MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: UTNAWATI MONICA NIM 11508040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012 i
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan-nya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q. S Al-Baqarah:5)
“Keridhoan Tuhan Allah tergantung pada keridhoan orang tua, dan kemurkaan Tuhan tergantung pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang yang aku cintai, Kedua Orang tuaku tercinta, Bapak Kasmuri dan Ibu Kuntiati yang telah membimbing, mendidik, dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, cinta dan juga penuh kesabaran hingga aku bisa seperti ini. Kakakku yang aku sayangi, mbak Hidayati dam mas Muntholib semoga yang mbak dan mas harapkan dapat diijabah dan mendapat ridhoi-Nya tambah sakinah mawadah dan warrahmah. Adik-adikku, Thiar Ali Mubarok dan Muhammad Faqih Izzuhdin serta keponakanku Dayang Aulia Anggrahini yang sedang berjuang untuk meniti cita-cita masa depan, semoga kalian menjadi orang yang sholeh berbakti kepada bapak ibu dan sukses dimasa yang akan datang.
vii
KATA PENGANTAR Tiada kata yang bisa penulis ucapkan selain Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Selanjutnya, sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat Islam, Muhammad SAW yang senantiasa kita teladani keluasan ilmunya, kebijaksanaannya, akhlakul karimahnya, dan kita patuhi nasehat-nasehatnya. Sungguh merupakan suatu kebanggaan tersendiri khususnya bagi penulis, bisa menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perjuangan. Penulis sadari, skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku ketua program studi PGMI STAIN Salatiga. 3. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi ini. 4. Seganap dosen dan karyawan STAIN Salatiga, khususnya pada program studi PGMI yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. 5. Segenap keluarga besar SD Muhammadiyah (Plus), yang telah memberikan ijin dan membantu penulis selama mengadakan penelitian. 6. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan semangat, dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.
viii
7. Bapak Rodhi dan Ibu Rokhayati serta mbak Ulfah Masruroh yang sudah memberikan semangat dan motivasi serta dorongan serta menjadikan penulis bagian dari keluarga, kebaikan beliau takkan bisa penulis lupakan. 8.
Mbak Niken dan mas Budi, gemblong Radit, selaku kakak dan adik penulis yang selalu memotivasi ketika down dan kasih sayangmu yang membuat penulis bangkit.
9.
Keluarga penulis yang penulis cintai, Om Abdul Syukur dan bulek Rohzanah yang selalu ada ketika Penulis butuhkan. Bulek Suntari yang selalu ada juga untuk menyemangati penulis.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan PGMI 2008, Dwi Haryati, Maqhoosidul Falasifah S., Ulfah Masruroh, dan Silvia Rizki F. Atik Laila, mbak Inna Imroatun, dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu makasih karena kalian semua sudah ada dalam hidup penulis, selalu memberikan semangat dan memberi warna dalam hari-hari penulis. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin selamanya, tetap semangat pasti kita BISA. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Dan kebaikan hati mereka mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT, serta memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat.
Salatiga, 19 Juli 2012 Penulis
Utnawati Monica
ix
ABSTRAK Monica, Utnawati. 2012. Model Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Farikhah, M. Pd. Kata kunci: Student centered learning Penelitian ini membahas model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus). Dengan rumusan masalah (1). Bagaimana konsep pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? (2). Bagaimana model kurikulum pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? (3). Bagaimana penerapan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? (4). Bagaimana model evaluasi pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? (5). Bagaimana hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? (6). Apa saja kendala yang dihadapi dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang hasilnya bukan berupa angka. Dengan tujuan untuk mengetahui konsep pembelajaran, model kurikulum, penerapan model pembelajaran, model evaluasi, hasil pembelajaran, kendala yang dihadapi dan alternatif pemacahannya dalam pelaksaan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus). Hasil penelitian menunjukkan; (1) Konsep pembelajaran student centered learning merupakan pembelajaran tidak hanya cepat tepat cekatan, efektif dan efesien, riang gembira, inovatif dan aktif tetapi juga menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku dan berbicara secara aktif dengan mengutamakan kecerdasan intelektual dan menyeimbangkan perkembangan karakter. (2) Model kurikulum pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) merupakan perpaduan dari diknas, kemenag maupun pesantren, dan kurikulum sekolah itu sendiri yang disebut dengan pengembangan diri yang meliputi pembiasaan, ekstrakurikuler. (3) Penerapan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) mengacu pada active learning. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. (4) Model evaluasi di SD Muhammadiyah (Plus), meliputi evaluasi akademik dan sikap berupa tertulis (test) dan tidak tertulis (non test). (5) Hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) dilihat dari standar kinerja guru sudah sangat baik. (6) Pelaksanaan model pembelajaran student centered learning, belum bisa maksimal, sehingga guru harus meningkatkan profesionalismenya.
x
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................
i
Persetujuan Pembimbing .................................................................................
ii
Pengesahan Kelulusan .....................................................................................
iii
Pernyataan Keaslian Tulisan ...........................................................................
iv
Motto ...............................................................................................................
v
Persembahan ...................................................................................................
vi
Kata Pengantar ................................................................................................
vii
Abstrak ............................................................................................................
ix
Daftar Isi ..........................................................................................................
x
Daftar Lampiran ..............................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
9
E. Penegasan Istilah .....................................................................
10
F. Metode Penelitian ....................................................................
12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................
12
2. Kehadiran Peneliti ..............................................................
13
3. Lokasi dan Subjek Penelitian ...........................................
13
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................
14
5. Instrumen Pengumpulan Data ...........................................
17
6. Keabsahan Data .................................................................
17
xi
BAB II
7. Analisis Data .....................................................................
20
G. Sistematika Penulisan .............................................................
22
KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Student Centered Learning................................
24
1. Pengertian Pembelajaran ...................................................
24
2. Student Centered Learning ...............................................
32
B. Sejarah Pembelajaran Student Centered Learning ..................
39
1. Tipe atau Gaya Belejar.......................................................
43
2. Belajar Berdasarkan Psikologi ..........................................
44
3. Pembelajaran Siswa Aktif Dalam Praktek ......................... .
45
C. Karakteristik Model Pembelajaran Student Centered Learning.. 47 D. Teknik Pembelajaran Student Centered Learning....................... 57 E. Aplikasi Pembelajaran Student Centered Learning..................... 64 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Umum SD Muhammadiyah (Plus) ............................
72
1. Letak Geografis .................................................................
72
2. Sejarah SD Muhammadiyah (Plus)....................................
73
3. Visi, Misi dan Tujuan SD Muhammadiyah (Plus) ............
77
B. Paparan Data Penelitian ............................................................
78
1. Konsep Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ...........................................
78
2. Model Kurikulum Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ...........................................
80
3. Penarapan Model Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ........................................... xii
89
4. Model Evaluasi Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ...........................................
99
5. Hasil Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ........................................... 106 6. Kendala Dan Alternatif Pemecahannya Dalam Pelaksanaan Model Pemebelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ........................................... 112 BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Konsep Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ................................................. 114 B. Model Kurikulum Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ................................................. 115 C. Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ................................................. 117 D. Model Evaluasi Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ................................................. 122 E. Hasil Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ................................................. . 123 F. Kendala Dan Alternatif Pemecahannya Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) ................................................. 124
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 126 B. Saran ........................................................................................ 128
Daftar Pustaka................................................................................................... 130 xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1....................................................................................................... 132 A. Pedoman Wawancara penelitian .......................................................... 133 B. Kode Penelitian .................................................................................... 137 C. Transkip Wawancara Penelitian Responden 1..................................... 139 D. Transkip Wawancara Penelitian Responden 2..................................... 145 E. Reduksi Data Penelitian Responden 1 ................................................. 150 F. Reduksi Data Penelitian Responden 2 ................................................. 154 G. Triangulasi Data Penelitian .................................................................. 157 H. Hasil Observasi Penelitian ................................................................... 166 Lampiran 2....................................................................................................... 175 A. Profil Sekolah....................................................................................... 176 B. Sejarah Berdirinya Sekolah.................................................................. 177 C. Kurikulum SD ...................................................................................... 180 D. Penilaian Pembelajaran ........................................................................ 189 E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................... 197 F. Dokumen Foto-foto Kegiatan Siswa.................................................... 200 Lampiran 3 ....................................................................................................... 204 A. Surat Keterangan Penelitian di SD Muhammadiyah (Plus)................. 205 B. Surat Keterangan Pembimbing ............................................................ 206 C. Surat Keterangan Lembar Konsultasi Bimbingan ............................... 207 D. Daftar Riwayat Hidup Peneliti/Penulis ................................................ 208
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan interaksi belajar dan mengajar, dalam suatu proses saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik. Sedangkan proses pembelajaran itu sendiri telah berlangsung sepanjang sejarah seiring dengan perkembangan sosial budaya dan peradaban manusia di bumi. Sebagai mahluk Allah SWT yang dikaruniai akal pikiran dan naluri, manusia hendaknya mengerjakan kebajikan. Seperti firman Allah yang berbunyi:
﴾١٥﴿ “ Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.”(Q.S. Al Jatsiyah:15) Sejalan dengan pentingnya mengerjakan kebajikan atau amal ma’ruf nahi mungkar ini, manusia juga dianugerahi oleh Allah berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan yang terarah, teratur dan berkesinambungan. Manusia tidak mungkin dapat tumbuh dan berkembang sendiri. Sehingga memerlukan bantuan dari luar baik berupa pemeliharaan,
1
2
pembinaan dan bimbingan. Bimbingan yang paling efektif adalah pendidikan (Jumali, 2004:7). Dalam firman Allah disebutkan bahwa:
﴾٩﴿ “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(Q.S. Az-Zumar: 9) Dengan pembelajaran ilmu yang dimiliki akan semakin bertambah, wawasan yang dimiliki juga akan semakin luas sehingga dapat berfikir secara rasional. Dengan ilmu, seseorang mempunyai kesempatan. Ilmu juga menjadikan seseorang dapat berbagi dengan orang lain. Misalnya, apabila kita mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan yang lain yang belum mengetahui tentang itu maka berbuat kebaikan dengan membantunya dan mangajarkan yang dia belum bisa, sehingga orang tersebut dapat terbantu. Banyak hal lainya yang dapat kita lakukan apabila kita menjadi orang yang berilmu dan menpunyai ilmu. Di Indonesia masalah pembelajaran kependidikan telah diatur dalam undang-undang dasar 1945, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional merupakan pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undangundang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap
3
tuntunan zaman. Kenyataannya hanya sebagian kecil saja yang dapat melakukan hal tersebut, karena pengaruh kecil tersebut belum memiliki pengaruh besar dalam mengharumkan nama bangsa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia belum maksimal. Masih banyak anak bangsa yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak tetapi tidak mendapatkannya. Hal ini berarti kurangnya keberhasilan dalam mencapai suatu pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran sebagai kegiatan belajar sangat beragam. Keragaman tersebut dikarenakan konsep dan pengertian tentang pembelajaran itu sendiri berbeda antara satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan unsur belajar di Indonesia disebabkan lokal dijadikan nilai unggulan dari setiap penyelenggaraan pembelajaran di daerah. Salah satunya pembelajaran yang ada pada Sekolah Dasar. Dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penguasaan mata pelajaran saja. Jika nilai ujian akhir semester ada yang bagus, sedangkan ada sebagian lain tidak bagus terkadang nilai yang bagus itu dikatrol dengan yang mendapat nilai yang tidak bagus, itu dilakukan agar anak didik dapat lulus sesuai kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini pendidik kurang memperhatikan proses penilaian sesuai dengan ketentuan, serta dapat merugikan peserta didik yang mendapat nilai bagus, selain itu juga melakukan tindakan yaitu memanipulasi data. Pembelajaran seperti itu tidak akan menghasilkan output seperti yang diharapkan, serta tidak
4
melalui proses sebagaimana yang telah ada. Karena peserta didik akan berfikir apabila nilainya kurang bagus akan dibantu dengan yang nilainya lebih bagus. Jika keadaan seperti itu dibiarkan, peserta didik tidak akan berusaha secara maksimal dalam mencapai kompetensi yang ditentukan sesuai mata pelajaran yang sudah ditetapkan. Peserta didik usia SD yang notabennya masih dalam usia rawan, dimana akan mendekati masa remaja, membutuhkan bimbingan spiritual dan emosional, serta ingin berkembang. Maka
sangat
disanyangkan
apabila
tidak
diberi
kesempatan
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran seharusnya tidak hanya mengedepankan nilai-nilai akademik dan kognitif, tetapi juga meliputi perilaku dan psikomotorik yang menyangkut kreativitas, inovasi dan keaktifan menyeluruh. Kecerdasan otak atau IQ ( Intelligense Quotient) sangat penting bagi peserta didik. Akan tetapi, yang menentukan kecerdasan seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kemampuan intelektual, tetapi juga dipengaruhi dan dilengkapi juga dengan kecerdasan emosional (Emotional Quetient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Pembelajaran yang baik harus ideal. Pembelajaran ideal harus memenuhi beberapa kriteria seperti pembelajaran yang menyesuaikan umur, sesuai dengan kapasitas kemampuan anak didik. Juga harus dapat membentuk manusia yang berkepribadian dan berkarakter, yaitu dengan mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual anak didik secara optimal selain itu juga, siswa dapat dijadikan
5
sebagai pusat pembelajaran. Dimana pendidik hanya menjadi fasilitator. Sehingga membentuk manusia yang pembelajar sejati, dengan menyakini bahwa pendidikan atau belajar itu sampai akhir hayat (Long Life Education). Pembelajaran Student centered Learning (pembelajaran yang berpusat pada siswa) merupakan pembelajaran dimana siswa perperan aktif dalam pembelajaran yang meliputi intelektual, emosional, dan religius, yang apabila dikembangkan dengan baik akan membentuk manusia yang mempunyai karakter yang tinggi dan unggul. Dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, diharapkan sekolah dapat melaksanakan pembelajaran yang ideal secara maksimal. Beberapa sekolah dasar swasta telah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) seperti paparan di atas. Mungkin tidak mudah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang dapat melahirkan individu-individu yang berakhlak mulia, berilmu, sehat, mandiri, bertanggung jawab, jujur, kreatif, toleran, berjiwa sosial, saleh dan profesional. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat
terwujud
apabila
pendidik
benar-benar
profesional
dalam
menjalankan tugasnya. Bukan sekedar mengajar, tetapi mendidik. Sekolah juga harus menjadi lingkungan yang kondusif bagi peserta didik, agar mendorong berkembangnya berbagai potensi kecerdasan setiap individu. Salah satu Sekolah Dasar
swasta yang sudah
menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada siswa yang ditemui oleh penulis adalah SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti
6
Kota Salatiga. Maka dari itu, penulis akan melakukan penelitian di SD Muhammadiyah (Plus) tersebut. Sedangkan objek penelitiannya adalah siswa SD Muhammadiyah (Plus). Dan semua komponen di SD Muhammadiyah (Plus) tersebut. Yang lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswanya. Adapun beberapa hal yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian di SD Muhammadiyah (Plus) antara lain: SD Muhammadiyah (Plus) telah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa menjadi pusat dalam pembelajaran dan pendidik hanya bertindak sebagai fasilitator saja, selain itu tidak hanya mengedepankan prestasi akademik tetapi juga mengedepankan berbagai aspek seperti keagamaan, kreatifitas, sosial, kemandirian, dan akhlak siswa. Melihat hal tersebut, maka ada beberapa hal yang akan diungkapkan oleh penulis berkaitan konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa di SD Muhammadiyah (Plus), model kurikulum pembelajaran yang berpusat pada siswa di SD Muhammadiyah (Plus), penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa di SD Muhammadiyah (Plus), model evaluasi pembelajaran yang berpusat pada siswa di SD Muhammmadiyah (Plus), hasil pembelajaran yang berpusat pada siswa di SD Muhammadiyah ( Plus), serta kendala dan alternatif pemecahan masalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa di SD Muhammadiayah (Plus).
7
Dengan demikian, judul dalam penelitian ini adalah: “MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012”. B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan judul penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu: 1. Bagaimana konsep pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012? 2. Bagaimana model kurikulum pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012? 3. Bagaimana penerapan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012? 4. Bagaimana model evaluasi pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012? 5. Bagaimana hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012?
8
6. Apa saja kendala yang dihadapi dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui konsep pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012. 2. Mengetahui model kurikulum pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012. 3. Mengetahui penerapan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012. 4. Mengetahui model evaluasi pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012. 5. Mengetahui hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012.
9
6. Mengetahui kendala yang dihadapi dan alternatif pemacahannya dalam pelaksaan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi teoritik maupun praktis. Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pendidikan khususnya di Sekolah Dasar. Secara praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak antara lain: 1. Bagi lembaga pendidikan dapat memberikan pemahaman pelaksanaan model pembelajaran student centered learning secara maksimal. 2. Bagi para pendidik bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran selanjutnya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa 3. Bagi siswa sebagai
motivasi dalam proses
pembelajaran dengan
metode student centered learning, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa 4. Bagi penulis sebagai sosialisasi penggunaan metode student centered learning sehingga dapat dikembangkan ataupun ditiru oleh lembaga lain.
10
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu: Model pembelajaran student centered learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model berarti pola misal: acuan, contoh, ragam, dan lain-lain dari sesuatu yang akan dibuat ataupun dihasilkan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses dalam kegiatan belajar dan pengajaran (Poerwadarminta, 2006: 773). Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2010: 144). Model Pembelajaran dapat memuat apa saja metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran, waktu kegiatan belajar mengajar, dan proses kegiatan belajar mengajar yang didalamnya termasuk bagaimana upaya sekolah untuk membentuk siswa yang mandiri dan berkarakter.
11
2. Pengertian Student Centered Learning Diketahui student itu dapat diartikan siswa. Dan centered pusat, sedangkan learning merupakan pembelajaran. Pembelajaran student centered learning merupakan istilah yang bermakna sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang mana proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode, yang menitikberatkan kepada keaktifan dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional, maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotor secara optimal (Sriyono, 1992: 6). Pembelajaran student centered learning sebagai pembelajaran yang bertujuan memberikan kebebasan peserta didik dalam mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia yang berkarakter yang mampu mengangkat harkat bangsa. Model pembelajaran student centered learning yaitu contoh atau acuaan pembelajaran yang tidak hanya bertujuan mengembangkan kecerdasan intelektual peserta didik tetapi juga mengembangkan jiwa raga dan akhlak baik peserta didik.
12
a. Hasil Penerapan Metode Pembelajaran Student Centered Learning Memuat apa saja metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran, waktu kegiatan belajar mengajar, dan proses kegiatan belajar mengajar yang didalamnya termasuk bagaimana upaya sekolah untuk membentuk siswa yang mandiri dan berkarakter. b. Model Evaluasi Pembelajaran Memuat teknik penilaian dan jenis penilaian yang digunakan kriteria
ketuntasan
minimal,
serta
aspek-aspek
yang
perlu
dipertimbangkan dalam menentukan kenaikan kelas siswa. c. Hasil Pembelajaran Tentang sejauh mana keberhasilan model pembelajaran yang diterapkan, bagaimana perkembanagan pembentukan karakter dan kemandirian siswa, serta bagaimana prestasi akademik siswa. d. Kendala dan Alternatif Pemecahannya Mengenai hambatan apa saja yang dihadapi selama menjalankan model pembelajaran student centered learning serta bagaimana pemecahan masalah tersebut. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penalitian kualitatif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk memehami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepi, motivasi, tindakan yang berpusat pada siswa, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk
13
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memenfaatkan berbagai metode alamiah (Moeleong 2008: 6). Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu layar yang konteksnya khusus (Moleong 2008: 5) 2. Kehadiran Peneliti Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Moleong (2008:168) mengemukakan sebagai berikut: kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Jadi kunci dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena ia bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen selain manusia mempunyai fungsi terbatas, yaitu hanya sebagai pendukung tugas peneliti. 3. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah (Plus) yang terletak di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
14
Adapun alasan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut diantaranya adalah SD Muhammadiyah (Plus) tersebut sudah menerapkan pembelajaran student centered learning dimana siswasiswanya dididik untuk tidak hanya mengedepankan kecerdasan emosional dan spiritual. Selain itu lokasi SD Muhammadiyah (Plus) letaknya sangat strategis. Diharapkan adanya penelitian tersebut bisa memberikan peran untuk memajukan pembelajaran yang ideal, bagi SD Muhammadiyah (Plus) pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Adapun subyek penelitian adalah seluruh komponen lembaga pendidikan tersebut meliputi : kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengmpulan data lebih banyak pada observasi serta,wawancara dan dokumentasi. a. Observasi Dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesarbesarnnya, karena teknik pengamatan ini merupakan pengalaman langsung sehingga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian pada keadaan sebenarnya ( Moleong 2008: 174).
15
Bahwa observasi ini, berguna untuk melihat dan menghayati keadaan yang sebenarnya dalam menambah pengetahuan yang otentik dari keadaan lembaga pendidikan yang bersangkutan, selain itu, observasi
merupakan
cara
untuk
menetukan
penilain
hasil
pengamatan, pencatatan dan pengingatan. b. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang dari responden yang lebih mendalam (Sugiono, 2011: 137). Hadi (1986) (dalam Sugiono, 2011: 138) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara sebagai berikut; 1.) Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2.) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3.) Bahwa interpretasi subjek tentang pentanyaan-pertanyaan yang diajukan penelitian kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Bahwa wawancara merupakan alat untuk menilai jawabanjawaban, meminta penjelasan, (mencatat atau mengingat-ingat
16
jawaban-jawaban),
dan
menggali
keterangan
yang
lebih
mendalam. Dalam penelitian ini yang diwawancarai meliputi, kepala sekolah, guru bidang studi, siswa, TU dalam administrasi yaitu surat menyurat, maupun hal lainnya. c. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis (Moloeng 2008:216). Dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan (Moloeng 2008: 217). Misal, buku harian, surat pribadi dan otobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, intruksi. Dokumen eksternal berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, seperti majalah dan bulletin (Moleong 2008:219). Dalam metode dokumentasi lebih mudah karena apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
17
5. Instrumem Pengumpulan Data a. Pedoman Observasi Yaitu alat yang umum digunakan oleh pengamat. Dalam hal ini pengamat relatif bebas membuat catatan. Catatan bisa berupa langkah-langkah peristiwa atau tentang gambaran umum ( Moleong 2008: 181). b. Pedoman Wawancara Berisi petunjuk secara garis besar tentang isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan seluruhnya dapat tercakup (Moleong 2008: 187). c. Pedoman Dokumentasi Pedoman dokumentasi berisi arahan atau rambu-rambu mengenai dokumen yang berkaitan dengan data-data penelitian. 6. Keabsahan Data Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan. Pertama, derajat kepercayaan (kredibilitas), berfungsi untuk melaksanakan student centered learning sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan
penemuannya
dapat
dicapai,
dan
untuk
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
18
Kedua, keteralihan (transferability). Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Ketiga, kebergantungan (dependability) Peninjauannya dari segi bahwa konsep ini memperhitungkan segala-galanya. Yaitu yang ada pada reliabilitas dan faktor-faktor lainnya yang terkait. Keempat, objektifitas
kepastian menurut
(confirmability) nonkualitatif.
berasal
dari
Nonkualitatif
konsep
menetapkan
objektifitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang tehadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. (Moleong, 2008:324). Selain itu teknik keabsahan/kevalidan data, dapat diketahui dengan: a. Ketekunan Pengamat Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. Melalui teknik
19
ini, peneliti berusaha setekun mungkin untuk mengamati setiap unsur yang relevan dengan penelitian untuk dapat ditelaah secara rinci dan berkesinambungan. b. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data-data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi dengan sumber, yakni membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu peneliti tempuh dengan jalan: 1) Membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara; 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakannya secara pribadi; 3) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa; 4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Melalui teknik ini peneliti akan membandingkan setiap data yang didapatkan dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.
20
7. Analisis Data Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman penelitian terhadap kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka-angka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara diantaranya wawancara, obsevasi, intisari dokumen. Untuk itu analisa kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Miles, 1992:16). Secara rinci dalam proses analisis data digambarkan sebagai berikut:
Masa pengumpulan data REDUKSI DATA
Antisipasi
Selama
Pasca
PENYAJIAN DATA Selama
Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI Selama
Pasca
Komponen analisis data: model alir (Miles, 1992:18).
=ANALISIS
21
a. Reduksi Data Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai. Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian. b. Penyajian data Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian data yang shahih. c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung.
Verifikasi
itu
kemungkinan
setingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam penganalisis selama menulis,
22
suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi lebih relevan. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut, yaitu: Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Kajian Pustaka Berisi tentang asal usul atau sejarah Pembelajaran Student Centered Learning, yang meliputi pengertian, sejarah pembelajaran, karakteristik, teknik pembelajaran, dan aplikasi pembelajaran Student Centered Learning. Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian Bab ini berisi tentang deskripsi umum SD Muhammadiyah (Plus), mengenai sejarah singkat SD Muhammadiyah (Plus), letak geografis, visi misi, keadaan sarana prasarana, dan kemudian hasil penelitian.
23
BAB IV: Analisis Data Bab ini berisi analisa data tentang penerapan metode pembelajan student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), model kerikulum pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), penerapan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), model evaluasi pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), kendala dan alternatif pemecahan masalah pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus). Bab V : Penutup Penulisan skripsi ini diakhiri kesimpulan, dan saran.
24
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Student Centered Learning 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2010: 134). Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan serta memeganag peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia (Anni, 2006: 2). Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang bisa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap (Abdurrahman, 2003: 28). Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menurut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara aktif dan menyenangkan (Rusman, 2010: 322-323).
