Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division (STAD) Terhadap Pencapaian Kompetensi Mata Kuliah Pelayanan Keluarga Berencana (KB) The Effect of Implementation of Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Instructional Model on Student’s Provide Family Planning Achievement . ABSTRAK Ari Sulistyawati1, Nunuk Suryani2, Ruben Dharmawan2 Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta selama ini menggunakan model pembelajaran konvensional untuk pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB. Secara teoritis, model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian kompetensi mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) pengaruh penggunaan model STAD terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB, 2) pengaruh motivasi berprestasi tinggi terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB, 3) interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah mahasiswa tingkat II semester IV, dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang. Instrumen untuk mengambil data berupa tes kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB dan angket motivasi berprestasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan model STAD terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (Fhitung > F tabel = 21.89 > 3.56), 2) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi dengan mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (Fhitung > F tabel = 109.9 > 3.56), dan 3) tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (Fhitung < F tabel = 2.67< 3.56). Berdasarkan hasil di atas, penelitian menyimpulkan bahwa pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang tepat dan peningkatan motivasi berprestasi mahasiswa. Peningkatan pembelajaran dapat dilakukan melalui penggunaan model pembelajaran STAD dengan memperhatikan aspek motivasi berprestasi mahasiswa.
Kata Kunci: Student Teams-Achievement Division, kompetensi mata kuliah Pelayanan KB, motivasi berprestasi. 1
Akademi kebidanan Ummi Khasanah, Jl.Pemuda Gandekan Bantul Yogyakarta.
[email protected] 2 Universitas Negeri Surakarta, Fakultas Kedokteran.
ABSTRACT
1
Midwifery Academy of Ummi Khasanah Yogyakarta has used conventional model for learning Provide of Family Planning. Theoritically, cooperative learning can be used for learning activities to improve learning outcomes. The aims of this research are to find out : 1) the difference of effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student use STAD model and the student use lecturing model, 2) the difference of the effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student whose high achievement motivation and those whose low achievemnt motivation, 3) the interaction of effect between the use of instructional model and student’s achievement motivation on Provide Family Planning. The research was conducted in the Midwifery Academy of Ummi Khasanah Yogyakarta, Academic Year 2010/2011. The research method used is experiment method with a 2x2 factorial design. The population of this research is students at the fourth semester. The samples of this research was 80 students. Instrument used for collecting data are tests and the questionaires of Provide Family Planning motivation. The technique of analysis used is Analysis of Variance (ANOVA) with significance level of α=0.05. The result of this study are as follows :1) there is a significant difference in effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student use STAD model and the student use lecturing model (Fo > F 1 = 21.89 > 3.56), 2) there is a significant difference of the effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student whose high achievement motivation and those whose low achievemnt motivation (Fo > F 1 = 109.9 > 3.56), 3) there is no significant interaction of effect between the use of instructional model and student’s achievement motivation on Provide Family Planning (F o < F 1 = 2.67< 3.56). Based on this findings, the research concludes that Provide Family Planning learning achievement can be increased trough an exact instructional model and improving student’s achievement motivation. The improvement of instructional quality is able to be achieved through the use of STAD instructional model and by paying attention student’s achievement motivation. Keywords: Student Teams-Achievement Divisions, competence of Provide Family Planning learning, achievement motivation.
Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional saling berinteraksi, bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan, dan alat pendidikan. Kelima komponen tersebut akan terimplementasikan dalam proses pembelajaran, yaitu aktivitas belajar mengajar. Seseorang 2
dikatakan telah belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Program Studi DIII Kebidanan sebagai jenjang awal peserta di Perguruan Tinggi seharusnya dapat memberikan landasan sekaligus bekal ketrampilan dan pengetahuan yang mencukupi bagi lulusannya agar dapat melaksanakan tanggung jawab profesinya. Pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB di program studi DIII Kebidanan bertujuan agar mahasiswa mampu memenuhi kompetensi Bidan, yaitu mampu memberikan pelayanan KB
kepada akseptor sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Bidan
merupakan petugas terdekat dengan calon akseptor karena ia merupakan pemberi pelayanan pertama mulai dari KIE sampai dengan pemakaian alat kontrasepsi. Mengingat besarnya peran Bidan dalam pelayanan KB, maka penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dalam pelayanan KB sangat dibutuhkan. Berdasarkan pengamatan, proses pembelajaran yang dilaksanakan di program studi DIII Kebidanan sebagian besar masih menggunakan Model konvensional. Pada perkuliahan teori aktivitas mahasiswa hanya sebatas duduk, mendengarkan, mencatat, dan menghapal, dan sebagian dilengkapi dengan penugasan. Pada perkuliahan praktikum mahasiswa melihat Dosen mendemonstrasikan perasat yang dilanjutkan dengan re demonstrasi oleh mahasiswa secara individu. Kondisi ini tentu saja akan menimbulkan kebosanan tersendiri bagi mahasiswa, yang akhirnya akan menyebabkan motivasi berprestasi rendah dan mempengaruhi kompetensi belajar menjadi rendah pula. Untuk menciptakan suasana agar mahasiswa aktif belajar diperlukan kemauan dan kemampuan Dosen dalam mengambil keputusan yang tepat berkaitan dengan situasi pembelajaran
seperti apakah yang
akan diciptakannya. Pertimbangan mengenai model apa yang digunakan ditujukan agar mahasiswa mampu berpikir logis, sistematis, mandiri, namun dalam prosesnya selalu ada interaksi dan komunikasi yang aktif antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan Dosen. Model pembelajaran STAD di program studi DIII Kebidanan merupakan alternatif dapat
untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sehingga
mengoptimalkan
kemampuan,
penalaran,
analisa,
dan
ketrampilannya dalam mata kuliah Pelayanan KB. Selain itu, berdasarkan 3
pengamatan peneliti,
pembelajaran mata kuliah Pelayanan
KB
dilaksanakan masih dengan model pembelajaran non kooperatif dan belum memperhatikan aspek motivasi berprestasi mahasiswa. Akademi Kebidanan Ummi Khasanah merupakan salah satu institusi program studi DIII Kebidanan yang mengupayakan lulusannya selalu berkualitas dengan indikator pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB Akademi
Kebidanan Ummi Khasanah masih menerapkan model pembelajaran non kooperatif. Berdasarkan data nilai mahasiswa semester IV angkatan sebelumnya masih didapatkan proporsi mahasiswa dengan nilai di bawah standar minimal sebanyak 20%. Hal ini mendorong inovasi Dosen dalam memilih
model
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan
prestasi
mahasiswa. Pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB yang belum sesuai dengan yang diharapkan disebabkan oleh beberapa faktor, dua di antaranya adalah motivasi berprestasi mahasiswa yang berbeda dan model pembelajaran yang dipilih oleh Dosen. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran
STAD terhadap pencapaian kompetensi mata kuliah
pelayanan KB ditinjau dari motivasi berprestasi mahasiswa semester IV Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kuasi eksperimental, melibatkan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sampel berjumlah 80 mahasiswa dilakukan dengan teknik exhaustive sampling. Kelompok subyek A sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan model
STAD, dan kelompok subyek B
sebagai pembanding yang menggunakan model konvensional (ceramah). Hasil Penelitian Tabel .1. Deskripsi Data N Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi tinggi Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi rendah
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
20
69.10
81.90
74.3850
4.10475
20
62.60
70.60
66.3200
2.70800
4
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi tinggi
20
64.00
75.40
70.9325
3.67632
20
50.00
65.10
58.1850
4.37159
40
62.60
81.90
70.3525
5.33471
