahu. Saya akan memberitahukan kepada kalian kenapa kita tidak mengetahui tanggal kelahiran Buddha Amitabha dan Maha Vairocana Buddha. Tetapi, akan saya beritahukan jawabannya pada akhir ceramah ini. Hari ini, saya ingin membicarakan tentang Tiga Badan Buddha. Istilah “Badan” tidaklah untuk dipahami secara bertentangan antara badan dan jiwa. Perkataan “Badan” adalah penjelmaan, ini adalah tiga kekayaan dari Buddha. Mereka adalah Ojin, Ho-jin, dan Hos-shin atau mereka dapat disebut Nirmana-kaya, Samboga-Kaya, dan Dharma-kaya dalam bahasa sansekerta. Yang pertama, adalah Badan perwujudan disebut Ojin atau Nirmana-Kaya. Buddha mewujudkan dirinya dalam dunia ini sebagai
Buddha Sakyamuni dalam sejarah. Sama seperti kita, ia lahir, tumbuh, dan mencapai Penerangan, mengajarkan kita berbagai ajaran, dan meninggal. Kedua, adalah Badan Kebajikan / Penghargaan disebut Ho-jin atau Sambhoga-kaya. Kenapa ini disebut Badan Kebajikan? Karena Ia dapat menjadi seorang Buddha sebagai hasil dari pelaksanaan maitri karuna sebagai seorang Bodhisattva dan berjanji untuk menyelamatkan seluruh mahluk. Sebuah contoh yang bagus adalah Buddha Buddha Baisyajaraja (Raja Obat - Yakuo Butsu) Amitabha. Kadangkadang, saya sedikit bingung tentang apakah Buddha Buddha. Sakyamuni, Amitabha, dan Amitabha adalah seorang Buddha yang utuh atau ia masih seorang Dainichi semuanya adalah Buddha. Bodhisattva. Karena ia mengucapkan Tetapi mereka secara mendasar 48 janji, ia tidak dapat menjadi memiliki kekayaan yang berbedaseorang Buddha sampai seluruh beda. Sakyamuni melambangkan Badan Perwujudan, Amitabha mahluk mencapai KeBuddhaan. Ketiga, adalah Badan simbol dari Badan Kebajikan, dan Dharma (Sifat Sejati) disebut Dainichi adalah simbol Badan Hosshin atau Dharma-kaya. Dapat Dharma. Tiga Badan Buddha ini dikatakan bahwa Buddha Dainichi diinterpretasikan dalam banyak atau Maha Vairocana Buddha adalah pengertian lainnya. Saya akan menjelaskan Hosshin. Badan Dharma dari Buddha adalah lambang Kebenaran Mutlak tentang Tiga Badan dari Buddha seperti halnya Maha Vairocana Sakyamuni. Perlu kalian ketahui 16
No.10/ Juli 2005
bahwa hanya Buddha Sakyamuni yang terdapat dalam sejarah yang pernah lahir ke dunia saha ini. Ia lahir, tumbuh, dan mencapai Penerangan, mengajarkan ajaran mendalam sebagai Buddha, menjadi tua dan meninggal pada usia 80 tahun. Ia adalah Ojin – Orang yang mempunyai badan fisik seperti halnya kita. Bagaimanapun, ketika bayi Buddha itu lahir pada tanggal 8 april, ia belumlah menjadi seorang Buddha. Sebagaimana kita ketahui, ia hidup sebagai seorang pangeran di Istana Kapila dan kemudian meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang petapa. Setelah enam tahun melaksanakan pertapaan dan meditasi, Ia mencapai Penerangan. Ia menjadi seorang Buddha. Jadi ini disebut Badan Kebajikan Buddha setelah Ia mencapai Penerangan. Perlu diketahui, bahwa ia tidak hanya melaksanakan enam tahun pertapaan dan meditasi untuk membuat Gautama menjadi seorang Buddha. Selama masa kalpa yang tak terhingga pada masa lampau, ia adalah seorang Bodhisattva dan melaksanakan janjinya untuk menjadi seorang Buddha dan melaksanakan banyak maitri karuna kepada orang lain untuk dapat menjadi seorang Buddha. Terdapat banyak cerita tentang kehidupan masa lampaunya seperti ia pernah menjadi seekor ikan, harimau dan pingiun sekalipun. Sebagai hasil dari janji dan pelaksanaan ini, Ia menjadi Buddha Sakyamuni. Ini adalah aspek lain dari Tiga Badan Buddha Sakyamuni. Lebih lagi, Buddha Sakyamuni dapat mencapai Penerangan dari Dharma atau Kebenaran Sejati. Dharma ini sudah ada jauh sebelum Gautama Siddhartha mencapai Penerangan. Ini adalah konsep yang sama bahwa hukum gravitasi bumi ada jauh sebelum kemudian ditemukan oleh