24
25
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 297). Aplikasi Teori Gestalt dalam Pembelajaran (dalam Rusman, 2010: 137) adalah: a. Pengalaman (insight/tilikan). Yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur- unsur dalam suatu objek. b. Pembelajaran yang bermakna, yaitu kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. c. Perilaku bertujuan, yaitu perilaku terarah pada suatu tujuan. d. Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan/
field
theory).
Yaitu
perilaku
siswa
terkait
dengan
lingkungan/medan dimana ia berada. Menurut Khabibah, 2006 (dalam Ahmadi dan Amri, 2011: 10), untuk melihat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
26
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer dan kurikulum (Trianto, 2007: 5). Pembelajaran merupakan proses dalam memanusiakan manusia melalui bimbingan dan pelatihan, maupun yang berkaitan dengan perkembangan
manusia
mulai
dari
perkembangan
fisik,
kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, dan iman. Sehingga diharapkan bisa memacu manusia menjadi lebih sempurna, meningkatkan kehidupannya menjadi berbudaya dan bermoral serta mengembangkan berbagai pengetahuan. Dalam pembelajaran dikenal adanya: a. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang juga merupakan sasaran bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 20). Sutari Imam Barnadib (dalam Suwarno 2006: 34) membedakan enam tujuan pembelajaran sebagai berikut: 1). Tujuan umum, yaitu tujuan yang dicapai pada akhir proses pembelajaran, tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani anak didik. 2). Tujuan khusus, yaitu pengkhususan tujuan umum atas dasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat, intelegensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, dan sebagainya. 3). Tujuan tidak lengkap, yaitu tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya aspek psikologis dan biologis saja.
27
4). Tujuan sementara, yaitu tujuan yang ketika berhasil akan diganti dengan tujuan lain. 5). Tujuan intermediet, yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya. 6). Tujuan insidental, yaitu tujuan yang sifatnya seketika dan spontan dan dicapai pada saat-saat tertentu. Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar, jadi tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Sardiman, 2007: 59). b. Unsur-Unsur Belajar 1). Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya kedalam memori yang komplek, dan saraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. 2). Rangsangan (stimulus), Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya. Seperti halnya, suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar pembelajar mampu
28
belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati. 3). Memori, memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya. 4). Respon, tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performence). Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai aktivitas belajar yang terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar (Anni, 2006: 4-5). Dalam pelaksanaan prinsip berlajar secara aktif, maka hal-hal yang harus diperhatikan guru antara lain (Sardiman, 2007: 214): a). Usaha mendorong dan membina gairah belajar/ partisipasi siswanya secara efektif. b). Kemampuan menjelaskan fungsi/peranan sebagai guru inkuri. c). Tidak mendominasi kegiatan dan proses belajar siswannya. d). Memberi kesempatan pada siswanya untuk belajar menurut keadaan, cara dan kemampuan masing-masing.
29
e). Menggunakan berbagai jenis strategi belajar mengajar serta pendekatan multimedia.
c. Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar (Sardiman, 2007: 39-44). 1). Motivasi Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. 2). Konsentrasi Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi balajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. 3). Reaksi Didalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik, maupun mental, sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. 4). Organisasi Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan pengertian. Hal semacam inilah yang dapat membuat seseorang
30
belajar akan menjadi mengerti dan lebih jelas, tetapi juga mungkin akan tambah kebingungan. 5). Pemahaman Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. 6). Ulangan Lupa merupakan suatu yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa adalah sifat umum manusia. Lupa juga merupakan gejala psikologis yang harus diatasi. Yang perlu ditegaskan bahwa kegitan mengulang harus disertai dengan pikiran dan bertujuan. Ulangan tanpa pemikiran akan siasia. Mengulang dengan pemikiran dan bertujuan inilah yang membedakan dengan kegiatan mengulang yang sekedar mengulang secara otomatis. Ada yang mengklasifikasikan faktor-faktor psikologi dalam belajar itu sebagai berikut (Sardiman, 2007: 45-46): 1). Perhatian Yaitu memusatkan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. 2). Pengamatan Yaitu cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indra. Jadi dalam belajar unsur
31
keseluruhan panca jiwa dengan segala panca indranya harus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut. 3). Tanggapan Yaitu gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar setiap siswa. 4). Fantasi Yaitu sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realita. 5). Ingatan Secara teoritis ingatan akan berfungsi mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, menyimpan kesan, memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. 6). Berfikir Yaitu aktifitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan. 7). Bakat Yaitu salah satu kemampuan manusia
untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan
32
persoalan
intelegensia
yang
merupakan
stuktur
mental
yang
melahirkan “kemampuan” untuk memahami sesuatu. 8). Motif Motivasi dalam hal ini meliputi yaitu, mengetahui apa yang akan dipelajari, memahami mengapa hal tersebut dipelajari. Dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi tidak akan mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari dan kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil. 2. Student Centered Learning a. Pengertian Student Centered Learning Student centered learning mempunyai makna yang sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), adalah pembelajaran mengarahkan kepada pengoptimalan pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dan juga pelibatan fisik siswa yang apabila diperlukan sehingga siswa dapat belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan keterampilan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 115). Student centered learning dalam pembelajaran aktif (Active Learning) menurut Melvin L. Silberman (dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007 133-134), merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa dan siswa dapat mempelajari
33
gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif memiliki sifat konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Sehingga anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain (Dimyati dan Mujiono, 2006: 45). Pembelajaran student centered learning
merupakan perpaduan
antara intelektual, emosional dan religius. Jika dikembangkan dengan baik, maka akan terbentuk manusia yang berjiwa aktif, yang mencerminkan jati diri atau karakter yang unggul. Atau pendidikan yang mengintegrasikan segala aspek pendidikan seperti nilai moral, keagamaan, psikologis, dan sosial. Pada student centered learning, siswa aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang
34
dipelajari, terlibat dalam mengelola pengetahuan, tidak terfokus pada penguasaan materi saja tetapi juga mengembangkan sikap belajar, guru sebagai fasilitator, proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan
dan
terintegrasi,
penekanan
pada
proses
pengembangan pengetahuan (kesalahan dapat digunakan sebagai sumber
belajar),
siswa
dan
guru
belajar
bersama
dalam
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan. Sistem pendidikan inilah yang dapat memenuhi cita-cita pendidikan. b. Tujuan Student Centered Learning Tujuan
student
centered
learning
adalah
membantu
mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih aktif, menyenangkan, bersahabat, demokratis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan student centered learning, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Artinya, anak didik dapat memperoleh kebebasan, tidak dalam suasana tertekan. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Suwarno, 2006:32). Pembelajaran student centered learning juga sejalan dengan citacita pendidikan khususnya di Indonesia. Karena model pendidikan ini
35
sangat mendukung tercapainya pendidikan yang membawa manfaat bagi pelajar dan masyarakat. Pendidikan harus efisien, tetapi tetap efektif, kreatif, dan inovatif. Salah satu contohnya, pembelajaran bukan sebagai sarana pemborosan biaya saja, tetapi bagaimana pembelajaran yang hemat biaya namun tetap efektif dalam memenuhi tujuan utamanya. Pendidikan yang boros bukan jaminan pendidikan akan baik dan berkualitas. Sebaliknya, pendidikan yang “murah” bukan berarti tidak bermutu. Kualitas pendidikan lebih ditentukan pada bagaimana mengusahakan tenaga-tenaga pendidik yang bermutu dan profesional. Dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif diceritakan, di Jerman guru dipandang sebagai tenaga profesional seperti para pejabat negara. Menjadi guru prosedurnya tidak semudah di Indonesia. Persyaratannya benar-benar detail. Dan yang paling penting, tidak ada praktik KKN. Gaji guru sangat tinggi, dan terjamin kesejahteraannya. Tetapi guru juga harus profesional dan menunjukkan kinerjanya secara maksimal dan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Pembelajaran student centered learning tidak hanya berjuang bagi para siswa, sedang masyarakat diabaikan. Namun pembelajaran aktif justru bernuansa efektif dan menyenangkan bagi siswa. Pada model pembelajaran student centered learning, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol pembelajaran hanya sedikit, dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator.
36
c. Pentingnya Kompetensi Siswa Pembelajaran aktif (aktif learning) bisa terjadi bila ada partisipasi aktif peserta didik. Demikian juga peranserta aktif peserta didik tidak akan terjadi bilamana guru tidak aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Ada berbagi cara untuk melakukan proses pembelajaran yang memicu dan melibatkan peranserta aktif peserta aktif peserta didik dan mengasah ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan ranah imaniahtransendental. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, keterampilan dan sikap serta perilaku positif dan terpuji akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud apabila peserta didik dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat memotivasi meraka untuk berfikir, bekerja dan merasa serta mengamalkan kesalehan dalam kehidupan nyata. Untuk memaksimalkan pencapaian visi dan misi serta tujuan satuan pendidikan (Madrasah/Sekolah), dengan pendekatan plus didesain pembiasaan dan keteladanan harus didesain secara sengaja, terencana dan dilaksanakan serta dievaluasi secara kontinyu, yang terintegrasi dalam seluruh waktu dan kegiatan mulai sebelum jam pertama pembelajaran hingga purna pelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206, 2012: 23). Peserta didik dalam satu kelas biasanya memiliki kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang,
37
dan kurang. Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau bodoh, yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar (Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206, 2012: 31) . Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi pada kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi (Susilo, 2006: 99 & 100): 1). Pengetahuan (knowledge) Yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. 2). Pemahaman (understanding) Yaitu dalam kognitif dan afektif yang dimilki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajran efektif dan efesien. 3). Kemampuan (skill) Yaitu sesuatu yang dimilki oleh individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
38
4). Nilai (value) Yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku
guru
dalam
pembelajaran
(kejujuran,
keterbukaan,
demokratis). 5). Sikap (attitude) Yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. 6). Minat (Interest) Yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perubahan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu. Dalam kurikulum yang berbasis kompetensi memiliki karakteristik antara lain (Susilo, 2006:101): 1). Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. 2).
Berorientasi
pada
hasil
belajar
(learning
outcomes)
dan
keberagaman. 3). Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 4). Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
39
5). Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Dalam
kurikulum
berbasis
kompetensi
maupun
dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan, pentingnya kompetensi siswa yang mana sangat menuntut siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Misalnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia dimana terdapat kompetensi yang harus dimiliki diantaranya,
kompetensi
Menyimak/
mendengarkan,
berbicara,
menulis, membaca, dan menjelaskan. Dari hal tersebut siswa dapat mendengarkan dengan baik, berbicara dengan baik, menulis dengan baik, membaca dengan baik sesuai dengan intonasinya, dan menjelaskan dengan baik.
B. Sejarah Pembelajaran Student Centered Learning Pembelajaran student centered learning lahir sebagai respon positif dan bijaksana atas krisis ekologi, budaya, dan tantangan moral pada abad ini, yang bertujuan untuk mendorong generasi muda sebagai generasi penerus agar dapat hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab serta ikut berperan dalam pembangunan masyarakat (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 117). Pembelajaran student centered learning berkembang agar dalam pembelajaran siswa bukan lagi sebagai objek dalam proses belajar mengajar melainkan sebagai subjek dalam proses belajar
40
mengajar. Oleh sebab itu siswa hendaknya secara aktif mampu mengembangkan minat dan kepribadiannya menurut tujuan, isi, dan cara yang disukainya serta dalam batas kemampuannya (Sardiman, 2007: 213). Akan tetapi sampai saat ini masih banyak model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran terkotak-kotak yang membuat siswa sulit untuk memahami relevansi arti dan
nilai antara yang
dipelajari di sekolah dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya sistem pendidikan yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pada student centered learning, siswa aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, terlibat dalam mengelola pengetahuan, tidak terfokus pada penguasaan materi saja tetapi juga mengembangkan sikap belajar, guru sebagai fasilitator, proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan
dan
terintegrasi,
penekanan
pada
proses
pengembangan pengetahuan (kesalahan dapat digunakan sebagai sumber
belajar),
siswa
dan
guru
belajar
bersama
dalam
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan. Sistem pendidikan inilah yang dapat memenuhi cita-cita pendidikan. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi cara belajar siswa aktif merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut. Fenomena adanya student centered learning, perlu digunakan untuk lebih mengembangkan potensi-
41
potensi belajar siswa. Student centered learning perlu dikembangkan, karena secara faktual dapat meningkatkan keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar mengajar yang memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap sifat konservatif para guru pada umumnya. Semua metode dalam proses belajar mengajar dapat mengaktifkan siswa. Bagaimanapun, cara belajar “duduk-dengar-catat-hafal=DDCH” tetap mengandung keaktifan siswa. Pembelajaran siswa aktif menuntut keaktifan siswa dalam kadar yang lebih besar, mungkin sampai 100%. Untuk itu perlu adanya penataan bahan, pelaksanaan proses belajar mengajar, alat evaluai dan sebagainya, inklusif terhadap penyusunan satuan pelajaran dan yang lebih jauh lagi terhadap organisasi kurikulum. Pembelajaran siswa aktif bukan tanpa tuntutan, dan tetap ada kekurangan, sehingga perlu adanya pemantauan terus menerus guna penyempurnaan strategi. Pembelajaran siswa aktif merupakan salah satu
upaya
pembaharuan pendidikan di Indonesia. Adanya pembaharuan pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan sacara nasional, antara lain : 1. Masalah pemerataan pendidikan 2. Masalah relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat 3. Masalah kualitas atau mutu pendidikan 4. Masalah efesiansi pendidikan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 154).
42
Keempat masalah itu masing-masing tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan satu sama lain. Masalah yang pertama, untuk tingkat Sekolah Dasar hampir dapat diatasi dengan jalan mendirikan bangunanbangunan SD disetiap pelosok tanah air, masalah relevansi pendidikan erat hubungannya dengan kualitas pendidikan, jenjang pendidikan yang lebih tinggi sering menunjuk mutu pendidikan yang rendah terhadap jenjang pendidikan dibawahnya, sekalipun mereka tahu, mutu lulusan berkualitas saat ini disebabkan oleh beberapa faktor . Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melaksanakan pembelajaran siswa aktif atau student centered learning dan keterampilan proses sebagaimana tuntutan kurikulum yang disempurnakan, yang memungkinkan potensi anak berkembang secara optimal. Arti Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) yaitu anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat pengetahuan, memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan merasa senang, memperoleh kesempatan belajar proses memperoleh dan memproduk ilmu pengetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 155).
43
a. Tipe atau Gaya Belajar Siswa Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu, mereka berkesimpulan bahwa (Nasution, 2005: 93): 1). Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Sebaliknya guru juga mempunyai gaya mengajar masingmasing. 2). Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu. 3). Kesesuian gaya mengajar dengan gaya belajar memepertinggi efektivitas belajar. Manfaat gaya belajar murid bagi guru dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga semua siswa dapat memperoleh cara yang efektif baginya (Nasution, 2005:115). Mengingat pembelajaran aktif atau student centered learning berbeda-beda serta kemampuan siswa dalam menyerap informasi (pelajaran) tidak hanya tergantung pada satu tipe belajar, maka strategi pembelajaran aktif atau student centered learning adalah cara yang dapat memenuhi tuntutan segala tipe belajar siswa, sehingga memungkinkan potensi anak berkembang secara optimal (emosional, mental, intektual dan psikomotor).
44
b. Belajar Berdasarkan Psikologi Teori belajar berdasarkan psikologi belajar, terlihat adanya keharusan untuk aktifitas anak, misalnya (Sardiman, 2007: 30-32): 1). Menurut Ilmu Jiwa Daya Otak manusia terdiri dari berbagai daya yang harus dikembangkan. Daya itu harus dilatih. 2). Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Belajar mengikuti teori (stimulus – respons). Guru mengajarkan pelajaran (S), siswa menyerap pelajaran yang diberikan (R) dengan berbagai cara. a). Stimulus (S) akan memberi arah terhadap respon (R) yang baik karena itu tanya jawab merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar. b). Berdasarkan teori ini, lahir hukum yang disebut: Law of Readyness, Law of Exercise, dan Law of Effect. 3). Menurut Gestalt Psikologi (Teori Organisme) a). Bahwa anak merupakan keseluruhan antara jasmani dan rohani. b). Bahwa belajar itu berdasarkan pengalaman, yaitu interaksi antara anak dengan lingkungan. Untuk memperoleh itu aktivitas merupakan syarat mutlak dalam belajar. Berdasarkan tinjauan teori-teori belajar diatas, dapatlah disusun suatu definisi pembelajaran siswa aktif atau student centered learning secara operasional sebagai berikut:
45
Pembelajaran aktif adalah proses belajar mengajar menggunakan berbagai metode, yang menitikberatkan kepada keaktifan dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional, maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal (Sriyono, 1992: 6). c. Pembelajaran Siswa Aktif Dalam Praktek Pembelajaran siswa aktif bukan metode, juga bukan sasaran, melainkan strategi yang ditempuh dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan secara optimal, dengan kata lain pembelajaran aktif merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien untuk menuju kegiatan yang produktif (Nur, 2011: 80). Proses belajar mengajar dengan pembelajaran aktif adalah cara belajar yang akan menggantikan belajar secara “duduk-dengar-catat-hafal (DDCH)” yang pada umumnya masih dipakai disetiap jenjang pendidikan. Student Centered Learning dalam
proses belajar mengajar
memerlukan persiapan yang matang, disamping sikap mental guru juga persiapan yang bersangkutan dengan kurikulum, satuan pelajaran, media, buku dan sumber lainnya (Sardiman, 2007: 214). Pembelajaran aktif yang paling tinggi kadar keaktifannya adalah pada metode “mencari dan menemukan” (discovery and inquiry). Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan,
dan
nilai-nilai.
46
Misalnya, anak yang mengikuti lomba ilmiah LIPI yang pada hakikatnya merupakan hasil penelitian anak itu sendiri, sehingga menemukan sesuatu yang baru. Strategi discovery dan inquiry terpusat pada siswa, dalam dua strategi ini siswa dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan dan merasa senang (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 173 & 186). Inkuiri (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konstektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri guru harus selalu merancang kegiatan-kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari (Trianto, 2007:109): 1). Observasi (Observation). 2). Bertanya (Questioning). 3). Mengajukan Dugaan (Hyphotesis). 4). Mengumpulkan Data (Data Gathering). 5). Penyimpulan (Conclussion). Melaksanakan pembelajaran aktif dalam proses belajar mengajar secara sederhana sekalipun, tidak lepas dari persiapan tadi. Misalanya dengan metode tanya jawab yang diorganisasikan dengan baik, dimana guru mempersiapkan bahan dan pertanyaan-pertanyaan serta menggali dan mengaktifkan siswa kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kadar pembelajaran yang lebih tinggi juga didapati pada
47
metode diskusi, dimana guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing. Guru sebagai pengarah dalam metode diskusi memerlukan persiapan yang lebih baik dibandingkan dengan persiapan pada pembelajaran aktif dengan tanya jawab.
C. Karakteristik Model Pembelajaran Student Centered Learning Bahan pembelajaran terdiri atas bahan belajar yang akan digunakan siswa, pedoman siswa, dan pedoman pengajar termasuk tes. Bahan pembelajaran yang dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diantaranya, belajar secara mandiri, tanpa tergantung pada kehadiran pengajar, pengajar hanya sebagai fasilitatornya ( Ahmadi dan Amri, 2010: 170-173). Pentingnya pengoptimalan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu melalui (Sriyono, 1992: 11-13): 1. Asumsi Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah: a. Interaksi manusiawi. b. Membina dan mengembangkan potensi manusia. c. Berlangsung sepanjang hayat.
48
d. Sesuai dengan kemampuan tingkat perkembangan individu. e. Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibawaaan guru. f. Meningkatkan kualitas hidup manusia. 2. Asumsi Anak Didik Asumsi anak didik didadasarkan atas: a. Anak bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang. b. Setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya. c. Individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya. d. Anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. 3. Asumsi Guru Asumsi guru bertolak dari: a. Bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar. b. Memiliki kemampuan profesional sebagai pengajar. c. Mempunyai kode etik keguruan d. Berperan sebagai sumber belajar, pemimpin belajar dan fasilitator belajar sehingga memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar. 4. Asumsi Proses Pengajaran Beberapa asumsi proses pengajaran antara lain:
49
a. Proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. b. Peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru. c. Proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna. d. Pengajaran memberikan tekanan kepada proses dan produk secara seimbang. e. Inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan siswa belajar secara optimal. Implikasi dari asumsi proses pengajaran meliputi: 1). Dalam program pendidikan yang diberikan kepada anak didik biasa disebut dengan istilah kurikulum. 2). Dalam pelaksanaan program pendidikan atau pengajaran (proses belajar mengajar) sebagai wujud nyata atau operasionalisasi kurikulum. Dalam pembelajaran terdapat prinsip-prinsip belajar siswa aktif yaitu ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif, yakni stimulasi belajar, perhatian motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan balik, serta pemakaian dan pemindahan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 61).
50
a). Stimulus Belajar Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus hendaknya benarbenar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua, siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. Cara pertama dilakukan oleh guru sedangkan cara kedua menjadi tugas siswa melalui pertanyaanpertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Kedua cara tersebut pada hakikatnya adalah stimulus belajar yang diupayakan oleh guru pada waktu ia mengajar (Anni, 2007: 14). b). Perhatian dan motivasi Perhatian dan motivasi merupakan prasarat utama dalam proses belajar mengajar, sedangkan motivasi belajar itu sendiri merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman (Yamin, 2006: 80). Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar siswa yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari siswa.
51
Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung. Oleh sebab itu perlu diusahakan oleh guru. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain. Secara umum siswa akan terangsang untuk belajar apabila melihat bahwa situasi belajar mengajar cenderung memuaskan sesuai dengan kebutuhannya (Yamin, 2006: 87). Motivasi belajar bisa tumbuh diluar diriya. Kebutuhan akan belajar pada siswa mendorong timbulnya motivasi dari dalam dirinya, sedangkan stimulus dan guru mendorong dari luar. Memberikan pujian kepada siswa yang menunjukkan
prestasi merupakan upaya
menumbuhkan motivasi dari luar diri siswa. c). Repson yang dipelajari Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance) (Anni, 2007: 5).
52
Belajar adalah sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengaitkan sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Proses yang aktif sehingga, apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki (Anni, 2007: 4). Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih dirinya dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain. Semua bentuk respons yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu merubah
perilakunya
seperti
tersirat
dalam
rumusan
tujuan
instruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik) disamping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya. d). Penguatan (Reinforcement) Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif seperti, penghargaan hasil karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian (Anni, 2007: 165).
53
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali apabila diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respons siswa terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguatan belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguatan belajar yang
berasal dari luar seperti nilai,
pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya (Nasution, 2005: 180). e). Pemakaian dan pemindahan Pemakaian berarti pula suatu kebutuhan, dimana kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan (Anni, 2007: 160). Pikiran
manusia
mempunyai
kesanggupan
menyimpan
informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi
yang tidak terbatas ini penting sekali pengaturan dan
penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang
54
serupa. Dengan kata lain perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan yang dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya. Dalam pembelajaran juga terdapat beberapa hal yang meliputi faktor-faktor berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah: a). Kurikulum Adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan
belajar
mengajar
(Dimyati
dan
Mudjiono, 2006: 296). b). Materi Adalah semua pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang terorganisasi dalam pengembangan kurikulum pada setiap mata pelajarannya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 276).
55
c). Metode Adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan membari contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Yamin, 2006:64). d). Guru/pendidik Guru dikatakan sebagai pendidik dan pembimbing, sebagai pendidik karena di samping menyampaikan ilmu pengetahuan, juga transfer of values, menanamkan nilai-nilai dan sikap mental serta melatih berbagai keterampilan dalam upaya mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya. Dalam bimbingan yakni menuntun anak didik dan memberikan lingkungan yang sesuai dengan arah dan tujuan yang dicita-citakan (Sardiman, 2007: 161). Peran guru, guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Dimana membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa (Robert E. Slavin, 2010: 217). Terdapat beberapa hal peran guru dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya (Sardiman, 2007: 144-146): (1) Informator, sebagai pelaksana cara mengajar informatif dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. (2) Organisator, yaitu pengelola kegiatan akademik, silabus, dan jadwal pelajaran .
56
(3) Motivator,
dalam
meningkatkan
kegairahan
dan
pengembangan kegiatan belajar siswa. (4) Pengarah/ Direktor, membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. (5) Inisiator, sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. (6) Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. (7) Fasilitator, dengan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses kegiatan belajar mengajar secara efektif. (8) Mediator, sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. (9) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan sebagaimana anak didik berhasil atau tidak. e). Peserta didik/siswa Adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2007: 111). f). Sarana prasarana Sebagai
kegiatan
yang
berupaya
untuk
menunjang
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 201).
57
D. Teknik Pembelajaran Student Centered Learning Dalam kegiatan belajar berlaku pelaku utama belajar adalah siswa atau pebelajar. Dalam kegiatan pembelajaran, mengingat sifat interaksi dapat diketahui adanya dua pelaku, yaitu guru dan siswa, atau pembelajar dan pebelajar. Adanya dua pelaku tersebut menimbulkan salah mengerti bahwa pelaku utama adalah guru semata. Hal ini ditinggalkan dan diperbaiki dengan pendekatan pembelajaran aktif. Dengan pendekatan student centered learning berarti anutan pembelajaran mengoptimalkan pelibatan intelektual-emosional-fisik siswa dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Pembelajaran
student
centered
learning
bermaksud
membina
“masyarakat belajar” yang berwawasan pendidikan massa seumur hidup. Dengan harapan, dengan pembelajaran aktif guru dapat mengoptimalkan terapan teori-teori belajar, prinsip-prinsip pendidikan, hal itu berarti juga guru bekerja secara profesional (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 154). Dalam pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru berinteraksi
dengan
siswa,
yang
keduanya
mencapai
tujuan
pembelajaran atau sasaran belajar yang serupa. Kadar pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut berbeda-beda. Menurut Raka Joni (dalam Dimyati
dan
Mudjiono,
2002:
154),
mengemukakan
pembelajaran siswa aktif yang baik mempunyai ciri: 1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
bahwa
58
2. Guru bertindak sebagai pembimbing pengalaman belajar. 3. Orientasi tujuan pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang. 4. Pengelolaan pembelajaran menekankan pada kreativitas siswa. 5. Pelaksanaan penilaian tertuju pada kegiatan tertuju pada kegiatan dan kemajuan siswa. Optimalisasi kadar pembelajaran siswa aktif tersebut dapat diprogramkan dalam desain instruksional (persiapan mengajar) guru. Pembelajaran siswa aktif merupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja guru. Hampir dapat dikatakan bahwa guru profesional diduga berkemampuan mengelola pembelajaran berkadar pembelajaran siswa aktif. Faktor penentu pembelajaran berupa: a. Karakteristik tujuan Yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan. b. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi Yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan dan cara mempelajarinya. c. Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran Mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan.
