MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH
Asisten :
1. Lalu Hendra 2. Mifta Maharani 3. Reza Dwi Anggraini 4. Chintya Ririn 5. Kiki Gustinasari
LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015
PERATURAN DAN TATA TERTIB KEGIATAN PRAKTIKUM TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Setiap praktikan wajib memiliki modul praktikum. 2. Setiap praktikan diwajibkan hadir tepat pada waktunya. Praktikan yang terlambat dari 20 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum, kecuali seizin koordinator asisten dan asisten praktikum. 3. Sebelum memasuki laboratorium, praktikan wajib memakai jas lab. 4. Selama diadakan pre/post test, praktikan tidak diperkenankan meminta/memberikan jawaban kepada praktikan lain. Jika hal tersebut terjadi, maka dilakukan pengurangan 5 point/kejadian contekan dari nilai seluruh kelompok. Bagi yang terlambat pre-test, tidak diberikan kompensasi (pre test tetap berlangsung dan praktikkan mengerjakan sesuai nomor pre-test yang dibacakan asisten). 5. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan makan, minum dan melakukan kegiatan diluar kegiatan praktikum tanpa seizing asisten praktikum. 6. Setelah melakukan praktikum, diwajibkan membersihkan alat-alat yang digunakan dan disimpan kembali pada tempat semula dalam keadaan bersih. Sampah harus dibuang ditempat sampah dan praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium. 7. Selama kegiatan praktikum, praktikan diwajibkan membuat Data Hasil Praktikum per kelompok dan mendapat persetujuan (acc) dari asisten yang bertugas. 8. Setiap kelompok atau mahasiswa wajib mengganti alat yang rusak atau hilang selama praktikum berlangsung. 9. Laporan praktikum dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum dilaksanakan. 10.Bagi praktikan yang tidak mengumpulkan laporan praktikum, tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir praktikum (UAP).
MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR BERSIH SKALA LABORATORIUM
I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengetahui media pengolahan air bersih skala laboratorium (sederhana) untuk mendapatkan air bersih kelas dua. 2. Mengetahui jenis – jenis koagulan dan sifatnya. 3. Menghitung kekeruhan sebelum dan sesudah pengolahan air. 4. Mengetahui efektivitas dari sistem pengolahan air bersih skala laboratorium (sederhana) II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H 2O) satu molekul air memiliki dua atom hidrogen kovalen terikat pada atom oksigen tunggal. Air muncul di alam dalam semua tiga negara umum dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di Bumi: uap air dan awan di langit; air laut dan gunung es di lautan kutub, gletser dan sungai-sungai di pegunungan, dan cairan pada akuifer dalam tanah. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, seperti di pedalaman planet raksasa, ia berpendapat bahwa air ada air ionik di mana molekul terurai menjadi sup ion hidrogen dan oksigen, dan pada tekanan bahkan lebih tinggi sebagai air superionik di mana oksigen mengkristal tetapi ion hidrogen mengapung dengan bebas dalam kisi oksigen. 2.2 Macam-Macam Air Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. a. Air Tanah Preatis Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable. b. Air Tanah Artesis Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2. Air Permukaan Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Perairan Darat Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawarawa, danau, sungai, dan lain sebagainya. b. Perairan Laut Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut. 2.3 Karakteristik Air Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No416/MENKES/PER/IX/1990. a. Jumlah zat padat tersuspensi TSS (Total Suspended Solid), materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih kecildari pada molekul / ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat digolongkan menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendapapabila keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan;materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapatdisaring dengan (filter) air biasa. Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas airkarena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini banyak dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur dapat sangat mengangudalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukanlumpur yang lebih sering. Apabila zat-zat ini sampai dimuara sungai dan bereaksidengan air yang asin, maka baik koloid maupun zat terlarut dapat mengendap dimuara muara dan proses inilah yang menyebabkan terbentuknya delta. b. Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasaldari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal
darilapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkansumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehinggamendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi,sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian puladengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akanmenambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikrobaterlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan,bila mikroba itu patogen. 2.4 Kualitas Air Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segalamakhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimiayang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harusmemenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatubaku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifatsifa tair atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukanpenilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air(Slamet, 1994).Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratankualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurutkegunaannya digolongkan menjadi : 1. Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu airyang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/saranarekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yangmempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3. Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaanikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang samadengan kegunaan tersebut.
4. Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairipertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutuair yang sama dengan kegunaan tersebut.Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No416/MENKES/PER/IX/1990.a. 2.5 Pengolahan Air Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air yang dapat diterima bagi pengguna akhir sesuai dengan standar yang dibutuhkan (diinginkan). termasuk air bersih, air minum, air untuk proses industri, air pengobatan dan air untuk keperluan lainnya.Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan Kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan tersebut sehingga menjadi air yang diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan dampak ekologis. Prosesproses yang terlibat dalam pemisahan Kontaminan dapat menggunakan Proses Fisik seperti menetap dan penyaringan Kimia seperti Desinfeksi dan Koagulasi. Selain itu proses Biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-proses ini dapat meliputi, mencampur dengan udara, diaktifkan lumpur atau saringan pasir padat. 2.6 Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih 2.6.1 Inteke Intake merupakan suatu bangunan yang dibangun pada suatu badan air dengan fungsi untuk mengalirkan air dari badan air menuju ke unit pengolahan air minum lebih lanjut, baik secara gravitasi maupun dengansistem pemompaan. 2.6.2 Pra Sedimentasi Bangunan prasedimentasi merupakan bangunan pertama dalam sistem instalasi pengolahan air bersih. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskrit seperti pasir, lempung, dan zat-zat padat lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi. Prasedimentasi bisa juga disebut sebagai plain sedimentation karena prosesnya bergantung dari gravitasi dan tidak termasuk koagulasi dan flokulasi. Oleh karena itu prasedimentasi merupakan proses pengendapan grit secara gravitasi sederhana tanpa penambahan bahan kimia koagulan. Tipe ini biasanya diletakkan di reservoir, grit basin, debris dam, atau perangkap pasir pada awal proses pengolahan. Kegunaan proses prasedimentasi adalah untuk melindungi peralatan mekanis bergerak dan mencegah akumulasi grit pada jalur transmisi air baku dan proses pengolahan selanjutnya. 2.6.3 Koagulasi
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Biasanya dosis koagulan tawas atau aluminium sulfat (Al 2(SO4)3.18H2O) yang digunakan adalah sebesar 50 ppm, yang merupakan dosis optimum koagulan aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O) yang sering digunakan dalam proses pengolahan air minum.Setelah air ditambahkan dengan koagulan Al 2SO4maka Sol tanah liat adalah koloid yang bermuatan negatif sehingga jika ditambahkan dengan tawas (Al2(SO4)3) yang bermuatan positif, maka ion Al3+dari tawas akan menggumpalkan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi pada koloid terjadi karena tidak stabilnya sistem koloid. Berikut adalah halhal yang mempengaruhi proses koagulasi : Karakteristik Partikel Karakteristik partikel diibedakan atas dua bagian, yakni a. Karakteristik partikel berdasarkan ukuran 1. Ukuran 5 nm - 1μm 2. Partikel tersuspensi dengan ukuran > 5μm 3. Partikel dengan ukuran < 5μm, yang disebut larutan b. Karakteristik partikel berdasarkan sifat hidrasi, hidrophobik dan hidrofilik a. Kekeruhan Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Hal-hal yang diperhatikan mengenai kekeruhan dalam proses koagulasi dan flokulasi adalah sebagai berikut : a) Kebutuhan koagulasi pada kekeruhan larutan, akan tetapi penambahan koagulan tidak berkoreksi linier terhadap kekeruhan b) Kekeruhan tinggi umumnya memerlukan dosis koagulan yangrelatif rendah karenadengan tingginya kekeruhankemungkinkan akan terjadi tumbukan lebih tinggi dibandingdengan kekeruhan rendah yang jarak antar partikelnya jauh,sehingga membutuhkan dosis koagulan yang relatif tinggi c) Ukuran partikel yang tidak seragam jauh lebih mudahdikoagulasi daripada partikel tidak seragam. Hal ini disebabkankarena pusat-pusat yang lebih besar/ mudah terbentuk pada partikel kecil, sedangkan partikel besar mempercepat pengendapan.