Isaac Newton dengan memperhatikan jatuhnya sebuah apel ke tanah. Tetapi tanpa Buddha Sakyamuni, kita tidak mungkin akan tahu tentang Dharma dan kita juga tidak akan tahu tentang Buddha Amitabha dan Buddha Vairocana. Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma, sehingga Buddha Sakyamuni juga adalah Perwujudan dari Kebenaran Sejati, Dharma. Ini disebut Hosshin, atau Badan Dharma dari Buddha Sakyamuni. Bagaimanapun, hanya Buddha Sakyamuni yang mempunyai Tiga Badan secara lengkap dan utuh. Sekarang, kembali ke pertanyaan tentang hari lahir Buddha Amitabha dan Buddha Vairocana. Mereka bukanlah Buddha yang terdapat dalam sejarah. Mereka tidak pernah lahir kedunia ini. Oleh karenanya, mereka tidak mempunyai tanggal lahir. Tidak lahir berarti tidak mati. Buddha yang ada dalam sejarah, Buddha Sakyamuni lahir pada tanggal 8 april dan meninggal pada tanggal 15 pebruari. Jika ada awal pasti ada akhir. Dharma tidak pernah lahir dan mati. Dharma adalah Abadi. Meskipun Badan Perwujudan dari Buddha adalah tidak kekal, Badan Dharma adalah abadi. Dalam istilah Kristen, “Dharma Kristen sudah ada sebelum Tuhan menciptakan pria dan wanita. Dharma akan tetap ada meskipun hari penghakiman Tuhan telah tiba.” Pengertian lain dari Tiga Badan Buddha adalah bahwa Buddha Sakyamuni dalam sejarah adalah Ojin atau Badan Perwujudan. Semua Sutra-sutra yang kita baca adalah Hosshin, karena Sutra berisi Dharma. Sutra yang kita baca di kuil dan rumah adalah sama seperti Badan Dharma dari Buddha. Maka itu, kalian hendaknya tidak membuang sutra itu atau meletakkannya ditempat yang kotor. Kita mesti menjaga buku gongyo
17
kita dengan penuh rasa hormat. Dan juga Badan Kebajikan dari Buddha, adalah diri kita semua, sebab pada masa mendatang kita semua akan menjadi Buddha sebagai hasil dari pelaksanaan kita. Pengertian terakhir dari Tiga Badan dari Buddha adalah sangat penting untuk kita. Ini menyadarkan kita bahwa kita memiliki ke Tiga Badan Buddha tersebut. Sebagai contoh, Badan fisik kita adalah Badan Dharma. Pikiran kita adalah Badan Kebajikan, dan Perilaku kita adalah Badan Perwujudan. Bibit Buddha itu terdapat dalam diri kita sama seperti bunga terdapat dalam benihnya. Dengan hal yang sama, bunga memerlukan sinar matahari yang hangat agar dapat tumbuh, demikian juga Bibit Buddha kita juga memerlukan kekuatan dari luar untuk menariknya agar dapat berkembang. Kekuatan ini adalah penyebutan Nembutsu bagi para penganut Buddha Amitabha, Zazen bagi para anggota Zen, menyebut go-hogo bagi para anggota Kuil Koyasan dan Odaimoku, judul suci untuk para pengikut Nichiren Shu yang berisi semuanya. Bagaimanapun caranya Tiga Badan dari Buddha ini ditafsirkan, Buddha Sakyamuni mengungkapkan kepada kita bagaimana caranya untuk mencapai KeBuddhaan. Mari kita menyatakan penghormatan kita kepada Buddha Sakyamuni. Mari kita letakkan tanggan kita dalam Gassho (anjali) dan mengulang janji kita sebagai seorang Buddhis. “Saya menaruh hati kepercayaan didalam Buddha” “Saya menaruh hati kepercayaan didalam Dharma” “Saya menaruh hati kepercayaan didalam Sangha” Namu Namu Namu
Myoho Myoho Myoho
Renge Renge Renge
Kyo Kyo Kyo
No.10 / Juli 2005
Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra
Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai Sumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu Murano Diterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE
BAB V PERUMPAMAAN TENTANG OBAT-OBATAN RINGKASAN
D
alam bab sebelumnya, Sang Buddha mengajarkan bahwa pemahaman akan membantu hati kepercayaan. Pemahaman beserta hati kepercayaan akan mengundang tindakan. Dalam bab ini, Ia mengajarkan bahwa hati kepercayaan menjadi cara untuk mempertahankan ajaran. Ketika hati kepercayaan dan pelaksaan ajaran telah menjadi kokoh, seseorang akan mampu memperoleh kebijaksanaan Buddha. Ia menghubungkannya dengan cerita tentang hujan yang sama dan tumbuhtumbuhan yang berbeda. PERUMPAMAAN TENTANG TUMBUHAN OBAT-OBATAN (P. 105, Paragraph ke-4 - P. 106, Paragraph ke-2) Ada berbagai macam pohon dan rerumputan termasuk tumbuhan obat-obatan yang tumbuh di semak belukar, hutan, gunung, jurang, dan lembah. Semua tumbuh-tumbuhan ini berbeda dalam hal ukuran, nama, dan bentuk. Mereka semuanya diliputi awan gelap. Hujan mulai turun. Akar-akar kecil, sedang, dan besar, batang pohon, ranting, dedauanan, dan rerumputan semuanya tersirami.