59
d. Karakteristik siswa Mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin. e. Karakteristik guru Meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, dan pengalaman kependidikannya. f. Karakteristik bahan/alat pembelajaran Mencakup semua perlengkapan yang digunakan dalam mencapai pembelajaran yang efektif serta aktif untuk siswanya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 132). Pembelajaran siswa aktif dapat dilakukan oleh guru dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) yaitu anutan pengembangan ketempilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa. Dengan PKP siswa akan memperoleh: 1). Pengertian yang tepat tentang hakikat pengetahuan. 2). Kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan merasa senang. 3).Memperoleh
kesempatan
belajar
proses
memperoleh
dan
memproduk ilmu pengetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 154). Dengan demikian PKP berinteraksi timbal-balik dengan penerapan pembelajaran siswa aktif dalam pembelajaran dan dijadikan sebagai modal dasar menjadi guru yang profesional.
60
a). Implikasi Pembelajaran Aktif terhadap Penyusunan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Tujuan instruksional khusus adalah perilaku yang ingin dicapai oleh anak didik pada waktu proses belajar mengajar sedang dilakukan. Dimana salah satu komponen dalam satuan pelajaran yang sifatnya menjabarkan tujuan yang lebih tinggi yaitu kurikuler (tujuan instruksional umum) (Yamin, 2006: 41) . Ada tujuan instruksional khusus berarti juga adanya tujuan instruksional umum yang merupakan perilaku akhir yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil proses belajar, latihan atau proses pendidikan lainnya yang dinyatakan dalam kalimat aktif yang operasional, dan mempunyai kandungan maksud yang relatif luas dibanding tujuan instruksional khusus (Yamin, 2006: 41). b). Implikasi Pembelajaran Aktif terhadap Bahan Pelajaran Ada beberapa hal yang digunakan dalam pembelajaran (Sardiman, 2007: 170): (1) Mengenal,
mengenal
dan
memilih
terhadap
bahan
pembelajaran yang akan digunakan, yang disesuaikan dengan materi dan juga metodenya. (2) Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana, agar mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.
61
(3) Menggunakan buku pegangan atau buku sumber yang lebih dari satu kemudian ditambah buku lain sebagai penunjang. (4) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi anak didik. Agar dapat memperkaya pengetahuan anak. (a) Memanfaatkan Lingkungan: Anak diberi tugas untuk mengamati dan meneliti keadaan lingkungan yang sesuai dengan bahan yang akan diberikan. Setelah mengamati dan meneliti, siswa juga dapat bertanya kepada orang tua atau oranga lain yang dianggap tahu atau membuat kliping gambar, bisa juga karya wisata. (b) Memberikan Pengalaman: Memberikan pengalaman kepada anak baik secara individu maupun secara kelompok, artinya anak diberi kesempatan untuk mengalami, melakasanakan, melihat, dan merasakan sendiri
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
(demonstrasi). Memberikan pengalaman sendiri antara lain dapat dilakukan dengan pemberian tugas: (a) Membuat alat pelajaran sederhana yang berhubungan dengan pelajaran yang bersangkutan.
62
(b) Membuat kliping/tulisan/gambar yang berhubungan dengan bahan pelajaran. (c) Menyaksikan demonstrasi guru atau sumber dari manusia. c). Implikasi Pembelajaran Aktif pada Proses Penggunaan Metode Berikut
adalah berbagai
metode instruksional
yang
memungkinkan diterapkan dikelas dalam proses pembelajaran (Yamin, 2006: 65-77) antara lain: (1) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Yaitu
siswa
diberi
kesempatan
melakukan
latihan
keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru atau pelatih. (2) Metode Tanya jawab Yaitu digunakan untuk meninjau ulang pelajaran dan mengarahkan pengamatan pemikiran siswa,
agar siswa
memusatkan perhatian pada jenis yang dicapai sehingga pelajaran dapat dilanjutkan. (3) Metode Penampilan Yaitu berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa dibawah bimbingan dari dekat oleh pengajar. (4) Metode Diskusi Yaitu intraksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
63
(5) Metode Studi Mandiri Yaitu pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. (6) Metode Latihan Bersama Teman Yaitu memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagi pelatih, dan pembimbing seorang siswa yang lain. (7) Metode Pemecahan Masalah Yaitu metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. (8) Metode Studi Kasus Yaitu berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, yang kemudian siswa mencari alternatif pemecahannya. (9) Metode Praktikum Yaitu yang dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk melaksanakannya. (10)
Metode Proyek Yaitu pemberian tugas kepada semua siswa untuk
dikerjakan secara individual.
64
(11)
Metode Tutorial Yaitu cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah
dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. (12)
Metode Bermain Peran Yaitu metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa
atau lebih tentang suatu topik atau situasi.
E. Aplikasi Pembelajaran Student Centered Learning Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran aktif bagi guru adalah sebagai berikut (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 126): 1. Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer) dari pengalaman belajar. 2. Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership). 3. Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya. 4. Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning requirements). 5. Siswa dilibatkan dalam pembelajaran. 6. Tujuan ditulis secara jelas. 7. Semua tujuan diukur atau dites. Adanya konsekuensi dari aplikasi atau penerapan pembelajaran berdasarkan siswa yang akan dapat meningkatkan keaktifan pada suatu proses pembelajaran, lebih jauh menuntut guru agar memiliki khasanah
65
pengetahuan yang luas tentang teknik/cara penyampaian atau sistem penyampaian, dan memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, nilai instrinsik gerakan untuk meningkatkan pembelajaran aktif dalam proses
pembelajaran
juga
muncul
sebagai
reaksi
terhadap
kecenderungan umum penerapan pembelajaran berdasarkan guru ( Teacher
Based
Instruction).
Pembelajaran
berdasarkan
guru
menunjukkan peran guru sebagai leveransir informasi, sehingga pembelajaran hanya sekedar proses perekaman informasi oleh siswa, dalam hal ini strategi yang digunakan bersifat ekspositorik. Yang memberikan otoritas kepada guru dengan variasi yag kurang bermutu (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 127). Contoh bahan atau proses pembelajarannya, meliputi (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 130 & 131): a. Penerapan Formula, untuk pemecahan masalah, termasuk belajar dengan penemuan terbimbing yang menuntut siswa menghafalkan bagaimana menerapkan suatu formula untuk memecahkan masalah. Contoh, Untuk menemukan panjang sisi miring segitiga siku-siku siswa menghafalkan penerapan rumus phythagoras. b. Pemecahan “Teka-teki” dengan coba-salah, termasuk belajar dengan penemuan mandiri yang kurang bermakna karena siswa menghafal tanpa pemahaman. Contoh, Siswa diminta menebak
66
nama-nama binatang yang ditunjukkan oleh guru, sampai siswa dapat menebaknya dengan benar. c. Kerja Laboratoris Sekolah, termasuk belajar dengan penemuan terbimbing, yang lebih bermakna dari pada modus sebelumnya. Contoh, berdasarkan lembar kerja yang dibuat guru, siswa melakukan percobaan pengaruh panas terhadap berbagai zat di laboratorium sekolah. d. Pembelajaran
Audio-tutorial
yang
dirancang
dengan
baik,
merupakan modus belajar dengan penemuan terbimbing yang paling bermakna dari pada dua modus belajar dengan penemuan terbimbing yang lain. Contoh, siswa belajar menamukan konsepkonsep yang disajikan melalui video tape. e. Penelitian Ilmiah, merupakan modus belajar dengan penemuan mandiri yang paling bermakna dibandingkan dengan dua modus belajar dengan penemuan mandiri yang lain. Contoh, siswa merancang konstruksi kincir angin sederhana sehingga mereka dapat menemukan konstruksi yang lebih kukuh. Untuk mewujudkan model pembelajaran student centered learning, peran guru sangatlah penting. Selain sebagai fasilitator guru juga harus ramah dan penyayang, dapat memotivasi siswa dengan tulus, dan memberikan cintanya dengan tulus. Dengan begitu, akan membantu siswa di sekolah dalam hal:
67
1) Learning to Know, kemampuan dalam memahami makna dibalik materi ajar yang telah diterima. 2) Learning
to
Do,
belajar
bagaimana
memperbaiki
dan
menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya. 3) Learning to Be, kemampuan menggali dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya. 4) Learning to Live together, Kemampuan bermasyarakat dan menjadi educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia. 5) Learning How to Learn, kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat belajar yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif, efesien, dan penuh percaya diri. 6) Learning Throughout Life, kemampuan menuntun dan memberi pencerahan bahwa ilmu bukanlah hasil buatan manusia, tetapi merupakan hasil temuan atau hasil pencarian manusia (Suwarno, 2006: 76-79). Hal itu karena kedekatan antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik, sehingga akan membentuk kepercayaan, juga perasaan aman dan nyaman di kelas. Dengan menerapkan model pembelajaran student centered learning, diharapkan sekolah mampu menumbuhkan siswa yang
68
menjadi manusia seutuhnya. Bukan hanya terdepan dalam akademik, tetapi juga mempunyai akhlak, etika, dan hati yang baik, juga bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal tersebut metode cooperative learning, juga dapat digunakan yaitu salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran. Model pembelajaran ini akan dapat memberikan nuansa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi yang diampu guru. Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator, dan mediator terlihat jelas (Nur, 2011: 1). Menata kelas atau posisi duduk siswa dan guru yang dinamis dan variatif dalam pembelajaran student centered learning, untuk mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan ruang kelas dan siswa merupakan tahap penting dalam proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang belajar perlu ditata sedemikian rupa sehingga
dapat
menunjang
kegiatan
pembelajaran
yang
memungkinkan hal-hal sebagai berikut ( Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206, 2012: 31 & 32) : 1) Mobilitas, peserta didik ke bagian lain dalam kelas. 2) Aksebilitas, peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia. 3) Komunikasi, peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada seluruh teman dikelas.
69
4) Interaksi, memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. 5) Dinamika, kelas dinamis yang dibuktikan
dengan dinamika
kelompok, dinamika individu, dan dinamika pembelajaran. 6) Variasi Kerja Peserta Didik, memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok. Keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran yang demokratis, di mana masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya pada siswa lain. Terdapat
formasi
dalam
rangka
mendukung
penerapan
pembelajaran aktif ( Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206, 2012: 32-37) antara lain: a) Formasi Huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, para peserta didik dapat melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. b) Formasi Corak Tim Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran diruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi
70
tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang akrab. c) Meja Konferensi Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. d) Formasi Lingkaran Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. e) Kelompok untuk Kelompok Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Guru dapat meletakan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar. f) Tempat Kerja ( Workstation) Susunan ini untuk lingkaran tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstrasikan. g) Pengelompokan Terpisah ( Breakout Groupings) Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dapat
71
menempatkan
susunan
pecahan-pecahan
kelompok
saling
berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. h) Susunan Chevron Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah. i) Kelas Tradisional Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja kursi, guru dapat mencoba membuat nomor genap dari baris-baris ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka.
72
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum SD Muhammadiyah (Plus) 1.
Letak Geografis Dari hasil pengamatan, SD Muhammadiyah (Plus) terletak di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Jalan masuk menuju sekolah sangat trategis, karena terletak di sebrang jalan raya yang mudah dijangkau. Hal itu dipaparkan oleh salah satu sumber dari hasil wawancara peneliti, yang isinya sebagai berikut: “Letak SD Muhammadiyah terlatak disebrang jalan raya
(Plus) Salatiga
sangat strategis yang
tepatnya dijalan Suropati nomor 14
Togaten sehingga mudah untuk di jangkau.” (W/LG/DJM/01/22-062012) Berdasarkan penelitian, walaupun SD Muhammadiyah (Plus) letaknya sangat strategis tetapi terdapat kendala juga yaitu letaknya yang disebrang jalan raya jadi siswa harus berhati-hati ketika menyebrang jalan, tetapi hal tersebut tidak menjadikan kekhawatiran juga karena SD Muhammdiyah (Plus) juga menyediakan fasilitas antar jemput bagi siswa yang orang tuanya tidak sempat untuk mengantar anaknya. Kelurahan Mangunsari juga termasuk wilayah yang cukup potensial dalam bidang
72
73
ekonomi, didukung dengan adanya pabrik (Kievit), minimarket, pasar tradisional, dan banyaknya pertokoan. (P/LG/01/14-06-2012). Tentunya, potensi tersebut banyak membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian mereka.
Mangunsari juga sangat strategis
dalam bidang pendidikan. Hal ini didukung dengan adanya berbagai macam fasilitas pendidikan, diantaranya terdapat lembaga bimbingan belajar, Taman Pendidikan Alqur’an, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Taman Kanak-Kanak Muhammadiyah (Plus), yang jadi satu dengan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus), tetapi mulai tahun ajaran baru Taman Kanak-Kanak tersebut akan dipindah di daerah Kalicacing. Letaknya yang strategis, berada dekat dengan jalan utama Semarang-Solo membuat Desa Mangunsari mudah dijangkau oleh masyarakat. Sedangkan batas wilayah Mangunsari, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo dan Kelurahan Kalicacing Kecamatan Sidomukti, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti. 2.
Sejarah Berdirinya SD Muhammadiyah (Plus) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga berdiri sekitar 1932 dengan nama HIS dan Direktur (belum Kepala SD Muhammadiyah pertama, R.
74
Muh, Djamil dari Yogyakarta). Pada saat itu peserta didiknya terdiri dari berbagai agama, khususnya yang beragama Islam dan Kristen. Kemudian mengalami
pasang surut, sehingga
para tokoh
Muhammadiyah
mempunyai gagasan untuk mengambil sikap. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara sebagai berikut: “ Berawal dari Th 1932, masih penjajahan Belanda dengan nama HIS, menempati tanah wakaf dari bapak Tirto Husodo yang Direktornya R. Muh. Djamil dari Yogyakarta. Kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat. Dan pada tahun 1970-an menjadi SD Muhammadiyah yang terletak di Kalicacing. Yang mengalami pasang surut bahkan akan mati, Th 1980-an mengambil sikap untuk mengalami perubahan yang akhirnya pada Th 1990-an tokoh-tokoh Muhammadiyah dan putraputranya bahkan kerabatnya disekolahkan di SD Muhammadiyah, sehingga membawa perubahan baik kualitas maupun kuantitas murid yang bertambah. Dan pada tahun 2002 berubahlah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) yang mana
tambahan (Plus) tersebut
berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga
yang
dalam
pembelajarannya
(SS/W/DJM/01/22-06-2012)
tidak
ada
dikotomi.”
75
Berdasarkan dokumen profil sekolah, diperoleh data tentang profil SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga sebagai berikut: 1. Nama Sekolah
: SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga
2. Alamat Sekolah
:Jl. Suropati no.14 Togaten Desa Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
3. Email
:
[email protected]
4. No. Tlp
: (0298) 322441
5. SK Pendirian
: SK Notaris Dept. Kehakiman RI oleh Pemerintah Hindia Belanda Nomor: Y.A5/60/4 Tanggal 20 Desember 1912
6. Nama Yayasan
: PMD (Yayasan milik Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga)
7. Alamat Yayasan
: Jl. Kauman no.32 Kota Salatiga
8. Status Tanah
: Milik Yayasan (wakaf dan HM)
76
Struktur Organisasi Komite Sekolah: PEMBINA PDM Kota Salatiga
PENYELENGGARA
DIREKTOR
KEPALA SEKOLAH
TIM PLPM
H. Sutjipto S.Pd
Drs. Djumadi
Bagan.1
Susunan Struktur Organisasi Sekolah Bagan.2 KEPALA SEKOLAH Drs. Djumadi
WAKA KURIKULUM
WAKA KESISWAAN
WAKA KEPEGAWAIAN
S.W. Hasthanti, S.Pd
Ainul Huri, S.PdI
Triyono, S.PdI
WALI KELAS 1
WALI KELAS 2
WALI KELAS 3
WALI KELAS 4
WAKA HUMAS Fikri Gunawan S.P
WALI KELAS 5
WAKA SARPRAS Wiwin Tri H. SHI
WALI KELAS 6
77
3. Visi, Misi, Tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Berdasarkan dokumen profil sekolah (D/PS/01) diperoleh data tentang: a.
Visi Sekolah Pusat keunggulan dibidang IPTEK dan IMTAQ
b.
Misi Sekolah Menghasilkan peserta didik agar mampu: 1) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu, baik secara mutu maupun secara moral dan sosial, sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM yang berkualitas dibidang IPTEK dan IMTAQ. 2) Memberikan bekal dasar “baca, tulis, dan hitung” pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa. 3) Memberikan bakal dasar tentang pengetahuan agama Islam dan pemahamannya yang sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan
siswa
untuk
mengikuti
jenjang
pendidikan
selanjutnya. c.
Tujuan Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga terdapat 15 kelas, dengan jumlah wali kelas ada 3orang untuk kelas 1, 3 dan 6, untuk kelas 2, 4
78
dan 5 terdapat 2orang wali kelas. Yaitu untuk kelas 1, Marijo, Sri Haryuningsih, dan Siti Rahaya, kelas 3 Ida Sulistianingati, Wiwik Widyastuti, dan Suharwono, kelas 6 Buhtari, Agustin Setyorini dan Rifa Asqowi. Sedangkan kelas 2 Norra Rizkasari dan Riyani Ma’onah, kelas 4 Fikri Gunawan dan Dyah Feminawati, kelas 5 Agus Wahyudi Amin dan Fulatul Anisa (P/KBM/PMP/02/21-06-2012)
B. Paparan Data Penelitian 1.
Konsep
Pembelajaran
Student
Centered
Learning
di
SD
Muhammadiyah (Plus) Hasil penelitian mengenai konsep Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga dapat dilihat dari hasil beberapa wawancara sebagai berikut: “Pembelajaran Student Centered Learning merupakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang CERIA, yang berarti cepat, tepat dan cekatan, efektif dan efesien, riang gembira inovatif serta aktif, tidak sekedar gurunya yang aktif tetapi juga siswanya yang berperan aktif, dimana guru hanya menjadi fasilitator saja dalam menghantarkan siswa menuju pendidikan yang lebih lanjut.” (W/KPS/DJM/01/22-06-2012/R-01) Dengan menerapkan Pembelajaran Student Centered Learning diharapkan dapat menumbuhkan anak didik yang berkompeten, yang
79
mampu mengembangkan kecerdasan secara aktif, inovatif dan riang gembira. “Pembelajaran yang mana siswanya aktif dalam pembelajaran mbak. Yang jelas, menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku, maupun berbicara secara aktif di dalam maupun di luar kelas serta mengutamakan kecerdasan intelektual siswa tetapi juga menyeimbangkan perkembangan karakter, untuk membentuk yang berkepribadian serta berakhlakul karimah.” (W/KPS/SWH/02/21-062012/R-02) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan guru sebagai pusat dan sumber belajar tetapi justru siswa yang menjadi pusat pembelajaran dimana guru hanya menjadi fasilitator, mengarahkan siswa dalam menggali kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa, sehingga siswa menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Ini terkait dengan tugas pendidik dimana tugas seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik dan mengarahkan, hal tersebut dapat berjalan apabila disertai dengan keaktifan siswa sebagai subjek pembelajaran. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Konsep Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammdiyah (Plus) Salatiga: 1. Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga merupakan Pembelajaran yang CERIA, cepat, tepat
80
dan cekatan, efektif dan efesien, riang dan gembira, inovatif serta aktif. Untuk mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang dapat mengembangkan dan mengamalkan kompetensi yang dimilikinya menuju pendidikan yang lebih lanjut. 2. Pembelajaran dimana tidak hanya mengutamakan atau berpusat pada guru melainkan pada siswa yang menjadi subjek dan aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya memfasilitasi dalam mencapai kecerdasan intelektual serta membentuk perkembangan karakter siswa agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.
2. Model Kurikulum Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Hasil penelitian mengenai Model Kurikulum Pembelajaran Student
Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga
dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: “Kurikulumnya sama dengan diknas, tetapi SD Muhammadiyah (Plus) juga memadukannya dengan Kurikulum kemenag dan juga pesantren. Yang mengikuti diknas yaitu mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya dan Ketrampilan, Bahasa Jawa sebagai mulok propinsi. Untuk yang mulok sekolah, ada Bahasa Inggris, dan KTB/ tata boga, sedangkan Kurikulum
dari
kemenag
dan
pesantren
meliputi
Aqidah,
Ibadah/Muamalah, Akhlak, Al Qur’an/Hadist dan Tarikh, serta di SD
81
Muhammadiyah
(Plus)
ada
kurikulum
khusus
meliputi
Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, serta berupa pembiasaan, penilaian sikap, dan juga ekstrakurikuler.” (W/MKP/DJM/01/22-062012/R-01) Dari sumber yang lain menyebutkan, “Kurikulum di sini tetap menggunakan KTSP, yang jelas mata pelajarannya lebih kompleks, karena tidak hanya menggunakan kurikulum dari diknas tetapi juga dari sekolah sendiri serta disesuaikan juga dengan kondisi.” (W/MKP/SWH/02/21-06-2012/R02) Mengingat ada berbagai macam perpaduan kurikulum di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, tentunya mata pelajaran yang diajarkan juga lebih kompleks dibandingkan dengan Sekolah Dasar pada umumnya. Rincian yang termasuk dalam mata pelajaran umum yang peneliti dapatkan dari dokumen kurikulum sekolah (D/MK/02) yaitu sebagai berikut: a. Pendidikan Agama Islam Tujuan:
mengenalkan
kehidupan
berketuhanan
menanamkan akhlak mulia dalam setiap sahari-hari.
sejak
dini,
kehidupan
82
b. Kewarganegaraan Tujuan: memberikan kesadaran
pemahaman hidup
terhadap
berbangsa
dan
siswa
tentang
bernegara
serta
pentingnya penanaman rasa persatuan dan kesatuan. c. Bahasa Indonesia Tujuan: membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman terhadap IPTEK. d. Matematika Tujuan: memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika dalam rangka penguasaan IPTEK. e. Ilmu Pengetahuan Alam Tujuan: memberikan pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK. f. Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan: memberikan pemahaman sosio cultural masyarakat yang majemuk,
mengembangkan
kesadaran
hidup
bermasyarakat serta memiliki ketrampilan hidup secara mandiri.
83
g. Seni Budaya dan Ketrampilan Tujuan: mengembangkan
apresiasi
seni,
daya
kreasi
dan
kecintaan pada seni budaya nasional. h. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Tujuan: menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan keterampilan dalam bidang olah raga, menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada siswa. Sedangkan yang termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal sebagai berikut: Mulok Propinsi, yaitu: a. Bahasa Jawa Tujuan: sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya jawa masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra. Mulok Sekolah, meliputi: b. Bahasa Inggris Tujuan: sebagai upaya untuk membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK.
84
c. KTB/Tata Boga Tujuan: Sebagai upaya untuk mengenalkan berkaiatan dengan kegemaran dan teknik memasak kepada siswa sejak dini. d. Kemuhammadiyahan Tujuan: Sebagai
upaya
untuk
membina
dan
mengajarkan
pendidikan sehingga dapat diamalkan generasi yang akan datang sebagai perkembangan Muhammadiyah di era yang akan datang. e. Bahasa Arab Tujuan: sebagai basic dasar untuk memberikan bekal bagi siswa dalam mengenal bahasa Al-Qur’an yakni bahasa arab. Bahasa Arab juga merupakan bahasa universal yang lazim digunakan oleh dunia internasional selain bahasa Inggris. f. Aqidah Tujuan: sebagai upaya untuk mengenalkan kepada siswa yang berkaitan dengan ketuhanan sejak dini. g. Ibadah/Muamalah Tujuan: sebagai upaya bagi siswa untuk mengenalkan pembiasaan dalam aspek kehidupan dan meneladaninya dengan tingkat pemahaman sesuai dengan jenjang usianya.
85
h. Akhlak Tujuan: agar siswa mampu dan terbiasa melakukan pembiasaan sesuai dengan akhlakul karimah dan berhati-hati dalam tingkah laku sehari-hari. i. Al Qur’an/Hadist Tujuan: agar siswa lebih dini mencintai Al Qur’an serta HadistHadist, mampu menghafal dan mengamalkannya, dengan memahami tafsir dan terjemahnya. j. Tarikh Tujuan: sebagai upaya bagi siswa untuk mengenal Sejarah Kenabian secara umum. Menanamkan kecintaan pada Nabi, tokoh-tokoh muslim dengan segala prestasinya, meneladaninya dengan tingkat pemahaman sesuai dengan jenjang usianya. Berdasarkan kondisi sekolah dan rapat dewan guru bersama dengan bidang kesiswaan serta mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan siswa, di SD Muhammadiyah (Plus) terdapat kegiatan pengembangan diri yang dipilih dan ditetapkan sebagai berikut: a. Club Bahasa Tujuan: untuk bekal bagi siswa dalam menanamkan bahasa secara universal sehingga mengembangkan potensi berbahasa siswa.
