BAHAN DISKUSI KELAS
MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM
Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina (201410070311090); Amanda Ika Khoirunniswati (201410070311091)
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia, dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Pengertian Muhammadiyah bisa ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu pengertian Muhammadiyah dari
segi
bahasa
dan
pengertian
Muhammadiyah
dari
segi
Istilah.
Muhammadiyah secara bahasa berasal dari kata Muhammad dan iyah. "Muhammad" diambil dari nama Nabi terakhir yaitu Muhammad SAW sedangkan “iyah” berarti pengikut. Jadi secara bahasa, muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian ada sebagian orang yang menyatakan bahwa, sesungguhnya kata Muhammad diambil dari nama guru pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, yaitu Muhammad Abduh. Tentunya hanya KH. Ahmad Dahlan yang tahu persisnya. Akan tetapi, Organisasi Muhammadiyah, berkeyakinan bahwa nama Muhammad adalah dinisbatkan kepada Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam. Dalam konteks kesejarahan, berdirinya Muhammadiyah merupakan tuntutan dan keharusan agar bangsa Indonesia memiliki jati diri dan daya tawar
tinggi di masa penjajah. Bertepatan dengan 18 November 1912, secara garis besar faktor yang melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah antara lain dikarenakan Kondisi Internal umat Islam dan Kondisi Eksternal Islam. Keinginan dari KH. Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid. Berikut beberapa faktor eksternal dan internal dari berdirinya Muhammadiyah. Faktor internalnya adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam. Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungi kehidupan umat islam, terutama dalam lingkungan keraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam.dibandingkan islam. Seperti diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/ Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sifi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini. ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam di Indonesia sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan churafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia. Keterbelakangan umat islam di indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Dimana pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.
Sedangkan faktor eksternal dari berdirinya Muhammadiyah Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan dalam artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20. B. Visi Misi Muhammadiyah Sejak Muhammadiyah didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan, Muhammadiyah memiliki komitmen dengan perjuangan yang berorientasi pada : Visi : Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan watak Tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Misi : 1. Menegakkan keyakinan “tauhid” yang murni sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, atau membersihkan amalan islam dari tradisi dan kepercayaan yang bersumber dari selain Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. 2. Menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan sistem pendidikan modern. 3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan perorangan, keluarga dan masyarakat. 4. Reformasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern. C. Pandangan Mahasiswa tentang Muhammadiyah
Mahasiswa NON IMM merupakan mahasiswa “biasa” yang tidak bergabung atau bukan sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dengan kata lain, mahasiswa NON IMM diatas, dapat diartikan sebagai mahasiswa yang masih sangat awam dan mungkin belum jauh mengerti tentang Muhammadiyah.
Untuk
mengetahui
pandangan
Mahasiswa
mengenai
Muhammadiyah diantaranya dilakukan dengan menggunakan metode angket dan metode wawancara. 1. Metode Penyebaran Angket Pada metode ini dilakukan dengan bantuan angket berupa pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan Muhammadiyah dan yang nantinya akan memperoleh data hasil kuantitatif. Pelaksanaan metode angket dilakukan pada hari Jum’at siang yang dilaksanakan di setiap sudut kampus UMM. Mahasiswa yang menjadi observer berjumlah 20 orang dengan kriteria tidak sedang dalam masa keanggotaan IMM. Berikut adalah angket yang digunakan untuk mengetahui data pengetahuan Mahasiswa mengenai Muhammadiyah :
Karena pengisian angket yang berisi pertanyaan tentang Muhammadiyah ini diisi oleh mahasiswa yang telah selesai melaksanakan Ujian, maka terdapat banyak variasi jawaban mahasiswa dalam mengisi angket dan karenanya dari berbagai jurusan serta angkatan yang berbeda. Berdasarkan angket yang telah disebar dan diisi oleh beberapa mahasiswa NON IMM, maka dapat diperoleh data grafik sebagai berikut :