40
50.00
75.40
64.5587
7.58691
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi tinggi secara keseluruhan
40
64.00
81.90
72.6588
4.22483
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi rendah secara keseluruhan
40
50.00
70.60
62.2525
5.46368
Valid N (listwise)
20
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi rendah Hasil kompetensi kelas eksperimen Hasil kompetensi kelas control
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 74.385, standar deviasi = 4.10475, skor minimum = 69.10, skor maksimum = 81.90. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi tinggi 6
5
4
3
Frequency
2
1
Std. Dev = 4.10 Mean = 74.4 N = 20.00
0 70.0
72.0
74.0
76.0
78.0
80.0
82.0
Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi tinggi
Gambar 1. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB yang diajar dengan model STAD dan motivasi berprestasi tinggi.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 66.3200, standar deviasi = 2.70800, skor minimum = 62.60, 5
skor maksimum = 70.60. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi rendah 5
4
3
Frequency
2
1
Std. Dev = 2.71 Mean = 66.3 N = 20.00
0 63.0
64.0
65.0
66.0
67.0
68.0
69.0
70.0
71.0
Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi rendah Gambar 2. Grafik histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar dengan model pembelajaran STAD dan motivasi berprestasi mahasiswa rendah.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 70.9325, standar deviasi = 3.67632, skor minimum = 64.00, skor maksimum = 75.40. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
6
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi tinggi 7
6
5
4
3
Frequency
2 Std. Dev = 3.68
1
Mean = 70.9 N = 20.00
0 64.0
66.0
68.0
70.0
72.0
74.0
76.0
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi tinggi
Gambar 3. Grafik histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar menggunakan model ceramah dan motivasi berprestasi mahasiswa tinggi.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 58.1850, standar deviasi = 4.37159, skor minimum = 50.00, skor maksimum = 65.10. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi rendah 5
4
3
Frequency
2
1
Std. Dev = 4.37 Mean = 58.2 N = 20.00
0 50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 64.0 66.0
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi rendah
Grafik 4. Grafik histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar dengan model pembelajaran ceramah dan motivasi berprestasi mahasiswa rendah.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 70.3525, standar deviasi = 5.33471, skor minimum = 62.60, 7
skor maksimum = 81.90. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil kompetensi kelas eksperimen 12
10
8
6
Frequency
4
Std. Dev = 5.33
2
Mean = 70.4 N = 40.00
0 62.0
66.0 64.0
70.0 68.0
74.0 72.0
78.0 76.0
82.0 80.0
Hasil kompetensi kelas eksperimen
Gambar 5. Grafik histogram frekuensi sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar dengan model pembelajaran STAD secara keseluruhan.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 64.5587, standar deviasi = 7.58691, skor minimum = 50.00, skor maksimum = 75.40. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil kompetensi kelas kontrol 7 6 5 4
Frequency
3 2 Std. Dev = 7.59
1
Mean = 64.6 N = 40.00
0 50.0
54.0 52.0
58.0 56.0
60.0
62.0
66.0
64.0
70.0
68.0
74.0 72.0
76.0
Hasil kompetensi kelas kontrol
Gambar .6. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB yang diajar dengan model ceramah.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 40 mahasiswa, mean = 72.6588, standar deviasi = 4.22483, skor minimum = 64.00, 8
skor maksimum = 81.90. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi tinggi secara keseluruhan 10
8
6
Frequency
4
2
Std. Dev = 4.22 Mean = 72.7 N = 40.00
0 64.0 66.0 68.0 70.0 72.0 74.0 76.0 78.0 80.0 82.0
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi tinggi secara keseluruhan
Gambar. 7. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi secara keseluruhan.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 40 mahasiswa, mean = 62.2525, standar deviasi = 5.46368, skor minimum = 50.00, skor maksimum = 70.60. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi rendah secara keseluruhan 10
8
6
Frequency
4
2
Std. Dev = 5.46 Mean = 62.3 N = 40.00
0 50.0
54.0 52.0
58.0 56.0
62.0 60.0
66.0 64.0
70.0 68.0
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi rendah secara keseluruhan
Gambar.8. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah secara keseluruhan.