86
b. Pramuka Tujuan: sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi, melatih siswa untuk terampil dan mandiri, melatih siswa untuk mempertahankan hidup, melatih siswa agar memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang lain, mampu memunculkan sikap kerjasama dalam kelompok, dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat. c. Kepanduan Tujuan: untuk menumbuhkan jiwa pemberani, menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, menumbuhkan sikap optimisme
dalam
menghadapi
hidup,
melatih
keterampilan dan ketangkasan di bidang tertentu. d. Kegiatan Olahraga, Seni Islam dan Budaya Islam Tujuan: sebagai wahana pengembangan kegiatan olahraga (futsal, badminton, renang, catur), pengembangan seni rupa (menggambar), seni musik dan tari, rebana band, marching band, pengembangan seni baca Al Qur’an, kaligrafi, dan khitobah/da’i kecil. Selain kegiatan pengembangan diri, SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga
juga
menjadwalkan
kegiatan
pembiasaan,
kegiatan
keteladanan, kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme. dengan rincian sebagai berikut:
87
1) Pembiasaan Tujuan: sebagai
upaya
pembentukan
akhlak,
kedisiplinan,
penanaman dan pengamalan ajaran Islam. Pembiasaan rutin, meliputi: tadarus qur’an, BTA/iqro’, sholat dhuha dan dhuhur berjamaah, berjabat tangan, cuci tangan, makan siang dengan tertib dan teratur, GJL (gerakan jum’at limaratus), GJB (berakan Jum’at bersih), . Pembiasaan terprogram, meliputi: pesantren ramadhan, penyembelihan hewan qurban. 2) Kegiatan Keteladanan Meliputi, pembinaan ketertiban pakaian, pembinaan kedisiplinan, penanaman budaya minat baca (jadwal kunjungan perpustakaan), penanaman nilai akhlak islami, penanaman budaya bersih diri, lingkungan kelas dan sekolah serta cinta tanah air dan peduli lingkungan. 3) Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme Meliputi, peringatan Hari Kemerdekaan RI, peringatan Hari Pahlawan, peringatan Hari Pendidikan Nasional.
88
Berikut jadwal kegiatan ekstrakurikuler SD Muhammadiyah (plus): No
Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Hari Pelaksanaan
1
Menggambar
Senin
2
Seni Tari
Selasa
3
Rebana Band
Rabu
4
Pramuka
Kamis
5
Marching Band
Jumat
6
Pengembangan Diri ( corner)
Sabtu
Tabel.1
Dari dokumentasi diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Muatan mata pelajaran di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga lebih banyak dibandingkan dengan sekolah dasar pada umumnya, karena perpaduan kurikulum antara dinas pendidikan dengan kurikulum sekolah. b. Mata
pelajaran
umum
meliputi,
Pendidikan
Agama
Islam,
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. c. Mata pelajaran mulok propinsi yaitu Bahasa Jawa, sedangkan mulok sekolah yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Arab, kemuhammadiyahan.
KTB/Tata Boga, dan
89
d. Kegiatan pengembangan diri meliputi, Club Bahasa, pramuka dan kepanduan. e. Kegiatan Olahraga, Seni Islam dan Budaya Islam. f. Kegiatan pembiasaan rutin dan terprogram. g. Kegiatan Keteladanan h. Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme
3. Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Dari hasil penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga dapat dilihat dari wawancara seperti yang akan dijelaskan di bawah ini: “Penerapan dan penggunakan model penbelajaran
student centered
learning, agar siswa tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi aktif dalam memahami materi secara abstrak dan juga bisa mengaitkannya dengan
kehidupan
sehari-hari.
Dengan
menggunakan
penugasan, cerita, eksplorasi, demonstrasi, diskusi,
metode
dsb. Tergantung
kondisinya seperti apa. Pelaksanaan pembelajarannya juga bisa di dalam atau di luar kelas, baik secara individu maupun kelompok, seperti itu.” (W/PMP/DJM/01/22-06-2012/R-01)
90
Pelaksanaan atau penerapan pembelajaran student centered learning bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam mencapai kompetensi yang ditentukan sehingga siswa mampu memahami materi pembelajaran dengan mengkaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. “Penerapan model pembelajarannya, menggunakan metode yang bervariasi. Sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang diajarkan serta melalui kegiatan-kegiatan pembiasaaan dengan tujuan untuk memaksimalkan proses kegiatan belajar mengajar” (W/PMP/SWH/02/21-06-2012/R-02) Pembelajaran di SD Muhammadiyah (Plus) dimulai pukul 07.00, sebelum
pelajaran
di
dalam
kelas
dilakukan
kegiatan-kegiatan
pembiasaan. Yang dikenal dengan morning activity, dimana para siswa menghafalkan hadist-hadist, surat-surat pendek, dan sholat dhuha sampai pukul 08.40. Sedangkan pembelajaran selesai pada pukul 13.00 untuk kelas 1 dan 2, serta pukul 14.00 untuk kelas 3 ke atas. Kecuali kalau kegiatan ekstrakurikuler, siswa pulang pukul 16.00. Dalam setiap aspek pembelajaran di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, selalu ditanamkan nilai-nilai pendidikan terutama berkaitan dengan sikap dan tingkah laku anak. Seperti, kalau anak datang ke
91
sekolah, guru sudah menyambut di halaman sekolah dan para siswa memberi salam pada guru, lalu masuk kelas. Hal ini untuk menumbuhkan kedekatan antara siswa dan guru, serta sikap saling menyayangi. Setelah bel tanda masuk berbunyi, para siswa segera berbaris di halaman sekolah untuk apel pagi. Apel pagi diadakan dengan tujuan melatih kedisiplinan anak. Selain itu juga menumbuhkan sikap percaya diri pada anak karena setiap anak berkesempatan menjadi pemimpin apel. Dilanjutkan dengan hafalan dan kemudian sholat sunnah dhuha. Tersedianya tempat wudhu yang cukup banyak dan lancarnya ketersediaan air menjadi salah satu faktor pendukung lancarnya kegiatan sholat dhuha. Selain itu juga masjid samping sekolah yang cukup luas dan bersih membuat siswa nyaman melakukan
kegiatan-kegiatan
keagamaan
di
tempat
tersebut.
(P/KBM/PMP/02/22-06-2012) Dari paparan wawancara dan pengamatan peneliti, dapat disimpulkan bahwa: a. Model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiayh (Plus), kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 dan berakhir pukul 13.00 untuk kelas 1 dan 2 dan pukul 14.00 untuk kelas 3 ke atas. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pembiasaan seperti hafalan surat-surat pendek dan sholat dhuha. b. Dalam pelaksanaan pembelajaran, menerapkan model pembelajaran student centered learning, dimana siswa tidak hanya duduk catat dan
92
menghafal saja, tetapi siswa dituntut sebagai subjek dalam pembelajaran yang mana siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru hanya menjadi fasilitator. c. Guru berperan sebagai pendidik yang memfasilitasi kebutuhan siswanya, bukan hanya sebagai pengajar. Karena selain mengajarkan pelajaran di dalam kelas, guru selalu mengajarkan akhlak baik pada siswa melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan maupun contoh langsung dari guru. Guru juga selalu memantau kepribadian maupun tingkah laku siswa di rumah dengan bekerjasama bersama orang tua siswa. Sehingga dari itu siswa
dapat terkontrol dan diharapkan dapat
meneladani dan mencontoh dalam aspek kehidupan. Berdasarkan hasil observasi dikelas dapat diperoleh data, meliputi: a. Keterampilan mengajar guru, meliputi: 1). Membuka pelajaran Dalam membuka pelajaran yang peneliti amati di kelas V Ahmad Dahlan sangat bagus dimana guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa untuk memulai pembelajaran ceria, siswa diajak untuk bernyanyi sesuai dengan pelajaran yaitu Bahasa Inggris. Guru menyanyi dengan menanyakan kabar siswa kemudian siswa juga menjawabnya dengan nyanyian juga yang disertai dengan bahasa inggris. Tidak hanya itu, siswa juga diajak
93
menyanyi dengan menyebut bagian-bagian tubuh menggunakan bahasa inggris, kemudian siswa menjawabnya dengan peragaan misalnya tepuk tangan, duduk, loncat-loncat sesuai yang diinstruksikan oleh guru. Kemudian sebelum pembelajaran inti dimulai siswa diberi pertanyaan secara langsung berkaitan dengan olahraga yang disukainya. 2). Penguasaan bahan Dalam penguasaan bahan pembelajaran yang peneliti amati di kelas V Ahmad Dahlan, guru sangat menguasai pelajaran yang akan disampaikan serta sudah cukup bagus persiapannya dengan membuat rancangan pembelajaran maupun lainnya, dimana dalam pembelajaran guru memperagakan olahraga yang disukainya yaitu berenang. Guru memperagakan gerakan renang yang disertai dengan penggunaan bahasa inggris secara fasih. 3). Ketrampilan menjelaskan Pada
ketrampilan
menjelaskan
pembelajaran
yang
digunakan bervariatif dengan metode-metode yang digunakan, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan juga dapat menguasai
pembelajaran
secara
maksimal.
Dimana
dalam
pembelajaran salah satu siswa maju kedepan kelas dan dibisikkan salah satu olahraga dengan menggunakan bahasa ingris kemudian dia memperagakannya. Dan siswa lain menebak olahraga apa yang
94
telah diperagakan. Sehingga posisi guru ketika mengajar tidak hanya mengajar akan tetapi sebagai fasilitator, bahkan seakan-akan menjadi teman bagi siswa. 4). Penggunaan bahasa (lancar, sopan, tepat dan intonasi) Kelancaran bahasa yang digunakan cukup bagus karena tidak hanya menguasai pembelajaran, guru juga fasih dan lancar dalam berbicara menggunakan bahasa inggris dan berkompeten dalam menagajar sehingga siswa mampu menguasai pembelajaran yang disampaikan. Kesopanan bahasa maupun cara penampilan guru ketika mengajar sudah bagus karena dalam pembelajaran tidak ada katakata negatif atau kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa. Selain sopan guru juga ramah dan akrab dengan siswa sehingga timbul saling kekompakkan dan keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar. Ketepatan dalam pembelajaran yaitu sesuai dengan materi dan metode dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan sebelumnya sehingga tidak hanya guru saja yang menguasai pembelajaran siswa pun dapat menguasai materi yang diajarkan. Intonasi dalam pembelajaran terutama pada kejelasan suara ketika guru menyampaikan materi ajar dapat didengar oleh semua
95
siswa sacara jelas, penulis pun dapat mendengarnya ketika berada dibelakang kelas meskipun ada sedikit gangguan bunyi mesin ketika perbaikan gedung yang belum selasai, suara guru masih terdengar sampai belakang. 5). Metode yang digunakan dan alat (media pengajaran) Metode yang digunakan bervariatif sesuai dengan RPP yaitu class discussion, games: guessing gestures, listening to a text, answering question, writing a short paragraph, group work, interview. Sedangkan alat yang digunakan atau media yang digunakan buku cerita, modul dan alat lainya yang medukung proses berlangsungnya pembelajaran. 6). Kemampuan menguasai dan mengelola kelas Dalam pengamatan yang penulis lihat dan amati di kelas tersebut guru dapat menguasai situasi keadaan kegiatan belajar mengajar, misalnya ketika guru memberikan instruksi untuk mendengarkan cerita kemudian memberikan sebuah pertanyaan kepada, siswa pun lansung berantusias untuk menjawabnya sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam pelajaran tersebut. Karena dalam menjelaskan pelajaran pun guru sering menggunakan bahasa inggris sehingga siswa pun akan terbiasa mendengarkannya, serta penggunaan bahasa bahasa indonesia dan jawa sangat sedikit sekali apabila ketika diperlukan saja.
96
7). Mengadakan improvisasi Kompetensi
guru
dalam
berimprovisasi
ketika
pembelajaran misalnya, ketika ada siswa yang bertanya guru langsung menjawabnya dengan cekatan tepat dan benar, ketika suasana pembelajaran kurang kondusif guru langsung memberikan instruksi dan memotivasi agar pembelajaran dalam kelas tersebut tetap aktif, setelah pemberian tugas ketika siswa mengerjakan tugas
yang diberikan
guru berkeliling untuk mengetahui
bagaimana hasil yang telah dicapai siswa, sebarapa besar pemahaman pada materi yang diberikan, dan ketika guru melakukan kesalahan dalam berbicara atau ucapan sesegera mungkin guru meralat ucapannnya. 8). Menutup pelajaran Dalam
menutup
pembelajaran
siswa
diajak
untuk
mengulang kembali berkaitan dengan materi yang diberikan kemudian bersama-sama menyimpulkan materi yang sudah diajarkan, dan meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pembelajaran yang diselanjutnya mengucapkan salam.
97
b. Kemampuan siswa dalam pembelajaran, meliputi: 1). Respon siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung Sikap atau respon siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cukup aktif karena, dalam pembelajaran siswa cukup antusias ketika menyimak guru saat membacakan cerita, sehingga ketika diberikan soal berkaitan cerita tersebut siswa langsung menjawabnya dengan mengangkat tangannya, tentunya dengan bahasa inggris. Hal tersebut dapat terlihat ketika awal pembelajaran dimulai sehingga sampai akhir pembelajaran siswa pun merasa senang dan dapat menguasai materi yang diajarkan secara menyeluruh. 2). Kemampuan siswa memahami materi Dalam memahami materi siswa yang jumlahnya 31 anak di kelas V Ahmad Dahlan tersebut hampir 90% siswa paham dengan apa yang diajarkan guru, sehingga antara guru dan siswa sama-sama aktif. Misal ketika guru memberi pertanyaan siswa secara aktif menjawab pertanyaan dan memberikan pendapatnya mengenai persetujuan atau tidak, dengan mengangkat tangan kanan apabila menyetujuinya, dan mengangkat tangan kiri apabila tidak menyetujui.
98
3). Kemampuan siswa dalam: a). Bertanya Siswa cukup aktif
bertanya dalam pembelajaran dapat
diketahui ketika ada yang belum jelas berkaitan dengan materi atau tugas yang diberikan siswa langung mengangkat tangannya. b). Menjawab Dalam menjawab pertanyaan pun siswa cukup aktif dan hampir dari keseluruhan siswa dapat menjawabnya dengan benar. c). Menulis Kemampuan siswa dalam menulis
khususnya pada mata
pelajaran bahasa inggris, kebanyakan dari siswa sudah bisa menulisnya dengan benar sesuai tulisannya, misanya siswa dapat menulis cerita dengan tema olahraga yang disukainya dalam satu paragraf dengan menggunakan bahasa inggris dengan waktu 15 menit. d). Membaca Kemudian setelah mengerjakan apa yang ditugaskan dari guru, siswa membaca cerita berkaitan dengan kegemaran apa yang di tulisnya dalam bahasa inggris, dengan maju ke depan kelas dan siswa yang lain menyimaknya.
99
e). Mempraktikkan Selain praktik membaca cerita yang dibuatnya, siswa pu langsung praktek dengan menginterview/ wawancarai 3 temanya dengan menanyakan kesukaan atau hobi olahraga yang disukai.
4. Model Evaluasi Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Dari hasil wawancara yang telah peneliti dapatkan, akan dipaparkan mengenai model evaluasi pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga sebagai berikut: “Menggunakan jenis penilaian unjuk kerja (perbuatan), penugasan, hasil kerja, tertulis, sikap, dan penilaian diri baik tertulis maupun lisan (wawancara). Tergantung keaktifan peserta didik dalam mengikuti seluruh program pembelajaran.” (W/MEP/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Jenis penilaiannya terdiri dari penilaian kinerja, baik dalam penugasan kerja kelompok maupun individu, serta penilaian proses yang terdiri dari pre test dan post test yang saling berhubungan antara kompetensi satu
dengan
kompetensi
lainnya,
dan
ada
juga
penilaian
performance.”(W/MEP/SWH/02/21-06-2012/R-02) Berdasarkan data dokumentasi evaluasi pembelajaran (D/EP/03) teknik atau cara penilaian di SD Muhammadiyah (Plus) meliputi:
100
a. Hasil Kerja (produk) yaitu penilaian terhadap kemampuan membuat produk teknologi dan seni. Contoh: membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang. b. Penugasan (proyek) yaitu penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Contoh: menganalisa tumbuhnya biji kecambah yang ditanam di lab. MIPA. Misalnya tentang arah pertumbuhan kecambah tersebut. c. Unjuk Kerja (performance) yaitu pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi (unjuk kerja, tingkah laku, interaksi). Antara lain seperti: 1) Penyajian lisan: keterampilan berbicara baik berpidato atau membaca puisi. 2) Pemecahan masalah dalam kelompok 3) Partisipasi dalam diskusi 4) Menari 5) Memainkan alat musik 6) Olah Raga 7) Menggunakan peralatan laboratorium 8) Mengoperasikan suatu alat
101
Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga dari data dokumentasi evaluasi pembelajaran (D/EPS/02) adalah sebagai berikut:
Kriteria Ketuntasan Minimal KOMPONEN
I
II
III
IV
V
VI
1. Pendidikan Agama
70
70
70
70
70
70
2. Pendidikan Kewarganegaraan
73
68
65
70
63
62
3. Bahasa Indonesia
75
68
73
65
70
63
4. Matematika
70
65
65
65
70
60
5. Ilmu Pengetahuan Alam
70
68
70
65
70
70
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
70
65
70
60
65
60
7. Seni Budaya dan Keterampilan
65
65
65
65
60
63
dan 65
68
65
65
68
70
9. Bahasa Jawa
65
67
65
60
60
60
10. Bahasa Inggris
60
68
72
65
60
65
11. KTB/Tata Boga
-
-
70
70
60
-
12. Kemuhammadiyahan
-
-
65
68
65
60
13. Bahasa Arab
60
65
60
60
60
60
A. Mata Pelajaran
8. Penjas, Kesehatan
Olahraga,
B. Muatan Lokal
C. Muatan Khusus
bersambung...
102
sambungan.... C. Pengembangan Diri 1. Kedisiplinan Tanggung Jawab
dan B
B
B
B
B
B
2. Kebersihan dan Kerapian
B
B
B
B
B
B
3. Kerjasama
B
B
B
B
B
B
4. Kesopanan
B
B
B
B
B
B
5. Kemandirian
B
B
B
B
B
B
6. Kerajinan
B
B
B
B
B
B
7. Kejujuran
B
B
B
B
B
B
8. Kepemimpinan
B
B
B
B
B
B
9. Ketaatan
B
B
B
B
B
B
Tabel. 2
Skala Sikap SD Muhammadiyah (Plus) yaitu sebagai berikut: No 1.
2.
Nilai 80-85
75-79
Aspek
Sikap
Antusias
Tidak
pernah
Menguasai
pelanggaran
Tidak antusias
1.
Menguasai
sesuai jadwal
Memakai
melakukan
seragam
tidak
2. Tidak berseragam lengkap 3. Keluar masuk kelas tanpa ijin 3.
66-74
Antusias
1. Mengambil barang tanpa ijin bersambung...
103
sambungan.... Tidak Menguasai
2. Tidak membawa buku sesuai jadwal 3. Tidak mengerjakan PR 4. Mengejek 5. Menggunakan barang sekolah tanpa ijin 6. Makan snack tidak sesuai waktunya 7. Tidak mengembalikan alat sesuai tempatnya 8.
Tidak
membawa
buku
penghubung 4.
60-65
Tidak antusias
1. Mencuri
Tidak menguasai
2. Berkata kotor 3. Bertengkar 4. Bermain dengan kekerasan 5. Mendzalimi guru 6.Kecurangan mengerjakan soal
Tabel. 3
dalam
104
Penilaian Ekstrakurikuler, dilihat dari hasil pembelajaran siswa/ Raport: No
Kategori
Keterangan Nilai
1.
A = 86-100
Sangat Baik
2.
B = 71-85
Baik
3.
C = 56-70
Cukup Baik
4.
D = 41-55
Kurang Baik
5.
E = < 40
Sangat Kurang
Ketuntasan Belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya: a) Kompleksitas masing-masing KD/Mata Pelajaran b) Kemampuan daya dukung c) Input peserta didik d) Guru pengajar Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar di SD Muhammadiyah (Plus) sesuai dengan penetapan kriteria tersebut. Peserta didik yang belum bisa mencapai ketuntasan belajar harus mengikuti perbaikan, remedial sampai mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan. Bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar 80% 90% dapat mengikuti program pengayaan, sedangkan siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih dari 90% mengikuti program percepatan.
105
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan Kriteria Kenaikan Kelas sebagai berikut: a) Mengikuti seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti. b) Tidak ada nilai dibawah KKM maksimal empat mata pelajaran pada semester
yang diikuti,
yaitu:
PAI, PKn,
Bahasa Indonesia,
Matematika. c) Memiliki nilai minimal “Baik” pada aspek kepribadian, kelakuan, dan kerajinan pada semester yang diikuti. Kriteria kelulusan SD Muhammadiyah (Plus) mengacu pada standar penilaian yang dikembangkan oleh BSNP dan mengacu pada PP 19/2005 pasal 27 ayat1. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah: a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang berlaku di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. b) Telah mengikuti ujian sekolah dan memiliki nilai rata-rata minimal 6,00 untuk semua mata pelajaran yang diujikan di sekolah dan mata pelajaran UASBN yang ditentukan berdasarkan kriteria kelulusan dan bermusyawarah dengan pihak orang tua siswa serta komite sekolah. c) Memperoleh nilai minimal sama dengan KKM pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata pelajaran: (1) Agama dan akhlaq mulia
106
(2) Kewarganegaraan dan kepribadian (3) Estetika (4) Jasmani, olahraga, dan kesehatan d) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
5.
Hasil
Pembelajaran
Student
Centered
Learning
di
SD
Muhammadiyah (Plus) Salatiga Menurut hasil wawancara, hasil pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) adalah: “Alhamdulillah, bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mempengaruhi perkembangan karakter dan budaya bangsa, dengan melakukan pembiasaan diantaranya upacara bendera secara rutin baik memperingati Hari Nasional maupun Agama, serta melalui pembelajaran etika dan estetika, dapat dilihat dari keberhasilan dalam pembelajaran, dimana 99% anak dapat mencapai KKM tanpa remidi, dan yang remidi hanya 5% tidak ada 10% serta juga banyak yang mendapatkan juara.” (W/HPS/DJM/01/22-06-2012/R-01) “Hasil pembelajaran tersebut bisa meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dalam pembelajaran tidak monoton sehingga bisa merangsang siswa untuk belajar dan hasilnya pun berbeda antara yang konvensional dengan yang aktif itu tadi dan untuk tahun ini mengalami peningkatan
107
cukup banyak mendapat rangking 3 tahun ini, serta menjuarai tingkat karisidenan lomba Bahasa Inggris, Khitobah, tapak suci dan lombalomba yang lain.” (W/HPS/SWH/02/21-06-2012/R-02) Hasil
pembelajaran
student
centered
learning
di
SD
Muhammadiyah (Plus) sangat baik. Baik dilihat dari nilai akademik siswa yang tiap tahun meningkat maupun perkembangan karakter anak. Menurut pengamatan peneliti (P/KBM/HPS/02/4-06-2012), mayoritas siswa SD Muhammadiyah (Plus) menjunjung etika dalam berperilaku maupun bergaul baik dengan sesama temannya, guru-guru dan karyawan. Bisa dilihat ketika anak-anak bermain bersama ketika istirahat. Mereka terlihat rukun, bisa bekerjasama dengan baik, dan tidak mengucapkan kata-kata yang kurang baik. Juga kedekatan anak-anak dengan para guru, dimana guru sangat tulus mencurahkan kasih sayang pada anak serta memperhatikannya sehingga anak merasa nyaman, menganggap guru sebagai orang tua dan wali siswa ketika di sekolah, dan keteladanan guru dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa. Para siswa juga disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah. Bisa dilihat dari anak-anak datang ke sekolah tepat waktu, semua siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib dan lancar. Berikut dokumen hasil nilai akademik Ujian Akhir Sekolah Bertaraf Nasional siswa SD Muhammadiyah (Plus) (D/NA/04):
108
DAFTAR NILAI UASBN SISWA SD MUHAMMADIYAH (PLUS) TAHUN 2012
NO
RATA-
BHS.INDO
MTK
IPA
JUMLAH
ABIMANTRANA M
7,00
9,25
9,25
25,50
8,3
AFIFA STANIA
8,40
9,00
8,25
25,65
8,5
ANASTASYA D.P
8,00
8,00
7,25
23,25
7,5
ARYNAA A.
8,60
8,50
9,00
26,10
8,5
BAYU AJI SIDI S.
8,20
9,00
8,25
25,45
8,5
CHUSNIA ELWY
8,80
9,25
9,75
27,80
9,0
DEVANKHI A.P
7,20
6,50
7,75
21,45
7,2
FAIRIL N. G.DP
8,00
9,25
9,00
26,25
8,5
9.
FITRIANA R.
8,00
8,75
7,75
24,50
8,1
10.
KAVITA DEVIRA
8,00
8,75
8,25
25,00
8,2
11.
MUCHAMNAD R.
6,60
8,75
9,00
24,35
7,9
12.
MUHAMMAD R.R
7,80
5,75
8,25
21,80
7,2
13.
NAUFAL T.R.
8,40
7,75
8,00
24,15
8,0
14.
PRAMOS C.
7,80
8,50
8,50
24,80
8,1
15.
RAFI F.
8,40
9,00
8,75
26,15
8,5
16.
RAMADANTI P.
7,80
8,00
8,75
24,55
8,0
17.