b. Temperatur Temperatur berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih,untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima. Selain itu Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan viskositas,dimana semakin panas suhu, viskositas makin kecil. Pengaruh perubahan viskositas tersebut menyebabkan perubahan gradienkecepatan. c. Gradient Kecepatan Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
Gradien Kecepatan digunakan untuk pencampuran fluida dan dinyatakan dalam detik-1 Didefinisikan sebagai perbedaan kecepatan antara dua titik atau volume terkecil fluida yang tegak lurus perpindahan. Gradien kecepatan berhubungan dengan adanya waktu pengadukan (td). Nilai G yang terlalu besar dapat mengganggu pembentukan titik akhir flok. Proses koagulasi memerlukan gradien kecepatan lebih tinggi daripada proses flokulasi. d. Komposisi zat kimia dalam air Di dalam air terlarut garam-garam mineral. Pengaruh garam-garam mineral dalam proses koagulasi disebabkan oleh kemampuannya dalam manggantikan kedudukan ion hidroksida pada senyawa kompleks hidrokside. e.Turbulensi Turbulensi adalah aliran fluida yang bergolak karena gesekan fluida tersebut. Turbulensi diperlukan pada proses koagulasi untuk meratakan koagulan ke seluruh bagian fluida dan memberikan kesempatan pada partikel koloid untuk saling bergabung membentuk inti flok f. Zeta Potensial Zeta Potensial merupakan potensial elektrostatik yang ada disekitar kulit suatu partikel yang dapat mempengaruhi stabilitas koloid. Elektolit yang ada disekitar partikel yang bermuatan negatif. Lapisan ion ini akan menarik ion yang
bermuatan positif yang terdapat di dalam air. Hanya zat potensial mempengaruhi tingkat kemudahan destabilisasi partikelkoloid yang terdapat di dalam air 2.6.4 Flokulasi Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga partikelpartikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan menyimpannya pada bak flokulasi. 2.6. 5 Filtrasi Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Di dalam industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya sekedar jejak sampai persentase yang besar. Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae. Oleh karena varietas dari material yang harus disaring beragam dan kondisi proses yang berbeda, banyak jenis penyaring telah dikembangkan. Dalam suatu penyaring gravitasi media penyaring bisa jadi tidak lebih baik daripada saringan (screen) kasar atau dengan unggun partikel kasar seperti pasir. Penyaring dibagi ke dalam tiga golongan utama, yaitu penyaring kue (cake), penyaring penjernihan (clarifying), dan penyaring aliran silang (crossflow). Penyaring kue memisahkan padatan dengan jumlah relatif besar sebagai suatu kue kristal atau lumpur. Seringkali penyaring ini dilengkapi peralatan untuk membersihkan kue dan untuk membersihkan cairan dari padatan sebelum dibuang. Penyaring penjernihan membersihkan sejumlah kecil padatan dari suatu gas atau percikan cairan jernih semisal minuman. Partikel padat terperangkap di dalam medium penyaring atau di atas permukaan luarnya. Penyaring penjernihan berbeda dengan saringan biasa, yaitu memiliki diameter pori medium penyaring lebih besar dari partikel yang akan disingkirkan. Di dalam penyaring aliran silang, umpan suspensi mengalir dengan tekanan tertentu di atas medium penyaring . Lapisan tipis dari padatan dapat terbentuk di atas medium permukaan, tetapi kecepatan cairan yang tinggi mencegah terbentuknya lapisan. Medium
penyaring adalah membran keramik, logam, atau polimer dengan pori yang cukup kecil untuk menahan sebagian besar partikel tersuspensi. Sebagian cairan mengalir melalui medium sebagai filtrat yang jernih, meninggalkan suspensi pekatnya. Pembahasan selanjutnya, suatu penyaring ultra, unit aliran silang berisi membran dengan pori yang sangat kecil, digunakan untuk memisahkan dan memekatkan partikel koloid dan molekul besar.Pada filtrasi dengan media berbutir terdapat tiga phenomena proses, yaitu 1. Transportasi : meliiputi proses gerak brown, sedimentasi, dan gaya tarik antar partikel. 2. Kemampuan menempel : meliputi proses mechanical straining. Adsorpsi (fisikkimia), biologis. 3. Kemampuan menolak : meliputi tumbukan antar partikel dan gaya tolak menolak. Tipe Filter Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, saringan pasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu saringan pasir cepat dan saringan pasir lambat.Saringan pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori (Geyer, 2001) : 1. Menurut jenis media yang dipakai 2. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi 3. Menurut arah aliran 4. Menurut kaidah grafitasi/dengan tekanan 5. Menurut pretreatment yang dipelukan
Jenis – jenis filter berdasar sistem operasi dan media 1. Single media : satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja 2. Dual media : misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit 3. Multi media : misalnya digunakan pasir silica, anthrasit, dan garnet. Keterangan: 1. Filter single media, filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa. Pada sistim ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian.