Begitu pula dengan pohon-pohon rendah dan tinggi, tak peduli ukurannya besar, sedang, ataupun kecil. Semua tanaman dan pepohonan menerima jumlah air yang kurang lebih sama dari hujan yang turun dari awan yang sama, dan tumbuh berbeda-beda sesuai jenisnya masingSalinan Saddharma Pundarika Sutra dan Komentar Nichiren masing. Mereka menghasilkan bunga Di dunia ini, ada begitu dan buah-buahan yang berbeda-beda banyak ras, kebudayaan, kebiasaaan, meski mereka tumbuh di tanah yang dan tingkat pendidikan yang sama dan mendapatkan air dari hujan berbeda-beda. Sang Buddha Abadi yang sama. menerima semua perbedaan tersebut dan mengajarkan ajaran yang PENJELASAN: berbeda kepada masing-masing individu untuk memaksimalkan Sang Buddha adalah bagaikan pemahaman mereka. Bagi sebagian awan. Sang Buddha muncul di dunia orang, ini kedengarannya seperti ini adalah sama bagaikan awan suatu diskriminasi, tapi dalam besar muncul di angkasa. Meski Ia kenyataannya, inilah yang disebut membabarkan Dharma sama rata sebagai kesetaraan dan kasih sayang kepada dewa-dewi, manusia, dan sejati. mahkluk hidup lainnya, mereka semua menanggapi dan memahami “Akar, batang pohon, ranting, dan ajaran Sang Buddha dengan sikap dedaunan dari pohon-pohon dan yang berbeda-beda. Tetapi mereka rerumputan.” (P.105, L.23 - L.24) tetap mampu menghidupkan ajaran tergantung kemampuan, karakter, dan Akar melambangkan keahlian masing-masing individu. hati kepercayaan, sedang batang 18
No.10/ Juli 2005
pohon -– ajaran; cabang/ranting –- pelaksanaan yang kokoh, dan dedaunan -– Kebijaksanaan Buddha Akar pepohonan dan rerumputan akan menghasilkan batang, ranting, dan daun, sama halnya dengan kepercayaan akan menghasilkan pelaksanaan ajaran. Hati kepercayaan dan pelaksanaan ajaran yang kokoh akan membantu kita menggapai kebijaksanaan Buddha. Bila seseorang memiliki hati kepercayaan, ia secara alamiah akan memelihara ajaran. Jika seseorang tidak memiliki kepercayaan atas peraturan yang ada dalam suatu komunitas seperti peraturan lalulintas, ia akan merasa tidak nyaman mentaati aturan tersebut. Tetapi begitu anda percaya terhadap keselamatan melalui kepercayaan, anda akan dengan mudah melaksanakan ajaran seperti penyebutan Odaimoku setiap harinya dalam Buddhisme Nichiren. Sama seperti batang yang berasal dari akar, ketika batang tersebut tumbuh sedikit demi sedikit, ranting dan cabang muncul disana sini. Ranting melambangkan kepercayaan dan pelaksanaan yang kokoh. Ketika kepercayaan anda menjadi kuat dan pelaksanaan menjadi stabil dan berkesinambungan, kritik orang lain dan hasrat anda sendiri tidak akan lagi menjadi gangguan; maka anda pun akan memperoleh Kebijaksanaan Buddha – seperti halnya ranting menghasilkan dedaunan.
halnya dengan masyarakat. Ada begitu banyak variasi perbedaan. Kesemuanya inilah yang membuat sutu masyarakat kokoh dan bisa berkembang.
“Yang kecil, sedang, dan besar...” (P.105, L.23)
“Setelah mendengar ajaran-ajaran ini, mereka mencapai kedamaian dalam kehidupannya sekarang,” (P.106, L.27 - 28)
Di taman Anda terdapat berbagai tanaman bunga, semaksemak, dan pohon dalam ukuran yang berbeda-beda. Perbedaan jenis tumbuhan, ukuran, dan warna inilah yang membuat taman Anda terlihat indah. Demikian pula halnya dengan umat manusia. Ada bermilyar-milyar orang dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Sama pula
“(Mereka) semuanya diliputi awan gelap, dan kemudian disirami oleh tetesan hujan secara bersamaan.” (P.105, L.21) “Aku tidak membeda-bedakan mereka, apakah mereka terpandang atau hina, apakah mereka melaksanakan atukah melanggar ajaran, apakah mereka menjalani kehidupan bhikku ataukah tidak, apakah mereka punya pandangan yang benar ataukah salah, apakah meraka pintar ataukah bodoh.” (P.111, L.22 - L.27) Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma kepada semua mahkluk hidup secara merata sama seperti hujan yang menyirami seluruh permukaan bumi. Akan tetapi, mereka yang mendengar Dharma akan menerimanya secara berbedabeda tergantung dari kemampuan dan kapasitas mereka masing-masing. Oleh karena itulah, Sang Buddha membabarkan berbagai jenis ajaran untuk tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Tetapi Dharma sejati Sang Buddha adalah agar semua orang mencapai Kebijakan Buddha.
Bab-bab bagian akhir dari Saddharma Pundarika Sutra mengungkapkan bermacam-macam cara untuk memperoleh kepuasan material. Akan tetapi, tidak berarti kalau Anda melaksanakan sutra ini, anda tidak akan mendapatkan kesulitan atau rintangan. “Kedamaian”
19