Tingkat Kepahaman tentang Muhammadiyah sangat kurang paham
kurang paham
7%
52%
cukup paham
sangat paham
4%
37%
Berdasarkan angket yang telah diisi, sebagian besar mahasiswa dengan perolehan 52% mengaku cukup paham, 37% mengaku kurang paham, 7% sangat paham, dan sisanya 4% mengaku sangat kurang paham dengan Muhammadiyah. Bersamaan dengan hal tersebut, sebagian besar mahasiswa yang mengaku telah Cukup paham dengan organisasi dakwah Muhammadiyah berasal dari semester 3, 5 dan 7 yang telah mengikuti program wajib P2KK, AIK 2 dan sedang mengikuti AIK 3. Jadi kemungkinan untuk mengenal dan mengetahui keberadaan organisasi dakwah Muhammadiyah mayoritas lebih besar. Begitu juga untuk hasil angket yang Sangat Paham dengan organisasi dakwah Muhammadiyah sebesar (7%), yang pada umumnya berasal dari mahasiswa yang sedang menempuh AIK 3 dan berada di kelas Muttaqodimin. Sedangkan untuk hasil angket yang Sangat Tidak Paham dengan organisasi dakwah Muhammadiyah (4%) diketahui mayoritas masih berasal dari semester 1, yang hanya menempuh P2KK. Selain itu, tidak kenalnya mereka dengan Muhamadiyah mungkin dikarenakan mereka
memang
berlatar
belakang dari keluarga Non
Muhammadiyah serta lingkungan tempat tinggal mereka yang umumnya adalah sebagai pengikut gerakan selain Muhammadiyah. Jadi, berdasarkan hasil data angket yang telah diperoleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang NON IMM sebagian besar mengaku cukup paham dengan Muhammadiyah
dan
peranannya
dalam
masyarakat
yang
cukup
menginspirasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya angket yang menunjukan mahasiswa tersebut telah menjawab dengan baik pendapat mereka mengenai Muhammadiyah yang murni As-Sunnah (tidak ramai dan meriah). Namun,
sebagian kecil dari mahasiswa UMM yang NON IMM diketahui sangat tidak paham dengan Muhammadiyah. Hal ini selain dikarenakan mereka yang masih merupakan mahasiswa baru dan belum mengerti tentang Muhammadiyah, mereka juga menjawab pendapat pada angket dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang kami cantumkan dalam lembar angket. Jadi dapat disimpulkan bahwa walaupun mereka mahasiswa UMM namun belum tentu mereka semua berasal dari kalangan Muhammadiyah dan yang lebih disayangkan lagi masih sebagian dari mereka yang belum paham tentang Muhammadiyah sendiri. 2. Metode Wawancara Metode ini dilakukan untuk mengetahui jawaban dari beberapa Mahasiswa UMM Non IMM seputar Muhammadiyah dengan menanyakan dua pertanyaan dasar mengenai pendapat dan pengetahuan mereka tentang Muhammadiyah. Metode wawancara ini menggunakan tiga orang probandus Mahasiswa yang berasal dari Prodi Pendidikan Biologi UMM semester 5, Mahasiswa Jurusan Kedokteran UMM semester 5 dan Mahasiswa FEB semester 5. Menurut hasil wawancara, umumnya observer sudah cukup paham dan mengerti tentang Muhammadiyah. Hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan mereka yang menjelaskan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islami yang sudah sangat menyebar dan berdiri di Nusantara. Beberapa observer juga dapat menjelaskan bahwa gerakan dakwah ini bergerak di berbagai bidang seperti yang telah dijelaskan di buku Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Bidang tersebut diantaranya adalah bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pendidikan, sosial dan lain-lain. Dari hasil
wawancara, mahasiswa tersebut
juga telah mampu
menunjukkan contoh-contoh gerakan dakwah Muhammadiyah. Diantaranya pada gerakan kesehatan, mereka dapat menyebutkan Rumah Sakit Muhammadiyah, balai pengobatan di berbagai daerah sebagai bukti nyata dari gerakan Muhammadiyah. Selain itu, pada bidang pendidikan mereka juga dapat menyebutkan Universitas Muhammadiyah, dan sekolah-sekolah Muhammadiyah mulai dari TK, SD, SMP, SMK sebagai contoh dari gerakan dakwah Muhammadiyah. Tidak hanya itu, panti asuhan dan panti jompo juga
merupakan contoh di bidang kesejahteraan masyarakat, dan masih banyak lagi gerakan muhammadiyah di berbagai bidang. Jadi, berdasarkan hasil wawancara dapat di simpulkan mahasiswa UMM Non
IMM
sudah
cukup
banyak
mengetahui
apa
dan
bagaimana
Muhammadiyah. Hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan-pernyataan yang dijelaskan mereka dengan tegas dan dengan bahasa yang jelas contoh atau bukti gerakan Muhammadiyah di Nusantara yang banyak bergerak di berbagai bidang. Selain itu, Muhammadiyah juga membantu masyarakat Indonesia dalam belajar baik dalam segi duniawi maupun akhirat, dan menjalankan kehidupan mereka menjadi lebih baik, khusunya sesuai tuntunan nabi Muhammad SAW.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un
Amin, S.2015.AIK Al-Islam Kemuhammadiyahan.Malang:UMMPress