9
Untuk membuktikan hipotesis penelitian, maka digunakan analisis variansi dua jalan. Deskripsi data dapat dicermati pada tabel berikut ini : Tabel 2. Hasil Pengujian Hipotesis. Sumber Variansi
Sum of Square (JK)
Mean Of Square
F Hitung (Fo)
F Tabel α=0.05
Antar A
Derajad kebebasan (dk) 1
734.2
762.8
3.56
Antar B
1
3618
3618
Inter AB
1
82.5
82
21.89* (signifikan) 109.9* (signifikan) 2.67 (tidak signifikan)
Dalam kelompok Total
76
2532.56
33,23
3.56 3.56
79
a. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran STAD terhadap Pencapaian Kompetensi Dasar Pelayanan KB. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang
signifikan
dalam
penggunaan
model
STAD
terhadap
pencapaian kompetensi pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB digunakan analisa variansi dua jalan , diperoleh Fo = 21.89. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi α=0.05 diperoleh F tabel = 3.56. jadi Fo (21.89) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
penggunaan
model
pembelajaran
STAD
terhadap
pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Berdasarkan data di atas juga terlihat bahwa pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB bagi mahasiswa dengan menggunakan model STAD ternyata mendapatkan skor pencapaian kompetensi yang lebih baik dibandingkan dengan pencapaian kompetensi yang diperoleh dengan menggunakan model ceramah . b. Perbedaan Pengaruh Motivasi Berprestasi Tinggi dan Rendah Terhadap Pencapaian Kompetensi Pelayanan KB. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB maka digunakan analisis variansi dua jalan. berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fo = 109.9. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi α=0.05 diperoleh F tabel = 10
3.56. Dengan demikian Fo (109.9) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Berdasarkan deskripsi di atas terlihat bahwa pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ternyata mencapai skor yang lebih baik (mean = 72.6588) dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (mean = 62.2525). c.
Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Terhadap Pencapaian Kompetensi Dasar Pelayanan KB. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara model dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB digunakan analisis dua jalan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis dua jalan, diperoleh Fo = 2.67. hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikan α = 0.05 diperoleh F tabel = 3.56. Jadi Fo (3.56), sehingga dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB.
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis pertama memperoleh Fo (21.89) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara model STAD dan model ceramah terhadap pencapaian kompetensi Pelayanan KB. Berdasarkan deskripsi di atas juga terlihat bahwa pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB bagi mahasiswa dengan model pembelajaran STAD ternyata memperoleh skor pencapaian yang lebih baik (mean = 70.3525) dibandingkan dengan pencapaian kompetensi yang diperoleh dengan menggunakan model ceramah (mean = 64.5587). Hal ini sesuai dengan penelitian4, yang menyatakan bahwa cooperative learning lebih mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.
11
Selain itu, dalam
model pembelajaran STAD memiliki beberapa
keunggulan, antara lain : 1) tujuan pendidikan dari model STAD adalah meningkatkan pengetahuan umum dan ketrampilan dasar, 2) dalam hal belajar, model STAD menitikberatkan pada penguasaan materi meskipun juga melibatkan belajar ketrampilan interpersonal, 3) di dalam kelompok, STAD menekankan kegiatan tutorial teman sebaya, artinya anggota kelompok yang lebih mampu akan membantu teman kelompoknya yang kurang mampu sehingga dalam kelompok akan saling melengkapi, 4) semua mahasiswa saling membantu, 5) dalam model STAD sering terbentuk hirarkis. Mahasiswa yang pandai akan bertindak sebagai tutor bagi temannya,, 6) dalam model STAD Dosen akan dapat bekerja dengan mahasiswa secara individual atau mungkin dalam kelompok, 7) sumber evaluasi
STAD
adalah
pengajar8.