RIO ASY FAISAL
7,60
7,00
8,75
23,35
7,6
18.
VIA AYU PRATIWI
7,80
9,50
9,50
26,80
8,7
19.
VIVIANA DIFA
8,40
9,00
8,25
25,65
8,2
20.
YUDISTIRA P.P
7,80
6,50
8,50
22,80
7,2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
NAMA
RATA
bersambung...
109
sambungan... 21.
RADEN ADIBA R.
8,60
8,50
8,25
25,35
8,4
22.
ADILA TARA N.
7,60
8,50
8,00
24,10
7,9
23.
AHMAD F. AL.K
7,80
8,75
8,75
25,30
8,2
24.
ALFINA D.
7,00
7,50
6,25
20,75
7,1
25.
ALFITRI W.
8,60
8,50
8,00
25,10
8,2
26.
ALVITA L.
8,80
9,75
8,75
27,30
8,9
27.
ANDHIKA A.
8,80
8,75
9,00
26,55
8,5
28.
ARFIEN S.
7,40
8,50
8,75
24,65
8,0
29.
AUDHIE IHZA
8,60
10,00
9,25
27,85
9,1
30.
DAFFA U.
7,80
8,50
8,25
24,55
8,1
31.
DEWI FATIKA
8,20
9,25
8,75
26,20
8,6
32.
DWIKI RIZALDI
7,20
7,75
8,75
23,70
7,8
33.
FAJAR P.
7,60
8,50
8,75
24,85
8,1
34.
IZAZ AHMAD
8,20
10,00
9,25
27,45
8,9
35.
IZZAH CAHYA
8,20
8,25
7,50
23,95
7,7
36.
MELLYONISA
7,00
7,25
8,50
22,75
7,5
37.
MUHAMMAD I.S.
8,20
9,00
8,50
25,70
8,2
38.
PRADIKO A.
8,60
9,50
8,75
26,85
8,5
39.
RIEVALDI K.
7,40
8,25
7,75
23,40
7,9
40.
UMA ZUFAR S.
8,80
8,50
8,25
25,55
8,0
41.
ADELIA M.
7,20
9,50
8,00
24,70
8,0
42.
ANNISA R. A.
8,20
8,25
8,75
25,20
8,0
43.
AULIA HIDAYAT
8,20
8,25
7,50
23,29
7,6
bersambung...
110
sambungan.... 44.
BRAYENT J.
9,20
8,25
8,75
26,20
8,4
45.
DIMAS DWI
7,60
10,00
9,00
26,60
8,8
46.
DINA SYAFIRA
8,40
9,25
8,75
26,90
8,7
47.
DIFA AZRI
7,80
9,00
9,00
25,80
8,5
48.
GADING HANIF
8,60
9,00
8,75
26,35
8,4
49.
KURNIA L.
8,60
9,50
9,00
27,10
8,6
50.
NAUFAL M.
8,00
8,50
9,00
25,50
8,3
51.
NUR HIKMAH A.
8,40
9,25
9,00
26,65
8,6
52.
NUR MUHAMMAD
9,00
10,00
9,25
28,25
9,0
53.
SHAFIRA Z.
9,00
10,00
9,25
27,50
9,0
54.
SETYA ABDILLAH
8,80
9,25
8,75
26,80
8,7
Tabel. 4
Selain nilai akademik dan akhlak, siswa siswi SD Muhammadiyah (plus) juga banyak menjuarai perlombaan di berbagai tingkat, dalam 1 tahun terakhir diantaranya: 1. Nilai rata-rata UN tertinggi sekolah swasta se-Salatiga. 2. 2 anak peraih nilai UN tertinggi se-Salatiga. 3. Juara I Nasyid Tingkat Nasional. 4. Juara I Display Marching Band ditingkat Kota Salatiga. 5. Juara I Pildacil Tingkat Kota Salatiga. 6. Juara III MTQ Tingkat Kota Salatiga. 7. Juara I Popda Pencak Silat Tingkat Kota Salatiga.
111
8. Juara I Story Telling Kota Salatiga. 9. Juara II Poetry Reading Kota Salatiga. 10. Juara I Wushu Kota Salatiga. 11. Juara I Lomba Poster Kesehatan Kota Salatiga. Dari hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) dilihat dari nilai akademik siswa sangat membanggakan dan bagus. Terbukti
banyak dihasilkan prestasi-prestasi siswa dari
berbagai perlombaan. b) Hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) dilihat dari kecerdasan spiritual dan emosional siswa, bagus. Terbukti dari pengamatan peneliti, sebagai contoh, cara bicara dan berperilaku siswa SD Muhammadiyah (Plus) yang terkontrol. Selama pengamatan, tidak ada siswa yang berbicara tidang sopan baik dengan guru, karyawan atau teman. Juga tidak ada siswa yang berperilaku menyimpang sebagai anak sekolah pada umumnya.
112
6.
Kendala dan Alternatif Pemecahannya Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Dari data yang peneliti dapatkan melalui wawancara, dapat diketahui kendala dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan pembelajaran student centerd learning di SD Muhammadiyah (Plus) sebagai berikut: “Kendalanya ada, diantaranya pengaruh lingkungan dan keluarga dari siswa yang dibawa disekolah sehingga siswa tidak bisa maksimal dalam proses pembelajaran, kadang guru pun belum bisa menerapkan model pembelajaran aktif secara total. Karena disesuaikan kondisi pada setiap mata pelajaran. Pemecahan atau solusinya yaitu kami dan guru memberikan motivasi instrinsik kepada siswa agar ada kemauan dan semangat dalam belajar..” (W/KDA/DJM/01/22-06-2012/R-01) “Kendalanya membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra mbak, dalam pembelajaran kadang yang disiapkan dengan yang akan diajarkan berbada dan mengalami perubahan, kadang ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pemecahannya dilihat dari aspek siswa yang menonjol dan dari yang kurang, yang kurang dalam kompetensi anak ditanya dan kemudian orang tuanya pun dipanggil tanya mengenai permasalahan yang dihadapi siswa, atau bisa dari temannya yang terdekat, atau mungkin dari pendekatan terdekat internal
113
dengan mengajak anak untuk berfikir ketika di kelas dengan menyembunyikan inisial siswa yang bermasalah. Dilihat dari aspek pendidik pemecahannya kita sebagai guru harus meningkatkan profesionalisme
serta
pandai-pandai
dalam
improvisasi
ketika
pembelajaran berlangsung tetapi tetap mengacu pada ketuntasan pada kompetensi ” (W/KDA/SWH/03/21-06-2012/R-02) Dari hasil wawancara tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Kendala yang dihadapi SD Muhammadiyah (Plus) salatiga dalam menjalankan model pembelajaran student centered learning yaitu Pengaruh lingkungan dan keluarga yang dibawa di Sekolah. Sehingga pelaksanaan pemecahannya
pembelajaran
belum
bisa
maksimal.
Alternatif
yaitu, dengan memberikan motivasi instrinsik,
sehingga ada kemauan dan semangat belajar. b. Kendala yang dihadapi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga lainnya dalam menjalankan model pembelajaran student centered learning membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra dalam pembelajaran yang mungkin berbeda dengan yang disiapkan. Alternatif pemecahannya meningkatkan profesionalisme guru dengan mengikuti pelatihan model pembelajaran student centered learning ataupun pembelajaran aktif lainnya agar dapat meningkatkan kompetensi siswa.
114
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Konsep Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) Pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) merupakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang CERIA, yang berarti cepat, tepat dan cekatan, efektif dan efesien, riang gembira inovatif serta aktif, tidak sekedar gurunya yang aktif tetapi juga siswanya yang berperan aktif, dimana guru hanya menjadi fasilitator saja dalam menghantarkan siswa menuju pendidikan yang lebih lanjut. Pembelajaran yang mana siswanya aktif dalam pembelajaran. Yang jelas, menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku, maupun berbicara secara aktif di dalam maupun di luar
kelas serta mengutamakan
kecerdasan intelektual siswa tetapi juga menyeimbangkan perkembangan karakter, untuk membentuk yang berkepribadian serta berakhlakul karimah. Student centered learning mempunyai makna yang sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), adalah pembelajaran mengarahkan kepada pengoptimalan
pelibatan
intelektual-emosional
siswa
dalam
proses
pembelajaran, dan juga pelibatan fisik siswa yang apabila diperlukan sehingga siswa dapat belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan keterampilan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 115).
114
115
Model pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang secara eksplisit ditujukan untuk mengembangkan seluruh dimensi manusia, yaitu aspek akademik (kognitif), emosi, sosial, spiritual, motorik, dan kreativitas. Dengan pembelajaran student centered learning, dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran lebih banyak berpusat pada siswa. Sehingga fungsi dan peran siswa terlihat sedangkan peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol pembelajaran hanya sedikit, dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Jadi dapat disimpulkan konsep pembelajaran student centered learning merupakan pembelajaran mengarahkan kepada pengoptimalan pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dan juga pelibatan fisik siswa sehingga membentuk siswa menjadi pribadi yang mampu mengembangkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritualnya secara seimbang sehingga terbentuk
manusia
yang
berkarakter
kuat
dalam
bersikap
maupun
bertingkahlaku. B. Model Kurikulum Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) Muatan mata pelajaran di SD Muhammadiyah (Plus) lebih banyak dibandingkan dengan Sekolah Dasar pada umumnya, karena perpaduan kurikulum antara dinas pendidikan dengan kurikulum kemenag atau dari sekolah itu sendiri.
116
Mata
pelajaran
umum
meliputi,
Pendidikan
Agama
Islam,
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Mata pelajaran mulok propinsi yaitu Bahasa Jawa, Untuk yang mulok sekolah, ada Bahasa Inggris, dan KTB/ tata boga, sedangkan Kurikulum dari kemenag dan pesantren meliputi
Aqidah, Ibadah/Muamalah, Akhlak, Al
Qur’an/Hadist dan Tarikh, serta di SD Muhammadiyah (Plus) ada kurikulum khusus meliputi Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, serta berupa pembiasaan, penilaian sikap, dan juga ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri meliputi, club bahasa, pramuka, kepanduan. Kegiatan Olahraga, Seni Islam dan Budaya Islam. Kegiatan pembiasaan rutin dan terprogram, Kegiatan Keteladanan, Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme. Diketahui bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Model kurikulum pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), menggunakan perpaduan dari dinas pendidikan dan kurikulum dari kemenag atau sekolah sendiri yang meliputi pengembangan diri, kegiatan pembiasaan, kegiatan keteladanan, kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme.
117
Terdapat perbedaan dan persamaan antara model kurikulum yang diterapkan Sekolah Dasar pada umumnya dengan SD Muhammadiyah (Plus). Persamaannya, keduanya mengajarakan mata pelajaran umum. Perbedaanya, di Sekolah Dasar pada umumnya tidak ada penambahan mata pelajaran dari kemenag atau dari pesantren. Sedangkan di SD Muhammadiyah (Plus) terdapat mata pelajaran tambahan dari kemenag dan juga pesantren. Jadi, model kurikulum Pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) cukup maksimal. Karena berbeda dengan Sekolah Dasar pada umumnya. Akan tetapi, kurikulum tersebut akan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan siswa serta tuntutan zaman
agar kompetensis yang
bersangkutan dapat meningkat dan menjadikan generasi yang berintelektual serta reakhlak mulia. C. Penerapan Model Pembelajaran
Student Centered Learning Di SD
Muhammadiyah (Plus) Model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00, sebelum pelajaran di dalam kelas dilakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan. Yang dikenal dengan morning activity, dimana para siswa menghafalkan hadist-hadist, surat-surat pendek, dan sholat dhuha sampai pukul 08.40. Sedangkan pembelajaran selesai pada pukul 13.00 untuk kelas 1 dan 2, serta pukul 14.00 untuk kelas 3 ke atas. Kecuali kalau kegiatan ekstrakurikuler, siswa pulang pukul 16.00.
118
Dalam kegiatan belajar berlaku pelaku utama belajar adalah siswa atau pebelajar. Dalam kegiatan pembelajaran, mengingat sifat interaksi dapat diketahui adanya dua pelaku, yaitu guru dan siswa, atau pembelajar dan pebelajar. Adanya dua pelaku tersebut menimbulkan salah mengerti bahwa pelaku utama adalah guru semata. Hal ini ditinggalkan dan diperbaiki dengan pendekatan pembelajaran aktif. Dengan pendekatan student centered learning berarti anutan pembelajaran mengoptimalkan pelibatan intelektual-emosionalfisik siswa dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Pembelajaran student centered learning bermaksud membina “masyarakat belajar” yang berwawasan pendidikan massa seumur hidup. Dengan harapan, dengan pembelajaran aktif guru dapat mengoptimalkan terapan teori-teori belajar, prinsip-prinsip pendidikan, hal itu berarti juga guru bekerja secara profesional Dalam pelaksanaan pembelajaran, Penerapan dan penggunakan model penbelajaran secara student centered learning, agar siswa tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi aktif dalam memahami materi secara abstrak dan juga bisa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan metode penugasan, cerita, eksplorasi, demonstrasi, diskusi, dsb. Tergantung kondisinya seperti apa. Pelaksanaan pembelajarannya juga bisa di dalam atau di luar kelas, baik secara individu maupun kelompok. Dalam hal ini guru berperan sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pengajar. Karena selain mengajarkan pelajaran di dalam kelas, guru selalu
119
mengajarkan akhlak baik pada siswa melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan maupun contoh langsung dari guru. Guru juga selalu memantau kepribadian maupun tingkah laku siswa di rumah dengan bekerjasama bersama orang tua siswa. Model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus), model pembelajarannya tidak hanya mengedepankan prestasi akademik tetapi juga mengutamakan akhlakul karimah. Sebagai contoh, kegiatan belajar mengajar di SD Muhammadiyah (Plus) dimulai pukul 07.00 dan diawali dengan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan yang antara lain meliputi Hafalan hadisthadist dan surat-surat pendek, dan sholat dhuha berjama’ah ditujukan agar siswa terbiasa disiplin, terbiasa menjalankan sunnah Allah SWT, dan meningkatkan ketakwaan siswa pada Allah SWT. Selama di lingkungan sekolah, suasana yang terlihat nyaman dan bersahabat. Kedekatan guru dengan siswa menjadi faktor penting dalam menciptakan kehangatan di lingkungan sekolah. Yang lebih muda menghormati yang lebih tua, sedangkan yang lebih tua menyayangi yang lebih muda. Perilaku para siswa SD Muhammadiyah (Plus), meski belum semuanya tetapi mayoritas pantas dijadikan teladan. Meskipun masih usia SD, mereka sangat supel, sopan dengan yang lebih tua, juga rukun dengan teman sebaya. Lebih dari itu, para siswa dilatih bertanggung jawab, misalnya dengan harus mengembalikan barang-barang yang diambil pada tempatnya. Sehingga diharapkan dimanapun mereka berada, selalu bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
120
Peran guru dalam pembelajaran
student centered learning sebagai
fasilitator, moderator, organisator, dan mediator terlihat jelas. Keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran yang demokratis, di mana masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya pada siswa lain. Pembahasan hasil observasi dari temuan penelitian yang penulis peroleh melalui observasi atau pengamatan langsung ketika pembelajaran di kelas V Ahmad Dahlan bahwa: 1. Ketrampilan mengajar guru a. Dalam membuka pelajaran guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa untuk memulai pembelajaran ceria. b.
Dalam penguasaan bahan pembelajaran, guru menguasai pelajaran yang akan disampaikan dengan persiapan yang matang.
c.
Pada ketrampilan menjelaskan pembelajaran menggunakan metode yang bervariatif, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan juga dapat menguasai pembelajaran secara maksimal.
d.
Penggunaan bahasa yang digunakan guru dalam mengajar pada kelancaran bahasa, guru juga fasih dan lancar dalam berbicara menggunakan bahasa inggris dan berkompeten dalam mengajar, kesopanan bahasa maupun cara penampilan guru ketika mengajar tidak ada kata-kata negatif atau kata-kata yang dapat menyinggung perasaan
121
siswa, dan pada ketepatan dalam pembelajaran yaitu sesuai dengan materi dan metode dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan sebelumnya, intonasi dalam pembelajaran terutama pada kejelasan suara ketika guru menyampaikan materi ajar dapat didengar oleh semua siswa sacara jelas. e.
Metode yang digunakan dan alat yang digunakan dalam pengajaran bervariatif sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
f.
Guru dapat menguasai dan mengelola situasi keadaan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
g.
Selain itu guru juga berkompeten dalam berimprovisasi ketika pembelajaran misalnya, ketika ada siswa yang bertanya guru langsung menjawabnya dengan cekatan tepat dan benar.
h.
Kemudian dalam menutup pembelajaran siswa diajak untuk mengulang kembali berkaitan dengan materi yang diberikan kemudian bersama-sama menyimpulkan materi yang sudah diajarkan.
2. Kemampuan siswa dalam pembelajaran a. Respon siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cukup aktif dan semangat dalam pembelajaran yang berlangsung. b. Kemampuan siswa memahami materi, hampir 90% siswa paham dengan apa yang diajarkan guru. c. Kemampuan siswa dalam bertanya, siswa cukup aktif bertanya apabila dalam pembelajaran ada hal yang perlu ditanyakan. Dalam menjawab,
122
siswa cukup aktif dan hampir dari keseluruhan siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan benar. Dalam menulis, siswa sudah bisa menulis dengan benar kata-kata dalam bahasa inggris. Dalam membaca, siswa dapat membaca cerita berkaitan dengan kegemaran apa yang
di
tulisnya
dalam
bahasa
inggris
dengan
benar.
Dalam
mempraktekkan, siswa dapat mempraktekkan pembelajaran dengan menginterview/ wawancarai temanya berkaitan dengan olah raga yang disukai. D. Model Evaluasi Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) Model evaluasi pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) meliputi evaluasi akademik dan sikap. Untuk jenis penilaian yang digunakan antara lain, menggunakan jenis penilaian unjuk kerja (perbuatan), penugasan, hasil kerja, tertulis, sikap, dan penilaian diri baik tertulis (test) maupun lisan (non test/wawancara). Untuk penilaian akademik, ada standar kriteria ketuntasan minimal yang berbeda pada tiap mata pelajarannya. Penilaian tiap mata pelajaran meliputi penguasaan materi dan sikap saat mengikuti pelajaran pada materi tersebut. Untuk penilaian sikap, ada skala sikap tersendiri dengan nilai minimal 60 dan nilai maksimal 85. Dalam skala sikap yang diperhitungkan adalah antusias siswa dan bagaimana cara bersikap.
123
Dalam kegiatan ekstrakurikuler juga terdapat penilaian tersendiri dengan nilai minimal <40 dan nilai maksimal 100. Siswa dinyatakan naik kelas apabila telah mengikuti seluruh rangkaian program pembelajaran pada semester 1 dan 2, serta tidak ada nilai dibawah KKM maksimal empat mata pelajaran pada pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, IPA, memperoleh nilai minimal “baik” pada aspek K3. E. Hasil Pembelajaran Student Centered Learning DI SD Muhammadiyah (Plus) Hasil
pembelajaran
student
centered
learning
di
SD
Muhammadiyah (Plus), secara akademik cukup bagus. Terbukti SD Muhammadiyah (Plus) mampu meraih peringkat 3 tingkat Kota pada hasil ujian nasional tahun 2012. Sedangkan jika dilihat dari kecerdasan spiritual dan emosional siswa secara umum bagus. Mayoritas siswa SD Muhammadiyah (Plus) mampu menunjukkan kalau mereka anak yang santun, supel, mudah bergaul, dan taat beribadah. Dilihat dari kesungguhan siswa melakukan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah di sekolah. Hal ini karena mereka telah dibiasakan oleh para guru melakukan sholat dhuha pada waktu kegiatan pembiasaan (morning activity), dan sholat dhuhur berjamaah pada waktu istirahat ke dua. Sedangkan pada hasil observasi pembelajaran student centered learning yang diterapkan, kemampuan siswa dalam pembelajaran yang
124
berlangsung, siswa cukup aktif dan semangat terbukti bahwa siawa dapat merespon pembelajaran yang diajarkan, dalam memahami materi, hampir 90% siswa paham dengan apa yang diajarkan guru, dalam bertanya, siswa cukup aktif
bertanya apabila dalam pembelajaran ada hal yang perlu
ditanyakan, dalam menjawab, siswa cukup aktif dan hampir dari keseluruhan siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan benar, dalam menulis, siswa sudah bisa menulis dengan benar kata-kata dalam bahasa inggris, dalam membaca, siswa dapat membaca cerita berkaitan dengan kegemaran apa yang di tulisnya dalam bahasa inggris dengan benar, dan dalam mempraktekkan, siswa dapat mempraktikkan pembelajaran dengan menginterview/ wawancarai temanya berkaitan dengan olah raga yang disukai. F. Kendala Dan Alternatif Pemecahannya Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Student Centered Learning Di SD Muhammadiyah (Plus) Kendala dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) yaitu Kendalanya membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra dalam pembelajaran kadang yang disiapkan dengan yang akan diajarkan berbeda dan mengalami perubahan, kadang ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pemecahannya dilihat dari aspek siswa yang menonjol dan dari yang kurang, dan yang kurang dalam kompetensi anak
125
ditanya dan kemudian orang tuanya pun dipanggil tanya mengenai permasalahan yang dihadapi siswa, atau bisa dari temannya yang terdekat, atau mungkin dari pendekatan terdekat internal dengan mengajak anak untuk berfikir ketika di kelas dengan menyembunyikan inisial siswa yang bermasalah. Pemecahannya kita sebagai guru harus meningkatkan profesionalisme guru dengan mengikuti pelatihan model pembelajaran student centered learning ataupun pembelajaran aktif lainnya agar dapat meningkatkan kompetensi siswa, serta pandai-pandai dalam improvisasi ketika pembelajaran berlangsung tetapi tetap mengacu pada ketuntasan kompetensi pembelajaran.
126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Konsep Pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) merupakan pembelajaran tidak hanya cepat tepat cekatan, efektif dan efesien, riang gembira, inovatif dan aktif tetapi juga menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku dan berbicara secara aktif dengan mengutamakan kecerdasan intelektual dan menyeimbangkan perkembangan karakter. 2.
Model kurikulum pembelajaran student centered learninng di SD Muhammadiyah (Plus) sudah memenuhi standar kurikulum aktif meskipun belum dirinci tetapi sudah mendekati kurikulum yang dimaksud dalam model pembelajaran student centered learning.
3.
Penerapan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) mengacu pada active learning. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan guru sebagai fasilitator. Selain mengajarkan pengetahuan, guru selalu memberi contoh bagaimana bersikap, dan berbicara sesuai etika. Metode yang digunakan yaitu dengan diskusi, bermain, bernyanyi, dan latihanlatihan dalam tindakan nyata sehingga bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. 126
127
. 4.
Model evaluasi di SD Muhammadiyah (Plus), meliputi evaluasi akademik dan sikap. Mengguakan jenis penilaian unjuk kerja, penugasan, tertulis, sikap, dan penilaian diri. Sedangkan teknik penilaiannya test (tertulis) dan non test (wawancara). Serta ada kriteria-kriteria tersendiri dalam menentukan kenaikan kelas.
5.
Hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) dari nilai akademik maupun perilaku siswa cukup baik, dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung, siswa cukup aktif dan semangat terbukti bahwa siswa dapat merespon pembelajaran yang diajarkan, dalam memahami materi, hampir 90% siswa paham dengan apa yang diajarkan guru, dalam bertanya, siswa cukup aktif
bertanya apabila dalam
pembelajaran ada hal yang perlu ditanyakan, dalam menjawab, siswa cukup aktif dan hampir dari keseluruhan siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan benar, dalam menulis, siswa sudah bisa menulis dengan benar kata-kata dalam bahasa inggris, dalam membaca, siswa dapat membaca cerita berkaitan dengan kegemaran apa yang di tulisnya dalam bahasa inggris dengan benar, dan
dalam
mempraktekkan,
siswa
dapat
mempraktikkan
pembelajaran dengan menginterview/ wawancarai temanya berkaitan dengan olah raga yang disukai. Sedangkan dari perilaku, mayoritas
128
siswa SD Muhammadiyah (Plus) mampu menunjukkan kalau mereka anak yang santun, supel, mudah bergaul, dan taat beribadah. Dilihat dari kesungguhan siswa melakukan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah di sekolah. 6.
Kendala dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan model pembelajaran student centered learning, kendalanya pelaksanaan belum bisa maksimal. Salah satunya disebabkan oleh keterbatasan kemampuan guru mengenai model pembelajaran seperti ini. Pemecahannya memberikan motivasi instrinsik agar ada kemauan dan
semangat dalam meningkatkan profesionalisme pengajaran
yaitu dengan mengikuti pelatihan model pembelajaran student centered learning ataupun pembelajaran aktif lainnya agar dapat meningkatkan kompetensi siswa.
B. Saran 1. Bagi SD Muhammadiyah (Plus) Mengingat pentingnya model pembelajaran student centered learning, sebaiknya
pelaksanaan
model
pendidikan
seperti
ini
lebih
dimaksimalkan. Misalnya melalui pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru. Sebaiknya SD Muhammadiyah (Plus) menggunakan kurikulum
pembelajaran
student
centered
learning,
untuk
129
memaksimalkan pembelajaran terutama dalam pembentukan
dan
meningkatkan keaktifan siswa. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan lebih mengutamakan bagaimana proses kegiatan belajar mengajar model pembelajaran student centered learning beserta kurikulum khususnya. 3. Bagi Sekolah Dasar lainnya Diharapkan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
tidak
hanya
mengutamakan kemampuan akademik, tetapi harus diimbangi dengan sikap yang baik dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 4. Sebagai peningkatan profesionalisme guru yaitu dengan mengikuti pelatihan model pembelajaran student centered learning ataupun pembelajaran aktif lainnya agar dapat meningkatkan kompetensi siswa.