berhubungan dengan masalah pikiran atau jiwa, tidak berhubungan dengan keadaan sekitar atau lingkungan. Nichiren Shonin dikucilkan ke Pulau Sado. Ia ditempatkan di Tsukahara Sammaidô, dengan dikelilingi oleh kuburan yang berselimutkan salju tebal. Ia bahkan hampir tidak memiliki cukup makanan. Tapi meski Beliau menghadapi lingkungan dan keadaan yang sedemikian mengerikan, ia dengan bangga menyatakan, “Akulah orang terkaya di negeri Jepang!” Buddhisme bukanlah dimaksudkan menjadi alat untuk megumpulkan harta benda, tapi untuk mencari Kebenaran. “Di kehidupan mendatang, mereka akan terlaihr kembali di tempattempat yang baik.” (P.106, L.28 - L.29) Bab 16 dari Saddharma Pundarika Sutra mengungkapkan tentang kehidupan yang kekal abadi, oleh karena itu kita mungkin saja terlahir kembali di tempat yang lebih baik daripada saat ini setelah kematian. Akan tetapi,kita seharusnya tidak hanya berharap bisa terlahir di tempat yang lebih baik, kita seharusnya berharap dapat terbebas dari penderitaan melalui hati kepercayan yang kokoh dan pelaksanaan yang berkelanjutan. Seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha pada akhir dari bab ini: “Belajar dan laksanakanlah secara terus menerus, dan kalian semua akan menjadi Buddha.” (P.114, Last two lines) Saddharma Pundarika Sutra mengajarkan kita untuk berjuang demi tujuan-tujuan kita terus menerus dan bukannya untuk untuk medapatkan harta materi secara tiba-tiba. Gassho. Namu Myoho Renge Kyo
No.10 / Juli 2005
KAMPANYE
O'DAIMOKU KECHIEN Oleh. YM.Bhiksu Hoyu Maruyama
D
alam rangka perayaan 750 tahun peringatan presentasi dari “Rissho Ankoku-ron (Risalah Untuk Mencapai Perdamaian Melalui Penyebaran Ajaran Sesungguhnya)” pada tahun 2009 dan Ulang Tahun ke-800, Nichiren Shonin pada tahun 2022. Nichiren Shu melaksanakan peluncuran kampanye 18 tahun “Rissho Ankoku Odaimoku Campaign” yang dimulai pada tanggal 1 april 2005. Prinsip dasar yang melandasi kampanye ini adalah sesuai dengan program kerja dari Konferensi Pusat Perencanaan Penyebarluasan di Kantor Pusat Shumuin, yang telah diikuti oleh para administrasi setempat dan telah didiskusi oleh 11 daerah (Daerah Kyoku). Prinsip dasar itu adalah : “Senantiasa mentaati segala ajaran Nichiren Shonin, dan selalu ingat akan misi dari seorang Bodhisattva Muncul Dari Bumi, murid dari Buddha Pokok Abadi, marilah kita mempersembahkan diri kita untuk mewujudkan segala keinginan ideal dari Rissho Ankoku (Menegakkan Ajaran Sesungguhnya dan Menyebarkan Perdamaian Keseluruh Dunia) dan mewujudkan Tanah Buddha dengan cara penyebaran Odaimoku dan menaburkan Bibit KeBuddhaan didalam pikiran semua mahluk hidup (Geshu Kechien)” Lima Dasar dari Kampanye ini adalah: 1. Odaimoku sebagai Bibit Kebuddhaan. 2. Pendidikan, pengajaran kepada setiap orang sebagai pembawa
Dharma. 3. Damai dalam pikiran, damai dalam masyarakat, damai seluruh dunia. 4. B e r u s a h a menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat saat sekarang ini. 5. Bekerjasama dengan seluruh umat Buddha diseluruh dunia. A d a p u n penjabaran dari kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari kampanye ini, harus mengikuti pertunjuk sebagai berikut: 1. Odaimoku sebagai Bibit KeBuddhaan: Marilah kita menaburkan Bibit KeBuddhaan didalam pikiran semua mahluk hidup, sampai saat pemanenan. Melalui penyebarluasan Odaimoku, marilah kita mencoba untuk mewujudkan Pencapaian KeBuddhaan bagi semua orang, masyarakat, dan negara. 2. Pendidikan, pengajaran kepada setiap orang sebagai Pembawa Dharma; Para Bhiksu / Bhiksuni memperdalam hati kepercayaannya, mempersembahkan diri mereka dalam penyebutan Odaimoku, menyebarluaskan Odaimoku dan mengunakan segala usaha agar semua orang mempunyai hubungan dengan Sang Buddha.
20
Para umat awam harus menjalani hidup dalam hati kepercayaan dan menyebarluaskan Odaimoku kepada orang lain. 3. Damai dalam pikiran, damai dalam masyarakat, dan damai di dunia: Marilah kita mempunyai sebuah pikiran yang sehat, membangun keluarga yang bahagia, menegakkan masyarakat yang aman dan kehidupan sosial yang aktif, dan mewujudkan Perdamaian Dunia dengan menyebut Odaimoku. 4. Berusaha menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat saat sekarang ini;
No.10/ Juli 2005
Marilah kita lebih memperhatikan kehidupan bermasyarakat, nilai kehidupan setiap orang, dan meletakkan pelaksanaan yang ideal dari “Bakku Yoraku” (mencabut penderitaan dan memberikan kebahagiaan) 5. Bekerjasama dengan umat Buddhis diseluruh dunia; marilah kita membangun pondasi bagi perdamaian dengan mewujudkan kerjasama dengan seluruh umat Buddhist dan organisasi di negara Asia dan seluruh dunia, dan melakukan dialog dengan kelompok agama lainnya. Kampanye ini secara nyata akan dimulai pada tahun 2007. Selama dua tahun ini; 2005-2006, kita akan melaksanakan publikasi mengenai prinsip-prinsip dari kampanye ini dan pengumpulan dana untuk kampanye. Kampanye “Rissho Ankokuron” (Menegakkan Kebenaran dan Menciptakan Perdamaian Negara) adalah kampanye luar atau fisik sedangkan “Odaimoku Geshu Kechien” (Menaburkan Bibit KeBuddhaan dengan Odaimoku) adalah kampanye dalam (kejiwaan), yang diarahkan kepada hati kepercayaan. Rancangan pengembangan dan perencanaan Nichiren Shu ini telah diluncurkan pada tanggal 1 April 2005, dan kampanye ini akan selesai pada tahun 2022, bertepatan dengan ulang tahun ke 800, Nichiren Shonin. Selama periode 18 tahun kampanye ini, tidak hanya melakukan presentasi Rissho Ankoku-ron (1260) tetapi juga peringatan 750 tahun Empat Penganiayaan Besar: Penganiayaan Matsubagayatsu tahu 1260, Pembuangan ke Semenanjung Izu tahun 1261, Penganiayaan Komatsubara tahun 1264 dan Hukum Mati Tatsuno kuchi tahun 1271. Gassho. Namu Myoho Renge Kyo.
ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU (Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)
Nichiren Shu Los Angeles Perberkatan Gedung "Nerio"
G
edung Koichi dan Toyo Nerio baru saja selesai dibangun pada bulan Agustus tahun lalu dan rak nokotsu dan butsudan dari Jepang selesai dipasang pada tanggal 14 April 2005. Segera setelah itu keramik lantai segera dipasang. Pemberkatan gedung baru ini dan pembukaannya dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Mei 2005. Para tetangga yang telah banyak membantu dan mengawasi pembangunan kuil ini juga diundang untuk hadir. Butsudan baru yang dibuat tersebut, dilengkapi dengan pot bunga untuk ukuran 15 inch, tinggi 19 inch dan 1/2 inch untuk lebarnya, dan kedalaman 15 inch. Ruang meja itu dapat memuat enam buah pot bunga. Seekor Gajah datang ke Little Tokyo Federasi
Buddhist
Los
Angeles melaksanakan acara rutin Hanamatsuri yang memperingati kelahiran Buddha Sakyamuni pada tanggal 10 April di Pusat Culture Communication di Little Tokyo, LA. Dimeriahkan dengan pawai 53 chigo (Anak Buddha dengan pakaian tradisional Jepang, pakaian kekaisaran) berjalan mengelilingi Little Tokyo bersama dengan seekor gajah. Gajah tersebut sebagai pelambang dari mimpi dari Ratu Maya yang bermimpi tentang seekor gajah putih yang masuk kedalam kandungannya, yang kemudian beliau mengandung Bayi Buddha pada 2.500 tahun yang lalu. Sebuah Altar Suci Hanamatsuri yang didekorasi dengan bunga-bungaan diletakkan diatas gajah, didalam altar itu terdapat sebuah rupang Bayi Buddha. Inilah sebuah ciri khas dari Hnnamatsuri. Tiga Chigo (cucu dari Mrs.Seiko Horiuchi's) dari Kuil Nichiren Shu Los Angeles berjalan dengan gajah tersebut. Gassho.
Parade Gajah menyusuri Little Tokyo,LA dalam perayaan Hanamatsuri
21
No.10 / Juli 2005
Kuil Nichiren Shu Jodo-e, London By Rony Eerebout, Belgium
P
ada tanggal 12 Desember 2004, sebuah upacara rutin Jodo-E telah dilaksanakan di kuil Hofuzan Jogyoji, Nichiren Shu London - Inggris. Pada hari itu kita melaksanakan peringatan Pencapaian Penerangan Agung dari Pangeran Siddhartha Gautama, pada usia 35 dan menjadi Buddha Sakyamuni. Upacara ini dilakukan dengan perayaan lilin juga. Umat Nichiren Shu dari beberapa tempat di Inggris dan Eropa datang untuk mengikuti perayaan ini di Kuil London. Upacara ini dipandu oleh YM.Bhiksu Shoryo Tarabini, dan ikut juga bergabung YM.Bhiksu Kangyo Noda dan 2 orang bhiksu dari Jepang, YM.Bhiksu Kanshin Mochida dari Kantor Pusat Administrasi Nichiren Shu, dan YM.Bhiksu Eiyu Ishii dari Kuil Choshoji di Tokyo, dan seorang Bhiksu dari Jerman, YM.Bhiksu Kyokei Ono. Bagi saya sendiri ini adalah kali pertama mengikuti upacara didalam sebuah Kuil Nichiren Shu. Saya sangat senang akan segala keindahan dan kesucian dari upacara ini. Banyak lilin diletakkan di altar, dan tempat lainnya, hal ini membuat suasana menjadi hangat dan menyenangkan. Acara dimulai dengan persembahan lilin kepada Buddha, kemudian membaca Saddharma Pundarika Sutra. Dalam ceramahnya, YM.Bhiksu Tarabini menceritakan tentang cerita kehidupan dan Penerangan dari Sang Buddha Sakyamuni. Upacara ini juga merupakan yang terakhir kali bagi YM.Bhiksu Tarabini yang akan pindah ke Itali dan datangnya
::: Bhiksu Nichiren Shu Bergabung Dalam Pawai Perdamaian di New York, Amerika Serikat ::: 23 anggota dari Asosiasi Pemuda Nichiren Shu dan 7 anggota dari Grup Rissho Heiwa-no-kai bergabung dalam sebuah pawai Anti Nuklir di New York pada tanggal 1 Mei 2005. Peserta dalam pawai ini berjumlah lebih dari 4.000 orang turun kejalan-jalan kota selama dua jam menyusuri jalan sepanjang setengah kilometer. Peserta dari Jepang termasuk para korban bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki berjumlah sekitar 1.000 peserta. YM.Bhiksu Noda, sebagai Kepala Bhiksu ke-5 di kuil ini. Sungguh sebuah perasaan yang mengharukan dan mengembirakan. Suasana penuh keakraban diantara para bhiksu dan umat sangat terasa disini. Perasaan gembira ketika penyebutan Odaimoku menyergap sanubari setiap orang. Pada akhirnya ini merupakan sebuah perjalanan bersama-sama ke suatu tempat yang belum pernah kita pergi. Saya sendiri akan selalu belajar Saddharma Pundarika Sutra. Marilah kita belajar ajaran Saddharma Pundarika Sutra dan menyatukan hati kita dengan Nichiren Daishonin. Gassho. Foto (kiri) : Rony Eerebout, Belgium, menerima Gohonzon dari Ym.Bhiksu Shoryo Tarabini di Kuil Jogyo-ji, London - Inggris.