2. Filter dual media, sering digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan bawah dan anthrasit pada lapisan atas. 3. Multi media filter : untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring. 2.6.6 Desinfeksi Disinfeksi atau menghilangkan kuman dari air minum sangat penting dilakukan sebelum air tersebut diminum atau dikonsumsi oleh kita. Air yang kita peroleh dari sumur, hasil penyaringan sederhana, ataupun sumber yang lain mungkin akan terlihat bening, tidak berasa dan tidak berbau, tetapi hal itu tidak menandakan bahwa air tersebut bersih dari kuman penyakit. 2.7 Syarat Penyediaan Air Bersih Menurut Bambang Setiawan (2013), sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan utama. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas. 1. Persyaratan kualitatif a. Syarat fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25°C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25°C ± 30°C. b. Syarat kimia Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. c. Syarat bakteriologis dan mikrobiologis Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. Coli atau Fecal coli dalam air. d. Syarat radiologis Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, betadan gamma. 2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. 3. Persyaratan kontinuitas Baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB. III. METODOLOGI 3.1 Alat Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum antara lain: 1. Galon sebagai wadah prototype filtrasi 2. Reaktor Koagulasi 3. Penampung Hasil Akhir 4. Jet Set 5. Timbangan Digital 6. Turbidimeter
3.2 Bahan 1. Air sample yang akan diolah a. Air Sungai b. Air Sumur 2. Koagulan : Tawas (KAl(SO4)2·12H2O, Kaporit (Ca(OCl)2), dan Kapur. 3. Filter yang digunakan adalah 1. Batu (sedang)2. Kerikil 3. Pasir 4. Sabut/ijuk 5. Arang aktif
3.3 Cara Kerja : 1. Ambil sample air sungai dan sumur masing – masing sebanyak n liter yang dibutuhkan 2. Pertama-tama sampel air diuji kekeruhannya (turbidity) awalnya (… NTU). 3. Catat hasil keruhan (turbidity) awalnya. 4. Sampel air sungai dimasukkan ke dalam 3 reaktor koagulasi dimana masing – masing reaktor diisi sebanyak 4 liter. 5. Tambahkan koagulan berupa tawas, kaporit, dan kapur masing – masing 120 mg pada masing – masing reaktor. 6. Aduk air sample menggunakan Jet Set hingga ± 7 menit. 7. Tunggu sampai proses koagulasi selesai. 8. Kemudian dimasukkan ke media filter untuk proses filtrasi. 9. Diamkan sebentar ± 2 menit untuk mengetahui proses sedimentasi dan ambil air di permukaannya untuk dilakukan uji kekeruhan (turbidity) dengan turbidimeter akhir. 10. Catat hasil kekeruhan (turbidity) akhirnya. 11.
Hitung efisiensi kekeruhan (turbidity) dengan rumus (turbidity) akhir- kekeruhan (turbidity)awal dikali 100%.
nilai kekeruhan
12.
Susun bersama kelompok media filter mini. Berikut ini adalah simulasi pengolahan air bersih skala laboratorium.Penyiapan sample uji Tawas dan KaporitProses Koagulasi Berlangsung Pencucian Ijuk dan Kerikil (Filter) Degradasi Warna Proses Filtrasi Proses Filtrasi masih berlangsungHasil Filtrasi Perbandingan air sebelum dan sesudah pengolahan
DAFTAR PUSTAKA Cammack, R. 2006. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press. New York. 720 h. Droste, Ronald L. 2006. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley & Sons, Inc., New York. Fair, G. M . .J. C. Geyer, D. A. Okun. 2005. Elements of Water Supply And Wastewater Disposal , edisi kedua, John Wiley and Sons Inc., New York Hadi, Wahyono, 2000, “Diktat Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum”,Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya Homig, H. E. 2002. Seawater and Seawater Distillation, Vulkan-Verlag. University of California. 202 h. Huisman, L. 1999. Sedimentation and Flotation. Delft University Of Technology, hal. 3-2:3-40. Salvato, J. A. 1999. Environmental engineering and Ssnitation, Wiley-Interscience. University of California. 919 h. Sawy er, Clair N., Perry L. McCarty. 2001. “Chemistry for EnvironmentalEngineering”, edisi ketiga, Mc Graw Hill Book Company, New York Schulz, C.R., D. A. Okun. 2000. Surface Water Treatment for Communities in Developing Countries, John Wiley and Sons Inc., New York