Pengajar
akan
menilai
performa
mahasiswa dalam kuis atau tes, sehingga dengan penggunaan model ini mahasiswa akan dapat mengembangkan pemahaman dan penghayatan akan prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan KB10. Pada penggunaan model ceramah mahasiswa kurang mampu mencapai kompetensi yang diharapkan karena pembelajaran hanya berpusat pada pengajar. Dalam praktiknya pengajar sebagai sumber informasi utama yang mengambil peranan sentral. Sementara pada model pembelajaran STAD mahasiswa mengalami pengembangan peran8. Pengembangan peran ini berdampak positif pada pada peningkatan kemampuan mahasiwa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Mahasiswa dapat mengalami perubahan konsep diri saat mereka diterima sebagai tutor, ahli, peneliti, dan penyaji. Mahasiswa dalam model pembelajaran STAD menjadi lebih siap untuk berbagai peran di luar kelas15,17. Melalui model pembelajaran STAD peserta didik akan mendapat motivasi yang besar untuk belajar, selain itu akan berkembang relasi yang positif antar peserta didik, dan akan muncul rasa senang untuk pergi ke sekolah. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa model STAD secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Efek STAD lebih dominan pada peningkatan kompetensi belajar daripada pada aspek sikap dalam belajar mata pelajaran Bahasa Inggris8. Dengan demikian, menggunakan model pembelajaran STAD mahasiswa akan lebih memahami materi yang dipelajari 12
bukan saja untuk hapalan tapi lebih untuk direalisasikan dalam pelayanan KB. Hasil analisa hipotesis kedua didapatkan Fo (109.9) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Berdasarkan deskripsi di atas diketahui bahwa pencapaian kompetensi belajar pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi ternyata mendapatkan skor yang lebih baik (mean = (mean = 72.6588) dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (mean = 62.2525). Hipotesis kedua yang diterima menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu berusaha bekerja keras, tangguh, dan tidak mudah putus asa. Selain itu mahasiswa juga akan lebih menyenangi tugasnya, berorientasi ke depan, dan menyukai balikan yang cepat
dan
efisien
mengenai
prestasinya.
Tanggung
jawab
dalam
memecahkan masalah juga akan terbina pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi, ia akan lebih mampu dalam hal manajemen waktu, serta akan selalu berusaha lebih baik dari mahasiswa yang lain16. Mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajarnya
dapat
optimal
dan
dapat
mencapai
kompetensi
yang
16
dipersyaratkan secara lebih baik . Kondisi yang positif pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi dipengaruhi oleh adanya dorongan yang
berhubungan
dengan
pencapaian
prestasi,
yaitu
menguasai,
mengorganisir lingkungan fisik maupun sosial, mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kerja keras yang tinggi, serta bersaing dengan ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasi orang lain atau indikator prestasi yang telah ditetapkan oleh pengajar atau sekolah. Selain itu, ada beberapa mahasiswa yang menjadikan indikator prestasinya pada waktu-waktu sebelumnya sebagai acuan dalam menentukan indikator prestasi berikutnya15. Mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah relatif lebih sulit dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Hal ini disebabkan adanya faktor kemauan untuk bekerja keras dan berjuang lemah. Ia akan lebih mudah berputus asa, tidak berorientasi ke depan, dan kurang mampu dalam 13
mengorganisir lingkungan di sekitarnya6. Selain itu, ia akan selalu menggantungkan kepada orang lain dalam belajar (kepada pengajar), sehingga mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah cenderung harus mendapat perintah atau arahan terlebih dahulu agar belajarnya dapat lebih efekti5. Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik dalam pencapaian kompetensi karena dapat mengaktifkan, menggerakkan, memotivasi, dan menentukan cara belajar yang efektif dalam memahami materi pembelajaran5. Pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB menggunakan model STAD dirasakan lebih efektif jika dibandingkan dengan menggunakan model ceramah. Hal ini disebabkan metode STAD mengkondisikan mahasiswa untuk mempunyai perspektif yang positif tentang proses pembelajaran yang mereka ikuti. Adanya kompetisi yang sehat dan tanggung jawab individu serta kelompok membuat suasana kelas terarah dan fokus. Setiap ada pebelajar yang “menyimpang” konsentrasinya secara otomatis akan diingatkan oleh teman satu kelompoknya2,3. Telah diketahui bahwa mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan dapat mencapai kompetensi pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah. Namun dalam pembelajaran yang menggunakan model STAD dan motivasi berprestasi disertakan dalam mendesain pembelajaran, ternyata tidak mempunyai interaksi pengaruh terhadap pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB1. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya penampilan Dosen dalam mengelola kelas, suasana kelas, dan minat mahasiswa terhadap pokok bahasan. Selain itu, pada kelas eksperimen mahasiswa lebih termotivasi untuk aktif belajar karena model STAD merupakan model pembelajaran yang masih baru dan ada aturan main yang membawa mahasiswa untuk aktif belajar dan bertanggung jawab. Dengan demikian, baik pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi maupun rendah akan menghasilkan kompetensi belajar yang lebih baik jika digunakan model pembelajaran STAD3,7. Simpulan
14
1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model Student TeamsAchievement divisions (STAD) terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. 2. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. 3. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. 3. 4.