22
No.10/ Juli 2005
Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu
(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia) Oleh: Sidin Ekaputra,SE
KUIL JAKKO-ZAN RYUKO-JI • • • • • • • • • • • • • • •
Nama Resmi: Jakkozan Ryukoji Sekte: Nichiren Shu Buddhisme Didirikan tahun: 1337 Bhiksu Pendiri: Nippo Objek Pemujaan Utama: Rupang Nichiren dan Stupa Odaimoku Alamat: 13-37, Katase 3-chome, Fujisawa, Kanagawa 251-0032 Website: www.ryukouji.com Luas Kuil: 16,000 Meter Persegi Lokasi: 5,500 meter sebelah barat stasiun Kamakura Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di kuil: 70 menit Biaya Masuk: Gratis Waktu Buka: Buka sepanjang tahun Acara Tahunan: 11-13 September: Upacara Peringatan Nichiren No Telepon: 0466-25-7357 Tempat Istirahat: Tidak tersedia
Ket. (Atas) Kuil Jakko-Zan Ryuko-Ji tampak dari depan, (Bawah) Peta Kuil dimulai dari Stasiun Kamakura
Ringkasan Sejarah
T
anah tempat kuil ini berdiri pada jaman dulu adalah tempat untuk pelaksanaan hukuman mati bagi para penjahat pada masa periode Kamakura (11851333), dan monumen untuk peringatan mengenai itu berdiri disebelah kiri dari pintu gerbang kuil bagian luar. Nichiren (1222-1282), pendiri Nichiren Shu, sewaktu di Kamakura pernah tinggal disini selama 20 tahun dan bergiat untuk penyebaran Buddhisme, yang menekankan 23
No.10 / Juli 2005
pentingnya Saddharma Pundarika Sutra. Penyebaran Saddharma Pundarika Sutra menjadi sangat keras karena Beliau sering melakukan kritik terhadap doktrin berbagai sekte. Kritiknya yang keras tidak hanya menimbulkan permusuhan dari kalangan sekte Buddhis lainnya tetapi juga dari pemerintah Shogun. Sebagai hasilnya, Beliau harus mengalami empat kali penganiayaan selama berada di Kamakura, dan terakhir kalinya, Ia akan dihukum mati dengan dipancung pada tahun 1271 ketika Shogun tidak bisa menerima ajaran yang dibabarkannya. Pada tanggal 12 september 1271, Nichiren dibawa kedaerah ini untuk pelaksanaan hukuman mati (Sekarang tanah tempat berdirinya Kuil). Tak seorangpun meragukan bahwa ia pasti akan mati pada saat itu. Tetapi, ketika algojo akan memancung leherNya dengan pedang, menurut sejarah terjadilah sebuah peristiwa yang mengemparkan yaitu terdengar suara guntur yang luar biasa kerasnya mengetarkan seluruh daerah tersebut disertai kilat yang menyambar, akibatnya sang algojo sangat terkejut dan takut untuk memenggal leher Nichiren. Semua orang terkejut akan keajaiban yang terjadi dan mereka memperkirakan bahwa semua ini terjadi karena Nichiren. Seorang kurir dikirim ke kantor Shogun untuk memberitahukan kejadian itu. Ketika mereka berangkat ke daerah itu melalui sungai Yukiai, yang berjarak 2.000 meter dari sebelah timur kuil, mereka bertemu dengan seorang utusan dari Tokimune Hojo (1251-1284), yang merupakan Bupati Wilayah Delapan. Pesuruh bupati tersebut ingin menyampaikan agar pelaksanaan hukuman itu jangan dilaksanakan, dan secara kebetulan bertemu dengan kelompok dari keshogunan. Oleh karena itu sungai tersebut diberi nama “Yukiai-gawa,” atau Sungai Bertemu.
Ket. Hondo atau Aula Utama, juga disebut Shikigawa-do
Pelaksanaan hukum mati ditiadakan, sebagai gantinya, Nichiren akhirnya diasingkan ke Pulau Sado, yang merupakan daerah pantai Propinsi Niigata (Beberapa orang mengatakan bahwa sang bupati memberikan pengampunan itu karena istrinya sedang dalam keadaan hamil) Enam puluh enam tahun kemudian, seorang bhiksu bernama Nippo, bhiksu Nichiren Shu datang ketempat bersejarah ini, dan membuat sebuah kuil untuk memperingati Nichiren, dimana dalam kuil ini ditempatkan sebuah rupang Nichiren yang ia ukir sendiri. Pada mulanya kuil ini hanya kecil saja, tetapi akhirnya mendapatkan dukungan yang luar biasa dari masyarakat dan akhirnya bangunan kuil terus diperluas dan diperindah. Tetapi pada tahun 1923, sebuah gempa bumi besar terjadi di daerah Kanto yang menghancurkan semua bangunan kuil, aula dan pagoda lima tingkat. Semua orang akhirnya bersatu padu membangun kembali kuil ini. Kuil ini tergolong satu diantara 44 Kuil yang terpenting dari Nichiren Shu.