130
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Belajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Bagi Anak Berkesulitan
Ahmadi, Lif Khoiru & Sofan Amri. 2011. Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan Gembira & Berbobot. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Publiser. Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Baharudin, & Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogayakarta: Ar-Ruzz Media. Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta. Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta. Guru, Panitia Sertifikasi LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo. 2012. Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru MI. Semarang: IAIN Walisongo Press. Jumali, dkk. 2006. Landasan Pendidikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press. Miles, Matthew B, & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press, Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J M. A. 2008. Metodologi Penkelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Rusman. 2010. Model-model pembelajaran: Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
130
Mengembangkan
131
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Siberman, Mel. 2009 Active 130 Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka cipta. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susilo, Muhammad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroriantasi konstruksivisrik. Jakarta: Prestasi Pustaka, PT. Blisher. Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Lampiran 1 133
Pedoman wawancara Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Desa Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012
Wawancara untuk Kepala Sekolah dan Guru di SD Muhammadiyah (Plus) Kode Responden
:
Kode Data
:
Hari/Tanggal
:
Tempat
:
Waktu
:
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) ini ?
2. Apa tujuannya SD Muhammadiyah (Plus) menerapkan Model Pembelajaran Student Centered Learning?
3. Bagaimana dengan model kurikulum yang ada di SD Muhammadiyah (Plus) ini?
4. Dalam mata pelajaran inti apa saja yang menggunakan model pembelajaran student centered learning?
5. Apakah model pembelajaran student centered learning berkaitan erat dengan pengembangan diri siswa?
6. Kemudian contoh yang berkaitan itu berupa apa saja?
134
7. Sejak kapan metode Pembelajaran Student Centered Learning diterapkan di SD Muhammadiyah (Plus)?
8. Bagaimana pelaksanaan pembelajarannya?
9. Bagaimana teknik penilaian Muhammadiyah (Plus) ini?
model Pembelajaran Student Centered Learning di SD
10. Dalam Pembelajaran Student Centered Learning jenis penilaian apa sajakah yang digunakan?
11. Dalam Pembelajaran Student Centered Learning berapa kriteria ketuntasan minimal tiap mata pelajarannya?
12. Apakah Student Centered Learning bisa meningkatkan prestasi belajar siswa?
13. Apakah Student Centered Learning ada hubungannya dengan perkembangan karakter?
14. Bagaimana nilai akademik siswa dengan adanya Model Pembelajaran Student Centered Learning?
15. Adakah kendala yang dihadapi dalam menerapkan Model Pembelajaran Student Centered Learning ini?
16. Bagaimana alternatif pemecahannya dalam usaha permasalahan yang dihadapi dari beberapa hambatan?
17. Sejauh mana keberhasilan Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus)?
135
Pedoman Observasi A. Pedoman Observasi Guru Keterampilan mengajar diantaranya: a. Membuka pelajaran b. Penguasaan bahan c. Keterampilan menjelaskan d. Penggunaan bahasa (lancar, sopan, tepat, dan, intonasi) e. Metode yang digunakan dan alat (media pengajaran) f. Kemampuan menguasai dan mengelola kelas g. Mengadakan improvisasi h. Menutup pelajaran B. Pedoman Observasi Siswa : 1. Respons siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlansung 2. Kemampuan siswa memahami materi 3. Kemampuan siswa a. Bertanya b. Menjawab c. Menulis d. Membaca e. Mempraktekan Pedoman Dokumentasi 1. Nama sekolah
136
2. Sejarah berdirinya sekolah 3. Visi misi sekolah 4. Prestasi sekolah 5. Kurikulum 6. Persiapan Guru Dalam Pembelajaran : a. Perumusan Tujuan Pembelajaran b. Perumusan Materi c. Perumusan KBM d. Perumusan Alat e. Perumusan Evaluasi 7. Daftar nilai siswa
137
Kode Penelitian Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) Desa Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012 1.
2.
3.
Responden
DJM
SWH
Metode Kode
Metode Penelitian
W
Wawancara
P
Pengamatan
D
Dokumentasi
Media Penyimpanan Data Kode
Penyimpanan Data
F
File
R
Rekaman
138
4.
Kategori Kode
Keterangan
LG
Letak Geografis
SS
Sejarah SD Muhammadiyah (Plus)
KPS
Konsep Pembelajaran Student Centered Learning
MKP
Model Kurikulum Pembelajaran Student centered Learning
PMP
Penerapan Model Pembelajaran
MEP
Model Evaluasi Pembelajaran
HPS
Hasil Pembelajaran Student Centered Learning
KDA
Kendala dan Alternatif Pemecahan Masalah Pembelajaran Student Centerd Learning
139
TRANSKIP WAWANCARA MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) DESA MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012 Kode Responden
: DJM
Kode Data
: W/DJM/01
Hari/Tanggal
: Jum’at/22 Juni 2012
Waktu
: 09.00 s.d 10.30 WIB
1. Assalamu’alaikum… Waalaikumsalam, mari duduk dulu ya mbak… 2. Terimakasih Bapak, maaf mengganggu.. Tidak apa-apa
kok mbak,
sudah lama menunggu mbak? Ada sesuatu yang
ketinggalan jadi pulang dulu sebentar, sudah bisa dimulai mbak... 3.
Iya tidak apa-apa Bapak. Baik, Kira-kira kapan SD Muhammadiyah (Plus) ini berdirinya pak? Kalau SD Muhammadiyah (Plus) itu dari tahun 2002, tetapi dulu berdiri sebelum kemerdekaan tahun 1932 masih penjajahan Belanda dengan nama HIS.
4. Bisa diceritakan sedikit, tentang sejarah berdirinya SD Muhammadiyah (Plus) ini? Berawal dari Th 1932, masih penjajahan Belanda dengan nama HIS, menempati tanah wakaf dari bapak Tirto Husodo yang Direktornya R. Muh. Djamil dari Yogyakarta. Kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat. Dan pada tahun 1970-an
140
menjadi SD Muhammadiyah yang terletak di Kalicacing. Yang mengalami pasang surut bahkan akan mati, Th 1980-an mengambil sikap untuk mengalami perubahan yang akhirnya pada Th 1990-an tokoh-tokoh Muhammadiyah dan putra-putranya bahkan kerabatnya disekolahkan di SD Muhammadiyah, sehingga membawa perubahan baik kualitas maupun kuantitas murid yang bertambah.
Dan pada
tahun 2002 berubahlah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) yang mana tambahan (Plus) tersebut berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang dalam pembelajarannya tidak ada dikotomi. 5. Kemudian bisa bagaimana dengan letak geografisnya bapak? Letak SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga sangat strategis yang terlatak disebrang jalan raya tepatnya dijalan Suropati nomor 14 Togaten sehingga mudah untuk di jangkau. 6.
Lalu Bagaimana pendapat Bapak mengenai Konsep Pemebelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) ini? Pembelajaran Student Centered Learning merupakan pembelajaran aktif
yang
berpusat pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang CERIA, yang berarti cepat, tepat dan cekatan, efektif dan efesien, riang gembira inovatif serta aktif, tidak sekedar gurunya yang aktif tetapi juga siswanya yang berperan aktif, dimana guru hanya menjadi fasilitator saja dalam menghantarkan siswa menuju pendidikan yang lebih lanjut. 7. Apa tujuan SD Muhammadiyah (Plus) menerapkan model pembelajaran student centered learning ini pak?
141
Tujuanya sesui dengan visi untuk menjadi sekolah yang unggul dalam bidang IPTEK dan IMTAQ, dengan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 8. Bagaimana dengan model kurikulumnya bapak? Kurikulumnya sama dengan diknas, tetapi SD Muhammadiyah (Plus)
juga
memadukannya dengan Kurikulum kemenag dan juga pesantren. Yang mengikuti diknas yaitu mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya dan Ketrampilan, Bahasa Jawa sebagai mulok propinsi. Untuk yang mulok sekolah, ada Bahasa Inggris, dan KTB/ tata boga, sedangkan Kurikulum dari kemenag dan pesantren meliputi
Aqidah, Ibadah/Muamalah, Akhlak, Al
Qur’an/Hadist dan Tarik., serta di SD Muhammadiyah (Plus) ada kurikulum khusus meliputi Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, serta berupa pembiasaan, penilaian sikap, dan juga ekstrakurikuler. 9. Dalam mata pelajaran inti apa saja yang menggunakan model pembelajaran student centered learning? Hampir semua mata pelajaran inti menggunakan model pembelajaran aktif mbak.. dimana yang termasuk mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya dan Ketrampilan, siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran. 10. Apakah model pembelajaran student centered learning berkaitan erat dengan pengembangan diri siswa?
142
Ada kaitannya, dimana apabila siswa aktif maka dari situlah potensi siswa akan berkembang dan bisa jadi siswa itu akan lebih kompeten, tidak hanya itu bila siswa merasa senang dengan pembelajaran ceria maka pelajaran itu pun akan selalu dikenang oleh siswa. 11. Kemudian contoh yang berkaitan berupa apa saja? Yang termasuk kegiatan pengembangan dirinya meliputi, club bahasa, pramuka dan kepanduan. Kegiatan olahraga, seni islam dan budaya islam. Dari kegiatan pengembangan diri itu dapat dicontohkan misal, pramuka dimana murid belajar aktif tentang kepramukaan. Dari hal itu kita dapat melihatnya pasti anak itu ada sikap dan nilai kedisiplin dalam kehidupannya, pasti berbeda sikapnya dengan anak yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. 12. Sejak kapan metode pembeajaran student centered learning diterapkan di SD Muhammadiyah (Plus)? Sejak SD Muhammadiyah (Plus) sekitar tahun 2002, karena dulu namanya SD Muhammadiyah saja. 13. Bagaimana pelaksanaan pembelajarannya? Penerapan dan penggunakan model penbelajaran secara student centered learning, agar siswa tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi aktif dalam memahami materi secara abstrak dan juga bisa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan metode penugasan, cerita, eksplorasi, demonstrasi, diskusi,
dsb. Tergantung kondisinya seperti apa.
Pelaksanaan pembelajarannya juga bisa di dalam atau di luar kelas, baik secara individu maupun kelompok, seperti itu.
143
14. Bagaimana teknik penilaian pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? Teknik penilaiannya seperti biasa, sama di MI atau SD pada umumnya. 15. Dalam pembelajaran student centered learning jenis penilaian apa sajakah yang digunakan? Menggunakan jenis penilaian unjuk kerja (perbuatan), penugasan, hasil kerja, tertulis, sikap, dan penilaian diri baik tertulis maupun lisan (wawancara). Tergantung keaktifan peserta didik dalam mengikuti seluruh program pembelajaran. 16. Dalam pembelajaran student centered learning berapa kriteria ketuntasan minimal tiap mata pelajaran? Nilai ketuntasanya berbeda, ada yang 60, 65, dan 70 sesuai dengan KKM tiaptiap mata pelajaran. 17. Apakah student centered learning bisa meningkatkan prestasi belajar siswa? Harapannya
bisa
memberikan
motivasi
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. 18. Apakah student centered learning ada hubungannya dengan perkembangan karakter siswa? Ada, karena termasuk pendidikan dengan mengembangkan karakter dan budaya bangsa, yaitu dengan mengadakan upacara bendera secara rutin baik ketika Hari Nasional maupun Agama, serta dengan pembelajaran etika juga estetika. 19. Bagaimana nilai akademik siswa dengan adanya model pembelajaran student centered learning?
144
Hasilnya bervariatif, akan tetapi SD tetap berusaha agar mengajak anak-anak untuk mencapai KKM. 20. Adakah kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran student centered learning? Kendalanya ada, diantaranya pengaruh lingkungan dan keluarga dari siswa yang dibawa disekolah sehingga siswa tidak bisa maksimal dalam proses pembelajaran, kadang guru pun belum bisa menerapkan model pembelajaran aktif secara total karena disesuaikan kondisi pada setiap mata pelajaran. 21. Bagaimana alternatif pemecahannya dalam usaha permasalahan yang dihadapi dari beberapa hambatan? Pemecahan atau solusinya yaitu kami dan guru memberikan motivasi instrinsik kepada siswa agar ada kemauan dan semangat dalam belajar. 22. Sejauhmana keberhasilan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) ini? Alhamdulillah,
bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang mempengaruhi perkembangan karakter dan budaya bangsa, dengan melakukan pembiasaan diantaranya upacara bendera secara rutin baik memperingati Hari Nasional maupun Agama, serta melalui pembelajaran etika dan estetika, dapat dilihat dari keberhasilan dalam pembelajaran, dimana 99% anak dapat mencapai KKM tanpa remidi, dan yang remidi hanya 5% tidak ada 10% serta juga banyak yang mendapatkan juara.
145
TRANSKIP WAWANCARA MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) DESA MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012 Kode Responden
: SWH
Kode Data
: W/SWH/02
Hari/Tanggal
: Kamis/21 Juni 2012
Waktu
: 10.00 s.d 11.00 WIB
1. : Assalamu’alaikum… : Wa’alaikumsalam, silahkan mbak… 2. : Terimakasih Ibu, maaf mengganggu.. : Tidak apa-apa mbak, ke ruang sebelah saja mbak.. 3. : Iya bu, tidak apa-apa, baru pembagian raport apa ibu? : Iya, ini baru saja selesai, bagaimana mbak…. 4. : Em..baik Ibu, bagaimana pendapat Ibu mengenai pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) ini ? : Pembelajaran yang mana siswanya aktif dalam pembelajaran mbak. Yang jelas, menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku, maupun berbicara secara aktif di dalam maupun di luar kelas serta mengutamakan kecerdasan intelektual siswa tetapi juga menyeimbangkan perkembangan karakter, untuk membentuk yang berkepribadian serta berakhlakul karimah.
146
5. : Apa tujuannya SD Muhammadiyah (Plus) menerapkan model pembelajaran student centered learning? : Untuk meningkatkan hasil pembelajaran dan siswa dapat menangkap materi secara maksimal, serta tidak monoton dalam pembelajaran, kemudian siswa pun enjoy tidak sakklek untuk belajar. 6. : Bagaimana dengan model kurikulum yang ada di SD Muhammadiyah (Plus) ini? :Kurikulum di sini tetap menggunakan KTSP, yang jelas mata pelajarannya lebih kompleks, karena tidak hanya menggunakan kurikulum dari diknas tetapi juga dari sekolah sendiri serta disesuaikan juga dengan kondisi. 7. : Dalam mata pelajaran inti apa saja yang menggunakan model pembelajaran student centered learning? :Menyesuaikan kebutuhan siswa, tapi biasanya Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Kewarganegaraan. 8. : Apakah model pembelajaran student centered learning berkaitan erat dengan pengembangan diri siswa? : Bisa, karena semakin siswa aktif maka semakin dia tau apa yang dia kerjakan dan hal itu akan menjadikannya pemahamannya dalam belajar. 9. : Kemudian contoh yang berkaitan berupa apa saja? : MTQ, Khitobah, TIK, Futsal, Catur. Dari kegatan itu siswa dapat mengembengkan potensi yang dimilikinya. 10. : Sejak kapan metode pembelajaran student centered learning diterapkan di SD Muhammadiyah (Plus)? : Sejak SD Muhammadiyah itu di ubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) kira-kira tahun 2002..
147
11. : Jam berapa kira-kira pembelajaran dimulainya bu? : Pembelajarannya dimulai pukul 07.00, sebelum pelajaran di dalam kelas dilakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan morning activity, berupa hafalan suratsurat pendek, hadist, dan dilanjutkan sholat dhuha yang selasai sampai jm 08.20. Untuk makan siang pukul 11.00 untuk kelas 1 dan 2, sedangkan kelas 3 ke atas pukul 12.10 masuk lagi pukul 13.00. Sedangkan pembelajaran selesai pada pukul 13.00 untuk kelas 1 dan 2, serta pukul 14.00 untuk kelas 3 ke atas. Kecuali kalau kegiatan ekstrakurikuler, siswa pulang pukul 16.00. 12. : Bagaimana pelaksanaan pembelajarannya? :Penerapan model pembelajarannya, menggunakan metode yang bervariasi. Sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang diajarkan serta melalui kegiatan-kegiatan pembiasaaan dengan tujuan untuk memaksimalkan proses kegiatan belajar mengajar” 13. : Bagaimana teknik penilaian model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) ini? :Teknik penilaiannya secara langsung misal dengan tugas, dengan penilaian proses, tes blok, serta test sumatif yang biasanya dilakukan pada akhir semester. 14. : Dalam pembelajaran student centered learning jenis penilaian apa sajakah yang digunakan? :Jenis penilaiannya terdiri dari penilaian kinerja, baik dalam penugasan kerja kelompok maupun individu, serta penilaian proses yang terdiri dari pre test dan
148
post test yang saling berhubungan antara kompetensi satu dengan kompetensi lainnya, dan ada juga penilaian performance.
15. : Dalam pembelajaran student centered learning berapa kriteria ketuntasan minimal tiap mata pelajarannya? :Dalam setiap mata pelajaran berbeda mbak, yang di UN kan, Bahasa Indonesia, Matematika dan keislaman KKM nya 70, IPS dan PKN 65, sedangkan yang lainnya 60. 16. : Apakah student centered learning bisa meningkatkan prestasi belajar siswa? :.Bisa karena tidak monoton dalam pembelajaran sehingga bisa merangsang siswa untuk belajar dan hasilnya pun berbeda antara yang konvensional dengan pembelajaran aktif. 17. : Apakah student centered learning ada hubungannya dengan perkembangan karakter? : Ada, sebab semakin anak aktif akan diketahui sejauhmana pola perkembangan yang dicapai tentunya dengan pembiasaan tadi misal cuci tangan sebelum makan, sholat dhuha dan dhuhur berjama’ah dan lain sebagainya. 18. :Bagaimana nilai akademik siswa dengan adanya model pembelajaran student centered learning? : Nilainya tergantung karakter siswa, dan juga tergantung pada introfek siswa yang mana hal itu tidak bisa dipastikan. 19. : Adakah kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran student centered learning ini?
149
:Kendalanya membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra mbak, dalam pembelajaran kadang yang disiapkan dengan yang akan diajarkan berbada dan mengalami perubahan, kadang ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. 20. : Bagaimana alternatif pemecahannya dalam usaha permasalahan yang dihadapi dari beberapa hambatan? :Pemecahannya dilihat dari aspek siswa yang menonjol dan dari yang kurang, yang kurang dalam kompetensi anak ditanya dan kemudian orang tuanya pun dipanggil tanya mengenai permasalahan yang dihadapi siswa, atau bisa dari temannya yang terdekat, atau mungkin dari pendekatan terdekat internal dengan mengajak anak untuk berfikir ketika di kelas dengan menyembunyikan inisial siswa yang bermasalah. Dilihat dari aspek pendidik pemecahannya kita sebagai guru harus meningkatkan profesionalisme serta pandai-pandai dalam improvisasi ketika pembelajaran berlangsung tetapi tetap mengacu pada ketuntasan pada kompetensi. 21. : Sejauh mana keberhasilan model pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus)? :Hasil pembelajaran tersebut bisa meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dalam pembelajaran tidak monoton sehingga bisa merangsang siswa untuk belajar dan hasilnya pun berbeda antara yang konvensional dengan yang aktif itu tadi dan untuk tahun ini mengalami peningkatan cukup banyak mendapat rangking 3 tahun ini, serta menjuarai tingkat karisidenan lomba Bahasa Inggris, Khitobah, tapak suci dan lomba-lomba yang lain.
150
REDUKSI DATA MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) DESA MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012 Kode Responden
: DJM
Kode Data
: W/DJM/01
Hari/Tanggal
: Jum’at/22 Juni 2012
Waktu
: 09.00 s.d 10.30 WIB
“Berawal dari Th 1932, masih penjajahan Belanda dengan nama HIS, menempati tanah wakaf dari bapak Tirto Husodo yang Direktornya R. Muh. Djamil dari Yogyakarta. Kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat. Dan pada tahun 1970-an menjadi SD Muhammadiyah yang terletak di Kalicacing. Yang mengalami pasang surut bahkan akan mati, Th 1980-an mengambil sikap untuk mengalami perubahan yang akhirnya pada Th 1990-an
tokoh-tokoh
Muhammadiyah
dan
putra-putranya
bahkan
kerabatnya
disekolahkan di SD Muhammadiyah, sehingga membawa perubahan baik kualitas maupun kuantitas murid yang bertambah. Dan pada tahun 2002 berubahlah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) yang mana
tambahan (Plus) tersebut berdasarkan pada visi,
misi, dan tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang dalam pembelajarannya tidak ada dikotomi.”(SS/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
151
“Pembelajaran Student Centered Learning merupakan pembelajaran aktif
yang
berpusat pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang CERIA, yang berarti cepat, tepat dan cekatan, efektif dan efesien, riang gembira inovatif serta aktif, tidak sekedar gurunya yang aktif tetapi juga siswanya yang berperan aktif, dimana guru hanya menjadi fasilitator saja dalam menghantarkan siswa menuju pendidikan yang lebih lanjut.” (KPH/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Tujuanya sesui dengan visi untuk menjadi sekolah yang unggul dalam bidang IPTEK dan IMTAQ, dengan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.” (KPH/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Kurikulumnya sama dengan diknas, tetapi SD Muhammadiyah (Plus) juga memadukannya dengan Kurikulum kemenag dan juga pesantren. Yang mengikuti diknas yaitu mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya dan Ketrampilan, Bahasa Jawa sebagai mulok propinsi. Untuk yang mulok sekolah, ada Bahasa Inggris, dan KTB/ tata boga, sedangkan Kurikulum dari kemenag dan pesantren meliputi
Aqidah, Ibadah/Muamalah, Akhlak, Al Qur’an/Hadist dan
Tarik., serta di SD Muhammadiyah (Plus) ada kurikulum khusus meliputi Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, serta berupa pembiasaan, penilaian sikap, dan juga ekstrakurikuler.” (MKP/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
152
“Penerapan dan penggunakan model penbelajaran secara student centered learning, agar siswa tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi aktif dalam memahami materi secara abstrak dan juga bisa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan metode penugasan, cerita, eksplorasi, demonstrasi, diskusi,
dsb.
Tergantung kondisinya seperti apa. Pelaksanaan pembelajarannya juga bisa di dalam atau
di
luar
kelas,
baik
secara
individu
maupun
kelompok,
di
atau
seperti
itu.”(PMP/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Teknik
penilaiannya
seperti
biasa,
sama
MI
SD
pada
umumnya.”(MEP/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Menggunakan jenis penilaian unjuk kerja (perbuatan), penugasan, hasil kerja, tertulis, sikap, dan penilaian diri baik tertulis maupun lisan (wawancara). Tergantung keaktifan peserta didik dalam mengikuti seluruh program pembelajaran.” (MEP/W/DJM/01/2206-2012/R-01)
“Harapannya bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.” (HPS/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Hasilnya bervariatif, akan tetapi SD tetap berusaha agar mengajak anak-anak untuk mencapai KKM.” (HPS/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
153
“Alhamdulillah, bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mempengaruhi perkembangan karakter dan budaya bangsa, dengan melakukan pembiasaan diantaranya upacara bendera secara rutin baik memperingati Hari Nasional maupun Agama, serta melalui pembelajaran etika dan estetika, dapat dilihat dari keberhasilan dalam pembelajaran, dimana 99% anak dapat mencapai KKM tanpa remidi, dan yang remidi hanya 5% tidak ada 10% serta juga banyak yang mendapatkan juara.” (HPS/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
“Kendalanya ada, diantaranya pengaruh lingkungan dan keluarga dari siswa yang dibawa disekolah sehingga siswa tidak bisa maksimal dalam proses pembelajaran, kadang guru pun belum bisa menerapkan model pembelajaran aktif secara total. Karena disesuaikan kondisi pada setiap mata pelajaran. Pemecahan atau solusinya yaitu kami dan guru memberikan motivasi instrinsik kepada siswa agar ada kemauan dan semangat dalam belajar..” (KDA/W/DJM/01/22-06-2012/R-01)
154
REDUKSI DATA MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) DESA MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012
Kode Responden
: SWH
Kode Data
: W/SWH/02
Hari/Tanggal
: Kamis/21 Juni 2012
Waktu
: 10.00 s.d 11.00 WIB
“Pembelajaran yang mana siswanya aktif dalam pembelajaran mbak. Yang jelas, menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku, maupun berbicara secara aktif di dalam maupun di luar kelas serta mengutamakan kecerdasan intelektual siswa tetapi juga menyeimbangkan perkembangan karakter, untuk membentuk yang berkepribadian serta berakhlakul karimah.” (KPS/W/SWH/02/21-06-2012/R-02)
“Untuk meningkatkan hasil pembelajaran dan siswa dapat menangkap materi secara maksimal, serta tidak monoton dalam pembelajaran, kemudian siswa pun enjoy tidak sakklek untuk belajar.” (KPS/W/SWH/02/21-06-2012/R-02)
155
“Kurikulum di sini tetap menggunakan KTSP, yang jelas mata pelajarannya lebih kompleks, karena tidak hanya menggunakan kurikulum dari diknas tetapi juga dari sekolah sendiri serta disesuaikan juga dengan kondisi.” (MKP/W/SWH/02/21-062012/R-02) “Penerapan model pembelajarannya, menggunakan metode yang bervariasi. Sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang diajarkan serta melalui kegiatan-kegiatan pembiasaaan dengan tujuan untuk memaksimalkan proses kegiatan belajar mengajar.” (PMP/W/SWH/02/21-06-2012/R-02) “Pembelajarannya dimulai pukul 07.00, sebelum pelajaran di dalam kelas dilakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan morning activity, berupa hafalan surat-surat pendek, hadist, dan dilanjutkan sholat dhuha yang selasai sampai jm 08.20. Untuk makan siang pukul 11.00 untuk kelas 1 dan 2, sedangkan kelas 3 ke atas pukul 12.10 masuk lagi pukul 13.00. Sedangkan pembelajaran selesai pada pukul 13.00 untuk kelas 1 dan 2, serta pukul 14.00 untuk kelas 3 ke atas. Kecuali kalau kegiatan ekstrakurikuler, siswa pulang pukul 16.00.” (PMP/W/SWH/02/21-06-2012/R-02) “Teknik penilaiannya secara langsung misal dengan tugas, dengan penilaian proses, tes blok, serta test sumatif yang biasanya dilakukan
pada akhir semester.”