5.
6.
7.
8.
Alhazda,A.2003. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 004, 9. (19-41). Anita, L. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Arends, R.I., 2001. Learning to Teach. 5° Edition. Singapore : Mc.Grow Hill. David,W,J., et al. 2000. Cooperative Learning Methods : A MetaAnalysis Methods. Mendeley Journal Volume: 1, Pages: 1-33.. Available On http://www.mendeley.com/research/cooperativelearning-methods-meta-analysis/, diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. Djamaah,S. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 022, 5. (121-135) Elliot, J., Dweck,S. 2005.Competence and Motivation: Competence as the Core of Achievement Motivation. Dalam Elliot, Andrew J. dan Dweck, Carol S. (Ed.) Handbook of Competence and Motivation: 312. New York: The Guilford Press. Fareed,A. 2002.Effect of Cooperative Learning on Students’ Achievement at Elementary Level. The International Journal of Learning. Volume 17, Issue 3, pp.127-142.. Available On http://ijl.cgpublisher.com/product/pub.30/prod.2689. diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. Ghaith,G. 2004. Correlates of the Implementation of the STAD Cooperative Learning Method in the English as a Foreign Language Classroom. International Journal of Bilingual Education & Bilingualism, v7 n4 p279-294. Available On http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=t rue&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ728188&ERICExtSearch _SearchType_0=no&accno=EJ728188. diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 15
9.
10.
11.
12. 13.
14. 15.
16.
17.
18.
Guneysu.,Tekmen. 2007. Implementing an alternative cooperative learning method. Mendeley Journal. Volume: 2, Issue: 2, Publisher: Elsevier, Pages: 5670–5674.2001. Available On http://www.mendeley.com/research/implementing-alternativecooperative-learning-method/. diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. Kagan, S. 2000. "Dimension of Cooperative Classroom Structure". (Robert E.Slavin. Learning to Cooperative, Cooperate to learn). (67102). London:Plenum Press. Leslie, R,N. 2001. A Case Study of Implementing a Cooperative Learning Program in an Inner-City School. Journal of Experimental Education. Volume: 64. Issue: 2. Page Number: 117. Available On http://www.tandf.co.uk/journals/titles/00220973.html, diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. Maltby, F., et al. 2005. Educational Psychology: An Australian and New Zealand Perspective. Sidney:John Willey&Sons. Manning,M,I., Lucking. 2002. "The What, Why and How of Cooperative Learning". (Marcia K. Pearlshall. Relevant Research). (69-75). Washington:TNSTA Mulyasa,E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Rosini, B., Jim Flowers. 2001. The Effect Of Cooperative Learning Methods On Achievement, Retention, And Attitudes Of Home Economics Students In North Carolina. Journal of Vocational and Technical Education Volume 13, Number 2. Available On http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVTE/v13n2/Abu.html, diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. Schultheiss,O.C., Brunstein,J.C. 2005.An Implicit Motive Perspective on Compentence. Dalam Elliot, Andrew J. dan Dweck, Carol S (Ed.) Handbook of Competence and Motivation: 31-51. New York: The Guilford Press. Slavin, R. E. 2005. "An Introduction to Cooperative Learning Research'' (Robert E.Slavin, Learning to Cooperate, Cooperating to Learn). (5-15).London: Plenum Press. Syamsuddin,A.2003. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya.
16