24
1. Hondo atau Aula Utama, juga disebut Shikigawa-do
A
ula utama kuil saat ini berukuran 29 x 32 meter, dibangun kembali pada tahun 1818 dan salah satu yang paling besar di Kamakura. Shikigawa menyumbangkan sebuah karpet yang terbuat dari kulit yang diatasnya terdapat rupang Nichiren yang sedang menunggu pelaksanaan hukuman mati. Sejak Bhiksu Nippo membangun kuil ini maka tempat ini disebut shikigawa-do. Pada saat sekarang, batu untuk memperingati Shikigawa itu diletakkan dibagian tengah aula sebagai bentuk penghargaan kepadanya. Berbeda dengan kuil lain seperti Zen, didalam aula utama Kuil Nichiren Shu terdapat banyak hiasan yang menghiasi langit-langit maupun struktur lainnya, hiasan itu diukir oleh orang-orang yang menghormati Nichiren. Pada altar utama terdapat sebuah stupa Odaimoku yang mengukir aksara Namu
No.10/ Juli 2005
Myoho Renge Kyo disamping kelompok rupang lainnya, ini adalah ciri khas dari semua Kuil Nichiren Shu. Didalam sebuah ruangan yang lebih kecil terdapat enam buah rupang dari Enam Murid Utama Nichiren. Tidak sama dengan kuil Nichiren Shu lainnya, pintu kuil ini selalu terbuka dan pengunjung dapat masuk kedalam aula utama dan jika terdapat upacara sembahyang dapat melihat secara dekat semua rupang yang ada. 2. Pagoda Lima Tingkat
B
agian sebelah kanan dari bangunan aula utama atau sekitar lima puluh langkah terdapat sebuah Pagoda. Ini adalah satu-satunya pagoda yang ada di Propinsi Kanagawa yang dibangun pada tahun 1910 oleh seorang arsitek yang khusus menangani bangunan kuil dan tempat suci dan merupakan sebuah perusahaan kontruksi yang
terkemuka di Jepang pada saat sekarang ini. Pagoda ini dibuat dari kayu pohon keyaki zelkova dan pagoda ini selamat dari bencana gempa bumi besar di Kanto yang terjadi pada tahun 1923. Bangunan Pagoda pada awalnya adalah bangunan suci bagi para penganut Hindu di India. Pagoda Jepang sejak dulu terkenal mempunyai kemampuan tahan terhadap gempa bumi dan para sarjana saat sekarang mengalami kebingungan akan hal ini, mengapa bangunan kayu tinggi ini dapat begitu stabil. Diseluruh Jepang, terdapat kurang lebih 500 pagoda yang dibangun berabad-abad lalu, dan sering diguncang oleh gempa bumi, dan hanya sedikit diantaranya yang
Ket.Pagoda Lima Tingkat
roboh. Beberapa diantaranya seperti, Pagoda Toji yang terletak didekat stasiun Kyoto, mempunyai ketinggian 55 meter dan yang paling tinggi, berdiri tahun 1644. Pagoda Horyuji di Nara dibangun pada tahun 607 dan merupakan bangunan kayu yang paling tua strukturnya di dunia. Sedangkan pagoda China kebanyakan terbuat dari batu, Jepang membangun pagoda dengan bahan kayu dan desain mereka sendiri. Mereka memperluas bagian atapnya dan didalam pagoda itu tidak terdapat tangga yang menghubungkan antara satu lantai dengan lantai lainnya. Pagoda di kuil ini, rupang Nichiren dan beberapa orang lainnya diabadikan ditempat ini, dan terletak dilantai dasar. 3. Tempat Suci Daimyojin
Ket.Tempat Suci Shichimen Daimyojin
25
Shichimen
No.10 / Juli 2005
Ket. Bussharito atau stupa Buddha
B
erjarak 80 langkah dari sisi sebelah kiri aula utama terdapat sebuah tempat suci shinto yang disebut Shichimen Daimyojin. Ini adalah dewa pelindung kuil dan sebuah contoh penyatuan kepercayaan yang khas di Jepang. Shichimen Daimyojin adalah juga dewa pelindung Kuil Kuon-ji yang berada di Propinsi Yamanashi, kuil pusat dari Nichiren Shu, dan oleh karena itu ini adalah merupakan bagian darinya. Sejarah mengatakan bahwa terdapat seorang wanita muda yang berpakaian indah sering terlihat dimanapun ketika Nichiren sedang membabarkan Saddharma Pundarika Sutra, ketika berada di Kuil Kuonji dan dengan bersemangat mendengarkan penjelasan Beliau. Suatu hari, Nichiren bertanya kepada wanita muda tersebut, siapakah dia? Kemudian dia mengatakan bahwa ia adalah dewi yang tinggal di sebuah kolam dekat Gunung Shichimen dan datang dengan maksud untuk mendapatkan keselamatan
dari segala perbuatan buruk dan penderitaannya dengan mendengarkan Saddharma Pundarika Sutra. Sesungguhnya, Nichiren telah mengenal dia, karena pada suatu saat, Nichiren menaruh sebuah pot bunga didepannya dan bayangan yang terpantul didalam pot bunga itu adalah sebuah ular naga berwarna merah. Nichiren kemudian meminta ia untuk kembali ke kolam tempat asalnya dan meminta ia untuk menjadi dewa pelindung Kuil Kuonji, Gunung Minobu. Dia pun pada akhirnya kembali ke tempatnya semula dan sejak saat itu Ia atau ular naga merah itu menjadi dewa pelindung Kuil Kuon-ji, dan menjaga bagian barat daya (yang dipercaya sebagai pintu Gerbang Setan) dari Kuil. 4. Bussharito atau stupa Buddha
B
erada dibagian lebih tinggi dari Shichimen Daimyojin, disebuah tempat dikelilinggi hutan, tempat ini sangat baik untuk memandang
26
ke arah laut, disini terdapat sebuah Bussharito putih, yang dibangun pada bulan Juli 1970 oleh Nittatsu Fujii ( 1885-1984), seorang pengikut Nichiren Shu yang sangat kaya, ini dibangun untuk memperingati hari ulang tahun ke-700 dari Nichiren. Bentuk stupa ini mengunakan model Siam / Thailand. Busshari secara harafiah berarti barang peninggalan atau abu Buddha dan Bussharito adalah sebuah stupa untuk menyimpan Busshari. Pada bagian selatan yang menghadap ke arah Enoshima terdapat sebuah areal yang sangat indah. Tanah yang membentang luas yang meliputi bukit-bukit yang indah begitu luas dan berwarna warni seakan memamerkan keindahannya. Enoshima yang hijau membentang bagaikan permata diatas lautan biru yang membentang, ditaburi perahu-perahu dan kapal-kapal yang tak terbilang menaklukan ombak, sebuah pemandangan pergunungan yang indah tak terputus-putus, yang dengan tenang mempesona, begitu romantisnya. Jauh berbeda dengan keadaan saat sekarang ini, bukit-bukit yang berselimut hijau berlawanan dengan pantai Enoshima yang indah, tetapi terdapat begitu banyak bangunan berjejer dengan kontruksi yang jelek dan Gunung Fuji diselimuti oleh polusi yang semakin tebal 5. Daisho-in atau Ruang Tamu.