(MEP/W/SWH/02/21-06-2012/R-02) “Jenis penilaiannya terdiri dari penilaian kinerja, baik dalam penugasan kerja kelompok maupun individu, serta penilaian proses yang terdiri dari pre test dan post test yang saling berhubungan antara kompetensi satu dengan kompetensi lainnya, dan ada juga penilaian performance.” (MEP/W/SWH/02/21-06-2012/R-02)
156
“Dalam setiap mata pelajaran berbeda mbak, yang di UN kan, Bahasa Indonesia, Matematika dan keislaman KKM nya 70, IPS dan PKN 65, sedangkan yang lainnya 60.” (MEP/W/SWH/02/21-06-2012/R-02) “.Bisa karena tidak monoton dalam pembelajaran sehingga bisa merangsang siswa untuk belajar dan hasilnya pun berbeda antara yang konvensional dengan pembelajaran aktif.” (HPS/W/SWH/02/21-06-2012/R-02)
“Nilainya tergantung karakter siswa, dan juga tergantung pada introfek siswa yang mana hal itu tidak bisa dipastikan.” (HPS/W/SWH/02/21-06-2012/R-02) “Kendalanya membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra mbak, dalam pembelajaran kadang yang disiapkan dengan yang akan diajarkan berbada dan mengalami perubahan, kadang ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pemecahannya dilihat dari aspek siswa yang menonjol dan dari yang kurang, yang kurang dalam kompetensi anak ditanya dan kemudian orang tuanya pun dipanggil tanya mengenai permasalahan yang dihadapi siswa, atau bisa dari temannya yang terdekat, atau mungkin dari pendekatan terdekat internal dengan mengajak anak untuk berfikir ketika di kelas dengan menyembunyikan inisial siswa yang bermasalah. Dilihat dari aspek pendidik pemecahannya kita sebagai guru harus meningkatkan profesionalisme serta pandaipandai dalam improvisasi ketika pembelajaran berlangsung tetapi tetap mengacu pada ketuntasan pada kompetensi” (KDA/W/RN/02/16-08-2011/R-02)
158
TRIANGULASI DATA MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) DESA MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 20112
KATEGORI Konsep Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus).
DATA Wawancara dengan DJM (W/DJM/01/22-062012/R-01) Pembelajaran Student Centered Learning merupakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang CERIA, yang berarti cepat, tepat dan cekatan, efektif dan efesien, riang gembira inovatif serta aktif, tidak sekedar gurunya yang aktif tetapi juga siswanya yang berperan aktif, dimana guru hanya menjadi fasilitator saja dalam menghantarkan siswa menuju pendidikan yang lebih lanjut. Untuk menjadi sekolah yang unggul dalam bidang IPTEK dan IMTAQ, dengan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
PROPOSISI Pembelajaran student centered learning merupakan pembelajaran yang CERIA, cepat tepat cekatan, efektif dan efesien, riang gembira, inovatif, dan aktif untuk menjadi unggul dalam IPTEK dan IMTAQ berdasarkan pada kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dalam mengikuti pendidikan lebih lanjut.
KESIMPULAN Pembelajaran student centered learning merupakan pembelajaran tidak hanya cepat tepat cekatan, efektif dan efesien, riang gembira, inovatif dan aktif tetapi juga menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku dan berbicara secara aktif dengan mengutamakan kecerdasan intelektual dan menyeimbangkan perkembangan karakter.
bersambung...
159
sambungan... Wawancara dengan SWH (W/SWH/02/21-062012/R-02) Pembelajaran yang mana siswanya aktif dalam pembelajaran mbak. Yang jelas, menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku, maupun berbicara secara aktif di dalam maupun di luar kelas serta mengutamakan kecerdasan intelektual siswa tetapi juga menyeimbangkan perkembangan karakter, untuk membentuk yang berkepribadian serta berakhlakul karimah. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran dan siswa dapat menangkap materi secara maksimal, serta tidak monoton dalam pembelajaran, kemudian siswa pun enjoy tidak sakklek untuk belajar.
Model Kurikulum Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus)
Wawancara dengan DJM (W/DJM/01/22-062012/R-01) Kurikulumnya sama dengan diknas, tetapi SD Muhammadiyah (Plus) juga memadukannya dengan Kurikulum kemenag dan juga pesantren. Yang mengikuti
Pembelajran student centered learning merupakan pembelajaran yang menumbuhkan kebiasaan anak untuk bersikap, bertingkah laku dan berbicara secara aktif dengan mengutamakan kecerdasan intelektual dan menyeimbangkan perkembangan karakter. Untuk membentuk kepribadian dan akhlakul karimah, kemudian siswa pun enjoy tidak sakklek untuk belajar.
SD Muhammadiyah (Plus) mengikuti kurikulum diknas yang dipadukan kurikulum kemenag yang meliputi mata pelajaran dan mulok provinsi, maupun sekolah. Dan mempunyai kurikulum sendiri yang masuk dalam kegiatan pengembangan diri.
Model Kurikulum Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus) merupakan perpaduan dari diknas, kemenag maupun pesantren, dan kurikulum sekolah itu sendiri bersambung...
160
sambungan... yang disebut dengan pengembangan diri yang meliputi pembiasaan, ekstrakurikuler.
diknas yaitu mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya dan Ketrampilan, Bahasa Jawa sebagai mulok propinsi. Untuk yang mulok sekolah, ada Bahasa Inggris, dan KTB/ tata boga, sedangkan Kurikulum dari kemenag dan pesantren meliputi Aqidah, Ibadah/Muamalah, Akhlak, Al Qur’an/Hadist dan Tarik., serta di SD Muhammadiyah (Plus) ada kurikulum khusus meliputi Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, serta berupa pembiasaan, penilaian sikap, dan juga ekstrakurikuler. Wawancara dengan SWH (W/SWH/02/21-082012/R-02) Kurikulum di sini tetap menggunakan KTSP, yang jelas mata pelajarannya lebih kompleks, karena tidak hanya menggunakan kurikulum dari diknas tetapi juga dari sekolah sendiri serta disesuaikan juga dengan kondisi.
Di SD Muhammadiyah (Plus) kurikulumnya tetap KTSP dan lebih kompleks yang disesuaikan dengan kondisi sekolah tersebut.
bersambung...
161
sambungan... Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus)
Wawancara dengan DJM (W/DJM/01/22-062012/R-01) Penerapan dan penggunaan model pembelajaran secara student centered learning, agar siswa tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi aktif dalam memahami materi secara abstrak dan juga bisa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan metode penugasan, cerita, eksplorasi, demonstrasi, diskusi, dsb. Tergantung kondisinya seperti apa. Pelaksanaan pembelajarannya juga bisa di dalam atau di luar kelas, baik secara individu maupun kelompok, seperti itu.
Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus), pembelajaran dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. kelas 3-6. Dengan metode pembelajaran yang bermacam-macam sesuai kondisi.
Wawancara dengan SWH (W/SWH/02/21-062012/R-02) Penerapan model pembelajarannya, menggunakan metode yang bervariasi. Sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang diajarkan serta melalui kegiatankegiatan pembiasaaan dengan tujuan untuk
Pembelajaran dimulai pukul 07.00 dan berakhir pukul 13.00 untuk kelas 1-2 serta pukul 14.00 untuk kelas 3-6 dengan diawali kegiatan pembiasaan. Metode pembelajarannya bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan.
Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus), proses Kegiatan Belajar Mengajar dimulai pukul 07.00. diawali dengan kegiatan-kegiatan pembiasaan. Pembelajaran berakhir pukul 13.00 untuk kelas 1-2 dan pukul 14.00 untuk kelas 3-6. Metode pembelajarannya bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan.
bersambung...
162
sambungan... memaksimalkan proses kegiatan belajar mengajar. Dimulai pukul 07.00, sebelum pelajaran di dalam kelas dilakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan morning activity, berupa hafalan surat-surat pendek, hadist, dan dilanjutkan sholat dhuha yang selasai sampai jm 08.20. Untuk makan siang pukul 11.00 untuk kelas 1 dan 2, sedangkan kelas 3 ke atas pukul 12.10 masuk lagi pukul 13.00. Sedangkan pembelajaran selesai pada pukul 13.00 untuk kelas 1 dan 2, serta pukul 14.00 untuk kelas 3 ke atas. Kecuali kalau kegiatan ekstrakurikuler, siswa pulang pukul 16.00. Model Evaluasi Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus)
Wawancara dengan DJM (W/DJM/01/22-062012/R-01) Teknik penilaiannya seperti biasa, sama di MI atau SD pada umumnya. Menggunakan jenis penilaian unjuk kerja (perbuatan), penugasan, hasil kerja, tertulis, sikap, dan penilaian diri baik tertulis maupun lisan (wawancara). Tergantung keaktifan peserta didik dalam mengikuti seluruh program pembelajaran.
SD Muhammadiyah (Plus), menggunakan jenis penilaian unjuk kerja, penugasan, hasil kerja, tertulis, sikap, dan penilaian diri. Sedangkan teknik penilaiannya test dan non test yang tidak jauh berbeda dengan di MI atau SD pada umumnya.
Model evaluasi di SD Muhammadiyah (Plus), meliputi evaluasi akademik dan sikap. Mengguakan jenis penilaian unjuk kerja, penugasan, tertulis, sikap, dan penilaian diri. Sedangkan teknik penilaiannya test dan non test.
bersambung...
163
sambungan...
Hasil Pembelajaran pada Pembelajaran Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus)
Wawancara dengan SWH (W/SWH/02/21-062012/R-02) Teknik penilaiannya secara langsung misal dengan tugas, dengan penilaian proses, tes blok, serta test sumatif yang biasanya dilakukan pada akhir semester. Jenis penilaiannya terdiri dari penilaian kinerja, baik dalam penugasan kerja kelompok maupun individu, serta penilaian proses yang terdiri dari pre test dan post test yang saling berhubungan antara kompetensi satu dengan kompetensi lainnya, dan ada juga penilaian performance.
Jenis Penilaian di SD Muhammadiyah (Plus) secara langsung separti tugas, penilaian proses , tes blok dan test sumatif. jenis penilaian antara lain penilaian kinerja, penugasan, hasil kerja, proses dan penilaian performance.
Wawancara dengan DJM (W/DJM/01/22-062012/R-01) Hasilnya bervariatif, akan tetapi SD tetap berusaha agar mengajak anak-anak untuk mencapai KKM. Alhamdulillah, bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mempengaruhi perkembangan karakter dan budaya bangsa, dengan melakukan pembiasaan diantaranya
Hasil pembelajaran bervariatif juga bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mempengaruhi perkembangan karakter dan budaya bangsa, dengan melakukan pembiasaan, tidak hanya itu hasilnya pun juga baik terbukti 90% siswa dapat mencapai KKM tanpa remidi.
Hasil pembelajaran student centered learning di SD Muhammadiyah (Plus) dilihat dari nilai akademik maupun perilaku siswa sehari-hari cukup baik.
bersambung... bersambung...
164
sambungan... upacara bendera secara rutin baik memperingati Hari Nasional maupun Agama, serta melalui pembelajaran etika dan estetika, dapat dilihat dari keberhasilan dalam pembelajaran, dimana 99% anak dapat mencapai KKM tanpa remidi, dan yang remidi hanya 5% tidak ada 10% serta juga banyak yang mendapatkan juara. Wawancara dengan SWH (W/SWH/02/21-062012/R-02) Bisa meningkatkan pembelajaran karena tidak monoton dalam pembelajaran sehingga bisa merangsang siswa untuk belajar dan hasilnya pun berbeda antara yang konvensional dengan pembelajaran aktif. Tetapi nilainya tergantung karakter siswa, dan juga tergantung pada introfek siswa yang mana hal itu tidak bisa dipastikan.
Hasil nilai akademik siswa SD Muhammadiyah (Plus) meningkat karena tidak monoton dalam pembelajaran tetapi nilainya tergantung pada introfek dari siswa dan tidak dapat dipastikan.
Kendala dan Wawancara dengan DJM Belum bisa Alternatif (W/DJM/01/22-06Pemecahannya 2012/R-01) Dalam “Kendklanya Kendalanya ada, Pelaksanaan diantaranya pengaruh Model lingkungan dan keluarga Pembelajaran dari siswa yang dibawa
Belum bisa menerapkan model pembelajaran student centered learning secara total. Akan diusahakan memberikan motivasi instrinsik kepada siswa agar ada
Kendala dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan model pembelajaran student centered bersambung...
165
sambungan... Student Centered Learning di SD Muhammadiyah (Plus).
semangat learning, belum bisa maksimal. Salah satunya disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan guru mengenai model pembelajaran tersebut.
disekolah sehingga siswa tidak bisa maksimal dalam proses pembelajaran, kadang guru pun belum bisa menerapkan model pembelajaran aktif secara total. Karena disesuaikan kondisi pada setiap mata pelajaran. Pemecahan atau solusinya yaitu kami dan guru memberikan motivasi instrinsik kepada siswa agar ada kemauan dan semangat dalam belajar.
kemauan dan dalam belajar.
Wawancara dengan SWH (W/SWH/02/21-062012/R-02) Kendalanya membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra mbak, dalam pembelajaran kadang yang disiapkan dengan yang akan diajarkan berbada dan mengalami perubahan, kadang ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pemecahannya dilihat dari aspek siswa yang menonjol dan dari yang kurang, yang kurang dalam kompetensi anak ditanya dan kemudian orang tuanya pun dipanggil tanya mengenai permasalahan yang dihadapi siswa, atau bisa
Kendalanya membutuhkan tenaga waktu yang lebih yang terkadang tidak sesuai dengan yang dipersiapkan. Akan meningkatkan profesionalisme guru.
bersambung...
166
sambungan.... dari temannya yang terdekat, atau mungkin dari pendekatan terdekat internal dengan mengajak anak untuk berfikir ketika di kelas dengan menyembunyikan inisial siswa yang bermasalah. Dilihat dari aspek pendidik pemecahannya kita sebagai guru harus meningkatkan profesionalisme serta pandai-pandai dalam improvisasi ketika pembelajaran berlangsung tetapi tetap mengacu pada ketuntasan pada kompetensi.
167
HASIL OBSERVASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) DESA MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2012
Berdasarkan hasil observasi di kelas V Ahmad Dahlan pada tanggal 26 Juli 2012 dapat diperoleh data, meliputi: A. Keterampilan mengajar guru, meliputi: 1. Membuka pelajaran Dalam membuka pelajaran yang peneliti amati di kelas V Ahmad Dahlan sangat bagus dimana guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa untuk memulai pembelajaran ceria, siswa diajak untuk bernyanyi sesuai dengan pelajaran yaitu Bahasa Inggris. Guru menyanyi dengan menanyakan kabar siswa kemudian siswa juga menjawabnya dengan nyanyian juga yang disertai dengan bahasa inggris. Tidak hanya itu, siswa juga diajak menyanyi dengan menyebut bagian-bagian tubuh menggunakan bahasa inggris, kemudian siswa menjawabnya dengan peragaan misalnya tepuk tangan, duduk, loncat-loncat sesuai yang diinstruksikan oleh guru. Kemudian sebelum pembelajaran inti dimulai siswa diberi pertanyaan secara langsung berkaitan dengan olahraga yang disukainya.
168
2. Penguasaan bahan Dalam penguasaan bahan pembelajaran yang peneliti amati di kelas V Ahmad Dahlan, guru sangat menguasai pelajaran yang akan disampaikan serta sudah cukup bagus persiapannya dengan membuat rancangan pembelajaran maupun lainnya, dimana dalam pembelajaran guru memperagakan olahraga yang disukainya yaitu berenang. Guru memperagakan gerakan renang yang disertai dengan penggunaan bahasa inggris secara fasih. 3. Ketrampilan menjelaskan Pada ketrampilan menjelaskan pembelajaran yang digunakan bervariatif dengan metode-metode yang digunakan, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan juga dapat menguasai pembelajaran secara maksimal. Dimana dalam pembelajaran salah satu siswa maju kedepan kelas dan dibisikkan salah satu olahraga dengan menggunakan bahasa ingris kemudian dia memperagakannya. Dan siswa lain menebak olahraga apa yang telah diperagakan. Sehingga posisi guru ketika mengajar tidak hanya mengajar akan tetapi sebagai fasilitator, bahkan seakan-akan menjadi teman bagi siswa. 4. Penggunaan bahasa (lancar, sopan, tepat dan intonasi) Kelancaran bahasa yang digunakan cukup bagus karena tidak hanya menguasai pembelajaran, guru juga fasih dan lancar dalam berbicara menggunakan bahasa inggris dan berkompeten dalam
169
menagajar sehingga siswa mampu menguasai pembelajaran yang disampaikan. Kesopanan bahasa maupun cara penampilan guru ketika mengajar sudah bagus karena dalam pembelajaran tidak ada kata-kata negatif atau kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa. Selain sopan guru juga ramah dan akrab dengan siswa sehingga timbul saling kekompakkan dan keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar. Ketepatan dalam pembelajaran yaitu sesuai dengan materi dan metode dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan sebelumnya
sehingga
tidak hanya
guru
saja
yang menguasai
pembelajaran siswa pun dapat menguasai materi yang diajarkan. Intonasi dalam pembelajaran terutama pada kejelasan suara ketika guru menyampaikan materi ajar dapat didengar oleh semua siswa sacara jelas, penulis pun dapat mendengarnya ketika berada dibelakang kelas meskipun ada sedikit gangguan bunyi mesin ketika perbaikan gedung yang belum selasai, suara guru masih terdengar sampai belakang. 5. Metode yang digunakan dan alat (media pengajaran) Metode yang digunakan bervariatif sesuai dengan RPP yaitu class discussion, games: guessing gestures, listening to a text, answering question, writing a short paragraph, group work, interview. Sedangkan alat yang digunakan atau media yang digunakan buku cerita, modul dan alat lainya yang medukung proses berlangsungnya pembelajaran.
170
6. Kemampuan menguasai dan mengelola kelas Dalam pengamatan yang penulis lihat dan amati di kelas tersebut guru dapat menguasai situasi keadaan
kegiatan belajar mengajar,
misalnya ketika guru memberikan instruksi untuk mendengarkan cerita kemudian memberikan sebuah pertanyaan kepada, siswa pun lansung berantusias untuk menjawabnya sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam pelajaran tersebut. Karena dalam menjelaskan pelajaran pun guru sering menggunakan bahasa inggris sehingga siswa pun akan terbiasa mendengarkannya, serta penggunaan bahasa bahasa indonesia dan jawa sangat sedikit sekali apabila ketika diperlukan saja. 7. Mengadakan improvisasi Kompetensi guru dalam berimprovisasi ketika pembelajaran misalnya, ketika ada siswa yang bertanya guru langsung menjawabnya dengan cekatan tepat dan benar, ketika suasana pembelajaran kurang kondusif guru langsung memberikan instruksi dan memotivasi agar pembelajaran dalam kelas tersebut tetap aktif, setelah pemberian tugas ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru berkeliling untuk mengetahui bagaimana hasil yang telah dicapai siswa, sebarapa besar pemahaman pada materi yang diberikan, dan ketika guru melakukan kesalahan dalam berbicara atau ucapan sesegera mungkin guru meralat ucapannnya.
171
8. Menutup pelajaran Dalam menutup pembelajaran siswa diajak untuk mengulang kembali berkaitan dengan materi yang diberikan kemudian bersamasama menyimpulkan materi yang sudah diajarkan, dan meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pembelajaran yang diselanjutnya mengucapkan salam. B. Kemampuan siswa dalam pembelajaran, meliputi: 1. Respon siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung Sikap atau respon siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cukup aktif karena, dalam pembelajaran siswa cukup antusias ketika menyimak guru saat membacakan cerita, sehingga ketika diberikan soal berkaitan cerita tersebut siswa langsung menjawabnya dengan mengangkat tangannya, tentunya dengan bahasa inggris. Hal tersebut dapat terlihat ketika awal pembelajaran dimulai sehingga sampai akhir pembelajaran siswa pun merasa senang dan dapat menguasai materi yang diajarkan secara menyeluruh. 2. Kemampuan siswa memahami materi Dalam memahami materi siswa yang jumlahnya 31 anak di kelas V Ahmad Dahlan tersebut hampir 90% siswa paham dengan apa yang diajarkan guru, sehingga antara guru dan siswa sama-sama aktif. Misal ketika guru memberi pertanyaan siswa secara aktif menjawab pertanyaan dan memberikan pendapatnya mengenai persetujuan atau
172
tidak, dengan mengangkat tangan kanan apabila menyetujuinya, dan mengangkat tangan kiri apabila tidak menyetujui. 3. Kemampuan siswa dalam: a. Bertanya Siswa cukup aktif
bertanya dalam pembelajaran dapat
diketahui ketika ada yang belum jelas berkaitan dengan materi atau tugas yang diberikan siswa langung mengangkat tangannya. b. Menjawab Dalam menjawab pertanyaan pun siswa cukup aktif dan hampir dari keseluruhan siswa dapat menjawabnya dengan benar. c. Menulis Kemampuan siswa dalam menulis khususnya pada mata pelajaran bahasa inggris, kebanyakan dari siswa sudah bisa menulisnya dengan benar sesuai tulisannya, misanya siswa dapat menulis cerita dengan tema olahraga yang disukainya dalam satu paragraf dengan menggunakan bahasa inggris dengan waktu 15 menit. d. Membaca Kemudian setelah mengerjakan apa yang ditugaskan dari guru, siswa membaca cerita berkaitan dengan kegemaran apa yang di tulisnya dalam bahasa inggris, dengan maju ke depan kelas dan siswa yang lain menyimaknya.
173
e. Mempraktekkan Selain praktik membaca cerita yang dibuatnya, siswa pu langsung praktek dengan menginterview/ wawancarai 3 temanya dengan menanyakan kesukaan atau hobi olahraga yang disukai.
Dari temuan penelitian yang penulis peroleh melalui observasi atau pengamatan langsung ketika pembelajaran di kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa: a. Ketrampilan mengajar guru 1) Dalam membuka pelajaran guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa untuk memulai pembelajaran ceria. 2) Dalam penguasaan bahan pembelajaran, guru menguasai pelajaran yang akan disampaikan dengan persiapan yang matang. 3) Pada ketrampilan menjelaskan pembelajaran menggunakan metode yang bervariatif, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan juga dapat menguasai pembelajaran secara maksimal. 4) Penggunaan bahasa yang digunakan guru dalam mengajar pada kelancaran bahasa, guru juga fasih dan lancar dalam berbicara menggunakan bahasa inggris dan berkompeten dalam mengajar, kesopanan bahasa maupun cara penampilan guru ketika mengajar tidak ada kata-kata negatif atau kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa, dan pada ketepatan dalam pembelajaran yaitu sesuai dengan materi dan metode dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
174
yang dipersiapkan sebelumnya, intonasi dalam pembelajaran terutama pada kejelasan suara ketika guru menyampaikan materi ajar dapat didengar oleh semua siswa sacara jelas. 5) Metode yang digunakan dan alat yang digunakan dalam pengajaran bervariatif sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. 6) Guru dapat menguasai dan mengelola situasi keadaan
kegiatan
belajar mengajar yang berlangsung. 7) Selain itu guru juga berkompeten dalam berimprovisasi ketika pembelajaran misalnya, ketika ada siswa yang bertanya guru langsung menjawabnya dengan cekatan tepat dan benar. 8) Kemudian dalam menutup pembelajaran siswa diajak untuk mengulang kembali berkaitan dengan materi yang diberikan kemudian bersama-sama menyimpulkan materi yang sudah diajarkan. b. Kemampuan siswa dalam pembelajaran 1) Respon siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cukup aktif dan semangat dalam pembelajaran yang berlangsung. 2) Kemampuan siswa memahami materi, hampir 90% siswa paham dengan apa yang diajarkan guru. 3) Kemampuan siswa dalam bertanya, siswa cukup aktif
bertanya
apabila dalam pembelajaran ada hal yang perlu ditanyakan. Dalam menjawab, siswa cukup aktif dan hampir dari keseluruhan siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan benar. Dalam menulis, siswa sudah bisa menulis dengan benar kata-kata
175
dalam bahasa inggris. Dalam membaca, siswa dapat membaca cerita berkaitan dengan kegemaran apa yang di tulisnya dalam bahasa inggris dengan benar. Dalam mempraktekkan, siswa dapat mempraktekkan pembelajaran dengan menginterview/ wawancarai temanya berkaitan dengan olah raga yang disukai.
Lampiran 2 176
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA Jl. Suropatino.14 Togaten Telp. (0298) 322441/323836. Email:
[email protected]
PROFIL SEKOLAH
1. Nama Sekolah
: SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga
2. Alamat Sekolah
:Jl. Suropati no.14 Togaten Desa Mangunsari Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga.