M
enghubungkan antara tempat ini dengan Aula Utama terdapat sebuah koridor kayu. Bangunan yang digunakan ini disebut “Sericulture Istana” yang terletak di Propinsi Nagano.
No.10/ Juli 2005
Melalui sumbangan dari para pengikut Nichiren, istana ini telah dipindahkan ke sini pada tahun 1923, tidak lama sesudah terjadinya gempa bumi Kanto. 6. Gua Suci Nichiren.
P
ada malam hari sebelum Nichiren menjalani hukuman pancung pada tanggal 12 September 1271, ia bermalam di dalam gua ini, yang terletak 7 meter dari tebing curam disebelah barat daya dari tempat ini. Mengunakan kayu penyangga, gua ini tetap dijaga dengan baik oleh Kuil dan disebut Gua Suci Nichiren.
7. Myokendo
M
yoken adalah s e o r a n g bodhisattva Dipper atau Bodhisattva Sudrsti (skt). Pada masa lalu, para
navigator mempercayai Dipper seperti sebuah kompas, setelah para pedagang mendapatkan keuntungan melalui transportasi laut, maka mereka mulai memuja Dipper sebagai dewa atau bodhisattva perjalanan atau disebut Myoken Bosatsu. Myoken juga dihormati sebagai dewa penyembuhan. Bodhisattva ini sudah ada lama sebelum Nichiren, oleh karena itu Myoken juga sangat dekat hubungannya dengan Kuil sekte Nichiren. 8. Lokasi Tempat Hukuman
L
okasi ini adalah sebuah tanah lapang terletak disebelah kiri gerbang bagian depan. Disini pernah dilaksanakan hukuman pancung bagi leibh dari sepuluh ribu penjahat berabad-abad yang lalu. Sebuah Gorinto ( menara lima unsur) telah disumbangkan oleh para pengikut Nichiren untuk memperingati peristiwa Hukuman pancung Nichiren
Ket.(Kiri) Gua Suci Nichiren, (Kanan) Peta bangunan dalam kompleks kuil
27
(Tatsunokuchi) Acara Tahunan
U
pacara peringatan untuk Nichiren dilakukan setiap tanggal 11-13 september setiap tahunnya. Kuil menyediakan makanan berupa kue beras dengan wijen kepada para pengunjung, sebagai sebuah tanda peringatan untuk Bhiksuni Joeiji, yang pernah memberikan kue yang sama kepada Nichiren dalam perjalanannya menuju lokasi hukuman pancung. Kue ini disebut Botamochi di Jepang dan pada umumnya berisi kacang manis. Bagaimanapun, kue ini tidak mengunakan gula tetapi hanya wijen, hal ini sama seperti ketika Bhiksuni Joeiji memberikan kue tersebut kepada Nichiren. Menurut sejarah ketika bhiksuni ini memberikan Botamochi nya kepada Nichiren, tidak ada tempat untuk menaruh kue tersebut. Sehingga ia mengunakan pot masaknya atau Nabebuta. Melihat hal tersebut, Nichiren mengukir sebuah mandala diatas penutup kayu yang keras, yang kemudian hari ini dikenal dengan sebutan “Nabebuta mandala” dan telah dijaga sebagai pusaka dari kuil. Gassho.
No.10 / Juli 2005
JADUAL DAN BAHAN pelajaran JAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN D.I.YOGYAKARTA
BAHAN PELAJARAN ::: MINGGU I, 3 JULI 2005 Bahan : Topik Utama : "Namu Honge Koso Nichiren Daibosatsu" MINGGU II, 10 JULI 2005 Bahan: Ceramah Bhiksuni Myosho Obata: Butsudan MINGGU III, 17 JULI 2005 Bahan: Goibun Nichiren Shonin "Chibyo Sho" MINGGU IV, 24 JULI 2005 Bahan : Diskusi Umum JADUAL PERTEMUAN :::
Topik Utama:
~Nmu Honge Koso Nichiren Daibosatsu, Hal. 01
Ceramah :
~Butsudan, Hal.04 ~Tiga Badan Buddha, Hal.16 ~Kampanye "Odaimoku Kechien", Hal.20
Goibun:
JAKARTA (SETIAP MINGGU): 10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku) 10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi TANGERANG (MINGGU KE-3) 16:00 - 16:30 Dokyo Shodai 16:30 - 18:00 Pelajaran / Diskusi SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU) 19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT) 20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi
~Chibyo Sho, Hal.07
Serba Serbi:
~Seri Pelajaran Mahayana, Hal.05 ~Cerita Tentang Nichiji Shonin, Hal.12 ~Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra, Hal.18 ~Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu, Hal.23
Aneka Peristiwa:
PENGUMUMAN Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:
Bank Central Asia (BCA) KCP.Muara Karang No.Account : 637-012-8152 A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia
~Nichiren Shu Los Angeles, Hal.21 ~Kuil Nichiren Shu Jodo-e, London, Hal.22 ~Pawai Perdamaian, Hal.22
Buletin "Lotus" Dapat Juga di Download di website www.nshi.org
Dana Paramita Buletin "LOTUS"
Rp.6.000,-
Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email:
[email protected] Website: www.nshi.org 28