3. Email
:
[email protected]
4. No. Tlp
: (0298) 322441
5. SK Pendirian
: SK Notaris Dept. Kehakiman RI oleh Pemerintah Hindia Belanda, Nomor: Y.A5/60/4 Tanggal 20 Desember 1912
6. Nama Yayasan
: PMD (Yayasan milik Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga)
7. Alamat Yayasan
: Jl. Kauman no.32 Kota Salatiga
8. Status Tanah
: Milik Yayasan (wakaf dan HM)
9. Data Siswa
:
Kelas
Jumlah Kelas
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
1
3 Kelas
53
40
93
2
2 Kelas
29
31
60
3
3 Kelas
35
45
80
4
2 Kelas
33
30
63
5
2 Kelas
36
26
62
6
3 Kelas
26
28
54
Jumlah
15 Kelas
212
200
412
177
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA Jl. Suropatino.14 Togaten Telp. (0298) 322441/323836. Email:
[email protected]
A. Sejarah Berdirinya Sekolah SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga berdiri sekitar 1932 dengan nama HIS Muhammadiyah dan Direktur (Belum Kepala SD Muhammadiyah) pertamanya adalah R. Muh. Djamil dari Yogyakarta. Pada saat itu muridmuridnya terdiri dari berbagai agama, khususnya yang beragama Islam dan Kristen. Pada sore hari digunakan untuk Madrasah Diniyah Muhammadiyah sampai dengan tahun 1970-an. Pewakaf tanah untuk bangunan HIS Muhammadiyah Salatiga adalah Bapak Tjitro Husodo. Bangunan fisik SD Muhammadiyah
sudah
berkali-kali
direhabilitasi,
baik
dari
dana
swadana/pribadi separti dari Bapak H. Sugiono, Bapak H. Abdul Karim Oei Ching Hin (Bapak dari Ibu Dr. Oen Jos Sujoso), Bapak H. Muhadi, dan lainlain, maupun proyek-proyek dari pemerintahan, khususnya Pemerintah Daerah Salatiga maupun dari Diknas. Terakhir dibongkar total untuk bangunan tingkat tahun 2002 untuk SD Muhammadiyah (Plus). SD Muhammadiyah yang dulunya HIS Muhammadiyah merupakan amal usaha monumental sebagai cikal bakal perkembangan Muhammadiyah di Salatiga. Tempo dulu Sekolah ini telah melahirkan banyak kader. Namun setelah memasuki era Orde Baru, sejak mulai tahun 80-an ketika pemerintah mengembangkan SD Inpres Sekolah tersebut mulai mundur dan secara perlahan menuju kematian karena kehabisan siswa dan kurang ada animo dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya kesekolah tersebut. Sejak tahun 90-an Pimpinan Daerah sudah memikirkan solusinya tetapi selalu gagal. Menyikap Kondisi semacam itu akhirnya pada tahun 2002 PDM bersama para mantan pimpinan mengadakan rapat untuk mengambil keputusan di antara dua pilihan yaitu ditutup atau dikembangkan secara revolusioner dengan
178
mengubahnya
menjadi
SD
Unggulan,
dengan
segala
konsekuensi
pendanaannya. Kebijakan jatuh pada pilihan kedua, yang selanjutnya dibentuk Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah (Desember tahun 2002), terdiri dari para tokoh Muhammadiyah dan pakar pendidikan, yang diketahui oleh Bapak Achmadi. Dari kerja tim kemudian diputuskan SD Muhammadiyah tersebut menjadi SD Muhammadiyah (Plus). Selanjutnya melihat perkembangan SD Muhammadiyah (Plus) selama 3 tahun terakhir cukup besarnya animo dari orang tua murid untuk dapat diterima di SD Muhamumadiyah (plus) ini, dimana pada tahun pelajaran 2006 pendaftaran hanya dibuka relatif singkat sudah menolak pendaftaran, maka Tim Pengembangan merasa perlu untuk mengembangkan lokasi baru yang cukupmemadai. Saat ini harapan tersebut sudah terkabul dengan membeli tanah di daerah Togaten, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga (sebagaimana disebutkan di atas seluas 180 meter persegi).
B. Visi, Misi, Tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Berdasarkan dokumen profil sekolah (D/PS/01) diperoleh data tentang: 1.
Visi Sekolah Pusat keunggulan dibidang IPTEK dan IMTAQ
2.
Misi Sekolah Menghasilkan peserta didik agar mampu: a. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu, baik secara mutu maupun secara moral dan sosial, sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM yang berkualitas dibidang IPTEK dan IMTAQ. b. Memberikan bekal dasar “baca, tulis, dan hitung” pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa.
179
c. Memberikan bakal dasar tentang pengetahuan agama Islam dan pemahamannya yang sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan
siswa
untuk
mengikuti
jenjang
pendidikan
selanjutnya. 3. Tujuan Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
C. Prestasi Selain nilai akademik dan akhlak, siswa siswi SD Muhammadiyah (plus) juga banyak menjuarai perlombaan di berbagai tingkat, dalam 1 tahun terakhir diantaranya: 1. Nilai rata-rata UN tertinggi sekolah swasta se-Salatiga. 2. 2 anak peraih nilai UN tertinggi se-Salatiga. 3. Juara I Nasyid Tingkat Nasional. 4. Juara I Display Marching Band ditingkat Kota Salatiga. 5. Juara I Pildacil Tingkat Kota Salatiga. 6. Juara III MTQ Tingkat Kota Salatiga. 7. Juara I Popda Pencak Silat Tingkat Kota Salatiga. 8. Juara I Story Telling Kota Salatiga. 9. Juara II Poetry Reading Kota Salatiga. 10. Juara I Wushu Kota Salatiga. 11. Juara I Lomba Poster Kesehatan Kota Salatiga.
180
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA Jl. Suropatino.14 Togaten Telp. (0298) 322441/323836. Email:
[email protected]
A. Kurikulum SD Muhammadiyah (Plus) 1. Struktur Kurikulum Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalam muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan kedalam kompetensi yang harus dikuasai oleh pesrta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum SD Muhammadiyah (Plus) meliputi subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 6 tahun mulai kelas I-VI. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan bahwa kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut: a . Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
181
Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian Untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibanya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi Untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berfikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. d. Kelompok mata pelajaran estetika Untuk meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup. e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Untuk meningkatkan potensi fisik, serta menanamkan sportifitas dan kesadaran hidup sehat. Termasuk kesadaran sikap dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual maupun kolektif kemasyarakatan.
2. Muatan Kurikulum Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamnya, yang merupakan beban belajar bagi peserta pada satuan pendidikan.
182
a. Mata Pelajaran 1).Pendidikan Agama Islam Tujuan: Mengenalkan kehidupan berketuhanan sejak dini, menanamkan akhlak mulia dalam setiap kehidupan sahari-hari. 2). Kewarganegaraan Tujuan: Memberikan pemahaman terhadap siswa tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara serta pentingnya penanaman rasa persatuan dan kesatuan. 3). Bahasa Indonesia Tujuan: Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman terhadap IPTEK. 4). Matematika Tujuan: Memberikan
pemahaman
logika
dan
kemampuan
dasar
matematika dalam rangka penguasaan IPTEK. 5). Ilmu Pengetahuan Alam Tujuan: Memberikan pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK.
183
6). Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan: Memberikan
pemahaman
sosio
cultural
masyarakat
yang
majemuk, mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat serta memiliki ketrampilan hidup secara mandiri. 7). Seni Budaya dan Ketrampilan Tujuan: Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan pada seni budaya nasional. 8). Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Tujuan: Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan keterampilan dalam bidang olah raga, menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada siswa.
b. Muatan Lokal Sedangkan yang termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal sebagai berikut: Mulok Propinsi, yaitu: 1). Bahasa Jawa Tujuan: Sebagai
upaya
mempertahankan
nilai-nilai
budaya
jawa
masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra.
184
Mulok Sekolah, meliputi: 2). Bahasa Inggris Tujuan: Sebagai upaya untuk membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK. 3). KTB/Tata Boga Tujuan: Sebagai upaya untuk mengenalkan berkaiatan dengan kegemaran dan teknik memasak kepada siswa sejak dini. 4). Kemuhammadiyahan Tujuan: Sebagai upaya untuk membina dan mengajarkan pendidikan sehingga dapat diamalkan generasi yang akan datang sebagai perkembangan Muhammadiyah di era yang akan datang.
5). Bahasa Arab Tujuan: Sebagai basic dasar untuk memberikan bekal bagi siswa dalam mengenal bahasa Al-Qur’an yakni bahasa arab. Bahasa Arab juga merupakan bahasa universal yang lazim digunakan oleh dunia internasional selain bahasa Inggris. 6). Aqidah
185
Tujuan: Sebagai upaya untuk mengenalkan kepada siswa yang berkaitan dengan ketuhanan sejak dini. 7). Ibadah/Muamalah Tujuan: Sebagai upaya bagi siswa untuk mengenalkan pembiasaan dalam aspek kehidupan dan meneladaninya dengan tingkat pemahaman sesuai dengan jenjang usianya. 8). Akhlak Tujuan: Agar siswa mampu dan terbiasa melakukan pembiasaan sesuai dengan akhlakul karimah dan berhati-hati dalam tingkah laku sehari-hari. 9). Al Qur’an/Hadist Tujuan: Agar siswa lebih dini mencintai Al Qur’an serta Hadist-Hadist, mampu menghafal dan mengamalkannya, dengan memahami tafsir dan terjemahnya. 10). Tarikh Tujuan: Sebagai upaya bagi siswa untuk mengenal Sejarah Kenabian secara umum. Menanamkan kecintaan pada Nabi, tokoh-tokoh
186
muslim dengan segala prestasinya, meneladaninya dengan tingkat pemahaman sesuai dengan jenjang usianya.
c. Kegiatan Pengembangan Diri Berdasarkan kondisi sekolah dan rapat dewan guru bersama dengan bidang kesiswaan serta mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan siswa, maka kegiatan pengembangan diri dipilih dan ditetapkan sebagai berikut: 1).Club Bahasa Tujuan: Untuk bekal bagi siswa dalam menanamkan bahasa secara universal sehingga mengembangkan potensi berbahasa siswa. 2). Pramuka Tujuan: Sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi, melatih siswa untuk terampil dan mandiri, melatih siswa untuk mempertahankan hidup, melatih siswa agar memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang lain, mampu memunculkan sikap kerjasama dalam kelompok, dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat. 3). Kepanduan Tujuan: Untuk menumbuhkan jiwa pemberani, menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, menumbuhkan sikap optimisme dalam
187
menghadapi hidup, melatih keterampilan dan ketangkasan di bidang tertentu. 4). Kegiatan Olahraga, Seni Islam dan Budaya Islam Tujuan: Sebagai wahana pengembangan kegiatan olahraga (futsal, badminton,
renang,
catur),
pengembangan
seni
rupa
(menggambar), seni musik dan tari, rebana band, marching band, pengembangan seni baca Al Qur’an, kaligrafi, dan khitobah/da’i kecil. 5).Pembiasaan Tujuan: Sebagai upaya pembentukan akhlak, kedisiplinan, penanaman dan pengamalan ajaran Islam. Yang terdiri dari: a) Pembiasaan rutin meliputi: tadarus qur’an, BTA/iqro’, sholat dhuha dan dhuhur berjamaah, berjabat tangan, cuci tangan, makan siang dengan tertib dan teratur, GJL (gerakan jum’at limaratus), GJB (berakan Jum’at bersih), . b) Pembiasaan terprogram meliputi: pesantren ramadhan, penyembelihan hewan qurban. 6). Kegiatan Keteladanan Meliputi: Pembinaan
ketertiban
pakaian,
pembinaan
kedisiplinan,
penanaman budaya minat baca (jadwal kunjungan perpustakaan), penanaman nilai akhlak islami, penanaman budaya bersih diri, lingkungan kelas dan sekolah serta cinta tanah air dan peduli lingkungan.
188
7). Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme Meliputi: Peringatan Hari Kemerdekaan RI, peringatan Hari Pahlawan, peringatan Hari Pendidikan Nasional. d. Mekanisme Pelaksanaan Pengembangan Diri Kegiatan pengembangan diri dilakukan/diberikan diluar jam pembelajaran (ekstrakulikuler) dibina oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi yang baik dan sesuai dengan potensi yang ada, berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah. Jadwal kegiatan ekstrakulikuler di SD Muhammadiyah (Plus) adalah sebagai berikut: No
Jenis Kegiatan
Hari Pelaksanaan
Ekstrakurikuler 1
Menggambar
Senin
2
Seni Tari
Selasa
3
Rebana Band
Rabu
4
Pramuka
Kamis
5
Marching Band
Jumat
6
Pengembangan Diri ( corner)
Sabtu
Sedangkan penilaian dalam ekstrakulikuler, meliputi: No
Kategoti
Keterangan Nilai
1
A = 86-100
Sangat Baik
2
B = 71- 85
Baik
3
C = 56-70
Cukup Baik
4
D = 41-55
Kurang Baik
5
E = < 40
Sangat Kurang
189
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA Jl. Suropatino.14 Togaten Telp. (0298) 322441/323836. Email:
[email protected]
A. Penilaian Pembelajaran di SD Muhammadiyah (Plus) 1. Pengertian a. Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi, verbal). Analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. b. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan pengguna informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa 2. Ciri Penilaian Kelas a. Belajar tuntas b. Otentik c. Berkesinambungan 3. Teknik atau Cara Penilaian a. Unjuk Kerja (Performance) adalah pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi (unjuk kerja, tingkah laku, interaksi). Contoh: Membacakan puisi, berpidato, diskusi. b. Penugasan (Proyek) adalah penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Contoh: Mengamati pertumbuhan kecambah dalam pembelajaran IPA.
190
4. Jenis Penilaian a. Tertulis b. Tidak Tertulis 5. Manfaat Penilaian Untuk menentukan remidial, pengayaan, perbaikan program dan kegiatan. B. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:
Kompleksitas masing-masing KD/Mata Pelajaran
Kemampuan daya dukung (sarana prasarana)
Intelektual siswa (input peserta didik)
Guru/pengajar
Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar di SD Muhammadiyah (Plus) sesuai dengan penetapan kriteria tersebut. Peserta didik yang belum dapat mencapai ketuntasan belajar sama dengan KKM harus mengikuti program perbaikan, remidial hingga mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan. Bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar 80%-90% dapat mengikuti program pengayaan.
C. Kriteria Kenaikan Kelas Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Mengikuti seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas tersebut.
191
Tidak ada nilai dibawah KKM, maksimal 4 mata pelajaran.
Memiliki nilai minimal ”Baik” untuk aspek kepribadian, kelakuan, dan kerajinan pada semester tersebut.
D. Kriteria Kelulusan SD Muhammadiyah (Plus) dalam menetapkan kriteria kelulusan pada standart penilaian yang dikembangkan oleh BNSP dan Mengacu pada PP 19/2005 pasal 1 ayat 1. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah: 1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang berlaku di SD Muhammadiyah (Plus). 2. Telah mengikuti ujian sekolah dan memiliki nilai rata-rata minimum 6,00 untuk semua mata pelajaran yang diujikan disekolah. 3. Memperoleh nilai minimal sama dengan KKM pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata pelajaran: Agama dan akhlak mulia Kewarganegaraan dan kepribadian Estetika Jasmani, olahraga dan kesehatan 4. Memperoleh penilaian minimal “Baik” pada penilaian akhir untuk seluruh
kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan
dan
kepribadian.
E. Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Ketuntasan Minimal idealya disusun setiap awal tahun pelajran, namun demikian KKM yang sudah ada dapat dipergunakan lagi selam sekolah belum ada maksud untuk menaikkan KKM sebagai indikator keberhasilan sekolah. Secara bertahap, SD Muhammadiyah (Plus)
192
berusaha untuk memperbaiki kualitas SDM, kualitas pengajaran, pengadaan sarana dan prasarana sehingga nilai ketentuan KKM Secara signifikan dan bertahap dapat dinaikkan. Berikut nilai KKM yang diberlakukan di SD Muhammadiyah (Plus) adalah sebagai berikut: Kriteria Ketuntasan Minimal KOMPONEN
I
II
III
IV
V
VI
1. Pendidikan Agama
70
70
70
70
70
70
2. Pendidikan Kewarganegaraan
73
68
65
70
63
62
3. Bahasa Indonesia
75
68
73
65
70
63
4. Matematika
70
65
65
65
70
60
5. Ilmu Pengetahuan Alam
70
68
70
65
70
70
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
70
65
70
60
65
60
7. Seni Budaya dan Keterampilan
65
65
65
65
60
63
8. Penjas, Olahraga, dan Kesehatan
65
68
65
65
68
70
9. Bahasa Jawa
65
67
65
60
60
60
10. Bahasa Inggris
60
68
72
65
60
65
11. KTB/Tata Boga
-
-
70
70
60
-
12. Kemuhammadiyahan
-
-
65
68
65
60
13. Bahasa Arab
60
65
60
60
60
60
A. Mata Pelajaran
B. Muatan Lokal
C. Muatan Khusus
bersambung...
193
sambungan.... C. Pengembangan Diri 1.
Kedisiplinan dan Tanggung Jawab
B
B
B
B
B
B
2.
Kebersihan dan Kerapian
B
B
B
B
B
B
3.
Kerjasama
B
B
B
B
B
B
4.
Kesopanan
B
B
B
B
B
B
5.
Kemandirian
B
B
B
B
B
B
6. Kerajinan
B
B
B
B
B
B
7. Kejujuran
B
B
B
B
B
B
8. Kepemimpinan
B
B
B
B
B
B
9. Ketaatan
B
B
B
B
B
B
Adapun hasil nilai akademik Ujian Akhir Sekolah Bertaraf Nasional (UASBN) siswa SD Muhammadiyah (Plus) adalah sebagai berikut:
DAFTAR NILAI UASBN SISWA SD MUHAMMADIYAH (PLUS) TAHUN 2012
NO
1. 2. 3.
NAMA
RATA-
BHS.INDO
MTK
IPA
JUMLAH
ABIMANTRANA M
7,00
9,25
9,25
25,50
8,3
AFIFA STANIA
8,40
9,00
8,25
25,65
8,5
ANASTASYA D.P
8,00
8,00
7,25
23,25
7,5
RATA
bersambung...
194 sambungan...
4.
ARYNAA A.
8,60
8,50
9,00
26,10
8,5
BAYU AJI SIDI S.
8,20
9,00
8,25
25,45
8,5
CHUSNIA ELWY
8,80
9,25
9,75
27,80
9,0
DEVANKHI A.P
7,20
6,50
7,75
21,45
7,2
FAIRIL N. G.DP
8,00
9,25
9,00
26,25
8,5
9.
FITRIANA R.
8,00
8,75
7,75
24,50
8,1
10.
KAVITA DEVIRA
8,00
8,75
8,25
25,00
8,2
11.
MUCHAMNAD R.
6,60
8,75
9,00
24,35
7,9
12.
MUHAMMAD R.R
7,80
5,75
8,25
21,80
7,2
13.
NAUFAL T.R.
8,40
7,75
8,00
24,15
8,0
14.
PRAMOS C.
7,80
8,50
8,50
24,80
8,1
15.
RAFI F.
8,40
9,00
8,75
26,15
8,5
16.
RAMADANTI P.
7,80
8,00
8,75
24,55
8,0
17.
RIO ASY FAISAL
7,60
7,00
8,75
23,35
7,6
18.
VIA AYU PRATIWI
7,80
9,50
9,50
26,80
8,7
19.
VIVIANA DIFA
8,40
9,00
8,25
25,65
8,2
20.
YUDISTIRA P.P
7,80
6,50
8,50
22,80
7,2
21.
RADEN ADIBA R.
8,60
8,50
8,25
25,35
8,4
22.
ADILA TARA N.
7,60
8,50
8,00
24,10
7,9
23.
AHMAD F. AL.K
7,80
8,75
8,75
25,30
8,2
24.
ALFINA D.
7,00
7,50
6,25
20,75
7,1
25.
ALFITRI W.
8,60
8,50
8,00
25,10
8,2
26.
ALVITA L.
8,80
9,75
8,75
27,30
8,9
5. 6. 7. 8.
bersambung...
195
27.
ANDHIKA A.
8,80
8,75
9,00
26,55
8,5
28.
ARFIEN S.
7,40
8,50
8,75
24,65
8,0
29.
AUDHIE IHZA
8,60
10,00
9,25
27,85
9,1
30.
DAFFA U.
7,80
8,50
8,25
24,55
8,1
31.
DEWI FATIKA
8,20
9,25
8,75
26,20
8,6
32.
DWIKI RIZALDI
7,20
7,75
8,75
23,70
7,8
33.
FAJAR P.
7,60
8,50
8,75
24,85
8,1
34.
IZAZ AHMAD
8,20
10,00
9,25
27,45
8,9
35.
IZZAH CAHYA
8,20
8,25
7,50
23,95
7,7
36.
MELLYONISA
7,00
7,25
8,50
22,75
7,5
37.
MUHAMMAD I.S.
8,20
9,00
8,50
25,70
8,2
38.
PRADIKO A.
8,60
9,50
8,75
26,85
8,5
39.
RIEVALDI K.
7,40
8,25
7,75
23,40
7,9
40.
UMA ZUFAR S.
8,80
8,50
8,25
25,55
8,0
41.
ADELIA M.
7,20
9,50
8,00
24,70
8,0
42.
ANNISA R. A.
8,20
8,25
8,75
25,20
8,0
43.
AULIA HIDAYAT
8,20
8,25
7,50
23,29
7,6
44.
BRAYENT J.
9,20
8,25
8,75
26,20
8,4
45.
DIMAS DWI
7,60
10,00
9,00
26,60
8,8
46.
DINA SYAFIRA
8,40
9,25
8,75
26,90
8,7
bersambung...
196
sambungan... 47.
DIFA AZRI
7,80
9,00
9,00
25,80
8,5
48.
GADING HANIF
8,60
9,00
8,75
26,35
8,4
49.
KURNIA L.
8,60
9,50
9,00
27,10
8,6
50.
NAUFAL M.
8,00
8,50
9,00
25,50
8,3
51.
NUR HIKMAH A.
8,40
9,25
9,00
26,65
8,6
52.
NUR MUHAMMAD
9,00
10,00
9,25
28,25
9,0
53.
SHAFIRA Z.
9,00
10,00
9,25
27,50
9,0
54.
SETYA ABDILLAH
8,80
9,25
8,75
26,80
8,7
197
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA Jl. Suropatino.14 Togaten Telp. (0298) 322441/323836. Email:
[email protected]
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah
: SD Muhammadiyah (Plus)
Mata Pelajaran
: Bahasa Inggris
Kelasa/ Semester : 5/I Tema
: Hobby
Alokasi waktu
: 2 x 35’
Standar Kompetensi - Mampu mengenal dan mengucapkan berbagai macam hobi
Kompetensi Dasar - Mampu mengenal berbagai macam hobi yang berhubungan dengan sport dengan lafal yang benar - Mampu mengucapkan berbagai macam hobi yang berhubungan dengan sport dengan lafal yang benar - Mampu menceritakan tentang hobinya dalam paragraf sederhana - Mampu menjawab pertanyaan dari bacaan yang disajikan
Indikator - Mengenal berbagai macam hobi yang berhubungan dengan olah raga dengan tepat - Mengucapkan berbagai macam hobi yang berhubungan dengan olah raga dengan tepat - Menceritakan hobinya dalam bentuk paragraf sederhana dengan lancar - Menjawab pertanyaan dari bacaan yang disajikan dengan benar
198
I. Tujuan pembelajaran - Siswa dapat mengenal berbagai macam jenis olah raga - Siswa dapat mengucap berbagai macam jenis olah raga dengan benar - Siswa dapat menceritakan hobinya dalam bentuk paragraf sederhana -Siswa dapat menjawab pertanyaan dari bacaan yang disajikan dengan benar
II. Materi Belajar - Jenis-jenis olah raga - Bacaan “Come on Play Football” (untuk listening activity) - Comprehending questions
III. Metode dan model Pembelajaran - Class discussion - Games: guessing gesture - Listening to a text - Answering questions - Writing a short paragraph - Group work - Interview
IV. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1 dan 2: Kamis, 26 Juli 2012 No
Kegiatan
Waktu
1
Pendahuluan Guru menanyakan ‘favorite hobbies’ ke beberapa siswa Kegiatan inti a. Eksplorasi: Guessing gesture game (group competition) b. Elaborasi: - Guru membacakan text 1x, siswa mendengarkan.
5 menit
Class discussion
10 menit
Guessing gesture game
2 menit
Listening
2
Metode
199
3
- Guru membacakan pertanyaan siswa menulis dan mencoba menjawab pertanyaan. - Guru membacakan text, dan memberi pertanyaan ‘yes/no, questions untuk mengarahkan siswa kejawaban pertanyaan yang diberikan sebalumnya. - Guru meminta siswa membuat paragraf pendek tentang olah raga favorit mereka dengan menjawab pertanyaan yang sama pada bacaan. c. Konfirmasi: Siswa bekerja dalam group, bertanya pada 3 orang teman tentang olag raga favorit Penutup Siswa mencerikan hasil interview dalam kelompok
3 menit
Listening
15 menit
Listening
15 menit
Writing
10 menit
Interview
Group work 10 menit
V. Alat/Bahan/ Sumber belajar - Text Book: BEST (Better English Starts Today) for listening script
Salatiga, 25 juli 2012 Mengetahui Kepala Sekolah
Sutumo, M.Ag. NBM : 975462
Guru Kelas
Wiwik Widyastuti,S.Pd NBM : 108 9383
200
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA Jl. Suropatino.14 Togaten Telp. (0298) 322441/323836. Email:
[email protected]
FOTO-FOTO KEGIATAN SISWA
1. Upacara setiap tgl 17
Kegiatan Upacara Bendara setiap tanggl 17
Kegiatan Pramuka
201
Kegiatan class meeting dengan kegiatan lomba
Pelepasan siswa kelas VI SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga
202
Kegiatan sholat dhuha berjama’ah di masjid Al muhajirin
Ketika mengumpulkan tugas
203
Ketika peneliti mewawancarai responden
LAMPIRAN 3 204